Anda di halaman 1dari 8

Esai Sastra : Bahasa Indonesia

Puisi Angkatan 45 : Chairil Anwar


4/4/2011 Ahmad Ramadhan XII IPA 2 / SMAN 6 PALEMBANG

IDENTITAS BUKU

Judul Buku Pengarang Penerbit

: Aku ini Binatang Jalang : Chairil Anwar :PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tahun Terbit Jumlah Halaman Harga Buku

: 1986 : 111 halaman : Rp. 24,000,00

Buku AKU INI BINATANG JALANG terbitan PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta adalah buku yang berisikan kumpulan dari puisi - puisi Chairil Anwar versi Deru Campur Debu ( DBC ) dan versi Kerikil Tajam ( KT ) yang dikemas dalam satu buku. Buku ini juga membahas perbedaan perbedaan antara versi puisi Chairil Anwar versi DCB dengan versi KT sehingga pembaca dapat mengetahuinya secara jelas dan mudah tanpa harus membolak - balik halaman buku tersebut , karena tim editor meletakkan pembahasannya di tiga halaman depan buku ini.

SINOPSIS

Salah satu puisi Chairil Anwar yang dikutip dari buku ini yang disajikan dalam dua versi,

Aku
Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943

Semangat
Kalau sampai waktuku Ku tahu tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu! Aku ini binatang jalang Dari kumpulan terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang - menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi.
Maret 1943

*Versi DCB (Editor).

*Versi KT (Editor).

Dari

a versi tersebut , kita bisa meli at bahwa perbedaan yang dimiliki antara

keduanya tidak terlalu banyak, hanya sekedar penambahan kata imbuhan serta tanda baca dan judul yang dimiliki oleh masing- masing puisi

Dalam puisi Aku versi DCB atau juga Semangat versi KT tersebut menunjukkan kepada orang orang bahwasanya penulis ( Chairil Anwar ) sedang mengalami kekecewaan yang harus dihadapi oleh diri dan orang-orang terdekatnya dengan ketegaran akibat dari ironi kehidupan yang dialami penulis. Dan juga, ia menunjukkan sikap semangat dan keoptimisan dirinya.

Bahasa puisi yang dibawakan oleh penulis pun tergolong sederhana, lugas dan transparan sehingga orang awam sekali pun tidak sulit untuk menangkap maksud dan tujuan dari penulis tentang apa yang ditulisnya. Diksi diksi yang disajikan secara tegas dan kekuatan emosi yang tinggi.

Puisi ini juga sangat menonjolkan dua majas yang bisa kita simak dengan sepintas, yaitu majas sarkasme dan juga ironi yang dicerminkan dari bait,

jalang Aku i i bi t Dari ku ulannya t rbuang .

Kata-kata dari puisi ini disusun secara berkait , seperti pada kalimat,

Kalau sampai waktuku Ku mau tak s rang kan merayu Ti ak juga kau

Pengucapan pada bait tersebut selalu diakhiri dengan kentalan huruf u. Dengan kata lain , rima puisi di atas merupakan rima berkait.

Lalu , bagaimana dengan iramanya ? Kita bisa merasakan suasana sendu dan semangat yang digoreskan penulis secara langsung untuk menuliskan apa yang dirasakannya saat itu.

Irama itu dapat kita ambil dari kedua potongan bait di atas, dengungan huruf -ng pada akhir potongan kalimat bait pertama , mengisyaratkan bahwa penulis memliki semangat yang menggebu-gebu untuk bangkit dari keterpurukannya dan juga huruf u pada akhir potongan kalimat bait kedua, mengisyaratkan kesenduhan hati penulis yang menyeru pada orang-orang terdekatnya untuk tegar terhadap apa yang akan dihadapinya.

Puisi ini juga memiliki beberapa unsur pencitraan yang tertuang dalam tiap kata, seperti citraan pendengaran pada kalimat,

Tak perlu sedu sedan itu

kemudian citraan gerak pada kalimat,


Aku tetap meradang menerjang .. Luka dan bisa kubawa berlari Berlari

dan terakhir citraan perabaan,


Biar peluru menembus kulitku . Hingga hilang pedih peri

Untuk mengetahui lebih jelas tentang makna dari Maha Karya Chairil Anwar ini , saya mengajak anda untuk mengupas maksud kalimat demi kalimat dari bait bait yang menyusun sajak puisi Aku ( versi DCB ) atau Semangat ( versi KT ) tersebut.

Hidup yang tidak berpihak pada penulis membuat ia kecewa, seakan akan ia tahu bahwa kematian sudah tak lama lagi akan mendatangi dirinya , ini tercerminkan dari potongan kalimat,

Kalau sampai waktuku

Ia sadar bahwa penyakit-penyakit yang dideritanya pada saat itu akan berujung pada kematian yang tak lama lagi menjemput dirinya.

Dengan hati yang tegar ia menyeru kepada orang-orang terdekatnya , termasuk kekasihnya di saat itu harus menegarkan hati dan tak perlu tangisan sedikit pun apabila si penulis memang benar-benar menemui ajalnya dalam waktu dekat yang diungkapkannya dengan kalimat berikut,

Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu

Ia pun segera menyadari bahwa mengikuti keterpurukan itu tidak akan membawanya pada sesuatu yang berarti, hanyalah larut dalam kesedihan karena kematian yang di rasa akan sampai kepadanya.

Dengan semangat yang menggebu gebu ia pun menyatakan bahwa dirinya hanyalah salah satu dari kumpulan orang-orang yang tidak ada artinya di dunia ini yang juga tidak perlu di perdulikan oleh orang lain dan tidak perlu juga dikasihani oleh orang lain. Ini tergambar jelas pada potongan kalimat,
Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang

Dengan tegas ia menyatakan bahwa dirinya siap untuk melakukan apa pun yang diinginkannya , walaupun banyak halau rintangan yang harus dihadapinya, sekali pun penyakit yang menggerogoti dirinya, ia akan terus maju untuk mencapai apa yang diinginkannya tanpa kenal rasa sakit dan tak kenal rasa lelah apalagi kata mundur di tengah perjalanannya tanpa memperdulikan apapun yang sedang terjadi pada dirinya di saat itu.

Yang penting di kala itu hanyalah semangat untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Semangat itu pun dituangkannya pada kalimat,

Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli

Lebih dari itu, dengan keoptimisannya , ia mengumandangkan bahwa dirinya masih bisa hidup lebih lama lagi.

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Mungkin hanya itu pemaknaan yang saya bisa tuangkan di esai sastra ini tentang puisi Aku ( versi DCB ). Lalu, bagaimana dengan puisi Semangat ( versi KT ) ? Yah, tentu saja memiliki makna yang serupa, karena perbedaan dari kedua puisi tersebut hanyalah perbedaan dari tanda baca dan imbuhan seperti yang saya paparkan sebelummnya.

Seperti yang kita tahu, Chairil Anwar merupakan pujangga yang menciptakan puisi-puisi dengan bebas, tanpa memerhatikan letak bait dan lainnya, sehingga ia pun diakui sebagai sastrawan puisi modern Indonesia.

Karena itu, memaknai karya sastra seorang maestro sangatlah sulit bagi saya, yang jelas masih banyak sekali kekurangan yang saya miliki dalam memaknai puisi tersebut, mungkin masih banyak makna yang tersirat dari kata-kata yang tersurat yang sulit dan tertutupi dari mahakarya Chairil Anwar ini untuk saya pahami.

Dan yang terpenting, kita juga bisa mengambil pesan moral yang disampaikan Chairil Anwar, bahwasanya jangan ada kata putus asa dalam menghadapi kehidupan, karena apabila kita menghadapinya dengan keputus-asaan, maka tidak ada hasil yang kita dapat, hanya sekedar penderitaan yang tiada arti.

Maka dari itu, kita harus selalu bersemangat menghadapi semua hal, dan selalu memandang cerah kehidupan kita kedepan seperti yang dilakukan beliau di waktu itu.

ESAI SASTRA INDONESIA : PUISI CHAIRIL ANWAR Ahmad Ramadhan ( XII IPA 2 / SMAN 6 Palembang )

Anda mungkin juga menyukai