Anda di halaman 1dari 2

ESAI

Esai Kritik Sastra Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar


AKU
(Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku


Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari


Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan akan akan lebih tidak perduli


Aku mau hidup seribu tahun lagi

Mengulik Sisi Individualisme & Pesan Penyair dalam Puisi ‘Aku’


Puisi ‘Aku’ ini merupakan karya sastra yang diciptakan oleh Chairil Anwar pada
tahun 1943 dan pertama kali dibacakan di Pusat Kebudayaan Jakarta pada bulan Juli
dalam tahun yang sama.Karya ini merupakan karya Chairil Anwar yang paling terkenal
dan juga salah satu puisi yang paling terkemuka dari Angkatn’45.

Dalam puisi ”Aku” sisi perjuangan ditekankan pada perjuangan yang pribadi atau
individu. Hal ini ditunjukkan dalam pemilihan diksi puisi tersebut yang tergambar dalam
larik Biar peluru menembus kulitku  (bait 4 larik ke-1) dan Aku tetap meradang
menerjang (bait 5 larik ke-2).Pemilihan diksi tersebut menggambarkan seolah penyair
berjuang sendiri,walaupun ada peluru menembus kakinya maka ia tidak akan berhenti
berjuang.Jadi,semangat perjuangan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan
mencapai tujuan hidup seorang individu yang dalam hal ini adalah Chairil Anwar sendiri.

Individualisme penulis semakin terlihat jelas pada penggunaan-penggunaan majas


hiperbola pada puisi tersebut.Secara keseluruhan,majas yang menonjol dalam bait-bait
puisi ‘Aku’ merupakan majas hiperbola yang mana majas ini ia gunakan untuk
menggambarkan betapa besar perjuangannya.Chairil Anwar seolah-olah menunjukkan
bahwa dirinya rela dipandang bebeda dan bersalah pada bagian bait aku ini binatang
jalang; Dari kumpulan yang terbuang. Ia tak peduli konsekuensi yang nantinya harus
ditanggung.

Selanjutnya,pada puisi “Aku” karya Chairil Anwar tidak hanya indah tetapi bermakna
dalam walaupun ia menggunakan bahasa-bahasa sederhana. Pesan yang ia sampaikan
tentu akan berpengaruh pada pikiran pembaca.Ia menyampaikan kritik dan gagasan
melalui karya sastra. Terdapat pada bait Biar peluru menembus kulitku; Aku tetap
meradang menerjang; Luka dan bisa kubawa berlari; Berlari; Hingga hilang pedih perih.
Memberikan sebuah pesan untuk terus dan tetap berjuang melawan penjajah walaupun
harus dibayar nyawa. Khususnya, bagi generasi yang hidup di era kemerdekaan. Sebab,
pada generasi ini, tidak mengalami secara nyata apa yang telah terjadi di era awal
kemerdekaan Indonesia.

Lalu,dalam puisi ini terdapat pula wujud kesetiaan dan keteguhan hati atas pilihan
kebenaran yang diyakini penulis. Hal ini terdapat pada bait kalau sampai waktuku; ku tak
mau seorang kan merayu. Lanjut terdapat keberanian dalam berjuang meski pun banyak
resiko yang akan dihadapi. Termasuk resiko untuk kehilangan nyawa atau terluka karena
senjata musuh. Chairil Anwar menuliskannya sebagai bentuk penghormatan pada para
pejuang yang membela bangsa ini hingga titik darah penghabisan.

Puisi ini memang menunjukkan sisi individualis penulis,namun sebenarnya ada


maksud lain oleh penulis yaitu ia membuat kritik melalui karya sastra ini supaya generasi
khusunya pada era itu terdorong semangatnya karena membaca sajak Chairil Anwar pada
puisi ‘Aku’.

Anda mungkin juga menyukai