Anda di halaman 1dari 1

AKU

Kalau sampai waktuku


’Ku mau tak seorang ’kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku


Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari


Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli


Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

Kritik Sastra:
Dalam puisi ”Aku” sisi perjuangan ditekankan pada perjuangan yang pribadi atau
individu. Hal ini di tunjukkan dalam pemilihan diksi puisi tersebut yang tergambar dalam
larik Biar peluru menembus kulitku (bait 4 larik ke-1) dan Aku tetap meradang menerjang (bait 5
larik ke-2). Selain itu semangat perjuangan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan
mencapai tujuan hidup seorang individu yang dalam hal ini adalah Chairil Anwar sendiri.
Sedangkan dalam puisi ”Aku” gaya bahasa yang diberikan oleh Chairil Anwar juga
hiperbola seperti yang tergambar dalam larik. Hal ini jelas hiperbola tersebut merupakan
penonjolan pribadi Chairil Anwar, ia mencoba untuk nyata berada di dalan dunianya.
Sementara itu, dalam puisi “Aku” Chairil Anwar memberikan pencitraan gerak dan
perasaan. Citraan gerak merupakan gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak.
Dapat juga gambaran gerak pada umumnya. Citraan gerak dalam puisi ini tergambar dalam
larik Luka dan bisa kubawa berlari (bait 5 larik ke-1). Sementara citraan perasaan tergambar
dalam larik Hingga hilang pedih peri (bait 5 larik ke-3).

Chairil Anwar memberikan pesan secara tersurat yang terdiri dari:


a. Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun rintangan
menghadang.
b. Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya menonjolkan
kelebihannya saja.
c. Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam berkarya agar pikiran dan
semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya.

Anda mungkin juga menyukai