Anda di halaman 1dari 3

Analisi Puisi Aku karya Chairil Anwar

AKU Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi

Analasis Puisi Aku karya Chairil Anwar


Bait pertama :
Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Bait itu bermakna bahwa kebulatan keyakinan pengarang yang sangat terhadap apa yang diyakininya, sehingga tak bisa dirayu siapapun. kata "kau" bisa menjadi seorang yang dekat atau bisa menjadi siapa saja. Bahkan merayupun tidak diinginkan oleh pengarang Bait kedua :

Tak perlu sedu sedan itu Dalam bait yang satu baris itu sebenarnya penulis bukan bermaksud menghibur siapapun yang merayunya. Walaupun bernuansa menghibur sebenarnya hal itu bermaksud menegaskan bahwa dirayu dengan cara apapun entah sedih atau ekspresi melas penulis tak akan goyah.

Bait ketiga :
Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Penulis semakin mempertegas keyakinannya dengan merendahkan hati bahwa ia bukan sesuatu yang peting untuk diurusi maka hendaknya tidak perlu dibujuk rayu karena hal itu akan sia-sia.

Bait empat dan kelima:


Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri

walau dalam keadaan apapun keyakinan penulis dan tekad penulis akan selalu dipengang erat dengan konsisten, walaupun dalam keadaan susah sekalipun. Bait ke enam dan ke tujuh : Dan aku akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi dalam kedua bait itu nampak sebab dari apa yang membuat penulis dalam hal ini chairil anwar memiliki kekesalan terhadap sesuatu, menurut saya sendiri ia kesal kepada orang tuanya hal ini saya hubungkan dengan kehidupan penulis.

Anda mungkin juga menyukai