Anda di halaman 1dari 5

Cita-Citaku

Karya: M. Ridwan Hafidz

Cita-citaku ingin menjadi dokter

Agar dapat menyembuhkan orang yang sakit

Cita-citaku ingin menjadi dokter

Agar anak-anak menjadi sehat

Aku harus belajar dengan sungguh-sungguh

Agar dapat menggapai cita-citaku itu

Aku harus belajar dengan sungguh-sungguh

Agar menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa

Hasil analsisi :

Puisi "Cita-Citaku" karya M. Ridwan Hafidz adalah sebuah karya yang menggambarkan aspirasi
seseorang untuk menjadi seorang dokter. Hasil analisis dari sisi konten puisi dan faktor luar :

Konten Puisi:

1. Tema: Tema utama puisi ini adalah cita-cita untuk menjadi seorang dokter dengan tujuan
utama yaitu menyembuhkan orang yang sakit, khususnya anak-anak. Puisi ini
mencerminkan semangat untuk berkontribusi kepada masyarakat dan bangsa melalui
profesi medis.
2. Rima: Puisi ini tidak memiliki pola rima yang konsisten. Namun, rima internal seperti
"dokter" dan "sehat," serta "sungguh-sungguh" dan "nusa dan bangsa" memberikan kesan
harmoni dalam puisi.
3. Diksi: Puisi ini menggunakan kata-kata sederhana dan jelas. Diksi yang dipilih
mencerminkan keinginan yang tulus untuk belajar dan berkembang menjadi dokter yang
bermanfaat bagi masyarakat. Penggunaan kata "sungguh-sungguh" menekankan
pentingnya usaha dan dedikasi.
4. Pesan Moral: Pesan moral yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya memiliki
cita-cita yang bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat. Puisi ini mengajarkan bahwa
untuk mencapai cita-cita tersebut, kita harus belajar dan bekerja dengan sungguh-sungguh.

Faktor Luar:

1. Penulisnya (M. Ridwan Hafidz): Saya tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang
penulis ini karena dia bukanlah tokoh terkenal dalam literatur Indonesia. Namun, dari puisi
ini, kita dapat menyimpulkan bahwa penulis memiliki semangat yang tinggi untuk
berkontribusi dalam bidang kesehatan, mungkin berdasarkan pengalaman atau pandangan
pribadi.
2. Latar Belakang Kehidupan Sosialnya: Meskipun informasi tentang latar belakang sosial
penulis terbatas, puisi ini mencerminkan semangat untuk membantu orang yang sakit dan
anak-anak. Ini bisa mengindikasikan bahwa penulis mungkin memiliki pengalaman atau
pengamatan pribadi yang mendorongnya untuk memiliki aspirasi seperti itu.
3. Pendidikan: Tidak ada informasi tentang pendidikan penulis dalam konteks ini, tetapi
puisi ini mencerminkan nilai-nilai pendidikan dan tekad untuk belajar dengan sungguh-
sungguh untuk mencapai tujuan.
4. Pandangan Pribadi: Puisi ini mencerminkan pandangan pribadi penulis tentang
pentingnya profesi medis dan kontribusi positifnya terhadap masyarakat. Puisi ini juga
menunjukkan pandangan bahwa belajar dengan sungguh-sungguh adalah kunci untuk
mencapai cita-cita.

Secara keseluruhan, "Cita-Citaku" adalah sebuah puisi yang sederhana tetapi memotivasi dengan
menekankan pentingnya cita-cita yang bermanfaat bagi orang lain dan upaya sungguh-sungguh
dalam mencapainya. Meskipun informasi tentang penulisnya terbatas, pesan moralnya dapat
diaplikasikan secara universal dalam semangat untuk mencapai tujuan yang positif dan
berkontribusi kepada masyarakat.
Aku
Karya : Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku


‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.

Hasil analisis

Puisi "Aku" karya Chairil Anwar adalah salah satu karya sastra Indonesia yang terkenal dan sering
dianggap sebagai karya penting dalam sastra Indonesia modern. Mari kita analisis dari sisi konten
puisi dan faktor luar:

Konten Puisi:

1. Tema: Tema utama puisi ini adalah perasaan pemberontakan dan ketidakpedulian terhadap
cinta dan emosi manusia. Puisi ini menggambarkan seorang individu yang merasa terasing
dan tidak terikat oleh perasaan romantis dan emosional. Dia merasa seperti "binatang
jalang" yang terbuang dari kumpulan manusia.
2. Rima: Puisi ini tidak mengikuti pola rima yang konsisten yang artinya puisi ini
menggunakan rima bebas. Chairil Anwar lebih fokus pada ekspresi perasaan daripada pola
rima dalam puisinya.
3. Diksi: Diksi dalam puisi ini sangat kuat dan penuh dengan makna. Pemilihan kata-kata
seperti "binatang jalang," "meradang," "luka," dan "bisa" menggambarkan keganasan dan
perasaan pemberontakan. Puisi ini menggunakan bahasa yang sangat kuat dan menggugah
emosi.
4. Pesan Moral: Puisi ini memberikan pesan moral yang cukup kompleks. Meskipun terdapat
perasaan ketidakpedulian terhadap cinta dan emosi, ada juga elemen perlawanan dan
keinginan untuk bertahan hidup. Puisi ini bisa diinterpretasikan sebagai sebuah pernyataan
tentang kekuatan individu dalam menghadapi ketidakpastian dan penderitaan, serta
mengejar keinginan hidup yang kuat meskipun dalam kondisi sulit.

Faktor Luar:

1. Penulisnya (Chairil Anwar): Chairil Anwar (26 Juli 1922 – 28 April 1949), yang dijuluki
"Si Binatang Jalang" dari karyanya yang berjudul "Aku," adalah penyair terkemuka
Indonesia. Dia lahir di Medan dan pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1940,
di mana dia mulai mengejar karir sastra. Dalam hidupnya yang singkat, Chairil Anwar
diperkirakan menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama dengan Asrul Sani dan Rivai
Apin, dia diakui oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus pemimpin dalam
gerakan puisi modern Indonesia. Puisi-puisinya mencakup berbagai tema, seperti
pemberontakan, kematian, individualisme, eksistensialisme, dan sering kali memiliki
banyak lapisan makna yang memungkinkan interpretasi beragam. Pengaruhnya dalam
sastra Indonesia tetap kuat hingga saat ini, dan dia dihormati sebagai salah satu penyair
terbesar dalam sejarah sastra Indonesia.
2. Latar Belakang Kehidupan Sosialnya: Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera
Utara pada 26 Juli 1922, sebagai satu-satunya anak dari pasangan Toeloes dan Saleha,
keduanya berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Ayahnya adalah
seorang Bupati di Indragiri, Riau, yang tragis tewas dalam Pembantaian Rengat.
Menariknya, Chairil Anwar memiliki hubungan keluarga dengan Soetan Sjahrir, yang
menjadi Perdana Menteri pertama Indonesia. Meskipun ia adalah anak tunggal, orang
tuanya selalu memanjakannya. Namun, kepribadiannya cenderung keras kepala dan
enggan kehilangan apapun, mungkin mencerminkan sifat orang tuanya.
3. Pendidikan: Chairil Anwar memulai pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School
(HIS), sebuah sekolah dasar untuk orang pribumi pada masa penjajahan Belanda.
Setelahnya, ia melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Namun, ketika ia mencapai usia 18 tahun, Chairil tidak melanjutkan pendidikannya lebih
lanjut. Pada usia yang masih sangat muda, yaitu 15 tahun, Chairil Anwar telah bertekad
untuk menjalani karier sebagai seorang seniman.
4. Pandangan Pribadi: Puisi "Aku" mencerminkan pandangan pribadi Chairil Anwar yang
pemberontak dan cenderung pesimis terhadap perasaan romantis dan emosional. Puisi ini
juga mencerminkan perasaan individualisme yang kuat, di mana individu ingin menjaga
independensinya dan tidak terikat oleh perasaan cinta.

Secara keseluruhan, "Aku" adalah sebuah puisi yang penuh emosi dan pemberontakan, yang
mencerminkan pandangan pribadi dan pengalaman penulisnya, Chairil Anwar, dalam konteks
sejarah dan budaya Indonesia pada masanya. Puisi ini merupakan salah satu karya sastra yang
paling terkenal dan dihargai dalam sastra Indonesia modern.

Anda mungkin juga menyukai