Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PUISI “CINTAKU JAUH DI PULAU” KARYA CHAIRIL ANWAR

MENGGUNAKAN PENDEKATAN OBJEKTIF

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kajian Puisi

Dosen Pengampu: Jamal D. Rahman

Disusun oleh:

Mafi Sri Wahyu Tiara (11200130000048)

Kelas: 4B/ PBSI

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi

Wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur atas ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar
sehingga selesai tepat waktu. Salawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad saw. Makalah yang dibuat dengan judul ‘’Analisis Puisi “Cintaku Jauh di
Pulau” Karya Chairil Anwar Menggunakan Pendekatan Objektif’’ ini disusun unuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Puisi. Penyusun juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Jamal D. Rahman selaku dosen pengampu mata kuliah Kajian Puisi.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali bantuan yang
dilakukan oleh beberapa pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung, maka
izinkan penyusun berterima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu penyusunan
makalah ini.

Penyusun berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan penyusun pribadi atau pembaca nantinya. Dengan adanya penyusunan
makalah seperti ini, tugas dapat tercatat dengan rapi dan dapat dipelajari kembali pada
kesempatan lain dalam kepentingan proses pembelajaran. Penyusun menyadari dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar ke depannya dapat lebih baik.
Semoga makalah ini tetap dapat bermanfaat terlepas dari kekurangan-kekurangan yang
menyertai.

Gresik, 10 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................1

BAB II.......................................................................................................................................2

PEMBAHASAN.......................................................................................................................2

A. Biografi Chairil Anwar.................................................................................................2

B. Chairil Anwar sebagai Penyair Pembaharu Puisi Indonesia Modern.....................3

C. Analisis Puisi Cintaku Jauh di Pulau Karya Chairil Anwar dengan


Menggunakan Pendekatan Objektif...................................................................................5

BAB III....................................................................................................................................11

PENUTUP...............................................................................................................................11

A. Simpulan......................................................................................................................11

B. Saran.............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puisi merupakan karya sastra yang sudah tidak asing lagi keberadaannya. Puisi
hadir dengan berbagai tujuan, di antaranya sebagai sumber pengetahuan, hiburan di
waktu luang, pun dapat menjadi bahan diskusi yang tidak akan pernah membosankan.
Jenis dan paras dari puisi juga sangat beragam. Zaman yang terus berkembang, tentu
membawa pembaharuan bagi corak pemikiran penyair menjadi jauh lebih cemerlang.
Sebuah puisi tentu memiliki penafsiran yang beragam dari para pembacanya.
Melalui hal itu, mengkaji puisi adalah kegiatan yang menarik dan sangat relevan bagi
para penikmat sastra. Berbagai jenis bentuk kajian turut serta menciptakan daya pikir
yang luwes bagi para penikmat sastra. Karena, puisi merupakan hasil cipta rasa
manusia yang selalu relevan dan tidak akan terkekang oleh masa. Melalui hal tersebut,
penyusun ingin mengkaji salah satu puisi karya Chairil Anwar menggunakan
pendekatan objektif dengan tujuan ikut serta membangun pemikiran baru dan sebuah
upaya mengabadikan sastra Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Chairil Anwar?
2. Bagaimanakah peran Chairil Anwar sebagai penyair “pembaharu” puisi Indonesia
modern?
3. Bagaimanakah bentuk analisis puisi Cintaku Jauh di Pulau karya Chairil Anwar
menggunakan pendekatan objektif?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui riwayat hidup seorang Chairil Anwar.
2. Untuk mengetahui peran Chairil Anwar sebagai penyair pembaharu puisi
Indonesia modern.
3. Untuk mengetahui bentuk analisis puisi Cintaku Jauh di Pulau karya Chairil
Anwar menggunakan pendekatan objektif.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Chairil Anwar


Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, pada tanggal 26 Juli
1922. Ayah Chairil Anwar bernama Toeloes dan ibunya bernama Saleha. Keluarga
Chairil Anwar cukup berada. Ayahnya merupakan seorang bupati Inderagiri, Riau. Ia
bahkan memiliki tali kekeluargaan dengan Sutan Syahrir. Chairil Anwar memulai
pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) setingkat SD. Ia kemudian
melanjutkannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Chairil Anwar memilih menjadi seorang seniman atau penyair. Dalam sebuah
literatur biografi Chairil Anwar yang di tulis oleh Tinuk Yampolsky berjudul ‘Chairil
Anwar: Poet of a Generation’, dikatakan bahwa Chairil Anwar menguasai bahasa
Inggris, Belanda, dan Jerman. Sehingga waktunya banyak dihabiskan dengan
membaca karya-karya pengarang Internasional ternama. Puisi pertama Chairil Anwar
berjudul ‘Nisan’ dimuat pada tahun 1942 saat berusia 20 tahun. Disinilah namanya
mulai dikenal. Kebanyakan puisinya merujuk kepada kematian.
Meskipun puisi Chairil Anwar ketika itu sangat bagus namun majalah Pandji
Pustaka pernah menolak memuat puisinya karena lebih bersifat
Individualistis. Walaupun ditolak, Chairil Anwar tetap produktif dalam menghasilkan
puluhan karya-karya puisi. Selama hidupnya, Chairil Anwar menghasilkan sastra tak
kurang dari 90 karya dimana 70 di antaranya termasuk puisi. Tema karya sastranya
pun mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme,
hingga tak jarang multi interpretasi. Dua karya Chairil Anwar yang sangat terkenal
berjudul Karawang Bekasi dan Aku.1
Akibatnya dari penolakan oleh majalah Pandji Pustaka, puisi-puisinya pun beredar di
atas kertas murah dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945. Selama periode ini,
Chairil banyak bertukar bergaul dan bertukar ide dengan penulis-penulis lain. Ia
kemudian menjadi pemimpin di antara mereka dan mendirikan majalah Gema
Gelanggang.

1
Nurdyansa, Biografi Chairil Anwar – Profil Penyair Terbaik Indonesia, https://www.biografiku.com/biografi-
chairil-anwar-profil-penyair-terbaik-indonesia/, Diakses pada Minggu, 10 April 2022 pukul 23.41 WIB.

2
Satu-satunya ciri umum dari semua karya Chairil Anwar adalah intensitas yang
mencerminkan semua aspek kehidupannya. Puisi-puisi buatannya meskipun
terkadang terlihat menggembirakan, umumnya mencerminkan ketakutan akan
kematian atau depresi. Selain itu, karya-karya Chairil Anwar juga bersifat multitafsir,
di mana setiap pembaca dapat mengambil makna sesuai yang mereka pahami atau
inginkan. Sebagai penulis yang beraliran ekspresionisme, Chairil Anwar kerap
membuat karya tulis dengan menggunakan bahasa sehari-hari.
Sebelum usianya menginjak 27 tahun, Chairil Anwar sudah menderita
beberapa penyakit. Sejak tanggal 22 April 1949 hingga 28 April 1949, ia dirawat di
RSCM karena penyakit tifus. Kendati demikian, Chairil sebenarnya sudah lama
menderita penyakit paru-paru dan infeksi, sehingga timbullah penyakit usus. Chairil
Anwar wafat tanggal 28 April 1949. Jenazahnya dikebumikan di Taman Pemakaman
Umum Karet Bivak, Jakarta. Belum dapat diketahui dengan pasti penyebab
kematiannya. Menurut dugaan, Chairil Anwar wafat karena penyakit TBC.2

B. Chairil Anwar sebagai Penyair Pembaharu Puisi Indonesia Modern


Chairil Anwar menjadi sosok yang sentral dalam dunia sastra Indonesia
modern. Ia dianggap sebagai sosok pembaharu dalam dunia sastra Indonesia modern.
Di satu sisi, setelah kemunculan Lekra, nama Chairil Anwar seakan-akan ingin
disingkirkan karena pandangan hidup Chairil Anwar dan beberapa sajaknya dianggap
sebagai plagiat. Chairil Anwar adalah seorang yang tidak luput dari kesalahan
menurut ukuran manusia biasa, tetapi juga mempunyai keistimewaan sebagai penyair
dan membawa puisi asing ke dalam puisi Indonesia. Akan tetapi, setelah kematiannya
muncul sebuah kontroversi yang berhubungan dengan penemuan-penemuan plagiat
dalam karyanya.
Chairil Anwar memang menjadi sosok yang kontroversial. Ia mulai tekun
menghasilkan karya sejak balatentara Jepang mulai menguasai Indonesia. Sejak itu
pula bahasa Belanda digantikan oleh bahasa Indonesia. Pada masa Jepang, bahasa
Indonesia menjadi bahasa komunikasi karena bahasa Belanda dilarang oleh Jepang.
Hal tersebut menguatkan posisi bahasa Indonesia sendiri. Dalam perkembangannya,
bahasa Indonesia menjadi sosok yang sentral karena sering dipakai. Hal ini berbeda

2
Verelladevanka Adryamarthanino, Biografi Chairil Anwar, “Si Binatang Jalang”,
https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/27/100000279/biografi-chairil-anwar-si-binatang-
jalang?page=all#page2, Diakses pada Minggu, 10 April 2022 pukul 23.56 WIB.

3
dengan masa Pujangga Baru. Pada masa Pujangga Baru, bahasa Indonesia baru lahir
dan tentunya masih belum berkembang.
Karya-karya angkatan ’45 dan Chairil Anwar pada khususnya menempatkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa sastra yang cukup dewasa dan matang. Dalam sajak-
sajaknya pengaruh bahasa asing memang ada namun Chairil dapat memanifestasikan
ke dalam bahasa Indonesia yang bersifat Indonesia, bukan melayu lagi. Chairil
membukakan jalan bagi pemakaian bahasa tersebut yang sampai sekarang masih
dipakai oleh penyair-penyair baru setelahnya. Itulah Chairil Anwar, penyair
revolusioner Indoensia, pelopor apa yang disebut kemudian angkatan 45.
Sejak kemunculannya pada tahun 1942, melalui sajak “Nisan”, H.B Jassin
menganggap bahwa masa Pujangga Baru telah berakhir. Pada masa Pujangga Baru,
konvensi dalam sajak berbentuk kuatrin dan bergaya seperti pantun dan syair melayu.
Setiap lariknya terdiri dari empat kata jika ada pembaruan dalam karya Pujangga Baru
mungkin hanya dalam segi bentuk seperti bentuk sonata yang sering dipakai oleh M.
Yamin. Akan tetapi, bentuk pantun tradisional tetap dipertahankan. Ada yang
menarik ketika sajak ”Nisan” Chairil Anwar menjadi simbol berakhirnya Pujangga
Baru. Sajak “Nisan” Chairil Anwar masih berbentuk Kuatrin dengan rima yang teratur
namun dalam hal isi Chairil menawarkan hal yang baru dalam sajaknya tersebut.3
Tentang peranan Chairil Anwar dalam perkembangan sastra Indonesia sudah
banyak orang mengupas dan mengemukakannya. Peranannya Chairil Anwar itu
adalah sebagai pelopor Angkatan '45. Dia berjasa dalam melakukan pembaharuan
puisi Indonesia. Dalam kedudukan dan peranannya itu, Chairil iagung-agungkan dan
dipuji-puji orang. Pembaharuan Chairil Anwar dijelaskan oleh H.B. Jassin dalam
berbagai kesempatan. Dalam bukunya yang berjudul Pengarang Indonesia dan
Dunianya (1983) yang diterbitkan oleh PT Gramedia, H.B. Jassin mengatakan bahwa
apabila membaca sajak-sajak Chairil Anwar, selalu kita merasa terpesona dan tidak
bosan-bosannya. Setiap kali kita membacanya, pikiran kita mengembara jauh dan
selalu kita menemukan sesuatu yang baru, atau sesuatu yang sebelumnya tidak kita
lihat, atau kita lihat dengan mata yang lain dari sudut yang lain.
A. Teeuw mengatakan bahwa dalam karya Chairil Anwar terdapat
keanekaragaman, suatu ciri yang khusus bagi suatu kepribaian yang sedang dalam

3
Niken Swastikasari, Pencapaian dan Plagiator Chairil Anwar,
https://www.jendelasastra.com/wawasan/pokok-dan-tokoh/pencapaian-dan-plagiator-chairil-anwar, Diakses
pada Senin, 11 April 2022 pukul 00.11 WIB.

4
pembentukan, yang menempuh kehidupan dengan penuh gairah. Chairil Anwar tetap
merupakan tenaga yang hidup dan nyata dalam pembangunan Indonesia. Melalui
kepribaiannya dan puisinya, ia memberikan sumbangan terhadap pembentukan
Indonesia baru, dan menolong memberikan arah kepadanya. Dia terutama
mempertahankan cita-cita mulia tentang bahasa Indonesia dalam bentuk hubungan
yang paling dalam, yaitu puisi. Komentar A. Teeuw ini disampaikannya dalam
bukunya yang berjudul Sastra Baru Indonesia 1 (1978) yang diterbitkan oleh Penerbit
Nusa Indah, Flores.4

C. Analisis Puisi Cintaku Jauh di Pulau Karya Chairil Anwar


dengan Menggunakan Pendekatan Objektif
Pendekatan Objektif merupakan salah satu pendekatan yang dicetuskan oleh
Abrams. Pendekatan ini paling tua dalam khazanah teori sastra sekaligus sebagai
pemicu lahirnya teori sastra modern yang dikenal luas sampai saat ini. Pendekatan
objektif di Eropa sama orang tuanya dengan Poetica sebagai cabang ilmu pengetahuan
yang diletakkan oleh Aristoteles tahun 384- 322 SM (Sehandi, 2014:97).

Pendekatan objektif merupakan pendekatan yang menitikberatkan perhatian


pada karya sastra, pengambilan diri dari pengaruh luar sastra. Pendekatan memiliki
pengertian yang sama dengan pendekatan intrinsik. Pandangan mengenai karya sastra
sebagai struktur yang otonom diletakkan oleh Aristoteles pada abad ke-4 SM melalui
permainan Poetica. Masalah struktur karya tulis dalam rangka pembahasan khususnya
dalam pasal-pasal mengenai plot atau alur sebuah cerita.5

Cintaku Jauh di Pulau


Karya: Chairil Anwar

Cintaku jauh di pulau,


gadis manis, sekarang iseng sendiri

4
Ensiklopedia Sastra Indonesia, Chairil Anwar (1922 – 1949), Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Chairil_Anwar, Diakses pada Senin, 11 April 2022 pukul
00.13 WIB.
5
Samsuddin, Buku Ajar Pembelajaran Kritik Sastra, (Sleman : Penerbit Deepublish, 2019), h. 64.

5
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.

Di air yang tenang, di angin mendayu,


di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertakhta, sambil berkata:
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”

Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!


Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Manisku jauh di pulau,


Kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

(Chairil Anwar, 1946)

Analisis Unsur Objektif atau Intrinsik

1. Tema
Tema adalah pokok pikiran dasar, atau keseluruhan isi, makna, dan tujuan
penulisan dari sebuah cipta puisi. Tema yang terdapat dalam puisi Cintaku Jauh di
Pulau adalah percintaan. Puisi ini menceritakan sebuah kisah kasih yang tak sampai,
yaitu perasaan cinta seseorang yang tidak bisa terwujud karena telah terlebih dahulu
dipisahkan oleh ajal atau kematian.
Hal ini tampak pada baris puisi:
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

2. Pencitraan atau Imaji

6
Citraan memiliki fungsi untuk memberi gambaran jelas tentang isi sebuah
puisi. Dalam puisi Cintaku Jauh di Pulau juga menggunakan citraan-citraan. Hal ini
tampak pada bait kedua puisi;
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan sampai padanya.

Berdasarkan larik di atas, terdapat citraan penglihatan karena dapat dilihat,


yaitu pada; /Perahu melancar, bulan memancar/.

Pencitraan yang digunakan pengarang ada juga yang berupa citraan perabaan.
Terdapat pada bait ke empat;
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!

Berdasarkan larik di atas, terdapat citraan perabaan karena dapat diraba, yaitu
pada; /Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!/

3. Diksi
Pada puisi “cintaku jauh di pulau” karya Chairil Anwar diceritakan bahwa
penyair tengah berada dalam kondisi penyesalan, kebingungan, putus asa, sedih
sehingga diksi yang digunakan oleh penyair adalah diksi yang menggambarkan
perasaan yang ragu, bimbang, dan lemah. Pada puisi tersebut terdapat beberapa diksi
yang mengandung makna denotatif dan konotatif.
Diksi yang mengandung makna denotatif terdapat pada kata “gadis manis”
yang memiliki makna kekasih yang manis. Dan pada kata “pulau”, yang memiliki
makna tanah (daratan) yang dikelilingi air (di laut, di sungai, atau di danau).
Diksi yang mengandung makna denotatif juga terdapat pada kata “bulan
memancar”, kata bulan memiliki makna benda langit yang mengitari bumi, bersinar
pada malam hari karena pantulan sinar matahari. Pada larik “angin membantu, laut
terang, tapi terasa” kata angin yang memiliki makna gerakan udara dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, terdapat pada kata “laut”. Laut

7
memiliki makna kumpulan air asin (dalam jumlah yang banyak dan luas) yang
menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Dan terdapat pada larik
“aku tidak ‘kan sampai padanya” yang memiliki makna bahwa si aku tak akan pernah
bertemu dengan kekasihnya.
Diksi yang mengandung denotatif juga terdapat kata “Di air yang tenang”, air
memiliki makna cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang
diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang secara kimiawi
mengandung hidrogen dan oksigen. Pada larik “ajal bertakhta, sambil berkata:”
memiliki makna batas hidup telah ditentukan Tuhan, saat mati.
Diksi yang mengandung denotatif juga terdapat kata “amboi! Jalan sudah
bertahun ku tempuh!” yang memiliki makna bahwa si aku telah melewati laut telah
lama. Pada kata “perahu yang bersama ‘kan merapuh!” memiliki makna perahu yang
ditumpangi oleh si aku akan hancur bersamanya.
Diksi yang mengandung denotatif juga terdapat pada larik “manisku jauh di pulau”
bermakna sang kekasih jauh darinya karena berada di pulau. Dan terakhir pada larik
“kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri” makna dari kata mati adalah sudah hilang
nyawanya, tidak hidup lagi”
Selain diksi yang mengandung makna denotatif, juga terdapat diksi yang
mengandung makna konotatif. Diksi yang mengandung makna konotatif terdapat pada
larik “cintaku, jauh di pulau”. Kata cintaku dapat diartikan kekasihnya. Dalam larik
“di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar’ memiliki arti ole-ole adalah buah
tangan/oleh-oleh. Lanjut ke larik “di perasaan penghabisan segala melaju”, kata
perasaan penghabisan disini adalah dengan rasa cintanya yang tanpa tersisa. Dalam
larik “tujukan perahu ke pangkuanku saja”, kata pangkuan memiliki makna bahwa
perahu akan mengalami kehancuran. Dan yang terakhir adalah larik “sebelum sempat
berpeluk dengan cintkau?!” memiliki makna bahwa aku belum sempat memeluk dan
bertemu dengan kekasihnya.

4. Rima
Rima adalah pengindahan puisi dalam bentuk pengulangan bunyi di akhir.
Puisi Cintaku Jauh di Pulau memiliki rima berupa cacophony, yaitu perulangan
bunyi-bunyi yang berat, menekan, menyeramkan, mengerikan, seolah-olah seperti
suara desau atau bunyi burung hantu. Dalam puisi yang berjudul cintaku jauh di
pulau, hampir seluruh lariknya berakhiran dengan vokal u. Bunyi vokal u termasuk ke

8
dalam bunyi yang berat dan menekan. Puisi Cintaku Jauh di Pulau karya Chairil
Anwar ini menggambarkan suasana batin yaitu sedih dan penyesalan karena si aku
meninggalkan sang kekasih sendirian.

5. Tipografi
Chairil Anwar menuliskan puisi ini dengan delapan buah kalimat yang indah.
Setiap kalimat dijadikannya dua buah larik yang saling mendukung dan bermakna
sangat dalam. Dari delapan kalimat, Chairil membaginya kembali menjadi lima buah
bait yang sangat proporsional, yaitu dua kalimat untuk bait pertama dan dua kalimat
untuk bait terakhir.
Setiap kalimat dijadikannya dua buah larik yang saling mendukung dan
bermakna sangat dalam. Dari delapan kalimat, Chairil membaginya kembali menjadi
lima buah bait yang sangat proporsional, yaitu dua kalimat untuk bait pertama dan dua
kalimat untuk bait terakhir.
Secara garis besar jenis puisi karya Chairil ini adalah yang tidak lagi terpaku
pada pakem puisi lama atau disebut juga sebuah karya puisi modern, yaitu satu bait
empat larik.
Kalimat-kalimat yang menjadi bait proporsional membentuk tipografi yang
sangat seimbang yang memberikan keindahan tersendiri dalam penyajian hasil
tulisannya itu. Sebuah gaya tipografi puisi yang seimbang dan menarik jika kita
menyadari.

6. Majas atau Gaya Bahasa


Gaya bahasa adalah alat tertentu yang menggunakan bahasa untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan pengarang sehingga pembaca atau penikmat
dapat tertarik atau terpukau atasnya. Terdapat lima gaya bahasa yang digunakan oleh
Chairil Anwar dalam puisi cintaku jauh di pulau, yaitu gaya bahasa asonansi, gaya
bahasa hiperbola, gaya bahasa kiamus, gaya bahasa erotesis dan gaya bahasa
personifikasi.
Dalam larik “kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri” penyair menggunakan
gaya bahasa asonansi. Hal ini terbukti dengan adanya perulangan huruf vokal i pada
larik tersebut.
Dalam larik “Perahu melancar, bulan memancar”, “Ajal bertakhta, sambil
berkata:”, “Tujukan perahu ke pangkuanku saja”, “Amboi! Jalan sudah bertahun ku

9
tempuh!”, “Perahu yang bersama ‘kan merapuh”, “kalau ‘ku mati, dia mati iseng
sendiri”, penyair menggunakan gaya bahasa hiperbola. Hal ini terbukti dengan
adanya perbandingan yang melebih-lebihkan yang bergaris bawah.
Dalam larik “angin membantu, laut terang, tapi terasa”, “Di air yang tenang, di
angin mendayu”, “Mengapa ajal memanggil dulu”, penyair menggunakan gaya
bahasa personifikasi. Hal ini terbukti dengan adanya mengorangankan benda mati
sebagai manusia yang bergaris bawah.
Dalam larik “kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri”, penyair menggunakan
gaya bahasa kiamus. Hal ini terbukti dengan berisikan perulangan dan sekaligus
merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat.
Dalam larik “Mengapa Ajal memanggil dulu, Sebelum sempat berpeluk
dengan cintaku?!” penyair menggunakan gaya bahasa erotesis. Hal ini terbukti
dengan adanya semacam pertanyaan yang dipergunakan namun tidak menghendaki
jawaban.

7. Amanat
Dari puisi Cintaku Jauh di Pulau, dapat dipetik hikmah bahwa seharusnya kita
dapat memperjuangkan cinta kita dengan segenap usaha dan sekuat tenaga. Serta, kita
pun dituntut siap dengan risiko apapun atas keputusan yang sudah kita ambil sejak
langkah pertama kita tempuh. Tidak ada perjuangan dalam hidup yang sia-sia.
Artinya, jika kita tidak mendapat hasil yang maksimal dari perjuangan, kita tetap akan
dapat pengalaman yang berharga sehingga hidup akan lebih tertata ke depannya.

Unsur Ekstrinsik

Nilai Etika/ Moral

Dari puisi “Cintaku jauh di pulau” karya Chairil Anwar, kita dapat mengambil
nilai etika/moral kehidupan yaitu ketika kita merasakan cinta kepada seseorang kita
harus memperjuangkannya. Memperjuangkan dengan sekuat tenaga dan butuh waktu
lama, terdapat pada larik “Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!”. Akan tetapi,
jalan yang sudah bertahun ditempuh tersebut bukan berarti menandakan perjuangan
belum berakhir dan bisa hidup bersama, tetapi juga bisa berakhir sedih karena harus
berpisah dan tidak melanjutkan hubungan kembali. Jika kita berada dalam kondisi
tersebut, maka harus siap untuk menjalaninya.

1
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan analisis puisi Cintaku Jauh di Pulau karya Chairil Anwar dengan
pendekatan objektif, kita dapat mengetahui bahwa banyak unsur pendukung dalam
membangun puisi, di antaranya adalah tema, pencitraan, diksi, rima, tipografi, majas
atau gaya bahasa, dan amanat, serta nilai etika atau moral yang terkandung di
dalamnya. Majas yang digunakan yaitu majas asonansi, hiperbola, personifikasi,
kiamus, dan erotesis. Adapun amanat dari puisi tersebut adalah kita harus
memperjuangkan cinta kita dengan segenap usaha dan sekuat tenaga. Serta, kita pun
dituntut siap dengan risiko apapun atas keputusan yang sudah kita ambil sejak
langkah pertama kita tempuh.

B. Saran
Penyusun berharap pembaca dapat menganalisis puisi Cintaku Jauh di Pulau
karya Chairil Anwar dengan pendekatan lain. Penyusun memohon maaf apabila
dalam pengerjaan analisis pada puisi Cintaku Jauh di Pulau ini terdapat kekeliruan.
Maka dari itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran sebagai perbaikan agar ke
depannya dapat lebih baik lagi. Semoga makalah ini tetap dapat bermanfaat terlepas
dari kekurangan-kekurangan yang menyertai.

1
DAFTAR PUSTAKA

Adryamarthanino, Verelladevanka. Biografi Chairil Anwa. “Si Binatang Jalang”,


https://www.kompas.com/stori/read/2021/10/27/100000279/biografi-chairil-anwar-si-
binatang-jalang?page=all#page2. Diakses pada Minggu, 10 April 2022 pukul 23.56
WIB.
Ensiklopedia Sastra Indonesia. Chairil Anwar (1922 – 1949). Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Chairil_Anwar. Diakses pada
Senin, 11 April 2022 pukul 00.13 WIB.
Nurdyansa. Biografi Chairil Anwar – Profil Penyair Terbaik Indonesia.
https://www.biografiku.com/biografi-chairil-anwar-profil-penyair-terbaik-indonesia/.
Diakses pada Minggu, 10 April 2022 pukul 23.41 WIB.
Samsuddin. 2019. Buku Ajar Pembelajaran Kritik Sastra. Sleman: Penerbit Deepublish.
Swastikasari, Niken. Pencapaian dan Plagiator Chairil Anwar.
https://www.jendelasastra.com/wawasan/pokok-dan-tokoh/pencapaian-dan-plagiator-
chairil-anwar. Diakses pada Senin, 11 April 2022 pukul 00.11 WIB.

Anda mungkin juga menyukai