MENDESKONTRUKSI PUISI
Di susun oleh :
SHELLY SUKMAWATI
Kelas: 2A PBSI
NPM: 1516500081
UNIVERSITAS PANCASAKTI
2017
PRAKATA
Puji syukur kehadirat allah, atas segala rahmat dan segala karunia-nya kami
bisa menyelesaikan tugas dan menyusun sebuah makalah ini.
Sholawat serta salam dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa kita kezaman jahiliyah hingga ke zaman yang terang sekarang ini.
Alhamdulilah pada kesempatan kali ini kami telah membuat makalah untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Filsafat Berbahasa. Beberapa materi
didapatkan dari situs internet tentang teori kebahasaan . semoga apa yang telah
kami lakukan nantinya akan bermanfaat. Kiranya kritik dan saran dari Dosen
pengampu sangat membantu demi proses evaluasi menjadi lebih baik.
Terimakasih
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengalaman batin yang terkandung dalam puisi disusun dari peristiwa yang telah diberi
makna dan ditafsirkan secara estetik. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman
manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 2012).
Kebanyakan didalam puisi terdapat makna konotasi.
Makna konotasi adalah nilai emotif yang menyangkut nuansa halus dan kasar pada suatu
bentuk kebahasaan (Wijana, 2008:15). Makna konotatif adalah tambahan makna lain
terhadap makna dasarnya (Aminuddin, 2011:56). Penambahan itu pun sebenarnya bukan
hanya khas terjadi dalam kreasi sastra. Sesuai dengan keberagaman nilai, motivasi, sikap,
pandangan maupun minat setiap individu, fakta yang tergambarkan dalam kata akhirnya
memperoleh julukan individual sendiri-sendiri.
Pada kesempatan ini penulis akan menganalisis makna konotasi dari salah satu karya
Chairil Anwar, yaitu puisi yang berjudul Diponegoro puisi ini muncul sekitar bulan
Februari 1943 yang ingin membuat banyak orang supaya memiliki jiwa kepahlawanan untuk
semangat berjuang meraih kemerdekaan karena pada kenyataannya tahun tersebut Indonesia
belum merdeka. Keberanian Pangeran Diponegoro dalam melawan pemerintahan Belanda di
Indonesia dilukiskan oleh Chairil Anwar melalui beberapa baris dalam bait puisinya. Adapun
tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan mengidentifikasi makna konotasi yang
terkandung dalam puisi Diponegoro karya Chairil Anwar ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana makna konotasi yang terkandung dalam puisi Diponegoro karya Chairil
Anwar?
BAB 11
PEMBAHASAN
A. PUISI DIPONEGORO
Bait 1
Pada kata pembangunan di baris kesatu bukan berarti pembangunan secara fisik seperti
membangun gedung atau tempat lain. Tetapi, kata pembangunan dalam puisi ini mempunyai
makna untuk membangun semangat meraih kemerdekaan.
Karena saat puisi ini muncul yaitu pada tahun 1943 yang berarti Indonesia masih belum
merdeka. Semangat serta keberanian Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah saat itu
ingin di ungkapkan oleh Chairil Anwar melalui puisi tersebut supaya bisa memberi semangat
kepada masyarakat Indonesia untuk segera berjuang dalam merebut kemerdekaan dari
penjajah.
Pada kata hidup mempunyai arti masih terus ada, bergerak, dan bekerja sebagaimana
mestinya. Bukan berarti Pangeran Diponegoro setelah beliau meninggal kemudian harus
hidup kembali jasadnya, tetapi kata hidup disini bisa diartikan semangat Pangeran
Diponegoro dalam melawan belanda sebelum beliau meninggal diharapkan bisa muncul atau
hidup kembali kepada masyarakat Indonesia saat itu.
Bait 2
Kata api pada bait kedua baris ketiga bukan mempunyai arti api pada umumnya yang berupa
cahaya dari sesuatu yang terbakar. Tetapi kata api pada puisi ini mempunyai makna
kekaguman Chairil Anwar kepada Diponegoro. Hal itu semakin diterlihat ketika pada
sebelumnya ada kata bara kagum, bara masih ada kaitannya dengan api, bara merupakan
arang yang masih panas terbakar sebelum menjadi api. Begitupun kekaguman Chairil Anwar
kepada Diponegoro yang tidak hanya sekadar menjadi bara saja tetapi sudah menjadi api.
Bait 3
Di depan sekali tuan menanti mempunyai makna masyarakat Indonesia sudah tidak sabar
untuk menunggu perjuangan supaya Indonesia berhasil menyingkirkan para penjajah demi
meraih kemerdekaan, apalagi kata menanti yang bisa dikatakan memang mempunyai arti
menunggu.
Kata pedang pada bait ketiga baris keenam bukan mempunyai arti parang panjang atau
parang yang tajam, tetapi kata pedang pada puisi ini mempunyai arti bantuan kekuatan dari
militer yang sudah terlatih karenan pedang sendiri dibeberapa kebudayaan memiliki prestise
lebih atau paling tinggi dibandingkan senjata tajam lainnya, begitu juga militer.
Sedangkan kata keris berarti senjata tajam bersarung, berujung tajam, dan bermata dua
(bilahnya ada yang lurus, ada yang berkeluk- keluk). Dalam puisi ini kata keris mempunyai
makna bantuan kekuatan doa karena keris dipercaya identik dengan kekuatan mistis.
Keris dipercaya oleh masyarakat jawa bukan hanya untuk melindungi diri dari lawan secara
fisik, tetapi keris dipercaya mempunyai kekuatan mistis sehingga orang yang mempunyai
keris harus di rawat dengan baik seperti di doakan serta dimandikan pada saat tertentu. Kata
Berselempang semangat bukan berarti semangat disandangkan ke bahu menyerong dari dada
kearah pinggang kanan atau kiri apalagi semangat tidak ada bentuk nyatanya.
Makna dari kata Berselempang sendiri merupakan sesuatu yang disandangkan di anggota
badan. Kata Berselempang dalam puisi ini mempunyai makna bertabur semangat yang sangat
besar didalam tubuh yang tidak akan bisa mati.
Bait 4
(8) MAJU
Kata MAJU dalam puisi ini ditulis dengan huruf kapital semua. merupakan kata seruan agar
segera memanfaatkan semangat kemerdekaan yang sudah mulai terbangun untuk melawan
penjajah.
Bait 5
Pada kata Ini barisan tak bergenderang-berpalu baris kesembilan tidak mempunyai makna
pasukan yang membawa gendang besar atau membawa sejenis alat yang biasanya digunakan
untuk memukul paku saat akan berperang, tetapi tidak membawa senjata apa-apa selain
mengandalkan semangat meraih kemerdekaan dan saling mempercayai satu sama lain untuk
bersama melawan penjajah. Meskipun tanpa berbekal senjata yang lengkap mereka masih
punya tekad semangat serta saling percaya yang kuat untuk melawan penjajah supaya segera
meraih kemerdekaan.
Bait 6
Kata berarti pada baris kesebelas mempunyai makna mengandung maksud, perbuatan
baik tetapi dalam puisi ini mempunyai makna pengorbanan. Mereka ingin sebelum meninggal
mempunyai jasa dengan ikut serta melawan penjajah. Mereka tidak peduli meskipun setelah
itu mereka mati. semangat yang sudah terbangun membuat mereka tidak takut dengan resiko
terburuk yang akan mereka hadapi, karena yang paling penting adalah Indonesia segera
meraih kemerdekaan biarpun mereka tidak ikut menikmati bagaimana rasanya merdeka tetapi
mereka ikut berjuang serta berkorban untuk meraih kemerdekaan tersebut.
Bait 7
(13) MAJU
Kata MAJU baris ketiga belas hampir sama dengan baik keempat, pada bait ketujuh ini
juga merupakan kata seruan untuk semakin menekankan agar masyarakat Indonesia segera
maju dan melawan para penjajah untuk segera meraih kemerdekaan.
B. PUISI AKU
PUISI AKU:
Kalau sampai dari waktu atau sebuah tujuan yang dibatesi oleh waktu, ia tidak akan peduli
orang berkata manis, tidak pedulinya dengan semua orang yang pernah merayu tidak perlu
diperhatikan
Ia menggambarkan seolah seperti binatang yang hidup dengan bebas tanpa sedikitpun ada
yang mengatur.
Peluru tak akan pernah lepas dari pelatuknya yaitu pistol, meskipun dalam keadaan diserang
dan terluka, tetapi ia masih memberontak tetap menerjang hingga sampai menang. Ia tetap
tidak mau peduli lagi dan ia berharap bahwa ia masih bisa hidup seribu tahun lagi agar tetap
bisa mencari apa yang diinginkannya.
A. PUISI DOA
Dengan senja samar (angin) sepoi, pada masa purnama meningkat naik, setelah
menghalaukan panas (pedih) payah terik (sang mentari).
Angin malam (menghembus) lemah, menyejuk (kan) badan, melambung rasa menayang
pikir, membawa angan- (angan) ke bawah kursimu.
Hatiku (sangat) terang menerima katamu, bagai (kan) bintang(yang) memasang lilinnya.
Kalbuku (terbuka) (untuk) menunggumu kasih (ku), bagai sedap malam (yang) menyinarkan
kelopak.
Aduh, kekasihku, isi hati ku dengan katamu, penuhi dadaku dengan cahayamu, biar( lah)
bersinar mataku sendu, biar berbinar
PUISI DOA :
Puisi ini mempunyai makna bagaimana seseorang ini menceritakan kasih sayangnya dan
juga hubungannya dengan tuhan yang sudah dia anggap sebagai kekasihnya sendiri.
Dia meminta kekasihnya untuk mengisi hatinya dengan kata-katanya yang sangat dia
inginkan, memenuhi dadadanya dengan cahaya-cahaya yang dikeluarkan oleh kekasihnya
agar matanya dapat menunjukan cahaya yang sendu, lemah, dan tidak bisa apah-pah, agar
dirinya berbinar-binar sehingga dirinya tidk bisa mengungkapkan dengan kata-kata.
Puisi ini menceritakan tentang seseorang yang memikirkan kekasihnya, yang sangat ia
cintai dan sangat di puja-puja , ketika dia bertemu dengan kekasihnya yang tentunya sangat
berkesan sehingga dia bertanya kepada kekasihnya dengan apa dia akan membandingkan
pertemuannya dengan kekasihnya, yang sangat berarti baginya sehingga dia harus bertanya
kepada kekasihnya mengenai hal tersebut.
Dia memikirkan kekasihnyatersebut dimalam hari ketika senja mulai menghilang dan
bulan akan bersinar menggantikan matahari yang telah seharian memberikan cahayanya
seakan-akan bulan menghindari teriknya matahari di siang hari dan bersinar di malam hari.
Puisi ini menunjukan bagaimana seseorang hamba meminta tuhannya untuk memberikan
cahaya dan kalam-kalamnya yang menjadi petunjuk dan membawanya keaarah yang benar,
yang sejalan dengan apa yang diinginkan oleh tuhannya.
PUISI ISTRI
Memasak di dapur
Mencuci di sumur
Ia sisihan kita
Ia tetimbangan kita
Kalau kita
Ia sakti kita
Ia kita cangkul malam hari dan (dia) tak pernah ngeluh walau capek
Ia selalu rapih menyimpan benih yang kita tanamkan dengan rasa syukur,
Ah. Ya. Istri sangat penting bagi kita justru ketika kita memulai melupaknnya.
Tak teraba
Jadi, waspadalah!
Ah.ah.ah
Hormatilah isterimu
Sumber hidupmu
Puisi ini menceritakan tentang kehidupan para petani jawa yang sangat menghormati
dan menjunjung tinggi dewi sri. Mereka membuat selamatan dan sesaji untuk mendapatkan
berkahnya, yaitu pada waktu mulai menanam padi dan waktu panen. Bagi petani, kerbau dan
alat-alat pertanian itu sangat penting bagi kelangsungan hidupnya, bahkan merupakan hidup
matinya . oleh karena itu, istri yang sangat penting itu hanya disamakan dan disejajarkan
dengan kerbau. Bagi petani, dipandang dari sudut pandang sosial budaya pertanian,
penyejajaran istri dengan kerbau itu tidak bermaksud merendahkan kedudukan istri, sebab
kerbau itu sangat penting merupakan hidup matinya pula
Pada umumnya, dalam pandangan sosial dan budaya masyarakat jawa, lebih- lebih
didalam masyarakat petani di desa , kedudukan dan guna istri itu seperti tergambar dalam
bait pertama: menyapu pekarangan, memasak di dapur, mengirim rantang kesawah yaitu
mengirim makanan dengan rantang pada waktu pak tani bekerja disawah, dan mengeroki
(menggosok-gosokan uang logam berkali-kali diminyaki kelapa atau balsem sampai kulit
punggung dan dada menjadi merah bergaris-garis secara teratur) kalau suami masuk angin
BAB 111
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Puisi adalah bentuk karya satra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan
perasaan penyampaiannya, diubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan dengan
pemakaian makna konotatif. Untuk memahami makna yang terkandung dalam suatu puisi
kita harus membaca berulang-ulang lalu memahami puii baik itu dari bait per bait maupun
baris ataupun kata per kata.
B. SARAN
http://endonesa.wordpress.com/2008/09/08/puisi-definisi-dan-unsur-unsurnya (8 september
2008)