Anda di halaman 1dari 9

1

KAJIAN DIKSI DAN IMAJI PUISI KITA ADALAH PEMILIK SYAH REPUBLIK INI KARYA TAUFIK ISMAIL

OLEH KELOMPOK 10 UBAIDILLAH DIAN PUSPA SARI MOLEN VIOLITA 2010 112 057 2010 112 076 2010 112 333

KELAS IVB DOSEN PENGASUH : DRS. SJECH DULLAH, M.PD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2012

KAJIAN DIKSI DAN IMAJI PUISI KITA ADALAH PEMILIK SYAH REPUBLIK INI KARYA TAUFIK ISMAIL

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Bentuk karya sastra puisi mempunyai struktur yang berbeda dengan prosa. Perbedaan itu tidak hanya terdiri dari struktur fisiknya, tetepi juga dari dari struktur batin. Dalam hal struktur fisik, penciptaan puisi menggunakan prinsip pemadatan yang mengungkapkan bentuk dan makna. Pemilihan diksi yang tepat diharapkan mampu menciptakan pengimajian yang tidak keliru. Kedua hal ini (yang merupakan bagian dari struktur fisik puisi) tak dapat dipisahkan dalam penafsiran sebuah puisi. Untuk itu pada kajian ini dilakukan analisi terhadap struktur pemilihan diksi dan imajeri dalam puisi yang berjudul "Kita Adalah Pemilik Syah Republik Ini' karya Taufik Ismail. Tujuannya adalah mendeskripsikan pemilihan diksi dan pengimajian yang terdapat dalam puisi ini. Kajian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasn dibidang kesastraan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif. Sumber data adalah puisi berjudul "Kita Adalah Pemilik Syah Republik Ini' karya Taufik Ismail yang diperoleh dari Skripsi Mahasiswa Universitas PGRI Palembang, Andi Suprianti (2002-112-037); Kajian Struktural dalam Kumpulan Puisi Tirani dan Benteng karya Taufik Ismail. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa puisi bernuansa perjuangan bangsa Indonesia. Melalui kepiawaian dalam memilih bahasa, dikeahui makna puisi ini mampu membangkitkan semangat rakyat Indonesia yang telah merdeka untuk mempertahanka kemerdekaan tersebut. Taufik Ismail berhasil menyuguhkan tema perjuangan, nada yang bersifat menyulut ayau mendorong serta, dan membangkitkan semangat rakyat Indonesai untuk terus maju dan tidak mau lagi dibohongi oleh kaum penjajah baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

"Kita Adalah Pemilik Syah Republik Ini', merupakan salah satu puisi yang mengandung fakta sejarah yang terjadi pada Orde Lama. Alasan dipilihnya puisi ini untuk dikaji adalah karena puisi ini masih dianggap mampu merepresentasikan situasi bangsa Indonesia saat ini. Dengan pernyataan lain, pemerolehan makna melalui kajian struktur fisik khususnya pemilihan diksi dan imajeri diharapkan bisa memberi semangat dan pencerahan kepada masyarakat yang masih cinta dan pedulu terhadap negerinya. Masalah 1.2. Masalah

Permasalahan utama yang diketengahkan dalam kajian ini adalah bagaimana pemilihan diksi dalam puisi Kita adalah Pemilik Syah Republik Ini karya Taufik Ismail dan bagaimana pula dampak pemilihan diksi itu terhadap pengimajerian puisi tersebut sehingga keduanya menunjukkan keterkaiatan dan hubungan yang relevan dan membuat penikmat puisi mampu mencerna makna yang ingin disampaikan penyair melalui puisi tersebut.

2. Kajian Pustaka

Analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III (2001) analisis : ana li sis (n) (1) penyelidikan thd suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb); (2) Man penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yg tepat dan pemahaman arti keseluruhan; (3) Kim penyelidikan kimia dng menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat bagiannya dsb; (4) penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya; (5) pemecahan persoalan yg dimulai dng dugaan akan kebenarannya.

2.1. Diksi

Diksi berasal dari bahasa Latin dicere, dictum yang berarti to say. Diksi berarti pemilihan dan penyusunan kata-kata dalam tuturan atau tulisan (Scott, 1980:107). Pada hakikatnya penyair ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya secara padat dan intens. Oleh sebab itu, ia memilih kata-kata yang setepattepatnya yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya. Untuk

mendapatkan kepadatan dan intensitas serta agar selaras dengan sarana komunikasi puitis yang lain, maka penyair memilih kata-kata dengan secermat-cermatnya (Altenbernd dalam Pradopo, 1993:54). Pemilihan kata sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang penuh dengan pemadatan. Oleh sebab itu, penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata tersebut di tengah kata yang lain, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi. Dalam proses pemilihan kata-kata inilah sering terjadi pergumulan penyair dengan karyanya bagaimana penyair memilih kata-kata yang benar-benar mengandung arti yang sesuai dengan yang diinginkannya baik dalam arti konotatif maupun denotatif. Kata-kata yang dipilih penyair merupakan kata-kata yang yang dianggap paling tepat dalam konteks puisi tersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh Colerigde dalam Burton (1984:77) whatever lines (in poetry) can be translated into other words of the same language, without diminution of their significance ...are so far vicious in their diction. Dengan demikian, usaha untuk mengubah kata-kata dalam larik-larik sebuah puisi dengan kata-kata yang lain dapat mengubah kesan total yang dibentuk oleh puisi tersebut. Menurut Keraf (1981:18) istilah diksi bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata mana yang perlu dipakai untuk mengungkapkan suatu gagasan, tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Dengan demikian pemilihan kata tidak dapat dilihat sebagai hal yang berdiri sendiri

tetapi harus dilihat dalam konteks yang lebih luas karena karya sastra sebagai sebuah wacana yang utuh. Hal yang sama dikemukakan pula oleh Junus (1981:4-5) bahwa konteks kata hendaknya dilihat bagi kepentingan larik dan bait puisi secara keseluruhan, bukan dalam arti yang sempit yang hanya terbatas pada kalimat tempat kata tersebut berada. Dengan demikian, analisis yang akan dilakukan tetap merujuk kepada konteks puisi yang dikaji.Imagy atau Citraaan 2.2. Imajeri Citraan atau Imajeri berasal dari bahasa Latin imago (image) dengan bentuk verbanya imitari (to imitate). Citraan merupakan gambaran anganangan dalam puisi (Scott, 1980:139; Pradopo, 1993:79). Penyair tidak hanya pencipta musik verbal tetapi juga pencipta gambaran dalam kata-kata untuk mendeskripsikan sesuatu sehingga pembaca dapat melihat, merasakan, dan mendengarnya (Scott, 1990:139). Gambaran angan-angan tersebut untuk menimbulkan suasana yang khusus; membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran serta penginderaan juga untuk menarik perhatian. Citraan atau Imajeri sebagai istilah umum yang meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan pikiran dan setiap pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa. (Imageri as a general term covers the use of language to represent objects, actions, feelings, thoughts, ideas, states of mind and any sensory or extrasensory experience (Cuddon, 1979:316). Dari pernyataan Pradopo dan Cuddon tersebut terungkap bahwa pada dasarnya citraan meliputi gambaran angan-angan dan penggunaan bahasa yang menggambarkan angan-angan tersebut (bandingkan

Altenbernd dalam Pradopo, 1993:90), sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Sejalan dengan definisi-definisi tersebut, Burton (1984:97)

mengungkapkan "Imageri in poetry is an appeal to senses through words. Through the senses the emotions and intellect of the reader can be swiftly

stirried; consequently, poetry makes much use of-Imageri. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa citraan dalam puisi merupakan daya penarik indera melalui kata-kata. Melalui indera tersebut emosi dan intelek pembaca dapat dikobarkan dengan cepat. Oleh karena itu, wajar saja jika puisi banyak menggunakan citraan. Namun ditambahkan pula oleh Burton bahwa tidak berarti semua puisi yang bagus harus mengandung citraan. Menurut Waluyo (199179) ada hubungan yang erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Berbeda dengan pendapat Burton di atas Waluyo menekankan bahwa diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti dihayati melalui penglihatan, pendengaran, atau cita rasa. Dengan demikian, citraan adalah penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek, tindakan, perasaan, ide, pikiran, dan pengalaman indera yang berfungsi membuat (lebih) hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan lainnya serta untuk menarik perhatian di samping dapat membangkitkan intelek dan emosi pembaca dengan cepat. 3. Analisis Diksi dan Imajeri Puisi Kami Adalah Pemilik Syah Republik Ini karya Taufik Ismail.

KITA ADALAH PEMILIK SYAH REPUBLIK INI

Tiada ada lagi piliha. Kita harus Berjalan terus Karena berhenti atau mundur

Apakah akan kita jual keyakinan kita Dalam pengabdian tanpa harga Akan maukah kita duduk satu meja Dengan para pembunuh tahun yang lalu Dalam setia[ kalimat yang berakiran Duli Tuanku? Tidak ada lagi pilihan. Kita harus

Berjalan terus Kita adalah manusia bermata saty, yang di tepi jalan Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh

Kita adalah berpulih juta yang bertahan hidup sengsara Dipukul banjir, gunung api, kutuk, dan hama Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka

Kita yang tak punya dengan seribu selohan Dan eribu pengeras suara Tidak ada pelihan. Kita harus Berjalan terus (Taufik Ismail)

3.1. Diksi Pilihan kata ang dituangkan oleh penyair dalam puisi ini sangat mendukung isi dan tema perjuangan harga diri bangsa. kata /kita/ yang dominan muncul dalam puisi memberikan makna orang banyak. makna secara mendalam, kata /kita/ bermakna selruh rakyat Indonesia yang oleh pengarang secara tidak langsung diajak untuk bangkit dan berjuang melawan segala bentuk penjajahan dan intervensi oleh para penjajah baik secara internal maupun eksternal. lalu /para pembunuh/ dapat dimaknai sebgai orang-orang yang suka turut campur dalam kepemerintahan bangsa kita. model dan bentuk penjajahan mereka revisi dalam bentuk gaya baru. bisa jadi penjajahan gaya baru tersebut terimplikasi dalam bentuk kepemilikan saham-saham, penguasaan dan pengerukan

kekayaan alam kita secara tidak terbatas, pemberian bantuan dan modal yang kemudian menjadi beban dan hutang sepanjang hayat, korupsi yang dilakukan oleh orang-orang pribumi sendiri, bahkan penjajahan yang merembes dalam masalah aqidah dan moral. Selanjutnya, kata /duli tuanku/ memberikan makna bahwa bangsa kita adalah bangsa yang selalu berprinsip Yes, Bos atau Yang Penting Bapak Senang. Artinya kondisi bangsa atau rakyat kita selalu siap bekerja menjalankan tugas untuk kepentingan dan kesenangan sang Big Bos, dan menguntungkan si pelaksana tugas, tak peduli orang lain berada dalam penderitaan. penyakit

seperti ini oleh pengarang disodorkan kepada kita untuk dijadikan sebagai bahan permenungan, yang kemudian tercermin melalui beberapa pilihan katanya dalam baris puisi /apakah akan kita jual keyakinan kita/ dan /dalam pengabdian tanpa harga?/ Sedangkan kata-kata; /banjir/, /gunung api/, /kutuk dan hama/ merupakan pilihan kata yang menggambarkan kesusahan dan penderitaan rakyat Indonesia, yang mau tidak mau, suka maupun tidak suka kita harus keluar dari kondisi seperti itu. Oleh karenanya, penyair memilih kata-katanya sebagai berikut : Tidak ada lagi pilihan. Kita harus Berjalan terus Karena berhenti atau mundur berarti hancur 3.2. Imaji Dalam puisi ini terdapat beberapa kalimat yang mengandung citraan atau imaji. kalimat /kita adalah manusia bermata sayu, di pinggir jalan/ mengandung imaji penglihatan, karena orang yang bermata sayu dan berdiri di pinggir jalan tentunya dapat kita lihat atau dapat diamati. Citraan ini mengandung makna bahwa orang bermata sayu seakan-akan kelihatan seperti sehabis bangun tidur, kelihatan ngantuk dan malas, matanya kurang bercahaya. Apalagi berdiri di pinggir jalan. Citraan ini menggambarkan kondisi masyarakat yang termajinalkan yang hanya mampu berusaha melihat, mamandang dan menerawang masa depan yang nampak suram dan samar. Kalimat /mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh/ menimbulkan imaji penglihatan, karena kondisi orang yang mengacungkan tangan atau melambaikan tangan untuk menghentikan sebuah bus atau oplet tentunya dapat dilihat dan bukan didengar. Pada dasarnya orang yang mengacungkan tangan untuk sebuah bus atau oplet adalah perbuatan yang siasia, karena secara umum bus atau oplet yang sudah penuh tentunya tidak mau berhenti lagi untuk mengangkut penumpang dan pasti bus atau oplet tersebut berlalu dan meninggalkan penumpang itu. Citraan ini memperkuat kondisi

bangsa kita atau rakyat kita yang tidak mempunyai kesempatan untuk melaju bahkan hanya tertinggal dan terkebelakang dalam segala hal. Ketertinggalan dan keterbelakangan itu terutama di bidang pendidikan dan bidang teknologi bahkan ekonomi. 4. Simpulan Berdasarkan hasil analisis Diksi dan Imajeri dapat disimpulkan bahwa puisi Kita adalah pemilik syah Republik ini karya Taufik Ismail ini merupakan puisi yang merefleksikan sejarah Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari bahasa yang digunakan dalam puisinya. Dengan bahasa yang begitu menggugah dan menggelora, dapat dinyatakan bahwa makna puisi tersebu sangat mendorong dan mendobrak keterkurungan rakyat Indonesia dari bentuk penjajahan baik yang dating dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Puisi ini digolongkan sebagai puisi yang memiliki substansi tentang persoalan ketidakadilan social yang terjadi adanya kesewenang-wengangan kekuasaan pada masa orde lama. 5. Daftar Pustaka

Surapati, Andi; 2005. Kajian Struktural dalam Kumpulan Puisi Tirani dan Benteng karya Taufik Ismail, Andi Suprianti, 2002 112 037 (Skripsi Mahasiswa Universitas PGRI Palembang) Herson, Kadir, 2010;, Analisis Struktur Puisi dalam liri-lirik Album kedua Jambrud.(Makalah Mahasiswa Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Gorontalo) Ismail, Taufik. 2004. Tirani dan Benteng. Jakarta: Yayasan Indonesia Tarigan, H.G. 1984. Prinspi-prinsip Dasar Sartra. Bandung: Angkasa www.binar.com www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai