Anda di halaman 1dari 5

Pengertian, Ruang Lingkup, dan Sumber Citraan

Citraan adalah satuan ungkapan yang dapat menimbulkan hadirnya kesan


keindrawian atau kesan mental tertentu. Unsur citraan dalam sebuah puisi
merupakan unsur yang sangat penting dalam mengembangkan keutuhan puisi,
sebab melaluinya kita menemukan atau dihadapkan pada sesuatu yang tampak
konkret yang dapat membantu kita dalam menginterpretasikan dan menghayati
sebuah puisi secara menyeluruh dan tuntas.
Citraan dalam puisi terdapat 7 jenis citraan, yaitu citraan penglihatan, citraan
pendengaran, citraan gerak, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan
pencecapan, dan citraan suhu. Penggunaan citraan dalam puisi melibatkan
hampir semua anggota tubuh kita, baik alat indra maupun anggota tubuh, seperti
kepala, tangan, dan kaki.
Untuk dapat menemukan sumber citraan yang terdapat dalam puisi, pembaca
harus memahami puisi dengan melibatkan alat indra dan anggota tubuh untuk
dapat menemukan kata-kata yang berkaitan dengan citraan.

Kegiatan Belajar 2

Fungsi dan Jenis-jenis Citraan

Fungsi citraan sebenarnya tidak hanya sekadar memberi ilustrasi dan dekorasi
pada sebuah puisi, tetapi lebih dari itu. (Burton dalam Pradopo, 1987)
menyatakan bahwa citraan (imagery) dipakai untuk menggugah perasaan,
sedangkan Brooks dan Warren menyebutkan bahwa fungsi citraan adalah untuk
merangsang imajinasi, menggugah perasaan dan pikiran di balik sentuhan indra.
Dengan demikian, citraan berfungsi sebagai alat interpretasi atau alat untuk
menemukan makna yang terkandung dalam sebuah puisi.
Jenis citraan dalam puisi ada bermacam-macam sesuai dengan jenis indra yang
ingin digugah oleh penyair lewat puisinya. Jenis citraan ini dinamai berdasarkan
macam imaji yang dapat ditimbulkannya, yaitu imaji yang berkaitan dengan
pengalaman visual, pengalaman pendengaran atau auditif, pengalaman indra
penciuman, pengalaman indra pencecapan, pengalaman indra perabaan,
pengalaman sensoris akan suhu, dan pengalaman akan pengamatan terhadap
gerak.
Adapun citraan secara umum dapat dikelompokkan menjadi citra penglihatan
(visual), citra pendengaran (auditif), citra gerak, citra perabaan, citra penciuman,
citra pencecapan, dan citra suhu.

DAFTAR PUSTAKA
Mohamad, Goenawan. (1992). Asmaradana. Jakarta: Gramedia widiasarana
Indonesia.

Pradopo, Rakhmat Djoko. (2002). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gaja Mada


University Perss.

Santosa, Puji., Ranabrata, Utjen Djusen., dan Pratiwi, Dwi. (2004). Sastra
Keagamaan dalam Perkembangan Sastra Indonesia: Puisi 1946-1965. Jakarta:
Pusat Bahasa Depdiknas.

Sayuti, Suminto, A. (2006). Cerita Rekaan (modul). Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumarjo, Jakob & Saini K.M. (1994). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Waluyo, Herman J. (1991). Teori dan apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.


Membahas Isi Puisi Berdasarkan Penginderaan
1. Menjelaskan Gambaran Penginderaan / Citraan Puisi
2. Citraan Penglihatan ( Gerimis, mentari, jenazah, hitam, gelap, terang )
3. Citraan Pendengaran ( bunyi tambur, mendesah, mengeluh )
4. Citraan Penciuman ( wangi, harum, anyir )
5. Citraan Pengecapan ( asam, pahit, manis, gurih )
6. Citraan Perabaan ( kasar, halus, licin, bergerigi, tajam )
7. Citraan Gerak ( mulut tercekam, mata terpejam, kepala tertunduk, mengusap,
memukul, mendobrak )

Citraan dalam Puisi


Puisi termasuk bentuk (genre) karangan sastra sebagaimana prosa dan drama. Banyak
orang yang menyamakan pengertian puisi dan sajak, padahal tidak sama. Puisi adalah
istilah umum, misalnya puisi perjuangan, sedangkan sajak mengacu pada salah satu
ciptaan seperti Kerawang Bekasi. Penyair memiliki bebrapa kiat agar puisi atau sajaknya
mudah dicerna oleh pembaca atau penikmatny. Untuk itu, penyair acapkali menampilkan
citraan (imagery) atau gambaran angan-angan dalam sajaknya. Melalui citraan, para
penikma sajak akan memperoleh gambaran yang jelas, suasana khusu, atau gambara
nyang menghidupkan alam pikiran dan perasaan penyairnya. Pendeknya, citraan
merupakan gambaran dalam pikiran dan bahasa yang menciptakannya. Gambaran angan
itu ada kalanya dihasilkan oleh indria penglihatan. Citraan yang ditimbulkannya disebut
citraan lihatan. Gambaran yang dihasilkan indra pendengaran dinamai citraan dengaran,
dan citraan yang dimunculkan oleh indria penciuman diberi nama citraan bauan.
Demikian seterusnya untuk penyebutan citraan rabaan, cecapan, dan gerakan. Dapatkah
dirasakan citraan yang terpantul melalui kutipan sajak Amir Hamzah di bawah ini? Nanar
aku gila sasar Sayang berulang padamu jua Engkau pelik menarik ingin Serupa dara di
balik tirai Dari sekian jenis citraan yang disebutkan, tampaknya citraan lihatanlah yang
terasa dalam sajak di atas. Perhatikanlah larik keempat, serupa dara di balik tirai.
Tidakkah terasa sesuatu yang merangsang indria penglihatan? Artinya, dalam angan
seolah-olah jelas tampak seorang wanita

ruphttp://id.wikisource.org/wiki/Buku_Praktis_Bahasa_Indonesia_1/Sastra#Citraan_dala
m_Puisiawan yang mengintai dari balik tirai.
CITRAAN DALAM PUISI
Citraan Adalah penggambaran mengenai objek berupa kata, frase,
atau kalimat yang tertuang di dalam puisi atau prosa. Citraan
dimaksudkan agar pembaca dapat memperoleh gambaran konkret
tentang hal-hal yang ingin disampaikan oleh pengarang atau penyair.
Dengan demikian, unsur citraan dapat membantu kita dalam
menafsirkan makna dan menghayati sebuah puisi secara menyeluruh.
Jenis Citraan dibagi menjadi 7, yakni:
1. Citraan penglihatan, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indera
penglihat (mata). Citraan ini dapat memberikan ransangan kepada mata
sehingga seolah-olah dapat melihat sesuatu yang sebenarnya tidak
terlihat.
2. Citraan pendengaran, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indera
pendengar (telinga). Citraan ini dapat memberikan ransangan kepada
telinga sehingga seolah-olah dapat mendengar sesuatu yang
diungkapkan melalui citraan tersebut.
3. Citraan perabaan, yaitu citraan yang melibatkan indera peraba
(kulit), misalnya kasar, lembut, halus, basah, panas, dingin, dll.
4. Citraan penciuman, yaitu citraan yang berhubungan dengan indera
pencium (hidung). Kata-kata yang mengandung citraan ini
menggambarkan seolah-olah objek yang dibicarakan berbau harum,
busuk, anyir, dll.
5. Citraan pencecapan, yaitu citraan yang melibatkan indera pencecap
(lidah). Melalui citraan ini seolah-olah kita dapat merasakan sesuatu
yang pahit, asam, manis, kecut, dll.
6. Citraan gerak, yaitu citraan yang secara konkret tidak bergerak,
tetapi secara abstrak objek tersebut bergerak.
7. Citraan perasaan, yaitu citraan yang melibatkan hati (perasaan).
Citraan ini membantu kita dalam menghayati suatu objek atau kejadian
yang melibatkan perasaan.

http://gubukbahasasastra.blogspot.com/2009/07/citraan-dalam-puisi.html
1. Citraan Isi Puisi

Untuk menyampaikan maksud, ide, dan gagasannya, pengarang berusaha


mengkonkretkan melalui gambaran (citraan) penginderaan, perasa, dan pendapat. Dengan
penggambaran atau citraan itu, ide dan gagasan pengarang akan semakin mudah
ditangkap pembacanya.

Perhatikan contoh citraan puisi berikut ini!


......................................
Angin berhembus tertahan-tahan
Daun berisik rasa kesukaan
Bulan perlahan-lahan
Menuju maghrib peraduan
Karya Y.E. Tatengkeng

Pada baris pertama puisi di atas seolah-olah pembaca merasakan hembusan angin, " angin
berhembus tertahan-tahan". Inilah yang dimaksud gambaran perasa. "Daun berisik rasa
kesukaan" pada baris kedua seolah pembaca dapat mendengar suara daun yang
berisik.Larik "bulan perlahanlahan", "menuju maghrib peraduan" merupakan
penggambaran indera penglihatan, yakni sedang menyaksikan bulan yang akan segera
tenggelam.

2. Menentukan Gambaran Penginderaan, Perasa, Pendapat, dan


Merefleksikan Isi Puisi

Tanah Kelahiran

Seruling di pasir tipis, merdu


Antara gundukan pohon pina
Tembang menggema di dua kaki,
Burangrang-Tangkubanperahu Jamrut di pucuk-pucuk
Jamrut di air tipis menurun Membelit tangga di tanah merah
Dikenal gadis-gadis dari bukit
Nyanyikan kentang sudah digali
Kenakan kebaya ke pewayangan, Jamrut di pucuk-pucuk,
Jamrut di hati gadis menurun. (Ramadhan K.H., Priangan Si Jelita)

http://www.crayonpedia.org/mw/Keindahan_Alam_-_Sarwiji_7.2

Anda mungkin juga menyukai