Anda di halaman 1dari 49

STROKE

Kelompok 7 B
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Anatomi pembuluh darah otak
2. Fisiologi peredaran darah otak
3. Fisiologi SSP
4. Definisi dan Klasisikasi Stroke
5. Patofisiologi dan Gejala Klinis
6. Faktor resiko stroke
7. Pemeriksaan Fisik
8. Pemeriksaan Penunjang
9. Tatalaksana
10. Komplikasi dan Prognosis
Anatomi Pembuluh Darah
Otak
VASKULARISASI OTAK
SIRKULLUS WILLISI
VENA-VENA OTAK
VENA SEREBRI MEDIA PROFUNDA
Fisiologi Peredaran Darah
Otak
Fisiologi SSP
OTAK

1. Serebrum
- korteks serebrum
- Basal ganglia
Medula spinalis
1. Diencephalon
- talamus
● cervical
- Hipotalamus
● Torakal
- Hipofisa
● Lumbal
● Sacral
1. Batang otak
- mid brain
- Pons
- Medula oblongata

1. Serebellum
Serebrum
● Merupakan bagian terbesar dari otak dan
mengisi hampir seluruh ronggal cranial
● Terdiri dari 2 hemisfer yang di hubungkan oleh
corpus callosum
● Mempunyai 4 lobus ( frontal , pariental ,
oksipital
Definisi dan Klasifikasi Stroke
Definisi
Patofisiologi dan Gejala
Klinis
Faktor Resiko
Stroke
HIPERTENSI
Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan
faktor risiko utama yang menyebabkan pengerasan
dan penyumbatan arteri. Secara medis, tekanan
darah di atas 140/90 mmHg tergolong dalam
penyakit hipertensi. Penderita hipertensi memiliki
risiko stroke empat hingga enam kali lipat
dibandingkan orang yang tanpa hipertensi. Sekitar
40 hingga 90 persen pasien stroke ternyata
menderita hipertensi sebelum terkena stroke.
PENYAKIT JANTUNG
atrial fibrilation, yakni penyakit jantung dengan denyut
jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di
atrium kiri ini mencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di
bagian-bagian lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah
menjadi tidak teratur dan secara insidentil terjadi pembentukan
gumpalan darah. Gumpalan-gumpalan inilah yang kemudian
dapat mencapai otak dan menyebabkan stroke. Pada orang-orang
berusia di atas 80 tahun, atrial fibrilation merupakan penyebab
utama kematian pada satu di antara empat kasus stroke.
PENYAKIT JANTUNG
ASA (Atrial Septal Aneurysm) atau cacat bentuk
kongenital (sejak lahir) pada jaringan jantung,
yakni penggelembungan dinding jantung ke arah
salah satu bilik jantung. PFO dan ASA seringkali
terjadi bersamaan sehingga memperbesar risiko
stroke.
DIABETES
Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat
terkena stroke dan mencapai tingkat tertinggi pada
usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan
menurun. Ada faktor penyebab lain yang dapat
memperbesar risiko stroke, seperti 40 persen
penderita diabetes yang pada umumnya juga
mengidap hipertensi.
KOLESTEROL
Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya
lemak jenuh dan kolesterol seperti daging, telur,
dan produk susu dapat meningkatkan kadar
kolesterol dalam tubuh dan berpengaruh pada
risiko aterosklerosis (penyumbatan dan penebalan
pembuluh darah). Kadar kolesterol di bawah 200
mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas 240 mg/dl
sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada
risiko terkena penyakit jantung dan stroke.
ALKOHOL
peningkatan konsumsi alkohol meningkatkan
tekanan darah sehingga memperbesar risiko stroke,
baik yang iskemik maupun hemoragik. Tetapi,
konsumsi alkohol yang tidak berlebihan dapat
mengurangi daya penggumpalan platelet dalam
darah, seperti halnya aspirin. Dengan demikian,
konsumsi alkohol yang cukup justru dianggap
dapat melindungi tubuh dari bahaya stroke
iskemik.
OBAT OBATAN TETLARANG
Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain
dan senyawa olahannya dapat menyebabkan stroke.
Kokain juga menyebabkan gangguan denyut
jantung (arrythmia) atau denyut jantung jadi lebih
cepat. Masing-masing menyebabkan pembentukan
gumpalan darah.
INVEKSI VIRUS DAN BAKTERI
Infeksi virus maupun bakteri dapat bergabung
dengan faktor risiko lain dan membentuk risiko
terjadinya stroke. Secara alami, sistem kekebalan
tubuh biasanya melakukan perlawanan terhadap
infeksi dalam bentuk meningkatkan peradangan
dan sifat penangkalan infeksi pada darah.
Sayangnya, reaksi kekebalan ini juga meningkatkan
faktor penggumpulan dalam darah yang memicu
risiko stroke embolik-iskemik.
FAKTOR RESIKO YANG TIDAK
DAPAT DI KENDALIKAN
Usia
Risiko stroke meningkat seiring pertambahan
umur. Mulai usia 55 tahun, setiap 10 tahun
penambahan usia, risiko terkena stroke meningkat
dua kali lipat.
- Jenis Kelamin
Insiden stroke 20% lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita.
FAKTOR RESIKO YANG TIDAK
DAPAT DI KENDALIKAN
Ras
Berdasarkan data American Heart Association, ras
Afrika-Amerika berisiko lebih tinggi terkena
stroke dibandingkan ras Kaukasia (kulit putih).
- Gen
Risiko stroke lebih tinggi jika dalam keluarga
terdapat riwayat penderita stroke
Pemeriksaan Fisik
● Anamnesis
● Tanda-tanda vital
○ Suhu
○ Tekanan darah
○ Denyut nadi
○ pernapasan
● Pemeriksaan fisik neurologi
Pemeriksaan N.VII

● Sikap wajah saat istrahat dan mimik wajah


● Angkat alis
● Kerut dahi
● Lagoftalmus
● Menyeringai (sulkus nasolabialis)
● Kembung pipi
● Fenomena chovstelk
● Rasa kecap ⅔ depan lidah
Pemeriksaan N.XII (hipoglosus)

● Sikap lidah dalam mulut


● Jalur lidah : ada atau tidaknya
deviasi,tremor,fasikulasi
● Tenaga otot lidah
Pemeriksaan motorik

● Trofi otot lengan dan tungkai


● Derajat kekuatan otot lengan dan
tungkai
● Tonus otot lengan dan tungkai
Pemeriksaan sensibilitas

● Eksteroseptif
○ Rasa raba
○ Rasa nyeri
○ Rasa suhu
● Proprioseptif
○ Rasa gerak dan sikap
○ getar
Refleks fisiologis
Biseps : lengan pasien disemifleksikan sambil menempatkan ibu jari di
atas tendon otot biseps.ibu jari kemudian diketok mengakibatkan
gerakan fleksi lengan bawah

triseps : lengan bawah disemifleksikan setengah kemudian diketok


pada tendon m.triseps.
gerakan yg timbul adalah ekstensi.
APR : tungkai bawah difleksikan,pegang kaki pada ujungnya setelah itu
tendon archiles diketok.

Brakhioradialis : lengan bawah difleksikan,ketok prosesus


stiloideus radius.
lengan bawah akan supinasi

KPR : tungkai difleksikan,ketok tendon muskulus kuadriseps


femoralis,dibawah patella.
Refleks patologis
Refleks babinski : goresan dilakukan perlahan jika positif akan menimbulkan
gerakan dorsofleksi ibu jari yg dapat disertai mekarnya jari-jari lainnya

Refleks chadock : menggoreskan bagian lateral


maleolus Refleks gordon : mencubit otot betis

mengurut dengan kuat tibia dan otot


tibialis anterior.arah ngurutnya kebawah
Pemeriksaan
Penunjang
CT SCAN
Pemeriksaan awal untuk menentukan apakah
pasien termasuk stroke hemoragik atau non
hemoragik.
ANGIOGRAFI SEREBRAL
Membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik, seperti perdarahan atau obstruksi arteri,
dan ada tidaknya oklusi atau rupture
MRI
Menunjukkan daerah yang mangalami infark,
hemoragik, dan kelainan bentuk arteri-vena.
EEG
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada
gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi
yang lebih spesifik.
Tatalaksana
Komplikasi dan Prognosis

Anda mungkin juga menyukai