Puisi “Asaku" berisi luapan resah yang tak berarah.
Ungkapan perasaan yang sering dialami para
remaja. Ungkapan bahasa romantis dan berlebih-lebihan kata-katanya menggambarkan suasana hati dan keadaan jiwa yang penuh gairah dan semangat yang membumbung. Biasanya perasaan dipenuhi juga dengan isak tangis dan rintihan yang bersifat sentimental. Puisi ini mengungkapkan nilai-nilai cinta, kasih sayang, dan keindahan dunia yang penuh pesona. Puisi “Asaku" periodesasi sastra Indonesia Merupakan Angkatan 2000 an
Kutipan Puisi “Aku" karya Chairil Puisi ini bercerita tentang
Anwar perjuangan. Kalau sampai waktuku, ku mau tak seorang kan merayu, tidak juga kau. Di sini si aku menyampaikan kalau sampai waktunya telah tiba yang bisa diartikan sebagai waktu untuk ia berjuang. Dia tidak mau ada seorang pun yang akan menghalangi niatnya untuk berjuang, sekalipun itu adalah seseorang yang dia kasihi. "Tak perlu sedu sedan itu," ketika ia pergi berjuang, si aku tidak ingin ada yang bersedih. Dia ingin mereka mengikhlaskannya untuk berjuang Aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang. Larik puisi ini mengibaratkan dirinya seperti binatang jalang. Binatang jalang disini adalah sosok yang keras, yang tidak mudah untuk dikekang. “Dari kumpulannya terbuang,” adalah pemikiran si aku yang mengganggap dirinya bagaikan seseorang yang tidak dianggap atau terbuang. kata-kata yg terletak tebal merupakan kata yang perlu mendapat penekanan kuat. Maksud dari kata-kata itu lebih jelas. Kata-kata tersebut lebih memperoleh penegasan dari pada kata yang lain. Puisi “aku" merupakan Periodesasi Sastra Indonesia Angkatan 45.