Anda di halaman 1dari 5

Nama: Perdinansyah Siregar

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Teori sastra adalah studi prinsip, kategori dan kritetia yang dapat diacu dan dijadikan titik
tolak dalam telaah bidang sastra. Sedangkan studi terhadap konkret disebut kritik sastra dan
sejarah sastra. Antara Teori sastra, kritik sastra dan sejarah sastra saling berkaitan. Dalam
tulisan yang sederhana ini, penulis akan mengulas bentuk teori sastra dan kemudian
bagaimana bentuk penggunaannya dalam menganalisis sebuah karya satra. Perlu diketahui
juga bahwa bentuk dari teori sastra juga beragam, seperti: teori struktural, teori psikologi
sastra, teori kepribadian Abdul Aziz Ahyadi, sosiologi sastra, kritik sastra feminis, resepsi
sastra dan lain-lain.
Melihat teori sastra yang beragam, penulis sebenarnya merasa kewalahan dalam menentukan
teori yang dapat dipakai untuk menganalisis puisi karya Maysun Al-Suwaidan di bawah ini.
Namun, karena waktu yang terbatas, penulis melihat bahwa bentuk dari teori struktural yang
cukup sederhana dan tak membutuhkan waktu yang lama, dimana teori ini menitik beratkan
analisis pada strata norma roman ingarden. Semoga teori struktural ini dapat mengantarkan
penulis kepada analisis karya sastra yang baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Teori
1. Pengertiam Teori Struktualisme
Teori Struktualisme adalah pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan
keseluruhan relasi anatara berbagai unsur teks. Teori ini lahir untuk mentang teori mimetik
yang mengatakan sastra sebagai barang tiruan, menentang teori ekspresif yang menggap
sastra sebagai ungkapan perasaan dan watak pengarang dan menentang teori-teori yang
menganggap sastra sebagai media komunikasi antara pengarang dan pembacanya.

2. Analisis Kritik Sastra Melalui Teori Struktualisme Dalam Puisi Maysun


Al-Suwaidan
‫الهالك ؟‬
ْ ِ ‫ماذا أفادتني هدايا أ‬
‫ُهديت بع َد‬ َ

‫التجم ُل في َمرايا‬
ُّ ‫كيف‬

ْ ‫ال أرى فيها ِس‬


‫واك ؟‬

‫تراك ؟‬
ْ ‫خلقت لكي‬
َ ‫أخلقتَها حتى ترى من قد‬

‫دعاك ؟‬
ْ ‫صوت‬ٌ ِ ‫فتش ّد ِمن‬
‫أحبال صوتي كلّما‬

ِ ‫ص ْدني ومزقني فإن النّاس‬


‫ترميني‬ ِ
ّ

‫بِبح ٍر ليس يبغيني‬

ْ ‫ ال َه‬.. ‫رب وال ماءٌ بِ ِطيني‬


‫الك‬ ٌ ُ‫!فال ت‬

‫ِّباك‬
ْ ‫ أنا الش‬.. ‫صاد‬ ِ ‫ص ْدني فإنّي ال‬
ُ ُ‫أصي ُد وال ا‬ ِ

‫الطالبين‬
َ ‫بين أيدي‬
َ ‫ما‬

ْ ‫ ِس‬.. ‫وبين َما طلبوا‬


‫واك‬

‫أيني أنا ؟ َمالي مكا ٌن‬


‫“هنا” ؟‬
‫“هناك” بال ُ‬
‫اطلب َما ُ‬
‫كيف ُ‬

‫غيرها‬ ‫ٍ‬
‫هبني ثالثةَ أحرف ‪ ..‬ال َ‬

‫“هنا‬
‫”هبني ُ‬

‫أفر َق بيننا‬ ‫ِ‬


‫حتى اُش َير إليّك منها ‪ ..‬كي ّ‬

‫ِ‬
‫بالميل‬ ‫إصبع‬
‫لمح ٌ‬‫حتى يُ َ‬

‫‪َ ..‬من ِمن"نا" ‪ ..‬أنا‬

‫قُل لي ‪ ..‬لماذا إخترتني ؟‬

‫األنام‬
‫بيديك من بين ْ‬
‫َ‬ ‫وأخذتني‬

‫مشيت بي‬
‫َ‬ ‫‪ ...‬و‬

‫ومشيت‬
‫َ‬ ‫‪..‬‬

‫ثم تَركتني‬
‫ّ‬

‫حام‬
‫الز ْ‬ ‫ِ‬
‫كالطفل يبكي في ِّ‬

‫لح المدام ِع ‪ -‬بِعتَني‬ ‫ِ‬


‫إن كنت ‪ -‬يَا م َ‬

‫الكالم‬
‫ْ‬ ‫السكوت من‬
‫ُ‬ ‫فأقل ما يَ ِر ُ‬
‫ث‬ ‫ّ‬

‫بالسالم‬ ‫ُهو أن تؤ ّشر من ٍ‬


‫بعيد‬
‫ْ‬ ‫َ‬

‫الظالم‬
‫ْ‬ ‫ترحل في‬
‫ُ‬ ‫قررت‬
‫َ‬ ‫األبواب إن‬
‫َ‬ ‫غلق‬
‫أن تُ َ‬

‫ضر لو ودَّعتنِي ؟‬
‫ما َّ‬

‫تام ؟‬ ‫ومنحتني فصل ِ‬


‫الخ ْ‬ ‫َ‬

‫يدي‬
‫أريح َّ‬
‫‪ ،‬حتى َ‬

‫قصتي‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬


‫تقليب آخر صفحة من ّ‬ ‫من‬

‫ضها‬ ‫‪ ..‬تلك التي ُّ‬


‫يشتد أبي ُ‬

‫أنام‬
‫الظالم ‪ ..‬حتى ْ‬
‫ْ‬ ‫! فيُعميني إذا َّ‬
‫اشتد‬

‫أنام‬
‫حتى ْ‬

‫أنام‬
‫‪..‬حتى ْ‬

‫أنا ربّما‬

‫‪ ..‬أبكي قليال في سريري دونما‬

‫يدري بدمعي إخوتي‬


‫ لكنّما‬..

‫تكبر بَسمتِي‬ ِ ‫أمام الن‬


ُ ‫َّاس‬ َ ‫تبقى‬...

‫ تزداد لمعتُها إذا ما َخضَّبَْتها دمعتي‬...

‫أطلقت آهاتي ولم‬


ُ ‫أنا عندما‬

‫إليك‬
ْ ‫مالمح بسمتي شوقا‬
ُ ‫تسرح‬
ْ ..

‫لديك‬
ْ ‫لدي وما‬
َّ ‫أفهم ما‬
ُ ‫أصبحت‬
ُ ..

‫ملكت سعادتي‬
ُ ‫ها قد‬

‫يديك‬
ْ ‫حزني في‬
َ ‫لكن‬َّ ..

‫أدم ِعي؟‬
ُ ‫فَمتى سترجع‬

‫عليك؟‬
ْ ‫وإلى متى أبكي‬

ْ ‫ك لم‬
‫أزل‬ َ ُ‫هذي شموع‬
ِ َّ‫بالليل أرجوها فلم َتَت َعط‬
‫ف‬ ْ
ِ ‫!ما بالُها لم تَنط‬
‫َف؟؟‬

‫ُمت‬

ْ ‫!أو لِتَتر ْكني أ َُم‬


‫ت‬

ِ َ‫اختر مماتاً أو حيا ًة واخت‬


‫ف‬ ْ

‫كاألشباح فِ ّي‬
ِ ‫تحي‬
َ ‫ال‬...
Menjadi putri dari seorang pemikir Quwait, Maysoon Al-Suwaidan tumbuh menjadi seorang pemikir
sekaligus penyair ulung. Sebagaimana penyair pada umumnya, Maysoon Al-Suwaidan juga memiliki
ciri khas dalam bersyair, yakni syair yang bergaun kritikan. Dalam menganalisis syair ini, penulis
berpedoman pada Starata Norma Roman Ingarden yang membagi puisi pada empat strata (lapisan)
norma. Berikut masing-masing lapis puisi di atas:

1. Lapis bunyi pada puisi di atas adalah bunyi-bunyi yang keluar saat puisi dilafalkan.
2. Lapis arti adalah kalimat yang tersusun dalam puisi di atas.
3. Lapis hal-hal yang dikemukakan adalah tokoh “aku” yang sedang mengabarkan bahwa
setiap warga suatu negara adalah mereka yang dipilih untuk turut ikut dalam proses
berjalannya pemerintahan. Dari sini, tokoh “aku” mengkritik pemerintah untuk adil dalam
pemerintahannya. Jika pemerintah tak adil, semestinya dia mundur saja, agar bisa digantikan
oleh pihak lain. Tokoh “aku” juga berucap mengabarkan bahwa seorang yang hidup akan
dipandang hidup, jika dia berbuat adil. Namun jika tidak, dia akan dipandang mati bagai
“hantu”. Adapun objek yang dikemukakan adalah “kamu” yang sedang dimintai
pertanggungjawaban, yakni pemerintah.
4. Lapis Fenomena,
 Lapis Dunia dalam puisi di atas berupa kritikan seorang warga negara.
 Lapis fenomena dalam puisi tersebut adalah renungan dari seorang warga negara
yang pikirannya bebas dari ketakutan melawan kebijakan pemerintah.

Bab III
PENUTUP
Kesimpulan
Makna puisi ‫ني‬oo ‫اذا اخترت‬oo ‫ لم‬mengisahkan seorang warga yang responsif terhadap pemerintahan
yang terjadi. Adapun analisis yang dihasilkan, bahwa didapati empat lapisan yang mengisi
alur puisi, yakni: lapis bunyi (lafal-lafal puisi), lapis arti (kalimat yang menyusun puisi), lapis
hal-hal yang dikemukakan (harapan tokoh “aku” dan kritikan terhadap tokoh “kamu”), dan
lapis fenomena (lapis dunia adalah kritikan seorang warga dan lapis fenomena adalah
renungan pemikiran yang merdeka atau bebas dari ketakutan).

Anda mungkin juga menyukai