Anda di halaman 1dari 17

PENDEKATAN STRUKTURAL DALAM ANALISIS PUISI “ ‫ ”الكوليرا‬KARYA NAZIK AL-MALAIKAH

OLEH : DIAN OKTAVIA 1811010075

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang penyajiannya sangat mengutamakan
keindahan bahasa dan kepadatan makna. Dengan puisi seorang penyair dapat mengungkapkan
ekspresi perasaannya. Keindahan bahasa dan kepadatan makna yang dimiliki puisi terkadang
membuat pembaca atau penikmat puisi mengalami kesulitan dalam memahami dan menangkap
makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Untuk dapat memahami dan menangkap makna di
dalam puisi, pembaca harus memiliki kepekaan batin dan daya kritis terhadap puisi tersebut.

Oleh karena itu, untuk memahami dan menangkap makna puisi pembaca perlu
melakukan kajian atau analisis terhadap puisi tersebut. Dalam pengkajian puisi ada beberapa
pendekatan yang dapat digunakan, salah satunya dengan menggunakan pendekatan struktural.
Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan Strukturalisme Praha. Sebuah
karya sastra, puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara
koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya.

Di satu pihak, struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan
gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama
membentuk kebulatan yang indah (Abrams, 1981:68 dalam Nurgiyantoro, 2007:36). Di pihak
lain, struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik) yang
bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk
satu kesatuan yang utuh (Nurgiyantoro,2007:36).

Analisis struktural karya sastra, yang dalam hal ini puisi, dapat dilakukan dengan Dengan
Mengurai Unsur Internal (Diksi, Imaji, Kata Kongret, Bahasa Piguratif) dan Eksternal Dalam
Puisi (Tema, Rasa, Nada, Amanat). Dalam bab pembahasan makalah ini akan membahas tentang
analisis struktural puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar.
B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini masalah yang dibahas yaitu:.

1. Bagaimana analisis struktural puisi “‫ ”الكوليرا‬karya Nazik al Malaika?

C. Tujuan

Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk:.

1. Mengkaji puisi yang berrjudul “‫ ”الكوليرا‬karya Nazik al Malaikah dengan  pendekatan


struktural.

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Teori Struktural

Strukturalisme berasal dari linguistik Ferdinan yang merupakan suatau cara berfikir
tentang dunia yang secara khusus memperhatikan presepsi dan deskripsi tentang struktur,
mengkaji fenomena mitos dan ritual untuk melihat tanda. Yang menjadi objek kajian teori
strukturalisme adalah sastra, yaitu seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang
mengatur berbagai hubungan unsur dalam teks sastra sehingga unsur- unsur tersebut
berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang utuh. Meskipun konvensi yang membentuk
sistem sastra itu bersifat sosial dan ada dalam kesadaran masyarakat tertentu. Analisis yang
seksama dan menyeluruh terhadap relasi-relasi berbagai unsur yang membangun teks sastra
dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang sistem sastra.

2. Teori Strukturalisme Sebagai Landasan Berfikir Dalam Penulisan Puisi 

Pendekatan struktural berangkat dari pandangan kaum strukturalisme yang menganggap


karya sastra sebagai struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan berhubungan antara satu
dan lainnya. Karya sastra merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Sebagai kesatuan yang
utuh, maka karya sastra dapat dipahami maknanya jika dipahami bagian-bagiannya atau
unsur-unsur pembentuknya, relasi timbal balik antara bagian dan keseluruhannya. Dalam
penulisan puisi dengan menggunakan teori strukturalisme maka kita harus memperhatikan
unsur-unsur puisi, karena kajian teori strukturalisme adalah unsur-unsur pembentuk karya
satra, dan pada kesempatan ini karya sastra yang di kaji adalah puisi.

Penulisan puisi dengan berlandasan teori strukturalisme berarti dalam penulisan puisi
memperhatikan unsur-unsur pembentuk puisi baik unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik
puisi. Unsur ekstrinsik puisi yaitu tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat, sedangkan
unsur intrinsik puisi yaitu diksi, kata konkret, bahasa figuratif, rima/ritme, dan tata wajah
atau tipografi. Cara menuliskan puisi dengan berlandasan teori struktural yang pertama yaitu
memahami unsur intrinsik puisi sebagai berikut:

a. Diksi (pemilihan kata)

Teori strukturalisme menganalisis diksi sebagai unsur intrinsik puisi, diksi adalah
pemilihan kata, jadi kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang
cermat, merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya maupun hubungan
kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Misalnya seperti pemilihan kata yang meyatakan diri
pengarang, pengarang mengumpulkan kata-kata yang memiliki makna dirinya sendiri
diantaranya kata aku (bahasa Indonesia), beta(bahasa Batak), den(bahasa Melayu/minang),
gue (bagasa anak gaul), aana(bahasa Arab),  (bahasa Inggris), kulo (bahasa Jawa), dan
sebagainya. pemilihan kata aku untuk menyebut dirinya sendiri merupakan proses pemilihan
kata atau diksi. Pengarang memilih kata aku untuk menyebut dirinya sendiri karena kata aku
adalah menggunakan bahasa indonesia dan pasti maknanya telah diketahui oleh rakyat
indonesia, karena bahasa indonesia adalah bahasa kesatuan.

b. Pengimajinasian

Teori strukturalisme menganalisis pengimajinasian sebagai unsur intrinsik puisi dimana


pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan
hayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut pembaca seolah-olah merasa,
mendengar atau melihat sesuatu yang diungkapkan pengarang

c. Kata konkret
Teori strukturalisme menganalisis kata konkret sebagai unsur intrinsik puisi. Kata
konkret digunakan untuk membangkitkan imajinasi pembaca, atau kata-kata harus di
konkretkan atau diperjelas. Karena dengan keahlian memperkonkret kata, pembaca seolah-
olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh pengarang.

d. Bahasa figurative

Teori strukturan menganalisis bahasa figuratif sebagai unsur intrinsik puisi. Bahasa
figuratif disebut juga majas, majas adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk
mengatakan sesuatu dengan cara membandingkanya dengan benda atau kata lain. Majas
mngiaskan atau menyamakan sesuatu dengan hal lain.

e. Rima/ritme

Teori struktural menganalisis rima/ritme sebagai unsur intrinsic puisi. rima adalah
pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna
yang ditimbulkanya pun lebih kuat, seperti petikan sajak berikut ini dan angin mendesah/
mengeluh mendesah. Sedangkan istilah ritma diartikan sebagai pengulangan kata, frase atau
kalimat dalam bait puisi.

f. Tata wajah (tipografi)

Teori struktural menganalisis tipografi sebagai unsur intrinsik puisi. tipografi merupakan
pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk
paragraf melainkan baibai

BAB III

PEMBAHASAN

Analisis struktural puisi adalah analisis puisi ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya
bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya,
bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.

Analisis struktural meliputi, struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik (surface
structure)  terdiri dari perwajahan puisi (tipografi), diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa, rima
‫‪dan irama. Sedangkan struktur batin (deep structure) terdiri dari tema (sense), rasa (feeling), nada‬‬
‫‪(tone), dan amanat (intention).‬‬

‫الكوليرا‬
‫نازك المالئكة ‪ -‬العراق‬
‫‪ ‬‬
‫س َكن اللي ُل‬
‫ص َدى األنَّاتْ‬ ‫أصغ إلى َو ْقع َ‬ ‫ِ‬
‫ت‪ ،‬على األمواتْ‬ ‫في ُع ْمق الظلم ِة‪ ،‬تحتَ الصم ِ‬
‫تضطرب‬
‫ُ‬ ‫رخاتٌ تعلو‪،‬‬ ‫ص َ‬ ‫َ‬
‫يلتهب‬
‫ُ‬ ‫حزنٌ يتدفقُ‪،‬‬
‫صدى اآلهاتْ‬ ‫يتعثَّر فيه َ‬
‫في كل فؤا ٍد غليانُ‬
‫الساكن أحزانُ‬ ‫ِ‬ ‫الكوخ‬
‫ِ‬ ‫في‬
‫تصرخ في الظُلُماتْ‬ ‫ُ‬ ‫روح‬
‫ٌ‬ ‫في كل مكا ٍن‬
‫مكان يبكي صوتْ‬ ‫ٍ‬ ‫في ك ِّل‬
‫هذا ما قد َم ّزقَهُ الموتْ‬
‫الموتُ الموتُ الموتْ‬
‫الصارخ مما فع َل الموتْ‬ ‫ِ‬ ‫النيل‬
‫ِ‬ ‫يا ُح ْز َن‬
‫طَلَع الفج ُر‬
‫أصغ إلى َو ْقع ُخطَى الماشينْ‬ ‫ِ‬
‫ركب الباكين‬‫َ‬ ‫ُ‬
‫أص ْخ‪ ،‬انظ ْر‬ ‫الفجر‪ِ ،‬‬ ‫ت ْ‬ ‫في صم ِ‬
‫ت‪ ،‬عشرونا‬ ‫عشرةُ أموا ٍ‬
‫أص ْخ للباكينا‬ ‫ص ِ‬ ‫ال تُ ْح ِ‬
‫اسم ْع صوتَ الطِّ ْفل المسكين‬
‫َم ْوتَى‪َ ،‬م ْوتَى‪ ،‬ضا َع العد ُد‬
‫ق َغ ُد‬ ‫َم ْوتَى‪ ،‬موتَى‪ ،‬لم يَ ْب َ‬
‫س ٌد ين ُدبُه محزونْ‬ ‫مكان َج َ‬ ‫ٍ‬ ‫في ك ِّل‬
‫ص ْمتْ‬ ‫ال لحظَةَ إخال ٍد ال َ‬
‫هذا ما فعلتْ كفُّ الموتْ‬
‫الموتُ الموتُ الموتْ‬
‫يرتكب الموتْ‬ ‫ُ‬ ‫تشكو البشريّةُ تشكو ما‬
‫الكوليرا‬
‫األشالء‬
‫ْ‬ ‫الرعْب مع‬ ‫ف ُّ‬ ‫في َك ْه ِ‬
‫دواء‬
‫ْ‬ ‫حيث الموتُ‬ ‫ُ‬ ‫في ص ْمت األب ِد القاسي‬
‫استيقظَ دا ُء الكوليرا‬
‫موتورا‬ ‫ق ْ‬ ‫ح ْق ًدا يتدفّ ُ‬
‫ضا ْء‬ ‫هبطَ الوادي الم ِر َح ال ُو ّ‬
‫يصرخ مضطربًا مجنونا‬ ‫ُ‬
‫ال يس َم ُع صوتَ الباكينا‬
‫أصداء‬
‫ْ‬ ‫ف مخلبُهُ‬ ‫في ك ِّل مكا ٍن خلَّ َ‬
‫في كوخ الفالّحة في البيتْ‬
‫صرخات الموتْ‬ ‫ال شي َء سوى َ‬
‫الموتُ الموتُ الموتْ‬
‫في شخص الكوليرا القاسي ينتق ُم الموتْ‬
‫مرير‬
‫ْ‬ ‫الصمتُ‬
‫التكبير‬
‫ْ‬ ‫رج ِع‬‫ال شي َء سوى ْ‬
‫ير‬
‫ص ْ‬ ‫ق نَ ِ‬ ‫حتّى َحفّا ُر القبر ثَ َوى لم يب َ‬
‫مؤذنُهُ‬‫ّ‬ ‫الجام ُع ماتَ‬
‫الميّتُ من سيؤبّنُهُ‬
‫وزفير‬
‫ْ‬ ‫ح‬
‫نو ٍ‬ ‫ق سوى ْ‬ ‫لم يب َ‬
‫ب‬
‫الطف ُل بال أ ٍّم وأ ِ‬
‫ب‬
‫ب ملت ِه ِ‬ ‫يبكي من قل ٍ‬
‫وغ ًدا ال ش َّك سيلقفُهُ الدا ُء الش ّر ْ‬
‫ير‬
‫يا شبَ َح اله ْيضة ما أبقيتْ‬
‫أحزان الموتْ‬ ‫ِ‬ ‫ال شي َء سوى‬
‫الموتُ ‪ ،‬الموتُ ‪ ،‬الموتْ‬
‫يا مص ُر شعوري م َّزقَهُ ما فع َل الموتْ‬
1947

Nâzik al-Malâikah ‫نازك المالئكة‬


Nâzik al-Malâikah memiliki nama lengkap Nâzik Shâdiq Ja’far al-Malâikah yang lahir pada
tanggal 23 Agustus 1923 di Bagdad. Nazik al-Malaika adalah seorang penyair Irak yang mewakili
salah satu penyair paling terkemuka dalam puisi Arab modern, dan dia menggabungkan budaya
Arab dan Barat. Malaikat lahir di Baghdad pada tahun 1923, dan dia lulus dari House of
Teachers pada tahun 1944, dan pada tahun 1949 ia lulus dari Institut Seni Rupa, dan melanjutkan
studinya di Universitas Princeton dan Universitas Wisconsin untuk gelar Master dalam Sastra
Komparatif.

Pembentukan mental Nazek Al-Malaika menimbulkan kontroversi di kalangan penulis,


karena puisinya membuktikan bahwa dia adalah seorang penyair yang terintegrasi ke dalam
filosofi diri dan keadaan psikologisnya. Depresi memiliki peran yang terlihat dalam puisinya,
karena depresi adalah teman-temannya sejak masa kecilnya, dan dia menyatakan bahwa ketika
dia kehilangan ibunya itu membuatmu kembali pada malam hari.

Ia tumbuh dalam lingkungan yang mencintai ilmu dan sastra. Ibunya, Salma Abd al-
Razâq, adalah seorang penyair yang memiliki antologi puisi ‫أنشودة المجد‬, sedangkan bapaknya
selain seorang penyair juga seorang guru bahasa dan sastra Arab. Sehingga tidak heran jika ia
sudah mulai menyentuh sastra klasik dari kecil. Ia menguasai ilmu nahwu, membaca dan
mempelajari sumber-sumber warisan bangsa Arab, baik bidang bahasa maupun sastra. Dirinya
sangat antusias dalam belajar hingga ia membaca buku ‫ البيان والتبيين‬yang ditulis oleh al-Jâhizh
hanya dalam waktu delapan hari, sementara pada saat itu kondisi matanya sudah tidak membaik.
Dirinya sangat merasakan ketakutan ketika ia tidak membaca buku selama delapan jam dalam
satu hari.

Penddikan Nâzik al-Malâikah ditempuh pada Fakultas Tarbiyyah dan selesai dengan
gelar kesarjanaannya pada tahun 1944. Selelah itu ia melanjutkan ke jenjang magister
di Amerika Serikat yang selesai pada tahun 1950 dengan fokus studi sastra bandingan. Sebagai
seorang sastrawati, Nâzik al-Malâikah termasuk pembaharu pertama dalam puisi Arab modern
dengan memunculkan puisinya ‫ الكول__يرا‬pada tahun 1947. Puisi ini muncul bersamaan dengan
puisinya Badr Syâkir as-Sayyâb yang berjudul ‫هل كان حبا‬. Sehingga kedua puisi tersebut dianggap
sebagai pendobrak pertama gerakan pembaharuan dalam puisi Arab modern atau yang lebih
dikenal dengan puisi bebas (al-Syi’r al-Hurr).

Puisi terakhir yang ia tulis adalah puisi yang berjudul ‫ أنا وحدي‬yang merupakan puisi duka atas
kepergian sang suami Dr. Mahbûbah.

Karya-karya Nâzik al-Malâikah sebagai berikut.

A. Antologi Puisi

1. ‫ مأساة الحياة وأغنية‬.5 )1968( ‫ شجرة القمر‬.4 )1957( ‫ قرارة الموجه‬.3 )1949( ‫ شظايا ورماد‬.2 )1947( ‫عاشقة الليل‬
‫ ديوان نازك المالئكة‬.7 )1978( ‫ للصالة والثورة‬.6 )1970( ‫لالنسان‬

(Beirut: Dâr al-‘Audah, 1971) dalam 2 jilid.

B. Kritk Sastra

1. ‫ محاضرات في شعر علي محمود طه‬.3 ‫ األدب والغزو الفكري‬.2 )1962( ‫قضايا الشعر المعاصر‬

C. Studi Ilmiah

1.‫التجزيئية فى المجتمع العربي‬

2. (1993( ‫سيكولوجيا الشعر‬

HASIL ANALISIS PUISI ‫ الكوليرا‬AL-MALAIKA

Penyair Nazik al-Malaika menggunakan kolera dalam puisinya secara obyektif, dan
dalam menganalisis teks untuk analisis gaya. Tercatat, penyair wanita mengandalkan fakta sosial
yang tampak, dan gaya sastra dalam teks didasarkan pada prinsip inklusi, yaitu refleksi dari kosa
kata dan gambaran artistik yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut. tentang kematian korban
penyakit di pedesaan Mesir, dan puisi itu dimulai dengan perkataan penyair:

‫س َكن اللي ُل‬


ْ‫ص َدى األنَّات‬َ ‫أصغ إلى َو ْقع‬
ِ
ْ‫ على األموات‬،‫ت‬ ِ ‫ تحتَ الصم‬،‫في ُع ْمق الظلم ِة‬
‫تضطرب‬
ُ ،‫رخاتٌ تعلو‬ َ ‫ص‬ َ
‫يلتهب‬
ُ ،ُ‫حزنٌ يتدفق‬
ْ‫صدى اآلهات‬ َ ‫يتعثَّر فيه‬
ُ‫في كل فؤا ٍد غليان‬
ُ‫الساكن أحزان‬ ِ ‫الكوخ‬
ِ ‫في‬
ْ‫تصرخ في الظُلُمات‬ ُ ‫روح‬
ٌ ‫في كل مكا ٍن‬
ْ‫مكان يبكي صوت‬ ٍ ‫في ك ِّل‬
ْ‫هذا ما قد َم ّزقَهُ الموت‬
ْ‫الموتُ الموتُ الموت‬

Penyair wanita mengungkapkan di baris puisi sebelumnya kesedihan dan rasa sakit yang
memenuhi rumah karena kematian yang disebabkan oleh kolera, karena kematian meliputi
tempat itu dengan jelas, dan oleh karena itu kata kematian muncul diulang dalam ayat tersebut;
Untuk mengungkapkan kendali kematian di depan kehidupan, karena kolera menyebabkan
kematian, rasa sakit, rengekan, dan tangisan yang membuat masalah itu luar biasa, di samping
fakta bahwa itu disebutkan dalam puisi kesunyian malam dan imobilitasnya meskipun
kepenuhannya dengan rengekan, dan tangisan kepergian orang mati dan pemisahan orang yang
dicintai, tetapi keheningan hadir karena ketidakhadiran mereka, karena merekalah yang
menyebabkan perpisahan dan keheningan, dan dia terus menggambarkan efek penyakit, dan
berkata:

‫طَلَع الفج ُر‬


ْ‫أصغ إلى َو ْقع ُخطَى الماشين‬ ِ
‫ركب الباكين‬
َ ُ
‫ انظ ْر‬،‫أص ْخ‬ِ ،‫الفجر‬
ْ ‫ت‬ ِ ‫في صم‬
‫ عشرونا‬،‫ت‬ ٍ ‫عشرةُ أموا‬
‫أص ْخ للباكينا‬ ِ ‫ص‬ِ ‫ال تُ ْح‬
‫اسم ْع صوتَ الطِّ ْفل المسكين‬
‫ ضا َع العد ُد‬،‫ َم ْوتَى‬،‫َم ْوتَى‬
‫ق َغ ُد‬ َ ‫ لم يَ ْب‬،‫ موتَى‬،‫َم ْوتَى‬
Penyair di sini memulai dengan kata Fajar, tetapi fajar di sini tidak menandakan sinar
matahari dan harapan, melainkan tanda keputusasaan, karena ada kabar yang akan didengar
tentang kematian dan kepergian, dan penyair wanita terus menjelaskan keadaan negara tersebut.
setelah wabah penyakit, saat dia mengungkapkan peristiwa dan kehancuran yang menyertainya.
Di tanah air saja, itu adalah kehancuran dalam kemanusiaan itu sendiri, karena dikatakan bahwa
jumlahnya meningkat, dan kematian memusnahkan orang, dan tidak ada pembedaan antara kecil
dan besar, karena jumlah orang mati tidak terhitung, dan kematian menghilangkan harapan akan
hari esok dan masa depan.

ْ‫س ٌد ين ُدبُه محزون‬ َ ‫مكان َج‬


ٍ ‫في ك ِّل‬
َ ‫ال لحظَةَ إخال ٍد ال‬
ْ‫ص ْمت‬
ْ‫هذا ما فعلتْ كفُّ الموت‬
ْ‫الموتُ الموتُ الموت‬
ْ‫يرتكب الموت‬
ُ ‫تشكو البشريّةُ تشكو ما‬
‫الكوليرا‬
‫األشالء‬
ْ ‫الرعْب مع‬ ُّ ‫ف‬ ِ ‫في َك ْه‬
‫دواء‬
ْ ُ‫حيث الموت‬ ُ ‫في ص ْمت األب ِد القاسي‬

Dia akan terus menjelaskan apa yang diwarisi kolera, seperti yang dia katakan: Setiap tempat di
bumi ini ada tubuh yang menderita bekas luka kolera, bekas luka yang menghilangkan
keheningan dan keabadian yang diinginkan, sehingga telapak tangan kematian menyebar ke umat
manusia, dan dalam hal ini Kasus kematian menjadi satu-satunya obat yang dapat diselamatkan
dari penyakit ini. Penyair juga beralih dari mendeskripsikan penyakit ke deskripsi ekonomi dan
kehidupan yang hidup, katanya di gua teror, dan di sini dimaksudkan situasi orang Mesir pada
saat itu. , karena mereka tinggal di gubuk dan kemudian tinggal di gua karena kurangnya akal
dan kemiskinan.

‫استيقظَ دا ُء الكوليرا‬
‫موتورا‬ ْ ‫ق‬ ُ ّ‫ح ْق ًدا يتدف‬
ّ ‫هبطَ الوادي الم ِر َح ال ُو‬
‫ضا ْء‬
‫يصرخ مضطربًا مجنونا‬ ُ
‫ال يس َم ُع صوتَ الباكينا‬
‫أصداء‬
ْ َ َّ‫في ك ِّل مكا ٍن خل‬
ُ‫ف مخلبُه‬
ْ‫في كوخ الفالّحة في البيت‬
ْ‫صرخات الموت‬ َ ‫ال شي َء سوى‬
ْ‫الموتُ الموتُ الموت‬

Penyair di rumah sebelumnya menyamakan kolera dengan seseorang yang tidak bisa tidur tetapi
terbangun, dan dalam kebangkitan ini dia dipenuhi dengan kebencian untuk segalanya, dan di
mana-mana, di gubuk dan lembah, dan kebencian itu melahirkan kematian tanpa belas kasihan
atau kasih sayang, dan dia menyimpulkan bagian puisi itu dengan mengulangi kata Kematian
tiga kali; Ini untuk menegaskan keseriusan apa yang terjadi saat itu akibat kolera.

ْ‫في شخص الكوليرا القاسي ينتق ُم الموت‬


‫مرير‬
ْ ُ‫الصمت‬
‫التكبير‬
ْ ‫رج ِع‬
ْ ‫ال شي َء سوى‬
‫ير‬
ْ ‫ص‬ِ َ‫ق ن‬ َ ‫حتّى َحفّا ُر القبر ثَ َوى لم يب‬
ّ
ُ‫مؤذنُه‬ َ‫الجام ُع مات‬
ُ‫الميّتُ من سيؤبّنُه‬
‫وزفير‬
ْ ‫ح‬
ٍ ‫نو‬
ْ ‫ق سوى‬ َ ‫لم يب‬
‫ب‬
ِ ‫الطف ُل بال أ ٍّم وأ‬
‫ب‬
ِ ‫ب ملت ِه‬ ٍ ‫يبكي من قل‬
ْ ‫وغ ًدا ال ش َّك سيلقفُهُ الدا ُء الش ّر‬
‫ير‬

Anda terus membandingkan penyakit kolera dengan orang kejam yang membalas kematian,
bahwa kematian anak-anak yatim piatu, mengambil orang dewasa dan orang mati tidak lagi
menggali kuburan mereka, dan masjid tidak mengangkat telinga di menara mereka, dan semua
ini adalah metafora untuk tingkat kerusakan yang disebabkan oleh penyakit ini, dan penyakit
jahat yang membuat hati menangis Dengan semua yang membara, dan keheningan digambarkan
sebagai pahit, karena ketidakmampuan individu pada saat itu untuk mengekspresikan, jadi tidak
ada yang tersisa melawan keheningan ini kecuali untuk suara memperbesar jiwa-jiwa orang mati,
yang keduanya pahit dan keras di hati.

ْ‫يا شبَ َح اله ْيضة ما أبقيت‬


ْ‫أحزان الموت‬
ِ ‫ال شي َء سوى‬
ْ‫ الموت‬، ُ‫ الموت‬، ُ‫الموت‬
ْ‫يا مص ُر شعوري م َّزقَهُ ما فع َل الموت‬

Penyair di sini mengungkapkan apa yang gagal diungkapkan orang lain, dia menyalahkan
kematian dalam ayat-ayat ini, jadi dia memanggilnya dan mengatakan kepadanya bahwa dia
telah menyelesaikan segalanya, tidak meninggalkan apa pun selain kesedihan, karena kematian
menghancurkan segalanya, jadi kesedihan merasukinya atas Mesir. Karena kematian dan
kesedihan yang disebabkan oleh penyakit ini, dan ketika menganalisis puisi kolera Nazik al-
Malaika, sangat mungkin untuk melihat perubahan bentuk puisi, perubahan distribusi dan jumlah
kata kerja, dan perbedaan dalam sajak.

Pemotongan puisi kolera yang tidak disengaja tergantung pada pembagiannya pada puisi
bebas, jadi lautan puisi kolera adalah laut yang berair, dan melalui analisis sebelumnya menjadi
jelas bahwa puisi itu adalah alat untuk mengungkapkan rahasia jiwa. dalam menghadapi
kenyataan pahit, maka kata-kata dan bobot mencampurkan dan mengekspresikan citra artistik
untuk mencapai makna yang sebenarnya dan dimaksudkan. Seolah-olah kolera bukan satu-
satunya penyakit yang dimaksudkan, tetapi juga merupakan ciri dari setiap jiwa ganas yang
menguasai bumi dan menyebarkan kehancuran di dalamnya. kemanusiaan.

Analisis Struktur fisik (surface structure) dalam puisi ‫الكوليرا نازك المإلكة‬

a) Perwajahan puisi (tipografi)

Dalam puisi nazik Al malaikah memiliki tipografi yang semi konsisten. Puisi ini terdiri dari 52
baris.

b). Diksi
Dalam puisi ‫ الكوليرا‬ini, Nazik Al malaikah seperti biasa memilih kata-kata yang sederhana namun
indah dan sarat makna. Pemilihan kata yang Nazik lakukan membuat pembaca sajak ini
merasakan dengan jelas suasana hati Nazik dan membuat puisi ini lebih bernyawa.

C). Imaji

Dalam puisi ini Nazik Al Malaikah tidak memunculkan teknik imaji yang dominan. Hanya saja
dengan kelebihannya, Nazik Malaikah masih saja mampu membut pembaca merasakan apa yang
ia rasakan.

D). Gaya Bahasa

gaya sastra dalam teks didasarkan pada prinsip inklusi, yaitu refleksi dari kosa kata dan
gambaran artistik yang terkandung dalam puisi-puisi tersebut

e). Rima dan Irama

Puisi ini memiliki rima yang tidak berurutan dan tidak konsisten dimana setiao bait akhir dari
puisi tersebut tidak sama. Sedangkan irama yang digunakan menggunakan irama yang
menunjukkan keteguhan hati penyair dalam mengekspresikan suana yang terjadi dalam puisi
tersebut. Irama yang dihasilkan terkesan sangat menyentuh karena susuanan kata pada tiap
barisnya sendiri tersusun dari kata-kata yang keras dan tajam dan membuat pembaca merasa ada
di situasi tertersebu

Struktur batin (deep structure)

1. Tema (sense)

Dalam puisi ini Nazik mengangkat tema Patriotisme Yaitu tentang perjuangan masyarakat
Mesir akibat serangan penyakit ‫ الكوليرا‬sehingga masyarkat yang terkena ‫ الكوليرا‬akan mati.

2. Rasa (feeling)

Dalam hal ini penyair merasakan kesedihan dengan sedikit kecemasan bahwa yang dirasakan
masyarkat Mesir karna ‫ الكوليرا‬sungguh memilukan sehingga masyarakat Mesir berjuang untuk
menghadapi bencana itu.

3. Nada
Pada puisi ‫ الكول__يرا‬ini, Nazik Al malaikah menuangkan perasaan harap-harap cemas dan
ketegasan. Pengharapan yang ia rasakan agar musibah yang menempa Mesir bisa diatasi agar
tidak ada lagi korban katian akibat ‫ الكول__يرا‬dan dia menegaskan disana bahwa ‫ الكول__يرا‬sebuah
penyakit yang mematikan dan ganas.

4. Amanat.

Pesan yang ingin disampaikan oleh Nazik Al Malaikah secara khusus tentu ditujukan kepada
semua orang yang membaca pusinya karna puisinya bersifat kan sosial Yaitu setiap kita pasti
akan mengalami sebuah musibah apapun bentuk musibahnya tetap la selalu bersyukur karna
setiap yang diberikan sang maha kuasa adalah bentuk kecintaannya kepada hambanya.

Kolera

Nazik Al-Malaika - Irak

Tinggallah di malam hari

Dengarkan gema gema tersebut

Di kedalaman kegelapan, di bawah keheningan, di atas orang mati

Teriakan menggeram, menggigil

Melankolis mengalir, meradang

Gema erangan tersandung

Di setiap hati ada yang mendidih

Di dalam gubuk ada kesedihan

Di mana-mana roh berteriak dalam kegelapan

Di mana-mana terdengar suara tangisan

Inilah yang telah dihancurkan oleh kematian

Kematian adalah kematian


Wahai jeritan kesedihan Sungai Nil yang telah menyebabkan kematian

Fajar telah tiba

Dengarkan langkah kaki para pejalan kaki

Dalam kesunyian fajar, berteriak, lihat lutut menangis

Sepuluh tewas, dua puluh

Jangan menghitung bakina

Dengarkan suara anak malang itu

Mati, mati, nomornya hilang

Mati, mati, tidak ada hari esok

Di mana-mana ada tubuh yang berduka

Tidak ada momen keabadian, tidak ada keheningan

Inilah yang dilakukan oleh berhentinya kematian

Kematian adalah kematian

Umat manusia mengeluh tentang apa yang dilakukan kematian

Kolera

Di dalam gua teror dengan bagian tubuh

Dalam keheningan kekekalan yang kejam di mana kematian adalah obatnya

Kolera telah terbangun

Benar-benar mengalir motor

Canyon menuruni wudhu yang ceria

Teriakan gila, gelisah

Dia tidak bisa mendengar suara tangisan

Di mana-mana cakarnya menggema


Di gubuk petani di dalam rumah

Hanya tangisan kematian

Kematian adalah kematian

Dalam orang kejam pembalasan kematian kolera

Diam itu pahit

Tidak ada apa-apa selain kembali zoom

Bahkan penggali kubur adalah resep, tidak ada pendukung yang tersisa

Masjid muazinnya meninggal

Orang mati harus dihormati

Tidak ada yang tersisa selain duka dan pernafasan

Seorang anak tanpa ibu dan ayah

Dia menangis dari hati yang berapi-api

Besok, tidak diragukan lagi, penyakit jahat akan menghentikannya

Oh hantu kebangkitan yang belum kamu simpan

Hanya kesedihan kematian

Kematian, kematian, kematian

Oh Mesir, perasaan saya terkoyak oleh apa yang dilakukan kematian

Anda mungkin juga menyukai