Ada karangan yang nadanya bercerita, entah cerita faktual atau cuma fisik belaka. Ada karangan yang
melukiskan sesuata hal sedemikian rupa sampai pembaca “hanyut” oleh pelukan pengarangnya. Ada karangan yang
memberikan keterangan terhadap seuatu hal, atau mengembangkan sebuah gagasan sehingga menjadi kongkret. Dan
ada karangan yang berusaha meyakinkan pembaca agar sependapat dengan pengarang. Tetapi kelima bentuk
karangan ini sering amat sukar dibedakan secara tegas dan jelas satu sama lain dalam prakteknya.
Perlu Anda ketahui bahwa apa yang dimaksud gagasan adalah pesan yang hendak
disampaikan kepada orang lain. Gagasan itu dapat berupa pengetahuan, pengamatan,
pendapat, renungan, pendirian, keinginan, perasaan dan emosi. Penuturan atau
penyampaian gagasan itu akan mengambil suatu bentuk khusus dari jenis - jenis
karangan, yaitu deskripsi (pelukisan), narasi (penceritaan), eksposisi (pemaparan),
argumentasi (pembahasan), dan persuasi.
1
BAB.2 BENTUK KARANGAN
A. PENGGOLONGAN KARANGAN
Karangan dapat dibeda-bedakan atas beberapa macam penggolongan (klasifikasi). Dapat dibedakan atas
karangan prosa dan karangan puisi. Dapat dibedakan atas karangan ilmiah dan karangan non-ilmiah. Dapat pula
dibedakan atas karangan fiksi dan non-fiksi. Dan masih bisa dibedakan atas penggolongan lain lagi, sesuai dengan
kebutuhan pengarangnya.
Adanya berbagai macam penggolongan itu oleh karena perbedaan dasar klasifikasi masing-masing. Kita
dapat membedakan karangan menurut dasar klasifikasi tertentu, sesuai dengan kebutuhan pembahasan kita. Tetapi
harus dicatat, untuk setiap penggolongan, kita harus tetap konsekuen dan konsisten dengan dasar penggolongan
yang dipilih (tentang “Dasar Klasifikasi” ini akan dijelaskan lebih jauh dalam bab “Analisa dan Klasifikasi”
mendatang).
Untuk keperluan buku ini, karangan akan digolongkan dalam empat: bentuk narasi (cerita), bentuk
deskripsi (lukisan), bentuk eksposisi (paparan), bentuk argumentasi . Ke lima bentuk tersebut terkadang amat sulit
dibedakan satu sama lain, karena batasan masing-masing bentuk acapkali cukup kabur. Sebuah karangan yang
berbentuk narasi, misalnya, kadang-kadang juga mengandung ciri-ciri karangan deskripsi atau eksposisi, atau
bahkan mengandung dialog yang isinya justru saling adu argumentasi terhadap suatu hal – suatu ciri bentuk
karangan argumentasi. Begitu juga sebaliknya, sangat boleh jadi karangan argumentasi ternyata mengandung ciri-
ciri bentuk karangan tertentu belaka, tanpa kemasukan unsur-unsur bentuk karangan lainnya.
Meskipun demikian, paling tidak secara teoretis ada ciri-ciri atau batasan-batasan yang dapat membedakan
ke lima bentuk karangan tersebut. Tetapi bagaimana ciri-ciri atau batasan-batasan masing-masing ?Uraian berikut
berusaha menjawab pertanyaan ini, dengan menjelaskan setiap bentuk karangan satu persatu.
2
Dalam karangan narasi acapkali terlihat ada dialog tokoh-tokoh ceritanya, disamping uraian biasa. Dengan
dialog, cerita memang terasa lebih hidup dan menarik sehingga lebih dapat mengasyikkan bagi pembaca. Lukisan
watak pribadi, kecerdasan, sikap atau tingkat pendidikan tokoh dalam cerita yang disuguhkan acapkali dapat lebih
tepat dan mengena apabila ditampilkan lewat dialog-dialog. Tokoh yang kejam, bukan lebih hidup bila diceritakan
dalam bentuk percakapan, di bandingkan dengan kalau diceritakan dengan uraian biasa. Karna lukisan yang hidup
inilah karangan narasi yang dibumbui dengan dialog dialog pelakunya dapat lebih menarik.
Contoh karangan narasi :
Tiba-tiba ia tertegun. Di sana, sayup-sayup dari jauh, di arah seberang kali
sebelah timur, terdengar suara jeritan orang. Tapi selintas saja, jeritan diputuskan oleh
sebuah letusan yang sangat hebat… kemudian hening seketika, desingan yang banyak
mulai reda, tinggal satu-satu letusan disini. Warsiah menegakan kepala, amtanya mulai
liar, badannya dihadapkan ke timur, ke arah tempat jeritan datang, kemudian membalik
menghadap ke barat, tegak bertoalak pinggang, lalu lari, lari menurutkan jalan rel, lari
kencang sambil mulutnya berkomat-kamit. Dari kamit mulutnya keluar lagi perkataan
seperti biasa, tiada berujung tiada berpangkal: ... si bengis lagi, si ganas lagi ... dan ia lari
terus, lari lepas sebagai melancar saja, tiada kaku-kakunya. Dan ketika ia sampai di jalan
pertemuan antara jalan kereta dan jalan raya, ia berhenti sebentar, seolah-olah berpikir,
kemudian ia me mbelok menurutkan jalan raya. Dari jauh dalam pandangan kabursambil berlari, ia
melihat benda bergerak, berderet sepanjang jalan, tetapi sebelum ia tahu benar apa yang dilihatnya,
sebuah peluru datang menyongsong, tepat menembus tulang dadanya. Warsiah terpelating, jatuh
tersungkur di tengah jalan. Sebentar berontak merentak-rentak, mengerang, menyumpah-nyumpah,
terhambur pula dalam sumpah serapahnya perkataan: si bengis lagi, si ganas lagi, hitam, kejam …rupanya
dalam ia bergulat mempertahankan hidupnya dengan Sakaratulmaut, kebencian kepada si hitamkejamnya,
si bengis-ganasnya, masih sanggup mengatasi renggutan tangan Malaikat pengambil nyawanya yang akan
menceraikan rohnya dengan badan kasarnaya. Warsiah lama merontak-rontak, merantang kesana kemari,
kemudian lemah tak berdaya …Warsiah yang sebentar ini menjadi kerangka hidup, kini sudah benar-
benar menjadi kerangka mati. Mati terhantar ditengah jalan, tiada dihiraukan orang, tiada ada yang
menangis meratapi. Ia meninggal tidak sebagai pahlawan yang dapat dibanggakan oleh bangsa, tidak
sebagai korban pembela kemerdekaan. Ia mati hanya sebagai korban kebuasan, salah satu korban dari
yang sekian banyaknya. Ia mati karena nasibnya, demikian sudah menurut suratan tangan, ya, ia mati
karena kehendak ialahi.
(Gema Tanah Air, Jilid I, hal. 158-159)
E. KARANGAN ARGUMENTASI
Karangan argumentasi ini adalah karangan yang paling sukar bila dibandingkan dengan karangan-karangan
yang telah diuraikan di muka. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa karangan argumentasi ini lebih penting dan lebih
berharga dari pada karangan narasi, deskripsi, atau eksposisi. Karangan argumentasi lebih sukar oleh karena disini
pengarang mengemukakan argumentasi (alasan), bukti atau contoh yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca
terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap dan keyakinannya.
Dan agar dapat mengajukan argumentasi, pengarang sudah pasti harus memiliki pengetahuan dan
pandangan yang cukup luas tentang hal yang diperbincangkan. Kelogisan berpikir, keterbukaan sikap dan keluasan
pandangan terhadap masalah yang diperbincangkan, akan banyak sekali peranannya untuk mempengaruhi orang
lain.
BAB.3 PENUTUP
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa sehingga kami dapat membuat makalah ini
dengan baik meskipun masih ada kekurangan dalam penulisan makalah ini.Adapun kami akan menyimpulkan serta
memberikan saran kepada setiap orang yang akan membaca makalah ini sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Karangan adalah Hasil tulisan yang mengungkapkan ide, perasaan, atau pemikiran pengarang dalam satu
kesatuan tema yang utuh.
Perlu Anda ketahui bahwa apa yang dimaksud gagasan adalah pesan yang hendak disampaikan kepada
orang lain. Gagasan itu dapat berupa pengetahuan, pengamatan, pendapat, renungan, pendirian, keinginan, perasaan
dan emosi. Penuturan ataupenyampaian gagasan itu akan mengambil suatu bentuk khusus dari jenis –
jenis karangan, yaitu deskripsi (pelukisan), narasi (penceritaan), eksposisi
(pemaparan), argumentasi (pembahasan), dan persuasi.
Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa kejadian dan bagaimana
berlangsungnya peristiwa-peristiwa tersebut. Rangkaian kejadian atau peristiwa ini biasanya disusun menurut urutan
waktu (secara kronologis). Karangan deskripsi selalu berusaha melukiskan dan mengemukakan sifat, tingkah laku
seseorang, suasana dan keadaan suatu tempat atau sesuatu yang lain. Karangan eksposisi adalah karangan yang
berusaha menerangkan suatu hal atau suatu gagasan. Dalam memaparkan sesuatu, kita dapat menjelaskan dan
memberi keterangan belaka, atau dapat pula mengembangkan sebuah gagasan sehingga menjadi luas dan gampang
dimengerti. Karangan argumentasi adalah karangan yang paling sukar bila dibandingkan dengan karangan-karangan
yang telah diuraikan di muka. Sedangkan Persuasi ialah bentuk wacana yang tujuannya adalah meyakinkan,
mengajak atau membangkitkan suatu tindakan dengan mengemukakan alasan-alasan yang kadang-kadang agak
emosional.
B. Saran
Adapun saran kami dengan pembuatan makalah ini yaitu agar supaya orang yang membacanya dapat
mengerti dengan materi yang ada tentang bentuk-bentuk karangan, sehingga dapat memberikan manfaat bagi yang
membacanya. Disamping itu pula bagi yang suka membuat karangan dapat mengetahui jenis-jenis karangan yang
akan dibuat melalui materi yang ada pada makalah ini.
8
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Widagho, Drs. 1994. Bahasa Indonesia Pengantar Kemahiran Berbahasa di Perguruan
Tinggi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
http://www.google.co.id/search?q=bentuk-bentuk+karangan&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-
US:official&client=firefox-a
http://www.google.co.id/search?q=pdf-bentuk-bentuk+karangan&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-
US:official&client=firefox-a