Anda di halaman 1dari 101

PELANGI PANDEMI

PELANGI PANDEMI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah swt atas
limpahan nikmat, karunia, hidayah dan taufiq-Nya, sehingga kita
bisa menjalani aktifitas sehari-hari dengan lancar tanpa halangan
satu apapun.
Sholawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi
Muhammad saw yang telah menunjukkan jalan terang benderang
yakni al-din al-islam.
Alhamdulillah telah terbit satu buku lagi karya mahasantri
Madin UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang berjudul
“Pelangi di kala Pandemi” yang digarap oleh teman-teman
mahasantri angkatan 2021-2022 dari berbagai jenjang, mulai BTQ,
Tilawah, Tahfidz, Ula, Wustha, Ulya, dan program khusus
musyawirin. Tentu hal ini merupakan prestasi yang harus diapresiasi
sebagai gerbang awal bagi mahasantri untuk mennyongsong masa
depan gemilang. Karya ini merupakan bukti kemampuan para
mahasantri untuk menyelesaikan tantangan, sekaligus menunjukkan
keberanian mereka dalam menghadapi berbagai problematika
kehidupan di masa mendatang.
Tahun 2022 merupakan tahun yang penting bagi
perkembangan Ma’had Al-Jami’ah di tingkat PTKIN. Oleh karena
kebijakan kementerian agama pusat yang mewajibkan setiap PTKIN
untuk menyelenggarakan pembelajaran kema’hadan. Pembelajaran
ini dirasa penting sebagai upaya untuk membentengi generasi
bangsa, khususnya para mahasiswa sebagai calon penerus bangsa
dari pemahaman yang dinilai kurang mendukung kehidupan
keberagaman di bumi nusantara. Di tahun akademik ini pula,
Tulungagung sebagai salah satu kampus yang menggagas
pembelajaran madin, mendapat kepercayaan untuk menjadi motor
penggerak bagi laju pembelajaran kema’hadan dengan dipilihnya
Mudir Ma’had Al-Jami’ah UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung, Dr. KH. Teguh, M.Ag. sebagai ketua Forum Mudir
Nasional.
Untuk semakin memperkokoh syiar pembelajaran itu,
Ma’had Al-Jami’ah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung,
memberikan motivasi dan dorongan supaya mahasantri madin
menciptakan karya dalam bentuk “Buku Antologi” pada tiap-tiap
jenjang pembelajaran. Lebih baik lagi jika hal tersebut, bisa
dilakukan oleh masing-masing kelas. Jika semua kelas menerbitkan,
maka tahun ini akan lahir sebanyak 127 antologi. Tentu, ini adalah
prestasi yang membanggakan. Selain hal itu bisa menjadi motivasi
bagi mahasantri untuk melahirkan karya berikutnya, hal itu juga bisa
menjadi bagian dari sejarah hidup yang terabadikan serta bermanfaat
bagi syiar kelembagaan.
Sebuah karya tentu tidak terlepas dari kekurangan. Namun,
keberanian dalam melahirkan sebuah karya berhak untuk
mendapatkan “apresiasi”, terlebih karya ini lahir dari jerih payah
“sang penuntut ilmu” di awal menjejakkan kaki di jenjang
perguruan tinggi. Tentu, bukan hal mudah untuk menaklukan
tantangan ini. “Kegalauan” dalam berbagai hal turut serta
mewarnai lahirnya karya ini.
Selanjutnya, kepada para pembaca yang budiman, saya
selaku Kabid Madin UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung,
mengucapkan selamat menikmati karya mahasantri Madin Angkatan
2021-2022 ini. Semoga para pembaca bisa mengambil i’tiba>r,
hikmah dan manfaat dari karya “para pencari ilmu” yang sederhana
ini. Dan kepada para mahasantri yang turut serta berkontribusi
dalam menerbitkan karya ini, apresiasi setinggi-tingginya, atas nama
pribadi, dan lembaga. Semoga kita semua selalu dalam limpahan
hidayah, taufiq dan inayah-Nya. Aamiin.

Tulungagung, 03 Juni 2022


Kabid Madin, UIN Sayyid Ali Rahmatullah

Dr. Muhammad Fatoni, M.Pd.I


Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah yang telah
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga
karya madin angkatan tahun 2021-2022 bisa terselesaikan dengan
baik, tepat pada waktunya.
Sholawat salam semoga terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad saw., nabi yang menjadi suri tauladan kita dan yang kita
nantikan syafaanya, khususnya kelak di hari kiamat.
Selanjutnya saya menyampaikan apresiasi yang setinggi-
tingginya atas terbitnya karya madin angkatan 2021-2022, yang
berjudul “Pelangi di kala Pandemi” yang ditulis mahasantri jenjang
BTQ 31 sesuaikan kelasnya”. Tentu karya ini merupakan hasil kerja
keras dari para mahasantri semuanya. Oleh karenanya itu, saya
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, terutama bagi
semua mahasantri yang telah berkontribusi dalam melahirkan karya
ini.
Karya madin yang berupa buku antologi ini, merupakan
ikhtiar yang dilakukan oleh pengelola Ma’had Al-Jami’ah UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dalam mengenalkan dan
mengembangkan budaya literasi di lingkungan ma’had khususnya
dan UIN Sayyid Ali Rahmatullah pada umumnya. Untuk
menghasilkan karya, terlebih dalam bentuk buku ber-ISBN
semacam ini, selain dibutuhkan keseriusan dalam mengerjakannya,
tentu dibutuhkan mental dan keberanian. Tidak banyak orang yang
berani menerbitkan karyanya, meski seorang intelektual sekalipun.
Karena itulah keberanian ini perlu dipupuk sejak awal agar nantinya
lahir para sarjana dan alumni madin yang siap untuk berkontribusi
dalam membangun bangsa dan Negara yang berperadaban dengan
tetap berlandasakan pada rel agama Islam yang benar.
Lahirnya buku antologi ini, juga diharapkan mampu
menjadi motivasi bagi mahasantri untuk semakin berani menatap
masa depan. Siap melahirkan karya-karya lain yang lebih baik ke
depannya.
Selain itu, harapan terbesar dari lahirnya buku karya madin
ini adalah sebagai bentuk syiar kelembagaan. Yakni ikhtiar yang
dilakukan oleh Ma’had Al-jami’ah UIN Sayyid Ali Rahmatullah
dalam mengenalkan program-program kema’hadannya kepada
jajaran PTKIN lainnya. Tentu, harapannya bahwa karya ini bisa
menjadi contoh bagi ma’had-ma’had di bawah naungan PTKIN
lainnya di luar kampus UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Selanjutnya, tentu setiap karya tidak lepas dari kekurangan,
apalagi karya ini ditulis oleh mahasantri madin yang mayoritas
adalah mahasiswa semester awal (satu dan dua), di lingkungan UIN
Sayyid Ali Rahmatullah. Oleh karena itu, kekurangan yang ada
semoga tidak menutup hati para pembaca untuk tetap menghargai
dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap karya ini.
Pada akhirnya, saya selaku Mudir Ma’had Al-Jami’ah UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, mengucapkan selamat atas
terbitnya karya madin ini. Untuk para pembaca yang budiman,
selamat membaca dan menikmati karya madin ini, dan semoga bisa
mengambil i’tibar, hikmah dan manfaat dari karya madin ini.

Tulungagung, 03 Juni 2022


Mudir UIN Sayyid Ali Rahmatullah

Dr. KH. Teguh, M.Ag.


DAFTAR ISI
Pengantar~
Daftar Isi~

Madinku~
Nafi’ur Rohman

Madin di Era GMTP (G. Meet dan Tatap Muka)~


Nurul Ulfatun Anjelina

Kegiatan Ngaji BTQ~


Rizki Dyah Sakti

Kelas Madin BTQ~


Safina Rahma Aulia

Sepenggal Kisah Pengalaman Madinku~


Selly Triamanda

Lika-liku Madin Daring dan Luring~


Selvi Agustin

Pagi di Tahun Pertamaku~


Sevina Yushinta Anjani

Online Or Offline?~
Shella Rhodinia

Mahasantrinya Bu Falah~
Tika Ulandari

Pembelajaran BTQ Online dan Offline~


Vina Dwi Cahyaning Tiyas

Cerita Madrasah Diniyahku~


Yulia Widya Saputri

Ridu Penghimpun Pahala~


Hawa Ega Firsta

Suka Duka Menjadi Mahasantri Offline dan Online~


Nur Alvi Puriamandawati

Alif, Ba’, Ta’~


Arel Vaganza

Sepenggal Perjalananku Satu Tahun Menjadi Santri~


Eprinda Nurro’in Habbiban

Sepenggal Kisah Perjalanan dalam Pertamakali Pembelajan Madin


Offline dan Luring~
Kharisma Yogi Febri Antika

Pengalaman Madinku~
Galuh Sabila

Kegiatan Madinku~
Aurelia Azzahra

Cerita di Pagi Hari~


Dennisa Fatma Novita Ardianti

Kegiatan Ngaji BTQ~


Rizki Dyah Sakti

Pengalaman Pertama Belajar BTQ Secara Online~


Fitania Syaharani E. P.

Kisahku Menjadi Satri Online & Offline~


Nabella Zubaida’ Izzaturr Rohmah
Perjalanan Menjadi Mahasantri~
Isyroq Ziyaul Haq Adaniyah

Kenangan Madin UIN SATU~


Ahmad Ardian Ari Sandi

Menjadi Santri UIN Tulungagung~


Irna Fidausil Ma’wa

Meskipun di Era Pandemi, Tidak Melunturkan Semangat Untuk


Mengikuti Pembelajaran BTQ~
Marlina

Madin Yang Berkesan~


Agustina Zahrotin Nisak

Pertama Kali Mengaji Melalui Jaringan~


Syafira Hurin’in

Positif atau Negatif Pembelajaran Madin Online~


Dilla Minhatul Maula

Madin di Era Pandemi Covid-19~


Putri Erlina Safira

In Madin, We Trust~
Hodri Fungkiuudin

Tatap Muka~
Hazin Farika Yati

Hari-hari Menjalani Madrasah Diniyah~


Nadya Putri Cantika

Perjalananku Selama Madinku~


Della Eka Eliana
Madinku
Nafi’ur Rohman

Nama saya Nafi’ur rohman dari kelas Tadris IPS 2b. Asal
saya dari Jombang. Masuk semester awal UIN mengadakan wajib
mengikuti atau madrasah diniyah selama dua semester atau satu
tahun. Selama pembelajaran masa pandemi saat ini kuliah dan
madin di laksanakan secara daring atau online, melalui aplikasi G-
meet dan Whatsapp group selama masa pandemi. Pandemi covid-19
menyebabkan segala aktivitas dilakukan di rumah termasuk belajar.
Di tengah wabah pandemi sekolah-sekolah tutup sehingga
diberlakukan pembelajaran daring. Kuliah daring juga bermanfaat
mendorong pemanfaatkan teknologi secara maksimal. Ustadzah
kelas btq 31 bernama Bu Falah. Kegiatan madin di lakukan pada
hari senin sampai kamis, dalam satu minggu mulai jam 07.00
sampai jam 08.30 WIB di rumah masing- masing, keluhan saat
melakukan kuliah online, kondisi internet yang berbeda-beda,
kendala ini pasti sering banget kamu rasakan saat sedang madin
online. Kondisi internet di tiap daerah pastinya berbeda-beda. Untuk
kamu yang tinggal di daerah perkotaan mungkin nggak terlalu
masalah dengan hal ini, tapi untuk kamu yang tinggal di daerah yang
masih minim akses internet pasti kendala ini mengganggu banget.
Madrasah Diniyah online ini hanya pada semester 1, karena
pada semester 2 kegiataan madin di lakukan secara offline atau
luring di kampus. Kegiatan madin di kampus pun waktunya sama
seperti madin online, kelas madinku terdapat di gedung K.H
Syarifudin Zuhri lantai 4 dan ruang kelas btq 31, kegiatan madin
offline cukup menyenangkan karena bisa bertemu dengan teman
teman secara nyata, bisa bertatap muka secara langsung membuat
pembelajaran semakin menyenangkan karena di selingi dengan
candaan yang membuat tidak menegangkan yang membuat madin
menjadi nyaman. Kegiatan madin offline di mulai jam 07.00 sampai
08.30 WIB yang di mulai dengan berdoa terlebih dahulu setelah
selesai membaca doa kemudian ustazah akan mulai pembelajaran
dengan membaca setiap halaman pada jilid tersebut dan juga
menjelaskan bagaimana cara membacanya. Selanjutnya beliau
menyuruh mahasantri untuk membaca bersama halaman yang sudah
dijelaskan tadi dan memberi kesempatan kepada mahasantri untuk
bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan tadi. Jika tidak ada
yang bertanya beliau akan menyuruh mahasantri untuk mengirim
tugas berupa video ketika membaca jilid di grup WA. Dahulu
mahasantri praktik membaca satu persatu dengan dipanggil sesuai
nomor urut absen atau terkadang juga diacak.
Tugas yang diberikan berupa menulis. Menulisnya
biasanya menulis surat pendek, terkadang bacaan ketika salat,
ataupun rukun-rukun salat dan wudhu. Tugasnya terserah ustazah,
tugas ini bisa menjadi wawasan yang sebelumnya kita malas
membaca menjadi membaca walaupun hanya sekilas saja. Diakhir
pembelajaran jadwal madin selama satu semester pasti akan ada
UAS oleh ma'had. Tata cara untuk ujian akhir semester madin dari
ma'had ini, testnya yaitu membaca jilid dan juga menulis surat
ataupun ayat tanpa melihat media apapun. ujian akhir madin yang
diadakan oleh ma'had ini bertujuan untuk mengetest para mahasantri
tentang sejauh mana mereka memahami materi-materi yang telah
dijelaskan dan dipraktekkan oleh ustazahnya serta mendapatkan
nilai akhir yang digunakan untuk menentukan apakah mahasantri
tersebut bisa lulus atau tidaknya pada pembelajaran madin semester
ini. Karena jika ada mahasantri yang tidak lulus pembelajaran madin
semester ini maka, mereka harus mengulanginya lagi disemester
depan. Dan alhamdulillah saya bisa lulus pada pembelajaran madin
semester satu ini. Kemudian saya juga akan berusaha semaksimal
mungkin untuk mengikuti kegiatan pembelajaran madin disemester
berikutnya.
Itu tadi cerita singkat dari kegiatan madrasah diniyahku
selama 2 semester, banyak suka dan duka yang saya rasakan selama
madin online dan offline. Terima kasih untuk ustazah yang telah
memberikan banyak ilmu kepada saya dan teman-teman, semoga
ilmu yang kami dapat bisa menjadi ilmu yang bermanfaat dan
barokah dan bisa terapkan di kehidupan sehari- hari. Dan
terimakasih kepada teman-teman btq 31 yang telah membantu saya
dalam kegiatan madin, .Itu tadi sedikit cerita yang dapat saya
utarakan, Dan tak lupa pesan yang selalu dikatakan Bu falah yaitu
jangan lupa sehari membaca ayat suci Al-Qur’an walaupun itu
Cuma 1ayat.
Madin di Era GMTP (G. Meet dan Tatap Muka)
Nurul Ulfatun Anjelina

Kegiatan Madin atau Madrasah Diniyah merupakan suatu


kegiatan pembelajaran wajib bagi seluruh Mahasiswa baru UIN
Sayyid Ali Rahmatulullah Tulungagung. Akan tetapi, pembelajaran
Madin itu hanya diwajibkan selama 1 tahun atau 2 semester saja.
Apabila setelah lulus atau selesai mengikuti kegiatan Madin selama
1 tahun, maka untuk semester selanjutnya juga tetap boleh
mengikuti kegiatan madin lagi. Namun hal itu, hukumnya sunah
bagi seluruh Mahasiswa, yakni diperbolehkan bagi mahasiswa yang
ingin mengikuti kegiatan madin lagi disemeter berikutnya. Tentu
dengan cara mendaftar terlebih dahulu dengan mengikuti langkah-
langkah yang telah ditentukan dari pihak yang bersangkutan.
Madin juga memiliki berbagai pilihan. Seperti Baca Tulis
Al-Quran (BTQ), Tilawah, Tahfizd, dan yang lainnya. Saya sendiri
memutuskan untuk memilih Madin BTQ, pemilihan ini dilakukan
pada saat registrasi awal. Alasan saya memilih Madin BTQ karena,
saya sendiri sadar bahwa dalam membaca Al-Quran, saya masih
belum terlalu pasih atau lancar. Kemudian, di Madin BTQ juga
diajarkan macam-macam jenis hukum bacaan dalam Al-Quran.
Dengan demikian, ilmu saya mengenai Al-Quran bertambah, baik
itu cara pelafadzan huruf-huruf hijaiah yang benar, tanda baca, serta
hukum-hukum bacaannya. Saya sendiri mendapat kelas BTQ 3q.
Dimana, BTQ 31 itu sendiri terdiri dari 1 program studi yaitu,
Tadris ilmu pengetahuan sosial dan Tadris, dan saya sendiri dari
program studi Tadris ilmu pengetahuan sosial. Awalnya dikelas
Madin saya itu terdiri dari lebih kurang 40 lebih Mahasiswa akan
tetapi, ada beberapa Mahasiswa mengundurkan diri jadi, BTQ 31
hanya tersisa kurang lebih 35 Mahasiswa saja.
Mahasiswa dari BTQ 31 sendiri rata-rata semuanya asli
dari Jawa Timur, sedangkan saya sendiri berasal dari Lamongan ,
yakni Kaur, Pada awalnya saya sempat minder karena teman sekelas
Madin saya banyak yang lulusan pondok sedangkan saya tidak
tetapi semakin lama saya sedikit-dikit mulai paham. Saya sendiri
sudah berada di Tulungagung sejak bulan September 2021 sampai
dengan sekarang, juni 2022. Yang artinya, saya sudah berada di
Tulungagung lebih dari setangah tahun lebih tepatnya 9 bulan. Pada
awalnya kegiatan Madin dilakukan secara daring dengan
menggunakan media digital atau Google Meet. Hal tersebut
dilakukan karena pandemic yang sedang berlangsung di Indonesia.
Jadi, untuk meminimalisir penyebarannya maka kegiatan madin
sementara dilakukan secara daring, begitupun dengan kegiatan
perkuliahannya. Menurut saya sendiri, kelemahan dari pembelajaran
Madin secara daring yaitu seperti, kurang maksimalnya kegiatan
pembelajaran dikarekan keterbatasan jaringan atau signal internet
baik itu dari signal Mahasiswa maupun signal Ustadzahnya. Pada
saat saya sudah di Tulungagung lebih tepatnya di desa tamban
kec.pakel di rumah saudara saya, saya sendiri was-was dengan
signal yang ada disana karena rumah saudara tersebut berada di
daerah pegunungan. Dengan hal demikian, karena rasa was-was,
saya jadi kurang pokus pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran
Madin ini. Untuk kegiatan Madin pada semester 1 itu berkahir pada
pertangahan bulan desember.
Selanjutnya untuk kegiatan Madin di semester berikutnya
atau semester 2, itu dimulai pada pertanghan febuari 2022. Kegiatan
Madin di semester 2 pada untuk 2 minggu pertama itu masih
dilakukan secara daring. Kemudian di minggu ke 3 ada
pengumuman resmi dari pihak kampus bahwa Madin sudah bisa
dilakukan secara 100% full offline atau tatap muka. Pada hari
pertama saya dating ke kelas Madin untuk pertama kalinya, saya
bertemu dengan teman-teman yang dulunya hanya saya liahat dari
kamera saja sekarang saya melihat langsung dan bisa mengobrol
secara langsung juga. Akan tetapi, menurut saya proses
pembelajaran ini lebih baik dilukan secara offline daripada online.
Dimana, tidak akan ada yang Namanya terkendala dengan jaringan.
Kemudian, materi-materi yang disampaikan ustadzah itu lebih cepat
dan mudah dipamahi langsung. Dengan hal ini, saya berpikir
sepertinya lebih efektif belajar secara tatap muka dari pada daring,
ditambah lagi bisa bertemu dengan teman-teman, menajalin
silaturahmi, dan juga menambah pengalaman. Saya pribadi sangat
berterima kasih kepada Ustadzah yang sudah memberikan
pembelajaran mengenai Al- Quran, juga sudah sangat sabar dalam
mengajar saya. Pengalaman saya sebagai salah satu dari bagian BTQ
31 ini sendiri, akan saya ingat dalam hidup saya. Saya juga sangat
bersyukur bertemu dengan teman-teman serta Ustadzah yang sangat
baik.
Kegiatan Ngaji BTQ
Rizki Dyah Sakti

Assalamuailakum wr, wb. Perkenalkan nama saya Rizki


Dyah Sakti. Saya berasal dari desa Pulerejo, kec. Ngantru, kab.
Tulungagung. Saya adalah mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung jurusan FTIK (Fakultas Tarbiyah. Dan Ilmu
Keguruan) prodi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial. Saat saya diterima
menjadi mahasiswa, diwajibkan untuk mengikuti pembelajaran
madin selama 1 tahun, saat itu saya memilih madin BTQ. Karena
saya senang mengaji Al-quran dari kecil, tapi saat teman SMP ku
berhenti mengaji dengan bodohnya saya juga ikutan berhenti. Dan
sekarang membaca agak gagap dan salah. Pembagian kelas, saya
masuk di BTQ kelas 31. Terdiri dari prodi Tadris IPS kelas A, B
dan, C yang dibimbing oleh oleh Ustadzah Mir’atul Falah. Madin
dilakukan selama 4 hari dalam seminggu, mulai dari hari senin
sampai kamis yang dimulai dari pukul 07.00 - 08.30.
Pada awal pembelajaran madin BTQ masih dilakukan
secara online via Google Meet. Di hari pertama, saya sangat gugup
sekali. Melihat wajah-wajah baru, teman baru dan guru baru.
Sampai tanganku berkeringat dingin. Sedikit takut juga kalo
gurunya galak atau bagaimana.. dan ternyata bu Fallah baik bangett.
Di awal pembelajaran kami mempelajari jilid 1 – 6, tentang hukum
bacaan al-quran yaitu mad thobi’i, ikfa’ gunnah, idghom bigunnah,
idghom billagunnah, idhar, mad arid lissukun dan lainnya. saya
sangat percaya diri, karena paham hukum bacaan itu, saat ditanya
sama bu Fallah jawaban di otak langsung hilang, bumm. Lalu bu
Fallah menjelaskannya secara rinci dan detail, Jadi paham lagi deh.
Pembelajaran via online tidak berlangsung lama, pada pertengahan
oktober sudah bisa dilakukan secara luring. Namun, sebagian
mahasantri tidak dapat mengikuti luring madin karena tidak dapat
ijin dari orang tuanya. Akhirnya bu Fallah mengajar dengan 2
metode, yaitu via daring dan luring. Pembelajaran luring dilakukan
di gedung KH. Saiffudin Zuhri. Dan saat itu lah saya pertama kali
datang ke kampus UIN Sayyid Ali Rahmatullah. Tempatnya sangat
luas dan asri, pertama kali datang bingung mencari kelas BTQ,
untungnya ada mbak-mbaknya kasih arahan ke kita. Awal
pembelajaran madin luring/offline, agak takut belum kenal siapa-
siapa dan suasana canggung. Waktu itu malu banget, ditunjuk
membaca tanganku tremor, terus di bercandain. Biar suasananya
enak begitu kan. Cara membacaku lancar dong, cuman salah di
panjang pendeknya lafadz. Sudah beberapa hari berlalu, memasuki
ujian akhir semester 1, ujian ini terdiri dari 2 ; ujian lisan dan tulis
dilaksanakan 4 hari, hari pertama dan kedua untuk kelas offline.
Sedangkan hari ketiga untuk kelas online. Hari ke empat ujian tulis
yang dilakukan bersamaan, alhamdulillah berjalan dengan lancar
serta teman-teman sekelas semua dinyatakan lulus.
Pada bulan Februari pembelajaran madin semester 2
dimulai, di semester ini semua madin sudah bisa dilakukan secara
luring. Di minggu pertama masih pembelajaran daring. Pada minggu
selanjutnya pembelajaran luring, di semester 2 ini kami
mempelajari Al-quran, metode pembelajaran ini dilakukan dengan
di baca dahulu oleh bu Falah lalu membaca bersama-sama.
Terkadang juga membaca secara urutan dan zig-zag. Kami juga
mempelajari hukum bacaan Gharib seperti bacaan imala, bacaan
isymam, bacaan tashil, bacaan naql dan bacaan mad. Tidak terasa
sudah 1 tahun saya mengikuti pembelajaran madin BTQ. Yang
berakhir di bulan Juni ini, semoga ilmu ini bermanfaat dan barokah
dikemudian hari. Sekian dari cerita pengalaman saya. Saya Rizki
pamit undur diri, Wassalamualaikum, Wr. Wb.
Kelas Madin BTQ
Safina Rahma Aulia

Assalamualaikum perkenalkan saya Safina Rahma Aulia


dari jurusan Tadris IPS 2C. Di sini aku akan menceritakan
pengalaman mengikuti kelas madin selama satu tahun di kelas BTQ
31. Madin sendiri merupakan salah satu kegiatan yang wajib diikuti
setiap mahasiswa baru UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
selama satu tahun. Pembelajaran madin dilakukan pada hari senin
sampai kamis dari jam 07.00 sampai 08.40.Pada saat semester
pertama pembelajaran madin masih dilakukan secara online atau
dapat disebut daring melalui Google Meet. Selama satu semester
mahasantri di ajari cara melafalkan dan menulis huruf hijaiyah
dengan jelas dan benar sesuai dengan panduan yang terdapat di
dalam buku jilid, dari jilid 1 sampai jilid 6, serta mahasantri juga
diajari Tajwid, seperti bacaan Mad Thabi’i, Idhar, Idgham, Iqlab,
Ikhfa’, Ghunnah, dan seterusnya.
Mahasantri akan mendengarkan dan menganalisis
bagaimana cara membaca Al-Qur’an yang dibaca oleh seorang ustaz
atau ustazah mulai dari tajwid, irama, serta jelas dan samarnya, dan
lain-lain. Selain mendengarkan, mahasantri juga disuruh membaca
apa yang sebelumnya telah dibaca oleh ustaz atau ustazahnya, serta
mahasantri terkadang juga diberi tugas untuk menulis apa yang telah
dibaca lalu menebak terdapat bacaan tajwid apa saja yang ada dalam
bacaan tersebut pada buku tulis lalu difoto dan dikirim sesuai
dengan batasan waktu yang ditentukan oleh ustazahnya. Di madin
juga dilaksanakan kegiatan ujian seperti pada umumnya untuk
mahasantri seperti UAS. UAS dilakukan selama 4 hari dan dalam
satu kelas dibagi menjadi dua bagian. Untuk absen 1 sampai 20
dilakukan pada hari pertama dan kedua, sedangkan untuk absen 21
sampai 40 dilakukan pada hari ketiga dan keempat. UAS dilakukan
secara lisan dan tulis dan dilakukan secara offline, untuk ujian lisan
mahasantri akan maju satu persatu berhadapan dengan ustzah
kemudian membaca halaman yang telah disebutkan oleh ustazah
tersebut, lalu akan diberi pertanyaan. Sedangkan untuk ujian tulis,
ustazah akan memberikan selembar kertas lalu di beri perintah untuk
menulis surat pendek kemudian diberi tanda bacaan tajwid apa saja
yang ada di dalam surat pendek tersebut. Untuk pembelajaran pada
semester 2 dilakukan secara online selama beberapa pertemuan
kemudian dilakukan secara offline sampai UAS. Pada pembelajaran
madin di semester 2, mahasantri diberi pembelajaran dengan Al-
Qur’an. Ustazah akan menyebutkan surat apa yang akan dibaca lalu
dibacakan satu halaman Al-Qur’an terlebih dahulu oleh ustazah.
Jika ustazah sudah selesai membacakan, mahasantri diberi perintah
untuk membaca apa yang telah dibaca oleh ustazah secara bersama-
sama.
Kemudian setiap satu mahasantri akan membaca 1 sampai
2 ayat dan disimak oleh ustazah serta teman mahasantri lainnya. Jika
terdapat kesalahan dalam membaca, ustazah akan membenarkan
hingga mahasantri tersebut dapat membaca dengan benar. Pada
semester 2 madin dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan
Juni. Pada saat bulan puasa pembelajaran madin dilakukan pada jam
08.00-09.00. Pembelajaran pada semester 2 sendiri hampir sama
dengan semester 1 yang membedakan hanya pada semester 1
mahasantri membaca jilid, sedangkang semester 2 mahasantri
membaca Al-Qur’an. Pada semester 2 mahansantri dikenalkan
dengan bacaan Gharib, seperti Saktah, Imalah, Isymam, Naql, dan
Tashil. Di semester 2 juga diberi tugas seperti halnya pada saat
semester 1, jika pada semester 1 mahasantri akan menulis bacaan
yang ada di jilid, maka pada semester 2 mahasantri menulis bacaan
yang ada pada Al-Qur’an serta menebak bacaan apa saja yang ada di
dalam ayat tersebut. Salain itu setiap mahasantri terkadang juga di
suruh maju kedepan dan menulis contoh bacaan tajwid, seperti
contoh bacaan Mad Thabi’i, Mad Wajib Muttashil, dan Mad Jaiz
Munfashil. Pada semester 2 saat pembelajaran madin masih online,
mahasantri akan diberi tugas untuk membuat rekaman suara
membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca saat pembelajaran
berlangsung.
Ujian akhir madin yang dilaksanakan oleh Ma’had sendiri
memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana mahasantri
memahami materi-materi yang telah diajarkan dan dipraktekkan
oleh ustaz dan ustazahnya, serta untuk mendapatkan nilai akhir yang
digunakan untuk menentukan mahasantri tersebut dapat lulus atau
tidak pada pembelajaran madin selama 2 semester ini. Begitulah
sedikit cerita pengalaman saya mengikuti madin selama 2 semester
ini yang dapat saya sampaikan, terima kasih. Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Sepenggal Kisah Pengalaman Madinku
Selly Triamanda

Saya merupakan mahasiswa baru di kampus Universitas


Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Pada bulan
Agustus tahun 2021, tepatnya pada akhir bulan, pembelajaran madin
atau Madrasah Diniyah kampus Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung dimulai. Saya memilih madin BTQ atau
Baca Tulis Al-Qur'an, karena menurut saya tidak terlalu berat
seperti madin yang lainnya. Saya mendapat kelas madin BTQ 31
yang terdiri dari prodi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial kelas A, B,
dan C yang dibimbing oleh Ustadzah Mir’atul Falah, beliau sangat
disiplin dan tidak pernah terlambat saat mengajar, baik saat offline
maupun online. Madin dilakukan selama 4 hari dalam seminggu
mulai hari senin sampai hari kamis yang dimulai pukul 07.00
sampai pukul 08.30.
Pada awal pembelajaran, madin BTQ masih dilakukan
secara online atau daring via Google Meet. Pada pertengahan bulan
Oktober, madin BTQ sudah bisa dilakukan secara offline. Namun,
tidak semua mahasantri dapat mengikuti madin BTQ secara offline.
Sehingga pada saat itu, Ustadzah Mir’atul Falah mengajar dengan 2
metode, yakni online via Google Meet dan offline di dalam kelas
yang berada di lantai 4 gedung KH. Saifuddin Zuhri. Dalam
mengajar BTQ, beliau mengajar dengan sabar dan telaten, semua
mahasantri diajari sampai bisa. Beliau mengajar mulai dari jilid 1
sampai jilid 6 dan sekarang sudah sampai pada Al-Qur'an. Beliau
juga mengajari materi mengenai tajwid dan semacamnya. Saat Ujian
Akhir Semester 1, yang menguji kelas BTQ 31 juga tetap beliau.
Saat itu, ujian masih pada tahap jilid yang terdiri dari ujian tulis dan
ujian lisan. Pada ujian hari pertama dan kedua, kelas digunakan
untuk yang offline. Sedangkan pada hari ketiga digunakan untuk
yang online via Google Meet, dan pada hari keempat atau hari
terakhir, yakni ujian tulis yang dilakukan secara bersamaan baik
yang offline maupun online. Dan Alhamdulillah ujian berjalan
dengan lancar serta teman-teman sekelas semuanya dinyatakan
lulus.
Pada bulan Febuari, pembelajaran madin semester 2 sudah
kembali dimulai. Pada semester ini semua madin sudah bisa
dilakukan secara offline atau tatap muka. Sehingga bisa mengenal
teman-teman sekelas. Pada minggu pertama semester 2, madin BTQ
masih dilakukan secara online, tetapi pada minggu selanjutnya
sudah bisa dilakukan secara offline atau tatap muka. Pada semester
2 ini, pembelajaran madin BTQ sudah memasuki tahap belajar Al-
Qur'an. Metode pembelajaran yang dilakukan oleh Ustadzah
Mir’atul Falah yaitu dengan dibaca dahulu oleh beliau lalu dibaca
bersama-sama dengan teman-teman sekelas, kemudian setelah itu
dibaca satu persatu sesuai dengan urutan. Tidak terasa waktu madin
BTQ sebentar lagi akan berakhir, dan saya pasti akan merindukan
kekompakan dari teman-teman BTQ 31. Semoga silaturahmi dari
teman-teman BTQ 31 akan tetap terjaga meskipun madin sudah
berakhir.
Lika-Liku Madin Daring dan Luring
Selvi Agustin

Perkenalkan nama saya Selvi Agustin, saya merupakan


anak tunggal dan saya lahir pada tanggal 11 Agustus 2002 di Desa
Gesikan, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung. Saya dari
FTIK (Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan) dan dari Prodi Tadris
Ilmu Pengetahuan Sosial. Saat saya diterima menjadi mahasiswa di
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, kita diwajibkan
mengikuti pembelajaran madin selama 1 tahun. Waktu itu, saya
tidak tahu madin yang dimaksud itu bagaimana. Saat memilih kelas
saya memilih kelas BTQ karena memang saya ingin mempelajarai
lebih mendalam tentang tajwid-tajwid dan tata cara menulis Al-
Qur’an dengan benar.
Madin merupakan suatu kegiatan wajib bagi mahasiswa
baru. Saat pembagian kelas madin saya masuk ke kelas BTQ 31, di
kelas ini ada gabungan antara kelas A, B, dan C dari prodi Tadris
Ilmu Pengetahuan Sosial. Di kelas ini kami di ajar oleh ustadzah
Mir’atul Falah. Dan ternyata disini menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan metode An-Nahdliyah, kita di suruh membeli
jilid 1-6 yang disusun dan dicetak oleh LP Ma’arif NU cabang
Tulungagung. Metode An-Nahdliyah sendiri merupakan metode
belajar membaca Al-Qur’an yang menekankan pada kesesuaian dan
keteraturan dengan ketukan. Ketukan di sini merupakan jarak
pelafalan satu huruf dengan huruf lainnya, sehingga dengan ketukan
bacaan santri sesuai baik panjang dan pendeknya dari sebuah bacaan
Al-Qur’an.
Madin dilaksanakan setiap hari senin sampai kamis dan
dimulai dari jam 07.00 sampai jam 08.30 dengan menggunakan
media Google Meet karena masih masa pandemi Covid-19. Hal
tersebut tidak menyulutkan tekad dan semangat mahasiswa untuk
mengikuti kelas madin walaupun masih banyaknya kekurangan
dalam penggunaan sistem daring yang dimulai dari terputusnya
sinyal, terbatasnya kuota membuat pembelajaran kurang efektif.
Singkat cerita madin semester 1 telah usai dan kini
pembelajaran madin pada semester 2 dimulai, sekitar bulan Februari
dan ternyata kegiatan proses pembelajaran madin dilaksakan secara
offline dengan syarat mahasiswa sudah vaksin dosis 1 dan surat izin
dari orang tua. Dengan begitu secara otomatis Mahad Al-Jami’ah
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung juga di buka. Karena
saya mahasiswa KIP-kuliah maka saya diwajibkan bermukim di
Mahad Al-Jami’ah UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Saat pembelajaran madin offline atau tatap muka setiap
hari saya datang lebih awal agar tidak perlu antri untuk menaiki lift,
karena jika tidak menaiki lift saya biasanya menaiki tangga dari
lantai 1 sampai lantai 4 karena kelas BTQ 31 berada di lantai 4
gedung Syaifudin Zuhri.
Tidak terasa sudah 1 tahun saya mengikuti pembelajaran
madin. Pembelajaran yang berkesan dan bermanfaat ini akan selesai
pada bulan Juni ini. Susah senangnya madin sudah saya rasakan.
Semoga ilmu yang saya dapat bisa bermanfaat dan barokah di
kemudian hari.
Pagi di Tahun Pertamaku
Sevina Yushinta Anjani

Perkenalkan, aku adalah salah satu mahasiswi dari program


studi tadris Ilmu Pengetahuan Sosial di Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung atau lebih familiar disebut
UIN SATU. Senang sekali rasanya aku bisa diterima di kampus ini.
Dikarenakan kampus ini merupakan kampus berbasis keagamaan
Islam serta aku adalah alumni dari sekolah umum, maka tentu saja
aku telah mempersiapkan diri untuk mampu beradaptasi dengan
lingkungan dan sistem pembelajarannya. Namun, ada satu hal yang
baru kuketahui setelah aku dinyatakan diterima sebagai mahasiswi
UIN SATU, yaitu pembelajaran Madin.
Sebenarnya istilah Madrasah Diniyah (Madin) sudah
kukenal sejak lama, namun aku tidak menyangka kalau di UIN
SATU ada program Madin yang harus dijalani oleh tiap mahasiswa
baru. Kala itu aku juga sempat kebingungan memilih program
Madin yang akan kuikuti. Setelah meminta saran kepada salah satu
kakak tingkat akhirnya aku yakin dan mantab untuk mendaftarkan
diri di program Baca Tulis Qur’an atau biasa disingkat BTQ.
Aku memilih Madin BTQ dikarenakan aku ingin
menyempurnakan bacaan Al-Qur’anku agar lebih baik lagi.
Sebenarnya aku sudah terbiasa akan Baca Tulis Qur’an sejak masih
duduk di bangku sekolah dasar karena dahulu aku bersekolah di
Sekolah Dasar Islam (SDI), akan tetapi setelah lulus SD aku
melanjutkan di SMP dan SMA umum sehingga aku merasa perlu
lagi untuk memperdalam seputar Baca Tulis Qur’an untuk
memperbaiki dan menyempurnakan Bacaan Al-Qur’anku.
Memasuki bulan Agustus, artinya perkuliahan semester
ganjil telah dimulai, begitu pula dengan kegiatan Madin. Kebetulan
aku masuk di kelas BTQ 31 dan kami semua diberi link untuk
masuk kedalam grup Whatsapp kelas. Setelah masuk grup kelas,
kami diberi informasi bahwa pembelajaran Madin dilaksanakan
secara online. Hal tersebut dikarenakan kala itu pandemi Covid-19
sedang gawat-gawatnya. Sebenarnya ada suka dan dukanya dalam
pembelajaran online. Sukanya dikarenakan pada pagi hari tidak
perlu tergesa-gesa untuk pergi ke kampus dan bisa mengikuti Madin
dimanapun, dukanya adalah belum bisa bertemu teman-teman serta
ustadzah pembimbing BTQ 31.
Madin dilaksanakan setiap hari Senin-Kamis pada pukul
07.00 hingga pukul 08.30. Hari pertama Madin online kami diajak
untuk saling berkenalan oleh ustadzah pembimbing kami yang
bernama Bu Falah. Kami juga ditanya perihal kemampuan membaca
Al-Qur’an kami masing-masing. Pembelajaran madin BTQ dimulai
dengan menghafal huruf hijaiyah secara bergantian. Kemudian
dilanjutkan dengan membaca dari jilid satu. Aku sangat kagum
dengan ketelatenan dan kesabaran ustadzah dalam membimbing tiap
mahasantri yang memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an
berbeda-beda.
Hari-hari di semester satu selalu ku awali dengan kegiatan
Madin secara online. Aku sangat menikmati pembelajaran madin
online ini. Hingga suatu hari di akhir semester satu kala itu pandemi
sedikit mereda dan kami diperbolehkan untuk melaksanakan
pembelajaran madin secara tatap muka di kampus. Ini merupakan
sedikit angin segar bagi kami yang merasa sedikit jenuh dengan
pembelajaran online dan ingin bertemu dengan teman-teman madin
serta ingin mengetahui lingkungan kampus secara langsung.
Hari pertama pembelajaran madin secara tatap muka terasa
sedikit menegangkan bagiku. Kala itu kondisi kampus juga masih
agak sepi, dikarenakan pihak kampus hanya mengizinkan Madin
BTQ dan Ula saja yang diperbolehkan untuk melaksanakan
pembelajaran secara tatap muka dengan kapasitas maksimal 50%.
Hanya mahasantri yang sudah vaksin dan diizinkan oleh orangtua
saja yang diperbolehkan untuk melaksanakan Madin secara offline.
Hari-hari Madin offline di semester satu ini masih terasa sepi.
Memasuki bulan Februari 2022, libur semester telah usai.
Aku kini telah menjadi mahasiswi semester dua di UIN SATU yang
juga sekaligus artinya aku masih berkewajiban mengikuti Madin.
Pada semester dua ini seluruh kegiatan perkuliahan serta Madin
sudah bisa dilaksanakan secara tatap muka dengan kapasitas 100%.
Kampus terasa sangat ramai akan lalu lalang mahasiswa. Awalnya
aku merasa malas sekali untuk berangkat pagi, tetapi lokasi kelasku
yang berada di lantai 4 seolah memaksaku untuk berangkat pagi
agar bisa menggunakan fasilitas lift.
Setiap hari aku bersemangat untuk berangkat lebih awal
agar tidak perlu antri lama saat menunggu lift, karena kalau setiap
hari harus berjalan kaki naik turun tangga 4 lantai cukup membuat
pegel linu. Pembelajaran madin di semester dua ini juga terasa
menyenangkan bagiku. Ustadzah pembimbing kami begitu sabar
dan teliti dalam membimbing. Beliau tidak pernah lupa
mengingatkan kami untuk senantiasa membaca Al-Qur’an setiap
hari, walaupun hanya satu ayat. Madin di BTQ 31 tidak akan pernah
kulupakan.
Online Or Offline?
Shella Rhodinia

Madin merupakan salah satu program pembelajaran wajib


bagi mahasiswa/mahasiswi baru UIN SATU Tulungagung dan
tentunya harus dilakukan atau ditempuh selama 1 tahun
pembelajaran (2 semester). Selama satu tahun para
mahasiswa/mahasiswi wajib untuk mengikutinya. Terdapat beberapa
kelas Madin yang dapat dipilih oleh masing-masing
mahasiswa/mahasiswi baru sesuai dengan minat dan kemampuan
mereka. Kelas Madin terbagi dalam beberapa kelas yaitu ada kelas
BTQ, Tahfidz, Tilawah, ULA, Wustho, dan Ulya. Berhubung saya
merasa masih belum atau kurang terlalu lancar untuk membaca
Alquran jadi saya memilih untuk mengikuti kelas yang BTQ.
Selama setengah tahun ini saya sudah mengikuti pembelajaran
Madin dan diajari oleh Ustadzah yang pertama kali yaitu Ustadzah
falah dan Ustazah yang sekarang yaitu Ustadzah Arik.
Madin semester satu dilaksanakan setiap hari Senin-Kamis
mulai pukul 07.00-08.30. Karena pandemic Covid-19 yang masih
melanda menyebabkan aktivitas yang seharusnya dilakukan dengan
tatap muka, kini hanya bisa dilakukan secara online. Dan
pembelajaran Madin kali ini menggunakan media Whatsapp dan
Google Meet. Selama satu semester walaupun online banyak
pelajaran yang saya dapatkan dan saya terima dengan ustadzah.
Beliau banyak mengajarkan tentang hukum hukum bacaan. Dan
masih banyak lagi hal hal baru yang beliau ajarkan. Tetapi selama
online biasanya banyak mahasantri yang kesusahan sinyal sehingga
mengobrol satu sama lain tidak bisa secara maksimal lagi. Dan
kadang ada yang mati lampu sinyal menjadi sulit juga. Tapi itu tidak
menghalangi semangat kami untuk bisa belajar dengan baik. Di
dalam kelas BTQ, saya diajari membaca huruf hijaiyah, membaca
jilid mulai jilid 1 sampai 6, membaca surat pendek, menghafalkan
hukum hukum dalam membaca Alquran, menulis niat wudhu, salat,
dan bacaan-bacaan dalam salat. Ustazah saya sungguh sabar dan
telaten dalam mengajar kelas kami, beliau mengajari kami sampai
bisa. Setiap pengerjaan tugas dikirim melalui grub WA.Di akhir
pembelajaran mahasantri akan list di grup Whatsapp tentang list
kehadiran per tanggalnya atau setiap pertemuan, Dan diakhir
pembelajaran kita semua akan berdoa bersama, setelah itu salam dan
pertanda bahwasanya pembelajaran madin sudah selesai. Jadi,
walaupun pembelajaran dilakukan secara online atau virtual tetapi
tata cara pembelajarannya pun tetap sama seperti saat sedang
pembelajaran offline. Dan menurut saya cara mengajar beliau
tersebut sangat efektif. Tidak hanya membaca jilid saja, sesuai kelas
madin BTQ yaitu Baca Tulis Quran maka setiap pertemuan atau
pembelajaran pasti ada tugas menulisnya. tugas menulis akan
diberikan ketika pembelajaran madin berakhir.
Disemester 2 madin sudah dilakukan secara daring (offline)
karena angka covid sudah menurun,tetapi dengan syarat memakai
masker selama pembelajaran. Banyak cerita menarik selama
kegiatan offline ini. Seperti Harus bangun lebih awal agar tidak
tepat datang ke kampus,lebih tepatnya cari parkir yang cepat buat
pulang,hehehehe. Tapi saya ke kelas bersama 3 teman saya,karena
setiap hari kita janjian untuk ke kelas bersama. Setiap pagi antrian
ift sangat panjang dan lama. Sesampainya dikelas kita selalu
menghitung bangku kosong untuk tempat duduk kita,agar duduknya
tidak ada yang terpisah. Eitss tidak hanya itu biasanya kita sampai
kelas itu kehabisan nafas karena maraton tangga dari lantai satu
sampai lantai empat. Ini sangat menguras tenaga kita. Kelas madin
semester dua hampir sama dengan semester satu yaitu dengan awal
pembelajaran dimulai dengan membaca doa, Jika ada mahasantri
yang telat disuruh berdoa sendiri didepan kelas. Kegiatan offline ini
lebih menyenangkan karena ketemu teman teman,bisa cerita cerita
bukan cerita tapi biasanya kita gibah. Dan kita bisa tertatap muka
secara langsung tanpa adanya gangguan sinyal ataupun mati lampu.
Madin secara offline ini membuat kita lebih mengenal teman satu
sama lain. Kegiatan semester 2 sudah berbeda dengan semester 1.
Semester satu masih belajar membaca iqro yang menggunakan
ketukan biar bisa tau panjang pendeknya bacaannya. Sedangkan
semester 2 sudah menggunakan al-quran.
Semenjak mengikuti kegiatan pembelajaran membaca dan
menulis Alquran ini, saya merasakan manfaat dan perubahan yang
begitu signifikan terhadap diriku sendiri. Saya jadi lebih merasa
tenang karena memiliki fondasi yang diperbaiki lagi mengenai
pemahamanku terhadap Alquran, dan saya juga merasa, tiada hari
tanpa membaca Alquran karena terbiasa mengaji di pagi hari.
Mahasantrinya Bu Falah
Tika Ulandari

Aku adalah salah satu Mahasantri dari BTQ 31 yang


diampu oleh Ustadzah Mir'atul Falah.yang biasa kami panggil bu
falah,beliau mengajari kami kelas BTQ 31 selama 1 semester.beliau
dalam mengajar mengaji sangat mudah dipahami dan jelas. Beliau
sangat sabar dalam mengajari dan menuntun para Mahasantrinya
dalam mempelajari ayat-ayat Alquran. Tetapi terkadang menurutku
juga agak sedikit galak sih hihi. Tetapi itu merupakan sikap yang
wajar agar Para Mahasantri tidak bersikap seenaknya. Agar kita bisa
menjadi Mahasantri yang santun dan mandiri.pada semester 1 dulu
masih gencar-gencarnya masa pandemi.jadi semester 1 itu kuliah
dan madin di laksanakan full secara daring atau online.yang di
laksanakan melalui aplikasi G-Meet dan WhatsappGroup. Pandemi
Covid-19 menyebabkan segala aktivitas dilakukan di rumah
termasuk belajar.
Di tengah wabah pandemi sekolah-sekolah tutup sehingga
diberlakukan pembelajaran daring.Kuliah daring juga bermanfaat
mendorong pemanfaatkan teknologi secara maksimal. Para Ustazah
tetap mengawasi dan membimbing mahasantri selama masa
pandemi berlangsung. Mahasantri juga sangat kooperatif ketika
pembelajaran daring dimulai.Madin UIN SATU Tulungagung aktif
pada hari senin,selasa,rabu dan kamis, Pada hari jumat sampai
minggu libur. Para Mahasantri mulai mengaji setiap hari itu pukul
07.00- 08.30. Pada waktu itu aku berawal belajar mengaji mulai
dari jilid 1 lalu kemudian selang beberapa bulan atau minggu lanjut
ke jilid 2. Menurut bu falah kelasku merupakan kelas yang cukup
tertinggal jauh oleh kelas lainya.Karena kelas lainya sudah mulai
belajar ada dari yang jilid 3 atau 4.hal itu tidak membuat para
Mahasantri BTQ 31 putus asa.
Para Mahasantri terus belajar dan membaca dengan
benar.Sampai akhirnya pun kelas BTQ 31bisa menyusul
ketertinggalan tersebut.yaitu sudah belajar sampai jilid 6.
Pembelajaran Madin tersebut juga ada absennya loh...yaitu dengan
cara Setelah Google Meet selesai Para Mahasantri diwajibkan untuk
absen menuliskan nama, nim, dan juga jurusan mereka masing-
masing. Dan apabila ada tugas mandiri dari bu falah itu
mengumpulkan nya melalui wagroup Madin. Biasanya tugas nya itu
disuruh untuk membaca jilid atau surat.adapun kendala teknis yang
dihadapi selama madin online adalah jaringan internet yang
terkadang buruk, terkadang sinyal internet susah didapatkan apalagi
jika memakai aplikasi vidio call menjadi tidak efektif karena sinyal
yang buruk. Akan tetapi, halangan tersebut tidak membuat saya
malas mengikuti jam madin. Hari demi hari sudah terlewati dan
semua materi sudah tersampaikan kini saatnya untuk memasuki
kegiatan UAS.dan semoga mendapatkan nilai yang
memuaskan.aminnn.Itu tadi sedikit cerita yang dapat saya
utarakan ,semoga apa yang telah kita pelajari dapat bermanfaat bagi
semua orang .dan tak lupa pesan yang selalu dikatakan Bu falah
yaitu jangan lupa sehari membaca ayat suci Al-Qur’an walaupun
itu Cuma 1 ayat.
Pembelajaran BTQ Online dan Offline
Vina Dwi Cahyaning Tiyas

Perkenalkan nama saya Vina Dwi Cahyaning Tiyas


mahasiswa UIN SATU TULUNGAGUNG dari jurusan Tadris IPS
dan kelas madin BTQ 31. Di UIN SATU ada pembelajaran yang
dinamakan Madin yaitu seperti mengaji dan memahami isi Alquran,
di madin ini ada beberapa kelas dan saya memilih untuk masuk di
kelas BTQ (Baca Tulis Alquran) di karenakan saya belum tamat di
Alquran dan saya ingin lebih mengerti lagi bagaimana tata cara
membaca Alquran yang baik dan benar, pembelajaran madin ini di
lakukan sebelum jam mata kuliah di mulai. Dikarenakan ada wabah
virus covid-19 ini perkuliahan dilaksanakan dengan daring sama
untuk pembelajaran madin di laksanakan daring juga memakai
Google Meet.
Pada saat pendaftaran mahasiswa di suruh memilih kelas
madin yaitu BTQ, Tilawah, Tahfidz, Ula, Wustho, dan ‘Ulya. Nah
pada saat itu saya memilih kelas BTQ dan kebetulan kelas BTQ
adalah kelas dengan peminatnya paling terbanyak. Saat awal masuk
madin tiap mahasiswa di tes oleh Ustaz atau Ustazah dengan tujuan
untuk mengelompokkan mahasiswa berdasarkan tingkatannya
karena pada saat itu bercampur dengan kelas lain. Selama BTQ
semester 1 dilakukan secara online dengan media Zoom atau Gmeet.
Tiap hari Senin-Kamis madin dimulai secara rutin pada pukul 7.00 –
8.30 WIB.
Ada senang dan susahnya juga untuk pembelajaran daring,
susahnya ketika sinyal nya sulit dan putus-putus, jadi kita susah
untuk mendengarkan Ustazah nya menjelaskan atau membacakan
materinya senangnya kita tidak perlu pergi ke kampus dan juga bisa
menghemat bensin. Seru juga melakukan pembelajaran daring tetapi
masih banyak yang sinyal nya susah jadi sulit untuk mengikuti
pembelajaran madin. Dan pembelajaran daring membuat saya grogi
walaupun cuma daring, tapi saya kadang suka grogi ketika di suruh
membaca padahal tidak tatap muka langsung.
Jadi kelas BTQ itu membaca jilid, dari jilid 1 sampai jilid 6
dan setiap harinya membaca kurang lebih 3 halaman. Dan
Alhamdulillah Ustazah Falah mengajar saya dengan baik dan
pengertian. Dan semoga meski belajar hanya via online saya
mendapat ilmu yang bermanfaat, berkah dan bisa untuk di ajarkan
lagi kepada orang lain.
Untuk pembelajaran di semester 2 ini lumayan seru juga
dan pembelajarannya lebih cepat lagi. Disemester 2 madin sudah
dilakukan secara daring (offline) karena angka covid sudah
menurun, tetapi dengan syarat memakai masker selama
pembelajaran madin. Banyak cerita menarik selama kegiatan offline
ini. Seperti Harus bangun lebih pagi agar tidak telat datang ke
kampus, lebih tepatnya cari parkir yang cepat buat pulang. Setiap
pagi antri lift sangat panjang dan lama. Dan kalau lift nya sangat
ramai dan penuh akhirnya saya memutuskan menaiki tangga agar
tidak telat masuk kelas. Tidak hanya itu biasanya saya sampai kelas
itu kehabisan nafas karena maraton tangga dari satu sampai lantai
empat. Ini sangat menguras tenaga. Kelas madin semester dua
hampir sama dengan semester satu yaitu dengan awal pembelajaran
dimulai dengan membaca doa, Jika ada mahasantri yang telat
disuruh berdoa sendiri didepan kelas. Kegiatan offline ini lebih
menyenangkan karena ketemu teman teman, bisa cerita. Dan kita
bisa tertatap muka secara langsung tanpa adanya gangguan sinyal
ataupun mati lampu. Madin secara offline ini membuat kita lebih
mengenal teman satu sama lain. Kegiatan semester 2 sudah berbeda
dengan semester 1. Semester satu masih belajar membaca Iqra’ yang
menggunakan ketukan biar bisa tahu panjang pendeknya bacaannya.
Sedangkan semester 2 sudah menggunakan Alquran.
Itu dia kisah pengalamanku mengikuti kegiatan
pembelajaran madin via online dan offline. Banyak sekali
pembelajaran yang dapat saya ambil setelah mengikuti madin di
UIN SATU, semoga ilmu yang saya dapatkan dari kegiatan madin
ini menjadi manfaat barokah aamiin ya rabbal allamin.
Cerita Madrasah Diniyahku
Yulia Widya Saputri

Masuk semester awal kampus saya mengadakan wajib


mengikuti Madin atau Madrasah Diniyah selama dua semester atau
satu tahun. selama pembelajaran masa pandemi saat ini kuliah dan
madin di laksanakan secara daring atau online, melalui aplikasi G-
Meet dan Whatsapp Gorub selama masa pandemi. Pandemi Covid-
19 menyebabkan segala aktivitas dilakukan di rumah termasuk
belajar. Di tengah wabah pandemi sekolah-sekolah tutup sehingga
diberlakukan pembelajaran daring.Kuliah daring juga bermanfaat
mendorong pemanfaatkan teknologi secara maksimal. Para Ustazah
tetap mengawasi dan membimbing mahasantri selama masa
pandemi berlangsung. kegiatan madin di lakukan pada hari Senin
sampai Kamis, mulai jam 07.00 sampai jam 08.30 WIB di rumah
masing- masing, Keluhan Saat Melakukan Kuliah Online, Kondisi
Internet yang Berbeda-beda, kendala ini pasti sering banget kamu
rasakan saat sedang madin online. Kondisi internet di tiap daerah
pastinya berbeda-beda. Untuk kamu yang tinggal di daerah
perkotaan mungkin nggak terlalu masalah dengan hal ini, tapi untuk
kamu yang tinggal di daerah yang masih minim akses internet pasti
kendala ini mengganggu banget.
Kegiatan madin online ini hanya pada semester 1, karena
pada semester 2 kegiataan madin di lakukan secara offline atau
luring di kampus. Kegiatan madin di kampus pun waktunya sama
seperti madin online, kelas madinku terdapat di gedung K.H
Syarifudin Zuhri lantai 4 dan ruang kelas btq 31, Kegiatan madin
offline cukup menyenangkan karena bisa bertemu dengan teman
teman secara nyata,bisa bertatap muka secara langsung membuat
pembelajaran semakin menyenangkan karena di selingi dengan
candaan yang membuat tidak menegangkan yang membuat madin
menjadi nyaman. Kegiatan madin offline di mulai jam 07.00 sampai
08.30 WIB yang di mulai dengan berdoa terlebih dahulu Setelah
selesai membaca doa kemudian Ustazah akan mulai pembelajaran
dengan membaca setiap halaman pada jilid tersebut dan juga
menjelaskan bagaimana cara membacanya. Selanjutnya beliau
menyuruh mahasantri untuk membaca bersama halaman yang sudah
dijelaskan tadi dan memberi kesempatan kepada mahasantri untuk
bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan tadi. Jika tidak ada
yang bertanya beliau akan menyuruh mahasantri untuk mengirim
tugas berupa video ketika membaca jilid di grup. Dahulu mahasantri
praktik membaca satu persatu dengan dipanggil sesuai nomor urut
absen atau terkadang juga diacak.
Tugas menulisnya biasanya menulis surat pendek,
terkadang bacaan ketika salat, ataupun rukun-rukun salat dan
wudhu. Tugasnya terserah Ustazah, tugas ini bisa menjadi wawasan
yang sebelumnya kita malas membaca menjadi membaca walaupun
hanya sekilas saja. Diakhir pembelajaran jadwal Madin selama satu
semester pasti akan ada Ujian akhir atau bisa disebut dengan UAS
oleh Ma'had. Tata cara untuk ujian akhir semester Madin dari
Ma'had ini, Testnya yaitu membaca Jilid dan juga menulis surat
ataupun ayat tanpa melihat media apapun. Lalu test atau ujian akhir
Madin yang diadakan oleh Ma'had ini bertujuan untuk mengetest
para mahasantri tentang sejauh mana mereka memahami materi-
materi yang telah dijelaskan dan dipraktekkan oleh Ustazahnya serta
mendapatkan nilai akhir yang digunakan untuk menentukan apakah
mahasantri tersebut bisa lulus atau tidaknya pada pembelajaran
Madin semester ini. Dan Alhamdulillah saya dapat lulus pada
pembelajaran Madin semester satu ini. Kemudian saya juga akan
berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti pembelajaran
Madin disemester berikutnya. Tentunya dengan semangat baru
Begitulah cerita madrasah diniyahku selama 2 semester,
banyak suka dan duka yang saya rasakan selama madin online dan
offline. Terima kasih untuk ustazah yang telah memberikan banyak
ilmu kepada saya dan teman-teman , semoga ilmu yang telah di
berikan dapat kami terapkan di kehidupan sehari- hari. Dan
terimakasih kepada teman-teman Btq 31 yang telah membantu saya
dalam kegiatan madin.
Rindu Penghimpun Pahala
Hawa Ega Firsta

Di pagi hari yang masih gelap terdengar suara yang sangat


keras, suara yang berusaha membangunkanku dari tidur. Ya, siapa
lagi kalau bukan teman kostku, yang selalu Membangunkanku tepat
pukul 4 dini hari. Melakukan kewajiban kami sebagai umat muslim
yaitu menunaikan Shalat subuh berjamaah ya meskipun terkadang
Shalat sendiri sih. Setelah Shalat kami bergegas mandi dan bersiap
untuk pergi ke kampus. Ya di sini aku tinggal berdua dengan teman
ku MA dulu, setiap padi kami berangkat madin ke kampus bersama.
Pagi yang cerah mengiringi langkah kaki kami menuju kampus, ya
aku berjalan kaki untuk menuju kampus dengan teman Sekamar ku.
Oh iya namaku Hawa Ega Firsta biasa dipanggil Hawa. Aku
sekarang menempuh pendidikan semester dua disalah satu
perguruan tinggi Islam di kota Tulungagung yaitu universitas islam
negeri sayyid ali rahmatullah atau biasa disebut UIN SATU, dengan
jurusan Tadris Ilmu pengetahuan sosial
Perkuliahan yang sekarang benar-benar terasa berbeda
bukan seperti tahun sebelumnya, karena adanya wabah pandemi
covid-19 mayoritas pendidikan dilaksanakan secara daring atau
online, termasuk madin atau madrasah diniyah yang merupakan
program Wajib dikampus ku untuk mahasiswa semester satu dan
semester dua, karena ijazah madin akan di gunakan sebagai salah
satu syarat skripsi. Untuk metode pembelajaran madin kelas kami
sering menggunakan Google meet. Pembelajaran madin dimulai
pada pukul tujuh pagi. Pada semester pertama aku memilih untuk
mengikuti kelas online daripada kelas offline dikarenakan susahnya
mendapat izin dari orang tuaku, kemudian ditahun berikutnya atau
pada saat semester dua baru aku mulai mengikuti kelas madin secara
offline.
Baik saat ini aku menempuh dan menempati kelas BTQ
31yang mana kelas nya terletak di gedung syaifudin zuhri lantai
empat . Seperti biasa setelah memasuki gerbang utama kampus aku
selalu menunggu salah satu teman kelas ku untuk menuju kelas
bersama. Setiap pagi kami belajar tentang tata cara membaca al-
qur’an serta belajar tentang maqorijul huruf yang benar. Tidak
sampai disitu saja wali kelas atau uztazah yang mengajar kelas kami
sesekali memberikan nasihat, petuah-petuah dan hal-hal penting
seputar ilmu keagamaan yang belum kami ketauhi dan beliau
penyabar dalam menghadapi muridnya.
Mempelajari hukum bacaan tajwid sebenarnya hukumnya
sunnah namun untuk membaca al-qur’an dengan baik dan benar
hukumnya yaitu wajib maka dari itu beliau juga mengajar kan
kepada kami bagaimana cara yang benar untuk menjelaskan hukum
bacaan tajwid didepan kelas sesuai dengan urutan nomor absen. Satu
persatu nama teman-teman kelas ku dipanggil oleh uztazah dan
menjelaskan salah satu hukum bacaan tajwid. Terkadang kami juga
mendapat tugas untuk menemukan hukum bacaan tajwid di salah
satu ayat al-qur’an, lalu juga menulis penggalan ayat al-quran di
papan tulis atau biasa disebut imla’ (dictation). Terkadang jika ada
mahasantri yang terlambat datang maka akan mendapatkan
hukuman, yaitu berdoa sambil berdiri. Secara tidak langsung madin
juga mengajarkan kita untuk disiplin dan lebih menghargai waktu.
Tak ada pengalaman madin yang menarik menurutku tetapi dari
madin aku memperoleh banyak ilmu yang belum kudapat
sebelumnya, banyak pengetauhan yang kuperoleh dari cerita,
ceramah dan nasihat ustazahpengajar kelasku.Dan dari madin juga
aku terbiasa beraktifitas setelab sholat subuh, karena sebelumnya
setelah sholat subuh selalu bermain hp atau melanjutkan tidur,
meskipun aku tahu tidur setelah subuh memang tidak baik.
Hari demi hari berlalu dan itulah kegiatanku dipagi hari
sebelum jam kuliah berlangsung. Banyak pengalaman dan ilmu
yang ku dapat selama madin kurang lebih satu tahun ini, yang
berarti sebentar lagi akan berakhirnya kegiatan madin. Untaian kata
terima kasih saja mungkin tidak akan cukup atas kesabaran dan
keuletan uztad pengajar kelas kami sekaligus wali kelas dalam
mengajar. Harapanku semoga ilmu yang telah kudapat dapat
bermanfaat untukku dan orang lain.
Suka Duka Menjadi Mahasantri Ofline dan
Online
Nur Alvi Puriamandawati

Sejuknya embun dipagi hari membuat semangatku untuk


melangkah menuju kampus Dakwah dan peradaban Islam yang
merupakan kampus dimana aku sekarang menjadi Mahasiswa
disana,salah satu kampus Islam yang berada Tulungagung yang
sudah banyak diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia bahkan
luar Negara Indonesia. Salah satu Universitas Islam yang berada
ditulungagung ini kebanyakan orang menyebutnya dengan UIN
SATU Tulungagung, atau Universitas Islam Negeri Sayid Ali
Rahmatullah Tulungagung. Yang membedakan kampus ini dengan
kampus kampus lainnya adalah diwajibkan untuk semua mahasiswa
semester 1 sampai 2 untuk mengikuti kelas madin yaitu madrasah
diniyah,yang dilaksankan pada pagi hari dimulai jam 7 pagi setiap
hari senin sampai dengan hari kamis, sebelum mata kuliah reguler,
Saya adalah termasuk sebagai mahasiswa baru yang sekarang masih
semester 2 dan wajib mengikuti kelas madin,pada saat awal masuk
dan mendfatar di UIN Satu diwajibkan untuk memilih kelas madin
diantaranya yaitu ulla,btq,tilawah dan lainnya, dan saya memilih
kelas madin btq yang menurut saya, saya belum terlalu bisa untuk
istiqomah dalam membaca Al Quran dan merasa bahwa
pengetahuanku tentang dasar dasar membaca Al’Quran masih
sangat kurang. BTQ yaitu pembelajaran baca tulis Al Qur’an.
Sebelum melanjutkan cerita madinku, Perkenalkan Nama
Saya Nur Alvi puriamandawati yang biasa dipanggil Alvi,saya dari
Jurusan Tadris Ilmu pengetahuan Sosial (TIPS) Kelas 2A. Saya
mendapatkan kelas madin yaitu kelas BTQ 31,dengan didampingi
ustazah yang baik dan sabar untuk mengajari kami mengaji didalam
kelas madin saya juga bisa menambah teman karena tidak hnaya
dari kelasku saja tetapi juga dari kelas lain dan jurusan yang lain
Selama 2 semester ini madin dilaksanakan dengan menggunakan 2
sistem yaitu daring dan luring, pada saat semester 1 dilakukan
secara daring dikarenankan masih munculnya penyebaran covid 19
dan pada saat semester 2 dilaksankan secara luring yang
Alhamdulilah covid sudah mereda. Pembelajaran madin pada saat
semester 1 kita belajar jilid yaitu jilid 1 samapai dengan jilid 6,dan
pada saat belajar jilid ini saya mersakan seperti kembali lagi
mengulang mengaji pada saat waktu kecil dulu di Tpq, jadi
flashback ke masa lalu, meskipun begitu jangan pernah
menyepelekan hal hal kecil seperti mengaji jilid sepertinya mudah
karena merupakan dasar oleh karena itu belajar jilid malah justru
lebih penting untuk kedepannya kita membaca Al Quran begitu kata
Ustazah kelas madinku.
Lanjut pada saat Semester 2 kita sudah memasuki untuk
belajar Al Qur”an,mengenai membaca Al Qur’an dengan lagu
Nahawan,cara ber-ibtida yang baik, pembelajaran berlangsung
seperti biasanya, suka duka,tawa, dan banyak cerita mengiringi
pembelajaran. Seditkit ceritaku selama awal madin ofline atau luring
saya salah satu mahasantri yang sering terlambat masuk kelas lebih
15 menit saya baru sampai dikelas dan terkadang juga heran pada
diri sendiri sudah niat berangkat pagi tapi tetap saja telat,sampai
ustazah kelas madinku hafal siapa yang telat. Dan yang telat harus
membaca doa sendiri didepan. Tetapi saya tidak sendirian ada 3
teman saya yang setia menunggu saya dan berangkat ke kelas
barengan dan akhirnya sampai didalam kelas kita bertiga membaca
doa didepan sampai sampai dijuluki 3 serangakai ustazah madin
kelasku,mau heran tapi ini aku.
Itu tadi sedikit cerita dan pengalamanku selama madin,dan
itu yang tidak bisa dilupakan. Hingga tidak terasa sekarang sudah
memasuki bulan juni yang artinya pembelajaran madin akan usai.
Harapannya,semoga ilmu yang sudah diberikan oleh Ustazah
semoga bisa dierapkan dan bisa bermanfaat untuk mahasantri dan
serta diamalakan untuk diri sendiri maupun orang lain. Dengan
membaca dan belajar Al Qur’an kita mendapat pahala, hati menjadi
tentram dan tenang terhindar dari penyakit terutama penyakit hati.
Itulah keistimawaan membaca dan belajar Al Qur’an. Tetap
semangat untuk melangkah jangan takut untuk menhadapi hari esok.
Alif, Ba’, Ta’
Arel Vaganza

Pagi yang cukup cerah ini merupakan hari pertama kali


masuk kelas Madrasah Diniyah (Madin), online. Karena
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) masih
dilakukan semenjak terjadi penyebaran virus Covid-19 membuat
kegatan Madin dilakukan secara daring atau online. Antusiasku kali
ini cukup besar karena aku memilih kelas belajar membaca dan
menulis Al-Qur’an (BTQ).
Cukup kaget saat pertama kali diumumkan bahwa bagi
yang memilih kelas BTQ akan belajar membaca mulai dari awal.
Bukan awal juz 1 melainkan awal jilid 1. Iya, yang Alif, Ba’, Ta’ itu
lo. Untungnya dirumah ada jilid bekas ngaji adikku meskipun sudah
tidak bersampul tetap aku gunakan saja.
“Assalammuallaikum Wr Wb. Selamat pagi,” terdengan
uztadzah mengajiku di HP memberi salam.
“Waallaikumsalam Wr Wb. Pagi, bu,” teman-teman
menjawab. Dan setelahnya uztadzahku memperkenalkan dirinya.
Pertama kali aku diajar beliau, aku merasa cukup nyaman.
Karena, setiap memberikan penjelasan mengenai hukum bacaan Al-
Qur’an aku memahaminya, meskipun kadang suka lupa lagi, lagi,
dan lagi hahaha.
“Pagi ini kita akan belajar mengenal huruf hijaiyah. Silakan
dibuka halaman pertama.” Kemudian uztadzahku memberikan
contoh, “Bismillahhirohmannirohim satu, dua, Ba’. Satu,
dua Ta’,” dan seterusnya.
Ketika mulai pembelajaran menggunakan Google Meet
terkadang gugup apabila disuruh mengaji karena malu. Malu karena
suaranya jelek wkwkwk, yaa meskipun dikelasku cowoknya tidak
banyak cuma 3 ekor yang sering masuk. Yang banyak dan
menguasai kelasku yapara ciwi-ciwinya. Banyak kejadian-kejadian
lucu ketika Madin dilakukan secara online. Contohnya ketika,
“Coba Mbak Arel baca halaman 20,” kaget setengah mati
ketika namaku dipanggil. Kalo bahasa jawanya mak deg mak tratap,
hahaha. Padahal aku sudah mencoba untuk diam dan tidak buka
suara tapi malah di panggil, huft.
“Selanjutnya Mas Firman baca yang terusnya,”
‘hening’ krik-krik
“Kemana Mas Firman?” uztadzah menanyakan keberadaan
si Firman yang engga bersuara.
“ini Mas Firman ada di Meet kok tidak ada jawaban ya? Ya
sudah, kita lanjutkan.”
Kalo kasusnya kayak gini sih alasannya pasti gini nih, aku
kasih tau. Jujur saja ini rahasiaku mungkin rahasia teman-teman
yang lainnya juga sih, hahaha (ga mau salah sendiri). Kadang HP
suka ditinggal sarapan pagi kalo gak gitu ya lagi mandi. Ya apa
enggak nih, cah?
Pembelajaran Madin online ini aku alami hingga beberapa
bulan ke depan hingga kebijakan baru muncul. Yaitu, para
mahasiswa dibolehkan mengikuti Madin secara online dan offline.
Dengan catatan yang mengikuti Madin secara offline tidak lebih dari
50% mahasiswa di kelas.
Ketika Madin dilakukan tatap muka langsung, tidak banyak
teman-teman yang bisa hadir. Alhasil kelas Madinku dilakukan
dengan dua cara yaitu langsung dan menggunakan Google Meet.
Hingga sekitaran dua bulan kemudian, ada pengumuman lagi bahwa
kegiatan Madin bisa dilakukan oleh mahasiswa 100%. Artinya,
semua mahasiswa bisa mengikuti kegiatan Madin di kampus.
Setelah masuk full, aku jadi sering terlambat. Jalan jadi
macet, parkiran jadi sempit, tangga banyak yang memakai dan lift
juga antri banget. Emm, kayaknya sih tiap hari terlambat dan
akhirnya ya berdoa sendiri di depan. Hal ini, disebabkan karena lift-
nya antri itu tadi sih, emang rada manja ngga mau naik tangga. Kalo
naik tangga capek, soalnya kelas madinku di lantai 4.
Menurutku kegiatan Madin khususnya jurusan BTQ sangat
berguna bagi kita para generasi muda untuk mengenal huruf-huruf
Al-Qur’an. Dengan membaca Al-Qur’an insyaallah,kita
digolongkan dengan orang-orang yang dirahmati Allah SWT.
Alhamdulillah,ketika aku sudah belajar huruf Al-Qur’an beserta
hukum-hukum bacaannya ketika mengaji di rumah aku merasa
terbantu sekali.
Dan pesanku untuk teman-teman jangan bosan untuk terus
mengaji setiap hari yaa, dan semoga bisa istiqomah. Akupun juga
belajar untuk terus bisa istiqomah belajar membaca Al-Qur’an setiap
hari. Semoga dengan kita berada di kelas BTQ ilmu yang sudah
didapat bisa menjadi amal jariyah para uztadzah yang telah
membimbing kita. Dan semoga apa yang sudah kita pelajari menjadi
amalan yang tidak terputus hingga kita dapat meneruskannya pada
generasi selanjutnya.
Sepenggal Perjalananku Satu Tahun menjadi
Santri
Eprinda Nurro’in Habbiban

Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh,


perkenalkan namaku Eprinda Nurro'in Habibah, aku tinggal di desa
kecil di sebuah kota. Di tahun 2021 aku di terima di sebuah
Universitas Islam Negeri Tulungagung. Aku bukan kali pertama ini
menjadi mahasiswa, karena dulunya aku adalah mahasiswa di salah
satu kampus swasta yang ada di kota sebelah. Dikarenakan satu dan
lainn hal, aku tidak bisa melanjutkannya. Namun, di suatu
universitas, aku baru pertama kali ini merasakan kembali
pembelajaran membaca al Qur'an pada kelas BTW, yang biasa
disebut madin.
Pada kegiatan madin setiap pagi hari ini dilaksanakan
dengan online lewat media masing-masing mahasantri tersebut.
Waktu pendaftaran awal masuk di UIN SATUTulungagung calon
mahasiswa diberi pilihan untuk memilih kelas madin tersebut,aku
saat itu memilih kelas madin BTQ. Awalnya aku tidak mengerti apa
yang dimaksud dengan kelas BTQ itu,aku coba tanya ke temanku
ternyata BTQ itu kita belajar lagi di jilid awal,karena aku
mengiranya belajar di madin itu sudah membaca Alquran ternyata
tidak. Tetapi kita belajar mulai dari awal jilid dan itu membuatku
semakin paham dengan cara membaca yang baik dan benar
walaupun masih ada salahnya maklum karena pembelajaran madin
kali ini melalui daring dari rumah masing-masing.Namun,
pembelajaran daring ini hanya berjalan setengah tahun atau satu
semester, dan untuk selanjutnya dikarenakan pandemi covid sudah
mereda dilaksanakan pembelajaran tatap muka (luring) Setiap pagi
hari senin sampai kamis aku bangun pagi-pagi untuk persiapan kelas
madin tersebut dari jam 7 pagi sampai selesai. Kegiatan madin ini
sangat bermanfaat bagiku karena sebelumnya aku membaca Alquran
itu ya membaca saja tidak terlalu memperhatikan setiap panjang
pendeknya dengan benar,tapi setelah hampir satu semester ini aku
mendapat ilmu dari kelas madin BTQ, aku menjadi mengerti dan in
syaa allah lebih baik lagi untuk membaca Alquran. Karena
pembelajaran kita itu Cuma satu jam setengah kurang lebih jadi kita
belajar untuk memahami bacaan yang ada di jilid itu dan
mengumpulkan tugas yang diberikan selain itu Mahasantri harus
memperhatikan dengan benar agar nantinya dapat membaca dengan
benar juga.Setelah Ustadzah memberikan contoh selanjutnya
mahasantri di tes membaca satu – persatu Apabila ada mahasantri
yang salah membaca maka di ulangi lagi agar membacanya sampai
benar. Dengan begitu mahasantri dapat mengingat cara membacanya
sehingga apabila di tes lagi bisa menerapkan cara membaca dengan
benar.
Beberapa bulan telah dilalui banyak sekali pembelajaran
serta ilmu yang kami dapatkan. Ustadzah juga tidak berhenti
membimbing kami sampai bisa. Hal yang tidak saya dapatkan ketika
belajar di madrasah diniyah saya dapatkan di kelas BTQ ini. Saya
juga merasa senang karena proses pembelajarannya tidak
membosankan. Karena biasanya diselingi juga dengan motivasi
yang diberikan oleh Ustadzah. Biasanya Ustadzah juga sedikit
bercerita pengalamannya ketika sedang mengajar serta memberikan
informasi bagaimana cara memberikan pembelajaran yang bisa
membuat anak-anak semangat ketika mengaji. Ustadzah juga sabar
membimbing beberapa teman mahasantri yang lain ketika mereka
belum mengerti dan memahami materi yang diajarkan Ustaz. Dalam
membimbing kami Ustadzah tidak pernah membentak atau
memarahi kami, beliau sangat sabar dan telaten selama mengajar
kami. Ustadzah juga memberi tahu kami jika nanti kami mengajar
anak-anak harus telaten dan tidak boleh emosi jika ada anak yang
belum bisa mengaji dan harus membimbing anak tersebut sampai
bisa mengaji. Hal itulah yang memotivasi kami untuk semangat
belajar baca tulis Alquran karena bisa bermanfaat untuk diri sendiri
dan orang lain. Karena jika kita memberikan ilmu yang kuta
dapatkan selama belajar di kelas BTQ 31 ini insya allah ilmu yang
kita dapatkan akan barokah.
Saya berharap semoga kedepannya pembelajaran di kelas
BTQ 31 ini semakin baik serta bisa memberikan yang terbaik untuk
mahasantri. Serta bisa meningkatkan kualitas mahasiswa lulusan
UIN SATU TulungAgung. Jadi mereka tidak hanya mendapatkan
ilmu dari segi akademis namun juga ilmu agama yang bisa
bermanfaaat. Jadi nanti mereka bisa mengamalkan ilmu yang
mereka daptkan untuk mengabdi kepada masyarakat.
Hari demi hari sudah terlewati semua materi telah
tersampaikan kini tinggallah menunggu saatnya UAS untuk
semester kali ini, semoga saja semua lulus dengan sangat baik dan
semoga ilmu yang di berikan oleh Ustaz dan Ustazah bisa
bermanfaat di manapun kita berada kawan. Aamiin
Dan semoga ustadz dan ustadzah selalu diberikan
kesehatan dimanapun dan kapanpun agar selalu bisa membimbing
mahasantri mahasantri selanjutnya, adik tingkat kami.
Sepenggal Kisah Perjalanan Dalam Pertama
Kali Pembelajaran Madin Offline / Luring Btq
31
Kharisma Yogi Febri Antika

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Perkenalkan Nama Saya Kharisma Yogi Febri Antika dari jurusan
Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial , Saya tinggal di Nganjuk lebih
tepatnya di Desa kalianyar Kecamatan Kertosono Kabupaten
Nganjuk. Saya akan menceritakan pengalaman saya pada waktu
pertama kali mengikuti pembelajaran kegiatan kelas madin di UIN
SATU TULUNGAGUNG yang diadakan secara luring.
Selama Satu semester kemarin kita telah melaksanakan
kegiatan Madin atau Madrasah Diniyah secara daring atau online,
menggunakan aplikasi G-Meet dan WhatsApp Group. Pada Saat
mau masuk semester ke dua ternyata ada pengumuman atau
pemberitahuan dari pihak kampus melalui Group WhatsApp bahwa
akan diadakan system luring atau tatap muka secara keseluruhan
untuk semester awal yaitu 1 dan 2.
Singkat Cerita, Pada Saat pertama kali masuk ke kampus
suasana masih terasa sedikit asing untuk diri sendiri dikarenakan
mungkin belum terbiasa akan suasana yang ada didalam kampus.
Setelah masuk ke dalam kampus saya masih menunggu beberapa
teman saya yang kebetulan satu kelas di btq 31. Kemudian setelah
beberapa saat teman saya datang dan langsung berjalan menuju lip
dan Menunjukan kelasnya yang dipakai ternyata kelas madin saya
ada di lantai 4.
Setelah itu saya dan teman saya masuk ke kelas
madin ,ternyata sudah banyak yang telah datang ke kelas dan
ternyata saya melihat jam sudah hampir memasuki waktu
pengajaran madin tetapi Ustadzah nya pada saat itu belum datang.
Beberapa saat kemudian Ibu Ustadzah datang, pada saat itu yang
mengajar adalah Ibu biasa di panggil Ibu Falah. Beliau ternyata
sedang hamil besar jadi harus berhati - hati dalam berjalan. Pada
saat pengajaran seperti biasa seperti pada saat online atau daring
tetapi yang membedakan adalah suasana pembelajaran yang dapat
dirasakan secara langsung.
Setelah selesai berdoa untuk memulai pengajaran dikelas
sambil mengisi daftar hadir , juga berkenalan satu satu antara teman
sekelas supaya lebih mengenal secara langsung tidak hanya di sosial
media. Kemudian Melanjutkan membaca lanjutan surat yang ada di
dalam al qur’an bersama sama , selepas itu membaca bergilir satu
persatu pada saat giliran saya, saya sangat gugup karena dilihat dan
didengarkan oleh semua temen - temen saya dan juga oleh Bu
ustadzah secara langsung tetapi beliau sangat ramah dan baik
sehingga memaklumi keadaan saya tersebut dikarenakan belum
terbiasa berinterkasi di dalam kelas dan keadaan disekitar.
Seperti biasanya pada saat online yaitu menulis penggalan
ayat al qur’an dan juga hukum bacaanya seperri nun mati, mim mati
dan hukum bacaan yang lainya setiap individu tetapi bedanya disini
langsung ke depan satu per satu menulis dipapan tulis, pada saat
bergilir ternyata nama saya yang paling awal di panggil untuk maju
kedepan, saya sangat gugup karena untuk pertama kali saya menulis
penggalan ayat al qur’an setelah sekian lamanya.
Awalnya saya sangat gugup dan takut salah dalam
penulisan arab saya karena kurang bagus , tetapi saya sangat senang
ternyata bu ustadzah saya tidak mempermasalahkan hal tersebut
karena masih dalam tahap pembelajaran jadi wajar kalau masih
salah dan masih kurang rapi. Kemudian setelah itu selesai semuanya
tiba saatnya pengecekan dari apa yang telah ditulis didepan dipapan
tulis oleh teman – teman dan oleh ibu ustadzah dilakukan
pengecekan hasil dari tugas yang diberi tadi , ternyata semuanya
sudah cukup bagus dan sudah cukup benar disitu saya sangat senang
karena punya saya juga termasuk dalam kriteria tersebut. Mungkin
hal ini kedengeran sangatlah sederhana tetapi sangat bermakna bagi
saya karena juga bisa meningkatkan kepercayaan diri dalam
mengapresiasikan sebuah jawaban atau pendapat.
Setelah beberapa saat tiba waktunya madin pun sudah
hampir selesai saya dan teman – teman bersiap siap mengemasi
barang – barang yang telah dipakai dalam pembelajaran hari ini, tak
lupa berucap terima kasih kepada bu ustadzah yang telah mengajar
dengan sangat baik dan sabar pada harin ini dan juga hari – hari
sebelumya yang telah banyak memberikan pengajaran juga manfaat
yang telah beliau berikan akan senantiasa bermanfaat bagi kita
semua dan tak lupa selalu berdoa ketika hendak mau pulang agar
diberikan keselamatan untuk sampai tujuan pulang dan juga untuk
ilmu yang kita dapatkan senantiasa barokah didunia dan juga
akhirat.
Mungkin itu saja kisah pengalamanku pada waktu
mengikuti kegiatan pembelajaran kelas madin secara luring untuk
pertama kalinya dan banyak sekali manfaat yangb telah saya
dapatkan secara pribadi. Semoga Selalu semangat dalam
pelaksanaan Pembelajaran kegiatan madin setiap hari.Sekian dari
saya bila ada tutur kata yang kurang berkenan saya mohon maaf
sebesar – besarnya.TerimaKasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pengalaman Madinku
Galuh Sabila

Assalamualaikum wr.wb. Perkenalkan nama saya Galuh


Sabila dari Jurusan Tadris IPS Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) UIN SATU asal saya dari Trenggalek, Jawa
Timur. Saya akan menceritakan pengalaman waktu madin di Btq 31.
Awal pembelajaran Madin masih online karena adanya corona
karena diwaktu 2021 corona sangat meningkat. Setiap pagi hari
senin- kamis pukul 07.00-08.30 pembelajaran madin dan online
melalui Google Meet dilaksanakan dibimbing oleh Uztadzah
Mir’atul Falah.
Hari pertama madin yaitu bulan Agustus 2021 dibuka
dengan perkenalan satu persatu santri dan pembelajaran
diperkenalakan huruf- huruf hijaiyah. Dan saya disuruh untuk
membeli buku metode cepat tanggap belajar al qur’an yaitu
Annadliyah jilid1-6. Dalam pembelajaran madin yang awal ini kita
harus mempersiapkan alat ketukan seperti pensil, bolpoint dll
karena setiap membaca haruf hijaiyah 2 ketukan dan setiap awal
pembelajaran madin harus membaca doa iftitah dan surat pendek.
Awal –awal saya belum bisa setiap akan ke huruf selanjutnya 2
ketukan karena kesabaran Uztadzah lama kelamaan saya
alhamdulliah bisa. Setiap pembelajaran madin uztadzahnya pasti
mencotohkan cara membaca yang baik dan benar terlebih dahulu
baru selanjutnya mahasantri. Selama daring google meet pasti
mahasantri dipanggil satu persatu urut sesui absennya sampai mana
kemampuannya membaca al qur’an. Dalam pembelajaran online
saya biasanya diberi tugas menulis ayat al qur’an.Walau biasanya
terkadang terkendala sinyal pada saat daring seperti mati lampu
wifinya tidak bisa menyala ustadzahnya sangat memaklumi.
Pada bulan Oktober ada pengumuman dari pihak kampus
bahwa akan diadakan pembelajaran tatap muka atau offline.
Pemberitahuannya adalah madin yang akan dilaksanakan secara
offline yaitu BTQ 50% . Disini saya memilih online karena
keadannya rumah saya yang diluar kota sebenarnya saya ingin
offline tetapi mata kuliah yang lain online semua jadi saya memilih
madin online. Karena ada yang online dan offline uztadzah
mengajar diruang kelas sambil melakukan google meet.Waktu ujian
madin saya memutuskan untuk ujian offline pergi ke Tulungagung
karena saya ingin merasakan madin dilakukan secara offline itu
bagaimana. Saya waktu itu berangkat bersama teman saya sangat
pagi karena tidak mau terlambat saat ujian dan pertama kali kesana
saya sangat bingung mencari kelas BTQ 31 dimana akhirnya ada
uztad yang membantu saya.
Pada semester dua ada pengumuman resmi madin
dilaksanakan secara tatap muka 100%. Dan minggu saya sangat
kaget akhirnya saya berangkat di tulungagung hari senin 14 maret
2022 . Ternyata saya satu kos dengan teman sekelas saya yaitu aurel
saya sangat senang karena ada teman satu BTQ dan kita bisa
berangkat bersama watku madin. Dalam semester 2 ini membawa al
qur’an dan dikelas saya diajarkan bagaimana tajwidnya panjang
pendek setiap membaca ayat al quran sebelum mengikuti madin ini
saya setiap membaca saya tidak memperhatikan panjang pendek
membaca al quran dikit demi sedikit saya mengerti. Sebenarnya
saya minder karena sering salah melakukan kesalahan dalam
membaca al-qur’an. Tetapi karena itulah saya harus semangat dan
giat lagi membaca al aqur’an. Kerana uztadzahnya yang sangat
sabar membimbing para mahasantri jadi perlahan bisa.uztadzah juga
mengatakan harus memperhatikan bagaiamana bacaan mahrajnya.
Di madin ini saya banyak mengenal bacaan yang sebelumya belum
saya dengar seperti bacaan imlah, isman, sakta, tashil dimadin ini
maanfaat yang saya dapatkan sangat banyak dan ilmu mengaji yang
dimana suatu hari nanti berguna.dan saya merasa pembelajaran
offline ini sangat mempermudah jika kita membaca ada kesalahan
uztadzah langsung membenarkan.
Tak terasa sudah satu tahun madin dan akan melaksanakan
UAS dan akan berpisah dari teman teman kelas Btq 31 dalam
madin ini pengalam yang saya dapatkan sangat banyak dari belajar
al quran dan sekian pengalaman yang saya dapatkan waktu
madin.saya mengucapkan terima kasih kepada Ustadzah yang telah
memberikan pembelajaran mengenai al qur’an.
Kegiatan Madinku
Aurelia Azzahra

Assalamualaikum Wr. Wb Perkenalkan nama saya Aurelia


Azzahra mahasiswa jurusan Tadris IPS semester dua dari Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN SATU TULUNGAGUNG,
Disini saya akan sedikit menceritakan tentang kegiatan madin saya
di BTQ 31. Awal mula kegiatan madin saya pada tahun 2021
dilaksanakan secara online karena adanya pandemi covid 19 yang
pada saat itu masih banyak nya kasus tentang melonjaknya angka
covid di Indonesia maka dari itu, kegiatan madin dilaksanakan
secara online atau daring. Kegiatan madin dilakukan secara online
dengan menggunakan aplikasi GMEET dengan dibimbing oleh
Ustadzah Mir’atul Falah. Kegiatan madin ini dilakukan di pagi hari
pada jam 07.00- 08.30 di rumah masing- masing.
Pada bulan oktober 2021 kegiatan pembelajaran madin
mulai dilaksanakan secara offline tetapi hanya sebagian saja yang
mengikuti offline sekitar 50% siswa dan untuk yang 50% lainnya
dilakukan secara daring, walaupun dilaksanakan secara daring dan
offline pembelajaran madin tetap berjalan dengan baik. Ketika akan
melaksanakan kegiatan madin para mahasantri harus berdoa terlebih
dahulu agar ilmu yang di dapat menjadi barokah bagiAkan tetapi
pembelajaran madin secara daring juga memiliki berbagai kendala
seperti jaringan yang terkadang terputus-putus dan sulit untuk
masuk pada aplikasi GMEET. Kegiatan madin ini juga memberikan
manfaat bagi saya sebagai mahasantri yakni dengan lebih
memperhatikan panjang pendek bacaan Al Quran.
Pada kegiatan madin kali ini yang kelas kami memakai
metode Anadliyah dengan menggunakan buku cepat tanggap belajar
Al Quran jilid 1-6, pada awalnya saya merasa masih belum terbiasa
akan pembelajaran madin ini karena ini pengalaman pertama saya
dalam mengaji menggunakan metode annadliyah ini, tapi bagi saya
pembelajaran madin ini sangat menyenangkan dan memiliki kesan
tersendiri bagi saya sebagai mahasantri, seperti membaca Al Quran
dengan melagukan serta tetap memperhatikan panjang dan
pendeknya huruf. Selain itu dalam kegiatan madin para mahasantri
juga diajarkan tentang hukum bacaan dari Al Quran yang mana itu
juga sangat penting untuk dipelajari oleh para mahasantri.
Pada semester dua kegiatan madin masih berlangsung dan
dilaksanakan secara offline. Kegiatan madin pada semester dua
berlanjut pada mahasantri mulai membaca Al Quran yang mana
diawali dengan membaca pada juz pertama dan berlanjut hingga
membaca surat- surat pendek, pada kegiatan madin para ustadzah
memiliki peran penting dalam membimbing mahasantri dalam
membaca Al Quran dan mengajari bagaimana membaca Al Quran
dengan baik dan benar serta mengajari tentang apa saja hukum
bacaan pada Al Quran dan ustadzah juga memberikan banyak ilmu
tentang bagaimana cara mengajarkan pada mahasantri tentang
bagaimana cara mengajar mengaji pada anak- anak dengan penuh
kesabaran selain itu juga, para ustadzah juga memberitahu pada
mahasantri tentang betapa pentingnya tentang belajar mengaji dan
hukum bacaan pada Al Quran.
Pada kegiatan pembelajaran madin para mahasantri
biasanya akan membaca satu persatu ayat Al Quran yang
sebelumnya sudah dibacakan oleh ustadzah, Terkadang para
mahasantri juga akan di tes tentang hukum bacaan yang ada pada Al
Quran, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana para
mahasantri mengetahui tentang hukum bacaan yang ada dalam Al
Quran. Selain itu juga para mahasantri juga diajarkan tentang cara
membaca taawudz dan basmalah dengan baik. Selain itu para
mahasantri belajar tentang berbagai macam hukum bacaan yang
belum pernah diajarkan sebelumnya seperti hukum bacaan Ghoribul
Qiro’ah para mahasantri juga sangat antusias dalam melaksanakan
kegiatan madin offline kali ini karena dapat bertemu dengan teman
teman sehingga membuat suasana pembelajaran madin menjadi
sangat seru.
Kegiatan pembelajaran madin kali ini memberikan kesan
yang mendalam bagi saya seperti bertambahnya pengetahuan dan
informasi tentang membaca Al Quran dan hukumnya disertai
dengan panjang pendeknya huruf dalam Al Quran. Para mahasantri
juga dapat memanfaatkan ilmu dari pembelajaran madin dengan
menerapkan pada kehidupan sehari- hari serta dapat mengajarkan
mengaji pada anak- anak kecil di sekitar lingkungannya yang juga
dapat bermanfaat ilmu yang kita peroleh dari pembelajaran madin
kali ini, selain itu saya sebagai mahasantri pada BTQ 31 ingin
mengucapkan terimakasih pada para ustadzah yang telah
membimbing para mahasantri yang belajar pada madin BTQ 31
semoga apa yang mahasantri peroleh dari kegiatan madin ini dapat
diterapkan dan dimanfaatkan dengan baik oleh mahasantri serta saya
berharap semoga kegiatan madin ini untuk kedepannya agar tetap
terlaksana dengan baik. Sekian dan terimakasih Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Cerita di Pagi Hari
Dennisa Fatma Novita Ardianti

Perkenalkan nama saya Dennisa. Saya adalah salah satu


Mahasiswa UIN SATU Tulungagung, yang secara tidak langsung,
aku juga merupakan Mahasantri di kampus ini. Mengapa aku bisa
disebut sebagai Mahasantri juga? Karena di kampus ku memang
mewajibkan untuk mahasiswa baru mengenyam pendidikan Madin
atau lebih mendalami tentang religi. Disini, mahasiswa baru UIN
SATU Tulungagung, diwajibkan untuk mengikuti pembelajaran
madin selama satu tahun atau 2 semester. Saat kita daftar ulang, kita
diberi pilihan untuk memilih apa yang diinginkan untuk diikuti saat
madin. Saat itu karena aku merasa belum terlalu bisa istiqomah
dalam membaca Al-Qur'an, akhirnya aku pun memilih untuk BTQ.
BTQ merupakan pembelajaran baca tulis Al-Qur'an.
Menurutku, aku belum sempurna dalam membaca Al-
Qur'an. Aku masih awam saat membaca Al-Qur'an. Banyak tajwid
atau tanda baca yang belum semua ku ketahui di dalam Al-Qur'an.
Jadi aku ingin memperdalam ilmu tajwid dan mengistiqomahkan
bacaan Al-Qur'an ku di BTQ. Saat pembagian kelas BTQ, aku
mendapat kelas 31. Aku terpisah dari sahabatku, karena dia ada di
BTQ 32. Hal itu sempat membuatku takut, apabila aku tidak punya
teman di kelas, tapi ternyata semua teman sekelas BTQ ku sangat
seru dan ramah. Ustadzah yang mengajar di BTQ juga sangat ceria
dan sabar. Saat belajar di BTQ, ternyata pembelajarannya mulai dari
awal, yaitu dari jilid 1-6. Aku sempat menggampangkan hal itu,
karena memang aku pernah TPQ saat kecil. Namun ternyata, belajar
BTQ saat di kampus tidak semudah yang dibayangkan. Semua ada
aturannya. Tetapi alhamdulillah aku bisa mengikutinya dengan baik.
Tidak terasa, hampir setahun sudah aku menjadi
mahasantri. Hingga pada awal bulan juni ini pembelajaran madin
sudah hampir selesai. Tinggal mengikuti ujian akhir saja untuk
menentukan lulus/tidak. Apabila tidak lulus, akan diadakan remidi
madin. Aku berharap semoga aku lulus dengan nilai yang baik.
Bagiku, tidak ada ruginya kita madin. Hal itu karena, kita menjadi
lebih tahu dan mempunyai wawasan yang luas tentang agama islam.
Seperti halnya pada BTQ. BTQ tidak hanya tentang membaca Al-
Qur'an saja, tetapi di dalam BTQ kita juga diberi pemahaman
tentang tajwid, gharaib, dan masih banyak hal penting lainnya.
Pengalaman Pertama Belajar Btq Secara Online
Fitania Syaharani E. P

Halo! Perkenalkan namaku Fitania Syaharani Einadya Putri,


biasa di panggil Fitania. Aku adalah seorang mahasiswa UIN SATU
TULUNGAGUNG. Kali ini aku ingin berbagi cerita tentang
pengalaman pertama belajar BTQ secara online. Dikampusku untuk
semester 1 dan 2 diwajibkan mengikuti Madin. Disaat pendaftaran
mahasiswa disuruh memilih kelas madin dan aku memilih BTQ
yang bertujuan supaya bisa membaca dan menulis Al-Qur’an.
Dikarenakan adanya pandemic virus Covid-19, Indonesia
menerapkan sistem bekerja dan belajar dari rumah. Jadi, seluruh
kegiatan dianjurkan untuk dilakukan di rumah atau secara online.
Setiap hari senin-kamis madin dimulai secara rutin pada pukul
07.00- 08.30. Hari pertama aku mengikuti madin ustazah membuka
kegitan madin di group whatsapp dan kemudian dilanjutkan lewat
google meet. Saat sudah di google meet beliau memimpin membaca
doa-doa dan membaca Al-fatihah. Setelah itu dimulai dengan
pertama-tama berkenalan dengan menyebutkan nama, asal sekolah,
dan tempat tinggal. Setelah itu dilanjutkan beliau mencotohkan cara
membaca huruf dan kemudian ditirukan oleh mahasantri. Setelah
itu, mahasantri ditunjuk untuk membacakan hurufnya. Waktu
berlalu beliau mempin doa dan selanjutnya diberi tugas menulis
huruf atau ayat Al-quran.
Selama belajar belajar madin secara online banyak sekali
kendala terkait sinyal yang buruk, ada yang tidak punya wifi
maupun paketan. Dan Alhamdulillah tidak lama belajar online
kampus memutuskan untuk belajar secara tatap muka. Tetapi yang
diperbolehkan hanya belajar madin. Hatiku sangat senang karena
bisa datang ke kampus untuk belajar madin secara tatap muka,
bertemu teman baru dan memiliki teman baru.
Kisahku Menjadi Santri Online & Offline
Nabella Zubaida' Izzatur Rohmah

Assallamualaikum Wr. Wb
Perkenalkan nama saya Nabella Zubaida' Izzatur Rohmah
dari jurusan Tadris IPS. Saya adalah mahasiswa UIN SATU
angkatan 2021 yang berasal dari Kota Nganjuk. Nah,kali ini saya
akan menceritakan pengalaman saya waktu mengikuti proses
kegiatan pembelajaran madin. Awalnya saya tidak tahu kalau di
UIN SATU itu ada kegiatan madinnya, pada saat proses registrasi
menjadi maba saya baru tahu soalnya di akhir-akhir registrasi
disuruh memilih mau ikut kelas madin apa, terus saya memilih kelas
BTQ karena ya saya sadar diri kemampuan saya masih ada di BTQ
hehe.
Singkat cerita, setelah kegiatan PBAK perkuliahan pun dan
kelas madin sudah masuk seperti biasa tapi masih daring/online
soalnya covid-19 masih melanda seluruh indonesia. Kelas madin
pun dimulai pada pukul 07.00 - 08.30 menggunakan via gmeet.
Nah, pada saat pertama kali masuk madin kan via online nih saya
kira kelas madinnya 1 kelas semua ternyata tidak. Di kelas madin
saya yaitu BTQ 31 terdapat 3 kelas dari jurusan yang sama tapi beda
kelas. Pertemuan pertama disambut dengan perkenalan Ustadzah
BTW 31 yaitu Ustadzah fallah, beliau orangnya baik sekali dan
sabar. Selanjutnya perkenalan dari mahasantri"nya yang berdomisili
dari berbagai daerah.
Setelah perkenalan selesai lanjut waktunya membaca
dimulai dari iqra' 1, pembelajaran ini menggunakan metode an
nahdliyah yaitu metode dengan menggunakan ketuka. Awalnya
banyak sekali santri" yang masih bingung menggunakan metode
tersebut, tapi dengan sabarnya Ustadzah Fallah mengajari santrinya
sampai bisa.
Pada sekitar bulan September diberitahukan kepada
mahasiswa UIN SATU semester 1 bahwa kegiatan proses
pembelajaran madin akan dilaksanakan secara offline, wahh saya
senang sekali kalau madinnya offline. Tapi itu hanya 50%nya saja,
karena ya masih percobaan pembelajaran tatap muka.
Mendengar kabar itu saya langsung bilang kepada orang tua apakah
saya di izinkan mengikutin madin secara online atau tidak,kalau
tidak di izinkan otomatis ya tidak bisa masuk kampus soalnya
persyaratan waktu itu harus memperlihatkan kartu vaksin minimal
dosis 1 dan surat izin dari orang tua. Alhamdulillahnya saya di
izinkan oleh orang tua, langsung saja saya cari" info kos sekitar
kampus bersama teman saya.
Tibalah waktu pembelajaran madin secara tatap muka
untuk pertama kalinya, ternyata enak waktu tatap muka ketimbang
daring. Tapi tidak semua mahasantri ikut tatap muka soalnya
mungkin ya faktor tidak di izinkan oleh orang tuanya dan lain".
Sekitar kurang lebih tidak ada 20 mahasantri yang ikut tatap muka
dan yang lainnya tetap ikut pembelajaran via gmeet.
Setelah memasuki semester 2, madin dilaksanakan full offline
karena kelas reguler juga dilaksanakan secara offline. Wah nggak
kebayang kan ramainya kampus seperti apa setelah 2 tahun pandemi
akhirnya sekarang pandemi itu sedikit demi sedikit hilang. Bertemu
juga dengan teman-teman yang sebelumya belum pernah
ketemu,seruu banget kalau offline begini hehe.
Memasuki semester 2 pembelajaran madin di BTQ sudah
menggunakan Al-Qur'an,disitu diajarkan bagaimana cara membaca
al quran dengan benar dan juga hukum bacaan dari ayat" al quran.
Nahh, itu dia kisah pengalamanku mengikuti kegiatan
pembelajaran madin via online dan offline. Banyak sekali
pembelajaran yang dapat saya ambil setelah mengikuti madin di
UIN SATU, semoga ilmu yang kita dapatkan dari kegiatan madin
ini menjadi barokah aamiin ya rabbal allamin. Sekian dari saya bila
ada tutur kata yang kurang berkenan mohon dimaafkan.
Wassallamualaikum Wr. Wb.
Perjalanan Mejadi Mahasantri
Isyroq Ziyaul Haq Adaniyah

Halo, perkenalkan namaku Isyroq Ziyaul Haq Adaniyah


teman-teman sering manggilku izha atau ziya, aku berasal dari
Mojokerto. awal daftar ke dunia perkuliahan aku tidak pernah
berharap akan masuk ke kampus yang berbasis islam karena aku
ingin masuk ke kampus umum dan masuk ke jurusan teknik, tapi
takdir berkata lain aku gagal masuk di kampus yang aku inginkan
dan akhirnya aku mengikuti tes masuk kuliah di kampus yang
berbasis islam dan aku lolos di UIN SATU TULUNGAGUNG
dengan jurusan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya yaitu
Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial.
Disinilah cerita ku menjadi mahasantri dimulai, setelah
banyaknya proses yang harus dilalui akupun mendapati sebuah
pilihan yang menurutku unik dan tidak pernah terpikir akan adanya
pilihan tersebut yaitu pilihan untuk mengikuti kelas madrasah
diniyah yang biasa dikenal dengan madin. Dari banyaknya pilihan
madin, yang menurutku sesuai dengan apa yang telah aku pelajari
sebelumnya akhirnya aku memutuskan untuk menjatuhkan pilihan
di kelas BTQ. Saat pembagian kelas madin aku ternyata
mendapatkan kelas di BTQ 31.
Awal masuk aku takut dan minder dengan teman-teman
yang lain karena aku merupakan salah satu orang yang bisa dibilang
pendiam dan tidak mudah brgaul dengan lingkungan baru, apalagi
pertama masuk aku harus dihadapkan dengan situasi yang
mengharuskan kita untuk mengikuti madin secara online. Setelah
berjalan beberapa waktu aku pun masih belum bisa berbaur dengan
teman-teman yang lain, karena sifatku yang terlalu tertutup dan
takut ntuk memulai.
Banyak sekali suka duka yang dilewati pada pembelajaran
medin online ini, sukanya aku bisa melakuakn pembelajaran tanpa
harus takut untuk bertemu orang baru, dukanya yaitu kendala sinyal
atau kuota yang mungkin dapat menghambat pelajaran yang sedang
berlangsung yang mengakibatkan tidak bisa mengikuti pembelajaran
dengan baik, dan masih banyak suka duka lainnya.
Madin dimulai dari jam 07:00 hingga 08:40, awalnya aku
mengira bahwa BTQ hanya belajar membaca al-qur’an dan menulis,
ternyata salah, aku harus mengulang pelajaran dari awal yaitu iqro’,
kukira iqro’ yang dipelajari itu sama denganyang telah aku pelajari
sebelumnya tapi ternyata sangat berbeda, aku harus mengulang dan
belajar mengenai pelajaran baru yang belum pernah aku temui
sebelumnya dan metode yang baru pula. Metode yang aku pelajari
dulu yaitu Qiroati dan Yanbu’a lalu disini aku harus bisa memasuki
metode baru yaitu An-Nahdliyah.
Metode An-nahdliyah ini mengajarkan mengenai cara
membaca yang menurutku lebih mendetail, dari Panjang dan pendek
juga penjedaan bacaan, dan dimetode ini kita harus belajar dengan
menggunakan ketukan, dimana disetiap membaca kita harus
memberi satu ketukan dan untuk melanjutkan kita harus memberi
dua ketukan, sama halnya pada bacaan lain yang terdapat hukum
bacaannya, contohnya pada bacaan ghunnah kita harus memberi
duaketukan yang menandakan bahwa bacaan itu dibaca panjang
sama dengan satu alif atau dua harakat.
Pembelajaran madin disemester satu hanya difokuskan
pada pembelajaran iqro’ dan hukum bacaan, pada semester ini
banyak sekali keluh kesah yang aku alami karna menurutku metode
yang diberikan sangat susah untuk dipelajari, setelah ku pelajari lagi
dengan lebih baik dan tanpa mengeluh ternyata aku bisa. Dan
mungkin memamng semua hal yang kita lakuakan dengan hati yang
ikhlas akan terasa lebih mudah untuk dilewati namun sebaliknya
jika kita melaluinya dengan hati yang dongkol dan tidak khlas maka
semuanya akan terasa sulit untuk dilewati.
Setelah banyaknya cerita madin online dilalui akhirnya
disemester dua kita dihadapkan dengan perkuliahan tatap muka yang
dimana madin pun juga ikut melaksanakan kelas tatap muka, disitu
aku mulai bisa mengikuti tanpa rasa takut seprti pada awal semester
satu karena aku sudah pernah mengikuti ujian secara tatap muka
pada semester satu dulu. Disemster dua ini kita diajarkan untuk
membaca al-qur’an secara langsung dan menggunakan nada yang
menurutku tidak terlalu susa karena aku suadah pernah
mempelajarinya sebelumnya.
Namun setelah beberapa minggu melaksanakan tatap
muka, ustadzahku harus cuti dan beliau digantikan dengan ustadzah
yang baru, disitu aku takut jika ustadzah pengantinya itu lebiah
galak tapi ternyata ustadzahnya itu baik meskipun lebih ketat dari
yang sebelumnya. Dan ternyata beliau adalah adik dari ustadzah
yang pertama, selain baik beliau juga bisa cepat mengambil hati
teman-teman.
Setelah sekian lama akhirnya madin akan usai sebentar
lagi, semoga apa yang telah diajarkan oleh para ustad dan ustadzah
dapat menjadi bekal untuk para mahasantri semuanya, banyak
pelajaran yang telah diberikan oleh mereka, dari mulai nasehat
hingga pembelajaran lainnya. Semoga semua yang telah diberikan
kepada seluruh mahasantri ini dapat menjadi sebuah jalan menuju
surganya allah. Amiin…..
Kenangan Madin di UIN SATU
Ahmad Ardian Ari Sandi

Assalamaualaikum perkenalkan saya Ahmad Ardian Ari


Sandi akan menceritakan bagaimana pengalaman madin online dan
offline. Pada awal semester 1 adanya wabah Covid-19 yang
membatasi aktivitas di luar rumah seperti madinku yang dilakukan
secara online melalui gmeet. Dan alhamdulillahnya pada
pertengahan perkuliahan madin sudah diperbolehkan untuk kuliah
tatap muka atau bisa disebut offline. Rasanya senang sekali
mendapat kabar bahwa madin akan dilakukan secara offline.
Dimana pertama kalinya bertemu dengan teman – teman secara
langsung.
Saya masuk kelas BTQ 31, dikelasku ini terdiri dari
berbagai kelas yaitu kelas A, kelas B, dan kelas C. Cukup berbeda
madin online dengan madin offline. Secara persiapan mulai dari
sarapan, menyiapkan baju untuk kuliah, dan memanasi motor beda
lagi kalau madin online, cukup hanya bersiap siap di depan layar HP
sudah bisa mengikuti pembelajaran. Tidak Apa Apa. Saya sangat
senang sekali dengan kegiatan ini. Dengan adanya Madin pagi
membuat saya menjadi lebih displin dalam mengatur waktu kegiatan
pagi.
Kegiatan madin BTQ 31 yaitu mengaji Al – Qur’an dan
belajar membenarkan hukum bacaan. Paling suka kalau sudah
disuruh baca sama Ustadzah Fallah. Bu Fallah beliau sangat baik
dan ramah, beliau jarang sekali atau hampir tidak pernah marah
kalua saya telat hehehehehe. Maaf ya Bu. Fallah sebelumnya.
Sebenarnya agak sedih karena BTQ akan berakhir.
Kegiatan BTQ ini menjadi bagian yang sangat menyenangkan
untukku. BTQ 31 menambahkan wawasan dan pengalaman yang
membuat saya bisa bersyukur masuk di UIN SATU Tulungagung.
Dimana saya tetap belajar Al-Qur’an dengan seiringan saya
menimba ilmu. Dan saya harap program MADIN ini tetap dilakukan
dan diterapkan dikampuku tercinta kampus UIN SATU
Tulungagung.
Menjadi Santri UIN Tulungagung
Irna Firdausil Ma’wa

Sudah satu tahun saya mengikuti madin secara online


maupun offline yang diadakan oleh kampus universitas islam negeri
tulungagung, madin adalah salah satu kegiatan yang wajib diikuti
oleh semua mahasiswa semester satu sampai dua. Kegiatan madin
yang diadakan oleh kampus saya membawa hal yang positif karena
dengan adanya madin saya menjadi lebih suka membaca Al-Quran
dan memahami hukum bacaan tajwid.
Saya dari madin BTQ 31, pada hari pertama saat saya
masih semester satu dan madin masih dilaksanakan secara online
pada saat itu di mulai pada pukul 7 pagi dengan menggunakan
media gmeet, saat itu mulai perkenalan dengan mahasiswa yang ada
di BTQ 31 awalnya cukup malu tetapi rasa malu itu dilawan dan
yang mengajar di kelas saya Namanya bu Falah dan waktu hari
pertama saya disuruh membaca huruf hijaiyah oleh bu falah. Madin
setiap minggu sebanyak empat kali pertemuan yaitu senin, selasa,
rabu, dan kamis berlangsung dari jam 07.00 sampai 08.30. pada hari
jumat sampai minggu madin libur.
Kegiatan madin bagi saya cukup penting dikarenakan
dengan adanya kegiatan ini kita bisa belajar Membaca Al-Quran
dengan benar dan memahami hukum bacaan tajwid yang ada dalam
Al-Quran. Dengan kegiatan ini saya menjadi lebih suka membaca
Al-Quran dan memahami isi dalam kitab suci Al-Quran. Dan bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
Pada hari kedua kelas saya belajar huruf hijaiyah sampai
jilid 1 dan seterusnya. Dalam kegiatan madin semester pertama ini,
saya diajarkan bermacam-macam bacaan tajwid, diantaranya adalah
bacaan idhar, ikhfa’, idghom bighunnah, idghom bilaghunnah, iqlab,
dan seterusnya. Setelah jilid 1 hingga 6 telah terselesaikan dan
semua materi sudah disampaikan, kelas madin mengadakan
semacam ulangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
mampu mahasantri mengerti isi yang ada di jilid. Tes ini berupa tes
membaca Al-Quran, penerapan tajwid serta menulis surat Al-Quran.
Tapi saat awal mengikuti madin BTQ saya merasa
kesulitan untuk mengatur waktu. Karena jujur saya masih sering
bangun siang, dan saya pun kegiatan ini terlalu pagi bagi saya. Tapi
kata orang tua saya kalau ingin bangun pagi di alarm aja biar bisa
bangun pagi dan yang dikatakan oleh orang tua ku saya terapkan
setiap pagi dengan membunnyikan alarm setiap pagi dan lama
kelamaan hal seperti itu menjadi kebiasaan bagiku.
Pada semester satu, Angkatan saya madin masih online
namun pada semester dua, Angkatan saya dilaksanakan madin
secara offline dikarenakan covid 19 mulai reda hal ini menjadikan
saya harus masuk madin secara offline. Saat pertama masuk offline
sudah tidak belajar di jilid lagi namun sudah masuk dalam ayat
maupun surat Al-Quran dan materi tajwid semakin banyak. Dalam
madin semester kedua ini mahasantri dikenalkan dan diajarkan
berbagai bacaan mad dan bacaan Gharib. Namun hal ini tidak
menjadi alasan saya untuk putus asa. Kuncinya ialah Terus belajar
sampai mampu membaca dengan benar. Jadi banyak sekali manfaat
yang dapat saya ambil dari kegiatan madin ini salah satunya
menambah wawasan luas, dari saya tidak tahu hukum tajwid
menjadi tahu dan menjadikan saya lebih lancar dalam membaca Al-
Quran maupun menulis ayat-ayat Al-Quran, dengan begitu saya
lebih semangat dalam mempelajari tajwid dan harus berusaha agar
kedepannya semakin baik.
Waktu terus berjalan kegiatan madin akan berakhir tapi
saya belum fasih dalam membaca Al-Quran tapi hal ini menjadi
tamparan bagi saya supaya lebih semangat lagi dalam membaca Al-
Quran, kegiatan madin ini menjadi kegiatan yang sangat
menyenangkan bagiku karena metode pembelajarannya mudah
untuk saya dalam memahaminya. Waktu kecil saya pernah ikut ngaji
di sebuah masjid yang ada didesaku tapi berhenti karena tidak ada
lagi teman seumuran saya yang mengaji di masjid. Jadi kegiatan
madin yang ada di kampus sangat amat bersyukur bisa merasakan
dan mengikuti program yang diadakan oleh kampus saya walaupun
hanya satu tahun itu sangat berarti bagi saya. Saya rasa program ini
sangat bagus untuk terus diadakan dikampus UIN SATU
TULUNGAGUNG.
Meskipun di Era Pandemi, Tidak Melunturkan
Semangat Untuk Mengikuti Pembelajaran BTQ
Marlina

Sudah 2 bulan sejak penguman hasil UMPTKIN yang aku


lewati susah payah dengan berbagai rintangan, masa-masa SMAku
pun sudah terlewat. Namun hal itu tidak berhenti disitu, melainkan
awal untuk memasuki dunia perkuliahan untuk mengejar dan
mewujudkan cita-cita yang aku impikan. Moment ini merupakan
salah satu moment yang aku impikan sejak dulu, menjadi seorang
mahasiswa merupakan sebuah kebanggaan dan keistimewaan
tersendiri, yang dulunya hanya bisa akau panjatkan keingianan
untuk menjadi mahasiswa di setiap sujudku di malam hari, namun
sekarang aku sudah resmi menjadi salah satu mahasiswa di salah
satu perguruan tinggi Islam yaitu tepatnya di Universitas Islam
Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang sebelumnya
ditolak berbagai perguruan tinggi.
Setelah dinyatakan resmi menjadi mahasiswa baru, aku
harus melalui berbagai prooses mulai dari daftar ulang, membayar
UKT, pembuatan KTM (Kartu Tanda Mahasiswa). Sealain itu, para
mahasiswa juga harus mengikuti berbagai program yang diadakan
khusus untuk mahasiswa baru, baik itu pengenalan lingkungan
kampus, pengenalan lebih dalam mengenai jurusan yang diambil,
fasilitas-fasilitas yang ada di kampus, pengenalan organisasi dan
UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dan juga program madin. Namun
sayangnya aku tidak bisa mengikuti runtutan acara dan kegiatan
tersebut secara langsung dikarenakan adanya wabah virus Corona
yamg kemudian terpaksa dilakukan secara online atau daring yang
menggunakan media Google Meet maupun Zoom.
Begitu pula dengan program kegiatan madin yang bersifat
wajib, dimana harus diikuti oleh setiap mahasiswa baru. Dalam
kegiatan madin ini terdapat berbagai pembelajaran antara lain BTQ
(Baca, Tulis, Qur’an), tahfidz, tilawah, ULA, ULYA dan
WUSTHA. Aku yang merupakan hanyalah lulusan dari SMK dan
belum pernah memasuki pondok memilih untuk mengikuti
pembelajaran BTQ, lagipula bacaanku juga masih kurang baik.
Untuk pembelajaran BTQ ini menggunakan Buku Cepat Tanggap
Belajar Al-Qur’an, dimana kita disini akan belajar mulai dari 0.
Bentuk pembelajaran BTQ ini menggunakan metode
pembelajaran Al-Qur’an An-Nahdliyah. Metode An-Nahdliyah ini
merupakan metode belajar membaca Al-Qur’an yang menekankan
pada kesesuain dan keteraturan dengan ketukan. Ketukan di sini
merupakan jarak pelafalan satu huruf dengan huruf lainnya,
sehingga dengan ketukan bacaan mahasiswa sesuai baik panjang dan
pendeknya dari sebuah bacaan Al-Qur’an. Dalam kegiatan madin,
kita akan dibimbing oleh seorang ustadz atau ustadzah. Jadi inti dari
pembelajaran BTQ yaitu untuk membimbing mahasiswa supaya
dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan
tajwidnya.
Kegiatan madin ini dimulai pada bulan Agustus, walaupun
masing meggunakan sistem daring tetapi hal tersebut tidak membuat
antusiasme teman-temanku di hari pertama untuk mengikuti
kegiatan tersebut menjadi menurun. Kegiatan BTQ ini dimulai dari
jam 07.00-08.30 pagi. Pada hari pertama pembelajaran madin kami
menggunakannya untuk perkenalan dan menjelaskan secara singkat
mengenai pembelajaran BTQ dan sistemnya. Untuk kelas madin aku
berada di kelas BTQ 31 yang terdapat 38 mahasiswa, dimana
seluruhnya merupakan dari program studi Tadris IPS dari mulai
kelas A, B maupun C dan di bimbing oleh Ustadzah Mir’atul Falah.
Beliau sangatlah sabar dan telaten dalam membimbing kami supaya
pandai dan lancar dalam membaca Al-Qur’an.
Karena pembelajaran madin masih dilakukan secara online
maka perlu sebuah grup untuk memudahkan dalam mengkoordinasi
kelas dan memberitahu informasi mengenai pembelajaran BTQ. Jadi
para ustadz atau ustadzah membuatkan grup WhatsApp, kemudian
para mahasiswa akan masuk secara mandiri setelah linknya
dibagikan. Setiap paginya kita akan bergabung dalam link Google
Meet yang dibuatkan oleh ustadzah. Pembelajaran BTQ secara
online diawali dengan membaca do’a Iftitah, kemudian Al-Fatihah,
terakhir membaca surat-sutrat pendek. Sedangkan pada akhir
pembelajaran kita akan mengumpulkan bukti kehadiran kita berupa
screenshot waktu mengikuti Google Meet, tidak jarang Utadzah
Falah akan memberikan tugas untuk menulis bacaan yang dipelajari
tadi atau diperintahkan untuk mencari hukum tajwidnya. Pada awal-
awal pembelajaran BTQ aku masihlah bersikap malu-malu dan
belum berani untuk membaca langsung sebelum ditunjuk. Namun
setelah 1 minggu beradaptasi aku mulai sedikit leih percaya diri.
Jadi pembelajaran madin yang hanya dilakukan 4 kali pertemuan
dalam seminggu.
Hal ini sudah aku lalui selama kurang lebih 7 bulan dengan
setiap harinya hanya menghadap laptop atau handphone. Akhirnya
masa-masa tersebut telah usai setalah turunnya surat resmi dari
Dekan bahwa pembelajaran madin akan dilakukan secara full tatap
muka setelah sekian lama hanya memlalu layar laptop. Wabah virus
Corona di Indonesia juga sudah sedikit mereda dengan adanya
vaksin, oleh karena itu tidak hanya UIN yang melakukan PTM
(Perkuliahan Tatap Muka) melainkan beberapa kampus negeri juga
melakukannya. Pada saat pembelajaran BTQ tatap muka kami
masihlah harus mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan
masker, selalu mencuci tangan sebelum memasuki kelas, menjaga
jarak dan minimal sudah mendapatkan vaksin dosis ke-2.
Pada saat itu aku sangatlah bersemangat untuk pergi ke
kampus untuk mengikuti pembelajaran BTQ. Aku bangun sangat
pagi untuk ke kampu, karena jarak rumahku dengan kampus juga
lumayan jauh, jadi aku memerlukan waktu kurang lebih 45 menit
sampai di kampus tanpa terlambat. Karena pada saat itu aku sangat
bersemangat aku datang terlalu pagi, sekitar jam 6 dimana belum
begitu banyak mahasiswa yang datang. Tetapi aku tetap senang
karena ini aku memiliki sedikit kesempatan untuk mengellingi
kampus, karena ini juga pertamakalinya aka datang secara langsung
ke kampus.
Madin Yang Berkesan
Agustina Zahrotin Nisak

Perkenalkan nama saya Agustina Zahrotin Nisak, saya lahir


di Tulungagung, 24 Agustus 2002. Saya merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Saya berasal dari Srengat Blitar. Saya dari
jurusan Tadris ilmu pengetahuan sosial dari FTIK (fakultas tarbiyah
dan ilmu Keguruan). Senang sekali rasanya bisa menjadi mahasiswa
UIN SATU Tulungagung. Universitas yang diidamkan oleh banyak
orang. Progam yang diadakan oleh UIN SATU Tulungagung sangat
membantu mahasiswa dalam menambah wawasan pada bidang
keagamaan salah satunya adalah madin. Setiap mahasiswa yang
telah diterima di UIN SATU Tulungagung diwajibkan untuk
mengikuti madin. Setiap mahasiswa diberikan kebebasan dalam
memilih progam madin nya. Progam madin yang disediakan adalah
BTQ (baca tulis Al – Quran), tilawah , tahfidz, ula, wustho, ulya.
Pada saat itu saya bingung dalam memilih progam madin
yang disediakan. Dan akhirnya saya memilih BTQ karena saya ingin
memperlancar bacaan al-quran dan mampu menulis dalam tulisan
arab tanpa harus melihat contoh. dalam progam madin BTQ setiap
mahasiswa diwajibkan membeli buku jilid. Metode yang digunakan
pada pengajaran BTQ adalah metode An – Nahdliyah. Metode An –
Nahdliyah adalah metode menbaca al-quran yang menekankan pada
kesesuaian dan keteraturan dengan ketukan. Ketukan digunakan
pada jarak pelafalan satu huruf dengan huruf lainnya. Sehingga
memudahkan dalam kesesesuain panjang pendek dalam membaca
al-quran. Madin dilaksanakan setiap hari senin sampai kamis pada
pukul 07.00 – 08.30. Pertama kali madinku dilakukan secara online
melalui google meet dikarenakan adanya pandemi Covid -19.
Saya mendapat kelas BTQ 31 dengan guru pengajar
ustadzah mir’atul falah. setiap pagi sebelum madin aku selalu
memulai dengan mandi dan sarapan. Setelah saat tiba jam 07.00 link
gogle meet di berikan oleh ustadzah madin. Para mahasantri segera
bergabung google meet. Setelah mahasantri bergabung pelajaran
dimulai. Mahasantri mulai mengaji jilid 1 dari pengenalan huruf
hijaiyah sampai harakat. Hari terus berjalan hingga selesai jilid 6.
Selain mengaji mahasantri juga dikenalkan dengan ilmu tajwid
sebagai bekal dalam membaca al-quran. Mahasantri juga diberikan
menulis surat pendek dengan tujuan agar dapat menulis arab dengan
lancar. Kemudian, Pada semester 2 madin dilaksanakan secara
ofline.
Pertama Kali Mengaji Melalui Jaringan
Syafira Hurin'in

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


perkenalkan saya Syafira Hurin'in saya akan menceritakan
Pengalaman menjadi mahasantri online. Saya memilih jurusan
Madin ini dari saran saudara, awalnya ingin menolak tapi setelah
mendapat cerita pengalamannya di madin btq membuat saya tertarik
untuk mengambil jurusan madin ini. sehingga saya belajar mengaji
mengulangi dari awal, pada awalnya saya merasa risih saat banyak
teman-teman yang mengatakan kenapa saya harus mengambil madin
btq ini tidak madin yang jurusan kitab, karna saya sudah lama
belajar mengenai kitab dan kenapa tidak melanjutkannya. Melihat
teman-teman banyak yang sudah bisa mengaji dengan lancar dan
saya minder karna terbilang jarang mengaji bersama teman-teman
yang sudah lancar karena saya belum benar-benar belum bisa
mmengaji dengan lancar seperti yang lainnya.
Lambat laun setelah kegiatan Madin berjalan cukup lama
saya sudah mulai terbisa mengaji setiap harinya tetapi juga masih
banyak kekurangan dalam diri saya terutama kurang benar dalam
hal mengucapkan huruf Hijaiyah maka dari itu saya belajar dengan
sungguh-sungguh untuk menutupi kekurangan itu, pada awalnya
saya ragu masuk di di UIN SATU Tulungagung karena kampus
tersebut tidak berada dalam list kampus yang saya impikan dari dulu
karna kampus yang saya impikan bukanlah kampus yang islami
seperti UIN SATU. Saya belum bisa mengaji dengan benar padahal
di UIN SATU Tulungagung adalah kampus Islam negeri, tetapi saya
menguatkan diri saya, memotivasi diri saya, saya akan bisa
beradaptasi di kampus tersebut meskipun saya memiliki banyak
sekali kekurangan dalam diri saya terutama dalam bidang agama.
Karena sudah berniat masuk ke sana juga ingin
memperdalam ilmu agama Alhamdulillah saya diterima di kampus
tersebut meskipun diterima dijurusan yang tidak terlalu saya minati
dan saat ini sudah menjalani kurang lebih 2 semester di kampus
tersebut, bukan hanya ilmu-ilmu pada umumnya saja yang saya
dapat tetapi juga ilmu-ilmu agama banyak sekali yang saya dapat
dari sana seperti kegiatan pada pagi hari masuk pukul jam 07.00
selesai kurang lebih 08.30 pagi, untuk belajar mengaji banyak
sekali kisah suka dan duka saat mengikuti Madin, sukanya kita
mendapat ilmu mengaji yang di mana nanti akan berguna suatu saat
selain itu masih ada ilmu moral dimana untuk memperbaiki akhlak
atau moral dari yang buruk menjadi baik dari yang baik menjadi
lebih baik lagi dan masih banyak lagi ilmu yang kita dapat pada saat
madin.
Dukannya ini menurut saya pribadi saya sendiri masih sulit
untuk mengimbangi teman-teman dalam mengaji karena teman-
teman sudah banyak yang bisa atau mungkin dulunya juga sudah
pernah mengaji karena saya sendiri belum terlalu lancar mengaji
pada awalnyanya, selain itu terkadang saya lupa waktu untuk
persiapan sebelum mengikuti Madin, karna ini merupakan
pengalaman pertama saya mengaji melalui jaringan tidak memakai
jaringanpun biasanya sulit untuk memaksimalkan proses mengaji,
apalagi ini melalui jaringan yang terkadang tidak bisa sepenuhnya
memaksimalkan proses mengaji ini. Koneksi internet karena
mengajinya secara Vidio conference maka dari itu koneksi internet
yang lancar sangat dibutuhkan pada saat ini.
Bila koneksi internet tidak lancar maka apa yang kita
ucapkan pada saat mengaji secara online terjadi perubahan nada
sehingga apa yang kita katakan tidak sesuai dengan apa yang
didengar oleh Ustadzah. Bulum lagi saat melakukan memberikan
contoh pengucapan mahrijul huruf dai Ustadzah tidak sepenuhnya
sesuai apa yang telah kita dengar. Mengumpulkan tugas melalui
grup WhatsApp menurut saya kurang tepat, karna sebagian teman
saya langsung dikirim pada Ustadzah masing-masing sehingga
Ustadzah bisa mengetahui seberapa kemampuan yang dimiliki oleh
siswanya, jika melalui grup WhatsApp kemungkinan ada beberapa
yang akan melihat hasil akhir dari teman-temannya sehingga murid
tersebut kurang bisa maksimal untuk pemahaman yang diberikan
oleh Ustadzahnya.Mungkin itu saja pengalaman-pengalaman saya
selama mengikuti Madin online, saya ucapkan terima kasih udah
pak ustad yang sudah mengajari saya dari awal sampai dengan saat
ini yang pada awalnya saya belum bisa sama sekali mengaji tetapi
saat ini sudah sedikit sedikit bisa mengaji sekian dari saya ada
kurang lebihnya saya mohon maaf wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Positif Atau Negatif Pebelajaran Madin Online
Dilla Minhatul Maula

Bunyi alarm membangunkanku dari tidur nyenyak pagi


ini.Ku lihat jam dinding di pojok kamarku. “Ternyata sudah jam
setengah 7 pagi!” aku segera mandi dan bersiap-siap mengikuti
madin dan kuliah Online. Hari ini adalah sekian harinya aku dan
teman-teman mengikuti pembelajaran secara daring.Aku ingin
berbagi cerita pengalamanku mengikuti serangkaian kerumitan
rutinitas madin online ku.Semenjak pandemi covid- 19 segala
kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring. Bahkan
pembelajaran wajib madin di kampusku pun diharuskan daring.
Kegiatan madin online pun dimulai setiap pagi pukul 07.00 pada
hari Senin - Kamis. Kegiatan seperti itu sudah terhitung hamper 1
tahun berjalan. Sudah tidak asing lagi bila setiap pagi harus bertegur
sapa dengan aplikasi tatap maya, entah itu Zoom Meeting ataupun
Google Meet.
Sebenarnya kondisi yang serba online ini memberikan suka
dan duka baik untuk guru dan murid. Tak jarang sering terjadi
banyak kendala serta kurang maksimal dalam pembelajaran. Seperti
madin online ini, ketika belajar mengaji untuk orang- orang yang
masih pemula dan butuh tuntunan yang lebih intensif secara online
memang dirasa cukup sulit. Bagaimana tidak dikatakan cukup sulit,
pembelajaran madin yang dituntut membutuhkan ketekunan dalam
memahami dan mengaplikasikan bunyi bacaan,tak jarang bunyi
bacaan terdengar berbeda karena kondisi internet yang terputus -
putus serta kerap terasa dikejar - kejar waktu yang membuat guru
pun tidak mampu mendengarkan dan mengkoreksi bacaan murid
satu persatu.
Kendala tidak berhenti pada semua itu, terkadang
dikarenakan susah sinyal internet mengharuskan guru dan murid
untuk memilih opsi lain dengan sebatas mengirim contoh video
pembelajaran. Setelah itu murid disuruh memahami dan membuat
tugas video hasil pemahamannya yang dikirim melalui aplikasi
Whatsapp. Hal tersebut memang terkesan lebih memberatkan
menurutku, bagaimana tidak memberatkan pembuatan video yang
membutuhkan banyak waktu untuk mendapatkan hasil rekaman
video yang maksimal. Ditambah apabila ketika membaca bacaan
ditengah - tengah halaman terdapat kesalahan sehingga harus
mengulang kembali membaca dari awal agar bacaan pada video
dapat maksimal. Belum lagi bila waktu pengumpulan yang singkat
dan mengingat jam-jam setelah madin online banyak antrian kuliah
online dengan segala tugas-tugasnya yang seakan membuat otak tak
ada jeda berpikir.
Pembelajaran madin yang seharusnya mudah berubah
menjadi sesuatu yang terkesan ribet dan rumit.Namun bila
mengingat kondisi di tengah pandemi hanya kegiatan pembelajaran
secara online yang dinilai paling efektif.Dikarenakan kegiatan
online merupakan sebuah solusi maka kita harus belajar untuk
membangun sudut pandang positif dan mengikis hal - hal yang
negatif. “ Lalu apakah ada hal-hal positif dari daring?” dalam hati
dan pikiran yang mencoba menalar semua keadaan. Setelah berpikir
keras ada banyak pandangan positif yang terselip ditumpukan
pandangan negatif. Salah satunya adalah kita jadi berusaha untuk
belajar teknologi baru semisal saat tatap maya kita dituntut dapat
mengunakan serangkaian aplikasi tatap maya.
Selain itu percaya atau tidak daring itu lebih hemat dari
pada online, mengapa aku bisa menyimpulkan hal yang seperti itu
disaat banyak orang tak meyimpulkan demikian. Coba kita berpikir
kritis, saat kuliah atau madin online kita hanya membutuhkan kuota
internet, memang tak dipungkiri kata hemat terlintas seperti suatu
kebohongan besar karena pengeluaran untuk membeli kuota internet
menjadi lebihbesar dari biasanya. Tapi bila kamu memandang dari
aspek lainnya sebenarnya disitu letak titik kata hemat. Kita mulai
bayangkan bila kita kuliah offline pasti kita memerlukan biaya
transportasi, makan, jajan, uang kost dan hal- hal lainya yang tidak
terduga. Bila dirumah kita tidak perlu mengeluarkan biaya
transportasi dan tempat tidur serta makanan yang tersedia 24 jam
didapur rumah. Ada satu lagi yang paling mengesankan, yaitu ketika
kita enggak perlu dandan rapi-rapi karena saat kuliah online
terkadang orang -orang tidak menyadari kita sudah mandi atau
belum.
Dari hal- hal positif itu kita harus dapat mengikis hal -hal
negatif serta berusaha berpikir bagaimana kuliah maupun madin
online menjadi efektif. Misalnya mulai Menyusun jadwal serapi
mungkin serta berusaha mendisiplinkan diri saat mengumpulkan
tugas-tugas tak terduga dengan tepat waktu dan berusa untuk tetap
mencatat materi- materi penting terkait apa yang didapat dari kuliah
online. Sehingga cap kata -kata kaum rebahan tak melekat pada
angkatan online. Selain itu semua saat belajar perlu didukung
dengan keadaan kondisi tempat belajar, untuk itu carilah tempat
senyaman mungkin agar moodboster baik dan hasil kerja pun
memuaskan.
Singkat dari semua cerita panjang kali lebar diatas ada
seutas tali kesimpulan yang otak berusaha temukan.Bahwa baik
tidaknya segala sesuatu kondisi bergantung pada sudut pandang
seseorang. Terkadang disuatu kondisi tersulit yang kita butuhkan
bukan mengeluh tetapi solusi. Mengeluh akan hal hal negatif hanya
akan menghambat kita menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas,
padahal bila kita kerjakan ternyata tidak sesulit apa yang kita
bayangkan. Lalu aku mulai meyakinkan hati bila solusinya hanya
diam dan mulai berpikir. Tanpa ku sadari tugas selesai walau sempat
disrempet banyak keluhan tapi coba kita berusaha memunculkan
solusi agar otak bisa memahami pasti pekerjaan atau tugas pun
selesai. Begitupun madin online ini sesulit dan seburuk apapun
keadaan coba berpikir bila kita pasti menemukan sesuatu solusi
yang mampu membuatnya menjadi mudah. Dan berusaha percaya
bila segala ikhtiar disertai dengan doa dan tujuan yang baik pasti
akan dipermudah oleh Allah SWT.
Madin Di Era Pandemi Covid-19
Putri Erlina Safira

Saat diterima menjadi mahasiswa di UIN Sayyid Ali


Rahmatullah Tulungagung, otomatis kita juga akan mengikuti kelas
pembelajaran madrasah diniyah yang dilaksanakan selama 1 tahun
pertama. Madrasah diniyah ini sifatnya wajib. Saat itu aku tidak tahu
madin yang dimaksud yang bagaimana. Jadi, saat menentukan kelas
aku memilih kelas BTQ (Baca Tulis Al-Qur’an) karena memang aku
tidak pernah ngaji kitab dan hanya sampai khatam al-Qur’an saja.
Dan kemampuan ku dalam membaca dan memahami al-Qur’an
masih jauh dari kata sempurna, bahkan masih dibawah sekali.
Saat tiba pembagian kelas madrasah diniyah, aku mendapat
kelas di BTQ 31. Di BTQ 31 ini adalah gabungan dari 3 kelas dari
prodi Tadris IPS. Jumlah mahasantri yang ada di BTQ 31 ada 37
mahasiswa. Dikelas BTQ 31 kami akan diajar oleh ustadzah falah.
Madin di UIN SATU Tulungagung aktif pada hari Senin,
Selasa, Rabu, dan Kamis. Dimulai pukul 07.00. Karena waktu itu
virus covid-19 masih menghantui Tulungagung, jadi pembelajaran
madin diadakan secara daring atau online dengan menggunakan
media google meet dan whatsapp. Hari pertama madin, kita mulai
dengan perkenalan dulu. Dan ustazdah nya menjelaskan tentang apa
yang akan kita pelajari selama 1 tahun kedepan. Di akhir pertemuan
di hari pertama itu, ustazdah memberi tahu kalau kita harus punya
jilid 1-6. Karena jilid tersebut yang akan dijadikan sumber
pembelajaran selamat 1 semester. Setelah google meet mahasantri
diwajibkan absen dengan mengirim screenshot saat kita mengikuti
madin via google meet. Dan juga menulis nama lengkap, NIM, dan
jurusan. Yang dikirimkan melalui group whatsapp madin.
Hari kedua kita mulai diajarkan mengenal huruf-huruf
hijaiyah oleh ustazdah. Setelah itu kita disuruh mempraktekan cara
membaca huruf hijaiyah tersebut setelah dicontohkan oleh ustadzah.
Dan ternyata masih banyak mahasantri yang belum tepat dalam
membacanya. Dengan telaten dan sabar ustadzah falah mengajari
kita sampai bisa dan benar dalam membaca. Hari demi hari berlalu
begitu saja, sampai tiba dimana akan diadakan ujian semester 1.
Dikarenakan virus Covid-19 sudah mereda, ujian madin diadakan
secara daring dan luring. Daring bagi yang rumahnya disekitar
Tulungagung, dan luring bagi yang rumahnya jauh dari
Tulungagung atau yang diluar kota. Dalam ujian semester itu kita di
uji harus membaca iqra’ dan juga harus tahu hukum bacaan nya.
Ujian semester dilakukan selama 2 hari.
Madin semester 2 di mulai pada akhir Februari. Tepatnya
pada 21 Februari 2022. Tiga minggu pertama madin, diadakan
secara online. Karena virus Covid-19 di Tulungagung sudah mereda,
bahkan sudah tidak ada yang positif covid, madin dilaksanakan
secara luring 100%. Disemester 2 ini mahasantri sudah mulai belajar
dengan menggunakan al-Qur’an. Di awal pembelajaran madin luring
kita bertemu dengan teman-teman yang selama satu semester hanya
bertemu via google meet saja. Ternyata madin luring itu sangat
menyenangkan dan apa yang diajarkan oleh ustadzah lebih mudah
dipahami.
Di semester 2 ini ustadzah di madin 31 harus diganti.
Karena ustadzah falah cuti melahirkan. Ustadzah yang baru,
bernama Ariq. Beliau adalah adik dari suami ustadzah falah. Beliau
juga sedang menempuh Pendidikan S2. Aku tidak tahu apa prodi
beliau, karena waktu pertama beliau masuk dan perkenalan aku
tidak masuk karena ada acara keluarga. Dalam memnjelaskan
mengenai hukum bacaan juga mudah dipahami. Selama diajarkan
oleh beliau, beliau orangnya sangat seru, suka bercanda,baik, easy
going, dan juga sabar.
Selama pembelajaran madin 1 tahun, alhamdulillah aku
menjadi tahu bagaimana membaca dan menulis al-Qur’an dengan
benar. Aku juga merasakan manfaat dan perubahan yang signifikan
terhadap diriku sendiri. Aku juga jadi mengetahui hukum-hukum
bacaan, bagaimana cara membaca gharaibul qur’an dengan benar,
dan masih banyak hal-hal positif yang aku dapatkan selama 1 tahun
menjalani madin ini.
Aku berharap, setelah kesempatan mendapat Pendidikan
membaca dan menulis al-Qur’an selama 1 tahun ini selesai, aku bisa
mendapatkan kesempatan yang lain untuk bisa terus mempelajari al-
Qur’an dan juga terus mendapatkan ilmu-ilmu baru yang akan bisa
membuatku menjadi hamba allah yang lebih beriman dan bertaqwa.
In Madin, We trust
Hodri Fungkiuudin

Madrasyah Diniyah atau yang lebih sering disebut


mahasantri sebagai Madin merupakan sebuah kegiatan pembelajaran
yang dapat dikatakan suatu pendidikan nonformal akan tetapi
urgensi dan skala kepentingannya bersanding dengan pendidikan
formal pada umumnya. Karena pada dasarnya, ilmu pengetahuan
tidak hanya secara ilmiah saja namun diperlukan juga ilmu
pengetahuan secara agama agar dapat menjadi bekal atau wawasan
bagi mahasantri ke depannya dan juga tidak terjadi kesenjangan
antara ilmu-ilmu ilmiah dengan ilmu-ilmu agama. Madrasah
Diniyah dinilai penting untuk mempersiapkan generasi muda yang
mampu berislam dan berbudaya. Maka dari itu, Madin sekarang
mulai diterapkan baik dari tingkat taman kanak-kanak hingga yang
saya tempuh saat ini tingkat perguruan tinggi.
Madrasyah Diniyah telah diterapkan di kampus saya yaitu
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung atau
yang dikenal UIN SATU Tulungagung. Kampus saya sudah cukup
lama menyelenggarakan pembelajaran madin. Madin di kampus
saya terdapat pembagian kelas yakni BTQ, Tilawah, Tahfidz, Ula,
Wustho, dan Ulya. Kebetulan, kelas yang saya ikuti adalah kelas
BTQ atau baca tulis Al-Qur’an. Saya memilih mengikuti kelas BTQ
jujur saja yang pertama karena menurut saya itu kelas yang paling
mudah dipahami dan dijalani dan yang kedua, pada saat pemilihan
kelas madin, saya belum paham dengan kelas-kelas madin lainnya
kecuali BTQ. Jadi, saya memilih yang saya ketahui saja.
Sekarang, mari sedikit berkenalan dulu dengan saya. Nama
saya Hodri Fungkiuudin. Saya berkuliah di UIN SATU
Tulungagung mengambil jurusan atau program studi Tadris IPS
Semester 2. Jujur, saya menjalani atau mengalami adanya program
Madin ini baru di tingkat perguruan tinggi saja. Sebelumnya hanya
ikut Sorokan Qur’an di TPA dekat rumah saya. Di sekolah saya baik
di tingkat SD, SMP, maupun SMA belum pernah ikut kegiatan
madin yang dikarenakan pihak sekolah juga tidak
menyelenggarakan program madin.
Madin di kampus saya hanya selama satu tahun. Itu
dilakukan pada semester awal yakni semester satu dan dua. Jadi,
dapat dikatakan hanya mahasiswa barulah yang seharusnya
mengikuti program madin kecuali bagi mereka yang mendapat
program teristimewa yaitu program remidi atau mengulang madin.
Program paling istimewa ini biasanya diberikan bagi yang belum
lulus madin tiap semesternya. Jadi, bisa saja kakak tingkat semester
atas yang belum lulus madin mengikuti program khusus ini.
Lanjut ke kisah madin saya, awal semester pertama, Madin
yang saya diikuti dilaksanakan secara online via Google Meet
karena pada saat itu ada pandemi COVID-19. Saya berada di kelas
BTQ 31. Selama semester pertama ini, saya dan teman-teman
lainnya didampingi oleh seorang Ustadzah yang bernama Mira’atul
Falah atau yang kami panggil Bu Falah. Bu Falah mengajarkan cara
membaca Alquran, mengerti tajwid-tajwidnya, belajar menulis
surat-surat Alquran dan lebih menghargai waktu. Jadi, semua kaum
muslim bisa belajar membaca dan memahami Alquran di mana dan
kapan saja meski harus di rumah dengan menggunakan media
Google Meet yang tentunya lebih efektif dan efisien. Untuk presensi
kehadiran, dilakukan dengan mengirimkan tangkapan layar bahwa
telah mengikuti kegiatan Madin melalui Google meet.
Materi yang disajikan juga berkualitas, yaitu dengan
menggunakan metode ketukan (dimulai dari iqra’ jilid pertama
sampai seterusnya). Hal ini penting untuk menentukan tujuan dan
mendapatkan hasil ketika peserta belajar mengaji. Alquran harus
mengikuti perkembangan zaman. Dunia pendidikan Alquran harus
mengikuti perkembangan digital, sehingga nilai-nilai kebaikan yang
ada di dalamnya tetap terjaga dan tersampaikan. Di hari pertama
awal Madin, tentunya ada rasa canggung ketika melihat wajah dari
teman-teman lainnya
Saya mulai berkenalan dengan teman-teman yang awalnya
tidak kenal bahkan asing menjadi lebih akrab lagi dan teman laki-
laki saya di kelas madin ini hanya 4 tapi beberapa bulan kemudian,
satu anak keluar jadi sekarang tinggal 3. Kebetulan peserta madin
dalam kelas saya semuanya berasal dari prodi yang sama. Dari yang
belum tahu namanya sampai yang sudah tau namanya, bahkan ada
yang satu kelas dan sekarang satu kelas madin juga. Sekarang
semenjak adanya kegiatan madin bisa menambah relasi lebih luas
lagi.
Hari kedua kita belajar huruf hijaiyah di mulai dari jilid
satu. Kemudian Ustaz memberi contoh bacaan yang benar secara
urut, setelah itu satu persatu kita membaca secara bergilir. Banyak
sekali yang harus saya benahi dalam pelafalan-pelafalan huruf
tersebut. Tidak hanya membaca huruf hijaiyah saja, kita juga belajar
tajwid dan menulis surat- surat Alquran setiap harinya. Dalam
seminggu kita cukup 4 hari untuk belajar mengaji yaitu hari senin,
selasa, rabu dan kamis, dan itupun tidak menghabiskan waktu yang
lama, hanya sekitar 1 jam setengah saja. Di mulai pukul 07.00
sampai 08.30.
Lama berlalu, menginjak akhir semester pertama, diadakan
ulangan madin yang dilakukan secara offline tapi tidak sepenuhnya.
Ini dilakukan karena sekitar satu bulan sebelumnya, Pihak kampus
sudah mengizinkan untuk madin diselenggarakan secara offline
tetapi masih ada pembatasan jumlah. Ulangan madinnya berupa tes
membaca Alquran, penerapan dalam tajwid-tajwidnya serta
menggabungkan beberapa potongan ayat Alquran. Untuk yang
online karena ada yang teman madin yang masih belum bisa hadir,
diujikan bahan ulangan yang sama.
Beranjak ke semester kedua, madin dimulai secara offline
penuh. Masih dengan Ustadzah Bu Falah, kali ini madin
mempelajari Al-Qu’an dari Al-Qur’an itu sendiri bukan dari jilid
Iqra’. Anda pahamkan maksud saya?. Pada semester dua ini, fokus
pembelajarannya adalah pelafalan, hukum tajwidnya, dan gharaibul
qiraah. Juga pada semester ini, sudah meninggalkan metode
ketukan. Kami juga berpisah dengan Ustadzah kami Bu Falah
ditengah-tengah semester dua karena beliau ada sesuatu hal dan
digantikan dengan Ustadzah lainnya yang kami panggil Bu Arik. Bu
Arik meneruskan apa yang telah diajarkan oleh Bu Falah
sebelumnya dengan penegasan-penegasan yang baru. Sekarang,
saat tulisan ini saya tulis, baru akan dilaksanakan ujian akhir untuk
madin semester dua dan tulisan ini adalah salah satu tugas ujiannya.
Kesan yang saya alami selama madin adalah cukup
nyaman dengan suasana, dan pembelajarannya walau sering kali
diselingi dengan rasa kantuk yang tak tertahan. Meskipun saat
semester satu kebanyakan dilaksanakan secara online, tapi tidak
mengurangi manfaat dan estetika pembelajaran Madin. Banyak
manfaat dari pembelajaran madin ini terkhususnya kelas BTQ yang
saya ikuti. Hanya dengan belajar membaca Alquran saja kita juga
dapat mendapatkan pahala, apalagi kita mau berusaha dengan giat,
pantang menyerah dan tak lupa juga di iringi dengan doa.Saya
percaya, madin ini memberikan banyak kefaedahan dalam hidup
saya. Semoga kegiatan madin ini tetap terlaksana seterusnya.
Aamiin. Terimakasih.
Tatap Muka
Hazin Farika Yati

Aku adalah anak yang introvert. aku senang sekali dengan


sunyi dan damai. Aku bersyukur sekali dengan adanya pandemic
karena hari-hari aku bisa merasakan kesunyian itu. Aku merasa
tenang dan nyaman dengan keadaan tersebut. Waktu terus berjalan,
hari terus berganti, semester 1 pun sudah kulewati dengan sangat
senang karena masih berada di zona nyaman. Sampai akhirnya awal
semester 2 dimulai, jujur aku sedikit ada perasaan yang gak enak
tentang semester 2 karena ada kabar bahwa akan diadakan proses
belajar mengajar dengan tatap muka sampai ada pemberitahuan
bahwa kelas Madin diadakan secara tatap muka (luring). Saat itu
aku sedih sekali karena ternyata benar apa yang aku takutkan terjadi.
Karena selama semester 1 aku tidak pernah tahu siapa saja teman
kelas madinku. Saat itu aku banyak sekali pikiran-pikiran yang
menghantuiku, seperti “apakah aku akan diterima dikelas itu?”
“bagaimana jika aku tidak ada teman dikelas?” dan masih banyak
lagi yang ada di kepalaku.
Sampai akhirnya waktu itu tiba, waktu dimana aku harus
hidup jauh dari orang tua, jauh dari keluarga, dan juga sanak
saudara. Jujur awalnya menang berat bahkan tidak pernah terfikir
sebelumnya untuk hidup jauh dari orang tua, karena difikiran ku
pandemic tidak akan selesai dengan hanya beberapa tahun saja,
ternyata pikiranku salah karena tidak ada yang tetap semuanya akan
berjalan maju dan tidak akan diam. Yang awalnya aku tenang-
tenang saja karena semua masih dikerjakan dirumah jadi takut dan
gelisa.
Hari Senin, 14 Maret 2022 hari itu aku berangkat ke
Tulungagung, naik motor, saat di jalan aku merasa kesedihan ku
bertambah aku akan jauh dari keluarga, saat itu aku berusaha tegar
dan tidak terlihat sedih.
Aku belajar Madin tatap muka hari Selasa, 15 Maret 2022,
seharusnya tanggal 14 Maret itu aku sudah kelas madin, tapi aku
masih bimbang dengan keputusan madin offline itu sudah fix atau
belum pada hari Minggu jadi aku berangkat hari Senin nya untuk ke
kost di Tulungagung.
Selasa pagi itu adalah hari pertama aku Madin, aku
berangkat madin tanpa sarapan, dan aku tidak tau arah jalan ke
kampus, aku cuma ngikutin anak-anak yang menurutku mau
berangkat ke kampus dan alhamdulillahnya benar mereka mau ke
kampus. Waktu sampai dikampus aku sudah janjian sama teman
kelasku yang madinnya satu kelas juga dengan aku, pertama masuk
kelas aku merasa gugup sekali karena aku harus bertemu dengan
orang-orang baru dan banyak, kemudian munculah pikiran
overthinking yang sebenarnya tidak perlu. Hari terus berganti
sampai akhirnya aku sedikit bisa terbiasa dengan kegiatan Madin.
Sebenarnya yang membuatku gugup saat Madin adalah aku
yang salah ambil jurusan madin, karena aku tidak bisa
mengidentifikasi tajwid dengan cepat, aku kira pelajaran baca tulis
Al-Qur’an itu sama seperti di SMA yang macam tajwidnya hanya
sedikit saja karena di BTQ aku mempelajari banyak sekali macam
hukum tajwid yang baru.
Sekarang sudah tiga bulan aku madin dengan tatap muka
dan tidak berasa aku sudah akan masuk semester 3 yang artinya
akan lulus madin. Jujur aku ada sedikit rasa sedih dihatiku karena
madin akan berakhir. Karna madin membuatku dekat dengan teman-
teman kelasku sekarang. Yaa memang hanya teman-teman kelas
yang aku dekat tapi itu merupakan salah satu kemajuan anak
introvert. Andai saja madin masih online aku tidak akan bisa
bertemu mereka dan tidak akan dekat dengan mereka seperti
sekarang.
Aku sadar dan tahu tulisan ku ini jauh dari kata sempurna
karena alurnya tidak beraturan dan ceritanya lompat kesana kesini
tapi aku sudah berusaha semaksimal mungkin membuat cerita ini.
Hari-Hari Menjalani Madrasah Diniyah
Nadya Putri Cantika

Mulai dari semester satu hingga semester dua Universitas


Islam Negeri Sayyid Ali Rakhmatullah Tulungagung mewajibkan
setiap mahasiswa baru untuk mengikuti Madrasah Diniyah yang
diadakan setiap tahunnya. Madrasah Diniyah yang diadakan di UIN
Satu Tulungagung antara lain seperti Baca Tulis Al- Qur’an (BTQ),
ULA, Tahfidz, ULYA, WUSTHO, Tilawah, dsb.
Aku sendiri mengambil program Madrasah Diniyah Baca
Tulis Al- Qur’an (BTQ). Setiap pagi sebelum memulai mata kuliah
tepatnya pukul 07.00 sampai dengan pukul 08.30 kelas BTQ
dimulai. Pada awal pembelajaran BTQ tahun lalu tepatnya di 2021
semester satu, pembelajaran Madrasah Diniyah dilakukan secara
online/daring (yaa gitu deh agak membosankan). Madrasah Diniyah
itu sendiri dilakukan hari senin sampai dengan kamis, awal – awal
pembelajaran BTQ dimulai dari belajar iqro’ atau bisa dibilang
mulai dari belajar huruf hijaiyah (alif, ba’, ta’) dan juga dengan
tambahan belajar mengenai hukum bacaan, tanda baca dalam Al-
Qur’an, dan lain lain.
Biasanya ustadzah meminta untuk membaca satu persatu
anak dengan cara dipanggil namanya, entah berdasarkan absen atau
kadang acak aja gitu. Pas waktu dipanggilnya acak tu kadang deg-
degan soalnya kadang nggak siap wkwk. Kadang-kadang ustadzah
juga memberikan beberapa pertanyaan mengenai hukum bacaan
yang terdapat dalam sepenggalan ayat tersebut, maupun cara
membacanya. Ternyata banyak juga diantara kami murid-muridnya
yang belom paham betul mengenai hukum bacaan dalam membaca
Al-Qur’an, tetapi saat kami belom berhasil bisa menjawab
pertanyaan dari ustazah, beliau selalu menerangkan guna untuk
manambah pemahaman kepada kami.
Setelah kurang lebih empat bulan menjalani Madrasah
Diniyah, pada bulan Desember tiba waktunya untuk Ujian kelulusan
Madrasah Diniyah. Aku deg-degan dong takutnya tiba-tiba lupa
dengan materinya. Ujian Madrasah Diniyah dilakukan dalam empat
hari, dua hari pertama diperutukkan untuk yang megikuti
offline/luring, dan dua hari setelahnya diperuntukkan untuk yang
mengikuti ujian secara online/daring. Disini untuk yang mengikuti
ujian offline/luring biasanya hanya untuk yang rumahnya domisili
Tulungagung dan sekitarnya. Tetapi ternyata ada juga yang jauh
jauh dari luar kota untuk mengikuti ujian Madin secara offline.
Setelah ujian kita menunggu keluarnya raport hasil pembelajaran,
dan Alhamdulillah nilainya cukup memuaskan. Selanjutnya libur
bersamaan dengan libur semester satu selama kurang lebih 2 bulan.
Liburan semester satu telah usai, saatnya kembali ke
aktivitas biasanya, yapp benar harus bangun pagi untuk
mempersiapkan keperluan Madin dan keperluan kuliah lainnya.
Setelah sebulan dan sebelumnya pembelajaran Madin dilakukan
secara online/daring, kita mendapat kabar bahwa mulai minggu
depan pembelajaran selanjutnya dilakukan secara offline/luring.
Yaaaa seneng dong akhirnya enggak membosankan lagi belajarnya
hehe… Tapi banyak juga diantara teman-teman yang ternyata lebih
suka pembelajaran dirumah atau online, katanya sih udah nyaman
belajar dirumah aja soalnya emang udah kelamaan daring juga sih,
jadi males kalo harus bangun pagi-pagi dan berangkat pagi.
Dan akhirnya tiba lah minggu depan, aku harus bangun
lebih pagi lagi untuk mempersiapkan segala yang dibutuhkan,
mempersiapkan outfit juga yang harus dipakai hari itu. Agak
canggung juga sama teman-temannya soalnya banyak yang
sebelumnya belom pernah ketemu cuma liat di hp aja saat online.
Saat bertemu teman-teman ternyata masih asing juga dengan wajah-
wajahnya. Saat jam sudah menunjukkan pukul 07.00, jam
pembelajaran madin dimulai, ustadzah meminta satu kelas untuk
perkenalan kembali, karena yaa mungkin belom hafal dengan
wajah-wajahnya karena sudah lama pembelajaran hanya lewat via
online. Selanjutnya sesudah perkenalan pembelajaran dimulai
seperti biasanya, ternyata dengan pembelajaran tatap muka kita bisa
jauh lebih paham dibandingkan dengan melalui via online. Dengan
belajar secara tatap muka, pembelajaran menjadi semakin santai dan
tidak menegangkan seperti biasanya. Ustadzah juga bisa dengan
santainya menerangkan sambal sedikit bergurau untuk membangun
suasana kelas. Senang sekali rasanya bisa mengenal teman-teman
secara langsung, kita bisa ngobrol, sharing dan semacamnya. Karena
dalam kelas madin ini tidak hanya teman kuliah satu kelas aja,
melainkan teman-teman gabungan dari beberapa kelas, jelas ini akan
menambah relasi bagiku.
Tidak terasa pula sudah hamper dua semester terlewati,
satu tahun tepatnya. Pembelajaran yang bermanfaat ini akan
berakhir di bulan ini juga. Sedih dan senang berasa disini, tetapi tak
apa semoga ilmu yang aku pelajari selama satu tahun ini bisa
bermanfaat untukku dan seluruhnya.
Perjalanan Selama Madin Ku
Della Eka Eliana

Suara adzan subuh berkumandang. Memberikan seruan


untuk seluruh umat islam mendirikan sholat. Begitulah kiranya
kebiasaan kebanyakan umat islam memulai menjalani hari-hari.
Begitu pula denganku. Memulai hari dengan terlebih dahulu
menghadap kepada Sang Pemberi Kehidupan. Berdoa kepada Allah
Swt. Meminta kemudahan untuk menjalani aktivitas disepanjang
hari kedepan. Hari ini mungkin akan menjadi hari yang akan
kualami sekali dalam seumur hidup. Hari pertama pembelajaran
kuliah setelah beberapa hari yang lalu menjalani serangkaian
kegiatan PBAK yang bisa dibilang membosankan tapi sangat
memberi kesan tersendiri untukku. Di kampus UIN SATU
Tulunagung ini mempunyai satu dari banyaknya program unggulan
yang ada yakni program Madrasah Diniyah atau biasa disingkat
dengan Madin. Awalnya, menjalani dengan tekun adanya program
ini. Karena saya merasa bahwa ini adalah kesempatan bagi saya
untuk kembali belajar dan mempelajari Baca Tulis Qur’an atau
biasanya disebut dengan BTQ. Dulu waktu diniyah juga diajari
Membaca dan Menulis al-qur’an sii, sebagian juga mempelajari
tentang tajwid dan hukum bacaan. Dan saya mengikuti BTQ ini
untuk kembali mengingat hukum bacaan qur’an, soalnya saya
pelupa hehe.. Apalagi dengan ustadzahnya yang sabar mengajari
saya dan teman-teman saya di kelas BTQ 31. Selama awal kuliah
online tiap paginya aku selalu melaksanakan dan mengikuti kegiatan
madin. Karena madin adalah kegiatan wajib dari pihak kampus bagi
mahasiswa baru. Tujuan diadakannya madin adalah agar mahasiswa
selain memiliki ilmu umum tetapi juga memiliki ilmu agama
terutama baca tulis Alquran.
Pada saat pendaftaran mahasiswa di suruh memilih kelas
madin yaitu BTQ, Tilawah, Tahfidh, Ula, Wustho, dan ‘Ulya. Nah
pada saat itu saya memilih kelas BTQ dan kebetulan kelas BTQ
adalah kelas dengan peminat terbanyak. Saat awal masuk madin tiap
mahasiswa di tes oleh Ustaz atau Ustazah dengan tujuan untuk
mengelempokkan mahasiswa berdasarkan tingkatannya karena pada
saat itu bercampur dengan kelas lain. Selama BTQ semester 1
dilakukan secara online dengan media Zoom atau Gmeet. Tiap hari
Senin-Kamis madin dimulai secara rutin pada pukul 7.00 – 8.30
WIB. Tiap-tiap Ustaz atau Ustazah memiliki cara tersendiri untuk
menyampaikan ilmunya dan media yang digunakannya pun beragam
mulai dari WA Group, Gmeet ataupun Zoom. Banyak mahasiswa
antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran madin tapi ada
juga yang malas-malasan setau saya sih wkwk. Tetapi saya lebih
rajin pada saat madin online sii, hehehe. Untuk kelas madin saya di
kelas BTQ 31 dan pengajarnya adalah Ustadzah Falah. Tiap paginya
Ustadzah membuka kegiatan madin di WA Group dan kemudian
dilanjutkan di Gmeet. Saat sudah di Gmeet beliau memimpin
membaca doa-doa surat Al-fatihah dan surat-surat pendek lainnya.
Setelah itu dimulai dengan pertama-tama beliau mencontohkan cara
membaca huruf harus bagaimana dan kemudian di tirukan oleh
masing-masing mahasantri. Beliau sangat sabar walaupun pada saat
awal pembelajaran online di Gmeet agak menegangkan sii hehehe..
dalam mendidik mahasantrinya dan tak jarang ketika ditengah-
tengah pembelajaran beliau menerangkan dan membenarkan lafadz
bacaan hijaiyyah bagaimana pengucapannya yang benar. Dan sering
pula berbagi dan bertukar cerita dengan mahasantrinya. Mungkin
maksud beliau dengan tujuan agar para mahasantri tidak tegang dan
bosan dalam mengikuti pembelajaran madin.
Singkat Cerita di semester 1 selesai kita Libur UAS selama
2 bulan. Mungkin menurutku 2 bulan liburan itu waktu yang cukup
singkat wkwk. 2 bulan berlalu ada berita bahwasannya semester 2
akan dilaksanakan Perkuliahan Tatap Muka (PTM) di situ saya
merasa sedih sii, karna saya belum siap untuk melaksanakan
perkuliahan secara tatap muka. Dan ternyata bener dong
perkuliahan tatap muka dilaksanakan pada bulan april kalau gasalah,
yaa saya tetep menjalani dengan ikhlas dan menerima kenyataan
wkwk. Tetapi waktu itu saya pulang pergi dari Blitar ke
Tulungagung, rumahku ke kampus itu menempuh jarak kurang lebih
1 jam ½ an lah. Soalnya saya Blitarnya yang paling Timur, yaa
rumahku ke malang sama dengan halnya menempuh jarak yang
sama dengan rumahku ke kampus. Selama Madin offline aku Pp
teruss sii, karena aku belum nyaman di kos hehe… Pertama masuk
ke kampus saya mencari gedung kelas saya dimana tempat saya
melaksanakan madin dan ternyata saya berada di Gedung
Syaifuddin Zuhri di Lt 4. Kemudian saya dan teman-teman saya
naik tangga satu demi satu untuk sampai di lantai 4 tempat kelasku
berada menjadi kebiasaanku sehari-hari. Memang benar bahwa kami
difasilitasi lift oleh pihak kampus tapi aku lebih memilih untuk naik
tangga karena lift lama banget antriannya, itung-itung sekaligus
olahraga di pagi hari.
Sesampainya di kelas kita melaksanakan doa juga sama
seperti yang dilakukan saat kita memulai madin online sii, bedanya
ini tatap muka secara langsung hihihi. Mungkin sudah berjalan lama
saya mengikuti madin secara tatap muka dan di tengah-tengah
pembelajaran ustadzah kelasku di ganti dengan ustdzah pengganti,
karena ustadzah falah harus cuti untuk melakukan persalinan. Disitu
kelasku diganti dengan ustdzah Arik, beliau sangat friendly dan
seruu deh pokoknyaa. Beliau juga sabar, telatin pokoknya mantaab
laah ustadzahnya hehe. Hampir setahun sudah program ini telah
kulalui. Begitu banyak sekali kenangan-kenangan yang tergores
dalam hati. Memang benar kata orang bahwa penyesalan selalu
berada di akhir cerita. Andaikan waktu dapat diulang kembali akan
kupastikan aku menjadi anak yang rajin, tidak banyak absen hehe,
dan bersungguh-sungguh ketika proses pembelajaran berlangsung.
Akan ku pastikan aku dapat lulus dengan nilai yang memuaska.
Tetapi saya sadar bahwa ini semua bukan untuk disesali tetapi
sebagai pelajaran hidup agar lebih baik kedepannya. Menjadikan
pengalaman yang benar-benar dapat mengambil nilai dari semua
yang sudah terjadi merupakan kunci untuk bisa hidup lebih baik lagi
kedepannya. Dari pembelajaran madin mulai awal sampai saat ini
pengalaman yang saya peroleh adalah memiliki teman atau kenalan
baru, mengetahui cara membaca dan menulis huruf- huruf Alquran
dengan baik dan benar.

Anda mungkin juga menyukai