Anda di halaman 1dari 2

Kritik Ekspresif pada Puisi "Aku" Karya Chairil Anwar

AKU

Karya : Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku


‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku


Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari


Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan akan akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Chairil Anwar merupakan tokoh yang berasal dari Medan Sumatera Utara dan lahir pada 26
Juli 1992 dan meninggal di Jakarta pada 28 April 1949 pada umur 26 tahun. Ia dijuluki sebagai "Si
Binatang Jalang" dari puisi “Aku” tersebut, Ia adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan
telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B.
Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia.

Puisi "Aku" karya Chairil Anwar ditulis pada tahun 1943 sebelum Indonesia mencapai puncak
kemerdekaan. Dari judul puisi tersebut memiliki banyak makna yang luas tergantung dari sudut
pandang mana pembaca memaknainya. Chairil Anwar mengajak pembaca menghayati perjuangan
pahlawan dalam mencapai kemerdekaan. Kata-kata yang dipilih mampu memberikan perasaan
semangat juang bagi pembaca. 

Puisi “Aku” karya Chairil Anwar ini memberikan gambaran semangat juang yang dirasakan
oleh pembaca. Puisi ini memiliki kata yang tegas, semangat serta pantang menyerah. Puisi ini terdiri
atas 7 bait, bait pertama berisi 3 larik, bait kedua berisi 1 larik, bait ketiga berisi 2 larik, bait keempat
berisi 2 larik, bait kelima berisi 3 larik, bait keenam berisi 1 larik dan bait ketujuh berisi 1 larik.

Pada puisi “Aku” bait pertama larik 1 samapai larik ketiga, Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu Tidak juga kau menggambarkan sikap konsisten yang tidak akan
menyerah atau terhasut hingga sampai kematian. Dan semangatnya sampai tidak seorangpun dapat
menghalanginya.
Pada bait kedua larik pertama, Tak perlu sedu sedan itu menggambarkan bahwa orang lain
tak perlu bersedih dengan semangatnya dan bisa juga ia sendiri tidak akan sedih dan tidak pantang
menyerah.

Pada bait ketiga larik pertama dan larik kedua, Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya
terbuang, menggambarkan sikap yang rendah hati dan tidak membanggakan diri walau diri sudah
berjuang demi negara.

Pada bait keempat larik pertama dan larik kedua, Biar peluru menembus kulitku Aku tetap
meradang menerjang menggambarkan bahwa walaupun peluru telah menembus tubuh di medang
perang tetapi tetap berjuang hinga titik darah penghabisan.

Pada bait kelima larik pertama dan sampai larik ketiga, Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari Hingga hilang pedih peri menggambarkan bahwa walaupun sudah terluka tetapi karena
semangat juang yang tinggi membuat perih pada luka tersebut hilang.

Pada bait keenam larik pertama dan bait ketujuh larik pertama, Dan akan akan lebih tidak
perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi menggambarkan bahwa semangat pantang menyerah
membela negara hingga ia ingin mengabdi untuk negara dan ia ingin hidup seribu tahun lagi untuk
negaranya.

Puisi “Aku” karya Chairil Anwar ini sangat memberikan kesan perjuangan yang pantang
menyerah. Membawa pembaca untuk tidak pernah menyerah dalam memperjuangkan sesuatu yang
diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai