INGARDEN
Dosen Pengempu : Abdan Syakur, M.Pd
DISUSUN OLEH
RIADATUSSALIHIN
2285012
TAHUN 2023/2024
Aku (Maret 1943)
Berlari
1. Lapis Bunyi
Lapisan bunyi puisi ini tercermin dalam ritme yang dinamis dan pilihan kata-kata yang
kuat. Chairil Anwar menggunakan nada yang tegas dan ekspresif, menciptakan suasana
pemberontakan dan semangat kebebasan. Penggunaan repetisi kata "Aku" menekankan
individualitas dan keberanian untuk berdiri sendiri. Selain itu, pola irama yang tercipta
melalui pemilihan kata-kata menciptakan aliran yang kuat dan menggambarkan semangat
perlawanan yang mendalam. Puisi ini mencerminkan semangat zaman ketika ditulis dan
memberikan gambaran tentang keinginan untuk hidup bebas, meskipun dalam kondisi
sulit.
2. Lapis Arti
Puisi ini menggambarkan keinginan kuat untuk mempertahankan identitas dan kebebasan
dalam menghadapi tekanan sosial atau politik. Chairil Anwar mengekspresikan
ketidakpedulian terhadap rayuan dan tekanan dari lingkungan sekitarnya, menunjukkan
sikap keras kepala dan teguh pada prinsip-prinsipnya. Pemilihan kata-kata yang kuat,
seperti "binatang jalang" dan "meradang menerjang," menciptakan citra keberanian dan
ketidakpatuhan. Peluru yang menembus kulitnya bisa diartikan sebagai metafora ketahanan
terhadap penderitaan dan perlawanan terhadap tekanan eksternal. Puisi ini juga
mencerminkan semangat untuk terus hidup, bahkan dalam kondisi sulit, seperti yang
ditunjukkan oleh keinginan untuk hidup seribu tahun lagi.
3. Lapis Objek
4. Puisi "Aku (Maret 1943)" mengeksplorasi tema individualitas, pemberontakan, dan
keinginan untuk bertahan dalam menghadapi tekanan eksternal. Berikut adalah analisis
menggunakan lapis objek:
a. Individualitas dan Pemberontakan
Objek puisi ini menyoroti keinginan untuk tidak tunduk pada rayuan atau
tekanan sosial.
Kata-kata seperti "binatang jalang" dan "meradang menerjang"
menggambarkan keberanian dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma
yang mungkin membatasi dirinya.
b. Penolakan Terhadap Rayuan dan Emosi
Objek puisi menunjukkan penolakan terhadap rayuan dan emosi,
diindikasikan oleh baris "Tak perlu sedu sedan itu."
Puisi ini menciptakan citra individu yang tidak terpengaruh oleh kelemahan
emosional atau godaan rayuan.
c. Pengasingan dan Ketahanan
Kata-kata "binatang jalang" dan "Dari kumpulannya terbuang" menciptakan
citra pengasingan, menyoroti keberanian untuk tetap teguh meskipun
terbuang dari kelompoknya.
"Biar peluru menembus kulitku" menggambarkan ketahanan terhadap
penderitaan dan konflik.
d. Keinginan untuk Hidup
Puisi menyiratkan semangat bertahan dengan keinginan untuk hidup seribu
tahun lagi, menunjukkan tekad untuk terus melangkah meskipun
menghadapi kesulitan.
5. Lapis Dunia
Berikut adalah analisis menggunakan lapis dunia:
a. Pemberontakan Terhadap Norma Sosial
Puisi menggambarkan dunia di mana narator menolak norma-norma sosial
dan konvensi romantis dengan menolak untuk merayu atau terpengaruh oleh
rayuan.
b. Individualitas yang Terasing
Dunia puisi ini menggambarkan keadaan di mana narator merasa sebagai
"binatang jalang" yang terbuang dari kumpulannya, menciptakan citra
kesendirian dan pengasingan.
c. Konflik dan Ketahanan
Puisi menciptakan dunia di mana peluru bisa menembus kulit narator,
menunjukkan adanya konflik dan penderitaan. Namun, narator tetap
meradang dan menerjang, menciptakan gambaran ketahanan dan
keberanian.
d. Perjalanan Emosional
Dunia puisi merangkum perjalanan emosional narator, dari luka yang bisa
dibawa berlari hingga hilangnya pedih peri. Ini menciptakan nuansa
perubahan dan pertumbuhan karakter.
e. Hasrat untuk Hidup
Puisi menggambarkan dunia di mana narator memiliki hasrat untuk hidup
seribu tahun lagi, menunjukkan keinginan yang kuat untuk terus eksis dan
melawan segala rintangan.
6. Lapis Metafisis
Terdapat elemen-elemen yang melebihi makna harfiah dan menciptakan dimensi filosofis
atau transendental. Berikut adalah analisis menggunakan lapis metafisis:
a. Waktu sebagai Dimensi Abadi
Baris "Kalau sampai waktuku" dapat diartikan sebagai refleksi tentang
dimensi waktu yang lebih luas, mungkin menyiratkan pemikiran akan
keabadian atau eksistensi yang melampaui batasan waktu manusia.
b. Binatang Jalang sebagai Simbol Kebebasan
Pernyataan "Aku ini binatang jalang" dapat dipahami sebagai simbolisme
metafisis mengenai kebebasan dan ketidakterikatan, di mana narator
mengidentifikasi dirinya sebagai sesuatu yang tidak dapat dijinakkan oleh
norma-norma sosial.
c. Peluru sebagai Penderitaan dan Transformasi
"Biar peluru menembus kulitku" dapat diartikan secara metaforis, mungkin
sebagai simbol penderitaan atau pengalaman yang merubah, menciptakan
transformasi batin yang mendalam.
d. Berlari sebagai Pencarian Makna
Pengulangan kata "Berlari" dapat melibatkan ide perjalanan spiritual atau
pencarian makna hidup, di mana narator mencoba melarikan diri dari pedih
peri dan mencapai pemahaman yang lebih tinggi.
e. Hidup Seribu Tahun sebagai Keinginan Abadi
Keinginan untuk "hidup seribu tahun lagi" bisa dianggap sebagai aspirasi
untuk eksistensi yang abadi atau setidaknya melebihi batas-batas kehidupan
manusia biasa.