07:36 pm Im Yours .... Chapter 1-b "Apa kamu tahu apa yang kamu katakan?" Habis sudah. Kesabaran yang ditumpuknya telah habis. Seongje benar benar geram. Dia memberanikan diri menatap Baekjin Na yang terlihat begitu santai. Jelas, orang sekuat dia tak perlu merasa terancam oleh Seongje yang bahkan belum mencapai setengah kekuatannya. Berbeda dengan Seongje yang harus lebih perhitungan. Salah sedikit akan berakibat fatal baginya dan hubungannya dengan kekasihnya, Sieun. "Hahahaha, aku sadar dengan jelas. Aku mencoba merebut Sieun darimu yang terlihat sama sekali tak pantas" "Bahkan kamu tidak pernah mengantarnya pulang" "Tak menemaninya" "Sekarang kubalik, apa kamu yakin kamu pantas disebut seorang kekasih?" **** Kamar sunyi itu terasa lebih ramai ketika lembaran buku dibalikkan. Dalam bantuan cahaya lampu belajar nya, Sieun kembali menghitung rumus rumus yang ada di buku pelajaran nya. Mengulang kembali apa yang dia pelajari di sekolah dan mencoba mendalami materi yang setingkat di atas kelasnya. Bunyi dering ponsel mengalihkan pandangan nya. Diliriknya nama yang tertera di ponselnya, ah senyumnya langsung mengembang. "Halo?" Ucap Sieun. Suaranya sedikit antusias, dia malu ketika menyadari itu. Ah ngomong ngomong, sudah lama sekali dia tak berbicara dengan kekasihnya melalui telepon. "Em, kamu dirumah?" "Ya" "Aku kesana, aku ingin menginap malam ini" Menginap? Sieun tiba tiba merasakan dadanya berdetak dengan kencang. Sudah berapa lama? Sudah berapa lama keduanya menjalin kasih dan baru kali ini Seongje meminta untuk menginap. Sieun sama sekali tak tau apa yang harus dia persiapkan untuk menyambut kedatangan Seongje! Ngomong ngomong, Sieun mengira bahwa d S d k pertemuannya dengan Seongje sore tadi akan menjadi yang terakhir untuk beberapa bulan kedepan. Tetapi ternyata tidak ya? "Tentu, aku menunggu" Ok. Setelah sambungan teleponnya putus, Sieun dengan cepat membereskan peralatan belajarnya. Menaruh buku bukunya di rak secara tak beraturan. Setelah selesai dia keluar dari kamar dan menuju dapur. Memeriksa apakah ada sesuatu yang dapat dimakan untuk malam ini. "Ah syukurlah" Ternyata beberapa roti dan snack masih tertata rapi di lemari kecil dapurnya. Dua cup ramen instan pun masih ada. Kebetulan sekali ya? Sisa dua. "Sekarang kamar tamu" Sieun berhenti. Kamar tamu? Untuk apa menyediakan kamar tamu? Seongje akan tidur di kamarnya. Mereka sudah bersama lebih dari setahun, sudah sewajarnya kan mereka tidur satu ranjang. Apa salahnya? Sieun juga telah menantikannya. Segera dia membuang pikiran kotor yang tiba tiba menembus masuk. Seongje tak akan melakukan hal yang ada di imajinasinya, tidak mungkin. Sieun, kamu ada ada saja. Sepuluh menit Sieun menunggu akhirnya bel unitnya berbunyi. Dia segera berlari ke arah pintu dan membukanya. Disana, Seongje berdiri, menenteng tas besar dengan logo 'Gold' di bagian atasnya. Dia tersenyum saat melihat Sieun, setelah adegan senyum senyum selesai, Sieun dengan cepat mempersilahkan Seongje masuk. "Ada apa? Tumben sekali ingin menginap" Sieun duduk di sofa ruang santai yang terhubung langsung dengan area dapur. Seongje pun ikut mendudukkan diri di sofa itu. "Aku rindu, lagipula sebagai kekasih harusnya aku rutin menginap bukan~" Sieun tertawa mendengar perkataan Seongje. Ah sudah lama sekali Seongje tak menggodanya seperti ini, sejak pekerjaannya yang menyita semua waktunya. "Apa kamu pikir menginap itu obat? Sehingga harus dilakukan secara rutin?" Tawa Sieun tetap ada ketika mengatakan itu. Seongje mengangguk antusias, "tentu itu obat! Obat rindu~" "Sungguh! Hahaha" Seongje tersenyum melihat Sieun tertawa sperti itu dengan gombalannya yang tak seberapa. Kemudian dia teringat perkataan Baekjin Na, "Apakah dia sudah pantas disebut seorang kekasih?" "Apa kamu lapar? Aku punya dua cup ramen instan" "Selama ini kamu hanya memakan ramen instan?" Seongje menegakkan badannya, duduknya sedikit serong kepada Sieun. "Ya tidak, cuman terkadang aku malas memasak atau memesan sehingga ramen menjadi pilihan terbaik" Balas Sieun. Ya itu benar, biasanya dia malas memasak. Makan makanan instan lebih baik menurutnya. Seongje menggeleng pelan. Sungguh pacarnya ini ternyata sering memakan makanan instan? Pantas saja berat badannya tak pernah bertambah! Seongje mendekat ke arah Sieun, memeluk pinggang rampingnya dengan posesif. Kembali lagi dia teringat akan perkataan Baekjin Na beberapa jam lalu. Baekjin Na menyukai Sieun? Dan ingin mengisi posisi nya? Sungguh Seongje merasa kesal pada dirinya sendiri yang tak langsung memukul Baekjin Na saat itu. Ah andai saja dia lebih kuat. "Mm Sieun?" "Ada apa?" Sieun menolehkan kepalanya pada Seongje. Jarak wajah mereka sangat dekat sehingga memberikan rasa gugup untuk keduanya. Seongje berdehem, mengiring kepala Sieun untuk berada di bahunya. "Aku mencintaimu" Detak jantung Sieun benar benar tak dapat l k M k k d l h mentolerir perkataan itu. Meski keduanya telah lama terikat dalam hubungan kekasih, tetapi adegan seperti menyatakan perasaan seperti ini sangatlah langka. Bahkan seingat Sieun hanya sekali, saat Seongje menyatakan cintanya. Sieun tersenyum kecil, semakin mendekatkan dirinya pada Seongje. "Aku jauh mencintaimu" Seongje ikut tersenyum. Keduanya menikmati waktu bersama hanya saling diam seperti itu. Merasakan detak jantung masing masing. Seongje masih terpikir akan perkataan Baekjin Na. Mengambil posisinya dan menemani Sieun di setiap langkahnya. Apa itu akan terjadi? "Sieun, kamu tahu Baekjin Na bukan?" Seongje ingin mengatakan semuanya dengan jujur. Dia harus memberitahu Sieun sebelum semuanya menjadi tak terkendali di masa depan nanti. Sieun menoleh dan mengangguk. Dia sering mendengar nama itu dari beberapa teman sekolahnya dan Seongje pun pernah menceritakan nya dulu. "Bos mu kan?" "Iya" "Ada apa dengannya?" Seongje diam. Dia menarik nafas dan h b k D l hk menghembuskannya. Dia menolehkan kepalanya ke arah Sieun sehingga keduanya saling tatap. Manik purple Seongje yang tertutup oleh kacamata nya menatap nanar Sieun, dia benar benar tak pernah berpikir bahwa lelaki di hadapannya ini akan pergi meninggalkannya. "Dia menyukaimu" End-Part 1 Generated by daybook.app