Anda di halaman 1dari 90

C O N F E S S I O N by Blood Type-B

CONFESSION (고백)

Cast : Baekhyun. Chanyeol. Kyungsoo. Kai. Luhan. Sehun

Pairing : ChanBaek [main]

Length : Chaptered [Chap 16 = 4K words]

Genre : BL Romance. Friendship. Family

CHAPTER 16

At Canada University

"Hey Yuta, kau melihat Baixian?" Yuta menoleh saat merasakan pundaknya di tepuk seseorang. Ia
berbalik dan tersenyum lebar setelah mengetahui Chanyeollah yang bertanya. Ugh, tadi apa? Chanyeol
menanyakan Baixian? Yuta tertawa kecil. Entahlah, dia senang saja melihat kedekatan Chanyeol dan
Baixian. Duo korean itu benar−benar moodmakernya.
"Mungkin dia ada di atap kampus, kalau tidak ya di taman, kantin, ruang musik, kafe dekat kampus, atau
perpustakaan." jawabnya panjang lebar. Chanyeol memutar mata bosan dan mendengus kesal.

"Bisakah lebih jelas? Kau bisa memberitahuku tempat yang paling sering dia kunjungi akhir−akhir ini."
Pemuda berdarah Jepang itu tertawa.

"Kau tahu, ekspresimu itu sudah seperti orang yang frustasi karena kekasihnya sedang marah dan tidak
mau diajak bertemu. Hhaha. Santai sajalah, Yeol." Sekali lagi, pemuda yang lebih tinggi mendengus
kesal. Berteman dengan anak ajaib seperti Yuta memang harus punya kesabaran yang ekstra. Dia sangat
cerewet, sungguh. Chanyeol jadi heran kenapa Baekhyun bisa bertahan berteman selama
bertahun−tahun dengan anak itu.

"Dia bukan kekasihku! Dia calon suamiku."

Brakkk.

"WHAT, SERIOUSLY?!" Yuta sontak berdiri dan menimbulkan kegaduhan mendadak di kelas itu.
Membuat Chanyeol harus menahan malu karena mereka berdua menjadi pusat perhatian sekarang.
Apalagi pandangan berlebihan yang ditunjukkan Yuta dengan mata yang melotot seperti itu membuat
Chanyeol mual. Oh, Yuta memang ajaib. "Be−Benarkah? Uwah!" Chanyeol berdecak kesal.

"Lupakan. Aku hanya bercanda." Chanyeol mengibaskan tangannya di depan wajahnya dengan ekspresi
jengah. "Jadi, dia dimana?" Yuta terkekeh –lagi− sembari mencoba berpikir dimana kawan kecilnya itu
sering merelaksasikan dirinya. Beberapa detik setelahnya ia menjentikkan jarinya.

"Perpustakaan. Aku sering sekali melihatnya membawa buku dari perpustakaan."

"Baiklah, thanks."

"Most welcome, Chanyeol."


.

Seperti biasa Chanyeol berjalan sepanjang koridor kampus dengan senyuman yang melekat di wajahnya.
Tampan seperti biasa, berkharisma dan tampak bersahabat. Banyak mahasiswa Kanada yang menyukai
kepribadiannya. Tak jarang pula beberapa orang gadis dan pria bule itu menyapanya. Bahkan dosen
yang lewat pun menyapanya. Chanyeol sangat terkenal disini. Dan dia beruntung tak ada yang namanya
pembullyan di kampus ini. Semua orang sangat ramah meskipun− yeah, mereka sedikit waw disini.
Seperti contohnya saja, ciuman. Hal itu bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Chanyeol pun harus
bisa menyesuaikan dirinya agar tidak terpengaruh.

Wajahnya langsung sumringah saat sampai di depan pintu perpustakaan. Dengan langkah pasti ia
mengitari rak−rak sekitarnya. Mencari keberadaan pemuda mungil yang sudah dirindukannya beberapa
minggu ini. Selama sepuluh menit mencari, ia mulai jengah. Chanyeol hampir saja meneriakkan nama
Baekhyun karena pemuda itu tak kunjung ketemu. Hingga tiba−tiba ia mendengar pekikan di salah satu
sudut rak buku. Ia sangat mengenali suara itu. Kakinya pun tanpa sadar membawanya kesana. Sebelum
sempat ia menyapa sosok Baekhyun, percakapan pemuda itu dengan seseorang dihandphonenya
menghentikan pergerakan kakinya. Ia memilih menyembunyikan dirinya di rak sebelah dan menguping
pembicaraan yang sepertinya rahasia itu.

"Sebenarnya... aku ingin kau menemaniku mencari apartemen baru nanti sore." Chanyeol menyerngit
heran mendengar perkataan lirih Baekhyun. Ia melirik pemuda itu dari celah−celah diantara buku dan ia
dapat melihat ia pemuda kecil itu tampak termenung dengan jemari yang memilin lembaran bukunya.

"..."

"Ayolah Tao... Aku janji akan memberitahu mama nanti. Aku akan mencari apartemen yang dekat
dengan restaurant kita. Temani aku yaaaa..." Chanyeol dapat melihat pemuda itu meringis. Seolah
mendapat ceramah memuakkan dari seseorang. "Ayolah Tao... aku tidak mungkin tinggal disana lebih
lama. Kata Kris hyung, Chanyeol akan sering−sering berkunjung ke rumah kita. Aku tidak mau
terus−terusan bersembunyi seperti beberapa bulan ini. Ayolah~" Pemuda tinggi itu tertegun. Baekhyun
terdengar seperti tengah menghindarinya. Tapi kenapa? Jadi selama ini Baekhyun tinggal dengan Tao?
Dan... dia tak pernah menampakkan diri saat Chanyeol berkunjung? Pantas saja ia tak mengetahui
tempat tinggal Baekhyun selama ini.
"..." Tiba−tiba senyuman di wajah Baekhyun luntur. Entah apa yang dibicarakannya bersama Tao, tapi
Chanyeol yakin kalau pembicaraan itu takkan jauh−jauh dari dirinya.

"Aku tidak bisa, Tao... aku takut. Yeah, aku memang menghindarinya sekarang." Chanyeol menahan
nafas saat ucapan itu keluar langsung dari bibir Baekhyun. Ia tak menyangka kalau Baekhyun
benar−benar sengaja menghindarinya. Dan jujur, itu sedikit menyakitinya. "Awalnya aku juga berpikir
semua akan baik−baik saja. Aku berpikir kalau bersamanya akan membuatku tenang. Tapi aku sedang
membohonginya, Tao. Suatu saat nanti dia pasti akan tahu. Daripada dia membenciku, lebih baik aku
menghindarinya... begini lebih baik." Baekhyun terlihat tengah memijit kepalanya. Seolah menumpu
beban yang berat dalam hidupnya. Dan Chanyeol pun sadar, selama ini dialah sumber kesialan
Baekhyun. Dia yang menyebabkan pemuda itu mengalami masa−masa sulit ini. Mengingat kenangan
buruk mereka, membuat Chanyeol hanya bisa mengutuk dirinya dalam hati.

"..."

"Terima kasih, Tao... Aku akan baik−baik saja. Aku pernah tinggal sendiri, oke? Jangan khawatir. Hn,
annyeong~" Pemuda tinggi itu mulai memutar otak setelah pembicaraan Baekhyun dan seseorang itu –
Tao− berakhir. Bagaimana pun juga dia takkan melepaskan Baekhyun. Dia sudah bertemu sejauh ini,
menghabiskan beberapa waktu untuk mendekati Baekhyun. Ia tak mau semuanya sia−sia. Baekhyun tak
boleh lepas dari genggamannya.

"Ya Tuhan... semoga ini menjadi pilihan terbaikku." Baekhyun mulai bangkit dan meninggalkan
perpustakaan itu. Sedangkan Chanyeol tengah sibuk menghubungi seseorang tanpa melepas
pandangannya pada punggung kecil itu hingga menghilang di balik tembok. Bibirnya mengulas
senyuman kecil. Dia tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.

"Halo—"

"Hyung, kau bisa tinggal dengan Tao mulai sekarang. Aku akan mencari apartemen." Pip. Chanyeol
tersenyum kecil, lebih tepatnya sebuah seringaian yang sudah lama tak nampak dari bibirnya. 'Aku
bersumpah tidak akan melepasmu, Park Baekhyun. Sejauh apapun kau menghindariku, aku selalu bisa
menangkapmu.'
Confession © ChanBaek

Setelah beberapa hari berusaha mencari, akhirnya Baekhyun berhasil menyewa salah satu apartemen di
dekat restaurant Huang. Hari ini dia sudah bisa menempati apartemen tersebut. Apartemen miliknya
berada di lantai tujuh, nomor 627. Dan dia terpaksa harus membenahi apartemennya sendirian,
pasalnya Tao tengah sibuk membantu ibunya mengurus salah satu restaurant mereka itu.

"Oh astaga, ini sungguh melelahkan." Jemarinya mengusap peluh di dahinya karena harus menyeret 3
koper ke lantai tujuh sendirian. Ia memang menaiki lift, tapi bawaannya memang sangat banyak. Tidak
heran lagi jika leher dan pelipisnya sudah basah oleh keringat. Tangan dan kakinya sangat pegal. Ia
bersumpah akan segera tidur ketika sampai di kamarnya nanti.

625...

626...

627...

Baekhyun tersenyum saat menemukan dimana letak kamarnya. Ia segera mengambil kunci kamarnya
yang berupa kartu dan mengesekkannya di tempatnya. Hingga bunyi 'ting', sedikit membuatnya
tersentak. Bukan, bukan suara dari pintunya −karena pintunya sudah terbuka−, namun suara pintu
kamar tetangga sampingnya, kamar nomor 628.

Cklek.

Deg.
"Park—Chanyeol." desisnya lirih. Baekhyun bisa merasakan jantungnya berdebar dengan sangat keras
dan lututnya melemas seketika. Seseorang yang selama ini dihindarinya justru bertemu dengannya di
tempat yang ia anggap 'zona aman'nya. Pemuda tinggi itu menunjukkan ekspresi terkejutnya sebelum
akhirnya bibirnya mengulas senyuman lebar dan berhasil membuat hatinya kembali bergetar.

"Ah, hai Baixian! Kebetulan sekali." Chanyeol −dengan membawa kantong plastik hitam− perlahan
menghampirinya. Dengan senyuman lebar yang entah mengapa menjadi hal yang paling Baekhyun
sukai. Baekhyun mengulum senyuman paksa di bibir tipisnya. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya
Chanyeol berpura−pura tak tahu.

"Ini... kamarku." Baekhyun menunjuk nomor pintunya. Chanyeol yang melihatnya hanya menyeringai
kecil, tanpa sepengetahuannya.

"Kebetulan lagi—" Pemuda jangkung itu tertawa. "Kamarku tepat berada di sebelahmu." Chanyeol
menunjuk pintu kamarnya. Baekhyun hanya tersenyum kecut dan mengangguk. Dan kenyataan ini,
membuatnya semakin sulit untuk menghindari Chanyeol lagi. "Barangmu sangat banyak. Aku akan
membuang kantung sampah ini dulu dan membantumu beres−beres. Tunggulah di dalam." Tangan
besar itu mengusak surai Baekhyun, dan berhasil menimbulkan desiran kecil di hati pemuda mungil itu.
Baekhyun menatap punggung Chanyeol –yang baru saja beranjak pergi− dengan sendu.

'Aku rasa aku takkan bisa lepas darimu, Chanyeol−ah...'

Chanyeol memencet bel apartemen Baekhyun dengan hidungnya. Dia sedikit kesusahan karena
membawa beberapa kantung belanjaan di kedua tangannya. Tak lama kemudian, pemuda mungil
pemilik kamar itu membuka pintu dan menyerngit heran saat melihat kantung plastik yang dibawa
Chanyeol. Sepertinya berisi bahan makanan dan beberapa cemilan. Ada sekitar 4 kantung plastik besar.
Bagaimana dia bisa membawanya sendirian?

"Bisakah kau membantuku? Ini sedikit berat." Chanyeol tersenyum dengan ekspresi lucu.
"O−Oh, maaf." Baekhyun segera meraih dua kantung belanjaan itu dan menempatkannya di ruang tamu.
Setelah Chanyeol menutup pintu apartemen Baekhyun, dia beranjak menghampiri pemuda mungil itu.
Baekhyun masih memandangnya penuh tanya membuat Chanyeol terkekeh dalam hati.

"Kau pasti lelah jadi aku tadi belanja bahan makanan untukmu dulu." Chanyeol tersenyum. "Jja! Kita
buat makan malam dulu sebelum kita membereskan perlengkapanmu itu." Jari telunjuknya terarah pada
koper Baekhyun yang berantakan. Baekhyun yang teringat, segera menutup koper itu dengan kakinya
dengan gerakan tergesa. Err... itu tadi koper barang pribadi. Malu sekali dia. Ia hanya mengusap
tengkuknya canggung.

Melihat Chanyeol yang sudah berada di dapurnya, mau tidak mau Baekhyun mengikuti pemuda itu. Ia
dapat melihat Chanyeol yang selalu tersenyum sedari tadi. Entah apa yang membuatnya senang,
Baekhyun tak tahu. Tangan besarnya dengan cekatan mengeluarkan bahan−bahan makanan itu dan
meletakkannya di kulkas. Baekhyun akhirnya memutuskan untuk membantunya. Keduanya berjongkok
dan saling mengulurkan bahan makanan. Baekhyun mengambil benda−benda itu dari dalam kantung
plastiknya sedangkan Chanyeol yang menatanya di dalam kulkas.

"Kau tidak perlu repot−repot, Chanyeol−ah. Aku besok juga akan membelinya." Jemari besar Chanyeol
kembali bermain di helaian rambut si pemuda kecil.

"Supermarketnya dekat, jadi kau takkan merepotkanku. Kau pasti lelah... matamu terlihat berkantung."
Chanyeol mengusap kedua mata Baekhyun dengan ibu jarinya, membuat pemuda bersurai hitam itu
refleks menutup matanya dan menikmati sentuhan yang sangat dirindukannya ini. Hingga benda basah
yang mengecup kedua belah matanya membuatnya sedikit tersentak. Sial! Baekhyun baru ingat kalau
dia tidak berpenampilan culun. Astaga! Kacamatanya? Bajunya? Bodoh! Kenapa dia baru sadar?
Perlahan Baekhyun membuka matanya dan mendorong lengan Chanyeol. Dia segera berdiri dan berbalik
memunggungi Chanyeol dengan perasaan yang sangat gugup. Ia memilin jemarinya yang berkeringat
dingin.

"A−Aku terbiasa memakai kacamata, makanya mataku terlihat berkantung—" jelasnya berusaha tenang.
"A−Aku akan mengambil kacamataku. O−Oh astaga, mataku perih." Ia berakting mengipas−ipas matanya
seolah menahan sakit di matanya. Ia segera melangkah ke dalam kamarnya dengan sangat cepat.
Chanyeol sendiri hanya menatapnya heran.
"Ck, masih belum mau mengaku rupanya..." gumam pemuda jangkung itu lirih. Ia hanya menggelengkan
kepalanya dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Chanyeol dan Baekhyun –yang sudah memakai kacamata jadulnya− tengah sibuk di dalam dapur
apartemen Baekhyun. Lebih tepatnya Chanyeol yang sibuk mengaduk ramyun mereka, sedangkan
Baekhyun disampingnya tengah memperhatikan cara mengaduk Chanyeol. Sesekali ia meneguk
ludahnya karena aroma makanan khas negaranya itu masuk ke dalam hidungnya dan memanjakan
perutnya, seolah meminta Baekhyun untuk segera melahapnya. Jelas saja ia kelaparan, sejak pagi ia
belum makan karena terlalu sibuk berkemas.

"Kenapa? Kau benar−benar lapar ya?" ejek Chanyeol dan tersenyum geli melihat mulut Baekhyun yang
terbuka seolah ingin meneteskan liurnya. Baekhyun mendelik sebal, namun sedetik kemudian ia
tersenyum canggung lalu mengangguk pelan. "Kau belum makan tadi siang?"

"Aku tidak sempat."

"Yah, karena kau sibuk menghindariku." Chanyeol tersenyum kecil. Namun Baekhyun tahu betul kalau
senyuman itu adalah senyuman pahit. Chanyeol terlihat bersedih. Tapi kenapa? Apa Baekhyun
keterlaluan?

"Aku tidak menghindarimu, Chanyeol." balasnya dan diakhiri senyuman tulus.

"Baguslah."

Hening.

Mereka berdua sama−sama terdiam hingga acara masak memasak itu selesai. Setelah menyiapkan
segala peralatan makan, mereka duduk bersila di lantai dan berhadapan. Hanya beberapa obrolan kecil
dan candaan Chanyeol yang berhasil melenyapkan suasana canggung beberapa menit yang lalu. Hingga
ucapan terakhir Chanyeol membuat Baekhyun menghentikan suapan ramyunnya.

"Kau tahu, tanpa memakai kacamata itu wajahmu mengingatkanku pada seseorang di masa laluku. Kau
sangat mirip dengannya." Baekhyun mendongak perlahan dan menatap Chanyeol takut−takut. Sedang
Chanyeol sendiri sibuk dengan ramyunnya dan tak menyadari wajah Baekhyun yang sudah memucat.

"S−Siapa?"

"Seseorang yang aku cintai."

Deg.

Kepala pemuda mungil itu menunduk dalam. Ia mencengkeram kuat−kuat sumpitnya. Apa Chanyeol
sedang membicarakannya? Apa Chanyeol mencintainya? Baekhyun ingin rasanya memekik senang,
namun ia teringat kalau wajahnya sangat mirip dengan Yejin. Pundaknya menurun dengan helaan nafas
yang berat. Benar juga, Chanyeol mungkin sedang membicarakan Yejin saat ini. Kenapa dia bisa sebodoh
ini? Kau terlalu percaya diri, Byun Baekhyun.

"Apa kau baik−baik saja, Baixian?" Baekhyun menegakkan tubuhnya dan tersenyum bodoh kearah
Chanyeol.

"Aku baik−baik saja, Chanyeol. Hanya saja, aku merasa sudah kenyang." tuturnya kemudian. Ia tidak
bohong. Ia memang baik−baik saja... tadi. Namun, rasa laparnya langsung hilang saat Chanyeol
membicarakan seseorang itu. Mungkin saja Chanyeol memang membicarakan Yejin, atau mungkin...
kembaran Yejin yang tak pernah diketahuinya.

Confession © ChanBaek

Canada University.
Chanyeol benar−benar tampak seperti orang gila sekarang. Sedari tadi ia tersenyum−senyum sendiri
melihat pemuda mungil yang tengah bermain basket bersama teman−temannya. Penampilan Baekhyun
memang sedikit berbeda sekarang. Pemuda mungil itu memakai pakaian kasual, namun di hidungnya
masih bertengger kacamata bulat berbingkai hitam kemarin. Berulang kali ia membenahi kacamatanya
yang melorot saat bermain dan itu membuat Chanyeol terkekeh geli. Pemuda jangkung itu duduk di
pinggir lapangan basket indoor sembari menyeka peluh di leher dan pelipisnya.

Mereka tadi –ChanBaek, Yuta, dan beberapa mahasiswa Kanada− memang tengah bermain basket di
lapangan indoor. Jam kuliah pertama mereka kosong karena para dosen tengah mengadakan rapat.
Baekhyun sebenarnya sudah menolak ajakan itu, tapi Chanyeol langsung menyeret lengannya dengan
tidak berperikemanusiaan. Sejak pagi mereka bertemu di depan lobi apartemen, Baekhyun terus saja
mengabaikannya, membuat Chanyeol jengah. Akhirnya ia nekat menyeret Baekhyun dengan alasan ingin
ditemani bermain basket bersama teman−temannya yang lain.

"Hai Yeol. Kau payah... coba lihat Baixian. Dia saja masih bermain sedari tadi. Tapi kau? Ckck, kau bilang
dia calon suamimu. Bukankah dia bottom? Kenapa kau malah terlihat lebih lemah darinya?" Yuta
berbicara panjang lebar dan diakhiri dengan ejekan untuk Chanyeol. Pemuda yang lebih tinggi mendelik
sebal.

"Aku lebih suka memperhatikannya bermain."

"Ya, sudahlah. Aku akan bermain lagi."

"Hn..."

Chanyeol tahu betul kalau Baekhyun tak membawa baju ganti karena ia mengajak–atau memaksa−nya
secara mendadak. Dan kemeja pemuda kecil itu pasti sudah basah oleh keringatnya. Dengan inisiatifnya
sendiri, Chanyeol pergi dari lapangan basket indoor tanpa disadari teman−temannya dan pergi ke
supermarket terdekat untuk membelikan baju baru untuk Baekhyun. Beberapa menit dia butuhkan
sampai ia kembali ke universitasnya. Kakinya baru saja menapaki koridor menuju ruang loker Baekhyun.
Ia sudah memastikan Baekhyun masih berada di lapangan, jadi dia akan memberikan bajunya secara
diam−diam.

Ia tersenyum melihat nomor loker Baekhyun. Dengan gerakan perlahan, ia meletakkan kantung plastik
berisi pakaian itu ke dalam loker Baekhyun. Ia menutup pintu loker itu dan mengusapnya pelan. Semua
yang dilakukannya ini, membuatnya teringat kembali pada masa SMA mereka. Saat dia berhasil
mengerjai Baekhyun dengan tepung dan telur yang melumuri tubuh kecilnya.

Flashback

Saat itu, Chanyeol memang dalam mood yang bagus untuk mengerjai Baekhyun. Ia sudah membeli
sekantung penuh bungkusan tepung dan satu kantung telur. Ia tahu kalau apa yang dilakukannya nanti
mungkin akan membuat Baekhyun mengutuknya. Namun ia sangat suka wajah kesal Baekhyun yang
menurutnya sangat lucu. Sebelum Baekhyun kembali ke kelas, Chanyeol sudah mengkomando semua
anak di kelasnya untuk memberikan kejutan pada Baekhyun di hari ulang tahunnya. Padahal dia tahu
betul kalau bulan Oktober bukanlah ulang tahun Baekhyun. Dia sengaja. Dia sudah merencanakan ini
kemarin. Mengerjai Baekhyun habis−habisan.

Dan setelah melihat posisi Baekhyun di mejanya, Chanyeol pun bersorak dalam hati. Semua berjalan
lancar sesuai rencananya. Baekhyun dengan tubuh yang penuh dengan tepung dan telur, menatapnya
tajam. Sungguh, ini pertama kalinya Baekhyun bersikap dingin. Ia sempat merasa bersalah namun ia
menepisnya. Bukankah ini memang tujuannya? Membuat Baekhyun menderita seumur hidupnya.

Hatinya memang tak sejalan dengan pikirannya.

Setelah Baekhyun keluar dari kelasnya, Chanyeol pun ikut keluar dan berjalan jauh di belakang Baekhyun
tanpa pemuda itu sadari. Tubuh kecil penuh tepung itu tampak ringkih. Di setiap langkahnya, Chanyeol
selalu bertanya dalam hati, apa dia keterlaluan? Saat pemuda kecil menuju lokernya, Chanyeol dengan
segera menyembunyikan tubuh jangkungnya di balik tembok. Ia dapat melihat mata Baekhyun yang
membulat saat menemukan celana trainingnya sobek di beberapa bagian. Bekas guntingan anak−anak
lain yang memang suka sekali menjahilinya. Baekhyun menghela nafas berat, dan Chanyeol menyadari
itu. Pemuda kecil itu menahan tangisnya. Itu sudah biasa. Dan Chanyeol benci kenyataan kalau
Baekhyun selalu pintar menyembunyikan kesedihannya.
Baekhyun mungkin menyerah dan tak mau memikirkan resikonya, ia tetap berjalan ke arah kamar mandi
dengan setelan training olah raganya dan celana yang sobek. Chanyeol menatapnya prihatin. Entah
mengapa, hatinya tergerak untuk melakukan sesuatu. Maka dari itu, ia berani berlarian sepanjang
koridor menuju koperasi sekolah mereka. Setelah mendapat setelan baju olah raga yang baru, ia pun
meletakkan di pintu loker Baekhyun. Ia tersenyum kecil –tanpa ia sadari− dan pergi untuk
menyembunyikan dirinya kembali. Saat memastikan Baekhyun melihat kantung plastik itu, ia pun pergi
meninggalkan ruang loker.

"Aku tahu kau baru saja di kerjai seseorang. Jadi, terimalah pakaian ini. –OSH"

Yah, Chanyeol meninggalkan pesan dan inisial OSH. Yang siapapun pasti bisa menebaknya. OH SE HUN.
Chanyeol menggunakan nama Sehun di kertas memonya tadi. Dia tak ingin Baekhyun tahu kalau ia
masih mempedulikannya.

Flashback end.

Mengingat semua kejadian itu, Chanyeol hanya bisa tersenyum kecil.

"Aku baru sadar kalau aku memang sudah tertarik padamu sejak dulu, Baekhyun−ah."

Confession © ChanBaek

Kelas terakhir ternyata diisi oleh sang dosen dengan beberapa tugas yang membosankan. Setelah jam
itu berakhir, Baekhyun −dengan kecepatan cahaya− langsung melesat meninggalkan bangkunya.
Mengabaikan tatapan sendu yang ditujukan padanya. Chanyeol menghela nafas melihat punggung itu
menghilang di balik tembok. Telinganya tak sengaja mendengar kekehan disampingnya dan menemukan
wajah menyebalkan Yuta.
"Kau ditinggalkan lagi ya? Astaga, Park Chanyeol... kalian ada masalah apa sih? Ekspresimu sungguh
patuh dikasihani." Pemuda yang lebih pendek dari Chanyeol itu tertawa seolah mengejeknya
habis−habisan.

"Cih, diam kau." Dan dengan itu, Chanyeol keluar dari dalam kelasnya diiringi tawa menyebalkan dari
teman barunya itu. Oh sungguh, tangan Chanyeol sudah gatal ingin menyobek mulut cerewetnya itu.

"Baixian!" Chanyeol tak menyerah. Pemuda tinggi itu memutuskan untuk mengejar Baekhyun keluar.
Dan kaki kecil Baekhyun –yang memang tak bisa diajak kompromi− membuat Chanyeol berhasil
mengejarnya. Mereka pun berjalan beriringan sekarang, dengan Baekhyun yang selalu mengalihkan
pandangannya. "Kau memang menghindariku." Terdengar nada sedih di dalam kalimat Chanyeol.
Membuat Baekhyun sedikit merasa bersalah. Ia berhenti dan menatap langsung ke dalam mata
Chanyeol. Oh benar, pemuda tinggi itu menunjukkan ekspresi sedihnya secara gamblang. Baekhyun
menyerah, ia takkan pernah bisa lepas dari jerat mata bulat itu.

"Aku tidak menghindarimu, Mr. Park. Aku hanya sedang terburu−buru. Aku ingin membeli novel dan aku
tak mau kehabisan." Baekhyun berucap setelah ia memutuskan untuk melangkahkan kakinya lagi
bersama Chanyeol.

"Membeli novel?"

"Ya."

"Kenapa kau takut kehabisan?" Baekhyun memutar matanya bosan.

"Mahasiswa disini banyak yang menyukai novelnya, Chanyeol. Mereka bahkan berlomba−lomba untuk
mendapatkan novel itu." Chanyeol terkekeh dan langsung menggenggam tangan Baekhyun. Pemuda
kecil itu tersentak dengan rona merah muda samar di kedua pipinya. Genggaman itu masih hangat
seperti dulu dan Baekhyun tak bisa membohongi dirinya sendiri kalau ia memang menyukai setiap
perlakuan mendadak Chanyeol.

"Aku akan menemanimu." Baekhyun hanya dapat tersenyum kecil melihat punggung Chanyeol.

Baekhyun tak berbohong soal novel itu. Beberapa mahasiswa –dan kebayakan adalah perempuan−
tengah berjejer dan berebut novel tersebut. Chanyeol sendiri jadi penasaran novel apa sehingga harus
diperebutkan mereka. Ia dengan sangat terpaksa melepaskan genggaman tangannya bersama Baekhyun
dan membiarkan pemuda kecil itu ikut kerumunan itu. Memperebutkan novel yang bahkan Chanyeol tak
tahu judulnya. Mereka sangat menggelikan, batinnya.

Daripada mendapat cakaran para gadis itu, lebih baik Chanyeol melihat buku−buku lain. Mungkin ia
dapat referensi untuk mata kuliahnya nanti. Setengah jam berlalu, ia mulai bosan. Ia menatap
kerumunan itu dan mendapati Baekhyun dengan dadanan mengerikan berjalan kearahnya dengan
sempoyongan. Ia tersenyum lebar pada Chanyeol dan mengacungkan buku bersampul putih di
tangannya tinggi−tinggi. Pemuda jangkung itu tersenyum. Dia tak tahu kalau Baekhyun itu tipe pejuang.
Hanya karena novel ia rela wajahnya dicakar dan rambutnya dijambaki para wanita itu.

"Hahhh...hahhh... aku mendapatkannya, Yeol−ah." Baekhyun memainkan novelnya ke depan wajah


Chanyeol dan Chanyeol bisa membaca judul novel itu.

'The Last Story Of True Love Edition, karya Robert Fulghum."

Chanyeol tertegun. Itu adalah salah satu buku novel romansa yang pernah diberikan Sehun untuknya.
Novel yang membuatnya berpikir beribu kali untuk membenci sosok Baekhyun. Semua yang ada di novel
itu adalah kisah nyata. Dan ia ingat betul kalimat sang penulis di dalam buku novel itu dulu −yang
sekarang di berikannya pada Baekhyun.

"Lawan dari cinta bukanlah benci, melainkan rasa ketidakpedulian."


Dan itu semua adalah benar. Dia terlalu membenci Baekhyun, sehingga tanpa sadar ia mulai peduli pada
pemuda itu hingga perasaan cinta itu mulai tumbuh. Kalau saja ia mengabaikan Baekhyun dan tidak
terobsesi untuk membalas dendam, mungkin semuanya takkan serumit ini. Ia tak mungkin merasakan
rasa bersalah ini hingga perasaan itu membunuhnya secara perlahan. Kini ia hanya berharap, Baekhyun
mau memaafkannya dan kembali padanya. Ia sudah terlalu mencintai pemuda mungil itu. Terlalu besar
dan banyak.

"Kau menyukai novel romansa seperti ini? Kau benar−benar lelaki 'kan, Huang Baixian? Kau bukan
jelmaan wanita, kan?" Baekhyun menoyor kepala Chanyeol saat mendengar kalimat ejekan itu dari
mulut pemuda tinggi itu.

"Aku memang telah mengoleksi semua karya Robert Fulghum." Baekhyun tersenyum sangat manis dan
Chanyeol harus berusaha menetralkan detak jantungnya yang mulai menggila lagi. Senyum itu sudah
lama sekali. Entah sejak kapan, ia merindukan senyuman itu. "Seseorang pernah memberikanku novel
karya Fulghum, dan aku sangat menyukai semua kisah di dalamnya. Memang menggelikan saat
membacanya, tapi semakin lama aku semakin tahu kenapa banyak wanita menyukai novelnya. Kisah di
dalamnya memang berhasil menyentuh hati. Bahkan untuk seorang lelaki sepertiku."

"Aku juga pernah membaca novel karyanya, meskipun aku belum menghabiskan semuanya." Chanyeol
menghela nafas panjang. Sepertinya ini sudah saatnya. "Lalu, apa kau pernah membaca edisi tentang
1000 kisah nyata dari seluruh belahan dunia? Edisi lama Fulghum yang mengisahkan hampir semua
cerita sedih di dalamnya?" Chanyeol berkata dengan suara berat dan berhasil membuat dada Baekhyun
bergemuruh. Baekhyun tahu betul apa yang dipertanyakan Chanyeol, namun lidahnya kelu untuk
sekedar menjawab. Ia ingin mengalihkan pandangannya ke arah lain, namun mata bulat Chanyeol selalu
berhasil memenjarakan matanya. Pandangan lembut yang membuat perasaan Baekhyun semakin
membesar setiap detiknya. Ia ingin berkata tidak, namun ia mengangguk pelan. Terlalu terhipnotis oleh
mata Chanyeol yang menatapnya dalam.

"Seseorang pernah memberikan edisi itu padaku..." jawabnya lirih.

"Apa kau sudah membaca semuanya?"


"Ya, ada satu kisah yang hampir mirip dengan kisahku..." Baekhyun tertawa kecil.

"Kau masih menyimpannya?"

"Aku bahkan membawanya kemana pun aku pergi." aku Baekhyun tanpa sadar. Chanyeol melangkah
maju, sehingga membuat Baekhyun mundur secara perlahan. Pemuda tinggi itu tersenyum saat
menyadari posisinya sudah menghadap jendela besar toko buku di lantai 3 ini dan berada diantara
rak−rak buku lain. Yang artinya, tak kan ada seorang pun yang memperhatikan mereka.

"Siapa yang memberikanmu novel itu?" Baekhyun sudah berhenti mundur saat punggungnya menabrak
kaca besar itu. Tubuhnya sedikit gemetar saat tangan kanan Chanyeol membelai pipinya dengan gerakan
pelan. Seluruh tubuhnya memanas terutama di bagian pipinya. Ia bahkan tak menyadari kalau salah satu
tangan Chanyeol sudah melingkari pinggangnya dan menariknya lebih dekat. "Siapa yang
memberikannya?" Chanyeol bertanya lagi, dengan suara yang terdengar semakin berat dan berbahaya.
Jarak wajah mereka yang hanya terpaut sejengkal, membuat Baekhyun dapat merasakan nafas hangat
Chanyeol menerpa wajahnya. Ia terpaku, ia tak bisa menolak pesona Chanyeol. Ia seolah lupa dimana
mereka sekarang.

"Kau, Chanhmp—"

Ucapan Baekhyun terhenti saat benda basah itu menempel tepat di bibirnya. Ia bahkan tak sadar sejak
kapan Chanyeol mendekatkan wajahnya dan berhasil meraih bibirnya. Semua terjadi begitu cepat.
Ciuman hangat yang berhasil menghantarkan ribuan volt listrik tak kasat mata tepat ke dalam hati
kecilnya. Berdebar dan terasa menyenangkan. Ia hanya bisa memejamkan matanya saat Chanyeol mulai
menggerakkan bibirnya dengan gerakan yang lembut dan tidak memaksa. Ciuman hangat yang sarat
akan kerinduan. Sebelah tangan Chanyeol menekan tengkuk Baekhyun perlahan. Sedangkan pemuda
kecil itu hanya mampu mencengkeram lengan Chanyeol saat merasakan kedua kakinya melemas seperti
jelly. Chanyeol tersenyum di sela−sela ciuman itu dan melepaskannya saat merasakan nafas Baekhyun
yang habis. Pemuda mungil itu ternyata menahan nafas saat ciuman mereka. Mungkin dia terlalu gugup.
Baekhyun membuka matanya perlahan dan menatap Chanyeol dengan bingung. Wajahnya sudah
merona manis sekarang dan membuat pemuda mungil itu bertambah cantik, berkali−kali lipat dari
sebelumnya.

"Berhentilah berpura−pura. Aku merindukanmu, Byun Baekhyun..."


Deg.

"C−Chanyeol..."

Cupph.

"To be continued—"

Special Thanks For ::

[ Jonah Kim ][ rexs1130 ][ Huangzi ][ Yo Yong ][ FSRifiqa ][ kioko2121 ][ exojr ][ ferina'refina ]


[ ChanBaekLuv ][ arvita'kim ][ samkou ][ exoff88 ][ Shinigami Yuu ][ Park Oh InFa FaRo ][ Haruru-chan ]
[ baekmate ][ ajib4ff ][ ShadowCrush ][ 10100Virus ][ Baekhyunniee ][ jungmarry ][ Rigletz ]
[ kimjongwinn ][ byunhyowsky ][ chankaish ][ rachel suliss ][ PandaCherry ][ Saki 137 ][ KyungMiie ]
[ byunbacot ][ Lintang40400322 ][ Dhea485 ][ Nisa0517 ][ chanbaekshipper ][ byunbyunfeni ][ parklili ]
[ Ddobi88 ][ Guest ][ iniakuyay ][ ryanryu ][ byun ][ BlueKim ][ ChanBaek ][ Reka ELF ][ Kira yagami ]
[ Yuyuchan EXO ][ riza'nafa'9 ][ KimChanBaek ][ cindy ][ hanivakatull ][ Tabifangirl ][ orii ][ ChoKyusa ]
[ piyopoyo ][ Dororong ][ Mukhaclouds ][ Baekhyun92 ][ exogurlzz ][ GreifannyGS ][ NaYool ][ audrey
lovina ][ BENBEN ][ indah'indrawatibasmar ][ oh nyim ][ bapexo ][ fazybaek ][ byunbaekri ][ inggit ]
[ nur991fah ][ alysaexostans ][ A Y P ][ ChanBaekHome ][ kantong doraemon ][ yumi ][ chenma ]
[ reiasia95 ][ Kezia ][ chby92 ][ yehet ][ ariadna ][ TeukTeukTeukie ][ sehunqt ][ HChY ][ indiraaaaaa ]
[ miraiocha ][ Guest ][ RiiinKkamjongbaek ][ KyeoKyeopta ][ Grace Perdana ][ parkbyun0627 ]
[ JingyuMK ][ Dhita ][ fitriadatunsolang ][ parkbyun ][ lidyakemala1234 ][ araaassi ][ sephiasparKyu ]
[ BlacKaifee ][ rina'gugun ][ Kwon DaYoung ][ Tikha Semuel RyeoLhyun ][ kris's ace ][ zoldyck ][ Leelys
Chie Cassiopeia ][ Risty ][ Guest 2 ][ HunHan122004 ][ kiddounicorn ][ deidara'futch ][ sehunix ]
[ cingchong ][ LoveHyunFamily ][ ParkByunnie4692 ][ purploo ]
A/N :

Maaf kalau misalnya chapter ini jelek dan ngecewain. Kalau ada yang kurang, kalian boleh kasih saran
atau ngasih ide juga boleh. Jujur aja, aku sedikit kurang puas dengan chapter ini. Jadi, gimana menurut
kalian? Semoga kalian masih mau mereview FF ini. Mungkin ada typo(s) atau kalimat yang
membingungkan? Aku sedikit blank soalnya. Ide udah ada tapi waktu ngetik bingung menyusun
kalimatnya. Itu sering sekali terjadi. Jadi mohon dimaklumi. Dan maaf... maaf sekali, karena FF ini
chapternya jadi panjang banget. Kalau Baek tiba−tiba balikan kan aneh tuh. Jadi aku kasih sedikit jalan
perjuangan Yeol. Tapi gak akan sampai 25 chapter kok. Maaf updatenya lama, akunya lagi galau... hhehe
*nyengir kuda* *slaps*

So, mind to review? :')

« First « Prev Ch 16 of 21 Next »

Review

Share: Email . Facebook . Twitter

Story: Follow Favorite

Author: Follow Favorite

Contrast: Dark . Light

Font: Small . Medium . Large . XL

Desktop/Tablet Mode . Blog . Twitter . Help . Sign Up  

FanFiction

Just In

Community
Forum

More

C O N F E S S I O N by Blood Type-B

TV » EXO Next Door/우리 옆집에 엑소가 산다 Rated: M, Indonesian, Drama & Hurt/Comfort,
Words: 93k+, Favs: 965, Follows: 706, Published: Sep 15, 2013 Updated: Apr 24, 2015

2,413 Chapter 17

CONFESSION (고백)

Cast : Baekhyun. Chanyeol. Kyungsoo. Kai. Luhan. Sehun

Pairing : ChanBaek [main]

Length : Chaptered [Chap 17 = 5K words]

Genre : BL Romance. Friendship. Family

CHAPTER 17
.

"Berhentilah berpura−pura. Aku merindukanmu, Byun Baekhyun..."

Deg.

"C−Chanyeol..."

Cupph.

Baekhyun memejamkan matanya saat merasakan permukaan bibirnya dikecup Chanyeol untuk
beberapa detik. Setelah tautan itu terlepas, keduanya tampak enggan membuka suara. Baekhyun masih
menunduk dalam, sedangkan Chanyeol menatapnya tanpa berkedip. Masih dengan jarak yang
sangat−sangat dekat dengan debaran di jantung keduanya yang seolah saling berbicara.

"Maaf..." ujar Baekhyun lirih. Ia mengigit bibirnya menahan perasaan yang kembali membuatnya
tertekan. Ia takut. Terlalu takut untuk menghadapi tatapan mata Chanyeol. "Sejak kapan kau
mengetahuinya?" Pemuda mungil itu mendongak sedikit, hingga keningnya tanpa sengaja menempel
pada bibir Chanyeol. Chanyeol tersenyum dan mengusap pipi kanan Baekhyun, namun secepat itu pula
Baekhyun menoleh. Enggan untuk menerima sentuhan Chanyeol barusan. Yang lebih tinggi hanya
mampu menghela nafas dan mulai memberi jarak diantara keduanya.

"Sejak aku memasuki kelas kita." Baekhyun tersenyum kecut. Jadi Chanyeol mengetahuinya sejak lama?
Ternyata selama ini apa yang dilakukannya adalah sia−sia? Hah, bodohnya dia. Bagaimana mungkin ia
masuk dalam perangkap Chanyeol? Bagaimana mungkin dengan bodohnya ia mengikuti permainan
Chanyeol? Terus menutupi sosok dirinya yang bahkan sudah diketahui Chanyeol sejak awal. Lalu, kenapa
pemuda tinggi itu harus berbohong padanya?

"Kenapa kau berpura−pura tak mengenalku?" Chanyeol menyandarkan punggungnya pada rak buku
disampingnya.
"Karena aku tahu kalau kau akan bersikap seperti ini. Karena aku tahu kalau kau pasti akan
menghindariku, Baekhyun−ah." Baekhyun terduduk di lantai dengan perlahan. Ia menunduk dan terus
berpikir apa yang harus dilakukannya sekarang. Pergi lebih jauh lagi? Ia bahkan tak memiliki siapapun.
Siapa yang bersedia membantunya lagi? "Jangan pergi lagi..." ucapan Chanyeol membuatnya
mendongak menatap pemuda yang dicintainya itu. "Aku lelah mengejarmu... jangan lari lagi." Seolah
mengerti arti kediaman Baekhyun, Chanyeol langsung mengutarakan pikirannya. Ia hanya tak ingin
Baekhyun terus menghindarinya seperti pengecut.

"Kalau begitu jangan mengejarku." Chanyeol menghampiri sosok itu dan berjongkok di depannya.
Jemarinya mengapit dagu Baekhyun dan menariknya untuk mempertemukan hazel mereka berdua.
Tatapan sendu dan penuh kerinduan terpancar dari manik keduanya. Namun entah mengapa, Baekhyun
selalu menolaknya. Menolak untuk menatap langsung pada mata Chanyeol. Jujur, itu membuat
Chanyeol sedikit merasakan sakit.

"Bukankah kau sendiri yang bilang padaku kalau aku harus berusaha mendapatkan orang yang kucintai?"
bibir Chanyeol mengulas senyuman lembut. "Aku sudah mendapatkannya, dan aku bersumpah tidak
akan melepasnya." Tatapan Chanyeol membuat Baekhyun tertegun. Tersimpan janji yang sangat besar
disana. Tatapan itu seolah meyakinkannya akan sesuatu. Namun Baekhyun sama sekali tak mengerti.
"Aku mencintaimu..."

Deg.

Deg.

Deg.

Debaran itu semakin keras saat bibir Chanyeol menggumamkan kalimat indah itu untuk pertama kalinya.
Pikiran Baekhyun tiba−tiba kosong. Bodoh untuk mencerna maksud perkataan Chanyeol. Apa ini bagian
dari permainannya? Apa Chanyeol datang untuk membalas dendam lagi? Belum cukupkah semua yang
terjadi selama ini? Kenapa kalimat Chanyeol terdengar seperti ribuan jarum yang menusuk tepat ke ulu
hatinya. Tapi kenapa debaran jantungnya menggila? Saat ia mendongak dan menatap mata itu. Saat itu
juga Baekhyun sadar, ia semakin terjatuh dalam pesona pemuda jangkung itu.
"Aku mencint—"

"Hentikan!" Baekhyun menepis tangan Chanyeol yang hendak menyentuh permukaan pipinya kembali.
Ia segera bangkit dan menatap Chanyeol dengan tatapan datar. Sebisa mungkin menyembunyikan
perasaan aneh yang meletub−letub di hatinya. Jika semua ini hanyalah sebuah bualan, mungkin
Baekhyun berencana untuk bunuh diri pulang nanti. "Hentikan semua bualan ini, Park Chanyeol. Apa kau
ingin mempermainkanku lagi? Apa kepergianku belum cukup untuk membuatmu memaafkanku? Kau
ingin aku mati, hah!" suara Baekhyun sedikit lebih keras dari sebelumnya.

"Baek—"

"Jelas−jelas kau mencintai kembaran Yejin! Kenapa sekarang kau mengatakan kalau kau mencintaiku?!
Belum cukup kau balas dendam padaku? Hiks—" Isakan kecil mengakhiri kalimat menyedihkan itu.
Chanyeol segera mendekap sosok itu ke dalam pelukannya. Kenapa semuanya terlalu rumit? "Hentikan!
Aku sudah cukup sakit!" Pemuda kecil itu memberontak dan berusaha lepas dari kungkungan Chanyeol,
namun bukan Chanyeol jika ia melepaskan Baekhyun begitu saja.

"Dengarkan aku, Baek... kau salah paham."

"APA?! SUDAH CUKUP CHANYEOL−AH!" Baekhyun kembali terisak. "Bi−Bisakah kau melepaskanku? Aku
mohon..." Perkataan Baekhyun benar−benar berhasil membuat dada Chanyeol berdenyut sakit. Apa
sebegitu jahatnya dia, sampai Baekhyun harus memohon untuk lepas darinya? Memikirkannya saja,
membuat Chanyeol ingin memotong lidahnya yang selalu berkata seenaknya itu. "Lebih baik aku mati
saja!" Mata Chanyeol membulat perlahan. Tangannya kembali mengusap−usap punggung Baekhyun,
berusaha menenangkan pemuda mungil yang tengah emosi itu.

"Maafkan aku, Baek... Maaf. Aku mohon dengarkan aku sekali ini saja..." Ia terus mengusap−usap
punggung itu hingga tangisan Baekhyun perlahan−lahan mulai menjadi isakan kecil. Ia mulai tenang
dalam pelukan Chanyeol. Menikmati usapan kasih dari pemuda tinggi itu. Chanyeol mengecup puncak
kepala Baekhyun dan mengeratkan dekapannya. "Aku sudah mencarimu selama bertahun−tahun, Baek.
Aku tak bisa melepasmu lagi. Kami selama ini merindukanmu. Luhan, Kyungsoo, ibumu... apa kau tak
memikirkan kami?" Tubuh Baekhyun sedikit menegang mendengarkan kalimat terakhir Chanyeol.
"..."

"Kau ingin mati? Kenapa kau bisa berpikiran sedangkal itu, hum? Akulah yang paling bersalah disini. Jika
aku tak bisa memperbaiki semuanya, kau boleh membunuhku, Baekhyun−ah. Akulah yang pantas mati
disini." Tangan besar itu terus mengusap helaian rambut Baekhyun, berusaha menyalurkan ketenangan
dan perasaannya selama ini. Betapa ia sangat ingin mendekapnya sejak pertama bertemu. Baekhyun
memejamkan matanya, menyimpan kesedihan itu rapat−rapat. Mengenang semua keluarga yang
ditinggalkannya. Bagaimana mereka sekarang? Ia sangat merindukan mereka.

"Aku tak bisa melepasmu, Baekhyun−ah. Tidak akan pernah. Kau milikku dan aku terlalu mencintaimu..."
Chanyeol menarik diri dan mengusap pundak Baekhyun sayang. Sekali lagi ia mengangkat dagu
Baekhyun dan tersenyum lembut. "Dan soal siapa kembaran Yejin—" Perlahan, ia memutar tubuh
Baekhyun hingga menghadap kaca besar di depan mereka. Hari yang sudah mulai petang ditambah
dengan penerangan dari dalam toko membuat Baekhyun dapat melihat jelas sosoknya di kaca besar itu.
Chanyeol mendekatkan wajahnya ke telinga Baekhyun dan berbisik, "Coba kau bayangkan kalau kau
memiliki rambut yang panjang... siapa yang kau lihat disana?" Jemarinya menunjuk ke arah kaca besar
itu. Baekhyun hanya menyerngit heran, namun ia mengikuti apa yang diminta Chanyeol.

Deg

Rambut panjang... mata itu... dan semuanya...

"Kim Yejin?"

"Ya, kau bisa melihat Yejin. Atau lebih tepatnya... Byun Yejin."

Deg.

"A−Apa?" Chanyeol kembali memutar tubuh Baekhyun dan mendekapnya kembali. Kali ini bukan raut
wajah sedih seperti sebelumnya, pemuda tinggi itu tersenyum tulus.
"Yejin itu adik kembarmu, Baekhyun−ah..." Pikiran Baekhyun kembali kosong. Ia memutar matanya
bingung. Dia... Yejin... tidak mungkin. Kenapa ia tak pernah mengetahui ini? "Alasan orang tuamu
memperlakukanmu secara berbeda, dan alasan kenapa dia mendonorkan jantungnya... semua itu
karena kau adalah saudaranya. Lebih dari itu, kau adalah bagian dari dirinya." Dada Baekhyun kembali
berdenyut sakit. Pikirannya melayang pada masa−masa dimana dia bersama Yejin. Bagaimana gadis itu
memperlakukannya dengan baik, bagaimana ia merasa sangat begitu dekat dengan sosok cantik itu.
Semua membuat matanya kembali memanas. Ia merindukannya, merindukan sahabat sekaligus...
saudaranya? Tanpa sadar, tangannya melingkari pinggang Chanyeol dan membenamkan wajahnya pada
dada Chanyeol −menangis kembali.

Confession © ChanBaek

"Kau baik−baik saja?" Chanyeol bertanya khawatir karena Baekhyun terdiam sejak tadi. Pemuda kecil itu
hanya tersenyum dan menggeleng pelan. Mereka sudah berada di dalam apartemen Baekhyun
sekarang. Setelah semua pernyataan dan penjelasan Chanyeol tadi, Baekhyun tak bisa berhenti
memikirkan sesuatu. Ia terus saja memaksa otaknya untuk kembali mengingat apa−apa saja yang terjadi
selama ini. Orang tuanya, Yejin, dan semuanya. "Istirahatlah. Aku akan membuatkan makan malam
untukmu..." Si pemuda kecil mengangguk dan berjalan lemas ke dalam kamarnya. Chanyeol sendiri
hanya tersenyum dan meletakkan tasnya sembarangan. Sebelum ia benar−benar memasuki dapur
apartemen Baekhyun, pemuda kecil itu kembali bersuara.

"Chanyeol−ah!" Chanyeol mengulum senyum dan berbalik menatap pemuda yang tengah menatapnya
dengan sendu itu. Baekhyun menunduk dan memilin kedua tangannya, seperti tengah memikirkan
sesuatu. Apa mungkin dia masih memikirkan tentang Yejin dan dia? batin Chanyeol. Chanyeol sendiri
hanya memilih diam dan memperhatikan sosok kecil itu. Sebenarnya dia sudah sangat penasaran, tapi
mungkin lebih baik untuk tidak memaksa Baekhyun sekarang. "Mulai besok, bisakah kau memberiku
waktu untuk sendiri?" Pemuda jangkung itu tampak terkejut dan menatap Baekhyun penuh tanya.

"Kenapa?"

"Aku ingin sendiri, Chanyeol−ah. Kau bisa mengerti, kan?" Ketakutan mulai memenuhi pikiran Chanyeol.
Membiarkan Baekhyun sendiri sama saja dengan memberinya jalan untuk pergi lagi. Tapi, dia tak bisa
untuk menolak permintaan pemuda itu. Apalagi Baekhyun menatapnya dengan pandangan yang
memohon seperti itu. Tak mungkin ia akan menolak. Ia tak mau menyakitinya lagi.

"B−Baiklah."

"Aku takkan pergi lagi, aku janji. Aku hanya butuh waktu untuk berpikir jernih." Senyuman kecil tercetak
di wajah cantik Baekhyun. "Chanyeol?" Pemuda tinggi yang tengah berpikir itu mulai mendongak dan
matanya bersiborok dengan hazel Baekhyun. "Pikirkanlah sekali lagi sebelum kau mengatakan kalau kau
mencintaiku." Dahi Chanyeol berkerut menandakan kalau ia bingung dengan lontaran kalimat Baekhyun.

"..."

"Kau harus tahu betul perasaanmu itu. Aku tak mau hanya menjadi bahan permainanmu lagi." Chanyeol
tertegun sejenak. "Siapa yang sebenarnya kau cintai, Park Chanyeol? Kau mencintai kembaran Yejin,
Baixian, atau... Baekhyun? Pikirkanlah baik−baik." Baekhyun terlihat menahan nafas saat
mengatakannya. Memang pertanyaan yang sedikit aneh. Hanya saja, mungkin ini sangat berarti untuk
Baekhyun. Ia tak mau kalau rasa cinta Chanyeol hanya sebatas rasa bersalah dan kasihan padanya.
Bagaimana pun juga pemuda mungil itu sangat mencintainya. Ia tak mau terjatuh pada orang yang salah
dan semakin membuatnya mati.

"Apa maksudmu, Baek?"

"Kau boleh pergi setelah selesai dengan makan malam itu. Aku butuh sendiri sekarang."

"Baek—"

"Aku janji akan memakannya. Maaf aku butuh sendiri, Chanyeol−ah." Dan tubuh itu pun menghilang di
balik pintu kamarnya. Meninggalkan Chanyeol dengan segala pertanyaan yang berputar dalam otaknya.
Pertanyaan macam apa yang ditanyakan Baekhyun. Apa pemuda kecil itu masih meragukannya? Siapa
yang ia cintai? Saudara kembar Yejin, Baixian, atau Baekhyun? Bukankah mereka orang yang sama? Apa
maksudnya?
"Apa mungkin—" Chanyeol mengangkat wajahnya dan menatap pintu kamar Baekhyun yang tertutup.
"Bodoh! Tentu saja aku tahu jawabannya." Dan senyuman lebar pun tercetak di wajah tampan
Chanyeol.

Confession © ChanBaek

Baekhyun membuka matanya secara perlahan saat cahaya matahari mulai menerobos masuk melalui
celah−celah gordennya. Ia mengucek kedua matanya dan mulai bangkit dari peraduan empuknya.
Tiba−tiba saja ingatannya kembali pada saat dimana Chanyeol mengucapkan kalimat indah yang bahkan
tak pernah ia bayangkan. 'Aku mencintaimu', sederhana bukan? Namun entah mengapa kalimat itu
mampu membuat jantungnya memompa darah dengan begitu cepat. See? Membayangkannya saja
membuat jantung Baekhyun harus bekerja ekstra pagi ini. Bibirnya menyunggingkan senyuman manis
sebelum akhirnya ia membawa tubuh kecilnya itu memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah beberapa menit membersihkan diri dan berdandan rapi –kali ini dia menggunakan kacamata
berbingkai hitam yang tampak modis dari sebelumnya−, ia pun segera melangkah menuju dapur untuk
membuat sarapan paginya. Baru saja ia ingin mengambil selai dalam kulkas, ia menemukan sebuah note
di depan pintu lemari esnya. Kenapa kemarin malam ia tak melihat catatan ini?

'Kau pasti akan sarapan dengan roti dan selai strawberry, iya kan? Hey, itu kurang mengenyangkan. Tapi
jangan khawatir, kemarin aku membuatkan makanan lebih banyak, kau bisa mengambilnya di lemari es
dan menghangatkannya di microwave. Selamat makan, Baekhyunee...'

Ugh, manis sekali.

Pipi Baekhyun perlahan mulai memerah dengan senyuman –yang tanpa sadar− telah tercetak di
bibirnya. Bagaimana bisa ia menolak pesona Chanyeol jika dia saja bersikap semanis ini? Baru kemarin
malam ia meminta Chanyeol untuk membiarkannya sendiri selama beberapa waktu, tapi pagi ini ia
sudah merindukannya. Apa−apaan perasaan ini? Benar−benar tidak bisa diajak kompromi.
"Chanyeol bodoh." gumam Baekhyun, masih tersenyum. Ia pun mengambil makanan dari dalam kulkas
dan mulai menghangatkannya. Sembari menunggu, ia pun menelepon Tao. Mungkin bersama Tao akan
membuatnya lupa dengan keberadaan Chanyeol di dalam otaknya. Ah iya, Kris juga jarang sekali
meneleponnya. Ada apa dengan mereka berdua? Setelah menunggu beberapa detik, suara Tao mulai
terdengar.

"Haa... Looo..." jawab Tao dengan nada yang dibuat−buat. Membuat Baekhyun terkekeh kecil.

"Dasar aneh. Hey, aku merindukanmu, Tao−ie." Ia menjepit ponselnya diantara telinga dan bahunya. Ia
berjalan ke arah lemari es dan mulai membukanya. Mencari makanan yang dimaksud Chanyeol dan
memasukkannya ke dalam microwave. Baekhyun sudah sangat lapar sekali. Jika dia mempunyai suami
seperti Chanyeol yang mau memasakkan setiap pagi, ia pasti senang sekali. Eh? Suami? Otaknya
benar−benar tak beres pagi ini.

"Hhhehe, aku juga merindukanmu ge... maaf, karena terlalu sibuk akhir−akhir ini. Mama juga minta
maaf karena belum bisa berkunjung ke apartemenmu. Mungkin kami akan kesana minggu depan. Ah iya,
ada apa gege meneleponku?" ucap Tao panjang lebar. Ia bahkan tak memberi kesempatan Baekhyun
untuk menanggapi ucapan tentang dia dan mamanya tadi.

"Hn, aku akan kembali bekerja di restaurant mulai hari ini. Jadi, kita nanti pulang bersama ya?"
Baekhyun mengeluarkan makanan yang telah hangat itu dan meletakkannya di meja makannya. Ia
mengambil mangkuk dan sendok sebelum akhirnya mendudukkan dirinya di kursi meja makan
apartemennya.

"Ah, baiklah... kau belum berangkat ke kampus?" Baekhyun menggeleng. Ia mulai menyendokkan nasi
hangatnya dan sup serta lauk yang dibuat Chanyeol semalam. Dia sendiri juga tidak tahu kalau Chanyeol
bisa memasak. Setahunya dulu waktu mereka masih bersama, dia selalu memasakkan untuk Chanyeol.
Jadi, sejak kapan pemuda tinggi itu belajar memasak? Dan kenapa rasanya hampir menyaingi Kyungsoo?
Memikirkannya saja membuat bibir Baekhyun melengkungkan senyuman geli.

"Sebentar lagi, Tao." Ia mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dan mengunyahnya perlahan.
"Aku masih sarapan... mungkin 10 menit lagi. Tunggu aku, oke?" ucapnya perlahan agar tak sampai
tersedak. Sebelah tangannya mengambil gelas dan air kemudian menenggaknya pelan.
"Oke Baibai ge... sampai jumpa di kampus."

"Okay... Bye."

Baekhyun baru saja memasuki kelasnya. Ia hampir saja terlambat tadi. Dan benar saja, selang dua menit
ia duduk di kursinya, sang dosen sudah memasuki kelas mereka. Ia melirik sebentar kearah meja Yuta di
pojok belakang dan sedikit tertegun karena Chanyeol duduk disana bersama Yuta. Mereka tampak asyik
berbicara dan mengabaikan pelajaran sang dosen yang sudah dimulai lima menit yang lalu. Keakraban
mereka tak urung membuat Baekhyun sedikit kesal. Apa−apaan itu? Yuta kan sahabat baiknya, kenapa
sekarang jadi menempel pada Chanyeol? Tanpa sadar, ia mendengus kesal membuat teman yang duduk
di sebelahnya terheran−heran.

"What's happening, Baixian?" bisik lelaki bernama Josephene disampingnya. "There's something
wrong?"

"O−Oh no, nothing. Hhehe." Baekhyun nyengir kuda. Selanjutnya ia memutuskan untuk fokus pada
pelajaran dan mengabaikan hatinya yang 'sedikit' mengganjal karena melihat kedekatan Chanyeol
dengan Yuta.

Dua jam berkutat dengan calculus sialan itu membuat kepala Baekhyun pening. Ia membereskan
perlengkapan belajarnya dan menyandang ranselnya di bahu kanannya. Ia segera berdiri, berniat
meninggalkan kelasnya dan mencari ketenangan di taman kampus. Ia berjalan keluar dengan santai
tanpa menyadari Chanyeol yang tersenyum melihat punggungnya. Walau tak ada percakapan diantara
mereka sedari pagi, tapi Chanyeol sadar betul kalau pemuda kecil itu sempat meliriknya beberapa kali
saat pelajaran berlangsung tadi.

'Merindukanku, Park Baekhyun?' kekehnya dalam hati.


Confession © ChanBaek

"M−Mwo?! Jadi, Chanyeol selama ini sudah tahu kalau Baixian itu Baekhyun? T−Tapi a−aku sudah
membuat penyamaran itu dan... dan—" Kris tersenyum dan membawa kekasihnya yang terlihat bingung
ke dalam dekapannya. Sesekali ia mengecup puncak kepala Tao dan menggoyangkan tubuh mereka ke
depan ke belakang dengan alunan lembut. Tao mencengkeram erat kemeja belakang Kris. Dia memang
sangat panik dan sempat takut saat mendengar penjelasan dari Kris. Tentang ChanBaek dan semuanya.
Yang parahnya, penyamaran yang direncanakan Tao justru gagal total. Chanyeol memang licik, batinnya.
Pemuda bermata panda itu melirik ke sekitarnya, mencoba berpikir jernih yang malah berakhir dengan
dengusan frustasi. Kris hanya tersenyum menanggapi. Tangan besarnya terus mengusap kepala Tao
sayang, memberi ketenangan.

"Sebenarnya dia sudah tahu tentang Baekhyun sejak kami masih tinggal di hotel. Dia tak sengaja melihat
foto kita dan pesanmu. Aku juga tak menyangka akan secepat itu." Tao memberi jarak keduanya dan
meletakkan kedua tangannya di dada Kris. Menatap pemuda tinggi itu tidak percaya. "Maaf karena tidak
memberitahumu. Ini semua karena permintaan Chanyeol. Dan aku juga tidak mau dia membawa paksa
Baekhyun untuk pulang ke Seoul, maka dari itu aku mengikuti permainannya. Baekhyun mungkin akan
marah padaku, tapi aku melakukan ini juga demi kita semua."

"Kau jahat, ge."

"Iya, aku tahu. Tapi ini demi Baekhyun, Tao. Kalau Chanyeol muncul begitu saja dan bertemu Baekhyun,
pasti Baekhyun langsung menghindar atau mungkin pergi lagi. Bagaimana kalau Baekhyun juga
menghindari kita? Bagaimana kalau dia lepas dari jangkauan kita? Semua pasti akan bertambah kacau.
Kau tak mau dia kenapa−napa kan?" Tao mengangguk pelan. Ia kembali menyandarkan kepalanya di
dada Kris, walau ia harus sedikit membungkuk saat melakukannya. Well, tinggi mereka hanya terpaut
beberapa centi saja kan?

"Aku akan mewushu Chanyeol jika dia berani menyakitinya lagi."

"Dia sangat mencintai Baekhyun. Percayalah..." Tao menghela nafas. Mungkin memang sudah saatnya
Baekhyun kembali pada keluarganya dan menghadapi semua masalahnya. Dia tak mungkin bersembunyi
selamanya dan di cap sebagai seorang pengecut kan? Ketika ia tak berada di negaranya pada saat
ayahnya meninggal, itu sudah merupakan kesalahan terbesar Baekhyun. Ia terus menyalahkan dirinya
waktu itu. Pemuda kecil itu sempat tak berani pulang ke Korea dan tertekan disini selama hampir tiga
tahun. Semua itu membuat Tao miris.

"Aku tak menyangka kalau akhirnya akan seperti ini. Padahal Chanyeol dulu sangat membencinya..."
gumamnya pelan namun masih bisa ditangkap oleh indera pemuda yang lebih tinggi. Kris kembali
mengingat dimana ia pertama kali bertemu Baekhyun secara tidak sengaja. Dimana Baekhyun langsung
mempercayainya dan bercerita panjang lebar tentang kehidupannya, seolah meminta harapan padanya
dan Kris tak bisa untuk mengabaikannya. Baekhyun itu baik, maka dari itu ia sangat ingin melindunginya.

"Maka dari itu jangan terlalu membenci seseorang, kau bisa saja sangat mencintainya kelak." Bibir Tao
mengerucut imut. Kris bertanya dengan enteng seolah ia akan baik−baik saja kalau Tao menyukai orang
lain.

"Ck, aku kan hanya mencintai gege." Tao mengeratkan pelukannya dengan manja membuat Kris
terkekeh.

"Tumben mau mengakuinya..."

"Gege!"

Confession © ChanBaek

Seoul, South Korea.

Seorang pemuda manis tampak duduk bersama seorang anak laki−laki disampingnya. Mereka, Luhan
dan anaknya Daniel tengah duduk di ayunan dekat kolam renang sembari membuka lembaran album
lama milik Luhan. Sesekali Luhan akan menceritakan masa kecilnya dan membuat Little HunHan tertawa.
Setelah selesai dengan album Luhan kecil, tangan mungil Daniel lalu mengambil album yang sedikit lebih
tebal dari lainnya. Di covernya tertulis nama Byun Baekhyun−Byun Luhan. Anak kecil itu tersenyum lalu
mendorong album itu pada babanya, meminta Luhan untuk menceritakan tentang foto−foto disana.
Luhan hanya tersenyum kecil dan meraih buku itu. Menyiapkan hatinya untuk tidak meledak karena
terlalu merindukan sosok adik kecilnya. Ia mulai membuka lembaran itu dan menunjukkan sebuah foto
dua orang anak lelaki berumur sekitar 10 tahun tengah bermain pasir di pantai.

"Ini baba, Daniel−ah... dan ini unclemu, Byun Baekhyun namanya. Dia orang yang sangat imut dan
manis. Uncle juga sangat baik dan menyayangi keluarganya." Ujar Luhan dengan senyuman yang tak
lepas dari wajah manisnya. Ia mengusap foto Baekhyun perlahan dan merasakan sesak disaat yang
bersamaan. Daniel kecil melongokkan kepalanya dan menatap foto itu berbinar.

"Uncle sangat cantik." Daniel memekik lucu saat melihat foto Baekhyun kecil yang tengah tersenyum
kearah kamera dengan tangan yang membentuk V−sign. Jemari Luhan terus membolak−balik foto
mereka berdua –BaekHan− sampai foto saat mereka dewasa. Baekhyun tampak tersenyum sangat
hangat disana. Polos dan penuh keceriaan. Anak itu memang pintar sekali menyembunyikan
kesedihannya. Andai saja dulu Luhan tak terbawa emosi, mungkin Baekhyun takkan pergi jauh dan
mereka tetap bersama sampai sekarang. Kalau saja Luhan berusaha untuk menolak perjodohan itu,
mungkin mereka masih bersaudara. Tapi semua sudah terjadi dan ia pun sudah terlalu mencintai Sehun.
"Lihat−lihat, baba! Uncle memang sangat cantik..."

"Hn, dia memang sangat cantik."

"Tapi baba lebih cantik." Daniel mengecup pipi babanya dan tersenyum lebar. Menunjukkan deretan gigi
susu yang sudah tanggal satu dibagian samping. Senyuman imut yang sangat mirip dengan senyuman
Sehun. Luhan mencubit pipi anaknya dan tertawa kecil melihat bibir Daniel mengerucut lucu. Senyum
yang seperti Sehun dan wajah manis sepertinya. Walau bukan anak kandung, tapi Daniel sangat mirip
dengan keduanya. Hanya saja, sifatnya yang sedikit manja padanya sangat mirip dengan Baekhyun.

"Tapi uncle mu sangat manis. Baba saja sampai iri melihatnya."

"Lalu kemana uncle? Kenapa Hyunnie belum pernah melihatnya?" senyuman di wajah Luhan perlahan
menghilang, tergantikan dengan senyuman kecut yang tak mungkin disadari anaknya. Netranya
memandang jauh kearah kolam renang di depannya. Ia menutup matanya beberapa detik karena
merasa dadanya semakin sesak. Seolah rasa bersalah serta rasa rindu itu telah menjadi batu besar
beratus−ratus ton yang menimpanya.
"Uncle sedang pergi. Mungkin sebentar lagi akan kembali. Daniel mau menunggu uncle?" Anak kecil itu
tersenyum lebar dan mengangguk−angguk cepat. Luhan hanya bisa tersenyum kecil. "Kau pasti akan
sangat menyukainya kelak." Luhan berdiri lalu menurunkan tubuh anaknya hingga kakinya menempel
dengan tanah. "Sudah sore, saatnya mandi. Kita akan menjenguk nenekmu, ingat?" Anak itu
mengangguk kembali. Tangan Luhan dengan cekatan meraih pergelangan tangan Daniel dan menariknya
masuk ke dalam rumah. Meninggalkan album foto yang terbuka di atas ayunan itu. Foto Baekhyun dan
Luhan saat di pernikahan Luhan dulu.

*A/N : Daniel Oh/Oh Hyunoo, remember?

Confession © ChanBaek

Sudah seminggu ini Chanyeol dan Baekhyun tidak pernah bertutur sapa. Entah saat di apartemen atau di
kampus. Mereka benar−benar menjaga jarak, atau lebih tepatnya, Chanyeol memenuhi permintaan
Baekhyun untuk memberinya waktu. Namun semua itu bukan berarti Chanyeol akan melepaskan
Baekhyun begitu saja. Ia masih akan mengawasi Baekhyun, kemana pun pemuda manis itu pergi. Kapan
pun, dimana pun, tanpa sepengetahuan Baekhyun. Pemuda tinggi itu tak mau memaksa Baekhyun.
Lagipula Baekhyun telah berjanji takkan pergi lagi. Ia hanya mencoba mempercayainya.

Seperti saat ini, Chanyeol tengah berada di Huang restaurant dekat apartemennya. Tempat kerja
Baekhyun sekaligus restaurant milik keluarga Huang. Selama Baekhyun kembali menjadi pelayan di
restaurant ini, Chanyeol sering kemari untuk menjadi stalker pemuda kecil itu. Seperti biasa, dia akan
memesan capuccino pada Guixian dan duduk manis di outdoor restaurant, tepat di bawah pohon maple
berdaun merah lebat. Obsidiannya tak lelah untuk mengitari sekitar restaurant hingga ia menemukan
objek yang selalu diamatinya setiap harinya. Tampaknya hari ini Chanyeol telah meneguhkan hatinya
untuk bertatap muka dengannya –nanti. Ia akan berbicara dengan Baekhyun sekaligus menjawab
pertanyaan bodoh Baekhyun waktu itu. Pemuda manis itu masih setia melayani setiap pelanggan, tanpa
tahu kalau salah satu pelanggannya adalah Chanyeol.

'Aku merindukanmu, Baekhyun-ah.'

Chanyeol tersenyum kecil, saat pemuda mungil berambut hitam itu tengah tersenyum kearah para
pelanggannya. Dengan cekatan tangan mungilnya mencatat semua pesanan, setelah membungkuk ia
akan mencari meja lain yang belum dilayani, lalu menyapa kembali dengan senyum indahnya. Pemuda
manis itu lalu melangkah pergi barang sebentar untuk memberikan notenya pada salah satu koki.
Chanyeol sedikit terkekeh saat pemuda mungil itu tersandung kakinya sendiri, untungnya dia tak sampai
terjatuh dan menjadi bahan tertawaan seluruh penghuni restaurant. Pemuda mungil itu menggaruk–
garuk kepalanya dan mengambil notenya yang terjatuh. Dengan bibir yang mengerucut, dia kembali ke
tempat duduknya, menanti pelanggan lain. Sesekali jari lentiknya mengetuk–ketuk dagunya mengisi rasa
kebosanannya.

'Sangat cantik dan manis. Sempurna...'

Pemuda mungil itu mengibas–kibaskan tangannya kearah lehernya, mengusap peluh di pelipisnya atau
meniup–niup surainya dengan gerakan imut yang sangat menggemaskan bagi Chanyeol. Dan setiap
gerakan serta ekspresi pemuda itu, selalu berhasil menyita perhatian Chanyeol. Membuatnya
melupakan capuccinonya yang mulai mendingin dan lebih menikmati debaran jantungnya yang
menggila. Sangat cepat dan membuatnya hangat. Dia baru sadar kalau mencintai seseorang itu akan
semenyenangkan ini. Perasaan ini bahkan lebih besar dari perasaannya pada Yejin dulu.

'Aku harus membawamu pulang, Baekhyun-ah.'

"Baixian!"

Pemuda mungil bername-tag Baekhyun itu menoleh kearah pemanggilnya dan menemukan Joonmyeon
yang melambai kearahnya, memintanya untuk masuk ke dalam ruangan manager restaurant Huang itu.
Nyonya Huang memang pemilik restaurant ini, namun manager restaurant ini adalah Kim Joonmyeon
dan Tao juga ikut membantunya. Baekhyun tersenyum lalu mengangguk. Kakinya berlari–lari kecil ke
dalam ruangan manager retaurant itu dan menghilang di balik pintu. Melihat kepergian Baekhyun,
Chanyeol mendesah kecewa.

Canada, 10.00 P.M


"Hati – hati Baibai!"

"Tentu! Kau juga Myungsoo! Sungyeol hyung! Guixian gege! Bye. Bye!" Ketiga pemuda tinggi itupun
pergi berlainan arah dari jalan Baekhyun. Baekhyun tersenyum dan mengeratkan jaketnya. Uh—dia
masih saja tak tahan udara dingin. Sesekali ia akan menggosok–gosokkan kedua telapak tangannya dan
menempelkannya pada kedua pipinya. Bibirnya mengulas senyum saat merasakan aliran hangat dari
telapak tangannya. Kedua mata indahnya menatap langit yang berwarna gelap dengan bintik–bintik
berkilauan yang menghiasinya. Malam terlihat sangat terang meskipun udaranya sangat dingin. Ia ingat,
dulu ia selalu tidur dengan Luhan saat memasuki musim dingin.

'Luhan hyung. Eomma. Aku merindukan kalian—' Baekhyun menunduk saat merasakan matanya mulai
memanas. 'Kyungsoo, Kai, Sehun, aku juga merindukan kalian. Apa ini sudah saatnya aku kembali?'
Gosokan di hidungnya menandakan kalau pemuda mungil ini tengah menahan tangis. Walaupun sudah
hampir 4 tahun berada di Kanada, dia masih saja merindukan kenangan di Seoul. Merindukan
semuanya. Masa sekolahnya, kehangatan rumahnya, semua sahabatnya, teman seperjuangannya. Dan
dia bahkan sangat merindukan sosok jangkung yang menjadi tetangga apartemennya itu. Baekhyun
mengusap liquid di sudut matanya dan tersenyum simpul. Ia membenarkan jaketnya sekali lagi dan
kembali meneruskan langkahnya. Sesekali ia bersenandung kecil saat merasa bosan.

Tes.

Tes.

Tes.

"Huh? Hujan?" Matanya membulat dan ia pun segera mempercepat langkahnya. Dia harus kembali ke
apartemennya sebelum hujan semakin menggila. Tinggal melewati belokan di depannya dan dia akan
sampai di apartemen hangatnya.

Tap
Tap

Tap

Suara langkah kaki di belakangnya membuat jantung Baekhyun berdegup kencang. Enggan menoleh ke
belakang, Baekhyun lebih memilih mempercepat langkahnya. Takut kalau–kalau ada penguntit di
belakangnya. Hujan yang awalnya hanya rintik–rintik, perlahan mulai deras dan membasahi jaket
Baekhyun. Ia menjadikan kedua tangannya sebagai payung dan berlari kecil. Saat akan berbelok, ia
merasakan tangan seseorang membekap mulutnya dan menyeretnya menuju gang gelap.

"Hmmpph—" Baekhyun meronta dalam kungkungan orang asing ini. Baekhyun dapat merasakan
punggungnya terasa panas dan sakit saat orang itu membenturkannya ke tembok gang. Baekhyun
membulatkan matanya saat tangan orang itu menangkup kedua pipinya dan mendaratkan kecupan di
bibirnya. Jantungnya berdegup tak tenang, nafasnya bahkan tercekat di tenggorokan. Hanya menempel
namun sensasi yang dirasakan seluruh sarafnya sangat menggila. Mata sabitnya mengerjap–kerjap lucu
saat orang asing ini menjauhkan wajahnya. Sinar lampu yang menembus gang ini sedikit demi sedikit
membantu penglihatannya. Jantungnya makin berdebar kencang saat wajah orang itu semakin jelas.

"Chan—Chanyeol—"

Cuph.

"Dengarkan aku." Baekhyun ingin membuka mulutnya lagi namun Chanyeol menempelkan jari
telunjukkan pada bibirnya. "Aku hanya akan mengatakannya sekali. Aku mohon dengarkan aku."
Akhirnya Baekhyun hanya mengangguk. Semua terlalu cepat, ia belum bisa mencerna kehadiran
Chanyeol yang tiba–tiba ini. Chanyeol mengusap pipi Baekhyun dan tersenyum lembut. "Maafkan aku
karena telah menyakitimu selama ini, Baekhyun-ah. Maaf karena menyianyiakanmu. Maaf karena selalu
membuatmu menangis. Maafkan aku yang bodoh ini, Baekhyun-ah. Maafkan aku yang tak pernah mau
melihat ketulusanmu. Maaf."

Cuph.
"Aku merindukanmu, Baekhyun-ah."

Cuph.

"Aku benar−benar mencintaimu. Sangat mencintai Byun Baekhyun." Mata Baekhyun memerah
mendengar penuturan Chanyeol. Detakan jantungnya pun makin menggila di dalam sana. "Aku memilih
Byun Baekhyun, karena selama ini yang kukenal adalah Byun Baekhyun. Namun harus kuakui, berkat
saudara kembar Yejin, aku bisa menyadari perilakuku dan mengubah sikapku yang kasar. Itu semua demi
Byun Baekhyun. Dan aku juga harus berterima kasih pada sosok Baixian. Karena munculnya sosok itu,
aku bisa selalu dekat dengan Baekhyun dan bisa mengembalikan Baekhyunku yang dulu. Aku mencintai
Baekhyun. Byun Baekhyun..."

"Aku sudah menanggalkan margaku, Yeol. Aku bukan siapa−siapa sekarang." Chanyeol tersenyum lagi,
dan mengecup pucuk hidung Baekhyun hingga kedua pipi pemuda itu bertambah merah.

"Aku akan memberikan margaku padamu. Kau adalah milikku dan aku tak bisa melepasmu lagi. Park
Baekhyun. Bagaimana? Kau menyukainya? Aku rasa nama itu tidak terlalu buruk." Baekhyun menahan
bibirnya untuk tidak tersenyum lebar mendengar tawaran dari Chanyeol. Memakai marga Chanyeol?
Mimpi apa dia sampai memakai marganya? Ini benar−benar hadiah yang sangat berharga. Mana bisa
Baekhyun menolaknya. "Apa kau mau mengulang semuanya dari awal, Baek? Apa kau mau
memberikanku kesempatan sekali lagi?"

Mata dan hidung Baekhyun terasa semakin memanas. Entah sejak kapan matanya mulai meneteskan
liquidnya. Wajahnya masih terlihat merona walau pun telah basah oleh rintik hujan dan airmatanya
sendiri. Mendengar suara Chanyeol, sentuhan Chanyeol, dan ciumannya, seakan menghangatkan
seluruh sistem tubuhnya. Hawa dingin yang sempat menusuk – nusuk kulitnya entah menguap kemana.
Semua terasa hangat saat kedua tangan Chanyeol mulai melingkari tubuhnya. Mendekapnya dan
memberikan semua kehangatan yang dirindukannya. Tangan mungilnya terangkat dan membalas
pelukan Chanyeol. Membiarkan nafas Chanyeol beradu dengan kulit lehernya. Mengeratkan
dekapannya dan melesakkan wajahnya ke dada Chanyeol. Mendengar alunan detakan jantung Chanyeol
yang seirama dengan miliknya. Dia sangat merindukannya, terlalu sulit melepasnya.

"Terima kasih, Yeol−ah. Aku juga mencintaimu..." Dan Chanyeol dapat merasakan kelegaan yang luar
biasa dalam lubuk hatinya. Semuanya terasa lengkap sekarang.
.

At Baekhyun's apartement

"Apa itu, Baek?"

"Ini dari Tao. Sepertinya dia tadi kemari dan meninggalkan susu strawberry di pintu apartemenku."

"Boleh aku memintanya?"

"Bajumu basah Chanyeol. Kau ganti baju dulu lalu makan malamlah di apartemenku."

"Siap kapten!"

At Kris' house

"Kenapa kau tersenyum seperti itu, Tao−ie?"

"Aku puas karena sudah mengerjai Baixian, Kris ge. Aku penasaran dengan efeknya besok pagi."

"Mengerjai?"
"Kau tahu, aku sudah mengkontaminasi susu yang kubelikan untuk Baixian tadi dengan cairan dari botol
ini."

"Botol apa itu?"

"Obat perangsang."

"MWOOO?!"

"To be continued—"

Special Thanks For ::

[ anodecano ][ Tikha Semuel RyeoLhyun ][ BBHPCYXOXO ][ vitCB9 ][ mery'leonahizhiz ][ Pramudya ]


[ unique fire ][ GreifannyGS ][ realkkeh ][ LoveHyunFamily ][ rexs1130 ][ Nenehcabill ]
[ yesbyunbaekhee12 ][ tyrhyeee ][ TrinCloudSparkyu ][ sunggi-chan ][ Bumble Bee Baek ][ rizqibilla ]
[ chanbaekids ][ i-BAEK ][ ajib4ff ][ rima'ristina ][ oktaviarita'rosita ][ aiyanijaya ][ ssnowish ][ deplujung ][
Dhea485 ][ hunipples ][ fuawaliyaah ][ Minny Kpopers Fujoshi ][ 10100Virus ][ mayumi'sheena ]
[ fufuXOXO ][ zyxxyzlay15 ][ kioko2121 ][ indaaaaaahhh ][ Asmawi'Imam ][ soshialisasi ][ G'No ]
[ amalia1993 ][ HeppyERpy ][ RLR14 ][ Yeollbaekk ][ Meriska-Lim ][ PCYBBHLUV ][ cingchong ][ exindira ][
Jung Eunhee ][ chankaish ][ Yo Yong ][ Lidya Kim ][ ayumKim ][ Bacon ExoStan ][ baekkam ][ miraiocha ]
[ Babies BYUN ][ chenma ][ Choi Hyun Young ][ Baekhyunniee ][ Thiiya ][ Zelo ChanBaek ][ ChanBaekLuv ]
[ YeWon3407 ][ xlkslb-ccditaks ][ Ancient Kyungmyeon ][ Tsuchiya Keda ][ yusnizhecwek'kempong ]
[ Titan18 ][ ByunByun Ran ][ ichigo song ][ devrina ][ sephiasparKyu ][ exoff88 ][ AikoByun ][ reiasia95 ]
[ devi'andhaniputrii ][ Chanhun9490 ][ PandaCherry ][ innocentssi ][ TeukTeukTeukie ][ chanbaekhyeon ]
[ whitegulliver ][ Lu-ttleDeer ][ vionaaaH ][ samkou ][ nuranibyun ][ deidara'futch ][ Rina972 ]
[ deeryeosin ][ bapexo ][ Yulie Choi ][ ryanryu ][ cindy ][ riza'nafa'9 ][ chanbaekshipper ][ Ddobi88 ]
[ parklili ][ Happy Delight ][ Parkbyun0627 ][ Tabifangirl ][ Haruru-chan ][ nur991fah ][ Chanbaek ][ A Y P ]
[ rianyoktaviani ][ parkbyunsarang ][ miyuk ][ jessikwang ][ ohjeonqt ][ vivikarisma ][ Eileen Kim ][ Saki
137 ][ byun baekri ][ mirahuang ][ ELF ][ jjmeyda ][ alysaexostans ][ jeje ][ 90Rahmayani ][ Dororong ]
[ lili ][ ChickenKID ][ KimChanBaek ][ Kim baekkie ][ Pcy ][ .com ][ Guest ][ oh nyim ][ baeksounds ]
[ Baekby ][ Guest 2 ][ LA ][ xiwifeu ][ sehunaqt ][ monic ][ Baekhyun92 ][ byunbaekk ][ chokyupila ][ Park
FaRo ][ XiaoXian ][ Guest 3 ][ HChY ][ HunPinkuPinku ][ inggit ][ LuBaekShipper ][ byubtae92 ][ Yuyuchan
EXO ][ Reka ELF ][ otpsforlife ][ Oh Lana ][ ceci ][ Guest 4 ][ Ltgpw ][ minbyuliee ][ purploo ][ novi-chan ]
[ Fosbaekliner ][ parkdoben ][ chby92 ][ Syifa Nurqolbiah ][ rachel suliss ][ Byun Ris ][ bekkie love ]
[ sasunarunee ][ babysoojongin ][ BLUEFIRE0805 ][ riskaystsa ][ sesese ][ Dhita ][ rezztu'yutha ]
[ Khasabat04 ][ Karen Lee ][ arvita'kim ][ xiaoboo ][ belaaa ][ Ririn Cross ][ zoldyck ][ JungSooAeELF ]
[ mellisaangie ][ bellasung21 ][ mirahuang ][ chanbeak95 ][ babybaekwiin ][ babybaekwinn ][ URuRuBaek
][ Guest 6 ][ exoFAN 110203 ][ baekhaan ][ anonymous ][ Guest 7 ][ Guest 8 ][ namuloveme'7 ][ DaeKim ]
[ sapuas ][ orangecaramelo ][ rpnapcy ]

A/N :

AH, I'M REALLY SORRY FOR M.O.E & 1000 AFFECTIONS WILL DISCONTINUE & DELETED AS SOON. THERE
ARE MANY SOMETHING WORSE OVER THERE. PLS, DO UNDERSTAND. YOU MIGHT BE HATE ME OR
WHAT. IDEC. I'M TIRED MUCH. DYING. SORRY...

Chapter ini ada yang mengganjal atau enggak? Kayaknya aku sedikit ragu karena ini memang belum aku
check sebelumnya... males. Hhihi. Tolong beritahu di kotak review kalau ada yang aneh di kalimatnya,
nanti bakalan aku edit!

SORRY FOR TYPO[s]! I KNOW IT'S REALLY ABSURD AND MESS UP! BUT, REVIEW JUTHEYONG...

LOT OF LOVE, EFFIE.

« First « Prev Ch 17 of 21 Next »

Review
Share: Email . Facebook . Twitter

Story: Follow Favorite

Author: Follow Favorite

Contrast: Dark . Light

Font: Small . Medium . Large . XL

Desktop/Tablet Mode . Blog . Twitter . Help . Sign Up  

FanFiction

Just In

Community

Forum

More

C O N F E S S I O N by Blood Type-B

TV » EXO Next Door/우리 옆집에 엑소가 산다 Rated: M, Indonesian, Drama & Hurt/Comfort,
Words: 93k+, Favs: 965, Follows: 706, Published: Sep 15, 2013 Updated: Apr 24, 2015

2,413 Chapter 18

CONFESSION (고백)

Cast : Baekhyun. Chanyeol. Kyungsoo. Kai. Luhan. Sehun

Pairing : ChanBaek [main]


Length : Chaptered [Chap 18 = 5K words]

Genre : BL Romance. Friendship. Family

Rating : Semi M [−or M? for long foreplay scene] JUST FOREPLAY OKAYY!

CHAPTER 18

Seoul

Kyungsoo dan Kai kini tengah berada di dalam mobil untuk menuju toko perhiasan di sekitar jalan
Myeongdong. Kyungsoo tampak terdiam sembari memandangi jalanan dengan tatapan kosongnya.
Sekitar sebulan yang lalu, Kai telah melamarnya, dan seminggu lagi adalah hari pernikahan mereka
berdua. Kyungsoo diam bukan karena dia tidak menyukai pernikahannya. Ia sangat bahagia malah.
Hanya saja, dia teringat Baekhyun. Dulu, setiap ada hal yang terjadi diantara keduanya, mereka pasti
saling bercerita satu sama lain. Kyungsoo juga sangat menyukai bagaimana reaksi Baekhyun setiap ia
membawa kabar gembira. Ia merindukan semua kenangan itu. Ia bisa membayangkan bagaimana wajah
bahagia Baekhyun jika dia mengetahui hal ini. Mereka pasti sudah berpelukan layaknya teletubies.
Kekanakkan, namun menyenangkan.

Ia menghela nafas, tak menyadari kalau Kai tengah memperhatikannya sedari tadi. Pemuda berkulit tan
itu tahu apa yang dipikirkan kekasihnya. Baekhyun juga sahabat kecilnya, ia pun merindukannya. Namun
apa daya. Segalanya sudah mereka lakukan, namun mereka tak dapat menemukan Baekhyun. Sesekali
Kyungsoo dan Kai akan berkunjung ke rumah Baekhyun untuk mengurangi rasa rindu mereka, sekaligus
menjenguk ibu Baekhyun yang tengah sakit. Mengingat keadaan Nyonya Byun yang hanya duduk diatas
kursi roda, membuat Kyungsoo merasakan kesedihan yang mendalam. Kenapa semua jadi sekacau ini?

Kyungsoo tersentak saat merasakan puncak kepalanya diusap lembut oleh tangan besar Kai. Mereka
saling menatap satu sama lain selama beberapa detik sebelum akhirnya Kai tersenyum lembut. Hangat,
hingga masuk ke dalam hati Kyungsoo, senyum yang selalu membawa ketenangan padanya. Sebelah
tangan Kyungsoo melepaskan tangan Kai dari kepalanya, mengenggamnya pelan, sambil sesekali
mengusapnya. Kai sendiri hanya bisa tersenyum kecil dan sesekali melempar pandangannya ke depan.
Membagi konsentrasinya pada jalanan yang sedikit sepi ini.

"Kau merindukannya?" Kyungsoo melepaskan tangannya dari tangan Kai, dan mengedarkan
pandangannya ke depan. Ia mengangguk pelan sementara Kai meliriknya.

"Dia pasti senang mendengar berita pernikahan kita. Tapi bagaimana aku menyampaikannya jika aku
saja tak bisa menemuinya."

"Dia akan kembali pada kita. Kau harus yakin, hm?" Kyungsoo menatap Kai dan Kai balas menatapnya
dengan sorot mata yang penuh harapan. Seolah menuntunnya untuk terus berharap akan keajaiban itu
suatu saat. Dimana mereka berkumpul kembali bersama sahabat mereka. Orang yang mereka sayangi.

"Aku pilih yang itu, Kai. Kau setuju?" Kai menatap cincin pernikahan yang ditunjuk Kyungsoo dengan
tatapan bingung. Mereka baru saja sampai di tempat yang diinginkan Kyungsoo, dan pemuda manis itu
langsung saja memilih model cincin yang akan mereka kenakan di pernikahan mereka, seolah ia
memang telah mengincarnya sejak dulu.

"Kau serius? Kau langsung memilih ini?"


"Kenapa? Kau tidak suka?" Kai tersenyum dan mengusap rambut Kyungsoo. Tak peduli akan tatapan
bingung beberapa pegawai disana. Well, mereka sesama lelaki namun bersikap sangat mesra, bagi orang
awam yang melihatnya langsung, pasti bingung kan?

"Aku menyukainya. Hanya saja, kau seperti sudah mengincarnya sejak dulu." Kekehan kecil keluar dari
bibir tebal Kai, membuat Kyungsoo mengerucutkan bibirnya lucu. Pemuda bermata bulat itu membuang
nafas perlahan dan mencoba cincin yang lebih kecil. Pas sekali di jari manisnya. Masih sama seperti
pertama kali ia mencobanya.

"Aku memang pernah mencoba cincin ini... bersama Baekhyun." Perlahan, senyuman Kai mulai luntur. Ia
menatap iba pada kekasihnya sendiri. Sesedih itukah ketika sahabat baik kita harus meninggalkan kita?
Kai dan Baekhyun memang mengenal lama dan berteman sejak kecil. Mereka memang dekat, namun
sebatas teman akrab. Sedangkan Kyungsoo? Ia sudah merasa seperti saudara sedarah. Walaupun
pertemuan keduanya singkat, namun berkesan karena mereka selalu berbagi dalam suka maupun duka.
Seperti sepasang sepatu yang tak akan berguna lagi jika satunya hilang. Seperti itulah kedekatan
keduanya.

"Kalian pernah kemari?"

"Ya. Hanya iseng sebenarnya." Kyungsoo menatap cincin itu dengan senyuman kecut. "Kami
berjalan−jalan disekitar Myeongdong dan tidak sengaja melihat cincin ini masih promo. Kami langsung
melihatnya, dan Baekhyun sangat menyukainya. Ia memaksaku untuk mengucapkan sebuah janji." Kai
menyerngit heran, namun ia tetap mendengarkan cerita Kyungsoo. "Jika Baekhyun menikah duluan, ia
akan langsung membeli cincin ini dan mengenakannya disaat pernikahannya. Namun, jika aku yang
ternyata menikah duluan, maka aku harus membelinya karena ini adalah pilihan Baekhyun. Mau tidak
mau aku menyanggupinya. Meskipun ini bukan cincin yang sama seperti yang kami lihat dulu, namun
cincin ini sama modelnya. Jadi aku ingin membeli ini." Tangan Kyungsoo menggoyangkan kotak cincin itu
di depan wajah Kai. Kai tersenyum lembut dan mengangguk perlahan.

"Baiklah. Kita akan membeli yang ini."

Confession © ChanBaek
Canada

Baekhyun menggerutu kesal karena Chanyeol tidak segera datang ke apartemennya. Ini sudah sejam
sejak ia menyuruhnya untuk membersihkan diri. Namun dimana pria sialan itu? Bukankah seharusnya
mereka makan malam bersama? Ia sudah selesai dengan semua makanan di meja, namun pemuda
kelebihan kalsium itu tak juga datang, membuat supnya mulai dingin karena terabaikan. Baekhyun
memutuskan menuang susu strawberry pemberian Tao pada gelas bergambar rillakumanya. Ia
mengusap jemarinya diatas bibir gelas itu dan mulai mengingat−ingat apa yang terjadi padanya
beberapa jam yang lalu.

Ia kembali mengingat bagaimana Chanyeol menciumnya dan menjelaskan semuanya di bawah guyuran
hujan. Astaga, benar−benar seperti drama dan itu romantis sekali. Ia dulu bahkan tak berani
membayangkan untuk bisa bersama Chanyeol, orang yang dulu dibencinya. Pemuda yang merusak masa
SMAnya. Mengingat kelakuan Chanyeol dulu, membuat Baekhyun tersenyum kecut. Chanyeol sangat
membencinya dulu, bahkan memanfaatkan Kyungsoo untuk menghancurkannya. Ia menghela nafas
perlahan, apa dia bisa mempercayakan hatinya pada pemuda itu sedangkan dia maupun Chanyeol dulu
saling membenci?

"Mungkinkah ini salah bukti dari buku Robert Fulghum?" monolognya sendiri. Ia menggedikkan bahunya
sebelum akhirnya menenggak minuman berwarna pink itu perlahan. Meneguknya hanya dalam sekali
minum. Tanpa tahu kalau di dalam minuman itu telah mengandung sesuatu yang akan merubah seluruh
malamnya lebih sempurna dari malam−malam sebelumnya.

Chanyeol kini tengah bertelepon dengan Kai. Pemuda berkulit tan itu meminta maaf karena
mengundang Chanyeol dengan cara meneleponnya. Hell, dari Korea ke Kanada akan memakan waktu
yang lama hanya untuk mengepost undangannya. Jadi, Kai memutuskan untuk membuat slide gambar
undangan di galaxy note−nya yang mengirimkannya pada Chanyeol dalam bentuk video. Setelah
Chanyeol melihatnya, ia pun langsung menelepon Kai, tak peduli biaya yang akan dihabiskannya untuk
berhubungan antar negara. Ia sangat terkejut melihat undangan itu.
"Kau gila! Kalian menikah duluan? Sial. Dan apa−apaan ini? Bagaimana bisa kau mengundangku dengan
undangan menggelikan itu?" omel Chanyeol dan mendapat kekehan dari seberang. Kai masih saja
tertawa kalau Kyungsoo disana tak memukul lengannya.

"Aww, Kyungie baby! Ini sakit!" ucapan Kai membuat Chanyeol memutar bola matanya malas. Mereka
berdua selalu saja berlovey dovey dan menjadikannya obat nyamuk. Tidak di Korea, tidak di Kanada,
sama saja. "Maaf yeol, Kyungsoo sedang dalam mode monster!" –HEY! Suara Kyungsoo yang tengah
protes di seberang telepon membuat dua pemuda –ChanKai− itu tertawa bersama. "Jadi, kau bisa
datang kan? Aku akan membunuhmu jika kau tidak datang!" ancam Kai sok ganas. Chanyeol menatap
langit−langit kamarnya kemudian tersenyum, atau lebih tepatnya ia menyeringai.

"Aku akan datang dan membawakan hadiah spesial untuk kalian berdua." ujarnya sok misterius. KaiSoo
di seberang hanya saling tatap dan menggedikkan bahu tidak peduli. Palingan juga kado konyol, melihat
siapa yang memberikannya adalah si Park Idiot.

"Ya..ya, kalau bisa yang mahal." Chanyeol mendengus kesal dan KaiSoo terbahak. Mereka terus
membicarakan hal konyol hingga mata Chanyeol yang tak sengaja melihat jam dinding langsung
terbelalak. Baekhyun! Ia punya janji dengan Baekhyun!

"Kai, Soo−ya. Aku tutup ya! Aku lupa jika punya setumpuk tugas mengerikan dari dosenku." Setelah
mendengar jawaban mengiyakan dari seberang, Chanyeol langsung saja mematikan sambungan
teleponnya dan bergegas memakai kaos hitam tanpa lengan. Well, dia tadi halfnaked saat bertelepon
dengan KaiSoo. Ia meraih handphonenya dan segera menuju pintu. Baru saja ia menggenggam knop
pintunya, handphonenya sudah berbunyi dan terpampang nama 'Baixian' di layarnya. Ia menyerngit,
dan tanpa babibu langsung mengangkat panggilan itu.

"Yeob—" Chanyeol menghentikan suaranya dan dahinya berkerut saat mendengarkan suara rintihan
disana. "B−Baekhyun, gwenchanha?" tanyanya panik dengan mata yang membulat penuh kekhawatiran.

"C−Chanh. Hh, C−Chanyeol, tolongh—" Baekhyun terdengar menarik nafas panjang dan
menghembuskannya dengan cepat. "A−Aku—"
"Aku akan kesana!" ucap Chanyeol tanpa sadar kalau suaranya meninggi. Ia frustasi mendengar nada
suara Baekhyun yang aneh dengan sedikit... desahan atau mungkin rintihan kesakitan? Entahlah. Ia
langsung saja mematikan sambungan telepon itu dan berlari ke apartemen Baekhyun. Ia memencet
password kamar Baekhyun dengan tergesa−gesa sehingga berulang kali ia mendapatkan error kode. Ia
menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. Setelah merasa ia bisa berpikir jernih, Chanyeol
langsung memencet digit angka itu secara hati−hati.

Cklek.

Berhasil!

Confession © ChanBaek

Hal pertama yang dilihat Chanyeol adalah Baekhyun yang tengah bersimpuh di samping meja makan
dengan keadaan yang kacau. Chanyeol berlari menghampiri kekasihnya itu dan hanya mendapat tatapan
sayu dari Baekhyun. Wajah pemuda mungil itu berpeluh dan kedua kakinya menempel erat seolah
menutupi sesuatu di selangkangannya. Rambutnya acak−acakan dan nafasnya memberat. Berulang kali
Chanyeol bertanya, namun Baekhyun hanya menggeleng. Suaranya seolah habis karena ia menahan
sesuatu yang ia sendiri tak tahu apa. Tangan Chanyeol mengusap peluh−peluh itu, dan ia hanya mampu
meneguk ludah melihat leher jenjang Baekhyun yang berpeluh. Ia menggelengkan kepalanya saat
pikiran kotor mulai melintas di otaknya.

"Berdirilah. Lebih baik kau duduk di kursi, Baekhyun−ah." Chanyeol menarik lengan dan tangan
Baekhyun, namun pemuda kecil itu hanya mengigit bibirnya dan menggeleng lemah. Dahi Chanyeol
makin berkerut saat melihat kedua kaki Baekhyun yang merapat layaknya diberi lem perekat.
"Baekhyunee, ayolah..." Dengan sangat terpaksa Baekhyun menuruti perintah Chanyeol dan seiring
tarikan lembut dari Chanyeol, Ia mulai mengangkat tubuhnya. Ia menunduk malu saat mereka telah
sama−sama berdiri dengan Chanyeol yang menatap selangkangan Baekhyun dengan mata yang
membulat.

"J−Jangan dilihat! Ugh.." Wajah Baekhyun memerah hingga kupingnya. Ia sudah susah payah mencoba
berdiri tadi, namun ia selalu merasa sakit di bagian privatnya. Ia pun terpaksa menghubungi Chanyeol,
tapi entahlah... dia menyesal melakukannya karena respon Chanyeol benar−benar membuatnya malu.
"K−Kenapa bisa seperti itu?" tanya Chanyeol ragu. Ia pun mulai menatap wajah sayu Baekhyun sebelum
pikiran kotor memasuki otaknya karena terlalu lama melihat bagian itu. Inikah alasan suara Baekhyun
yang memberat, tubuh yang berpeluh, dan... astaga, tentu saja pemuda itu kesakitan kalau bagian
privatnya saja bisa membesar seperti itu. "K−Kau menonton video porno atau apa?" tanya Chanyeol
konyol. Sungguh, dia tak menyadari apa yang tengah diucapkannya tadi. Wajah Baekhyun semakin
memerah dan ia segera menunduk. Menyadari ucapannya yang mungkin terdengar frontal oleh
Baekhyun, Chanyeol pun memutuskan untuk membawa kekasihnya duduk di kursi meja makan. "Ah
sudahlah, aku tahu kau bukan orang pervert seperti Jongin." Baekhyun nyaris saja tertawa kalau dia
tidak ingat dengan urusannya yang lebih dangerous daripada Jongin dan otak pervertnya.

"Apa yang kau makan tadi? Atau mungkin kau minum?"

"Ermh, A−Aku belum makan apapun dan hanya meminum susu dari Tao." jawab Baekhyun susah payah
sembari menahan suara anehnya yang bisa saja keluar tanpa bisa dikontrolnya. Chanyeol menjentikkan
jarinya saat nama Tao keluar dari bibir tipis Baekhyun. Pemuda tinggi itu mengusap wajahnya −yang
tiba−tiba saja memerah− dengan frustasi. Ia mengambil air putih dan memberikannya pada Baekhyun.
Dengan tangan sedikit gemetar Baekhyun mengambilnya dari tangan Chanyeol dan hampir tersedak
meskipun ia telah meminumnya dengan hati−hati. Pemuda tinggi yang telah menjadi kekasihnya itu
tiba−tiba saja mengelilingi dapurnya dan mengobrak−abrik tempat sampah di sekitarnya.

"Apa yang kau..." Baekhyun merintih pelan lalu mengigit bibirnya barang sebentar. "Apa yang kau cari?"

"Sesuatu yang mencurigakan." Matanya berkilat saat menemukan apa yang dicarinya. Chanyeol
mengambil sticker aneh yang tergeletak di samping lemari es Baekhyun dan mulai membaca sederet
kalimat inggris disana. "Sial!" runtuknya dan Baekhyun pun langsung menatapnya. "Dia memberimu
obat perangsang dengan dosis yang cukup—ah, bagaimana mengatakannya?! Efek sampingnya sangat
mengerikan." Dengusan kesal Chanyeol membuat wajahnya memerah dan urat−urat pelipisnya terlihat.
Tao benar−benar membuatnya kesal. Netranya lalu menatap pemuda mungil yang sibuk mencengkeram
meja makan itu. Wajah sayu dan tatapan menggoda Baekhyun benar−benar meningkatkan libidonya
dengan cepat. Tapi dia tidak bisa melakukan'nya'. Mereka baru saja berbaikan. Ia tak mau menyakiti
Baekhyun.

"A−Apa yang—erghh, apa yang harus kulakukan?"


"Kau... apa kau pernah masturbasi?"

"Err... seperti onani?"

"Ya. Sama saja." Baekhyun menundukkan kepalanya lalu menggeleng pelan. Chanyeol melotot
melihatnya. Astaga, kekasihnya benar−benar polos. Bagaimana bisa seorang lelaki tidak pernah
terangsang oleh apapun? "Kau serius?" tanyanya tidak percaya. Sekali lagi Baekhyun menggeleng,
menyembunyikan wajahnya yang merona parah. Menonton video porno saja tidak pernah, bagaimana
mungkin dia pernah terangsang. Baru kali ini Baekhyun merasakan hal ini, jadi ia sangat panik dan tak
tahu apa yang harus dia lakukan. Chanyeol mendekati Baekhyun lalu melirik kearah celana Baekhyun.
Lagi−lagi ia mendesah frustasi. "Ah, aku lupa. Tanganmu pasti lemas untuk sekedar memuaskan dirimu
sendiri." Chanyeol berdehem sedikit lalu menatap Baekhyun lembut.

"..."

"Hm—" Mungkin ini akan menjadi keputusan gila, tapi Chanyeol akan mencobanya. Setidaknya itu bisa
membantu Baekhyun. "Baek, jika kau mengijinkanku, aku akan membantumu menuntaskannya. Yeah,
kalau kau mengerti maksudku." Baekhyun sontak menatap Chanyeol dengan tatapan tidak percaya.
Wajahnya sudah merah seperti sambal balado dan jantungnya berdebar−debar tak tentu. Ia ingin
melakukannya sendiri, namun benar kata Chanyeol. Entah apa yang dimasukkan Tao, tapi tubuhnya
seolah lemas dan rasa sakit menumpuk di bagian privatnya. Kemejanya bahkan sudah mulai basah,
mulai dari pundak hingga punggungnya karena berkeringat sedari tadi. Ia menggigit bibir bawahnya lalu
mengangguk dengan gerakan kaku.

Chanyeol memejamkan matanya dan merasakan debaran sangat kuat di bagian dadanya. Ia tak tahu
mengapa, ia bahkan sudah pernah melakukannya, hanya saja... ini benar−benar berbeda. Menyentuh
Baekhyun, bahkan bisa membuatnya berkeringat dingin. Ia terus berdoa dalam hati semoga saja ia
mampu mengendalikan nafsunya karena ia tak ingin menyakiti Baekhyun−nya. Chanyeol menunduk dan
meremas tautan tangannya dengan Baekhyun. Ia sangat gugup karena hatinya terasa seperti
meledak−ledak sekarang. Baekhyun sendiri hanya menatap Chanyeol penuh rasa bersalah. Si tinggi
mendongak, menatap mata Baekhyun barang sebentar dan tersenyum lembut, sekaligus menetralkan
perasaan gugupnya. Baekhyun sendiri hanya membalasnya dengan senyuman canggung.

Posisi Baekhyun kini tengah duduk di atas meja makan dengan kedua kaki yang mengangkang di depan
wajah Chanyeol yang tengah duduk di kursi. Keadaan Baekhyun yang hanya menggunakan underwear
benar−benar membuat pemuda tinggi itu menggeram perlahan –tanpa disadari Baekhyun tentunya−.
Kekasih mungilnya benar−benar seksi dan itu membuatnya hampir gila. Chanyeol menuntun Baekhyun
untuk menumpukan kedua telapak kakinya pada kursi di samping kanan dan kiri Chanyeol −untuk
memudahkan pemuda tinggi itu. Kedua tangan Baekhyun menyangga tubuhnya di belakang punggung.
Posisi intim yang sangat mendebarkan. Hanya melakukan hal 'ini' saja, Chanyeol sudah merasa seperti
melakukan sebuah ritual tahuan yang menegangkan.

"Kau bisa mengigit kemejamu, kan?"

"Hh? Kenapa?" Saat mata mereka bertemu, Chanyeol tak sanggup lagi untuk menahan semuanya.
Dengan susah payah ia meneguk ludahnya dan langsung memberikan kecupan kecil di bibir tipis
Baekhyun. Sebagai pengalihan, mungkin. Baekhyun kembali merona dan menunduk dalam. Ia menjilat
sedikit bibirnya.

"Kau pasti akan mengeluarkan desahan, Baekhyunee. Suara itu akan membuat libido seseorang naik
dengan cepat. Aku hanya tak ingin hilang kendali. Apa kau mengerti maksudku?" Baekhyun mengangguk
paham dan langsung mengigit kemeja bagian depannya. Chanyeol tersenyum lalu mengusak rambut
Baekhyun. Ia menahan nafas dan mulai duduk tepat dihadapan bagian pribadi kekasihnya. Dengan
tangan yang berkeringat dan sedikit bergetar, ia menyentuh bagian itu membuat Baekhyun sontak
memejamkan matanya.

Rasanya sungguh aneh. Tubuh Baekhyun langsung bergetar tak terkendali. Ia hampir saja berteriak saat
sentuhan itu berubah menjadi usapan lembut. Keringat dingin di pelipisnya kembali bermunculan. Ia
mengigit kemeja –sekaligus bibir bawahnya− dengan kuat karena suara desahanya nyaris saja lolos. Ia
mendongak dan memejamkan matanya saat merasakan sesuatu yang basah mulai merembes melalui
kain underwearnya dan mengenai kulit kejantanannya. Tubuh Baekhyun langsung menegang. Seluruh
persendiannya melemas saat ia menyadari kalau sesuatu yang basah itu adalah lidah Chanyeol. Bermain
di sekitar kejantanannya –yang masih tertutup underwear− dengan gerakan yang sensual dan lembut.
Kecupan dan sedikit hisapan disana membuat keringat dingin perlahan menuruni pelipis hingga leher
jenjangnya.
Deg

Deg

Baekhyun tidak tahu kalau ternyata rasanya akan sangat memabukkan. Perutnya terasa tergelitik dan
jantungnya berdebar semakin cepat. Kenikmatan mulai menjalar hingga ubun−ubunnya membuatnya
menggeram tertahan. Ia melirik kearah selangkangannya dan melihat Chanyeol tengah menikmati
pekerjaannya sembari berusaha untuk membuka underwearnya dengan tangan kanannya. Ia jadi malu
sendiri, Baekhyun lalu memalingkan wajahnya yang memerah kearah lain. Kenapa Chanyeol terlihat
menikmatinya? Entah mengapa itu membuat perasaannya mulai menghangat. Apa Chanyeol
melakukannya dengan penuh cinta? Lagi−lagi wajah, bahkan tubuhnya ikut memanas.

Deg

Deg

Deg

Tubuh Baekhyun bergetar hebat saat Chanyeol berhasil membuka celana dalamnya. Terlebih saat jemari
Chanyeol tiba−tiba meraih batang kejantanan Baekhyun dan menggenggamnya dengan sedikit remasan.
Pemuda kecil itu tanpa sadar memekik nikmat dan melepaskan gigitan pada kemejanya. Kuku−kuku
tangannya menggaruk meja makan itu dan kepalanya menggeleng−geleng saat Chanyeol mulai
memainkan jari−jari panjangnya disana. Mengusap dan terus mengurutnya dengan gerakan pelan.
Kenikmatan kembali membuat otak Baekhyun berputar. Rasanya aneh namun menyenangkan. Ini
bahkan terasa lebih nikmat dibandingkan susu strawberry dan sekotak coklat kesukaannya.

"Ye−Yeol—ahhh...ermh."

Ia menunduk memperhatikan Chanyeol yang juga memejamkan matanya. Entah apa yang ada dipikiran
pemuda tinggi itu. Wajahnya pun berkeringat seolah ia tengah menahan sesuatu. Saat melihat wajah
Chanyeol mendekat kearah kejantanannya, Baekhyun langsung mengigit kemejanya kembali dan
menutup matanya rapat−rapat. Rasa basah, hangat, dan menakjubkan membuatnya kelimpungan.
Ketika lidah Chanyeol mulai bergerak untuk memuaskannya, Baekhyun rasanya ingin pingsan saja. Ia
terus mengigit kemejanya −dan bibirnya− hingga tanpa sadar ia telah melukai bibir bawahnya.

"Ughhh~ Chanh..." Karena tak sanggup lagi menahan suaranya, Baekhyun langsung melepaskan gigitan
di kemejanya. Jika diperhatikan, kemeja putihnya bahkan sudah basah oleh air liurnya sendiri.
Menandakan kalau ia sudah sangat lama menahan desahannya itu. Chanyeol berusaha menulikan
pendengarannya saat suara Baekhyun mulai mengalun memenuhi indera pendengarannya. Lembut,
berat, dan menggoda. Semakin lama desahan itu semakin keras membuat Chanyeol tanpa sengaja
mengigit kecil ujung kejantanan Baekhyun dan pemuda yang lebih kecil langsung mengerang nikmat.
"Akh, Ya Tuhan! Yeolliehh~" Shit! Tubuh Chanyeol langsung memanas mendengar suara Baekhyun.
Masih mencoba untuk mengabaikan nafsunya yang memuncak, Chanyeol berusaha untuk menuntaskan
Baekhyun, yang entah mengapa sangat sulit. Ia masih berusaha melakukan handjob dan blowjob disaat
yang bersamaan, diiringi suara Baekhyun yang menggema di seluruh ruangan.

'Shit! Brengsek! Aku bisa gila!' batinnya menggeram.

Baekhyun terengah dengan kepala yang mendongak merasakan nikmat yang menjalar ke seluruh saraf
tubuhnya bahkan hingga tulang ekornya. Chanyeol benar−benar seorang ahli. Pantas saja, banyak orang
yang menyukainya. Pantas saja, wanita maupun pria dengan mudah bertekuk lutut padanya. Chanyeol
memang luar biasa dalam hal apapun. Ia bersyukur karena pemuda ini mencintainya. Ya, semoga saja.

"Eunghh~"

Chanyeol memberikan beberapa hickey –kissmark− di bagian paha dalam Baekhyun. Berusaha
merangsang semua bagian sensitif pemuda itu agar ia dengan cepat mendapatkan klimaksnya. Hampir
lima belas menit berlalu namun Baekhyun masih belum bisa mengeluarkan hasratnya. 'Dia benar−benar
kuat menahan nafsu' batin Chanyeol. Ia mengulum, mengigit, menjilat, dan menghisap seluruh bagian
selangkangan Baekhyun dengan tanpa cela. Saat merasakan tubuh Baekhyun mulai bergetar hebat, ia
pun menghisap kejantanannya dengan kuat−kuat.

"Aaaakkhh!" jeritan Baekhyun menandakan kalau ia telah sampai pada klimaksnya yang luar biasa. Ia
menumpahkan spermanya langsung ke dalam mulut Chanyeol hingga membasahi dagu hingga dada
Chanyeol. Tanpa segan−segan Chanyeol menelan semuanya ke dalam mulutnya dan menjilat bibirnya
sendiri lalu tersenyum kearah Baekhyun yang sudah memerah. "K−Kenapa kau menelannya?" tanya
Baekhyun masih dengan nafas yang terengah. Pandangannya masih sedikit memutih dan buram –efek
klimaks− saat menatap Chanyeol. Sungguh, ini adalah hal luar biasa yang baru pertama kali
dilakukannya. Ia bersyukur karena orang yang dicintainyalah yang melakukannya.

"Ini manis." Blush. Wajahnya semakin parah saja. Ia memukul kepala Chanyeol membuat pemuda tinggi
itu meringis. "Kau tahu, kau beruntung karena aku bersedia melakukannya. Biasanya aku tak mau
melakukan ini saat melakukan seks." Senyuman kecil berkembang di bibir Baekhyun. Walau sedikit
cemburu saat mendengar pengakuan Chanyeol, namun ia tahu Chanyeol tak bermaksud menyakitinya.
Mungkin Chanyeol hanya ingin menyampaikan kalau dia adalah orang spesial?

Tanpa sengaja mata Baekhyun menangkap kearah celana Chanyeol dan terkejut melihatnya. Pasti
desahannya tadi membuat Chanyeol menegang. Tiba−tiba ia merasa bersalah saat melihat Chanyeol. Ia
terus menatap pemuda itu tanpa berkedip. Saat Chanyeol hendak pergi dengan alasan ingin ke toilet,
Baekhyun langsung meraih lengannya. Setelah Chanyeol membalikkan badannya, disaat itu pula
Baekhyun langsung menarik wajah Chanyeol dan meraih bibirnya dalam pagutan lembut. Awalnya
Chanyeol kaget, namun dengan segera ia meraih pinggang Baekhyun –yang masih duduk di meja− dan
menempelkan tubuh keduanya. Ia membalas ciuman Baekhyun dengan intensitas yang lebih dalam dan
panas −mungkin karena ia sudah benar−benar tegang. Lidah mereka saling membelit dan menghisap di
dalam rongga mulut Baekhyun. Bunyi kecipak pun langsung memenuhi seluruh ruangan. Tangan
Baekhyun mengusap punggung Chanyeol dengan gerakan acak membuat tubuh Chanyeol semakin
memanas. Baekhyun melepaskan pertautan itu terlebih dahulu lalu menatap Chanyeol, lagi−lagi dengan
pandangan sayu dengan kedua tangan yang melingkari leher Chanyeol.

"Kita lakukan."

"Huh?"

"Kita lakukan saja. Lagipula ini juga salahku karena telah membuatmu tegang." Chanyeol sempat
terkejut saat Baekhyun menyadari perubahannya. Ia menatap ke dalam mata Baekhyun dan tersenyum
saat ia melihat pancaran ketulusan dari kekasihnya. Pemuda berambut meran maroon itu mengangguk
lalu membawa Baekhyun ke dalam ciuman panasnya lagi. Ciuman yang saling menghangatkan mereka
dalam dinginnya malam hujan di Kanada. Berbagi manisnya saliva bersama. Berbagi sentuhan dan
kehangatan bersama untuk pertama kali. Berbagi kecupan dan tanda kepemilikan atas Baekhyun−nya di
semua bagian tubuh polos itu. Menjadikan Baekhyun sebagai miliknya secara paten dalam sebuah
penyatuan yang indah. Dan untuk pertama kalinya, Chanyeol menyentuh seseorang karena cinta dan
bukan karena nafsu seperti yang sebelum−sebelumnya.

Confession © ChanBaek

Baekhyun mengerjap−kerjapkan matanya saat merasakan cahaya mulai memasuki retinanya. Ia bangun
dengan perlahan dan mulai merenggangkan sendi−sendinya yang masih kaku. Jam menunjukkan pukul
delapan pagi, matahari pun sudah terasa panas ketika mengenai kulitnya. Ia terdiam sembari mengacak
rambutnya, mengingat−ingat apa yang dilakukannya semalam hingga membuat badannya pegal−pegal.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

4 det—oh astaga! Bukankah ia dan Chanyeol semalam—

—perlahan pipi Baekhyun mulai dihiasi rona merah. Bibirnya tersenyum amat manis hingga matanya
menyipit seperti bulan sabit. Ingatannya mulai kembali pada kejadian semalam, dimana ia meminta
Chanyeol untuk membantunya 'menuntaskan hasrat'nya, dan mereka justru berakhir di ranjang –atas
permintaannya−. Bagaimana ciuman Chanyeol yang terasa memabukkan, sentuhan jemarinya di setiap
lekukan tubuhnya, lidah Chanyeol yang mengabsen setiap inchi tubuhnya. Semuanya berhasil membuat
jantungnya meledak seketika. Darahnya membuncah hingga wajah Baekhyun semakin merah padam. Oh
astaga!

"Eh, tapi dimana Chanyeol?" Ia celingukan saat menyadari kalau dia sendiri di dalam kamarnya. Perlahan
ia menyingkap selimutnya, dan mendapati dirinya hanya mengenakan kemeja putih tanpa celana –
dalam artian, ia hanya mengenakan celana dalam−. Ia mengedikkan bahunya acuh dan memilih untuk
segera melangkahkan kakinya menapaki lantai untuk menemukan kekasihnya.
"Aisshhh...ugh." Ia meringis saat merasakan perih dan ngilu di bagian belakangnya. Semoga saja bagian
belakangnya tak lebam. Chanyeol semalam benar−benar hebat mengerjainya. Ia benar−benar bergerak
dengan liar. Baekhyun jadi kembali mengingatnya. Bagaimana pemuda itu berada diatasnya dan
menyentuh bagian vitalnya dengan brutal hingga membuat desahannya begitu keras malam itu.

Blush.

"Oh astaga!" Ia meruntuk karena pipinya lagi−lagi memanas saat mengingat kejadian semalam. "Awas
kau Tao! Aku akan balas dendam!" monolognya. Kalau bukan karena ulah Tao, ia mungkin takkan
berakhir di ranjang seperti semalam. Apa dia menyesal? TENTU SAJA TIDAK. Semua yang berhubungan
dengan kekasihnya takkan membuatnya menyesal. Hanya saja, memberi adiknya itu sedikit pelajaran,
tak apa kan?

Baekhyun berjalan keluar kamarnya dengan perlahan. Ia tak mau menyakiti bokongnya sendiri oke? Tak
lama setelahnya, ia menangkap bau sedap dari arah dapur apartemennya. Secara perlahan, ia dapat
melihat sosok tinggi yang sudah dirindukannya itu. Tengah sibuk berkutat dengan masakan di depannya,
membuat pemuda kecil yang memperhatikannya mulai melengkungkan senyuman manis. Ia berjalan
perlahan tanpa disadari pemuda tinggi itu. Setelah sampai di belakangnya, tangan Baekhyun terulur ke
sela−sela lengan Chanyeol dan memeluk perutnya dari belakang. Chanyeol sempat tersentak sebelum
akhirnya tersenyum –walau Baekhyun takkan mengetahuinya−.

"Kau sudah bangun, hum?"

"Hmm.. aku lapar."

"Duduklah di meja makan. Sarapan kita hampir siap." Bukannya menuruti perintah Chanyeol, Baekhyun
justru mengeratkan pelukannya dan mengusakkan wajahnya di punggung Chanyeol. Chanyeol yang
diperlakukan seperti itu hanya bisa tertawa kecil. Baekhyun−nya sangat manja dan itu sangat
menggemaskan. "Hey, Park Baekhyun!"

"Tidak mau~ aku akan menunggumu disini."


"Hhh...baiklah."

Hening. Mereka terdiam dengan pikiran masing−masing. Sebenarnya sedikit canggung juga saat
mengingat apa yang telah mereka lakukan semalam. Baekhyun mengamati pergerakan Chanyeol yang
tampak lucu. Ia sungguh kagum dengan kemampuan memasak Chanyeol. Pemuda itu ternyata sosok
yang sangat hangat dan perhatian. Beruntung sekali dia memiliki Chanyeol. Ia bersyukur semua kejadian
di masa lalunya membuahkan kebahagiaan untuknya. Keheningan terjadi selama beberapa menit
sampai Baekhyun memutuskan untuk kembali membuka suaranya.

"Darimana kau belajar memasak?" Chanyeol menoleh sebentar lalu tersenyum dan kembali mengaduk
supnya.

"Sejak kecil Yoora noona sudah mengajarkanku. Tapi karena aku sudah lupa caranya, aku meminta
bantuan Kyungsoo untuk mengajariku lagi. Dan aku rasa, aku ingin menjadi koki kelak." Tawa renyah
keluar dari bibir itu. Suara tawa yang entah sejak kapan mulai disukai Baekhyun dan masuk ke dalam list
favoritnya.

"Eh, menjadi koki tidak cocok untukmu." gumam Baekhyun pelan "Kenapa kau harus belajar memasak?
Bukankah itu tugas istri masa depanmu?" Chanyeol langsung memutar kepalanya dan mencium ujung
hidung Baekhyun secara tiba−tiba. Membuat jantung pemuda kecil itu langsung meledak karena kaget.

"Karena aku tak mau merepotkan suamiku disaat−saat seperti, Baek." Chanyeol menunjuk hidung
Baekhyun dengan spatula yang dipegangnya. "Setelah kita menghabiskan waktu seperti semalam, aku
tak mungkin menyuruhmu memasak, kan?" Baekhyun menggeram kesal dan bibirnya mengerucut lucu.
Chanyeol pintar sekali dalam hal membuat ia merona. Chanyeol mulai menggoreng telur, tak
memperdulikan kekasihnya yang tengah merajuk. Merasa tak digubris, Baekhyun menggeplak kepala
Chanyeol hingga pemuda bersurai merah itu mengaduh.

"Dasar Park Idiot! Memangnya kau sudah tahu kalau kau akan menikah dengan seorang lelaki?" ujarnya
asal−asalan.
"Tentu saja aku sudah merencanakannya dengan matang. Memangnya kau tak mau menikah
denganku?" Chanyeol menjawab enteng tanpa memandang kearah Baekhyun yang matanya sudah
membola saking kagetnya dengan pertanyaan barusan. Chanyeol secara tidak langsung mengajaknya
menikah, kan? Me−ni−kah? Bayangkan saja seperti apa jantungnya sekarang. Yang pasti perutnya
rasanya melilit dan diremas−remas dari dalam. Sensasi yang menyebalkan sekaligus menyenangkan.
Yang hanya dirasakannya pada Chanyeol, kekasih raksasanya. Cinta terakhirnya? Mungkin.

"Ehem." Baekhyun berdehem untuk menutupi rasa gugup yang melandanya. Melihat kekasihnya salah
tingkah, Chanyeol hanya bisa tersenyum maklum. "Kalau dulu kau tidak bisa menemukanku, apa kau
masih berpikir untuk menikahiku?" tanya Baekhyun terdengar seperti cicitan. Anak ini benar−benar
penasaran rupanya. Atau dia berusaha untuk membuktikan sedalam apa perasaan Chanyeol padanya?

"Dari dulu aku selalu memiliki keyakinan kalau aku akan menemukanmu, Baekhyun−ah." Perasaan
hangat mulai menyusupi hati keduanya. Baekhyun mempererat pelukannya pada perut Chanyeol, seolah
tak ingin kehilangannya.

"Kalau ternyata aku sudah menikah dengan orang lain?" Chanyeol terkekeh.

"Maka aku akan merebutmu darinya..."

"Kalau aku tidak mencintaimu lagi?" Deg. Chanyeol tertegun mendengarnya. Gerakan tangannya yang
ingin meletakkan telur diatas piring langsung terhenti begitu saja. Benar, ia selalu memikirkan
perasaannya pada Baekhyun. Ia tak tahu apa Baekhyun benar−benar masih mencintainya atau justru
hanya kasihan padanya. Bukankah Chanyeol yang sekarang lebih menyedihkan? Dia benar−benar telah
bertekuk lutut pada Baekhyun. Jika Baekhyun tiba−tiba meninggalkannya, mungkin ia akan bunuh diri
hari itu juga. Ia tersenyum kecil dan berusaha membuat jawaban yang terkesan menenangkan –untuk
dirinya dan Baekhyun−nya−.

"Maka aku akan membuatmu mencintaiku..." gumam Chanyeol masih terdengar oleh indera Baekhyun.
"Walau harus menggunakan cara seperti semalam sekalipun."

Blush
"Bodoh!" pekik Baekhyun sembari menggigit punggung Chanyeol. Pemuda tinggi itu dengan refleks
memutar tubuhnya dan mengangkat tubuh kecil Baekhyun keatas pantry dapur. Ia tersenyum lalu
menoel ujung hidung Baekhyun dengan gemas.

"Aku mencintaimu..." Baekhyun tersenyum manis, amat sangat lembut dan cantik.

"Aku lebih mencintaimu..."

Chanyeol memiringkan wajahnya dan segera meraih bibir softpink favoritnya itu. Baekhyun tersenyum
ditengah ciumannya dan segera meraih leher Chanyeol. Mengalungkan lengannya disana dan menarik
kekasihnya lebih dekat. Keduanya saling mengecup, mencumbu, menjilat bahkan menghisap bibir
masing−masing dengan penuh kehangatan. Berbagi ciuman di pagi hari mungkin akan menjadi rutinitas
baru bagi mereka berdua. Awal yang indah untuk keduanya. Bukan begitu?

"To be continued—"

Special Thanks For ::

[ Titan18 ][ welcumbaek ][ cingchong ][ realkkeh ][ Byunkkaeb ][ indrisaputri ][ RLR14 ][ Yuan Lian ]


[ Breakfast Alarm ][ Shin Yo Yong ][ rika'maulina'94 ][ Jung Eunhee ][ Syaqhila Pgbn ][ chanbaekids ]
[ Cloudyvu ][ ajib4ff ][ Lidya Kim ][ arvita'kim ][ i-BAEK ][ Grth ][ Nevada Adhara ][ graceperdana2 ]
[ oktaviarita'rosita ][ sapuas ][ Oh Lana ][ Park Byuna ][ B-Lady ][ Dhea485 ][ yesbyunbaekhee12 ][ vitCB9
][ 10100Virus ][ chankaish ][ IA'AI ][ reiasia95 ][ belaaa ][ sunggi-chan ][ Nenehcabill ][ HeppyERpy ]
[ mery'leonahizhiz ][ Keun Yoon ][ Baekhyunniee ][ kimjongwinn ][ Dororong ][ Babies BYUN ]
[ cesa'juniva ][ Saki 137 ][ chanbaekssi ][ jessikwang ][ rexs1130 ][ cumisaustiram ][ chanbaekhyeon ]
[ exojr ][ ferina'refina ][ xlkslb-ccditaks ][ chenma ][ ChanBaekLuv ][ FSRifiqa ][ NadiasaviraELF ]
[ deplujung ][ Minny Kpopers Fujoshi ][ vivinovy ][ bellasung21 ][ URuRuBaek ][ projenqu ][ exoel ]
[ fufuXOXO ][ ichigo song ][ asdfghpcy ][ exindira ][ minbyuliee ][ indaaaaaahhh ][ beehoney ]
[ amipulungan ][ purploo ][ ByunBina ][ BaekStreet ][ Haruru-chan ][ NyunSehun ][ deerxbear ][ HChY ]
[ ryteuky ][ GGranie ][ ohmydeer ][ doremifaseul ][ Bumble Bee Baek ][ mayumi'sheena ]
[ AmbarAmbarwaty ][ Ririn Cross ][ aiyanijaya ][ LoveHyunFamily ]

[ Dhita ][ TrinCloudSparkyu ][ Khasabat04 ][ baekyeol93 ][ A Y P ][ GreifannyGS ][ teyrey ]


[ chanbaeksjipper ][ Riza'nafa'9 ][ Park Hye Rinzz ][ byunyeolaegy ][ stefhanny ][ baekhyun girlfried ][ La
Noir ][ anita riyanti ][ Byun Hana ][ Rina972 ][ ryanryu ][ KyuHaeELF ][ hyunyoung ][ cindy ][ parklili ]
[ fuawaliyaah ][ 0706 ][ Meriska-Lim ][ Baekhyun ][ Zeze ][ 27 ][ ChanBaek ][ nur991fah ][ KimChanBaek ]
[ baekkkiee ][ Reka ELF ][ kol ][ baekkie-do ][ rianyoktaviani ][ deeryeosin ][ Yuyuchan EXO ][ Syifa
Nurqolbiah ][ Minaaa ][ XiaoXian ][ Baekhyun92 ][ lisa ][ Guest ][ ChickenKID ][ inggit ][ LuBaekShipper ]
[ lili ][ alysaexostans ][ exogurlzz ][ rizqibilla ][ rachel suliss ][ miraiocha ][ Pcy ][ vira ][ baegiant ][ byun
baekri ][ MakeMeOverdose ][ Guest ][ Fosbaekliner ][ DaeKim ][ ceci ][ Guest 2 ][ Guest 3 ]
[ HunPinkuPinku ][ YeollieBaekkie ][ baekkevinka ][ LuhanieBaekk ][ chby92 ][ audrey lovina ]
[ myfancycar2 ][ tanpa nama ][ Guest 4 ][ BlueKim ][ ChanTika ]

[ rosita'atika ][ xoverdosedi ][ Guest 5 ][ ByunPark ][ zyxxyzlay15 ][ nuranibyun ][ YeWon3407 ][ Park Min


Rin ][ EXO88 ][ rpnapcy ][ Ltgpw ][ Parkbyun0627 ][ animous ][ zee ][ xiaoboo ][ lubaek ][ byunbyun ]
[ GalaxYeol ][ syahidaayu10 ][ flameshine ][ tifaah ][ chanbaekbaby ][ Sehunix ][ byunperverthun ]
[ Tabifangirl ][ Han Yeon Chan ][ chanbaek92 ][ exoff88 ][ Yuki Edogawa ][ Guest 6 ][ Baekkie ]
[ sari'mulyani'94 ][ kris's ace ][ xxxsehun ][ oxverdoxe ][ vivikarisma ][ Re'Tao ][ Idinaae Menzel ][ oh
nyim ][ 1004baek ][ baeekkkkkk ][ hanakim12 ][ love exo ][ lee sang sun ][ kkaebsong ][ dancewithdo ]
[ mellisaangie ][ sycarp ][ chanchanyeol61 ][ BaekHan ][ Risa Desriana ][ choi chan ni ][ Byun Ris ]
[ Parkhmexo ][ AphroditeFaust ][ ny'kim88 ][ sesese ][ Guest 7 ][ honeykkamjong ][ IntanayuLstr ]
[ leekyukie ][ areumikim ][ Guest 8 ][ anisarista ][ eenypark ][ Kazuma B'tomat ]

A/N :

Hehe, maaf karena terlambat banget update−nya, udah hampir 2 bulan ya atau malah lebih? *garuk
kepala*. Sebenernya aku itu semangat banget kalau liat review kalian yang nice and lucu−lucu.
Masalahnya, saat mau lanjut, aku justru kehilangan mood nulis gara−gara byun jelek *slapped*. Butuh
berbulan−bulan buat mupuk jiwa hardshipperku kembali.
Hhehe, maaf lagi ye, karena gak bisa ngasih Rate M, aku udah putuskan untuk FF ini bakalan stay di Rate
T+ [*atau semi M yah? Gatau deh!], kalau ada kesempatan lagi, aku bakalan bikin FF Rate M buat
ChanBaek *prokk prokk prokk* *slapped*. Maaf karena udah PHP−in kalian... *bows 90 degrees*

Maaf banget yang udah nunggu terlalu lama. *peace sign*. Buat yang pengen tahu, itu bukunya ada kok
True Love, Robert Fulghum. Sayangnya itu buku terjemahan, jadi bahasanya agak aneh gitu. Oya, udah
pada siap buat nonton The Lost Planet INA gak? *nyengir singa*

« First « Prev Ch 18 of 21 Next »

Review

Share: Email . Facebook . Twitter

Story: Follow Favorite

Author: Follow Favorite

Contrast: Dark . Light

Font: Small . Medium . Large . XL

Desktop/Tablet Mode . Blog . Twitter . Help . Sign Up  

FanFiction

Just In

Community

Forum

More

C O N F E S S I O N by Blood Type-B
TV » EXO Next Door/우리 옆집에 엑소가 산다 Rated: M, Indonesian, Drama & Hurt/Comfort,
Words: 93k+, Favs: 965, Follows: 706, Published: Sep 15, 2013 Updated: Apr 24, 2015

2,413 Chapter 19

CONFESSION (고백)

Cast : Baekhyun. Chanyeol. Kyungsoo. Kai. Luhan. Sehun

Pairing : ChanBaek [main]

Length : Chaptered [Chap 19 = 4K words]

Genre : BL Romance. Friendship. Family

CHAPTER 19

.
Hal terindah dalam hidup Baekhyun adalah mendengarkan musik yang datang dari alunan lembut piano
yang dihasilkan oleh jemari Chanyeol. Alunan indah pianis terkenal Korea, Yiruma, telah
menghipnotisnya untuk tak berpaling dari sosok yang dicintainya itu. Waktu seolah berjalan lambat. Di
ruangan musik itu, seolah hanya ada mereka berdua. Pemuda mungil itu tersenyum manis. Ia sangat
bersyukur kalau pemuda tampan yang selalu hidup dengan musik itu adalah kekasihnya, miliknya.

Iringan lagu 'Maybe' benar−benar mengalun indah di seluruh penjuru ruangan. Ia memejamkan mata
dan memfokuskan pendengarannya pada melodi lembut itu. Mulai membayangkan semua yang telah
terjadi selama hidupnya. Membuka kembali memori kenangan−kenangan lama yang mulai ia lupakan.
Membuka album biru yang selama ini selalu ia tutup rapat. Sahabatnya, kakaknya, orang tuanya dan
Yejin. Semua kenangan−kenangan manis dan pahit yang ia rasakan selama ini.

Dan di akhir dentingan piano itu, setetes air mata turun melewati pipi kanan Baekhyun. Saat kedua mata
bulan sabit itu perlahan terbuka, senyuman lembut Chanyeol langsung menyapa indera penglihatannya.
Hangat hingga masuk ke relung hatinya. Membuat debaran di jantungnya –atau mungkin keduanya−
semakin menggila.

'Aku benar−benar telah terjatuh oleh pesonanya...' –Baekhyun

'Aku benar−benar telah jatuh cinta...' –Chanyeol

Confession © ChanBaek

Ponsel Chanyeol bergetar saat ia tengah menunggu Baekhyun di meja makan apartemen Baekhyun. Ia
membuka pesan gambar dari Sehun setelah sebelumnya melirik kearah Baekhyun yang tampak sibuk
dengan masakannya untuk sarapan pagi mereka. Chanyeol menghela nafas saat melihat gambar yang
terpampang di ponselnya. Itu foto ibu Baekhyun yang tengah duduk di kursi roda dengan wajah yang
sangat pucat, serta syal yang melilit lehernya. Semalam ia menanyakan kabar ibu Baekhyun dan baru
mendapat balasan pagi ini dari Sehun.

"Foto siapa?" suara Baekhyun dari arah belakang membuat Chanyeol tersentak kaget. Ia buru−buru
menutup isi pesannya dan tersenyum bodoh kearah Baekhyun. Baekhyun melotot melihat reaksi
Chanyeol. Ia mulai curiga. "Kau jangan main−main denganku, Park Chanyeol! Berikan ponselmu!" ucap
tegas Baekhyun dengan tangan yang menjulur kearah kekasihnya. Pemuda tinggi itu
menggeleng−gelengkan kepalanya, tanda tidak ingin menuruti perintah Baekhyun. "CHANYEOL!"

"..." Chanyeol menatapnya dengan pandangan memelas. "Jangan. Ini foto masa kecilku! Jangan dilihat!
~" Chanyeol bahkan hampir merengek saat Baekhyun mencoba meraih ponselnya.

"Kalau hanya itu cepat berikan padaku, Park! Aku ingin lihat!"

"Baekhyunee~"

"BE−RI−KAN!" Chanyeol hanya mendesah pasrah dan Baekhyun segera mengambil ponsel kekasihnya. Ia
membuka pesan gambar terakhir yang dikirimkan Sehun. Senyuman jahil dan penuh kemenangan
terpampang di wajahnya. "Ini dia!" Dan senyuman itu langsung luntur saat melihat gambar wanita paruh
baya yang ada di kursi roda itu. Ekspresinya yang tadinya ceria langsung berubah sendu dan matanya
terasa memanas. Chanyeol yang melihat itu langsung panik.

"Baek—"

"E−Eomma—" lirih Baekhyun dengan wajah yang sangat shock saat melihat foto itu. Ia mendekap ponsel
Chanyeol di dadanya bersamaan dengan linangan air mata di pipinya. Saat isakan perlahan mulai
mendominasi tangis Baekhyun, Chanyeol segera memeluknya dan mengusap−usap punggung Baekhyun.
"E−Eomma—" Baekhyun terus mengatakan itu dengan bahu yang bergetar hebat. Ini pertama kalinya
Chanyeol melihat tangis pilu Baekhyun. Sebelumnya, hanya ada tangisan emosi dan amarah. Namun
kini, sosok rapuh Baekhyun mulai terlihat. Ibunya adalah kelemahan Baekhyun.

"Shhh—sudahlah. Jangan menangis. Kau itu lelaki, Baek." canda Chanyeol berusaha menghibur
kekasihnya. Tetapi memang benar kata orang dulu, anak lelaki memang sangat dekat dengan ibunya.
Hati mereka akan berubah menjadi sensitif jika berhubungan dengan ibunya. Sama saja dengan keadaan
Baekhyun sekarang.
"E−Eomma." Baekhyun terisak makin keras. "C−Chanyeol—" Ia terisak lagi "Kenapa eommaku seperti
ini? Katakan padaku, Yeol." desaknya. Chanyeol menghela nafas, memantabkan hatinya sebelum
akhirnya memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Baekhyun.

"Saat itu eommoni depresi karena kau menghilang, dan kabar kematian ayahmu membuatnya
mengalami stroke ringan. Ia lumpuh dibagian kakinya. Saraf−saraf kakinya tegang dan melemah karena
tak kuat menahan kesedihannya. Ibumu sangat shock dan depresi setelah kejadian itu. Semua itu
mengakibatkan gangguan pada kinerja otak dan sarafnya." Chanyeol menatap langit−langit ruang makan
mereka dan membuang nafas. "Maaf karena tidak bisa menjaga orang tuamu, Baek."

"I−Ini salahku..."

"Bukan Baek. Ini bukan salahmu..."

"T−Tapi aku yang membuat eomma, appa—"

"Bukan kau, Baek. Bukan. Keadaan yang membuat semuanya sekacau ini. Ini takdir yang telah
ditentukan Tuhan."

"A−Aku—"

"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri!" Baekhyun terdiam dengan isakan kecil saat mendengar nada
suara Chanyeol yang meninggi. Bukan salahnya? Ia pergi dan membuat ayahnya meninggal serta ibunya
mengalami stroke. Tentu saja ini salahnya. Iya, kan? "Jangan memikirkan itu lagi. Ini bukan salahmu."
Tangan Baekhyun membalas pelukan Chanyeol dengan sangat erat. Ia membenamkan wajahnya pada
dada Chanyeol untuk mengurangi rasa sesak yang menumpuk di dadanya.

Confession © ChanBaek
Chanyeol menyeret beberapa koper memasuki kamar Baekhyun. Dengan senyum yang mengembang, ia
meletakkan 4 koper itu di ruang tamu Baekhyun. Ia menghempaskan badannya ke sofa apartemen dan
mendongakkan kepalanya untuk melihat langit−langit ruang apartemen ini sembari sesekali meniupi
ujung poninya.

"Eoh, Chanyeol?!" Baekhyun yang tadinya sibuk mengusak rambutnya yang basah seketika terbengong
melihat kekasihnya datang dengan koper−koper besar di depannya. Pemuda itu menyengir lebar dan
menunjukkan V sign pada Baekhyun. "Kenapa kau membawa koper−koper ini? Untuk apa?" tanya
Baekhyun kemudian mengambil air putih di dalam lemari esnya dan menuangkannya ke dalam gelas.

"Aku akan pindah kemari."

"Uhhukk—" Baru saja ia meminum air putihnya, Baekhyun langsung tersedak setelah mendengar
penuturan Chanyeol. What the—tinggal se−apartemen? Dia dengan Chanyeol? Berdua?! Matanya
membulat dan ia menatap Chanyeol dengan tatapan horror.

"Kenapa? Kau tidak suka?"

"Lalu, apartemenmu?" Baekhyun duduk di samping Chanyeol dan meletakkan air putih itu di meja.
Tangan jahil Chanyeol langsung saja mengambil gelas air putih itu dan meminumnya tepat di jejak bibir
Baekhyun yang berada di gelas itu. Bisa dikatakan kalau mereka berciuman secara tidak langsung.

"Indirect kiss!" gumam Chanyeol dengan cengirannya, membuat wajah Baekhyun merona. Baekhyun
memukul kepala Chanyeol sayang. Dan hanya disambut kata 'aduh' lalu kekehan kecil setelahnya.
Sembari mengusap−usap kepalanya, Chanyeol menjelaskan, "Kris hyung membelinya. Katanya ia akan
menjual rumahnya dan pindah ke apartemen itu bersama Tao. Jadi, kita akan menjadi tetangga."

"Mwoyaaaa! Kenapa Tao tak memberitahuku?" protes pemuda mungil itu tak terima. Chanyeol hanya
menggedikkan bahunya dan menghabiskan sisa air putih itu. "Sialan! Tao benar−benar adik yang sangat
menyebalkan!" Bibir Baekhyun mengerucut beberapa centi membuat Chanyeol sangat gemas
melihatnya.
"Kau tidak suka kita tinggal berdua? Why? Kau takut aku menghabiskan makananmu? Atau kau takut
aku tidak membayar tagihan apartemenmu?" Baekhyun facepalm. Dasar telinga gajah! Tubuh saja yang
menjulang, otaknya masih saja dangkal. Chanyeol itu selalu berpikir konyol. Baekhyun kan hanya takut
kalau— "Tenang saja, Huang Baixian... aku tidak akan menidurimu setiap hari kok." bisik Chanyeol tepat
di telinga Baekhyun. Membuat si empunya merinding hebat dan segera menjauhkan dirinya dari
Chanyeol.

"Park pervert! Diam kau, atau kutendang bokongmu!" teriak Baekhyun keras hingga menggema
memenuhi ruangannya. Wajahnya sudah memerah hingga ujung kupingnya. Jantungnya pun sudah
mulai tak tenang. Chanyeol memang paling pintar menggodanya. Sedangkan pemuda jangkung itu justru
tertawa dan tak mengindahkan teriakkan Baekhyun. Dia suka sekali melihat kekasihnya yang salah
tingkah itu. Sangat menggemaskan. Mereka berdua saling ejek dan berakhir dengan suara tawa
Chanyeol yang sangat keras. Baekhyun sendiri akan langsung merengek jika kalah telak saat berbicara
dengan Chanyeol. Sepertinya sifat manja Baekhyun mulai terlihat.

Confession © ChanBaek

Seoul, South Korea

"Kau sedang apa?" Kai berbisik di belakang telinga Kyungsoo, membuat si empunya kaget dan bulu
kuduknya langsung berdiri. Ia melotot kearah Kai yang dengan teganya membuat jantungnya berolah
raga.

"Masa kau tak lihat aku sedang apa?!" ketusnya dengan bibir yang mendumel lucu. Kai tersenyum geli,
lalu mulai mengamati kegiatan calon suaminya. Pemuda mungil itu tengah sibuk menguncikan gembok
berisikan nama mereka berdua di salah satu pagar di Namsan Tower. Sudah manjadi tradisi dan
kebiasaan unik bagi setiap pasangan kekasih disini. Meskipun kebenarannya tidak bisa seratus persen,
namun berdoa supaya semua jadi kenyataan tidak ada salahnya bukan? Setelah mengucapkan doa
dalam hati, Kyungsoo pun membuang kuncinya ke dalam jurang di samping tower itu.

"Kau masih saja percaya tahayul seperti ini. Mana ada gembok yang menyatukan sepasang kekasih
hingga selamanya. Yang ada mereka bersatu karena takdir. Yah, seperti kita." Kai menumpukan sikunya
diatas pagar yang mengelilingi Namsan –yang tidak terdapat gembok− dan mengedarkan pandangan
kesekitarnya, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.
"Kau pikir kau takdirku?" Kai menoleh kearah Kyungsoo yang sudah mengambil posisi sama dengannya.
"Kau tidak mungkin takdir yang ditentukan Tuhan untukku." Kai mengernyit heran. Ekspresi itu pun
membuat kekasih mungilnya terkekeh. "Tuhan menciptakan setiap manusia itu berpasangan, Kai. Lelaki
dan perempuan. Dan kita? Kita adalah salah satu diantara makhluk Tuhan yang telah mengingkari
takdir−Nya, melawan takdir yang ditentukan−Nya." Kai hanya tersenyum dan menggedikkan bahu.

"Aku bingung." Kyungsoo tersenyum simpul, ia ikut mengedarkan pandangannya ke sekitar, menikmati
suasana malam di Namsan.

"Aku mengikat nama kita dalam gembok itu untuk meminta restu pada Tuhan, agar tetap menyatukan
kita meskipun jalan yang kita ambil itu salah." Mau tak mau, Kai tersenyum mendengarnya. Kekasihnya
memang pintar memainkan kata. "Hal ini adalah satu−satunya cara sederhana yang kutujukan pada
Tuhan. Agar memaafkan kita dan memudahkan kehidupan kita kelak setelah menikah. Luhan hyung dan
Sehun juga melakukannya. Aku mendapat saran ini darinya." Dan diakhiri tawa renyah dari pemuda
bermata bulat itu.

Tanpa sadar, Kai telah menempelkan bibirnya pada sudut bibir Kyungsoo dalam beberapa detik hingga
pemiliknya berdiri kaku di sampingnya dengan wajah yang memerah dan jantung yang berpacu cepat. Ia
melepaskan kecupan itu dan menatap wajah Kyungsoo dari samping. Tetap manis seperti biasa.

"Terima kasih." ujar Kai tulus.

Confession © ChanBaek

Baekhyun saat ini sedang mengamati kekasihnya yang tengah memakan spaghettinya dengan rakus.
Sepertinya ia sangat lapar. Akhir−akhir ini Chanyeol tampak berbeda dari biasanya. Ia sering termenung
sendiri setelah berkirim pesan dengan seseorang. Bahkan ia sampai lupa waktu makannya dan
mengharuskan Baekhyun untuk mengomelinya setiap hari hanya untuk mengingatkannya. Chanyeol juga
menjadi sedikit pendiam dan berbicara seperlunya saja. Namun pemuda itu tak pernah mau bercerita,
jadi Baekhyun memilih diam. Takut menyinggung perasaan kekasihnya. Mereka baru saja berbaikan, ia
tak mau hubungan keduanya kembali seperti masa SMA dimana hanya ada kebencian diantara
keduanya.
Omong−omong soal perasaaan, Baekhyun tak akan pernah menanyakannya. Ia percaya kalau Chanyeol
memang menyayanginya. Ia tak ingin curiga tentang siapa yang sering menghubungi Chanyeol. Entahlah,
rasa cemburunya langsung hilang ketika melihat senyuman kecil Chanyeol. Semua kecurigaan serasa
musnah di telah bumi. Ia hanya bisa percaya dan berdoa saja semoga Chanyeol tidak mempermainkan
hatinya.

Tiba−tiba ia teringat sesuatu.

"Chanyeol−ah, bagaimana kau bisa tahu jawabannya?" tanyanya tiba−tiba. Membuat kerutan di dahi si
pemuda tinggi. "Yeah, bagaimana kau tahu kalau aku menginginkan jawaban itu. Byun Baekhyun."
Pemuda yang lebih kecil berusaha memberi kode pada Chanyeol dengan menyebutkan namanya, dan
kekasihnya pun mulai memahami maksudnya. Ia meletakkan garpunya dan tersenyum tampan.

"Itu mudah saja, Baekhyunee~" Chanyeol menatap ke dalam mata Baekhyun, penuh dengan ketulusan.
"Jika aku memilih saudara kembar Yejin, itu berarti aku mencintaimu karena rasa kasihan. Dan jika aku
memilih Baixian, maka aku mencintaimu hanya karena rasa bersalah." jelasnya dengan suara lembut.
Mengalun merdu di telinga Baekhyun. jawaban yang memang sangat ingin di dengarnya dan ia senang
karena Chanyeol mengerti. Itulah alasan mengapa Baekhyun mempercayai Chanyeol. "Maka dari itu aku
memilih Baekhyun, seseorang yang memang sudah menarik perhatianku dari awal." Baekhyun
tersenyum lebar. Menampilkan deretan giginya yang rapih dengan eyesmile yang sangat cantik seperti
ibunya, Byun Miyoung.

"Ah, aku tahu sekarang. Ternyata tebakanku selama ini benar." ucapnya kemudian. Ia tiba−tiba saja
teringat beberapa kejadian setelah datangnya Chanyeol ke Kanada. Chanyeol menatapnya bingung.

"Tahu apa?"

"Kalau kau memang sudah memperhatikanku dari awal." Yang lebih tinggi terkekeh dan mengusak
rambut Baekhyun sayang. Ia melanjutkan acara makannya sembari mencibir Baekhyun.
"Dasar sok tahu!" Pemuda pendek itu menumpu dagunya di atas kepalan tangannya dan menatap
Chanyeol dengan cengiran yang lucu.

"Aku tahu kalau kau yang membelikanku pakaian saat anak−anak jahil itu menggunting baju olahragaku.
Kau yang mengambilkan sepatuku saat mereka melemparnya ke atas pohon. Kau juga yang mengganti
buku tugasku dari Choi sonsaengnim yang dibuang mereka ke tong sampah." Chanyeol hampir tersedak
mendengarnya. "Aku juga tahu kalau kau yang meletakkan payung itu di dalam laci mejaku dulu."
ujarnya lagi dengan senyuman yang makin lebar, menggoda Chanyeol yang wajahnya sudah
menunjukkan kegugupan yang luar biasa. "Saat aku sakit dan masuk ke UKS gara−gara ulahmu, kau
membeli obat dan meminta Minseok sunbae memberikannya padaku. Awalnya aku ragu dan tidak
percaya saat Minseok sunbae memberitahuku, karena sikapmu masih saja jahat padaku, tapi sekarang
aku tahu—" Ia mendekatkan wajahnya dan berbisik, "—karena dengan cara itulah kau menunjukkan
perhatianmu padaku. Kau gengsi, kan?" Chanyeol tersenyum bodoh dan menggaruk belakang
kepalanya.

"A−Ah, jadi ketahuan ya?" Akhirnya hanya tawa sumbang yang terdengar. Mau tak mau membuat
Baekhyun terkekeh geli. "Tapi, bagaimana kau bisa tahu?"

"Sebenarnya aku hanya merasa familiar dengan perbuatanmu beberapa bulan yang lalu." Baekhyun
bergumam pelan. "Saat kau membelikan baju itu, kau mengingatkanku pada masa−masa SMA kita. Dan
juga—" Ia tersenyum, amat manis dan cantik "Karena Sehun tidak berada disini, Chanyeol−ah. Dan
pesan yang kau buat sama persis dengan yang dulu. Aku sadar, kalau selama ini kau tidak benar−benar
membenciku kan? Aku tidak menyangka kalau kau orang yang sangat perhatian." Si pemuda manis
menyeringai, ekspresi yang sangat jarang ia tunjukkan pada siapa pun.

"U−Ugh?" Tangan besar Chanyeol menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tiba−tiba saja ia merasa gugup
karena sudah ketahuan memperhatikan Baekhyun sedari dulu. "Yah, kau jangan salah paham, aku
bukannya menyukaimu dari dulu. Aku dulu hanya kasihan padamu. A−Aku tidak—" Cengiran lebar
Baekhyun benar−benar membuat Chanyeol mati kutu. "—ah, terserah kau saja!" Wajahnya memerah
menahan malu dan kekasihnya kecilnya sangat gemas melihatnya.

"Aku juga mencintaimu, Chanyeol−ah. Gomawo." Chanyeol nyengir.


"Bodoh." Ia mengumpat, namun senyuman lega tak bisa disembunyikannya lagi. "Aku lebih lebih lebih
mencintaimu, Park Baekhyun."

Confession © ChanBaek

Chanyeol tengah memandang pemandangan Vancouver di malam hari. Tampak indah berhiaskan
lampu−lampu jalanan dan gemerlap lampu yang dihasilkan mobil−mobil yang melintas di setiap celah
gedung. Melihat semua itu, mengingatkannya pada Seoul. Sudah berapa lama ia tidak pulang ke Seoul?
Ia melirik kearah kekasihnya yang tengah menyiapkan teh hangat untuk mereka berdua. Mereka
memang sering menghabiskan malam hanya untuk melihat bintang yang gemerlap di tengah keramaian
kota Vancouver.

Ia mengais sesuatu di kantung blazernya dan menghela nafas saat melihat dua tiket pesawat menuju
Seoul. Ia berniat untuk membicara ini pada Baekhyun esok pagi. Mau tidak mau, ia harus bisa membujuk
Baekhyun untuk pulang bersamanya sebelum pernikahan KaiSoo.

"Yeol−ah," Pemuda tinggi itu tersentak dan segera menyembunyikan dua tiket itu ke dalam kantungnya
lagi. Ia melempar senyum pada kekasih mungilnya sebelum berjalan ke arah kursi balkon mereka.
Baekhyun menatap kekasihnya penuh kecurigaan. "Akhir−akhir ini kau terlihat murung, apa ada sesuatu
yang terjadi?" Jantung Baekhyun mulai berdegup kencang saat mata Chanyeol menilik tepat ke dalam
matanya, seolah ingin mengatakan sesuatu namun ditahan oleh pemuda itu.

Chanyeol tersenyum dan meraih tangan Baekhyun untuk dielusnya.

"Aku akan mengatakannya besok." Baekhyun cemberut. Lagi−lagi Chanyeol terlihat seperti tengah
menyembunyikan sesuatu. "Aku janji." Ia hanya menanggapinya dengan anggukan pasrah.

Confession © ChanBaek

"Hyung!"
"Ah, Kyungsoo−ya!" Luhan berlarian kecil ke arah Kyungsoo dengan menggandeng tangan mungil anak
lelakinya. Ia memeluk sebentar sahabatnya itu, lalu Kyungsoo pun membalas pelukan itu dan
memberikan pelukan yang sama untuk Daniel Oh –beserta kecupan kecil di pipi tentunya−. Luhan
menatap ke sekelilingnya dengan pandangan takjub. Ini sungguh luar biasa. Padahal pernikahannya dulu
tak seromantis ini. Ia jadi iri. "Kyungsoo−ya, ini benar−benar awesome! Jjang! Menakjubkan. Aku tak
punya kata−kata lagi selain 'Luar biasa' untuk mendeskripsikan tempat ini." Kyungsoo ikut menatap ke
sekitarnya dan terkekeh pelan.

"Kau berlebihan, hyung!"

"Uncle, ini memang benar−benar daebak!" Daniel ikut berkomentar dengan wajah yang sama
berbinarnya seperti Luhan. Dengan kedua ibu jari kecilnya yang mengacung tinggi ke arah Kyungsoo,
membuat pemuda mungil itu tertawa kecil dan mendaratkan usakan lembut di rambut kecoklatan bocah
itu.

"Kalian benar−benar memiliki kepribadian yang sama, hyung!" Luhan melotot tak suka. Pasti kalimat
Kyungsoo nanti tak jauh−jauh dari sebuah sindiran yang mengatakan kalau mereka berdua—
"Sama−sama kekanakan." —dan bibir Luhan mengerucut setelahnya. Ia sudah menikah terlebih dahulu
dari Kyungsoo, ia juga punya anak angkat dan ia pun bisa merawatnya dengan baik. Kenapa semua
orang masih saja menganggapnya kekanakkan? Itu sungguh menyebalkan.

"Uwahhh~" Daniel yang tidak mengerti situasi dan kondisi kedua pemuda itu justru sibuk mengagumi
keindahan pemandangan di sekitar tempat yang akan menjadi lokasi resepsi pernikahan KaiSoo nanti.
Kyungsoo berjongkok di depan bocah itu dan memegang kedua pundak mungilnya.

"Daniel−ah, kau suka?" Bocah kecil itu menatap Kyungsoo barang sebentar lalu mengangguk cepat.

"Joha! Hyunnie sangat menyukainya, uncle." jawabnya antusias. Cara bicara khas anak kecil yang sangat
menggemaskan. "Apa Hyunnie boleh berjalan−jalan sebentar untuk melihat pemandangan disini?"
Kyungsoo mengangguk, membuat bocah itu memekik girang.

"Hyunnie−ya, kau boleh berjalan−jalan asalkan ditemani appa mu, oke?"


"T−Tapi, appa sedang sibuk dengan uncle Jong dan halmeoni!" Bocah itu mengerucutkan bibirnya imut.
Sangat mirip dengan tingkah Luhan tadi. Kyungsoo tak bisa lagi untuk tidak tergelak melihat kedua orang
berbeda usia itu tengah berdebat. "Kenapa bukan baba yang menemaniku?" Anak itu kembali merajuk
dengan tangan kecilnya yang mengayunkan lengan Luhan dengan manja. Mirip seperti Baekhyun ketika
pemuda itu sedang merajuk pada Luhan. Ugh, Luhan jadi merindukan adik kesayangannya itu.

"Baba harus membicarakan sesuatu dengan uncle Soo. Sana! Cari appa dan halmeonimu!" Daniel kecil
mendengus pelan dan segera berlari menemui ayahnya beserta neneknya −yang tengah duduk di kursi
roda. Luhan hanya tersenyum kecil dan mengalihkan pandangannya pada Kyungsoo. "Kita memang
harus membicarakan sesuatu, Soo."

"Tentang Baekhyun?" tebaknya.

"Yeah..." Luhan berujar lirih.

"Ayo, kita cari tempat yang lebih baik." Mereka berdua pun pergi ke samping gereja, dimana terdapat
sebuah pohon oak besar dengan ayunan kayu yang menggantung dibawahnya. Mereka berdua duduk di
ayunan kayu itu dan menatap pemandangan indah di depannya. Tempat yang dikunjungi Luhan ini
adalah tempat yang akan dijadikan resepsi pernikahan KaiSoo lusa. Tempatnya tepat di sebuah bukit
yang sedikit jauh dari Seoul. Ada gereja tepat diatas bukit dan akan menjadi tempat berlangsungnya
acara pernikahan mereka. Tempat ini sudah sangat indah dan menjadi lebih menakjubkan lagi saat
hiasan−hiasan bunga pernikahan mulai ditata. Suasananya sangat nyaman dan hening, jauh dari hiruk
pikuk kota Seoul yang ramai.

"Disini sangat indah." puji Luhan entah untuk keberapa kalinya. "Kalian bahkan berani membayar mahal
hanya untuk menyewa tempat ini dan gereja itu. Selera kalian benar−benar jjang!" Kyungsoo tertawa
kecil. Namun beberapa detik setelahnya mereka saling terdiam. Netra keduanya menatap kearah depan
dengan pandangan sendu. Bayangan masa lalu Luhan dan Kyungsoo bersama Baekhyun mulai berputar
layaknya film tua di dalam ingatan mereka.

"Dulu, Baekhyun selalu bilang kalau ia ingin menikah di tempat seperti ini, hyung. Maka dari itu, aku
memaksa Kai untuk mencarikanku tempat spesial ini." Luhan tersenyum kecil.
Baekhyun dulu memang suka sekali menceritakan rencana masa depannya pada mereka berdua. Ia
memang seseorang yang sangat menyukai hal−hal romantis dan manis. Dimana semua orang merasakan
kebahagiaan. Dari kecil, Baekhyun selalu membayangkan hal−hal yang indah dan itu menjadi dorongan
Baekhyun untuk menjadi sosok yang ceria. Membayangkan hal indah dapat membuat perasaan kita
lebih baik bukan? Namun, impian memang tak selalu bisa menjadi kenyataan. Saat dewasa, hanya
kenangan−kenangan buruk yang di dapat Baekhyun. hingga membuat pemuda kecil itu memilih pergi
meninggalkan kenangan−kenangan itu.

"Aku merindukannya." ujar Luhan lirih dengan pandangan yang tertuju kearah ibunya yang tengah
bersenda gurau dengan anak lelakinya. Jika tak ada Daniel, Luhan tak tahu cara apa lagi yang harus
dilakukannya untuk membuat ibunya itu tersenyum. Semenjak kepergian Baekhyun, Nyonya Byun
menjadi sosok yang sangat rapuh dan kehilangan suaminya membuatnya harus berakhir di kursi roda.

"Aku juga hyung. Aku sangat berharap Baekhyun hadir dalam pernikahanku besok." Luhan tersentak
saat mendengar isakan kecil Kyungsoo. Ia memalingkan wajahnya pada sahabatnya itu dan tertegun
melihat tangisan Kyungsoo. Luhan pun segera mendekati tubuh yang lebih kecil darinya itu dan
memeluknya hangat. Memberi ketenangan walau tak dapat ia pungkiri kalau hatinya tengah menangis
sekarang.

"..."

Confession © ChanBaek

Kanada, 07. 30 A. M

"Cappucino!" Baekhyun tersenyum hangat pada kekasihnya yang tengah duduk di kursi balkon
apartemen mereka sambil menikmati cahaya pagi di Kanada. Chanyeol tersenyum dan meraih cangkir
berisikan capuccino panas buatan kekasihnya. Sebelah tangannya menarik Baekhyun untuk duduk di
sampingnya. "Mana milikmu?" tanyanya dengan sebelah tangan yang mengusap helaian poni
kekasihnya. Baekhyun tersenyum lebar dan menggeleng pelan.
"Aku sudah minum mint tea tadi." Chanyeol mengangguk mengiyakan. Keduanya lalu terdiam dan
sama−sama sibuk menikmati pemandangan indah kota Vancouver. "Apa kau lelah membantu Kris hyung
pindah kemarin? Wajahmu sedikit pucat." Jemari lentik Baekhyun mengusap permukaan wajah
Chanyeol dengan lembut. Menikmati ukiran indah yang selalu dikaguminya. Pemuda tinggi itu memang
sedikit pucat hari ini, ia juga tak seberisik biasanya. Jadi, Baekhyun berpikir kalau Chanyeol terlalu lelah
karena membantu kepindahan Kris dan Tao ke apartemennya dulu. Chanyeol menangkap tangan itu dan
mengenggamnya.

"Tidak, aku hanya sedang memikirkan sesuatu."

"Apa itu?" tanya Baekhyun penasaran dengan mata yang berbinar lucu. Chanyeol terkekeh dan
mengusak rambut Baekhyun.

"Kalau aku tidak mau memberitahumu?" Yang lebih kecil cemberut dan memukul lengan Chanyeol
dengan manja.

"Kau sudah berjanji!" Ia protes dan memberikan pukulan lagi pada kekasihnya. Chanyeol yang gemas
akhirnya menghadiahi Baekhyun dengan kecupan kecil di pelipisnya. Pemuda tinggi itu lalu
mengenggam kedua tangan Baekhyun sebentar, lalu melepasnya dengan hati−hati. Dan saat itulah,
jari−jari Baekhyun dapat merasakan lembaran kertas disana. Dahinya mengernyit saat mendapati tiket
pesawat di tangannya.

"Ini—" Chanyeol tersenyum kecil. Jujur saja, jantungnya berdegup saat Baekhyun mengamati tiket itu.
Entahlah, ada ketakutan tersendiri dalam hatinya. Takut jika Baekhyun akan menolak tiket itu. "—tiket
ke Korea." Baekhyun tercekat, wajahnya mendadak berubah memucat. Membuat pemuda tinggi itu mau
tak mau merasa bersalah sekaligus khawatir. Tak ada jawaban yang berarti membuat tatapan Chanyeol
berubah menjadi sendu. Apa ajakannya di tolak oleh Baekhyun? "Baek—"

"Kau mengajakku pulang ke Korea?" Mata sipit itu menatap mata bulat milik Chanyeol. Kegugupan
langsung menyusupi hati Chanyeol.

"I−Iya."
"Kenapa begitu mendadak?" nada suara Baekhyun sedikit lirih membuat Chanyeol merasa bersalah.
Pasti sulit sekali bagi Baekhyun untuk menyetujui ajakan Chanyeol ini. Si pemuda tinggi menjilat sedikit
bibirnya dan merangkul pundak Baekhyun lalu mengusapnya pelan.

"Maafkan aku, Baekhyun−ah." Chanyeol memberikan senyuman terbaiknya. "Besok adalah hari
pernikahan Kai dan Kyungsoo. Aku takut kau akan menolak, maka dari itu aku memberikannya
sekarang." Tubuh Baekhyun menegang saat mendengarnya. Hatinya berdebar dan rasanya ia tak bisa
lagi menahan senyumnya. Rasa senang langsung meluap−luap di dalam hatinya. "Aku mohon ikutlah
pulang denganku untuk memberikan kejutan pada mereka. Ini sudah bertahun−tahun, Baek. Mereka
sangat merindukanmu." Pemuda kecil itu menunduk. Ia bingung, ia belum siap. Tapi kalau bukan
sekarang, kapan lagi dia harus menyiapkan dirinya? Chanyeol benar, mungkin dia harus pulang ke Korea
sekarang juga. Tapi, trauma masa lalu masih menghantui Baekhyun. Ditambah rasa bersalahnya yang
sudah menumpuk dalam hatinya.

"A−Aku bingung, Chanyeol−ah." Tangan besar Chanyeol kembali menggenggam jemari lentik Baekhyun
dan meremasnya pelan. Memberi kekuatan untuk kekasih kecilnya. Senyuman tampan Chanyeol mampu
meluluhkan semua perasaan negatifnya tadi.

"Kau bersamaku, Baekhyun−ah. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku akan selalu ada disampingmu. Kau
bisa berpijak padaku jika memang kau tak mampu berdiri sendiri. Kau bisa menjadikan aku kekuatanmu,
Park Baekhyun. Aku milikmu." Bibir tipis Baekhyun melengkungkan senyuman yang sangat tulus.
Ketakutan dan kegundahan hatinya perlahan mulai menghilang dan tergantikan dengan kehangatan.
Mungkin memang sudah saatnya. Ia harus menghadapinya, ia harus mendapatkan kebahagiaannya. Ia
harus melangkah maju dan bukannya menghindar lagi. Ada Chanyeol bersamanya, ia takkan ragu lagi.

Anggukan pelan Baekhyun menjadi kelegaan luar biasa di hati Chanyeol. Ia langsung memeluk kekasih
mungilnya dan mendekapnya erat−erat seolah tak ada hari esok. Ia rasanya ingin menangis saja
sekarang.

"Terima kasih, Baekhyun−ah. Terima kasih." gumamnya lirih. Baekhyun hanya membalasnya dengan
pelukan erat dan senyuman hangat.
'Aku pulang... aku akan pulang, eomma. Tunggu aku...' –Baekhyun.

"To be continued—"

Special Thanks For ::

[ Park Chaehyun ][ ByunBina ][ BaekXoLove614 ][ nopiefa ][ ohmydeer ][ dancewithdo ][ xiaolu odult ]


[ WinDeerDoBacon-dkl ][ anabel15 ][ fyenafromgalaxy ][ Zahra284 ][ sarymaryani48 ][ chanchanbaek ][ ][
nafebriann ][ dianahyorie1 ][ hunniehan ][ manik41535977 ][ adrcfrj ][ bie ][ xixi'luhan99 ][ Ijemwoga ]
[ xcids ][ IndahOliedLee ][ Guest ][ Beechanbaek ][ baekcycle76 ][ hunhansayang ][ 9xiubaekhan ]
[ Hyuuga Kazumi ][ maximum ][ kyungsoodll ][ bubbleve ][ haru gwanshim ][ clx ][ teukiangle ][ Guest ]
[ chanbaekhuuuu ][ narsih'hamdan ][ 7Shouda Shikaku ][ urichanbaekhunhan ][ sella'debby'5 ][ nugu ]
[ My sweet bacon][ dearmykrishan ][ chanchanhwang ][ aryo'bangun'739 ][ winter park chanChan ]
[ Hello Bora ][ dindahwang ]

[ baekki ][ 5michyeosseo ][ kiekieloophyesung'saranghaejongwoon ][ Yeollbaekk ][ anbar ][ gaemnao137


][ baekfrappe ][ Parkbaekyoda ][ HanDik ][ DebyEliza ][ Guest ][ imfab09 ][ ShalsaKMCB kyeowo ][ kapel ]
[ YeWon3407 ][ Minny Kpopers Fujoshi ][ Nugu ][ syahnaz ][ joldyck ][ Byun Ris ][ Guest ][ nopichan ]
[ 1004baek ][ IA'AI ][ Han Yeon Chan ][ beagle6104 ][ kris's ace ][ Yuyuchan EXO ][ sogogirl94 ][ Sehunix ][
ChickenKID ][ sari'mulyani'94 ][ Guest ][ Daran ][ jung sang in ][ anisarista ][ cici fu ][ Baekhyun92 ]
[ sweetyYeollie ][ Little iLaa ][ A Y P ][ DinAlya ][ AN ][ HeppyERpy ][ Dhita ][ byun wife ][ Titan18 ][ Park
Byuna ][ Pandabacon ][ tanpanama ][ HChY ][ LoveHyunFamily ][ Reka ELF ][ alysaexostans ][ Guest ][ Oh
Lana ][ hihihyu ][ TrinCloudSparkyu ][ ryanryu ][ leekyukie ][ GreifannyGS ][ jeje ][ chby92 ][ Ovihyunee ]
[ .9 ][ lili ][ Guest ][ Minra ][ bbaek ][ yhakyu94 ][ parkhmexo ][ Syifa Nurqolbiah ][ Rina972 ]
[ IndahOliedLee ][ Guest ][ dandelionleon ][ ajib4ff ][ rika'maulina'94 ][ yeolb ][ Arumighty ]
[ tiffanychoi23byun ]

[ chanbaekssi ][ vitCB9 ][ Park Hye Rinzz ][ exindira ][ Jung Eunhee ][ yesbyunbaekhee12 ][ Tabifangirl ]
[ chanbaekids ][ Dororong ][ cesa'juniva ][ Babies BYUN ][ ChanBaekLuv ][ Roxanne Jung ][ dissitkim ]
[ exoblackpepper ][ rachel suliss ][ rexs1130 ][ byunyeolliexo ][ Byunkkaeb ][ onasungmin ][ bellasung21 ]
[ indaaaaaahhh ][ Khasabat04 ][ Fosbaekliner ][ Haruru-chan ][ DeerOhDeer ][ kukuruyuuk ][ choi chan ni
][ Baekhyunniee ][ arvita'kim ][ deplujung ][ Shin Yo Yong ][ CussonsBaekby ][ anaals ][ 0308benedictio ]
[ aya ][ Breakfast Alarm ][ 0706 ][ lolamoet ][ rizqibilla ][ indahrahma ][ Ririn Cross ][ mery'leonahizhiz ]
[ sycarp ][ ahnjinhee2 ][ chococheezy ][ byunperverthun ][ Fuji jump910 ][ kim ryeosa wardhani ][ Iggy
Nicki ][ chanbaekiller ][ oktaviarita'rosita ][ ekf'faridah'004 ][ ncarcheda ][ AuliaPutri14 ][ chenma ]
[ BLUEFIRE0805 ][ Nenehcabill ][ nur991fah ][ alfi lee ][ shantyy9411 ][ exoblush ][ Re'Tao ][ hyunie
young ][ vivinovi38 ][ mayumi'sheena ]

A/N :

Kayaknya chapter depan adalah ending dari kisah ini, guys. Maaf kalau semakin mellow drama gini.
Wkwkwk. Maaf kalau ada typo, kalimatnya susah dipahami, trus alur cerita bikin mual, dsb. Manusia tak
luput dari kesalahan, kan? Trus, trus, maaf untuk keterlambatan yang sangat keterlaluan ini(?). Yang
penting wa udah update kan ye? *alasan*. Dan, kalau wa lagi happy, wa kasih rate−M di chap bonus
*kalau jadi sih*. Kalau lagi happy aja ya... hoehoe. Tolong ingatkan kalau ada salah ketik atau kalimat
yang tabu, nanti aku edit lagi. Ini udah ngantuk, jadi gak diedit sama sekali. mohon bantuannya ya...
terima kasih! *bungkuk 90 derajat* :D

« First « Prev Ch 19 of 21 Next »

Review

Share: Email . Facebook . Twitter

Story: Follow Favorite

Author: Follow Favorite

Contrast: Dark . Light

Font: Small . Medium . Large . XL

Desktop/Tablet Mode . Blog . Twitter . Help . Sign Up  FanFiction

Just In
Community

Forum

More

C O N F E S S I O N by Blood Type-B

TV » EXO Next Door/우리 옆집에 엑소가 산다 Rated: M, Indonesian, Drama & Hurt/Comfort,
Words: 93k+, Favs: 965, Follows: 706, Published: Sep 15, 2013 Updated: Apr 24, 2015

2,413 Chapter 21 Ekstra Chapter

CONFESSION (고백)

Cast : Baekhyun. Chanyeol. Kyungsoo. Kai. Luhan. Sehun

Pairing : ChanBaek [main]

Length : Chaptered [Epilog = 3K words]

Genre : BL Romance. Friendship. Family. Rate−T (sorry guys)

CHAPTER 21 : EXTRA−CHAPTER
.

Canada Airport

Baekhyun tampak gelisah dan matanya kehilangan fokus. Ia duduk dengan gusar sembari terus mengigit
kukunya. Tangan kirinya mengenggam ponsel putih miliknya yang dalam keadaan mati. Ia sengaja
mematikan ponselnya karena Chanyeol dan yang lainnya pasti mencarinya sekarang. Ia tak tahu, ia juga
tak mengerti kenapa perasaannya menjadi gundah. Di satu sisi ia ingin pulang, namun disisi lain, ada
perasaan takut dan trauma akan masa lalunya. Dan ia benci ketika kenangan masa lalunya mulai
memenuhi ingatannya kembali.

"Eomma, apa yang harus kulakukan?" monolognya. Tiba−tiba seorang wanita paruh baya duduk di
sampingnya dengan kasar. Baekhyun menoleh dan memberikan tatapan bingung saat wanita itu fokus
menatap tiketnya. Tiket ke Korea. "Permisi nyonya, apa anda orang Korea?" Wanita itu menoleh dan
tampaknya sedikit terkejut mendapati wajah Baekhyun yang mirip orang Asia.

"Kau dari Korea juga?" Baekhyun tersenyum kemudian mengangguk pelan. Tiba−tiba wanita itu
mengedarkan pandangannya ke langit−langit airport ini. Entah apa yang dipikirkannya, tapi sepertinya
suasana hati wanita itu juga sama buruknya dengan Baekhyun. "Sebenarnya aku ingin pulang ke Korea,
aku merindukan anakku disana." ucapnya kemudian. Baekhyun terdiam, menunggu kelanjutan cerita
wanita itu. "Tapi aku bingung."

"Kalau saya boleh tahu, apa yang anda bingungkan? Maaf, tapi anda tampak gelisah dari tadi." Wanita
itu tersenyum lembut.

"Aku datang ke Kanada untuk menghindari mantan suamiku yang sering memukuliku. Aku kabur tanpa
membawa anakku." Helaan nafas keluar dari bibir tipis wanita paruh baya itu. "Kemarin aku mendapat
telfon dari rumah kalau suamiku sakit keras dan berharap aku pulang agar dia bisa meminta maaf
padaku." Wanita itu menatap Baekhyun sebentar. Mendapat pandangan positif Baekhyun, ia pun
meneruskan. "Tapi rasanya sangat berat. Melihat wajah suamiku hanya membuat kenangan burukku
muncul kembali dan menyiksaku secara batin."
Baekhyun tertegun. Cerita wanita ini mirip sekali dengannya. Ia kemudian menunduk, menatap lantai
berwarna gading itu dengan pikiran yang berkecamuk.

Chanyeol...

Chanyeol sudah berjanji untuk menjaganya, tapi kenapa ia terus menghindarinya? Kenapa ia begitu
egois dan menyakiti pemuda jangkung itu? Baekhyun hanya mampu menyesalinya. Ia benci akan dirinya
yang tak bisa menhadapi kenyataan padahal banyak orang−orang yang mendukungnya, mendorongnya
untuk melanjutkan hidup menjadi lebih baik.

"Ah maafkan aku anak muda. Seharusnya aku tidak membicarakan masalah keluargaku begitu saja. Kau
pasti merasa terganggu." Baekhyun tersenyum maklum.

"Tidak apa, nyonya. Senang mendengar nyonya bisa berbagi dengan saya." Baekhyun kemudian
mengangkat tangannya untuk berkenalan dengan wanita itu. "Saya Baekhyun. Byu—ah maksud saya
Park Baekhyun." Wanita itu pun menyambut hangat uluran tangan Baekhyun.

"Aku Sooyoung. Kim Sooyoung. Semoga kita bertemu lagi saat di Korea nanti, Baekhyun−sshi." Baekhyun
kembali melempar senyuman hangat lalu mengucapkan hal yang sama dengan wanita itu. Hingga
tiba−tiba suara pengumuman keberangkatan pesawat menyapa indera Baekhyun. Wanita itu pun
langsung berdiri. "Bukankah kau mau pulang ke Korea? Ayo Baekhyun−sshi, tinggal lima menit lagi."
Cengkeraman Baekhyun pada handphonenya semakin mengerat. Wanita itu sepertinya memahaminya
dan menepuk pundak Baekhyun perlahan. "Aku tidak mengerti masalahmu, tapi sebaiknya kau segera
menyelesaikannya. Tidak baik menghidari masalah. Akan jadi kesialan suatu saat nanti. Jangan sampai
kau menyesal, Baekhyun−sshi."

"Se−Sebenarnya saya sudah membuang tiket saya, Nyonya Kim." Wanita itu tampak terkejut.

"Ah, jadi itu masalahmu. Untung saja aku mendapat dua tiket pulang. Sebenarnya ini tiketku dan suami
keduaku. Tapi dia masih enggan datang karena belum siap bertemu dengan keluargaku." Sooyoung
menarik tangan Baekhyun kemudian menyerahkan satu tiket pesawat itu padanya. Wanita itu lalu
tersenyum. "Hadapilah semuanya, Baekhyun−sshi. Tampaknya kau orang yang kuat." Ucapan wanita itu
berhasil mengembalikan kepercayaan diri Baekhyun. Ia pun berangkat bersama wanita paruh baya yang
baru dikenalnya itu di detik−detik terakhir pesawat yang akan lepas landas. Beruntung nomor kursinya
jauh dari milik Chanyeol dan KrisTao. Tiba−tiba saja ia memiliki ide gila untuk membuat pertemuan
mereka agar semakin berkesan.

"Aku akan membuat kejutan untuk semua orang."

KaiSoo's Wedding

Baekhyun yang tengah bersembunyi diantara kerumunan para tamu undangan itu tersenyum menatap
kedua mempelai di atas altar sana. Semalam ia menginap di hotel dan datang ke pernikahan Kai dan
Kyungsoo tepat waktu. Untung saja tidak ada yang menyadari ataupun mengenalinya. Mungkin karena
ia tampak berbeda, jadi semua teman SMAnya tidak ada yang mengenalinya. Ia mengedarkan
pandangannya ke sekitar −setelah penyematan cincin pernikahan sahabatnya itu− untuk mencari
keberadaan KrisTao dan Chanyeol. Namun pemuda jangkung itu sepertinya datang terlambat. Ia jadi
merasa bersalah karena kemarin telah membuat masalah.

Setelah acara utama selesai, pesta di taman pun dimulai. Ia duduk disalah satu kursi taman gereja dan
menatap ibunya dari kejauhan. Jantungnya berdebar dengan sangat keras melihat bagaimana
bahagianya keluarga kecil Luhan. Sehun tampak dewasa dengan balitan jas itu, serta Luhan yang selalu
menawan dimatanya. Seorang anak kecil diantara orang dewasa itupun berhasil menyita perhatian
Baekhyun.

"Oh Hyunoo." Gumamnya kemudian. Ia masih ingat cerita Chanyeol dan Kris tentang sosok kecil, anak
angkat HunHan yang katanya sifatnya begitu mirip dengannya. "Wajahnya sangat mirip Luhan hyung."
Bibirnya mengulum senyuman manis. Siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona olehnya.

Beberapa menit kemudian, sosok Chanyeol dan lainnya muncul. Mereka semua berkumpul jadi satu dan
saling berpelukan. Baekhyun ikut tersenyum melihatnya. Bagaimana mungkin ia akan mengabaikan
moment ini? Ini sangat berharga dan untung saja dia mengikuti kata hatinya untuk segera pulang.
Melihat keakraban ibunya dan Chanyeol, membuat ia iri. Bagaimana bisa Chanyeol membuat ibunya
sampai seperti itu. Menganggapnya seperti anak sendiri. Tak dipungkiri kalau hatinya menghangat. Tak
lama setelahnya, ia memutuskan pergi ke toilet sebentar untuk mempersiapkan dirinya. Dirinya harus
tampil sempurna supaya ibunya bangga padanya. Supaya ibunya tahu kalau Baekhyun yang sekarang
adalah seorang anak yang pantas untuknya.

Lima belas menit berlalu, Baekhyun memegang kenop pintu toilet dengan jantung yang berdebar keras.
Ini sudah saatnya. Ia harus memberanikan dirinya menghadapi masa lalunya. Namun Tuhan punya
rencana lain. Tanpa sengaja –setelah ia membuka pintu− ia melihat sosok Chanyeol persis di depannya.
Tengah membasuh wajahnya dengan air yang mengalir. Jantungnya tiba−tiba saja berontak ingin keluar.
Baru beberapa jam tidak bertemu, ia sudah sangat merindukannya.

"Chanyeol..." gumamnya perlahan. Mata bulat Chanyeol terbuka perlahan hingga akhirnya terbelalak
kaget melihatnya. Saat pemuda jangkung itu membalikkan badannya, saat itu pula Baekhyun meraih
lehernya dan menekan bibir Chanyeol dengan miliknya. Menyesap rasa lembut dari bibir kekasihnya
dengan penuh kerinduan. Chanyeol yang kaget hanya bisa mematung sampai beberapa detik kemudian
ia membalas ciuman Baekhyun.

"Baek, bagaimana kau bisa—" Baekhyun membungkam Chanyeol dengan kecupan lembut di bibirnya.

"Aku akan menjelaskannya nanti." Pemuda pendek itu tersenyum lembut dan sudut bibir Chanyeol
seolah ikut tertarik untuk menyunggingkan senyuman pula. "Aku ada ide yang sangat hebat. Aku
berencana melakukannya sendiri, tapi karena kita sudah bertemu disini—" Chanyeol mengecup bibir
Baekhyun.

"Kau ingin minta bantuanku, kan?"

"Yeah, kau selalu bisa membaca pikiranku." Satu kecupan dari Baekhyun lagi, sebagai hadiah darinya
untuk Chanyeol.

"Karena aku mencintaimu."

Confession © ChanBaek
Byun's mansion.

Hari ini keluarga Park, Keluarga Oh, Keluarga Do dan Keluarga Kim berkumpul di rumah Nyonya Byun.
Semua ini terjadi karena usulan mendadak dari Luhan dan Kyungsoo. Mereka akan mengadakan pesta
barbeque keluarga di taman belakang mansion Byun. Semua persiapan sudah selesai tinggal menunggu
LuBaekSoo yang tengah membeli daging. Mereka tadi menyeret Baekhyun yang baru datang dengan
Chanyeol untuk ikut mereka berbelanja dengan dalih merindukannya. Chanyeol tak dapat berbuat
banyak, jadi dia mengikuti kakaknya Yoora dan ibu Kyungsoo memasak di taman belakang.

"Noona, aku sudah melamar Baekhyun kemarin."

"OH GOD, SERIOUSLY?!" teriakan Yoora berhasil membuat orang−orang disana menatapnya aneh.
Ibunya bahkan memelototinya karena tindakan tidak sopannya tadi. Ia hanya tersenyum bodoh dan
menatap Chanyeol yang kini memandang datar kearahnya. "Kau—kau benar−benar sudah melamarnya,
Yeol? Astaga, kenapa tidak katakan pada kami. Jadi hari ini keluarga kita bisa mempersiapkan
semuanya." hebohnya kemudian. Untung saja gadis itu berbisik, jadi Chanyeol tak perlu menutupi
wajahnya dengan wajan karena malu.

"Justru aku akan mengatakannya di depan semuanya nanti." Chanyeol tersenyum lembut. Melihatnya
adiknya yang tampak bahagia, Yoora pun ikut mengulum senyuman. "Coba lihat, bagus kan cincinnya?"
Chanyeol memamerkan cincin couplenya pada Yoora dan disambut dengusan oleh kakaknya. Tentu saja
ia sengaja ingin membuat kakaknya iri. Karena hubungan percintaan kakaknya itu masih abu−abu. Ia
menjulurkan lidah mengejek ekspresi kesal Yoora.

"Jagalah dia seperti kau menjaga Yejin." tutur kakaknya kemudian. Chanyeol menghentikan acara
mengiris daun bawangnya setelah mendengar ucapan kakaknya. Yejin, ya, dia belum ke makam Yejin
sama sekali. Mungkin setelah ia melamar Baekhyun secara resmi kepada keluarganya, ia akan
mengunjungi makam kekasihnya itu untuk meminta ijin.

"Tentu saja aku akan melakukannya. Demi janjiku pada Yejin, demi Baekhyunku."
"Oww, ow. Jadi sekarang Baekhyun−ku ya?" Kyungsoo yang tiba−tiba muncul di depannya langsung
menaik turunkan alisnya, menggoda Chanyeol. Bibirnya menyeringai lebar dan hanya disambut sentilan
kecil di keningnya oleh Chanyeol. Pemuda jangkung itu lalu menoleh dan melihat sosok Baekhyun yang
sudah merona di kejauhan. Astaga, calon suaminya itu manis sekali sih.

Acara itu pun berlanjut sesuai dengan rencana. Chanyeol benar−benar melamar Baekhyun di depan ibu
dan kakaknya. Tentu saja lamaran itu diterima dengan baik dan dua keluarga berbeda marga itu pun
mulai berdiskusi untuk pernikahannya bersama Baekhyun yang rencananya akan diadakan secepatnya,
mengingat mereka masih cuti kuliah dan harus kembali ke Kanada. Baekhyun kini tengah duduk bersama
Luhan dan Daniel −di pangkuannya. Mereka tengah melihat−lihat album lama mereka, diselingi canda
tawa bersama si kecil Oh.

"Lihat uncle. Yang ini uncle benar−benar mirip dengan baba." Daniel menunjuk sebuah album foto
LuBaek saat masih anak−anak, bermain di pasir pantai sembari membuat istana pasir. Dari foto itu dapat
dilihat sorotan bahagia di mata keduanya. "Lalu yang ini, aku suka sekali foto uncle yang ini. Aku pernah
memintanya pada baba untuk kusimpan di kotak pensilku, tetapi baba tidak mengijinkannya. Baba
bilang kalau foto itu hilang, uncle akan marah." tunjuknya kali ini pada foto Baekhyun yang sendiri. Foto
Baekhyun ketika berulang tahun ke 12. Saat itu Baekhyun sudah menadapat penolakan dari orang
tuanya, namun di dalam foto itu senyumnya tak luntur sedikit pun. Tampak bahagia meskipun ia hanya
merayakannya dengan Luhan dan Kyungsoo kala itu.

Mata Baekhyun memerah, ia mengusap foto itu perlahan. Ia memang meminta Luhan untuk menyimpan
fotonya yang ini baik−baik. Foto ini adalah foto kenangan terindah yang ia miliki. Ia masih ingat kalau
waktu itu orang tuanya masih sempat mengucapkan selamat ulang tahun melalui telepon. Karena itulah
ia tampak bahagia.

Dan karena di tahun berikutnya, orang tuanya tak pernah mengucapkannya kembali.

"Gomawoyo, hyung." Luhan tersenyum. Tangannya terulur untuk memeluk adiknya.

Confession © ChanBaek
Suasana pagi di kediaman Nyonya Byun tampak sangat ramai. KaiSoo, HunHan, Daniel serta Yoora
memilih untuk menginap di rumah besar itu untuk menemani ibu LuBaek. Sedangkan orang tua mereka
dan KrisTao telah pulang ke rumah masing−masing semalam. Tampak Kai tengah menganggu Kyungsoo
dan Yoora yang sedang menyiapkan sarapan mereka. Daniel, Sehun, serta Chanyeol kini sibuk bermain
game di ruang keluarga. Nyonya Byun sendiri tengah berbicara dengan Luhan di meja makan. Baekhyun
yang baru keluar dari kamarnya langsung tersenyum melihat kehangatan keluarga itu. Rasa bahagia itu
meletup−letup di hatinya, membuat senyuman itu enggan luntur walau hanya sedetik saja.

"AH, SELAMAT PAGI BAEKHYUNEE!" teriakan Kai berhasil membuat semua mata menatap kearah
tangga. Baekhyun meringis kecil. Kai itu sejak dulu memang selalu berlebihan.

"Selamat pagi semuanya." Ia pun menuruni tangga dan berjalan menuju ibunya. Memberinya pelukan
dan kecupan hangat di dahi ibunya. "Selamat pagi, eomma." Nyonya Byun tersenyum sangat manis,
mirip sekali dengan Baekhyun. Chanyeol langsung saja melompat dari sofa dan memeluk Baekhyun dari
belakang.

"Selamat pagi, suamiku yang cantik." Lalu mengecup pipi kanan Baekhyun.

Blush.

"Chanyeol!" Dan pemuda jangkung itu mendapat cubitan mesra di pinggangnya. Nyonya Byun terkekeh
melihat kemesraan putra−putranya. Yeah, walaupun semua keluarganya dominan dengan lelaki, namun
ia bersyukur karena kebersamaan ini terasa lebih hangat. Kalau saja dulu ia dan Tuan Byun menentang
orientasi anak−anaknya, mungkin takkan ada senyuman secerah mentari seperti sekarang ini. Apalah
nilai kenormalan jika tak mendatangkan kebahagiaan?

"Kau belum sarapan kan, sayang? Kemarilah, eomma akan menyuapimu." Baekhyun tersenyum lebar
lalu menjulurkan lidahnya pada Luhan saat kakaknya itu memutar bola matanya. Sepertinya sifat manja
Baekhyun memang sudah mendarah daging dan menjadi ciri khasnya. Ia pun duduk disamping ibunya.
Luhan memberikan sepiring nasi lengkap dengan lauk pauk, dan acara 'menyuapi Baekhyun' menjadi
kesenangan tersendiri di pagi hari itu.

.
Sudah tiga bulan semenjak kepulangan Baekhyun ke Korea dan selama itu pula ia serta keluarganya
sering menghabiskan waktu bersama. Kembalinya Baekhyun di Korea juga membuat kesehatan Nyonya
Byun semakin membaik. Beliau mulai belajar berjalan untuk menguatkan otot−ototnya. Semua itu tentu
tak luput dari dukungan anak−anaknya terutama Baekhyun.

Sebulan yang lalu adalah hari pernikahan Baekhyun serta Chanyeol. Pernikahan sederhana yang
diadakan di gereja yang sama dengan tempat pernikahan KaiSoo sebelumnya. Dalam acara itu mereka
hanya mengundang keluarga terdekat dan sahabat mereka saja. Walau hanya sederhana, namun binar
kebahagiaan itu terlihat jelas di wajah−wajah manusia disana. Apalagi Baekhyun yang tampak begitu
sempurna dengan balutan tuksedo putih. Chanyeol bahkan sampai tersedak saat pembacaan janji suci
karena terlalu gugup bersanding dengan kekasihnya.

Kabar bahagia pertama datang dari KaiSoo yang dua bulan lalu resmi mengangkat bayi mungil bernama
Asher Kim atau Kim Tae Oh yang sangat mirip dengan Kai. Yang kedua tentu saja pernikahan Baekhyun
dan Chanyeol. Mereka berencana akan melakukan program 'peminjaman rahim' di Amerika dengan
menanam benih mereka pada rahim seorang wanita disana. Luhan dan Sehun –serta KaiSoo− berencana
akan membuat surat nikah resmi di Kanada. KrisTao akan mengelola restaurant dan perusaha Park
seperti biasanya. Semua tentu sudah terencana dengan matang.

Hari ini adalah hari dimana Baekhyun serta yang lainnya harus kembali ke Kanada untuk meneruskan
kuliahnya. HunHan serta KaiSoo hanya akan berada disana selama seminggu untuk membuat surat
nikah. Sedangkan ChanBaek dan KrisTao akan menetap di Kanada sampai Chanyeol dan Baekhyun
selesai kuliah.

Confession © ChanBaek

Cklek.

"TARAAA~" Mata Baekhyun membulat lucu saat menyadari perubahan pada wallpaper apartemennya.
Sepertinya inilah kejutan yang diberikan Chanyeol untuknya. Wallpaper ruangan yang semula berwarna
krem kini berubah menjadi rangkaian foto−foto kebersamaan mereka. Bahkan lebih dominan dengan
foto wajah Baekhyun dengan berbagai ekspresi. Ini sangat gila dan menakjubkan. Chanyeol benar−benar
membuatnya speechless. Matanya bahkan sudah berkaca−kaca saat melihat figura foto pernikahannya
sudah bertengger manis di ruang tamu apartemen mereka. Sejak kapan Chanyeol melakukan ini semua?

"..."

"Bagaimana?" Tiba−tiba sebuah lengan melingkari pinggangnya dan membawa tubuh mungilnya
mendekat. Menempelkan punggungnya pada Chanyeol dan pemuda itu merengkuhnya hangat. "Kau
suka?" Baekhyun mengangguk dan pemuda jangkung itu memberikan kecupan singkat di tengkuk
suaminya. Baekhyun memang paling suka ketika Chanyeol mencium daerah lehernya. Membuatnya
merinding geli. "Aku memang sengaja menghubungi salah satu pemasang wallpaper terbaik serta
mengirimkan semua foto ini lewat e−mail tanpa sepengetahuanmu."

"Apa ini kejutan pernikahan yang kau janjikan itu?" Chanyeol mengangguk lalu mengecup singkat bahu
Baekhyun.

"Aku ingin melihat wajah dan ekspresimu di setiap sudut apartemen kita. Kau tahu kan kalau aku selalu
merindukanmu~" Baekhyun tertawa kecil melihat Chanyeol yang tengah merajuk padanya. Jemarinya
menari diatas lengan suaminya dan mengusapnya lembut.

"Yuta kemarin memarahiku karena lupa mengundangnya." Tawa kecil Chanyeol disambut kekehan geli
dari Baekhyun. "Dia meminta kita untuk mentraktirnya besok. Aku rasa dia akan menguras dompet kita."

"Yeah, anak itu memang ajaib." Chanyeol lalu melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh
Baekhyun untuk menghadapnya. "Ada kejutan yang lebih spesial lagi, Baekhyunku." Wajah Baekhyun
mulai memerah mendengar panggilan Chanyeol untuknya. Pemuda jangkung itu memang senang sekali
mengklaim dirinya. Namun hal itulah yang membuat Baekhyun semakin mencintainya. Ia pun mengikuti
langkah Chanyeol kearah kamar mereka. Setelah membuka kamar itu dan lampu telah dihidupkan,
wajah Baekhyun langsung memucat.

"A−Apa ini?!" Baekhyun berujar malu. Wajahnya yang tadinya pucat mulai memerah. Ia merona parah
melihat wallpaper yang berada di kamar mereka. Bagaimana tidak malu kalau yang terpajang di
temboknya kini adalah foto−foto saat mereka sedang bercinta. Ekspresi kenikmatan Baekhyun, foto
ketika matanya terpejam erat menerima semua rangsangan suaminya, bahkan semua pose dan
ekpresinya tergambar jelas disana. Baekhyun mengerang malu lalu memelototi Chanyeol yang kini
hanya tersenyum lima jari kearahnya.

"Yang ini misi rahasia. Aku bersumpah dia tak memiliki file ini lagi. Aku sudah memastikan kalau
foto−foto yang ini telah terhapus." Pemuda jangkung itu menunjukkan peace sign pada Baekhyun
meskipun tak mempan sama sekali. Yang ada pemuda mungil itu cemberut lucu. Baekhyun sudah terlalu
malu −bercampur kesal− dengan otak mesum Chanyeol yang berpikiran sedemikian rupa. Orang gila
mana yang memajang fotonya saat bercinta menjadi sebuah wallpaper kamar? Apalagi wallpaper itu
dominan dengan wajahnya yang penuh kenikmatan itu. Baekhyun menatap geram punggung Chanyeol
yang kini tengah mengelus salah satu foto wajahnya. "Dengan melihat ini saja sudah membuatku
horny." Chanyeol mengedipkan sebelah matanya. "Baekhyunee, ayo bercinta!"

Astaga, Baekhyun ingin meloncat dari lantai kamarnya sekarang juga.

Confession © ChanBaek

6 years later...

"Baekhyunku, apa semuanya sudah siap? Pesawatnya akan berangkat 20 menit lagi. Jangan sampai
terlambat atau eommoni akan memenggalku."

"Berhenti memanggilku seperti itu dan bantu aku membawa koper−koper ini!"

"Wae? Panggilan itu kan sangat manis."

"Shut up, Chanyeol! Aku malu. Bagaimana kalau anak−anak mendengarnya?"

"Ya, biarkan saja mereka mendengarnya. Supaya mereka tahu kalau mereka harus berbagi denganku
juga."
"Astaga. Bayi besar ini!"

"Daddy! Appa!"

"Jesper, jagoan daddy! Hey, kenapa wajahmu belepotan coklat begini, hum? Kau harus dihukum!"

"Kyyaaa! Jangan menggelitiku daddy, itu geli! Hhahahaa."

"Ugh—"

"Hey sayang, jangan manyun begitu. C'mon, Jackson! Beri appa pelukan juga!"

"Hhhaha. Appa!"

Jesper Park dan Jackson Park, mereka anak angkat? Tentu bukan. Masih ingat dengan program itu?
Yeah, Baekhyun dan Chanyeol berhasil melakukan program itu dan mendapat dua orang anak kembar.
Kedua anak lelaki berbeda lima menit itu adalah anak kandung mereka. Dan hari ini adalah pertama
kalinya mereka akan pulang ke Korea setelah bertahun−tahun menetap di Kanada. Tentu setelah kuliah
ChanBaek selesai dan Chanyeol sudah harus mengambil bagiannya sebagai pimpinan perusahaan Park di
Korea sana. Keluarga kecil itu tampak bahagia dan penuh kehangatan. Chanyeol benar−benar memenuhi
janjinya untuk menjaga Baekhyun demi Yejin dan demi kebahagiaan Baekhyun.

"Yejin−ah, aku sangat berterima kasih untuk semua kebahagiaan ini. Dan aku berjanji, tak akan
menyakiti saudaramu. Aku akan mencintainya sebanyak yang aku punya dan sedalam yang aku bisa. Aku
mencintaimu, masa laluku... dan aku pun akan terus mencintai masa depanku. Thanks for everything,
thanks for this happiness, thank you.. my first love..."

.
"—THE END—" FOR REAL!

A/N :

Singkat ye? Emang sengaja. Sorry guys, aku gak kasih Rate−M, kkeke. Otak ane emang mesum kalo lagi
bayangin ChanBaek tapi tangan gw bener2 gak bisa nulis adegan ranjang sebaik bayangan otak gw. Jadi
yah, ini hasilnya. Maaf untuk kata−kata yang membingungkan. Bahasa Indonesia emang bukan bahasa
gw sehari−hari, jadi maklum ye.

Buat beberapa yang minta akun media sosial, nih gw kasih. Sekalian nambah temen ya. Ahhayy.

FB & Twitter (ada di profil), BBM (54DAAE64), Line (fybxy14), Insta (fybxy14)

TERIMA KASIH UNTUK APRESIASINYA! BUH−BWAIIII! Whhahaaaahaha *terbang ke neverland dan


menghilang dari peradaban*

« First « Prev Ch 21 of 21 

Review

Share: Email . Facebook . Twitter

Story: Follow Favorite

Author: Follow Favorite


Contrast: Dark . Light

Font: Small . Medium . Large . XL

Desktop/Tablet Mode . Blog . Twitter . Help . Sign Up  

Anda mungkin juga menyukai