Ayah
nya tidak main-main saat mengatakan bahwa ia tidak akan
mendapatkan bantuan apapun begitu ia melangkahkan kakinya
keluar rumah. Sudah sekitar satu jam lebih Namjoon berjalan-jalan
tanpa arah, mengamati sekitar sampai matanya berhenti pada café
kecil dengan nuansa coklat muda. Sepertinya uang disakunya masih
cukup untuk membeli segelas kopi, setidaknya itu yang bisa ia
lakukan sampai menunggu kabar dari Hoseok. Kaki Namjoon
melankah masuk, suasana café cukup sepi mengingat sekarang sudah
hampir pukul 10 malam dan sepertinya ialah satu-satunya pelanggan
sekarang.
“aku Namjoon.”
“oke Namjoon, aku minta maaf tapi sepertinya aku akan menutup
café sebentar lagi.” Ah benar juga, mau sampai kapan Namjoon
disini. Tapi sial nya ia tidak tau harus kemana, tidak memiliki uang
dan tidak dapat menghubungi Hoseok. Seandainya ia tidak
membantah ayah nya, pasti sekarang ia sedang asyik mendengarkan
lagu sambil berbaring di kamarnya.
“apa semua baik-baik saja?” tanya Seokjin sambil melepas apron dari
tubuh nya.
Namjoon bergeming, berfikir apakah ia harus memberitahu cerita
memalukan ini pada orang asing yang baru ia temui beberapa menit
lalu. Tapi melihat wajah Seokjin membuat Namjoon merasa ia bukan
orang asing. Ia dan aura yang sedari tadi membuat Namjoon merasa
hangat. Dan tanpa ragu, Namjoon menceritakan semua pada Seokjin.
Dan sekarang, disinilah ia. Dirumah dua lantai dengan nuansa putih.
Rumah yang cukup luas dengan sedikit furnitur yang diletakkan.
Hanya beberapa pot bunga yang berdiri rapih di pojok ruangan.
Namjoon sibuk mengamati seisi ruangan sampai ia mendengar derap
kaki menuruni tangga.
“ welcome home kakak ku tersayang.” Seorang laki-laki yang terlihat
lebih muda dari Namjoon muncul. Sama seperti dirinya, laki-laki itu
menatap Namjoon bingung. Lalu menatap Seokjin, meminta
penjelasan.
“oh, Jungkook kenalin ini Namjoon.” Seokjin menunjuk Namjoon
dengan ibu jarinya.
“dia bakal tinggal beberapa hari sama kita.”