Anda di halaman 1dari 4

Namjoon mengunci layar handphone nya sambil mendengus.

Ayah
nya tidak main-main saat mengatakan bahwa ia tidak akan
mendapatkan bantuan apapun begitu ia melangkahkan kakinya
keluar rumah. Sudah sekitar satu jam lebih Namjoon berjalan-jalan
tanpa arah, mengamati sekitar sampai matanya berhenti pada café
kecil dengan nuansa coklat muda. Sepertinya uang disakunya masih
cukup untuk membeli segelas kopi, setidaknya itu yang bisa ia
lakukan sampai menunggu kabar dari Hoseok. Kaki Namjoon
melankah masuk, suasana café cukup sepi mengingat sekarang sudah
hampir pukul 10 malam dan sepertinya ialah satu-satunya pelanggan
sekarang.

“Selamat malam, bisa saya catat pesanan mu?”

Namjoon mengamati menu untuk beberapa saat, mencari kopi


dengan harga termurah tentunya. Setelah menemukan yang ia cari,
ia segera menyebutkan pesanan nya dan duduk di meja kecil dekat
jendela. Tak lama, kopi pesanan nya diantar oleh bartender yang
melayani nya tadi. Setelah mengucapkan terima kasih, Namjoon
meminum kopinya perlahan sambil kembali melihat keluar jendela.

“Gue duluan ya kak.” Namjoon menoleh dan melihat bartender yang


tadi melayaninya berjalan keluar , menaiki motor yang terparkir
diluar café dan melesat pergi. Tunggu, apakah ia sendirian sekarang?
Ia melirik kearah meja kasir, tidak ada siapapun disana. Tidak
mungkin ia ditinggalkan sendiri disini kan? Namjoon meraih
handphone nya yang sedari tadi tergeletak di meja. Dan sialnya,
handphone nya mati. Bodoh memang ia tidak membawa charger,
karena ia meninggalkan rumah tanpa membawa apapun selain
handphone dan dompet nya.

Tuhan sepertinya menyayangi Namjoon, karena setelah itu seorang


bartender lain keluar dari ruang belakang. Rambut nya di cat ungu
muda, dengan apron yang masih ia kenakan. Terlihat tampan, bagi
Namjoon.

Ia menggeleng, menjauhkan pikiran nya jauh dan berjalan mendekat


kearah bartender tadi. Yang dihampiri segera menatap nya lalu
tersenyum. Entah karena suasana atau posisi ia yang berdiri dekat
mesin kopi, tapi Namjoon merasa hangat.

“ada yang bisa dibantu?”

Sial, suaranya terlalu lembut untuk dapat masuk ketelinga Namjoon.


Berusaha mengabaikan hal itu, Namjoon akhirnya memilih bertanya.
“maaf, apa kau memiliki charger ?”
“ah, maaf aku tidak biasa membawa charger karena aku jarang
menggunakan hp ku,” ia menatap Namjoon lalu mengeluarkan
handphone nya dari saku. “kau bisa menggunakan punya ku jika
mau.”

Namjoon mengamatinya dalam, senyum nya sungguh


menggemaskan.
“ah, tidak usah lagipula aku tidak ingat nomor teman ku.” Tolak
Namjoon halus, karena kenyataan nya ia memang tidak ingat sama
sekali nomor Hoseok ataupun Yoongi.

“okey, kalua begitu,” ia kembali menaruh handphone nya kedalam


saku, lalu menjulurkan tangan nya. “namaku Seokjin.”

“aku Namjoon.”

“oke Namjoon, aku minta maaf tapi sepertinya aku akan menutup
café sebentar lagi.” Ah benar juga, mau sampai kapan Namjoon
disini. Tapi sial nya ia tidak tau harus kemana, tidak memiliki uang
dan tidak dapat menghubungi Hoseok. Seandainya ia tidak
membantah ayah nya, pasti sekarang ia sedang asyik mendengarkan
lagu sambil berbaring di kamarnya.

Seokjin mengamati Namjoon dengan bingung. Walau pria dihadapan


nya tidak bersuara tapi ia dapat melihat raut wajah Namjoon yang
berubah. Seperti orang kesal dan stress tentunya.

“apa semua baik-baik saja?” tanya Seokjin sambil melepas apron dari
tubuh nya.
Namjoon bergeming, berfikir apakah ia harus memberitahu cerita
memalukan ini pada orang asing yang baru ia temui beberapa menit
lalu. Tapi melihat wajah Seokjin membuat Namjoon merasa ia bukan
orang asing. Ia dan aura yang sedari tadi membuat Namjoon merasa
hangat. Dan tanpa ragu, Namjoon menceritakan semua pada Seokjin.

Dan entah sejak kapan, Namjoon merasa nyaman.

Dan sekarang, disinilah ia. Dirumah dua lantai dengan nuansa putih.
Rumah yang cukup luas dengan sedikit furnitur yang diletakkan.
Hanya beberapa pot bunga yang berdiri rapih di pojok ruangan.
Namjoon sibuk mengamati seisi ruangan sampai ia mendengar derap
kaki menuruni tangga.
“ welcome home kakak ku tersayang.” Seorang laki-laki yang terlihat
lebih muda dari Namjoon muncul. Sama seperti dirinya, laki-laki itu
menatap Namjoon bingung. Lalu menatap Seokjin, meminta
penjelasan.
“oh, Jungkook kenalin ini Namjoon.” Seokjin menunjuk Namjoon
dengan ibu jarinya.
“dia bakal tinggal beberapa hari sama kita.”

Anda mungkin juga menyukai