Anda di halaman 1dari 6

Warm Winter

Note ditutup laki laki berambut coklat yang duduk di meja ruang makannya. Tatapannya tertuju pada
jendela dengan pemandangan butiran salju yang turun dari langit. Berapa lama ia harus menangani
kasus ayahnya ini? Tidak, bukan ayah, tapi Shido. Ia tak peduli dengan hubungan keluarga mereka
berdua.

Note tersebut ia letakkan di atas meja sebelum berjalan menghampiri jendela, menatap pemandangan
jalanan di bawahnya. Bahkan beberapa lampu hias dipasang di sepanjang jalan menghiasi kota.

Para pejalan kaki berlalu lalang kesana kemari dan sebagian besar diantara mereka adalah pasangan.

"Christmas Eve, huh? Aku tak pernah merayakannya sebelumnya."

Ia meraih ponselnya dan menatap tanggal yang tertera di atasnya. Lusa ia harus segera menangani kasus
kembali. Sepertinya tak ada istirahat untuk Pangeran Detektif.

Suara derit pintu mengalihkan perhatiannya, namun ia tak perlu berbalik untuk menatap siapa yang kini
berdiri di ambang pintu.

"bersiaplah untuk acara lusa nanti. Aku tak ingin kau mengecewakanku di depan banyak orang."

"tanpa kau peringatkan sekali pun, aku tak akan melupakannya."

Ia meletakkan kembali ponselnya ke dalam sakunya, masih menatap ke arah luar jendela. Dia juga ingin
merasakan kehangatan musim dingin seperti yang lainnya. Hidup sebagai remaja normal yang tak perlu
memikirkan reputasi ketenaran ayah-... Shido. Ya, dia tak mungkin mengatakannya.

Tapi... Apa dia bisa pergi besok?

"bersiap saja, aku tak ingin kau salah ucap satu kata pun nanti." Shido hendak berjalan keluar namun
Akechi berbalik dan menatapnya.

"ngomong ngomong, boleh aku ambil cuti besok?"


"kau akan membuang buang waktu yang seharusnya kau isi dengan persiapan?"

"aku sudah siap hingga saat ini juga. Kau tak perlu khawatir untuk acara lusa." memberikannya libur
sehari tak akan membuatmu mati kan, Shido?

Pada akhirnya ia hanya mengiyakan kata kata Akechi dan akhirnya pergi dengan menutup pintu. Tentu
Akechi senang karena ada seseorang yang ingin ia ajak sekarang ini. Dengan mengambil ponselnya
kembali, ia mencari kontak bernama "Nave" dan mulai menghubunginya.

"A-Akechi? Haha, sudah lama kita tak bertemu. Bagaimana kabarmu?

"aku baik. Kau sendiri?"

"tentu saja aku selalu baik. Apa ada sesuatu yang bisa kubantu?"

"jika kau tak keberatan, kau ingin pergi ke luar bersamaku besok? Di Christmas Eve."

"ha-... Tapi kau-..."

"aku sudah meminta izin padanya. Hanya untuk besok."

"ya, tentu. Maksudku, kau terus terpikirkan oleh kasus dan mengambil cuti sehari bisa menenangkan
pikiranmu, bukan?"

"kalau begitu temui aku besok di cafe Le Blanc. Aku akan menunggumu disana."

Panggilan ditutup dan akhirnya senyuman lebarnya kembali, persis saat ibunya datang membawakannya
pancake dan coklat panas saat ia masih kecil.

**********

Bunyi lonceng terdengar dari pintu kafe yang terbuka dengan wanita berambut putih memasuki kafe.

"selamat datang!-... Oh! Aku tak mengira kau akan datang kemari, Nave."

"aku tak mengira kau ada di sini juga. Dimana Ren?"


"mengurus Morgana di atas. Kau datang kemari untuk merayakan Christmas Eve?"

"bisa dibilang aku menunggu seseorang untuk merayakannya bersama."

"ohoho, maksudmu si Pangeran Detektif?" dengan wajah bersemu, Nave memalingkan wajahnya ke
arah lain.

"haha, sudah kuduga. Kau ingin sesuatu? Kopi atau yang lainnya?"

"jika gratis aku mau."

Sementara temannya berjalan pergi, ia merogoh sakunya dan menatap ponselnya. Pesan dari Akechi
tertera di layar ponselnya bahwa dia akan segera datang. Jendela kafe dihiasi oleh pemandangan salju
yang turun dari langit. Namun pada akhirnya dia dapat menghabiskan waktu bersama kekasihnya
sekarang ini.

Satu cangkir kopi disajikan di atas meja dan mengalihkan perhatiannya. Ia menyesap kopi tersebut dan
merasakan kehangatannya di tengah suhu dingin.

"jadi kau akan berkencan dengan Akechi?"

"ya, bagaimana denganmu? Kau tak berjalan bersama Ryuji?"

"meh, dia pasti sedang tertidur di kamarnya sekarang ini. Jadi aku datang kesini dan berharap bisa
menenangkan diri tapi berakhir menjaga pos karena Morgana yang sakit."

Kekehan kecil terdengar dari Nave mendengar jawaban temannya tepat sebelum suara lonceng lain
terdengar dari arah pintu kafe.

"selamat datang! Oh!-..." yep, sepertinya sekarang saatnya untuk temannya beraksi karena laki laki yang
datang adalah kekasih Nave.

Dengan menuangkan kopi ke dalam cangkir lain, ia menyajikannya di samping Nave tepat saat Akechi
duduk di sampingnya.

"terima kasih, maaf merepotkanmu."


"tak apa, ini gratis jadi tenang saja. Khusus untuk sepasang kekasih." dengan senyuman andalannya ia
melepas celemeknya dan berjalan keluar dari pos.

"aku akan mengecek kondisi Morgana sebentar. Kau tak keberatan bukan kutinggal disini? Dah!" dengan
tergesa gesa, temannya berjalan menaiki tangga menuju loteng meninggalkan Nave dan Akechi di ruang
kafe.

"maaf membuatmu menunggu."

"tak apa, aku baru saja datang. Akhirnya aku memiliki waktu bersama denganmu."

"ya. Oh! Taman kota terlihat lebih indah saat aku mengunjunginya. Tapi akan lebih baik jika aku
mengajakmu kesana. Kau ikut?

"apa pun untukmu. Bisa kita pergi bersama ke sana sekarang?"

Akechi mengulurkan tangannya, menunggu jabatan tangan dari Nave hingga satu tangan lembut
menerimanya. Haa... Kapan terakhir kali ia mengenggam tangan kekasihnya? Sudah sangat lama karena
banyak hal yang harus ia kerjakan belakangan ini.

"tanganmu terasa hangat seperti biasa. Aku merindukannya. Lebih baik cepat atau mereka akan
menutupnya." keduanya berjalan keluar dari kafe dengan kedua tangan yang saling bertautan. Dari balik
tembok tangga temannya tersenyum lega karena akhirnya ia dapat bertemu kembali dengan orang yang
sangat berharga baginya.

***********

"wow, aku tak pernah menyangka kau bisa mengalahkanku di permainan itu. Ini pertama kalinya
seseorang mengalahkanku. Haha, kau ingin mencoba yang lainnya?"

Drrt!... Drrt!...
Ponsel Akechi bergetar di dalam sakunya. Ia segera mengambilnya dan menatap ke arah layar, pesan
dari Shido, huh? Tapi dia ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama Nave sekarang ini. Haruskah
cutinya dibatalkan secepat ini?

"maaf... Aku akan segera kembali." Akechi berjalan dengan ponsel yang ia genggam erat. Ia segera
menghubungi Shido sementara Nave hanya dapat menatap punggungnya dari kejauhan.

"wow, nona! Aku tak menyangka kau bisa menjatuhkan semua target yang kupasang. Dan sepertinya
hadiah spesial berhak untukmu."

"huh?"

Sebuah kotak dengan mainan senapan laser terdapat di dalamnya mengalihkan perhatiannya dari
Akechi.

'saat kecil aku sangat ingin menjadi pahlawan, dan aku hanya berharap ibuku membelikannya
untukku...'

Secercah ingatan datang padanya, senapan laser yang pernah Akechi tunjukkan di dalam toko...

"aku tahu ini bukan untuk wanita. Tapi kau memiliki kemampuan yang hebat, jadi hadiah yang 'hebat'
juga pantas untukmu."

"tak apa. Aku menerimanya. Terima kasih."

"datanglah lain kali dengan kekasihmu!"

Nave mengambil box tersebut dan suara langkah kaki mendekat terdengar dengan hembusan nafas
yang tersenggal senggal dari arah belakangnya. Ia menatap Akechi yang memasang wajah sendu.

"maaf, tapi aku harus pergi sekarang. Kau tak keberatan?-..."


Nave menyerahkan box tersebut pada Akechi dan pandangannya tertuju pada box di tangannya.
Ingatannya membawanya pada masa kecilnya bersama ibunya.

"kau... Memberikannya untukku?"

"ya, kau pernah mengatakan kau menginginkannya saat kecil. Aku tahu ini aneh karena kau sudah
bertumbuh dewasa sekarang-..."

"tidak... Aku menyukainya. Terima kasih..."

Air mata turun dari sudut mata Akechi. Ia seharusnya berbahagia sekarang ini, bukan? Tapi kenapa
rasanya sakit?

"hey! Jangan menangis! Kau membuatku merasa bersalah memberinya padamu."

"o-oh, ya. Kau benar. Hanya... Terbawa suasana saat aku kecil. Ahaha! Aku bahkan selalu menatapnya
setiap kembali dari sekolah. Tapi aku harus pergi sekarang."

"tak apa. Aku memiliki waktu yang berharga bagiku. Dan itu semua berkat dirimu. Terima kasih... Aku
tak akan melupakan musim dingin ini."

"jika kau tak keberatan... Bisa kau mendekat?"

"hm?" Nave menuruti permintaan Akechi sebelum sebuah kecupan mendarat di pipinya.

"itu hadiah dariku. Terima kasih..."

Anda mungkin juga menyukai