“Ini saja Mbak, sekalian teh botol satu dan rokok dua bungkus”
kataku sambil ngeluarin uang seratus ribu ke wanita penjaga
toko.
“Nggak usah Mas, saya ada kok” kata Nuning sambil ngeluarin
dualembar uang duapuluh ribuan.
“Ya telah gini aja, uang ini bawa dulu, tapi saya minta dibikinin
kopi dulu, sekalian kalau boleh main ke kos-mu sambil nunggu
macet, boleh nggak?” Kataku sambil ngembaliin uangnya.
“Baiklah kalau begitu terima kasih, tapi tempatnya jelek lho Mas,
kata Nuning sambil tersenyum.
“Ah jangan gitu, saya malah nggak enak nih ngrepotin minta
kopi segala” Kataku sambil nerima kembalian dari penjaga toko.
“Mbak, saya titip mobil ya, sekalian ini buat parkirnya,” sambil
kukasih wanita penjaga toko uang limaribu”
“Wah makasih ya Mas” kata penjaga toko.
“Ada apa Ning? Ada yg dapat saya santu?” kataku sedikit cemas
dan heran.
“Nggak apa-apa kok Mas, bajuku pada jatuh dan basah, Mas apa
diluar ada orang lain?” Tanya Nuning sambil teriak.
“Ntar aku lihat dulu, ke pintu depan” kataku sambil berlangsung
ke psupaya dan gang kecil menuju rumahnya.
“Sorry ya Mas, bajuku pada basah semua, aku ganti baju dulu
ya,” kata Nuning sambil berlari dengan tubuh mulus terbalut
handuk.
Menonton pemandangan yg menggairahkan itu,
mengdampakkan otot dalam celanaku berdenyut-denyut, dan
sedikit mengembang, ‘gile bener, tubuhnya montok bener’.
Kataku dalam hati, sambil masuk ke kontrakannya dan
menonton-lihat lagi gambar sensualnya.
Malam itu kami hanya ngobrol saja hingga jam delapan malam,
dari dialog itu kutahu kalau Nuning telah hampir setahun
bekerja, sempat kuliah D-1 tahap Sekretaris dan kini bekerja di
tahap administrasi keuangan sebuah pabrik, dan kutahu bahwa
Nuning telah punya pacar di kampungnya, tetapi orangtuanya
tidak lebih setuju.
“Mas, aku pengen ngobrol dapat nggak, sore ini jemput aku ya?”
kata Nuning di telepon.
“Oke, emangnya ada apa?” Tanyaku.
“Yah pokoknya kelak aja deh, aku mau cerita, udah dulu ya,
hingga kelak di tempat biasanya,” Nuning menutup telponnya.
Malam itu Ciater dingin banget, kabut turun tebal banget seusai
hujan, hingga perjalanan menuju ke kamarpun wajib perlahan,
petugas hotel telah menantikan di depan kamar dan
membukakan pintu kamar.
“Silahkan Pak, silahkan Bu, apa ada yg dipesan?” kata petugas
hotel ramah, mengira kami pasangan suami istri.
“Sementara belum Mas, kelak saja kalau butuh saya telpon dari
kamar,” kataku sambil memberi sedikit trik buat petugas hotel.
Berbagai kali ayunan, akhirnya aku agak yakin dirinya telah tdk
begitu merasakan sakit di memeknya, dan kupercepat bandul
penisku di memeknya. Nuning berteriak-teriak dan tiba
merapatkan jepitan kakinya di pantatku, kepala menggeleng-
geleng dan tangannya luar biasa kuat-kuat sprei tempat tidurnya,
mungkin dirinya mau orgasme, pikirku. Tiba-tiba tangannya
memelukku erat-erat dan kakinya makin merapatkan jepitannya
di pantatku, kurasakan toket besarnya tergencet dadaku, rasanya
hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan kubenamkan
penisku seluruhnya di dalam memeknya.
“Loh kok malah Bapak yang nganterin ??”, tanya Ardi bingung.
“iya mas istri baru saja menjenguk sodaranya yang sakit
diSurabaya, sebab takut kemalaman makanya biar saya saja
yang mengantarkan”, jawab Budi ramah.
Ketika sedang memberbagi handuknya, tiba-tiba saja Budi
langsung mendekap tubuh Ardi yang terbukti lebih kecil dari
belakang.
Lalu leher tahap belakang Ardi dipukul dan seketika itu pula
Ardi pingsan. Sebetulnya letak villa itu jauh dari keramaian dan
sedikit terpencil, tetapi supaya tdk menggangu aksi busuknya
Budi mengikat tangan dan kaki Ardi juga tdk lupa menyumpal
mulut Ardi dengan kertas dan diplester. Seusai merasa lumayan
aman Budi mengunci pintu dan mendudukan Ardi disebuah
kursi yang dihadapkan kespring bed. Ketika menonton Citra
yang duduk diranjang dngn mata tertutup Budi tampak bahagia
” Wah gak butuh susah payah ngentot nih anak, tentu dirinya
pikir saya pacarnya ” ujar Budi dalam hati.
” Yank kok lama sih surprisenya?? ” tanya Citra terus.
” Apa Surprise ?”. Senyum Budi terus mengembang.
Saat matanya menatap Ardi tidak berdaya ada rasa kecewa tapi
rasa itu berubah menjadi nikmat saat penis Budi terus
menghujam memek yang selagi ini hanya diberbagi terhadap
Ardi.
Citra juga kagum merasakan keperkasaan Budi sebab telah
hampir 1 jam Citra digarap Budi belum ada tanda-tanda Budi
mau mengeluarkan spermanya malahan Citra terus mengalami
orgasme beruntun.
“ ssssshhhh aaaccch suuudaaah paaakkhh “, sesekali ucapan itu
keluar saat serangan rudal raksasa milik Budi terus menerus
diterimanya.
“ Nak cantik kini ayo kami mandi dan jangan melawan kalau
tetap mau selamat “ ujar Budi dengan nada mengancam.
Citra sempat menonton Ardi dan bilang “ sorry honey “. Ardi
pun hanya pasrah menonton Citra digiring kekamar mandi yang
ada aspek kamar. Dan Ardi hanya bisa membayangkan apa yang
bakalan terjadi disana.
Akal bulus Budi tdk berhenti hingga disitu sesampainya dikamar
mandi Budi teringat ucapan Citra mengenai Surprise akhirnya
dirinya coba menghasut Citra.
“Ahh.. Paaa.. hh..” (aq tdk bisa bercerita lagi dibagian ini, kakiku
mengejang, pinggulku terasa kesemutan rasa nikmat, nafasku
memburu cepat, detak jantungku terasa cepat sekali, sementara
di bawah sana aq terus merasakan gesekan-gesekan kuat serta
mantap dari Papiku).
“Minumlah ini madu India, agar kalian gak gampang cape,” ajak
Bu Hesti pada sebuahacara makan malam bersama sambil
memberiku segelas minuman berwarna kuning emas. Aku ragu-
ragu menerimanya. Sementara anak buah keluarga lain telah
mengambil segelas masing-masing.
Dan.. gila aku menonton tonjolan besar di balik celana dalam nya
serta sejurus kemudian nampaklah si tongkat penggadanya yg
panjang besar kurang lebih 20 cm dengan diameter 4 cm! Behaku
direnggutnya kasar demikian pula celana dalamku. Tubuhku
tidak meperbuat perlawanan apapun ketika ia menggumuliku
habis-habisan.
“Akh.. akhu mau keluar, Nis..” Lalu jreet.. jreet.. jroot.. jrot..
jrut.. pantatnya menyentak-nyentak. Tubuhnya kaku menegang
ketika spermanya menyemprot rahimku hingga basah kuyup.
Semprotannya kuat sekali.
“Akk.. aku bisa hamil, mas,” desisku puas sebab aku juga
orgasme lagi.
“Telah, Nis. Tapi tidak sedikit hanya bersi kukuh dua hari.. lalu
minta pulang. Aku harap kalian kuat, Y Nis. Aku bakal sediakan
obat-obatan untukmu.. Ini minumlah obat untuk menguatkan
serta membersihkan rahimmu,” dirinya mengangsurkan sebotol
obat yg namanya tidak kumengerti sebab berbahasa asing.