"Aku lapar sekali, tidak ada apa pun disini" ae ling membuka
lemari pendingin sambil membuang nafas, saat itu sudah
lewat jam 10. malam, orang tuan tao sedang tidak sda di rumah, lalu tao, entah kemana laki laki itu pergi, setelah dia membuat ae ling kesal, dia menghilang dan belum pulang, ae ling berpikir, apakah dia tidak akan pulang lagi, malam ini? "Karna tidak ada makanan, aku harus ke mini market, kan?" Ae ling berbicara pada dirinya sendiri, lalu ia mengambil baju hangat yang mengait dibelakang pintu kamarnya. udara malam hari diawal bulan desember memang paling dingin, ia harus segera tiba di minimarket secepat mungkin atau kalau tidak dia akan menjadi bongkahan es sebelum tiba kerumah nanti. Di meja bahan plastik yang ada di dekat dingding kaca dalam super market itu, ae ling duduk sambil melihat keluar, jalanan sudah mulai sepi, sudah jarang orang lewat, ae ling menghembuskan nafas, sekilas perkataan tao terlintas difikirannya, ia mentap ponsel dalam diam, sudah 1 tahun lebih dia hampir tidak mendengar suara ibunya. Benarkah ae ling akan baik baik saja jauh dari wanita itu? Atau apa ia harus turuti perkataan tao? Sejak memutuskan kabur ke korea dan menumpang dirumah tao karna uang sakunya habis, ae ling bertekat tidak akan menghubungi orang tuanya sebelum mereka sendiri yang menghubunginya duluan tapi sampai saat ini mereka tidak menelponnya. Ae ling merasa dia telah di buang. "Ae ling_ssi?! Kau disini?" Ae ling terkejut dan hampir saja menumpahkan cup ramen yang ia seduh, saat seorang laki laki muncul dari belakang punggungnya. Dia adalah Kim Jong Dae laki laki berwajah ramah yang juga merupakan teman kelas ae ling sejak kelas satu. Meskipun mereka tidak terlalu dekat dan hampir tidak pernah saling menyapa, wajah jong dae terlihat berbinar binar waktu itu, menganggap pertemuan tak sengajanya dengan ae ling sebagai sebuah keberuntungan. Namun sepertinya tidak bagi ae ling, setelah menerima sapaan ramah itu ia hanya tersenyum kaku, “Kau sering kesini ya?! Kalau aku tau, aku juga akan ketempat ini setiap hari. minimarket ini memang agak jauh dari rumahku tapi kalau ada temannya aku jadi bersemangat” tanpa diminta laki laki yang entah muncul dari manna itu duduk disisi ae ling dengan damai, ia bahkan sampai mengangkat satu kakinya keatas kursi, sambil mengaduk aduk ramen miliknya dengan semangat. Ae ling diam dan memperhatikan penampilan laki laki itu dengan dahi berkerut. mereka menang bukanlah teman dekat tapi ae ling cukup yakin kalau kim jong dae adalah laki laki yang cukup berada, setiap hari ia di jemput dengan mobil sedan berwarna hitam dan sopir yang membukakan pintunya. tapi entah kenapa, malam itu laki laki kaya yang membuat murid murid perempuan tidak pernah absen membicarakannya itu terlihat sangat berbeda?? Dia mengenakan jaket gelap yang di resleting sampai leher, celana kusam bergaris dan selop lusuh. apakah orang kaya juga bisa berpenampilan seperti itu?? Atau Apakah orang kaya juga suka makan makanan instan yang diseduh diminimarket?? “Oh, kau suka ramen pedas juga, rupanya? Kau tau? akan lebih enak kalau di taruh keju, tapi sayang kejunya habis” tiba tiba raut ramah itu berubah, ia terlihat kecewa. Hal itu membuat ae ling mau tidak mau menatap dua cup ramen miliknya dan milik laki laki itu bergantian, memang sama, bahkan minuman yang mereka beli pun sama. Apakah dia menyontek makanan yang ae ling pesan?? “Atau kalau kau tidak suka keju, kau bisa menggantinya dengan telur rebus setengah matang, lalu kimchi, wuaah pasti lezat sekali” setengah berteriak laki laki itu mengangkat sumpitnya dengan semangat, seolah ia telah mendapatkan benda langka yang telah lama ditunggu tunggu, wajahnya bersinar sinar hingga terasa silau dimata ae ling, padahal saat itu ramen pesanannya yang siap dimakan itu tidak ditambah apa pun seperti yang ia ceritakan. “Tapi kenapa kau tidak menaruhnya di ramenmu?” “Apa?!” “Telur dan kimchi, kalau kau sangat menyukainya kenapa kau tidak menaruh diramenmu” jong dae diam, ia terlihat berpikir. “Kau berbohong soal mencampur ramen pedasmu dengan keju, telur setengah matang atau kimchi, padahal kau belum pernah memakannya” “Siapa bilang?! Aku sering makan itu, tapi akhir akhir ini kakak sepertinya tau kalau aku suka makan ramen, jadi aku sedikit menguranginya ” ae ling diam. Ia tidak tau apa laki laki itu berkata jujur padanya atau tidak. “Aku berkata jujur, sungguh!. Mungkin orang lain tidak akan percaya tapi Aku dan kakak hanya hidup berdua. Ayah ku yang menjadi orang tua satu satunya untuk kami masuk penjara dan perusahaan keluargaku hampir bangkrut, sejak saat itu aku mulai makan makanan instan yang kakak buat, awalnya memang rasanya aneh tapi entah kenapa lama kelamaan kami jadi sangat menyukainya” kata jong dae, ia terlihat bahagia saat menceritakan itu, seolah cerita yang cukup menyedihkan itu adalah kenangan indah baginya, ae ling jadi merasa bersalah. Mungkin tidak seharusnya ia menilai seseorang dari tampilannya atau dari perkataan orang karna bisa saja dua hal itu menipu. “Aku lebih suka keju” kata ae ling datar. “Apa??!” “Maksudku, ramennya. Aku lebih suka menaruh keju ketimbang telur rebus setengah matang” ae ling tersenyum, tidak ada salahnya ia memberi sedikit terbuka pada laki laki ini. Setelah itu mereka makan dalam diam. *** "Kau yakin akan pulang sendiri? Ini sudah malam, aku akan mengantarmu” Jong Dae berlari mengejar ae ling setelah buru buru mengabiskan minuman kalengnya saat gadis itu bangkit dan mengambil plastik belanjaannya tanpa mengatakan apa pun. "Tidak, terima kasih lagi pula kita tidak searah, kan?" Ae ling menolak dengan alasan yang masuk akal, namun laki laki itu tetap mengikutinya. "Aku tau, tapi aku bisa mengantarmu" “Cuaca sangat dingin, jadi lebih baik kau pulang saja, rumahku dekat dari sini” ae ling tetap berusaha menolak permintaan jong dae dengan ramah, bagaimana pun juga ia tidak mau berhutang budi, akan sangata sulit untuk membalasnya. “Tidak apa apa, kalau kau sampai dengan selamat, aku akan senang sekali” setelah mendapat berbagai macam penolakan laki laki itu tetap tersenyum ramah padanya? Benar benar laki laki aneh. Ae ling pun akhirnya membiarkannya. "Sudah sampai, terima kasih telah mengantar ku" ae ling berbalik setelah berpamitan pada jong dae. Ia tidak bisa tiba tiba meminta laki laki itu untuk mampir meski untuk sopan santun, mereka tidak cukup dekat untuk melakukan itu. Apalagi tidak ada siapa pun dirumah. "Ya, sama sama, tapi . . ." "Ada apa?" "Bi . . . Bisakah kita berteman? Maksudku, kalau ada waktu ayo kita makan ramen pedas lagi, dan aku pastikan, kita tidak akan kehabisan keju" Jong Dae mengulurkan tangan, ia tau mengajak seseorang makan ramen bersama itu artinya ia berniat menggodanya, tapi jong dae tidak punya pilihan lain, semoga ae ling tidak berfikiran buruk. "Aku tidak mau" "Kenapa?" "Tidak ada alasan, sudah malam, aku akan masuk, terima kasih telah mengantarkan aku" ae ling berbalik kali ini ia benar benar pergi ***