hati yang selalu memenuhi lokernya setiap pagi. Ia mengambil semua amplop
itu dan melemparnya ke tempat sampah terdekat. Bukan ia tidak menghargai
si pengirim surat, hanya ia sudah hafal apa isi surat-surat itu. Itu surat cinta
dari beberapa gadis yang mengaku penggemar berat Jooheon.
"Jooheonie!"
"Ada apa Yerin-ah?" tanya Jooheon begitu Yerin berdiri di sampingnya. Tak
ingin melewatkan kesempatan, gadis itu langsung menggandeng lengan
Jooheon, menyenderkan kepalanya di sana sambil sesekali
menggoyangkannya. Menunjukkan pada setiap gadis disekolah itu jika
Jooheon sekarang miliknya.
"Akhir minggu nanti apa kau ada acara?" Yerin mendongak menatap Jooheon
yang lebih tinggi darinya.
"Kau sudah lama tidak mengajakku kencan, ayo kita kencan!" Yerin
menggoyang-goyangkan lengan kanan Jooheon, mengeluarkan ekspresi imut
yang entah mengapa malah membuat Jooheon merasa mual.
Jooheon memutar bola matanya bosan, seingatnya dia dan Yerin baru saja
menjalankan ritual kencan dua hari lalu.
Jooheon berusaha melepaskan tangannya yang kini dipeluk erat oleh Yerin.
Ini sekolah, dan gadis itu terlalu menempel padanya.
"Aku tidak bisa terlalu sering keluar Yerin-ah." Jooheon mencoba memberi
pengertian. Ayolah, kakaknya bisa mengamuk jika Jooheon terlalu sering
pergi keluar.
"Bagaimana kalau kita akhiri saja hubungan ini? Jujur aku tidak sanggup
menghadapi sifatmu yang seperti ini."
***
"Ya berhenti memanggil margaku!" bentak Jooheon. "Dan jika kau ingin
bermanja-manja pergilah temui kekasihmu dikelasnya!"
"Aku tidak tertarik padamu, Lee. Lagi pula kau itu playboy, dan kecil
kemungkinan kau belok sepertiku." Hoseok menganalisis.
"Yerin, siswi kelas 2-4. Dan kami resmi jadian Jumat lalu."
"Astaga, bahkan kalian pacaran belum ada satu minggu." decak Hoseok. Ia
heran, kenapa temannya ini senang sekali mempermainkan hati perempuan.
"Aku tidak peduli kau masih perjaka atau tidak, aku hanya menyuruhmu untuk
berhenti mempermainkan perasaan perempuan. Hanya itu."
"Dan kau akan meninggalkan mereka saat kau bosan." potong Hoseok.
Jooheon tersenyum senang, Hoseok mengenal baik dirinya.
"Selama aku tidak menyentuh mereka lebih jauh, kurasa tidak apa. Ayolah,
normal saja jika sekedar berciuman atau foreplay didaerah dada."
Hei, apa Jooheon baru saja melakukan pengakuan dosa? Sadarkan jika Lee
mesum ini juga sama frontalnya seperti Hoseok.
"Terserah padamu Lee! Yang jelas aku sudah mengingatkanmu!" ujar Hoseok
kesal. "Sudahlah, aku akan kembali ke kursiku. Lee-ssaem sebentar lagi
masuk."
Semua orang menatap lelaki pendek itu heran. Perkenalan macam apa ini?
Anak baru itu hanya menyebutkan nama tanpa marga? Dan yang lebih parah
ekspresinya sama sekali tidak bersahabat. Datar dan dingin. Bahkan
Changkyun tidak memberi salam atau hal formalitas lain.
Lee Minyuk menatap Changkyun tidak percaya. Anak ini benar-benar tidak
tahu sopan santun. Jika saja Kepala sekolah tidak menitipkan anak ini
padanya, mungkin Mihyuk sudah menendang Changkyun keluar sejak tadi.
'Astaga, dia lebih galak dari Hyungwon jika sedang merajuk.' batin Hoseok.
Siswi kelas itu berteriak protes pada Minhyuk, mereka tidak rela jika pemuda
menyebalkan itu duduk d isamping Jooheon. Sedang Changkyun, dia sama
sekali tidak mempedulikan kegaduhan dis ekitarnya.
"Kau pindahan dari mana?" tanya Jooheon pantang menyerah. Pemuda Lee
itu hanya ingin mencairkan suasana.
Bugghh
Jooheon menatap lelaki yang memiliki postur tubuh lebih kecil darinya itu
tidak percaya, tangannya menyentuh pipi yang beberapa detik lalu terkena
pukulan mendadak dari Changkyun. Tidak sakit memang, hanya saja
Jooheon bingung mengapa orang itu memukulnya.