Anda di halaman 1dari 2

Hari pertama sekolah, Zhoni Lidiyanto akhirnya memasuki SMA

impiannya yaitu SMA Liyue Bintang Permata. Zhoni memasuki kelasnya


yang terletak di lantai pertama. Posisi kelasnya cukup strategis yang dekat
pintu masuk dan di sebelah toilet. Kelasnya masih kosong. Kursi-kursi
masih terletak di atas meja, jendela kelas yang masih tertutup juga
membuat suasana kelas bagaikan hutan di tengah malam. Zhoni pun
berinisiatif untuk membuka jendela kelas sehingga ada cahaya masuk.
Zhoni memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela. Ia duduk di
barisan kedua. Tidak lama kemudian, datanglah seorang siswi yang
terlihat sangat anggun. Auranya sangat kuat dan ia terlihat elegan.
Rambutnya yang panjang tertiup oleh angin yang masuk dari jendela yang
terbuka. Ia berjalan pelan menuju kursi yang ada di depan Zhoni. Ia
menarik kursi tersebut dan menaruh tasnya di atas kursi sambil tersenyum
manis pada Zhoni. “Sepertinya hanya kita berdua yang ada di kelas untuk
saat ini,” ucap sang siswi. Di dalam hati Zhoni berkata, “Wah, ia sangat
cantik namun entah mengapa aku merasa bahwa dia sangat familiar.
Padahal aku tidak pernah bertemu dengan dia sebelumnya.” Detak jantung
Zhoni tiba-tiba berdetak cepat. Ia terdiam dan tidak tahu harus berkata apa.
Siswi tersebut tersenyum kembali sambil berkata, “Oh iya aku lupa
memperkenalkan diri, namaku Ningsih. Aku ingin meminta bantuanmu
untuk membawakan beberapa pot ke dalam kelas.” Zhoni pun
menganggukkan kepalanya menandakan bahwa ia setuju untuk membantu
Ningsih. Saat mereka berjalan ke luar menuju taman, tiba-tiba seorang
gadis berlari ke arah mereka. Gadis tersebut langsung memeluk Ningsih
dengan erat dan berkata “Niiiiing… akhirnya kita sekelas lagi setelah
berapa abad!” Ningsih tertawa kecil karena tingkah temannya itu. “Benned
sepertinya kau harus melepaskan pelukannya, kau tidak lihat aku sedang
menuju ke taman dengan anak ini?” ucap Ningsih. Bennedeta kemudian
melihat ke arah Zhoni. “Ning mengapa kau jalan berdua saja dengan bocah
ini? Siapa Namanya?” Zhoni tiba-tiba berhenti berjalan dan berkata, “Ah
aku lupa memberi tahu namaku. Aku Zhoni, semoga kita bisa menjadi
teman.” Bennedeta menunjukan wajah yang terlihat sedikit mengejek
kepada Zhoni. “Ningsih kamu kalau sudah berteman dengan anak itu,
jangan sampai meninggalkanku sendiri ya!” ucap Benned. “Aku tidak
akan merebut temanmu kok.” Zhoni membalas ucapannya Benned.
Ningsih merasa bahwa dua orang yang sedang berjalan di sampingnya ini
bagaikan anjing dan kucing yang sedang meributkan hal yang sia-sia.
Mereka bertiga akhirnya membawa pot tanaman ke kelas.

Anda mungkin juga menyukai