Anda di halaman 1dari 7

Nama : Yovanka Azzahra W.

NIM : 2101420109
Mata Kuliah : Ekspresi Tulis Prosa dan Drama

Zinnia Estela

Hujan malam ini begitu deras membuat serpihan memori indah terlintas. Zinnia memandang ke
arah luar jendela, pikirannya sibuk berkelana memikirkan hal-hal indah dan juga sedih yang terjadi
padanya. Sosok Biru berhasil membuat seorang Zinnia begitu takluk terhadapnya. Padahal
sebelumnya Zinnia merupakan seorang gadis yang cuek dan tidak membutuhkan seorang pria
dalam hidupnya. Namun semenjak kehadiran Biru dalam hidupnya semuanya berubah. Biru
berhasil merubuhkan benteng yang telah dibuat Zinnia.
Zinnia atau kerap di panggil Zinni merupakan gadis keturunan Turki-Indonesia. Ayahnya
merupakan pengusaha berlian asal Turki dan Ibunya merupakan seorang guru asal Indonesia yang
bersuku Sunda. Zinnia lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 2001. Saat ini ia sedang menempuh
pendidikan di salah satu universitas swasta ternama di Indonesia. Ia merupakan anak tunggal.
Walaupun anak tunggal ia di didik untuk tidak manja dan harus bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri. Orang tuanya sibuk bekerja sendiri-sendiri dan tidak memperhatikannya oleh
karena itu ia tumbuh menjadi gadis yang keras dan cuek terhadap banyak hal. Kurangnya kasih
sayang menjadikannya ia kesepian dan membutuhkan sosok yang dapat memahaminya serta
memberikan kasih sayang yang tulus.
Setelah pikirannya berkelana dan menjelajahi ingatan sebuah notif pesan muncul dan tertera nama
Biru di HP-nya. Sebuah senyum terukir dari bibirnya.
“Zinn, sibuk ga besok? Aku mau ngajak km jalan boleh?”
Zinni nampak tersenyum dan memikirkan jawaban yang akan ia balas.
“Hmm jam brp Bi?
Tinkk… (kilat notif menyala)
“Jam 07:00 malem ya sekalian kita makan malem”
“Oke bi.” Balas zinni yang menjadi akhir pembicaraan.
Kring..kring…, suara alaram membangunkan zinnia dalam tidur cantiknya. Sabtu pagi ini begitu
cerah secerah senyum yang terpancarkan di wajah cantiknya. Pagi ini zinnia memutuskan untuk
berolahraga ringan agar tubuhnya yang kecil ini tetap segar dan bugar. Ia mulai berlarian kecil
menuju taman dekat rumahnya. Saat ia akan menuju taman tanpa sengaja pandangannya jatuh
kepada anak kecil yang sedang menangis di bangku sekitar taman. Lalu ia menghampirinya dan
menanyakan mengapa gadis kecil ini menangis. “Hey sayangg, kenapa menangis?”. Gadis kecil
itu lalu menoleh dan melihatkan wajah sembabnya. “hiks..hikss…” Ia menunjukan luka dibagian
dengkulnya. Sepertinya gadis kecil ini habis terjatuh lalu dimana orang tuanya, batin zinnia. “kamu
ke sini sama siapa? Kakak obatin yaa.” Lalu gadis kecil itu menjawab “oyii ke sini sama uncle
derren tapi tadi uncle derren pergi sebentar buat beli minum.” Tapi lukanya belum diobatin kasian
juga, pikir zinnia. “okee oyii onti obatin ya, onti ke apotik depan sebentar.”
Saat zinnia kembali ke bangku yang di tempati gadis kecil tadi, sudah ada seorang pria yang
menemaninya. Gadis kecil itu menunjuk ke arah zinnia dan memberitahukan kepada pria
disampingnya itu bahwa ada seorang wanita yang akan mengobatinya. Lalu zinnia segera
menghampirinya dan membuka bungkus kresek yang ia bawa. Saat zinnia sedang fokus
membersihkan luka gadis kecil itu, tanpa sadar pria di sampingnya tersebut memperhatikannya
dan terpesona dengan apa yang dilakukan oleh zinnia. “Oke selesaii.” Seru zinnia membuyarkan
pandangan Darren. “Terima kasihh ontii.” Ucap gadis kecil itu sambil menyalurkan jabatan tangan
dan menciumnya. Zinnia terkesima dengan perlakuan gadis kecil tersebut. Lalu pandangannya
mengarah kepada pria di depannya. Darren tersenyum dan gantian menjabat tangannya “Terima
kasih yaa, oh iya perkenalkan saya Darren. Saya oomnya Zoyi. Zoyii udah kenalan belum?”
pandangan zinnia mengarah pada jabatan tangan Darren dan tersenyum. “Ehh iyaa, gpp. Senang
bisa membantu. Perkenalkan juga saya Zinnia. Senang bisa berkenalan dengan kalian.” “Zoyii
namanya unik yaa.” Sambil tertawa gadis kecil itu menjawab “Hhe iya ontii, onti bisa panggil
Zoyyi dengan panggilan Oyik aja.” Dengan tersenyum Zinnia menjawab “Okee siapp Oyikk. Oh
iya onti ga bisa lama-lama nihh maaf yaa.” Dengan wajah yang sendu gadis kecil itu menjawab
“Yahh padahal Oyik mau ajak onti ke rumah, Oyik mau ngasih onti sesuatu karna udah ngobatin
luka Oyik.” Dengan wajah yang tidak jauh berbeda dengan gadis kecil itu Zinnia menjawab, “Yahh
sayangg gimana yaa onti ada jadwal kelas abis ini, mungkin besok atau lusa yaa gimanaa?” Darren
yang sedari tadi memperhatikan ke duanya tiba-tiba menjawab “Ya udah gini aja, Zinni boleh
minta nomer kontaknya supaya bisa janjian nantinya.” Lalu Zinnia memberikan nomer kontaknya
dan mengakhiri pembicaraan.
Jam menunjukan pukul 18:00 Zinnia tampak bingung memilih baju yang akan ia gunakan untuk
pergi bersama Biru. Akhirnya setelah banyak baju yang ia coba pilihannya jatuh pada dress
berwarna mint dengan motif bungan daisy serta tali kecil yang menambah aksen manis dibagian
bahu, tak lupa juga dengan flatshoes dan tas mini yang berisikan HP juga dompet.
Biru sudah menunggu di bawah dan Zinnia segera menghampirinya. Mata mereka saling tertuju
dan memandang. Biru terkesima dengan Zinnia malam ini. Bagaimana tidak Zinnia tampak cantik
dan anggun dengan pakaian itu. Sambil menuruni anak tangga pandangan Zinnia tidak lepas dari
Biru. Dalam hati Zinnia bertanya “Apa ada yang aneh dengan pakaianku? Mengapa Biru
memandangku begitu dalam.” Suara mba dian selaku art di rumah Zinnia membuyarkan
pandangan mereka. “Mas Biru ini minumannya di minum ya, spesial tanpa gula soalnya yang
manis kan ada di depan mas Biru” ucap mba dia sambil menyenggol bahu Zinnia. Mereka
terhanyut dalam tawa dan sesekali mba Dian menggoda Zinnia.
“kita makan di tempat biasanya kita dulu makan ya.” Ucap Biru memecahkan keheningan. (Fyi
tempat yang di maksud ialah warung pecel lele di pinggir jalan samping SMA mereka dulu).
“Emang masih ada ya? Aku udah lama banget ga ke sana Bi, wahh kangen banget sih sama tante
Jerslyn udah lama ga tau kabarnya.” Sambil sesekali menengok ke arah Zinni, Biru menjawab
“Terakhir aku ke sana sih masih ada Zii, ya kira-kira dua bulan yang lalu aku mampir setelah ngisi
acara di sekolah.”
Zinnia berjalan menuju warung makan yang menjadi tempat langganan mereka dulu sewaktu
SMA. “Tanteeee Jerslynnn…” teriak Zinnia dengan bersemangat. “Zinnii, kok bisa ke sini?
Gimana kabarnya?” sambil memeluk Zinni menjawab “Baik tantee, tante gimanaa? Zinni kangen
banget sama tante.” Suara Biru menghancurkan suasana merindu mereka, “Eitss udah dong peluk-
pelukannya laper nihhh.” Di rasa cukup melepas rindu akhirnya mereka melepass pelukan, tante
Jersllyn menyuruh mereka untuk duduk dan menyiapkan makanan untuk mereka. Tante Jersllyn
tidak lupa dengan menu yang menjadi favorit mereka dulu. Pecel lele dengan sambel bawang dan
tambahan kol goreng yang banyak. Yang menjadikan warung makan ini berbeda dengan yang lain,
yaitu pada sambalnya. Di sini di sediakan berbagai macam sambal dari sabang sampai merauke.
“Wahh kangen banget sama sambel bawang tante Jersllyn.” Ucap Zinni ketika makanan
menghampiri meja mereka. “Masih sama kok Zii, cuman tempatnya aja yang rada berubah malah
makin lebar.” Ucap Biru menimpali.
Selesai makan mereka malanjutkan perjalanan dengan mengelilingi kota. “Gimana kuliah km
Zin?” ucap Biru memecahkan keheningan. “Yah dibilang berat ga juga, cuman akhir-akhir ini
tugas semakin banyak Bi. Ya km tau kan kedokteran banyak pratktiknya yang buat jam tidur aku
berantakan.” Ucap Zinni sambil menghela nafas. “Sabar ya Bi, vitaminnya jangan lupa diminum.
Kurangin minum kopinya yaa.” Ucap biru sambil sekilas melihat ke arah Zinni.
Mobil yang di bawa oleh Biru berhenti di sebuah danau. Ya, lagi-lagi Biru mengajak Zinni untuk
menjelajahi tempat-tempat yang menjadikan saksi betapa bahagiannya masa SMA mereka. Zinni
termenu sambil menatap ke arah Biru. “Km inget tempat ini kan Zin.” Ucap Biru seolah mengerti
maksud tatapan Zinni. “Kenapa ngajak ke sini?” Ucap Zinni dengan wajah menahan sesuatu. “Aku
cuman pengen ngajak kamu mengingat masa-masa indah kita dulu.” Ucap Biru pikirannya
menerawang jauh ke masa SMA dulu.
Flashback
Dua insan yang sedang di mabuk asmara tampak sedang bercanda gurau. Tidak bisa dibohongi
bahwa keduanya terlihat saling mencintai dan menyayangi. Biru berlarian mengejar Zinnia yang
terlihat takut dengan ulat yang sedang di pegang oleh Biru. Ya, Zinnia sangat amat takut dengan
ulat. Namun lucunya ia sangat amat menyukai kupu-kupu. Biru mengembalikan ulat yang ia
pegang ke batang bunga tempat ia mengambilnya. “Sudah Zinni, sudah aku kembalikan.” Ucap
Biru sambil mengangkat kedua tangannya. Biru menghampiri Zinni dan menggandeng tangannya,
mengajak Zinni duduk di bangku dekat danau itu. “Km tunggu sini bentar ya.” Ucap Biru dengan
berlari menjauhi Zinni. Biru membeli es krim dan juga arum manis di seberang jalan. Ia tau bahwa
Zinni sangat menyukai manis sedangkan ia sebaliknya. Biru tersenyum sambil menghampiri Zinni.
Biru mengambil earphone di dalam tasnya dan menyetel lagu dari band SYML-Girll lalu
memberikannya pada Zinnia. “Listen and feel.” ucap Biru tersenyum dengan menggenggam
tangan Zinni. Saat lagu berakhir Biru memandang Zinni dengan lekat dan berucap. “Zii, I hope u
happy with me. I know how u are, and I know wht u feel.” Zinni terdiam sambil menatap dalam
mata Biru ia terharu dan meneteskan air mata. “Its oke.” Ucap Biru sambil memeluk Zinni.
Keduanya tersadar ketika ice cream di gengaman Zinni meleleh dan menetes ke baju seragam Biru.
“Ehh Bi, sorry.” Ucap Zinni dengan wajah mengejeknya. “Hahahaa.” Tawa Ziini ketika tangan
Biru menggelitik perutnya. “Stop Bi, Gelii.”
Flashback off-
Langit malam terlihat sendu. Tidak ada bintang malam ini. Langit mulai menurunkan hujan.
Tetesan demi tetesan mulai membasahi mereka. Biru melepaskan jaketnya dan melindungi Zinni
dari rintikan hujan. “Yuk Zii, kita masuk ke mobil nanti km sakit.” Mereka mulai memasuki mobil
dan mengeringkan badan yang terkena hujan dengan tisu. “Kita cari minuman hangat ya, setelah
itu kita pulang.” Ucap Biru yang tidak di gubris oleh Zinni. “Zii.” Sekali lagi Biru memastikan dan
menatap erat Zinni. “Zii, r u ok?” Ucap Biru yang di balas dengan isak tangis Zinni. Zinni menutupi
wajahnya dengan kedua tangannya. Biru berusaha menenangkan Zinni dengan mengelus
punggunnya dan mencoba melepaskan kedua tangan Zinni yang menutupi wajahnya. Zinni
memeluk Biru dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Biru. “Setelah ini apa km akan
pergi lagi bi?” Tanya Zinni. Biru nampak terdiam dan menghelus rambut Zinni. “Aku sepii Bii,
km tau ituu! I need u even yesterday, today, and tomorrow. Why u leave me?!” lagi dan lagi Biru
membisu. “Inget kan km gimana berakhirnya hubungan kita kemarin? Km ninggalin aku gitu aja
tanpa kejelasan Bi! Apa-apaan bisa-bisanya km mutusin hubungan lewat surat. Pergi gitu aja.
Kemana saja kamu selama ini?” Biru menatap mata Zinni. “Huhhh oke listen!” sambil
menggunggam tangan Zinni, Biru menjelaskannya. Biru berjanji kali ini akan memperbaiki
hubungan mereka. Ia berjanji untuk tidak akan meninggalkan Zinni.
Setelah malam itu hubungan mereka semakin baik. Biru memberikan buku berisikan puisi-puisi
indah tentang Zinni, tentang bagaimana cantiknya Zinni, tentang bagaimana spesialnya Zinni di
hidupnya. Zinni membaca satu persatu puisi Biru. Ia tersenyum ternyata selama ini biru tidak
benar-benar meninggalkannya. Selama ini raga merekalah yang berpisah namun sebernarnya jiwa
mereka masih bersama. Saat ia sedang membaca satu persatu puisi Biru ada sepucuk foto jatuh.
Foto tersebut ialah foto Zinni ketika saat MOS dulu. Rambut kepang dua, berkalungan petai,
bawang dan name tag bertulisan “Itik buruk rupa”. Ternyata biru pernah memfotonya diam-diam
dan memperhatikannya dari keajauhan. Biru sudah diam-diam memendam rasa semenjak mereka
SMP kelas tingga. Zinnia membalik foto tersebut dan menemukan tulisan tentang dirinya.
Zinnia Estela. Nama yang indah sama seperti pemilikinya. Si cantik dengan sejuta misteri yang
dimilikinya berhasil membuat ku terpesona. Di foto ini ia begitu cantik dan lugu, ah tidak aku
semakin terpesona.
Zinnia tersenyum membacanya dan ia melanjutkkan bacannya.
29/08/18

Kepada malam penghantar rindu


Aku datang berdiri memandang
Membawa sejuta perasaan
Dirimu,
Di depan sana sedang menari
Dengan malam yang kian tengah
Dengan musik yang kian jengah

Heii
Aku disini
Lihatt
Aku datang
Ah sudahh
Aku pulang.

Zinnia paham apa maksud dari puisi tersebut. Saat itu ketika festival daerah ia tampil menari di
tengah malam. Ia tahu Biru datang, namun sengaja ia berpura-pura tidak melihat. Saat itu biru
datang bersama dengan kemeja hitam favoritnya.
Malam ini langit terlihat sangat indah. Bintang-bintang tampak berkilau dan memancarkan
sinarnya masing-masing. Ingat sekali, dulu Biru pernah mengatakan bahwa Zinnia seperti bintang
Sirius yaitu bintang paling terang di tengah malam. Nama Sirius sendiri berasal dari Bahasa
Yunani (Seirios) yang memiliki makna “berkilauan”. Sama seperti Zinni yang terlihat berkilau di
mata Biru. Bagi Biru, Zinni merupakan sosok gadis yang berbeda dari gadis lainnya. Ia unik.
Sangat menarik. Kehadiran Zinni di hidupnya memberikan warna baru. Biru tidak menyukai manis
namun Zinni sebaliknya. Zinni merupakan sosok yang kesepian namun memiliki empati dan
simpati yang tinggi. Sedangkan Biru merupakan sosok yang ceria dan juga hangat.
Setelah memberikan buku berisikan puisi tersebut Biru tidak mengabarinya. Ia menghilang. Lagi.
Hari demi hari Zinni lewati tanpa pesan dari Biru, tanpa kabar dari Biru. Cemas, marah dan semua
perasaan menjadi satu. Zinnia menelfon nomer Biru namun tidak aktif. Semua sosmednya pun
menghilang dan tidak menunjukan kehidupan di dalamnya. Twitter tempat ia berceloteh pun tidak
ada menunjukan kehidupan. Pada saat ia akan mematikan hp tiba-tiba terlihat notif dari Biru.
Zinnia buru-buru membuka dan melihatnya.
“Besok ketemuan di danau ya jam 14:00”
Zinni mencoba menelfon namun nomer Biru langsung tidak aktif. Rasanya Zinni ingin
memecahkan kepala Biru dengan segenggam batu. Ia sangat kesal. Apa yang sebenarnya terjadi
pada Biru? Mengapa ia tiba-tiba menghilang lagi. Mengapa ia mengingkari janjinya.
Pukul 14:00 Zinnia sudah sampai di danau, namun sosok Biru tidak terlihat. Ia duduk di bangku
tempatnya bersama Biru. Pandangannya mengitari sekelilingnya namun nihil. Zinnia mencoba
tenang dan menetralkan perasaannya. Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari belakang. Zinnia
menoleh namun bukan sosok Biru yang menghampirinya. “Derren..” Ucap Zinnia. “Kenapa km
ada disini?” Tanya Zinnia. Derren mendekat dan duduk di samping Zinnia. Derren memberikan
Zinnia bunga dan juga kotak. Zinnia menatap Derren dan menaiki kedua alisnya. Seakan tau
maksud Zinnia, Derren menjelaskan. “Ini dari Biru, Biru ga bisa dateng. Mungkin isi dari kotak
itu akan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan km.” Ucap Derren. Zinnia membuka kotak itu
dengan tergesa-gesa. Jari-jari manisnya terlihat gemetar. Terlihat beberapa foto disitu. Pandangan
Zinnia tertuju pada scrapbook berwarna coklat kayu bertulisan Biru di depannya. Pada halaman
pertama ia menemukan sebuah foto Biru saat kecil. Ada sepucuk surat yang terselip diantara
halaman-halaman buku.
To : My Sirius <3
Hii Zii, apa kabar?
Mungkin saat km membaca surat ini tidak ada aku di sampingmu. Zii I really really miss u. keadaan
yang memaksaku untuk tidak bisa selalu di sampingmu. Jujur semakin ke sini aku tidak bisa
menahan rasa sakit ku. Saat itu aku tidak bisa menjelaskan mengapa aku tiba-tiba
meninggalkanmu. aku tidak bisa melihatmu sedih karena aku Zi. Aku ingin km bahagia bersama
ku. Pada malam saat aku memberikan buku berisi puisi-puisi itu aku tidak bisa menahan rasa sakit
itu. Kepalaku rasanya ingin meledak. Zii aku mencintaimu sampai saat-saat terakhir ku. Percayalah
aku ingin km bahagiaa. Aku mohon setelah ini km jangan menutup hati untuk orang lain ya. Maaaf
untuk janji yang aku ingkarii. Ternyata aku tidak bisa menepatinya. Setelah acara festival malam
itu aku memutuskan hubangan dengan mu karena aku di diagnosa leukimia stadium 3. Aku
menjalani beberapa pengobatan setelah itu. Dan ketika kita bertemu kembalii itu tanpa
direncankan. Mungkin tuhan sengaja mempertemukan kita kembali agar kita dapat menyelesaikan
permasalahan kita sebelumnya. Aku sangat bahagia bersamamu. I hope u happy without me. Aku
titip km lewat Derren ya. Dia sepupuku, mungkin kalian saling kenal. Derren sempat menceritakan
tentang mu dan aku merasa lega karena akan ada yang menjagamu di saat aku tidak ada nanti. Oh
iya aku menyimpan video dokumentasi kita pada saat SMA dulu. Mungkin setelah membaca surat
ini km bisa melihatnya. Km terlihat sangat cantik setiap harinyaa. Terima kasih telah memberi
warna baru untuk hidup ku Zi. Semangatt kuliahnya sayangg. Aku harap km bisa menjadi dokter
yang bisa membantu sesama tanpa pamrih. Kalo kangen aku km bisa lihat di langit malam di
antara bintang-bintang lainnya di samping bintang paling terang.
Jemari Zinnia bergetar tak tahan menahan tangis. Ia terisak dengan keras menutup surat itu. Derren
merangkul Zinnia. Zinnia memeluk Derren dengan kuatt. Tak tahan menahan tangis ia
menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Derren. Sesaat ia merindukan pelukan hangat Biru.
Merindukan wajah ceria Biru. Merindukan semua tentang Biru. Mengapa tuhan menuliskan
takdirnya yang begitu perih. Biru yang telah menemani hari-harinya yang sepii. Biru terlalu
berharga untuk Zinni. Hanya dengan Birulah Zinni merasa nyaman dan aman.
Matahari mulai menyembunyikan wujudnya. Menandakan hari yang akan petang. Zinnia melepas
pelukannya dan bertanya. “Dimana?” ucapnya sambil menatap Derren. “Kita pulang dulu ya, aku
antar km pulang.” Zinnia berdiri dan menatap Derren. “Engga Derren! Dimanaa? AKU MAU KE
SANA SEKARANGG!! Ucap Zinnia menaiki nada bicaranya menandakan bahwa ia memiliki
emosi yang tinggi saat ini. “Sekarang Derrenn, aku mohon hiks..hikss.” Ucap Zinnia menurunkan
nada bicaranya dengan lirih dan sesegukan.
Mereka sampai di pemakaman. Derren mengajak Zinni ke makam yang terlihat masih baru dengan
tanah merah dan bunga yang baru di tanam. Bertuliskan Biru Nagaswara. Zinni memeluk makam
Biru dan menangis dengan kencangg. Ia masih tak menyangka Biru meninggalkannya.

End-

Anda mungkin juga menyukai