Anda di halaman 1dari 21

Si Ketua OSIS Karya Ernita Eka

Agustin
SI KETUA OSIS
Cerpen Karya Ernita Eka Agustin

Setiap remaja yang jatuh cinta pasti pernah memendam cintanya. Rasa yang tak pernah
ia tau dari mana asalnya. Dan rasa yang tidak akan pernah bisa ia hindari seumur
hidupnya. Pahit, asam, manisnya cinta pun pasti akan ia rasakan ketika ia sedang
tersesat ditengah hutan dan tak tau kemana arah jalan kembali. Hal itu juga telah terjadi
padaku.

Aku, Amel, seorang gadis yang baru saja berusia 17 tahun beberapa hari yang lalu.
Perawakanku kecil, memiliki rambut lurus sebahu. Teman-temanku di sekolah sering
memanggilku dengan nama unyil karena dari 5 sekawan akulah yang paling kecil.
Namun meskipun kecil, aku sering di jadikan konsultan berjalan oleh teman-temanku.
Apapun masalah mereka selalu diceritakan padaku dan meminta saran padaku. Ada-
ada saja ..
“Mel !!”
Teriak seseorang entah dari mana suaranya. Hari itu disebuah Mall pinggir kota sedang
ramai. Lalu lalang orang yang berbelanja pun membuatku binging melihatnya. Dan
sekali lagi suara itu terdengar menyebut namaku.
“Amel !!”

Mataku masih mencari-cari dari mana arah suara itu.


“Mel, sebelah sini.” Akhirnya seseorang telah menampakkan diri dari balik kerumunan
itu. Ia pun menghampiriku.
“Gilang. Ngapain kamu disini?” tanya Gilang.
“Mmm .. lagi jalan-jalan aja, Gil. Tapi sudah mau pulang, kok. Kamu sendiri ngapain
disini?” tanyaku kembali kepada Gilang.
“Lagi jalan-jalan juga.”
“Sendirian?”
“Tadi sih sama temen tapi dia udah pulang duluan kok. Oh, iya, Mel, kamu mau pulang,
kan? Barengan sama aku yuk ! aku antar kamu pulang.” Gilang menawarkan untuk
pulang bareng denganku.
“Mm .. boleh.” Jawabku
Gilang adalah temanku di sekolah. Selain 4 temanku, aku punya teman yang juga cukup
dekat denganku, yaitu Gilang. Aku dan Gilang sering terlibat kerjasama dalam OSIS.
Gilang adalah ketua OSIS, sedangkan aku adalah sekretaris OSIS. Jadi wajar saja jika
kita terlihat selalu bersama.
Tapi dibalik itu semua aku tak pernah tau apa yang terjadi pada diriku. Aku selalu
merasakan hal dan rasa yang tidak biasa. Bahkan terkadang aku merasa malu ketika
berpas-pasan dengan dia dilorong sekolah. Jantungku bedegup kencang dan hatiku
berdebar-debar. Setiap kali aku melihat Gilang, aku selalu tersenyum. Bahkan akhir-
akhir ini Gilang selalu datang disetiap tidurku. Gilang adalah sosok yang disiplin, rajin,
kreatif dan yang paling aku suka darinya adalah sifatnya yang humoris. Aku pun
menanyakan ini pada Tuhan dan buku diaryku, inikah yang dinamakan cinta?

Suatu hari di sebuah kafe yang berada di taman kota, keempat temanku mengajakku
have fun di tempat ini. Setiap malam minggu disinilah kamu hang out. Kami selalu
memesan menu yang berbeda satu sama lain. Kamu pun juga selalu mendebatkan
makanan siapa yang paling enak. Selain untuk bermakan malam, di kafe ini juga
tersedia panggung hiburan. Bagi siapa saja yang ingin bernyanyi dipersilahkan untuk
menaiki panggung itu. Termasuk aku dan keempat temanku yang selalu
mempersembahkan lagu untuk para pengunjung di kafe itu.
“Sebenarnya tadi aku mau mengajak Gilang ... “

Glekkkk ... uhuukkk ... uhukkk ... aku tersedak makanan ketika mendengar nama Gilang
disebut oleh Lia, sepupu Gilang yang menjadi sahabatku itu dan Lia pun berhenti
melanjutkan ucapannya. Akuu segera mengambil es teh yang telah ku pesan dan
meminumnya.
“Kamu kenapa, Mel? Makanya kalau makan pelan-pelan dong!” Yohan menasehatiku.
“Aku nggak apa-apa, kok!” jawabku menutupinya dari teman-temanku. Aku tidak ingin
mereka tahu kalau aku menyukai Gilang karena aku belum siap menceritakan hal ini
pada mereka. Aku pun menyela, “Kamu tadi ngomong apa, Li?”
“Itu, loh, aku tadi mau ngajak Gilang kesini tapi dia nggak mau. Katanya nggak bisa lagi
ada urusan.” Jawab Lia.
“Urusan pa?” aku merasa penasaran dengan apa yang dikatakan Lia.
“Nggak tau deh. Katanya, sih, mau ketemu sama Winda.”
Winda? Siapa dia? Apa dia pacarnya Gilang? Tapi kenapa aku tidak pernah mendengar
nama Winda dari mulut Gilang?

Namun tiba-tiba aku melihat sosok seperti Gilang sedang berjalan melintas di taman.
Aku tidak lagi melanjutkan makan malamku. Segera ku ambil tas dan bergegas
mengejar sosok yang kulihat seperti Gilang itu.
“Mel, kamu mau kemana?” tanya teman-temanku. Tapi aku tidak mempedulikan
pertanyaan mereka. Yang paling penting sekarang adalah aku harus mencari tau siapa
sosol laki-laki itu.
Mengintai secara sembunyi-sebunyi seperti seorang agen rahasia atau detektif. Seperti
itulah aku saat ini. Aku telah kehilangan jejak. Tapi aku tidak akan pernah berhenti
mencari sampai dia ketemu.
Selang beberapa saat aku melihatnya. Akupun mendekatinya pelan-pelan dan
mengintip dari balik pohon. Ternyata benar, dia Gilang. Tapi sedang apa dia disini? Apa
benar dia sedang ingin bertemu gadis yang bernama Winda disini? Gilang tampak
sedang duduk menanti seseorang disana.

Kriiiiing .......
Sial. Handphone-ku bunyi. Aku segera menyembunyikan diri dari balik pohon. Lia
meneleponku.
“Mel, kamu dimana, sih? Kita mau pulang nih.”
“Aduh, kalian duluan aja, deh. Aku lagi ada urusan penting. Ya udah ya, bye Lia.” Aku
menutup teleponnya dan kembali menengok ke arah Gilang. Ternyata gadis itu sudah
datang dan duduk di sebelah Gilang. Sayangnya wajah gadis itu tidak terlihat dari sini
karena ia membelakangiku. Aku semakin penasaran dengan gadis itu. Untuk menjawab
rasa penasaranku, aku berjalan minggir kemudian kedepan agar bisa melihat wajah
gadis itu.
Perlahan-lahan aku berjalan mendekat. Tapi semakin dekat, aku semakin tidak asing
dengan gadis itu. Aku seperti pernah melihatnya. Tapi siapa dia? Tidak berhenti sampai
disitu. Aku tetap melanjutkan langkahku untuk mendekat dan menjawab rasa
penasaranku. Dari jarak 3 meter di belakang Gilang dan gadis itu ...
“Wina !!”
Mereka berdua menolah kearahku secara bersamaan. Tapi kali ini bukan yang kusebut
Wina yang menjawab, Gilang yang menjawab.
“Hey, Amel. Kamu ngapain disini? Ngagetin kita berdua aja. Kamu kenal ya dia? Win,
aku pamit dulu ya !! Mel, aku pergi dulu.” mereka cipika cipiki didepanku.
Kaget menyerangku ketika melihat event ini. Matku berkaca-kaca melihat adegan cipika
cipika yang tak pernah ingin aku lihat. Terlebih pemmerannya adalah seseorang yang
selama ini aku sukai. Permainan apa ini? Lia bilang, Gilang akan ketemu sama yang
namanya Winda. Tapi Winda bukanlah yang saat ini ada di depanku. Aku tau persis
siapa gadis yang berada didepanku ini. Namanya Wina. Dia teman dekatku sewaktu
SMP. Apa sebelum bertemu Winda, dia ertemu Wina dulu?
“Kaa ... kamu .. kenal sama Gilang?” tanyaku terbata-bata. Aku merasa tidak kuat
berbicara lagi. Mataku terus berkaca-kaca hingga akhirnya menetes perlahan.
“Aaa ..apa kamu yang dia sebut Winda? Taa .. tapi kenapa begitu?” Aku berjalan
perlahan mendekatinya.
“Iya, Mel. Dia selalu memanggilku dengan sebutan Wina yang Indah. Itulah sebabnya
dia memanggilku Winda. Kamu apa kabar, Mel?”
Aku sudah tidak tahan lagi melihat semua ini. Aku benar-benar tidak tahan
mendengarnya berbicara lagi. Aku bergegas pergi meninggalkan Wina tanpa menjawab
pertanyaannya dan tanpa berpamitan. Aku benarbenar tidak kuasa lagi menahan air
mataku. Peristiwa itu terus saja terbayang di pikiranku.
Tuhan, permainan apa yang Kau berikan padaku? Jika tak Kau ijinkan aku
menyukainya, jika tak Kau ijinkan aku menyayanginya, jangan berikan rasa ini padaku,
Tuhan. Ini begitu menyiksaku. Engkau tau itu, tapi kenapa Engkau lakukan itu
Aku seperti marah pada Tuhan. Meskipun aku tau aku tidak boleh marah pada Tuhan.
Tapi sebenarnya aku memarahi diriku sendiri. Mungkin aku terlalu terobsesi pada Gilang
hingga aku terjatuh seperti ini.

Keesokan hari disekolah, rapat OSIS dimulai. Aku tidak bicara sedikitpun pada Gilang.
Aku terus menghindarinya dimanapun kita bertemu. Aku tidak lagi mau menjawab
teleponnya bahkan membalas SMS-nya.
Jam istirahat telah tiba. Aku hanya mengajak Maya, salah satu dari empat temanku ke
kantin sekolah karena yang lain sedang sibuk mengerjakan tugas di perpustakaan.
“Amel !!”
Terdengar suara yang tak asing bagiku. Benar saja. Gilang memanggilku. Dia
mendekatiku. Aku akan tetap menghindarinya. Tapi kali ini aku tidak bisa menghindar
darinya. Gilang memegang tanganku dan menariknya keluar kantin.
“Gilang, lepasin!! Kamu ini apa-apaan, sih?”
“Aku nggak akan lepasin kamu sebelum kita biacara.” Jawab Gilang.
Gilang menarikku ke taman kecil samping sekolah. “Lepasin nggak !! Lepasin !!!”

Aku berhasil melepas genggaman tangannya. Aku berbalik arah namun Gilang berhasil
meraih tanganku lagi.
“Mel, kenapa sih kamu menghindar dari aku terus? Aku salah apa, Mel?”
“Emangnya masalah, ya, buat kamu?” aku menjawabnya dengan ketus.
“Ya, iyalah, masalah buat aku. Mel, aku nggak enak kalau kamu diamkan seperti ini.
Kamu bilang, dong, apa salahku sama kamu?”
Aku melepas tangannya dari tanganku. “Urusin aja sana pacar kamu!”

Upsss ... aku tak sadar dengan ucapanku. Aku benar-benar keceplosan. Gilang tertawa.
“Kok ketawa sih?” tanyaku salah tingkah.
“Kamu cemburu, ya?”

Oh, Tuhan, seandainya saja aku tidak keceplosan mungkin aku tidak akan sesalting ini.
Aku tidak menjawab pertanyaan Gilang. Tapi Gilang semakin tertawa menyebalkan.
Beberapa saat kemuadian aku menjawabnya.
“Enak aja. Sok ganteng banget sih loe! Nggak akan gue suka sama loe.” Aku
mengingkari perasaanku sendiri saat ini.
“Bohong!” jawab gilang tidak percaya.
“Apa maksud kamu?” Aku jadi tidak mengerti dengan Gilang. Kenapa Gilang mengira
aku berbohong meskipun sebenarnya aku memang berbohong. Apa maksudnya?
“Mel, liat aku!” Gilang memutar badanku dan memegang kedua lenganku. “Kalau kamu
nggak cemburu, malam itu kamu menangis setelah melihat aku dan Winda di taman?
Kalau kamu tidak cemburu, kamu nggak akan pernah memperlihatkan sikapmu itu
padaku, Mel.”

Aku terdiam semakin tidak mengerti dengan semua ini. Aku tidak mengerti dengan apa
yang telah dikatakan Gilang.
“Mel, aku justru nggak tau kalau kamu sebenarnya juga suka sama aku. Sebenarnya
aku suka kamu sejak pertama kali kita bertemu di rapat OSIS. Aku selalu melihat kamu
sebagai sosok yang tenang meskipun cuek, tapi kamu masih punya rasa peduli sama
teman-temanmu. Selama ini aku sering cerita sama Lia tentang hal ini dan aku melarang
Lia untuk mengatakannya padamu.” Terang Gilang yang berusaha menjelaskannya
padaku.

Aku masih terdiam. Mataku pun kembali berkaca-kaca. Aku dan Gilang sama-sama
terdiam dalam sesaat.
“Apa maksud kamu, Gil? Lalu bagaimana dengan Wina? Kenapa kamu memanggil dia
Winda?” aku mengungkit peristiwa malam itu yang sangat membuatku patah hati.
“Aku memang suka memanggilnya Winda. Bukankah namanya Wina Indah Lestari?”
sekali lagi Gilang menjelaskannya padaku. Aku diam dan menunduk tidak lagi berani
menatap Gilang. Dan kini meneteslah air mataku. “Malam itu aku memang sengaja
bekerja sama dengan Wina dan Lia supaya aku bisa mengungkapkan ini padamu. Tapi
kamu terlanjur salah paham padaku, Mel.” lanjut Gilang.
“Kamu jahat, Gil. Kamu udah ngerjain aku.” Aku memukulinya. Benar-benar
menyebalkan.
“Lalu, gimana, Mel. aku di terima nggak?”

Aku tak menjawabnya untuk sesaat. Tapi Gilang terus saja mendesakku untuk
menjawabnya.
“Tapi kamu janji, ya, jangan jahat lagi sama aku.”
“Aku janji, Amel sayang.”
Gilang mengucapkan panggilan itu padaku. “Berarti aku diterima, nih? Jangan diam aja
dong. Kalau kamu diam, itu artinya kamu mau terima aku.” tanya Gilang mengulang
pertanyaannya padaku.
Aku hanya mengangguk.
Dalam hatiku, kupikir tak pernah ada celah untukku memasuki hati Gilang sejak malam
itu. Yang kupikir salam ini Gilang berpacaran dengan Wina, temanku semasa SMP itu
hanya salah paham. Bahkan aku tidak ingin merasakan hal itu lagi.
Mungkin inilah yang dinamakan pahit manisnya. Tapi aku sadar. Hati tak perlu
disalahkan. Begitupun cinta. Karena bukan hati atau cinta yang salah, tapi orangnya.
Sakit hati nggak seperti yang kalian kira kok. Jika kalian menikmati setiap rasa yang
ada, maka hidup kalian akan tetap berwarna.
Terik matahari pagi menyinari langkah Indah. Tepat pukul 07.00 Indah berada di
lapangan bersama para peserta MOS SMK Negeri Wiyata Mandala. Langkah Indah
terhenti saat berpapasan dengan Ketua Osis. Masih terdiam di antara Indah dan Ketua
Osis itu.
“Ndah… cepet ambil absensi para peserta MOS di lobi!!!” Kata Ketua Osis yang
mempunyai nama Kiki Rahardian Pradana. Tanpa berbicara aku yang biasa dipanggil
Indah dan memiliki nama lengkap Deanda Indah Ranaya Alif berlari menuju lobi
mengambil absensi para peserta MOS.

Aku terduduk lesu, terlalu lelah untuk berlarian kesana kemari, mengambil absensi,
mengambil jadwal MOS, fotocopy dan sebagainya. Namun, aku tak ingin mengeluh
kepada teman-teman yang lain, karena aku tahu tak ada gunanya. Karena mungkin
sudah menjadi tugas sebagai seorang Sekretaris Osis. “hmm… Ya Allah, capek banget
baru hari pertama jadi panitia MOS udah kayak ngos-ngosan besok kalo kayak gini lagi
bisa pingsan aku” Indah menghela nafas berkali-kali.

Dari kejauhan Kiki sang Ketua Osis melihat Indah duduk sendiri di ujung koridor kelas,
Kiki berjalan menuju ujung koridor kelas menghampiri Indah yang sedang menyendiri.
“Indaah… kenapa sendirian disini? Trus juga kamu jadi pendamping kelas jurusan
Multimedia kan?”
Indah menoleh, melempar senyum tipis ke arah Kiki tanpa berkata apa-apa. “Indah?
Malah senyam-senyum… ngapain disini siih mbak Indaah” kata Kiki smabil mencubit
pipi Indah saking gemasnya.
“aauuu… Sakit tau ih dasar Kiki jahat jail amat siih, mas Kiki yang ganteng banget
sesekolah SMK Negeri Wiyata Mandala [tapi boong] hahaha, aku capek jadi aku
istirahat bentar disini.” Terang Indah. Kiki mengerutkan keningnya kemudian tersenyum
simpul. “dasar Indah, Indah manja tau nggak!!! Ya udah aku keliling dulu” Kiki berlalu
meninggalkan Indah.
“iih… dasar Ketua Osis sok kegantengan, Huuh!!! Nyebelin tau week!!” Indah ngedumel
gak jelas.
Tanpa sadar Indah mengamati kepergian Kiki yang semakin jauh dan menghilang dari
pandangan Indah.

‘Kiki, sebenarnya kalau dilihat-lihat kamu itu baik, ramah yaa walaupun terkadang
nyebelin kayak itu tadi bikin aku kesel yaah… kamu ganteng juga kok’ Batin Indah
dalam hati, kemudian Indah tersadar dalam lamunanya “astagfirullahalazim, Indaah..
ngapain sih mikir kayak gitu Ya Allah, sadarkan aku!! Pokoknya yang tak pikirin itu tadi
cuman ngelantur yah bener” Indah memaki dirinya sendiri. Awan sahabat Kiki yang juga
anggota Osis yang juga teman Indah melihat tingkah Indah yang aneh menghampiri
Indah.
“Woyy… Ndaah, kenapa kamu? Kayak orang gila aja” ledek Awan. Indah tersentak
kaget dan menoleh ke arah Awan.
“uh, ehh.. hehehe apaan siih wan, ngagetin aja” kata Indah meringis. Awan
menggeleng-gelengkan kepala. “Indah, Indah kamu itu lucu ya, tapi aneh!!”
“apaan, memuji atau ngledek kamu itu?” Indah manyun. Awan tersenyum lebar. “jelek
tau kalo manyun, yuk ke ruang materi dampingi adek-adek peserta MOS”

Jam menunjukkan pukul 15.00 menandakan MOS hari ini telah usai. Indah yang sibuk
mengembalikan absensi ke lobi segera menuju ruang Osis untuk evaluasi bersama
teman-teman panitia yang lain. Seperti biasa Kiki mengawali pembukaan untuk evaluasi.
Hal yang paling membuat Indah malas harus mendengar ocehan Kiki yang panjang kali
lebar kali tinggi. Indah memutuskan untuk bersandar di tembok dan sesekali
memejamkan mata.
“Ndaahh, jangan tidur Kiki dari tadi ngelihat ke arah kamu terus tau!!!” kata Isti berbisik
berusaha membangunkan Indah.
Indah terbangun dan membenarkan posisi duduknya, dan berusaha mendengar apa
yang sedang dibicarakan Kiki walaupun Indah sebenarnya tidak tahu apa yang
dibicarakan Kiki.
“yaa intinya seperti itu teman-teman… Kalo tidak jelas silahkan bertanya ke Indah, dia
lebih paham!! Ya Indaah yaa?” Kata Kiki sedikit mengeraskan suaranya agar orang yang
disindir yaitu Indah supaya menyadari kesalahannya. Indah sontak tercengang tidak
mengerti apa yang dimaksud Kiki.
“ya ampun Indaah, barusan kamu disindir Kiki gara-gara dari tadi kamu gak ndengerin
dia saat bicara tadi!!” kata Isti lirih.
Indah bingung, dan dengan wajah polos Indah hanya tersenyum bodoh.

Indah berjalan dengan malas, dan mencoba mencerna apa yang dikatakan Kiki “yaa
intinya seperti itu teman-teman… Kalo tidak jelas silahkan bertanya ke Indah, dia lebih
paham!! Ya Indaah yaa” “ya ampuun, kenapa sih aku ini, bertingkah kayak orang bloon
seharian ini.. My I My heart Astagfirullah” maki Indah pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba Kiki menghentikan motornya di sebelah Indah.
“Ndah, yok naek aku anter pulang.” Kata Kiki pendek. Indah menoleh dan masih dalam
keadaan loading…
Kiki menghela nafas, “Indaah… Buruan naek motorku gak usah mikir kelamaan deh”
“Ehh.. eng iya ya aku naik” Indah berjalan meninggalkan Kiki. Kiki berteriak “Ya
ampuun… Indaaah aku disini kok malah ditinggal sih, sini aku bonceng!!”
Indah nyengir. “ehh iya maaf Ki..” Kiki hanya bisa mnggelengkan kepalanya.

Indah ragu dengan perasaannya saat ini, dia seperti orang ling lung yang tak mengerti
apa apa. Terlintas dia terbayang sosok Ketua Osisnya yaitu Kiki. Di pikiran Indah yang
ada hanya bayangan wajah Kiki.
‘Mungkinkah aku suka sama Kiki? Ya ampun, kenapa rasa ini datang tanpa permisi
sih…’ kata Indah dalam hati. Dan akhirnya Indah terlelap dalam tidurnya.

Seminggu berlalu, masa Orientasi Siswa [MOS] telah berlalu, seperti biasa Indah
melewati hari-harinya seperti biasanya. Dia menghabiskan waktu di sekolah bersama
teman-teman sekelasnya, dan mulai jarang berkumpul dengan teman-teman osisnya.
Saat berjalan menuju kantin Indah bertemu dengan Awan dan tentunya bertemu dengan
Kiki.
“Indaah…” sapa Awan dan melempar senyum pada Indah. Indah membalas senyum
Awan dan menyapa Awan. Kiki dengan cuek menyapa Indah dengan panggilan “ndahh
sii manja”.
Indah manyun dan seketika pipi Indah memerah “Kiki… awas kau yah!!” Kiki tertawa,
melihat muka Indah memerah.
“muka Indah kayak kepiting rebus.. hahaha” tawa Kiki meledak, Awan pun juga ikut
tertawa.
‘Melihat tawa Kiki, membuat rasa ini semakin bertambah. Ya ampun Kiki, kenapa aku
bisa memiliki rasa ini terhadapmu…
Aku tahu ini gak mudah, dan aku tahu aku gak mungkin menyukaimu karena kau Ketua
Osis dan aku hanya sekretasis Osismu’ Indah hanya mengulas senyum tipis dan
menjauh dari Kiki dan Awan.

“eh.. Kii ciee Pjnya Kii?” goda Lara. Kiki hanya tersenyum. “eheem… oh si Kiki Pjnya
dong..” kata bemby ikut menggoda Kiki. “apaan si kalian berdua ini, PJ apaan..” kata Kiki
pura-pura tidak tahu.
‘PJ? Emang Kiki jadian sama siapa kok Lara sama bemby minta Pajak Jadian ke Kiki?’
Batin Indah.
Dengan polosnya Indah bertanya “Loh, emangnya Kiki baru jadian yah? Ciiee… Sama
sapa Kii?” Kiki menoleh ke arah Indah tanpa berkata apa-apa.
“yaa ilaah Indah, ketinggalan berita.. si Kiki baru jadian sama si adek manis anak kelas
X” Sahut Awan.
Indah tercengang kaget. “hah? Yang bener? Kelas X? jurusan apa wan? Ciieee… Kiki!!”
“ehh.. Indah kagetnya biasa aja kali hahaha… pacarnya Kiki jurusannya sama kayak
kamu Ndah…” terang Awan sambil senyam senyum.
Kiki melirik Awan dengan sinis.
“yaa gak pake disebarin juga kali wann…” Kata Kiki datar.
“hehehe… abisnya si Indah gak tau ya jadi aku kasih tahu lah biar dia gak ketinggalan
berita” sahut Awan.
“denger-denger dia anak basket yak kii?” Tanya Lara. Kiki hanya terdiam tak menjawab
pertanyaan Lara.
“Kiki.. ditanyain kok gak dijawab sih” Lara manyun.
Dengan malas Kiki menjawabnya “iya Laraa”.

Di ruang Osis, Indah duduk menyendiri di kursi yang biasa ditempati Kiki yang menjabat
sebagai Ketua Osis. Indah termenung masih tak menyangka bahwa Kiki jadian sama
adik kelas yang sama dengan jurusan Indah. Rasanya hati Indah seperti diterjang truk.
‘yaa Allah, orang yang aku suka ternyata telah bersama orang lain yaa Allah..’ Indah
menenggelamkan kepalanya di tangannya.
“kenapa kamu ndah?” Tanya Bemby yang sudah duduk di depan Indah. Indah
mengangkat kepalanya dengan malas.
“gak papa kok bemb, lapar nih…” Kata Indah berusaha menyembunyikan rasa
kesedihannya.
Kiki memasuki ruang osis “Indah, tempatnya siapa itu kamu duduki..”
Indah menatap Kiki tajam. “yaa.. yaa aku tau ini tempatnya Ketua Osis!! Aku pergi!!”
Indah beranjak dari tempatnya dan keluar dari ruang Osis.
“kenapa tuh anak bemb? Tadi kan aku hanya bercanda…” Tanya Kiki bingung. Bemby
mengangkat bahu “aku sendiri juga gak tau kii..”

Hapuskan rasa ini…


Aku menyerah,
Aku lelah,
Dan aku ingin mengakhirinya..
Mengharapkan seseorang yang salah,
Membuatku sakit tak berdaya.
Andai dia tahu rasa ini telah terlukis..
Terlukis di hati ini,

Indah menitihkan air matanya dan menenggelamkan wajahnya di bantal. Menangis


karena kecewa, tahu kalau Kiki sudah memiliki pujaan hatinya.

Beberapa minggu berlalu, Indah mengalami masa galau yang begitu hebatnya, Indah
mencoba menguatkan diri untuk berangkat menuju sekolah.
Berusaha kuat meski hati sedang rapuh. Indah berjalan sendiri di lorong ruang C dan
berkali-kali menghela nafas.
“Indaah…”
Indah menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. Ternyata Lara yang berada di
depan ruang Osis. Lara mengembangkan senyum dan melambaikan tangannya ke arah
Indah. Indah berjalan meghampiri Lara.
“ngapain kamu disini raa?” Tanya Indah.
Lara tersenyum, “yaailah ndah… kamu lupa ingatan atau otak kamu lagi bermasalah
ya? Kan tiap pagi kita kesini..” Indah memiringkan kepalanya memutar mutar bola
matanya. Kemudian tersenyum simpul.
“hehehe.. oh iya juga sih..”
“maklum lah raa, si Indah abis galau jadi otaknya jadi terganggu gitu deh..” sahut
Bemby. Indah mengerutkan kening “bemb, kok kamu bisa tahu kalo aku abis galau?”
“yaa ilaahh… Ndahh.. status kamu di Facebook muncul terus tau di beranda
Facebookku.” Kata Bemby mencibir. Indah tertawa
Hahahahah… “iya sih, aku lupa…”

Tak lama, Kiki datang…


“loh baru 3 orang nih yang pada dateng?” Tanya Kiki.
“bukan 3 tapi 2 aku mau ke kelas. Bye temen-temen…” kata Indah beranjak pergi.
“Ndah.. kok pergi siih” teriak Lara. Kiki hanya menatap kepergian Indah. ‘kenapa tuh si
Indah akhir-akhir ini dia jarang banget ikut kumpul’ batin Kiki.

“Maaf, aku menghindar dari kamu.. aku tak ingin kau menyadari tentang rasaku ini Kii…”
Indah menghela nafas.
Indah duduk di taman, Indah masih tak ingin pulang, sedang asyiknya menikmati
suasana di taman HP Indah bergetar. Ada 1 pesan masuk, Indah segera membukanya.

Indah dimana? Buruan ke ruang Osis, ada pengumuman dari Pembina Osis, kamu
harus cepet dateng.
Sender: Lara

Indah menuju ruang osis.


“Ndah, tadi dicariin kemana? Ada kumpul nih, untung kamu belum pulang” omel Lara.
Indah tersenyum tipis.
“Indah.. kamu kenapa sih akhir-akhir ini jarang kumpul haa? Bentar lagi ada proker
terakhir kamu sekretaris harusnya dateng dong…” kata Kiki menasehati Indah. Indah
hanya menatap Kiki dan menganggukan kepalanya.

Di tengah rapat, Indah duduk di samping Kiki mencatat apa yang diumumkan Pembina
osis tentang pencalonan anggota Osis baru. Indah dan Kiki tampak sibuk membuat
proker terakhir periode masa jabatan Osis tahun ini.
Saat Indah mennyalin catatan yang ditulis tadi Awan menghampiri Indah.
“Ndah, sebenarnya kamu itu suka sama Kiki ya?” Tanya Awan tiba-tiba. Indah sontak
kaget muka Indah berubah menjadi merah. “maksudmu? Apaan siih ngaco deh wan..”
“Indah, Indah aku tau kok, mendem perasaan ke seseorang itu sakit lo ndah, apalagi
seseorang itu udah punya kekasih..” kata Awan sambil mengembangkan senyumnya.
Indah melongo tak percaya dengan ucapan Awan “eh emm.. ngomong apaan sih kamu
itu wan, si.. siapa juga yang mendem perasaan, lagian kata sapa juga sih.. kamu
ngarang aja deh aku suka sama si Kiki..” Indah membantah tentang perkataan Awan,
sontak wajah Indah memerah. Awan tertawa “tuh kan.. gak usah bohong Indah, tuh
mukamu merah tau kayak kepiting rebus hahaha…”
‘ya Allah, kenapa Awan bisa tahu sih, aduh mati akuu..’ batin Indah.

Kiki menghampiri Awan dan Indah, “ada apa wan, kok kamu ketawa ketawa gitu?” kata
Kiki mengerutkan keningnya.
“ehemm..” Indah melototi Awan.
“ohh.. enggak, ini mukanya Indah lucu merah gitu kayak kepiting rebus” sahut Awan.
Kiki masih tak percaya.
“masa’ sih? Aku tadi sempet denger kalian kayak ngomongin aku gitu deh..” Kiki curiga.
Indah gelagapan dan wajah Indah masih memerah. Awan yang melihat ekspresi wajah
Indah, tak kuasa menahan tawanya hingga Awan tertawa terpingkal-pingkal.
“asal kamu tahu Kii, hahaha… muka Indah merah padam tuh kayak kepiting rebus gara-
gara ngeliat kamu…”
“Awaaan!!! Udaah deh jangan ngaco kalo ngomong, kalo kayak gini aku pulang aja…”
Indah meninggalkan ruang osis dan pulang.

Di jalan, Indah menundukkan kepalanya, berharap Kiki tidak pernah tahu tentang
perasaan Indah terhadapnya. ‘jangan sampai dia tahu ya Allah, dengan begitu aku akan
belajar membuang rasa ini jauh-jauh’
Tiin… tiiin tiiin… Terdengar bunyi klakson, Indah menoleh ke belakang, Indah
tercengang ternyata Kiki yang membunyikan klakson itu.
“ayo naik, bahaya kalo cewek pulang sendirian.. ntar diculik lagi.” Kata Kiki.
Indah terdiam dan mematung jantung Indah berdetak tak beraturan. Kiki tersenyum
“jangan bengong, buruan naik..” Kiki menarik tangan Indah. Indah melongo, ‘yaa Allah,
kenapa Kiki malah bersikap seperti ini? Kapan bisa Move On kalo kayak gini, aduuh..
My I My heart MasyaAllah’

Indah tersenyum hambar, di perjalanan pulang Indah hanya terdiam tak berbicara. Kiki
melihat Indah dari spion motornya dan mengembangkan senyumnya. “Ndaah… kamu
gak papa kan muka kamu lucu tau merah kayak tomat.. haha.”
“haa..?” Indah tak dapat berbicara apa-apa.

‘Indah aku tau kamu suka sama aku, tapi maafkan aku ndah, aku tak bisa, aku lebih
memilih orang lain daripada kamu, bagiku kamu adalah teman terbaik dan lucu, karena
itu aku tetap mempertahankan kamu sebagai teman terindahku’ kata Kiki dalam hati.

Mungkin hanya seperti ini akhir dari kisah cintaku di Osis, mengagumi Ketua Osis yang
Ganteng, keren kayak Kiki itu ISTIMEWA, tak perlu memandang dari kejauhan dari
dekat pun aku bisa, karena keberuntunganku menjadi Sekretaris Osis. Biarlah rasa ini
mengalir begitu saja. Jika ini berakhir Osis ini, aku sudah siap untuk melepaskannya.

The end-
spresi dan menghayati puisinya harus di utamakan.

Cinta,Mancing,Tukang bangunan

Cinta : Belum lama ini, aku bertemu dengan wanita yang sangat cantik sekali tutur katanya yang
ranah,senyumnya yang indah,membuat hatiku menjadi...

Mancing : Cacing-cacing,yang telah ku cari akanku masukan ke dalam keresek,seperti biasa aku
akan  melakukan mancing bersama...

Tkg bangunan : Tukang bangunan,itu sebutan ku saat ini?? walaupun aku kecew,tapi selalu aku
jalani,mungkin sudah nasib ku dan ku terima dengan lapang...

Cinta : Badminton,adalah permainan yang sangat di gemari wanita itu,dengan sedikit malu malu aku
coba berkenalan dan alangkah diapun tidak menolak untuk...

Mancing : Pergi ke tempat pemancingandengan berjalan kaki,hanya membutuhkan waktu 30


menit,aku pun tlah sampai di...
Tkg bangunan : Wc... yang ruksak harus segera di perbaiki,baknya yang bocor klosetnya yang
mampet membuat...

Cinta : Jantungku berdetak kencang,mendengar kata kata yang keluar dari mulutnya yang seperti...

Mancing : Ikan gurame,ikan sepat sampai lele,ada di dalam kolam pemancingan ini,tak menunggu
lama aku pun tlah menyiapkan umpan nya ini cacing yang di campur dengan...

Tkg bangunan : Semen,pasir,juga air,dengan takaran yang pas tlah aku campurkan dengan
perlahan ku aduk aduk menggunakan pacul,ku sangat berhati hati karena aku takut pacul ku
mengenai...

Cinta : Rambut yang terkurai... sungguh sangat ku dambakan mendapatkan ke kasih seperti itu,dan
senang bukan main diapun meminta no hp ku...untuk...

Mancing : Memesan es kelapa dan gorengan,sengaja aku lakukan saat mancing aku tidak terlalu...

Tkg bangunan : Cepat kering,ku harapkan bak yang sudah ku kuras,agar aku bisa secepatnya
memasang...

Cinta : Cinta ini kepadanya, begitu besar tat kala aku sedang tidur,aku bermimpi memeluk...

Mancing : Ikan ikan itu,sudah mendekati umpan ku dengan perlahan..dia menarik tali...

Tkg bangunan : Kolorku,yang basah kuyup,akibat air di dalam bak mandi.. dan saatnya aku
keluarkan palu/martil,untuk memukul mukul tempat yang ruksak akibat sudah lama...

Cinta : Memendam perasaan ini kepadanya,sungguh sangat membebaniku,dan akhirnya aku


memberanikan diri,untuk menembaknya bahwa aku sangat mencintai...

Mancing : Gurame yang sangat besar ,tlahn ku dapatkan rasaanya senang sekali,karena hasil
mancingku,akan ku makan bersama...

Tkg bangunan : Kayu dan paku,ku ambil lalu ku tambal bak itu..seterusnya ku pertebal dengan
semen yang sudah ku racik..tinggal ku tunggu sampai kering pasti hasilnya akan...

Cinta : Sangat mengecewakan...!! karena dia tlah menolak cintaku,dia mengaku tlah mempunyai
pendamping,dan malah mengajak ku menjadi TTMteman tapi...
Mancing : Mancing,sekarang akhirnya aku akhiri.. walaupun hanya,mendapat satu ekor sajaaku puas
karna ikan nya sangat besar dan dagingnya pun..,se empuk...

Tkg bangunan : Closeeet...,ini, selanjutnya yang harus ku perbaiki,dan tida menunggu lama,pada
akhirnya aku telah selesai...

Cinta : Mancing tai nya... sungguh pengalaman...

Mancing : Mancing yang sangat...

Tkg bangunan : Lelah,bekerja seharian di..

Main bola : Aku adalah seseorang anak laki laki yang sngat hobi sekali main bola,setiap sore aku
pergi kelapangan untuk bermain...

Makan : Piring dan gelas,aku cuci terlebih dahulu karena sebelum makan harus aku pastikan bahwa
piring dan gelas ku bersih dari...

Dokter : Demam dan batuk,penyakit ini slalu menghampiriku rasanya begitu parah,memaksaku untuk
pergi ke...

Main bola :  ke tengah lapangan,di sana aku akan mulai membagi bola dan wasitpun sudah siap
meniup....

Makan : Kompor,ku nyalakan dan ku panaskan minyak goreng terlebih dahulu sebelum aku
memasukan....

Dokter : Jarum suntik,sudah di siapkan karna menurut dokter aku harus di suntik di sebelah pantat
dan di...

Main bola : kaki,sudah memulai menendang bola,ku oper kepada teman ku yang berdiri
bebas....namun sayang operanku tidak sesuai,karena ada...

Makan : Ayam dan sapi,ku cincang kecil kecil sebelum ku masukan ke dalam...

Dokter : Lemari obat, di buka sang dokter pun mengambil obat turun...

Main bola : Bola,kini ku ambil lagi dan aku pun melewati satu dua pemain lawan dan kembali aku
mencari celah untuk melakukan tembakan ke arah....

Makan : Panci dan katel,sudah di simpan di atas kompor yang sudah panas,lalu ku ambil cincangan
ayam dansapi menggunakan...

Dokter : Kompresan,secara teratur sebelum tidur,menurut dokter sangat baik untk mengobati...

Main bola : Wasit....,meniup peluit tanda pelanggaran dan aku di hadiahkan....

Makan : Opor ayam dan sop sapi,sebentar lagi matang ku tambahkan garam dan penyedap rasa
agar...

Dokter : Penyaki ini segera sembuh,aku pun harus minum obat 2x....

Main bola : Lapangan sepak bola,di penuhi penonton yang memberi dukungan penuh karena aku
akan melakukan...

Makan : Makan malam,segera di laksanakan karena hidangan spesial ini segera di hidangkan di
atas...

Dokter : Muka dokter,tersenyum telah memberikan obat lalu akupun mengucapkan...

Main bola : GOOOOOLL,..., Tendangan bebas ku tidak bisa di antisipasi oleh kiper dan skor pun
merubah menjadi 1-0 untuk ke unggulan tim...

Makan : Opor ayam dan sop sapi,di cicicpi juga di rasakan karena enak,mereka kembali menambah...

Dokter : Obat obatan,ku bawa ddan akhirnya ku pulang menuju...

Main Bola : Tribun penonton,bersorak sorak melihat skor yang terpampang di...

Makan : Meja makan,menjadi berantakan karena kami saling berebut mengambil masakan yang enak
itu itu rasanya sangat puassssss.
PUISI BERANTAI : ANTARA
PECINTA, PEJUANG DAN
PENJUAL TELUR
00.31 |

Pecinta :Saya akan membacakan puisi berjudul “BUNGA HATIKU BUNGA HATIMU”
untuk gadisku yang manis.

Pejuang :Aku akan membacakan puisi perjuangan berjudul “LEBIH BAIK MERDEKA


DARI PADA TIDAK MERDEKA”.
Penjual : Dan saya akan membacakan puisi berjudul “AKU PENJUAL TELUR” buat adikku
yang suka makan telur.
Pecinta :Saat bulan purnama menerangi alam Kaudatang padaku sambil tersenyum manja Ku
lihat samar-samar wajahmu tertimpa cahaya rembulan Begitu cantiknya bagaikan
………………………
Pejuang :Granat dan mortir berdesingan membakar perkampungan Tak pernah kukenal
istilah takut Walaupun lawan banyaknya seribu kali  Pedang di kanan belati di kiri,
berselimpang ……………
Penjual :Telur mas telur ….! Kubawa keliling kampung  setiaphari,demi sesuap nasi. Telur
merupakan bagian dalam hidupku,semuakujual Telur ayam, telur bebek, maupun telur
…………..
Pecinta : Nikita Willy Kau tersenyum padaku, dan Akupun tersenyum padamu, tanda cintaku
kian meraju
Malamitu,perlahankaudekatkanbibirmuketelingaku
Serayaberbisik ………….
Pejuang :Merdeka…! 
Seluruhrakyat Indonesia harusmeneriakkan kata 
MERDEKA….! 
Sekalilagirakyat Indonesia harusmeneriakkan kata ………….
Penjual :Teluuuuuur…..teluuuuuur…..! 
Begituakumenjajakantelursetiaphari
Hujandanpanastakmenjadirintangan
Satu-satutelurkuelussambilberkatalirih, ayamku …………..
Pecinta :Akucintapadamusayang….! 
Hatikuberbunga, kubelairambutnya yang hitam
Perlahan, kudekatkanbibirkuke ………….
Pejuang :TengberlapisbajamilikBelanda
Haruskitahancurkan
Terlalu lama kitadijajah
Terlalu lama kitadisiksa
Mulaidetikiniakuharus …………..
Penjual :Bertelursebanyak-banyaknya
Kautelahberjasa
Kadangkuperiksaayam-ayamku
Akuinginmengetahuibagaimanatelurdapatkeluar
Kuperhatikanayamkudenganseksama, dan ……………
Pecinta :Kupelukdenganmesra
Kaumendesahdalampelukanku
Kurapatkanerat-erattubuhkuketubuhmu
Kemudiantubuhmu ……………………
Pejuang :Didorongolehseluruhrakyat Indonesia 
Dengansemangatperjuangan yang membara
Akuberada di barisan paling depan
Dengansenapan di tangansemuamusuhkutembak ………………..
Penjual :Plung…… plung…… 
Keluartelurnya
Kuambilsatu per satudankusimpan di ……………………
Pecinta :Matamu… 
Terpejamdannafasmumendesah
Kaupelukjugaakudenganmesra
Ternyatakitasama-samainginsaling …………….
Pejuang :Membunuh… 
Mereka yang menyerangdarijauh
Majuuuuuu…! Seraaaaaang…! 
Akuberteriaksambilmengangkattinggi-tinggi ……………………
Penjual :Telurku… 
Sekarangakudalamkeadaansedih
Merenunginasibayamku yang sedang ………………..
Pecinta :Dimabukcinta… 
Kita sama-samamenangisbahagia
Matamuperlahankubersihkandengan ………………
Pejuang :Senapanmesin yang panas… 
Sepanasdarahku
Kembalikusambutserangan yang datang
Denganpeluru-peluru yang sudah ……………….
Penjual :Membusuk… 
Tidaklakudijuallagi
Oh telurku……. Oh ayamku…………..
Pecinta :Sayang… 
Tidakperludisesalkan
Tataplahmatakukembalidankau……………….
Pejuang :Terjanglaluhancurkan…………………..
Penjual :Telurku……… telurku……………….
Pecinta : Akan kudekatkanpadamu
Tenanglah… diamlah… 
Akuakan…………………….
Pejuang :Merobek-robekterus
Lemparkansemua yang kitapunya
Sambilmengucapkan………………
Penjual :Teluuuuuuuur……… teluuuuuuuur……………
Pecinta :Sayangku…………………
Pejuang :Kutusukkausampaimati ! 
Akumasihpunyabanyak …………………..
Penjual :Telurdanayamku…………………..
Pecinta :Akucintapadamusayang……………….
Pejuang :Sampaidarahpenghabisanhinggaakhirnya…………………
Penjual :Bertelurlagi
Dan telurayamkuadalahtelur ……………………….
Pecinta :Kasihku ,kitakanselalubersama …………….
Pejuang :Berjuangselamanyauntukber…………………
Penjual :Teluuuuur…… teluuuuur……… begituakumenjajakannyasetiaphari

Anda mungkin juga menyukai