Anda di halaman 1dari 8

Efemeral

Hari itu, 2 Januari 2019 tepatnya pukul 15.23 WIB secara tiba-tiba
pacarku menelfon. Katanya, dia ingin bertemu di cafetaria dekat taman
kota. Aku yang tidak paham dengan maksud ajakannya hanya
mengiyakan saja. Ini bukan hari jadian kita, bukan juga hari spesial lain
untuk kita berdua.
Oh iya, perkenalkan namaku Nathalie Elyze. Biasa di panggil Lyz, dan
pacarku bernama Haikal.
Singkat cerita, akhirnya sore itu aku menemuinya di cafetaria
bagian pojok kiri belakang. Langkah ku hampir sampai saat ku lihat
wanita lain datang dan langsung menggenggam tangannya.
Saat kejadian itu menimpaku aku masih kelas 12, aku masih tidak tau
apa yang seharusnya aku lakukan. Aku melanjutkan langkahku
menemui mereka. Dan ketika Haikal sadar akan kehadiran ku, dia agak
terkejut.
"Hallo" Sapa ku.
Di detik yang bersamaan wanita yang tadi menggenggam tangan
Haikal pacarku, kini maniknya menatap tajam ke arah ku.
"Hai, silahkan duduk" Dia membalas sapaan ku.
Aku duduk.
"Kamu pacarnya Haikal ya? Kenalin aku Tasya, pacar Haikal juga"
Kalimatnya barusan membuatku menatap Haikal.
"Kal?" Aku meminta penjelasan.
"Dia suruh kamu kesini buat ngajak putus. Dia sudah lama dengan
ku. Dia, dia gak ngerti cara mengakhiri hubungan kalian selama ini"
Sambung Tasya.
Aku menatap Haikal yang justru diam saja. Aku marah, aku benci
dengan Haikal yang rautnya membenarkan ucapan Tasya.
"Bener Kal?" Aku masih berusaha menahan api yang sudah mulai
menyala.
"Kal, jawab dong. Kalo kamu gak jawab, aku pergi aja" Tasya
bangkit, mengambil tas dan handphonenya.
Disaat Tasya akan melangkah, aku bangkit dari duduk ku.
"Bener ya, Kal?"
Aku tersenyum lalu meninggalkan mereka. Ku hitung tiga langkah, aku
mendengar kursi di mundurkan yang artinya Haikal ikut bangkit.
Demi Tuhan, hari itu aku pikir dia akan mengejar ku, ternyata aku
salah. Dia mengejar Tasya yang berada tepat di hadapanku. Detik itu,
ketika aku melangkahkan kaki keluar dari cafetaria. Aku bersumpah
untuk tidak pernah lagi mencintai Haikal. Aku memutuskan untuk
segera mengakhiri hubungan kami.
Pukul 17. 15 WIB ketika aku sampai rumah, aku menceritakan
semuanya kepada abang, dengan tangis yang ku tahan tentunya. Dia
marah pada Haikal, karena itu dia mendukungku untuk mengakhiri
hubungan ini.
"Telfon dia sekarang, ajak ketemuan dan putusin dia di depan
Abang" Kata Abang ku.
Aku menggangguk, lalu mengambil handphone ku. Disaat yang
bersamaan ketika aku akan menyalakan handphone, handphone ku
terlebih dahulu menyala karena sebuah panggilan.
*BUNDANYA HAIKAL tertera di layar handphone, membuatku
menatap Abang yang ternyata juga menatapku. Perasaanku agak buruk.
Benar saja. Benar.
Haikal kecelakaan dan saat ini aku harus ke rumah sakit.
Ya Tuhan.
Haikal kritis, hanya itu yang aku dengar dari adik perempuan Haikal ketika aku
baru sampai.
"Bunda harap, kamu gak ninggalin Haikal disaat keadaannya seperti ini ya,
Maudy"
Ucapan bunda Haikal terngiang-ngiang di kepalaku bahkan ketika aku sudah
pulang ke rumah. Kenapa harus aku? Bukannya Haikal punya pacar yang lain?
Pikiran ku makin kacau, Haikal koma dan dokter tidak memberikan kejelasan
kapan lelaki itu akan bangun.
Hingga 14 Febuari 2020, aku masih setia menunggunya membuka mata. Lebih
dari ingin memutuskan nya, aku ingin sekali lelaki ini bangun dan tertawa lagi.
Mungkin aku membencinya sejak saat itu, mungkin aku sudah tidak mencintainya
lagi, tapi aku tidak bisa terus menerus melihat dia seperti ini.
Tepat di hari itu juga, ketika aku sedang sendirian di taman rumah sakit, tiba-tiba
seseorang menepuk pundaku.

Aku menengadah.

"Ada apa ya?" Tanyaku pada seorang lelaki yang tidak aku kenal.
Dia tak lantas menjawab, dia justru duduk di sampingku.
"Saya lihat dari minggu lalu kamu duduk disini terus. Siapa yang sakit?"

Dia justru bertanya balik padaku.

"Maaf kak, bukan urusan kakak" Aku berdiri. Bersiap pergi.

"Saya Jefan" Dia mengulurkan tangan, membuatku berdecak dan


menatapnya sejenak.

"Saya Maudy". Setelah itu, aku meninggalkannya sendiri.

Demi Semesta
Aku tidak pernah tau, benar-benar tidak pernah tau bahwa dari perkenalan singkat
itu bisa mengantarkan ku dan kak Jefan menjadi teman dekat.
Kak Jefan adalah sosok yang baik, dia menemani hari-hari ku yang kelabu 3 tahun
belakangan ini.
"Jadi kak Jefan kesini tiap hari hanya untuk antar jemput bunda kak Jefan?"
Tanyaku suatu hari.
"Antar jemput bunda bukan cuma 'hanya' Maudy." Balasnya.
Dari situ, aku menarik kesimpulan bahwa kak Jefan adalah pria baik. Aku senang
bisa berteman dengannya.
Kedekatan kami terus berlanjut, aku makin mengenal kak Jefan, begitu pula
sebaliknya. Kak Jefan adalah mahasiswa semester akhir di kampus impianku
dulu. Kalo tidak salah, dia ambil jurusan teknik sipil.
Akhir tahun 2020, dengan tekad yang sudah bulat, aku memutuskan menceritakan
hal yang selama ini aku sembunyikan.
Aku mengatakan tentang siapa Haikal, untuk apa aku dirumah sakit, dan
bagaimana perasaan ku terhadap Haikal saat ini. Sumpah, dia adalah pendengar
terbaik. Dia menganggapi curhatan ku dengan sangat dewasa. Aku makin di buat
nyaman dengannya.
Lalu, pada awal tahun 2021, untuk pertama kalinya aku tidak mengerti dengan
diriku sendiri. Aku marah karena kak Jefan jalan dengan wanita lain disaat
seharusnya dia berada di rumah sakit untuk menjemput bundanya.
Fyi, bunda kak Jefan adalah dokter bedah. Kak Jefan juga sudah wisuda
November 2020.
"Bunda kak Jefan udah pulang pake taxi. Ngapain lagi datang kesini?" Tanyaku
malas, ketika kak Jefan duduk di bangku taman rumah sakit. Persis di sebelah
ku.
"Mau ketemu kamu"
"Buat apa?"
"Kok buat apa?"
"Ya ketemu aku buat apa? Kan seharian udah jalan sama cewek"
"Maudy?"
Aku terdiam, sadar dengan apa yang aku katakan.
"Belva teman aku"
"Aku gak nanya"
Setelah kejadian itu, aku jarang ke rumah sakit. Apalagi minggu lalu, keluarga sangat berada
Haikal nekat membawa pulang Haikal dan merawat nya dari rumah.
3 Febuari 2021, handphone ku bergetar. Ada sebuah pesan dari nomor yang tak ku simpan tapi
sangat aku kenali.
"Selamat ulangtahun anak baik. Semoga bahagia selalu"
Aku tahu, benar-benar tahu pesan itu dari kak Jefan. Tapi, aku sengaja mengabaikannya.
Apa kata dia? Bahagia? Bagaimana bisa aku bahagia? 3 tahun Haikal koma dan masih belum
membuka matanya. Juga... juga hatiku diam-diam sudah jatuh pada sosok nya, sosok kak Jefan.
14 Febuari 2021, kak Jefan mengakhiri rasa penasaran nya terhadap ku dengan datang ke
rumah. Dia mengajak ku keluar.
"Kak Jefan bisa gak bersikap biasa aja?" Ucapku saat kak Jefan menatapku sedang makan
kentang goreng yang baru saja dia beli.
"Namanya juga kangen, Dy"
"Ngapain coba kangen aku?"
"Gak tau nih"
"Gak ada hubungan apa-apa juga kan?"
"Kalo mau kangen kamu, harus ada hubungan apa-apa dulu ya?"
"Gak juga sih"
Kak Jefan tersenyum ke arahku. Dia mengacak rambut ku pelan. Aku tahu cara bicaraku terlalu
black blakan.
"Dy, selamat hari kasih sayang" Celetuknya.
Aku menghentikan kunyahan ku.
"Iya, selamat hari kasih sayang juga ya kak"
Kak Jefan tersenyum. Hari itu, aku menghabiskan waktu ku bersamanya.
"Jefan"
Aku dan kak Jefan berbalik.
"Belva?" Kak Jefan tersenyum.
Seketika,aku teringat kejadian tempo lalu, kejadian yang membuat ku menghindari kak Jefan.
"Kamu ngapain ke Dufan? Ini siapa?" Wanita bernama Belva menunjuk ke arah ku.
"Main. Dia Maudy" Jawab kak Jefan.
"Ohh, siapanya kamu sih?"
"Bukan siapa siapa Bel"
Senyumku yang memang terpaksa kini perlahan memudar. Bukan siapa-siapa ya?
Obrolan mereka masih berlanjut, aku yang sudah bosan otomatis berkata "Maudy pulang
duluan ya kak?"
"Eh, jangan. Ayo kak Jefan antar. Bel, aku antar dia dulu ya. Duluan"
Aku berjalan mendahului kak Jefan.
"Buru-buru banget Dy, laper ya?"
Aku diam.
"Laper Dy?"
Aku masih diam.
"Maudy mau makan dulu?"
"AKU MAU PULANG SEKARANG. GAK USAH PEDULIIN, AKU LAPER APA GAK!"
Aku berteriak tepat di hadapan kak Jefan.
"Eh? Maudy kenapa?"
"KENAPA APANYA?"
"Dy, kamu kenapa, suaranya kecilkan dikit"
"KAK JEFAN BILANG MAUDY BUKAN SIAPA SIAPA KAK JEFAN, TERUS KITA TUH
SELAMA INI APA?"
14 Febuari ku kacau.
Aku pergi saat itu, tanpa peduli teriakan kak Jefan.
Malamnya, kak Jefan kembali datang ke rumah ku, bersamaan aku yang akan pergi ke rumah
Haikal
"Kak Jefan mau bicara sebentar boleh?"
Lagi, 14 Febuari ku di buat kacau.
Kak Jefan mengungkapkan semuanya. Termasuk perasaannya selama ini padaku. Aku
menangis, aku juga tidak bisa berbohong. Aku mencintai kak Jefan.
"Kakak gak bisa maksa keadaan. Kamu gak akan bisa pacaran sama kakak, karena kamu masih
pacar Haikal. Kalaupun kita pacaran, kakak yakin kamu gak bakal bisa"
"Aku bisa"
Dan 14 Febuari. Aku, aku menghianati Haikal. Aku menghianati orang yang menghianati ku.
6 bulan berlalu, aku masih datang setiap hari ke rumah Haikal.
"Hari ini jadi cek rumah bareng aku kan? Harus jadi dong, biar rumahnya sesuai dengan
keinginan calon nyonya" -Pesan singkat- dari kak Jefan membuatku tersenyum.... Getir.
Aku mengirim balasan cepat, mengatakan bahwa tentu saja aku akan pergi bersamanya.
Ketika aku akan melangkah keluar dari pintu utama. Shakira -Adik perempuan Haikal-
berteriak "KAK MAUDY, KAK IKAL BANGUN"
Aku berlari, air mataku gugur seketika.
"Kamu masih bakal disini, Dy?" Bunda Haikal mengusap surai hitam ku.
Aku mengangguk.
"Nginep aja ya? Ini juga udah jam 11"
Aku kembali mengangguk.
"Maudy kabarin mama dulu ya?" Aku pamit keluar. Aku memang berniat mengabari mama.
Sampai ketika aku mengaktifkan handphone. Aku terkejut dengan pesan pesan dari kak Jefan.
Aku menangis lagi. Aku menyakiti dia lagi
Seminggu setelah Haikal Bagun dari komanya. Aku memutuskan untuk menemui kak Jefan.
"Sudah lama nunggu?" Tanya kak Jefan.
"Baru sampe"
"Kamu tahu, Dy? Aku naik jabatan"
"Syukurlah"
"Gaji aku naik Dy. Tabunganku sudah hampir cukup buat lamar kamu"
Hatiku makin kacau.
"Haikal sudah bangun dari tidur panjangnya" Ucapku.
Ku amati, senyum kak Jefan tidak memudar.
"Syukurlah" Ucapnya.
Aku mengangguk. Lalu berkata "Dan aku mau kita putus"
17 September 2021. Aku hancur untuk yang kesekian kalinya.
Kak Jefan menariku keluar restoran dan membawaku pergi ke taman kota yang sepi.
"Dy?"
"Haikal butuh aku" Sanggah ku.
"Aku juga butuh kamu"
"Kak Jefan"
"Maudy, tolong!"
Kak Jefan menggenggam tanganku.
"Audy minta maaf. Audy salah besar sejak awal. Kak Jefan orang baik, kak Jefan berhak dapat
pendamping hidup yang lebih baik"
"Terus kamu mau apa sama Haikal? Terus menurut mu, kamu gak lebih baik? Audy tolong!"
Dia makin erat menggenggam tanganku.
"Audy selingkuhin Haikal"
"Haikal juga selingkuhin kamu kan?"

"Dan selingkuhan Audy kak Jefan"


"MAUDY TALIA!"
Air mataku tidak berhenti gugur. Aku melepaskan genggaman tangan dan menatap matanya.
Demi Tuhan, rasanya semestaku ikut hancur saat melihat air matanya. 1 tahun pertemuan kami,
hanya ku hancurkan dengan keegoisan ku sendiri.
Kak Jefan memelukku, sebelum akhirnya aku melepaskannya.
"Kak Jefan, Maudy minta maaf. Maudy pergi ya"

Anda mungkin juga menyukai