Anda di halaman 1dari 82

PUPPY or TRUE?

part 1
Posted on April 16, 2012 by niaiueohyeah
 
 
 
 
 
 
7 Votes

introduction : ANNYEONG!! *ngeluarin muka aegyo* saya kembali nih dengan ff


baru ulalaa~ semoga kalian suka yaa..

habis baca tolong dikomen yaa biar tambah semangat nih ngerjain ini ff okee?

happy reading

Cast : Seo Joohyun, Cho Kyuhyun, Choi Siwon, Tiffany Hwang, Krystal Jung,
Choi Minho, Kwon Yuri

Genre : Romance, Friendship

Warning : Dilarang memperbanyak atau mengcopy fanfict ini tanpa ijin dari
pemiliknya!

kalo butuh apa-apa, atau mau kenalan mungkin *muka aegyo* mention twitter aja
yaa @niianio

*****

“Hoaaam..”

Kyuhyun mengerjapkan mata. Cahaya matahari yang melewati jendela kamar


sepertinya mulai mengganggu tidurnya. Ditegakkan tubuhnya dengan setengah
sadar. Sambil mengacak-acak rambut, dia menengok kearah jam weker digitalnya.

SIAAAAL!! AKU KESIANGAN!!


Cowok itu langsung lompat dari kasur dan buru-buru masuk kamar mandi. Jam
ternyata menunjukkan jarum panjangnya di angka delapan sementara jarum
pendeknya diantara enam dan tujuh. Sekolah akan dimulai pukul tujuh tepat.

Begitu selesai memakai baju, diambilnya segera kunci mobilnya. Tampak di garasi
sudah tidak ada mobil orang tuanya maupun Ara, kakak perempuannya, sudah
menghilang entah kemana. Cepat-cepat dihidupkannya mesin mobil dan dijalankan
tanpa memanaskannya terlebih dahulu.

Tumben sekali Seo tidak ribut, biasanya dia kan yang membangunkanku, batin
Kyuhyun sambil menyetir. Jalanan yang agak sepi juga membuatnya tidak heran,
justru bersyukur. Padahal rumahnya berada di kawasan elite Seoul yang traffic
jam-nya cukup tinggi. Dua puluh menit kemudian, dia sampai di gerbang depan
sekolahnya. Kyuhyun memarkirkan mobilnya. Saat keluar mobil, dilihat
sekelilingnya, dan.. krik.

KEMANA SEMUA ORANG-ORANG?!

“Kyuhyun?”

Kyuhyun menoleh kebelakang. Tampak seorang gadis dengan rambut dikuncir


kuda berdiri dibelakangnya. Menatapnya agak keheranan.

“Seohyun? Kenapa kau memakai baju bebas seperti itu?” tanya Kyuhyun bingung.

Yang ditanya hanya melongo. Sedetik kemudian..

“HAHAHAHAHAHAHA!!”
“Nih,” Seohyun mengulurkan tangannya, memberikan segelas milo hangat pada
Kyuhyun.

“Berhentilah tertawa! Ini bukan hal lucu yang perlu ditertawakan,” omel Kyuhyun
melihat Seo yang sesekali meliriknya sambil terkikik.

“Mianhae, habisnya aku tidak menyangka kau bukan hanya tidak bisa membaca
jam, tapi juga tidak bisa membaca hari,”

Kyuhyun memutar mata. Sungguh bodoh dirinya, kenapa dia bisa sampai lupa
kalau hari ini hari Minggu? Sudah begitu, bukannya kalau tahu telat bangun, justru
dia lebih memilih untuk bolos? Kenapa ini malah dibela-belain masuk? Pabo
Kyuhyun!

“Lagian kalau ini hari sekolah, pasti aku bakal teriak-teriak membangunkanmu
kan?”

“Pilih diam atau tidak ada jasa mengantarkan ke sekolah?” celetuk Kyuhyun kesal.
Membuat gadis itu tertawa puas.

Seperti yang sudah diketahui seluruh penjuru sekolah, Seohyun dan Kyuhyun
merupakan sahabat sejak kecil. Sahabat? Entah apa yang membuat semua orang
menyebut mereka sahabat. Namun, jika ada yang bilang mereka dekat itu memang
benar. Bayangkan, sejak kelas 3 SD satu sekolah hingga sekarang, tak pernah
terpisah. Dan lebih hebatnya lagi, kamar mereka hanya dibatasi oleh sebuah pohon
maple besar. Menurutmu kurang ‘dekat’ bagaimana?

Sebenarnya Kyuhyun tidak ingin juga adu mulut tiap hari. Tapi sepertinya itu
merupakan kebiasaan wajib bagi hidupnya. Apalagi jika ingat betapa liciknya Seo
ketika kecil..

Seoul, 1998..

“Oppa, kembalikan bonekaku!” pekik Seohyun kencang. Saat ini nasib bonekanya
sedang terancam ditangan Kyuhyun.

“Siapa suruh kau melemparkan prajuritku keatas lemari? Tidak, boneka ini akan
menjadi tahananku,”

“Ya! Jangan mengambil Miss Nana-ku,” Seo berusaha menggapai tangan


Kyuhyun yang meninggi. Dari segi postur, dia memang kalah tinggi dengan
Kyuhyun. Sudah meloncatpun masih belum mampu mengambilnya dari cowok itu.

“Kyuhyun pabo! Kembalikan!”

Cowok itu seketika tertegun, “Mwo?”

“Apa? Dasar pabo! Beraninya hanya melawan perempuan,”

Seohyun melipat tangannya di dada. Tampak tak ada rasa takut sama sekali dalam
dirinya setelah mengejek Kyuhyun seperti itu. Meski cowok itu lebih besar dan
lebih tua dari dirinya.

“Kyuhyun pengecut! Kyuhyun pabo!” begitu terus diteriakkannya dengan


lantang. Seohyun menyiapkan langkah persiapan (dibaca:berlari) saat melihat
wajah Kyuhyun yang mulai memerah.

“Ya! Sini kau!”

Keduanya langsung berkejar-kejaran. Dari kamar Seohyun, menuruni tangga.


Gadis itu tahu, eommanya pasti sedang memasak bersama dengan eomma
Kyuhyun. Segera langkahnya diarahkan menuju dapur, melihat langkah Kyuhyun
sudah mulai mendekati tubuhnya.

Tangan Kyuhyun mencapai kerah baju Seo pas saat gadis itu memegang baju
eommanya dan berteriak, “Eommaaaaa!!”

Sontak kedua wanita dewasa didepannya itu menoleh. Dan eomma Kyuhyun
segera menjewer telinga Kyuhyun.

“Ya! Kau harusnya memberi contoh yang baik kepada Seohyun. Kenapa kau
malah mengajaknya bertengkar?” omel wanita itu, membuat Kyuhyun cemberut.
Tatapan segera mencari dimana Seohyun berada. Gadis manis itu sedang
bersembunyi dibelakang eommanya, menjulurkan lidahnya meledek.

Kyuhyun melotot.

*****

“Ya pemalas! Bangunlah!”

Tubuh Kyuhyun menunjukkan respon negatif dari perlakuan Seo. Dia justru
membalikkan badannya, memunggungi gadis yang berusaha membangunkannya
itu. Seohyun masih berjuang mengganggu mimpinya dengan menarik selimutnya.

“Kyuhyun! Ayo bangun! Kau tidak lihat sekarang jam berapa? Kita bisa telat
nanti,” omel Seohyun.

“Hei, kau ini benar-benar dongsaeng yang tidak sopan. Haluslah sedikit jika ingin
membangunkanku,”

“Cepat bangun sebelum kusiram air,”

Mau tidak mau, Kyuhyun terpaksa bangun dari tempat tidurnya. Berjalan sambil
menguap menuju kamar mandinya. Sementara Seohyun turun ke lantai bawah
untuk membantu Ara menyiapkan sarapan.

“Maaf ya, eonnie jadi merepotkanmu harus membangunkan si pemalas itu,”

“Gwaenchana eonnie, yang merepotkan bukan eonnie, tapi Kyuhyun,” jawab


Seohyun, sambil mengangkat nampan berisi roti ke meja makan.
Yah, seperti inilah kebiasaan sehari-hari Seohyun. Bangun lebih awal dan bersiap-
siap. Kemudian pergi ke rumah sebelah dengan tujuan menebeng ke sekolah. Tapi
yang dimintai tebengan itu pasti dijamin belum bangun. Keajaiban kalau Kyuhyun
berhasil dengan sukses bangun pagi.

Setelah berhasil membangunkan Kyuhyun, maka dia turun untuk membantu Ara
menyiapkan sarapan pagi. Sebenarnya Seo bisa saja berangkat sendiri tanpa harus
menebeng Kyuhyun. Masalahnya adalah, “Kau ikut si Kyuhyun saja tiap berangkat
sekolah, biar anak itu ada yang membangunkan. Ahjumma sudah menyerah untuk
urusan membangunkannya di pagi hari.”

“Mana sarapanku?” Kyuhyun sudah duduk di kursi ruang makan.

“Aku tidak menemukan apapun di kulkas. Makan roti dengan saja nih,” balas Ara,
sembari memberikan selai stroberi pada adiknya. Kyuhyun melihat jam tangannya.
Jam enam lebih dua puluh lima menit.

“Noona, aku sarapan di mobil saja ya! Seohyun, ayo berangkat!” Kyuhyun
membawa beberapa lembar roti tawar di tangannya. Kemudian berlari kearah Ara,
mencium pipi kakaknya itu.

“Ara eonnie, aku juga berangkat ya,”

Ara tersenyum mengangguk, “Hati-hati ya! Suruh anak itu tidak mengebut,”

“Pasti eonnie.”

*****

Diketahui bahwa  dan  , maka berapa ?

“Mau sampai kapan kamu berdiri disana, Krystal-ssi?”

Krystal menelan ludah. Rasanya seperti dia sedang berada di hutan rimba yang
penuh dengan macan dan serigala, tanpa satu orangpun yang mampu
menolongnya. Ingin sekali dia melirik kebelakang untuk meminta bantuan. Tapi
sepertinya tatapan Prof. Kim yang begitu sadis sangat tidak memungkinkannya
untuk menoleh.

“Sudah! Kembali ke bangkumu,” suruh Prof. Kim, “Saya heran, apa benar ini kelas
A yang merupakan kelas unggulan? Saya rasa blablabla..”
Prof. Kim masih saja ngedumel. Sementara Krystal menarik napas lega. Yah,
siapapun yang ada di kelas A juga tau kalau Krystal itu paling lemah di pelajaran
menghitung.

“Gimana rasanya?” tanya Seohyun, yang duduk bersebelahan dengan Krystal.

“Amazing! Aku benar-benar muntah didepan kalau misalnya sampai detik ini aku
tetap disana,” Krystal duduk memelorot.

Seohyun terkikik pelan, “Sepertinya kamu bakal madesu ya, masa depan suram.”

“Bawel!” dengus Krystal, “Aku yakin aku bakal tetap hidup walaupun sin cos tan
itu mati.”

Seohyun benar-benar berusaha keras menahan tawa. Prof. Kim akhirnya


memanggil Tiffany untuk mengerjakan soal di papan tulis itu. Dan ternyata.. soal
itu diselesaikan oleh Tiffany dalam waktu dua menit.

“Bagus sekali! Seperti biasanya,” puji Prof. Kim setelah mengoreksi pekerjaan
Tiffany. Gadis itu kembali ke tempat duduknya yang berada persis didepan
Seohyun.

“Dua menit untuk soal keriting seperti itu? Kamu bukan manusia ya?” tanya
Krystal.

Tiffany menjawab dengan halus, “Aku manusia kok.”

“Hampir sepuluh menit lebih aku berdiri disana dan tidak bisa menuliskan
apapun,”

“Biarkan saja dia, Tiff. Dia hanya sirik padamu,” Krystal langsung menatap tajam
kearah Seohyun.

Tiffany menyeringai, “Iya, aku tahu. Batas jenius dan bodoh itu memang tipis
kok.”

Sontak Krystal melotot, “Kalian bersekongkol untuk menghinaku?!”

“KRYSTAL JUNG! BERDIRI DI LORONG SEKARANG!”

Bel istirahat berbunyi. Tentu saja semua anak berhamburan keluar kelas. Begitu
pula dengan Seohyun beserta kedua temannya, Krystal dan Tiffany. Mereka
memilih untuk menghabiskan lima belas menit waktu sisa untuk berjajan di kantin.
Begitu dapat tempat duduk, Krystal langsung meluruskan kakinya.

“Kalau sampai betisku membesar, aku tidak akan mengampuni kalian berdua,”
omel Krystal yang disambut dengan tawa oleh Tiffany. Sementara Seo, terdiam
menunggu nasi gorengnya datang. Perutnya benar-benar melolong kencang saat
ini. Gara-gara Kyuhyun yang buru-buru berangkat tadi, dia jadi tidak sempat
sarapan.

“Gamsahamnida, ahjumma!” Melihat betapa lezatnya sepiring nasi goreng spesial


(pake telor) dan segelas jus jeruk segar, rasanya usus Seohyun sudah tidak sabar
untuk bekerja. Tanpa meminta izin pada siapapun lagi, gadis itu segera tancap gas
menghabiskan makanannya.

“Seo-ah, makannya pelan-pelan saja. Nanti tersedak,” kata Tiffany mengingatkan.


Namun tidak digubris sama sekali oleh Seo.

“Ya! Kau tidak makan berapa bulan sih? Kenapa jadi rakus begitu?”

Suara cowok yang begitu dihapalnya, membuat dia menghentikan menyendok


makanannya. Didongakkan kepalanya. Berdiri dengan begitu tegak Kyuhyun dan
Minho disana.

“Sudah tidak cantik, masa makannya juga segini rakusnya,” Kyuhyun menggeleng-
gelengkan kepalanya.

“Cerewet! Kau mau cacing-cacing di perutku keluar lewat mulutku dan


menerkammu karena kelaparan?”

“Nah! Bertambah lagi,”

“Hah?”

“Sudah tidak cantik, rakus, jorok lagi. Di perut melihara cacing,”

Yang lain langsung tertawa. Sementara Seohyun merasa dipojokkan,


memanyunkan bibirnya. Sedetik kemudian, dia kembali fokus ke makanannya.
Cuma yang sekarang kecepatannya diturunkan. Daripada diejek lagi?
“Pagi, Seohyun-ah!” sapa beberapa anak cowok, yang dibalas Seohyun dengan
senyuman. Tak lama berselang, Seo kembali disapa oleh segerombolan anak
basket. Dan sekali lagi, gadis itu hanya membalas dengan senyuman saja.

“Cih, genit sekali. Menyapa sok-sok kenal begitu,” cibir Kyuhyun.

“Namanya juga usaha,” balas Krystal.

“Tapi terlalu norak. Nggak ada cool-nya sama sekali,”

“Yang penting ada usahanya. Daripada kau tidak ada usahanya sama sekali,” ujar
Minho.

“Sialan kau!”

Semuanya tertawa. Seohyun juga tertawa, tapi sumbang. Seakan berat untuknya
ikut tertawa.

*****

Krystal masuk ke ruang OSIS untuk memberikan karpan permintaan anak OSIS
dengan keadaan super suntuk. Baru saja hasil dua ulangan vital (matematika dan
fisika) dibagikan. Tau cewek ini dapet berapa? Sebuah lidi dan bola basket alias
10. Kalau 10 yang besar sih lumayan. Nah ini yang kecil. Yang paling
mengecewakan menurut dia adalah fisika (matematika = mengenaskan!). Percuma
deh begadang ngabisin setengah kantong kopi kapal api untuk belajar bab
kesetimbangan nista ini.

“Yah, masuk masuk R.O. malah menebarkan hawa badmood. Tidak kasihan
denganku, nanti aku juga ketularan lho,” ujar seseorang, membuat Krystal menoleh
mencari arah suara itu.

OH MY GOD! ITU MINHO SUNBAE!!

“Ah sunbae,” Krystal agak tersipu malu.

“Ada apa?”

“Ehm.. aku mau menitip karpan untuk W-Day disini. Ternyata karpannya sudah
jadi duluan sebelum waktunya, jadi aku titip sini saja,”
“Bukan,” kata Minho, “Maksudku, ada apa kau cemberut seperti itu?” tanya Minho
dengan nada yang cukup lembut. Krystal segera menumpahkan emosinya tentang
nilainya yang terjun moncrot dari lantai 20. Dia juga menunjukkan hasil kerjanya
yang telah dikoreksi oleh guru. Yang diceritain malah senyam senyum.

“Payah! Bab gampang gini aja nggak tuntas. Temenmu yang lain dapet berapa
emangnya?”

“Maksudnya Seohyun dan Tiffany?”

“Memangnya kau punya teman lagi selain mereka?” tandas Minho, yang masih
melihat hasil ulangannya.

Krystal memelorotkan tubuhnya, “Kalau Tiffany sih tidak usah ditanya, nilainya
pasti tertinggi di kelas. Seohyun juga pasti nilainya tidak jauh dari Tiffany. Mereka
terlalu pintar.”

“Dan hebatnya mereka yang terlalu pintar itu mau berteman denganmu?”

“Kamu menghinaku?”

Minho terkikik.

CLING! Otak Krystal mengeluarkan ide yang begitu cemerlang. Kenapa dia tidak
memanfaatkan kesempatan ini? Dengan wajah memelas dan nada meminta, dia
berkata, “Sunbae, ajarin aku fisika sama matematika dong! Please!”

Cowok terlihat agak kaget. Bukan karena dia nggak bisa matfis, tapi karena wajah
yang baru saja ditunjukkan gadis itu. Benar-benar mirip dengan.. Yuri. Syukurnya
dia dapat dengan cepat menguasai emosinya lagi.

“Minho sunbae? Mau ya? Apa sunbae tidak miris melihat nilaiku seperti itu?”
pintanya dengan begitu sungguh-sungguh. Nampak Minho mengelus-elus dagunya.
Sok-sok berpikir. Sebelum akhirnya dia mengangguk, mengiyakan permintaan
Krystal.

“Jeongmal, sunbae??!!”

Minho masih mengangguk sambil tersenyum. Rasanya sekarang ini Krystal benar-
benar ingin berjingkrak kegirangan.
NICE START, KRYSTAL!!

*****

From : Seohyun

Aku masih ada latihan dance. Kau pulang duluan saja.

Kyuhyun mengunci handphonenya setelah membaca pesan dari Seo. Habis ini dia
benar-benar nganggur. Dia tidak mungkin mengajak main Minho. Orang itu pasti
saat ini sedang ikut pelajaran tambahan. Maklum, mantan anak OSIS. Sering sekali
meninggalkan pelajaran jadi mau nggak mau harus ikut pelajaran tambahan.
Biasanya sih kalau lagi suntuk gini, dia jalan-jalan sama Seo. Tapi ternyata gadis
itu sudah memberitahunya seperti itu.

Aku nonton anak itu latihan saja deh.

Dilangkahkan kakinya menuju ke ruang seni tari, tempat biasanya anak-anak


latihan menari. Jaraknya lumayan jauh dari parkiran mobil. Tak apalah, hitung-
hitung olahraga. Dari luar terdengar beberapa lagu yang diremix mendentum cukup
keras. Pasti itu adalah lagu yang dipakai untuk dance.

Kyuhyun melirik kedalam. Matanya menyapu seluruh permukaan yang bisa


dilihatnya, sampai matanya tertuju pada seorang gadis yang sedang melakukan
solo dance. Seohyun memulai dengan gerakan heart-bump. Diliukkan badannya
yang begitu indah. Dengan luwesnya tangannya bergerak membelai tubuhnya.
Gerakan yang begitu lemah gemulai nan indah tentu sangat menyegarkan bagi
mata, terutama mata seorang laki-laki.

Sejenak Kyuhyun tersenyum samar. Entah sejak kapan, anak kecil yang manja
yang dikenalnya sejak dulu itu sudah bermetamorfosis menjadi seorang gadis
remaja yang begitu cantik.

Seohyun dari kecil memang sudah memiliki fans laki-laki. Cukup banyak rasanya
cowok yang sudah menyatakan cintanya pada gadis itu. Tapi tak ada satupun yang
diterima olehnya. Salah satunya juga Kyuhyun sendiri.

Seoul, 2002..

“Aku suka padamu, Seo,”


Kyuhyun benar-benar kaget. Dia tidak menyangka kalimat ini benar-benar akan
keluar dari mulutnya. Padahal dia sudah berusaha memendamnya. Perasaannya
sudah tak tertahankan setelah dia melihat sendiri kejadian Yonghwa, teman
sekelasnya, menembak Seohyun. Tetapi sepertinya Seo belum memberikan
jawabannya.

Dia merasa tidak suka melihat Seo yang sering bersama Yonghwa sehingga
melupakan janji bermain mereka. menurut Kyuhyun, mungkin dengan dia
menyatakan bahwa dia suka pada Seo, maka gadis ini akan berhenti dekat dengan
Yonghwa.

“Kyuhyun, kau..”

“Sungguh, aku benar-benar menyukaimu,”

Seohyun terdiam sejenak. Dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Keadaan
benar-benar canggung diantara mereka. Jujur saja, keduanya merasa tidak tahan
jika harus berlama-lama dalam keadaan seperti ini. Perut Kyuhyun saja rasanya
sudah begitu mual. Bukannya segera menjawab, Seohyun malah berkata, “Nanti
sore kita main ya! Jangan lupa bawa google inframerah kita, oke?”

Lalu berlalu meninggalkan Kyuhyun sendiri. Cowok itu hanya menghela napas
pelan.

Perasaanku ditolak.

“Sudah berapa lama kau disini?” tanya Seohyun, menghampiri Kyuhyun yang
berdiri mematung didepan pintu ruangan. Cowok itu tersadar dari lamunannya.

“Masih lama? Aku nganggur, tidak ada kerjaan,”

“Ini sudah selesai. Tunggu sebentar! Aku mau ganti baju dulu,” ujar Seo.

Kyuhyun mengangguk santai.

*****

Seohyun melepas kacamatanya. Berusaha meregangkan tubuhnya dengan


melakukan streching. Baru saja dia menyelesaikan PR buffer solution-nya.
Sebenarnya soalnya tidak terlalu sulit. Tapi gimana kalau jumlahnya hampir tujuh
puluh nomor? Klenger juga.
BEEP!BEEP!

LED handphone Seo warna putih berkedap-kedip. Berarti ada pesan masuk dari
Kyuhyun. Dia mengambil handphonenya dan membaca pesan itu.

From : Kyuhyun

Buka korden sekarang!

Ada masalah apa dia?

Kalau Kyuhyun menyuruhnya membuka korden, pasti ada yang mau diobrolin.
Sebelum dia membuka korden, diambilnya terlebih dahulu buku komunikasi
mereka. Nampak Kyuhyun sudah menunggunya didepan meja belajarnya yang
terletak persis didepan kaca. Mereka mulai saling tulis-menulis untuk mengobrol.

ada apa? (seohyun)

besok sibuk? ada les? (kyuhyun)

ani, waeyo?

temani aku ke lotte world ya?

Seohyun mengerutkan dahinya. mau ngapain kesana?

memangnya orang ngapain ke lotte world? Jualan nasi?

aku tidak tahu kalau ahjumma bangkrut sampai kau harus jualan nasi

Kyuhyun mengepalkan kedua tangannya. menunjukkan ekspresi kesal pada


Seohyun. Gadis itu nyengar-nyengir.

jadi, kau mau menemaniku atau tidak? kubelikan tiket masuknya deh

 
Gadis itu tampak berpikir sejenak. Lumayan juga kan bisa masuk ke lotte world
secara gratis? Akhirnya menuliskan sesuatu di bukunya. Kemudian memutar buku
itu kearah Kyuhyun, agar bisa dibaca cowok itu.

okay!

*****

“Krystal-ah, kepalamu baru terbentur tembok ya?” tanya Seohyun.

“Mwo?”

“Habisnya kau senyum-senyum sendiri begitu,”

Krystal tersenyum kembali, “Seo-ah, aku mau bercerita sesuatu,”

Seohyun menyipitkan matanya. Seakan mengatakan bahwa dia penasaran dengan


apa yang ingin diceritakan sahabatnya itu. Baru saja Krystal akan bercerita, Tiffany
datang dan duduk di bangkunya. Kemudian membalikkan badan untuk berkata,
“Kelihatannya aku sudah ketinggalan gosip.”

“Nyaris,” ralat Krystal.


“Ayo lanjutkan!” kata Seohyun.

Krystal mulai menceritakan dari awal kejadian tiga hari yang lalu. Saat dia tidak
sengaja berdua dengan Minho. Terus waktu dia curhat soal nilainya yang bobrok
banget. Sampai akhirnya dia jadi adik didiknya Minho. Dan akhirnya sudah dua
hari dia ‘berempatan’ bersama Minho juga.. matematika dan fisika.

Semua mengangguk paham. Krystal memang sudah ngefans banget sama kakak
kelasnya itu semenjak kelas 1 SMP. Tentunya ini sebuah kesempatan besar
baginya untuk pedekate mengingat hampir empat tahun juga gadis itu hanya
melihat Minho dari jauh.

“Krystal-ah, hwaiting! Buat Minho sunbae menyukaimu,” ucap Tiffany memberi


semangat.

Krystal tersenyum cerah.

“Tapi gimana jadinya ya kalau kau jadi pacar Minho sungguhan?” tanya Seohyun
tiba-tiba.

Tiffany menatap bingung, “Waeyo?”

“Habisnya, Minho kan seorang playboy. As we all know, dia tampangnya selangit,
pinter, keren. Kalo denger Minho pacaran denganmu, itu sama aja aku denger
Anastasia atau Drizella yang pacaran sama pangeran, bukan Cinderellanya,”

Senyum cerah yang sebelumnya terlihat di wajah Krystal langsung luntur begitu
saja. berganti dengan wajah macan kelaparan yang ingin memakan Seohyun.

“Kau..”

“Selamat pagi, anak-anak! Sekarang hanya ada alat tulis diatas meja kalian. Hari
ini adalah pre-test bab fluida,” kata Prof. Lee, membuat Krystal dengan terpaksa
menghentikan omelannya.

“Awas kau, Seo Joohyun!”

Seohyun tertawa puas.

*****
“Kemana Krystal dan Tiffany?” tanya Kyuhyun, melihat Seohyun hanya datang
sendiri ke parkiran mobil.

“Krystal ada rapat W-Day. Kalau Tiffany, dia disuruh Prof. Kim untuk ikut
tambahan olimpiade matematika,” jelas Seohyun sambil memasang seatbeltnya.

“Berarti kita cuma berdua kesana? Minho juga rapat W-Day,”

“Tidak masalah, kita berkencan saja,”

“Mwo?!”

Seohyun menyeringai, “Tidak usah mengelak, kau juga ingin kan? Ayo jalankan
mobilnya saja!”

Kyuhyun meringis. Kenapa gadis ini aneh sekali sih? Lalu menggerakkan stir
untuk menjalankan mobilnya. Suasana cukup hening didalam mobil. Hanya
terdengar alunan musik yang berasal dari radio yang mengisi kekosongan suara
disana. Seohyun sedang bermain Unblock Me di iPodnya, sementara Kyuhyun
lebih memilih untuk fokus menyetir.

Setengah jam kemudian, mobil Kyuhyun sudah melakukan sikap sempurna di


parkiran Lotte World. Seohyun langsung berlari dengan riang menuju pintu masuk.
Membuat Kyuhyun hanya mampu berdecak melihat tingkahnya.

“Kyuhyun-ah, ayo cepat beli tiket masuknya!” seru Seo, sambil menarik-narik
tangan Kyuhyun.

“Hei! Panggil aku dengan oppa! Krystal saja sampai sekarang masih memanggilku
sunbae,” omel Kyuhyun.

“Ah kan sama saja. Atau aku memanggilmu ‘jagy’ saja? Bagaimana?”

“Mwo?! Andwae!”

Seohyun merengut, “Sudahlah! Cepat sana kau beli tiket!”

“Ya lihatlah! Antreannya masih panjang, bersabarlah sedikit,”

“Kita pencet alarm kebakarannya saja,” cetus Seohyun.

Kyuhyun langsung mendelik, “Kau mau cari mati ya?”


Seohyun terkikik.

Setelah berhasil mendapatkan tiket dan masuk gerbang, keduanya benar-benar


tidak sabar untuk bermain sepuasnya hari ini. Mereka mulai berkeliling, melihat-
lihat wahana apa yang seru untuk dimainkan sekarang.

“Naik itu yuk!” ajak Kyuhyun, yang menunjuk kearah tower setinggi 200 meter.
Banyak orang-orang berteriak disana karena mereka dinaik-turunkan disana. Seo
sempat melongo sesaat. Ini tower kayak kurang tinggi deh ya? Kalau seandainya
sabuknya lepas sangat lagi diturunkan gimana?

“Kenapa? Takut? Katanya jagoan?” kata Kyuhyun menyeringai, melihat raut


wajah Seo yang agak absurd. Seohyun berkacak pinggang. Menunjukkan kalau
mainan gituan bukan tandingannya.

“Ayo! Siapa takut!”

******

Hebat! Dua setengah jam lewat dan sekarang hampir tiga jam Krystal belajar sama
Minho di perpustakaan. Dan dalam waktu selama itu, Krystal hanya mampu
mengerjakan 12 soal matematika dan 10 soal fisika. Padahal masing masing mata
pelajaran, Minho memberikan 20 soal.

“HAAAH.. SELESAI!!” seru Krystal setengah berteriak karena begitu senang.


Minho menggelengkan kepalanya. Diambilnya pekerjaan gadis itu untuk dikoreksi.

“Ya! Tiga jam mengerjakan kenapa yang salah masih tetap banyak?” omel Minho,
sambil membetulkan letak kacamatanya. Jujur saja, tampang serius Minho saat
mengoreksi seperti ini benar-benar membuat Krystal meleleh. Dia paling suka
melihat cowok dengan tampang orang sibuk.

“Jangan melihatku terus! Cepat kerjakan yang lingkari,” suruh Minho,


membuyarkan lamunan Krystal. Gadis itu memanyunkan bibirnya, kembali
mengerjakan soal matfis nista itu.

Tiba-tiba suara lagu Thanks For The Memories-nya Fall Out Boys berdering dari
handphone Minho. “Aku angkat telpon dulu,”

Krystal mengangguk. Kira-kira telepon dari siapa ya? Penasaran, diam-diam dia
meninggalkan kerjaan yang diberikan Minho. Dengan mengendap-endap,
ditempelkan tubuhnya di tembok sebelah jendela. Didepan pintu perpustakaan,
Minho berbicara dengan seseorang lewat telepon itu.

Kelihatannya itu Se Kyung sunbaenim.

Krystal menguping.. eh salah maksudnya, berusaha mendengarkan diam-diam apa


yang sedang dibicarakan Minho. Sepertinya sesuatu yang serius, karena wajah
Minho mendadak agak menegang.

“Mianhae Se Kyung-ssi, carilah laki-laki yang memang benar-benar


mencintaimu,”

“…”

“Kenapa aku minta putus? Karena aku tidak mencintaimu lagi,”

“…”

Buset! Krystal masih berusaha mencuri pendengaran lewat tempat bersembunyinya


sekarang.

“Kamu ngerasa kurang cantik? Kurang pantas denganku?”

“…”

“Kau benar! Aku tidak mencintaimu lagi karena semua alasanmu itu,”

GLEK!

Krystal menahan napas. Bilang sudah tidak cinta karena gadis itu tidak cantik?
Gadis itu tidak pantas untuknya? Ampun! Padahal mereka baru berpacaran hampir
dua minggu. Katanya playboy, tapi kenapa mulutnya tidak ada manis manisnya
sih?

“Aku tahu kau bersembunyi disana, Krystal,”

PABO KRYSTAL! Gadis itu merutuki dirinya sendiri yang ketahuan bersembunyi.


Yah sudah terlanjur basah, akhirnya dia keluar kearah pintu perpustakaan.
Dilihatnya Minho berdiri menatapnya sinis dengan tangan terlipat didepan dada.

“Sudah berapa banyak yang kau dengar?”


“A.. itu.. dari awal,” jawab Krystal tergagap.

“Kenapa sunbae jahat sekali?” protes Krystal sok berani.

“Apanya?”

“Memutuskan seorang perempuan dengan alasan tidak pantas untukmu. Apa


lidahmu dibuat setajam pisau sampai bisa mengatakan hal seperti itu?”

“Aku tidak mengatakan seperti itu,”

“Apanya yang tidak? Jelas-jelas sunbae mengiyakan omongannya,”

“Omongannya kan?” kata Minho, “Dia yang mengatakannya sendiri. Dia sendiri
yang merasa kalau dia tidak pantas untukku.”

Krystal melongo, “Eh?”

Minho berkata, “Kalau dia tidak bisa menerima dirinya sendiri, mana bisa dia
menerima orang lain?” tambahnya.

Krystal terdiam. Jadi itu alasannya kenapa Minho ngomong begitu? Agar Se
Kyung sadar kalau dia harus menghargai dirinya sendiri dulu baru orang lain.
Sejurus Krystal paham. Ternyata itu hanya pedas kata-katanya saja. Tapi
maksudnya baik.

“Dasar suka ikut campur! Sudah selesai kerjaanmu?”

Krystal menganga. Dia segera lari untuk kembali mengerjakan nomor yang
dibundari kakak kelasnya itu. Minho yang melihatnya, sekali lagi hanya mampu
menggeleng.

*****

Waikiki Wave baru saja berhenti berputar. Tanpa memakai sepatu, Kyuhyun lari
keluar dari arena meninggalkan Seohyun–yang sedang berusaha mengembalikan
cairan di saluran setengah lingkarannya agar tubuhnya seimbang lagi. Dijungkir-
balik hingga kaki berada di kepala dan kepala di kaki, rasanya membuat dunianya
tidak berhenti berputar.

Kemana sih Kyuhyun itu? Ngajakin naik kipas muter nggak jelas begitu, terus tiba-
tiba menghilang begitu saja? Bener-bener nggak gentle kan? Seohyun masih
ngedumel sendiri. Sambil membawa sepatu dan tas Kyuhyun, dia berjalan keluar
arena. Rasanya kakinya masih belum bisa berdiri dengan baik di tanah, masih agak
sempoyongan.

“Kyuhyun, kau di…”

Seohyun melongo. Dia melihat Kyuhyun sedang memegangi perutnya, setengah


jongkok dan mengeluarkan isi perutnya.

WHAT?! COWOK SOK JAGOAN BEGITU MUNTAH?!

Niatnya yang tadi untuk mengomel sontak hilang begitu saja melihat Kyuhyun
muntah-muntah di selokan seperti itu. Seohyun langsung tertawa sekencang-
kencangnya sambil berkata, “HAHAHAHA.. MENGAKUNYA JAGOAN KOK
MUNTAH!!”

Kyuhyun sudah melotot lebar. Tangannya ingin disiapkannya untuk menghajar


Kyuhyun. Tapi sepertinya perutnya lebih dahulu ingin menghajarnya.

“Hoeeek..”

“Isi perut dulu nih,” ujar Seohyun memberikan sebuah nampan berisi sebuah
burger besar dan air putih. Kyuhyun langsung menyambarnya tanpa ba-bi-bu.
Mengeluarkan semua isi perutnya seperti tadi membuatnya didera kelaparan
tingkat dewa.

“Hwa..fis..mih..fu..gwi..nya,”

Seo mengerutkan dahi akibat omongan Kyuhyun, “Tidak jelas, habiskan dulu deh
makananmu.”

Kyuhyun berusaha menelan semua burger. Alih-alih menelan, yang ada justru
tenggorokkannya tersedak. Dia memuntahkan makanannya, dan hasil telanannya
kelempar kemana-mana. Langsung Seohyun berdiri kesal. Cowok ini..

“Minum.. minum..” omel Seohyun, “Jangan makan kayak sapi dong! Habis
dikunyah, dimuntahin lagi.”

“Ya! Kenapa kau jadi menyama-nyamakan aku dengan sapi?”


Wajah cowok itu tertekuk. Dia kembali meneguk air putihnya. Berharap semua
makanannya segera turun pada tempatnya sehingga tidak membuat sesak lehernya
lagi. Akhirnya Kyuhyun memutuskan untuk menghabiskan makanannya dulu. Seo
juga kembali menyantap makanannya.

“Habis ini main lagi ya,” pinta Kyuhyun.

“Lalu kau muntah dan merepotkanku lagi?” cerocos Seo, “Tidak!”

“Siapa yang mau mengajak main yang seperti itu lagi? Aku mau mengajakmu
main yang lain,”

Seohyun menyipitkan matanya. Kyuhyun segera bangkit dari tempat duduknya.


Dan mengajak Seo berlari.

“Ya appo! Tanganku!!”

Kyuhyun masih sambil tertawa menarik tangan Seo. Mereka terus berlari sampai
akhirnya..

DUK!
“Ya! Kenapa berhenti mendadak?” Seohyun mengelus dahinya yang terjedot badan
Kyuhyun. Dilihatnya ada apa didepan Kyuhyun. Hawa dingin langsung
menghampiri tubuhnya. Hamparan balok es cukup luas berada didepan mereka.

“Ayo main ice skating!”

“Mwo? Andwaee..”

Kyuhyun tampak menyatukan kedua alisnya, “Wae? Ini lebih menyenangkan.


Tidak akan membuat kita muntah.”

“Tapi membuatku mati kedinginan,” celetuk Seohyun, “Kau main sendiri saja!
Aku akan menunggu disini.”

Kyuhyun menjulurkan lidahnya. Dan kembali menarik tangan Seohyun menuju


tempat persewaan alat-alat ice skating. Muka Seo tampak merengut saat
dipasangkan alat-alat skating. Yang cowok nampak begitu semangat memasuki
arena skating.

“Seo, kenapa kau masih berdiri disana? Cepat kesini!”


Seohyun menggeleng. Bibirnya dimajukan beberapa senti. Membuat Kyuhyun
terpaksa keluar arena untuk menghampirinya.

“Ayo kita main!”

Seohyun yang dari tadi diam akhirnya berteriak, “AKU DARI DULU KAN
TIDAK BISA MAIN SKATING, BODOH!”

Kyuhyun melongo.

“Payah! Kau ini benar-benar tidak peka,” Seohyun beranjak melepaskan


genggaman cowok itu. Dirinya merasa kesal. Bukannya Kyuhyun sudah
bersamanya sejak kecil? Apa cowok ini tidak ingat kalau dia pernah jatuh sampai
benjol gara-gara main skating? Semenjak kejadian itu kan, Seohyun tidak mau
main ice skating lagi.  Apa cowok ini tidak ingat? Menyebalkan!

“AW!!” pekik Seohyun kencang, karena rambutnya tertarik sesuatu. Ternyata yang
menarik itu Kyuhyun.

“Ya! Kau mau mencari mati denganku? Aish!”

Kyuhyun terkikik, “Jangan marah seperti itu! Kau terlalu cantik saat marah-
marah.”

“Kalau kau pikir dengan gombalanmu itu aku akan luluh, berarti otakmu harus
diupgrade OS-nya,”

“Tidak! Siapa yang mau menggombal!” tangan Seohyun diambilnya, “Aku akan
memegangimu, jadi kau tidak akan jatuh seperti dulu, oke?”

“Apanya yang oke?” Seohyun masih sinis.

Kyuhyun mensejajarkan wajahnya pada Seohyun, “Dulu aku masih kecil. Mana
kuat mau menahan tubuhmu waktu jatuh. Tapi sekarang aku kan sudah besar. Pasti
aku bisa menjagamu,”

Seohyun tampak berpikir sejenak.

“Paling-paling kalau ternyata aku masih tidak menjagamu, kamu hanya pulang
dengan memar. Bukan benjol,”

Seohyun mendelik.
*****

“Aku tidak tahu kalau kau bisa bangun pagi,” ujar Seohyun yang baru saja masuk
ke rumah Kyuhyun keesokan harinya. Dilihatnya cowok itu sedang membaca
sebuah buku tebal yang entah apa itu. Sesekali menyelinginya dengan memakan
roti.

“Gara-gara main dengan kau, aku jadi tidak belajar polimer semalam,” kata
Kyuhyun.

“Mwo? Aku? Jelas-jelas kau yang mengajakku jalan,”

Kyuhyun tidak membalas. Berusaha tetap serius dengan materi-materi yang akan
diulangankan nanti. Seohyun otomatis hanya duduk diam juga di kursi makan.
Lima belas menit kemudian, Kyuhyun mengajaknya berangkat sekolah.

Sesampainya di sekolah, Kyuhyun memarkikan mobilnya. Kemudian jalan


bersama Seohyun menuju ruang kelas mereka yang lumayan jauh dari parkiran
mobil. Parkiran mobil letaknya persis setelah gerbang depan sekolah. Setelah
parkiran nanti gedungnya akan terbagi dua, untuk anak IPA dan IPS. Kelas
Seohyun dan Kyuhyun sama-sama berada didekat laboratorium-laboratorium yang
letaknya hampir seratus meter dari gerbang. Yah, lumayan buat jogging pagi-pagi.

“Aku ke kelas ya,” ujar Kyuhyun yang dijawab dengan anggukan dari Seohyun.

Bel tanda pelajaran pertama berbunyi. Semua anak mulai kembali ketempat duduk
masing-masing. Pelajaran pertama hari ini adalah fisika(lagi). Bisa dipastikan
agenda hari ini adalah pembagian hasil pre-test kemarin. Benar saja, Prof. Lee
masuk kelas dengan membawa setumpukan kertas di tangannya.

“Baiklah! Saya akan membagikan hasil pre-test kalian. Seperti biasa, saya akan
membagikannya mulai dari urutan paling atas. Nilai tertinggi di kelas ini adalah
Tiffany Hwang, 97,”

Semua anak bertepuk tangan. Bukan hal yang barulah kalau Tiffany mendapat nilai
segitu. Dan siapapun juga bisa menebak, kalau yang mendapatkan nilai tertinggi
kedua adalah…

“Kim Ki Bum, 92. Bagus! Pertahankan ya,”


“Selanjutnya, Krystal Jung, 90. Ini kemajuan yang sangat baik. Saya pertama
kalinya melihat nilai pre-testmu setinggi ini. Bagus sekali, Krystal!”

Krystal nampak begitu sumringah melihat hasilnya. Prof. Lee memberikan hasil
pekerjaan beberapa anak di kelasnya. Sebelum akhirnya memberikan hasil
pekerjaan Seohyun.

“Bukan nilai yang buruk sebenarnya, tapi saya yakin sebenarnya kamu bisa lebih
baik dari ini, Seohyun-ssi,”

Seohyun terhenyak melihat nilainya. 80? Hanya 80? Dari dulu hingga sekarang,
dia tidak pernah mendapatkan nilai dibawah 85. Memang nilai 80 bukanlah angka
yang buruk. Malah untuk ukuran pre-test, nilai 80 itu sudah cukup lumayan.
Masalahnya, Seohyun merasa tidak puas kalau nilainya hanya segini. Bahkan
Krystal–yang notaben sering dibawahnya–justru mendapat 92.

“Seo-ah, aku pinjam tip-ex dong,” mohon Krystal.

Seohyun tidak menjawab.  Dia hanya memberikan kotak pensilnya. Sepanjang


pelajaran, Seo yang biasanya rame mendadak kayak orang planet Mars baru datang
ke Bumi. Diam hening. Tidak mood untuk bicara. Tidak mood untuk ngapa-
ngapain. Bahkan dia tidak mencatat apapun di papan saking tidak moodnya. Hal
ini jelas membuat Tiffany dan Krystal agak kebingungan.

Juga Kyuhyun. Cowok itu memperhatikan Seohyun hanya diam seharian ini. Di
kantin Seo sering sekali mengeluarkan celetukan. Tapi ini tidak. Hanya diam
melihat yang lain tertawa.

“Seo kenapa sih?” bisiknya pada Tiffany.

“Hah?”

“Kenapa dia diam saja dari tadi? Apa dia ada masalah?”

“Ehm.. entahlah, sunbae. Seo sudah seperti itu sejak hasil pre-testnya dibagikan
tadi,”

Kyuhyun mengerutkan dahi, “Memangnya dia tidak lulus pre-test?”

“Lulus sih,” kata Tiffany, “Tapi sepertinya dia tidak puas dengan nilainya,”
“Khasnya anak ini. Terlalu perfeksionis,” gumam Kyuhyun, sambil melirik
seorang gadis yang diam saja didepannya

*****

“Ayo ikut aku!” Kyuhyun menarik tangan Seohyun. Lalu memasukkan gadis itu
kedalam mobil. Belum sempat Seo melayangkan protes, Kyuhyun sudah menancap
gas. Dijalankannya mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi. Mau tidak mau,
Seohyun harus fokus komat-kamit semoga dewi fortuna melindunginya di jalan.
Beruntung jalanan agak sepi sehingga jaminan keselamatan Seohyun agak lebih
terjaga.

Begitu keduanya sampai didepan rumah, Kyuhyun kembali menarik Seohyun.


Mengajak gadis itu ke halaman belakang rumahnya. Disana terdapat sebuah
trampolin besar berwarna ungu tua.

“Ada apa sih?” akhirnya Seohyun dapat bertanya.

“Melompatlah,”

“Mwo?”

“Melompatlah disini. Teriaklah sekencang kamu bisa. Buat hatimu lega,”

“Kau bicara apa sih?”

“Aku tahu kau sedang kesal. Jadi buang semua kesalmu itu dengan lompat-lompat
dan teriak-teriak. Apa kau tau, wajahmu saat kesal itu sangat mengganggu kami?”

Seohyun terdiam. Diliriknya lembaran karet besar yang terbentang disebelahnya.


Setelah itu menatap kearah Kyuhyun. Dia mencoba naik ke atas, dan melompat.
Awalnya pelan. Lama kelamaan semakin tinggi dan tinggi. Seohyun mulai
menikmati lompat-lompat seperti ini. Rasanya seperti dia mampu menggapai
segala sesuatu yang begitu tinggi diatasnya. Setelah agak lama melompat saja, Seo
menambahnya dengan teriakan, “AKU KESAL DENGAN NILAIKU!!”

“KENAPA NILAIKU CUMA SEGITU?!”

“KALAU NILAI RAPORTKU JELEK BAGAIMANA??!!”


Kyuhyun tersenyum. Dia kemudian ikut lompat dan berteriak, “AYO KITA
TERUS MELOMPAT DAN TERIAK!!”

Dan berbagai luapan hati lainnya diteriakkan oleh Seohyun. Intinya sih tidak jauh
dari soal nilai pre-testnya yang jelek. Sesekali, Kyuhyun juga ikut berteriak.
Setelah cukup lama lompat sambil teriak diatas trampolin, Kyuhyun dan Seohyun
sama-sama merasa lelah. Mereka membanting tubuhnya diatas trampolin.
Mencoba untuk mengembalikan kecepatan bernapas seperti semula. Seohyun
melirik kearah Kyuhyun.

“Sudah lebih lega?” tanya Kyuhyun, masih dengan napas yang satu-dua.

Seohyun tersenyum manis. Lalu mengangguk.

“Hah, memang merepotkan berteman dengan anak SMA bermental TK,”

“Kau mau mengajakku ribut?”

Kyuhyun terkikik.

“Aku kesal nilaiku jelek. Kalau nilaiku seperti ini, mana bisa ikut jalur prestasi
untuk kuliah nanti,” keluh Seohyun.

“Ya Tuhaaan!” Kyuhyun memutar bola matanya, “Memangnya kalau satu nilaimu
saja jelek, maka kamu langsung divonis tidak mungkin ikut jalur prestasi?”

“Tapi kalau nilaiku jelek kan orang-orang juga tidak akan menganggapku pintar
lagi. Lalu tidak ada yang mendengarkan omonganku lagi,”

Kyuhyun menggelengkan kepalanya, “Paranoid sekali sih. Satu kali mendapat nilai
jelek tidak akan membuat orang-orang menganggapmu bodoh. Lagipula nilai 80
itu bukan nilai yang jelek, masih diatas standar juga,”

Seohyun terdiam mendengarkan perkataan kakak kelasnya itu. Dipikir-pikir ya


benar juga. Buat apa sih dia ngambek bodoh nggak jelas begini? Toh dia ngambek
sampe tua juga nilainya tidak akan berubah.

“Sekarang yang penting, kamu bisa mengembalikan nilaimu seperti semula.


Mungkin kamu sudah terlalu lama diatas, perlulah sekali-kali turun ke tanah.
Burung juga tidak mungkin terbang selamanya kan?” hibur Kyuhyun. Kemudian
dia mengelus-elus kepala Seo sambil tersenyum manis.
“Aku ambil minum sebentar, kamu tidak mau mati kehausan kan?”

Seohyun terkikik. Lalu mengangguk.

Entah kenapa, hatinya terasa hangat. Dalam hati, dia tersenyum heran
memperhatikan sosok laki-laki yang saat ini sedang masuk kedalam rumah. Sejak
kapan Kyuhyun yang dia kenal semaunya sendiri berubah jadi sebijak ini? Dia jadi
merasa bodoh sendiri kalau seperti sekarang.

Gadis itu membuka tas sekolahnya. Mengambil sebuah buku kecil, dan dirobeknya
sehelai kertas didalamnya. Dengan bulpen bertinta hitam, dia menuliskan sesuatu
disana. Syukurnya Kyuhyun meninggalkan tasnya diluar.

Seohyun hapal sekali penyusunan barang-barang di tas cowok itu. Dia membuka
resleting depan tas itu untuk mengambil sebuah dompet hitam. Dibukanya dompet
itu. Terulas senyum mengembang di wajah Seohyun. Ternyata Kyuhyun
memasang foto mereka berdua pas berantem masih kecil dulu. Tapi Seo sadar akan
tujuannya. Dibukanya resleting uang recehan Kyuhyun. Dan menyimpan kertas itu
disana. Setelahnya mengembalikan dompet itu kedalam tas.

“Ini minumannya,” Kyuhyun menyodorkan sebotol ukuran tanggung pocari sweat.

Seohyun tersenyum manis.

*****
“Mianhae,” ujar Seohyun sambil membungkukkan badannya. Membuat Krystal
dan Tiffany heran.

“Kenapa minta maaf, Seo-ah?” tanya Tiffany.

“Maaf, kemarin kalian pasti kesal dengan tingkah kekanak-kanakanku,”

“Lho, bukannya kamu memang tidak pernah dewasa?”

Seohyun memanyunkan bibirnya. Membuat Krystal tertawa. Kemudian gadis itu


berdiri dari tempat duduknya. Berjalan untuk merangkul bahu sahabatnya itu.

“Ya, aku hanya bercanda. Makanya kalau merasa sedih atau kesal, berceritalah
pada kami. Jangan khawatir kami tidak peduli denganmu! Kami selalu
menganggapmu hebat kok,” hibur Krystal.

“Iya, kami tidak peduli walaupun seribu kali kau mendapat nilai 80, kami akan
selalu menganggap bahwa kamu yang paling hebat,” tambah Tiffany, yang ikut
merangkul bahunya.

“Sungguh? Aku merasa seperti diatas awan sekarang,”


Tiffany dan Krystal tertawa. Sementara Seohyun merasa lega. Ternyata dia
memang memiliki sahabat-sahabat yang begitu baik. Mereka bisa memaklumi
sifatnya yang masih kayak anak kecil.

Aku memang beruntung.

Ketiganya kembali duduk di bangku masing-masing dan mulai menggosip sana-


sini. Hitung-hitung sambil menghabiskan waktulah menunggu bel jam pertama
berbunyi.

“Apa kau sudah membuat cokelat?”

“Aku baru beli resep membuat cokelat yang baru,”

“Oya? Aku..”

Krystal merasa heran. Ada apa dengan cokelat? Kenapa orang-orang membahas
cokelat? Memangnya di sekolahnya ada lomba memasak cokelat? Diambil
handphonenya dari saku rok. Mencoba mengotak-atik menu, mencari kalender.

“MWOOOO??!!” pekik kencang Krystal.

“Ya! Kenapa kau teriak sekencang itu?” omel Seohyun. Pekikan Krystal yang
sebesar sound system jelas bisa bikin kuping orang budek. Eh nggak ding.. sadis
amat ya?

Krystal langsung berbalik badan. Menghadap kedua temannya dengan sudut bibir
yang melengkung kebawah. Menunjukkan tanggal hari ini di kalender
handphonenya.

“Memangnya kenapa, Krys?” tanya Tiffany, menatap bingung ke layar handphone


Krystal.

“Kau tidak lihat, hari ini tanggal 7 Februari!”

Seohyun mengerutkan dahinya, “Lalu?”

“Seminggu lagi Valentine dan aku belum membuat cokelat sama sekali!!
OTTOKHAE??!!”

GUBRAK!
Dapat dilihat sekarang ekspresi wajah Seohyun dan Tiffany sama kayak emoticon
strip-underscore-strip. Krystal masih saja panik, memukul-mukul handphonenya ke
telapak tangan.

Seohyun menggelengkan kepala. “Kupikir terjadi sesuatu yang berbahaya.


Ternyata hanya seperti itu.”

“Hanya? Ini bukan hanya! Bagaimana kalau Minho sunbae tidak mendapat cokelat
penuh cinta dariku?” Wajah Krystal tampak begitu sedih ala artis-artis.

“Sepertinya dia terlalu banyak menonton drama tante-tante,” desah Seohyun yang
langsung mendapat tatapan diam-kau-Seohyun.

Tiffany hanya tertawa pelan saja. Dia memang sudah terbiasa melihat Seohyun dan
Krystal yang nyaris tak pernah akur. Kalaupun adem bisa dihitung pakai jari
berapa menit.

“Memangnya kau tidak ingin membuat cokelat, Seo?” tanya Tiffany.

“Aku malas,” jawab Seohyun singkat.

“Kok gitu? Kan kasihan Kyuhyun sunbae tidak mendapatkan cokelat darimu,”

“Kenapa jadi bawa Kyuhyun?”

*****

“Besok kalian temani aku beli cokelat batangan ya?” pinta Krystal.

“Kamu masih ngebet membuat cokelat ya?”

“Tentu. Ayolah temani aku,” Kali ini Krystal mengeluarkan wajah aegyo-nya.
Berharap ini bisa membantunya membujuk sahabatnya itu.

“Baiklah,” kata Tiffany tiba-tiba, “Aku akan menemanimu membeli cokelat. Aku
juga ingin membuatnya nanti.”

“Aah jeongmal?! Gomawoo Fany-ah!!” Krystal langsung memeluk Tiffany yang


duduk disebelahnya. Sementara pada Seohyun, dia menjulurkan lidahnya
mengejek. Seohyun mencibir tidak jelas.
“Memangnya kau benar-benar tidak ingin memberi cokelat untuk siapapun?” tanya
Tiffany kepada Seohyun, kedua kalinya dalam hari ini.

“Ehem.. ehem..” Seohyun menoleh, mencari suara orang yang sok-sok batuk.
Dibelakangnya ternyata sudah berdiri Kyuhyun dan Minho. Entah darimana
mereka datang, sampai tiba-tiba sudah berdiri disana.

Pantas saja Krystal langsung cengar-cengir barusan.

“Kau batuk? Nih minum,” kata Seo sambil menyodorkan jus jeruk kesukaannya.
Kyuhyun hanya nyengir kuda.

“Bukannya akan menyenangkan jika kau memberikan cokelat pada kami? Jadi kita
bisa saling bertukar cokelat,” ujar Tiffany.

“Dan tentunya, cokelat spesial untuk Kyuhyun sunbae,” seringai Krystal, melirik
bolak balik antara Kyuhyun dan Seohyun.

Kyuhyun mengibas-ngibaskan tangannya, “Buat apa anak ini memberiku cokelat?


Cokelat buatannya pasti kepahitan seperti dulu lagi. Tidak mungkin enak. Lagipula
aku pasti nanti banyak mendapatkan cokelat dari fans-fansku. Jadi tidak penting
juga cokelat darinya.”

Seohyun menyipitkan matanya, “Kau benar-benar senang bertengkar denganku


ya?”

Aku tahu aku memang selalu cantik, terutama saat marah. Tapi bukan berarti kau
harus membuatku kesal tiap hari kan?

Yang lainnya senyum menggeleng-geleng.

*****

“Tumben kau masih di sekolah. Biasanya kau sudah pulang dengan Seohyun,” ujar
Minho, melihat Kyuhyun yang duduk santai bersandar dibawah pohon.

“Kau lupa? Kemarin anak itu kan bilang mau menemani Krystal membeli cokelat,”

Minho menganggukkan kepalanya. Kemudian ikut duduk disebelah Kyuhyun.


Diteguknya air botol Evian yang ada di tangannya.
“Dasar perempuan, Valentine biasa saja repot-repot sekali mengurusi cokelat,”
desah Kyuhyun.

“Namanya juga perempuan. Itu kan menyangkut kepuasan hati mereka. Mereka
menganggap memberi cokelat dapat mewakili perasaan tulus mereka kepada
seseorang yang disukainya. Dan hari Valentine adalah hari kasih sayang. Benar-
benar waktu yang tepat bukan untuk menunjukkan perasaan kepada orang yang
disuka?”

Kyuhyun menatap sahabatnya itu cukup lama. Kalimat yang baru saja dilontarkan
Minho agak membuatnya linglung. Sepertinya tidak heran jika Minho dikenal
sebagai cassanova. Mulutnya terlalu manis.

“Ya! Berhentilah menatapku seperti itu! Bahu kiriku sudah kesemutan nih,” kata
Minho sinis.

“Darimana kau mendapatkan kalimat tadi?”

“Hah?”

“Percayalah, aku sudah berteman denganmu dari SD. Jelas aku sudah tahu dari
cara kamu makan sampai cara kamu kencing. Dan aku benar-benar tahu kau tidak
semanis omonganmu tadi,”

“Sialan!” umpat Minho.

Keduanya lalu tertawa ringan. Kemudian mereka sibuk mengamati sparring basket
antara kelas sepuluh dan kelas sebelas. Sesekali keduanya mengomentari skill dari
adik-adik kelasnya itu. Dulu, Minho dan Kyuhyun juga salah anggota tim inti
basket sekolah. Bahkan Minho adalah seorang kapten basket yang berhasil
membawa tim sekolahnya masuk semifinal kejuaraan nasional. Jadi, wajarlah
kalau banyak gadis yang akhirnya ngefans sama mereka.

“Ngomong-ngomong, aku berhasil mendapatkannya,” kata Minho tiba-tiba.

“Mendapat apa?”

“You know what I mean,”

Kyuhyun menyipitkan matanya, “Anak itu?”


Minho mengangkat satu alisnya.

“Kau yakin bersamanya? Nanti bisa ada yang terluka lho,”

“Yah kita lihat saja nanti,”

Kyuhyun hanya mengendikkan bahu.

*****

“HAPPY VALENTINE, GUYS!!” teriak Krystal dari depan kelas. Tidak terasa
Valentine tiba. Tentu semua anak perempuan mulai bersiap memberikan cokelat
kepada seseorang yang dia suka. Begitu pula dengan Krystal yang berlari menuju
bangkunya. Tersenyum begitu manis kepada kedua sahabatnya.

“Hei, cengiranmu sangat menakutkan tahu,” ujar Seo.

“Hari ini kan hari kasih sayang. Jadi kita juga harus menunjukkan kebahagiaan dan
keceriaan dong sama orang-orang disekitar,” Seohyun langsung bergaya
memasukkan tangannya ke mulut. Berlagak mau muntah karena omongan bualan
Krystal.

Tiffany senyum-senyum saja. Lalu membuka resleting tasnya. Mengeluarkan dua


kotak ukuran sedang berwarna soft-pink dengan pita merah. Kemudian
memberikannya kepada Seohyun juga Krystal.

“Selamat Hari Valentine, Seo-ah, Krystal! Aku sayang kalian,” ujar Tiffany
dengan senyuman manis. Seohyun baru saja akan mengambil kotak itu, tapi buru-
buru diambil oleh Krystal.

“Ya! Itu milikku!” omel Seo.

“Jangan dibagikan sekarang, Fany! Nanti saja waktu pulang bareng denganku,
ya?”

Sejurus Tiffany paham makna tersirat dari Krystal. Dia mengambil kembali kotak-
kotak coklatnya, memasukkannya kedalam tas. “Baiklah! Nanti kita bagi sekalian
untuk Kyuhyun sunbae dan Minho sunbae.”
Krystal tersenyum senang. Sementara Seohyun merengut. “Kau menghambat
rejekiku, Krys.”

*****

“Nah ini untuk Kyuhyun sunbae dan Minho sunbae. Selamat hari Valentine,
sunbae,” kata Tiffany dengan halus. Kyuhyun dan Minho tersenyum cerah,
mengambil cokelat persahabatan dari Tiffany.

“Ini juga dariku, sunbae,” Krystal menyodorkan dua kotak coklat dengan berbeda,
“Ini untuk Kyuhyun sunbae. Dan yang ini buat Minho sunbae.”

Kyuhyun kelepasan ngomong, “Kenapa punyaku pitanya warna biru, tapi Minho
warna merah?”

Krystal langsung menginjak kaki Kyuhyun. Dasar cowok bodoh! Harusnya dia kan
tidak perlu keceplosan seperti itu. Kalau begini, bisa-bisa gagal rencananya
memberi cokelat part 2 pada Minho? Buat apa memberi lagi kalau sekarang sudah
ketahuan.

Seohyun hanya terkikik. Kemudian mengeluarkan kotak cokelat dan


memberikannya kepada Minho. “Selamat hari Valentine, Minho!”

Minho tersenyum, “Sampai kapan sih kau menjadi dongsaeng nakal? Panggil aku
dengan sunbae atau oppa.”

Gadis itu hanya menjulurkan lidahnya manja.

“Ya Hyunnie! Mana cokelat untukku? Kenapa hanya Minho yang kau beri?” protes
Kyuhyun.

“Sudah menghina cokelatku masih berani meminta? Enak saja! Aku tidak akan
memberikannya padamu. Katamu kan cokelat buatanku tidak penting,”

“Hei, kenapa kau serius sekali sih menjadi orang? Aku kan hanya bercanda,”

“Terlanjur. Kau sudah menghinaku. Jangan salahkan aku kalau kau satu-satunya
orang yang tidak mendapatkan cokelat dariku,” Seohyun memalingkan mukanya
dengan santai.
Kyuhyun mencibir, “Cih, dendaman!”

“Ini namanya adil,”

“Hei, sudahlah,” lerai Minho, “Kalian ini kenapa sih bertengkar terus dari dulu?”

Kyuhyun langsung berdiri. Mendengus kesal. “Aku mau pulang.”

Yang lain terkikik saja melihat tingkah Kyuhyun. Di mobil, Kyuhyun benar-benar
tidak ngomong apa-apa. Cuma diam fokus menyetir saja. Seohyun juga tidak
mengajaknya berbicara sama sekali. Sibuk menyelesaikan lebih level 513 Unblock
Me di iPodnya.

Dasar tidak peka! Aku kan ingin cokelat darinya. Kyuhyun masih menggerutu
dalam hati.

Keduanya turun dari mobil setelah mobil Kyuhyun terparkir sempurna di garasi.
Kyuhyun yang masih ngedumel, berjalan mendahului Seohyun masuk rumah.
Dalam hatinya, dia menghitung. Satu.. dua.. ti..

“Kyuhyun!” Cowok itu tersenyum.

Pasti cokelat. Pura-pura pasang wajah kesal, dia membalikkan badan. “Wae?”

Seohyun maju beberapa langkah. Tas ranselnya dipindah kedepan. Dibukanya


resleting tasnya. Kyuhyun semakin yakin kalau Seohyun mengeluarkan cokelat
untuknya.

“Nih,”

Kyuhyun mengerutkan dahinya, “Buku?”

Seohyun mengangguk, “Ini buku catatan biologimu yang dulu kupinjam. Aku
sudah selesai menyalinnya. Jadi kukembalikan.”

“Bukan cokelat?”

“Kau benar-benar berharap mendapat cokelat dariku?”

“Kau.. Aish!” Kyuhyun kesal bukan kepalang. Disautnya buku bersampul hijau itu
dan pergi ngeloyor kedalam. Seohyun terkikik.
 

*****

Krystal memantapkan hatinya. Tadi kan dia sudah memberi cokelat persahabatan
sama Minho. Yang kali ini dia ingin memberikan cokelat sebagai tanda
perasaannya sebagai seorang yeoja.

Tekadnya sudah bulat. Sepulang sekolah, gadis itu ingat kalau Minho hari ini ada
tambahan di bimbingan belajar. Untuk persiapan ujian nasional. Jadi dia segera
mencari bus, untuk menyusul Minho ke tempat bimbelnya. Lumayan juga
perjalanan, hampir 20 menit. Dia takut Minho keburu sudah masuk pelajaran.

Thanks God!

Dia melihat masih banyak anak-anak SMA berseliweran didepan tempat bimbel.
Berarti kemungkinan besar pembelajaran didalam belum dimulai. Krystal
melangkah masuk. Menyusuri beberapa lorong untuk sampai di kelas Minho.

“Minho sun..”

Krystal tertegun. Dia membatalkan langkahnya untuk masuk. Matanya terbelalak


melihat apa yang ada didalam. Minho sedang duduk bersebelahan dengan Yuri.
Dengan posisi kepala Yuri bersandar di dada bidang Minho. Sementara cowok itu
memainkan rambut panjang Yuri. Minho juga bolak balik mencium puncak kepala
kakak kelasnya itu. Syukurnya tadi dia memanggil nama Minho tidak begitu
kencang. Jadi dia sekarang bisa lari dari sana tanpa disadari Minho.

BRAK!

Astaga! Cokelatku..

Gadis itu agak panik. Cokelatnya yang semula digenggam erat olehnya, tanpa
sengaja jatuh dari tangannya. kalau dia mengambil cokelat itu sekarang, Minho
akan tahu kalau dia mengintip. Sudahlah, berpikir positif saja. Semoga yang
mengambil cokelat itu bukan Minho, dan bukan orang yang dikenalnya.

Krystal berlari sejauh yang dia bisa. Berlari dengan dada kesakitan.

 
*****

Rasa penasaran menghinggapi diri Seohyun. Dalam hatinya, dia bertanya-tanya.


Dia tahu, orang itu memang pintar. Bayangkan sejak SMP sekolah, orang itu tidak
membayar uang sekolahnya sendiri karena beasiswa. Kurang pintar apa? Tapi dia
tidak peka. Itu yang dipahami Seo selama berteman dengan orang itu hampir dua
belas tahun.

Jam sudah menunjukkan pukul nol dini hari. Tidak etis bagi seorang perempuan
keluar rumah selarut ini. Tapi kan itu hanya disebelah rumahnya? Sepertinya
perasaan ini sudah tidak bisa ditahan lagi. Gadis itu mengambil google
inframerahnya. Segera turun dari kamarnya, menuju pintu depan. Kemudian berlari
melihat kearah pohon besar yang memisahkan rumahnya dengan rumah Kyuhyun.

Gadis itu menunduk. Melihat kearah lubang gelap yang ada di pohon itu dengan
googlenya. Betapa kecewanya dirinya melihat sebuah kotak masih tetap hinggap
dengan nyamannya disana. Tak berpindah seincipun. Pertanda bahwa tidak ada
yang menyentuhnya, sebelum Seo.

Seohyun mendesah, “Pabo.”

*****

“Kau ada masalah?” tanya Kyuhyun dengan nada agak khawatir.

“Ani.”

“Lalu? Kenapa diam saja daritadi?”

“Tidak mood ngomong.”

Kyuhyun hanya menghela napas. Dia merasa aneh dengan sikap Seohyun hari ini.
Tumben sekali dia membangunkan tidak pakai marah-marah seperti biasa. Saat
menunggui Kyuhyun makan, gadis itu hanya diam. Sampai perjalanan menuju
sekolah, Seo masih tetap bungkam tanpa kata.

Seohyun sebenarnya ingin sekali mengatakan bahwa dia dalam keadaan kecewa
berat. Tapi mana mungkin dia mengatakannya pada Kyuhyun? Moodnya bisa
semakin hancur kalau dia menceritakannya pada Kyuhyun. Sehingga menurutnya,
diam adalah terbaik saat ini.

“Aku yakin ini bukan karena nilai jelek lagi. Benar kan, Seo-ah?” tanya Krystal.
Sampai di kelas Seohyun masih saja terdiam.

Seo tersadar, “Hah?”

“Kau kenapa? Dari tadi kami melihat kamu hanya diam saja,” wajah Tiffany agak
ikut khawatir melihat arus mood Seohyun yang akhir-akhir ini agak labil. Yang
ditanya hanya menarik napas pelan, menggeleng.

“Benar tidak ada apa-apa?”

“Ne,” jawab Seohyun singkat.

*****

Bersikaplah biasa saja, Krystal!

Krystal terus memberikan sugesti positif pada dirinya. Lusa dia akan ulangan
harian matematika. Mau tidak mau dia harus mengesampingkan dulu urusan
hatinya dengan Minho. Kalau tidak, maka nilainya yang menjadi taruhannya. Jujur,
dada Krystal masih sering ngilu jika mengingat kejadian Minho-Yuri beberapa hari
yang lalu.

Sampai di perpustakaan, dia langsung menemukan sosok Minho yang selalu duduk
di bangku paling ujung dekat jendela. Dihampirinya cowok itu, dengan membawa
kotak bekal untuk Minho.

“Maaf membuat sunbae menunggu lama,” ujar Krystal.

“Cepatlah duduk! Aku hanya bisa menemanimu sejam paling lama,”

“Waeyo?”

“Aku ada perlu dengan Yuri.”

Krystal mencibir. Bilang saja mau berkencan!


“Ah, ini aku membawakan bekal untuk sunbae. Aku membuatnya sendiri,”
diberikannya bungkusan yang dibawanya pada Minho. Tapi cowok itu menolak
halus.

“Aku tadi sudah makan bekal dari Yuri.”

“Oh begitu,” Dengan berat hati, Krystal mengambil lagi kotak bekalnya. Dan
mulai mengerjakan soal yang diberi Minho. Suasana sangat amat terasa aneh.
Awkward. Biasanya mereka akan menyelingi dengan celetukan untuk mengusir
sepi. Tapi sepertinya yang terjadi sekarang, keduanya sibuk dengan dunianya.
Minho hanya menatap layar handphonenya sambil sesekali mengetik sesuatu.
Sementara Krystal fokus mengerjakan semampunya.

Selesai mengerjakanpun, Krystal hanya memberikan pekerjaannya pada Minho.


Yang cowok juga tidak bertanya apa-apa. Mengoreksi, melingkari yang salah, lalu
mengembalikan pada Krystal untuk dibenahi.

Handphone Minho bergetar. dia membuka sliding handphonenya, lalu berbicara.


Krystal yakin kalau itu pasti Yuri. Kata ‘Jagy’ sering diucapkan oleh Minho. Pasti
itu Yuri bukan?

“Krys, aku duluan ya. Sudah sejam. Annyeong!”

Krystal mengangguk pelan.

*****

Clamus. Tempat ini akan menjadi tempat pertama yang dikunjungi Seohyun jika
sedang suntuk. Disini dia bisa meminjam piano sheet dan kaset musik klasik. Dan
lebih bagusnya lagi, Kyuhyun tidak pernah diajaknya ke rental ini. Jadi tidak
mungkin cowok itu tahu dia dimana sekarang.

“Destiny.. destiny..”

Ah itu dia!

Tanpa sengaja, tangannya menyentuh tangan seseorang saat akan mengambil buku
Beethoven itu. Ditolehnya ke belakang. Sesosok laki-laki dengan polo-shirt garis
biru-putih yang diberi bawahan berwarna krem. Orang itu nampak menatap
Seohyun cukup kaget.

Tampan.

“Maaf, aku tidak tahu kalau kau juga mau meminjam sheet ini,” ujar laki-laki itu.
Seohyun agak malu. Bahkan tata bahasanya sangat halus. Tangan panjang cowok
itu terjulur mengambil buku piano itu. Lalu memberikannya pada Seohyun.

“Ini untukmu,”

“Ah tidak usah, kau saja yang meminjamnya duluan,” kata Seohyun.

“Mana bisa aku bersikap seperti itu pada perempuan? Ambilah,”

Seohyun tersenyum. Kemudian mengambil buku itu dari tangan cowok itu sambil
berkata, “Gamsahamnida.”

“Aku Choi Siwon, kamu?”

“Aku Seo Joohyun. Panggil saja Seohyun. Annyeong!”

Cowok bernama Siwon itu tersenyum hangat. Jika dilihat dari gayanya, seperti
Siwon seumuran dengannya atau paling lebih tua setahun. Dadanya bidang,
tubuhnya juga tegap. Tidak kalah dengan Kyuhyun dan Minho yang notaben anak
basket.

Seohyun berjalan kearah kasir. Segera mendata diri karena akan meminjam buku
Beethoven – Destiny dengan kasetnya.

“Habis ini kau mau kemana?”

“Ke halte bus. Pulang,” jawab Seo masih canggung.

“Mau menemaniku mengopi?”

“Selama kau membebaskanku dari biaya beli, aku mau saja,”

Siwon tersenyum. Mempersilahkan Seohyun masuk ke mobilnya.

 
*****

Anak itu kemana sih?

Kyuhyun terus berjaga di teras depan rumahnya. Dia tampak khawatir dengan
tetangga sebelah rumahnya itu hari ini. Tadi pagi dia diam saja. Lalu pulang
sekolah sudah ngeloyor duluan.

Sebenarnya ada apa dengan gadis itu? Apa dia sedang ada masalah? Kalau ada
masalah, biasanya Seohyun selalu bercerita padanya. Tidak sampai menghilang
tidak jelas begini. Kyuhyun masih berusaha menerka-nerka alasan Seo menghilang
seharian ini.

Kekhawatiran Kyuhyun sirna melihat Seohyun turun dari sebuah mobil sedan
warna merah. Tapi berganti dengan sinis saat mengetahui ternyata ada seorang
cowok yang mengantarkan gadis itu pulang. Dia masih memperhatikan Seohyun
yang suasana wajahnya tampak lebih cerah dari tadi pagi.

Aku menunggunya dengan cemas dari tadi, sementara dia enak-enakan berduaan
dengan cowok lain? Cih!

“Siapa dia?” tanya Kyuhyun begitu mobil itu pergi.

“Oh, Siwon. Kenapa?”

Kyuhyun menatap begitu sinis

“Kalian ini sengaja mengerjaiku ya?” cetus Tiffany tiba-tiba.

“Hah?”

“Kenapa kalian selalu gantian sih badmoodnya? Kemarin Seo, Hari ini Krystal.”

Seohyun tertawa kecil. Sementara Krystal kembali teringat dengan kejadian


Minho-Yuri beberapa hari yang lalu, saat hari Valentine. Entah kenapa, sulit
baginya mengenyahkan bayangan itu di otaknya. Ditambah lagi dengan perubahan
sikap Minho akhir-akhir ini. Cowok itu jadi sibuk dengan urusannya sendiri. Kalau
dimintain tolong buat ngajarin, pasti maksimum hanya sejam. Padahal dulu Minho
bisa meluangkan waktunya hingga dua-tiga jam.
“Krys?”

Gadis itu tersadar dari pikirannya, “Huh?”

“Kamu dengerin kita ngomong nggak sih?”

“A.. mianhae, waeyo?”

Seohyun menggeleng, “Ada masalah dengan Minho?”

“Darimana kamu tahu?”

“Ayolah, kami bukan anak ingusan yang baru tahu kau kemarin sore,” ujar
Seohyun dingin.

“Apa kau ada masalah dengan Minho sunbae?”

Krystal tampak menimang-nimang, cerita atau tidak. Akhirnya dia memilih untuk
bercerita semuanya. Dan juga menceritakan apa yang dia lihat di tempat bimbel
Minho. Dari Seohyun, Krystal mengetahui kalau Yuri sebenarnya adalah cinta
pertama Minho.

“Sebenarnya aku pernah diberitahu oleh Kyuhyun kalau Minho menyukai Yuri
sunbaenim. Tapi itu waktu kita masih SMP. Aku kaget setelah tahu dia masih
mengejar sunbaenim,” kata Seohyun.

“Aku rasa, aku sudah menyelediki semua tentang Minho sunbae. Kenapa masih
ada yang belum kuketahui?”

Tiffany nyeletuk, “Berarti antenamu lebih pendek dari Seohyun.”

Krystal langsung menatap sinis kearah Tiffany.

“Rasanya aku lelah. Empat tahun lebih aku sudah menyukainya. Dimulai dari
berteman sampai akhirnya sahabat seperti sekarang. Apa dia tidak sadar dengan
perasaanku?” keluh Krystal. Tiffany dan Seohyun langsung merangkul sahabatnya
itu.

“Mungkin ada baiknya kau melihat dulu dari jauh,” cetus Tiffany.

“Hah?”
“Iya, maksudku kamu pasti ingin tahu kan seberapa penting dirimu dimata Minho
sunbae? Kalian sudah cukup dekat dua bulan terakhir, ditambah beberapa tahun
pertemanan. Apa kamu tidak ingin melihat efek dari kedekatan kalian?” jelas
Tiffany.

Baru Krystal akan membalas, tiba-tiba Miss Ham masuk. Langsung seluruh
penghuni kelas sibuk kembali ke tempat duduk masing-masing.

“Sebelumnya saya minta maaf tidak bisa mengajar kalian hari ini karena saya
harus menghadiri rapat yayasan. Tapi saya menyempatkan untuk datang karena
kelas kita kedatangan seorang murid baru. Saya harap kalian bisa bersikap ramah
dengannya. Silahkan masuk!”

Semua mata anak perempuan di kelas langsung berbinar-binar melihat murid baru
itu masuk kelas. Dia membungkukkan badannya sambil memperkenalkan diri,
“Annyeonghaseyo, Choi Siwon imnida!”

Siwon bangkit, berdiri seperti sedia kala. Matanya menyapu ke seluruh sudut
ruangan. Memperhatikan wajah-wajah perempuan yang kagum melihat dirinya.
Dan tanpa sengaja, matanya bertemu dengan mata Seohyun. Dengan senyum
menawan, dia menghampiri gadis itu.

“Seohyun,”

“Hai! Aku tidak tahu kau bersekolah disini,” sapa Seohyun agak kaget.

Belum selesai kekagetannya, tiba-tiba Siwon berlutut. Lalu menarik tangan kanan
Seohyun. Mengelusnya dengan begitu lembut. Dan.. menciumnya! OMO!
Membuat seluruh mata disana mendadak melotot hebat. Seohyun sendiri kaget
dengan perlakuan Siwon.

“Y.. ya.. apa yang kau lakukan?”

“Biar saja, biar semua tahu bahwa aku menyukaimu,”

Seohyun masih tak berhenti melotot. Ini pasti mimpi.

*****

“Benar tidak apa, Tiff?”


Tiffany mengangguk lembut, “Gwaenchana, Seo-ah. Lagipula, aku masih harus
mengumpulkan tugas ini ke Prof. Kim.”

Seohyun terpaksa meninggalkan kelas duluan. Habisnya, Kyuhyun baru saja


menelpon dan mengomel minta pulang. Tinggallah Tiffany sendiri di kelas. Dia
masih sibuk berkutat dengan beberapa soal uraian matematika dengan notasi
menjijikkannya.

“Lho, Seohyun-ssi kemana?” tanya seseorang. Membuat Tiffany menoleh kearah


pintu kelas. Disana berdiri seorang anak baru yang menghebohkan kelas tadi pagi.
Cowok itu berjalan masuk ke kelas, menghampiri Tiffany.

“Dia barusan saja pulang dengan Kyuhyun sunbae.”

“Seohyun itu pacarnya Kyuhyun sunbae?”

Tiffany menggeleng, “Nyaris.”

“Nyaris?”

“Ne, kalau Seohyun tidak menolak Kyuhyun sunbae dulu, mungkin mereka
sekarang sudah jadian.”

Siwon menyatukan alisnya, “Kyuhyun sunbae menembaknya?”

“Iya. Saat kutanya pada Seohyun, dia bilang Kyuhyun sunbae memang
menyatakan suka padanya. Tapi sampai sekarang, mereka tidak ada tanda-tanda
sebagai pasangan. Berarti kemungkinan Seohyun menolak Kyuhyun sunbae
menurutku,” jelas Tiffany sambil tersenyum manis. Lalu kembali mengerjakan
soal-soal matematika. Siwonpun memutar kursinya yang persis didepan bangku
Tiffany. Memperhatikan gadis yang sibuk menekan angka-angka di kalkulator.

Siwon agak heran. Dia merasa aneh dengan Tiffany. Tadi pagi dia membuat
kehebohan seperti itu, tapi dilihatnya Tiffany tidak menoleh sama sekali kearah
belakang. Tempat dimana Siwon mencium tangan Seohyun. Dia justru sibuk
mengeluarkan buku dan mengerjakan sesuatu. Selain itu, saat Siwon bertanya soal
Seo, Tiffany tidak menunjukkan tanda-tanda cemburu sedikitpun. Apa gadis ini
tidak tertarik sama sekali dengannya?

“Kenapa melihatku seperti itu? Ada yang salah dariku?” tanya Tiffany pelan, yang
merasa risih dilihat seperti itu.
“Aku suka senyummu,” puji Siwon.

“Aku.. tidak sedang tersenyum,”

“Yang tadi. Kau manis sekali saat tersenyum,”

Tiffany hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Kemudian kembali


melanjutkan pekerjaannya. Siwon menyeringai dalam hati.

Gadis yang menarik.

*****

Hanya satu kata yang dapat menggambarkan keadaan sekolah Seohyun saat ini :
GILA! Dalam hitungan seminggu semenjak peristiwa ‘penembakan’ Siwon pada
Seohyun, semua mata hanya tertuju kepada satu gadis, Seo Joohyun.

Mereka merasa sudah tidak bisa menerima apa yang baru terjadi pada Seohyun
saat ini. Para siswi mungkin telah cukup bersabar melihat Seo yang selalu nempel
sama Kyuhyun dan Minho yang notaben artis sekolah. Dan sekarang? Gadis itu
kembali didekati dengan pesaing artis sekolah, yaitu Siwon. Gimana tidak makan
ati?

Ternyata, berita ini juga agak mengganggu pendengaran Kyuhyun. Banyak teman
yang menggodanya dengan mengatakan ‘wah, pasangan memang tidak ada yang
abadi ya, Kyu’ atau ‘kalah saing sama yang seger ya’. Jelas ini membuat
konsentrasinya terganggu.

“Seohyunnie!!” panggil Kyuhyun, saat melihat Seohyun berjalan di daerah


parkiran mobil. Gadis itu tersenyum dan menghampirinya.

“Darimana saja kau? Ayo pulang!”

Seohyun nampak segan, “Ah, hari ini aku tidak pulang denganmu ya? Aku masih
ada perlu.”

“Dengan Siwon?”

Seo mengangguk.

“Kenapa dengannya terus sih? Dia kan menyebalkan,”


“Jangan  menghina dulu kalau kau belum mengenalnya!”

Kyuhyun hampir mengajukan protes. Namun tersela oleh suara klakson yang
cukup kencang selama dua kali. Keduanya menoleh. Mobil sedan warna merah
yang dikenali Kyuhyun sudah menunggu disana. Seohyun izin untuk pergi duluan
dan meninggalkan cowok itu sendirian.

Belum selesai perubahan Seohyun, keesokan harinya Kyuhyun dikagetkan dengan


wajah seram Ara eonnie yang membangunkannya pagi hari. Biasanya kan Seo
yang melakukan ini, kenapa sekarang jadi kakaknya?

“Seohyun tidak bisa ke rumah karena ada perlu dengan temannya,” ujar Ara,
sambil membawa nampan susu untuk keduanya.

Kyuhyun hanya mampu mendesah.

Bahkan dia sudah menggantikan posisiku pagi ini.

*****

“Mana Kyuhyun?” bisik Seo pada Minho saat makan siang di kantin. Semua
nampak sudah duduk ditempatnya masing-masing, dengan formasi seperti biasa.
Hanya saja, sudah beberapa hari ini Kyuhyun tidak ikut bergabung bersama
mereka.

“Dia tadi dipanggil oleh Miss Goo,”

“Kenapa?”

Minho terlihat tidak enak hati untuk mengatakannya. Tapi berhubung sudah
mendapat tatapan maut dari Seo, akhirnya dia mengatakan, “Nilai ulangan
hariannya yang terakhir ini tidak lulus,”

“APAA?!” teriak kencang Seo. Membuat orang-orang yang berada disana


menatapnya sinis.

Minho berusaha mengeluarkan senyuman mautnya sambil berkata, “Latihan akting


untuk drama.”

Jelas ini berita yang sangat mengagetkan. Kyuhyun dikenal sebagai jagoan dalam
pelajaran biologi dan matematika. Mulai dari SMP, cowok itu sudah sering
mengikuti olimpiade dalam dua mata pelajaran itu. Tak jarang dia mendapatkan
medali emas dalam setiap olimpiade yang diikutinya. Mendengar Kyuhyun tidak
lulus ulangan harian biologi–yang jelas bidangnya sekali–merupakan suatu hal
yang agak aneh. Ada apa dengan cowok itu?

Sepertinya dia harus kumarahi dulu nanti.

Pulang sekolah, Seohyun berjalan segera menuju parkiran. Dilihatnya Kyuhyun


duduk diatas kap mobilnya seperti biasa. Dia melangkahkan kakinya mendekati
cowok itu. Tetapi terhenti seketika saat melihat Kyuhyun sedang melakukan tos
dengan Changmin cs., geng yang terkenal dengan anak-anak orang kaya sepaket
dengan sombong juga didalamnya.

“Kyuhyun!” panggil Seo. Dia kemudian menarik Kyuhyun darisana.

“Ada apa?”

“Kenapa kau bersama Changmin sunbae?” tanya Seo balik.

“Tidak apa, memangnya tidak boleh?”

“Mereka kan anak-anak orang kaya yang sombong,”

“Tau darimana?”

Seohyun mulai kesal, “Apa karena mereka ulangan harianmu jadi ada yang tidak
lulus?”

Pertanyaan ini langsung membuat Kyuhyun naik pitam. “Nilaiku, temanku atau
apapun, semua terserah padaku mau seperti apa. Dan kau, tidak perlu ikut
campur.”

Kemudian dia berjalan menjauhi Seo. Beberapa langkah, dia terhenti sesaat. Tanpa
membalikkan badan, dia mengatakan,“Satu lagi. Kau bilang mereka kaya dan
sombong? Kau harus ingat, jangan menghina kalau kau belum mengenalnya!”
Kyuhyun membalikkan omongan Seo. Membuat gadis itu terdiam nyeri. Teringat
perkataannya sendiri.

Kenapa Kyuhyun seperti ini?

*****
“Ada yang sedang kau tunggu?”

Minho tersadar. Wajahnya ditolehkan kesebelah kanannya. Tampak seorang gadis


sedang memeluk lengannya begitu erat. Wajahnya menatap khawatir kearah
Minho. Cowok itu tersenyum. Lalu mengelus kepala gadis itu.

“Ani.”

“Lalu, kenapa kau memperhatikan layar handphonemu?”

“Ah itu.. sudah dekat minggu ulangan tapi Krystal tidak menghubungiku sama
sekali,” ujar Minho.

“Apa kau merindukannya?”

Minho terkejut. “A.. aniyo! Aku hanya merasa heran. Tidak lebih,”

“Benarkah?”

“Kenapa kau jadi mengintrogasiku seperti itu, jagi?”

Yuri tersenyum lembut. “Aku hanya ingin tahu apa yang dirasakan olehmu. Apa
kau benar-benar mencintaiku?”

“Ya! Kau meragukan perasaanku padamu?”

“Aku tidak meragukan perasaamu sama sekali. Aku hanya sedikit merasakan
perbedaan dari dirimu,” Yuri berdeham sesaat, “Hampir dua minggu terakhir,
kulihat kau lebih sering memikirkan Krystal. Bahkan saat kita sedang berkencan
seperti ini.”

“Hatiku hanya untukmu, sayang,” Minho berusaha meyakinkan.

Yuri mendesah pelan, “Semoga begitu.”

*****

Kyuhyun membanting tubuhnya ke ranjangnya. Rasa lelah benar-benar dirasakan


olehnya sekarang. Tadi dia baru saja pulang dari rumah Changmin. Changmin
beserta beberapa teman segolongannya meminta pertolongannya untuk
mengajarkan mereka matematika. Kyuhyun merasa tidak salah jika menerimanya.
Toh itung-itung untuk persiapan ujian nasionalnya yang tinggal sebulan lagi.
Tak mau bermalas-malasan terlalu lama, cowok itu bangkit dari kasurnya. Meraih
tasnya yang diatas meja belajar. Dia berencana untuk mengerjakan dua latihan soal
hari ini.

Eh? Apa ini?

Tangannya menyentuh sesuatu. Sepertinya sebuah benda transparan dengan tali.


Diambilnya sesuatu yang tiba-tiba ada didalam tasnya itu. Ternyata benda itu
adalah sebuah tabung kecil yang mirip dengan tabung untuk surat kaleng. Namun
berisi bintang-bintang dari kertas. Kyuhyun mengerutkan dahinya. Berusaha
melepas kertas terisolasi yang menutup sebagian tabung.

Ini sebagai permohonan maaf dariku. Sepertinya kau marah denganku.


Maafkan aku. Dan jadikan ini kalung keberuntunganmu! Seohyun.

Kyuhyun tersenyum lembut. Ditatapnya kalung aneh yang baru saja didapatnya itu.
Kertasnya terbuat dari bahan yang berglitter. Dapat terlihat gemerlapnya walau
tertutupi oleh kaca.

Kalau begini ceritanya, mana bisa marah?

*****

Keesokan harinya, Kyuhyun mencari dimana Seohyun. Dia ingin mengucapkan


terima kasih atas kalung yang dipakainya sekarang. Selain itu dia juga ingin
memberikan sebuah boneka keroro yang sebenarnya ingin diberikannya pada hari
Valentine. Tapi masalahnya Valentine kemarin dia tidak mendapat cokelat dari
Seo, jadi batal deh memberi boneka ini.

Langkah riang Kyuhyun terhenti di ambang pintu. Saat melihat Seohyun berdiri di
ruang musik. Dan didalam juga ada Siwon. Dia merasa seperti ada sesuatu
didalam. Kyuhyun memilih untuk berdiri dipinggir pintu. Berusaha mengaktifkan
kemampuan telinganya untuk mendengar apa yang terjadi didalam.

“Seohyun-ssi, ada yang ingin kukatakan,” Kyuhyun melotot. Siwon tiba-tiba


meraih tangan Seo dengan lembut. Gadis itupun tampak terlihat malu-malu.

“Aku.. aku jatuh cinta padamu, Seohyun,”


APAA?!! Kyuhyun geram tidak karuan. Siwon mencium tangan Seohyun begitu
lama. Astaga! Bahkan dia yang sahabatnya dari sejak kapan tidak pernah sekalipun
menyentuh Seo seperti itu. Dan Seo tidak menolak! Kalap, dia merusak acara
romantis yang sedang berlangsung didalam. Menarik Seohyun keluar, menjauh
dari tempat itu. Tangannya mencengkram tangan Seohyun begitu keras.

“Appo Kyuhyun-ah!”

Kyuhyun melepas kasar pegangannya. Seohyun merintih.

“Apa yang kau lakukan didalam sana, hah?!”

“Ya! Apa maksudmu?”

“Tidak usah berpura-pura bodoh! Aku tidak menyangka kau ternyata begini,”

“Tidak menyangka apa? Kau ini membicarakan apa sih?”

“Diam-diam kau menjauhi tanpa alasan. Tidak mau kuajak pulang bareng seperti
dulu, tidak mau berangkat pagi bersamaku, sok sibuk dengan urusanmu sendiri.
Wow! Absolute,”

Seohyun yang semula ingin meredam emosinya, terpancing, “Aku memang sedang
ada urusan, dan itu bukan urusanmu.”

“Ya! Kau berurusan pendekatan dengan Siwon! Kalau tahu seperti ini jadinya, buat
apa kau memberiku harapan, hah?!”

“Aku semakin tidak mengerti arah pembicaraanmu, Kyu,”

“Memang. Kau tidak akan pernah mengerti perasaanku. Bahkan dari tiga tahun
yang lalu kau tidak menanggapi apapun tentangku. Tidak pernah menanggapi aku
yang menyatakan perasaanku padamu. Hah! aku benar-benar laki-laki yang
bodoh!”

Kyuhyun membalikkan badannya. Hampir mendapat satu langkah pindah, Seo


berteriak pilu, “Kau yang tidak mengerti aku sama sekali. Jangan berlagak seperti
kau yang diperlakukan tidak adil!”

Kyuhyun tersenyum sinis, “Apa yang kita mengerti? Diantara kita memang tidak
ada arti pengertian sama sekali.”
“Haah..”

Seohyun menghela napas panjang. Hari ini genap seminggu dia tidak berhubungan
sama sekali dengan Kyuhyun. Tidak ada acara jadi alarm bangun tidur, berangkat
bersama, maupun pulang bersama. Lebih hebatnya lagi, Kyuhyun tidak mau ikut
berkumpul bersama keempat sahabatnya seperti biasa. Cowok itu lebih sering
menyibukkan dirinya dengan Changmin dan yang lain. Sepertinya, Kyuhyun
benar-benar sudah tidak peduli dengan mereka, terutama Seohyun.

“Aku merasa aneh dengan keadaan kita sekarang,”

“Eh?”

Tiffany mendesah, “Krystal tidak pernah ikut kita ke kantin karena mau
menghindar sementara dari Minho sunbae. Sementara kau bertengkar dengan
Kyuhyun sunbae. Apa kalian tidak kasihan denganku? Aku jadi korbannya nih.”

“Mianhae Fany, aku juga tidak menyangka kalau keadaanku dengan Kyuhyun
seperti ini,”

“Kenapa kau..”

“Pagi!” Krystal menjatuhkan lemas tasnya diatas meja. Membuat Tiffany dan
Seohyun saling memandang.

Seohyun mencoba mendekat, “Ada apa denganmu, Krys?”

“Gwaenchana,”

“Jinja?”

Krystal menimang sesaat, “Hmm apa Minho sunbae tidak menanyakanku selama
aku menghindar darinya?”

Sebenarnya, baik Seohyun maupun Tiffany sama-sama ingin membuat sahabatnya


bahagia. Tapi tidak mungkinkan dengan cara berbohong? Jadi mereka hanya
menjawab pertanyaan Krystal dengan sebuah gelengan pelan.
Krystal tersenyum pahit. Sepertinya dirinya memang tidak berarti apa-apa untuk
Minho. Dua minggu lebih dia mencoba untuk tidak bertemu dengan Minho.
Menjauh, menahan diri. Karena dari situ dia bisa melihat, seberapa besar cowok itu
membutuhkan dirinya.

And see! Minho TIDAK membutuhkan Krystal sama sekali!

Tidak bertanya pada sahabat-sahabatnya. Tidak mengirimkan pesan padanya.


Tidak menelpon. Tidak mencarinya.

Satu kata yang mampu mewakili perasaan Krystal saat ini. Sakit.

*****

Kyuhyun mencoret tanggal hari ini dari kalender. Ternyata sudah tinggal enam hari
lagi menuju ujian nasional. Hal ini membuatnya mau tidak mau harus
mengesampingkan terlebih dahulu urusannya dengan Seohyun. Dia harus fokus
untuk ujian nasionalnya nanti.

“Kyuhyun!!” panggil Ara, “Ada surat untukmu. Kutinggal di meja makan ya! Aku
keluar dulu.”

Cowok itu menjawab dengan teriakan ‘oke’ dari kamarnya. Setelah membereskan
buku-bukunya, dia bergegas turun ke lantai bawah. Sejak kapan pak pos bekerja
mengantarkan surat jam delapan malam?

Diambilnya sebuah amplop putih yang berada diatas meja makan. Sebuah lambang
tameng merah dengan tulisan ‘VERITAS’ mengisi kepala amplop dipaling atas.
Mendadak jantung Kyuhyun berdegup cukup kencang melihat darimana asal surat
ini.

Kyuhyun membacanya secara seksama. Dia ingin mengetahui apa isi surat itu
dengan jelas. Betapa terkejutnya saat dia membaca kata ‘ACCEPTED’ dalam surat
itu. Langkahnya ingin segera menuju pintu depan. Kemudian berlari kesebelah
rumahnya sambil berteriak bahwa mimpinya terwujud.

Andaikan kita tidak sedang bertengkar, Seohyunnie..

*****

“Ya, harus!”
Kedua tangannya dikepalkan dengan erat. Seohyun memasang wajah yang berkata
‘hwaiting’ untuk dirinya sendiri. Ya, hari ini, khususnya pagi ini, dia bertekad
untuk menemui Kyuhyun. Dia rasa, masalah ini tidak akan selesai jika tidak ada
yang mengalah. Pada dasarnya, masalah diantara keduanya hanyalah sebuah salah
paham. Lagipula, Seohyun tidak ingin membuat konsentrasi ujian nasional
Kyuhyun terpecah hanya gara-gara dia.

Setelah pamit dengan mamanya, Seohyun segera melaju ke rumah sebelah.


Menekan bel rumah itu. Ya Tuhan, dia benar-benar rindu dengan suasana pagi
rumah ini. Hampir satu setengah bulan dia tidak berangkat pagi bersama Kyuhyun.
Padahal dulu, Seohyun dan Kyuhyun merupakan pasangan yang sulit dipisahkan.
Kayak kembar siam.

“Ah Seohyun-ah, bogoshippo!” pekik Ara, segera memeluk gadis yang berdiri
didepan pintu rumahnya.

Seohyun tersenyum manis, “Nado, eonnie.”

“Kau kemana saja? Sepertinya kau sudah tidak pernah bersama Kyuhyun lagi
belakangan ini. Apa kalian sedang ada masalah?” tanya Ara.

“Yah begitulah eonnie. Makanya aku datang kemari. Apa Kyuhyun ada di rumah?”

Ara tampak berwajah kurang enak, “Mianhae Seo-ah, Kyuhyun sudah berangkat
dari jam lima tadi. Sepertinya dia makin sibuk menjelang ujian nasional.”

Raut kecewa tampak jelas di wajah Seohyun. Namun gadis itu berusaha
menutupinya. Dia akhirnya mohon pamit pada Ara untuk berangkat sekolah.

Kenapa bertemu saja sesulit ini?

*****

“Jangan lupa anak-anak, pertemuan yang akan datang setelah ujian nasional kakak
kelas kalian, kita ulangan gabungan bab satu dan dua! Siapkan dengan baik karena
tidak ada perbaikan. Selamat siang!” Prof. Kim keluar seiring dengan bel pulang
berbunyi. Krystal mengecek kelengkapan buku matematikanya.

Astaga! Catatan lamaku!


Krystal teringat. Terakhir catatan lamanya itu dibawa Minho karena mau dikoreksi
hasil kerjaannya. Kalau tidak diambil sekarang, bisa-bisa nasib ulangannya hanya
bergantung pada keberuntungan.

“Mau kemana?” tanya Seohyun.

“Ke kelas Minho sunbae,” teriak Krystal yang sudah melaju keluar kelas.
Syukurnya kelas mereka berdekatan. Jadi tidak terlalu membuang waktu berjalan.
Akan tetapi, batang hidung Minho tidak terlihat sama sekali didalam kelasnya.
Mata Krystal masih mencoba mencari-cari dimana kakak kelasnya itu berada.

“Mencari Minho, Krys?”

Gadis itu menoleh kebelakang. Kyuhyun berdiri sambil tersenyum disana.

“Ne, kau tahu dia dimana, sunbae?”

“Dia tadi bilang ingin ke atap gedung lama,”

Krystal mengangguk, “Ah arraso, gomawo sunbae.”

Kelasnya berada di gedung baru lantai dua, yang berjarak seratus meter dari
gedung lama. Itu baru sampai terasnya saja. Sementara Minho katanya pergi ke
atap gedung lama. Berarti dia harus tiga kali naik tangga untuk mencapai atapnya.
Perjuangannya untuk mendapatkan kembali buku catatannya ternyata masih jauh.

“Permisi, apa kau melihat Minho sunbae?” tanya Krystal pada seorang murid kelas
sepuluh.

“Sepertinya tadi ke atap,”

“Oh, gamsahamnida,” Krystal bernapas lega. Usahanya berlari tunggang langgang


barusan tidak sia-sia. Karena Minho masih di atap sampai sekarang. Tapi disatu
sisi, dia juga agak heran. Mau apa cowok itu jauh-jauh ke gedung baru?

“Minho sunbae,”

DEG!

Krystal tertegun diambang pintu menuju atap yang terbuka lebar. Dia
memundurkan satu langkahnya kebelakang. Mendadak sesak menghampiri
dadanya. Hatinya terasa perih, seakan disayat pisau yang sangat tajam. Apa yang
dilihatnya ini seperti sebuah mimpi, mimpi buruk yang tidak pernah diharapkannya
seumur hidup.

Minho yang menyadari adanya seseorang selain keduanya, segera melepaskan


ciumannya pada Yuri. Dia menoleh. Mendapati Krystal berdiri mematung disana.
Dengan ekspresi yang bercampur aduk. Terkejut. Sakit. Kecewa. Yuri juga tampak
kaget karena Krystal melihat apa yang mereka berdua lakukan.

“Krystal,”

“Maaf,” gadis itu tersenyum, “Aku tidak tahu kalian sedang apa. Harusnya kalian
memberi palang ‘dilarang masuk’ didepan sini.”

“Ah ini..”

Krystal menyela dengan berkata, “Aku hanya mau meminta buku catatan
matematikaku kembali kok. Apa sunbae membawanya?”

Minho segera membuka resleting belakang tasnya. Dia memang selalu membawa
buku Krystal setiap hari. Tapi ketika akan mengembalikan, pasti lupa karena
mereka sudah jarang ketemu.

“Terima kasih. Aku duluan ya!” Krystal berlari menuruni tangga.

“Krys,” panggil Minho pelan. namun tak terdengar sama sekali oleh gadis itu.
Krystal sudah berlari jauh dari atap. Dengan air mata yang tertumpah.

Ini akhir dari cinta pertamaku.

*****

Seohyun duduk lemas diatas ranjangnya. Dijatuhkan tas sekolahnya ke lantai.


Kemudian tangannya bergerak untuk menanggalkan kaus kaki dan jas almamater
sekolahnya. Seo benar-benar bingung harus bagaimana lagi menemui Kyuhyun.
Cowok itu seakan sudah tidak peduli lagi dengannya. Dan sialnya, hari ini adalah
hari terakhir dia sekolah karena setelahnya dia akan libur ujian nasional. Berarti
kemungkinan dia bisa bertemu Kyuhyun baru minggu depan.

Kepalanya menoleh ke jendela kamar. Nampak pemandangan kamar seberang


tertutup oleh korden. Entah sejak kapan. Padahal dulu, penghuni disana tidak
pernah mau menarik kordennya sama sekali.
Mata Seohyun menyapu kearah laci sebelah ranjang. Terdapat sebuah pigura foto
terpajang disana. Dia mengambil foto itu dan menatapnya begitu dalam.
Pikirannya melayang ke masa sekitar dua tahun yang lalu.

Dua orang sedang bertengkar terabadikan disana. Yang perempuan tersenyum


ceria sambil menarik pipi kiri seorang cowok. Sementara yang ditarik pipinya,
menunjukkan wajah kaget bercampur kesakitan. Seohyun teringat, waktu itu
mereka baru saja menyelesaikan tugas kerajinan tangan-nya Kyuhyun. Bayangkan
betapa kesalnya Seohyun saat sedang serunya membuat pola, tiba-tiba pipinya
ditarik oleh Kyuhyun. ketika pekerjaan itu selesai, dia sengaja meminta Kyuhyun
untuk berfoto dengan hasil karya mereka. begitu timer mulai berbunyi, Seo
membalaskan dendamnya dengan menarik balik pipi Kyuhyun.

Gadis itu mendesah. Indah sekali jika mengingat masa-masa itu. Masa dimana
keduanya beradu mulut, mempermasalahkan hal yang tidak penting, berteriak tidak
karuan. Seohyun menyadari, segala hal memang terasa penting dan berharga saat
kita sudah tidak memilikinya lagi.

Entah setan apa yang menghampiri dirinya, hingga membuat tangannya


mengeluarkan foto dari pigura itu. Bingo! Dibalik foto itu, terdapat tulisan hangul
yang Seo tahu pasti siapa penulisnya.

TES!

‘Semoga kita bisa bersama selamanya, S!’. Air mata Seohyun membasahi pipinya
saat membacanya. Kyuhyun hanya berbohong. Berbohong soal penyesalannya
kenal dengan Seohyun. Gadis itu masih ingat betul, pertama kali Kyuhyun
mengeluarkan kalimat penyesalannya berteman dengan Seo.

“Enak saja mengataiku bodoh! Kau yang bodoh!” seru Seohyun.

Kyuhyun tidak terima, “Kau yang bodoh, bodoh!”

“Kau orang sebodoh-bodohnya orang bodoh,”

“Kau..”

“Ya!” pekik Krystal, “Kenapa kalian hanya membicarakan bodoh-bodoh?”

“Diam kau! Tidak usah ikut campur, bodoh!” balas Kyuhyun.


“Mwo? Kau mengejekku bodoh?”

“Kyuhyun, apa kau tidak tahu bahwa dirimu itu sungguh berisik? Dasar bodoh!”
kata Minho. Membuat Kyuhyun menyipitkan matanya.

“Minho-ah, kau jadi ikut-ikutan menghinaku bodoh?”

“Karena memang kau bodoh, sunbae,” bela Tiffany, yang gerah dengan kata
bodoh yang telah diucapkan mereka lebih dari sepuluh kali.

“Ya! Kenapa semua jadi menyerangku?” protes Kyuhyun. Seohyun terkikik


melihat keadaan ini. Yang cowok langsung melirik tajam kearahnya. Tapi dia?
Santai saja menjulurkan lidahnya.

Kyuhyun mendesah, “Aku tidak tahu apa dosaku sampai aku terjebak dengan
orang sepertimu.”

“Bukankah kau akan terjebak denganku selamanya?”

“Kau berharap?” balas Kyuhyun, “Itu hanya ada dalam mimpimu, bodoh!”

Seohyun hanya terkikik geli.

Seohyun masih terpaku menatap foto itu. Akankah waktu terulang? Selalu berada
disaat terindah dalam hidup?

*****

“Kyu, tolong belikan telur serta beberapa bumbu dapur di supermarket biasa!”

Yang disuruh langsung mengajukan protes pada kakaknya, “Noona, aku baru
pulang dari sekolah. Aku lelah.”

“Pergi membeli atau tidak akan ada jatah makan malam?”

Kyuhyun mendengus kesal. Kemudian dia kembali mengambil kunci mobil yang
baru ditaruhnya di laci. Berjalan kearah garasi. Ketika telah mendudukan tubuhnya
di jok mobil, Kyuhyun masih menggerutu.

Sesampainya di supermarket, Kyuhyun mengambil kereta dorong. Dimulai


perburuannya mencari bahan kebutuhan memasak Ara. Setelah menimbang telur,
dia beranjak menuju tempat tempat bumbu instan.
“Permisi, ada yang bisa saya bantu?”

Kyuhyun nampak kaget melihat tiba-tiba SPG menghampirinya.

“Ah, anda mencari bumbu penyedap? Lebih sedap merek ini daripada yang anda
pegang, tuan. Bumbu ini..” SPG itu masih mengoceh semaunya. Berusaha
membuat Kyuhyun terpengaruh.

Menyebalkan! Aku tidak tahu harus memilih yang mana. Biasanya yang memilih
beginian kan..

Kyuhyun terpaku. Tiba-tiba dia teringat gadis yang sudah cukup lama tidak
ditemui olehnya. Masih tertancap di ingatannya, saat dimana dia dan Seohyun
bertengkar soal bumbu penyedap.

“Kenapa harus ayam?” protes Kyuhyun.

“Karena kita akan membuat kuah sup,”

“Tapi kan kuahnyanya bisa pakai penyedap yang rasa sapi,”

Seohyun membantah, “Memangnya kita mau membuat kuah bakso?”

Kemudian gadis itu memasukkan penyedap rasa ayam kedalam kereta dorong
belanjaan.

“Ya! Kenapa dikeluarkan?” protes Seo, saat penyedap yang akan dibelinya
dikeluarkan oleh Kyuhyun.

“Karena aku tidak suka kalau setiap hari perutku harus berurusan dengan ayam,”

“Tidak jelas! Kasus ditolak,”

Seohyun mengambil kembali penyedap itu. Lalu memasukkannya kedalam kereta


dorong lagi.

Kyuhyun menyipitkan matanya, “Aku tidak yakin masakanmu nanti akan enak,”

“Kenapa?”

“Karena warna kemasan yang ayam itu kuning. Aku lebih suka yang sapi,
warnanya merah cerah. Lebih enak dilihat,”
“Apa hubungannya warna kemasan sama rasa masakan, Cho Kyuhyun?!”

“Tuan?”

Kyuhyun tersadar, “Ah?”

Sepertinya SPG itu kesal padanya. Sudah menjelaskan sampai berbusa, ternyata
tidak didengarkan oleh kustomernya. Wanita berseragam warna kuning itu pergi
meninggalkan Kyuhyun. Mencari calon pembeli yang lain.

Cowok itu berjalan menuju kasir. Bergegas membayar agar dapat segera kembali
belajar. Mengingat lusa sudah akan ujian nasional. Penjaga kasir itu mengatakan
bahwa total belanjaan Kyuhyun itu sebanyak 68.300 won. Kyuhyun mengeluarkan
uang pecahan lima puluh ribuan dengan dua puluh ribu.

“Maaf tuan, ada tiga ratus won?”

Kyuhyun segera membuka resleting dompetnya bagian recehan. Matanya menatap


sebuah kertas aneh berwarna merah tertempel disalah satu sisinya. Diambilnya
kertas itu. Dibacanya tanpa suara tulisan disana.

Lompat dengan trampolin? Bukan ide buruk. Terima kasih kau selalu membuat
perasaanku lebih baik! Kau benar-benar yang terbaik dalam hidupku, K.

Hatinya terhenyak. Matanya terbelalak membaca tulisan yang dia tahu dibuat oleh
Seohyun. Dia tidak menyangka, Seohyun menganggapnya sebagai yang terbaik
dalam hidupnya. Selama ini yang diketahuinya, baik Kyuhyun maupun Seohyun,
keduanya selalu mengatakan ‘makan apa sih aku kemarin sampai harus dekat
denganmu bertahun-tahun’ atau ‘pasti dosa yang kulakukan sangatlah besar sampai
aku bisa terjebak denganmu’ untuk hubungan mereka. Dan ternyata? Semua itu
hanya di mulut belaka.

“Permisi, tuan?”

“Ah? Oh iya, ini.”

Dalam perjalanan pulang, dia masih memikirkan kalimat yang ada di kertas itu.
Hanya dengan sebuah ungkapan seperti itu, Kyuhyun merasa melayang. Benar kata
Tiffany dulu, dia benar-benar bodoh. Tak sengaja, saat lampu merah, Kyuhyun
melihat Tiffany dan Siwon jalan berduaan begitu mesra. Mereka saling merangkul.
Bahkan Siwon memeluk pinggang Tiffany. Kyuhyun geram.
Dasar playboy!

Kyuhyun mengikuti mereka sampai ke sebuah restoran. Sepertinya mereka akan


makan siang. Dia memilih untuk bersembunyi terlebih dahulu. Menunggu saat
yang tepat untuk keluar. Beberapa saat, Tiffany beranjak dari tempat duduknya,
mungkin ingin ke toilet. Segera Kyuhyun mendatangi Siwon.

“Apa yang kau lakukan disini?”

Siwon tampak terkejut, “Hyung,”

“Jadi disaat tidak ada Seohyun, kau berduaan dengan Tiffany? Benar-benar
keterlaluan,”

“Seohyun?”

“Apa? Kau ingin berkata apa? Harusnya dari dulu aku melarang Seo untuk
berdekatan denganmu. Ternyata kau hanya iseng saja menembaknya dua minggu
yang lalu, iya kan?”

Yang dituduh merasa bingung. Namun tak lama..

“HAHAHAHAHA!!”

Ganti Kyuhyun yang bingung, “Ya! Apa yang kau tertawakan?”

“Maksudmu, saat di ruang musik? God sake, jadi karena itu kau bertengkar dengan
Seohyun? Sampai gadis itu tidak nafsu melakukan apapun?” Siwon masih tertawa
pelan. Kemudian dia menceritakan kejadian yang sesungguhnya.

“Bantu aku, Seohyun-ssi!” pinta Siwon, dengan sungguh-sungguh.

“Mwo? Kenapa harus aku?”

“Karena aku percaya padamu,”

Seohyun bergidik, “Wow, aku tidak tahu harus tersanjung atau merinding
mendengarnya.”

“Kenapa kau tidak merayunya seperti saat pertama kali kau merayuku di kelas?”

“Ini berbeda,” ujar Siwon dengan tegas.


“Ini pertama kalinya aku jatuh cinta pada wanita. Aku ingin bisa menjadi
pacarnya. Tapi kalau melihat keadaanku sekarang, sangat menyedihkan. Bahkan
dia tidak pernah mempedulikan omonganku sama sekali. Apa kau tidak kasihan
melihatku? Makanya bantulah temanmu ini, Seohyun-ssi!”

“Memangnya sejak kapan kau jadi temanku?”

Siwon langsung memasang wajah cemberut. Membuat perut Seohyun benar-benar


terkocok. Percuma juga ya punya tampang aristokrat, kalau ekspresinya begini.
Sama aja kayak dako-chan.

“Baiklah, aku akan membantumu!” ujar Seohyun.

“Jeongmal? Gomawo, Seohyun-ssi! Kau benar-benar baik!”

“Baru tahu? Dari dulu kemana saja,”

Wajah Siwon tampak ingin muntah. Seohyun tertawa saja.

Semenjak itu, Siwon mendadak menjadi supir antar-jemput Seo kemanapun. Yah
itung-itung balas budilah. Seohyun juga membantu Siwon untuk pendekatan
dengan Tiffany, gadis yang membuat Siwon mabuk kepayang. Hampir satu
setengah bulan menjajaki ranah perkenalan, Siwon mulai memberanikan diri
untuk mengajak jalan. Dan akhirnya, dua minggu yang lalu, cowok itu
memutuskan untuk menembak Tiffany.

“Apa? Jadi teman berlatih menembakmu?”

“Iya, mudah kok. Kau berpura-puralah menjadi Tiffany. Nanti aku akan mencoba
mengungkapkan perasaanku padamu,”

“Aish, kau benar-benar!”

Kyuhyun menghela napas panjang.

*****

“Seharusnya kau tidak mengajar teman-temanmu itu. Lihat dirimu sendiri!


Kelelahan seperti ini. bagaimana kalau hasil ujianmu buruk?” omel Ara saat
melihat adiknya baru sampai rumah pukul delapan malam.
“Kasihan mereka! mereka butuh bantuanku, masa tidak kubantu?”

“Setidaknya ingat dirimu juga. Aku berani jamin, pasti habis ini kau tidak akan
belajar karena kelelahan. Kalau tidak lulus kau mau apa?”

Kyuhyun yang semula duduk di sofa ruang tengah, berdiri sambil menenteng
tasnya. melangkahkan kakinya. Entah kemana dia akan beranjak. Tetapi
sebelumnya pergi terlalu jauh, dia menolehkan wajahnya dan berkata dengan nada
tegas, “Aku pasti lulus dengan nilai terbaik! Kau cukup melihatnya dengan baik,
noona.”

Mata Ara terus mengikuti kemana adiknya itu pergi. Hingga Kyuhyun sampai
didepan pintu kamarnya. Kemudian menghilang masuk kedalam.

Nemu dimana sih eomma anak seperti dia? Kenapa dia bisa jadi adikku?
Menyebalkan.

*****

Harus digaris bawahi bahwa insting seorang wanita memang tidak akan pernah
salah. Buktinya? Baru setengah jam duduk di meja belajar yang tentunya ditemani
buku soal fisika, matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Sudah berapa kali dia
menguap juga tidak terhitung saking seringnya.

Seharusnya kau tidak berkata seperti itu, Noona.

Penglihatannya mulai menyapu ke sekeliling kamarnya. sekadar untuk


menghilangkan bosan juga jenuh. Tanpa sengaja, mata Kyuhyun terpaku pada
sebuah botol kecil berisi bintang-bintang glitter. Terulas senyum di wajahnya,
dengan samar. Kemudian tangannya berusaha meraih benda yang berdiri disebelah
pigura fotonya dengan Seo.

Tidak tahu siapa yang menyuruhnya, dia membuka tutup botol itu. Lalu
mengambil salah satu bintang kecil didalamnya. Iseng, dia membuka lipatannya.
Dan betapa terkejutnya melihat apa yang dia dapatkan disana.

Cho Kyuhyun pintar! Harus dapat nilai ujian terbaik! S

Kyuhyun langsung membuka satu demi satu bintang didalamnya.


Cho Kyuhyun hebat! Semua akan berjalan dengan baik! S

Cho Kyuhyun keren! Ayo buat aku bangga! S

Dia terus membaca satu demi satu tulisan tersembunyi dari bintang-bintang itu.
Hatinya terasa begitu sesak. Mengetahui betapa pedulinya Seohyun padanya.
Masih teringat jelas di otaknya, kapan dia menemukan botol ini. Persis saat dia
mulai menjauhi Seo, dan nilainya yang mulai agak kurang terkendali.

Ini bintang terakhir yang ada didalam botol. Terbuat dari kertas glitter berwarna
merah hati. Kyuhyun membuka lipatannya dengan halus. Tak lama setelah
membacanya, matanya terpejam. Jari telunjuk dan tengah dari tangan kanannya
tampak mengelus alisnya.

“PABO!!” pekiknya pelan, sambil mengacak-acak kasar rambutnya.

Berjuanglah, Cho Kyuhyun! Jadilah yang terbaik untuk semuanya, terutama


untukku! S

*****

“Nah itu dia datang!” seru seorang wanita dari dalam rumah. Membuat Krystal
yang awalnya menundukkan kepala, mengembalikan posisi kepalanya menjadi
pandangan lurus. Dia baru sadar, bahwa sedari tadi pintu rumahnya terbuka lebar.
Pasti ada tamu.

Krystal tertegun diambang pintu. Sementara Jessica berdiri dari sofa,


menyambutnya yang baru saja menginjakkan kaki di teras.  Gadis itu tidak
beranjak dari tempatnya berdiri sama sekali. Tentu saja keadaannya dipenuhi rasa
terkejut. Dan sakit.

“Darimana saja kau, Krys? Minho-ssi sudah menunggu dari satu setengah jam
yang lalu,”

“Jalan-jalan,” jawab Krystal singkat. Berusaha menormalkan gejolaknya, seakan


tidak terjadi apa-apa.

“Baiklah! Minho-ssi, aku pergi dulu ya! Aku ada janji dengan temanku,”
“Teman apa pacar, noona?”

Krystal terbelalak. Bahkan dia memanggil eonnieku dengan sebutan noona?

“Ah kau ini, sudah! Aku pergi dulu,”

Minho tersenyum mengangguk, “Ne, gamsahamnida!”

Kemudian cowok itu mengalihkan pandangannya. Berpindah pada seorang gadis


yang masih berdiri terpaku didepan pintu sedari tadi.

“Jangan menatapku seperti melihat hantu begitu! Aku yakin wajahku lebih tampan
dari hantu,”

Krystal tertawa kecil, “Tumben kemari. Ada perlu apa? Bukannya sekarang
harusnya belajar untuk ujian? Besok ujian matematika bukan?”

“Hei, tanyanya satu-satu! Jangan seperti rombong kereta api,”

Gadis itu berjalan menuju sofa. Menjatuhkan tasnya terlebih dahulu sebelum
tubuhnya. Krystal duduk berhadapan dengan Minho. Menatap cowok itu. “Ada hal
penting?”

Minho bertanya balik, “Memang tidak boleh menemuimu ya kalau tidak penting?”

“Aniyo, hanya..”

“Hanya apa?”

Krystal menghempaskan napas kasar, “Aku tidak mau waktumu terbuang hanya
untuk hal yang tidak penting.”

“Ini penting,” ucap Minho tegas. Angin bersemilir diantaranya. Membuat


keduanya saat ini terdiam. Sibuk dengan pikiran mereka sendiri-sendiri. Krystal
masih menunggu apa yang dimaksud Minho penting. Cukup lama keadaan hening.

“Maaf,” kata pertama meluncur dari bibir Minho.

“Untuk?”

“Untuk semuanya. Aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri ya?”


“Tidak masalah. Toh memang sudah seharusnya kau mengurusi kebutuhanmu,
bukan kebutuhanku.”

“Bukan itu, maksudku…”

“Sudahlah,” potong Krystal cepat, “Aku mengerti.”

Minho mengaitkan jemarinya sendiri sambil menunduk, “Aku kurang berusaha


mengerti dirimu.”

“Ani, berusahalah untuk mengerti apa yang kau inginkan,” balas Krystal dingin.
Suasana kembali bisu setelahnya. Seperti segalanya tercekat diujung lidah. Tak ada
sepatah katapun terucap dari bibir keduanya. Sampai Minho mengeluarkan sebuah
kertas undangan bertuliskan ‘Unforgettable Waltz’.

“Untuk apa ini?” tanya Krystal yang mengerutkan dahinya.

“Mau ke prom night denganku?”

“Kenapa tidak mengajak Yuri sunbaenim?”

“Yuri?” Minho tersenyum kecil, “Karena kau hanya tahu bahwa kami
berpacaran?”

“Aku tahu tidak hanya itu,”

“Lalu?”

Krystal menghela napas sejenak, “Itu bukan wilayahku untuk berbicara.”

“Karena kau melihat kami berciuman waktu itu?”

DEG!

Rasa sakit hati itu semakin menguak di hati Krystal. Padahal selama ini dia sudah
berusaha membuat benteng untuk ingatan tentang itu. Dan hebatnya, dalam sekejab
kedatangan Minho berhasil menghancurkan pertahanan pikirannya itu. Gadis itu
berusaha untuk mengembalikan keseimbangan pikirannya.

“Kau tidak tahu apa-apa tentang kami. Kenapa kau men-judge seperti itu?”
“Apa-apa tentang hubungan kalian bukan urusanku. Kenapa aku harus tahu?”
elaknya.

“Karena kau ikut campur tangan didalamnya,” jawab Minho.

“Aku? Campur tangan?” Krystal tersenyum pahit, “Aku tidak ada urusan dengan
hubungan kalian.”

“Tentu saja ada! Kau yang merusak hubungan kami,”

Krystal sontak terbelalak. Tentu saja dia tidak terima dengan apa yang dikatakan
Minho. Gadis itu yakin bahwa dia tidak pernah sama sekali melancarkan
pendekatan begitu tahu Minho sudah bersama Yuri. Apalagi menggodanya. Lalu
apa alasan Minho menuduhnya?

“Mau kemana kau?” tanya Minho, melihat Krystal beranjak dari tempatnya.

“Pergi. Buat apa aku disini? Mendengar lelucon bodohmu?”

“Duduk! Aku belum selesai!” perintahnya.

“Apa lagi?!”

“Dengarkan penjelasanku!”

“Aku tidak punya banyak waktu.”

“Kau pikir aku punya? Maka dari itu, duduk dan biarkan aku menjelaskan
semuanya,” tangan Minho menarik tangan Krystal untuk kembali duduk seperti
semula. Wajah gadis itu nampak begitu kesal. Bahkan dia tidak mau menatap
Minho. Maka dari itu, kedua tangan cowok itu memegang pipi Krystal. Membuat
gadis itu terus melihatnya.

“Kau tahu kenapa aku menciumnya? Karena itu tanda perpisahan dariku untuknya.
Asal kau tahu, Yuri bukanlah gadis yang mudah menyerah. Tapi saat mengetahui
lawannya adalah kau..”

Krystal berusaha melepaskan tangan Minho, tapi gagal, “Lawan? Aku bukan
seorang Lady ataupun Countess yang patut dilawan. Lagipula, semua orang tahu
siapa yang menang,”
“Kau!” sergah cepat Minho, “Kau pemilik hatiku seutuhnya! Ketika kau menjauh,
hubunganku dengan Yuri justru semakin aneh. Entah kenapa aku takut jika
ulangan nanti kau tidak bisa mengerjakan. Aku bingung siapa yang mengajarimu
setiap bab fisika. Aku khawatir jika kau akan menangis jika nilaimu jelek. Aku
hanya mengkhawatirkanmu,”

“Yuri menyadari perubahanku itu. Dan aku menceritakan semuanya. Bukan


keinginanku untuk putus darinya. Tapi, dia yang mau merelakanku untukmu.
Seakan Yuri sendiri tahu, bahwa selamanya dia tidak akan mendapatkan hatiku
jika masih ada dirimu. Apa sekarang kau ingin membiarkanku pergi juga?”

Minho tersenyum miris, “Padahal dulu aku seorang playboy yang sesukanya
meninggalkan perempuan. Apa ini balasan untukku?”

Krystal terhenyak mendengar semua penjelasan Minho. Gadis itu menatap mata
hitam yang besar milik Minho. Mencoba mencari kebohongan yang mungkin
sedang ditutup-tutupi. Hingga dia menghela napas panjang.

“Kau benar-benar rela jika aku bersama orang lain?”

“Mana mungkin aku membiarkan kau pergi, sunbae,” Krystal memeluk leher
Minho.

*****

“Jadi kalian..”

Krystal mengangguk malu-malu. Wajahnya nampak memerah saat mengakui


bahwa sekarang dia berstatus sebagai pacar dari seorang Choi Minho. Seohyun dan
Tiffany segera memeluk sahabatnya itu, mengucapkan selamat hari pertama
mereka berpacaran. Setidaknya, apa yang dilakukan Krystal selama empat tahun
ini benar-benar berbuah manis.

“Hei! Berhentilah memeluk pacarku! Sekarang bantu aku belajar matematika!”


suruh Minho, melepaskan pelukan Seo pada Krystal.

Seohyun mencibir, “Cih, mentang-mentang pacar baru stok lama.”

“Kau bilang apa?”


“Ani,” gadis itu menjulurkan lidahnya. Minho mendengus sebal. Sementara yang
lain terkikik saja. Tidak mengerti pula apa yang melintang, pikiran Seohyun tiba-
tiba teringat pada tetangga sebelah yang hampir sebulan ini tidak terlihat olehnya.
Apa kabarnya Kyuhyun? Apa cowok itu mampu mengerjakan semua soal ujiannya
dengan baik? Apa cowok itu ada kesulitan dalam mengingat materi lama?
Andaikan kemarin-kemarin dia berhasil menemui Kyuhyun, pasti sekarang dia
sudah ada di kamar sebelah dan mengoceh bertengkar tidak jelas. Tapi memang
berandai-andai itu bukan hal yang baik.

“Memikirkan Kyuhyun ya?” tanya Siwon tiba-tiba, membuat Seohyun


menghentikan lamunannya. Dia hanya menjawab dengan senyuman tanpa arti.

“Tadi aku sudah mengajaknya untuk belajar bersama. Tapi katanya dia masih
harus mengajari Changmin dan teman-temannya,” jelas Minho.

“Aku juga tidak mengerti. Akhir-akhir ini Kyuhyun selalu menolak untuk diajak
bersama kita,” tambahnya.

Tiffany tampak merangkul Seohyun. Berharap dengan ini dapat meringankan


perasaan Seohyun. Minho memang tidak tahu menahu apa yang terjadi diantara
Seo dan Kyuhyun. Krystal, Tiffany, Siwon, semuanya sepakat untuk menutup soal
ini, karena kemungkinan besar Minho akan salah paham juga dan beroposisi
dengan Siwon.

“Mungkin dia sibuk karena pekerjaan barunya menjadi guru les,” ujar Seohyun.

“Mungkin juga keluarganya begitu membutuhkan uang sehingga dia harus banting
tulang seperti itu,”

Semua hanya memutar mata mendengar perkataan Siwon. Hello! Kyuhyun


merupakan anak dari seorang importir alat-alat kesehatan ternama. Mana mungkin
kekurangan uang? Kemudian yang lain segera menuju gazebo dekat kolam renang
rumah Minho. Sementara Seo masih betah duduk sendiri di ruang tengah.

Segitu marahnya kah kau padaku, Kyu?

*****

“Terakhir,”
Kyuhyun menghela napas lega. Besok adalah hari terakhir ujian dengan mata
pelajaran biologi. Tidak terlalu berat bukan? Yah, paling tidak minimal dia sudah
menyelesaikan satu tugas dari sekian tugas besar yang menunggunya.

Selesai mandi sore, dia bergegas menuju meja belajar. Kemudian mengambil buku
soal-soal biologi. Matanya melotot. Astaga! Besok ujian dan dia tidak ingat sama
sekali soal jaringan hewan dan tumbuhan? Ini pembodohan namanya. Segera
dicarinya catatan biologi tahun keduanya.

SRET!

Rasakan nikmatnya cokelat dariku tahun ini kekeke~ Happy Valentine Cho
Kyuhyun! S

Kyuhyun termenung sejenak saat mengetahui ada sebuah notes di halaman paling
depan buku biologinya. Dia berusaha mengingat, kapan Seohyun mengembalikan
catatannya itu. Tepat hari Valentine! Dimana dia ngambek karena tidak mendapat
cokelat sendiri!

Segera dia berlari keluar. Pergi menuju pohon maple yang masih terus tumbuh
disebelah kamarnya dan kamar Seohyun. Dia berharap, Seohyun tidak mengambil
kembali cokelat untuknya.

Benar saja! Sebuah kotak berwarna merah berbentuk hati berdiam didalam lubang
pohon itu. Dapat dipastikan keadaan coklat didalamnya masih sangat baik, karena
dari luar kotak  diisolasi begitu rekat. Kyuhyun mengambilnya perlahan.
Membawanya menuju kamar. Dibelakang kotak itu tertulis ‘Happy Valentine K!
Kau yang terbaik dalam hidupku! S’.

“Mian,” satu kata yang terucap dari bibir Kyuhyun. Yang masih termenung
memperhatikan kotak cokelat valentine dua bulan yang lalu seharusnya
didapatkan. Seakan memahami perasaan Kyuhyun sekarang, iPodnya melantunkan
lagu Broken milik Secondhand Serenade. Cowok itu masih memandang nanar
tulisan Seohyun. Di otaknya, berputar kenangan manis yang pernah dilalui
bersama Seohyun. Teringat perkenalan mereka pertama yang penuh dengan
pertengkaran. Saat pertama dia melihat gadis itu menangis, lalu sesaat kemudian
dia menjulurkan lidahnya penuh kemenangan.  Saat pertama dia mendengar betapa
cerianya gadis itu berteriak. Saat pertama dia melihat seorang Seo Joohyun
tersenyum, untuknya. Tuhan, betapa segalanya begitu indah saat nyaris terlupakan
seperti sekarang.

Kakinya perlahan menuntunnya untuk mengambil google inframerahnya. Lalu


berjalan kembali ke pohon maple. Kyuhyun benar-benar ingat. Saat dia
menganggap dirinya telah ditolak oleh Seohyun.

“Seo-ah! Turunlah!”

“Tidak mau!”

“Ya! Kau yeoja macam apa sih? Hobi memanjat pohon, tidak ada manis-
manisnya,”

Seohyun mendesis, “Berisik!”

Kemudian kembali menutup matanya dengan google inframerah. Dan melanjutkan


mencorat-coret pohon dengan sebilah cutter tajam. Kyuhyun begitu penasaran.
Apa yang sebenarnya dilakukan oleh Seohyun sebenarnya?

“Kau sepertinya sibuk sekali,” ujar Kyuhyun menyindir.

“Memang, makanya kau jangan menggangguku!”

“Sebenarnya apa yang lakukan disana sih?”

“Kepo ya,”

Kyuhyun mendesah, “Ayolah, aku tidak suka memanjat. Apa kau benar-benar
ingin menyiksa rasa penasaranku?”

Tidak ada jawaban. Gadis itu tetap sibuk dengan cutternya.

Kyuhyun mulai memanjat pohon itu. Pohon yang selama ini tidak pernah sama
sekali disentuh rantingnya oleh Kyuhyun selama 18 tahun, karena dia tidak suka
memanjat. Dia berharap dari sini, dia bisa menemukan sesuatu yang mampu
membuktikan segala kegelisahannya. Dia baru menyadari, kalau malam hari, dari
sana tidak terlihat apapun. Hanya sependar kecil lampu jalanan yang tertutup
lebatnya dedaunan. Dipakainya kacamata berframe merah itu. Alat yang membuat
matanya dapat melihat di kegelapan.

DASH!
Sebuah tulisan terukir disana. Karena ukirannya begitu dalam, menyebabkannya
dapat dibaca hingga sekarang. Kalimat sederhana yang dilingkari sebuah bentuk
ukiran hati.

Saranghae, K

Dan rasa itu benar-benar hadir. Rasa kecewa. Rasa sedih. Rasa sakit. Kecewa
karena apa yang selama ini diekspektasi olehnya salah. Sedih karena kini dia dan
Seo benar-benar jauh, bagai langit dan bumi. Sakit karena apa yang telah dia
perbuat berbanding terbalik dengan apa yang telah Seo perbuat.

Kyuhyun yang menjauhi Seohyun terlebih dahulu. Membuat benteng pembatas


antar hubungan mereka yang selama ini terjalin indah. Semua itu dilakukannya
atas dasar kekecewaan karena perasaannya yang tidak pernah dibalas Seo. Tanpa
Kyuhyun tahu, Seo telah menunjukkannya dengan caranya sendiri.

Cowok itu mengacak-acak rambutnya sendiri. Melonglong dalam hati. Berteriak


penuh rasa kesal. Kau benar-benar bodoh, Cho Kyuhyun!

*****

Mana cowok bodoh itu? Apa dia tidak datang ke sekolah?

Seohyun masih mengawasi daerah bimbingan konseling. Kebanyakan anak tahun


ketiga seperti Kyuhyun sedang bergerumbul disana. mereka menunggu giliran
untuk konsultasi soal rencana masa depan mereka di universitas.

Sudah hampir setengah jam dia memperhatikan ruangan itu. Tapi kenapa Kyuhyun
sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya?

*****

“Selamat pagi, ahjumma!”

“Ah Kyuhyun! ayo masuk. Bibi pikir siapa,”

Kyuhyun melangkah memasuki rumah Seohyun. Setelah dipersilahkan, dia duduk


di salah satu sofa di ruang TV. Sepertinya sudah cukup lama juga dia tidak
bertamu ke rumah ini. padahal dulu, setiap hari terutama Sabtu-Minggu, dia akan
mengganggu ketentraman rumah ini dengan membuat Seohyun mengomel.

“Hyunnie belum pulang. Katanya dia ada latihan dance untuk lomba minggu
depan,”

“Ah gwaenchana ahjumma. Bolehkah aku meminta izin untuk masuk ke kamar
Seo?”

Eomma Seo tampak tertawa kecil sambil mengibaskan tangannya, “Ya ampun!
Kau seperti baru saja berkenalan dengan kami. Masuk saja! Bibi mau ke dapur
dulu ya,”

Kyuhyun membuka pintu kamar Seo yang berada dilantai atas. Menatap kamar
kosong yang tertata rapi didepannya. Dia tersenyum miris. Dulu, setiap membuka
pintu tiba-tiba seperti ini, Seo akan menyambutnya dengan lemparan bantal atau
guling. Namun keadaan yang ada sekarang seperti ini.

Tangannya mulai menyusuri setiap sudut kamar bernuansa pink itu. Setiap hal
yang ada di kamar ini merupakan saksi bisu hubungan keduanya yang penuh intrik.

Hingga akhirnya dia sampai di meja belajar. Menyentuh sebuah album foto
bergambar sepasang teddy bear yang berpelukan. Kyuhyun mengambilnya, dan
membuka album itu sembari duduk dipinggir ranjang. Membalik halaman demi
halaman. Menatap lembar demi lembar peristiwa masa lalu keduanya yang berhasil
terabadikan. Saat mereka mandi bersama di halaman depan dengan selang taman.
Saat mereka kejar-kejaran di ruang tengah rumah Kyuhyun. Saat ulang tahun
kesebelasnya Seohyun. Akankah segalanya kembali seperti ini lagi? Saat keduanya
masih begitu polos. Tanpa balutan rasa sayang melebihi sahabat sama sekali. Atau
sebenarnya sejak dulu perasaan yang disebut orang cinta itu sudah ada diantara
mereka?

Kyuhyun tersadar dari lamunannya saat handphonenya berbunyi. Sebuah panggilan


masuk dari noonanya. Diangkatnya beberapa saat.

“Ne, wae noona?”

“…”

“Aku masih di rumah Seo,”


“…”

“Ne, arraso,”

Cowok itu menutup teleponnya. Sebelum pergi, dia teringat sesuatu. Dirogohnya
saku jaketnya. Lalu meninggalkan sebuah amplop berwarna pink didalam album
foto itu.

Annyeong, Hyunnie. Kyuhyun meninggalkan kamar Seo.

*****

“Annyeong,” sapa Seohyun sambil menutup pintu depan.

“Ah Hyunnie! Baru saja eomma akan menelponmu. Ternyata kau sudah datang
duluan,”

Seohyun hanya membalas dengan senyuman. Jujur yang saat ini dibutuhkan
olehnya adalah ranjang. Badannya terasa remuk setelah menghabiskan tiga jam
lebih untuk persiapan kompetisi dance mendatang. Begitu masuk kamar, badannya
segera direbahkannya diatas pulau kapuknya yang nyaman.

PUK!

“Aw!” Seohyun mengaduh. Badannya seperti terbentur sesuatu entah apa itu.
Rasanya tadi pagi, dia tidak menaruh album fotonya bersama Kyuhyun di kasur.
Segera gadis itu berteriak untuk eommanya.

“Eomma, apa kau baru saja memasuki kamarku?”

“Ani, tadi yang masuk kamarmu itu Kyuhyun,”

Seohyun terbelalak, “Mwo?! Eomma bilang Kyuhyun?!”

Eomma tampak mengangguk, “Ne, tadi sore dia datang kemari. Tapi hanya
sebentar.”

Gadis itu terduduk ditepi ranjang. Tempat yang sama diduduki oleh Kyuhyun.
Termenung sambil menatap cover album berwarna cokelat muda itu. Hatinya
bertanya tanya, ada apa Kyuhyun ke rumahnya? Kenapa dia memasuki kamarnya?
Apa sebenarnya Kyuhyun ingin berbaikan dengannya?
“Argh!” umpat Seo, memukul kepalanya sendiri. Seharusnya dia tidak usah ikut
latihan hari ini. Jadi dia bisa menjelaskan keadaan sebenarnya pada cowok itu.
Berusaha menghilangkan kesalnya, dia bangkit menuju kamar mandi. Alangkah
terkejutnya saat dia tidak sengaja menjatuhkan benda yang berada dipangkuannya.
Album itu terbuka persis di halaman pertama yang dimana terdapat sebuah amplop
gambar teddy bear warna pink. Penasaran, Seohyun mengambil isi amplop yang
tertempel dengan double tape itu. Mulai membaca dari kata : ‘Untuk seseorang
paling sempurna yang pernah kukenal, Seo Joohyun’.

My tears run down like razor blades and no

I’m not the one to blame

It’s you or is it me?

Aku tidak tahu harus menghubungimu dengan cara apalagi. Sebenarnya aku
ingin menemui secara langsung. Tapi waktuku begitu sedikit. Entah apa yang
membuat sepertinya kita sulit bertemu. Padahal rumah saja bersebelahan. Kita
juga masih satu sekolah. Apa yang menjadikan kita begitu sulit untuk
berbicara? Mungkin takdir.

Seohyun segera berlari keluar rumah setelah berhasil membaca sekilas surat itu.
Eomma berteriak dari teras. Hanya dijawab, “Pergi sebentar!” olehnya. Astaga!
Seo benar-benar tidak bisa berpikir jernih saat ini.

And all the words we never say

come out and now we are all ashamed

And there is no sense in playing games

When you’ve done all you can do

Sungguh aku merasa ada yang aneh diantara kita. Bukankah kita sudah
berteman sejak kecil? Berapa lama waktu yang kita habiskan bersama? Berapa
banyak kenangan yang sudah berhasil kita rajut? Kupikir dengan semua itu,
aku sudah cukup memahamimu. Ternyata masih kurang ya?

“Maaf, Seohyun-ssi. Tuan Kyuhyun sudah berangkat ke bandara dengan Nona Ara
dari dua jam yang lalu,” ujar pelayan rumah Kyuhyun.
Seohyun mengangguk pamit. Kemudian segera mencari kendaraan. Syukurnya ada
taksi yang lewat. Sehingga dia bisa segera pergi ke bandara sekarang juga.

But now it’s over, it’s over, why is it over?

We had the chance to make it. Now it’s over

It’s over. It can’t be over.

I wish that I could take it back, but it’s over.

Maaf. Aku terlambat menyadari segalanya. Menyadari bahwa kau begitu


mempedulikanku. Menyadari bahwa kau begitu menyayangiku. Menyadari
bahwa kau.. mencintaiku. Dalam hati aku merasa kesal. Kenapa semua ini baru
disadari saat semuanya terlambat? Apakah kita memang tidak mungkin
bersama?

Seohyun menelan ludah. Tanpa disadari olehnya, air matanya meluncur dengan
sendirinya. Tanpa suruhan. Tanpa paksaan. Seo berdoa dalam hati, semoga dia
masih sempat menemui Kyuhyun.

I lose myself in all these fights

I lose my sense of wrong and right.

I cry, I cry.

Beberapa waktu yang lalu, aku tak sengaja memergoki Siwon sedang berduaan
dengan Tiffany disebuah kafe. Saat itu, aku benar-benar marah. Saat itu, aku
benar-benar ingin menunjukkan padamu, bahwa Siwon bukan pria yang pantas
bersamamu. Dia bahkan bisa dengan santainya bermain dengan wanita lain
dibelakangmu. Saat aku berniat memarahinya, aku mengetahui bahwa kau
dengannya hanya sebatas rekan. Bahkan yang lebih membuatku kecewa.. dia
bercerita, kau menjadi lebih pemurung karenaku. Apa aku benar-benar tidak
berguna untukmu? Hanya mampu membuatmu sedih?

Saat membaca bagian itu, terlihat ada bulatan serta tinta yang memudar. Dapat
dipastikan, Kyuhyun juga meneteskan air mata saat menulis surat ini. Air matanya
terus mengalir dengan begitu deras membaca setiap curahan hati Kyuhyun.

I’m shaking from the pain that’s in my head


I just want to crawl into my bed and throw away

The life I’d led. But I won’t let it die.

But I won’t let it die.

Saat aku memperhatikan bintang-bintang buatanmu, aku juga untuk kesekian


kalinya tak sengaja membongkarnya. Hanya berniat untuk mengusir bosan.
Ternyata, kau menuliskan banyak kalimat motivasi untukku. Disetiap bintang
bahkan. Astaga! Kau begitu peduli padaku. Apakah aku pernah sepeduli ini
padamu? Sepertinya aku memang tidak terlihat mencintaimu sama sekali.

Seohyun menggeleng lemah. Rasanya dia ingin berteriak dihadapan Kyuhyun.


Menjelaskan betapa cowok ini selalu berusaha menghiburnya. Seo teringat,
kejadian di trampolin. Saat Kyuhyun menyanyi didepan rumahnya dengan gitar,
untuk menghibur Seo yang kalah lomba. Kyuhyun selalu memperhatikannya
dengan caranya sendiri.

I’m falling apart, I’m falling apart

Don’t say this won’t last forever

You breaking my heart, you’re breaking my heart

Don’t tell me that we will never be together

We could be over and over, we could be over

Aku diterima di Public Care and Medical Centre Harvard University. Impianku
terkabul! Tapi justru ini membuatku sedih. Karena kemungkinan besar, aku
baru bisa menemuimu enam tahun lagi. Semoga kita masih bisa bertemu lagi
nanti!

Gadis itu semakin mengencangkan tangisannya. Kaget bercampur bangga. Sedih


bercampur senang. Pikirannya terlalu dipenuhi dengan Kyuhyun, Kyuhyun, dan
Kyuhyun saat ini. Tuhan, buatlah perjalanan ini lebih cepat!

It’s not over, It’s not over, It’s never over

Unless you let it take you, it’s not over

It’s not over, it’s not over, unless you let it break you
It’s not over.

PS : Jangan benci padaku! Aku hanya pergi karena ingin menjadi orang yang
pantas berada disampingmu. Jika suatu saat kau sudah menemukan seseorang
yang kau impikan, sebelum kita bertemu, buatlah aku menjadi orang pertama
yang mengetahuinya! Aku akan menjadi orang pertama juga yang
mengucapkan selamat padamu.

Dan disini aku mengaku, secara tertulis, bahwa aku mencintaimu. Sejak dulu
hingga sekarang. Aku tidak bisa memprediksi apa yang terjadi nanti. Tapi yang
kutahu, hatiku hanya untukmu.

Saranghae.. Seo Joohyun.

“Gamsahamnida, ahjussi!”

Seohyun segera berlari menuju penerbangan internasional. Tidak peduli orang-


orang menatapnya sinis, karena berlari seperti di taman bermain. Hanya satu hal
yang dipikirannya saat ini, menemui Kyuhyun.

Dimana dia?

“Seohyun,”

Gadis itu terkejut. Tubuhnya menoleh. Dan sesaat dia menangis. Melihat ternyata
Siwon berdiri dibelakangnya. Memberi isyarat. Bahwa dia.. sudah pergi.

*****

6 tahun kemudian..

“Cheers!”

Wajah sumringah menghiasi wajah Seohyun, Krystal, Tiffany, Siwon, serta Minho.
Bagaimana tidak, mereka baru saja merayakan kesuksesan mereka masing-masing.
Seohyun baru diwisuda menjadi seorang dokter muda dari Seoul University.
Sebentar lagi akan menjalani masa dua tahun abdi negara. Krystal berhasil
membuka label fashionnya yang bernama ‘CSJ’. Tiffany juga berhasil naik
pangkat menjadi asisten manager bagian maintenance di sebuah perusahaan
pembangkit listrik tenaga uap. Siwon dan Minho? Yah penggembira saja karena
senang melihat pacar-pacarnya berhasil.
“Wah, benar-benar menyenangkan ya! Kita semua sudah lulus dan mulai bekerja
sekarang,” ujar Siwon.

Minho mengiyakan, “Tentu saja! Tapi sehabis ini, kita akan sulit bertemu. Kita
pasti akan memulai kehidupan kita yang baru bukan?”

“Seohyun akan S2 ke Amerika setelah abdi negara, Tiffany pasti akan sibuk di
Incheon, Siwon juga akan mengurusi perusahaan keluarganya. Aish, sepertinya
kita akan seperti orang tidak kenal kedepannya,” tambahnya.

“Jagi, kenapa kau begitu apatis sih? Kita kan masih bisa bertemu bila waktu
senggang. Seperti kita yang akan tinggal di Mars saja,” serobot Krystal. Membuat
Tiffany dan Seohyun terkikik.

“Sayang, Kyuhyun tidak ada disini,”

Ups! Sepertinya Siwon mengucapkan kalimat yang salah. Semua segera menatap
kearah Seohyun. Takut-takut gadis itu akan kembali kalut dalam pikirannya sendiri
seperti awal-awal dia ditinggal Kyuhyun.

“Ya, gwaenchana. Kenapa kalian melihatku seperti melihat zombie begitu?”

Sebenarnya Minho ingin memberitahu. Bahwa dia sudah mengajak Kyuhyun


kemari. Tapi sayangnya cowok itu menolak dengan alasan sibuk dengan project
klinik pasutri yang sedang dibangunnya.

Seohyun menghela napas panjang. Dia ingin sekali Kyuhyun melihat, bahwa
sekarang dia berhasil mewujudkan cita-citanya. Tapi apa itu mungkin? Enam tahun
lebih menghilang, cowok itu tidak pernah menghubunginya sama sekali. Bukankah
kita sudah hidup di millenium kedua? Dimana semua alat komunikasi hanya
tinggal menyentuh? Sebegitu sibuknya kah Kyuhyun sampai tidak bisa
mengabarinya sama sekali?

*****

Seo berjalan menyusuri trotoar menuju rumahnya. Dia sengaja memilih untuk
pulang tanpa kendaraan karena ingin merefresh otaknya yang kembali terisi
dengan Kyuhyun. Dia mendesah, ternyata efek kepergian cowok itu masih meliputi
dirinya hingga sekarang.

GREP!
“UMMHH!!” teriak Seo tak jelas. Seseorang membekap Seohyun dari belakang.
Menutup mulut dan hidungnya dengan saputangan. Gadis itu berusaha
memberontak. Namun, kekuatannya tidak sebanding dengan penculiknya. Hingga
gadis itu pingsan di tangan sang penculik.

****

Gelap. Apa dia buta?

Seohyun tersadar dari pingsannya. Angin dingin malam berhembus begitu


kencang. Apa dia sedang berada diluar ruangan? Dia berusaha untuk
menggerakkan tubuhnya. Namun tidak ada yang merespon. Sepertinya tangan dan
kakinya diikat. Matanya juga ditutupi dengan kain. Tuhan, apa yang terjadi
sebenarnya?

Seohyun meyakini bahwa dia sudah berusaha bersikap baik pada semua orang. Dia
juga merasa tidak memiliki musuh. Lalu siapa yang merencanakan semua ini?

“Siapa kau?! Apa yang kau lakukan padaku?!” teriak Seohyun saat kesadarannya
sudah penuh kembali. Mulutnya syukur tidak dilakban. Jadi dia bisa berteriak.

Hanya terdengar suara cekikikan dari seseorang. Menjawab pertanyaan bodoh Seo.

“Aku mohon, lepaskan aku!”

Tidak ada respon. Namun terdengar suara langkah mendekat kearahnya. Seohyun
benar-benar ketakutan.

“Hentikan! Jangan mendekatiku!”

Orang itu semakin mendekat. Seohyun tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya mampu
menangis dan meronta tak guna.

“Jangan lakukan apapun padaku! Kumohon..”

Seohyun mulai menangis. Dia ketakutan setengah mati. Membayangkan apa yang
bisa dilakukan orang itu terhadapnya, yang saat ini tidak berdaya sama sekali.
Seohyun bergidik ngeri, saat tangan orang itu mencengkram keras tulang
rahangnya. Tangannya mulai mengelus bagian paha Seohyun yang tidak tertutupi
roknya.
Seohyun benar-benar hampir pingsan saat tangannya mulai mencapai perutnya.
Sungguh dia belum siap menghadapi semua ini. Tiba-tiba..

Sebuah ciuman hangat menempel di bibir manis Seohyun. Sungguh, dia ingin
menolaknya. Akan tetapi, ciuman ini sangat lembut dan begitu menggodanya. Air
matanya masih mengalir sembari ciuman ini menghampiri. Hingga orang itu
berbisik didepan bibirnya.

“Jangan menangis! Aku paling tidak tahan melihatmu menangis,”

Seohyun terbelalak. Dan matanya semakin membesar saat penutup matanya


dibuka. Sesosok pria yang selama ini ditunggunya menatap matanya begitu dalam.
Tubuhnya melemas saat itu juga. Rasa khawatirnya yang tadi bergemuruh, berubah
menjadi rasa kesal dan rindu yang tiada tertahan.

Tangan Kyuhyun terulur, mengusap air mata di pipi Seohyun. Kemudian


menghilangkan bekasnya, dengan menghisap kedua pipi merahnya. Gadis itu tidak
menolak sama sekali. Hanya terdiam tanpa kekuatan.

“Kau ingin membuatku mati ketakutan ya?” tanya Seo, saat berhasil
mengembalikan tenaganya.

“Aku hanya ingin membuat sedikit sapaan kejutan saja. Ini keren bukan?”

Seohyun tertawa lemah, “Bahkan pada sahabatmu sendiri kau tega melakukan hal
sesadis ini.”

“Sadis? Ayolah! Aku bukan seorang psikopat. Ini hanya kejutan biasa. Lagipula
memangnya kau sahabatku?”

DEG!

Rasanya benar-benar lebih panas dari ditampar. Bagaimana bisa Kyuhyun tidak
menganggapnya sebagai seorang sahabat? Tapi memang benar. Diantara mereka
memang tidak ada ikrar itu sama sekali tentang hubungannya. Badannya meringsut
lemas. Kyuhyun yang menyadari perubahan sikap tubuh Seo, langsung mendadak
panik.

“Kau kenapa?”

“Lepaskan aku! Aku mau pulang,”


Kyuhyun dengan bodohnya melepaskan begitu saja ikatan pada tubuh Seo.

“Kau mau kemana?”

“Pulang, aku lelah,”

“Ya! Kau pikir aku membuat semua ini hanya untuk sekadar menyapa?”

“Apa lagi?!” Seohyun mulai kesal dengan perilaku Kyuhyun. Cowok itu
menjentikkan jarinya dan..

BOOM!

Kembang api bermunculan di langit. Begitu menawan. Begitu indah. Warna-


warninya menghiasi gelapnya malam. Mempercantik keadaan taman yang indah
ini. Dan tentunya, membuat Seo tercengang.

“Jangan takjub dulu! Belum selesai,” Kyuhyun kembali menjentikkan jarinya.


Seohyun menutup mulutnya. Sesuatu berukuran besar muncul mendadak dari
kejauhan. Membentuk sebuah menara Eiffel dari bahan mungkin tripleks
berhiaskan lampu-lampu cantik berdiri dengan megah didepannya. Bukan itu yang
membuatnya menganga. Melainkan kalimat diatasnya menara itu yang tertulis
‘Marry Me, S?’

“Kyu.. itu..”

Kyuhyun berlutut dihadapan Seohyun.

“Aku tidak mampu mengungkapkannya dengan kata-kata. Mungkin lebih baik, aku
mengungkapkannya dengan caraku sendiri. Aku sudah berusaha semampu yang
kubisa. Dan kurasa, sekarang aku pantas untuk menanyakan hal ini. Aku tidak
ingin hanya menjadi tetangga, sahabat, ataupun puppy love untukmu. Aku ingin
lebih dari itu.”

Kyuhyun berdeham sekali, “Bolehkah aku mengisi lembar baru dalam hidupmu,
dengan menjadi suamimu, Seo Joohyun?”

Seo benar-benar lemas. Ini hal paling indah yang pernah ia dapatkan seumur hidup.
Dia baru menyadari, betapa Kyuhyun membuatnya merasa menjadi wanita paling
bahagia hari ini. Gadis itu hanya menjawab dengan senyuman. Benar-benar
menyetujui Kyuhyun tidak hanya menjadi puppy love atau cinta monyet semata.
Lalu ikut berlutut, mencium lembut bibir Kyuhyun.

Tidak ada yang terucapkan. Bukankah seperti itu sejak awal?

*****

 3 tahun kemudian …

Seohyun memberikan secangkir teh pada Kyuhyun yang sedang duduk di sofa,
“Oppa?”

“Hm?”

“Kalau dihitung dari satu sampai sepuluh, berapa rating cintamu padaku?”

Kyuhyun menyesap tehnya sejenak. Dahinya mengerut. Tanda bahwa dia sedang
berpikir. Sebelum akhirnya menjawab, “Dua.”

Gadis itu seketika merengut. Membuat Kyuhyun ingin tertawa.

“Memang hanya dua?” tanya Seohyun.

Kyuhyun mengangguk, “Dua. Dualaaaaaaaaaam sekali..”

Seohyun memukul lengan Kyuhyun pelan. Tersipu malu.

END

Anda mungkin juga menyukai