part 1
Posted on April 16, 2012 by niaiueohyeah
7 Votes
habis baca tolong dikomen yaa biar tambah semangat nih ngerjain ini ff okee?
happy reading
Cast : Seo Joohyun, Cho Kyuhyun, Choi Siwon, Tiffany Hwang, Krystal Jung,
Choi Minho, Kwon Yuri
Warning : Dilarang memperbanyak atau mengcopy fanfict ini tanpa ijin dari
pemiliknya!
kalo butuh apa-apa, atau mau kenalan mungkin *muka aegyo* mention twitter aja
yaa @niianio
*****
“Hoaaam..”
Begitu selesai memakai baju, diambilnya segera kunci mobilnya. Tampak di garasi
sudah tidak ada mobil orang tuanya maupun Ara, kakak perempuannya, sudah
menghilang entah kemana. Cepat-cepat dihidupkannya mesin mobil dan dijalankan
tanpa memanaskannya terlebih dahulu.
Tumben sekali Seo tidak ribut, biasanya dia kan yang membangunkanku, batin
Kyuhyun sambil menyetir. Jalanan yang agak sepi juga membuatnya tidak heran,
justru bersyukur. Padahal rumahnya berada di kawasan elite Seoul yang traffic
jam-nya cukup tinggi. Dua puluh menit kemudian, dia sampai di gerbang depan
sekolahnya. Kyuhyun memarkirkan mobilnya. Saat keluar mobil, dilihat
sekelilingnya, dan.. krik.
“Kyuhyun?”
“Seohyun? Kenapa kau memakai baju bebas seperti itu?” tanya Kyuhyun bingung.
“HAHAHAHAHAHAHA!!”
“Nih,” Seohyun mengulurkan tangannya, memberikan segelas milo hangat pada
Kyuhyun.
“Berhentilah tertawa! Ini bukan hal lucu yang perlu ditertawakan,” omel Kyuhyun
melihat Seo yang sesekali meliriknya sambil terkikik.
“Mianhae, habisnya aku tidak menyangka kau bukan hanya tidak bisa membaca
jam, tapi juga tidak bisa membaca hari,”
Kyuhyun memutar mata. Sungguh bodoh dirinya, kenapa dia bisa sampai lupa
kalau hari ini hari Minggu? Sudah begitu, bukannya kalau tahu telat bangun, justru
dia lebih memilih untuk bolos? Kenapa ini malah dibela-belain masuk? Pabo
Kyuhyun!
“Lagian kalau ini hari sekolah, pasti aku bakal teriak-teriak membangunkanmu
kan?”
“Pilih diam atau tidak ada jasa mengantarkan ke sekolah?” celetuk Kyuhyun kesal.
Membuat gadis itu tertawa puas.
Seperti yang sudah diketahui seluruh penjuru sekolah, Seohyun dan Kyuhyun
merupakan sahabat sejak kecil. Sahabat? Entah apa yang membuat semua orang
menyebut mereka sahabat. Namun, jika ada yang bilang mereka dekat itu memang
benar. Bayangkan, sejak kelas 3 SD satu sekolah hingga sekarang, tak pernah
terpisah. Dan lebih hebatnya lagi, kamar mereka hanya dibatasi oleh sebuah pohon
maple besar. Menurutmu kurang ‘dekat’ bagaimana?
Sebenarnya Kyuhyun tidak ingin juga adu mulut tiap hari. Tapi sepertinya itu
merupakan kebiasaan wajib bagi hidupnya. Apalagi jika ingat betapa liciknya Seo
ketika kecil..
Seoul, 1998..
“Oppa, kembalikan bonekaku!” pekik Seohyun kencang. Saat ini nasib bonekanya
sedang terancam ditangan Kyuhyun.
“Siapa suruh kau melemparkan prajuritku keatas lemari? Tidak, boneka ini akan
menjadi tahananku,”
Seohyun melipat tangannya di dada. Tampak tak ada rasa takut sama sekali dalam
dirinya setelah mengejek Kyuhyun seperti itu. Meski cowok itu lebih besar dan
lebih tua dari dirinya.
Tangan Kyuhyun mencapai kerah baju Seo pas saat gadis itu memegang baju
eommanya dan berteriak, “Eommaaaaa!!”
Sontak kedua wanita dewasa didepannya itu menoleh. Dan eomma Kyuhyun
segera menjewer telinga Kyuhyun.
“Ya! Kau harusnya memberi contoh yang baik kepada Seohyun. Kenapa kau
malah mengajaknya bertengkar?” omel wanita itu, membuat Kyuhyun cemberut.
Tatapan segera mencari dimana Seohyun berada. Gadis manis itu sedang
bersembunyi dibelakang eommanya, menjulurkan lidahnya meledek.
Kyuhyun melotot.
*****
Tubuh Kyuhyun menunjukkan respon negatif dari perlakuan Seo. Dia justru
membalikkan badannya, memunggungi gadis yang berusaha membangunkannya
itu. Seohyun masih berjuang mengganggu mimpinya dengan menarik selimutnya.
“Kyuhyun! Ayo bangun! Kau tidak lihat sekarang jam berapa? Kita bisa telat
nanti,” omel Seohyun.
“Hei, kau ini benar-benar dongsaeng yang tidak sopan. Haluslah sedikit jika ingin
membangunkanku,”
Mau tidak mau, Kyuhyun terpaksa bangun dari tempat tidurnya. Berjalan sambil
menguap menuju kamar mandinya. Sementara Seohyun turun ke lantai bawah
untuk membantu Ara menyiapkan sarapan.
Setelah berhasil membangunkan Kyuhyun, maka dia turun untuk membantu Ara
menyiapkan sarapan pagi. Sebenarnya Seo bisa saja berangkat sendiri tanpa harus
menebeng Kyuhyun. Masalahnya adalah, “Kau ikut si Kyuhyun saja tiap berangkat
sekolah, biar anak itu ada yang membangunkan. Ahjumma sudah menyerah untuk
urusan membangunkannya di pagi hari.”
“Aku tidak menemukan apapun di kulkas. Makan roti dengan saja nih,” balas Ara,
sembari memberikan selai stroberi pada adiknya. Kyuhyun melihat jam tangannya.
Jam enam lebih dua puluh lima menit.
“Noona, aku sarapan di mobil saja ya! Seohyun, ayo berangkat!” Kyuhyun
membawa beberapa lembar roti tawar di tangannya. Kemudian berlari kearah Ara,
mencium pipi kakaknya itu.
Ara tersenyum mengangguk, “Hati-hati ya! Suruh anak itu tidak mengebut,”
“Pasti eonnie.”
*****
Krystal menelan ludah. Rasanya seperti dia sedang berada di hutan rimba yang
penuh dengan macan dan serigala, tanpa satu orangpun yang mampu
menolongnya. Ingin sekali dia melirik kebelakang untuk meminta bantuan. Tapi
sepertinya tatapan Prof. Kim yang begitu sadis sangat tidak memungkinkannya
untuk menoleh.
“Sudah! Kembali ke bangkumu,” suruh Prof. Kim, “Saya heran, apa benar ini kelas
A yang merupakan kelas unggulan? Saya rasa blablabla..”
Prof. Kim masih saja ngedumel. Sementara Krystal menarik napas lega. Yah,
siapapun yang ada di kelas A juga tau kalau Krystal itu paling lemah di pelajaran
menghitung.
“Amazing! Aku benar-benar muntah didepan kalau misalnya sampai detik ini aku
tetap disana,” Krystal duduk memelorot.
Seohyun terkikik pelan, “Sepertinya kamu bakal madesu ya, masa depan suram.”
“Bawel!” dengus Krystal, “Aku yakin aku bakal tetap hidup walaupun sin cos tan
itu mati.”
“Bagus sekali! Seperti biasanya,” puji Prof. Kim setelah mengoreksi pekerjaan
Tiffany. Gadis itu kembali ke tempat duduknya yang berada persis didepan
Seohyun.
“Dua menit untuk soal keriting seperti itu? Kamu bukan manusia ya?” tanya
Krystal.
“Hampir sepuluh menit lebih aku berdiri disana dan tidak bisa menuliskan
apapun,”
“Biarkan saja dia, Tiff. Dia hanya sirik padamu,” Krystal langsung menatap tajam
kearah Seohyun.
Tiffany menyeringai, “Iya, aku tahu. Batas jenius dan bodoh itu memang tipis
kok.”
Bel istirahat berbunyi. Tentu saja semua anak berhamburan keluar kelas. Begitu
pula dengan Seohyun beserta kedua temannya, Krystal dan Tiffany. Mereka
memilih untuk menghabiskan lima belas menit waktu sisa untuk berjajan di kantin.
Begitu dapat tempat duduk, Krystal langsung meluruskan kakinya.
“Kalau sampai betisku membesar, aku tidak akan mengampuni kalian berdua,”
omel Krystal yang disambut dengan tawa oleh Tiffany. Sementara Seo, terdiam
menunggu nasi gorengnya datang. Perutnya benar-benar melolong kencang saat
ini. Gara-gara Kyuhyun yang buru-buru berangkat tadi, dia jadi tidak sempat
sarapan.
“Ya! Kau tidak makan berapa bulan sih? Kenapa jadi rakus begitu?”
“Sudah tidak cantik, masa makannya juga segini rakusnya,” Kyuhyun menggeleng-
gelengkan kepalanya.
“Hah?”
“Yang penting ada usahanya. Daripada kau tidak ada usahanya sama sekali,” ujar
Minho.
“Sialan kau!”
Semuanya tertawa. Seohyun juga tertawa, tapi sumbang. Seakan berat untuknya
ikut tertawa.
*****
Krystal masuk ke ruang OSIS untuk memberikan karpan permintaan anak OSIS
dengan keadaan super suntuk. Baru saja hasil dua ulangan vital (matematika dan
fisika) dibagikan. Tau cewek ini dapet berapa? Sebuah lidi dan bola basket alias
10. Kalau 10 yang besar sih lumayan. Nah ini yang kecil. Yang paling
mengecewakan menurut dia adalah fisika (matematika = mengenaskan!). Percuma
deh begadang ngabisin setengah kantong kopi kapal api untuk belajar bab
kesetimbangan nista ini.
“Yah, masuk masuk R.O. malah menebarkan hawa badmood. Tidak kasihan
denganku, nanti aku juga ketularan lho,” ujar seseorang, membuat Krystal menoleh
mencari arah suara itu.
“Ada apa?”
“Ehm.. aku mau menitip karpan untuk W-Day disini. Ternyata karpannya sudah
jadi duluan sebelum waktunya, jadi aku titip sini saja,”
“Bukan,” kata Minho, “Maksudku, ada apa kau cemberut seperti itu?” tanya Minho
dengan nada yang cukup lembut. Krystal segera menumpahkan emosinya tentang
nilainya yang terjun moncrot dari lantai 20. Dia juga menunjukkan hasil kerjanya
yang telah dikoreksi oleh guru. Yang diceritain malah senyam senyum.
“Payah! Bab gampang gini aja nggak tuntas. Temenmu yang lain dapet berapa
emangnya?”
“Memangnya kau punya teman lagi selain mereka?” tandas Minho, yang masih
melihat hasil ulangannya.
Krystal memelorotkan tubuhnya, “Kalau Tiffany sih tidak usah ditanya, nilainya
pasti tertinggi di kelas. Seohyun juga pasti nilainya tidak jauh dari Tiffany. Mereka
terlalu pintar.”
“Dan hebatnya mereka yang terlalu pintar itu mau berteman denganmu?”
“Kamu menghinaku?”
Minho terkikik.
CLING! Otak Krystal mengeluarkan ide yang begitu cemerlang. Kenapa dia tidak
memanfaatkan kesempatan ini? Dengan wajah memelas dan nada meminta, dia
berkata, “Sunbae, ajarin aku fisika sama matematika dong! Please!”
Cowok terlihat agak kaget. Bukan karena dia nggak bisa matfis, tapi karena wajah
yang baru saja ditunjukkan gadis itu. Benar-benar mirip dengan.. Yuri. Syukurnya
dia dapat dengan cepat menguasai emosinya lagi.
“Minho sunbae? Mau ya? Apa sunbae tidak miris melihat nilaiku seperti itu?”
pintanya dengan begitu sungguh-sungguh. Nampak Minho mengelus-elus dagunya.
Sok-sok berpikir. Sebelum akhirnya dia mengangguk, mengiyakan permintaan
Krystal.
“Jeongmal, sunbae??!!”
Minho masih mengangguk sambil tersenyum. Rasanya sekarang ini Krystal benar-
benar ingin berjingkrak kegirangan.
NICE START, KRYSTAL!!
*****
From : Seohyun
Kyuhyun mengunci handphonenya setelah membaca pesan dari Seo. Habis ini dia
benar-benar nganggur. Dia tidak mungkin mengajak main Minho. Orang itu pasti
saat ini sedang ikut pelajaran tambahan. Maklum, mantan anak OSIS. Sering sekali
meninggalkan pelajaran jadi mau nggak mau harus ikut pelajaran tambahan.
Biasanya sih kalau lagi suntuk gini, dia jalan-jalan sama Seo. Tapi ternyata gadis
itu sudah memberitahunya seperti itu.
Sejenak Kyuhyun tersenyum samar. Entah sejak kapan, anak kecil yang manja
yang dikenalnya sejak dulu itu sudah bermetamorfosis menjadi seorang gadis
remaja yang begitu cantik.
Seohyun dari kecil memang sudah memiliki fans laki-laki. Cukup banyak rasanya
cowok yang sudah menyatakan cintanya pada gadis itu. Tapi tak ada satupun yang
diterima olehnya. Salah satunya juga Kyuhyun sendiri.
Seoul, 2002..
Dia merasa tidak suka melihat Seo yang sering bersama Yonghwa sehingga
melupakan janji bermain mereka. menurut Kyuhyun, mungkin dengan dia
menyatakan bahwa dia suka pada Seo, maka gadis ini akan berhenti dekat dengan
Yonghwa.
“Kyuhyun, kau..”
Seohyun terdiam sejenak. Dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Keadaan
benar-benar canggung diantara mereka. Jujur saja, keduanya merasa tidak tahan
jika harus berlama-lama dalam keadaan seperti ini. Perut Kyuhyun saja rasanya
sudah begitu mual. Bukannya segera menjawab, Seohyun malah berkata, “Nanti
sore kita main ya! Jangan lupa bawa google inframerah kita, oke?”
Lalu berlalu meninggalkan Kyuhyun sendiri. Cowok itu hanya menghela napas
pelan.
Perasaanku ditolak.
“Sudah berapa lama kau disini?” tanya Seohyun, menghampiri Kyuhyun yang
berdiri mematung didepan pintu ruangan. Cowok itu tersadar dari lamunannya.
“Ini sudah selesai. Tunggu sebentar! Aku mau ganti baju dulu,” ujar Seo.
*****
LED handphone Seo warna putih berkedap-kedip. Berarti ada pesan masuk dari
Kyuhyun. Dia mengambil handphonenya dan membaca pesan itu.
From : Kyuhyun
Kalau Kyuhyun menyuruhnya membuka korden, pasti ada yang mau diobrolin.
Sebelum dia membuka korden, diambilnya terlebih dahulu buku komunikasi
mereka. Nampak Kyuhyun sudah menunggunya didepan meja belajarnya yang
terletak persis didepan kaca. Mereka mulai saling tulis-menulis untuk mengobrol.
ani, waeyo?
aku tidak tahu kalau ahjumma bangkrut sampai kau harus jualan nasi
jadi, kau mau menemaniku atau tidak? kubelikan tiket masuknya deh
Gadis itu tampak berpikir sejenak. Lumayan juga kan bisa masuk ke lotte world
secara gratis? Akhirnya menuliskan sesuatu di bukunya. Kemudian memutar buku
itu kearah Kyuhyun, agar bisa dibaca cowok itu.
okay!
*****
“Mwo?”
Krystal mulai menceritakan dari awal kejadian tiga hari yang lalu. Saat dia tidak
sengaja berdua dengan Minho. Terus waktu dia curhat soal nilainya yang bobrok
banget. Sampai akhirnya dia jadi adik didiknya Minho. Dan akhirnya sudah dua
hari dia ‘berempatan’ bersama Minho juga.. matematika dan fisika.
Semua mengangguk paham. Krystal memang sudah ngefans banget sama kakak
kelasnya itu semenjak kelas 1 SMP. Tentunya ini sebuah kesempatan besar
baginya untuk pedekate mengingat hampir empat tahun juga gadis itu hanya
melihat Minho dari jauh.
“Tapi gimana jadinya ya kalau kau jadi pacar Minho sungguhan?” tanya Seohyun
tiba-tiba.
“Habisnya, Minho kan seorang playboy. As we all know, dia tampangnya selangit,
pinter, keren. Kalo denger Minho pacaran denganmu, itu sama aja aku denger
Anastasia atau Drizella yang pacaran sama pangeran, bukan Cinderellanya,”
Senyum cerah yang sebelumnya terlihat di wajah Krystal langsung luntur begitu
saja. berganti dengan wajah macan kelaparan yang ingin memakan Seohyun.
“Kau..”
“Selamat pagi, anak-anak! Sekarang hanya ada alat tulis diatas meja kalian. Hari
ini adalah pre-test bab fluida,” kata Prof. Lee, membuat Krystal dengan terpaksa
menghentikan omelannya.
*****
“Kemana Krystal dan Tiffany?” tanya Kyuhyun, melihat Seohyun hanya datang
sendiri ke parkiran mobil.
“Krystal ada rapat W-Day. Kalau Tiffany, dia disuruh Prof. Kim untuk ikut
tambahan olimpiade matematika,” jelas Seohyun sambil memasang seatbeltnya.
“Mwo?!”
Seohyun menyeringai, “Tidak usah mengelak, kau juga ingin kan? Ayo jalankan
mobilnya saja!”
Kyuhyun meringis. Kenapa gadis ini aneh sekali sih? Lalu menggerakkan stir
untuk menjalankan mobilnya. Suasana cukup hening didalam mobil. Hanya
terdengar alunan musik yang berasal dari radio yang mengisi kekosongan suara
disana. Seohyun sedang bermain Unblock Me di iPodnya, sementara Kyuhyun
lebih memilih untuk fokus menyetir.
“Kyuhyun-ah, ayo cepat beli tiket masuknya!” seru Seo, sambil menarik-narik
tangan Kyuhyun.
“Hei! Panggil aku dengan oppa! Krystal saja sampai sekarang masih memanggilku
sunbae,” omel Kyuhyun.
“Ah kan sama saja. Atau aku memanggilmu ‘jagy’ saja? Bagaimana?”
“Mwo?! Andwae!”
“Naik itu yuk!” ajak Kyuhyun, yang menunjuk kearah tower setinggi 200 meter.
Banyak orang-orang berteriak disana karena mereka dinaik-turunkan disana. Seo
sempat melongo sesaat. Ini tower kayak kurang tinggi deh ya? Kalau seandainya
sabuknya lepas sangat lagi diturunkan gimana?
******
Hebat! Dua setengah jam lewat dan sekarang hampir tiga jam Krystal belajar sama
Minho di perpustakaan. Dan dalam waktu selama itu, Krystal hanya mampu
mengerjakan 12 soal matematika dan 10 soal fisika. Padahal masing masing mata
pelajaran, Minho memberikan 20 soal.
“Ya! Tiga jam mengerjakan kenapa yang salah masih tetap banyak?” omel Minho,
sambil membetulkan letak kacamatanya. Jujur saja, tampang serius Minho saat
mengoreksi seperti ini benar-benar membuat Krystal meleleh. Dia paling suka
melihat cowok dengan tampang orang sibuk.
Tiba-tiba suara lagu Thanks For The Memories-nya Fall Out Boys berdering dari
handphone Minho. “Aku angkat telpon dulu,”
Krystal mengangguk. Kira-kira telepon dari siapa ya? Penasaran, diam-diam dia
meninggalkan kerjaan yang diberikan Minho. Dengan mengendap-endap,
ditempelkan tubuhnya di tembok sebelah jendela. Didepan pintu perpustakaan,
Minho berbicara dengan seseorang lewat telepon itu.
“…”
“…”
“…”
“Kau benar! Aku tidak mencintaimu lagi karena semua alasanmu itu,”
GLEK!
Krystal menahan napas. Bilang sudah tidak cinta karena gadis itu tidak cantik?
Gadis itu tidak pantas untuknya? Ampun! Padahal mereka baru berpacaran hampir
dua minggu. Katanya playboy, tapi kenapa mulutnya tidak ada manis manisnya
sih?
“Apanya?”
“Omongannya kan?” kata Minho, “Dia yang mengatakannya sendiri. Dia sendiri
yang merasa kalau dia tidak pantas untukku.”
Minho berkata, “Kalau dia tidak bisa menerima dirinya sendiri, mana bisa dia
menerima orang lain?” tambahnya.
Krystal terdiam. Jadi itu alasannya kenapa Minho ngomong begitu? Agar Se
Kyung sadar kalau dia harus menghargai dirinya sendiri dulu baru orang lain.
Sejurus Krystal paham. Ternyata itu hanya pedas kata-katanya saja. Tapi
maksudnya baik.
Krystal menganga. Dia segera lari untuk kembali mengerjakan nomor yang
dibundari kakak kelasnya itu. Minho yang melihatnya, sekali lagi hanya mampu
menggeleng.
*****
Waikiki Wave baru saja berhenti berputar. Tanpa memakai sepatu, Kyuhyun lari
keluar dari arena meninggalkan Seohyun–yang sedang berusaha mengembalikan
cairan di saluran setengah lingkarannya agar tubuhnya seimbang lagi. Dijungkir-
balik hingga kaki berada di kepala dan kepala di kaki, rasanya membuat dunianya
tidak berhenti berputar.
Kemana sih Kyuhyun itu? Ngajakin naik kipas muter nggak jelas begitu, terus tiba-
tiba menghilang begitu saja? Bener-bener nggak gentle kan? Seohyun masih
ngedumel sendiri. Sambil membawa sepatu dan tas Kyuhyun, dia berjalan keluar
arena. Rasanya kakinya masih belum bisa berdiri dengan baik di tanah, masih agak
sempoyongan.
Niatnya yang tadi untuk mengomel sontak hilang begitu saja melihat Kyuhyun
muntah-muntah di selokan seperti itu. Seohyun langsung tertawa sekencang-
kencangnya sambil berkata, “HAHAHAHA.. MENGAKUNYA JAGOAN KOK
MUNTAH!!”
“Hoeeek..”
“Isi perut dulu nih,” ujar Seohyun memberikan sebuah nampan berisi sebuah
burger besar dan air putih. Kyuhyun langsung menyambarnya tanpa ba-bi-bu.
Mengeluarkan semua isi perutnya seperti tadi membuatnya didera kelaparan
tingkat dewa.
“Hwa..fis..mih..fu..gwi..nya,”
Seo mengerutkan dahi akibat omongan Kyuhyun, “Tidak jelas, habiskan dulu deh
makananmu.”
Kyuhyun berusaha menelan semua burger. Alih-alih menelan, yang ada justru
tenggorokkannya tersedak. Dia memuntahkan makanannya, dan hasil telanannya
kelempar kemana-mana. Langsung Seohyun berdiri kesal. Cowok ini..
“Minum.. minum..” omel Seohyun, “Jangan makan kayak sapi dong! Habis
dikunyah, dimuntahin lagi.”
“Siapa yang mau mengajak main yang seperti itu lagi? Aku mau mengajakmu
main yang lain,”
Kyuhyun masih sambil tertawa menarik tangan Seo. Mereka terus berlari sampai
akhirnya..
DUK!
“Ya! Kenapa berhenti mendadak?” Seohyun mengelus dahinya yang terjedot badan
Kyuhyun. Dilihatnya ada apa didepan Kyuhyun. Hawa dingin langsung
menghampiri tubuhnya. Hamparan balok es cukup luas berada didepan mereka.
“Mwo? Andwaee..”
“Tapi membuatku mati kedinginan,” celetuk Seohyun, “Kau main sendiri saja!
Aku akan menunggu disini.”
Seohyun yang dari tadi diam akhirnya berteriak, “AKU DARI DULU KAN
TIDAK BISA MAIN SKATING, BODOH!”
Kyuhyun melongo.
“AW!!” pekik Seohyun kencang, karena rambutnya tertarik sesuatu. Ternyata yang
menarik itu Kyuhyun.
Kyuhyun terkikik, “Jangan marah seperti itu! Kau terlalu cantik saat marah-
marah.”
“Kalau kau pikir dengan gombalanmu itu aku akan luluh, berarti otakmu harus
diupgrade OS-nya,”
“Tidak! Siapa yang mau menggombal!” tangan Seohyun diambilnya, “Aku akan
memegangimu, jadi kau tidak akan jatuh seperti dulu, oke?”
Kyuhyun mensejajarkan wajahnya pada Seohyun, “Dulu aku masih kecil. Mana
kuat mau menahan tubuhmu waktu jatuh. Tapi sekarang aku kan sudah besar. Pasti
aku bisa menjagamu,”
“Paling-paling kalau ternyata aku masih tidak menjagamu, kamu hanya pulang
dengan memar. Bukan benjol,”
Seohyun mendelik.
*****
“Aku tidak tahu kalau kau bisa bangun pagi,” ujar Seohyun yang baru saja masuk
ke rumah Kyuhyun keesokan harinya. Dilihatnya cowok itu sedang membaca
sebuah buku tebal yang entah apa itu. Sesekali menyelinginya dengan memakan
roti.
“Gara-gara main dengan kau, aku jadi tidak belajar polimer semalam,” kata
Kyuhyun.
Kyuhyun tidak membalas. Berusaha tetap serius dengan materi-materi yang akan
diulangankan nanti. Seohyun otomatis hanya duduk diam juga di kursi makan.
Lima belas menit kemudian, Kyuhyun mengajaknya berangkat sekolah.
“Aku ke kelas ya,” ujar Kyuhyun yang dijawab dengan anggukan dari Seohyun.
Bel tanda pelajaran pertama berbunyi. Semua anak mulai kembali ketempat duduk
masing-masing. Pelajaran pertama hari ini adalah fisika(lagi). Bisa dipastikan
agenda hari ini adalah pembagian hasil pre-test kemarin. Benar saja, Prof. Lee
masuk kelas dengan membawa setumpukan kertas di tangannya.
“Baiklah! Saya akan membagikan hasil pre-test kalian. Seperti biasa, saya akan
membagikannya mulai dari urutan paling atas. Nilai tertinggi di kelas ini adalah
Tiffany Hwang, 97,”
Semua anak bertepuk tangan. Bukan hal yang barulah kalau Tiffany mendapat nilai
segitu. Dan siapapun juga bisa menebak, kalau yang mendapatkan nilai tertinggi
kedua adalah…
Krystal nampak begitu sumringah melihat hasilnya. Prof. Lee memberikan hasil
pekerjaan beberapa anak di kelasnya. Sebelum akhirnya memberikan hasil
pekerjaan Seohyun.
“Bukan nilai yang buruk sebenarnya, tapi saya yakin sebenarnya kamu bisa lebih
baik dari ini, Seohyun-ssi,”
Seohyun terhenyak melihat nilainya. 80? Hanya 80? Dari dulu hingga sekarang,
dia tidak pernah mendapatkan nilai dibawah 85. Memang nilai 80 bukanlah angka
yang buruk. Malah untuk ukuran pre-test, nilai 80 itu sudah cukup lumayan.
Masalahnya, Seohyun merasa tidak puas kalau nilainya hanya segini. Bahkan
Krystal–yang notaben sering dibawahnya–justru mendapat 92.
Juga Kyuhyun. Cowok itu memperhatikan Seohyun hanya diam seharian ini. Di
kantin Seo sering sekali mengeluarkan celetukan. Tapi ini tidak. Hanya diam
melihat yang lain tertawa.
“Hah?”
“Kenapa dia diam saja dari tadi? Apa dia ada masalah?”
“Ehm.. entahlah, sunbae. Seo sudah seperti itu sejak hasil pre-testnya dibagikan
tadi,”
“Lulus sih,” kata Tiffany, “Tapi sepertinya dia tidak puas dengan nilainya,”
“Khasnya anak ini. Terlalu perfeksionis,” gumam Kyuhyun, sambil melirik
seorang gadis yang diam saja didepannya
*****
“Ayo ikut aku!” Kyuhyun menarik tangan Seohyun. Lalu memasukkan gadis itu
kedalam mobil. Belum sempat Seo melayangkan protes, Kyuhyun sudah menancap
gas. Dijalankannya mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi. Mau tidak mau,
Seohyun harus fokus komat-kamit semoga dewi fortuna melindunginya di jalan.
Beruntung jalanan agak sepi sehingga jaminan keselamatan Seohyun agak lebih
terjaga.
“Melompatlah,”
“Mwo?”
“Aku tahu kau sedang kesal. Jadi buang semua kesalmu itu dengan lompat-lompat
dan teriak-teriak. Apa kau tau, wajahmu saat kesal itu sangat mengganggu kami?”
Dan berbagai luapan hati lainnya diteriakkan oleh Seohyun. Intinya sih tidak jauh
dari soal nilai pre-testnya yang jelek. Sesekali, Kyuhyun juga ikut berteriak.
Setelah cukup lama lompat sambil teriak diatas trampolin, Kyuhyun dan Seohyun
sama-sama merasa lelah. Mereka membanting tubuhnya diatas trampolin.
Mencoba untuk mengembalikan kecepatan bernapas seperti semula. Seohyun
melirik kearah Kyuhyun.
“Sudah lebih lega?” tanya Kyuhyun, masih dengan napas yang satu-dua.
Kyuhyun terkikik.
“Aku kesal nilaiku jelek. Kalau nilaiku seperti ini, mana bisa ikut jalur prestasi
untuk kuliah nanti,” keluh Seohyun.
“Ya Tuhaaan!” Kyuhyun memutar bola matanya, “Memangnya kalau satu nilaimu
saja jelek, maka kamu langsung divonis tidak mungkin ikut jalur prestasi?”
“Tapi kalau nilaiku jelek kan orang-orang juga tidak akan menganggapku pintar
lagi. Lalu tidak ada yang mendengarkan omonganku lagi,”
Kyuhyun menggelengkan kepalanya, “Paranoid sekali sih. Satu kali mendapat nilai
jelek tidak akan membuat orang-orang menganggapmu bodoh. Lagipula nilai 80
itu bukan nilai yang jelek, masih diatas standar juga,”
Entah kenapa, hatinya terasa hangat. Dalam hati, dia tersenyum heran
memperhatikan sosok laki-laki yang saat ini sedang masuk kedalam rumah. Sejak
kapan Kyuhyun yang dia kenal semaunya sendiri berubah jadi sebijak ini? Dia jadi
merasa bodoh sendiri kalau seperti sekarang.
Gadis itu membuka tas sekolahnya. Mengambil sebuah buku kecil, dan dirobeknya
sehelai kertas didalamnya. Dengan bulpen bertinta hitam, dia menuliskan sesuatu
disana. Syukurnya Kyuhyun meninggalkan tasnya diluar.
Seohyun hapal sekali penyusunan barang-barang di tas cowok itu. Dia membuka
resleting depan tas itu untuk mengambil sebuah dompet hitam. Dibukanya dompet
itu. Terulas senyum mengembang di wajah Seohyun. Ternyata Kyuhyun
memasang foto mereka berdua pas berantem masih kecil dulu. Tapi Seo sadar akan
tujuannya. Dibukanya resleting uang recehan Kyuhyun. Dan menyimpan kertas itu
disana. Setelahnya mengembalikan dompet itu kedalam tas.
*****
“Mianhae,” ujar Seohyun sambil membungkukkan badannya. Membuat Krystal
dan Tiffany heran.
“Ya, aku hanya bercanda. Makanya kalau merasa sedih atau kesal, berceritalah
pada kami. Jangan khawatir kami tidak peduli denganmu! Kami selalu
menganggapmu hebat kok,” hibur Krystal.
“Iya, kami tidak peduli walaupun seribu kali kau mendapat nilai 80, kami akan
selalu menganggap bahwa kamu yang paling hebat,” tambah Tiffany, yang ikut
merangkul bahunya.
“Oya? Aku..”
Krystal merasa heran. Ada apa dengan cokelat? Kenapa orang-orang membahas
cokelat? Memangnya di sekolahnya ada lomba memasak cokelat? Diambil
handphonenya dari saku rok. Mencoba mengotak-atik menu, mencari kalender.
“Ya! Kenapa kau teriak sekencang itu?” omel Seohyun. Pekikan Krystal yang
sebesar sound system jelas bisa bikin kuping orang budek. Eh nggak ding.. sadis
amat ya?
Krystal langsung berbalik badan. Menghadap kedua temannya dengan sudut bibir
yang melengkung kebawah. Menunjukkan tanggal hari ini di kalender
handphonenya.
“Seminggu lagi Valentine dan aku belum membuat cokelat sama sekali!!
OTTOKHAE??!!”
GUBRAK!
Dapat dilihat sekarang ekspresi wajah Seohyun dan Tiffany sama kayak emoticon
strip-underscore-strip. Krystal masih saja panik, memukul-mukul handphonenya ke
telapak tangan.
“Hanya? Ini bukan hanya! Bagaimana kalau Minho sunbae tidak mendapat cokelat
penuh cinta dariku?” Wajah Krystal tampak begitu sedih ala artis-artis.
“Sepertinya dia terlalu banyak menonton drama tante-tante,” desah Seohyun yang
langsung mendapat tatapan diam-kau-Seohyun.
Tiffany hanya tertawa pelan saja. Dia memang sudah terbiasa melihat Seohyun dan
Krystal yang nyaris tak pernah akur. Kalaupun adem bisa dihitung pakai jari
berapa menit.
“Kok gitu? Kan kasihan Kyuhyun sunbae tidak mendapatkan cokelat darimu,”
*****
“Besok kalian temani aku beli cokelat batangan ya?” pinta Krystal.
“Tentu. Ayolah temani aku,” Kali ini Krystal mengeluarkan wajah aegyo-nya.
Berharap ini bisa membantunya membujuk sahabatnya itu.
“Baiklah,” kata Tiffany tiba-tiba, “Aku akan menemanimu membeli cokelat. Aku
juga ingin membuatnya nanti.”
“Ehem.. ehem..” Seohyun menoleh, mencari suara orang yang sok-sok batuk.
Dibelakangnya ternyata sudah berdiri Kyuhyun dan Minho. Entah darimana
mereka datang, sampai tiba-tiba sudah berdiri disana.
“Kau batuk? Nih minum,” kata Seo sambil menyodorkan jus jeruk kesukaannya.
Kyuhyun hanya nyengir kuda.
“Bukannya akan menyenangkan jika kau memberikan cokelat pada kami? Jadi kita
bisa saling bertukar cokelat,” ujar Tiffany.
“Dan tentunya, cokelat spesial untuk Kyuhyun sunbae,” seringai Krystal, melirik
bolak balik antara Kyuhyun dan Seohyun.
Aku tahu aku memang selalu cantik, terutama saat marah. Tapi bukan berarti kau
harus membuatku kesal tiap hari kan?
*****
“Tumben kau masih di sekolah. Biasanya kau sudah pulang dengan Seohyun,” ujar
Minho, melihat Kyuhyun yang duduk santai bersandar dibawah pohon.
“Kau lupa? Kemarin anak itu kan bilang mau menemani Krystal membeli cokelat,”
“Namanya juga perempuan. Itu kan menyangkut kepuasan hati mereka. Mereka
menganggap memberi cokelat dapat mewakili perasaan tulus mereka kepada
seseorang yang disukainya. Dan hari Valentine adalah hari kasih sayang. Benar-
benar waktu yang tepat bukan untuk menunjukkan perasaan kepada orang yang
disuka?”
Kyuhyun menatap sahabatnya itu cukup lama. Kalimat yang baru saja dilontarkan
Minho agak membuatnya linglung. Sepertinya tidak heran jika Minho dikenal
sebagai cassanova. Mulutnya terlalu manis.
“Ya! Berhentilah menatapku seperti itu! Bahu kiriku sudah kesemutan nih,” kata
Minho sinis.
“Hah?”
“Percayalah, aku sudah berteman denganmu dari SD. Jelas aku sudah tahu dari
cara kamu makan sampai cara kamu kencing. Dan aku benar-benar tahu kau tidak
semanis omonganmu tadi,”
Keduanya lalu tertawa ringan. Kemudian mereka sibuk mengamati sparring basket
antara kelas sepuluh dan kelas sebelas. Sesekali keduanya mengomentari skill dari
adik-adik kelasnya itu. Dulu, Minho dan Kyuhyun juga salah anggota tim inti
basket sekolah. Bahkan Minho adalah seorang kapten basket yang berhasil
membawa tim sekolahnya masuk semifinal kejuaraan nasional. Jadi, wajarlah
kalau banyak gadis yang akhirnya ngefans sama mereka.
“Mendapat apa?”
*****
“HAPPY VALENTINE, GUYS!!” teriak Krystal dari depan kelas. Tidak terasa
Valentine tiba. Tentu semua anak perempuan mulai bersiap memberikan cokelat
kepada seseorang yang dia suka. Begitu pula dengan Krystal yang berlari menuju
bangkunya. Tersenyum begitu manis kepada kedua sahabatnya.
“Hari ini kan hari kasih sayang. Jadi kita juga harus menunjukkan kebahagiaan dan
keceriaan dong sama orang-orang disekitar,” Seohyun langsung bergaya
memasukkan tangannya ke mulut. Berlagak mau muntah karena omongan bualan
Krystal.
“Selamat Hari Valentine, Seo-ah, Krystal! Aku sayang kalian,” ujar Tiffany
dengan senyuman manis. Seohyun baru saja akan mengambil kotak itu, tapi buru-
buru diambil oleh Krystal.
“Jangan dibagikan sekarang, Fany! Nanti saja waktu pulang bareng denganku,
ya?”
Sejurus Tiffany paham makna tersirat dari Krystal. Dia mengambil kembali kotak-
kotak coklatnya, memasukkannya kedalam tas. “Baiklah! Nanti kita bagi sekalian
untuk Kyuhyun sunbae dan Minho sunbae.”
Krystal tersenyum senang. Sementara Seohyun merengut. “Kau menghambat
rejekiku, Krys.”
*****
“Nah ini untuk Kyuhyun sunbae dan Minho sunbae. Selamat hari Valentine,
sunbae,” kata Tiffany dengan halus. Kyuhyun dan Minho tersenyum cerah,
mengambil cokelat persahabatan dari Tiffany.
“Ini juga dariku, sunbae,” Krystal menyodorkan dua kotak coklat dengan berbeda,
“Ini untuk Kyuhyun sunbae. Dan yang ini buat Minho sunbae.”
Kyuhyun kelepasan ngomong, “Kenapa punyaku pitanya warna biru, tapi Minho
warna merah?”
Krystal langsung menginjak kaki Kyuhyun. Dasar cowok bodoh! Harusnya dia kan
tidak perlu keceplosan seperti itu. Kalau begini, bisa-bisa gagal rencananya
memberi cokelat part 2 pada Minho? Buat apa memberi lagi kalau sekarang sudah
ketahuan.
Minho tersenyum, “Sampai kapan sih kau menjadi dongsaeng nakal? Panggil aku
dengan sunbae atau oppa.”
“Ya Hyunnie! Mana cokelat untukku? Kenapa hanya Minho yang kau beri?” protes
Kyuhyun.
“Sudah menghina cokelatku masih berani meminta? Enak saja! Aku tidak akan
memberikannya padamu. Katamu kan cokelat buatanku tidak penting,”
“Hei, kenapa kau serius sekali sih menjadi orang? Aku kan hanya bercanda,”
“Terlanjur. Kau sudah menghinaku. Jangan salahkan aku kalau kau satu-satunya
orang yang tidak mendapatkan cokelat dariku,” Seohyun memalingkan mukanya
dengan santai.
Kyuhyun mencibir, “Cih, dendaman!”
“Hei, sudahlah,” lerai Minho, “Kalian ini kenapa sih bertengkar terus dari dulu?”
Yang lain terkikik saja melihat tingkah Kyuhyun. Di mobil, Kyuhyun benar-benar
tidak ngomong apa-apa. Cuma diam fokus menyetir saja. Seohyun juga tidak
mengajaknya berbicara sama sekali. Sibuk menyelesaikan lebih level 513 Unblock
Me di iPodnya.
Dasar tidak peka! Aku kan ingin cokelat darinya. Kyuhyun masih menggerutu
dalam hati.
Keduanya turun dari mobil setelah mobil Kyuhyun terparkir sempurna di garasi.
Kyuhyun yang masih ngedumel, berjalan mendahului Seohyun masuk rumah.
Dalam hatinya, dia menghitung. Satu.. dua.. ti..
Pasti cokelat. Pura-pura pasang wajah kesal, dia membalikkan badan. “Wae?”
“Nih,”
Seohyun mengangguk, “Ini buku catatan biologimu yang dulu kupinjam. Aku
sudah selesai menyalinnya. Jadi kukembalikan.”
“Bukan cokelat?”
“Kau.. Aish!” Kyuhyun kesal bukan kepalang. Disautnya buku bersampul hijau itu
dan pergi ngeloyor kedalam. Seohyun terkikik.
*****
Krystal memantapkan hatinya. Tadi kan dia sudah memberi cokelat persahabatan
sama Minho. Yang kali ini dia ingin memberikan cokelat sebagai tanda
perasaannya sebagai seorang yeoja.
Tekadnya sudah bulat. Sepulang sekolah, gadis itu ingat kalau Minho hari ini ada
tambahan di bimbingan belajar. Untuk persiapan ujian nasional. Jadi dia segera
mencari bus, untuk menyusul Minho ke tempat bimbelnya. Lumayan juga
perjalanan, hampir 20 menit. Dia takut Minho keburu sudah masuk pelajaran.
Thanks God!
Dia melihat masih banyak anak-anak SMA berseliweran didepan tempat bimbel.
Berarti kemungkinan besar pembelajaran didalam belum dimulai. Krystal
melangkah masuk. Menyusuri beberapa lorong untuk sampai di kelas Minho.
“Minho sun..”
BRAK!
Astaga! Cokelatku..
Gadis itu agak panik. Cokelatnya yang semula digenggam erat olehnya, tanpa
sengaja jatuh dari tangannya. kalau dia mengambil cokelat itu sekarang, Minho
akan tahu kalau dia mengintip. Sudahlah, berpikir positif saja. Semoga yang
mengambil cokelat itu bukan Minho, dan bukan orang yang dikenalnya.
Krystal berlari sejauh yang dia bisa. Berlari dengan dada kesakitan.
*****
Jam sudah menunjukkan pukul nol dini hari. Tidak etis bagi seorang perempuan
keluar rumah selarut ini. Tapi kan itu hanya disebelah rumahnya? Sepertinya
perasaan ini sudah tidak bisa ditahan lagi. Gadis itu mengambil google
inframerahnya. Segera turun dari kamarnya, menuju pintu depan. Kemudian berlari
melihat kearah pohon besar yang memisahkan rumahnya dengan rumah Kyuhyun.
Gadis itu menunduk. Melihat kearah lubang gelap yang ada di pohon itu dengan
googlenya. Betapa kecewanya dirinya melihat sebuah kotak masih tetap hinggap
dengan nyamannya disana. Tak berpindah seincipun. Pertanda bahwa tidak ada
yang menyentuhnya, sebelum Seo.
*****
“Ani.”
Kyuhyun hanya menghela napas. Dia merasa aneh dengan sikap Seohyun hari ini.
Tumben sekali dia membangunkan tidak pakai marah-marah seperti biasa. Saat
menunggui Kyuhyun makan, gadis itu hanya diam. Sampai perjalanan menuju
sekolah, Seo masih tetap bungkam tanpa kata.
Seohyun sebenarnya ingin sekali mengatakan bahwa dia dalam keadaan kecewa
berat. Tapi mana mungkin dia mengatakannya pada Kyuhyun? Moodnya bisa
semakin hancur kalau dia menceritakannya pada Kyuhyun. Sehingga menurutnya,
diam adalah terbaik saat ini.
“Aku yakin ini bukan karena nilai jelek lagi. Benar kan, Seo-ah?” tanya Krystal.
Sampai di kelas Seohyun masih saja terdiam.
“Kau kenapa? Dari tadi kami melihat kamu hanya diam saja,” wajah Tiffany agak
ikut khawatir melihat arus mood Seohyun yang akhir-akhir ini agak labil. Yang
ditanya hanya menarik napas pelan, menggeleng.
*****
Krystal terus memberikan sugesti positif pada dirinya. Lusa dia akan ulangan
harian matematika. Mau tidak mau dia harus mengesampingkan dulu urusan
hatinya dengan Minho. Kalau tidak, maka nilainya yang menjadi taruhannya. Jujur,
dada Krystal masih sering ngilu jika mengingat kejadian Minho-Yuri beberapa hari
yang lalu.
Sampai di perpustakaan, dia langsung menemukan sosok Minho yang selalu duduk
di bangku paling ujung dekat jendela. Dihampirinya cowok itu, dengan membawa
kotak bekal untuk Minho.
“Waeyo?”
“Oh begitu,” Dengan berat hati, Krystal mengambil lagi kotak bekalnya. Dan
mulai mengerjakan soal yang diberi Minho. Suasana sangat amat terasa aneh.
Awkward. Biasanya mereka akan menyelingi dengan celetukan untuk mengusir
sepi. Tapi sepertinya yang terjadi sekarang, keduanya sibuk dengan dunianya.
Minho hanya menatap layar handphonenya sambil sesekali mengetik sesuatu.
Sementara Krystal fokus mengerjakan semampunya.
*****
Clamus. Tempat ini akan menjadi tempat pertama yang dikunjungi Seohyun jika
sedang suntuk. Disini dia bisa meminjam piano sheet dan kaset musik klasik. Dan
lebih bagusnya lagi, Kyuhyun tidak pernah diajaknya ke rental ini. Jadi tidak
mungkin cowok itu tahu dia dimana sekarang.
“Destiny.. destiny..”
Ah itu dia!
Tanpa sengaja, tangannya menyentuh tangan seseorang saat akan mengambil buku
Beethoven itu. Ditolehnya ke belakang. Sesosok laki-laki dengan polo-shirt garis
biru-putih yang diberi bawahan berwarna krem. Orang itu nampak menatap
Seohyun cukup kaget.
Tampan.
“Maaf, aku tidak tahu kalau kau juga mau meminjam sheet ini,” ujar laki-laki itu.
Seohyun agak malu. Bahkan tata bahasanya sangat halus. Tangan panjang cowok
itu terjulur mengambil buku piano itu. Lalu memberikannya pada Seohyun.
“Ini untukmu,”
“Ah tidak usah, kau saja yang meminjamnya duluan,” kata Seohyun.
Seohyun tersenyum. Kemudian mengambil buku itu dari tangan cowok itu sambil
berkata, “Gamsahamnida.”
Cowok bernama Siwon itu tersenyum hangat. Jika dilihat dari gayanya, seperti
Siwon seumuran dengannya atau paling lebih tua setahun. Dadanya bidang,
tubuhnya juga tegap. Tidak kalah dengan Kyuhyun dan Minho yang notaben anak
basket.
Seohyun berjalan kearah kasir. Segera mendata diri karena akan meminjam buku
Beethoven – Destiny dengan kasetnya.
*****
Kyuhyun terus berjaga di teras depan rumahnya. Dia tampak khawatir dengan
tetangga sebelah rumahnya itu hari ini. Tadi pagi dia diam saja. Lalu pulang
sekolah sudah ngeloyor duluan.
Sebenarnya ada apa dengan gadis itu? Apa dia sedang ada masalah? Kalau ada
masalah, biasanya Seohyun selalu bercerita padanya. Tidak sampai menghilang
tidak jelas begini. Kyuhyun masih berusaha menerka-nerka alasan Seo menghilang
seharian ini.
Kekhawatiran Kyuhyun sirna melihat Seohyun turun dari sebuah mobil sedan
warna merah. Tapi berganti dengan sinis saat mengetahui ternyata ada seorang
cowok yang mengantarkan gadis itu pulang. Dia masih memperhatikan Seohyun
yang suasana wajahnya tampak lebih cerah dari tadi pagi.
Aku menunggunya dengan cemas dari tadi, sementara dia enak-enakan berduaan
dengan cowok lain? Cih!
“Hah?”
“Kenapa kalian selalu gantian sih badmoodnya? Kemarin Seo, Hari ini Krystal.”
“Ayolah, kami bukan anak ingusan yang baru tahu kau kemarin sore,” ujar
Seohyun dingin.
Krystal tampak menimang-nimang, cerita atau tidak. Akhirnya dia memilih untuk
bercerita semuanya. Dan juga menceritakan apa yang dia lihat di tempat bimbel
Minho. Dari Seohyun, Krystal mengetahui kalau Yuri sebenarnya adalah cinta
pertama Minho.
“Sebenarnya aku pernah diberitahu oleh Kyuhyun kalau Minho menyukai Yuri
sunbaenim. Tapi itu waktu kita masih SMP. Aku kaget setelah tahu dia masih
mengejar sunbaenim,” kata Seohyun.
“Aku rasa, aku sudah menyelediki semua tentang Minho sunbae. Kenapa masih
ada yang belum kuketahui?”
“Rasanya aku lelah. Empat tahun lebih aku sudah menyukainya. Dimulai dari
berteman sampai akhirnya sahabat seperti sekarang. Apa dia tidak sadar dengan
perasaanku?” keluh Krystal. Tiffany dan Seohyun langsung merangkul sahabatnya
itu.
“Mungkin ada baiknya kau melihat dulu dari jauh,” cetus Tiffany.
“Hah?”
“Iya, maksudku kamu pasti ingin tahu kan seberapa penting dirimu dimata Minho
sunbae? Kalian sudah cukup dekat dua bulan terakhir, ditambah beberapa tahun
pertemanan. Apa kamu tidak ingin melihat efek dari kedekatan kalian?” jelas
Tiffany.
Baru Krystal akan membalas, tiba-tiba Miss Ham masuk. Langsung seluruh
penghuni kelas sibuk kembali ke tempat duduk masing-masing.
“Sebelumnya saya minta maaf tidak bisa mengajar kalian hari ini karena saya
harus menghadiri rapat yayasan. Tapi saya menyempatkan untuk datang karena
kelas kita kedatangan seorang murid baru. Saya harap kalian bisa bersikap ramah
dengannya. Silahkan masuk!”
Semua mata anak perempuan di kelas langsung berbinar-binar melihat murid baru
itu masuk kelas. Dia membungkukkan badannya sambil memperkenalkan diri,
“Annyeonghaseyo, Choi Siwon imnida!”
Siwon bangkit, berdiri seperti sedia kala. Matanya menyapu ke seluruh sudut
ruangan. Memperhatikan wajah-wajah perempuan yang kagum melihat dirinya.
Dan tanpa sengaja, matanya bertemu dengan mata Seohyun. Dengan senyum
menawan, dia menghampiri gadis itu.
“Seohyun,”
“Hai! Aku tidak tahu kau bersekolah disini,” sapa Seohyun agak kaget.
Belum selesai kekagetannya, tiba-tiba Siwon berlutut. Lalu menarik tangan kanan
Seohyun. Mengelusnya dengan begitu lembut. Dan.. menciumnya! OMO!
Membuat seluruh mata disana mendadak melotot hebat. Seohyun sendiri kaget
dengan perlakuan Siwon.
*****
“Nyaris?”
“Ne, kalau Seohyun tidak menolak Kyuhyun sunbae dulu, mungkin mereka
sekarang sudah jadian.”
“Iya. Saat kutanya pada Seohyun, dia bilang Kyuhyun sunbae memang
menyatakan suka padanya. Tapi sampai sekarang, mereka tidak ada tanda-tanda
sebagai pasangan. Berarti kemungkinan Seohyun menolak Kyuhyun sunbae
menurutku,” jelas Tiffany sambil tersenyum manis. Lalu kembali mengerjakan
soal-soal matematika. Siwonpun memutar kursinya yang persis didepan bangku
Tiffany. Memperhatikan gadis yang sibuk menekan angka-angka di kalkulator.
Siwon agak heran. Dia merasa aneh dengan Tiffany. Tadi pagi dia membuat
kehebohan seperti itu, tapi dilihatnya Tiffany tidak menoleh sama sekali kearah
belakang. Tempat dimana Siwon mencium tangan Seohyun. Dia justru sibuk
mengeluarkan buku dan mengerjakan sesuatu. Selain itu, saat Siwon bertanya soal
Seo, Tiffany tidak menunjukkan tanda-tanda cemburu sedikitpun. Apa gadis ini
tidak tertarik sama sekali dengannya?
“Kenapa melihatku seperti itu? Ada yang salah dariku?” tanya Tiffany pelan, yang
merasa risih dilihat seperti itu.
“Aku suka senyummu,” puji Siwon.
*****
Hanya satu kata yang dapat menggambarkan keadaan sekolah Seohyun saat ini :
GILA! Dalam hitungan seminggu semenjak peristiwa ‘penembakan’ Siwon pada
Seohyun, semua mata hanya tertuju kepada satu gadis, Seo Joohyun.
Mereka merasa sudah tidak bisa menerima apa yang baru terjadi pada Seohyun
saat ini. Para siswi mungkin telah cukup bersabar melihat Seo yang selalu nempel
sama Kyuhyun dan Minho yang notaben artis sekolah. Dan sekarang? Gadis itu
kembali didekati dengan pesaing artis sekolah, yaitu Siwon. Gimana tidak makan
ati?
Ternyata, berita ini juga agak mengganggu pendengaran Kyuhyun. Banyak teman
yang menggodanya dengan mengatakan ‘wah, pasangan memang tidak ada yang
abadi ya, Kyu’ atau ‘kalah saing sama yang seger ya’. Jelas ini membuat
konsentrasinya terganggu.
Seohyun nampak segan, “Ah, hari ini aku tidak pulang denganmu ya? Aku masih
ada perlu.”
“Dengan Siwon?”
Seo mengangguk.
Kyuhyun hampir mengajukan protes. Namun tersela oleh suara klakson yang
cukup kencang selama dua kali. Keduanya menoleh. Mobil sedan warna merah
yang dikenali Kyuhyun sudah menunggu disana. Seohyun izin untuk pergi duluan
dan meninggalkan cowok itu sendirian.
“Seohyun tidak bisa ke rumah karena ada perlu dengan temannya,” ujar Ara,
sambil membawa nampan susu untuk keduanya.
*****
“Mana Kyuhyun?” bisik Seo pada Minho saat makan siang di kantin. Semua
nampak sudah duduk ditempatnya masing-masing, dengan formasi seperti biasa.
Hanya saja, sudah beberapa hari ini Kyuhyun tidak ikut bergabung bersama
mereka.
“Kenapa?”
Minho terlihat tidak enak hati untuk mengatakannya. Tapi berhubung sudah
mendapat tatapan maut dari Seo, akhirnya dia mengatakan, “Nilai ulangan
hariannya yang terakhir ini tidak lulus,”
Jelas ini berita yang sangat mengagetkan. Kyuhyun dikenal sebagai jagoan dalam
pelajaran biologi dan matematika. Mulai dari SMP, cowok itu sudah sering
mengikuti olimpiade dalam dua mata pelajaran itu. Tak jarang dia mendapatkan
medali emas dalam setiap olimpiade yang diikutinya. Mendengar Kyuhyun tidak
lulus ulangan harian biologi–yang jelas bidangnya sekali–merupakan suatu hal
yang agak aneh. Ada apa dengan cowok itu?
“Ada apa?”
“Tau darimana?”
Seohyun mulai kesal, “Apa karena mereka ulangan harianmu jadi ada yang tidak
lulus?”
Pertanyaan ini langsung membuat Kyuhyun naik pitam. “Nilaiku, temanku atau
apapun, semua terserah padaku mau seperti apa. Dan kau, tidak perlu ikut
campur.”
Kemudian dia berjalan menjauhi Seo. Beberapa langkah, dia terhenti sesaat. Tanpa
membalikkan badan, dia mengatakan,“Satu lagi. Kau bilang mereka kaya dan
sombong? Kau harus ingat, jangan menghina kalau kau belum mengenalnya!”
Kyuhyun membalikkan omongan Seo. Membuat gadis itu terdiam nyeri. Teringat
perkataannya sendiri.
*****
“Ada yang sedang kau tunggu?”
“Ani.”
“Ah itu.. sudah dekat minggu ulangan tapi Krystal tidak menghubungiku sama
sekali,” ujar Minho.
Minho terkejut. “A.. aniyo! Aku hanya merasa heran. Tidak lebih,”
“Benarkah?”
Yuri tersenyum lembut. “Aku hanya ingin tahu apa yang dirasakan olehmu. Apa
kau benar-benar mencintaiku?”
“Aku tidak meragukan perasaamu sama sekali. Aku hanya sedikit merasakan
perbedaan dari dirimu,” Yuri berdeham sesaat, “Hampir dua minggu terakhir,
kulihat kau lebih sering memikirkan Krystal. Bahkan saat kita sedang berkencan
seperti ini.”
*****
Kyuhyun tersenyum lembut. Ditatapnya kalung aneh yang baru saja didapatnya itu.
Kertasnya terbuat dari bahan yang berglitter. Dapat terlihat gemerlapnya walau
tertutupi oleh kaca.
*****
Langkah riang Kyuhyun terhenti di ambang pintu. Saat melihat Seohyun berdiri di
ruang musik. Dan didalam juga ada Siwon. Dia merasa seperti ada sesuatu
didalam. Kyuhyun memilih untuk berdiri dipinggir pintu. Berusaha mengaktifkan
kemampuan telinganya untuk mendengar apa yang terjadi didalam.
“Appo Kyuhyun-ah!”
“Tidak usah berpura-pura bodoh! Aku tidak menyangka kau ternyata begini,”
“Diam-diam kau menjauhi tanpa alasan. Tidak mau kuajak pulang bareng seperti
dulu, tidak mau berangkat pagi bersamaku, sok sibuk dengan urusanmu sendiri.
Wow! Absolute,”
Seohyun yang semula ingin meredam emosinya, terpancing, “Aku memang sedang
ada urusan, dan itu bukan urusanmu.”
“Ya! Kau berurusan pendekatan dengan Siwon! Kalau tahu seperti ini jadinya, buat
apa kau memberiku harapan, hah?!”
“Memang. Kau tidak akan pernah mengerti perasaanku. Bahkan dari tiga tahun
yang lalu kau tidak menanggapi apapun tentangku. Tidak pernah menanggapi aku
yang menyatakan perasaanku padamu. Hah! aku benar-benar laki-laki yang
bodoh!”
Kyuhyun tersenyum sinis, “Apa yang kita mengerti? Diantara kita memang tidak
ada arti pengertian sama sekali.”
“Haah..”
Seohyun menghela napas panjang. Hari ini genap seminggu dia tidak berhubungan
sama sekali dengan Kyuhyun. Tidak ada acara jadi alarm bangun tidur, berangkat
bersama, maupun pulang bersama. Lebih hebatnya lagi, Kyuhyun tidak mau ikut
berkumpul bersama keempat sahabatnya seperti biasa. Cowok itu lebih sering
menyibukkan dirinya dengan Changmin dan yang lain. Sepertinya, Kyuhyun
benar-benar sudah tidak peduli dengan mereka, terutama Seohyun.
“Eh?”
Tiffany mendesah, “Krystal tidak pernah ikut kita ke kantin karena mau
menghindar sementara dari Minho sunbae. Sementara kau bertengkar dengan
Kyuhyun sunbae. Apa kalian tidak kasihan denganku? Aku jadi korbannya nih.”
“Mianhae Fany, aku juga tidak menyangka kalau keadaanku dengan Kyuhyun
seperti ini,”
“Kenapa kau..”
“Pagi!” Krystal menjatuhkan lemas tasnya diatas meja. Membuat Tiffany dan
Seohyun saling memandang.
“Gwaenchana,”
“Jinja?”
Krystal menimang sesaat, “Hmm apa Minho sunbae tidak menanyakanku selama
aku menghindar darinya?”
Satu kata yang mampu mewakili perasaan Krystal saat ini. Sakit.
*****
Kyuhyun mencoret tanggal hari ini dari kalender. Ternyata sudah tinggal enam hari
lagi menuju ujian nasional. Hal ini membuatnya mau tidak mau harus
mengesampingkan terlebih dahulu urusannya dengan Seohyun. Dia harus fokus
untuk ujian nasionalnya nanti.
“Kyuhyun!!” panggil Ara, “Ada surat untukmu. Kutinggal di meja makan ya! Aku
keluar dulu.”
Cowok itu menjawab dengan teriakan ‘oke’ dari kamarnya. Setelah membereskan
buku-bukunya, dia bergegas turun ke lantai bawah. Sejak kapan pak pos bekerja
mengantarkan surat jam delapan malam?
Diambilnya sebuah amplop putih yang berada diatas meja makan. Sebuah lambang
tameng merah dengan tulisan ‘VERITAS’ mengisi kepala amplop dipaling atas.
Mendadak jantung Kyuhyun berdegup cukup kencang melihat darimana asal surat
ini.
Kyuhyun membacanya secara seksama. Dia ingin mengetahui apa isi surat itu
dengan jelas. Betapa terkejutnya saat dia membaca kata ‘ACCEPTED’ dalam surat
itu. Langkahnya ingin segera menuju pintu depan. Kemudian berlari kesebelah
rumahnya sambil berteriak bahwa mimpinya terwujud.
*****
“Ya, harus!”
Kedua tangannya dikepalkan dengan erat. Seohyun memasang wajah yang berkata
‘hwaiting’ untuk dirinya sendiri. Ya, hari ini, khususnya pagi ini, dia bertekad
untuk menemui Kyuhyun. Dia rasa, masalah ini tidak akan selesai jika tidak ada
yang mengalah. Pada dasarnya, masalah diantara keduanya hanyalah sebuah salah
paham. Lagipula, Seohyun tidak ingin membuat konsentrasi ujian nasional
Kyuhyun terpecah hanya gara-gara dia.
“Ah Seohyun-ah, bogoshippo!” pekik Ara, segera memeluk gadis yang berdiri
didepan pintu rumahnya.
“Kau kemana saja? Sepertinya kau sudah tidak pernah bersama Kyuhyun lagi
belakangan ini. Apa kalian sedang ada masalah?” tanya Ara.
“Yah begitulah eonnie. Makanya aku datang kemari. Apa Kyuhyun ada di rumah?”
Ara tampak berwajah kurang enak, “Mianhae Seo-ah, Kyuhyun sudah berangkat
dari jam lima tadi. Sepertinya dia makin sibuk menjelang ujian nasional.”
Raut kecewa tampak jelas di wajah Seohyun. Namun gadis itu berusaha
menutupinya. Dia akhirnya mohon pamit pada Ara untuk berangkat sekolah.
*****
“Jangan lupa anak-anak, pertemuan yang akan datang setelah ujian nasional kakak
kelas kalian, kita ulangan gabungan bab satu dan dua! Siapkan dengan baik karena
tidak ada perbaikan. Selamat siang!” Prof. Kim keluar seiring dengan bel pulang
berbunyi. Krystal mengecek kelengkapan buku matematikanya.
“Ke kelas Minho sunbae,” teriak Krystal yang sudah melaju keluar kelas.
Syukurnya kelas mereka berdekatan. Jadi tidak terlalu membuang waktu berjalan.
Akan tetapi, batang hidung Minho tidak terlihat sama sekali didalam kelasnya.
Mata Krystal masih mencoba mencari-cari dimana kakak kelasnya itu berada.
Kelasnya berada di gedung baru lantai dua, yang berjarak seratus meter dari
gedung lama. Itu baru sampai terasnya saja. Sementara Minho katanya pergi ke
atap gedung lama. Berarti dia harus tiga kali naik tangga untuk mencapai atapnya.
Perjuangannya untuk mendapatkan kembali buku catatannya ternyata masih jauh.
“Permisi, apa kau melihat Minho sunbae?” tanya Krystal pada seorang murid kelas
sepuluh.
“Minho sunbae,”
DEG!
Krystal tertegun diambang pintu menuju atap yang terbuka lebar. Dia
memundurkan satu langkahnya kebelakang. Mendadak sesak menghampiri
dadanya. Hatinya terasa perih, seakan disayat pisau yang sangat tajam. Apa yang
dilihatnya ini seperti sebuah mimpi, mimpi buruk yang tidak pernah diharapkannya
seumur hidup.
“Krystal,”
“Maaf,” gadis itu tersenyum, “Aku tidak tahu kalian sedang apa. Harusnya kalian
memberi palang ‘dilarang masuk’ didepan sini.”
“Ah ini..”
Krystal menyela dengan berkata, “Aku hanya mau meminta buku catatan
matematikaku kembali kok. Apa sunbae membawanya?”
Minho segera membuka resleting belakang tasnya. Dia memang selalu membawa
buku Krystal setiap hari. Tapi ketika akan mengembalikan, pasti lupa karena
mereka sudah jarang ketemu.
“Krys,” panggil Minho pelan. namun tak terdengar sama sekali oleh gadis itu.
Krystal sudah berlari jauh dari atap. Dengan air mata yang tertumpah.
*****
Gadis itu mendesah. Indah sekali jika mengingat masa-masa itu. Masa dimana
keduanya beradu mulut, mempermasalahkan hal yang tidak penting, berteriak tidak
karuan. Seohyun menyadari, segala hal memang terasa penting dan berharga saat
kita sudah tidak memilikinya lagi.
TES!
‘Semoga kita bisa bersama selamanya, S!’. Air mata Seohyun membasahi pipinya
saat membacanya. Kyuhyun hanya berbohong. Berbohong soal penyesalannya
kenal dengan Seohyun. Gadis itu masih ingat betul, pertama kali Kyuhyun
mengeluarkan kalimat penyesalannya berteman dengan Seo.
“Kau..”
“Kyuhyun, apa kau tidak tahu bahwa dirimu itu sungguh berisik? Dasar bodoh!”
kata Minho. Membuat Kyuhyun menyipitkan matanya.
“Karena memang kau bodoh, sunbae,” bela Tiffany, yang gerah dengan kata
bodoh yang telah diucapkan mereka lebih dari sepuluh kali.
Kyuhyun mendesah, “Aku tidak tahu apa dosaku sampai aku terjebak dengan
orang sepertimu.”
“Kau berharap?” balas Kyuhyun, “Itu hanya ada dalam mimpimu, bodoh!”
Seohyun masih terpaku menatap foto itu. Akankah waktu terulang? Selalu berada
disaat terindah dalam hidup?
*****
“Kyu, tolong belikan telur serta beberapa bumbu dapur di supermarket biasa!”
Yang disuruh langsung mengajukan protes pada kakaknya, “Noona, aku baru
pulang dari sekolah. Aku lelah.”
Kyuhyun mendengus kesal. Kemudian dia kembali mengambil kunci mobil yang
baru ditaruhnya di laci. Berjalan kearah garasi. Ketika telah mendudukan tubuhnya
di jok mobil, Kyuhyun masih menggerutu.
“Ah, anda mencari bumbu penyedap? Lebih sedap merek ini daripada yang anda
pegang, tuan. Bumbu ini..” SPG itu masih mengoceh semaunya. Berusaha
membuat Kyuhyun terpengaruh.
Menyebalkan! Aku tidak tahu harus memilih yang mana. Biasanya yang memilih
beginian kan..
Kyuhyun terpaku. Tiba-tiba dia teringat gadis yang sudah cukup lama tidak
ditemui olehnya. Masih tertancap di ingatannya, saat dimana dia dan Seohyun
bertengkar soal bumbu penyedap.
Kemudian gadis itu memasukkan penyedap rasa ayam kedalam kereta dorong
belanjaan.
“Ya! Kenapa dikeluarkan?” protes Seo, saat penyedap yang akan dibelinya
dikeluarkan oleh Kyuhyun.
“Karena aku tidak suka kalau setiap hari perutku harus berurusan dengan ayam,”
Kyuhyun menyipitkan matanya, “Aku tidak yakin masakanmu nanti akan enak,”
“Kenapa?”
“Karena warna kemasan yang ayam itu kuning. Aku lebih suka yang sapi,
warnanya merah cerah. Lebih enak dilihat,”
“Apa hubungannya warna kemasan sama rasa masakan, Cho Kyuhyun?!”
“Tuan?”
Sepertinya SPG itu kesal padanya. Sudah menjelaskan sampai berbusa, ternyata
tidak didengarkan oleh kustomernya. Wanita berseragam warna kuning itu pergi
meninggalkan Kyuhyun. Mencari calon pembeli yang lain.
Cowok itu berjalan menuju kasir. Bergegas membayar agar dapat segera kembali
belajar. Mengingat lusa sudah akan ujian nasional. Penjaga kasir itu mengatakan
bahwa total belanjaan Kyuhyun itu sebanyak 68.300 won. Kyuhyun mengeluarkan
uang pecahan lima puluh ribuan dengan dua puluh ribu.
Lompat dengan trampolin? Bukan ide buruk. Terima kasih kau selalu membuat
perasaanku lebih baik! Kau benar-benar yang terbaik dalam hidupku, K.
Hatinya terhenyak. Matanya terbelalak membaca tulisan yang dia tahu dibuat oleh
Seohyun. Dia tidak menyangka, Seohyun menganggapnya sebagai yang terbaik
dalam hidupnya. Selama ini yang diketahuinya, baik Kyuhyun maupun Seohyun,
keduanya selalu mengatakan ‘makan apa sih aku kemarin sampai harus dekat
denganmu bertahun-tahun’ atau ‘pasti dosa yang kulakukan sangatlah besar sampai
aku bisa terjebak denganmu’ untuk hubungan mereka. Dan ternyata? Semua itu
hanya di mulut belaka.
“Permisi, tuan?”
Dalam perjalanan pulang, dia masih memikirkan kalimat yang ada di kertas itu.
Hanya dengan sebuah ungkapan seperti itu, Kyuhyun merasa melayang. Benar kata
Tiffany dulu, dia benar-benar bodoh. Tak sengaja, saat lampu merah, Kyuhyun
melihat Tiffany dan Siwon jalan berduaan begitu mesra. Mereka saling merangkul.
Bahkan Siwon memeluk pinggang Tiffany. Kyuhyun geram.
Dasar playboy!
“Jadi disaat tidak ada Seohyun, kau berduaan dengan Tiffany? Benar-benar
keterlaluan,”
“Seohyun?”
“Apa? Kau ingin berkata apa? Harusnya dari dulu aku melarang Seo untuk
berdekatan denganmu. Ternyata kau hanya iseng saja menembaknya dua minggu
yang lalu, iya kan?”
“HAHAHAHAHA!!”
“Maksudmu, saat di ruang musik? God sake, jadi karena itu kau bertengkar dengan
Seohyun? Sampai gadis itu tidak nafsu melakukan apapun?” Siwon masih tertawa
pelan. Kemudian dia menceritakan kejadian yang sesungguhnya.
Seohyun bergidik, “Wow, aku tidak tahu harus tersanjung atau merinding
mendengarnya.”
“Kenapa kau tidak merayunya seperti saat pertama kali kau merayuku di kelas?”
Semenjak itu, Siwon mendadak menjadi supir antar-jemput Seo kemanapun. Yah
itung-itung balas budilah. Seohyun juga membantu Siwon untuk pendekatan
dengan Tiffany, gadis yang membuat Siwon mabuk kepayang. Hampir satu
setengah bulan menjajaki ranah perkenalan, Siwon mulai memberanikan diri
untuk mengajak jalan. Dan akhirnya, dua minggu yang lalu, cowok itu
memutuskan untuk menembak Tiffany.
“Iya, mudah kok. Kau berpura-puralah menjadi Tiffany. Nanti aku akan mencoba
mengungkapkan perasaanku padamu,”
*****
“Setidaknya ingat dirimu juga. Aku berani jamin, pasti habis ini kau tidak akan
belajar karena kelelahan. Kalau tidak lulus kau mau apa?”
Kyuhyun yang semula duduk di sofa ruang tengah, berdiri sambil menenteng
tasnya. melangkahkan kakinya. Entah kemana dia akan beranjak. Tetapi
sebelumnya pergi terlalu jauh, dia menolehkan wajahnya dan berkata dengan nada
tegas, “Aku pasti lulus dengan nilai terbaik! Kau cukup melihatnya dengan baik,
noona.”
Mata Ara terus mengikuti kemana adiknya itu pergi. Hingga Kyuhyun sampai
didepan pintu kamarnya. Kemudian menghilang masuk kedalam.
Nemu dimana sih eomma anak seperti dia? Kenapa dia bisa jadi adikku?
Menyebalkan.
*****
Harus digaris bawahi bahwa insting seorang wanita memang tidak akan pernah
salah. Buktinya? Baru setengah jam duduk di meja belajar yang tentunya ditemani
buku soal fisika, matanya sudah tidak bisa diajak kompromi. Sudah berapa kali dia
menguap juga tidak terhitung saking seringnya.
Tidak tahu siapa yang menyuruhnya, dia membuka tutup botol itu. Lalu
mengambil salah satu bintang kecil didalamnya. Iseng, dia membuka lipatannya.
Dan betapa terkejutnya melihat apa yang dia dapatkan disana.
Dia terus membaca satu demi satu tulisan tersembunyi dari bintang-bintang itu.
Hatinya terasa begitu sesak. Mengetahui betapa pedulinya Seohyun padanya.
Masih teringat jelas di otaknya, kapan dia menemukan botol ini. Persis saat dia
mulai menjauhi Seo, dan nilainya yang mulai agak kurang terkendali.
Ini bintang terakhir yang ada didalam botol. Terbuat dari kertas glitter berwarna
merah hati. Kyuhyun membuka lipatannya dengan halus. Tak lama setelah
membacanya, matanya terpejam. Jari telunjuk dan tengah dari tangan kanannya
tampak mengelus alisnya.
*****
“Nah itu dia datang!” seru seorang wanita dari dalam rumah. Membuat Krystal
yang awalnya menundukkan kepala, mengembalikan posisi kepalanya menjadi
pandangan lurus. Dia baru sadar, bahwa sedari tadi pintu rumahnya terbuka lebar.
Pasti ada tamu.
“Darimana saja kau, Krys? Minho-ssi sudah menunggu dari satu setengah jam
yang lalu,”
“Baiklah! Minho-ssi, aku pergi dulu ya! Aku ada janji dengan temanku,”
“Teman apa pacar, noona?”
“Jangan menatapku seperti melihat hantu begitu! Aku yakin wajahku lebih tampan
dari hantu,”
Krystal tertawa kecil, “Tumben kemari. Ada perlu apa? Bukannya sekarang
harusnya belajar untuk ujian? Besok ujian matematika bukan?”
Gadis itu berjalan menuju sofa. Menjatuhkan tasnya terlebih dahulu sebelum
tubuhnya. Krystal duduk berhadapan dengan Minho. Menatap cowok itu. “Ada hal
penting?”
Minho bertanya balik, “Memang tidak boleh menemuimu ya kalau tidak penting?”
“Aniyo, hanya..”
“Hanya apa?”
Krystal menghempaskan napas kasar, “Aku tidak mau waktumu terbuang hanya
untuk hal yang tidak penting.”
“Untuk?”
“Ani, berusahalah untuk mengerti apa yang kau inginkan,” balas Krystal dingin.
Suasana kembali bisu setelahnya. Seperti segalanya tercekat diujung lidah. Tak ada
sepatah katapun terucap dari bibir keduanya. Sampai Minho mengeluarkan sebuah
kertas undangan bertuliskan ‘Unforgettable Waltz’.
“Yuri?” Minho tersenyum kecil, “Karena kau hanya tahu bahwa kami
berpacaran?”
“Lalu?”
DEG!
Rasa sakit hati itu semakin menguak di hati Krystal. Padahal selama ini dia sudah
berusaha membuat benteng untuk ingatan tentang itu. Dan hebatnya, dalam sekejab
kedatangan Minho berhasil menghancurkan pertahanan pikirannya itu. Gadis itu
berusaha untuk mengembalikan keseimbangan pikirannya.
“Kau tidak tahu apa-apa tentang kami. Kenapa kau men-judge seperti itu?”
“Apa-apa tentang hubungan kalian bukan urusanku. Kenapa aku harus tahu?”
elaknya.
“Aku? Campur tangan?” Krystal tersenyum pahit, “Aku tidak ada urusan dengan
hubungan kalian.”
Krystal sontak terbelalak. Tentu saja dia tidak terima dengan apa yang dikatakan
Minho. Gadis itu yakin bahwa dia tidak pernah sama sekali melancarkan
pendekatan begitu tahu Minho sudah bersama Yuri. Apalagi menggodanya. Lalu
apa alasan Minho menuduhnya?
“Mau kemana kau?” tanya Minho, melihat Krystal beranjak dari tempatnya.
“Apa lagi?!”
“Dengarkan penjelasanku!”
“Kau pikir aku punya? Maka dari itu, duduk dan biarkan aku menjelaskan
semuanya,” tangan Minho menarik tangan Krystal untuk kembali duduk seperti
semula. Wajah gadis itu nampak begitu kesal. Bahkan dia tidak mau menatap
Minho. Maka dari itu, kedua tangan cowok itu memegang pipi Krystal. Membuat
gadis itu terus melihatnya.
“Kau tahu kenapa aku menciumnya? Karena itu tanda perpisahan dariku untuknya.
Asal kau tahu, Yuri bukanlah gadis yang mudah menyerah. Tapi saat mengetahui
lawannya adalah kau..”
Krystal berusaha melepaskan tangan Minho, tapi gagal, “Lawan? Aku bukan
seorang Lady ataupun Countess yang patut dilawan. Lagipula, semua orang tahu
siapa yang menang,”
“Kau!” sergah cepat Minho, “Kau pemilik hatiku seutuhnya! Ketika kau menjauh,
hubunganku dengan Yuri justru semakin aneh. Entah kenapa aku takut jika
ulangan nanti kau tidak bisa mengerjakan. Aku bingung siapa yang mengajarimu
setiap bab fisika. Aku khawatir jika kau akan menangis jika nilaimu jelek. Aku
hanya mengkhawatirkanmu,”
Minho tersenyum miris, “Padahal dulu aku seorang playboy yang sesukanya
meninggalkan perempuan. Apa ini balasan untukku?”
Krystal terhenyak mendengar semua penjelasan Minho. Gadis itu menatap mata
hitam yang besar milik Minho. Mencoba mencari kebohongan yang mungkin
sedang ditutup-tutupi. Hingga dia menghela napas panjang.
“Mana mungkin aku membiarkan kau pergi, sunbae,” Krystal memeluk leher
Minho.
*****
“Jadi kalian..”
“Tadi aku sudah mengajaknya untuk belajar bersama. Tapi katanya dia masih
harus mengajari Changmin dan teman-temannya,” jelas Minho.
“Aku juga tidak mengerti. Akhir-akhir ini Kyuhyun selalu menolak untuk diajak
bersama kita,” tambahnya.
“Mungkin dia sibuk karena pekerjaan barunya menjadi guru les,” ujar Seohyun.
“Mungkin juga keluarganya begitu membutuhkan uang sehingga dia harus banting
tulang seperti itu,”
*****
“Terakhir,”
Kyuhyun menghela napas lega. Besok adalah hari terakhir ujian dengan mata
pelajaran biologi. Tidak terlalu berat bukan? Yah, paling tidak minimal dia sudah
menyelesaikan satu tugas dari sekian tugas besar yang menunggunya.
Selesai mandi sore, dia bergegas menuju meja belajar. Kemudian mengambil buku
soal-soal biologi. Matanya melotot. Astaga! Besok ujian dan dia tidak ingat sama
sekali soal jaringan hewan dan tumbuhan? Ini pembodohan namanya. Segera
dicarinya catatan biologi tahun keduanya.
SRET!
Rasakan nikmatnya cokelat dariku tahun ini kekeke~ Happy Valentine Cho
Kyuhyun! S
Kyuhyun termenung sejenak saat mengetahui ada sebuah notes di halaman paling
depan buku biologinya. Dia berusaha mengingat, kapan Seohyun mengembalikan
catatannya itu. Tepat hari Valentine! Dimana dia ngambek karena tidak mendapat
cokelat sendiri!
Segera dia berlari keluar. Pergi menuju pohon maple yang masih terus tumbuh
disebelah kamarnya dan kamar Seohyun. Dia berharap, Seohyun tidak mengambil
kembali cokelat untuknya.
Benar saja! Sebuah kotak berwarna merah berbentuk hati berdiam didalam lubang
pohon itu. Dapat dipastikan keadaan coklat didalamnya masih sangat baik, karena
dari luar kotak diisolasi begitu rekat. Kyuhyun mengambilnya perlahan.
Membawanya menuju kamar. Dibelakang kotak itu tertulis ‘Happy Valentine K!
Kau yang terbaik dalam hidupku! S’.
“Mian,” satu kata yang terucap dari bibir Kyuhyun. Yang masih termenung
memperhatikan kotak cokelat valentine dua bulan yang lalu seharusnya
didapatkan. Seakan memahami perasaan Kyuhyun sekarang, iPodnya melantunkan
lagu Broken milik Secondhand Serenade. Cowok itu masih memandang nanar
tulisan Seohyun. Di otaknya, berputar kenangan manis yang pernah dilalui
bersama Seohyun. Teringat perkenalan mereka pertama yang penuh dengan
pertengkaran. Saat pertama dia melihat gadis itu menangis, lalu sesaat kemudian
dia menjulurkan lidahnya penuh kemenangan. Saat pertama dia mendengar betapa
cerianya gadis itu berteriak. Saat pertama dia melihat seorang Seo Joohyun
tersenyum, untuknya. Tuhan, betapa segalanya begitu indah saat nyaris terlupakan
seperti sekarang.
“Seo-ah! Turunlah!”
“Tidak mau!”
“Ya! Kau yeoja macam apa sih? Hobi memanjat pohon, tidak ada manis-
manisnya,”
“Kepo ya,”
Kyuhyun mendesah, “Ayolah, aku tidak suka memanjat. Apa kau benar-benar
ingin menyiksa rasa penasaranku?”
Kyuhyun mulai memanjat pohon itu. Pohon yang selama ini tidak pernah sama
sekali disentuh rantingnya oleh Kyuhyun selama 18 tahun, karena dia tidak suka
memanjat. Dia berharap dari sini, dia bisa menemukan sesuatu yang mampu
membuktikan segala kegelisahannya. Dia baru menyadari, kalau malam hari, dari
sana tidak terlihat apapun. Hanya sependar kecil lampu jalanan yang tertutup
lebatnya dedaunan. Dipakainya kacamata berframe merah itu. Alat yang membuat
matanya dapat melihat di kegelapan.
DASH!
Sebuah tulisan terukir disana. Karena ukirannya begitu dalam, menyebabkannya
dapat dibaca hingga sekarang. Kalimat sederhana yang dilingkari sebuah bentuk
ukiran hati.
Saranghae, K
Dan rasa itu benar-benar hadir. Rasa kecewa. Rasa sedih. Rasa sakit. Kecewa
karena apa yang selama ini diekspektasi olehnya salah. Sedih karena kini dia dan
Seo benar-benar jauh, bagai langit dan bumi. Sakit karena apa yang telah dia
perbuat berbanding terbalik dengan apa yang telah Seo perbuat.
*****
Sudah hampir setengah jam dia memperhatikan ruangan itu. Tapi kenapa Kyuhyun
sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya?
*****
“Hyunnie belum pulang. Katanya dia ada latihan dance untuk lomba minggu
depan,”
“Ah gwaenchana ahjumma. Bolehkah aku meminta izin untuk masuk ke kamar
Seo?”
Eomma Seo tampak tertawa kecil sambil mengibaskan tangannya, “Ya ampun!
Kau seperti baru saja berkenalan dengan kami. Masuk saja! Bibi mau ke dapur
dulu ya,”
Kyuhyun membuka pintu kamar Seo yang berada dilantai atas. Menatap kamar
kosong yang tertata rapi didepannya. Dia tersenyum miris. Dulu, setiap membuka
pintu tiba-tiba seperti ini, Seo akan menyambutnya dengan lemparan bantal atau
guling. Namun keadaan yang ada sekarang seperti ini.
Tangannya mulai menyusuri setiap sudut kamar bernuansa pink itu. Setiap hal
yang ada di kamar ini merupakan saksi bisu hubungan keduanya yang penuh intrik.
Hingga akhirnya dia sampai di meja belajar. Menyentuh sebuah album foto
bergambar sepasang teddy bear yang berpelukan. Kyuhyun mengambilnya, dan
membuka album itu sembari duduk dipinggir ranjang. Membalik halaman demi
halaman. Menatap lembar demi lembar peristiwa masa lalu keduanya yang berhasil
terabadikan. Saat mereka mandi bersama di halaman depan dengan selang taman.
Saat mereka kejar-kejaran di ruang tengah rumah Kyuhyun. Saat ulang tahun
kesebelasnya Seohyun. Akankah segalanya kembali seperti ini lagi? Saat keduanya
masih begitu polos. Tanpa balutan rasa sayang melebihi sahabat sama sekali. Atau
sebenarnya sejak dulu perasaan yang disebut orang cinta itu sudah ada diantara
mereka?
“…”
“Ne, arraso,”
Cowok itu menutup teleponnya. Sebelum pergi, dia teringat sesuatu. Dirogohnya
saku jaketnya. Lalu meninggalkan sebuah amplop berwarna pink didalam album
foto itu.
*****
“Ah Hyunnie! Baru saja eomma akan menelponmu. Ternyata kau sudah datang
duluan,”
Seohyun hanya membalas dengan senyuman. Jujur yang saat ini dibutuhkan
olehnya adalah ranjang. Badannya terasa remuk setelah menghabiskan tiga jam
lebih untuk persiapan kompetisi dance mendatang. Begitu masuk kamar, badannya
segera direbahkannya diatas pulau kapuknya yang nyaman.
PUK!
“Aw!” Seohyun mengaduh. Badannya seperti terbentur sesuatu entah apa itu.
Rasanya tadi pagi, dia tidak menaruh album fotonya bersama Kyuhyun di kasur.
Segera gadis itu berteriak untuk eommanya.
Eomma tampak mengangguk, “Ne, tadi sore dia datang kemari. Tapi hanya
sebentar.”
Gadis itu terduduk ditepi ranjang. Tempat yang sama diduduki oleh Kyuhyun.
Termenung sambil menatap cover album berwarna cokelat muda itu. Hatinya
bertanya tanya, ada apa Kyuhyun ke rumahnya? Kenapa dia memasuki kamarnya?
Apa sebenarnya Kyuhyun ingin berbaikan dengannya?
“Argh!” umpat Seo, memukul kepalanya sendiri. Seharusnya dia tidak usah ikut
latihan hari ini. Jadi dia bisa menjelaskan keadaan sebenarnya pada cowok itu.
Berusaha menghilangkan kesalnya, dia bangkit menuju kamar mandi. Alangkah
terkejutnya saat dia tidak sengaja menjatuhkan benda yang berada dipangkuannya.
Album itu terbuka persis di halaman pertama yang dimana terdapat sebuah amplop
gambar teddy bear warna pink. Penasaran, Seohyun mengambil isi amplop yang
tertempel dengan double tape itu. Mulai membaca dari kata : ‘Untuk seseorang
paling sempurna yang pernah kukenal, Seo Joohyun’.
Aku tidak tahu harus menghubungimu dengan cara apalagi. Sebenarnya aku
ingin menemui secara langsung. Tapi waktuku begitu sedikit. Entah apa yang
membuat sepertinya kita sulit bertemu. Padahal rumah saja bersebelahan. Kita
juga masih satu sekolah. Apa yang menjadikan kita begitu sulit untuk
berbicara? Mungkin takdir.
Seohyun segera berlari keluar rumah setelah berhasil membaca sekilas surat itu.
Eomma berteriak dari teras. Hanya dijawab, “Pergi sebentar!” olehnya. Astaga!
Seo benar-benar tidak bisa berpikir jernih saat ini.
Sungguh aku merasa ada yang aneh diantara kita. Bukankah kita sudah
berteman sejak kecil? Berapa lama waktu yang kita habiskan bersama? Berapa
banyak kenangan yang sudah berhasil kita rajut? Kupikir dengan semua itu,
aku sudah cukup memahamimu. Ternyata masih kurang ya?
“Maaf, Seohyun-ssi. Tuan Kyuhyun sudah berangkat ke bandara dengan Nona Ara
dari dua jam yang lalu,” ujar pelayan rumah Kyuhyun.
Seohyun mengangguk pamit. Kemudian segera mencari kendaraan. Syukurnya ada
taksi yang lewat. Sehingga dia bisa segera pergi ke bandara sekarang juga.
Seohyun menelan ludah. Tanpa disadari olehnya, air matanya meluncur dengan
sendirinya. Tanpa suruhan. Tanpa paksaan. Seo berdoa dalam hati, semoga dia
masih sempat menemui Kyuhyun.
I cry, I cry.
Beberapa waktu yang lalu, aku tak sengaja memergoki Siwon sedang berduaan
dengan Tiffany disebuah kafe. Saat itu, aku benar-benar marah. Saat itu, aku
benar-benar ingin menunjukkan padamu, bahwa Siwon bukan pria yang pantas
bersamamu. Dia bahkan bisa dengan santainya bermain dengan wanita lain
dibelakangmu. Saat aku berniat memarahinya, aku mengetahui bahwa kau
dengannya hanya sebatas rekan. Bahkan yang lebih membuatku kecewa.. dia
bercerita, kau menjadi lebih pemurung karenaku. Apa aku benar-benar tidak
berguna untukmu? Hanya mampu membuatmu sedih?
Saat membaca bagian itu, terlihat ada bulatan serta tinta yang memudar. Dapat
dipastikan, Kyuhyun juga meneteskan air mata saat menulis surat ini. Air matanya
terus mengalir dengan begitu deras membaca setiap curahan hati Kyuhyun.
Aku diterima di Public Care and Medical Centre Harvard University. Impianku
terkabul! Tapi justru ini membuatku sedih. Karena kemungkinan besar, aku
baru bisa menemuimu enam tahun lagi. Semoga kita masih bisa bertemu lagi
nanti!
It’s not over, it’s not over, unless you let it break you
It’s not over.
PS : Jangan benci padaku! Aku hanya pergi karena ingin menjadi orang yang
pantas berada disampingmu. Jika suatu saat kau sudah menemukan seseorang
yang kau impikan, sebelum kita bertemu, buatlah aku menjadi orang pertama
yang mengetahuinya! Aku akan menjadi orang pertama juga yang
mengucapkan selamat padamu.
Dan disini aku mengaku, secara tertulis, bahwa aku mencintaimu. Sejak dulu
hingga sekarang. Aku tidak bisa memprediksi apa yang terjadi nanti. Tapi yang
kutahu, hatiku hanya untukmu.
“Gamsahamnida, ahjussi!”
Dimana dia?
“Seohyun,”
Gadis itu terkejut. Tubuhnya menoleh. Dan sesaat dia menangis. Melihat ternyata
Siwon berdiri dibelakangnya. Memberi isyarat. Bahwa dia.. sudah pergi.
*****
6 tahun kemudian..
“Cheers!”
Wajah sumringah menghiasi wajah Seohyun, Krystal, Tiffany, Siwon, serta Minho.
Bagaimana tidak, mereka baru saja merayakan kesuksesan mereka masing-masing.
Seohyun baru diwisuda menjadi seorang dokter muda dari Seoul University.
Sebentar lagi akan menjalani masa dua tahun abdi negara. Krystal berhasil
membuka label fashionnya yang bernama ‘CSJ’. Tiffany juga berhasil naik
pangkat menjadi asisten manager bagian maintenance di sebuah perusahaan
pembangkit listrik tenaga uap. Siwon dan Minho? Yah penggembira saja karena
senang melihat pacar-pacarnya berhasil.
“Wah, benar-benar menyenangkan ya! Kita semua sudah lulus dan mulai bekerja
sekarang,” ujar Siwon.
Minho mengiyakan, “Tentu saja! Tapi sehabis ini, kita akan sulit bertemu. Kita
pasti akan memulai kehidupan kita yang baru bukan?”
“Seohyun akan S2 ke Amerika setelah abdi negara, Tiffany pasti akan sibuk di
Incheon, Siwon juga akan mengurusi perusahaan keluarganya. Aish, sepertinya
kita akan seperti orang tidak kenal kedepannya,” tambahnya.
“Jagi, kenapa kau begitu apatis sih? Kita kan masih bisa bertemu bila waktu
senggang. Seperti kita yang akan tinggal di Mars saja,” serobot Krystal. Membuat
Tiffany dan Seohyun terkikik.
Ups! Sepertinya Siwon mengucapkan kalimat yang salah. Semua segera menatap
kearah Seohyun. Takut-takut gadis itu akan kembali kalut dalam pikirannya sendiri
seperti awal-awal dia ditinggal Kyuhyun.
Seohyun menghela napas panjang. Dia ingin sekali Kyuhyun melihat, bahwa
sekarang dia berhasil mewujudkan cita-citanya. Tapi apa itu mungkin? Enam tahun
lebih menghilang, cowok itu tidak pernah menghubunginya sama sekali. Bukankah
kita sudah hidup di millenium kedua? Dimana semua alat komunikasi hanya
tinggal menyentuh? Sebegitu sibuknya kah Kyuhyun sampai tidak bisa
mengabarinya sama sekali?
*****
Seo berjalan menyusuri trotoar menuju rumahnya. Dia sengaja memilih untuk
pulang tanpa kendaraan karena ingin merefresh otaknya yang kembali terisi
dengan Kyuhyun. Dia mendesah, ternyata efek kepergian cowok itu masih meliputi
dirinya hingga sekarang.
GREP!
“UMMHH!!” teriak Seo tak jelas. Seseorang membekap Seohyun dari belakang.
Menutup mulut dan hidungnya dengan saputangan. Gadis itu berusaha
memberontak. Namun, kekuatannya tidak sebanding dengan penculiknya. Hingga
gadis itu pingsan di tangan sang penculik.
****
Seohyun meyakini bahwa dia sudah berusaha bersikap baik pada semua orang. Dia
juga merasa tidak memiliki musuh. Lalu siapa yang merencanakan semua ini?
“Siapa kau?! Apa yang kau lakukan padaku?!” teriak Seohyun saat kesadarannya
sudah penuh kembali. Mulutnya syukur tidak dilakban. Jadi dia bisa berteriak.
Hanya terdengar suara cekikikan dari seseorang. Menjawab pertanyaan bodoh Seo.
Tidak ada respon. Namun terdengar suara langkah mendekat kearahnya. Seohyun
benar-benar ketakutan.
Orang itu semakin mendekat. Seohyun tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya mampu
menangis dan meronta tak guna.
Seohyun mulai menangis. Dia ketakutan setengah mati. Membayangkan apa yang
bisa dilakukan orang itu terhadapnya, yang saat ini tidak berdaya sama sekali.
Seohyun bergidik ngeri, saat tangan orang itu mencengkram keras tulang
rahangnya. Tangannya mulai mengelus bagian paha Seohyun yang tidak tertutupi
roknya.
Seohyun benar-benar hampir pingsan saat tangannya mulai mencapai perutnya.
Sungguh dia belum siap menghadapi semua ini. Tiba-tiba..
Sebuah ciuman hangat menempel di bibir manis Seohyun. Sungguh, dia ingin
menolaknya. Akan tetapi, ciuman ini sangat lembut dan begitu menggodanya. Air
matanya masih mengalir sembari ciuman ini menghampiri. Hingga orang itu
berbisik didepan bibirnya.
“Kau ingin membuatku mati ketakutan ya?” tanya Seo, saat berhasil
mengembalikan tenaganya.
“Aku hanya ingin membuat sedikit sapaan kejutan saja. Ini keren bukan?”
Seohyun tertawa lemah, “Bahkan pada sahabatmu sendiri kau tega melakukan hal
sesadis ini.”
“Sadis? Ayolah! Aku bukan seorang psikopat. Ini hanya kejutan biasa. Lagipula
memangnya kau sahabatku?”
DEG!
Rasanya benar-benar lebih panas dari ditampar. Bagaimana bisa Kyuhyun tidak
menganggapnya sebagai seorang sahabat? Tapi memang benar. Diantara mereka
memang tidak ada ikrar itu sama sekali tentang hubungannya. Badannya meringsut
lemas. Kyuhyun yang menyadari perubahan sikap tubuh Seo, langsung mendadak
panik.
“Kau kenapa?”
“Ya! Kau pikir aku membuat semua ini hanya untuk sekadar menyapa?”
“Apa lagi?!” Seohyun mulai kesal dengan perilaku Kyuhyun. Cowok itu
menjentikkan jarinya dan..
BOOM!
“Kyu.. itu..”
“Aku tidak mampu mengungkapkannya dengan kata-kata. Mungkin lebih baik, aku
mengungkapkannya dengan caraku sendiri. Aku sudah berusaha semampu yang
kubisa. Dan kurasa, sekarang aku pantas untuk menanyakan hal ini. Aku tidak
ingin hanya menjadi tetangga, sahabat, ataupun puppy love untukmu. Aku ingin
lebih dari itu.”
Kyuhyun berdeham sekali, “Bolehkah aku mengisi lembar baru dalam hidupmu,
dengan menjadi suamimu, Seo Joohyun?”
Seo benar-benar lemas. Ini hal paling indah yang pernah ia dapatkan seumur hidup.
Dia baru menyadari, betapa Kyuhyun membuatnya merasa menjadi wanita paling
bahagia hari ini. Gadis itu hanya menjawab dengan senyuman. Benar-benar
menyetujui Kyuhyun tidak hanya menjadi puppy love atau cinta monyet semata.
Lalu ikut berlutut, mencium lembut bibir Kyuhyun.
*****
3 tahun kemudian …
Seohyun memberikan secangkir teh pada Kyuhyun yang sedang duduk di sofa,
“Oppa?”
“Hm?”
“Kalau dihitung dari satu sampai sepuluh, berapa rating cintamu padaku?”
Kyuhyun menyesap tehnya sejenak. Dahinya mengerut. Tanda bahwa dia sedang
berpikir. Sebelum akhirnya menjawab, “Dua.”
END