Anda di halaman 1dari 112

Walk Away

Bab 1 – Haneul’s pov (perkenelan-leave party)

Bab 2 – Haneul’s pov (New live)

Bab 3 – Hyunjae’s pov (w/o hn (ignore phase))

Bab 4 – Hyunjae’s pov (w/o hn (realize phase))

Bab 5 – Author’s pov (both)

Bab 6 – Younghoon’s pov (the fact)

Epilogue – Younghoon’s pov (Flower)


BAB 1
Mint Choco

=Tetangga=

“IJUY!”

Seorang pemuda yang baru saja selesai mengenakan seragamnya langsung melangkah keluar
kamarnya ke arah balkon dan mengarahkan sebelah tangannya ke depan, menghentikan seorang
gadis yang sudah setengah jalan menaikkan kakinya ke arah pembatas balkon, bersiap untuk
menyebrang ke kamar sebelahnya.

“Jangan loncat kalau pake rok.”

Pemuda tersebut lalu mengambil jas seragamnya yang tergeletak di atas kasur sebelum kembali
ke balkon sambil memakai jasnya.

“Kenapa?”

Pemuda bernama Lee Juyeon itu mengancing jasnya sambil memperhatikan gadis didepannya
yang masih pagi sudah teriak-teriak memanggil namanya. Kim Haneul, sahabatnya dari balita itu
memang tinggal persis di sebelah rumahnya, bahkan kamar mereka persis bersebelahan sehingga
jika mereka ingin ke kamar yang lain tinggal loncat saja dari balkon, tidak perlu keluar rumah.

“Yuhu! Seragam baru!” sorak Haneul sambil berputar-putar dengan seragam sekolahnya. Hari
ini memang hari pertama mereka di SMA. “Cocokkan?”

Juyeon hanya menaikkan jempolnya tanda setuju. Padahal sebenarnya dimata Juyeon ya sama
saja dengan Haneul saat mengenakan seragam SMP. Tapi, karena dia masih mau masuk sekolah
dengan keadaan utuh, lebih baik tidak perlu memulai perang.

“Nuna, cepetan sarapan! nanti aku telat.”

Kim Sunwoo, adik Kim Haneul membuka connecting door yang menghubungkan kamar
Sunwoo dan Haneul kemudian setelah berteriak ke kakaknya ia lalu keluar melalui pintu kamar
Haneul.
“Biasanya juga telat, tumben.” sahut Haneul sambil membuntuti adiknya, meninggalkan Juyeon
yang masih berdiri di balkon.

***

Haneul berjalan keluar pagar membuntuti adiknya setelah berpamitan dengan orang tuanya. Baru
saja Sunwoo membuka pagar, telinga keduanya sudah harus menghadapi cobaan suara Eric
Sohn, sahabat Sunwoo, yang mengalahkan suara toa.

“NUNA! CIE SERAGAM BARU CIE!”

Untung saja Haneul sedang dalam keadaan mood yang baik, kalau tidak sudah disumpal itu
mulut Eric pake roti yang ada di mulut Sunwoo.

“Cantikkan?” tanya Haneul sambil menyibakkan rambut hitamnya yang panjang lebih dari
sebahu.

“NGGAK!” jawab Eric masih sama semangatnya seperti di awal dan dengan ekspresi yang sama
pula. Haneul langsung mengejar Eric yang sudah lari sehabis mengucapkan kalimatnya.

Sunwoo dengan santainya menurup pintu pagar dan berjalan beriringan dengan Juyeon sambil
menonton Haneul yang sedang mengapit leher Eric-yang-lebih-tinggi-darinya-.

“Hyung kok tahan sih temenan sama Nuna?” tanya Sunwoo masih mengunyah rotinya.

“Kau kok tahan punya Nuna seperti itu?” tanya Juyeon balik.

“Yah, maunya sih disumbangin aja. Tapi kayaknya sulit.”

Juyeon yang selera humornya memang sudah anjlok, alias receh, langsung tertawa sendiri.
Sementara Sunwoo cuman ngeliatin sambil berpikir lucunya dimana.

Kim Sunwoo dan Eric Sohn tahun ini baru saja menjadi senior(kelas 3) di SMP. Mereka berdua
sudah bersahabat sejak Eric baru saja pindah dari LA, saat itu mereka baru kelas 3 SD dan
keluarga Eric menempati rumah yang berada persis di depan rumah keluarga Juyeon dan
keluarga Haneul. Eric yang selalu bersemangat dan gak bisa diam sejak kecil itu ternyata cocok
dengan Sunwoo yang kadang gerak aja males, mungkin karena kadar kebobrokan mereka setara.
Sementara Juyeon dan Haneul sudah bersahabat sejak mereka sudah diberikan akal untuk
mengenali satu sama lain. Orang tua mereka yang memang sudah bertetangga dari dulu sangat
dekat dan sangat senang saat ibu mereka hamil secara hampir bersamaan, Juyeon lahir pada
bulan Januari sementara Haneul pada bulan April. Tidak lama setelah itu ibu Haneul kembali
mengandung Sunwoo, sementara ibu Juyeon memang berencana hanya memiliki satu anak saja.

Juyeon, Haneul, Sunwoo, Eric dan satu sepupu Haneul lagi sudah seperti saudara dari keluarga
besar. Mereka kadang makan bersama entah di rumah siapa tinggal pilih, main PS di rumah Eric,
nonton film di kamar Sunwoo (Sunwoo punya TV pribadi di kamarnya hadiah karena
memenangkan pertandingan futsal), baca komik di kamar Juyeon atau cuman main-main di
taman komplek. Tidak ada yang berani berkumpul di kamar Haneul, takutnya kalau berantakan
langsung di lempar dari balkon.

Karena itu orang tua keempat keluarga ini suka sekali berpergian keluar kota entah untuk urusan
bisnis atau hanya untuk liburan dan menitipkan anak mereka ke salah satu tetangga, tidak perlu
mengkhawatirkan apapun, anak-anak yang lain sudah seperti anak mereka sendiri.

Walaupun anak-anak tetangga ini kelakuannya sudah seperti shinchan kembar lima yang kadang
suka bikin sakit kepala kalau sudah ngumpul, tapi karena penampilan mereka yang enak
dipandang, mereka cukup populer di kalangan teman-teman sekolah.

Eric dan Sunwoo merupakan anak aktif futsal yang penggemarnya lumayan banyak, bahkan
pengikut mereka di instangram sudah sampai belasan ribu.

Juyeon sendiri merupakan anak aktif basket dan punya hobi dance, penggemar tidak usah
ditanya, karena ini Haneul jarang punya teman cewek, karena kadang cewek yang deketin dia
kalau bukan karena mau deketin Juyeon ya karena mau ngelabrak dia gara-gara deket sama
Juyeon. Haneul sendiri sudah sampai ditahap dimana bosan dideketin sama cowok.

Sekarang saja Haneul -yang masih mengalungkan lengannya di leher Eric sampai Eric harus
jalan sedikit membungkuk untuk menyesuaikan tingginya dengan Haneul- bisa melihat tatapan
anak-anak yang mengarah padanya dan percakapan mereka.
“Eric sunbaenim! Sunwoo sunbaenim!” bisik salah satu murid ke temennya sambil sedikit
meloncat kegirangan. Haneul bisa melihat tag kelas 1 di seragam mereka yang mirip dengan
seragam Sunwoo dan Eric.

“Cie, yang kelas 3, fans barunya banyak, cie.”

Eric yang mendengar itu menegakkan badannya dan memperbaiki dasi pada seragamnya,
membuat Haneul harus melepaskan lengannya dari Eric kalau tidak mau berjalan dengan satu
kaki melayang.

“Iyadong, rejeki anak baik. Emang Nuna, baru dilirik doang udah mau nyolok mata, entar jomblo
seumur hidup, jadi perawan tua, baru tau rasa.”

“Heh! Mulutnya!” Haneul langsung memukul mulut Eric dengan tangannya berkali-kali.

“Iya maaf!” rengek Eric sambil mencoba menahan tangan Haneul yang mau menarik bibir Eric.

“Juyeon Hyung, Help!”


=Hari Pertama=

“Kembali sana ke kelas kalian.” suruh Haneul pada dua orang didepannya yang sedang asyik
memakan cemilan milik Haneul. Choi Chanhee dan Ji Changmin.

“Tega sekali kau mengusir kami.” kata Changmin dengan mulutnya yang penuh.

“Kami kan hanya menemanimu supaya kau tidak sendirian di kelas yang asing ini.” tambah
Chanhee sambil membuka bungkus cemilan yang baru. Haneul hanya memutar bola matanya
mendengar alasan yang dibuat-buat itu, jelas-jelas mereka kesini hanya untuk makan.

Pagi ini selain sambutan untuk murid baru juga ada pembagian kelas. Terdapat 10 kelas untuk
kelas 1, Haneul dan Juyeon beserta sahabat Juyeon sejak SD, Kevin Moon, dan sahabat Haneul
sejak SMP Han Gaeun berada di kelas yang sama yaitu 1-2. Sedangkan dua orang di depan
Haneul sekarang, Chanhee dan Changmin beserta Ju Haknyeon, kekasih Gaeun, berada di kelas
sebelah, yaitu kelas 1-3.

Kevin sebenarnya bisa disebut sahabat Haneul juga, karena waktu SD mereka bertiga dengan
Juyeon kemana-mana selalu bersama di sekolah. Sampai akhirnya saat SMP, Haneul bertemu
dengan teman sesama jenisnya sekaligus teman sebangkunya, Gaeun. Walaupun begitu, mereka
masih sering berkumpul berempat, dengan Gaeun, jika tidak sedang punya kegiatan lainnya di
sekolah.

Lalu siapa Tiga Serangkai Changmin-Chanee-Haknyeon? Sebenarnya Haneul tidak punya


urusan dengan ketiga orang ini walaupun mereka sekelas saat tahun kedua di SMP, sampai suatu
hari mereka mulai merecoki hidup Haneul karena salah satu dari mereka, Haknyeon, ternyata
suka dengan sahabatnya, Gaeun.

Awalnya Haneul kesal karena diekori terus, bahkan saat Haneul sudah menolak mentah-mentah
untuk menjadi “penghubung”, mereka tidak menyerah. Sampai suatu hari Gaeun tiba-tiba
bertanya, “Apa Ju Haknyeon menyukai mu?” belum sempat menjawab Gaeun sudah berbicara
mengenai wajar saja jika Haneul disukai banyak orang dan bla bla bla lainnya sampai Haneul
bingung sendiri. Ada apa dengan Gaeun?
Sejak Gaeun berbicara seperti itu, setiap Tiga Serangkai mendekati mereka, Gaeun selalu pergi
dengan alasan yang bermacam-macam meninggalkan Haneul sendiri. Melihat itu Haknyeon jadi
merengek kepada Haneul karena mengira Gaeun pasti membencinya, sementara Gaeun entah
kenapa menjadi galau setiap saat seperti dunia mau runtuh saja. Haneul yang tidak mengerti
kenapa dia bisa terjebak di situasi percintaan rumit anak SMP ini akhirnya meluapkan
kekesalannya di depan Juyeon dan Kevin yang sedang memakan kuaci di teras kamar Juyeon.

Akhirnya setelah mendapatkan pencerahan dari Juyeon dan Kevin, Haneul turun pagi-pagi ke
sekolah, duduk di mejanya dan langsung bertanya to the point pada Gaeun, “Kau suka Haknyeon
ya?” persis seperti yang dicontohkan Kevin kemaren sore. Gaeun yang tiba-tiba diserang
pertanyaan seperti awalnya tidak bisa menjawab, tapi karena sudah disudutkan oleh Haneul-
yang-sudah-belajar-dari-Kevin- akhirnya Gaeun mengakuinya, saat itu juga Haneul menarik
tangan Gaeun lalu berjalan ke arah Haknyeon yang baru saja menaruh tasnya di meja dan
menarik tangan Haknyeon juga. Haneul membawa mereka ke halaman belakang sekolah yang
masih sepi pada pagi hari dan berhenti, belum sempat keduanya berbicara apa-apa Haneul sudah
mendahului.

“Gaeun, ini Ju Haknyeon, dia suka padamu. Haknyeon, ini Han Gaeun, dia juga suka padamu.
Sekarang kalian bicaralah berdua dan jangan membuatku pusing lagi.”

Setelah mengatakan itu, Haneul kembali ke kelas. Sebenarnya Haneul agak sedikit khawatir,
walau bagaimanapun Gaeun itu sahabatnya, kalau sampai terjadi apa-apa Haneul akan merasa
bersalah. Tapi melihat dua orang itu muncul sambil senyam-senyum seperti anak kecil dikasih
pabrik permen, sepertinya Haneul tidak perlu khawatir, yang ternyata perlu dikhawatirkan adalah
kenyataan bahwa setiap kali Haknyeon “meminjam” Gaeun darinya, Changmin dan Chanhee
akan berkeliaran di sekitar Haneul bahkan saat sudah diusir atau bahkan saat Haneul berkumpul
dengan Juyeon dan Kevin yang beda kelas dengan mereka. Akhirnya secara natural Tiga
Serangkai bergabung dengan kelompok Haneul sampai sekarang.

“Babe!”

Seluruh kelas yang tadinya sibuk dengan urusannya masing-masing menoleh ke arah Kevin yang
baru saja masuk kelas diikuti Juyeon. Haneul mendelik ke arah Kevin, sementara yang jadi pusat
perhatian seperti tidak perduli dan hanya meletakkan plastik berisi roti diatas meja dan
bergabung dengan Haneul, Chanee dan Changmin, Juyeon juga sudah duduk di kursi disamping
Haneul yang pemiliknya sedang pacaran entah dimana.

Entah apa motivasinya, tapi sejak menginjak bangku SMP, Kevin mulai memanggil Haneul
dengan sebutan ‘Babe’.

“Ini salah satu cara supaya tidak ada yang mengganggumu, percaya saja padaku, dunia SMP itu
keras.”

Begitu alasan Kevin saat diinterogasi oleh Juyeon, Sunwoo, dan Eric, tapi entah kenapa Haneul
merasa lebih terganggu dengan panggilan itu. Walaupun benar banyak yang salah paham pada
awalnya, tapi semakin lama semakin banyak yang akhirnya paham hubungan antara Haneul-
Kevin yang sebenarnya jadi cara itu sudah tidak berpengaruh lagi. Tapi sampai sekarang Kevin
masih terus saja memanggilnya begitu, kebiasaan katanya, dan Haneul juga sudah lelah
menyuruhnya berhenti selama 2 tahun penuh.

***

Di salah satu atap gedung sekolah yang sama, empat siswa kelas dua sedang berkumpul sambil
memperhatikan lalu lalang murid lainnya dibawah mereka yang kebanyakan adalah murid baru
yang sedang berkeliling. Kebetulan atap gedung yang mereka tempati persis menghadap
lapangan olahraga sekolah, selain itu hampir semua sudut halaman sekolah terlihat dari atas sini.

“Apa tidak ada murid baru yang menarik tahun ini?” tanya seorang dari mereka yang sedang
bersender di kawat pembatas yang mengelilingi atap tersebut, Lee Sangyeon tertulis di nametag
seragamnya.

Sangyeon mengalihkan pandangannya dari lapangan ke arah teman-temannya karena tidak


kunjung mendapat balasan, dilihatnya satu temannya sedang asyik dengan ponselnya sambil
duduk bersender ke kawat pembatas, Kim Younghoon, tampak tidak mendengarkan ucapan
Sangyeon. Sangyeon langsung melayangkan protesnya dan menanyakan apa teman-temannya ini
masih punya telinga.
Jacob Bae, yang dari tadi duduk di salah satu bangku yang terdapat di atap tersebut sambil
bermain gitar akhirnya menyahut, “mereka saja baru masuk beberapa jam yang lalu, bagaimana
mana mau tau ada yang menarik atau tidak.”

Sangyeon tidak puas dengan jawaban Jacob, tapi tidak bisa protes juga karena benar, akhirnya ia
hanya diam saja, apalagi saat temannya yang bernama Lee Hyunjae, yang dari awal mereka naik
ke atap hanya diam melamun dan melihat ke satu titik sambil terus tersenyum seperti orang
kesurupan tiba-tiba membuka mulut.

“Aku sudah bertemu tuh, murid baru, yang menarik.”

Semua yang ada disitu langsung melihat ke arah Hyunjae dengan tatapan bertanya-tanya, bahkan
Younghoon akhirnya mengalihkan pandangan dari ponselnya. Sangyeon lalu berjalan
menghampiri Hyunjae dan merangkul pundak temannya itu.

“Apa kau baru saja jatuh cinta pada pandangan pertama pada anak baru?” tanya Sangyeon
dengan tujuan meledek, tapi dari senyum Hyunjae yang seolah meng-iya-kan malah membuat
Sangyeon bergidik. Lee Hyunjae yang tidak pernah membicarakan dan terlihat tertarik dengan
perempuan semenjak putus dengan mantannya itu suka dengan seseorang yang baru ditemuinya?
yang benar saja.

“Bercanda kan?” tanya Younghoon yang sama tidak percayanya dengan yang lain. Tapi yang
ditanya malah tersenyum semakin lebar sambil berjalan dengan langkah ringan seperti di atas
awan, dia melewati teman-temannya yang masih menatapnya tak percaya menuju pintu untuk
memasuki gedung karena bel tanda masuk pelajaran sudah berbunyi.

Sebelum benar-benar hilang di balik pintu Hyunjae berbalik dengan senyum lebarnya sambil
berkata, “cepat masuk ke kelas, mana boleh terlambat masuk di hari pertama kan.” setelah
berkata seperti itu, ia berjalan menuruni tangga sambil bersenandung.

“Kesurupan, dia kesurupan.” gumam Jacob

***

Bel tanda istirahat pertama baru beberapa saat yang lalu berbunyi, anak-anak kelas satu yang
berhambur di lorong tidak bisa mengalihkan pandangan mereka pada empat siswa kelas dua
yang tengah melewati lorong yang sama dengan mereka, bisik-bisik terdengar dari beberapa
murid kelas satu, untuk apa anak kelas dua berada di lantai yang hanya berisi ruang kelas 1 di
hari pertama mereka masuk. Bisik-bisik itu semakin ramai saat seorang siswi kelas 1 yang baru
saja keluar dari kelasnya tiba-tiba melambai ke arah empat orang itu sambil memanggil nama
salah satu dari mereka.

“Younghoon Oppa!”

Mendengar suara Haneul, Younghoon langsung tersenyum dan bergegas menghampirinya, baru
sampai didepan Haneul, Younghoon langsung mengacak-ngacak rambut Haneul yang langsung
mengeluh kalau rambutnya bisa berantakan, walaupun mengeluh ia tidak bisa menyembunyikan
senyumnya.

“Bagaimana rasanya jadi anak SMA?” tanya Younghoon

“Biasa saja.” jawab Haneul sambil memperbaiki rambutnya.

“Bohong. Dia loncat-loncat kegirangan pagi ini hanya karena seragam baru.” sahut Juyeon yang
baru saja muncul. Younghoon hanya tertawa saat Haneul meninju lengan Juyeon yang tukang
ngadu itu.

Di tengah interaksi akrab ketiganya yang mengundang pandangan penuh tanya dari siapa saja
yang melihatnya itu, Hyunjae yang sejak tadi pagi tersenyum bahagia tiba-tiba berubah
memasang wajah dingin, senyumnya hilang entah kemana, bahkan saat Younghoon
memperkenalkan Sangyeon, Jacob dan Hyunjae pada Haneul dan Juyeon, Hyunjae tidak
mengatakan apapun, ia hanya menatap Haneul yang sedang berbicara dengan Sangyeon dan
Jacob.
=Pengakuan=

Ada sebuah ruangan di salah satu gedung sekolah yang selama setengah tahun belakangan ini
digunakan menjadi basecamp oleh Sangyeon, Jacob, Younghoon dan Hyunjae. Ruangan yang
merupakan ruang musik lama itu sudah tidak ditempati lagi bahkan sebelum mereka masuk ke
sekolah ini, ruangan itu akhirnya menjadi gudang tempat peralatan musik yang sudah tidak
terpakai lagi.

Saat itu Jacob yang baru kelas satu sudah dipercayakan untuk memegang kunci ruang musik
lama dan baru oleh guru musik mereka berkat reputasi Jacob yang tidak hanya dikenal baik di
ekstrakulikuler musik tapi juga terkenal satu sekolah sampai dijuluki Angel. Karena merasa
bertanggung jawab dengan ruang musik lama, Jacob setiap akhir pekan meminta bantuan ketiga
temannya untuk membersihkan ruangan itu.

Lama kelamaan mereka jadi terbiasa berkumpul di ruangan itu dan dengan restu dari guru musik
mereka, ruangan musik lama itu resmi menjadi basecamp keempat orang ini, tentu saja dengan
syarat mereka harus membersihkannya dan menjaga alat musik yang masih tersisa di dalam.
Setengah tahun berlalu, ruangan yang dulunya tidak ada apa-apa selain alat musik dan lemari itu
kini memiliki sofa, meja, beberapa kursi biasa, bahkan akuarium kecil milik Jacob. Semua
barang ini mereka ambil dari gudang yang letaknya tidak jauh dari ruangan itu.

Setelah mengunjungi Haneul di kelasnya, keempat orang itu seperti biasa berjalan menuju
basecamp mereka, jarang sekali mereka pergi ke kantin kecuali saat jam makan siang, karena di
dalam lemari di basecamp sudah ditimbun makanan ringan, sedangkan untuk minumannya
mereka tinggal turun ke lantai satu, di depan gedung terdapat vanding machine karena memang
lokasinya dekat dengan lapangan tempat murid-murid berolahraga.

Kali ini ada yang berbeda, Hyunjae yang biasanya paling heboh entah kenapa daritadi diam saja
berjalan di belakang temannya yang lain, padahal tadi pagi bahagianya bukan main. Bahkan saat
sudah masuk dan duduk di tempat masing-masing, Hyunjae tetap diam sambil melihat tajam ke
arah Younghoon, merasa ada yang aneh Younghoon langsung bertanya ada apa dengan Hyunjae.

“Tadi itu siapa? Sepertinya kalian dekat.” ucap Hyunjae akhirnya. Kalimat itu membuat ketiga
orang lainnya menatap Hyunjae dengan tatapan bingung.
“Kau ini masa tidak tau, dia kan . . .”

“Memangnya kenapa kalau kami dekat?” tanya Younghoon memotong ucapan Jacob. Hyunjae
yang mendengar pertanyaan itu tiba-tiba mengalihkan pandangannya pada akuarium berbentuk
bundar yang berada di sampingnya. Dia diam sebentar sebelum menjawab.

“Dia… yang ku maksud tadi pagi.” jawab Hyunjae pelan sambil terus menatap ikan yang
berenang-renang tidak peduli dengan situasi yang mendadak canggung.

Jacob dan Sangyeon saling tatap dengan ekspresi kaget, lalu secara bersamaan melihat ke arah
Younghoon yang tidak kalah kaget. Semenit rasanya seperti sudah berjam-jam di ruangan itu,
sampai suara Younghoon yang tertawa sinis memecah keheningan.

“Berani sekali kau, Lee Hyunjae.”

Hyunjae mendesah, “Aku tidak akan melakukan apapun kalau memang dia ke. . .”

Ucapan Hyunjae terpotong akibat pergerakan mendadak Younghoon yang meloncat ke arahnya
dan menarik kerah bajunya.

“Berani sekali kau suka dengan sepupuku!”

Hyunjae terbelalak mendengar ucapan Younghoon, sementara Jacob dan Sangyeon berusaha
menarik mundur Younghoon. Bahkan saat Younghoon sudah tenang duduk kembali ke
tempatnya, Hyunjae seperti masih memproses.

“Dia sepupumu?” tanya Hyunjae memastikan.

“Masa kau tidak tau, Younghoon kan sering memperlihatkan fotonya.” Sangyeon lalu menjitak
kepala Hyunjae supaya temannya itu sadar. Tiba-tiba di kepala Hyunjae muncul kilasan-kilasan
ingatan yang selama ini dia lupakan.

Flashback 1

“Liat sepupuku, cantik kan?” Younghoon menunjukkan layar ponselnya pada Hyunjae,
memamerkan sepupu kesayangannya yang sudah seperti adik kandungnya sendiri.

“Ya.” jawab Hyunjae tanpa melihat sedikit pun ke layar ponsel Younghoon.
Flashback 2

“Younghoon Oppa! Eric yang habisin cokelatnya!” terdengar suara dari dalam rumah
Younghoon.

“Siapa?” tanya Hyunjae

“Sepupuku, mau main bareng?” tanya Younghoon masih berdiri di depan pagar rumahnya.

Hyunjae menggeleng, “Aku mau kencan.”

Flashback 3

“Yakin tidak mau datang? Sepupu-sepupu ku juga datang, biar ku kenalkan.”

Hari itu Younghoon sedang membujuk Hyunjae untuk datang ke acara ulang tahun kecil-kecilan
di rumahnya.

“Tidak, nanti malam saja baru aku datang dengan Jacob dan Sangyeon.”

Hari itu Hyunjae hanya ingin berada di taman saja.

Flashback 4

“Sepupu Younghoon nanti akan sekolah disini katanya.” Jacob membuka percakapan.

“Akhirnya bisa bertemu secara langsung. Selama ini kan Younghoon hanya memperlihatkan
fotonya saja.” sahut Sangyeon

“Jangan macam-macam ya kau, tau saja Younghoon sayang pada sepupunya sudah seperti anak
sendiri.”

Keduanya masih mengobrol sementara Hyunjae yang daritadi ada disitu seperti tidak tertarik.

Setelah dihantam flashback bertubi-tubi Hyunjae terduduk lemas di sopa, menyadari betapa
bodohnya dia, orang yang dia cari-cari selama ini berada di depan hidungnya tapi dia malah tidak
menyadarinya. Tapi tiba-tiba perasaan senang dan berbunga-bunga menghampiri Hyunjae dan
membuatnya berdiri dari kursinya dengan senyum sumringah, setidaknya sekarang dia
menemukannya. Perubahaan ekspresi Hyunjae yang mendadak membuat teman-temannya
khawatir.

“Kenapa kau?” tanya Younghoon

“Kau baik-baik saja, kan?” tanya Jacob

Tanpa menjawab pertanyaan teman-temannya, Hyunjae tiba-tiba berlari keluar ruangan.

“Mau kemana kau?” tanya Sangyeon yang sudah mengejar di depan pintu.

“Menemui masa depanku.” jawab Hyunjae masih berlari sambil melambaikan tangannya.

“Hey! Jangan macam-macam dengan adikku!” Younghoon berteriak persis dibelakang Sangyeon
yang langsung menutup telinganya yang berdenging.

***

“Aku menyukaimu! Mulai sekarang aku yang akan menjagamu.”

Setidaknya 2 menit sudah berlalu sejak kalimat itu keluar dari mulut orang yang berdiri didepan
Haneul sekarang. Haneul yang saat itu sedang membaca buku di halaman belakang sekolah
masih tidak habis pikir dengan apa yang terjadi, jika itu orang yang tidak dia kenal maka Haneul
akan menolaknya saat itu juga tanpa perlu berpikir dua kali. Tapi orang yang berdiri didepannya
adalah salah satu dari teman Younghoon yang baru saja di temui beberapa saat yang lalu. Apa ini
semacam lelucoan? Apa Younghoon sedang mengetestnya? Lalu apa maksudnya kata-kata yang
terakhir itu?

“Hah?” satu-satunya respon yang bisa Haneul berikan pada situasi ini, orang didepannya yang
dia tau bernama Hyunjae seperti terkejut mendengar jawabannya.

“Kau tidak mengenalku?” tanya Hyunjae

“Well, temannya Younghoon Oppa? Hyunjae Sunbaenim?” jawab Haneul

Hyunjae terdiam sebentar mendengar jawaban Haneul dan membuat Haneul semakin
kebingungan, ada apa sih dengan orang ini, pikir Haneul.
Tapi tiba-tiba Hyunjae tersenyum sumringah kembali seperti pertama kali dia menghampiri
Haneul.

“Baiklah, jadi bagaimana jawabanmu?”

“Jawaban apa?”

“Aku menyukaimu! Kau mau jadi pacarku atau tidak?”

“Orang ini sinting ya” pikir Haneul sambil menutup buku ditangannya, entah kenapa ingin
sekali dia pukulkan ke kepala Hyunjae.

“Babe!” suara Kevin mengalihkan perhatian Hyunjae dan Haneul. Untuk pertama kalinya Haneul
senang sekali mendengar panggilan Kevin itu, akhirnya dia bisa melarikan diri dari situasi tidak
masuk akal ini.

“Babe?” ulang Hyunjae dengan nada tak percaya. Haneul tak menyia-nyiakan kesempatan itu
dan langsung menghampiri Kevin yang sudah hampir berada di dekat mereka, menggandeng
tangannya dan menyeretnya pergi ke kelas.

***

Hyunjae menyerbu masuk ke basecamp dengan muka merah karena kesal, dia langsung
menghampiri Younghoon yang sedang memakan rotinya dengan damai sambil memandang ikan.

“Kau bilang Haneul tidak punya pacar!” Hyunjae menaikkan nada suaranya karena kesal.

“Memang tidak, kau pikir dapat restuku semudah itu?” jawab Younghoon santai, sudah biasa
dengan suara Hyunjae yang mengalahkan toa.

“Lalu siapa itu si muka bule yang memanggilnya ‘Babe’.” Hyunjae menekankan kalimat ‘Babe’
dengan nada mengejek. Mendengar ‘si muka bule’ membuat Jacob yang sedang memakan sereal
langsung dari kotaknya menoleh, “Bukan kau Jacob” Tambah Hyunjae sebelum Jacob sempat
mengatakan apapun. Younghoon berpikir sejenak sambil mengunyah rotinya, lalu sesaat
kemudian mulutnya membentuk huruf O tanda dia akhirnya mendapat pencerahan.

“itu pasti Kevin.”


“Nah itu! Kau bilang tidak punya!”

“Kevin bukan pacar Haneul, dia sahabat Haneul dari SD.”

“Lalu untuk apa memanggil ‘Babe’?”

“Mana ku tau, aku sudah melarangnya sampai bosan.” Younghoon kembali mengambil
sebungkus roti.

Hyunjae sekarang mondar-mandir di ruangan yang tidak terlalu besar itu, tentu saja dia lega
ternyata Kevin bukan pacar Haneul, tapi dia tetap tidak terima ada orang lain diluar sana yang
memanggil Haneul ‘Babe’. Belum lagi fakta kalau Haneul ternyata tidak mengingatnya, apa
hanya dia saja yang mengingat cerita anak kecil yang sangat berharga baginya itu? Kalut.
Hyunjae tidak bisa berpikir dengan jernih.

“Hyunjae! Tenangkan dirimu dan tarik nafas!” Sangyeon yang sudah pusing melihat Hyunjae
mondar-mandir itu memegang pundak Hyunjae.

Hyunjae akhirnya berhenti berputar dan menuruti Sangyeon. Lama-lama pikirannya mulai tertata
rapi, tidak apa-apa kalau Haneul belum ingat, ini kan hari pertama mereka bertemu, yang
Hyunjae perlukan hanya membuat Haneul menyukai dirinya yang sekarang, ya, begitu saja.

Lalu dimulai dari hari itu, Hyunjae mulai mengejar Haneul secara terang-terangan, dan tentu saja
Haneul juga menolaknya secara terang-terangan. Lantai kelas mereka berbeda, tapi Hyunjae
selalu melewati lorong kelas Haneul kemana pun tujuannya walaupun harus berputar, walaupun
ruang tujuannya beda gedung sekalipun, Hyunjae akan tetap melewati kelas Haneul hanya untuk
menyapanya di jendela sampai semua anak kelas 1 akhirnya tau kalau Hyunjae menyukai
Haneul. Hyunjae memang tidak pernah mengikuti Haneul kemana pun dia pergi atau sengaja
menunggunya didepan pintu untuk memaksanya pulang bersama atau semacamnya. Tapi tiap
kali mereka berpapasan entah di Kantin, di Perpus, Gedung Olahraga, bahkan di Ruang Guru
sekalipun, Hyunjae akan menyapanya dengan senyumnya yang sangat menyilaukan itu, saking
silaunya Haneul sampai tidak ingin melihatnya, dan tiap kali ada yang bertanya pada Hyunjae
apa dia menyukai Haneul tanpa ragu sedikit pun ia akan menjawab “Iya!”.
Satu minggu telah berlalu, walaupun Hyunjae tidak mengganggunya secara langsung dan Haneul
sangat bisa tidak memperdulikan teriakan-teriakan dan sapaan Hyunjae tiap kali mereka bertemu,
tapi tetap saja rasanya menyebalkan.

“Makan yang banyak, Haneul!” suara yang mau tidak mau Haneul hapal itu bergema di Kantin
membuat semua orang memandang ke arah mereka.

“Berhenti mengurusi adikku, kau bukan ibunya.” sahut Younghoon sambil menjitak kepala
Hyunjae agar dia duduk.

Haneul yang duduk satu meja dengan Juyeon, Kevin dan Gaeun menunduk menghindari tatapan
murid-murid yang lainnya.

“Sepertinya Hyung itu benar-benar menyukaimu.” goda Juyeon

“Menurutku dia lumayan tampan, terima saja.” tambah Gaeun sambil tertawa.

“Heh, tampanan juga aku, yakan, Babe?”

“Ugh, diam kalian.”

Haneul sadar, hidupnya tidak akan tenang lagi.


=Pertemuan=

Hyunjae mengutuki sahabatnya Kim Younghoon yang sudah membuatnya terjebak di antah
berantah di tengah hujan badai malam-malam begini. Tadi sore, Hyunjae mengunjungi rumah
Younghoon untuk meminta alamat Haneul, dia ingin membawakan makanan ke rumahnya. Tapi,
Younghoon yang ogah-ogahan itu hanya memberikan nama daerahnya saja dan sebelum
Hyunjae memaksanya memberikan alamat lengkap, Younghoon sudah menendangnya keluar
dari rumah.

Sekarang Hyunjae hanya bisa berdiri menunggu hujan reda dengan baju dan ayam ditangannya
yang sudah terkena air hujan. Dia sudah mencoba menelpon Younghoon berkali-kali tapi
ponselnya tidak aktif. Saat sedang merenungi nasib itu, tiba-tiba suara seseorang yang familiar
menyadarkan lamunan Hyunjae.

“Hyunjae Hyung?”

Juyeon yang baru saja kembali dari supermarket untuk membeli beberapa cemilan tidak sengaja
melihat orang hilang yang tampak familiar. Karena Juyeon aktif dan berencana ingin mengikuti
eskul basket, ia jadi dekat dengan Hyunjae, Sangyeon dan Jacob yang merupakan anggota eskul
basket di sekolah, terutama Hyunjae sebagai Kapten Tim.

“Juyeon!!” Hyunjae yang sudah seperti anak hilang itu langsung meloncat ke arah Juyeon dan
ikut berteduh dibawah payung milik Juyeon.

“Hyung, sedang apa disini?”

“Aku ingin membawakan ayam untuk Haneul, tapi si sinting Younghoon itu tidak memberiku
alamat jelas rumahnya.”

Juyeon tidak bisa tidak tertawa, dia tau sekali seberapa overprotective-nya Younghoon pada
Haneul, diberitahu daerahnya saja sudah sebuah keajaiban.

“Yasudah, Hyung, kerumahku saja ganti baju, nanti ku antar ke rumah Haneul.”

“Benarkah?” Mata Hyunjae berbinar-binar seperti anak kecil diberi permen.

“Iya, tapi aku tidak jamin Hyung tidak akan diusir.”


***

Haneul memandang keluar balkon dimana hujan turun dengan derasnya sambil membungkus
dirinya sendiri dengan selimut, beberapa saat yang lalu Juyeon menawarinya apa dia ingin
membeli cemilan karena Juyeon akan ke minimarket, hari hujan seperti ini memang waktunya
untuk bergelut di kasur sambil makan cemilan.

Haneul melirik jam dinding di kamarnya, harusnya Juyeon sudah sampai, Haneul akhirnya
keluar dari selimutnya menuju balkon kamar dan melihat lampu kamar Juyeon menyala. Tanpa
pikir panjang ia langsung melompat ke balkon kamar Juyeon dan membuka jendelanya.

“Ijuy!”

Hyunjae yang sedang berganti pakaian di kamar Juyeon sangat terkejut mendengar suara
seseorang di balkon dan langsung menoleh, mendapati Haneul yang sama kagetnya dengan
dirinya, mereka sama-sama terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya Haneul berlari
menuju samping balkon. Hyunjae yang juga sudah sadar mengejar Haneul dan mendengar suara
hantaman diikuti suara erangan.

“Hey, kau tidak apa-apa?” tanya Hyunjae panik melihat Haneul yang terduduk di balkon persis
disebelah kamar Juyeon.

“Jangan kesini!” seru Haneul saat melihat Hyunjae yang sudah menaiki sisi balkon untuk
melompat.

“Ada apa?” tanya Juyeon yang sudah berada di balkon kamarnya karena mendengar suara
berisik.

“Sepertinya dia terpleset.” jawab Hyunjae sambil menunjuk ke arah Haneul yang masih belum
berdiri. Dengan sigap Juyeon langsung melompat ke tempat Haneul dan memeriksanya.

“Kan sudah ku bilang jangan melompat kalau hujan, lantainya licin.” Omel Juyeon

Sementara Juyeon sibuk mengobati lutut Haneul yang lecet dengan peralatan P3K yang ada di
kamar Haneul, Hyunjae masih berdiri ditempatnya, perlahan-lahan mulai sadar dari kagetnya dan
menjadi kebingungan dengan situasi yang sedang terjadi didepan matanya.
***

Juyeon yang sedang santai di kasurnya sambil memakan cemilan tidak bisa konsentrasi dengan
komik yang sedang ia baca karena Hyunjae-yang memutuskan untuk menginap karena hujan
belum juga berhenti- terus memandangnya sambil memakan ayam goreng-yang ditolak Haneul,
tentu saja- dengan sangat agresif.

“Hyung, kalau kau mau tanya sesuatu tanya saja.” kata Juyeon akhirnya.

“Jadi, selama ini kalian tinggal bersebelahan?” pertanyaan yang sudah berputar-putar di kepala
Hyunjae daritadi itu akhirnya keluar juga. Juyeon hanya mengangguk, seperti itu adalah sesuatu
yang wajar dan tidak perlu dipertanyakan. Tetapi, kening Hyunjae malah semakin berkerut.

“Jangan bilang kau su…”

“Jika aku menyukai Haneul, Hyung tidak akan ada disini malam ini.” potong Juyeon cepat
sambil membalik halaman komiknya, pertanyaan yang sudah diantisipasi Juyeon saat
memutuskan membawa Hyunjae ke rumahnya. Alangkah baiknya jika Hyunjae langsung saja
menanyakan hal itu daripada harus menatapnya seperti sedang merencanakan pembunuhan saat
ia tidur nanti, pikir Juyeon.

Hyunjae tampak menimbang-nimbang sebentar sambil menggoyang-goyangkan ayam goreng di


tangannya, “Baiklah, aku akan mempercayaimu.”

“Kalau begitu sekarang biar aku yang bertanya.” Juyeon meletakkan komik di sampingnya lalu
menyilangkan kedua tangannya di dada sambil menatap Hyunjae, “Hyung, sejak kapan
menyukai Haneul? Haneul bilang Hyung langsung menembaknya setelah bertemu di depan kelas
hari itu, mana mungkin secepat itu, kan? Aku memang tidak separah Younghoon Hyung, tapi
aku juga tidak akan membiarkannya kalau Hyung hanya main-main.”

Hyunjae tertegun mendengar kalimat Juyeon, entah kenapa ia merasa lebih tertekan saat ini
daripada saat Younghoon mencercanya dengan pertanyaan yang sama. Rasanya seperti dia baru
saja melamar anak orang dan sedang berhadapan dengan Ayahnya, padahal pacaran saja belum.
Hyunjae meletakkan ayam gorengnya dan melepaskan sarung tangan plastik yang dia gunakan,
“Mungkin ceritanya akan sangat kekanak-kanakan, tapi karena kau bertanya jadi dengarkan saja,
bagaimanapun juga ini cerita yang sangat aku hargai.”

Jam menunjukkan pukul 10 malam, Hyunjae sudah berada di sofa yang ada di kamar Juyeon
bersiap untuk tidur, tapi daritadi matanya tidak mau diajak kompromi, bukannya tertutup
matanya malah sibuk memandangi langit-langit kamar Juyeon, sedangkan pikirannya tidak
berhenti memutar reaksi Juyeon setelah mendengarkan ceritanya, reaksi yang kaget sekaligus
takjub sambil bergumam, “Heol, ternyata Hyung orangnya?”, dari sini saja Hyunjae sudah tau,
berarti Juyeon pernah mendengar cerita yang sama dari Haneul, kan? Jadi, Hyunjae bukan satu-
satunya yang menyimpan cerita ini sebagai kenangan, kan? Jadi, ada harapan, kan? Begitu
berisiknya pikiran-pikiran yang ada di kepala Hyunjae. Tiba-tiba ia terpikirkan kembali
bagaimana takdir mempertemukannya dengan Haneul, lagi.

Flashback

“Kau pikir di dunia ini yang bernama Kim Haneul hanya satu? Aku memakan ice cream rasa
mint choco karena itu sedang trend, bukan berarti aku menyukainya, astaga aku tidak percaya
kau se-naif ini Lee Hyunjae. Cinta masa kecil? Jangan bercanda!”

Lagi-lagi Hyunjae terpikirkan kalimat itu, kalimat yang menamparnya 2 tahun lalu dan keluar
dari mulut mantannya yang saat itu meminta putus. Mereka bersama hampir setahun, tapi
perasaan yang ia pikir selama ini perasaan suka, membuatnya menjadi kebingungan sendiri
karena ternyata mantannya itu bukanlah orang yang dia cari, jadi dia suka atau tidak?
Entahlah, memangnya suka itu seperti apa?

Semenjak itu, Hyunjae tidak pernah lagi mencoba berhubungan dengan orang lain, teman-
temannya berpikir kalau dia sangat menyukai mantannya sampai tidak bisa ‘move-on’, tapi
sebenarnya dia bahkan tidak pernah memikirkan mantannya lagi, setiap kali dia berpikir
bagaimana rasanya menyukai orang lain, satu-satunya yang ada dipikirannya adalah anak kecil
yang sedang bermain ayunan sambil memakan ice cream, anak kecil dari ingatan masa kecilnya,
hanya memikirkan itu saja membuatnya senang. Karena perasaan seperti itu, walaupun ingin
berhenti, walaupun kata-kata mantannya terdengar luar biasa masuk akal, kaki Hyunjae tetap
melangkah menuju taman di kawasan perumahannya untuk mencari anak itu.

Akhir pekan memang membuat taman ramai sekali, terutama oleh anak kecil yang berlarian
kesana kemari, membuat Hyunjae sesekali berhenti agar tidak menabrak mereka. Hyunjae
hanya berharap semua anak ini sedang berlarian dan tidak ada yang sedang bermain dengan
ayunan, karena itu tujuan Hyunjae. Tapi ternyata harapan tinggal harapan, dari jauh saja
Hyunjae bisa melihat dua ayunan sudah terisi semua, satu diisi oleh dua orang anak kecil yang
sepertinya bergantian untuk mendorong dan menaiki, sementara satu lagi diisi oleh seorang
gadis, mungkin seumuran Hyunjae, yang sedang tersenyum menonton anak-anak yang bermain.
Mungkin sedang menjaga adiknya, begitu pikir Hyunjae.

Akhirnya ia memilih duduk di bangku taman yang bersebrangan dengan ayunan, jadi dia bisa
melihat jika salah satunya kosong. Selain memperhatikan ayunan, sesekali perhatian Hyunjae
teralih dengan keributan anak-anak yang bermain di sekitarnya, tapi saat Hyunjae melihat ke
ayunan kembali ternyata gadis sebayanya sedang memperhatikannya, untuk sepersekian detik
mereka melakukan eye contact dan Hyunjae tertegun karena sesaat ia bersumpah dunianya
seakan berhenti, Hyunjae disadarkan oleh teriakan anak kecil di sebelahnya yang sedang
berebut perosotan. Saat melihat ke arah gadis itu lagi, si gadis sudah memandang ke arah lain,
tepatnya ke arah seorang pemuda yang juga seperti seumuran dengan mereka, pemuda itu
sedang membawa dua buah ice cream yang salah satunya diberikan ke gadis itu.

‘Oh, pacarnya?’

Entah kenapa pikiran seperti itu membuat dadanya berenyut perih. Hyunjae langsung
menggelengkan kepalanya kerasa, menyadarkan dirinya yang sepertinya terbawa suasana, ia
pun langsung berdiri saat melihat gadis itu berdiri dan berjalan ke arahnya, sepertinya mereka
berdua akan pulang. Mau tak mau ia juga mendengar percakapan mereka saat berpapasan di
jalan.

“Kau masih saja memakan rasa itu, sejak kapan kau jadi menyukainya?” tanya si Pemuda

“Kan sudah ku bilang, aku berjanji pada seseorang hanya akan memakan ice cream mint choco,
setidaknya di taman ini.”
Deg

“Haneul, kau masih saja mengingat cerita itu? Sadarlah kau sudah jadi murid SMA sekarang.”

Deg

Deg

Hyunjae menghentikkan langkahnya dan langsung membalikkan badan. Percakapan seperti itu
di taman ini? Apa dia boleh berharap? Apa akhirnya dia menemukannya? Suara jantung
Hyunjae yang mengalahkan suara berisik di taman dan matanya yang hanya tertuju pada dua
orang yang masih berbicara berdua dan terus bergerak menjauh itu membuatnya tidak sengaja
menabrak salah satu anak kecil yang berlarian.

“Kau tidak apa-apa?” Hyunjae langsung berlutut memeriksa anak kecil yang menangis itu, ah,
kakinya lecet, anak kecil yang lain mulai mengerumuni Hyunjae dan anak itu, akhirnya Hyunjae
menggendong anak kecil yang terluka itu untuk diobati, saat berdiri matanya kembali mencari
keberadaan kedua orang tadi, tapi mereka berdua hilang begitu saja seperti perasaan gugup,
senang, dan berbunga-bunga yang baru beberapa saat yang lalu ia rasakan.

Beberapa hari kemudian, hari pertama sekolah dimulai, Hyunjae sedang duduk di depan ruang
aula tempat dimana akan dilakukan penyambutan, sebagai anggota OSIS sekolah mau tak mau
Hyunjae harus membantu persiapannya. Sedang melamun meratapi nasibnya beberapa hari
yang lalu, tiba-tiba sebuah panggilan mengagetkannya.

“Kim Haneul!”

Hyunjae menoleh, seperti dirinya yang sedang di panggil. Ia melihat dua orang yang dilihatnya
di taman memandangi tiga orang yang berlari-larian ke arah mereka dan kemudian loncat-
loncat tidak karuan, tapi bukan itu yang Hyunjae perhatikan, melainkan gadis bernama Kim
Haneul yang walaupun memasang wajah kalau dia sangat terganggu dengan tingkah teman-
temannya tapi tidak bisa menyembunyikan senyum senangnya.

Cantik. Hyunjae memandangi Haneul seperti tidak pernah melihat manusia sebelumnya,
“Ketemu.”
=Mendekati Adik Ipar=

Hyunjae sedang berguling-guling di tempat tidur Juyeon sambil memandangi foto di ponselnya,
foto Haneul saat kecil, dia baru saja memotret foto itu pagi-pagi buta tadi saat membongkar
album foto Juyeon.

“Jika aku tau Hyung akan memandangi fotonya sambil tersenyum seperti orang gila seperti itu,
tidak akan ku berikan.” tegur Juyeon yang baru saja dari kamar mandi. Hyunjae tidak
memperdulikan perkataan Juyeon dan masih sibuk dengan ponselnya.

Tadi malam setelah mengatakan semuanya pada Juyeon, Hyunjae membuatnya bersumpah untuk
tidak mengatakan apapun pada Haneul, walaupun bingung dengan alasannya tapi akhirnya
Juyeon setuju saja, toh tidak ada pengaruhnya bagi dia.

“Mau kemana?” tanya Hyunjae yang akhirnya duduk di kasur sambil memperhatikan Juyeon
yang sedang memasang sepatunya.

“Di sekitar sini ada lapangan komplek, kami berencana bermain basket disitu.” jawab Juyeon

“Siapa itu kami?”

Pertanyaan Hyunjae terjawab saat keduanya sudah tiba di lapangan yang disebut Juyeon.
Lapangan itu tidak terlalu luas layaknya lapangan basket yang seharusnya, disitu juga hanya ada
satu ring basket. Sunwoo dan Eric yang sedang bermain-main disitu tampak tidak menyadari
kehadiran Hyunjae dan Juyeon.

“Yang memakai kaos hitam itu adiknya Haneul, Sunwoo. Yang satunya lagi namanya Eric, anak
tetangga.” Juyeon menjelaskan sambil berdiri di pinggir lapangan, memperhatikan dua anak itu.

Hyunjae juga ikut memperhatikan mereka sesaat sebelum berteriak memanggil. “Oi, Adik Ipar.”

Sunwoo yang baru saja mau melempar bola ke ring dan Eric yang berusaha menahan teralihkan
perhatiannya, akhirnya mereka menyadari kedatangan dua orang itu. Tapi Sunwoo seakan tidak
perduli dan melanjutkan kegiatannya melempar bola. Sementara Eric masih memperhatikan dua
orang di lapangan itu sambil tersenyum sumringah.

“Aku tidak punya Kakak.” sahut Eric


“Ya kalau begitu berarti bukan kau yang ku panggil, kenapa kau yang menyahut?” kata Hyunjae
kesal. Eric hanya terkekeh kemudian kembali bermain. Sementara Sunwoo tetap bertingkah
seperti tidak ada siapa-siapa dan tidak terjadi apa-apa.

“Wah, anak itu benar-benar adiknya Haneul.” kata Hyunjae pada Juyeon.

“Ya begitulah.” sahut Juyeon pendek sebelum berjalan ke tengah lapangan diikuti Hyunjae. Bola
yang baru saja dilemparkan Sunwoo ke arah ring langsung di tangkap oleh Hyunjae,
menyebabkan bola itu tidak jadi masuk. Akhirnya Sunwoo melihat ke arah Hyunjae, tapi dengan
pandangan tidak suka.

“Ayo bertanding, kalau kau kalah panggil aku Kakak Ipar.” kata Hyunjae sambil mengapit bola
basket di pinggangnya. Mata Sunwoo terbelalak, lalu dengan segera menghadap ke arah Juyeon.

“Dia ini siapa!?” tanya Sunwoo kesal sambil menunjuk wajah Hyunjae. Tapi langsung ditariknya
jarinya itu menjauh saat dilihatnya Hyunjae hampir menggigitnya. Lagi-lagi Sunwoo terbelalak
kaget.

“Kalau kau mau tau tanya sendiri padaku.”

Tapi bukannya bertanya, Sunwoo malah berkacak pinggang. “Kalau aku menang, bagaimana?”

“Kalau begitu ini terakhir kalinya aku mengganggumu. Itu juga kalau kau menang.” jawab
Hyunjae jelas meragukan kalau itu akan terjadi. Sunwoo yang kesal diremehkan langsung setuju
saja.

Akhirnya pertandingan di pagi hari yang cerah itu berlangsung dengan dua tim masing-masing
terdiri dari Hyunjae-Eric dan Juyeon-Sunwoo. Terlihat Hyunjae dan Juyeon lebih banyak
memegang bola daripada dua orang lainnya, tapi tim Hyunjae jelas memimpin pertandingan.
Merasa harga dirinya terancam, Sunwoo mati-matian merebut bola yang sekarang sedang
dipegang Eric, setelah berhasil merebut bola tersebut Sunwoo langsung berlari membawa bola
itu ke ring, tapi karena terlalu bersemangat dia malah tergelincir batu kerikil karena berlari
terlaru ke pinggir lapangan dan jatuh terjerembab. Tiga orang lainnya langsung menghampiri
Sunwoo yang sudah terduduk sambil meringis kesakitan karena lututnya lecet.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Juyeon sambil berlutut di sebelah Sunwoo, ia lalu melihat lutut
Sunwoo yang tergores bebatuan. Hyunjae yang juga melihatnya langsung berlari meninggalkan
lapangan.

“Tunggu disitu.” teriaknya sebelum menghilang di tikungan, meninggalkan tiga orang yang
kebingungan.

Akhirnya mereka benar-benar menunggu disitu sambil duduk-duduk di bawah pohon rindang
yang berada di pinggir lapangan. Sunwoo terus meniup-niup lukanya yang perih itu, sebenarnya
luka seperti itu sudah sering di dapatnya saat bermain futsal, jadi bukan masalah besar untuknya.
Ia hanya membersihkan tanah dari lukanya itu sambil mendengarkan Juyeon yang menjelaskan
siapa itu Hyunjae. Sunwoo tidak begitu tertarik, dia sudah beberapa kali menghadapi orang
seperti Hyunjae itu, tapi yang dikhawatirkan Sunwoo sekarang adalah pertandingan tadi itu kalau
dilanjutkan jelas-jelas Hyunjae yang menang, masa dia harus memanggil orang itu Kakak Ipar?

“Aku jadi penasaran selama apa Hyung itu bertahan.” komentar Eric setelah mendengarkan
penjelasan Juyeon.

“Aku bisa pastikan, orang itu akan sulit kau usir.” kata Juyeon pada Sunwoo.

“Aku juga setuju, Hyung itu kelihatannya beda.” sahut Eric lagi.

Sementara orang yang mereka bicarakan itu akhirnya muncul sambil berlari-lari membawa
plastik yang berisi perban, kapas alkohol dan obat merah, ia lalu berlutut di depan Sunwoo.

“Kemarikan kakimu.” ucap Hyunjae sambil menarik lutut Sunwoo ke arahnya yang bahkan tidak
sempat protes karena kaget.

“Astaga Hyung, orang akan mengira kalau Sunwoo sudah sekarat melihat wajahmu yang panik
itu.” tegur Eric, ya, Eric memang begitu, dia memanggil orang yang baru ditemuinya pagi itu
dengan sebutan Hyung hanya karena mereka sudah satu tim. Hyunjae juga terlihat tidak
keberatan.

“Aku tidak apa-apa, memangnya perlu pakai itu?” protes Sunwoo saat melihat Hyunjae
membuka gulungan perban.
“Tentu saja! Kalau tidak diperban nanti kakimu infeksi, kau mau?” ancam Hyunjae sambil
menggulungkan perban itu di lutut Sunwoo. Sunwoo diam saja, tentu saja dia tidak mau kakinya
infeksi, dia kan sayang sekali pada kakinya.

“Itu, tentang pertandingan yang tadi, harus kah aku memanggilmu Ka-Ka…” Sunwoo tergagap,
mulutnya sama sekali tidak sudi menyebutkan itu.

“Tidak perlu.” potong Hyunjae sambil membereskan peralatannya tadi. “Pertandingannya tidak
selesai, jadi hasilnya tidak pasti.” Sunwoo bernafas lega mendengarnya. “Itu artinya
persyaratanmu juga tidak berlaku. Jadi biasakan dirimu, karena kau akan melihatku lebih sering
mulai sekarang.” tambah Hyunjae sambil menampakkan senyum kemenangan.

Tidak butuh waktu lama untuk Hyunjae merealisasikan perkataannya, sore itu juga ia sudah
berdiri di balkon kamar Juyeon dan berteriak-teriak memanggil Sunwoo.

“Percuma saja, Sunwoo tidak akan mendengarmu, Hyung. Paling hanya Haneul yang
mendengarnya.” tegur Juyeon yang sedang berdiri di jendela balkon.

“Itulah yang aku harapkan.” sahut Hyunjae sambil tersenyum sumringah.

“SUNWOO!”

“SUNWOO-YA!”

“KIM SUNWOOOO!”

Haneul menutup telinganya dengan bantal.

“Kenapa orang itu belum pergi juga?” keluh Haneul. Tapi ternyata suara Hyunjae menembus
bantal yang menjadi penutup telinganya. Haneul tidak tahan lagi, ia berjalan ke arah connecting
door yang menghubungkan kamarnya dengan Sunwoo dan membukanya, setengah membanting,
membuat Sunwoo yang sedang bermain game di kasurnya terlonjak kaget.

“Ada yang memanggilmu di kamar sebelah.”


Setelah mengatakan itu Haneul kembali ke kamarnya. Sunwoo turun dari kasurnya sambil
berpikir, bukannya kamar sebelah itu Juyeon Hyung? Kenapa harus sekesal itu. Tapi
kebingungannya itu langsung terjawab setelah mendengar suara orang yang memanggil.

“Bilang padanya jangan berteriak, ini rumah bukan hutan!”

Begitu pesan Haneul sesaat sebelum Sunwoo muncul di balkon kamar Haneul untuk melihat mau
apa orang yang memanggilnya itu. Belum sempat mengatakan apa-apa, tiba-tiba bungkusan
plastik putih terbang ke arahnya dan dengan reflek langsung ditangkap oleh Sunwoo.

“Nice catch!” seru Hyunjae. Sunwoo memperhatikan isi plastik itu yang kurang lebih sama
seperti yang dibawa Hyunjae tadi pagi, hanya lebih banyak saja jumlahnya. “Jangan lupa ganti
perbanmu.” kata Hyunjae.

“Ya.” jawab Sunwoo singkat sebelum berbalik kembali ke kamar, tapi kemudian ia berhenti
sesaat lalu berbalik lagi ke arah Hyunjae. “Terima kasih.” tambahnya. Hyunjae tersenyum
melihat tingkah Sunwoo yang dianggapnya lucu. “Ohiya, ada pesan dari Nuna. Jangan berteriak,
ini bukan hutan.” setelah mengatakan itu, Sunwoo masuk ke dalam.

Sementara Hyunjae langsung berbalik menghadap Juyeon yang masih berdiri di tempatnya. “Kau
dengar itu? Haneul punya pesan untukku!” serunya senang. Dia bahkan tidak lagi mendengar apa
pesan Haneul itu, telinganya hanya mendengar apa yang ingin dia dengar. Dengan itu, Hyunjae
pamit pulang sambil bersenandung.

“Apa orang yang sedang jatuh cinta memang segila itu?” gumam Juyeon sambil menggelengkan
kepalanya.

Sementara itu, Haneul sedang memperhatikan bungkusan yang dibawa Sunwoo masuk.

“Kenapa kau butuh perban?” tanya Haneul sebelum adiknya itu masuk ke kamarnya.

“Lututku luka.” jawab Sunwoo sambil memperlihatkan lututnya yang diperban. Haneul
mengerutkan keningnya.

“Bukannya sudah biasa? Tumben sekali kau memperhatikan yang seperti itu.”
Sunwoo ragu sesaat sebelum menjawab. “Kata Hyunjae Hyung kalau tidak diperban nanti
infeksi.” setelah itu ia masuk ke kamarnya dan menutup pintu.

Haneul melongo, sejak kapan anak itu mendengarkan orang lain?

***

Siang itu, di hari minggu yang cerah, Haneul sedang berguling-guling di atas kasurnya sambil
bermain ponsel. Hari itu merupakan hari kedua Juyeon tidak ada di rumahnya, ia pergi bersama
anggota ekstrakulikuler basket lainnya untuk melakukan MT. Sayup-sayup Haneul dapat
mendengar kesibukan di kamar Sunwoo, sepertinya anak itu akan pergi keluar. Ia lalu berdiri dan
membuka connecting door yang mengarah langsung ke kamar Sunwoo.

“Mau kemana?” tanya Haneul pada adiknya yang sedang duduk di sofa kamarnya sambil
mengikat tali sepatu.

“Latihan futsal.” jawab Sunwoo yang sudah bersiap mengambil tasnya. Haneul tampak berfikir
sejenak.

“Aku ikut.” ucap Haneul, lalu kembali ke kamarnya dan bersiap-siap. Sunwoo yang sudah
menggendong ranselnya mengeluh.

“Untuk apa?” tanya Sunwoo

“Aku bosan di rumah. Awas saja kalau kau pergi duluan.”

Mendengar itu Sunwoo langsung duduk dengan malas di sofa sambil menunggu Haneul.

Jam tiga lewat Haneul sudah duduk di bangku penonton di samping lapangan futsal sambil
memperhatikan Sunwoo dan Eric yang sedang melakukan pemanasan. Sekali-kali ia melihat
sekeliling, baru kali ini ia mengunjungi Gedung Olahraga ini, area yang sangat luas itu ramai
oleh orang-orang yang ingin bermain futsal, basket yang lapangannya hampir bersebelahan
dengan lapangan futsal, bulu tangkis, tennis, atau hanya bermain sepatu roda di halaman yang
luas. Setiap area olahraganya dipisahkan dengan tembok tinggi, atau dibuatkan gedung baru, tapi
semuanya masih berada di satu lahan yang sama.

“Tumben sekali Haneul Nuna ikut.” kata Eric


“Bosan katanya.” Sunwoo menyahuti seadanya.

“Yah, semoga saja trio kurang kerjaan itu tidak merecoki kita lagi kalau melihat Nuna.”

“Yang kau maksud itu kami?” tanya seseorang yang sudah berdiri didekat Sunwoo dan Eric
dengan kedua temannya, Lee Jeno, tertulis di punggung bajunya.

“Panjang umur sekali kalian.” jawab Eric yang sudah berhenti melakukan pemanasan dan
sekarang menghadapi Jaemin, Haechan dan Jeno.

Ketiga orang itu teman sekolah sekaligus teman sekelas Eric dan Sunwoo. Mereka semua
sebenarnya berteman dengan baik, mungkin karena terlalu dekat jadinya ketiga orang itu sangat
suka menggoda Sunwoo, semua teman-teman mereka tau Sunwoo sangat tidak suka kalau ada
orang yang suka dengan kakaknya, apalagi kalau orang itu teman seangkatannya. Hal itu
membuat Jaemin, Haechan dan Jeno selalu mengganggu Sunwoo tentang Haneul. Entah
meminta nomor Haneul atau minta diperkenalkan, walaupun Sunwoo tau mereka hanya
bercanda, tapi tetap saja mengganggu.

“Wah, rasanya aku tidak melihat Nuna hanya beberapa bulan, tapi dia sudah secantik itu?” ucap
Haechan memulai.

“Secantik itu masih belum punya pacar? Mending dengan ku saja.” sahut Jaemin

“Cih, kalau sudah secantik itu tapi denganmu, rugi sekali.” sahut Eric

“Apa katamu?” Jaemin berkacak pinggang sementara dua temannya tertawa.

“Benarkan? Mending denganku saja.” sahut Haechan

“Heh, kau diam saja. Denganku saja tidak mau apalagi denganmu.” bentak Jaemin

“Maksudmu kau lebih baik daripada aku begitu?”

Dan mulailah pertengkaran mulut antara Jaemin dan Haechan sementara Sunwoo sama sekali
belum mengatakan apapun dan terlihat tidak perduli.

“Tolong ya, temanmu itu diungsikan sana, jangan bertengkar disini.” kata Eric pada Jeno yang
malah asik menonton pertengkaran itu.
“Kenapa bukan kau saja, mereka kan juga temanmu.” jawab Jeno

Lalu pertengkaran kedua tentang Haechan dan Jaemin itu teman siapa pun dimulai. Eric dan Jeno
mulai mendorong satu sama lain untuk menghentikan pertengkaran Haechan dan Jaemin.
Sunwoo yang merasa telinganya sakit akhirnya mau tidak mau berpaling ke arah dua kubu
pertengkaran itu.

“Nuna sudah punya pacar!” pernyataan Sunwoo yang mendadak itu membuat Haechan dan
Jaemin yang sedang berusaha mengapit leher satu sama lain serta Jeno dan Eric yang sedang
menarik kerah lawannya berhenti, “Jadi berhentilah meributkannya.”

“Kalau kau mau berbohong yang meyakinkan, dong!” Jeno yang duluan sadar dan sudah
melepaskan diri dari Eric.

“Memangnya siapa? Kalau kau bilang Juyeon Hyung, lupakan saja, aku tidak percaya.” sahut
Jaemin

“Ya! Apalagi kalau Kevin Hyung.” tambah Haechan

Sunwoo memutar kedua bola matanya, tentu saja bukan dua orang itu yang dia maksud. Sunwoo
lalu berjalan ke arah ranselnya yang berada di pinggir lapangan dan mengambil ponselnya. Ia
berencana memperlihatkan foto Younghoon karena mereka tidak satu SMP sehingga ketiga
orang itu tidak mengenalnya, foto yang baru-baru ini dikirim Younghoon saat Sunwoo
menanyakan kabar Bori, anjing Younghoon. Foto itu memperlihatkan Younghoon yang
menggendong Bori.

Ia lalu memperlihatkan foto itu pada empat orang yang penasaran, termasuk Eric. Hampir saja
Eric berteriak kaget melihat foto yang ada di layar ponsel Sunwoo, ia lalu memandang Sunwoo
dengan mata terbelalak.

“Kau yakin tidak mengambil foto random dari internet?” tanya Haechan meragukan.

“Enak saja, aku bisa bawakan orangnya langsung kalau kalian tidak percaya.” kata Sunwoo
menegaskan.

“Sial, tampan juga.” gumam Jaemin


Tentu saja Younghoon Hyung tampan, pikir Sunwoo.

“Kelihatannya tinggi, jadi dia pemain basket?” tanya Jeno

Younghoon Hyung memang tinggi dan pemain bas-Tunggu-Apa?

“Jadi Nuna suka pemain basket? Apa aku mulai latihan basket saja mulai sekarang?”

Apa sih yang mereka bicarakan. Sunwoo kebingungan dengan reaksi yang mereka berikan,
Younghoon sama sekali tidak suka olahraga apalagi basket. Sunwoo langsung membalikkan
ponselnya untuk melihat, betapa terkejutnya ia ternyata foto yang ada di layar bukan foto
Younghoon, tetapi foto yang baru saja kemarin dikirim oleh Hyunjae! Sepertinya tangannya
menggeser layar saat akan memperlihatkan ponselnya.

Foto itu menunjukkan Hyunjae yang berdiri di tengah lapangan sambil memegang bola basket,
foto itu yang menurut instruksi pesannya harus diperlihatkan pada Haneul, tentu saja tidak
Sunwoo lakukan dan seharusnya sudah dihapus saja olehnya.

Suara peluit berbunyi, pelatih mereka menyuruh semuanya bersiap-siap dan akhirnya membuat
ketiga orang yang masih meributkan foto yang mereka lihat pergi menjauh. Sementara Sunwoo
masih terdiam ditempatnya, mengkhawatirkan nasibnya kalau sampai Haneul mengetahui apa
yang dia lakukan. Ia lalu melihat ke arah Eric.

“Aku sama sekali tidak terlibat.” kata Eric segera sambil mengangkat kedua tangannya dan
berjalan pergi.

Matilah aku, batin Sunwoo.


=101 Ways to You=

“Mic Check… 1.. 2”

Bunyi pengeras suara menggema di ruang aula yang dipenuhi oleh murid-murid. Mereka sengaja
dikumpulkan di ruangan itu untuk menyaksikan acara penyerahan penghargaan untuk sekolah
mereka. Anggota-anggota OSIS sibuk berlalu lalang diatas maupun dibawah panggung,
mengecek perlengkapan, menyuruh murid lainnya untuk duduk, dan masih banyak lagi. Hyunjae
kebetulan kebagian tugas mengecek perlatan yang akan digunakan nanti berjalan dengan baik,
salah satunya mic yang dia pegang.

Mata Hyunjae menyusuri lautan murid yang memenuhi aula di depannya, lalu dilihatnya Haneul
yang sedang duduk dengan Gaeun sedang berbicara dan tertawa di tengah keriuhan aula.
Hyunjae tersenyum.

“Hey, kau. Yang mengenaka sweater biru!”

Mendengar itu satu aula melihat ke sekeliling, ingin tahu siapa yang sedang dipanggil melalui
alat pengeras suara itu. Dan satu-satunya orang dengan ciri-ciri itu mendengus kesal sambil
menatap tajam orang yang memanggilnya diatas panggung sambil cengengesan.

“Mau apalagi dia?” dengus Haneul, ia merasa tidak nyaman jadi bahan tontonan satu aula.

“Ya, kau, yang punya tatapan membunuh itu.” kata Hyunjae sambil menunjuk Haneul, ia masih
berbicara menggunakan mic, “Mau jadi pacarku tidak?”

Satu aula terdengar terkejut mendengar pernyataan yang tiba-tiba itu, sekarang mereka lebih
intense lagi memperhatika Haneul, ingin mengetahui jawabannya, bahkan anggota OSIS yang
sedang sibuk berhenti sesaat untuk memperhatikan. Tanpa menunggu lama Haneul mengangkat
tangannya, membentuk huruf X. Setelah itu ia kembali mengalihkan perhatiannya pada Gaeun
yang masih sibuk tertawa melihat kejadian itu.

Satu aula mendadak lebih ribut daripada yang sebelumnya, apalagi setelah Hyunjae malah
tertawa terbahak, memangnya ada orang yang baru ditolak sebahagia itu. Sangyeon dan Jacob
langsung menyeret Hyunjae yang masih tertawa turun dari panggung dan mengamankan mic
yang ia pegang sebelum anak itu merusak acara sekolah nantinya.
Sebenarnya Hyunjae sudah tau akan ditolak, ia mengatakan itu supaya satu sekolah tau bahwa ia
sudah lebih dulu menyukai Haneul, jadi tidak ada yang boleh mendekat. Tapi tanpa
melakukannya pun, satu sekolah memang tau.

Malam itu Haneul sedang bersantai di kamar Juyeon sambil memainkan ponsel Juyeon.
Sementara pemiliknya sedang sibuk mengangkat barbel di teras kamarnya sambil
memperhatikan jalan. Saat sedang sibuk menonton koleksi video kucing milik Juyeon, notifikasi
chat dari sebuah grup mengalihkan perhatian Haneul, bukan kebiasaannya membuka aplikasi
chat orang lain tanpa izin karena itu tidak sopan, tapi melihat pesan Younghoon pada sebuah
grup membuatnya penasaran, grup apa yang mereka buat tanpa Haneul didalamnya.

Grup yang diberi nama The Boyz itu ternyata berisi teman-temannya dan teman-teman
Younghoon, sepertinya mereka sudah dekat sampai membuat grup seperti ini, Sunwoo dan Eric
bahkan ada di dalam kalau melihat dari chat terdahulu yang baru-baru ini mereka lakukan.

“Tidak bisa dibiarkan, bagaimana mungkin mereka membuat grup tanpa aku?” gumam Haneul

“Kau mengatakan sesuatu?” tanya Juyeon yang langsung menjulurkan kepalanya ke dalam
kamar.

“Tidak.” jawab Haneul sebelum meletakkan ponsel Juyeon dan mengambil ponselnya sendiri.
Merasa curiga Juyeon masuk ke kamar dan mengambil ponselnya. Layar ponselnya langsung
menampilkan grup chat The Boyz dan pemberitahuan terbarunya adalah ia yang memasukkan
Haneul ke dalam grup.

“Kenapa kau mengundang dirimu sendiri?” tanya Juyeon

“Kenapa kau tidak mengundangku dari dulu?” tanya Haneul balik

“Tidak lihat nama grupnya apa?” tanya Juyeon lagi. Tapi Haneul hanya melambaikan tangannya
tidak perduli, dan perhatian mereka juga teralihkan karena notifikasi yang berbunyi bersamaan.

THE BOYZ (12)

Chanhee
Penyusup!
Changmin
Juyeon, kenapa kau mengundang orang asing kesini

Juyeon
Dia mengundang dirinya sendiri

Sunwoo
Nuna, berhentilah muncul dimana-mana!

Haneul
Wow, hangat sekali sambutan kalian 

Eric
Nuna, kenapa tidak mengajakku main ke tempat Juyeon Hyung? Aku kan juga mau!

Haknyeon
Aku juga mau main ke tempat Juyeon kalau ada makanan

Kevin
Ma Gurl! Apa kau kesini untuk mencariku? Apa kau merindukanku?

Younghoon
Kevin berhentilah sebelum ku keluarkan dari sini

Jacob
Haneul, kembalilah ke kamarmu ini sudah malam

Younghoon
Ya! Jangan lama-lama di tempat Juyeon dan cepatlah tidur

Haneul
Ini baru jam 8 dan aku bukan umur 5 tahun, oke?

Sangyeon
Astaga kenapa kalian berisik sekali? Aku sedang belajar

Changmin
Hyung, kenapa kau menyiksa dirimu sendiri?

Younghoon
Aku rasa ponsel Sangyeon dicuri

Jacob
Sangyeon, jika kau punya masalah kau bisa cerita padaku

Chanhee
Hyung, kau tidak tau fitur mute ya?

Haknyeon
Apa aku satu-satunya yang lapar disini?

Sunwoo
Aku tidak tau apa yang Hyung biacarakan, apa itu belajar?

Eric
Sesuatu yang tidak bisa kau lakukan walau mencobanya, Sunwoo

Juyeon
Kau sama saja, Eric

Kevin
Dimana Haneul? Babe, kau masih hidup?

Haneul
Yeah, aku tidak pernah sadar kalian sebanyak ini, ponselku tidak berhenti berbunyi!

Sangyeon
Kenapa aku merasa masih ada yang kurang

Chanhee
Oh, Hyung itu tidak ada

Jacob
Pantas saja aku merasa ada yang aneh, padahal ada Haneul disini

Kevin
Mungkin dia sudah menyerah

Haknyeon
Mungkin dia sedang makan ayam

Changmin
Mungkin dia sudah dimakan zombie

Changmin
Atau dimakan Chucky
Sunwoo
…..

Juyeon
????

Eric
.-.

Younghoon
Aku masih tidak terbiasa dengan selera bocah ini @Changmin

Haneul
Siapa sebenarnya yang kalian maksud? Aku tidak merasa ada yang kurang disini

Hyunjae
is typing….

Haneul left

Seperti tersambar Haneul cepat-cepat keluar dari grup itu sebelum Hyunjae sempat mengatakan
apapun, sementara Juyeon yang ada di sampingnya tertawa terpingkal-pingkal.

“Kenapa kau tidak bilang ada dia di grup itu?”

“Kau tidak bertanya.” jawab Juyeon sambil menjulurkan lidahnya. Saat itu juga Haneul langsung
menghujani Juyeon dengan timpukan bantal.

“Awas saja kalau kau mengundangku ke grup itu.” ancam Haneul sebelum melompat kembali ke
kamarnya, meninggalkan Juyeon yang masih tertawa.

THE BOYZ (11)

Hyunjae
EXCUSE ME! AKU BARU SAJA MENGETIK!!

Chanhee
Astaga, perutku sakit karena tertawa (emot ketawa nangis yang miring)

Kevin
Hyung, menyerah saja, dia alergi padamu (emot smirk)
Hyunjae
Juyeon, cepat undang dia kembali!

Juyeon
Maaf Hyung, dia baru saja mengancamku

Sunwoo
Ku rasa kau tidak punya harapan

Sangyeon
Kau bahkan tidak punya kontaknya

Younghoon
Kau bahkan tidak punya restuku sepenuhnya

Haknyeon
Kau bahkan tidak punya makanan kesukaannya

Changmin
Kau bahkan tidak punya boneka Annabelle. Mau ku pinjamkan punyaku?

Hyunjae
Wut-_-

Jacob
Sepertinya kau tidak punya apa-apa, Hyunjae. Mau ku beri sereal ku?

Eric
Tenang, Hyung, kau masih punya aku (emot cium)

Hyunjae
Kalian benar-benar temanku kan? 

***

Siang itu, Haneul berjalan menulusuri lorong sekolah yang lumayan sepi karena kebanyakan
murid sekarang sedang makan siang. Setelah pelajaran hari itu, Haneul membantu Kevin-yang
merupakan ketua kelas- membawa tugas murid-murid kelasnya ke ruang guru, saat hendak
keluar Pengawas UKS menyuruhnya untuk memanggilkan Hyosu, ketua UKS, yang sedang
berjaga di ruang UKS untuk menemuinya. Jadi sekarang Haneul sedang menuju kesana.
Betapa terkejutnya Haneul saat membuka pintu UKS dan menemukan orang yang paling tidak
ingin ditemeuinya sedang duduk di pinggir ranjang sambil tersenyum sumringah.

“Ada apa?” tanya Hyosu yang sedang mengambil beberapa peralatan dari lemari di seberang
tempat ranjang-ranjang berada. Haneul mengalihkan pandangannya.

“Pengawas UKS ingin Sunbae menemuinya.” jawab Haneul

“Baiklah, setelah ini aku akan langsung kesana.” mendengar itu Haneul hanya mengangguk dan
langsung keluar dari ruangan tanpa memperdulikan orang lain yang ada didalam situ.

“Jadi itu orang yang kau sukai?” tanya Hyosu sambil duduk di kursi yang berhadapan dengan
Hyunjae. Ia hanya tersenyum, tiba-tiba sebuah ide terlintas di pikirannya.

“Sepertinya dia tidak perduli padamu.” komentar Hyosu

“He, Hyosu.” panggil Hyunjae, tidak memperdulikan komentarnya.

“Apa?”

“Kau bukannya suka dengan Jacob?”

Haneul baru saja beberapa langkah meninggalkan ruang UKS saat seseorang memanggilnya.

“Kau sibuk tidak?” tanya seniornya itu. Haneul punya perasaan tidak enak jadinya dia ingin
menjawab bahwa ia sibuk, tapi Hyosu cepat-cepat memotong, “Bisa tolong gantikan aku
sebentar? Aku baru ingat urusan dengan Pengawas UKS sangat penting, jadi aku harus segera
menemuinya.”

Haneul menghela nafas sesaat sebelum membuka pintu UKS, Hyosu sudah berlari pergi
meninggalkannya tanpa mendengar jawaban Haneul terlebih dahulu. Ia akhirnya membuka pintu
itu dan langsung berjalan ke arah kursi yang tadi diduduki Hyosu tanpa melihat ke arah Hyunjae
yang dari tadi tersenyum manis.

Jangan hiraukan dia, jangan pedulikan, anggap saja tidak ada. Begitu kalimat yang diulang-
ulang Haneul dalam kepalanya.
Disamping kursinya ia melihat meja kecil berisi macam-macam perlatan P3K. Ia lalu
memperhatikan lengan Hyunjae yang masih mengenakan seragam olahraga, ternyata ada banyak
luka goresan di sekitar sikunya, dan luka itu masih kotor sekali dengan bekas tanah. Haneul
langsung mengambil kapas alkohol dalam sebuah botol, ia setidaknya dulu pernah diajari sedikit
tentang merawat luka ringan.

“Kau tidak mau tau darimana aku mendapat luka ini?” tanya Hyunjae yang terus memperhatikan
Haneul didepannya, sedang membersihkan lukanya.

Tidak, jawab Haneul dalam hati.

“Kau tau tidak Pengurus Perpustakaan punya kucing yang kadang-kadang dibawa ke sekolah?”

Memangnya boleh membawa hewan peliharaan ke sekolah? Seperti dapat membaca pikiran
Haneul, Hyunjae melanjutkan omongannya.

“Kucingnya tidak boleh dibawa masuk gedung, jadi kadang dilepas begitu saja di halaman
belakang. Kucing anggora, warnanya putih, jinak sekali pada majikannya, tapi kalau dengan
orang lain galaknya minta ampun.” jelas Hyunjae panjang lebar, saat itu Haneul berusaha keras
tidak tersenyum, mau bagaimana lagi? Dia kan suka kucing.

“Tadi setelah jam olahraga selesai, Pengawas Perpustakaan minta tolong karena kucingnya naik
ke pohon di halaman belakang dan takut turun. Akhirnya aku menolongnya. Tapi, dasar kucing
tidak tau terimakasih, saat sudah dekat dengannya dia malah mencakar dan loncat ke arahku
secara mendadak dan turun ke majikannya, sedangkan aku jatuh terbanting ke tanah. Untung saja
dahannya rendah, kalau tidak bisa patah lenganku.” Tanpa disadari Haneul, ia tertawa kecil
mendengar cerita itu.

“Kucing itu pasti sangat membencimu.” komentar Haneul

“Lucu? Bagimu aku hampir patah tulang itu lucu?” tanya Hyunjae dengan nada dikesal-kesalkan.
Haneul tersenyum geli.

“Tapi senang juga melihatmu tersenyum seperti ini.” mendengar itu senyum Haneul langsung
hilang dalam sekejap, ia seperti baru saja menyadari apa yang baru saja di lakukannya. Cepat-
cepat diambilnya perban untuk segera menyelesaikan perawatannya. Sekarang giliran Hyunjae
yang tertawa melihat reaksi Haneul.

“Kenapa? Kau cantik kalau tersenyum.” kata Hyunjae disela-sela tawanya, “Tapi, mau
bagaimanapun di mataku kau tetap cantik.” Hyunjae cepat-cepat menambahkan. Haneul tetap
diam saja,

“Jadi, bagaimana kalau kau jadi paca-Akh.” Hyunjae menjerit kesakitan saat Haneul sengaja
memencet lukanya dengan keras saat menempelkan perekat pada perbannya. Tanpa
mengucapkan apapun lagi, Haneul bergegas berdiri dari ruangan UKS, bahkan bisa dibilang
berlari dari sana meninggalkan Hyunjae yang mengelus-elus lengannya yang sudah diperban
sambil tersenyum.

***

Hyunjae sedang makan siang di kantin sekolah dengan ketiga temannya, tapi bukannya
mendengarkan apa yang sedang dibicarakan teman-temannya itu ia malah celingak-celinguk
kesana-kemari. Saat ia sudah menemukan kepala orang-orang yang dikenalnya, Hyunjae
mengerutkan keningnya. Ia lalu beranjak dari kursinya, meninggalkan makanannya yang baru
dimakan setengah dan teman-temannya yang bertanya dia mau kemana.

“Mana Haneul?” tanya Hyunjae saat sudah berada di meja yang ditempati Juyeon, Kevin,
Changmin dan Chanhee.

“Di kelas.” jawab Changmin dengan pipi gembul karena penuh makanan.

“Ia sedang sariawan jadi tidak napsu makan.” lanjut Chanhee, “Lagian anak itu, bagaimana
ceritanya sampai bisa sariawan.”

“Jadi, dia belum makan sama sekali?” tanya Hyunjae lagi.

“Kami rencananya mau membelikannya roti setelah ini.” jawab Juyeon

“Biar aku saja.” sahut Hyunjae, lalu berjalan pergi meninggalkan meja itu. Ia lalu mengangkat
nampan makanannya dan pergi lagi, tidak menjawab pertanyaan dari teman-temannya.
Setelah membeli air mineral dan mengambil persediaan roti Younghoon di basecamp, Hyunjae
berjalan menuju kelas Haneul. Dari kaca jendela kelas itu ia dapat melihat Haneul yang
merebahkan kepalanya di atas meja, bahkan Haneul tidak bergerak sedikit pun saat mendengar
seseorang memasuki kelas. Haneul baru mengangkat kepalanya saat didengarnya suara botol di
taruh di atas meja dekat sekali dengan kepalanya. Dilihatnya orang yang meletakkannya sudah
duduk di bangku depannya sambil melihat ke arahnya.

“Minumlah.” suruh Hyunjae sambil meletakkan plastik penuh roti di depan Haneul yang
kebingungan. Mulutnya memang kering sekali, tapi jangankan minum, membuka mulut saja
sariawannya sudah sakit, ia akhirnya menggeleng.

“Minum sendiri atau aku yang melakukannya?”

Ck, kenapa sih orang ini, batin Haneul sambil tangannya meraih botol minum yang sudah dibuka
tutupnya. Haneul memandangi Hyunjae dengan tatapan curiga.

“Aku tidak menaruh apapun disitu. Kau pikir aku ini orang macam apa?” Hyunjae membela diri.
Akhirnya, mau tak mau, Haneul mulai meminum air mineral itu, baru seteguk tapi sariawannya
langsung terasa pedih, tapi setelah beberapa teguk perihnya berkurang. Hyunjae sudah
mengambil satu bungkus roti dari plastik dan membukanya.

“Sesakit itu?” tanya Hyunjae yang melihat mata Haneul sampai berair. Haneul hanya
mengangguk. Hyunjae lalu memberikannya roti yang sudah dibuka bungkusnya.

“Makan ini. Kalau menunggu teman-temanmu akan lama, bisa-bisa kau tidak punya waktu untuk
makan sebelum jam pelajaran selanjutnya.” Hyunjae menyerahkan roti ke dalam genggaman
Haneul, “Aku akan pergi kalau kau tidak mau makan sambil melihatku.”

Hyunjae lalu berdiri lalu berbalik, hendak keluar lewat pintu depan kelas. Tapi tanpa disangka
Haneul menahannnya dengan menarik lengan jas seragamnya. Hyunjae langsung berbalik,
kebingungan. Tanpa berkata apapun, Haneul mengambil sebungkus roti dan memberikannya
pada Hyunjae tanpa memandang ke arahnya sama sekali. Hyunjae diam sesaat sebelum
tersenyum sumringah.
“Apa ini? Jadi kau menyukai ku sekarang?” goda Hyunjae. Tangan Haneul langsung bergerak
mengembalikan roti tersebut sebelum cepat-cepat direbut oleh Hyunjae.

“Barang yang sudah diberikan mana bisa diambil lagi.” kata Hyunjae. Haneul mendengus, itu
kan awalnya kau yang memberikan, batin Haneul.

“Thanks.” ucap Hyunjae sebelum benar benar pergi. Selama perjalanan ke kelasnya, Hyunjae
menggenggam roti ditangannya dengan hati yang berbunga-bunga dan senyum yang tak putus-
putus.
=Adik Ipar 2=

Semenjak bertemu Hyunjae, Eric dan Sunwoo menjadi sangat dekat dengannya. Terutama Eric,
yang lama-lama terlihat seperti adik Hyunjae karena mirip, sedangkan Sunwoo bisa dibilang
masih segan dan ogah-ogahan, atau juga masih gengsi untuk mengakui kalau dia suka dekat
dengan Hyunjae.

Siang hari menuju sore itu, Eric dan Sunwoo seperti biasa hendak latihan futsal, kali ini tanpa
diikuti Haneul. Saat hendak memasuki area lapangan futsal tiba-tiba Eric berhenti berjalan,
hampir saja Sunwoo menabraknya.

“Kenapa kau?” tanya Sunwoo

Eric yang sedang menatap ke arah lain menunjuk sesuatu, “Bukankah itu Hyunjae Hyung?”

Sunwoo mengikuti arah telunjuk Eric dan benar saja, Hyunjae sedang berdiri di pinggir lapangan
basket yang berada tidak jauh dari tempat mereka. Ia berdiri dengan tangan bersilang di depan
dada sambil memperhatikan orang-orang di sekitarnya.

“Ayo kesana.” ajak Eric. Belum juga Sunwoo sempat menolak, Eric sudah berjalan kesana
sambil berteriak memanggil Hyunjae. Mau tidak mau Sunwoo akhirnya mengikuti Eric, apalagi
Hyunjae sudah mengetahui keberadaan mereka dan sudah tersenyum sambil melambai-lambai.

“Sedang apa, Hyung?” tanya Eric

“Tanding dengan sekolah lain, hanya latihan sih.” jawab Hyunjae sambil kepalanya diarahkan ke
arah lapangan basket.

“Benarkah? Kalau begitu kalahkan mereka, Hyung!” sahut Eric bersemangat.

“Ey, itu kan sudah jelas.” sahut Hyunjae dengan percaya diri. Hampir saja Sunwoo tertawa
mendengar jawaban Hyunjae, untuk saja sempat ditahan, jadinya ia hanya terdengar seperti
mendengus. Eric dan Hyunjae langsung melihat ke arah Sunwoo.

“He, Adik Ipar. Kau mau mengatakan sesuatu?” tanya Hyunjae


“Tidak.” jawab Sunwoo singkat, sambil melihat ke arah lain. Baru saja Hyunjae hendak
mengatakan sesuatu, suara orang memanggil mengalihkan ketiganya. Dilihatnya Jeno, Jaemin
dan Haechan berjalan menghampiri mereka.

“Sedang apa kalian disini?” tanya Haechan. Tapi setelah melihat orang yang bersama Eric dan
Sunwoo, ketiga orang yang baru datang itu terbelalak.

“Astaga, orang ini benar-benar ada?” Jaemin yang lebih dulu sadar.

“Apa maksudnya itu?” tanya Hyunjae kebingungan, Eric hampir saja tertawa sedangkan Sunwoo
ingin rasanya menghilang saja dari dunia.

“Kau benar-benar pacarnya Haneul Nuna?” tanya Jeno. Hyunjae lebih kebingungan lagi, tapi
kemudian ia tersenyum.

“Tau dari mana kalian?” tanya Hyunjae

“Dari Sunwoo, ia memperlihatkan foto.” sekarang Haechan yang menjawab. Mendengar itu
Sunwoo bertingkat seolah-olah tidak ada disitu dan sibuk memperhatikan orang berlalu-lalang,
sementara Hyunjae memperhatikannya sambil tersenyum geli.

“Lagian kenapa juga kalian mau tau?” tanya Hyunjae lagi, sekarang dia penasaran apa yang
menyebabkan Sunwoo sampai harus berbohong ke anak-anak ini.

“Kami kan suka Nuna.” jawab Jeno blak-blakan. Hyunjae hampir saja tersedak mendengarnya.

“Sayang sekali benar-benar sudah punya pacar. Tapi, paling nanti juga putus, ya kan?” Haechan
meminta pendapat teman-temannya. Mata Hyunjae terbelalak.

“Tahun depan kalau kita sudah SMA, kita rebut saja.” jawab Jaemin tanda setuju. Hyunjae
hampir tidak bisa mempercayai telinganya, dia sampai tidak bisa berkata-kata.

Sementara ketiga orang yang masih mendiskusikan tentang Haneul dan ‘pacarnya’ itu pergi
begitu saja dari situ, tanpa memperdulikan muka Hyunjae yang sudah memerah karena kesal.

“He! Apa yang kalian bicarakan itu!?” teriak Hyunjae


“Hati-hati saja, Hyung!” goda Haechan yang membuat ketiganya tertawa, sebelum akhirnya
menghilang dari pandangan.

“Enak saja memanggil ‘Hyung’, kenal juga tidak.” omel Hyunjae. Melihat Hyunjae yang seperti
tidak memperhatikannya karena terlalu kesal, Sunwoo membalik secara perlahan dan melangkah
pergi. Tapi ransel yang dia kenakan langsung ditarik Hyunjae.

“Mau kemana kau?” cegah Hyunjae

“Kami sudah terlambat latihan.” jawab Sunwoo, ia pura-pura mengecek jam tangannya.

“Kita masih punya banyak waktu tuh.” sahut Eric yang sejak tadi hanya menikmati tontonan
menarik itu, dan sekarang dia mau melihat yang lebih menarik. Sunwoo mendelik kesal ke arah
Eric yang hanya nyengir. Saat sedang menimbang-nimbang apa dia coret saja Eric dari daftar
temannya, suara Hyunjae terdengar.

“Begitu ya. Jadi kau selama ini pura-pura tidak suka padaku padahal sebenarnya suka?” tanya
Hyunjae. Sekarang senyum lebar terlihat di wajahnya.

“Itu cuman salah paham.” sahut Sunwoo yang masih tidak melihat ke arah Hyunjae.

“Begitu? Aku jadi penasaran bagaimana reaksi Haneul kalau tau adiknya mengatakan aku ini
pacarnya pada teman-temannya.” Hyunjae tersenyum geli melihat Sunwoo yang langsung
memandangnya dengan kaget.

“Jangan beritahu Nuna! Bisa mati aku.” pinta Sunwoo. Hyunjae tampak berfikir sejenak.

“Kalau begitu ada syaratnya. Bagaimana kalau malam ini aku menginap di rumah mu?”

“Tidak boleh!” sahut Sunwoo segera.

“Kalau begitu kau lebih memilih aku berteriak dari rumah Juyeon dan memberitahu Haneul?”
ancam Hyunjae

“Memberitahu apa?” tiba-tiba Juyeon muncul dari arah lapangan, memandang ketiganya dengan
bingung. Hyunjae melihat ke arah Juyeon, sebelum kembali ke Sunwoo, sebuah smirk menghiasi
wajahnya.
“Bagaimana?” tanya Hyunjae lagi. Sunwoo mendengus kesal, akhirnya ia mengangguk dengan
terpaksa. Hyunjae akhirnya melepaskannya sambil tersenyum puas.

“Kalau begitu sampai jumpa jam 7 malam ini.” katanya sambil melambai, berjalan menghampiri
Juyeon dan merangkulnya untuk kembali ke lapangan.

“Ada apa sih?” tanya Juyeon masih kebingungan, tapi Hyunjae hanya senyum-senyum saja tanpa
mengatakan apa pun.

Sementara Sunwoo sekarang sedang memandang Eric yang masih cengar-cengir dengan tatapan
membunuh, merasa keselamatannya terancam, Eric segera minggat dari situ diiringi teriakan
Sunwoo.

“ERIC SHON!!”

***

Haneul sedang duduk di meja belajarnya sambil memandangi tugas rumah yang harus dia
kerjakan. Sekali-kali ia menulis-nulis sesuatu di bukunya lalu kemudian mencoretnya, setelah itu
ia membuka-buka buku tebal di samping mejanya. Kegiatan itu sudah berlangsung hampir satu
jam, dan untungnya ia hampir saja menyelesaikannya.

Malam itu Juyeon pergi bersama Kevin untuk merecoki New dengan tugas mereka sekaligus
menginap. Eric katanya malam ini akan menginap di kamar Sunwoo. Saat akhirnya Haneul
selesai menuliskan jawaban terakhir, ia lalu merapikan bukunya lalu melepaskan headset dari
telinganya, ia memang suka mendengarkan lagu saat belajar. Lagipula kalau Eric akan benar-
benar menginap, biasanya kamar sebelah sangat berisik. Tapi ternyata tidak terdengar apapun
dari kamar sebelah.

Baru saja Haneul hendak naik ke kasurnya tiba-tiba ia terhenti saat mendengar suara tawa dari
kamar sebelah. Itu jelas-jelas bukan suara Eric, apalagi Sunwoo. Haneul diam mematung saat ia
akhirnya mengenali suara siapa itu.

Heh, kan tidak mungkin? Masa aku membayangkan suaranya, batin Haneul. Ia berdiri di
tempatnya sedangkan matanya nyalang memandang ke arah kamar Sunwoo, seakan-akan bisa
menembusnya. Suara tawa itu terdengar lagi, akhirnya Haneul memutuskan untuk melihat saja.
Seketika pintu terbuka dan matanya menemukan Hyunjae sedang duduk di sofa sambil menonton
tv, Haneul diam lagi ditempatnya, ia merasa tidak bisa mempercayai penglihatannya. Sementara
Hyunjae yang awalnya sama kagetnya lebih dulu sadar.

“Hai. Mau duduk disini?” tanya Hyunjae sambil menepuk-nepuk tempat di sampingnya. Haneul
akhirnya sadar kalau orang yang dilihatnya itu nyata.

“Sedangkan apa kau disini!?” tanya Haneul, setengah berteriak.

“Menginap?” jawab Hyunjae dengan nada bingung, “Memang Sunwoo tidak bilang?” tanyanya

“Mana anak itu?” tanya Haneul kesal, bisa-bisanya Sunwoo tidak bilang, kalau tau kan mending
dia ke tempat Gaeun.

“Sedang membeli cemilan dengan Eric. Kau yakin tidak mau menununggu disini? Aku
pinjamkan pundakku kalau mau tidur.” goda Hyunjae sambil tertawa.

“Ck, Tidak!” jawab Haneul ketus sambil membanting pintu, meninggalkan Hyunjae yang
tertawa senang, itu obrolan terpanjang yang pernah ia lakukan dengan Haneul.

Haneul memutuskan untuk tidak memperdulikan apa yang terjadi dan memilih merebahkan diri
di kamar sambil mengenakan headset agar tidak mendengar suara dari kamar sebelah. Cukup
lama Haneul menonton video dari ponselnya, sampai dia hampir lupa kalau di sebelah kamarnya
ada Hyunjae. Tapi sebuah pesan dari Gaeun mengingatkannya.

Gaeun
Hyunjae Sunbae sedang di rumahmu?

Haneul
Dari mana kau tau?

Gaeun
Dari Sunwoo, ia sedang melakukan siaran langsung.
Mereka dekat?

Tangan Haneul dengan cepat membuka instangram di ponselnya dan menonton apa yang baru
saja diberitahukan sahabatnya itu. Dari layar ponselnya muncul wajah Eric yang sedang
memegang ponsel sambil duduk di kursi meja belajar Sunwoo, sepertinya dia yang sudah
melakukan siaran langsung menggunakan ponsel Sunwoo. Pemilik ponselnya sendiri sedang
duduk di pinggir kasur yang bersebelahan dengan meja belajar, ia hanya memperhatikan layar,
membaca komentar. Sedangkan Hyunjae tiduran di kasur sambil memainkan ponselnya.

“Eh, Nuna? Haneul nuna sedang menonton ini?”

Suara Eric yang terdengar dari headset-nya itu mengagetkan Haneul, apalagi saat Hyunjae
mengalihkan pandangannya, menatap layar. Haneul yang gugup dan mau cepat-cepat keluar dari
siaran langsung itu menyebabkan jarinya tergelincir, hampir saja ponselnya menghantam
wajahnya.

“Sepertinya dia ingin melihatku.”

Akhirnya Haneul berhasil keluar sesaat setelah Hyunjae mengatakan itu.

Ugh, Bodohnya! keluh Haneul pada dirinya sendiri, ia lalu menutup kepalanya dengan bantal
setelah melempar ponselnya menjauh.

“Eh, sudah keluar lagi.” kata Eric sambil memandang layar, “Tidak biasanya Haneul Nuna
menonton ini.” tambahnya

“Sudahlah, matikan saja.” kata Sunwoo. Eric menurut dan menyampaikan salam perpisahaannya
sebelum mematikan siaran itu.

Hyunjae turun dari kasur dan berjalan menuju pintu yang menuju langsung ke arah kamar
Haneul. Melihat itu Sunwoo langsung melompat dan menghadangnya.

“Mau kemana?” tanya Sunwoo

“Ke kamar Haneul, mengucapkan selamat malam.” jawab Hyunjae dengan senyum sumringah.

“Tidak boleh!” seru Sunwoo sambil mendorong Hyunjae menjauh.

“Sebentar saja! Hanya di depan pintu.” rengek Hyunjae

“Kalau ku bilang tidak boleh ya tidak boleh. Awas saja kalau berani-berani mendekati pintu itu,
Hyung langsung ku usir apapun ancamannya!” omel Sunwoo sambil berkacak pinggang di depan
Hyunjae yang memanyunkan bibirnya, seperti anak kecil tidak diizinkan main keluar.
Ditengah usaha untuk melupakan kejadian yang tadi dan berusaha untuk tidur, sayup-sayup
Haneul mendengar sesuatu dari kamar sebelah.

“Goodnight, Haneul.”
=Kepiting=

“Aku di depan rumahmu, cepat turun.” suara Hyunjae terdengar dari seberang saluran telepon.

“Ya.” jawab Sunwoo yang sedang menonton tv di kamarnya.

Setelah mematikan sambungan Sunwoo berjalan turun menuju pintu depan, lantai satu sangat
kosong karena orang tua mereka sedang ke luar kota untuk menghadiri sebuah acara. Hanya
suara kaki Sunwoo yang terdengar dan bunyi pintu dibuka. Sesaat setelah melihat wajah Sunwoo
dari balik pintu, Hyunjae langsung menyodorkan bingkisan yang dia bawa.

“Nih, makan.” Walaupun kebingungan Sunwoo tetap mengambil bingkisan yang ternyata berisi
makanan itu, “Yang sup untuk Haneul, suruh dia cepat makan sebelum dingin.” sambung
Hyunjae

“Ternyata Hyung belum menyerah ya.” kata Sunwoo

“Tentu saja! Tidak ada kata menyerah dalam kamus ku.”

Setelah mengatakan itu, Hyunjae pergi ke rumah Juyeon yang jaraknya hanya melompati pagar
saja dari rumah Haneul. Malam itu dia sudah bilang akan menginap disana, walaupun sekarang
Juyeon sedang berada diluar dan baru akan pulang tengah malam nanti.

Sunwoo mengetuk pintu kamar Haneul lalu membukanya, Haneul yang sedang berbaring di
kasurnya sambil bermain ponsel langsung melihat ke arahnya dengan tatapan bertanya.

“Makanan dari Hyunjae Hyung.” kata Sunwoo sebelum Haneul sempat mengatakan apapun,
“Sup nya nanti dingin, jadi cepat dimakan.”

Sunwoo meletakkan bingkisan yang ada di tangannya ke atas meja belajar Haneul setelah
mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Sebelum beranjak menuju pintu yang mengarah
langsung ke kamarnya, Sunwoo berpaling lagi ke arah Haneul yang masih belum mengatakan
apapun, “Kalau mau.” lanjutnya sambil mengangkat kedua bahunya, tanda kalau makan atau
tidak terserah Kakaknya, ia hanya menyampaikan.
Haneul hanya menatap bingkisan makanan yang ada di atas mejanya, bahkan setelah Sunwoo
menghilang masuk ke kamarnya. Haneul sedang menimbang-nimbang apa ia harus memakannya
atau tidak.

Ibu Juyeon tersenyum setelah membuka pintu dan melihat Hyunjae berdiri di depannya.

“Hyunjae! Juyeon bilang kau akan menginap malam ini, tapi dia sendiri belum muncul sampai
sekarang.” ucap Ibu Juyeon sambil mempersilahkan Hyunjae masuk. Karena sudah terlalu sering
menginap di rumah Juyeon, Hyunjae jadi cukup dekat dengan orang tua Juyeon terutama Ibunya.

“Aku baru saja mau mengantarkan makanan untuk Haneul dan Sunwoo.” lanjut Ibu Juyeon
sambil berjalan ke dapur, diikuti oleh Hyunjae.

“Tidak usah repot-repot, Tante. Aku sudah membawakan mereka makanan.” sahut Hyunjae

“Begitu ya. Haneul itu beruntung sekali, tapi sangat keras kepala.” Ibu Juyeon menggelengkan
kepalanya, tidak habis pikir bisa-bisanya Haneul menolak Hyunjae. Tentu saja orang tua Juyeon
tau alasan Hyunjae jadi sering berkeliaran di sekitar rumah mereka, bahkan orang tua Haneul
saja tau. Hyunjae hanya tersenyum saja.

“Ya sudah, kau saja yang makan sini. Kau pasti belum makan, kan?”

Akhirnya Hyunjae makan berdua saja dengan Ibu Juyeon, karena Ayah Juyeon dan Juyeon
belum pulang. Setelah selesai makan Hyunjae langsung naik ke kamar Juyeon dan merebahkan
dirinya ke kasur sambil mengeluarkan ponsel, ia ingin bertanya pada Sunwoo apa Haneul
memakan makanannya atau tidak, tapi sebelum itu ia memberitahu Juyeon terlebih dahulu kalau
dia sudah di rumah Juyeon.

Hyunjae
Aku sudah di rumahmu.
Aku juga membelikan Haneul sup. Kau pikir dia akan menyukainya?

Juyeon
Sup apa?

Hyunjae
Sup dari restoran di dekat lampu merah dekat sini, katanya sup disitu enak.
Juyeon
Bukankah sup disitu ada kepitingnya?

Hyunjae kaget sekali mendapat balasan pesan dari Juyeon kurang dari 5 detik setelah dibaca.
Hyunjae
Iya, bukannya itu yang membuatnya enak?

Hyunjae memandangi ponselnya setelah mengirim pesan itu, tidak ada balasan dari Juyeon sama
sekali padahal ia sudah membaca pesan yang dikirim Hyunjae. Entah kenapa perasaan Hyunjae
jadi tidak enak dengan reaksi Juyeon. Baru saja dia mau bertanya pada Sunwoo sesuai niat
awalnya, ponselnya berbunyi, Juyeon menelpon.

“Ap-“

“Hyung, tolong ke kamar Haneul sekarang, dia tidak mengangkat ponselnya.” suara Juyeon
terdengar panik.

“Memangnya kenapa?”

“Haneul alergi kepiting! Cepatlah, Hyung.”

Mendengar itu Hyunjae langsung segera berlari ke arah balkon untuk meloncat ke kamar Haneul,
meninggalkan ponselnya di atas kasur dan belum dimatikkan. Hyunjae sama sekali belum pernah
menginjakkan kaki di kamar Haneul karena semua orang melarangnya dan dia sendiri tidak
berniat melakukannya karena Haneul tidak suka, tapi saat itu tanpa pikir panjang Hyunjae
membuka jendela balkon kamar Haneul dan menemukan Haneul duduk di lantai di samping
kasurnya sambil memukul-mukul dadanya dan terbatuk.

Haneul tidak mengatakan apa-apa saat Hyunjae masuk ke kamarnya dan berlutut di samping
Haneul dengan wajah khawatir, lebih tepatnya ia tidak bisa mengatakan apapun karena dadanya
sesak. Hyunjae sepertinya langsung menyadari apa yang terjadi dan berteriak memanggil
Sunwoo. Sunwoo muncul dari balik pintu dan langsung berdiri kebingungan melihat dua orang
yang sedang duduk di lantai itu.
“Sup itu ada kepitingnya.” Hyunjae menjelaskan sambil menunjuk ke arah mangkuk di atas meja
yang sisa setengah. Dengan cepat Sunwoo menyadari situasinya dan berlari keluar menuju lantai
bawah.

“Kau bisa berdiri? Kita ke rumah sakit.” ajak Hyunjae sambil memegangi kedua lengan Haneul,
mengajaknya berdiri. Tapi Haneul menggeleng dan kembali terbatuk, setiap kali ia mencoba
mengambil napas panjang ia berakhir terbatuk, makin lama napasnya makin pendek.

Sunwoo kembali dengan membawa obat alergi dan botol air minum, Hyunjae dan Sunwoo lalu
membantu Haneul untuk meminumnya.

“Nuna, ayo ke rumah sakit.” kali ini Sunwoo yang mengatakannya. Haneul tetap menggeleng.

“Aku… baik-baik… saja.” kata Haneul dengan napas terputus-putus lalu terbatuk lagi.

Akhirnya mereka hanya membantu Haneul untuk tidur di atas kasur dan memutuskan untuk
menunggu obatnya bekerja, jika kondisi Haneul makin parah baru mereka akan membawanya ke
rumah sakit.

Hampir sejam berlalu sejak kejadian itu, tampaknya obatnya bekerja dengan baik karena
sekarang Haneul sudah tertidur dengan bunyi napas yang teratur. Sunwoo juga sudah tertidur di
sofa yang ada di kamar Haneul setelah menelpon orang tua mereka untuk mengabari keadaan
Haneul, sebelumnya Sunwoo berjalan mondar-mandir di kamar itu sambil mengomeli Hyunjae
selama hampir setengah jam.

“Bagaimana bisa Hyung tidak tau kalau Nuna alergi kepiting? Kau bilang kau menyukainya!”

Saat itu Hyunjae diam saja seperti anak kecil sedang dimarahi, tapi kata-kata Sunwoo itu
mendengung di telinganya. Bahkan sampai sekarang ia masih memikirkan perkataan Sunwoo,
Hyunjae duduk di kursi meja belajar Haneul sambil memandangi Haneul yang tertidur pulas di
tengah kegelapan.

Kesunyian malam itu dipecahkan oleh suara dari kamar Juyeon, Hyunjae bisa mendengar suara
seseorang meloncat ke arah balkon sebelum akhirnya Juyeon muncul dari jendela dan
membukanya perlahan. Hyunjae hanya memperhatikan tanpa mengatakan apapun.
“Bagaimana keadaannya?” tanya Juyeon dengan nada berbisik sambil berjalan ke arah Hyunjae
yang duduk di sisi kasur yang menghadap jendela, ia sempat melirik Sunwoo yang tidur di sofa
dekat jendela.

“Sepertinya baik.” jawab Hyunjae sambil berdiri, ia berjalan berlawanan arah dengan Juyeon,
menuju balkon.

“Mau kemana?” tanya Juyeon

“Pulang.” jawab Hyunjae singkat, tapi sebelum keluar ia berpaling sebentar, “Tolong kabari aku
kalau terjadi sesuatu.”

Juyeon bisa mendengar suara jendela kamarnya di tutup, disusul bunyi pintu kamar yang dibuka
dan ditutup lagi, lalu hening. Juyeon yang ditinggal sendiri hanya berdiri diam sesaat sebelum
akhirnya bergerak mendekati Haneul untuk mengecek suhu tubuhnya, setelah memastikan
suhunya normal Juyeon mendekati Sunwoo dan membangunkannya. Sunwoo membuka matanya
sedikit untuk melihat siapa yang membangunkannya.

“Aku saja yang menjaganya disini.” kata Juyeon

Setelah meregangkan badannya, Sunwoo berjalan menuju kamarnya sendiri, masih dengan mata
setengah terpejam. Juyeon duduk di sofa yang tadinya ditempati Sunwoo, ia kembali teringat
ekspresi Hyunjae saat pergi tadi, ia baru mengenal Hyunjae beberapa bulan belakangan, tapi baru
kali ini ia melihat ekspresi Hyunjae segelap itu.

***

“Jangan menatapku seperti aku sedang sakit parah.” ucapan Haneul itu ditujukan pada Juyeon
dan Eric yang sedang duduk di pinggir kasurnya.

Pagi itu setelah selesai bersiap-siap, Juyeon dan Eric menyempatkan untuk menjenguk Haneul
yang masih terbaring di kasurnya, hari itu Haneul akan istirahat total dan tidak diizinkan ke
sekolah oleh orang tuanya.

Ibu Haneul masuk ke kamar sambil membawakan sarapan untuk Haneul.

“Kalian belum berangkat sekolah?” tanya Ibu Haneul saat melihat Juyeon dan Eric.
“Sunwoo saja belum siap.” jawab Eric

“Sunwoo! Cepat sedikit, nanti kau terlambat.” seru Ibu Haneul ke arah kamar Sunwoo. Tidak
ada jawaban, hanya ada suara ribut-ribut disebelah tanda Sunwoo sedang siap-siap dengan buru-
buru. Ibu Haneul hanya menggelengkan kepalanya sambil menaruh nampan di atas meja belajar
Haneul.

“Oh iya, bagaimana dengan Hyunjae? Dia pasti kaget sekali, ibu mu bilang dia langsung pulang
saat kau datang, padahal katanya ingin menginap.” tanya Ibu Haneul pada Juyeon

“Dia terlihat murung sebelum pulang.” jawab Juyeon

“Aku berani bertaruh pasti gara-gara Sunwoo bicara macam-macam.” sahut Eric. Sunwoo yang
sedang dibicarakan muncul dari balik pintu dengan dasi yang masih belum dipasang dan hanya
digantungkan di lehernya saja.

“Mana sarapanku?” tanya Sunwoo, tapi tanpa perlu ada yang menjawab ia sudah melihat roti
panggang di samping mangkuk bubur Haneul dan langsung mengambilnya.

“Apa yang kau katakan tadi malam pada Hyunjae?” tanya Ibunya sambil melihat ke arah
Sunwoo yang sedang mengunyah. Sunwoo langsung berpura-pura tidak mendengar pertanyaan
Ibunya itu dan melarikan diri ke kamarnya sebelum ditanya lebih jauh.

“Astaga anak itu.” Ibu Haneul dan Sunwoo itu mendecak sebelum berpaling kembali pada
Juyeon, “Kalau kau bertemu Hyunjae bilang padanya tidak perlu merasa bersalah dan dia boleh
kemari kapan pun dia mau.”

Juyeon hanya mengangguk dan setelah menyuruh Haneul untuk segera menghabiskan
sarapannya Ibu Haneul turun lagi ke lantai bawah.

“Kenapa Ibu ku lebih khawatir pada orang itu daripada anaknya sendiri.” dengus Haneul yang
dari tadi diam saja.

“Eh, Apa Nuna juga marah pada Hyunjae Hyung? Apa sekarang Nuna lebih tidak ingin melihat
wajahnya? Jadi aku sekarang tidak boleh dekat lagi dengan Hyunjae Hyung?” pertanyaan Eric
yang bertubi-tubi itu membuat Haneul kebingungan.
“Tidak sampai seperti itu juga.” Haneul menjawab dengan suara hampir berbisik. Sebenarnya dia
sama sekali tidak kesal atau marah pada Hyunjae, apalagi setelah melihat betapa khawatirnya
Hyunjae tadi malam, rasanya ia juga tidak ingin kalau Hyunjae merasa bersalah karena hal ini,
tapi Haneul tidak bisa mengatakannya secara langsung.

Walaupun Juyeon sudah menyampaikan pesan Ibu Haneul pada Hyunjae, Hyunjae tetap tidak
bisa menyingkirkan rasa bersalah dan rasa kesalnya, bukan kesal karena disalahkan oleh
Sunwoo, tapi ia kesal pada dirinya sendiri. Kata-kata ‘Kau bilang kau menyukainya’ terngiang di
telinga Hyunjae setiap saat, ia kesal karena selama ini ia selalu mengatakan ke semua orang
kalau ia menyukai Haneul, tapi kalau dipikirkan lagi dia hampir tidak tau apa-apa tentang
Haneul.

Selama ini Hyunjae hanya berpegangan pada fakta kalau ia dan Haneul dekat saat mereka kecil,
padahal itu hanya selama satu setengah tahun sebelum Haneul menghilang secara tiba-tiba.
Hyunjae sama sekali tidak terpikirkan kalau selama bertahun-tahun mereka terpisah, banyak hal
baru yang ia tidak tau dari Haneul, selama ini ia hanya melihat Haneul sebagai anak gadis yang
dia sukai sepuluh tahun yang lalu. Hyunjae kesal sekali dengan dirinya yang salam ini mengejar
Haneul secara membabi-buta.

Karena pikiran seperti itu, Hyunjae jadi tidak bersemangat dan menjadi pendiam sekali, bahkan
Younghoon yang sudah bersiap mengomeli Hyunjae jadi tidak tega setelah melihat wajah
Hyunjae. Bahkan setelah Haneul sudah masuk sekolah keesokan harinya, Hyunjae tetap sama
saja, ia tidak lagi merusuh di sekitar kelas Haneul tapi tetap tinggal di kelasnya dan merebahkan
kepalanya di meja, tidak tidur, hanya saja tidak ingin diajak bicara. Saat jam makan siang,
Sangyeon dan Jacob harus menyeretnya dulu agar dia mau beranjak dari kelas.

Haneul yang juga dalam perjalanan ke kantin dengan teman-temannya tidak sengaja berpapasan
dengan Younghoon dkk di depan pintu kantin, Hyunjae yang melihat Haneul bukannya
tersenyum dan berisik seperti biasa malah menunduk dan berjalan duluan masuk ke kantin
meninggalkan teman-temannya.

“Wah, ada apa dengan Hyung itu?” tanya Haknyeon, tapi tidak ada yang menjawab dan mereka
hanya saling pandang. Haneul juga tidak bisa dibilang senang melihat Hyunjae yang seperti
kehilangan semangat hidup itu, Haneul hanya ingin Hyunjae tidak merasa bersalah sampai
seperti itu hanya karena dirinya.
=Perasaan Bersalah=

“-Jae… Hyunjae!”

Hyunjae tersadar dari lamunannya dan mendapati seluruh orang yang ada di ruangan sedang
menatapnya. Saat itu di ruang OSIS sedang dilakukan rapat untuk acara tahunan di sekolah
mereka, yaitu Summer Camp, kegiatan tahunan ini merupakan salah satu daya tarik dari sekolah
mereka. Seperti namanya, acara Summer Camp merupakan acara kemahan yang dilaksanakan
tiap libur musim panas selama 3 hari 2 malam. Hanya anak kelas 1, anggota OSIS dan beberapa
guru pendamping yang akan ikut serta.

Karena libur musim panas tahun itu sudah semakin dekat, hari ini diadakan rapat dimana ketua
dari masing-masing divisi menyampaikan progress tiap divisi. Hyunjae selaku ketua divisi acara
hanya duduk saja dan tenggelam dalam pikirannya sendiri sejak rapat dimulai.

“Apa?” tanya Hyunjae dengan wajah tanpa dosa.

“’Apa’? ‘Apa’ katamu? Kau pikir kita disini sedang apa? Bermain monopoli? Tidak bisakah kau
fokus sedikit?-”

Hyunjae memutar bola matanya dengan malas mendengar omelan Yura, Wakil Ketua OSIS itu
kalau sudah mengomel bisa sampai berjam-jam. Tapi memang salahnya karena melamun disaat
seperti ini, jadi dia cepat-cepat meminta maaf sebelum mereka terjebak disitu seharian. Akhirnya
setelah menyampaikan laporan dari divisinya dan mengikuti sisa rapat dengan malas, Hyunjae
kembali ke kelasnya, akhir-akhir ini dia menghabiskan lebih banyak waktu hanya duduk di
bangkunya.

Yura yang masih jengkel dengan Hyunjae setelah rapat selesai langsung mendatangi Sangyeon,
si Ketua OSIS, yang baru saja keluar dari ruang guru untuk memutuskan siapa saja yang akan
menjadi guru pendamping untuk Summer Camp tahun ini. Melihat Yura yang berjalan ke
arahnya seperti banteng yang marah membuat perasaan Sangyeon tidak enak.

“He, Lee Sangyeon! Tolong urus temanmu itu, kalau dia tidak niat mengurus acara serahkan saja
pada orang lain!” omel Yura sambil berkacak pinggang di depan Sangyeon.

“Hyunjae?” tanya Sangyeon memastikan, walaupun dia hampir 100% yakin.


“Iya, memangnya siapa lagi! Kalau sampai rapat selanjutnya dia masih ogah-ogahan seperti itu,
aku sendiri yang akan mengeluarkannya!”

Sangyeon hanya menghela napas saat akhirnya Yura pergi, ia lalu berjalan menuju basecamp
sambil berpikir kenapa dia dulu sampai bisa mengajak Yura untuk menjadi Wakil Ketua, tapi
karena ketegasannya itu hampir semua acara OSIS berjalan dengan semestinya. Sangyeon
membuka pintu basecamp dan hanya menemukan Jacob dan Younghoon di dalam.

“Wah, dia di kelas lagi? Kenapa sih dengan anak itu? Benar-benar.” tanpa diperjelas, Younghoon
dan Jacob sudah tau siapa yang dimaksud Sangyeon.

“Sikapnya seperti saat putus dulu.” komentar Jacob

“Tentu saja dia harus menyesalinya seperti itu, dia hampir membuat adikku masuk rumah sakit!
Ck, begitu jadinya kalau aku terlalu membiarkannya.” omel Younghoon

“Kau terus saja marah-marah soal itu tapi tidak pernah mengatakan apapun pada Hyunjae.” sahut
Jacob

“Bagaimana mau marah langsung kalau dia saja sudah seperti mayat hidup begitu. Tapi
baguslah, kalau dia tidak menyesal sama sekali bisa-bisa sudah ku patahkan lehernya.”

“Tapi kita tidak bisa membiarkannya seperti itu. Yura sudah marah-marah karenanya, anak itu
bisa kena masalah.” kata Sangyeon yang sudah duduk di samping Jacob.

“Apa yang kita lakukan dulu saat dia putus?” tanya Jacob, berusaha mengingat apa yang terjadi
sampai Hyunjae kembali berisik lagi setelah putus. Siapa tau saja bisa mereka lakukan lagi kali
ini.

“Tidak ada. Kita biarkan saja dia seminggu.” jawab Sangyeon setelah mengingat-ingat. Saat itu
mereka hanya membiarkan Hyunjae dengan sikap diamnya, tapi tetap menyeretnya kesana-
kemari agar anak itu tetap melakukan sesuatu seperti biasa, sama seperti sekarang.

“Tapi kita tidak punya waktu sebanyak itu.” sambung Sangyeon lagi.
Younghoon diam saja, sebenarnya dia punya ide bagaimana membuat Hyunjae tidak merasa
bersalah lagi, tapi dia sangat tidak setuju dengan idenya sendiri, tapi sepertinya hanya itu satu-
satunya jalan, tapi Younghoon tetap saja tidak suka, jadilah dia berdebat dengan dirinya sendiri.

“Minta tolong saja pada Haneul untuk mengatakan pada Hyunjae agar tidak perlu merasa
bersalah, dia kan tidak apa-apa.” usul Jacob. Younghoon yang mendengar langsung merespon
karena ide di kepalanya tiba-tiba diucapkan oleh Jacob.

“Mana bisa kalian memanfaatkan adikku seperti itu.” protes Younghoon

“Bukan memanfaatkan, tapi minta tolong.” koreksi Jacob

“Tapi bagaimana? Tidak mungkin kita tiba-tiba memintanya seperti itu.” tanya Sangyeon

“Kalau itu tanya saja pada yang lebih dekat dengan Haneul.” saran Jacob

“Aku tidak pernah bilang aku setuju dengan ide ini, jadi aku tidak mau menjawab pertanyaan
apapun.” sahut Younghoon sambil melipat tangannya didepan dada sebagai tanda pertahanan.

Tapi tidak ada yang memperdulikannya, karena beberapa saat kemudian ‘orang yang lebih dekat
dengan Haneul’ itu sudah duduk di ruangan basecamp sambil melihat sekeliling dengan takjub.

“Wah, aku tidak pernah tau kalian punya ruangan seperti ini.” kata Juyeon

“Ya, tapi kenapa kau harus membawa anak-anak ini bersamamu?” tanya Sangyeon sambil
memperhatikan Kevin yang sudah memencet-mencet tuts piano lama sambil menyanyikan lagu
Beyonce, Chanhee yang daritadi cekikikan sambil memperhatikan siapa saja yang lewat
dibawah, Changmin yang ribut dengan Jacob karena mengaduk-aduk air di akuarium dan
Haknyeon yang merampok persediaan makanan di lemari.

“Haknyeon, jika kau tidak meletakkan itu ku usir kau.” tegur Younghoon, dengan setengah hati
akhirnya Haknyeon mengembalikan sebagian makanan yang diambilnya.

“Mereka memaksa.” jawab Juyeon seadanya, “Lagipula ada apa?” Sangyeon pun menceritakan
tentang Hyunjae dan ide mereka tentang Haneul. Juyeon tampak berpikir sejenak.
“Sebenarnya Haneul juga tidak mau Hyunjae merasa bersalah, tapi aku pikir dia merasa
canggung kalau harus menandatangi dan mengatakannya langsung pada Hyunjae. Kalau tidak
dia pasti sudah melakukannya tanpa diminta.” Sangyeon mengangguk mendengar penjelasan
Juyeon, memang benar juga.

“Kalau begitu kita buat saja Hyunjae yang mendatanginya.” usul Sangyeon setelah beberapa
saat. Akhirnya mereka membicarakan rencana yang akan dilakukan selama sisa jam istirahat,
walaupun Younghoon dan Kevin kadang-kadang melayangkan protes, tapi tidak ada yang
menganggap serius karena mereka tau kedua orang itu tidak benar-benar tidak setuju dengan
rencana mereka.

Malam itu malam minggu, jadi Haneul, Juyeon, Eric dan Sunwoo memutuskan untuk menginap
di rumah Younghoon. Beberapa menit yang lalu Haneul baru saja kalah bermain gunting, batu,
kertas dengan hukuman pergi berbelanja di minimarket yang jaraknya tidak bisa dibilang dekat.
Jadi sekarang ia sedang menatap curiga pada keempat orang di depannya itu, karena tidak
biasanya dia kalah bermain gunting, batu, kertas dengan mereka.

“Kalian tidak curang, kan?” tanya Haneul

“Tentu saja tidak. Wah, Nuna, semua orang bisa saja kalah main batu, gunting, kertas, terima
saja.” jawab Eric

Walaupun masih merasa janggal akhirnya Haneul pergi juga untuk berbelanja setelah menyuruh
mereka mencatat apa yang mereka inginkan di note ponselnya. Sementara keempat orang yang
ditinggal itu sudah bersiap-siap menjalankan rencana mereka.

“Sunwoo, kau tidak mau mengatakan apapun soal rencana ini?” tanya Younghoon

“Tentu saja tidak ada, dia sendiri saja menyesal sudah marah-marah. Jadi bisa dibilang dia setuju
dengan rencana ini.” jawab Eric. Sunwoo diam saja.

“Wah, kau benar-benar menyukai Hyunjae, ya?” tanya Younghoon lagi, biasanya dia dan
Sunwoo bersekutu untuk menjauhkan siapa saja dari Haneul.

“Hyung juga kan, karena dia sahabat mu, makanya Hyung juga ikut saja dengan rencana ini.”
jawab Sunwoo. Younghoon sekarang yang tidak menjawab.
Sementara Hyunjae yang diributkan sedang tiduran di kasurnya sambil bermain game di ponsel.
Ia mengerutkan keningnya saat melihat notifikasi pesan dari grup THE BOYZ, karena baru-baru
ini ia ingat sudah mematikan notifikasi dari grup itu karena sedang malas. Karena penasaran ia
pun membuka percakapan dari grup itu, ternyata Eric menyebutkan semua orang yang ada di
grup, karena itu notifikasi muncul di ponselnya.

THE BOYZ (11)

Eric
Haneul Nuna bilang dia diikuti orang di dekat Sun minimarket di jalan menuju rumah
Younghoon Hyung!!!
Aku, Sunwoo, Younghoon Hyung dan Juyeon Hyung sedang pergi keluar.

Juyeon
Apa ada yang bisa pergi kesana dengan segera?

Hyunjae
Aku

Younghoon bersiul melihat balasan Hyunjae yang secepat kilat.

“Ku pikir tidak akan ada yang tertipu dengan pesan konyol seperti ini. Anak ini pasti benar-benar
bodoh.” komentar Younghoon lalu membuka jendela kamarnya yang berada di lantai dua,
jendela itu langsung mengarah ke jalan. Tidak lama kemudian ia bisa melihat Hyunjae berlari
melewati depan rumahnya, “Lihat itu, cepat sekali larinya.” Tiga orang lainnya langsung
berdesak-desak ingin mengintip juga.

“Dia bahkan tidak sadar kita ada di atas sini.” kata Sunwoo

Sementara itu, Haneul baru saja keluar dari minimarket dengan tangan penuh dengan belanjaan.
Haneul tidak habis pikir, bisa-bisanya empat orang itu menyuruhnya pergi berbelanja sendiri lalu
memesan cemilan tidak kira-kira. Bahkan cuaca saja tidak berpihak padanya hari itu, baru saja
mau melangkah pergi, gerimis turun. Akhirnya Haneul kembali masuk ke minimarket untuk
membeli payung.

Saat kembali melangkah keluar dari minimarket, Haneul melihat seseorang dari kejauhan berlari
ke arahnya di tengah gerimis. Haneul kaget sekali karena mengenali orang yang semakin
mendekat itu, sampai tidak beranjak dari tempatnya dan hanya berdiri. Hyunjae yang akhirnya
sampai didepan Haneul itu langsung memegang kedua pundak Haneul dengan wajah khawatir.

“Kau tidak apa-apa? Dimana orang yang mengikutimu?” tanya Hyunjae sambil memeriksa
keadaan Haneul lalu melihat kesana-kemari, mencari seseorang.

Haneul sangat kebingungan dan kaget secara bersamaan sampai dia tidak bisa mengatakan
apapun dan hanya mengerutkan keningnya. Akhirnya selama beberapa saat mereka hanya berdiri
saling pandang, sedangkan hujan baru saja turun dengan deras seperti ditumpahkan dari langit.
Hyunjae tiba-tiba menyadari apa yang sedang terjadi.

“Kau tidak diikuti?” tanya Hyunjae lambat-lambat, berharap dia tidak dikerjai oleh teman-
temannya. Tapi, kepercayaan Hyunjae pada teman-temannya itu lenyap sudah saat Haneul
menggeleng dengan wajah masih kebingungan.

Hyunjae langsung melepaskan bahu Haneul lalu menjauh ke sudut emperan minimarket itu yang
masih terlindungi dari hujan, ingin sekali rasanya ia menjedotkan kepalanya ke tembok.
Sementara Haneul hanya memperhatikannya sambil mengira-ngira apa sebenarnya yang sedang
terjadi.

“Siapa yang bilang aku diikuti?” tanya Haneul

“Juyeon dan Eric.” jawab Hyunjae sambil memandang tembok di sampingnya, menghindari
tatapan Haneul, “Padahal aku percaya pada Juyeon.” tambah Hyunjae pelan, tetapi masih bisa
didengar oleh Haneul.

Entah kenapa tapi Haneul ingin sekali tertawa geli, tapi berusaha keras ditahannya. Penampilan
Hyunjae yang hanya memakai sandal, celana piama, jaket diatas baju kaos dan rambut yang
acak-acakan menandakan bahwa dia keluar rumah dengan buru-buru, ekspersi khawatirnya dan
sekarang melihat Hyunjae yang seperti ingin menghilang ditelan bumi, lucu saja di mata Haneul.

Haneul tidak tau apa yang direncanakan teman-temannya tapi sekarang ia dan Hyunjae terjebak
di depan minimarket karena hujan, kalau saja tidak hujan mereka akan sudah berjalan pulang
dengan jarak yang cukup jauh agar tidak canggung. Kalau Haneul pulang sendiri dengan
payungnya, maka Hyunjae akan berdiri disana sampai hujan berhenti karena Haneul tidak yakin
Hyunjae sempat membawa apapun sebelum keluar dari rumahnya dan kalau dipikir-pikir
Hyunjae bisa sampai disini juga karena Haneul. Akhirnya dengan terpaksa Haneul mendekati
Hyunjae dan menyodorkan payung, Hyunjae memandang Haneul dengan ekspresi bertanya.

“Tangan ku penuh, aku tidak bisa membawa semuanya sekaligus.” kata Haneul sambil
menunjukkan belanjaannya yang memang banyak. Padahal itu hanya alasan saja, karena Haneul
sebenarnya bisa-bisa saja membawa semuanya sekaligus.

Akhirnya mereka berjalan pulang dengan payung yang baru saja Haneul beli. Hyunjae awalnya
memaksa untuk membawakan semua belanjaan Haneul sekaligus, tapi Haneul menolak dan
mengancam akan meninggalkan Hyunjae saja, setelah tawar menawar akhirnya mereka membagi
dua belanjaan itu untuk dibawa.

Jalan saat itu sepi sekali, siapa juga yang mau keluar hujan-hujan seperti ini, tapi di beberapa
tempat Haneul bisa melihat orang-orang sedang berteduh. Haneul takjub sekali karena dia sama
sekali tidak terkena air hujan padahal payung yang dia beli niatnya hanya untuk satu orang saja.
Karena penasaran seberapa lebar sih payung yang mereka pakai itu, Haneul yang dari tadi hanya
melihat ke arah yang berlawanan dengan dimana Hyunjae berada, mendongak lalu melihat ke
arah Hyunjae. Haneul kaget karena ternyata sebagian badan Hyunjae sudah basah karena hujan,
Haneul ternyata berjalan dengan jarak terlalu jauh dan Hyunjae hanya memayunginya saja. Tapi
walaupun begitu Hyunjae bertingkah seperti dia tidak sadar kalau setengah badannya basah
kuyup. Haneul akhirnya mendekat ke arah Hyunjae dan menyorong payung ke arah Hyunjae,
Hyunjae langsung menoleh ke arah Haneul.

“Belanjaan ku basah.” kata Haneul sambil menunjuk belanjaan di tangan Hyunjae yang tidak
memegang payung, sepertinya kantongannya sudah menampung cukup air untuk cuci muka.

“Maaf.” gumam Hyunjae. Haneul hanya mengangguk, tapi tidak lama kemudian Hyunjae
kembali mengatakan hal yang sama, “Maaf.”

“Tidak apa-apa, cemilannya kan masih ada bungkusnya masing-masing.” kata Haneul

“Maksudku, maaf soal sup yang ku bawakan untukmu.” kata Hyunjae yang sepertinya hanya
memikirkan tentang itu sepanjang jalan tadi. Haneul diam saja, sepertinya sekarang dia tau apa
yang direncanakan teman-temannya.
“Maaf, kau jadi sakit karena aku.” lanjut Hyunjae, “Seharusnya aku minta maaf lebih cepat, tapi
aku terlalu merasa bersalah untuk menghadapimu lagi.”

“Tidak apa-apa, aku kan sekarang baik-baik saja.” jawab Haneul. Hyunjae hanya menunduk.
Aneh sekali rasanya, karena saat itu Haneul ingin menghibur orang yang biasanya membuat ia
kesal itu.

“Jangan merasa bersalah karena aku, aku tidak suka. Jadi, berhenti bersikap seperti kau baru saja
mengacaukan dunia, Sunbae sangat tidak cocok jadi orang pendiam.” Hyunjae tersenyum
mendengar ucapan Haneul.

“Apa kau baru saja menghiburku?” tanya Hyunjae

“Tidak. Memangnya kedengarannya seperti itu?” elak Haneul sambil mengalihkan


pandangannya ke arah jalan.

“Terim kasih.” kata Hyunjae sambil tersenyum. Haneul tidak menjawab.

“Boleh aku bertanya kenapa kau memakannya? Maksudku kau kan tidak akan kenapa-kenapa
kalau saja tidak memakannya.” Haneul memandang Hyunjae tidak percaya setelah mendengar
pertanyaan itu.

“Jadi itu salahku sekarang?” tanya Haneul

“Bukan begitu. Hanya saja aku pikir kau akan membuangnya, tapi ternyata kau memakannya,
aku mau senang tapi kau malah sakit karenanya. Astaga, apa sih yang aku bicarakan.” Hyunjae
merasa harusnya dia tutup mulut saja, kenapa sih mulutnya harus mengatakan sesuatu yang tidak
perlu.

“Karena aku lapar.” jawab Haneul, tanpa sadar Hyunjae merasa kecewa, memangnya jawaban
apa lagi yang ia harapkan, “Dan karena kau sudah susah-susah membawakannya, mana bisa aku
membuangnya begitu saja.” sambung Haneul. Hyunjae sama sekali tidak menduga lanjutan
perkataan Haneul itu, jadinya ia memandang Haneul kaget.

“Kemari kan belanjaan itu, bawa saja payungnya.” kata Haneul setelah mereka sudah sampai di
depan rumah Younghoon. Hyunjae menyerahkan belanjaan di tangannya dengan gerakan lambat
seperti sedang mempertimbangkan sesuatu. Saat Haneul sudah mengambil belanjaan itu dan
berbalik untuk memencet bel di pagar, Hyunjae memegang lengannya, Haneul berbalik kembali
kebingungan.

“Maaf, tapi aku tidak bisa menyerah padamu. Jadi, mulai sekarang aku akan mendekatimu
dengan hati-hati.”

Setelah mengatakan itu, Hyunjae menyerahkan payung ke Haneul yang secara reflek
memegangnya karena masih kaget dengan ucapan Hyunjae, bahkan saat Hyunjae sudah berlari
pergi di tengah hujan dan menghilang, Haneul tetap berdiri di tempatnya. Pagar yang dibuka
akhirnya menyadarkan Haneul, Younghoon muncul dari balik pagar dengan payung.

“Ayo cepat masuk, nanti kau masuk angin.” kata Younghoon sambil mengambil alih belanjaan
di tangan Haneul.

Malam itu, Haneul terus teringat ucapan Hyunjae.


=Summer Camp 1=

“Kenapa sih kami tidak bisa ikut? Aku mau ikuut.” rengek Eric setidaknya yang kelima kalinya
pagi itu.

Younghoon, Juyeon, Haneul sedang dalam perjalanan menuju sekolah untuk berangkat
mengikuti Summer Camp. Karena liburan sudah dimulai, Sunwoo dan Eric akhirnya ikut
mengantar mereka sekalian menjadi tukang angkat tas Haneul. Selama liburan musim panas,
Younghoon menginap di rumah Haneul dan Sunwoo sampai hari keberangkatan.

“Ini kan acara sekolah, mana bisa kau ikut seenaknya.” jelas Juyeon dengan sabar, padahal ia
sudah mengulang jawaban itu tiap kali Eric merengek.

“Tahun depan saja, kalau kalian juga bersekolah di tempat kami.” tambah Younghoon

“Huh, tidak adil. Tahun ini kalian pergi bersama-sama, tapi tahun depan belum tentu!” kata Eric
tidak mau kalah.

Akhirnya mereka sampai di gerbang sekolah, tampak halaman depan sudah penuh dengan
peserta hilir mudik sementara di depan gerbang sudah berjejer bis bis yang akan mereka naiki.
Banyak juga orang yang bolak-balik melewati mereka untuk memindahkan barang ke bis, salah
satunya Sangyeon yang langsung menyerahkan barang yang dibawanya pada Younghoon.

“Heh, siapa yang menyuruhmu baru datang? Kau ini panitia.” omel Sangyeon

“Aku tadi malam sudah disini sampai tengah malam. Lagi pula divisi ku sudah selesai
urusannya.” kata Younghoon membela diri.

“Tetap saja bantu panitia lain dong. Sudah sana bawa barang ini ke bis.”

Akhirnya Younghoon berjalan menuju bis sambil menggerutu. Sementara Sangyeon juga sudah
pergi mengurus hal lain setelah menyuruh Juyeon dan Haneul ikut berkumpul dan mengancam
Sunwoo dan Eric kalau dia akan melempar mereka dari bis kalau berani-berani jadi penumpang
gelap.

Setelah cukup lama menunggu persiapan selesai, bahkan Eric dan Sunwoo sampai pulang
terlebih dahulu karena bosan menunggu, akhirnya mereka mulai menaiki bis masing-masing
untuk berangkat ke tempat perkemahan. Juyeon dan Haneul mendapatkan bis yang sama dan
keduanya duduk bersebelahan. Harus bangun pagi-pagi buta padahal malam sebelumnya tidur
larut malam karena menonton film dan bermain game bersama Younghoon, Juyeon, Sunwoo dan
Eric membuat kepala Haneul pusing karena menahan kantuk, tanpa sadar ia pun tertidur padahal
bis baru saja berjalan beberapa menit.

Bahkan saat mereka berhenti di rest area, Haneul masih saja terlelap dengan kepala yang
disandarkan di bahu Juyeon. Juyeon yang ingin sekali pergi ke kamar kecil tidak tega
membangunkan Haneul atau memindahkan kepalanya.

“Kopi, kopi, kopi. Siapa yang mau kopi?”

Suara Hyunjae yang baru saja naik ke dalam bis sambil membawa beberapa gelas kopi menarik
perhatian Juyeon. Ia langsung melambai-lambai ke arah Hyunjae sambil memanggil namanya
dengan berbisik agar Haneul tidak bangun. Hyunjae yang melihat Juyeon langsung
menghampirinya.

“Kenapa? Mau kopi?” tanya Hyunjae tapi Juyeon langsung menyuruhnya untuk tidak berisik.
“Ada apa?” tanya Hyunjae kebingungan, tapi ia lalu melihat Haneul yang tertidur.

“Hyung, duduk disini sebentar.” bisik Juyeon. Ia lalu memegang kepala Haneul dengan hati-hati
dan berdiri, Hyunjae hanya menurut saja saat disuruh duduk oleh Juyeon, mereka meletakkan
kepala Haneul ke bahu Hyunjae dengan hati-hati. Dengan begitu, Juyeon akhirnya bisa pergi ke
kamar kecil.

Sementara Hyunjae bahkan tidak berani bergerak sedikit pun karena takut akan membangunkan
Haneul, kedua tangannya bahkan masih memegang gelas kopi. Tapi saat mendengar Haneul
mendengkur kecil, Hyunjae akhirnya berani menggerakkan kedua tangannya untuk memberikan
kopi di tangannya pada orang-orang yang duduk di seberangnya.

Setelah kejadian malam itu, Hyunjae sama sekali belum sempat untuk bertemu dengan Haneul
karena sibuk mengurus persiapan Summer Camp. Jadi, tiba-tiba berada sedekat ini dengan
Haneul membuatnya gugup sekaligus senang, bahkan saat Juyeon sudah kembali lagi Hyunjae
tidak mau beranjak dari tempatnya dan menyuruh Juyeon untuk duduk ditempat lain, padahal
Hyunjae seharusnya kembali ke bis khusus panitia.
Bis mereka sudah memasuki daerah perbukitan dan hampir tiba di area perkemahan saat Haneul
akhirnya terbangun. Tapi karena masih mengumpulkan niat untuk membuka mata, Haneul tetap
menyandarkan kepalanya ke –yang-dia-pikir- Juyeon.

“Aku tau kau sudah bangun, cepat buka matamu.” suara Juyeon menyadarkan Haneul yang
hampir terlelap kembali, tapi anehnya suara itu datang dari arah yang tidak seharusnya. Haneul
membuka matanya perlahan dan melihat kepala Juyeon muncul dari bangku depan,
disampingnya Changmin juga mengintip sambil cengengesan.

Perlu beberapa saat sebelum Haneul menyadari apa yang terjadi, kalau Juyeon duduk di bangku
depan dengan Changmin lalu yang duduk disampingnya siapa? Haneul langsung mengangkat
kepalanya dan menemukan Hyunjae sudah tersenyum cerah seperti matahari pagi. Haneul
terkesiap kaget dan langsung mundur ke belakang sampai kepalanya terhantup di jendela.

“Kau tidak apa-apa?” Hyunjae langsung bereaksi dengan mengusap kepala Haneul yang
terhantup. Sementara Changmin bereaksi dengan tertawa terbahak.

“Silly.” ledek Juyeon

Haneul mendelik ke arah kedua temannya itu dan menepis tangan Hyunjae.

“Kenapa kau ada disini?” tanya Haneul

“Kan aku sudah mengatakannya malam itu.” jawab Hyunjae sambil tersenyum jenaka.

“Maaf, tapi aku tidak bisa menyerah padamu. Jadi, mulai sekarang aku akan mendekatimu
dengan hati-hati.”

Kata-kata itu terlintas lagi di ingatan Haneul dan membuatnya terdiam seketika.

“Apa? Malam apa? Apa ada sesuatu yang tidak aku tau?” Juyeon langsung membanjiri Hyunjae
dengan berbagai pertanyaan. Mereka bertiga langsung heboh dan sibuk sendiri sampai tidak
memperhatikan wajah Haneul yang memerah.

***
Haneul hanya berdiri diam di belakang Gaeun yang sedang berbicara dengan dua gadis yang
akan menjadi teman satu tenda mereka. Setelah sampai di area perkemahan, mereka langsung
dibagi untuk teman berbagi tenda, satu tenda ditempati empat orang, dan mereka harus
membangun sendiri tenda di tempat yang sudah ditentukan. Dan saat ini mereka sedang
membicarakan bagaimana mereka akan membangun tenda.

Nara dan Ryumin merupakan teman sekelas Gaeun dan Haneul, tetapi tidak seperti Gaeun yang
sudah akrab dengan teman-teman sekelas, Haneul jarang sekali bertegur sapa dengan teman
sekelasnya selain Juyeon, Gaeun dan Kevin, jadi sekarang dia merasa canggung dan hanya
berdiri memperhatikan.

“Haneul, kau pernah membangun tenda sebelumnya?” pertanyaan Nara membuat Haneul kaget.

“Eh? Ya, aku pernah membangun tenda yang seperti ini.” jawab Haneul sambil memperhatikan
tenda yang akan mereka bangun dan tempati.

Mendengar itu Nara dan Ryumin menjadi sangat antusias dan mengajak mereka untuk segera
membangun tenda agar cepat beristirahat. Sambil melakukan tugas untuk membangun tenda,
mereka mulai mengobrol lagi dengan serunya, dan kali ini Haneul ikut didalamnya karena Nara
dan Ryumin terus menanyakan banyak hal tentang dirinya. Karena Nara dan Ryumin sangat
ramah dan asyik diajak bercanda, Haneul jadi tidak merasa canggung lagi.

Biasanya teman-teman wanita yang mengajak Haneul berbicara lebih tertarik dengan teman-
teman laki-lakinya, mereka bahkan tidak berbasa-basi terlebih dahulu dan langsung mencecarnya
dengan pertanyaan mengenai Juyeon atau Kevin bahkan mengenai adiknya dan Eric. Itu
membuat Haneul tanpa sadar menghindari interaksi dengan teman sekelasnya saat memasuki
masa SMA. Tetapi, Nara dan Ryumin sama sekali tidak menyinggung apapun tentang teman
lelaki Haneul dan itu membuatnya sedikit tenang.

“Haneul, maafkan aku tapi ku pikir kau gadis sombong yang tidak suka bergaul dengan rakyat
biasa seperti kami.” ucap Ryumin. Mereka sudah berada di dalam tenda.

“Aku?” tanya Haneul sambil menunjuk dirinya sendiri.


“Iya, kau. Jika berpapasan wajahmu sepert ini.” Ryumin menirukan wajah Haneul yang seperti
tembok berjalan tetapi membuatnya terlihat lucu sehingga membuat yang lainnya tertawa.

“Maaf. Tapi aku yakin wajahku tidak seperti itu.” ucap Haneul disela tawanya.

“Dia trauma karena banyak yang mendekatinya hanya karena teman-temannya yang seperti
patung berjalan.” Gaeun menambahkan dengan bercanda, tetapi itu 100% benar.

“Oh, tentu saja! Astaga, Kakak ku yang tidak seberapa saja sudah membuatku pusing karena
banyak yang mendekatinya melalui aku, apalagi kau.” Nara menggelengkan kepalanya.

“Tenang saja, Nara sudah suka dengan orang lain.” kata Ryumin

“Ya, tenang saja, Ryumin sudah punya kekasih.” balas Nara

Dan dengan begitu topik selanjutnya yang mereka bicarakan adalah orang yang mereka sukai
atau pacar mereka. Gaeun tentu saja membicarakan Haknyeon, Nara ternyata menyukai salah
satu senior mereka yang merupakan anggota klub musik, sementara pacar Ryumin beda sekolah
dengan mereka.

“Bukannya Haneul juga punya?” tanya Nara

“Apa?”

“Itu, senior yang terus mengekori mu kemana-mana, aku suka saat dia menyapamu dari jendela.”
lanjut Nara

“Bukan kah dia juga duduk di sebelah mu saat di bis? Wah, apa ini? Kalian sudah jadian?” goda
Ryumin

Haneul terlalu kaget mendengar perkataan teman-temannya, ia ingin menyangkal tapi entah
kenapa ia tidak bisa mengatakan apapun, akhirnya malah Gaeun yang menyahut.

“Mereka sudah jadian, Haneul hanya suka menyangkalnya saja.”

Mendengar itu Haneul langsung menutup mulut Gaeun.

“Jangan dengarkan dia.” ucap Haneul


“Tapi wajahmu merah.” goda Ryumin. Dan mereka semua langsung bersorak dan menggoda
Haneul yang wajahnya sudah semerah tomat.
=Summer Camp 2=

Setelah selesai membangun tenda, beristirahat dan makan siang, para peserta Summer Camp
berkumpul untuk pembagian tim untuk kegiatan pertama, Outbound. Kelompok terdiri dari 7
orang peserta dan 1 orang panitia yang bertugas untuk memimpin dan mengarahkan peserta.
Karena peserta dibebaskan untuk memilih sendiri anggota kelompok mereka, Haneul, Juyeon,
Kevin, Gaeun, Haknyeon, Chanhee dan Changmin langsung berkumpul untuk membentuk
kelompok mereka sendiri.

Hyunjae yang melihat kelompok Haneul langsung bergegas menghampiri.

“Aku akan bergabung dengan kelompok ini.” seru Hyunjae sambil berdiri di samping Haneul
dengan senyum sumringah.

“Siapa bilang kami mau menerima mu, Hyung.” sahut Kevin

“Ya, pergi saja ke kelompok lain, kami bosan melihat wajahmu.” tambah Chanhee

Mendengar itu Hyunjae langsung memasang wajah kesal dengan tangan dipinggangnya. Baru
saja ia mau mengatakan sesuatu, Younghoon menyela.

“Heh, apa yang kau lakukan? Ini kelompokku.”

“Kenapa kau juga ikut-ikutan? Aku sudah lebih dulu disini, cari kelompok lain sana.” ucap
Hyunjae

“Kau saja yang cari kelompok lain.” balas Younghoon. Younghoon lalu melihat ke arah 7 orang
yang ada disit, “Yang ingin aku jadi pemimpin kelompok kalian angkat tangan!” seru
Younghoon. Dan seketika 7 orang itu mengangkat tangan mereka.

Hyunjae tidak bisa berkata-kata melihat apa yang terjadi dan melihat raut wajah Hyunjae
membuat yang lainnya tertawa, bahkan Haneul tersenyum geli. Baru saja merayakan
bergabungnya Younghoon setelah menyingkirkan Hyunjae, tiba-tiba seseorang memanggil
Younghoon dengan nada kesal.

“Apa yang kau lakukan? Kau tidak bisa pergi kemana-mana, kau kan kesehatan!” salah satu
panitia menghampiri mereka dengan alis bertaut.
“Kan masih banyak anggota kesehatan yang lain.” sahut Younghoon

“Begini jadinya jika kau tidak mendengarkan saat pembagian tugas. Anggota yang lain
menyebar di jalur menuju lokasi Outbound. Sisa kau, aku dan Byeol yang berjaga disini. Jadi,
kesini kau sekarang dan jangan kabur lagi.” omel gadis itu sambil menyeret Younghoon, yang
masih terus mengeluh, pergi dari sana menuju pos kesehatan.

Semua yang ada disitu untuk sesaat hanya memperhatikan mereka dengan kebingungan, sampai
Hyunjae akhirnya berseru menang.

“Heh! kalian tidak punya pilihan lain sekarang!” Seru Hyunjae sambil tertawa sendiri.

Setelah semua orang sudah mendapatkan kelompok, satu persatu kelompok di berangkatkan
untuk menuju lokasi Outbound. Lokasi Outbound yang akan mereka datangi berada tidak terlalu
jauh ke dalam hutan dibandingkan lokasi perkemahan mereka, jika melalui rute yang akan
mereka pakai dengan berjalan kaki bisa ditempuh sekitar 15-20 menit.

Terdapat 5 rute yang akan digunakan, tiap 5 kelompok diberangkat melewati masing-masing rute
dan diberi jeda 3 menit sebelum 5 kelompok lainnya menyusul. Tiap kelompok juga diberi satu
plastik besar untuk menampung sampah yang mereka temui di jalan.

Kelompok Hyunjae menjadi kelompok ke-3 yang berangkat di rute 1. Chanhee dan Changmin
berada di baris depan, Haknyeon dan Gaeun kedua, Haneul dan Kevin ketiga, sedangkan Juyeon
dan Hyunjae berjalan di barisan terakhir. Baru 5 menit berjalan, Changmin dan Chanhee sudah
mengeluh karena harus membuka jalan di depan, padahal tidak banyak yang harus mereka
lakukan karena jalan itu sudah di lewati kelompok lain, bahkan sampah saja sudah hampir tidak
ada yang terlihat.

“Berhentilah mengeluh.” tegur Haknyeon

“Kau bisa bilang begitu karena bukan wajahmu yang kena ranting pohon duluan.” protes
Changmin.

Rute yang kelompok Hyunjae lewati memang lebih sempit dibandingkan rute lainnya, sehingga
masih banyak ranting pohon dan akar semak-semak yang sesekali menyandung kaki mereka.
Perjalanan mereka hanya sekitar 20 menit, tapi banyak sekali yang terjadi. Mulai dari Hyunjae
yang sepanjang jalan hanya fokus mengawasi Haneul, jika ada akar menjulur di depan Haneul
maka Hyunjae dengan sigap menarik lengan Haneul agar tidak tersandung, jika ada ranting
pohon Hyunjae akan menyingkirkannya agar tidak terkena Haneul yang sedang asyik mengobrol
dengan teman-temannya, melihat itu Kevin yang merasa tingkah Hyunjae berlebihan
menegurnya dan akhirnya mereka berdua ribut sendiri. Belum lagi Juyeon yang tersandung akar
pohon dan menabrak Kevin sampai mereka jatuh berdua diikuti suara tawa Hyunjae yang paling
nyaring. Chanhee dan Changmin yang terus mengeluh tapi berebut untuk jalan lebih dulu.
Haknyeon yang teriak-teriak histeris karena mengira ada ular jatuh di kepalanya padahal itu
hanya ranting pohon yang layu. Selain itu setiap melihat

Akhirnya setelah melalu banyak hal, mereka keluar dari area hutan dan sampai di lokasi
outbound. Mata Juyeon melihat sebuah bus mini memasuki lokasi outbound dan guru-guru
pembimbing mereka turun dari kendaraan itu.

“Loh, bus mini bisa masuk kesini?” tanya Juyeon

“Tentu saja, ini kan tempat wisata. Ada jalur kendaraan yang memutari hutan.” jawab Hyunjae

“Lalu kenapa kita harus susah-susah lewat hutan!?” protes Chanhee

“Ey, dimana serunya kalau semudah itu?” jawab Hyunjae lagi. Tapi yang lain tetap saja protes.

Ada banyak sekali wahana outbound yang ada di tempat itu, flying fox, burma bridge, spider
webs, shake bridge, crawling bahkan arum jeram. Dan mereka semua bisa mencoba semua
wahana yang ada disana dengan syarat semua anggota kelompok harus ikut. Wahana pertama
yang kelompok Hyunjae coba adalah flying fox, mereka semua berkumpul di puncak atas untuk
menunggu giliran karena hanya satu orang yang bisa berangkat dalam satu waktu.

Di saat semua orang mengobrol dengan bersemangat bahkan rebutan untuk giliran selanjutnya,
Hyunjae tidak biasanya hanya diam saja dan berdiri di belakang sambil berpegangan dengan erat.
Haneul yang berdiri di dekat Hyunjae akhirnya menyadari keanehan Hyunjae. Melihat Hyunjae
yang tidak melihat ke bawah sama sekali membuat kening Haneul berkerut.

“Kau takut ketinggian?” tanya Haneul. Hyunjae langsung melihat ke arah Haneul dengan wajah
kaget.
“Tidak.” jawab Hyunjae, tapi raut wajahnya menunjukan jawaban yang sebaliknya. Haneul
tersenyum geli.

“Tenang saja, jatuh dari ketinggian seperti ini tidak akan membuatmu mati, paling hanya patah
tulang.” ucap Haneul yang membuat wajah Hyunjae lebih pucat lagi dan membuat Haneul
tertawa kecil.

“Tumben sekali kau mengobrol denganku.” ucap Hyunjae, sekarang raut wajahnya sedikit
kebingungan. Haneul langsung berhenti tertawa.

“Kenapa? Tidak suka?”

“Suka.” jawab Hyunjae dengan cepat sambil tersenyum lebar. Sekarang ia sudah kembali ke
Hyunjae yang biasa, seperti lupa kalau masih berada di ketinggian.

Haneul langsung berbalik segera dan mengambil antrian selanjutnya agar bisa cepat-cepat kabur
dari sana. Sementara Hyunjae akhirnya berhasil menaiki flying fox dengan bantuan Juyeon dan
Haknyeon yang dengan senang hati mendorongnya.

Entah siapa yang memulai tapi anggota kelompok Hyunjae ini tiba-tiba saja berlomba-lomba
menyelesaikan tiap rintangan yang ada di outbound itu seperti ini adalah permainan survival.
Bahkan Haneul dan Gaeun saja jadi ikut-ikutan di tarik saat melewati spider web. Mereka terus
menarik dan bergelut dengan satu sama lain sampai harus dibubarkan oleh pengawas outbound
dan panitia lain karena kelompok selanjutnya akan lewat.

Tapi mereka tidak berhenti sampai disitu, di shake bridge, Changmin yang berjalan paling depan
sengaja menggoyangan jembatannya dengan keras, Chanhee dan Kevin hampir saja jatuh ke
kolam yang ada di bawahnya, walaupun airnya hanya sebatas dada orang dewasa. Setelah itu di
arena crawling, Haneul dan Gaeun sengaja berdiri saja dan tidak lagi ikut-ikutan teman-teman
mereka yang sedang tarik-tarikan dan guling-gulingan di lumpur. Hampir saja mereka merusak
tiang crawling.

Sangyeon yang melihat kelakuan mereka hanya menggelengkan kepalanya.

“Begitu jadinya kalau sekumpulan orang dipimpin Hyunjae.”


=Summer Camp 3=

Halaman perkemahan di hari kedua kembali di penuhi oleh peserta Summer Camp, mereka
kembali berkumpul dengan kelompok masing-masing, hanya saja kelompok di hari kedua dibagi
langsung oleh panitia dan kali ini dan Haneul hanya mengenali satu orang di kelompok itu, Nara.

Karena tujuan utama acara Summer Camp adalah untuk mendekatkan angkatan baru, panitia
sengaja membiarkan mereka untuk memilih anggota kelompok sendiri di hari pertama untuk
melihat siapa yang sudah dekat dengan siapa, agar di hari kedua mereka bisa dipisahkan ke
kelompok baru, orang-orang baru dan teman baru.

Haneul sama sekali tidak masalah dengan kelompok barunya, karena mereka semua sangat baik
dan ramah, apalagi ada Nara yang sudah lebih dulu dekat dengannya. Hanya saja ada satu orang
yang membuat Haneul tidak nyaman, Sungwon, dari awal mereka berkumpul Sungwon selalu
saja berdiri mepet di samping Haneul sehingga harus membuat Haneul pindah kesana-kemari,
tapi Sungwon terus mengikutinya. Nara yang melihat itu terus berdiri ditengah-tengah mereka
dan menyuruh Sungwon untuk menjauh, karena ternyata Sungwon dan Nara satu sekolah saat
SMP dan saling kenal satu sama lain. Tapi, itu tidak membuat Sungwon menyerah.

Lomba pertama hari itu adalah lomba estafet, jalur lari dari lomba estafet berbentuk lingkaran
dan di ujung terdapat tempat untuk menancapkan bendera yang akan mereka bawa selama
pertandingan. Kelompok yang lebih dulu menancapkan benderanya menang. Tiga kelompok
bertanding tiap rondenya. Haneul sebenarnya tidak terlalu suka melakukan kegiatan fisik, tapi
jiwa kompetitifnya sama besarnya dengan Sunwoo. Dan karena kelompok mereka ternyata
punya banyak pelari handal, akhirnya mereka sampai di final melawan kelompok panitian.

“Coba lihat keringatmu, berhentilah berlari kalau lelah.”

Hyunjae dan Haneul berdiri bersebelahan sebagai pelari terakhir di kelompok mereka. Haneul
sedang menyeka keringatnya dengan lengannya saat Hyunjae menegurnya. Haneul hanya
mendelik ke arah Hyunjae. Tiba-tiba suara Sungwon, yang berada di belakang mereka sebagai
pelari kedua terakhir bersama Sangyeon, terdengar menyemangati Haneul dan menarik perhatian
semua orang, ada yang langsung bersorak dan ada yang diam saja karena tidak berani melihat
raut wajah Hyunjae yang tidak suka.
“Apa orang itu mengganggumu?”

“Lihat siapa yang bertanya.” sindir Haneul

“Tidak ada yang boleh mengganggumu selain aku.”

Haneul ingin protes tetapi peluit tanda pertandingan berlangsung sudah berbunyi dan pelari
pertama dalam masing-masing tim sudah berlari sambil membawa bendera. Dari awal kelompok
Haneul terlihat lebih memimpin, tetapi saat giliran Sangyeon dan Sungwon, Sangyeon berlari
seperti orang gila, walaupun Sungwon sudah berusaha untuk berlari secepat mungkin Sangyeon
tetap berhasil mendahuluinya.

Sangyeon memberikan benderanya pada Hyunjae yang langsung berlari meninggalkan Haneul.
Walaupun Haneul hanya terlambat beberapa detik tetapi jarak antara Hyunjae dan Haneul cukup
jauh. Semakin mendekati garis finish kecepatan Hyunjae berkurang sehingga jarak mereka
menjadi cukup dekat, Haneul berlari lebih cepat saat melihat Hyunjae sudah bersiap untuk
menancapkan bendera miliknya, tetapi tanpa disangka-sangka Hyunjae jatuh terjerembab
sehingga Haneul berhasil menancapkan benderanya terlebih dahulu walaupun ia sendiri masih
kaget.

Teman sekelompok Haneul langsung berlari kegirangan dan memeluk Haneul sambil bersorak-
sorai, ditengah keributan itu Haneul berusaha melihat ke arah Hyunjae yang masih terduduk
ditanah sambil melihat ke arahnya, tersenyum.

“Heh, kau pikir aku tidak tau apa yang sedang kau lakukan?” Sangyeon menghampiri Hyunjae
dengan tangan terlipat di dada. Dia tau sekali jika Hyunjae sengaja menjatuhkan dirinya agar
Haneul bisa menang.

“Tanahnya licin, memangnya apa yang ku lakukan?” ucap Hyunjae yang sudah berdiri
menghadap Sangyeon, nada bicaranya seperti orang yang sedang mengeluh. Sangyeon mendelik.

Ekor mata Hyunjae menangkap Sungwon yang berjalan menghampiri kerumunan kelompoknya,
dengan cepat Hyunjae menghadang jalan Sungwon. Sungwon menatap Hyunjae dengan kening
berkerut.
“Permainan selanjutnya akan segera dimulai, cepat berkumpul disana.” Hyunjae menunjuk ke
arah berlawanan dengan arah Sungwon. Sungwon terlihat ingin protes, tetapi Hyunjae langsung
menggiringnya menjauh. Sangyeon hanya yang ditinggalkan hanya menatap dua orang yang
saling dorong-mendorong itu dengan bingung.

“Kenapa lagi anak itu?” gumam Sangyeon.

Walaupun Hyunjae sudah menunjukkan ketidak-sukaannya terhadap Sungwon, Sungwon terus


saja menempeli Haneul kemana saja dan membuat Haneul risih. Sungwon terus saja berusaha
melakukan kontak fisik dengan Haneul meskipun Haneul sudah mengatakan dengan jelas kepada
Sungwon untuk tidak melakukannya.

Saat permainan word chain, dimana pemain pertama yang dipilih harus menyampaikan kalimat
panjang berbelit-belit yang diberikan kepadanya untuk pemain selanjutnya dengan berbisik, dan
begitu selanjutnya sampai pemain terakhir menyebutkan kalimat yang didapatnya, jika benar
atau kelompok tersebut memiliki lebih banyak kata yang sama dengan kalimat asli, maka
kelompok tersebut menang. Sungwon bersikeras berdiri disamping Haneul agar dapat
menyampaikan kalimat kepadanya, tetapi saat Sungwon lengah Nara berganti posisi dengan
Haneul tepat sebelum giliran Sungwon menyampaikan kalimat pada pemain selanjutnya
sehingga Sungwon tidak bisa melakukan apapun selain melotot pada Nara.

Haneul tidak pernah membayangkan kalau akan tiba saatnya ia lebih memilih diganggu oleh
Hyunjae dibanding Sungwon. Mau tak mau Haneul terus membandingkan keduanya, setidaknya
Hyunjae tidak melakukan apapun yang Haneul tidak suka. Satu-satunya waktu Haneul bisa
melarikan diri dari Sungwon adalah saat permainan treasure hunt, daripada berusaha keras
mencari tempat persembunyian harta Haneul lebih berusaha keras menyembunyikan dirinya
sendiri.

“Aku sangat yakin hartanya tidak ada di dalam sana.”

Haneul baru saja menyibak rumput lebat untuk masuk ke dalam area hutan ketika suara Hyunjae
membuatnya terlonjak kaget, ia berbalik dan melihat Hyunjae yang bersender di salah satu pohon
sambil menatapnya dengan kening berkerut. Dalam permainan kali ini semua panitia tidak ikut
dan hanya mengawasi karena hampir semua panitia mengetahui dimana hartanya
disembunyikan.

“Kau seperti sedang bersembunyi dari seseorang.” ucap Hyunjae dengan nada mengejek, tetapi
melihat Haneul yang diam saja dan tidak mendelik kearahnya seperti biasanya membuat ekspresi
Hyunjae menjadi serius.

“Apa anak itu lagi?” tanya Hyunjae

Haneul diam saja sambil melihat kearah serangga yang beterbangan di sekitar semak-semak, ia
tidak ingin terlihat seperti mengadu pada Hyunjae tetapi Sungwon benar-benar membuatnya
kesal sampai ia juga tidak bisa mengelak.

“Aku akan bicara padanya.” Setelah mengatakan itu Hyunjae langsung berbalik.

“Apa? Tunggu, Hyu-“

“Hyunjae!”

Kemunculan Jacob yang mendadak membuat mereka bertiga tertegun, Jacob melihat ke arah
Hyunjae dan Haneul secara bergantian.

“Apa yang kalian berdua lakukan disini?” tanya Jacob, “Ah, tidak, aku tidak perlu tau.” Jacob
melambaikan kedua tangannya saat Haneul ingin mengatakan sesuatu, ia lalu tersenyum jail.

“Maafkan aku tapi aku harus membawa anak ini kembali ke habitatnya.” ucap Jacob sambil
menarik Hyunjae-yang menggerutu minta dilepaskan-pergi, meninggalkan Haneul yang
kebingungan.

Hyunjae sudah memperhatikan Sungwon sejak permainan pertama usai, tetapi karena adegan
pura-pura jatuhnya di permainan pertama semua teman kelompoknya melarangnya pergi
kemana-mana, padahal ia ingin sekali menarik Sungwon jauh-jauh dari Haneul.

Harta karun yang disembunyikan oleh panitia ternyata berisi bahan makanan untuk BBQ saat
acara api unggun, setiap kelompok mengelilingi satu titik api unggun dan menikmati harta yang
mereka temukan. Sungwon terus saja mencoba membantu Haneul untuk membakar ubi, tetapi di
mata siapa saja yang melihat jelas-jelas Sungwon hanya berusaha memegang tangan Haneul
meskipun Haneul terus menepisnya.

“Ugh, apa yang dilakukan anak itu.”

Hyunjae yang daritadi hanya memperhatikan Haneul menoleh dengan wajah kesal ke arah
Changmin yang tiba-tiba datang menggerutu disampingnya.

“Hyung! Kenapa kau hanya melihat saja? Apa dia sudah menempeli Haneul seharian? Jika
Juyeon dan Younghoon melihat ini Sungwon pasti sudah tamat.” omel Changmin

“Kau mengenalnya?” tanya Hyunjae

“Tentu saja, dia sekelas denganku. Sungwon sudah menyukai Haneul sejak awal semester tapi
menyerah karena Hyung. Tapi karena Hyung sempat menjaga jarak dengan Haneul beberapa hari
dia pikir Hyung sudah menyerah. Percayalah, keperibadiannya sangat tidak menyenangkan.”
jelas Changmin panjang lebar.

Mendengar itu Hyunjae langsung beranjak dari tempatnya dan menghampiri kelompok Haneul.

“Minggir.”

Semua anggota kelompok Haneul menoleh ke arah Hyunjae yang sudah berdiri di belakang
Haneul dan Sungwon.

“Apa?” tanya Sungwon. Bukannya menjawab, Hyunjae langsung saja duduk di antara Haneul
dan Sungwon dan menggeser Sungwon menjauh.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Sungwon dengan kesal.

“Memang kenapa? Apa aku tidak boleh duduk disini?” tanya Hyunjae pada anggota kelompok
lain, mereka langsung menjawab tidak apa-apa Hyunjae duduk dengan mereka.

“Tolong duduk disini sampai acaranya selesai.” ucap Nara

Hyunjae menoleh ke arah Sungwon dengan tatapan yang mengatakan ‘Kau dengar kan.’. Mereka
bertatapan dengan sinis selama beberapa saat sebelum perhatian mereka teralihkan oleh suara
Haneul yang menjatuhkan ubi manis yang dipegangnya.
“Panas.” ucap Haneul singkat pada dua orang yang menatapnya.

“Biar aku yang melakukannya.” ucap Hyunjae sambil memungut ubi yang dijatuhkan Haneul.
Haneul tidak mengatakan apapun dan hanya memperhatikan Hyunjae, ekor matanya bisa melihat
Sungwon yang menatap Haneul dengan kening berkerut karena membiarkan Hyunjae
membantunya tetapi tidak dengan Sungwon.

“Kau suka ubi manis?” tanya Hyunjae yang dibalas anggukan serta gumaman dari Haneul. Lalu
dimulailah obrolan tentang makanan kesukaan dan yang tidak disukai dari keduanya.

“Tapi kalau dipikir-pikir kenapa kau tidak pernah memanggilku ‘Oppa’?” tanya Hyunjae,
Haneul yang sedang asyik memakan ubinya menoleh dengan tatapan kaget dan bingung
bercampur geli.

“Apa?” tanya Haneul untuk memastikan telinganya tidak salah dengar.

“Ada apa dengan ekspresimu itu? Kau kan memanggil Jacob dan Sangyeon ‘Oppa’, kenapa aku
tidak?”

Haneul hanya menggeleng sebagai tanda penolakan.

“Ey, kenapa? Memangnya apa susahnya? Aku kan memang lebih tua darimu.” Hyunjae
mengeluh tetapi Haneul tetap saja menggelengkan kepalanya.

“Kalau dia tidak mau kenapa kau memaksa?”

Suara Sungwon menyadarkan mereka kalau Sangwon masih duduk di samping Hyunjae dan
mereka tidak hanya duduk berdua saja di area api unggun itu. Hyunjae menoleh dengan tatapan
kesal.

“Kalau kau bisa bilang begitu lalu kenapa kau memaksa memegang tangannya kalau dia tidak
mau? Sekarang menyingkirlah dari hadapanku sebelum ku patahkan tanganmu itu.” ancam
Hyunjae dengan nada dingin yang tidak pernah Haneul dengar sebelumnya. Hyunjae dari tadi
sudah menahan diri untuk tidak membuat keributan mengingat dia adalah panitia, padahal dia
sangat ingin meninju Sungwon sekali saja.
Tidak ada yang berani mengatakan apapun, bahkan Sungwon juga terlihat menciut nyalinya
karena ucapan Hyunjae terdengar serius. Akhirnya Sungwon benar-benar beranjak pergi setelah
memandang ke arah Hyunjae dengan marah selama beberapa saat. Hyunjae masih memandangi
kepergian Sungwon dengan tatapan yang masih sama tajamnya, tetapi saat kembali menoleh ke
arah Haneul raut wajahnya dengan cepat kembali normal seperti Hyunjae biasanya.

“Jadi bagaimana?” tanyanya lagi dengan nada merengek.

“Nope.”

***

Haneul sedang menikmati pemandangan dari jendela bis di perjalanan pulang dari Summer
Camp. Semalam Hyunjae terus berada di samping Haneul bahkan mengantarnya ke tenda yang
ditempati Haneul, walaupun Haneul tentu saja menolak tetapi setiap Hyunjae mengatakan
Sungwon bisa saja muncul lagi Haneul tak bisa mengatakan apapun. Hyunjae bahkan menunggu
di depan tenda Haneul karena ternyata teman setenda Haneul belum ada yang kembali. Haneul
hanya ingat mendengar suara nyanyian Hyunjae sebelum tertidur dan tiba-tiba dia sudah
terbangun keesokan paginya.

“Kau tidak mau bercerita apapun padaku?” tanya Juyeon yang duduk di samping Haneul, Haneul
menoleh.

“Tentang apa?”

“Tentang hal yang membuatmu daritadi tersenyum sendiri seperti orang gila.”

“Aku?” tanya Haneul tidak percaya sambil menunjuk dirinya sendiri. Juyeon terkekeh melihat
ekspresi Haneul.

Juyeon sudah mendengar semua yang terjadi kemarin dan tadi malam dari teman sekelompok
Haneul dan juga Changmin, ia ingin menegur Sungwon sendiri, tetapi sepertinya Hyunjae saja
cukup karena Sungwon sudah tidak terlihat dimanapun. Sekarang Juyeon malah asyik menggoda
Haneul yang terus menyuruhnya untuk diam.

“Jangan terlalu keras pada Hyunjae Hyung. Siapa tau saja dia yang selama ini kau cari.”
Juyeon mengatakannya dengan sungguh-sungguh tetapi Haneul menatap Juyeon dengan aneh
karena menganggap kata-katanya menggelikan. Kau belum tau saja dia siapa, batin Juyeon.
=Date=

Haneul sedang mengikat tali sepatunya ketika ponsel di atas mejanya berbunyi, tanda sebuah
pesan masuk. Malam ini dia dan Changmin berencana untuk menonton film horror di bioskop
dan Changmin berjanji akan menjemputnya, jadi Haneul pikir pesan itu dari Changmin. Kening
Haneul berkerut ketika ia mengecek pesan yang ternyata dikirim oleh Kevin.

Kevin
Aku sudah di depan rumahmu, apa aku harus masuk atau kau akan segera keluar?

Haneul
Apa maksudmu? Aku akan pergi menonton bersama Changmin

Kevin
Changmin tidak memberitahumu?

Kevin mengirimkan foto dua tiket bioskop yang seharusnya dipegang oleh Changmin.

Kevin
Changmin sedang tidak bisa karena ada urusan mendadak, jadi dia memberikan tiketnya padaku
Itu artinya kau akan kencan denganku

***
Haneul dan Kevin sedang mengantri untuk membeli minuman dan popcorn sebelum mereka
memasuki studio, masih ada 30 menit sebelum film diputar, mereka pikir lalu lintas akan padat
tapi ternyata tidak, jadi mereka tiba lebih awal daripada yang direncanakan.

Haneul menyipitkan matanya untuk melihat menu-menu lain yang mungkin akan dia beli,
sementara Kevin disampingnya sibuk mengambil video dari dua tiket ditangannya, lalu ia
mengarahkan kamera ponselnya ke arah mesin popcorn di depannya, dan terakhir
mengarahkannya ke arah Haneul yang langsung menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya.
Belum sempat mengatakan sesuatu, Kevin menyudahi videonya sambil tersenyum puas.

“Sedang apa kau?” tanya Haneul

“Pamer.”

“Pada Changmin?”
Kevin menggeleng, daripada menjawab ia memperlihatkan layar ponselnya pada Haneul.

“Hitung sampai tiga dan kau akan tau.”

Haneul menatap Kevin dengan heran, tetapi karena Kevin bersikeras akhirnya Haneul mengikuti
permintaannya untuk menghitung.

“1… 2… 3.”

Ponsel Kevin berbunyi, nama Hyunjae muncul di layar dan membuat Haneul kaget, ia langsung
melotot ke arah Kevin yang sedang tertawa puas.

“Astaga, ini sangat menyenangkan.” ucap Kevin disela-sela tawanya sambil mematikan telpon
dari Hyunjae, “Cara membuat Hyunjae frustasi.” sambung Kevin sambil mematikan ponselnya
lalu melihat kearah Haneul dengan bangga.

“Apa itu menyenangkan bagimu?” tanya Haneul tak habis pikir dengan kelakuan temannya itu,
Kevin membalas dengan mengangguk senang.

Beberapa menit sebelumnya

Sangyeon, Jacob, Younghoon dan Hyunjae sedang berkumpul di rumah Younghoon, mereka
tidak punya kegiatan khusus yang ingin dilakukan, jadinya mereka sibuk dengan kegiatan
mereka masing-masing, bermain game, menonton, atau hanya bermain ponsel seperti Hyunjae.
Saat itulah Hyunjae melihat video yang diunggah Kevin di sosial medianya dengan kata-kata
“DATE”, ia langsung terduduk saat melihat Haneul dalam video itu. Dengan cepat jarinya
mencari kontak Kevin untuk dihubungi, tetapi Kevin menolak panggilannya dan ponselnya
sudah dimatikan ketika Hyunjae menelpon untuk kedua kalinya.

“Apa kau tau Kevin sedang bersama Haneul?” tanya Hyunjae pada Younghoon yang sedang
bermain ponsel di sebelahnya.

“Benarkah?” tanya Younghoon balik dengan nada tidak tertarik, bukan hal baru untuknya jika
Kevin bersama Haneul.

“Kau tidak tau mereka kemana?”


“Tanyakan saja pada Juyeon, dia harusnya lebih tau.”

Dengan itu sekarang Hyunjae sibuk menghubungi Juyeon. Juyeon ternyata sedang berada di luar
bersama Sunwoo dan Eric, tetapi yang Juyeon tau seharusnya Haneul sedang pergi bersama
Changmin bukan Kevin, jadi Juyeon menyuruh Hyunjae untuk bertanya pada Changmin saja.

Lagi-lagi Hyunjae menghubungi Changmin sambil berjalan mondar-mandir tidak sabar, ketiga
temannya hanya melihat ke arahnya dengan tatapan heran lalu kembali fokus dengan kegiatan
masing-masing. Changmin berkata kalau tiba-tiba keluarganya mengajak makan diluar bersama,
jadi dia memberikan tiketnya kepada Kevin, Changmin juga memberitahu bioskop mana yang
ditempati oleh keduanya. Setelah menutup telpon Hyunjae langsung mengambil jaket dan
topinya lalu pergi.

“Aku pergi dulu!” seru Hyunjae setelah berada di luar.

***

Haneul dan Kevin sudah berada di dalam studio sejak beberapa menit yang lalu, kursi bioskop
hanya terisi setengahnya saat lampu-lampu mulai dimatikan, mereka berdua masih asyik
mengobrol ketika layar bioskop menampilkan cuplikan-cuplikan dari film lain yang juga sedang
diputar, tetapi saat film sudah dimulai mata mereka fokus menatap layar.

Sudah beberapa menit sejak film dimulai ketika ekor mata Haneul menangkap seseorang yang
duduk di kursi di sebelahnya yang memang daritadi kosong, tetapi Haneul tidak terlalu perduli
dengan itu dan tetap fokus menonton.

“Ternyata kau suka film horror?”

Suara yang tidak asing dari orang disebelahnya membuat Haneul menoleh, Hyunjae melihat ke
arahnya dengan dagu ditopang.

“Aku sudah memperhatikanmu seperti ini selama sepuluh menit tapi kau sama sekali tidak
menyadarinya.” sambung Hyunjae
Haneul tidak mengatakan apapun dan hanya melihat ke arah Hyunjae dengan mata terbelalak,
otaknya sedang memproses apakah dia sedang berhalusinasi atau tidak. Sementara Kevin yang
baru menyadari kehadiran Hyunjae dengan cepat langsung melayangkan protesnya.

“Hyung, sedang apa kau disini?”

“Kau benar-benar bertanya seperti itu setelah mematikan telpon dariku?” sahut Hyunjae

Haneul akhirnya sadar dia sedang tidak berhalusinasi setelah mendengar Hyunjae dan Kevin
saling berdebat dengan berbisik.

“Hentikan kalian berdua! Ini di bioskop.” desis Haneul dan keduanya langsung berhenti.

Kevin melayangkan pandangan sinis ke arah Hyunjae sebelum kembali fokus ke layar,
sementara Hyunjae bukannya menatap layar ia malah menatap Haneul sambil memakan popcorn
seperti yang dilakukannya sebelumnya. Haneul awalnya tidak memperdulikannya dan terkadang
tidak sadar karena terlalu fokus, tapi Hyunjae sama sekali tidak melihat ke film meskipun
adegannya sedang seru dan itu membuat Haneul bingung.

“Bukankah kau datang kesini untuk menonton?” tanya Haneul akhirnya.

Hyunjae menggeleng, “Aku kesini untuk melihatmu.” jawab Hyunjae

Belum sempat berkata apa-apa, tiba-tiba segenggam popcorn menghujani Hyunjae, dan siapa
lagi yang melakukannya kalau bukan Kevin.

“Jangan mengatakan sesuatu yang membuatku ingin muntah.” desis Kevin

Hyunjae langsung mengambil segenggam popcorn lalu melemparkannya ke arah Kevin.

“Memangnya aku mengatakannya untukmu? Tutup saja telingamu.”

“Hey, popcorn-mu mengenai Haneul.”

Dan dimulailah adu mulut ronde kedua antara Hyunjae dan Kevin, Haneul bersyukur tidak
banyak penonton yang duduk disekitar mereka, walaupun mereka berdua berbisik tetap saja bisa
mengganggu orang lain, contohnya pemuda yang duduk sendirian di depan mereka sudah mulai
melirik ke belakang dengan tatapan kesal. Haneul yang menyadari itu langsung membuat dua
orang itu diam dengan mendesis.

“Berhenti atau aku pulang saja sekarang.” ancam Haneul, Hyunjae dan Kevin langsung terdiam
tetapi masih saling melempar pandangan tajam. Akhirnya Haneul bisa menonton film dengan
tenang sampai filmnya berakhir.

***

Haknyeon memasuki restoran cepat saji yang berada hanya beberapa blok dari rumahnya, ia
memandang berkeliling sebelum berjalan ke arah teman-temannya yang melambai ke arahnya.
Beberapa saat lalu Kevin menghubunginya dan mengatakan kalau ia dan Haneul akan makan di
restoran cepat saji di sekitar rumah Haknyeon dan mengajaknya untuk ikut, tentu saja Haknyeon
langsung berangkat.

“Kombinasi macam apa ini?” tanya Haknyeon setelah duduk di samping Hyunjae, di depannya
ada Kevin dan di samping Kevin ada Haneul.

“Kombinasi kencan yang diganggu orang ketiga.” jawab Kevin

“Siapa yang kau sebut orang ketiga?” tanya Hyunjae

“Dan orang ketiganya tidak tau diri.” tambah Kevin pada Haknyeon yang terkekeh.

Sebelum Hyunjae dan Kevin memulai berdebatan mereka, Haneul berdiri dari kursinya dan
membuat ketiga orang yang ada di meja itu melihat ke arahnya.

“Aku akan memesan.” ucap Haneul

Kevin dan Hyunjae langsung berebut menawarkan diri untuk membantu dan kembali membuat
keributan, akhirnya Haknyeon turun tangan dan menyuruh dua orang itu yang memesan
sementara dia dan Haneul yang akan menunggu. Akhirnya kedua orang itu mau tak mau berjalan
bersama untuk memesan sambil saling menyenggol satu sama lain.

“Kau tidak benar-benar menyukai Haneul, kan?” tanya Hyunjae tiba-tiba saat mereka sedang
mengantri.
“Tentu saja aku menyukainya, dia sahabatku!” seru Kevin

“Kau tau bukan itu maksudku.”

Kevin terdiam sesaat untuk memproses sebelum akhirnya mengerti maksud pertanyaan Hyunjae,
ia pikir Hyunjae mempertanyakan kesetiaannya sebagai seorang teman.

“Saat kami SMP aku pernah berpikir mungkin aku menyukai Haneul lebih dari teman, tapi
bertingkah seperti kekasihnya dengan pikiran seperti itu membuatku menjadi canggung dan tidak
nyaman. Jadi ku pikir aku lebih suka jadi sahabatnya saja.”

“Berhenti bertingkah seperti kekasihnya jika aku jadi kekasihnya nanti.” sahut Hyunjae

“Jangan menghayalkan sesuatu yang tidak mungkin, Hyung.”

Hyunjae langsung melirik sinis ke arah Kevin yang tersenyum mengejek. Akhirnya tiba giliran
mereka untuk memesan dan tanpa disangka Kevin, Hyunjae memesan satu pesanan untuk
Haneul dengan benar seperti yang biasanya Haneul pesan padahal Haneul tidak mengatakan
apapun tadi. Kevin menatap Hyunjae dengan setengah terkejut sementara Hyunjae berdiri
dengan bangga setelah membayar.

“Aku bukannya tidak suka denganmu, Hyung, aku hanya ingin tau apa kau serius atau hanya
main-main sepertiku.” ucap Kevin saat mereka sedang menunggu pesanan.

“Lalu bagaimana menurutmu?”

Kevin memiringkan kepalanya seperti berpikir, “Sepertinya aku tidak perlu khawatir?” ucap
Kevin dengan nada bertanya.

Hyunjae tersenyum, “Ya, tidak perlu khawatir.” balas Hyunjae memberi penegasan.

“Aura apa ini, apa kalian sudah berdamai?” tanya Haknyeon saat Hyunjae dan Kevin berjalan
beriringan dengan damai tanpa saling menjatuhkan satu sama lain. Mereka berdua hanya
mengangkat bahu.

Tidak disangka acara makan malam mereka berlangsung tanpa keributan, mereka sibuk bercerita
tentang film yang baru saja mereka tonton pada Haknyeon, bahkan Hyunjae juga ikut
menceritakannya karena ternyata dia sudah menonton film itu terlebih dahulu, pantas saja ia
sama sekali tidak tertarik untuk menatap layar di bisokop tadi.

Mereka berjalan keluar dari restauran cepat saji itu dengan beriringan, saat Kevin dan Haneul
tidak memperhatikan Hyunjae memberikan kode ke arah Haknyeon yang langsung mengerti
dengan cepat.

“Kevin, temani aku pulang.” pinta Haknyeon

“Hah? Rumahmu hanya beberapa blok dari sini, kau bercanda ya?” tanya Kevin

Tetapi Haknyeon tetap memaksa Kevin untuk mengantarnya pulang dengan alasan gang arah ke
rumahnya sangat sepi dan gelap di jam seperti ini, akhirnya Kevin pergi dengan diseret oleh
Haknyeon. Haneul hanya menatap kedua temannya itu dengan kebingungan sementara Hyunjae
dibelakangnya melambai ke arah mereka berdua sambil menahan tawa.

Tidak terlalu banyak penumpang saat Haneul dan Hyunjae menaiki bis yang akan mengantar
mereka ke daerah rumah Haneul, Haneul sudah melarang Hyunjae agar tidak perlu
mengantarnya karena arah rumah mereka berbeda, tetapi Hyunjae mengatakan dia akan
menginap di rumah Juyeon malam ini jadi Haneul membiarkannya.

“Apa orang itu masih mengganggumu?” tanya Hyunjae ketika mereka sudah duduk, Haneul
yang sedang melihat ke luar jendela menoleh dengan kening mengkerut. “Apa banyak sekali
yang mengganggumu?” tanya Hyunjae lagi saat melihat ekspresi Haneul yang seperti bertanya
‘Yang mana?’.

Haneul menggumam sambil mengangguk, “Kau contohnya.” ucapnya lalu terkekeh ketika
melihat ekspresi Hyunjae yang cemberut. “Kalau maksudmu orang yang di Summer Camp itu,
aku tidak pernah melihatnya lagi.” jawab Haneul sambil mengingat-ingat, Sungwon memang
tidak pernah terlihat disekitar Haneul lagi sejak Summer Camp, Changmin pernah mengatakan
kalau dia sudah punya pacar dari sekolah lain.

“Bagus kalau begitu. Sekarang berhenti memikirkannya.” tegur Hyunjae ketika melihat Haneul
yang tenggelam sendiri dalam pikirannya, “Jangan memikirkan orang lain selain aku.” sambung
Hyunjae yang langsung tertawa melihat ekspresi geli dan kesal dari Haneul.
Selama perjalanan mereka masih saja membahas film yang baru saja ditonton dan kemudian
merembet ke film film lain karena ternyata mereka punya selera yang hampir sama. Awalnya
Haneul pikir Hyunjae hanya menyama-nyamakan selera mereka, tetapi melihat Hyunjae
bercerita dengan sangat antusias membuat Haneul percaya dan ikut tenggelam dalam obrolan itu
sampai mereka tidak sadar sudah tiba di halte bus.

Mereka hanya memperhatikan para penumpang yang naik dan turun karena halte bus
pemberhentian mereka adalah halte bus selanjutnya. Ternyata penumpang yang naik lebih
banyak daripada yang turun sehingga banyak yang tidak kebagian tempat duduk, saat melihat
seseorang wanita paruh baya yang membawa banyak barang bawaan berdiri di dekat mereka
Hyunjae langsung berdiri dan mempersilahkan wanita itu duduk, sementara Hyunjae berdiri di
samping mereka.

“Kekasihmu baik sekali,” ucap wanita itu kepada Haneul. Hyunjae langsung mengucapkan
terimakasih dengan senyum mengembang sebelum Haneul sempat mengelak, “dan tampan.”
bisik wanita parah baya itu, tetapi Hyunjae masih bisa mendengarnya, Haneul bisa melihat
Hyunjae tersenyum kegirangan, Haneul jadi tidak bisa mengelak dan hanya tersenyum.

Wanita itu mengatakan kalau Haneul dan Hyunjae terlihat cocok, bahkan saat wanita itu baru
melihat mereka saat menaiki bis, mereka berdua sudah mengingatkan wanita itu saat dirinya dan
suaminya masih muda. Lalu selama perjalanan Haneul dan Hyunjae hanya mendengarkan wanita
itu bercerita tentang masa mudanya, beberapa kali keduanya melirik satu sama lain dan setiap
kali pandangan mereka bertemu dan Hyunjae tersenyum jantung Haneul berdebar lebih cepat.
=Sakit=

Sunwoo dan Haneul kakak-beradik yang sangat berbeda satu sama lain. Sunwoo dari kecil sangat
suka berolahraga dan meminum ekstrak buah, mungkin karena itu ia jarang sekali sakit,
sementara Haneul tidak suka melakukan kegiatan fisik dan gampang sekali terkena flu, karena
tidak ingin terlihat seperti orang yang sakit-sakitan dan membuat orang di sekitarnya khawatir,
Haneul biasanya tidak mengatakan apapun saat sedang sakit.

Contohnya seperti hari ini, Haneul terbangun di pagi hari dengan kepala berat, ia memegang
keningnya untuk memeriksa suhu badannya sendiri. Sepertinya karena musim dingin akan segera
datang dan cuaca mulai dingin suhu badan Haneul naik drastis, ditambah lagi ia dan Sunwoo
tadi malam harus pulang basah kuyup karena kehujanan di tengah jalan, sebenarnya mereka bisa
saja berteduh tetapi hujannya seperti tidak akan berhenti sampai subuh, dan benar saja.

Biasanya demam Haneul tidak berlangsung lama, bahkan sebelum pulang sekolah suhu
badannya bisa saja turun dengan sendirinya, jadi Haneul tetap memaksakan untuk bangun dan
bersiap untuk berangkat sekolah. Orang tuanya sempat bertanya beberapa kali apa Haneul
sedang sakit, Haneul mengelak, tetapi saat Juyeon bertanya pertanyaan yang sama Juyeon
sepertinya tidak terlalu percaya dengan jawaban Haneul.

Tidak seperti yang Haneul perkirakan demamnya tidak kunjung turun bahkan bertambah parah,
ia bahkan sudah merasa kalau kepalanya semakin berat, tapi Haneul memaksakan dirinya untuk
bergerak kesana kemari karena semakin banyak orang yang bertanya apakah dia sedang sakit.

“Bisa panggilkan Juyeon? Ia dipanggil oleh Pak Han.”

Hanya Haneul yang ada di ruangan saat seorang kakak kelas muncul dan mengatakan itu
padanya, Haneul hanya mengangguk dan kakak kelas itu pergi. Juyeon sekarang sedang berlatih
di gedung olahraga, karena musim dingin sudah dekat semua kegiatan di pindahkan ke dalam
gedung olahraga.

Lampu-lampu di gedung olahraga yang sangat terang langsung membuat mata Haneul yang baru
melangkah masuk silau dan kepalanya bertambah pusing, ia berjalan dengan kepala tertunduk.
Sekelilingnya tidak hanya berputar tetapi pengelihatnnya menjadi gelap, Haneul bisa merasakan
keringat dingin mentes dari keningnya dan nafasnya semakin berat tetapi ia terus berjalan sampai
sesuatu mengenai kepalanya, walaupun tidak keras bahkan sangat pelan, tetapi itu sudah cukup
membuat Haneul terjatuh karena sudah tidak bisa menahan lagi.

Haneul bisa merasakan seseorang menghampirinya dan mendengar suara orang-orang yang
panik. Orang yang menghampirinya tadi memegang kening Haneul dan berseru kaget, detik
berikutnya Haneul merasa dirinya diangkat dan bergerak ke suatu tempat. Haneul tidak
sepenuhnya kelihangan kesadaran tetapi dia sudah tidak punya tenaga lagi untuk melakukan atau
mengatakan apapun, ia bahkan tidak bisa membuka matanya untuk melihat orang-orang
disekelilingnya.

***

Hyunjae sedang bermain-main dengan bola di tangannya saat matanya menangkap sosok Haneul
yang berjalan sambil menunduk melintasi pinggiran lapangan di dalam gedung olahraga,
Hyunjae tersenyum.

“Apa kau mencariku?” tegurnya saat Haneul lewat di dekatnya, tapi Haneul terus berjalan seperti
tidak mendengar apapun.

“Kenapa kau tidak memperdulikanku lagi?” tanya Hyunjae sambil mengiringi langkah Haneul,
Hyunjae mengerutkan keningnya karena Haneul tidak juga menyahut.

“Hey, Kim Haneul!”

Hyunjae lalu melemparkan bola di tangannya ke kepala Haneul untuk menarik perhatiannya, ia
berani bersumpah tidak melakukannya dengan keras tetapi Haneul langsung jatuh tersungkur.
Hyunjae langsung menghampirinya dengan panik, tetapi saat tidak sengaja menyentuh tangan
Haneul ia bisa merasakan kalau badan Haneul sangat panas, ia lalu memegang kening Haneul
untuk memastikan dan langsung berseru kaget.

“Kenapa kau panas sekali.”

Orang-orang yang berada di gedung olahraga sudah mengerumuni mereka, tanpa pikir panjang
Hyunjae langsung mengangkat Haneul untuk dibawa ke UKS.

“Apa yang terjadi?” tanya Juyeon yang sudah berjalan di samping Hyunjae.
“Demam.” jawab Hyunjae singkat sambil mempercepat langkahnya.

Pengawas UKS sekaligus dokter sekolah baru saja memeriksa keadaan Haneul saat Younghoon,
Gaeun dan lainnya menyerbu masuk ke dalam UKS dan langsung membanjiri dengan
pertanyaan-pertanyaan. Karena tidak kondusif dan UKS mendadak penuh pengawas UKS
mengusir mereka semua keluar dan hanya akan membiarkan satu orang untuk menjaga Haneul,
Younghoon dan Hyunjae berebut untuk posisi itu tapi akhirnya Hyunjae mengalah karena ia dan
Juyeon belum menyelesaikan latihannya dan belum berganti seragam.

“Jaga dia baik-baik, beritahu aku kalau terjadi sesuatu.” pesan Hyunjae

“Heh, aku ini saudaranya.” sahut Younghoon sambil mendorong Hyunjae berjalan keluar dari
ruangan dan menutup pintu.

Haneul yang masih setengah sadar akhirnya benar-benar tertidur saat Younghoon mengecek
suhu badannya lalu duduk di samping ranjangnya.

***

Entah berapa lama Haneul tertidur, saat ia terbangun seseorang sedang mengompres keningnya,
Haneul tidak membuka matanya dan hanya membiarkannya seperti itu karena ia pikir itu
Younghoon. Sepertinya istirahat memang sesuatu yang Haneul butuhkan karena sekarang ia
merasa kepalanya lebih ringan dan badannya tidak terasa terlalu panas.

“Jika kau sudah sadar buka matamu, jangan membuatku khawatir.”

Haneul langsung membuka matanya walaupun hanya sedikit karena suara yang didengarnya
ternyata suara Hyunjae dan bukan Younghoon, cahaya yang mendadak membuat Haneul
menyipitkan matanya karena silau dan membuat kepalanya pusing kembali.

“Kenapa? Apa kepalamu masih sakit?” tanya Hyunjae yang khawatir melihat raut wajah Haneul.

“Sedikit, tapi tidak apa-apa.” jawab Haneul dengan suara yang masih lemah, “Aku pikir
Younghoon Oppa yang menjagaku.”

“Dia membiarkanku menggantikannya.”


“Benarkah?” tanya Haneul tidak percaya Younghoon melakukannya.

“Aku lebih keras kepala dibanding yang kau pikirkan.” jawab Hyunjae sambil membuka kotak
makanan yang berada di atas meja di samping ranjang Haneul yang berisi bubur. “Sekarang
makanlah supaya kau bisa minum obat.”

Haneul mengubah posisinya untuk duduk, Hyunjae langsung menjulurkan tangannya untuk
membantu tetapi Haneul langsung mengangkat tangannya, mengisyaratkan kalau Hyunjae tidak
perlu membantunya. Haneul lalu menjulurkan tangannya untuk mengambil sendok tetapi kali ini
Hyunjae mendahuluinya.

“Hey, kau ini sedang sakit, biar aku yang melakukannya.” omel Hyunjae

“Aku ini demam bukan lumpuh, aku masih bisa makan sendiri.”

Mereka berdebat cukup lama sebelum akhirnya Hyunjae yang mengalah, daripada Haneul tidak
jadi makan lebih baik ia memberikan sendoknya kepada Haneul, Haneul mengambil sendok itu
dengan senyum penuh kemenangan.

“Aku lebih keras kepala dibanding yang kau pikirkan.” ucap Haneul mengulangi kalimat
Hyunjae tadi.

Selama Haneul makan Hyunjae sama sekali tidak mengatakan apapun dan hanya bertopang dagu
di sisi ranjang sambil menatap Haneul. Haneul mendengus.

“Berhenti menatapku seperti itu.” tegur Haneul

“Kenapa? Apa aku membuat jantungmu berdebar?” tanya Hyunjae sambil menaik turunkan
sebelah alisnya. Haneul menatapnya dengan tatapan aneh.

“Kau membuat selera makanku hilang.”

Hyunjae lalu meluruskan duduknya sambil mendecakkan lidahnya. Haneul tidak menghabiskan
makanannya dan Hyunjae juga tidak memaksanya, Hyunjae langsung membantu Haneul untuk
meminum obatnya.

“Jangan melakukannya lagi.” ucap Hyunjae sambil memperhatikan Haneul yang sedang minum.
“Apa?” tanya Haneul sambil meletakkan gelasnya.

“Tidak mengatakan kalau kau sakit.”

Haneul tidak menjawab dan hanya membaringkan dirinya kembali dan menarik selimut, tapi
Hyunjae juga tidak mengatakan apapun lagi karena menunggu respon dari Haneul.

“Aku tidak suka membuat orang lain khawatir.” sahut Haneul pelan.

“Kenapa? Aku suka mengkhawatirkanmu, katakan saja padaku.” seru Hyunjae, Haneul hanya
mendengus menganggap Hyunjae hanya bercanda. Ia lalu berbalik posisi tidur membelakangi
Hyunjae.

“Aku bersungguh-sungguh, jika kau tiba-tiba pingsan di hadapanku seperti itu aku tidak hanya
khawatir tapi juga merasa bersalah.”

Haneul diam sesaat sebelum akhirnya mengatakan, “Maaf.” Hyunjae yang awalnya mengerutkan
dahinya langsung tersenyum mendengarnya.

Ia lalu menepuk-nepuk kepala Haneul sambil kembali mengatakan untuk tidak mengulanginya
lagi. Padahal Hyunjae sudah berancang-ancang jika Haneul tiba-tiba menepis tangannya, tapi
ternyata Haneul hanya membiarkannya saja, jadi Hyunjae terus menepuk-nepuk kepala Haneul
dengan lembut sampai Haneul tertidur.

***

Untung saja keesokan harinya adalah hari libur, sehingga Haneul bisa istirahat lebih lama.
Walaupun kemarin dia sudah pulang terlebih dahulu dijemput oleh Ibunya. Haneul menggeliat di
kasurnya, ia memegang jidatnya dan sepertinya panasnya sudah turun walaupun masih belum
sepenuhnya. Haneul turun dari kasurnya dan kepalanya juga sudah lebih baik, sepertinya dia
sudah akan sembuh total besok.

Haneul berjalan menuruni tangga menuju dapur dan melihat seseorang sedang mencari-cari isi
kulkas, Haneul yang mengira itu Sunwoo langsung menghampiri kulkas.

“Sunwoo, berikan aku minum.”


“Kau tidak boleh minum air dingin saat masih demam, Tuan Putri.”

Haneul langsung terlonjak kaget saat pemilik suara muncul dari balik pintu kulkas. Hyunjae
menutup pintu kulkas dan bersandar disitu sambil menghadap Haneul yang matanya terkejap-
kejap dan mulutnya ditutup.

Tadi malam Hyunjae tiba-tiba muncul di depan kamar Sunwoo dengan Juyeon, kebetulan
Sunwoo, Juyeon dan Eric memang berencana untuk bermain game malam itu, tapi Hyunjae yang
tidak diundang muncul karena ia khawatir kalau kondisi Haneul mungkin akan bertambah parah,
jadi dia datang untuk memastikannya sendiri. Akhirnya mereka bermain game bersama
semalaman tetapi menahan diri untuk tidak membuat terlalu banyak keributan.

“Apa yang kau lakukan disini?” seru Haneul

“Memeriksa keadaanmu tentu saja. Tapi kelihatannya kau baik-baik saja dan tidurmu nyenyak.”
ucap Hyunjae sambil melirik ke arah rambut Haneul yang berantakan.

“Aish.” Gerutu Haneul lalu berlari kembali ke kamarnya.

“Hey! Bagaimana pun aku tetap menyukaimu!” seru Hyunjae

“Berisik!” seru Haneul sambil menutup pintu, membuat Hyunjae tertawa.


=Orang dari Masa Lalu=

“Bukankah kau berhutang padaku karena aku sudah merawatmu di UKS?” tanya Hyunjae
kepada Haneul.

Hari itu Haneul baru masuk sekolah setelah beristirahat untuk memulihkan diri dan Hyunjae
sudah mengekorinya kemana pun ia pergi sejak pagi. Saat itu mereka sedang berjalan di lorong
sekolah setelah mengunjungi perpustakaan untuk meminjam buku. Haneul yang sedang
meminum susu kotak menoleh dengan alis terangkat.

“Aku kan tidak minta.” jawab Haneul. Mendengar itu Hyunjae tampak berfikir sejenak.

“Bagaimana dengan membawamu ke UKS? Jika aku tidak segera mengangkatmu, demam mu
akan bertambah parah karena berbaring di lantai.”

“Aku sangat yakin Juyeon yang akan melakukannya jika begitu.”

Hyunjae mendesah kesal sambil mengacak-ngacak rambutnya.

“Tidak bisa kah kau mengiyakan perkataanku?” tanya Hyunjae kesal.

“Memang kenapa?” tanya Haneul yang bingung dan jadi ikut kesal.

“Aku sedang mencari alasan untuk mengajakmu jalan karena kau tidak akan mau jika aku hanya
mengajakmu begitu saja.” ucap Hyunjae. Tapi kemudian ia seperti baru menyadari apa yang ia
katakan dan langsung menyesalinya.

“Lupakan saja.” sambung Hyunjae lagi sambil melambaikan tangannya sebagai isyarat agar
Haneul tidak memperdulikannya. Ia lalu berbalik pergi sambil mengutuki dirinya sendiri karena
mengatakan sesuatu seperti itu terang-terangan.

Haneul tersenyum geli melihat Hyunjae yang berjalan pergi dengan lesu dengan telinga yang
merah.

“Apa itu artinya kau akan mentraktirku makan?”

Mendengar pertanyaan Haneul membuat Hyunjae yang tadinya berjalan dengan lesu langsung
berbalik dengan antusias tetapi juga sedikit tidak percaya dengan pendengarannya.
“Apa?” tanya Hyunjae memastikan.

“Jika aku mau jalan denganmu apa artinya kau akan mentraktirku makan?” ulang Haneul

“Tentu saja!” jawab Hyunjae dengan cepat. Haneul tampak berpikir-pikir, Hyunjae menunggu
dengan cemas.

“Baiklah. Lagipula aku tidak ada kegiatan akhir pekan ini.”

Setelah mengatakan itu Haneul langsung berbalik dan berjalan pergi sambil tersenyum, entah
kenapa langkahnya terlihat ringan dan hatinya senang. Sementara di belakangnya Hyunjae
kegirangan sampai menjadi perhatian dari orang-orang yang juga lewat di lorong yang sama.

***

Juyeon mengetuk jendela beranda kamar Haneul sebelum membukanya setelah mendapat
sahutan dari dalam. Juyeon langsung dibuat kebingungan padahal baru saja melangkahkan kaki
di kamar Haneul, tidak biasanya Haneul sudah siap-siap pergi di malam minggu seperti ini,
biasanya dia hanya berguling-guling di kasurnya.

“Mau kemana kau?” tanya Juyeon dengan alis terangkat.

Ia lalu menutup jendela beranda karena cuaca di luar cukup dingin, dan itu membuatnya
bertambah bingung karena biasanya Haneul tidak suka keluar di cuaca dingin.

“Aku akan makan diluar.” jawab Haneul yang sedang memakai mantel hangatnya walaupun ia
sudah memakai berlapis-lapis baju. Ia baru saja sembuh, tidak lucu jika sakit lagi.

“Dengan Gaeun?” tanya Juyeon yang sudah duduk di salah satu sofa di kamar Haneul sambil
memperhatikan Haneul yang terus mondar-mandir daritadi, sebelum perhatiannya teralihkan
dengan lampu tidur portable yang sepertinya baru Haneul beli.

“Bukan. Dengan Hyunjae.”

Bunyi sesuatu menimpa lantai membuat Haneul yang sedang mengikat tali sepatunya menoleh,
Juyeon baru saja menjatuhkan lampu tidurnya dengan raut wajah seperti orang yang baru saja
melihat hantu.
“Juyeon.” tegur Haneul karena ia baru saja membeli lampu tidur itu, untung saja kelihatannya
tidak rusak.

“Maaf.” sahut Juyeon yang seperti baru tersadar. Ia lalu memungut lampu tidur yang ada di
lantai, bersamaan dengan itu pintu dari kamar Sunwoo terbuka.

“Ada apa?” tanya Sunwoo yang sepertinya mendengar bunyi lampu terjatuh.

“Loh, Nuna mau kemana?” tanya Eric yang sama bingungnya dengan Juyeon.

“Jalan.” jawab Haneul singkat sambil memakai tasnya.

“Dengan siapa?” tanya Sunwoo

“Hyunjae.”

Sunwoo menjatuhkan stick game ditangannya dan Eric mengatakan “Apa?” hampir berteriak.

“Ada apa dengan kalian? Berhenti menjatuhkan barang-barang dan jangan membuat kamarku
berantakan.” pesan Haneul sebelum membuka pintu kamarnya dan menutupnya kembali dari
luar. Meninggalkan tiga orang di kamarnya yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Mereka pikir mungkin saja demam Haneul ternyata sangat parah sampai mencederai otaknya.

“Coba cubit aku. Aku tidak mimpi kan?” ucap Sunwoo pada Eric yang langsung melakukannya
dengan senang hati sampai Sunwoo menjerit kesakitan.

***

Karena masih belum memiliki nomor telpon satu sama lain, Haneul dan Hyunjae berencana
untuk bertemu langsung di restauran BBQ yang letaknya berada ditengah-tengah daerah rumah
mereka tepat jam 7 malam.

Jam di restauran BBQ itu tepat menunjukkan jam 7 saat Haneul melangkahkan kakinya ke
dalam, ia langsung mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat yang kosong karena
berpikir Hyunjae mungkin belum datang, tapi matanya bertemu dengan mata Hyunjae yang
berbinar-binar, Hyunjae duduk di ujung ruangan yang hampir penuh itu sambil melambai dan
tersenyum sumringah seperti biasanya. Untung saja ruangan itu sangat ramai dengan suara
pengunjung lain karena Haneul tidak tau kenapa jantungnya tiba-tiba berdebar keras.

Setelah berdehem untuk menenangkan diri Haneul melangkah kakinya mendekati Hyunjae yang
sudah tidak melambai tapi masih tersenyum dengan mata yang mengikuti pergerakan Haneul
sampai Haneul duduk diseberang Hyunjae. Di atas meja terdapat sebotol besar minuman bersoda
yang sudah habis setengah, Haneul menaikkan alisnya sebelah.

“Kau sudah lama disini?” tanya Haneul sambil melepas coat tebalnya dan meletakkannya
disamping karena suhu ruangannya memang hangat.

Hyunjae tampak melirik jam tangannya sekilas sebelum menjawab dengan santai, “kurang lebih
satu jam.”

Tapi tentu saja reaksi Haneul tidak santai mendengarnya, ia langsung membulatkan matanya
sambil menatap Hyunjae tidak percaya. Melihat reaksi itu Hyunjae tertawa kecil.

“Jalan bisa saja sedang macet atau tempat ini penuh jadi aku jaga-jaga saja.” jelas Hyunjae tanpa
diminta.

“Bagaimana bisa kau belum diusir setelah duduk satu jam dan hanya memesan minum?” tanya
Haneul masih shock.

Baru saja Hyunjae mau menjawab saat pemilik restauran tiba-tiba muncul disamping meja
mereka, atau tidak tiba-tiba hanya saja keduanya tidak sadar, Hyunjae hampir terlonjak.

“Jadi pacarmu sudah datang, kau mau pesan apa?” tanya pria paruh baya itu yang kalau dilihat
dari papan nama di dadanya merupakan pemilik tempat itu, awalnya Haneul bingung kenapa
pemiliknya langsung yang turun tangan padahal ia bisa melihat banyak pegawai yang sedang
mondar-mandir. Tapi ucapan Hyunjae selanjutnya menjawab kebingungannya itu dan juga
menjawab kenapa dia belum diusir.

“Dia pamanku.” bisik Hyunjae pada Haneul yang langsung membulatkan bibirnya membentuk O
sambil manggut-manggut. Saat Hyunjae sedang berbicara dengan pamannya, Haneul terus
merasa kalau ada yang janggal, tiba-tiba ia teringat ucapan awal paman Hyunjae. Saat Hyunjae
sudah selesai memesan dan pamannya sudah pergi, Haneul langsung mendelik ke arah Hyunjae.
“Apa yang kau katakan pada pamanmu?” tanya Haneul

“Apa? Aku memesan makanan.” jawab Hyunjae yang sedikit bingung karena harusnya Haneul
sendiri juga sudah mendengarnya.

“Maksudku sebelum aku tiba, kenapa dia mengira aku pacarmu?”

Hyunjae langsung meringis sambil meneguk minuman bersodanya lagi dengan ujung telinga
yang merah. Hyunjae lalu mengangkat kedua bahunya setelah meletakkan gelasnya.

“Aku tidak mengatakan apapun, paman sendiri yang berasumsi seperti itu.”

Hyunjae langsung cepat-cepat mengganti topik pembicaraan karena Haneul masih mendelik
kearahnya dengan kening berkerut, ia khawatir Haneul akan memutuskan pulang lebih cepat.
Selama mereka menunggu pesanan sampai makanan mereka hampir habis obrolan mereka tidak
pernah putus, dan karena orang yang sama-sama mereka kenal dengan baik dari lama adalah
Younghoon jadilah dia yang paling banyak dibicarakan oleh mereka berdua.

Bicara tentang Younghoon, kemarin Hyunjae muncul di kamar Younghoon dan baru kepalanya
saja yang muncul dari balik pintu Hyunjae sudah melemparkan pertanyaan pada Younghoon
yang sibuk dengan ponselnya.

“Apa Haneul suka makan daging?” pertanyaan Hyunjae itu lebih dulu memasuki ruangan
dibanding seluruh badan Hyunjae.

“Memangnya siapa yang tidak suka daging?” sahut Younghoon seadanya, tidak merasa perlu
untuk melihat temannya yang memang suka keluar masuk kamarnya seenak jidat itu.

“Baguslah.” sahut Hyunjae sumringah.

“Memangnya kenapa? Mau membawakannya makanan lagi?” tanya Younghoon, ia sudah tahu
kalau paman Hyunjae pemilik restauran BBQ yang cukup terkenal. Mereka berempat hampir
setiap bulan bahkan setiap minggu kesana.

“Tidak, Haneul yang aku bawa untuk makan.” jawab Hyunjae. Hyunjae pikir Younghoon akan
terkejut dengan pernyataannya itu, tetapi Younghoon yang akhirnya mengalihkan pandangannya
dari layar ponsel malah menatap sahabatnya itu dengan tatapan prihatin, dalam hati Younghoon
berpikir bagaimana cara menyadarkan sahabatnya yang terobsesi dengan sepupunya itu.

“Jangan salahkan aku kalau dia menolak.” sahut Younghoon

“Tapi dia sudah mau tuh, kami sudah janjian untuk besok.”

Sekarang Younghoon menatap Hyunjae dengan tatapan tidak percaya, sekarang Younghoon
berpikir apa sahabatnya itu sedang berhalusinasi atau sudah gila.

“Aku serius.” tambah Hyunjae seperti bisa membaca pikiran Younghoon.

Kenal dengan Hyunjae sudah bertahun-tahun Younghoon tau sekarang Hyunjae sedang serius.
Dengan cepat tangannya langsung mengetikkan pesan di ponselnya untuk bertanya langsung
pada Haneul, hanya beberapa detik jawaban Haneul yang membenarkan pernyataan Hyunjae
masuk membuat Younghoon langsung meledak. Bagaimana bisa Hyunjae mengajak adiknya
jalan tanpa izin darinya, maka dari itu habis lah Hyunjae digebuk dengan bantal sementara
Hyunjae hanya tertawa, inilah reaksi yang dia harapkan dari tadi.

Mengingat kejadian itu Hyunjae langsung terkekeh sendiri sambil membalik-balik potongan
daging yang ada di panggangan.

“Kenapa?” tanya Haneul karena dia tidak merasa ada yang lucu, Hyunjae hanya menggeleng
sambil memindahkan potongan daging yang sudah matang itu ke piring Haneul. Haneul
memandang ke piringnya yang penuh karena tidak henti-hentinya diisi Hyunjae.

“Apa aku terlihat seperti sudah sebulan tidak makan?” tanya Haneul sambil memindahkan isi
piringnya ke piring Hyunjae.

“Aku sudah sering makan disini, kau kan baru pertama kali jadi makan yang banyak.” sahut
Hyunjae sambil mengembalikan apa yang Haneul beri. Begitu terus mereka berdebat sampai
pelayan membawakan mereka makanan penutup. Semangkuk besar es krim berwarna hijau
dengan butiran cokelat disana sini, atasnya dihias dengan wafer, daun mint dan tambahan cokelat
lagi. Haneul membulatkan matanya dengan antusias, Haneul tidak ingat Hyunjae memesan es
krim mint choco ini tadi, atau dia tidak mendengarnya.
“Cepat makan sebelum meleleh. Aku memesannya untukmu.” tegur Hyunjae menyadarkan
Haneul yang matanya tidak lepas dari semangkuk eskrim di depannya itu.

“Darimana kau tau aku suka ini?” tanya Haneul

Hyunjae mengangkat bahunya, “Menebak saja.” jawab Hyunjae

Walau tidak percaya tetapi Haneul tidak mau ambil pusing, ia langsung mengambil salah satu
dari dua sendok yang disediakan dan menancapkannya ke gunungan es krim itu, berusaha
mengambil wafer dan beberapa potongan coklat di atas es krim lalu memakannya, sensasi dingin
es krim sekaligus mint membuat Haneul tersenyum, dan seperti menular Hyunjae juga ikut
tersenyum.

Hyunjae akhirnya ikut pesta es krim Haneul dan mereka makan sambil kembali bercerita tentang
banyak hal. Setelah menghabiskan hampir setengah mangkuk tiba-tiba mereka teralihkan oleh
suara teriakan lalu ribut-ribut orang bertengkar tepat dipisahkan satu meja dari mereka,
sedangkan meja yang berada di tengah-tengah mereka kosong. Paman Hyunjae dan beberapa
pegawai pria yang lain terlihat berusaha menenangkan keduanya.

“Jangan diperhatikan.” saran Hyunjae, sepertinya dia sudah biasa melihat pertengkaran seperti
itu disini, sementara Haneul yang penasaran tidak bisa tidak melihat seperti pengunjung lain.
Tiba-tiba saja seorang dari mereka mengangkat gelas dan menyiramkan isinya ke orang satunya,
karena duduk cukup dekat Haneul terkena sedikit cipratan air itu tepat di wajah, untung saja
hanya air putih. Melihat itu Hyunjae kesal sekali tapi juga ingin tertawa. Ia langsung mengambil
berlembar-lembar tisu dan pindah duduk di samping Haneul untuk melindungi Haneul dari hujan
lokal lainnya, karena menurut pengalaman Hyunjae sesuatu seperti ini tidak akan berhenti hanya
sekali saja.

“Kenapa para orang tua itu kekanakan sekali bertengkarnya, kau jadi basah.” omel Hyunjae
sambil menyeka wajah Haneul.

“Tapi kenapa kau terlihat ingin tertawa seperti itu.” ucap Haneul

“Aku? mana mungkin aku mau tertawa.” sangkal Hyunjae tapi keliatan sekali dia bersusah payah
menahan tawa, Haneul hanya mendelik.
Prediksi Hyunjae ternyata benar, kejadian tadi ternyata terjadi lagi, hanya saja yang tidak
Hyunjae prediksi adalah kali ini bukan hanya isinya saja yang melayang tetapi juga gelasnya.
Dan sialnya arah gelas tadi juga sama dengan air di awal, tetapi karena Hyunjae sudah duduk di
samping Haneul gelasnya mendarat di punggung Hyunjae. Suara orang-orang berteriak terdengar
bersamaan dengan pecahnya gelas itu di lantai. Haneul memandang pecahan gelas itu dengan
horror karena bisa saja gelas itu mendarat di wajahnya. Sepertinya Hyunjae juga menyadari fakta
itu karena sekarang wajahnya sudah tidak menahan tawa lagi, tetapi menahan diri untuk tidak
melempar balik gelas ke arah orang-orang yang sedang bertengkar itu. Hyunjae menoleh dengan
tatapan tajamnya yang mengingatkan Haneul dengan kejadian di api unggun.

“Siapa yang melemparnya?” tanya Hyunjae

“Aku! Kenapa memangnya? Beraninya anak kecil ini menatapku seperti itu.” teriak salah satu
dari orang yang bertengkar tadi sambil berkacak pinggang dan melotot, salah satu tangannya
menunjuk-nunjuk ke arah Hyunjae.

Hyunjae mendengus kesal sebelum berdiri dan berjalan ke arah orang itu yang masih saja terus
mengomel, tidak ada yang berusaha menghalangi Hyunjae saat ia menarik kerah baju si
pelempar dan menyeretnya keluar dari restauran. Saat Hyunjae masuk kembali dan berjalan
kearah Haneul dengan ekspresi wajah yang sudah normal, barulah orang-orang yang tadi hanya
melihat ke arah Hyunjae seperti menahan napas tersadar dan kembali bergerak. Pengunjung lain
kembali sibuk dengan obrolan dan makanan mereka masing-masing seperti tidak ada yang
terjadi, paman Hyunjae juga meminta lawan yang bertengkar tadi untuk pergi juga tetapi secara
halus tidak seperti Hyunjae.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Hyunjae pada Haneul.

“Bukankah aku yang seharusnya bertanya?” tanya Haneul sambil mencoba melihat ke punggung
Hyunjae, “Sakit?”

“Tidak, hanya saja aku tidak mungkin mengantarmu pulang dengan baju basah seperti ini.
Tunggu sebentar, aku akan mengganti baju.” ucap Hyunjae sambil beranjak menuju lantai tiga
yang merupakan rumah pamannya, sementara lantai dua masih termasuk restauran.
“Aku bisa pulang sendiri.” sahut Haneul, tapi itu tidak membuat Hyunjae menghentikan
langkahnya menaiki tangga.

“Jangan kemana-mana.” ucap Hyunjae sebelum menghilang.

Haneul akhirnya menurut saja untuk tidak kemana-mana, ia lalu memperhatikan pegawai yang
sedang membereskan pecahan kaca di dekat kursi yang ia duduki. Haneul juga melihat kalau
pegawai yang lain sedang sibuk meminta maaf kepada pengunjung tentang keributan tadi,
mereka mendatangi meja satu-satu lalu membungkuk. Sementara di meja Haneul, Paman
Hyunjae sendiri yang menyampaikan permintaan maafnya.

Haneul membuka ponselnya yang daritadi dibiarkan di tas tanpa dikeluarkan, ternyata ia sudah
menerima banyak sekali pesan terutama dari Younghoon. Haneul tertawa kecil saat melihat
pesan dari Kevin dengan capslock bertuliskan “ARE YOU CHEATING?”, sepertinya berita
tentang makan malam ini sudah tersebar kemana-mana. Haneul terlalu fokus pada ponselnya
sampai tidak menyadari seseorang yang sudah berdiri disampingnya.

“Siapa namamu?” tanya orang itu mengagetkan Haneul. Ia lalu menatap seorang gadis yang
sepertinya seumuran dengannya dengan kebingungan. Ia lalu melihat ke sekitarnya untuk
memastikan apa dia yang sedang diajak bicara.

“Aku?” tanya Haneul setelah tidak melihat siapapun di sekitarnya. Dia sama sekali tidak pernah
ditegur orang asing dengan kalimat seperti itu, apalagi oleh seorang gadis.

“Apa mungkin Kim Haneul?” tanya gadis itu membuat Haneul kaget. Dari mana orang ini tau,
pikir Haneul. Ia lalu mengingat-ingat apa mungkin gadis di depannya itu teman SD atau SMP-
nya, tapi dia tidak bisa mengingat siapapun.

“Dari mana kau tau?” tanya Haneul akhirnya. Gadis itu tersenyum miring, terlebih lagi ketika
melihat sisa-sisa dari es krim mint choco di mangkuk. Tanpa diminta gadis itu duduk di tempat
Hyunjae tadi, berhadapan dengan Haneul.

“Namaku juga Kim Haneul.” ucap orang itu yang membuat Haneul makin kebingungan, “Aku
mantan Hyunjae saat SMP.” mata Haneul terbelalak kaget mendengar pernyataan Kim Haneul
didepannya.
“Dari raut wajahmu sepertinya Hyunjae belum memberitahumu? Aneh sekali, padahal aku pikir
kalian dekat.” ucap gadis itu lagi sambil mengaduk-ngaduk es krim yang sudah meleleh di
depannya. “Hyunjae juga suka membelikanku es krim dengan rasa ini karena aku menyukainya.”
tambahnya sambil menyuap es krim yang cair itu ke mulutnya. Haneul masih tidak mengatakan
apapun karena terlalu banyak informasi yang masuk ke kepalanya dan sekarangan pikiran-
pikiran buruk bermunculan.

“Nama yang sama denganku, es krim kesukaanku. Oh, bahkan dia menggunakan coat yang ku
berikan padanya untuk ulangtahunnya.” ucap gadis itu sambil mengangkat coat coklat milik
Hyunjae yang tergeletak disampingnya. “Hmm, bagaimana ini? Sepertinya dia masih
menyukaiku.” ucapnya dengan nada bersalah yang dibuat-buat. “Maafkan aku, sepertinya kau
hanya dijadikan penggantiku.” kalimat terakhir itu membuat Haneul seperti tersengat listrik.

Haneul lalu teringat saat pertama kali Hyunjae mengajaknya berbicara seperti orang yang sudah
lama kenal, padahal itu kali pertama mereka bertemu dan hari pertama Haneul masuk sekolah,
apa saat itu Hyunjae menganggap dia mantannya setelah melihat papan nama Haneul? Apa
selama ini Hyunjae benar-benar mendekatinya karena belum bisa melupakan mantannya? Lalu
apa Hyunjae memesan es krim ini bukan karena tau kalau Haneul menyukainya tetapi untuk
melihat apa selera Haneul juga mirip dengan mantannya? Kalau dipikir-pikir rasa mint choco
bukan rasa umum yang disukai banyak orang untuk sekedar tebak-tebak berhadiah.

Walaupun pikirannya sudah dipenuhi prasangka buruk tetapi ada bagian dari diri Haneul yang
masih menolak percaya omongan orang yang baru dilihatnya kurang dari 5 menit.

“Apa buktinya?” tanya Haneul

Gadis didepannya seperti tidak berpikir kalau Haneul akan menanyakan itu, tapi dengan tenang
ia membuka ponselnya mencari sesaat sebelum memperlihatkan riwayat pesannya dengan
Hyunjae yang dari isinya tidak terlihat seperti pesan untuk teman biasa. Ia juga membuka foto
Hyunjae yang menggunakan coat coklat yang sama walaupun saat itu masih terlihat kebesaran,
di foto itu Hyunjae terlihat memegang kepala gadis tadi yang sedang tersenyum lebar ke kamera.
Di bawah foto itu terdapat pesan “Baru saja dikirim Jacob. Terimakasih coat-nya!” lalu ditutup
dengan emotikan hati.
Melihat itu Haneul sudah tidak bisa berkata apa-apa. Entah kenapa hatinya perih sampai ia
merasa akan menangis jika membuka mulut atau berada disana lebih lama lagi. Akhirnya tanpa
mengatakan apapun ia mengambil coat miliknya dan beranjak pergi meninggalkan gadis yang
masih duduk ditempatnya. Bersamaan dengan Haneul yang melangkahkan kaki keluar, Hyunjae
muncul di meja mereka dengan terburu-buru, sulit sekali menemukan baju yang bisa ia pakai di
rumah Pamannya.

“Maaf, menunggu la-“ kalimat Hyunjae terputus melihat orang yang duduk di meja bukan
Haneul yang ia inginkan. “Sedang apa kau disini?” tanya Hyunjae dingin.

“Kenapa galak sekali? Aku pikir kau merindukanku?” ucap gadis itu sambil mengangkat coat di
tangannya. Hyunjae terbelalak sesaat, dia benar-benar lupa kalu coat itu diberikan oleh
mantannya. Ia hanya mengambilnya dengan terburu-buru.

“Ah, benar juga, kau yang memberikannya. Ambil saja kembali, aku tidak butuh.” sahut Hyunjae
sambil mengedarkan pandangannya mencari-cari.

“Dia sudah keluar, baru saja.” ucap gadis itu, seperti tau apa yang Hyunjae cari. Perasaan
Hyunjae langsung tidak enak, ia menatap gadis yang masih duduk tenang itu dengan tajam.

“Apa yang kau katakan padanya?” tanya Hyunjae tajam.

“Aku hanya menyadarkannya agar tidak berakhir sepertiku. Tidak bisakah kau menghentikkan
obsesi-mu dengan cinta pertamamu itu? Mau berapa banyak orang yang mau kau rubah seperti
dia?” jawab gadis itu dengan sinis dan tidak kalah tajam.

Hyunjae meletakkan kedua tangannya di atas meja cukup keras seperti sedang memukulnya,
gadis itu terlonjak kaget bahkan beberapa pengunjung terlihat menoleh.

“Aku tanya, apa yang kau katakan padanya?” tanya Hyunjae lagi, mukanya sudah terlihat merah
menahan marah. Bahkan gadis yang tadinya sangat percaya diri itu mulai terlihat ketakutan.

“A-Aku bilang, kau mendekatinya karena kau belum bisa melupakanku dan kau hanya
menjadikannya penggantiku.” jawab gadis itu dengan suara bergetar.
Hyunjae yang tadi menatap lurus dan tajam ke mata si gadis sekarang menunduk dengan nafas
yang memburu karena kesal, ia berusaha mengaturnya sebelum kembali berdiri tegak dan
menatap ke arah si gadis dengan mata yang masih sama tajamnya.

“Dia orangnya.” ucap Hyunjae dingin. Gadis yang masih duduk ketakukan karena baru
pertamakali melihat Hyunjae semarah itu mendongkak dengan wajah bingung. “Dia cinta
pertama yang kucari selama 10 tahun, jadi jika kau tidak tau apa-apa tutup mulutmu itu. Maaf
kalau aku pernah berpikir kalau kau dia dan hanya menyukaimu karena dia. Sekarang mari akhiri
ini secara benar, jangan pernah muncul di hadapanku lagi atau mengurusi hidupku. Karena
mungkin aku tidak akan bisa menahan diriku seperti sekarang, apalagi jika kau
mengganggunya.”

Gadis itu hanya mengangguk dan bergumam ‘Maaf.’. Hyunjae beranjak meninggalkannya untuk
mengejar Haneul, tapi tentu saja sudah terlambat, kemanapun Hyunjae mencari Haneul sudah
menghilang.

Anda mungkin juga menyukai