Anda di halaman 1dari 10

"2 Moons" – Chapter 25

Novel by Chiffon_cake
Trans Indo oleh CappuccinoMilk

Semester Baru
Lingkungan baru
Teman-teman baru
Kampus baru
Dan pacar baru !!!

Semua ada di sini, di kampus ini...

Hari ini adalah hari pertama di semester baru.

Phana mengantarkan Yo ke kampus. Awalnya, Phana berpikir kalau dia akan pergi sarapan dengan Yo, tapi
akhirnya dengan sangat terpaksa dia harus berangkat ke kelasnya mengikuti perkuliahan.

Phana banyak mengeluh karena jalanan di kampus di hari pertama semester baru begitu padat oleh kendaraan
siswa baru dan dosen.

Yo masuk ke gedung kampusnya, yang Yo lihat pertama kali adalah kelompok temannya yang selalu setia
mendukunya yaitu geng angel. Yo tidak perlu susah-susah untuk mencarinya, karena mereka sendiri yang
‘terbang’ menghampiri Yo. Terutama angel bertubuh besar itu.

"Hey Yo!." Tote berteriak memanggil Yo.

Mereka teman-teman Yo, geng angel menghampiri Yo dan mengerebuninya seperti sedang melihat seorang
bayi yang lucu.

"Oi, kamu benar-benar menjadi pusat perhatian di sini, semua orang melihatmu." Tote memuji.

"Tentu saja, karena aku jika aku tidak mendorongnya turun dari tempat duduknya pada hari pemilihan wakik
‘Bulan Kampus’, dia tidak akan seperti sekarang ini, iya kan?" IMon dengan bangganya mengingat jasa yang
telah dia lakukan untuk Yo.

Dan tiba-tiba setelah Imon berbicara seperti itu dia menarik baju Yo dan mendekatkan wajah Yo ke arahnya.

"Ayo mengaku, siapa yang mengantarmu denganAudi mobil mewah itu?." ujar Imon seraya berbisik.

Yo heran bagaimana Imon bisa melihatnya diantar oleh Phana.

"Ada apa dengan mobil itu?" tanya Yo.

"Mintalah dia pergi, jangan membuatku banyak bertanya tentang orang itu padamu."
usiln Imon semakin menjadi-jadi.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." jawab Yo.

Sebenarnya Yo agak pemalu. Phana adalah tipe pacar yang harus Yo banggakan mungkin dengan cara
mengumumkannya dengan suara keras di depan semua orang di fakultas sains, tapi Yo enggan melakukannya
karena Yo sebenarnya malu untuk mengakuinya di depan umum. Yo belum siap untuk di ejek oleh teman-
temannya.
"Hey Yo, apakah kamu sudah mempunyai klub penggemar? Kamu harus menunggu beberapa waktu lagi, pasti
penggemarmu akan banyak sekali." angel kembar nomor dua memberitahu Yo.

"Apa yang kalian bicarakan? klub penggemar? Tidak mungkin." ujar Yo.

"Tunggu dan kita lihat saja nanti." angel kembar nomor satu meramalkan.

"Jadi, kalau Yo menolak mereka, mereka bisa datang padaku sebagai gantinya." IMon tersenyum penuh harap.

"Tunggu sebentar, bagaimana kalau klub penggemarnya berisi wanita semua?" tanya angel kembar nomor
satu.

"Kalau begitu, berikan saja pada Tote." jawab Imon.

"Imon sial! dasar kurang ajar!." Tote berteriak tidak terima.

"Apa? Apa kamu ingin bertengkar denganku? Ayo maju dasar kurang ajar." Imon dan Tote mulai bersiap untuk
bergulat.

Tapi Imon tiba-tiba melihat seseorang dan dia mulai bertanya kepada Yo.

"Tunggu sebentar. Apa itu Ming yang mengantarmu dengan mobil mewah tadi?." tanya Imon.

Yo tidak menjawab pertanyaan itu lagi. Yo duduk tepat di samping teman-teman yang lain dan mereka melihat-
lihat lembar dan buku baru yang akan dipelajari hari ini.

"Yo... Kenapa kamu bisa mengenal semua ‘Bulan Kampus’ itu? Ada juga gosip yang mengatakan kalau ‘Bulan
Kampus’ tahun lalu juga berkencan dengan kamu. Sekarang ‘Bulan Kampus’ tahun ini. Biasanya ada Bintang di
sebelah Bulan, tapi sekarang kamu mempunyai 2 Bulan. Bagaimana bisa kamu mendapatkan keduanya?." Imon
mengeluh dan menggoda Yo dengan mencubit pipi Yo.

"Aduh!" Yo meringis.

"Sakit? tapi itu tidak seperti perihnya luka yang kurasakan di dalam sini." Imon menunjuk dadanya sambil ber-
akting seperti artis profesional.

"Singkirkan tanganmu!" Yo mencoba menghentikan angel Nomor 1 untuk menyentuh bagian sensitifnya setiap
kali Yo sedang lengah.

"Paket perjalanan. Kecil dan nyaman." ujar angel nomor 1 seperti sedang beriklan.

"Sial!." seru Yo.

"Hentikan, ini hari pertama Yo dikampus, jagalah dia, Yo sekarang sudah milik umum, dia wakil dari jurusan kita
sekarang." angel nomor 3 membela Yo.

---

Setelah kuliah pertama di pagi hari, yang Yo rasakan sekarang, pikirannya sangat kacau. Yo tidak mengerti apa
yang Profesor katakan tadi, Yo tidak bisa mencatatnya, dan semua pengajarannya begitu cepat. Yo hanya bisa
berkonsentrasi pada jam pertama, tapi setelah itu Yo tidak tahan lagi. Benar-benar kacau.

Seperti ini kah Kuliah Universitas ini? Sial! Sial! susah sekali... gumam Yo dalam hati.
Perkuliahan baru saja berjalan tiga jam di kelas, Yo menyadari bahwa ini sangat berbeda dengan Sekolah
Menengah Atas. Yo memang mengerti banyak tentang apa yang dijelaskan profesor, tapi jika pikiran kita
melayang kemana-mana dalam waktu beberapa menit saja, kita bisa benar-benar tidak mengerti.

Saat istirahat, Yo duduk dengan santai dan menyesap Es Susu Pinknya di kantin tepat setelah pengajaran
selesai dan mulai bermain dengan ponselnya. Yo mengirim pesan pada Phana.

Yo : P’Pha... Bagaimana harimu?

Phana : Lapar

Phana menjawab dengan singkat, sepertinya dia masih di dalam kelas.

"Apakah aku harus tampil cantik setiap hari?" angel Nomor 1 mulai mengeluh. "Mereka semua melirik Yo. Yo
kenapa kamu tidak memberikanku sedikit aura mu.
Bagaimana aku bisa memiliki kulit sepertimu?."

"Oi! Lotion VVV adalah rahasianya Ingat, penghargaan ‘Bulan Kampus’ dengan kulit yang sehat." angel Nomor 2
mencoba mengejek iklan.

"Aku pikir kamu perlu menuangkan semua lotion nya di mandi daripada mengoleskannya di kulitmu." Imon
berbicara dengan sarkastik ke angel Nomor 1.

"Imon, itu yang seharusnya kamu lakukan. Kulit kami tidak begitu jauh berbeda." angel nomor 1 membalas.

Imon dan angel nomor 1 terus saja bertengkar tidak ada hentinya. Tapi Yo sudah terbiasa dengan itu sekarang.
Terkadang mereka membuatnya tertawa juga. Mereka itu lucu.

"Oke, Yo, salah satu teman teknikku ada yang menanyakan nomor teleponmu, apakah kamu ingin aku
memberikannya?" angel Nomor 3 bertanya kepada Yo setelah mengobrol dengan temannya di telepon.

"Tunggu sebentar pria atau wanita?." tanya Imon antusias.

"Dia pria, Mon." jawab angel nomor 3.

Yo menggelengkan kepalanya. Sementara Imon terlihat senang karena menebaknya dengan benar.

"Lihat? Yo sekarang adalah magnet bagi para pria diluar sana." Imon memuji.

Sekarang Yo bisa mengerti kenapa Phana sedikit over protektif. Yo melepaskan pandangannya sejenakdari
layar ponselnya. Yo melihat kesekeliling kantin. Yo bisa merasakan bahwa orang-orang sedang menatapnya
sekarang. Yo tertunduk terus meminum Es Susu Pink nya untuk menyembunyikan rasa malu.

Tiba-tiba ponsel Yo mulai berdering. Terlihat Phana yang menelepon. Mungkin sekarang Phana sedang
beristirahan.

"Hey, suamiku sedang menelepon." Yo berbisik pamitan pada angel Nomor 1 sebelum berjalan pergi untuk
berbicara di telepon.

"Halo..." sapa Yo lembut.

"Hei kamu ... pacarku" jawab Phana dari ujung telepon.

Phana terdengar sedang tergila-gila dengan status barunya itu.

"Bagaimana kuliahnya?" lanjut Phana bertanya.


"Sungguh sangat susah, tidak aku mengerti sama sekali." jawab Yo cemberut.

"Hey, ini baru permulaan." ujar Phana.

"Aku harus mempelajarinya lagi." keluh Yo.

"Memang Apa pokok bahasannya? Dasar Biologi?" tanya Phana.

"Iya, Biologi I." jawab Yo.

"Super sederhana, pacarmu pintar dalam hal ini, aku bisa menjadi tutormu." Phana merasa bangga.

Benar, Yo lupa jika Phana adalah seorang mahasiswa kedokteran. Biologi Dasar sangat sederhana baginya. Yo
sangat senang mengingatnya. Yo sangat suka mempunyai pacar Phana. Yo pasti juga senang dengan status
barunya.

"Apa ada orang yang datang menghampirimu atau menatapmu?." tanya Phana.

"Tidak. apa P’ sudah gila?" seru Yo.

"P’ tidak tahu, cek saja." ujar Phana.

Yo melihat-lihat kesekelilingnya sekali lagi dan mencoba bersembunyi dari mahasiswa Ilmu Komputer itu, tapi
ada mahasiswa dari jurusan Fisika yang menatapku.

Sungguh? ini benar-benar terjadi? Apakah aku telah menjadi seorang Guy Magnet?
pikir Yo.

"Nah, jangan khawatir, aku hanyalah manusia biasa sama seperti mereka." ujar Yo mencoba menghilangkan
rasa khawatir Phana.

"Tidak penting, sama seperti orang lain, tapi hanya aku dan hatiku yang telah kuerikan kepadamu." Phana
mengutip kata-kata dari lagu yang Yo nyanyikan untuknya.

"P’Pha!" Yo tampak malu.

"Ha Ha Ha Ha Ha, Oke. P’ harus makan siang sekarang, sampai jumpa nanti malam." ujar Phana.

"Yo akan mengadakan pertemuan dengan mahasiswa tingkat atas seusai kelas." Yo menjelaskan.

"Oke. P’ bisa menunggu." Jawab Phana.

Phana menutup telepon.

Yo merasa sangat senang dengan status hubungannya saat itu. Yo tidak merasakan ketidakpastian seperti
dulu. Sekarang semuanya begitu cerah dan jelas.

"Hei kamu."

Yo melirik ke arah sumber suara dan melihat seorang pria yang tidak tahu apa jurusannya sedang berdiri di
depan Yo dan menyerahkan Ponselnya pada Yo.

"Temanku benar-benar menyukaimu. Dia meminta nomor teleponmu, Bisakah?."


Yo agak terkejut dan canggung. Tidak pernah ada orang asing terutama pria, meminta nomor telepon seperti
ini.

Dulu, itu lebih seperti ‘Yo Beri aku nomor teleponmu, aku akan mengirimimu pesan agar kita bisa memulai
permainan online malam ini’. semacam itu.

Yo menebak jika orang yang meminta nomor teleponnya adalah seseorang yang pemalu, karena teman-
temannya bersorak di latar belakang. Yo langsung tahu jenis teman seperti apa yang dia punya.

"Maaf, saya sudah ada yang memiliki." jawab Yo.

Yo tidak memposisikan diri sebagai gadis yang menolak pria lalu berjalan pergi. Bukan seperti itu. Yo hanya
mengatakannya dengan sedikit perasaan aneh yang muncul di wajahnya. Yo tidak pernah berpikir ini akan
terjadi padanya. Yo tidak yakin berapa banyak nanti dari orang-orang yang kecewa karenanya.

Sekarang hidup Yo harus berubah dari seorang kutu buku jelek menjadi mahasiswa paling tampan di kampus
ini.

---

Hari pertama di kampus begitu melelahkan dan Yo hanya ingin berteriak.

Sekarang, Yo sedang duduk pada pertemuan dengan mahasiswa tingkat atas dan mendengarkan para kaka-
kakak kelas mengajari tentang bagaimana cara mengenakan seragam dengan benar, bagaimana bertahan
dalam perkuliahan.

Mereka memberikan pujian dan memberi selamat kepada Yo karena telah menjadi runner-up kedua pada
pemilihan ‘Bulan Kampus’. 3 selempang, dan hal lainnya.

Yo juga terus mengecek ponselnya karena Yo tidak ingin Phana menunggunya selama itu.

"Ok, itu saja untuk hari ini. Berkonsentrasi di kelas dan tidak membuat masalah. Ok?" ujar kakak kelas.

Tepat setelah pertemuan selesai. Imon mulai menjalankan rencana baru untuk hari ini.

"Ayo kita beli es krim." Imon berseru.

"Mmm... aku ..." Yo akan mengatakan tidak, tapi terlambat. Mereka sudah mendorongnya untuk ikut bersama
mereka.

Ketika mereka hendak berjalan ke toko es krim, Yo berusaha menghubungi Phana lewat telepon.

"Sial..."

"Ya ampun"

"Holy Moly"

"Tidak mungkin"

Keempat angel tersebut meneriakkannya secara bersamaan, jadi Yo harus melihat ke atas dan melihat apa
yang terjadi dengan mereka.

Sial!.
gumam Yo.
Tidak heran mengapa mereka semua berteriak seperti itu. ‘Bulan Kampus’ tahun lalu dan ‘Bulan Kampus’ tahun
ini sedang berdiri menunggu seseorang di depan gedung fakultas sains. Dan seseorang itu adalah Yo...

"Sial! Yo... Bagaimana kamu bisa mendapatkan dua-duanya dalam waktu yang bersamaan? Juara pertama
‘Bulan Kampus’ dari tiap tahun pemilihan." angel Nomor 1 menangis dengan suara keras.

Yo tidak tahu harus menjawab apa. Hanya bisa melambaikan tangan dan pamitan kepada mereka.

"Aku akan betemu dengan kalian lagi, nanti." seru Yo pamitan seraya pergi dari hadapan teman-temannya.

"Bagus, pergi begitu saja meninggalkan kami." Imon menggerutu.

"Setelah tahu dengan pilihanmu, tolong beritahu aku, jadi aku bisa mengambil yang satunya lagi." seru Tote.

"Nanti saja." jawab Yo.

Dengan cepat Yo menjauh dari teman-temannya untuk menemui kedua pria tampan itu, yang tampak hampir
tidak mengobrol satu sama lain.

Ming melambaikan tangannya pada Yo. sementara Phana hanya tersenyum kecil ke arah Yo.

"Apa yang kalian lakukan di fakultas ku? Kalian ingin membuat seisi gedung menjadi kacau dengan tampil di sini
dalam waktu bersamaan?" Yo tidak bercanda. Yo bisa merasakan atusias warga kampus di sekitar sini karena
orang-orang di sekitar sini mulai membicarakan mereka bertiga.

"Kita sudah janji bersama." Phan tidak peduli dengan keluhan Yo.

"Aku tidak mempunyai janji denganmu Yo, tapi aku akan ikut pergi bersama kalian, kemana pun kalian pergi."
Ming menjelaskan tujuannya datang kesitu.

"Apa maksudmu?" tanya Yo.

Ming membungkuk untuk berbisik pada Yo dan itu membuat Phana penasaran.

"Bukankah P’Pha mengatakan jika kamu pacarnya sekarang. Benarkah?" tanya Ming.

Yo tidak tahu harus menjawab apa.

"Mmmm..." Yo terlihat bingung.

"Jika P’Pha ingin menjadi pacar sahabatku, dia harus meminta persetujuan dariku juga." lanjut Ming seraya
nyengir.

"Sial, dengan dia?" Saya mengeluh.

"Aku tidak peduli P’Pha telah membuatmu menunggu untuk waktu yang sangat lama. Kita berdua terus
membicarakannya selama beberapa tahun belakangan. P’Pha tidak bisa membawamu begitu saja dengan
mudahnya. Dia tidak pantas mendapatkannya. Aku tidak peduli. Biarkan aku mempersulitnya." Ming tampak
sangat marah.

Yo dan Ming berhenti berbisik dan Ming bertanya pada Phana.

"Yo bilang tidak apa-apa dan aku bisa ikut dengan kalian berdua." ujar Ming.

"Oke, terserah kamu." Phana mengangkat bahunya lagi dan mengambil ransel milik Yo.
Phana melakukannya di depan orang-orang yang memperhatikan mereka bertiga.

"Kamu pergi bersamaku, Yo." tanya Ming pada Yo.

Sial! Dua mobil. Pikir Yo.

"Oke." Phana menatap Yo seperti menunggu jawaban.

"P’Pha, bolehkah aku pergi dengan Ming?." tanya Yo ragu.

Phana menatap Yo dengan wajah dinginnya. Dia berjalan ke arah Yo dan menepuk kepala Yo sedikit.

"Apa pun yang Yo inginkan ..." jawab Phana.

Yo tidak tahu lagi mukanya akan disimpan dimana ketika tahu bagaimana orang-orang melihat kelakuan Phana
padanya.

Teman-teman dari geng Angel. Mereka telah menghembuskan gosip ini sebagai cerita ‘Cinta Segitiga’ bahwa
kedua ‘Bulan kampus’ ini mencoba memperebutkan hati Yo. Ini benar-benar kesalahan Ming.

Apa yang kamu lakukan Ming! Dimana KitKat kamu sekarang? Apa kamu mempunyai waktu luang untuk
memberiku masalah?.
Yo kesal dalam hatinya pada Ming.

"Tes pertama ... sudah dia lewati." ujar Ming.

"Tes apa yang sedang kamu bicarakan?" Yo mulai mengeluh lagi saat berada di mobil Ming.

Mobil Phana mengikuti mereka dari belakang.

"Dia membiarkanmu mengambil keputusan sendiri, dan tadi kamu memutuskan untuk memilih sahabatmu, dia
terlihat baik-baik saja dan tidak cemburu sama sekali padaku. Untuk hal ini dia gagal." ujar Ming.

"Sial Min, gagal atau tida, yang kamu bicarakan itu adalah pacarku." Yo cemberut.

"Diam saja, aku sangat iri padamu sekarang, kamu sudah mempunyai pacar." ujar Ming.

Yo terlihat sangat bangga.

"Tentu saja." jawab Yo.

"Tunggu sampai aku mendapatkan pacarku sendiri." seru Ming.

"Memangnya kenapa?" tanya Yo penasaran.

"Saya akan membawanya ke mana-mana, 24 jam." jawab Ming.

"Apa itu akan segera terjadi?" tanya Yo.

"Hmmm... P’Kit tidak sepertimu." Ming membandingkannya dengan Yo.

"Dia selalu mengeluh, mulutnya kasar dan juga keras kepala, tidak akan secepat itu." ujar Ming.

"Bagaimana caramu mengatasinya? Apa kamu sudah menyerah?" tanya Yo.

"Tidak akan." jawab Ming mantap.


Jika Yo sudah serius dengan satu orang saja, maka dia akan mengorbankan waktu untuk mendapatkannya. Yo
serius, dia tidak mau main-main dengan Phana.

---

Kami pergi untuk makan malam di sebuah Mal.

"Ayolah... kari untuk makan malam?" Ming mengeluh.

Sementara Phana sama sekali tidak mempedulikannya, tapi tetap menggoda Yo dengan mencolekkan sumpit
itu di wajah Yo.

"Oh, ayolah... beri aku kesempatam P’Pha, aku juga ada di sini, kau tahu? jangan asik sendiri begitu." Ming
cemburu melihat Phanadan Yo.

"Siapa yang menyuruhmu di sini?" ujar Phana datar.

Itu terdengar menyakitkan.

"Aku bercanda." lanjut Phana.

Phana tahu bagaimana membalas perlakuan Ming. Hanya saja cara dia membalasnya dengan candaan tapi itu
menunjukkan jika dia peduli dengan Ming. Tapi Phana akan terus menunjukkan wajah Phana dan
kepribadiannya yang cool. Dan hanya itu saja.

Tapi Phana benar-benar berbeda saat dia bersama Yo. Apakah Yo beruntung atau tidak. Yo menjadi satu-
satunya orang yang bisa melihat sisi lain dari Phana.

"Omong-omong, dimana P’Kit sekarang?" tanya Ming pada Phana.

"Kenapa kamu selalu menanyakan Kit, kenapa bukan Beam?" Phana penasaran. Phana memang jenius.

Ming melongo.

"Baiklah.." Phana menyeringai dan berkata, "Dia pergi untuk membeli beberapa alat tulis, dia kehilangan Kotak
Pensilnya dan mengeluh sepanjang hari."

Yo bisa merasakan jika Ming sangat kecewa saat ini. Dia pasti ingin membantu Kit memilih alat tulis itu.

"Jangan khawatir, dia pergi bersama Beam" lanjut Phana.

Jawaban Phana tidak membantu. Ming masih terlihat kesal.

"Oke." ujar Ming.

Sekarang giliran Yo merasa menjadi orang ketiga. Karena Phana mulai asik mengobrol dengan Ming.

"Apa yang salah denganmu? Ming" tanya Phana.

"Ya?" Ming melompat sedikit kaget, sepertinya dia sedang melamun. "Tidak ada, karinya sudah datang, ayo kita
makan." Ming mengalihkan pembicaraan.

Akhirnya kari kerang yang dipesan oleh Yo telah ada di depan mata. Yo mulai mengambilnya agak terburu-buru,
Yo sudah sangat lapar. Yo tidak peduli. Yo melirik ke arah Phana, dan melihat Phana sedang menatapnya. Itu
membuat Yo tidak dapat menelan makanannya.
"Tidak, P’ hanya khawatir Yo akan tersedak jika makan terlalu cepat." ujar Phana.

"Yo lapar." jawab Yo.

"Yo ingin punya P’ juga?." Phana menawarkan.

"Tapi akan membuat Yo gemuk." jawab Yo.

Phana tertawa pelan.

Sementara Ming terlihat seperti iri pada Yo dan Phana.

Yo berpikir salah Ming sendiri mengikutinya.

Yo mendapatkan makanannya lebih dulu, jadi dia selesai makan lebih dulu. Sementara Yo menunggu, Yo
memutuskan untuk pergi ke kamar mandi, yang tidak jauh dari restoran. Setelah selesai, Yo berjalan keluar
untuk mencuci tangan dan harus mundur sedikit agar tidak terkena cipratan air.

Tiba-tiba ada orang yang meminta nomor telepon Yo saat sedang istirahat makan siang di kantin tadi.

Dia bersandar di dinding menatap Yo.

"Hei." sapa nya.

Yo sedikit terkejut.

"Seperti kebetulan." Dia tersenyum.

"Sampai jumpa nanti." Yo mencoba menghindar.

Yo tidak tahu apa yang membuat wajahnya berhadapan dengan pria itu. Meskipun pria yang ditolak oleh nya
adalah teman satu fakultas, tapi Yo masih memiliki perasaan aneh tentang dia.

Yo mencoba untuk tidak memandangnya dan pergi, tapi tiba-tiba dia menghentikan langkah Yo dengan
memegang bahu Yo.

"Jangan takut, kita bisa berteman, tidak perlu lari." ucap nya.

Yo mulai merasa canggung dan takut. Yo menatap ke arah pria itu dan melepaskan tangannya dari pundak Yo.
Dia mengangkat tangannya ke udara seperti menunjukkan tanda dia menyerah.

"Maaf kalau aku menyinggung perasaanmu." ujar Yo.

Yo berjalan begitu cepat. Pria itu orang yang tampan, tapi entah kenapa dia membuat Yo merasa takut.

Setelah Yo keluar dari kamar mandi, Yo melihat pria lain dengan wajah marah menunggunya di luar.

"Siapa dia?" tanya Phana. dengan suara dinginnya seperti biasa.

Yo khawatir. Phana mungkin sudah melihat semuanya.

"Siapa?" Yo balik bertanya.

"Dia" Phana tidak peduli lagi orang yang baru saja keluar dari kamar mandi dan tersenyum pada Yo dan Phana
sebelum dia pergi. "Siapa dia?" tanya Phana lagi.
"Yo tidak mengenalnya." jawab Yo.

"Bagaimana kamu bisa berbicara dengannya?" Phana terus bertanya.

"Aku tidak mengenalnya, dia datang untuk meminta nomor teleponku saat makan siang dan secara tidak
sengaja melihatnya di sini." Yo menceritakannya.

Wajah Phana terlihat serius dan penasaran. Tapi sekarang dia menjadi tenang.

"Apa Yo memberikan kepadanya?" tanya Phana.

"Tidak." jawab Yo.

"Apa yang Yo katakan padanya?" Phana terlihat begitu penasaran.

Yo menggelengkan kepala pada Phana dan berlalu, tapi Phana meraih tangan Yo.

"P’ mohon..." ujar Phana.

"Yo mengatakan kepadanya jika Yo tidak dapat memberikan nomor Yo kepadanya, Yo sudah ada yang
memiliki." jelas Yo.

Phana menjadi tampak bahagia dengan penjelasan Yo.

"Dan dia tidak menyerah." ujar Phana.

"Yo tidak tahu, Lupakan dia, ayo kita pergi menemui Ming, Yo tidak mau mendengarnya mengeluh." ujar Yo.

Phana meraih bahu Yo dan keduanya berjalan kembali ke restoran. Dia tidak peduli dengan para gadis dan
wanita yang melihat mereka.

Sebelum masuk ke restoran, Phana menghentikan Yo.

"P’ tahu Yo memberitahu P’ yang sebenarnya." ujar Phana.

Yo menatapnya Phana dan mendengarkannya.

"Tapi P’ tidak akan berhenti bersikap posesif... apakah Yo mengerti?." tanya Phana.

Yo tidak tahu harus berkata apa. Yo tidak pernah memikirkan apa yang akan Phana katakan sebelumnya.
Bahkan tidak bisa membayangkan memiliki hubungan dengan Phana seperti ini. Yang terpenting Phana adalah
orang yang bersikap posesif namun perhatian.

"Jika P’ memperlakukan Yo drngan tidak baik, P’ mohon maafkan P’." ujar Phana sambil mengusap lembut
rambut Yo.

Yo tersenyum.

Yo tersenyum karena apa yang Phana katakan.

"Jangan khawatir." Yo menepuk bahu Phana. "Percayalah pada apa yang Yo katakan."
to be continued.....

Anda mungkin juga menyukai