Anda di halaman 1dari 5

Aneh Rasanya Mencitai Seseorang.

Hari terus berganti, waktu berjalan seperti biasanya. Beberapa orang mungkin kesulitan,
mengeluh dengan hari-hari yang mereka jalani; selalu membosankan atau terasa berat
untuk dilalui. Hari melelahkan bagi pelajar kelas akhir di SMA yang dihadapkan dengan
berbagai ujian. Atau pelajar yang masih baru memasuki masa putih abu-abunya, merasa
bosan dengan hari-hari tak sesuai ekspektasi. Berangan bahwa masa SMA penuh dengan
keseruan, padahal tidak seindah itu. Beberapa pekerja merasa hidupnya membosankan,
hanya ada lembur dan deadline yang menumpuk setiap harinya. Lain halnya dengan
seorang Yonwo Putra Geajitra, pangeran es SMA Prima Pura. Sebelum merasakan cinta,
hari-hari yang ia lalui terasa datar dan tak berarti baginya. Seperti sekarang ini, ia sedang
mengendarai mobil sport yang baru saja dibelikan oleh Raja Geajitra, ayahnya, dengan
kecepatan yang berada pada ambang batas normal, tanpa melihat orang yang berlalu-
lalang. Biasanya, Yonwo tak peduli bila ia menabrak sesuatu, atau bahkan bila ia yang
ditabrak oleh sesuatu sebab menerobos lampu merah. Ia tidak takut, toh, ia sudah tak lagi
memiliki semangat untuk hidup. Namun itu semua berubah saat ia jatuh cinta.

Tak ada 20 menit, ia sudah sampai di sekolahnya dengan suara mobil yang membuat
seluruh pasang mata memandangnya.

"Oh my God, Yonwo udah dateng!"

"Ya ampun, Kak Yonwo makin hari makin ganteng!"

Bisikan para gadis tersebut cukup keras, hingga terdengar ke telinga Yonwo yang baru
saja turun dari mobilnya. Namun ia hanya melengos pergi dengan earphone yang
menyumbat kedua indra pendengarannya, tanpa mengacuhkan para gadis yang heboh
melihat ketampanan seorang Yonwo. Yonwo irit berbicara. Tak heran bila ia hanya
memiliki sedikit teman dan beberapa sahabat. Ia duduk di sudut kelas bersama sahabat
perempuannya, Freya.

Bel berdering membuat kelas semakin riuh karena belum menyelesaikan tugas yang
diberikan Bu Irene, guru Bahasa Inggris yang killer. Termasuk Freya yang saking
paniknya, tak menyadari Yonwo yang sudah duduk di sebelahnya. Kelas yang awalnya
riuh, mendadak sunyi seperti kuburan kala Bu Irene memasuki kelas.
"Selamat pagi anak-anak, sekarang kumpulkan tugas minggu lalu. Kemudian kita akan
masuk ke bab berikutnya," ucap Bu Irene, membuat Freya yang tugasnya belum selesai
merinding. Akhirnya, Freya menyadari bahwa Yonwo sudah datang sedari tadi. Emosi
Freya memuncak. "Lo kenapa lama banget datengnya?!" tanya Freya tak santai pada
Yonwo, namun ia berbisik karena takut ketahuan Bu Irene.

"Lah, gue udah dateng dari tadi," elak Yonwo.

Freya mengembuskan nafasnya kasar. Tahu Yonwo sudah di sini dari tadi, ia pasti
meminta bantuan kepada sahabat super geniusnya itu untuk mengerjakan tugasnya.

"Freya, mana tugasmu, sayang?" Mampus! Dipanggil 'sayang', Freya dibuat semakin
merinding oleh Bu Irene.

Freya berdiri, lalu tersenyum pasrah. "Belum siap, Bu, soalnya kebanyakan." Ucapan
Freya membuat seisi kelas tertawa dalam diam. Mereka tak berani bersuara di depan Bu
Irene yang tampaknya ingin membanting Freya, satu-satunya pelajar di kelas itu yang
belum mengerjakan tugas.

“Lebih banyakan mana, kalo dibandingin sama dosamu, Nak”

"Gue ulang tahun, malah disuruh lari keliling lapangan! Ah, sialan," maki Freya tak
terima, setelah Bu Irene memberinya hukuman berlari keliling lapangan 10 kali. Freya
menepi sejenak, mengatur nafasnya yang tak teratur akibat kelelahan. Tiba-tiba, Yonwo
datang dan menyodorkan minum.

Freya menerimanya, "Bolos lagi, Bang?" tanyanya. Yonwo

mengangguk.
Yonwo menyaksikan Freya yang sedang meminum minumannya dengan jantung yang
berdetak tak teratur. Aneh, padahal ia hampir sering duduk berdekatan dengan Freya,
apalagi mereka satu meja. Yonwo sadar, itu semua karena ia menyukai Freya. Pertama
kali Yonwo menyadarinya adalah ketika suatu hari Freya datang ke rumahnya, membawa
sekotak nasi goreng kesukaannya. Kala ia baru saja bertengkar dengan kedua orang
tuanya. Kala itu ia sadar, bahwa hanya Freya yang selalu ada untuknya. Freya mengetahui
semua tentangnya. Dan inilah saat yang tepat bagi Yonwo, untuk menyatakan
perasaannya kepada Freya. Ya, pada ulang tahun Freya ke-17.

"Frey," panggil Yonwo saat Freya menyelesaikan minumnya, "lo tahu apa aja tentang
gue?"

Freya menatap Yonwo. "Yang gue tahu, lo sayang sama gue." Freya kemudian tertawa
sambil menepuk punggung Yonwo. Yonwo juga telah kecanduan senyum Freya, yang
membuat perutnya serasa diisi oleh banyak kupu-kupu. Jantungnya berdetak kencang,
seakan ingin pecah. Pipinya memanas, hanya karena senyum seorang Freya! Cewek yang
selalu mendekatinya saat ditunjuk menjadi teman sebangkunya, kala ia masih anak baru
di SMA PRIPUR. Yonwo tersenyum, membuat senyuman Freya terhenti. Jarang sekali
Yonwo tersenyum. "Kalo lo tahu, lo berarti udah siap jadi pacar gue?"

Jantung Freya serasa berhenti berdetak. Untuk sesaat, keduanya saling memandang di
tengah keheningan, hanya ada suara angin yang terdengar.

"Gimana, Frey? Lo sayang kan sama gue?" tanya Yonwo memecah keheningan.

Freya mengalihkan pandangannya. Gadis itu menunduk.

"T-tapi bukan

sayang

itu yang gue maksud, Yon. Gue sayang sama


lo sebagai sahabat, Yon. Bahkan udah gue anggap kayak abang

kandung gue sendiri."

Pandangan Yonwo tiba-tiba kosong. Seakan terbang ke langit ketujuh, lalu terjatuh
dengan keras ke tanah. Menurut Yonwo, rasanya lebih sakit ketimbang mendengar bahwa
orang tuanya memutuskan untuk bercerai karena memiliki selingkuhan masing- masing.
"Tapi kenapa, Frey?"

"Gue cinta sama abang lo, Yon. Dan gue udah pacaran sama dia dari seminggu yang
lalu."

Hari berganti lagi. Namun semenjak kejadian itu, hari semakin berat dirasakan oleh
Yonwo. Selain karena Freya menjauhinya, ia juga kesepian sebagai orang yang
kehilangan seorang sahabat. Gadis itu pindah bangku, menghapus dan memblokir kontak
Yonwo dari ponselnya. Setiap bertemu di sekolah, Freya langsung menjauhinya. Ternyata
ini yang dirasakan orang saat mencintai sahabat mereka sendiri. Kalau saja Yonwo tidak
mengatakan perasaannya, setidaknya ia takkan kehilangan Freya. sebagai sahabat.

Yonwo sendiri sudah biasa akan hal ini. Perasaan ketika ia ditinggalkan. Yonwo hanya
membuka suara kepada Win, sahabatnya. Dan dari situ juga ia mengetahui bahwa
sahabatnya juga menyukai Freya. Sahabatnya mengetahui hubungan rahasia abangnya
dan Freya terlebih dahulu, namun Win memutuskan untuk mundur dan merahasiakan
hubungan mereka karena permintaan Freya.

Ponsel Yonwo berdering, menampilkan nama Win pada layarnya. Yon, lu di mana? Mau
hang out bareng yang lain nggak?

*
Yonwo tahu, saat ia pergi dari acara pernikahan abangnya dan Freya ini, ia tidak akan
bertemu dengan Freya lagi. Maka dari itu, ia ingin segera pergi dari tempat ini, agar ia
terlepas dari sakit yang selama ini dia rasakan. Ia sudah menyelesaikan program studi S1-
nya, namun ia tetap tidak bisa melupakan Freya. Hampir tiga tahun ia lalui segalanya
dengan Freya, tak bisa ia lupakan begitu saja. Akhirnya Yonwo memutuskan untuk
melanjutkan pendidikannya ke luar negeri dan menetap di sana, agar ia dapat melupakan
Freya.

Yonwo merelakan apa pun demi membuat Freya bahagia. Pria itu rela tersakiti berulang
kali saat melihat orang yang ia cintai berduaan dengan abangnya sendiri. Asal itu demi
kebahagiaan Freya, Yonwo rela melakukan itu semua. Yonwo ikut bahagia kalau Freya
bahagia. Yonwo berbalik, berjalan meninggalkan tempat acara tersebut. la mengendarai
mobilnya menuju bandara. Sampai di bandara, ia melihat Win yang sudah menunggunya
di sana.

"Gue cinta sama abang lo, Yon. Dan que sama dia dari seminggu yang lalu. Sorry
banget." udah pacaran Yonwo tersenyum getir. Lagi-lagi, miliknya diambil oleh

saudara laki-lakinya. Namun tidak apa, ia sudah biasa untuk mengalah. Tangannya teraih
untuk mengelus rambut panjang Freya, lalu ia tersenyum. "Aneh banget, ya, Frey. Bisa-
bisanya gue rela aja lo sakitin kayak gini. Malah gue berharap, gue aja yang sakit hati, lo
jangan." Yonwo kemudian tertawa hambar.

"M-maafin gue, Yon ...."

"Nggak papa. Selamat, ya, udah jadian sama abang gue.”

Anda mungkin juga menyukai