Anda di halaman 1dari 26

The terror

Pagi yang cerah menyelimuti kota soul salah satunya rookies senior high scool. Suasana cerah
itu tak hanya menyelimutu sekolah nya saja, tetapi juga menyelimuti semua siswa siswinya.

Kenapa para siswa di sana terlihat bahagia? Karena mereka baru saja menyambut tujuh pria
populer yang baru saja tiba di sekolah itu

"kyaa...! mark oppa kau sudah kaya, tampan lagi!! "

"yaa! Jisung dan chenle kalian sagat sagat imutt...! "

"hiyaa..!! renjun dan jaemin senyum kalian sagat manis sekali..!!"

"jeno oppa kau juga tampan!! "

"heachan menyanyilah untukku!! "

"yaa..! Jeno,jaemin kalian sagat lucuu!!"

Teriak para siswi saat melihat 'seven prince' julukan milik mereka saat di sekolah turun dari
mobil mark dan menebarkan pesona yang mereka miliki. Dan ya selain tampan mereka juga
memiliki bakat tersendiri dalam pelajaran maupun olahraga.

Mereka langsung menuju kelas masing masing mark,renjun dan jeno di kelas 11.1 ,haechan dan
jaemin di kelas 11.2 ,cenle dan jisung di kelas 10.1. Sebelum ke kelas mereka sempat
berbincang.

"Hyung,nanti saat istirahat ngumpul dimana? "

Tanya salah satu dari mereka "biasalah... kanti," jawab yang lain. Setelahnya mereka menuju
kelas masing masing.

# di kelas 10.1

Seorang guru bahasa inggris sedang mengajar di kelas. Karena ada beberapa kosakata yang
tidak di pahami karena ia pindahan dari china sama seperti renjun, chenle mengambil kamus di
dalam tasnya dan ternyata ia tidak membawa kamus itu.

"jisung, temani aku ke perpus dong... Aku lupa membawa kamusku" ucap chenle ke jisung.

"oh.. Ayo!" ucap jisung.


Setelah izin untuk mengambil kamus di perpustakaan, jisung dan chenle segera naik ke lantai 2
yang disana juga terdapat kelas 11.

"jisung kua tak ikut masuk? " tanya cenle saat mereka sudah sampai di depan perpustakaan.
"tidak hyung, aku tunggu di sini saja.. Aku tidak suka melihat banyak buku yang tertumpuk,itu
membosankan" jawab jisung kemudian chenle ke dalam. Sambil menunggu chenle, jisung
melihat keadaan sekitar yang sepi itu karena sekarang memang waktunya pembelajaran.
Merasa ada yang memerhatikannya jisung menolehkan kepalanya dan menemukan seorang
siswi tengah memperhatikannya kemudian naik ke lantai tiga yang terdapat kelas 12. Karena
penasaran, jisung mengikuti siswa tersebut ke lantai tiga tetapi ia tak menemukan siapapun di
sana. "loh... Kemana dia? bukankah tadi dia naik ke atas? Ko gak ada? Kata jisung. Tiba tiba dia
terkejut saat melihat sebuah tangan menembus salah satu pintu kelas 12 kemudian ia terigat
sesuatu....

"aissh.. Kemana dia? Tanya chenle pada dirinya sendiri setelah keluar dari perpustakaan sambil
memegang Kamus, ia tidak melihat jisung.

"hyung.. "

"kau darimana sajasih... Jisung? "

"dari atas,eh iya hyung kelas 12 libur kan? "

"iya emang kenapa? " 'jadi tadi itu tangan siapa dong? Batin jisung'.

"Hmm.. Tidak,sebaiknya kita segera ke kelas nanti pak keano marah."

#saat jam istirahat...

Jisung dan chenle bersiap menuju kantin, tetapi... "jisung, aku mau mengembalikan kmamus ini
dulu, kau duluan saja ke kantin aku akan menyusul, "ucap chenle. "eh tidak usah hyung, aku
ikut hyung saja biar bareng sama yang lain.. Kan kelas mereka dekat perpustakaan", sahut
jisung sambil menyembunyikan ketakutannya.

Sesampainya di perpustakaan, chenle mengembalikan kamus sedangkan jisung ke kelas 11.1


dan 11.2.
"kenapa di sini sepi sekali? Tidak biasanya" kata chenle.

"tolong... Tolong aku... "

Seketika chenle ketakutan mendegar suara lirik itu. Merasa ada yang mengganjal di dekat
sepatunya, chenle melihat ke bawah secara perlahan dan...

"huwaaa... " teriak chenle sambil berlari meninggalkan tempat itu karena ia melihat bayagan
tagan yang keluar dari kolong rak buku dan mencoba menggapai kaki chenle.

"chenle" teriak mark karena melihat chenle keluar dari perpustakaan sambil berlari. Hal itu
membuat chenle berhenti dan berjalan mendekati mereka "kau kenapa?" tanya renjun.
"hmm... Nanti aku ceritakan pas di kantin" jawab chenle sambil menyembunyika ketakutannya.

# Di kantin

Setelah semua sampai di kantin dan sudah memesan makanan,mereka mulai membicarakan hal
tadi. "chenle, kenapa kau tadi-"

"aku ketakutan" ucap chenle setelah memotong pertanyaan haechan, dan itu membuat teman
teman yang lain menoleh.

"ketakutan kenapa? " tanya jeno

"kurasa aku-"

"di teror? Tanya mark memotong ucapan chenle

"kok hyung tau? " tanya chenle.

"hah.. Banyak siswa yang menceritakan itu.. Kamu masih percaya hal begituan? Mungkin itu
cuma halusinasi kamu aja chenle.... atau kamu salah liat? " jawab mark.

"ya.. Chenle, mungkin karena kamu gelamun gara gara perpustakaan sepi kan?" ucap renjun.

" kurasa itu benerandeh hyung... " ucap jisung yang sedari tadi diam saja, dan itu membuat
mereka melihat kearahnya yang duduk di pingir. "apa alasannya? " tanya jeno

. "karena aku juga melihatnya tadi, ada bayagan tangan yang menembus pintu kelas 12.
Padahalkan kelas 12 sedang libur" ucap jisung.

"benarkah?" ucap jaemin yang dijawap anggukan dari jisung

. "terserah kalian saja lah,aku tidak percaya.... " ucap mark.


"ya, Sebelum melihatnya secara langsung aku juga tidak percaya begituan.... " sahut renjun.

"kalian bertiga percaya gk? " tanya mark pada jaemin, jeno dan haecan.

"entahlah" jawab jeno

"percaya aja sihh..." jawab jaemin dan haechan.

Setelahnya mereka melanjutkan makan sambik sesekali bercerita dan bercanda.

#setelah bel pulang, di kelas 11.2

""Jaemin, apa kau masih lama? Aku ke parkiran duluan Ya.. Aku sudah lapar Dada.."ucap
Haechan dan beranjak meninggalkan kelas. "Aish.. Hyung, selalu saja begitu.. Kemana buku
sejarahku?!"monolog Jaemin sambil mencari bukunya. Kemudian ia meraba kolong meja
miliknya. Merasa ada sesuatu yang ia pegang di dalam kolong kemudian ia mengambilnya dan..
"Haaaaa!!! Apa ini??!!!" ucapnya kemudian segera mengambil tasnya dan berlari meninggalkan
kelas yang sudah sepi itu.Di perjalanan menuju parkiran Haechan melewati kantin. Karena lapar
ia pergi kesana membeli burger untuk mengganjal perutnya yang lapar. Padahal kantin sedang
sepi."Hm.. Bibi, pesan burger medium 1,"ucap Haechan tetapi tidak ada yang menjawab.

"Hiks.. Hiks.. Tolong.. "

Suara lirih itu membuat Haechan ketakutan dan akhirnya ia memilih meninggalkan kantin
dengan berjalan mundur perlahan.Merasa bahu kanannya berat ia menolehkan kepalanya
perlahan dan terlihat sebuah tangan memegang bahunya. Dan saat ia membalikkan badannya
ke belakang, ternyata potongantangan itu terlepas dan jatuh kebawah.

"Ibuuuuu!!"teriaknya dan meninggalkan kantin menuju parkiran tetapi ada sebuah tangan lain
yang menahannya pergi. Segera ia melepas tangan itu dari bahunya dan mempercepat larinya.
"Eh hyung!! Kau kenapa?!"teriak seseorang yang ternyata Jaemin tapi dihiraukan. Kemudian ia
menyusul Haechan yang sepertinya menuju ke parkiran karena ia juga mulai merasa ketakutan.

"Mark hyung, kenapa cepat sekali sepinya ya?"ucap Jeno ketika ia, Renjun, dan Mark baru
sampai di parkiran. Tak lama Chenle dan Jisung tiba disusul Haechan yang berlari kearah
mereka dan Jaeminyang menyusul Haechan.

"Kau kenapa?"tanya Renjun.

"Aku mendengar suara orang menangis di kantin dan.. " "Ada potongan tangan? "ucap Jaemin
memotong ucapan Haechan.
"Ya! Darimana kau tau? "tanya Haechan.

"Aku juga melihatnya di kolong meja kelas, "jawab Jaemin sambil memasang wajah ketakutan.

"Hah.. Teror lagi? Memangnya siapa yang melakukan itu sih?! Membuat kesal saja.. Sudahlah,
kalian yang terkena teror itu abaikan saja ok? Jangan percaya begituan.. "ucap Mark
meyakinkan mereka yang mendapat teror itu.Dan mereka yang mendapat teror Tersebut .Dan
mereka yang mendapat teror itu hanya menghela napas berusaha untuk tidak takut dan tidak
melawan karena Mark adalah yang tertua diantara mereka

"Kalau kalian takut, banyaklah berdo'a.. Sudahlah, ayo kita pulang aku harus mengerjakan
banyak tugas setelah ini, "tambah Renjun, setelahnya mereka pulang kerumah masing-masing
menggunakan mobil Mark.

"Hyung, pernah diteror gk? Tapi bukan teror untuk lelucon, "tanya seorang adik pada kakaknya.
"Diteror makhluk halus gitu? Kalau itu pernah, "jawab Chanyeol kakak jisung.

"Trus?"

"Hah? Apa maksudmu?"

"Aish.. Trus hyung apain?" "Oh.. Ya diselesain lah..

"Diselesain? Selesain apa?"

"Gini ya.. Kalau kamu diteror sama yang makhluk begituan, biasanya makhluk itu minta bantuan
supaya kamu ngebantuin 'dia'. Trus yaudah kamu tanya baik-baik ke 'dia' itu mau apa meneror
seseorang. Kalau 'dia' minta bantuan,kalau bisa kamu harus bantuin dia nyelesain masalahnya
supaya orang itu gk diteror lagi.. Emang kenapa kamu nanya itu? Kamu diteror? "jelas sang
kakak panjang lebar yang diakhiri pertanyaan dan dijawab anggukan dari adiknya.

"Oh.. Pantes aja kok tiba-tiba nanya begitu.. Siapa aja yang diteror kamu sendiri?"

"Tidak hyung, aku dan beberapa teman ku yang di teror . Hyung ingat Mark hyung, kurasa ia
yang paling tidak percaya jika teror itu nyata. la selalu beranggapan bahwa itu hanya lelucon.. "

"Benarka?Hyung ingat Mark hyung, kurasa ia yang paling tidak percaya jika teror itu nyata. la
selalu beranggapan bahwa itu hanya lelucon.. "

"Benarka? Mungkin ia juga akan merasakannya, dan mungkin itu besok. Karena hyung juga
begitu dulu saat masih sekolah. Hyung lah yang paling tidak percaya akan hal mistis sampai
akhirnya hyung merasakannya sendiri,
"Oh.. Ya sudah hyung aku ke kamar dulu.."

"Kau tidurlah sudah malam,"

"Iya hyung.."

Esok harinya

Seperti biasa, semua siswi sudah berkumpul untuk menantikan kedatangan 'seven prince' di
sekolah.

*di kelas 11-1

Dikarenakan Pak keano yang seharusnya mengajar tidak memberi kabar kenapa tidak masuk,
Mark menyuruh Jeno selaku ketua kelas- untuk mencari Pak keano di ruang guru. Jeno ditemani
Renjun menuju ruang guru tetapi Renjun tidak ikut masuk dan menunggu di depan ruang
guru.Jeno masuk ke ruang guru yang tengah sepi itu dikarenakan sekarang banyak guru yang
mengajar di kelasnya masing masing.Baru saja ia ingin menanyakan keberadaan Kim ssaem
guru kimia pada salah satu guru yang ada di sana.Tapi niatnya ia urungkan karna merasakan
ada sesuatu yang bergerak dibelakangnya. Jeno melihat kebelakang dan terkejut bukan main
saat melihat potongan tangan tidak karena itu hanya pergelangan tangan yang mendekat
kearahnya. la mengucek(?) matanya untuk memastikan itu benar atau tidak. Setelahnya ia tidak
melihat pergelangan itu lagi.Jeno menghela nafas lega dan ingin kembali bertanya pada guru
tadi untuk menanyakan keberadaan Kim ssaem.Setelah membalikkan badannya kembali Jeno
sangat ketakutan melihat apa yang ada di hadapannya. Tempat itu tidak seperti ruang guru lagi
melainkan gudang yang sudah tidak terawat dan terdapat pergelangan tangan tadi sudah
berada di lantai seperti menuliskan sesuatu menggunakan darah yang mengalir dari potongan
itu.

'TOLONG BANTU'

Itulah tulisan yang sempat Jeno lihat sebelum ia pergi meninggalkan tempat itu.Setelah keluar
ia tidak menemukan Renjun sampai ia melihat beberapa guru sedang membopong seseorang.
'Itu seperti Renjun'batin Jeno. Kemudian ia mendekat untuk memastikan itu Renjun atau bukan.
Ternyata itu benar-benar Renjun yang sedang pingsan?. Kenapa anak itu pingsan?
"Pak keano ada di sini? Tadi aku mencari Bapak ke ruang guru tapi tidak ada. Trus Renjun hyung
kenapa? Kenapa dia pingsan?"tanya Jeno kepada Pak guru yang ia cari- ."maaf Jeno-ya Bapak
terlambat datang karena masalah pribadi. Kalau Renjun, Bpk gk tau dia kenapa.."jawab Pak
keano . "Ya , tadi Saya liat Renjun sudah pingsan di bawah tangga. Mungkin dia
terpeleset?"sahut Pak Yoon guru lain yang juga sedang membopong Renjun. Kemudian mereka
membawa Renjun ke ruang kesehatan.

Setelah Renjun diperiksa, Pak kean -guru kesehatan- sempat bingung karena keadaan Renjun
baik-baik saja lantas kenapa ia pingsan?

Guru guru sudah kembali ke kelas masing-masing untuk mengajar,jadi hanya Jeno yang
menunggu Renjun.

"Gimana keadaan Renjun hyung Pak kean ? Dia gk kenapa-napa kan?"

"Ya,Renjun sehat-sehat aja Jeno ya,"

"Aneh,dia gk kenapa-napa tapi kok bisa pingsan?"

"Itu dia masalahnya, Bapak sendiri juga bingung,"

Drrtt..Drrtt

Ponsel milik Pak kean bergetar karena panggilan masuk. "Halo?"

"Mwo?! Aku akan kesana!"Pip

"Jeno-ya,Bapak harus pergi sekarang. Kalau Renjun sudah bangun tanya keadaannya kalau dia
pusing suruh dia istirahat dan kalau pusingnya belum hilang beri dia makanan lalu obat di kotak
P3K. Sudah ya,Bapak pergi dulu."ucap Pak Kean panjang lebar setelah menerima telfon dari
seseorang kemudian pergi meninggalkan tempat itu.Tak lama kemudian Renjun membuka
matanya.

"Eh,kau sudah sadar hyung? Apa yang hyung rasakan sekarang? Apa hyung pusing?"

Renjun hanya diam dengan pandangan kosong menatap langit-langit ruang kesehatan tanpa
berkedip.

"Hyung? Kau tak apa? Kenapa diam saja?"


Jawaban yang sama dari Renjun ia hanya diam dan hal itu membuat Jeno menepuk pipi Renjun
pelan tetapi Renjun tetap diam.Mulai khawatir tanpa sengaja Jeno melihat ada air minum di
samping ranjang Renjun. Ia mengambilnya dan menciprat-cipratkan(?) air itu kewajah Renjun.

Alhasil,perlahan Renjun mengedipkan matanya beberapa kali sampai ia sadar total.

"Hah!! Dimana aku?!!"

"Eh? Hyung udah sadar? Kau di ruang kesehatan sekarang," "Kok bisa disini? Tadi kan aku-"

"Kau pingsan tadi hyung..

Memangnya kenapa hyung bisa pingsan?"

"Ha? Pingsan?"

"Ne,tadi hyung pingsan dibawah tangga.. Apa tadi hyung terpeleset? Trus pingsan? Tadi hyung
udah buka mata tapi-" "Akhh.." Udah istirahat aja nanti jelasinnya. Apa hyung bisa sendiri
disini? Atau aku temani?""Aku disini saja sendiri,kau kembalilah ke kelas.."

"Baiklah hyung.."

Setelah Jeno pergi, Renjun mencoba istirahat tetapi tidak bisa. Ada banyak pertanyaan di
otaknya hingga ia melamun dan tertidur.

Kriing..Kriing

Mendengar bel istirahat berbunyi Renjun terbangun dari tidurnya dan kepalanya tidak terasa
pusing lagi.

Tapi ia merasa ada yang memanggilnya dengan cara menepuk tangannya pelan dan saat
melihat itu ia terkejut melihat pergelangan tangan yang menepuk tangannya.

"E-eh?! Hyung sekarang " Segera Renjun lemparkan pergelangan itu tepat di bawah kaki
seorang siswi yang memakai jubah panjang sampai menyentuh lantai.

"K-kau? W-wae k-kau ada disini?

M-maumu apa?"

"Hiks..aku..hiks..hanya ingin..hiks..kau membantuku..hiks.." "M-membantu apa maksudmu?"

"Membantu apa Renjun-ah?"ucap Mark dan masuk ke dalam ruang kesehatan. Renjun menoleh
ke arah mereka lalu menoleh lagi ke arah siswi berjubah tadi tetapi siswi itu sudah menghilang.
'Kemana dia?'batin Renjun.

"Mark hyung,apa kau tadi melihat ada siswi tadi disini?"

"Kau itu ngomong apa Renjun ah? Daritadi kau sendirian disini..

Gimana keadaanmu? Sudah membaik belum?"

"Sudah hyung.. Yang lain dimana?"

"Yang lain? Biasalah.. Kantin.."

" ayo aku ikut kalian saja,"

"ayoo,"

Setelahnya Renjun mengikuti Mark yang berjalan di sampingnya.

"Renjun hyung!!"panggil seseorang di belakang Renjun membuat ia menoleh dan mendapati


Chenle yang tadi memanggilnya- bersama teman-temannya yang lain.

"Loh? Kalian di sini? Mark hyung bilang kalian sudah di kantin,"tanya Renjun bingung lalu
menoleh ke arah Mark berada.

"Mark hyung tadi menemuimu hyung? Kemana dia?"-Jaemin. "Ya, Mark hyung dimana?"-
Haechan

"Bukannya tadi Mark hyung bilang kalau dia ada urusan dan menyuruh kami yang
menjemputmu?"-Jeno. "Hhh.. Membingungkan,"-Chenle.

Pertanyaan mereka itu membuat Renjun bingung karena mereka mengucapkannya


bersamaan?! Pantas saja Renjun bingung ditambah lagi Mark yang sudah tidak ada di samping
Renjun,padahal bukankah tadi ia berjalan beriringan dengannya??

"Aish.. Sudahlah ayo kita ke kantin,aku jadi bingung harus menjawab apa.. Nanti akan aku
ceritakan.."ucap Renjun,setelahnya mereka pergi menuju kantin tanpa Mark.

*di kantin

Sesampainya di kantin mereka melihat Mark sendiri di salah satu meja yang sering mereka
tempati. "Eh?! Hyung?! hyung sudah disini?! Tadi hyung bilang ada urusan? Trus Renjun bilang
hyung mengatakan kalau kami sudah di kantin lalu hyung mengajaknya kemari dan tiba-tiba
hilang,bukannya tadi hyung yang menyuruh kami menjemputnya?"tanya Haechan dengan
berbagai pertanyaan membuat Mark bingung. Karena setelah ia menyelesaikan urusannya ia
langsung ke kantin menunggu teman-temannya. Tapi,apa yang Haechan bilang tadi? la
mengajak Renjun kemari? Benar-benar membingungkan. "Aku sudah disini daritadi menunggu
kalian setelah menyelesaikan urusanku.. Dan kau bilang apa tadi? Aku mengajak Renjun?
Daritadi aku tidak menemui Renjun di ruang kesehatan, "ucap Mark menjelaskan.

"benarka hyung? Lalu yang tadi itu s siapa?"tanya Renjun.

"Mungkin hyung berhalusinasi karena pingsan tadi.."ucap Jeno padahal ia merasa ada yang
mengganjal dan sedikit takut karena ia mengingat kejadian di ruang guru tadi.

"Mungkin saja yang dikatakan Jeno benar Renjun Memangnya kenapa kau bisa pingsan
tadi?"tanya Mark.

"Ya hyung,jelaskan pada kami!"seru Haechan, Jaemin,dan Chenle kompak.

"Aku juga gk tau kenapa aku bisa pingsan,karena seingatku.. Setelah Jeno masuk ke ruang
guru,aku mendengar seseorang menangis. Setelah kucari dimana orang itu ternyata seorang
siswi dengan jubah panjang yang menangis di tangga. Mukanya ketutupan rambutnya yang
panjang-" "Jangan-jangan itu setan?!"potong Chenle yang dihadiahi Tatapan tajam dari yang
lain-.

"maaf, lanjutkan,"ucap Chenle.

"Awalnya aku biarkan saja,mungkin nanti temannya akan menenangkannya. Tapi semakin lama
tangisannya gk berhenti,ya udah aku deketin trus aku nanya 'Kenapa kamu nangis?' tapi dia gk
jawab pertanyaanku dan terus menangis. Tiba-tiba dia jawab gini 'T-tangan aku,' aku tanya lagi
'Tangan kamu kenapa?' eh?! Pergelangan tangannya putus! Awalnya aku kaget karena liat itu.
Trus dia ngomong lagi 'Tolong aku' aku noleh kearahnya,mukanya pucat pasi dan ada sayatan
sayatan gitu di mukanya karena takut trus aku lari ketemu Jisung, "ucap Renjun panjang lebar
lalu menoleh ke arah Jisung.

"A-aku?"tanya Jisung.

"Iya, tapi saat itu wajahmu pucat dan tatapanmu kosong.. Kemudian kau berjalan kearahku dan
semuanya gelap, saat aku membuka mata aku sudah ada di ruang kesehatan dengan
Jeno.."jelas Renjun.

Kriing..Kriing

"Loh? Sudah bel?"-Jisung


"Makananku~ belum aku makan sediktpun~"-Haechan

"Untung sudah kumakan.."-Jaemin

"Jadi makanannya gimana? Masadibiarin?"-Jeno

"Lapar~"-Chenle

"Sudahlah,nanti kan ada isirahat kedua,"-Renjun

"Cepat kita ke kelas!"-Mark

*pulang sekolah *

"Mark hyung mana?"

"Tadi katanya mau ketoilet dulu,"

*di toilet*

"Huh,kenapa rasanya lelah sekali hari ini?"ucap Mark sambil mencuci tangannya.

"Cklek"

Tiba-tiba lampu di toilet itu mati. "Damn,"umpatnya.."Hiks..hiks"

"Hey.. Kau kenapa?"

"Hiks..Cepat ..tolong aku.."

"Ya! Kau Kenapa?! Kenapa ada di toilet pria?!! Tidak sopan! Keluarlah kau!!"

"Cklek"

Lampu kembali hidup dan terlihatlah pantulan sosok yeoja berwajah pucat pasi dengan banyak
sayatan di wajahnya di cermin toilet. Mark tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
Rasanya ingin kabur tapi pintu toilet tertutup seketika. Dengan berani ia berbicara.

"K-kau,a-apa kau yang selama ini m-meneror teman-temanku? A apa maumu ha?!"

"Hiks..Aku..hanya ingin..hiks..minta tolong..hiks.."

"A-apa maksudmu?!"
"Sudah lama..hiks..tolong aku..aku tidak tenang disini.."

Kemudian pantulan sosok itu menghilang dari cermin. Ya,sedari tadi Mark berbicara dengan
sosok itu dari pantulan cermin.

Perlahan Mark menoleh kebelakang untuk berlari keluar karena pintu keluar itu ada di
belakangnya.

"HUWAAAA!!!"teriak Mark kemudian berlari keluar untuk menemui teman-temannya yang


mungkin sedang menunggunya. Kenapa Mark begitu? Karena saat ia menolehkan
kepalanya,tepat di samping Mark terdapat wajah sosok yeoja itu bahkan tadi Mark sempat
mencium bau busuk dari situ.

*di parkiran*

"Kenapa Mark hyung lama sekali? Aduh perutku sudah konser ini.."tanya Haechan karena
sedari tadi Mark belum menampakkan batang hidungnya.

"Iya ya.. Jeno coba kau susul-"ucapan Renjun terpotong karena melihat Mark yang berlari
menghampiri mereka. Belum sempat mereka bertanya Mark sudahmenyuruh mereka masuk ke
mobil dan mereka pun pergi meninggalkan sekolah.

*di mobil*

"Hyung tadi kenapa?"tanya Haechan.

"Aku.. Ah nanti aku ceritain di rumah ku "jawab Mark.

Setelahnya, mereka sampai di rumah Mark. Dan Mark pun menjelaskan semua kejadian yang
dialaminya saat pulang sekolah tadi.

"Duuh.. Kok tiba-tiba jadi merinding gini.."ucap Haechan sambil memegang tengkuknya.

"Ish,hyung.. Jangan bilang gitu napa..!"sahut Chenle sambil memeluk kakinya sendiri.

"Trus gimana dong? Masa dibantuin?"tanya Jeno ke yang lain.

"Ya hyung,sepertinya kita harus bantuin 'dia' daripada kita diteror terus?"jawab Jisung yang
langsung dihadiahi geplakan dari Haechan karena dialah yang paling penakut.

"Apa? Apa kau bilang? Tidak aku tidak setuju,tapi kalau kalian setuju aku gk mau ikut-
ikutan"sahut Haechan.

"Kau yakin Jisung-ah?"Mwo? Apa kau bilang? Tidak aku tidak setuju,tapi kalau kalian setuju aku
gk mau ikut-ikutan"sahut Haechan.
"Kau yakin Jisung?"tanya Renjun mewakili mereka dan dijawab anggukan kepala dari Jisung.

"Iya.. Karena Chanyeol hyung dan teman-temannya dulu juga pernah diteror, "jelas Jisung.

Tok tok tok..

"Bentar,aku buka pintu dulu"ucap Mark karena ada yang mengetuk pintu rumahnya. Ia berjalan
ke ruang tamu-karena dari tadi mereka mengobrol di ruang tengah- untuk membuka pintu.

*Cklek

"Mark, Jisung masih ada disini?"ucap seorang pria yg td mengetuk pintu.

"Eoh? Hyung? Iya, Jisung masih disini, Kenapa hyung?"tanya Mark.

"Oh.. Tidak, Ibuku menyuruh Jisung pulang karna ini sudah malam, "jawab pria itu.

"Oh.. Iya,hyung masuk saja dulu, "ucap Mark menyuruh pria itu masuk ke rumahnya.

"Eh Chanyeol hyung? Ngapain kesini?"tanya Jisung saat melihat pria itu,karena Mark juga
membawa hyungnya Jisung ke ruang tengah.

"Aku disuruh Ibu menjemputmu,ini sudah malam ayo pulang!"ajak pria itu hyungnya Jisung -
Chanyeol.

"Jangan dulu hyung,kami mau minta bantuanmu.."cegah Chenle.

"Bantuan? Bantuan apa?"tanya Chanyeol.

"Jisung bilang, hyung dan temen teman hyung dulu juga pernah diteror. Jadi, kita mau minta
bantuan hyung buat bantuin makhluk 'itu' hyung.." jelas Mark.

"Oh.. Jadi kalian juga lagi diteror?"tanya Chanyeol yang dibalas anggukan dari yang lain.

"Hm.. Baiklah.. Tapi ada syaratnya, "ucap Chanyeol sambil menunjukan jari telunjuknya. Yang
lain hanya diam sambil mengira ngira apa syarat yang akan diberikan Chanyeol."Kalian harus
melakukannya bersama-sama karena kalian diteror bersamaan dan kalian tidak boleh egois
untuk syarat ini karena dengan bersama-sama masalah akan lebih cepat terselesaikan.
Oke?"jelas Chanyeol bijak.

Setelah mendengar ucapan Chanyeol barusan, Mark dan yang lain terdiam satu sama lain dan
secara serempak menoleh ke arah Haechan yang masih tertunduk.

"Oke?"tanya Chanyeol ulang.


" 'Baiklah hyung.. Kami terima syarat itu, "ucap Haechan dan itu membuat yang lain terkejut
melihat ke arahnya.

"Ok,jadi begini-

*esok harinya di kantin

"Jadi sudah deal kan? Kita lakukan 'rencana' itu nanti malam?"tanya Mark.

"Ne!"jawab yang lain kompak.

*malamnya pukul 22.45 di gerbang belakang sekolah

"Hyung,Haechan hyung mana? Sudah 15menit ditunggu kok gk dateng-dateng?"tanya Chenle.

"Iya hyung,ini sudah semakin malam.. Kan Chanyeol hyung bilang gk boleh sampai jam 12
malam di sekolahnya.. Lagian sekarang juga makin dingin.."ucap Jaemin menimpali.

"Hhh! Haechan-ah.. Kau mana ha?! Jawab telfonnya! Hhh.. Apa kita batalkan saja dulu?"ucap
Mark sambil terus menelfon Haechan.

"Tunggu dulu hyung, itu Haechan bukan?"cegah Renjun saat melihat seseorang yang sedang
berlari kearah mereka.

"Maaf, aku telat, karena tadi aku harus mastiin kalau keluargaku sudah tidur hehe.."ucap
seseorang yang berlari tadi yang ternyata adalah Haechan.

"Oh.. Kukira kau lupa janjimu kemarin, "ucap Jeno.

"Yasudah,ayo masuk!"ajak Mark.

*di depan aula

"Kenapa disini hyung?"tanya Jisung pada Mark,karena Mark yang memilih tempat.

"Karena disini dekat gerbang belakang, daripada di kelas? Males naik turun tangganya trus jauh
dari gerbang belakang, "jawab Mark.

"Renjun, keluarkan papan ouija dan gelasnya, "Renjun pun mengelarkan papan ouija beserta
gelas kecil dari dalam tasnya.

Kenapa harus papan ouija? Karena Chanyeol lah yang menyuruh mereka memakai itu. Chanyeol
bilang,ia dan teman-temannya memakai papan ouija saat diteror dulu.
"Jadi? Siapa yang memimpin permainan ini?"tanya Mark.

"Tentu saja kau hyung, "sahut Haechan.

"A-apa?? Aku??"bingung Mark. "Ya iyalah hyung~ kan hyung yang paling tua.."ucap Jaemin.

"Ooh.. Jadi karena aku tertua? Masa' aku terus? Jisung, kau saja yang memimpin! Gantian
dong,yang termuda yang memimpin. Bukankah kau pernah bilang kalau kau ingin sekali-kali
yang memimpin, "ucap Mark.

"Ha? Aku? Tidak,aku tarik perkataanku dulu."elak Jisung. "Oh.. Ayolah~"pinta yang lain yang
dijawab gelengan kepala dari Jisung.

"Aha! Kita suit saja?!"sahut Renjun dan yang lain menyetujuinya.

"Batu, gunting, kertas"

"Bagus!"

"Aish.. Benarkah?!!"

"Tenang saja Jisung.. Besok akan kuberikan 1 jam 'yaja time' otte?"usul Mark untuk
memberikan semangat untuk Jisung yang kalah karena dia menunjukkan Gunting '' sedangkan
yang lain Batu'

"Aish.. Baiklah ,tapi aku minta lebih dari 1 jam.."kalah Jisung yang dihadiahi death gleare dari
mereka.

"Hhh.. Iya iya 1 jam!"jawab Jisung karena ia tak ingin mendapat amukan dari 6 orang
didepannya ini. Dengan ragu, Jisung mulai membakar dupa dengan korek api kayu kemudian
asapnya dimasukkan kedalam gelas kecil dalam keadaan terbalik diatas kolom kosong papan
ouija.

"Hhhh.."hela Jisung karena sedikit ketakutan. Yang lain hanya memperhatikannya.

"Letakkan jari kalian."ujar Jisung dengan meletakkan jari telunjuknya diatas gelas yang terbalik
tadi dan yang lain mengikutinya.

"Datanglah. Datanglah. Datanglah. Kami mengundang roh yang berada disini untuk masuk ke
dalam gelas ini."ucap mereka bersama- sebelumnya mereka diajari Chanyeol cara memainkan
papan itu- "Jika kamu disini, tolong pindah ke kotak 'Ya'."ucap Jisung, tak lama kemudian gelas
itu bergeser ke kolom bertuliskan 'Ya' dan kembali ke kolom kosong. Mereka semua mulai
ketakutan, terlebih Haechan dan Chenle yang ingin menangis.
"Bagaimana ini"-Haechan

"Ibuu~"-Chenle

"Kalian tetaplah diam dan jangan sampai melepaskan jari kalian pada gelas ini!"-Mark

"Baik~"- Jeno dan Jaemin

"Apa kamu arwah wanita yang suka meneror para siswa disekolah ini?"ucap Jisung setelah
terdiam cukup lama.

Namun gelas tidak bergeser sedikit pun membuat mereka kebingungan.

"Bagaimana ini??"-Jaemin

"Apa kita salah arwah?"-Jeno

"Aku ingin pulang."-Haechan,Chenle

"Diam dan ikutilah, biarkan Jisung yang berbicara dengannya."-Mark

Jisung terkejut karna sekarang dia benar-benar takut jika salah arwah. la takut jika arwah
tersebut berbahaya.

"Hm.. Maaf, apa itu kamu?"kemudian gelas bergeser ke kolom 'Ya' dengan sangat perlahan.

"Boleh kami tau namamu?"secara perlahan gelas itu mengarah ke beberapa huruf hingga
terbentuk sebuah nama. 'Jung Ye In'

Setelahnya, mereka hanya mengangguk.

"Nuna, bagaimana kau bisa mati penasaran seperti ini? Berapa lama kau gentayangan? Lagi
pula kau mati kena-"

"Diamlah!!"ucap Mark yang memotong pertanyaan Renjun. Dia tau bagaimana kesalnya
seseorang yang tenang, namun dia juga tidak ingin nyawa mereka tertiup angin hanya karena
makhluk kasat mata itu.

Ah lupakan saja. Setelah menghela nafas berat, Mark melirik kearah Jisung yang menatapnya.
Seakan paham, Jisung melanjutkan pertanyaan.

"Hm Maaf nuna, kalau boleh saya tau.. Bagaimana kau.. Bisa.. M mati?" dengan susah payah
kalimat itu keluar dari bibirnya. la sangat gugup jika salah kata. Namun, rasa gugup itu lenyap
tak tersisa ketika ia menutup mata karena tak kuat menahan kantuknya.
Tap tap tap

Suara langkah tenang itu membangunkan haechan. Yah suatu keajaiban bagi seorang Lee
Donghyuk yang dijuluki tukang tidur dari teman dan keluarganya terbangun hanya karena
mendengar langkah kaki yang tenang itu. Dengan setengah sadar, ia mengerutkan alis setelah
melihat sekitar.

'Bagaimana bisa aku tertidur di depan gerbang sekolah? Di pagi buta seperti ini?'pikirnya. la
mecoba mengingat kembali apa yang sudah dia lakukan sebelum tertidur. Namun buyar(?)
setelah matanya melihat Renjun yang tertidur di bangku halte bis seberang jalan dan jangan
lupakan Jeno yang tidur berdiri sambil memegang koran. Kemudian ia berlari menghampiri
mereka.

"Renjun !"serunya sambil menepuk pipi Renjun.

"Wa! Aish kau menamparku eoh?!"Renjun pun terbangun sambil mengusap pipinya yang terasa
panas. Melihat Haechan yang tersenyum tanpa dosa, Renjun membalasnya dengan menginjak
kaki Haechan.

"Akkh!! Yak! " Haechan

"Hahahaha Dasar bodoh~" Renjun

Melihat tawa puas dari seorang teman di depannya, Haechan membekap mulut Renjun. Jeno
yang tidur berdiri sambil memegang koran. Kemudian ia berlari menghampiri mereka.

"Sssttt diamlah apa kau tidak sadar?"tanya Haechan yang dibalas tatapan tanya dari Renjun.
Kemudian ia pun melepas bekapannya dan melihat ke arah Jeno. Renjun menautkan kedua
alisnya karena dia tidak mengerti melihat perilaku Haechan yang mengarahkan pandangannya
pada seseorang yang membelakangi mereka. Melihat Haechan yang berjalan mendekat ke pria
tersebut, mau tidak mau ia pun mengikutinya. Ekspresi terkejut sangat jelas tercetak
diwajahnya setelah mengetahui pria tersebut adalah Jeno yang tidur berdiri sambil memegang
koran. Terlebih saat ia sadar kalau sekarang masih pagi buta dan ia tertidur di bangku halte bis.

"Jeno-ya! Ada apa!”ucapnya sambil mengguncangkan badan Jeno, sedangkan Haechan fokus
melihat koran yang baru saja terjatuh dari tangan Jeno.

"Bagaimana bisa dia memegang koran lama ini?"sambil mengerutkan dahi, Haechan mengambil
handphonenya. Setelahnya, ia menyalakan benda persegi panjang itu.

"Hm? Lowbatt ya? Renjun, pinjam ponselmu dong”ucapnya setelah beberapa kali mencoba
menyalakan benda itu. Tanpa menjawab, Renjun memberikan handphone miliknya kemudian
melanjutkan menyadarkan Jeno yang melamun karena dia rasa nyawanya belum terkumpul
sempurna.

"Aish Apa ini ?! Renjun! Ponselmu-"

"Kemana mereka?"tanya Jeno memotong pertanyaan Haechan setelah sadar dari lamunannya.
"Mereka? Siapa?"tanya Renjun mewakilkan Haechan.

"Kalian lupa? Teman-teman kita lah!"bentak Jeno yang membuat mereka berdua terdiam
mengingat sesuatu. Bahkan, tanpa sadar Haechan menjatuhkan semua bendayang dia pegang.

"Yak! Ponselku! Bodoh!"reflek Renjun melihat handphone baru miliknya dijatuhkan Haechan.
Sedangkan Jeno mengambil koran itu dan melihat tanggal terbitnya, mengabaikan Haechan dan
Renjun beradu mulut.

"Ah yang benar saja aku kembali ke 3 tahun yang lalu"gumamnya. Setelah melihat sekitar yang
sepi, ia berjalan menyebrang dan memasuki sekolah. Haechan yang sadar akan kepergian Jeno,
mengajak Renjun untuk mengikuti temannya itu. Disisi lain... Chenle berjalan perlahan untuk
keluar dari ruang studio itu. Ya dia tertidur disitu, ditemani musik ballad yang mengalun seram
baginya saat ini dan dinginnya ruangan itu. 'Haha lengkap sudah'batinnya meringis.

"Langitnya.. Mengapa terlihat mengerikan.."gumamnya sambil menggosokkan tangan. "Chenle-


ya! Kemarilah!"

"Mark hyung?"tanyanya pada diri sendiri. Chenle melihat ke sekitar mencari keberadaan yang
dia kira 'Mark' ."Lihatlah ke atas"

"Lihat ke atas?"tanyanya lagi pada dirinya. Jangan, jangan kalian anggap dia bodoh ya. Dia
hanya waspada jika sesuatu yang aneh tertangkap retinanya.

Dan dengan perlahan dia mendongakkan kepala dan melihat Mark berada di lantai tiga.
Perasaan lega muncul dari benaknya dan dengan berlari dia menyusul Mark. Setelahnya mereka
sedikit berbagi cerita bagaimana dan dimana mereka tertidur, kemudian mereka berkeliling
mencari keberadaan mereka. Ah iya , Mark tertidur di koridor depan lab komputer. Setelah
sampai di lantai satu..

"O-oppa, m-mianhae" ucap seorang wanita yang baru saja bertabrakan dengan seorang pria
berseragam sama sepertinya. Dan yah, yang membedakan hanyakelasnya saja. Dan satu lagi,
jangan lupakan keberadaan Mark dan Chenle yang melihat itu.

"Gwenchanayo, hahaha sudah berapa kita bertemu ya? Dan kenapa selalu bertabrakan
hahahaha" ucap pria itu dengan santai mengabaikan rona merah yang muncul dari pipi wanita
itu. "Hm.. A-aku-“
"Hahaha lupakan, bisa kita bertemu jam makan siang nanti?"potong

pria itu dan menatap wanita itu penuh harap.

la pun tersenyum lebar melihat anggukan kecil dari wanita di depannya saat itu. Dengan
senyum lebar, la mengelus pucuk kepala wanita itu lalu meniggalkannya. Kemudian wanita itu
melanjutkan perjalannya menuju kelas, namu terhalang oleh dua wanita lain yang ternyata
seangkatan dengan pria tadi.

"Hyung, bukankah itu pacarnya Jaehyun hyung?"ucap Chenle saat melihat seseorang yang dia
kenal bersama temannya yang berponi rata menghalangi wanita tadi.

"Hyung?!"nadanya meninggi karena tidak mendengar respon Mark. "Ssst diamlah"jawab Mark
sambil pria itu dan menatap wanita itu penuh harap.

menarik tangan Chenle untuk bersembunyi dibalik rak loker.

Kemudian seorang siswa berlari kearah Chenle dan Mark. Selain menabrak mereka, siswa itu
juga membuka pintu loker dengan tergesa-gesa hingga mengenai dahi Chenle. Setelah siswa itu
pergi, mereka berdua terdiam dengan pikiran yang sama hingga melupakan tujuan tersirat
mereka yaitu melihat adegan pembullyan antara 3 siswi itu. Diwaktu yang sama..

Terdapat seorang pria dengan perawakan yang sama seperti pria tadi sedang duduk dibangku
taman. Jangan kalian kira dia sendiri, karena tidak jauh dari sana terdapat 2 pria lain yang
memantau(?). "Kau yakin kita harus memata matai orang itu?"ucap Jaemin yang mulai bosan
harus berdiri tidak jauh dari pria itu bersama Jisung.

"iya hyung, aku sangat yakin. Chanyeol hyung pernah bilang padaku ekhm 'jika kau terbangun di
alam bawah sadarmu lalu kau melihat orang yang tidak kau kenali, ikuti saja' tapi.."jawab Jisung
yang mulanya sangat yakin menjadi sedikit luntur saat melihat raut serius dari Jaemin.

"A-apa? Jangan menakuti pria tampan sepertiku Jisung !"kesalnya sambil menggaruk kepalanya.

"Dia bilang kalau bukan orang itu, kita dapat zonk"jawab Jisung dengan tatapan polosnya

"Lalu? Kita harus keliling? Mencari lagi?! Aish bahkan kakiku sudah tidak kuat untuk berdiri
dan-" "Yak hyung! Bagaimana denganku?! Kau bahkan tidak merasakan bagaimana susahnya
aku mencarimu?!"sela Jisung dengan sedikit membentak karena mulai jengkel dengan sikap
manja hyungnya yang satu ini.

Ah iya, apakah kalian ingin mengetahui bagaimana mereka bertemu? Baiklah akan kujelaskan.
Hal itu bermula dari Jisung yang terbangun di depan aula, tepat dimana mereka bersama
sebelum terlepas dari sadarnya. Jisung melihat sekeliling yang sepi, sunyi tanpa ada orang satu
pun. Beruntunalah ia sudah tidak

terkejut mengalami ini karena sebelumnya Chanyeol hyung sudah menceritakan


pengalamannya secara rinci. Setelahnya, ia pun bangkit dan berkeliling. Yah setidaknya dia
menemukan 'seseorang' maupun teman temannya.

Dan ditempat yang sama Jisung melihat Jaemin yang tertidur disalah satu anak tangga sambil
terduduk dan bersandar di pinggiran (?) tangga. Selain melihat Jaemin, dia melihat seorang pria
yang berjalan turun ditangga tempat dimana Jaemin tertidur. Dan yah, Jisung melihat itu
menembus bagai tak tersentuh.

Akhirnya Jisung membangunkan Jaemin dan menjelaskan semuanya karena dia sedikit
melupakan kejadian sebelum mereka terbangun saat ini. Namun, mereka kehilangan jejak pria
tadi sehingga mengharuskan mereka mencari pria itu dan menemukannya di bangku taman.

Setelah dia cukup lama, datanglah seorang wanita menghampiri pria tadi. Ya, wanita lugu yang
terlihat sedikit culun.

"Apa yang mereka bicarakan?"gumam Jisung

"Hm.. Bagaimana kalau kita mendekat? Bukankah mereka tidak bisa melihat kita?"tawar Jaemin
denga hati-hati karena takut salah bicara seperti tadi.

Jisung pun menganggukkan kepalanya dan mereka mulai berjalan mendekat."Bagaimana hm?
Kau mau kan?"tanya pria itu pada wanita yang diam tak berniat menjawabnya. Namun,
munculnya rona merah dipipi wanita itu mungkin bisa mengartikan kebingungan Jaemin dan
Jisung.

"Ekhm, mianhae.. Kurasa ini terlalu cepat ya? Bahkan aku tidak menyiapkan apapun untuk bisa
lebih dekat dan bisa mengajakmu berpacaran. Hm.. Mungkin lain kali a-"

"A-aku mau oppa" potong wanita itu dengan rona merah yang mulai menjalar hingga
telinganya.

"Apa?? Benarkah? Yein-ah, tolong jangan berbohong.. Jangan buat aku kecewa"ujar pria itu
sambil memegang kedua pundak wanita yang bernama Yein dengan bersemangat. Melihat Yein
yang menatapnya sambil tersenyum lalu menganggukkan kepala, didekaplah tubuh wanita itu
sambil membisikkan 'terima kasih' dengan lembut.

"Wah ternyata Yein nuna seperti ini ya? Manis juga"gumam Jaemin yang tidak didengarkan oleh
Jisung.
Tak lama seorang pria lain datang menghampiri mereka.

"Jaehyun hyung?"tanya Jaemin.

"Yak! Aku mencarimu di kelas ternyata kau ada disini?!"ucap Jaehyun pada pria itu. "Haha sorry
bro, aku lupa ada rapat basket hari ini. Yeinnie, mau kuantar ke kelasmu?"jawab pria itu lalu
menawarkan diri untuk mengantarkan Yein ke kelasnya. "Aniyo oppa, aku masih ingin disini.
Oppa bisa pergi lebih dulu, bukankah ada rapat?" ujar Yein yang disambut senyum manis dari
pria itu.

"Baiklah baik .. Jangan telat masuk ya"balas pria itu mengelus helai rambut Yein kemudian pergi
bersama Jaehyun.

Setelah kepergian mereka, Yein duduk dibangku yang sebelumnya diduduki pria tadi sambil
menuliskan kebahagiaannya lewat diary itu.

"Mau kemana hyung?"tanya Jisung sambil menahan tangan jaemin karena dia mulai beranjak
dari tempatnya berdiri.

"Mengikuti pria tadi, Apa?"tanya Jaemin balik. "Kurasa tidak perlu hyung'ucap Jisung karena
melihat dua siswi lain yang memiliki poni mendekati Yein.

"Hey Yein-ah! Tadi kulihat kau berpelukan dengan kookie. Berani juga kau ya?"tanya seorang
siswi yang mempunyai rambut dan tinggi badan lebih pendek dari temannya.

"Eoh? Hm, Tidak .. Maaf. T-tapi aku sudah-" "Ah dia banyak bicara "potong temannya.

Dan hal tidak diinginkan pun terjadi. Mereka-Jisung dan Jaemin melihat kejadian pembullyan itu
didepan mata mereka. Walaupun lokasi 'mereka berlima' di taman yang seharusnya ramai,
justru terlihat sepi tak berpenghuni.

Malam pun tiba. Suasana hawa dingin semakin membuat mereka bertiga ralat, mungkin lebih
tepatnya mereka berdua ketakutan.

Krik.. Krik.. Krik.. Krik.. Kkhak Kkhak..

Begitulah suara-suara yang mereka dengar menemani langkah kaki mereka. Sebenarnya
mereka sadar ketika memasuki sekolah, langit yang terlihat pagi buta menjadi gelap seperti
malam hari.
"Waktu berjalan mundur ya?"tanya Jeno yang dibalas anggukan dari Haechan dan Renjun.Tak
lama terlihat sekumpulan orang-sekitar 4- dari arah jam dua sedang duduk melingkar dibawah
pohon dengan api kecil ditengah.

"Apa itu mereka?"tanya Renjun.

Haechan yang mengikuti arah pandang Renjun pun juga mengalihkan perhatiannya pada ponsel
mati miliknya.

"Hey brothers"teriaknya tidak tau situasi kemudian ia berlari setelah melihat Chenle
melambaikan tangannya.

Renjun dan Jeno juga menyusul menghampiri mereka sambil menggelengkan kepala melihat
kelakuan Haechan.

"Akhirnya kalian datang, kita baru saja berkumpul"ucap Jisung Dan mereka pun menceritakan
apa yang mereka alami setelah terbangun dan sampai ke waktu ini.Termasuk wanita, pria, dan
orang orang itu.

"Lalu bagaimana? Apa yang harus kita lakukan?"-Mark

"Apa kita harus menunggu hari esok?"-Jaemin "Aku penasaran seperti apa mereka"-Haechan
"Ah iya kira-kira dimana mereka?" Jeno

Pembicaraan pun berhenti setelah Jeno bertanya itu. Hingga tak lama terdengar suara pintu
yang dikunci di dekat mereka. "Hyung.. dengar.. kan?"tanya Jisung sambil menatap mereka dan
hanya dibalas anggukan. Mark pun berdiri diikuti teman temannya untuk mencari sumber
suara. Hingga mereka berhenti di depan pintu dapur milik kantin. Perempuan berponi rata itu
hanya diam melihat temannya memotong bagian-bagin tubuh itu dengan sangat rapi layaknya
pemotong yang handal. Ini bukan pertama kalinya ia melihat kelakuan temannya itu, mungkin
terhitung empat kali. Namun tetap saja ia merasakan ketakutan yang membuat peluhnya keluar
tanpa dia bergerak sedikit pun.

"Yuju-ya! Tolong bereskan Ya~"

Senyum itu membuat perempuan bernama asli Choi Yuna bimbang. Setelah membalas ucapan
temannya dengan anggukan, ia segera mengambil potongan tubuh itu untuk dimasukkan
kedalam peti yang sejenis dengan koper. Sejenak ia melihat kearah temannya yang sedang
membersikan pisau kecil miliknya dengan bersih, seragamnya pun bersih tanpa ada bercak
darah sedikit pun. 'Yah, dia memang pinta'pikirnya. Tidak dirinya yang masih mau berteman
dengan seorang berkelainan mental yang dia sendiri tidak tau penyebnya. Ah ya karena
kasihan.
"Mau diletakkan dimana Eunha-ya?"tanya Yuju setelah membersihkan tempat itu persis seperti
semula.

"Eum Tunggu.. Ah! Ikuti aku. Ah ya,mari kubantu"jawab Eunha dengan senyum manisnya lalu
membantu Yuju membawa peti itu.

Setelah keluar dari ruangan itu mereka berjalan menuju gudang tempat fasilitas sekolah yang
rusak seperti meja, kursi, lemari, dan sebagainya.

"Tidak ada yang ingin kau 'ambil'?"tanya Yuju setelah menyamarkan peti itu.

"Aish Kukunya terlihat bagus dan sehat, Boleh ka aku Me Milikinya? . ~"rengek Eunha yang
disambut tawa temannya.

Drrt drrt drrt..

Diambilnya benda persegi itu kemudian bibirnya senyum merekah menatap beberapa bubble
chat dari sang kekasih membuat Eunha menggerutu.

"Ayo kita pulang! Aku mau kencan dengan Dokyeom"ajak Yuju sambil menepuk tangannya
untuk menghilangkan debu. "Ck kau membuatku iri saja, aku juga ingin kencan dengan Kookie"
gumam Eunha yang dibalas kekehan Yuju.

"Bagaimana dengan Lisa? Dia juga mengharapkan itu kan? Lagipula kenapa ku tidak melakukan
'itu' padanya?" sahut Yuju disela kekehannya.

"'Itu"? Aigoo.. Selagi Kookie tidak merespon baik padanya, dia aman"jawab Eunha dengan
senyum polos itu.

"Sudahlah daripada ketahuan pak satpam, Ayo!"

Mereka pun meninggalkan gudang itu dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa. Terlebih
tidak ada perubahan setelah mereka meletakkan peti itu. Cerdas.

Dan tersisa tujuh orang lain disana. Diam, merenung, tanpa melakukan sesuatu dan melihat
peti itu terbuka dengan sendirinya. Tersusunlah bagian itu dengan berantakan, tidak sesuai
dengan susunan tubuh manusia-kepala, tubuh, lengan, tangan, paha, betis, dan pergelangan-.
Sosok itu berjalan mendekati mereka dengan darah yang masih mengalir dari tubuh'nya'.
Seperti ada yang menahan membuat mereka mematung dengan sengaja hingga kesadaran
mereka mulai memudar.

Srrt srrt srrt srrt


Gelas kaca kecil itu terus bergerak gusar dipapan ouija. Satu persatu dari mereka pun mulai
terbangun dengan posisi duduk karena gelas itu menggerakkan tangan mereka yang berada
diatas gelas yang dibalik. Cukup lucu memang mereka bisa terbangun hanya karena itu,
biasanya mereka tergolong susah bangun. Mereka pun saling menatap satu sama lain.

"So? Are you guys ready to complete this mission?"tanya Mark yang dibalas anggukan dari
mereka.

"Let's get it"

Mereka pun berdiri menunggu Jisung yang dibantu Chenle merapikan barang ritual itu dan
dimasukkan dalam tas Jisung. Kemudian mereka pergi ke gudang yang muncul di bayangan
mereka. Namun, pintu itu terkunci dan dengan segala cara mereka lakukan tetapi tetap tidak
berhasil. "Bagaimana kalau meminta bantuan polisi?"usul Haechan. "Ya! Kenapa tidak terpikir
dari tadi aish?!"jawab Renjun.

" terbukti aku lebih pintar darimu, yah terkadang hanya tertunda sih kkk"ucap Haechan
membuat mereka tertawa. 'Ya! Kau-"

"Lebih baik kau telfon polisi Renjun ah" sela Mark memoton ucapan Renjun.

"Sudah kubilang ponselku mati"ucap Renjun sambil mengambil ponsel dari saku celananya dan
langsung menunjukkan ponsel itu pada mereka.

"Itu hidup hyung?"tanya Chenle membuat Renjun melihat layar ponselnya. Dan benar ponsel
itu hidup. Bukankah tadi mati? Ah lupakan

Renjun pun langsung menghubungi polisi untuk segera mengevakuasi gudang yang terkunci itu.
Setelah mendapat balasan jika polisi akan segera datang, mereka pun menunggu. Termasuk
Jeno yang meletakkan sikunya di gagang pintu. Siapa sangka jika pintu itu tiba-tiba terbuka
dengan mudah. "Terbuka? Hah ," jengah Jaemin yang menyadari pintu itu terbuka membuat
mereka sedikit bertingkah dan masuk ke gudang itu. Mereka pun menyusuri gudang itu dengan
penerangan seadanya.

"Ini petinya?"ucap Mark menunjuk peti yang terletak persis seperti yang mereka lihat 'tadi'.

"Hyung, ini ada peti lain"

"Disini juga ada!"

"Ini peti bukan?"

Ya, mereka menemukan beberapa peti di tempat terbengkalai itu.


Srrt srrt srtt

Suara itu mengalihkan mereka. Cahaya dari bulan melewati ventilasi gudang dan menerangi
barang ritual itu. Fokus mereka teralih pada salah satu meja lapuk diujung ruangan. Ani, lebih
tepatnya pada gelas terbalik yang bergerak diatas papan ouija. Hal itu membuat hawa negatif
semakin kuat di ruangan itu. Gelas itu bergerak ke pinggir papan ouija seperti ada yang
mengarahkan agar jatuh dan pecah. Chanyeol hyung bilang 'Jangan sampai gelas kaca pecah
sebelum kau menutup permainan'. Bodoh, dia lupa menuntup permainan sebelum mereka
pergi ke gudang terbengkalai ini. Semakin lama gelas itu semakin bergerak ke pinggir. Itu sangat
berbahaya, Jisung ingin mengambil gelas itu namun ada yang menahannya agar dia diam
membatu. "Hyung.."lirihnya sambil melirik mereka yang hanya diam melihat pergerakan gela
itu.

Pyaarrr

"Lebih baik kalian pulang, pergilah"ucap polisi itu dan dibalas anggukan oleh mereka.

"Kami pulang"mereka pun pergi dari tempat ramai dipenuhi polisi itu. Beruntunglah tidak
terjadi apa-apa setelah gelas kaca itu pecah dalam tidur mereka. Entah sejak kapan mereka
tertidur saat menunggu polisi datang. Bagaikan petunjuk, beberapa peti yang mereka temukan
'di mimpi' memang benar ada di gudang itu.

Mereka berjalan di trotoar jalan raya yang sepi itu. Siapa sangka kejadian panjang tadi hanya
menghabiskan waktu kurang dari satu jam. Benar-benar tidak dapat dipercaya.

"Hyung- kita belum menutup permainan ini. Ayo kita tutup dulu"ajak Jisung yang mulai
membuka resleting(?) tasnya. Mereka pun mulai mengalihkan pandangan ke arahnya. "Eoh?
Ditutup bagaimana?"tanya Renjun yang tadi sibuk dengan ponselnya. Pertanyaan renjun ini
mewakili mereka karena mereka hanya tau cara memulai permainan, tidak dengan
menutupnya. Jisung tak menjawab, dan ketika dia mengeluarkan gelas. Entah kenapa gelas itu
terasa licin hingga..

Pyaarrr

Gawat. Wajah Jisung memucat sedangkan mereka memandanginya dengan heran.

"Kau kenapa Jisung?"tanya Jaemin.

Belum sempat Jisung menjawab, dua Mobil dari arah yang berbeda Oleng dan menabrak
mereka bertujuh. Darah segar mengalir dari tubuh mereka. Sakit, sangat sakit membuat mereka
ingin segera mati. Satu-persatu kesadaran mereka memudar. "Maafkan aku hyung "gumam
Jisung yang entah bisa didengar atau tidak oleh mereka. Jisung menggapai ponsel Renjun yang
berada di dekatnya. Ingin rasanya dia menghubungi RS terdekat namun tenaganya semakin
melemah sehingga ia hanya bisa melihat jam. Sekarang pukul 23.56 dimalam yang dingin. Ini
kesalahannya. Ia juga ingin menyusul mereka yang sudah tidak sadar dan tidak merasakan sakit
ini.

Syukurlah sekarang ia mulai mati rasa, mungkin ini tanda hidupnya akan berakhir. la ingin
mengucapkan satu kalimat lagi namun terasa sangat berat.

'Malam yang indah untuk akhir hidup yang menyedihkan'

Tepat pukul 12 malam hidupnya berakhir setelah mengucapkan kalimat itu dalam hati. Entah
karena ceroboh atau memang takdir dari Tuhan. Menyedihkan.

Anda mungkin juga menyukai