Anda di halaman 1dari 224

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesempatan aku untuk menyelesaikan
cerita ini. Terima kasih kepada para keluarga dan kerabatku yang senantiasa mendukungku.
Aku tak akan berkata panjang lagi. Kuharap kalian menyukai cerita ini.

Ygn_Sada
METTLE

Bagian 1 ”Ciuman Pertama”


Terlihat di sisi jalan kota Seoul pada sore hari, terlihat seorang pria muda tampan
yang berpakaian jas berlari dengan sekuat tenaga, dan di belakangnya terlihat dua orang pria
berbadan besar yang mengejarnya. Pria itu terus berlari, tak peduli dengan kakinya sudah
kelelahan.

__________

Di salah satu kampus terkenal di Korea, ada seorang gadis cantik berkacamata sedang
berjalan di koridor kampus dengan menggendong tas dan sebuah buku diary di tangannya.
Dia hendak pulang karena hari sudah petang. Wanita itu bernama Lee Rahyun.

"Rahyun-ssi1!" panggil seorang laki-laki membuat langkah Rahyun terhenti.

"Oh, Sunbaenim2," Rahyun membungkuk hormat pada orang yang dipanggil senior
itu.

"Ah! Apa Dosen Kim sudah memberikan sebuah kertas padamu?"

"Ne3?" Rahyun bingung dengan ucapan seniornya itu.

Laki-laki tampan itu bernama Park Chanyeol. Ada rasa panik yang bisa dilihat
Rahyun lewat wajahnya.

"Apa dia memberikanmu sebuah kertas?"

"Anio4," Rahyun menggeleng.

"Syukurlah."

"Ne?"

"Anio. Ah, aku pergi dulu. Selamat jalan Rahyun-ssi," ujar Chanyeol sambil
melangkah pergi.

1
Kata yang sering digunakan di Korea untuk memanggil nama seseorang.
2
Senior
3
Apa? atau juga Ya?
4
Tidak
__________

Rahyun menunggu bus di halte. Bus yang ditunggunya pun akhirnya datang juga. Dia
langsung menaikinya. Setelah beberapa menit bus pun berhenti di sebuah halte dan Rahyun
segera turun.

Gadis itu hidup sendiri, dia tak mempunyai keluarga. Ayah dan Ibunya meninggal dua
tahun yang lalu. Dia mempunyai adik. Namun adiknya diculik. Entah adiknya hidup atau
sudah meninggal. Rahyun menuju rumahnya harus melewati sebuah gang kecil yang lumayan
gelap.

__________

Meskipun sudah kelelahan, Sehun tetap berlari. Dia masih dikejar oleh dua orang pria
berbadan besar. Sehun memasuki sebuah gang kecil, lalu dia melihat wanita berkacamata
sedang berjalan. Dia langsung mendekatinya dan mendorongnya ke dinding. Wanita itu tak
lain adalah Rahyun. Rahyun membulatkan matanya kaget.

"Ajhussi5. Waegeuraeseyo6?" tanya Rahyun.

"Kuharap kamu bisa menolongku," pinta Sehun dengan nafas yang tersenggal-senggal
karena dia telah berlari sangat jauh.

"Menolong?" Sehun langsung mengangguk.

Dua orang yang mengejar Sehun semakin mendekat. Sehun langsung membuka jaket
yang dipakainnya, dia langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Rahyun dan dia langsung
menempelkan bibirnya di bibir Rahyun. Rahyun sangat terkejut. Dua orang yang mengejar
Sehun itu, berjalan melewati mereka begitu saja. Perlahan Sehun mengecup bibir Rahyun dan
melumatnya. Dia merasakan bahwa bibir Rahyun itu sangat manis. Dia tak melepaskannya,
tapi malah melumatnya. Rahyun menjatuhkan buku diary-nya.

5
Paman atau juga panggilan untuk pria yang sudah menikah.
6
Ada apa dengan anda?
"Apa ini rasanya berciuman?" tanyanya dalam hati.

Rahyun merasakan jantungnya berdetak kencang. Dia pun tersadar dan mendorong
Sehun. Sehun terdorong kebelakang.

"Ajhussi, apa kamu gila?" bentak Rahyun.

Sehun mengelap perlahan bibirnya dengan jari jempolnya. "Tidak," jawab Sehun
singkat.

"Bagaimana kamu bisa mencium seseorang yang tak dikenal? Kau benar-benar seperti
psikopat gila," ujar Rahyun kesal dia langsung melangkah pergi meninggalkan Sehun.

"Mwo7? Psikopat gila?" Sehun tersenyum sinis.

Sehun tak sengaja melihat buku diary Rahyun yang terjatuh. Dia pun langsung
mengambilnya dan membuka buku diary itu.

"Jadi namanya adalah Lee Rahyun si Gadis berkacamata," guman Sehun dan
tersenyum.

__________

Wanita itu pulang dengan perasaan campur aduk. Rahyun masuk ke dalam kamarnya,
dia membuka kacamatanya dan menyimpan kacamatanya di sebuah meja, dan langsung
merebahkan diri ke ranjangnya.

"Ada apa ini?" tanyanya sambil memegang bibirnya.

"Ada apa ini? Ajhussi, dia, dia, telah mencuri ciuman pertamaku!" teriak Rahyun
frustasi.

__________

7
Apa?
"Ige Mwoya8? Dia belum pernah berpacaran? Bahkan belum pernah berciuman. Lalu
apa tadi ciuman pertamanya?" guman Sehun sambil tertawa kecil. Dia membaca semua isi
buku diary Rahyun.

__________

Di pagi hari, Rahyun membuka matanya. Matahari belum sepenuhnya terbit. Rahyun
turun dari kasurnya. Lalu dia membereskan kasurnya yang terlihat sangat berantakan. Setelah
kasurnya rapi Rahyun segera masuk ke kamar mandi.

Rahyun keluar dari kamar mandi setelah beberapa menit. Dia membuka lemari dan
mengambil kaos oblong berwarna hitam dan celana jeans. Dia lalu memakainya pakaiannya.
Rahyun duduk di depan cermin. Dia menyisir rambutnya, dia menata rambutnya dan
mengikat rambutnya seperti ekor kuda. Dia mengambil kacamata dan langsung memakainya.
Rahyun mengambil sepatunya dan memakainya.

Dia keluar dari rumahnya dan dia sangat terkejut melihat seorang pria yang sekarang
sedang berdiri di hadapannya. Pria itu tersenyum manis.

"Annyeong9! Lee Rahyun-ssi," sapa pria itu.

Rahyun terkejut, dan bertanya-tanya bagaimana pria itu mengetahui namanya.

"Bagaimana Ajhussi tahu namaku?" tanyanya.

"Aku hanya tau saja," jawab singkat pria itu.

"Kamu siapa? Apa kamu seorang penjahat?" Rahyun takut, dia melangkah mundur.

"Ania10, aku bukan penjahat. Bagaimana ada penjahat setampan aku?" ujar pria itu
dengan percaya dirinya. "Namaku adalah Oh Sehun," lanjutnya. Pria bernama Oh Sehun itu
mengulurkan tangannya. Rahyun membalas uluran tangan Sehun tapi dia segera melepasnya.

8
Apa ini?
9
Halo
10
Bukan
"Soal kejadian kemarin..." Sehun hendak mengatakan sesuatu.

"Jangan dibahas!" timpal Rahyun.

"Wae11?" tanya Sehun dengan senyuman yang menggoda.

"Ania."

Rahyun melihat ke arah jam tangannya. "Aku terlambat," Rahyun membulatkan


matanya, dia segera berlari untuk meninggalkan Sehun begitu saja. Sehun hanya tersenyum
melihat tingkah Rahyun.

________

Rahyun masuk ke dalam gedung kampus yang bernama Kyunghee University dengan
tergesa-gesa karena dia terlambat. Saat masuk ke dalam kelas dan menghela nafasnya, untung
saja Dosen Kim belum masuk ke dalam kelas. Rahyun segera duduk di kursinya dan
mengeluarkan bukunya.

Sehun memasuki kampus. Semua mahasiswi terkagum-kagum dengan wajah


tampannya. Sebagian mahasiswi mengikutinya seperti penggemar. Dia hanya tersenyum.

Sehun masuk ke dalam kelas. Ternyata kelas itu adalah kelas Rahyun. Dia
menghampiri dan menarik tangan seorang Rahyun. Gadis berkacamata itu memberontak.

"Apa yang kau lakukan, Ajhussi?" teriak Rahyun.

"Rahyun-na, apa dia kekasihmu?" tanya seorang pria bernama D.O.

"Ne," jawab Sehun cepat. Rahyun menatap Sehun tak percaya.

"Ikut aku!" Sehun menarik Rahyun agar keluar dan Rahyun sempat mengambil
tasnya.

11
Kenapa?
________

Di halaman kampus, Sehun tetap menarik tangan Rahyun. Rahyun menepis tangan
Sehun saat tangan Sehun melonggarkan genggamannya.

"Apa yang kamu lakukan, Ajhussi?" teriak Rahyun.

Sehun menggenggam tangan Rahyun lagi dan segera menariknya untuk pergi.

Chanyeol yang hendak masuk ke dalam gedung kampus mendadak menghentikan


langkahnya. Dia melihat ke arah Rahyun yang sedang bersama dengan seorang pria.

"Apa dia kekasih Rahyun?" tanyanya dalam hati.

Sampai di halaman parkir, Sehun mengambil kunci mobil di saku celananya. Dia lalu
menekan tombol untuk membuka kunci mobil. Salah satu mobil berwarna merah berbunyi.
Dia lalu membuka pintu mobil itu dan memaksa Rahyun untuk masuk. Setelah itu dia duduk
di kursi kemudi. Rahyun tak percaya dia memasuki mobil yang kelihatannya sangat mahal.
Dia menggelengkan kepalanya.

"Ajhussi. Kau akan membawaku kemana?" teriak Rahyun.

"Kenapa kau selalu berteriak?" tanya Sehun heran.

"Karena kau menyebalkan," jawab Rahyun asal.

"Hmmm.." Sehun mengangguk, dia menyalakan mesin dan melajukan mobilnya.

Sehun memakirkan mobilnya di depan restoran yang sangat mahal. Sehun menyuruh
Rahyun untuk turun dari mobil. Rahyun mengangguk dan menuruti perintah Sehun.

"Kenapa kamu membawa kemari?" tanya Rahyun pada Sehun saat masuk ke dalam
restoran itu.
"Ini adalah ucapan terima kasihku, karena kemarin kamu telah menolongku," jawab
Sehun.

Rahyun tiba-tiba memegang bibirnya dan mengingat kejadian kemarin. Sehun dan
Rahyun duduk di meja yang telah disediakan di sana.

"Kau mau pesan apa?" tanya Sehun sambil membuka buku menu restoran.

"Ah, terserah kau saja."

Sehun memanggil seorang pelayan dan memesan dua Lemon Juice saja. Pelayan itu
pun pergi.

Rahyun tak percaya. "Kau membawaku kesini hanya memesan itu saja?" tanyanya
heran. Sehun hanya mengangguk.

"Baboya12?"

"Aku tak bodoh."

Tak lama kemudian, seorang pelayan membawa pesanan Sehun. Dan menyajikannya.
Yang disajikan pelayan itu adalah daging sapi kualitas terbaik di Korea, daging sapi itu
dipanggang dan ditata di atas piring dengan indah, dan ada sayuran di atasnya. Rahyun
terpesona dengan makanan yang ada di hadapannya itu. Pelayan itu juga menyajikan lemon
juice.

"Selamat menikmati," ujar pelayan itu dan melangkah pergi.

"Kapan kamu memesannya?" tanya Rahyun terheran-heran.

"Jangan banyak bertanya. Makan sajalah!" perintah Sehun. Rahyun pun mengangguk
dan mulai memakan makanannya.

Mereka fokus dengan makanan mereka masing-masing. Rahyun dan Sehun telah
menghabiskan makanannya.

"Antar aku ke kampus," pinta Rahyun.


12
Kau bodoh?
Pria itu mengangguk dan beranjak dari kursinya. Rahyun pun mengikuti pria itu.

Sehun dan Rahyun telah berada di dalam mobil. Sehun melajukan mobilnya ke arah
yang berbeda dengan arah kampus.

"Yak! Kita mau ke mana?" tanya Rahyun gelisah.

Sehun hanya diam saja tak menjawabnya.

"Aku harus ke kampus. Sekarang ujian praktik. Kalau aku tak mengikutinya, aku akan
mendapat nilai F," Rahyun mulai kesal. Dia lalu menyandarkan tubuhnya di kursi.

Beberapa menit kemudian, Rahyun sudah berada di alam mimpinya. Dia tertidur.
Sehun melihat sekilas Rahyun yang tertidur dan tersenyum.

Mobil Sehun berhenti di suatu tempat. Sehun mematikan mesin mobilnya. Sehun
memandang wajah Rahyun yang terlihat sangat cantik, perlahan membuka dia kacamata
Rahyun dan itu membuat Rahyun terbangun dari alam mimpinya. Dia mendorong wajah
Sehun yang sangat dekat dengannya.

"Apa yang kamu lakukan?" Rahyun segera menutup bibirnya dengan tangannya.

"Ania," Sehun melepaskan sabuk pengamannya dan turun dari mobil dan memberikan
kacamata itu.

"Isshh, Jinjja13. Bagaimana jika tadi dia menciumku? Oh, tidak," guman Rahyun.

Dia lalu memakai kacamatanya. Rahyun membuka pintu mobil dan turun. Dia terkejut
dengan apa yang di depannya. Sebuah pemandangan yang sangat menajubkan. Desiran
ombak terdengar. Rahyun menghampiri dan berdiri di samping Sehun.

"Kau menyukainya?" tanya pria itu. Rahyun mengangguk.

Rahyun berjongkok untuk membuka sepatunya. Lalu dia berlari-lari di atas pasir.
Sehun melihat itu hanya tersenyum, lalu dia juga membuka sepatunya dan berlari
menghampiri Rahyun.

13
Sungguh
"Ini adalah tempat yang paling ingin kudatangi," ucap Rahyun dalam hati.

Sehun tiba-tiba memeluk Rahyun dari belakang. Rahyun terdiam seperti batu. Sehun
membalikan tubuh Rahyun agar menghadapnya.
Sehun perlahan mendekati wajahnya ke wajah Rahyun. Rahyun menutup matanya.

Sehun tersenyum jahil. Lalu dia mengangkat tubuh Rahyun. Rahyun membuka
matanya karena tubuhnya diangkat oleh Sehun. Dia menatap Sehun, dia terpesona dengan
ketampanan pria itu. Sehun melangkahkan kakinya ke pinggir laut dan dia melempar tubuh
Rahyun ke dalam air. Rahyun kesal, lalu dia bangkit. Dia mendorong Sehun dengan
kekuatannya dan Sehun pun terjatuh. Rahyun tertawa. Lalu keduanya bermain air di bawah
teriknya matahari.

Matahari mulai turun di ufuk barat. Hari pun sudah petang, Rahyun dan Sehun duduk
di sisi pantai, mereka melihat sunset.

"Aku ingin pulang," ujar Rahyun.

"Arraseo14. Ayo kita pulang," Sehun beranjak dari duduknya.

Tiba-tiba ada empat orang pria berbadan besar dengan menggenakan jas menangkap
Sehun. Rahyun terkejut melihat itu. Sehun memberontak, dia melawan keempat pria itu. Tapi
satu lawan empat itu tidak berbanding. Akhirnya Sehun babak belur dan diseret untuk masuk
ke sebuah mobil dan mobil itu pun pergi meninggalkan Rahyun. Mobil Sehun pun di bawa
oleh salah satu dari mereka.

"Siapa mereka? Apa Sehun seorang mafia?" tanyanya bingung.

Rahyun menyadari dirinya hanya sendiri di pantai itu, tak ada satu pun orang di sana
kecuali dirinya. Rahyun menangis, dia langsung berdiri untuk mengambil sepatunya. Dia
melihat sepasang sepatu di samping sepatunya. Dia berteriak putus asa, jatuh terduduk, dan
menangis di dalam kegelapan.

"Kenapa dia mengajakku kemari? Kalau akhirnya aku ditinggalkan sendiri di sini,"
isaknya.

Rahyun kedinginan.
14
Baiklah
"Ah, ponselku, dompetku, tasku. Aish.. Aku membencimu, Ajhussi!" teriak Rahyun
putus asa.

Rahyun beranjak, dia memakai kedua sepatunya. Setelah itu dia pergi tanpa
membawa sepatu Sehun. Tapi, dia kembali lagi dan membawa sepatu yang terlihat mahal itu.

________
METTLE

Bagian 2 ”Dia Seorang Mafia?”


Sehun di bawa oleh orang-orang itu kesebuah rumah yang sangat mewah. Orang-
orang besar itu mendorong Sehun hingga terjatuh tersungkur. Ada seorang pria yang usianya
sekitar lima puluh tahunan mendekati Sehun. Sehun perlahan bangkit meski dia sudah tak
kuat lagi untuk berdiri, wajahnya sudah babak belur. Dia tersenyum sinis. Pria tua itu
langsung memukul wajah Sehun.

"Kau! Jangan pernah membantahku!" bentak pria paruh baya itu pada Sehun.

Pria itu langsung meninggalkan Sehun. Lalu orang-orang berbadan besar itu
membawa Sehun ke suatu ruangan. Sehun hanya tersenyum sinis.

________

Rahyun tampak berjalan di sisi jalanan dengan mendekap sepatu Sehun di


pelukannya. Dia tak tahu arah jalan pulang ke Seoul. Dia melihat seorang pria yang sedang
berjalan di depannya. Dia pun langsung menghampirinya.

"Permisi. Tuan, apa saya boleh meminjam ponsel anda?" tanya Rahyun.

Pria itu tersenyum, lalu dengan baik hati memberikan ponselnya pada Rahyun.
Rahyun menekan tombol telepon dan menelepon seseorang.

"Aish. Kenapa tak di angkat?" Rahyun mencoba menelepon temannya lagi, yaitu D.O.

Rahyun sangat berharap, D.O akan menjawab teleponnya. Rahyun sudah pasrah, lalu
dia memberikan ponsel itu pada pemiliknya.

"Kamshahamnida15," ujar Rahyun sambil membukukan badannya.

"Ania. Apa kau akan pulang?" tanya pria itu.

"Ne, aku ingin pulang ke Seoul tapi aku tak tahu arahnya, dan juga tak punya uang,"
wajah Rahyun memelas.

15
Terima kasih.
"Apa mau aku antar? Sebenarnya aku juga akan ke Seoul," tawar pria itu.

"Jinjja?" mata Rahyun berbinar-binar. Pria itu mengangguk.


.

Pria itu menyuruh Rahyun untuk masuk ke dalam mobilnya. Sebuah mobil berwarna
hitam terkesan mewah. Rahyun masuk ke dalam mobil dan pria itu juga masuk, duduk di
kursi kemudi.

Beberapa jam kemudian, mereka telah sampai di kota Seoul. Pria itu menghentikan
mobilnya di pinggir jalan dekat halte bus. Halte bus itu berada di kawasan tempat tinggal
Rahyun.

"Kamshahamnida, Tuan. Apa saya boleh meminta nomor rekening anda?" tanya
Rahyun.

"Wae?" Pria itu mengerutkan dahinya.

"Saya akan membayar, karena anda telah mengantar saya."

"Oh, Arraseo," Pria itu mengambil dompet dari saku celananya, lalu mengeluarkan
sebuh kartu nama dan memberikan pada Rahyun.

Rahyun heran. "Saya meminta nomor rekening anda. Bukan kartu nama anda," ujar
Rahyun bingung.

"Datanglah ke tempatku, bayarlah secara langsung," Pria itu langsung melajukan


mobilnya, pergi meninggalkan Rahyun.

Rahyun melihat kartu nama itu.

"Namanya Byun Baekhyun. Dia seorang direktur di perusahaan Sekwang. Wow,


daebak16."

Rahyun melangkahkan kakinya. Dia melewati gang kecil, tempat ciuman pertama
dengan Ajhussi gila itu. Dia sampai di depan rumahnya dan langsung masuk ke dalam. Dia
16
Hebat
menjatuhkan sepatu milik Sehun itu ke lantai. Wajahnya terlihat sangat kesal. Karena
mengingat kejadian, di mana Sehun meninggalkannya sendirian di pantai.

_______

Sehun berusaha untuk kabur dari rumah yang megah dan menyimpan misteri di
dalamnya itu. Dia berada di dalam sebuah ruangan, ada jendela yang terkunci di ruangan itu.
Dia mencoba membukanya. Akhirnya jendela itu pun terbuka. Dia keluar dengan cara
meloncat. Dia melihat beberapa orang yang sedang mengawal rumah besar itu. Dia
mengendap-ngendap dan dengan keahliannya dia bisa meloncati pagar. Ada satu orang
pengawal yang melihatnya dan langsung mengejarnya. Sehun berusaha berlari sekuat tenaga
tanpa menggunakan alas kaki.

________

Rahyun telah memakai piyamanya dan hendak tidur. Dia merebahkan diri ke ranjang
dan menarik selimutnya. Matanya hendak terpejam. Tapi terdengar suara ketukan pintu yang
sangat keras membuatnya tak bisa memejamkan matanya. Dia turun dari ranjangnyanya
dengan kesal.

Rahyun membuka pintu rumahnya. Dia menatap heran orang yang membuatnya tak
bisa tidur. Orang itu menundukkan wajahnya. Rahyun angat mengenal orang yang datang itu.

"Wae? Kenapa Ajhussi kemari?" tanya Rahyun kesal.

"Mian17."

"Tak usah minta maaf. Sekarang pergilah! Aku sangat kesal padamu. Oh yah,
kembalikan tasku."

17
Maaf
Sehun mendongkak, Rahyun terkejut karena melihat wajah Sehun yang babak belur.

"Kau, kau kenapa?" tanya Rahyun khawatir, dia menyentuh pipi Sehun yang lembam.

"Na18..." belum menyelesaikan kalimatnya, Sehun pingsan di pelukan Rahyun.

"Yak! Ajhussi, kenapa kau pingsan? Kenapa kau sangat berat, Ajhussi?" teriak Rahyun.

Rahyun pun terpaksa menuntun Sehun dengan tenaga yang ia miliki. Dia benar-benar
kelelahan karena berat badan Sehun. Rahyun berhasil membaringkan Sehun di ranjangnya.

"Ish, Jinjja, Ajhussi ini. Sangat merepotkan," gerutu Rahyun.

"Wajah tampannya terluka," guman Rahyun sambil memegang wajah Sehun.


"Badannya panas. Apa dia demam?" Kali ini dia memegang dahi Sehun. "Dia memang
demam."

Rahyun keluar dari kamarnya dan menuju dapur. Rahyun mengompres luka-luka
lembam di wajah Sehun dengan air dingin, setelah itu dia mengompres dahi Sehun. Wajah
Sehun terlihat damai dan tenang. Dia sangat tampan. Rahyun tersenyum di buatnya.

________

Matahari menyinarkan cahayanya. Sehun terbangun, dia terheran dimana dirinya


sekarang. Dia meraba dahinya, seperti ada sesuatu dan ternyata itu sebuah kain. Dia bangun
dan duduk. Lalu saat dia melihat ke arah samping dia melihat seseorang yang tertidur sangat
lelap. Sehun tersenyum tipis. Dia menghalangi sinar matahari yang menyinari wajah Rahyun
dengan tangannya. Rahyun membukakan matanya. Dia menyingkirkan tangan Sehun yang
menghalangi wajahnya dan bangun.

"Kau sudah baikan?" tanya Rahyun.

"Ah?" Sehun bingung.

"Kemarin kamu demam," ujar Rahyun sambil menyentuh dahi Sehun.

18
Aku
"Rupanya kau sudah tak demam lagi."

Sehun memegang tangan Rahyun menyentuh dahinya.

"Kenapa aku bisa di dalam kamarmu?" tanya Sehun.

"Apa kau lupa? Kemarin kamu datang ke rumahku dan pingsan," jawab Rahyun
sambil menepis tangan Sehun.

"Arra19. Aku pingsan di luar. Lalu bagaimana kau bisa membawaku kemari? Apa
kamu menggendongku? Apa kamu mengangkatku?"

"Anio. Aku menyeretmu," bantah Rahyun membuat Sehun kesal.

Rahyun segera turun dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Sehun turun
dari kasur dia melihat-lihat kamar Rahyun. Dia membuka lemari Rahyun penasaran.

Rahyun keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya dibaluti handuk saja. Sehun yang
melihat itu tertegun dan meneguk ludahnya.

"Yak, Ajhussi! Jangan berpikiran yang aneh-aneh!" teriak Rahyun sambil menutup
bagian dadanya dengan kedua tangannya.

"Aku tidak berpikiran yang aneh-aneh, kok," ujar Sehun dengan wajah polos.

"Bohong!" gerutu Rahyun.

"Aku akan mandi dulu," Sehun melangkah ke kamar mandi.

Rahyun mengerutkan dahinya saat melihat pakaian pria yang dipegang Sehun.

"Pakaian itu punya siapa?" tanya Rahyun.

"Ah, aku menemukannya di lemarimu," jawab Sehun sambil menutup pintu kamar
mandi.

"Mwo? Kau menggeledah lemariku? Yak! Pria gila! Itu pakaian ayahku!" teriak
Rahyun.
19
Aku tahu
Sehun hanya tersenyum di balik pintu kamar mandi.

_________

Rahyun memasak sesuatu di dapur dan dia menyajikan masakannya di meja ruang
televisi. Dia memasak sup. Aroma supnya sangat lezat sehingga Sehun langsung
menyantapnya. Rahyun melihat Sehun yang menyantap masakannya dengan sangat lahap.

"Kau menyukai masakannya atau kau sangat lapar?" tanya Rahyun.

"Kedua-duanya," jawab Sehun dengan mulutnya yang dipenuhi nasi.

Rahyun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum geli.

Sehun telah menghabiskan makanannya dengan begitu cepat. Seperti orang yang baru
menemukan makanan. Rahyun hanya mengedipkan matanya beberapa kali, merasa aneh
dengat tingkah Ajhussi yang berada di dekatnya itu.

"Ajhussi, boleh aku tanya sesuatu padamu?" tanya Rahyun ragu.

"Bertanya tentang apa?"

"Apa kau terlibat sebuah kejahatan? Sehingga kemarin kau dipukul hingga babak
belur dan dibawa pergi oleh mereka."

Sehun hanya diam tak menjawab pertanyaan Rahyun.

Dia memikirkan sesuatu dan perlahan dia mengangguk. Rahyun membulatkan


matanya dan menutup mulutnya yang menganga.

"Jadi, apa kau seorang mafia?" tanya Rahyun lagi.

"Bisa di bilang begitu," jawab Sehun santai.


"Sekarang pergilah dari rumahku!" usir Rahyun tegas. Sehun menatap Rahyun tak
percaya.

"Sekarang pergilah, Ajhussi!"

Sehun tak menanggapi perkatan Rahyun. Dia hanya diam tak bergeming dari
duduknya. Rahyun menarik tangan Sehun dengan paksa. Tapi Sehun malah menarik Rahyun
dan gadis itu terjatuh ke dalam pelukan Sehun. Detak jantung Rahyun rasanya berdetak
sangat cepat.

"Ajhussi, kau sangat gila!" teriak Rahyun sambil memberontak.

"Yah. Aku memang gila. Aku gila karenamu," Sehun berbisik di telinga Rahyun
membuat wanita itu terdiam.

Sehun tersenyum dan melepaskan pelukannya. Dia mendapatkan Rahyun yang


meneteskan butiran-butiran seperti kristal dari matanya.

"Kau menangis?" tanya Sehun sambil menghapus air mata di pipi Rahyun. Rahyun
menunduk sedih.

"Mianhaeyo. Mianhae,"20 ucap Sehun.

"Sekarang pergilah! Aku membencimu. Aku tak ingin terlibat denganmu!" teriak
Rahyun tiba-tiba.

"Apa karena aku seorang mafia?" tanya Sehun. Rahyun perlahan mengangguk.

"Aku tak akan melukaimu Lee Rahyun-ssi. Aku janji."

_________

20
Maafkan aku.Maafkan.
METTLE

Bagian 3 ”Suami”
Sehun dan Rahyun duduk berdampingan sambil menonton televisi. Sehun menatap
Rahyun yang fokus menonton. Pria itu tersenyum kecil. Dia sangat kagum dengan kecantikan
Rahyun, walaupun wanita itu terlihat cupu dengan kacamatanya.

"Kenapa kamu menatapku?" tanya Rahyun lalu menatap Sehun.

"Apa kau tak pergi kuliah?"

"Kuliah? Ajhussi, kartu mahasiswiku ada di tas dan tas itu ada berada di mobilmu,"
kesal Rahyun.

"Ah, geurae21?" Rahyun segera mengangguk.

Sehun tiba-tiba berdiri dan berjalan kearah pintu rumah Rahyun.

"Kau akan pergi kemana, Ajhussi?" tanya Rahyun.

Sehun tak menjawab, dia membuka pintu dan keluar. Sehun mengambil ponselnya
yang ada di saku celananya, dia lalu menelepon seseorang.

"Hyung22! Bisakah kau mengambil sebuah tas di dalam mobilku?" ujar Sehun kepada
seseorang di telepon.

"..."

"Hm.. Aku akan menemuimu di kafe biasa."

"..."

"Arraseo," Sehun menutup teleponnya.

________

Sehun mengunjungi sebuah kedai kopi. sedang duduk di salah satu meja di kedai kopi
sambil menyesap kopinya. Ada beberapa orang menatapnya aneh, karena wajahnya yang
babak belur. Seorang pria masuk ke dalam kedai dan Sehun melambaikan tangannya pada
pria itu. Pria itu bernama Baekhyun, Baekhyun adalah kakak sepupu Sehun. Dia
menggendong sebuah tas besar berwarna hitam. Baekhyun menghampirinya dan duduk di
hadapannya. Baekhyun memberikan tas hitam itu pada Sehun. Sehun penasaran, dia lalu
membuka tas itu dan di sana terdapat pakaian-pakaiannya dan sebuah tas wanita milik
Rahyun.

"Gomawo, hyung,"23 Sehun berterima kasih dan diiringi anggukan Baekhyun.


21
Benarkah?
22
Panggilan adik laki-laki kepada kakak laki-laki.
23
Terima kasih, kak.
"Apa itu tas kekasihmu?" tanya Baekhyun.

"Bukan, ini adalah tas wanita yang sangat aku cintai," jawab Sehun sambil tersenyum.

"Kenapa kamu kabur? Apa karena wanita itu?" tanya Baekhyun.

"Ya. Dan juga aku lelah, hyung. Aku lelah. Yang aku lakukan selalu salah di matanya
dan terus aku pun sering di pukuli."

"Arraseo. Jika itu maumu?" Baekhyun berdiri.

"Jangan beritahu dia. Kalau aku menemuimu, Hyung."

"Arraseo," Baekhyun melangkah pergi.

________

Rahyun berjalan bolak-balik di dalam kamarnya, dia benar-benar bingung. "Apa


Ajhussi itu pergi? Syukurlah," gumannya dan wajahnya terlihat gembira. Tapi tiba-tiba
wajahnya berubah menjadi sedih.

"Bagaimana dia pergi begitu saja?" gerutunya kesal.

Sehun masuk ke dalam rumah Rahyun. Rahyun mendengar suara pintu rumahnya
terbuka. Rahyun menganggap itu adalah pencuri. Rahyun meraih sapu yang berada di dalam
kamarnya. Tubuhnya bergetar ketakutan. Pintu kamarnya terbuka, Rahyun ketakutan dia
menutup matanya dan memukul orang yang masuk ke dalam kamarnya. Sehun yang dipukul
meringis kesakitan.

"Berhentilah! Ini aku Sehun," ucap Sehun.

Rahyun mengenal suara itu segera membuka matanya.Sehun merebut sapu yang
berada di tangan wanita itu dan menjatuhkannya ke lantai.

"Ajhussi, kenapa kamu di sini? Aku kira kau sudah pergi."

Sehun terkekeh karena ucapan. Namun setelah itu wajahnya menjadi serius.

"Kau ingin aku pergi?" tanya Sehun dingin.

Rahyun menundukkan wajahnya, dia tak tahu harus menjawab apa. Di dalam hatinya
dia tak ingin Sehun pergi. Tapi dia merasa malu jika mengatakan seperti itu kepada Sehun.
Sehun tersenyum simpul saat melihat Rahyun yang menundukan wajahnya dan hanya diam
tak menjawab pertanyaannya.

"Rahyun-ssi, ini tasmu," Sehun memberikan tas yang di bawanya.


Rahyun segera meraih tasnya, dan membukanya. Dia mengambil ponsel. Di sana
terdapat dua belas panggilan tak terjawab dan beberapa pesan dari D.O.

"Mwoga24? Dia menghawatirkanku?" guman Rahyun.

Sehun melirik ke arah ponsel Rahyun. "Apa dia pacarmu?" tanyanya cemburu.

"Anio. Dia adalah temanku," bantah Rahyun, tak ingin Sehun salah paham.

"Jinjja?" Sehun memastikan.

"Jinjjayo."

"Arraseo," Sehun melangkah keluar dari kamar Rahyun..

Rahyun mengeluarkan seluruh isi di dalam tasnya. Dia menghela nafas lega. Karena
tak ada satu pun barang yang hilang.

________

Rahyun mengambil laptopnya dan membawanya keluar kamar. Dia duduk di sofa dan
mulai memainkan laptopnya. Sehun datang dari arah dapur dengan gelas berisi air putih yang
berada di tangannya.

"Kau sedang apa?" tanya Sehun sambil menghampiri Rahyun dan duduk di
sebelahnya.

"Aku harus membuat makalah untuk besok," jawab Rahyun.

"Apa mau aku bantu?" tawar Sehun.

"Bagaimana orang sepertimu bisa membuat makalah?" ledek Rahyun sambil tertawa.

Sehun menatap tajam Rahyun hingga membuatnya terdiam.

"Kau meremehkanku, karena aku seorang mafia?" tanya Sehun dengan nada serius.

"Ania, Ajhussi."

"Aku akan membuktikan bahwa aku bisa membuat makalah." Sehun mengambil alih
laptopnya.

"Hajima25, Ajhussi. Bagaimana nanti aku mendapatkan nilai F?"

"Percayalah padaku," ujar Sehun.

24
Apa in?
25
Jangan lakukan itu.
Sehun mengetik dengan serius. Dia sesekali membaca buku yang menjadi sumber
makalah. Rahyun melihat kelihaian Sehun dalam mengerjakan tugas makalahnya. Dia cukup
kagum dengan pria itu.

Sehun memberikan laptopnya pada pangkuan Rahyun. Rahyun mengerutkan dahinya.


Tak mungkin Sehun sudah menyelesaikan makalahnya dengan waktu satu jam.

"Kau sudah menyelesaikannya?" tanya Rahyun sambil menunjuk laptop.

Sehun mengangguk dan tersenyum. Rahyun tak percaya Sehun mengerjakannya


sangat cepat. Hanya membutuhkan beberapa menit, tidak sampai satu jam untuk
menyelesaikannya.

________

Tempat matahari sudah digantikan oleh bulan. Menandakan hari sudah malam.
Rahyun sudah berbaring di kasurnya hendak tertidur. Tiba-tiba Sehun masuk ke dalam
kamar.

"Aku ingin tidur di sini," ucap Sehun membuat Rahyun merubah posisinya menjadi
terduduk.

"Andwe26!" larang Rahyun.

"Wae? Aku ingin tidur di sini," Sehun mendekat.

"Andweyo. Keluarlah, Ajhussi."

Sehun tak mendengarkan ucapan Rahyun, dia langsung berbaring di samping Rahyun.

"Ajhussi!" teriak Rahyun sambil mendorong Sehun hingga berguling dan terjatuh ke
lantai.

_______

Di pagi harinya, Rahyun membuka matanya. Mengerjap-ngerjapkan matanya


sebentar. Tangannya mengambil kacamatanya dan langsung memakainya. Lalu dia turun dari
kasurnya, tapi kakinya menyentuh sesuatu membuat dia mengerutkan dahinya. Saat dia
melihat ke bawah, dia mendapatkan seseorang yang terbaring tidur di lantai dengan lelapnya.

"Ajhussi ini memang gila. Mau-maunya dia tidur di lantai," guman Rahyun.

Lalu Rahyun melangkah menuju ke kamar mandi.

26
Tidak boleh.
Beberapa menit kemudian, setelah mandi, Rahyun telah memakai kaos hitam dan di
padukan dengan celana jeans biru langit. Gadis berkacamata itu lebih menyukai pakaian yang
simple.

Sehun terbangun dari alam mimpinya. Dia melihat Rahyun sedang menata rambutnya.
Sehun membangunkan tubuhnya.

"Aw!" ringis Sehun kesakitan, punggungnya sakit karena tidur di lantai.


Rahyun melihat kearah Sehun.

"Gwaencanha27?" tanya Rahyun khawatir.

"Nan gwaencanha28," jawab Sehun sambil berdiri dan melangkahkan kakinya menuju
kamar mandi.

"Ajhussi, kau jangan memakai sikat gigiku!" teriak Rahyun.

"Aku sudah memakainya," sahut Sehun di dalam kamar mandi.

"Ish. Jinjja," decak Rahyun.

________

Rahyun menyajikan masakannya yang barusan ia masak di meja depan televisi. Sehun
keluar dari kamar. Rahyun memamdang pria di hadapannya.

"Pakaian itu punya siapa?" tanya Rahyun heran melihat Sehun memakai kemeja
kotak-kotak berwarna merah maroon dan di padukan dengan celana jeans berwarna hitam
yang terlihat sangat mahal.

"Ah, aku membelinya," jawab Sehun.

"Geurae? Dari mana kamu mendapatkan uang? Kurasa kau tak membawa uang. Apa
kau mencuri?" tuduh Rahyun.

"Yak! Bagaimana kamu menuduhku mencuri? Aku ini pria tampan dan baik.
Bagaimana seorang pria tampan dan baik menjadi seorang
pencuri?"

"Bisa saja, bukankah kamu itu seorang mafia?"

Sehun mengangguk-anggukan kepalanya saat mendengar ucapan Rahyun.

"Ania, aku memiliki banyak uang karena aku adalah seorang mafia," jelas Sehun.

27
Kau baik-baik saja?
28
Aku baik-baik saja.
"Sudahlah, ayo kita makan."

Mereka berdua menyantap makanan yang tertata rapih di meja.

_______

Rahyun keluar dari rumahnya hendak pergi ke kampus. Sehun mengikuti Rahyun dari
belakang. Rahyun menghentikan langkahnya, dia berbalik menatap Sehun.

"Kenapa Ajhussi mengikutiku?" tanya Rahyun.

"Aku bosan di rumah."

"Pergi saja ke tempat lain. Jangan mengikutiku," Rahyun membalikan badannya dan
berlari. Sehun segera mengejar Rahyun.

Pria itu tetap mengikutinya. Di dalam bus, Rahyun menatap Sehun sebal. Sedangkan
orang yang ditatapnya hanya tersenyum manis. Bus berhenti di halte. Rahyun segera turun.

Rahyun memasuki gedung kulihannya. Di belakang Sehun mengikutinya. Rahyun


kesal. Beberapa mahasiswa melihat ke arahnya dan seperti membicarakan sesuatu
tentangnya. Rahyun berada di koridor, dia melihat kebelakang memastikan bahwa Sehun
masih mengikutinya atau tidak. Tapi dia tak melihat Sehun lagi. Rahyun menghela nafas lega.

"Lee Rahyun-ah!" teriak seorang mahasiswi dan langsung merangkul leher Rahyun.

Mahasiswi itu bernama Go Hani. Hani adalah teman kuliah ditambah teman kecil
Rahyun.

"Kenapa kemarin kamu tak kuliah? Aku dan D.O tak bisa menghubungimu dan juga
siapa pria tampan yang membawamu kemarin lusa?" tanya Hani.

Rahyun malas menjawab pertanyaan Hani dan berjalan mendahuluinya.

"Rahyun-ah.." Hani mengejar Rahyun.

"Hani-ya, kurasa semua orang menatap ke arahku," ujar Rahyun yang menyadari
beberapa mahasiswi menatapnya sengit.

"Ah, karena kamu adalah pacar Chanyeol-sunbae. Yak! Lee Rahyun, kenapa kamu
tak memberitahuku bahwa kamu dan Chanyeol-sunbae berpacaran?"

"Mwo?" Rahyun membulatkan matanya.

"Ish," decak Hani.


"Ania. Aku tak berpacaran dengannya!" bantah Rahyun.

"Gotjimal29! Kalau kau tak berpacaran dengannya, lalu kenapa Dosen Kim
memberitahu kepada mahasiswa-siswi bahwa kalian itu berpacaran?"

"Mwo? Dosen Kim melakukan itu?" Hani segera mengangguk.

Ada Chanyeol sedang berjalan menuju ruang dosen. Rahyun melihatnya dan langsung
menghampirinya diikuti Hani yang melangkah di belakang Rahyun.

"Sunbaenim! Semua orang menganggap kita berpacaran," ucap wanita berkacamata


itu tanpa basa-basi pada seniornya.

"Rahyun-ssi. Biarkan saja. Kita itu tak berpacaran. Jadi jangan menanggapinya
dengan serius," ujar Chanyeol.

"Tapi.."

"Aku harus pergi dulu. Nanti kita bicara lagi," Chanyeol meninggalkan
mereka berdua.

"Jadi kalian tak berpacaran?"

"Ne, bukankah aku sudah bilang," Rahyun segera berjalan menuju kelas.
.

Pulang kuliah, Rahyun keluar dari gedung. Dia tak sengaja bertemu dengan Chanyeol
yang hendak pulang juga.

"Rahyun-ssi, apa kamu mau pulang?" tanya Chanyeol. Rahyun mengangguk.

"Apa mau pulang bersama? Aku juga akan pulang," tawar Chanyeol.

"Tidak usah. Aku akan pulang sendiri. Lagi pula nanti semua orang akan salah paham
bahwa kita berpacaran," tolak Rahyun.

"Jangan pikirkan mereka. Kita pulang bersama saja. Jangan menolak jika seseorang
akan berbuat baik," Chanyeol memegang lengan Rahyun.

"Lee Rahyun!" panggil seseorang dari belakang Chanyeol.

Rahyun kaget melihat Sehun. "Ajhussi."

Chanyeol membalikan badannya. Dia melihat seorang pria yang melangkah


mendekati mereka. Sehun memperhatikan tangan Chanyeol memegang lengan wanitanya.
Dia langsung menepis tangan Chanyeol dengan kasar dan menarik Rahyun agar menjauhi
pria itu. Chanyeol menatap Sehun marah.

29
Bohong
"Nuguya30?" tanya Chanyeol marah.

"Ah, kenalkan namaku adalah Oh Sehun. Suaminya Lee Rahyun," Sehun


memperkenalkan dirinya. Rahyun menatap Sehun tak percaya.

"Rahyun-ssi. Kau sudah bersuami?" tanya Chanyeol.

"Sunbaenim, jangan salah paham. Dia, dia.." sebelum Rahyun menjelaskan pada
Chanyeol, Sehun membekap mulut Rahyun dengan cara menciumnya.

Chanyeol menatap mereka datar. Dia memperhatikan sekitarnya. Beberapa mahasiswa


yang menyaksikan kejadian itu. Di antara mereka menyoraki dan memuji keberanian Sehun
yang mencium Rahyun di tempat umum.

Rahyun sangat terkejut, dia mendorong Sehun. "Ajhussi!" Rahyun menatap tajam
Sehun.

"Kurasa kau tak perlu menunjukkannya dengan cara seperti itu," ucap Chanyeol sinis
pada Sehun.

"Agar meyakinkanmu saja," balas Sehun tak kalah sinis.

Chanyeol tersenyum sinis. "Kau tak perlu meyakinkanku. Lee Rahyun, aku pergi
dulu."

Chanyeol melangkahkan kakinya meninggalkan mereka berdua. Setelah kepergian


Chanyeol, Rahyun menendang keras kaki Sehun sehingga Sehun meringis kesakitan.

"Neo! Na miwoyo, Ajhussi!"31 teriak Rahyun dan langsung berlari pergi.

Sehun segera mengejar Rahyun. Dia meraih lengan wanita itu. Rahyun mencoba
menepisnya, namun Sehun menggenggam lengannya dengan erat.

"Ajhussi, lepaskan!" pinta Rahyun marah.

"Kau marah?" tanya Sehun.

"Ya, aku marah. Jadi lepaskan!" tegas Rahyun.


30
Siapa kau?
31
Kau! Aku membencimu, paman.
Perlahan Sehun melepaskan lengan Rahyun. "Kau menyukai pria itu?"

Rahyun terdiam saat mendengar pertanyaan Sehun.

"Jawab aku Lee Rahyun. Apa kau menyukainya?"

"Kenapa aku harus menjawabnya?" tanya Rahyun balik.

"Tentu, kau harus menjawabnya."

"Jika iya, memangnya kenapa?"

Sehun menatap Rahyun tajam. "Kau menyukainya?" tak percaya dengan yang
dikatakan oleh wanita itu

Rahyun mengangguk yakin. Sehun melangkah mundur, dia berbalik dan langsung
melangkah pergi meninggalkan Rahyun, Rahyun menatap kepergian Sehun dengan sedih.

"Aku menyukaimu, Ajhussi," guman Rahyun.

________

Chanyeol melangkahkan kakinya menuju perpustakaan dan sesekali dia menghela


nafas beratnya. Dia tak pernah menyangka kalau Rahyun itu sudah bersuami. Dia mengingat
kejadian tadi. Dia pun mengingat wajah pria yang mengaku sebagai suami Rahyun. Rasa dia
tak asing dengan pria yang bernama Sehun itu. Ya, dia mengingat nama itu. Oh Sehun, dia
dapat mengingatnya. Tak mungkin Oh Sehun, sepupunya. Chanyeol tersenyum sinis. Pria itu
tak mungkin sepupunya.

_________
METTLE

Bagian 4 ”Selamat tinggal”


Pria itu masuk ke dalam rumah Rahyun. Dia langsung duduk di sofa. Mengusap
wajah tampannya dengan kasar. Dia mengeluarkan sebuah buku kecil dari sakunya. Itu
adalah buku diary Rahyun yang ia dapatkan saat bertemu Rahyun pertama kali. Di membuka
sebuah halaman yang menuliskan curahan hati Rahyun tentang pria yang bernama Chanyeol.

Dear diary,

Tuhan, aku sangat mencintai seniorku. Dia sangat


perhatian padaku. Aku sangat berharap kalau dia akan menjadi
pacar pertamaku.

"Kau memang menyukai pria bernama Chanyeol itu."

Sehun menatap diary itu dengan wajah sedih. Sehun memasukan diary itu ke dalam
tasnya. Dia lalu berdiri dan melangkah keluar.

________

Rahyun berada di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi. Dia memegang
sebuah kartu nama. Kartu nama milik Baekhyun.

"Apa dia benar-benar seorang Direktur di perusahaan ini?" tanya Rahyun dalam hati.
Rahyun perlahan melangkah masuk ke dalam gedung itu.

"Permisi, Bisakah saya bertemu dengan Direktur Byun Baekhyun?" tanya Rahyun
pada salah satu karyawan wanita yang berada di reception.

"Ah, Tunggu sebentar," Karyawan itu menelepon seseorang. Dan beberapa menit
kemudian, karyawan itu menutup teleponnya.

"Byun-sajangnim32, berada dalam kantornya. Silahkan anda naik ke lantai empat,"


ujar karyawan itu.

"Kamshahamnida33," Rahyun melangkah menuju lift.


32
Direktur
33
Terima kasih
_______

"Hyung, bisakah kau meminjamkan mobilmu?" tanya seorang pria pada Baekhyun
yang sedang duduk di sofa kantornya.

Baekhyun menatap pria itu yang disebut sebagi adik sepupunya. Dia menyeritkan
dahinya bingung.

"Untuk apa kau meminjamnya? Kenapa juga kau kemari? Apa kau tahu? Ada
beberapa orang suruhan yang bersedia menangkapmu di sini."

"Kau tak perlu tahu, hyung. Dan aku tak peduli dengan mereka. Cepatlah, hyung.
Pinjamkan aku mobilmu," Sehun memohon dengan wajah memelas.

"Apa kau akan mengajak wanita yang kau sukai itu?" tanya Baekhyun tiba-tiba.

"Dari mana kau tau, hyung? Woah, kau benar-benar jenius."

Baekhyun tersenyum. "Arraseo," Baekhyun mengambil kunci mobil yang berada di


saku jasnya. Lalu dia melemparkannya kepada Sehun.

Dengan sigap, Sehun segera melemparkannya kepada Baekhyun. "Gomawo, hyung,"


ucap Sehun sambil tersenyum riang. Setelah dia mendapatkan kunci mobilnya dia segera
keluar dari kantor Baekhyun.

Baekhyun hanya tersenyum melihat tingkah adik sepupunya itu. Dia penasaran
dengan wanita yang membuat Sehun jatuh cinta.

Sehun berjalan menuju lift. Dia menghentikan langkahnya, saat melihat Rahyun yang
keluar dari lift. Sehun segera masuk ke dalam ruangan karyawan dan bersembunyi. Di
ruangan itu terdapat karyawan yang sibuk bekerja. Para karyawan wanita melihat Sehun dan
terpesona karena ketampanannya. Sehun membukukan badannya meminta maaf.

Rahyun berjalan menuju kantor Baekhyun. Sehun keluar dari ruangan itu dan melihat
Rahyun yang berjalan ke arah kantor kakak sepupunya.
"Untuk apa dia ke sini?" tanya Sehun dalam hati.

Baekhyun hendak melanjutkan pekerjaannya yang tertunda karena kedatangan adik


sepupunya. Tapi tiba-tiba seketarisnya masuk. Baekhyun pun menatap sekretarisnya.

"Sajangnim, ada seseorang yang ingin menemui anda," ucap Seketaris yang bernama
Kim Riah.

"Nugu34?" tanya Baekhyun.

"Dia seorang wanita."

"Biarkan dia masuk."

"Ne."

Seketaris Kim keluar dari ruangan Baekhyun. Lalu masuklah seorang wanita masuk
ke dalam kantor Baekhyun. Baekhyun mengenalinya.

"Ah, kau.." ujar Baekhyun mendekati Rahyun.

"Ne. Annyeonghaseyo," sapa Rahyun sambil membungkuk hormat.

"Kau kemari untuk membayar itu?" tanya Baekhyun yang tahu tujuan Rahyun datang
ke kantornya.

"Ne, igeo.." Rahyun mengeluarkan sebuah amplop yang berisi uang dari tasnya dan
memberikannya pada Baekhyun.

Baekhyun menerima amplop itu dan membukanya. Dia tersenyum saat melihat uang
beberapa won di dalamnya.

"Maaf, jika uang itu kurang banyak. Aku tak mempunyai uang lagi," ujar Rahyun.

Baekhyun memberikan kembali amplop itu kepada Rahyun. Rahyun hanya diam dan
kebingungan.

34
Siapa?
"Bukankah kau bilang kau tak punya uang lagi? Jadi ambilah ini. Aku tak
membutuhkannya. Aku hanya memberi tumpangan padamu. Dan kau tak perlu
membayarnya."

"Tapi.."

"Tak ada tapi-tapi. Ambilah!" Baekhyun memasukan amplop itu ke dalam tas
Rahyun.

"Kamshahamnida.".

Sehun masih berada di basement perusahaan. Dia sedang bersembunyi di belakang


mobil berwarna hitam. Dia bersembunyi karena ada beberapa orang yang memakai pakaian
hitam. Dia mengenali mereka. Mereka sangat berniat untuk Setelah orang-orang itu pergi.
Dia keluar dari persembunyiannya dan mencari mobil Baekhyun. Dan akhirnya ketemu, dia
menekan tombol untuk membuka kunci, dan langsung masuk ke dalam mobil itu.

_______

Rahyun berjalan menuju rumahnya. Dia mengerutkan dahinya saat melihat mobil
berwarna biru berada di depan rumahnya. Rahyun segera masuk ke dalam rumahnya. Saat
masuk ke dalam dia melihat Sehun yang sedang tiduran di lantai beralaskan selimut sambil
menonton televisi.

"Mobil berwarna biru yang di luar punya siapa?" tanya Rahyun pada Sehun.

"Tentu saja itu punyaku," jawab Sehun sambil melirik sekilas ke arah Rahyun.

Rahyun mendekati Sehun dan duduk di sampingnya. "Kenapa bisa seorang mafia
mempunyai banyak uang?" tanya penasaran.

"Tentu bisa."
"Kalau begitu aku menjadi seorang mafia saja agar bisa mendapatkan uang yang
sangat banyak sepertimu," ucap Rahyun polos.

Sehun menatap Rahyun sambil mengacak-ngacak rambut Rahyun. "Terserah kau saja,"
Sehun tersenyum.

Rahyun merapikan rambutnya dan berdecak kesal. Dia melangkah masuk ke dalam
kamarnya. Wanita itu langsung membersihkan tubuhnya di kamar mandi.

"Ajhussi! Di mana handukku?" teriak Rahyun dari kamar mandi.

Sehun yang mendengar teriakan Rahyun, segera masuk ke dalam kamar Rahyun dan berjalan
menuju kamar mandi sambil membawa sebuah handuk berwarna pink. Sehun mengetuk pintu
kamar mandi.

"Igeo," ucap Sehun.

Pintu kamar mandi terbuka sedikit dan tangan muncul. "Mana?"

Sehun memberikannya. Lalu pintu kamar mandi pun tertutup. Sehun mengedipkan
matanya dan mengeluarkan nafasnya yang sedari tadi dia tahan.

"Seharusnya aku tak membuang kesempatan itu," guman Sehun dengan pikiran
mesumnya.

Rahyun telah selesai mandi dan telah memakai pakaian santai. Dia menuju ke meja
belajarnya dan duduk di kursi. Dia membuka buku tabungannya yang mulai menipis.

"Huft, uangku akan habis. Akhir-akhir ini aku tak pergi bekerja."

Dia menutup buku tabungannya dan menyimpannya di laci meja. Dia hendak
mengambil buku diary-nya. Tapi dia tak melihat diary-nya itu. Dia mencari di laci meja yang
satu laginya. Tapi tetap tak ada. Dia lalu mencari-cari di sekitar kamarnya. Namun hasilnya
nihil.
"Di mana aku meletakannya?" tanyanya.

Rahyun keluar dari kamarnya. Dia mencari Sehun. Mungkin saja, dia melihat dan
tahu di mana diary-nya. Dia melihat Sehun di dapur dia langsung menghampirinya.

"Ajhussi! Apa kau melihat sebuah buku diary?" tanya Rahyun pada Sehun yang
sedang minum air.

Sehun langsung tersedak dan terbatuk-batuk.

"Gwaencanha?"

Rahyun mendekati Sehun dan menepuk-nepuk punggung Sehun hingga batuknya


sudah mereda.

"Mwo?"

"Kau melihat sebuah buku diary, tidak?" ulang Rahyun.

"Aku tak melihatnya," jawab Sehun gugup.

"Jinjja?" Sehun mengangguk.

________

Keesokan harinya, Sehun mengantar Rahyun ke kampusnya. Beberapa mahasiswi


memerhatikan Rahyun yang keluar dari mobil mewah berwarna biru dengan menatapnya
dengan tatapan iri. Rahyun pergi begitu saja tanpa permisi pada Sehun, dia masuk ke dalam
gedung kampus. Di koridor kampus, Seorang mahasiswi dengan sengaja menyenggol tubuh
Rahyun hingga terjatuh. Kacamata Rahyun pun terjatuh. Pemandangan Rahyun guram, dia
tak bisa melihat sekitarnya dengan jelas.

Mahasiswi yang bernama Jinsil itu tersenyum sinis dan beberapa orang yang melihat
kejadian itu hanya tertawa dan ada pula yang merasa kasihan pada Rahyun. Rahyun meraba-
raba lantai untuk mencari kacamatanya. Jinsil dengan sengaja mengijak kacamata Rahyun
hingga kacanya retak dan patah. D.O dan Hani melihat Rahyun yang sedang terduduk di
lantai segera menghampirinya. D.O menyuruh Rahyun untuk bangun. Hani mendorong Jinsil.
"Apa yang kau lakukan pada temanku?" bentak Hani pada Jinsil.

"Teman? Ternyata gadis culun ini mempunyai teman."

Hani benar-benar marah pada gadis yang bernama Jinsil itu. Hani langsung segera
menampar keras pipi Jinsil. Jinsil memegang pipinya yang merah akibat tamparan Hani.

"Neo!"

Jinsil hendak membalas menampar Hani, tapi ada seseorang yang menahan
lengannya.
Orang itu adalah Chanyeol.

"Seonbae.." lirih Jinsil.

Chanyeol menghepaskan lengan Jinsil dengan kasar. "Kau adalah wanita yang paling
kejam yang pernah kutemui," ujar Chanyeol datar.

Dada Jinsil terasa sesak saat mendengar Chanyeol mengatakan itu. Jinsil segera
berlari, dengan air mata yang menetes dari matanya. Hani mengambil kacamata Rahyun yang
retak.

"Rahyun-ah, kacamatanya retak dan juga patah," ucap Hani.

"Gwaencanha?" tanya D.O.

"Gwaencanha," jawab Rahyun.

Chanyeol hanya diam, dia menatap Rahyun.

"Kurasa sekarang kita harus membeli kacamata yang baru," Hani merangkul lengan
Rahyun.

"Tak usah. Aku masih bisa melihat dengan jelas, jadi aku tak perlu membeli
kacamatanya sekarang. Aku akan membelinya nanti," ucap Rahyun berbohong, padahal jelas-
jelas pandangannya sangat guram, dia tak bisa melihat sesuatu dengan jelas.
"Geurae? Baiklah kalau begitu. Kaja35, kita ke kelas," D.O menuntun Rahyun. D.O
tahu bahwa Rahyun tak bisa melihat dengan jelas.

Hani membuang kacamata yang sudah rusak itu ke dalam tong sampah. Chanyeol hanya diam
dan melihat kepergian mereka. Dia kecewa, karena Rahyun tak menyapanya, malah
mengabaikannya.

________

Di kelas, Dosen Lee sedang mengajar para mahasiswa. Dosen Lee menulis sesuatu
white board, Rahyun mencoba membaca tulisan di papan itu. Tapi hasilnya nihil, dia tak bisa
membacanya dengan jelas. D.O melirik ke arah Rahyun. Dia membacakan tulisan di papan
tulis itu untuk Rahyun. Rahyun tersenyum kecil dengan perhatian sahabatnya itu. Rahyun
segera menulis di catatannya.

“Gomawo,” ujarnya pada D.O.

Setelah kelas selesai. Rahyun, D.O dan Hani kelar dari kelas mereka sambil
membicarakan materi yang telah disampaikan oleh Dosen Lee. Hani melihat jam tangannya.

“Sepertinya aku harus pergi. Aku pergi duluan yah, bye,” pamit Hani sambil berlari
pergi.

D.O dan Rahyun hanya menetap kepergian Hani yang terburu-buru itu.

“Kau akan langsung pulang, kan? Aku antar yah,” tawar D.O pada Rahyun.

“Tidak apa-apa kok, aku bisa pulang sendiri. Kau tak usah repot-repot mengantarku,”
tolak Rahyun.

“Apanya yang repot? Kita ini sudah berteman bertahun-tahun. Jadi tak ada yang
direpotkan. Kalau kamu menolaknya, aku takkan berbicara padamu lagi,” ancam pria itu.

35
Ayo pergi
Chanyeol sedang berada di toko kacamata, dia melihat-lihat kacamata yang ada
disana. Pegawai di sana menghampiri Chanyeol dan menanyakan kacamata apa yang di
butuhkan Chanyeol. Dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya, itu adalah kacamata Rahyun yang
sudah rusak, dia mengambilnya di tong sampah.

"Apa ada kacamata yang seperti ini?" tanya Chanyeol sambil menunjukkan kacamata
itu.

Pegawai itu mengambil dan melihat-lihat kacamata itu.

"Ah, kami tak mempunyai yang seperti ini. Tapi kami mempunyai yang lebih bagus
dari ini."

Pegawai itu melangkah menuju meja transparan yang memperlihatkan kacamata yang
indah, Chanyeol mengikutinya.

"Ini hampir mirip dengan kacamata anda," ujar pegawai itu menyondorkan sebuah
kacamata minnus.

"Ini bagus. Aku akan mengambil yang ini," ucap Chanyeol yang langsung menyukai
kacamata yang di tawarkan pegawai itu.

"Baiklah. Saya akan mengganti lensanya sebentar."

Pegawai itu mengganti lensa kacamatanya. Seteklah selesai mengganti lensa, pegawai itu
membungkus kacamata itu dan memberikan kacamatanya yang sudah di dalam kotak.
Chanyeol membayar ke kasir.

"Semoga kau menyukainya," guman Chanyeol dan tersenyum.

Chanyeol menepikan mobilnya di depan rumah Rahyun. Dia menganggap Rahyun


sudah pulang. Dia heran, karena ada sebuah mobil berwarna biru di sana. Chanyeol mengetuk
pintu rumah Rahyun. Pintu terbuka dan terlihat seorang pria. Chanyeol menatap datar pria itu.

"Kau? Kenapa kamu berada di rumah Rahyun?" tanya Chanyeol pada pria itu.
"Yak! Apa kau lupa? Aku ini adalah suami Rahyun. Dan juga seharusnya aku yang
bertanya padamu. Kenapa kau kemari?" kesal Sehun.

"Ah, benar. Aku lupa," Chanyeol menunduk.

"Ajhussi!" teriak Rahyun yang baru saja datang.

Chanyeol berbalik kebelakang, dia dapat melihat Rahyun yang menghampiri mereka.
Rahyun terkejut melihat ada Chanyeol. Meskipun pandangan Rahyun guram, tapi dia masih
dapat melihat wajah seseorang dengan lumayan jelas.

"Seonbae.." Rahyun menatap Chanyeol.

Chanyeol tersenyum. ”Kuharap, kamu menyukainya,” Dia memberikan sebuah kotak


persegi panjang pada Rahyun dan berjalan pergi. Rahyun melihat kepergian Chanyeol.
Rahyun membuka kotak itu dan mendapatkan sebuah kacamata di dalamnya. Sebuah
senyuman terlukis di wajah Rahyun. Sehun melihat itu hanya terdiam. Lalu dia masuk ke
dalam rumah meninggalkan Rahyun.

Malam harinya, Sehun menghampiri Rahyun yang sedang duduk menonton televisi.

"Rahyun-ssi, apa kau mau melihat acara kembang api di Sungai Han?" Sehun duduk
di samping Rahyun.

"Kapan acaranya?"

"Kurasa sebentar lagi acaranya akan di mulai."

"Mwo? Kenapa kau baru memberi tahuku? Tapi, besok aku akan kuliah pagi!" teriak
Rahyun histeris.

"Geurae? Berarti kita tak bisa melihatnya," Sehun tersenyum terpaksa.

"Kau bisa pergi saja sendiri."

"Shireo. Aku ingin pergi bersamamu."


"Tapi aku tak bisa."

"Kau tak bisa, aku pun tak bisa."

"Terserah kau saja," Rahyun mendecak kesal.

Rahyun telah tidur di kasurnya. Sehun masuk ke dalam kamar Rahyun. Sehun
menggendong sebuah tas hitam, dia seperti hendak pergi. Dia menatap Rahyun yang sedang
tertidur. Dia mendekatkan wajahnya ke wajah Rahyun dan mencium bibir Rahyun. Sehun
mencium Rahyun sangat lama, dan akhirnya melepaskannya.

"Seharusnya aku dan kau bisa melihat kembang api malam ini. Aku ingin
mengajakmu jalan-jalan untuk terakhir kalinya dan merayakan ulang tahunmu. Tapi...
Rahyun-ah, kau tahukan bahwa aku mencintaimu? Sekarang aku akan mulai melupakanmu
dan kau juga harus melupakanku. Rahyun-ah, berbahagialah dengan orang yang kau cintai.
Rahyun-ah, jaga dirimu baik-baik. Maaf, karena aku telah mengganggu hidupmu. Selamat
ulang tahun dan Selamat tinggal." Sehun meneteskan air matanya, dia mengecup dahi
Rahyun dan keluar dari kamar Rahyun.

________
METTLE

Bagian 5 ”Menolong”
Sehun menepikan mobil yang ia kendarai di sebuah rumah mewah. Ada beberapa
orang yang berpakaian hitam. Mereka adalah orang-orang suruhan pria paruh baya bernama
Oh Kwangsoo, orang yang mempunyai perusahaan Sekwang. Pria paruh baya itu bisa di
bilang ayahnya sendiri. Orang-orang suruhan itu menunduk hormat Sehun. Sehun masuk ke
dalam rumah itu.

Saat masuk, dia telah di sambut oleh ayahnya. Tuan Oh memasang muka garang, dia
mendekati Sehun dan langsung memukul wajah Sehun. Sehun hanya diam menerima pukulan
itu. Tuan Oh, dulunya orang yang sangat baik, dia tak pernah berbuat jahat atau kejam kepada
orang lain, tapi semenjak istrinya sekaligus Ibu Sehun meninggal, dia berubah menjadi orang
yang kejam. Dia bahkan terlibat dalam suatu kejahatan yang sangat besar. Sehun merasa lelah
dengan ayahnya, makanya dia kabur dari ayahnya itu. Tuan Oh memukul wajah anaknya lagi.

"Samchon, hentikan." Baekhyun datang dan menghampiri mereka.

"Abeoji, apa kau tahu? Aku lelah," suara Sehun terdengar lesu. Dia melangkah
menuju kamarnya, meninggalkan mereka.

Tuan Oh semakin geram dengan kelakuan anaknya itu. ”Dia seharusnya tahu diri.”

"Samchon, tenangkanlah dirimu," ujar Baekhyun pada pamannya itu.

________

Pagi hari. Matahari telah terbit di ufuk timur. Sinarnya menembus jendela kamar dan
menyinari wajah seorang wanita yang sedang berada di alam mimpinya. Rahyun perlahan
membuka matanya. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Dia meraih kacamata
pemberian Chanyeol itu di atas nakas dan langsung memakainya. Dia turun dari kasurnya dan
langsung melangkah menuju kamar mandi.

Rahyun telah memakai pakaian lengkapnya. Dia menggenakan kaos panjang


berwarna biru dan dipadukan dengan celana jeans. Dia mengucir kuda rambutnya. Dia
memakai sepatunya. Dia mengambil tasnya dan keluar dari kamarnya. Saat keluar dari
kamar. Rahyun dapat merasakan rumahnya terlihat sepi. Rasanya dia kehilangan sesuatu.
Dia juga tak menemukan Sehun.
"Ajhussi!" panggil Rahyun. Dia memerhatikan setiap sudut rumahnya. Mencari
keberadaan pria yang beberapa hari ini tinggal di rumahnya. Ke mana kepergian pria itu?

"Ajhussi.." wanita itu mulai kesal.

Rahyun melihat sebuah stick note tertempel di layar televisi. Rahyun mengambil note
itu dan membacanya.

Rahyun-ssi, Selamat ulang tahun.

Rahyun-ssi, aku pergi.

Maaf selama ini aku mengganggu hidupmu.

Aku mencintaimu.

Oh Sehun~

Rahyun menatap note itu. Dia terdiam di tempatnya. "Ajhussi.." lirihnya. Di dalam
hatinya Rahyun tak tahu apa dia harus bahagia atau sedih atas kepergian Sehun. Dia
tersenyum terpaksa.

"Apa aku harus bahagia? Dia pergi saat di hari ulang tahunku," gumannya.

________

Rahyun masuk ke dalam kelasnya dengan wajah murung. D.O melihat Rahyun dan
menyapanya. Tapi Rahyun hanya diam, tak menyahut sahabatnya itu. D.O tahu temannya itu
sedang keadaan yang tidak baik. Rahyun duduk di samping D.O.

"Gwaencanha?" tanya D.O.

"Maksudmu?" tanya Rahyun balik.

"Kau tak terlihat baik. Apa kau baik baik saja?"


"Ah, na gwaencanhayo."

"Geurae?" Rahyun mengangguk mantap.

Hani datang dan langsung memeluk Rahyun. Rahyun hanya diam tak membalas
pelukan itu. Dia melepaskan pelukannya keheranan dengan tingkah sahabatnya.

"Kau sudah membeli kacamata baru rupanya. Kacamatamu sangat bagus," puji Hani.

Rahyun tak menanggapi perkataan Hani.

"Dia kenapa?" bisik Hani pada D.O.

"Molla36. Seharusnya dia bahagia karena hari ini ulang tahunnya."

"Ah, Hari ini Ulang tahunnya. Aku hampir lupa."

"Diamlah, kalian berisik," bentak Rahyun pada mereka.

Hani dan D.O mengerjapkan mata mereka dan menatap Rahyun aneh.

Di kantin juga, Rahyun tetap diam. Hani dan D.O merasa risih dengan kelakuan
Rahyun itu.

"Rahyun-ah. Ada apa denganmu? Kau marah pada kita karena kita tak mengucapkan
selamat ulang tahun. Kalau begitu selamat ulang tahun, Rahyun-ah," ucap Hani.

"Aniya," sangkal Rahyun sambil menunduk.

"Lalu kau kenapa?" tanya D.O.

"Na.. Na ddo mollaseo," 37 jawab Rahyun.

________

36
Tak tahu
37
Aku juga tidak tahu
Di koridor kampus, tak sengaja Chanyeol melihat Rahyun yang sedang duduk di
kursi. Dia menghampirinya dan duduk di sampingnya. Wanita itu melamun, tak tahu dengan
keberada Chanyeol.

"Kau memakainya kacamatanya. Apa kau menyukainya? Kau tahu, itu adalah hadiah
untuk ulang tahunmu. Selamat ulang tahun Rahyun-ssi. "

Rahyun terkejut saat mengetahui Chanyeol di sampingnya.

"Ne. Gomapseumnida. Sunbaenim." Wajah Rahyun sangat murung. Sampai Chanyeol


tak melihat guratan senyuman yang biasa menghiasi wanita berkacamata itu.

"Ania." Chanyeol tersenyum kikuk. Bingun dengan sikap wanita yang berada di
sampingnya itu.

________

Sore hari, Rahyun keluar dari gedung kampus. Dia melangkah dengan pandangan
kosong. Ada seseorang orang memandangnya dari kejahuan, dia adalah Sehun.

Pria itu memandang Rahyun lewat kaca jendela mobil. Tak sengaja seseorang
menyenggol Rahyun hingga terjatuh. Sehun berniat hendak keluar dari mobil hendak
menolong Rahyun, namun dia membatalkan niatnya itu. Rahyun perlahan bangkit. Orang
yang menyenggol Rahyun itu meminta maaf. Rahyun hanya tersenyum dan melangkah pergi.
Rahyun hampir saja terserempet mobil, untung saja seseorang menarik tangan Rahyun dan
langsung memeluknya. Sehun melihat semuanya, dia marah. Sehun melajukan mobilnya.

Rahyun melepaskan pelukan itu. Orang yang menolongnya adalah Chanyeol.

"Aku hanya menolongmu, tadi motor itu akan menyerempetmu." Chanyeol mencari
alasan agar Rahyun tak salah paham.

"Gomapseumnida." Rahyun membungkukkan tubuhnya.

Chanyeol hanya tersenyum. Sikap wanita itu sungguh aneh.


Sehun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ada truk yang melaju cepat di
depannya. Sehun, dia mencoba menghindari truk itu dengan membanting stirnya. Dia
membelokkan mobilnya ke arah kanan, tapi dia kehilangan kendali kemudinya. Akhirnya
mobil Sehn itu menabrak pembatas jalan dan terbalik.

Tiga bulan kemudian, Rahyun berada di rumahnya. Dia sekarang sedang memandang
stick note yang di tinggalkan Sehun ketika pergi. Dia masih mengingat pria itu.

"Aku merindukanmu, Ajhussi."

Hujan lebat turun dari langit Seoul, Rahyun menghela nafasnya. Kuliahnya sedang
libur, tapi dia harus bekerja. Dia keluar dari rumahnya dan membuka payung. Lalu dia
melangkah pergi.

Rahyun telah sampai di tempat kerjanya, yaitu di sebuah restoran mewah. Dia
memakai seragam pelayan. Rahyun melayani pelanggannya dengan sangat baik dan telaten.
Dia membawa sebuah minuman dan tak sengaja dia menabrak seorang pria dan minuman itu
tumpah ke jas si pria itu. Pria itu kesal dengan pelayan yang membuat jasnya kotor.

"Maafkan saya," Rahyun membungkuk meminta maaf. Saat Rahyun mendokak, dia
membulatkan matanya. "Ajhussi.." lirih Rahyun saat melihat wajah yang begitu mirip dengan
Sehun. Kemungkinan besar, dia memang Sehun.

Pria itu mengerutkan dahinya saat mendengar kata 'Ajhussi' dari mulut Rahyun.

"Oh Sehun," panggil Rahyun.

"Dari mana kau tahu namaku? Kau mengenalku?" tanya Sehun.

Rahyun mengrjapkan matanya. Pria itu tak mengenalnya. "Kau tak mengingatku?"

"Nuguseyo38?"

Rahyun hendak menjawab pertanyaan Sehun, tapi tiba-tiba manager restoran


menghampiri mereka.

"Lee Rahyun-ssi. Kenapa kamu sangat ceroboh?" bentak Manager Jin pada Rahyun.
38
Anda siapa?
"Maafkan saya."

Sehun terdiam saat mendengar nama Lee Rahyun. Dia merasa tak asing dengan nama
itu.

"Sekarang pergilah ke tempatmu. Oh, Tuan. Maafkan atas kecerobohan pegawai


saya," manager itu meminta maaf pada Sehun.

"Tak apa-apa," ucap Sehun sambil menatap Rahyun yang berjalan pergi.

Sehun menghampiri seseorang yang sedang duduk di meja restoran itu. "Hyung, Kau
sudah lama menunggu?" tanyanya pada kakak sepupunya yang sudah duduk di kursi.

"Ania," jawab Baekhyun.

"Maaf, aku telat. Di luar hujan sangat lebat."

"Gwaencanha. Kau akan pesan apa?"

"Aku.." Sehun melihat daftar menu.

Baekhyun memanggil seorang pelayan dan ternyata pelayan itu adalah Rahyun.
Rahyun menghampiri mereka. Baekhyun mengenali pelayan berkacamata itu.

"Kau.." Baekhyun mengenal gadis itu.

Sehun melihat ke arah Baekhyun.

"Oh, Annyeonghaseyo," Rahyun membungkuk hormat pada Baekhyun.

"Annyeong! Kau bekerja di sini?" tanya Baekhyun.

"Ne."

Sehun memerhatikan mereka berdua yang sepertinya saling mengenal.

"Oppadeul39!" seorang gadis tiba-tiba datang.

39
Para kakak laki-laki
Wanita itu duduk di samping Sehun dan merangkul lengan Sehun. Wanita berwajah
imut itu bernama Min Dohee dan Dohee adalah calon tunangan Sehun. Rahyun melihat
mereka, perasaannya menjadi campur aduk. Dia merasa senang saat bertemu lagi dengan
Sehun. Dia sedih karena Sehun tak mengenalinya dan sekarang dia cemburu saat melihat
Sehun dirangkul oleh wanita lain.

"Kukira kamu tak akan datang," ucap Baekhyun pada Dohee.

"Oppa40, tentu saja aku datang. Karena calon tunangan aku pun datang."

Hati Rahyun rasanya sakit saat mendengar itu. Ternyata wanita itu adalah calon
tunangan Sehun.

"Yak! Dohee-ya. Kau kesini hanya untuk bertemu dengan Sehun?"

"Tentu saja. Aku merindukannya. Akhir-akhir ini Sehun-oppa sangat sibuk. Dan kami
jarang bertemu."

"Kalian akan memesan apa?" tanya Rahyun sambil tersenyum, lebih tepatnya
tersenyum
terpaksa.

________

Malam harinya, Rahyun berada di kamarnya. Dia masih memikirkan kejadian tadi
saat di restoran. Dia akhirnya tahu alasan Sehun pergi. Ternyata Sehun memiliki calon
tunangan. Tapi kenapa Sehun tak mengenalinya. Apa Sehun pura-pura tak mengenalnya?
pikir Rahyun.

"Ajhussi. Kau jahat," Rahyun mulai mengeluarkan air matanya.

Di sisi lain Sehun pun berada di kamarnya. Dia memegang sebuah buku diary. Itu
adalah diary milik Rahyun.

"Apa pegawai restoran itu pemilik diary ini?" tanyanya.

40
Panggilan adik perempuan pada kakak laki-laki
Lalu dia mengambil kunci mobilnya dan keluar dari kamarnya. Dia akan pergi ke
alamat pemilik diary yang tertera dalam buku diary itu.

"Kau akan kemana?" tanya Tuan Oh saat melihat Sehun yang membuka pintu utama
rumah.

"Aku akan pergi ke suatu tempat," jawab Sehun.

Sehun keluar dari rumah. Dia menghampiri mobil yang terparkir di perkarangan
rumah. Dia segera masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya.

Sehun menepikan mobil merahnya di depan sebuah rumah kecil yang terlihat kumuh.
Dia telah berputar-putar untuk mencari rumah itu. Dia turun dari mobilnya. Di melangkah
perlahan menuju pintu rumah dan mengetuknya. Pintu rumah itu terbuka dan menampakan
seorang wanita dengan kacamata yang bertengger di wajahnya.

"Ajhussi.." Rahyun tak percaya Sehun yang datang ke rumahnya.

"Apa kamu mau menolongku?"

"Menolong? Maksudmu?" tanya Rahyun bingung.

Perlahan Sehun mendekatkan wajahnya dan langsung mencium bibir Rahyun. Rahyun
terkejut dibuatnya. "Semoga ini bukan mimpi," guman Rahyun dalam hati dan perlahan
menutup matanya. Dia merasakan ciuman yang hangat dari Sehun. Sehun menciumnya
dengan lembut, lalu Rahyun membalas ciuman Sehun mengeluarkan rasa rindunya selama
ini. Sehun segera melepaskan ciuman itu, dia terkejut karena Rahyun membalas ciumannya.

"Siapa dia? Apa dia kekasihku? Kenapa dia membalasnya?" tanya Sehun dalam hati.

Dia bertanya-tanya siapa sebernanya gadis yang di hadapannya itu. Sehun memegang
dadanya. Detak jantungnya tak beraturan, berdetak lebih cepat dari biasanya. Rahyun
menunduk, perasaannya bercampur aduk, ada rasa bahagia, kecewa, sedih, malu. Detak
jantung Rahyun pun berdetak lebih cepat.

________
METTLE

Bagian 6 ”Hilang ingatan”


Sehun melihat-lihat isi rumah Rahyun. Rahyun mengambil minuman di dapur. Dia
merasa pernah melihat semuanya. Tapi dia tak bisa mengingatnya, karena kecelakaan yang
terjadi tiga bulan yang lalu membuatnya kehilangan semua ingatannya.

"Igeo. Mian, tak ada minuman lain selain air putih."

Rahyun memberikan segelas air putih kepada Sehun. Sehun menerimanya dan
langsung meminum air itu hingga habis.

"Ajhussi!" panggil Rahyun.

"Ajhussi? Kenapa kau memanggilku dengan sebutan Ajhussi?"

"Aku tak tahu. Aku sudah biasa memanggilmu, Ajhussi."

"Ah, geurae? Lalu seberapa kau mengenalku? Apa sebelumnya kita pernah dekat?
Mungkin saja kita berpacaran? Kau juga sepertinya mengenal keluargaku. Apa sebelumnya
aku pernah mengenalkanmu pada keluargaku?" tanya Sehun.

"Kau tak mengingatku? Kau benar-benar tak mengenaliku? Lalu mengapa kau
menciumku tadi?" ucap Rahyun dengan nada yang sedikit tinggi.

"Aku kehilangan ingatanku tiga bulan yang lalu karena sebuah kecelakaan," jelas
Sehun. "Maaf, karena aku tak mengingatmu," lanjutnya.

Rahyun terdiam, dia menatap wajah Sehun dengan sendu. Dia perlahan menyentuh
pipi Sehun. "Aku yakin ingatanmu akan kembali, Ajhussi."

"Terima kasih." Sehun tersenyum dan memegang tangan Rahyun yang menyentuh
pipinya. "Kurasa aku harus pulang," ujar Sehun tiba-tiba.

"Rupanya sekarang kau mempunyai tempat tinggal." ucap Rahyun sambil tersenyum.

"Mwo?" Sehun mengerutkan dahinya heran.

"Sebelumnya kau pernah tinggal beberapa hari di sini. Jadi kukira kau tak punya
rumah karena kau seorang mafia."
"Mafia? Tinggal disini? Aku rasa, aku dengannya mempunyai hubungan khusus,"
guman Sehun, dia tersenyum simpul.

"Rahyun-ssi, bolehkah aku menginap disini? Ini sudah larut malam dan aku
mengantuk. Bukankah tidak baik jika seseorang yang mengemudi dengan keadaan
mengantuk?" ucap Sehun sambil melangkah menuju sofa dan merebahkan tubuhnya di sofa
itu.

"Tapi, Ajhussi, kau harus pulang."

Sehun tak menanggapi perkataan Rahyun dan malah menutup rapat kedua kelopak
matanya. Rahyun melangkah menuju kamarnya.

"Kenapa kau mengizinkanku berada di dekatmu padahal aku adalah seorang mafia?
Apa kau tak takut padaku?" tanya Sehun dengan matanya yang terpejam.

Rahyun menghentikan langkahnya. "Awalnya aku takut, saat tahu siapa kamu yang
sebenarnya. Tapi aku tak takut lagi saat kau berjanji tak akan melukaiku," ujar Rahyun
sambil tersenyum.

"Aku melakukannya?" Sehun membuka matanya dan melihat ke arah Rahyun yang
membelakanginya.

"Ne, kamu melakukannya."

"Kenapa kamu mempercayaiku? Kau tahu kan, kau akan terluka jika kau terlibat
denganku?" Sehun mendudukan tubuhnya.

"Aku percaya padamu, kamu adalah orang yang baik dan kamu tak akan membuatku
terluka. Kamu pergi meninggalkanku, karena tak ingin aku terluka," pikir Rahyun. Dia
mengingat masa itu, rasanya dia ingin menangis.

"Aku pergi meninggalkanmu?"

"Ne," Rahyun mengeluarkan butiran-butiran air mata dari matanya.

"Rahyun-ssi."
Sehun berdiri, dia menghampiri Rahyun. Dia membalikan tubuh Rahyun untuk
menghadapnya dan mendapatkannya sedang menangis. Sehun memegang kedua pipi Rahyun
dan menghapus air mata Rahyun.

"Uljima41.." lirih Sehun.

"Ajhussi, bisakah kamu berjanji, bahwa kau tak akan meninggalkanku lagi?" isak
Rahyun.

"Aku janji, aku takkan meninggalkanmu. Jadi jangan menangis," Sehun memeluk
Rahyun dengan erat. Dia merasa kasihan dengan gadis yang berada di hadapannya itu.

________

Baekhyun mengendarai mobilnya. Dia baru saja pulang dari kantornya. Saat di depan
gerbang rumahnya, dia mendapatkan seseorang yang menekan bel rumahnya. Baekhyun
membuka jendela mobilnya dan dia mengenali orang itu.

"Yak! Min Dohee, kenapa kamu malam-malam datang kemari?" tanya Baekhyun.

Dohee segera menghampiri Baekhyun. "Oppa. Bolehkah aku menginap malam ini?"

"Mwo? Wae?"

"Aku di usir oleh Eomma42," Dohee menekukkan wajahnya.

"Kau berulah lagi?" Dohee segera mengangguk.

"Masuklah!" Dohee segera masuk ke dalam mobil Baekhyun.

Di tempat lain, Sehun menatap Rahyun yang sedang tertidur. Terlukis sebuah
senyuman dari bibirnya. "Kamu cantik, jika tak memakai kacamata. Tapi kamu lebih cantik
jika memakai kacamata. Itu membuktikan bahwa kamu gadis yang polos," ucap Sehun.

41
Jangan menangis
42
Ibu
Suara dering ponsel mengagetkan Sehun. Sehun mengambil ponselnya, seseorang
meneleponnya.

"Yeobseyo43, hyung. Ada apa?" Sehun mengangkat teleponnya.

"..."

"Dohee, dia menginap?"

"..."

"Aku akan pulang sekarang," Sehun menutup teleponnya. Sehun melangkah


membuka pintu kamar, dia melihat ke arah Rahyun. "Aku akan kembali. Selamat malam,"
guman Sehun.

Pagi hari. Matahari belum sepenuhnya menampakkan sinarnya. Rahyun terbangun


dari alam sadarnya. Dia meraih kacamatannya dan memakainnya. Rahyun keluar kamar
dengan senyuman di bibirnya.

"Ajhussi!" panggil Rahyun bersemangat. Namun wanita itu tak mendapatkan Sehun.

"Ajhussi, di mana kamu?"

"Ajhussi."

"Ajhussi.." Rahyun mencari Sehun di setiap sudut rumahnya, tapi dia tetap tak melihat
Sehun.

"Ajhussi.." lama kelamaan nada suara Rahyun semakin lemah.

"Apa semua itu hanya mimpi?" tanyanya sambil meneteskan air mata.

43
Halo
Di rumah keluarga Oh, Sehun, Dohee, dan Baekhyun sedang sarapan di ruang makan.
Mereka menyantap sarapannya masing-masing. Tak ada percakapan di antara mereka. Sehun
telah menghabiskan sarapannya, begitu juga dengan Baekhyun dan Dohee. Sehun berdiri.

"Dohee-ya, ayo kita berangkat," ajak Sehun pada Dohee.

"Kita akan pergi ke mana Oppa?" tanya Dohee antusias, dia langsung berdiri dan
merangkul lengan Sehun.

"Kita akan ke rumahmu. Aku akan mengantarmu pulang," ujar Sehun sambil
melepaskan rangkulan Dohee. Dohee langsung cemberut.

"Kaja!" Sehun menarik tangan Dohee.

Baekhyun memerhatikan keduannya yang melangkah pergi.

________

Rahyun berangkat ke kampusnya dengan wajah yang lesu. Dia masuk ke dalam
kelasnya dan langsung duduk di bangku. D.O dan Hani datang menghampiri Rahyun dan
duduk di sampingnya.

"Rahyun-ah!" Hani merangkul leher Rahyun.

"Ada apa denganmu? Wajahmu tidak bersahabat," tanya D.O.

"Hm. Tak ada apa-apa." elak Rahyun.

"Yak. Ceritalah pada kami. Apa ada masalah di tempat kerjamu."

Rahyun segera menggeleng setelah mendengar ucapan Hani.

"Lalu kau kenapa?"

"Tak ada apa-apa."


Setelah kelas selesai, Rahyun langsung keluar dari kelas, D.O dan Hani hanya
memerhatikannya. Rahyun berjalan menuju perpustakaan. Tak sengaja dia menabrak
seseorang.

"Maaf, saya tak sengaja," Rahyun membungkukkan badannya seraya meminta maaf.

"Gwaencanha," ujar orang itu.

Rahyun mendongkakan wajahnya saat mendengar suara orang itu.

"Chanyeol-sunbae."

"Annyeong, Lee Rahyun-ssi. Lama tak berjumpa." Chanyeol tersenyum.

Satu bulan yang lalu Chanyeol harus pergi keluar kota untuk melakukan praktik kuliah.

"Kau sudah melakukan praktikmu?" Rahyun tersenyum.

"Tentu saja. Itulah sebabnya aku berada di sini."

"Lee Rahyun!" terdengar teriakan seseorang dan menghentikan pembicaraan mereka.

Rahyun menatap orang itu, yang ternyata adalah Sehun. Chanyeol membalikan
tubuhnya dan mendapatkan Sehun yang berjalan menghampiri mereka. Sehun segera berdiri
disamping Rahyun. Wanita itu mencubit lengannya.

"Ternyata ini bukan mimpi," ucap Rahyun dalam hati.

Sehun menatap tajam Chanyeol. "Siapa dia?" tanya Sehun pada Rahyun.

"Yak. Bukankah itu keterlaluan? Kau cepat sekali melupakanku padahal kita hanya
beberapa bulan tak bertemu," ujar Chanyeol tak percaya. Sebenarnya Chanyeol tahu tentang
pria itu yang kehilangan ingatannya.

"Dia adalah Chanyeol-sunbae," jelas Rahyun.

Sehun mengangguk mengerti. "Apa kelasmu sudah berakhir?" tanya Sehun


mengalihkan pembicaraan.
"Belum," jawab Rahyun.

"Bagaimana seorang suami tak tahu jadwal kelas kuliah istrinya. Kau bukan tipe
suami yang perhatian," sindir Chanyeol pada Sehun.

"Suami? Istri?" guman Sehun heran.

Rahyun kaget saat mendengar ucapan Chanyeol.

"Kurasa aku harus pergi dulu, Rahyun-ssi." Chanyeol melangkah pergi meninggalkan
keduanya.

"Apa maksudnya? Kenapa dia menganggap bahwa aku adalah suamimu?"

"Ah, itu..." Rahyun hendak mengatakan sesuatu, namun Hani dan D.O tiba-tiba sudah
ada di belakangnya dan memanggilnya. Ternyata mereka mendengar semua percakapan
mereka.

Hani, D.O, Rahyun, dan Sehun sedang duduk di meja kantin kampus. Hani dan D.O
sedang mengintrogasi Rahyun dan Sehun.

"Kapan kalian menikah?" tanya D.O.

"Kenapa kamu tak mengundangku?" tanya Hani pada Rahyun.

"Kami telah menikah tiga bulan yang lalu," jawab Sehun enteng.

Rahyun menatap Sehun tak percaya.

"Rahyun-ah, kenapa kamu tak pernah bercerita pada kami? Kau tak pernah
mengenalkan suamimu pada kami."

"Aku, aku.." Rahyun terbata-bata.

"Sudahlah. Jangan mengintrogasi kami lagi. Sekarang kalian tahu bahwa Rahyun dan
aku telah menikah," Sehun berdiri dan menarik tangan Rahyun untuk pergi.

Pria itu mengajak Rahyun ke sebuah taman.


"Ajhussi, antarkan aku ke kampus. Aku masih ada kelas!" teriak Rahyun.

"Aku tak mau," ucap Sehun santai.

"Mwo? Yak! Ajhussi.." rengek Rahyun.

Sehun hanya diam memerhatikan Rahyun yang sedang merengek padanya.

"Baiklah," Sehun akhirnya mengalah. Mereka pun pergi dari taman.

"Ajhussi, kita mau ke mana?" tanya Rahyun panik. Ketika Sehun melajukan mobilnya
bukan arah menuju kampus. "Ajhussi."

"Diamlah. Atau aku menurunkanmu di sini," ancam Sehun.

Rahyun pun menurut, dia merapatkan bibirnya. Sekarang mereka sedang melalui jalan
tol, jadi mana mungkin Rahyun harus turun disana. Sehun tersenyum simpul.

Sehun memakirkan mobilnya di sebuah basement resort. Sehun mematikan mesin


mobilnya. Lalu dia melihat ke arah Rahyun yang sedang tertidur dengan lelapnya.

"Ireona44!"

Sehun mencubit pipi Rahyun dengan keras. Rahyun terbangun akibat cubitan itu.

"Kita di mana?" tanya Rahyun serak.

"Keluarlah." Sehun membuka sabuk pengamannya dan turun dari mobilnya.

Rahyun memperbaiki kacamatanya dan rambutnya yang terlihat acak-acakan. Lalu dia
pun turun dari mobil Sehun. "Kita dimana, Ajhussi?"

"Ini adalah resort ayahku."

"Mwo?" Rahyun tak percaya dengan perkataan Sehun.

"Ya, ini adalah resort ayahku. Aku adalah anak dari Presdir Perusahaan Sekwang."

44
Bangunlah!
"Anak seorang Presdir? Tapi bukankah kau itu.."

"Mafia, maksudmu? Aku bukan seorang mafia." Sehun dapat menebak apa yang akan
dikatakan wanita itu.

"Tapi kau bilang.." Rahyun benar-benar tak percaya. Sehun menarik tangan Rahyun.

Sehun dan Rahyun masuk ke dalam kamar yang tersedia di resort. Rahyun terpesona
dengan kamar itu. Kamar yang megah, indah, mewah. Dia melihat ke arah jendela, di sana
dia bisa melihat pemandangan laut yang sangat indah.

"Daebak!"

Sehun membaringkan tubuhnya di kasur dan memejamkan matanya.

"Ajhussi, lihatlah.." ucap Rahyun girang. Tak mendengar sahutan dari Sehun, Rahyun
melihat ke arah Sehun yang sedang tertidur. "Pantas saja dia tak menyahut," gerutu Rahyun.

Rahyun mendekati Sehun dan duduk di samping Sehun. Dia memandangi wajah
tampan Sehun.

"Jangan memandangiku. Aku tahu aku tampan," ucap Sehun percaya diri dan
membuka
matanya.

Rahyun terkejut salah tingkah. Sehun bangun dan mengecup singkat bibir Rahyun.
Rahyun terpaku di tempatnya. Sehun merogoh sakunya dan mengambil ponselnya yang
berdering tanda ada yang meneleponnya. Sehun mengangkat telepon dari kakak sepupunya
itu.

"Wae, hyung?"

"Kau sudah sampai di resort?" suara terdengar dari sebrang telepon.

"Ya."

"Cepatlah datang ke ruangan aula. Rapat sebentar lagi akan dimulai," ujar Baekhyun
lalu menutup teleponnya.
"Rahyun-ssi, aku pergi dulu," ucap Sehun pada Rahyun.

"Eodi45?"

"Ada rapat. Jadi diamlah disini, jangan kemana-mana. Aku akan segera kembali," ujar
Sehun sambil melangkah keluar kamar.

"Ish," desis Rahyun.

Rapat telah dimulai. Sehun duduk di samping Baekhyun. Rapat itu dihadiri oleh para
Direktur-direktur perusahaan. Mereka sedang membahas tentang resort yang akan di bangun
diberbagai tempat di korea dan juga luar negeri.

Rapat pun selesai, semua orang telah keluar. Hanya ada Sehun, Baekhyun, dan Tuan
Oh di ruangan itu.

"Sehun-na. Bersiap-siaplah malam ini. Kami akan mengadakan pesta pertunanganmu


dengan Dohee di sini," ucap Tuan Oh pada anaknya itu.

"Mwo? Malam ini, bukankah itu terlalu cepat?" tanya Sehun.

"Kami telah sepakat untuk mengadakannya malam ini," jawab Tuan Oh.

"Lakukan saja, Sehun-ah," ujar Baekhyun.

"Aku tak bisa melakukannya. Aku tak bisa melakukan pertunangan itu," ucap Sehun.

"Mwo?" Tuan Oh tak percaya mendengar ucapan anaknya itu.

"Wae? Kurasa selama ini kau menyukai Dohee," ucap Baekhyun.

"Abeoji. Hyung. Sejujurnya aku telah menikah dengan seorang wanita yang sangat
aku cintai. Aku telah memiliki istri," jelas Sehun.

"Mwo?" Tuan Oh dan Baekhyun terkejut.

"Maafkan aku," Sehun membungkuk meminta maaf.

45
Ke mana?
Tuan Oh menghampiri Sehun. Dia langsung menampar Sehun dengan keras.
Baekhyun hanya diam melihat kejadian itu. "Kau gila?" Tuan Oh emosi dan menampar pipi
Sehun lagi.

"Maafkan aku, Abeoji."

"Baiklah. Siapa wanita itu? Kapan kalian menikah?" tanya Tuan Oh saat emosinya
mulai mereda.

"Namanya adalah Lee Rahyun. Kami menikah tiga bulan yang lalu sebelum aku
kehilangan ingatanku," ucap Sehun.

"Mwo? Lalu apa pekerjaan orang tuanya?"

"Orang tuanya meninggal saat dia lulus SMA."

"Bagaimana kamu mengetahui dia adalah istrimu? Bukankah kau hilang ingatan?
Apakah ingatanmu sudah kembali?" tanya Baekhyun.

"Aku yakin dia adalah istriku. Ingatanku belum kembali."

"Mungkin saja dia mengaku-ngaku menjadi istrimu," ujar Baekhyun curiga.

"Tidak, dia memang istriku."

"Baiklah, kenalkan dia padaku sekarang," ucap Tuan Oh. Sehun menatap mata
ayahnya itu. "Aku tahu, kau kemari bersama wanita itu," lanjut Tuan Oh.
METTLE

Bagian 7 ”Pesta”
Sehun masuk ke dalam kamar. Terdapat Rahyun yang sedang memandang
pemandangan laut dari jendela kamar. "Ekhem.." Sehun berdehem, membuat Rahyun
mengalihkan pandangannya.

"Kau sudah datang," ucap Rahyun sambil mendekati Sehun.

"Rahyun-ah. Bisakah kamu ikut denganku."

"Ke mana?" Rahyun menautkan kedua alisnya. Sehun menarik Rahyun pergi.

Sehun membawa Rahyun kehadapan Ayahnya. Tuan Oh sedang duduk menatap tajam
wanita berkacamata yang berdiri di samping Sehun itu. Rahyun menunduk takut.

"Abeoji, kenalkan dia adalah istriku," Sehun memperkenalkan Rahyun kepada


Ayahnya.

Rahyun mendongkak kaget dan menatap tak percaya Sehun.

"Siapa namamu?" tanya Tuan Oh pada Rahyun.

"Nama saya, Nama saya adalah Lee Rahyun," jawab Rahyun gugup.

"Apa pekerjaanmu?"

"Saya seorang mahasiswi."

"Mahasiswi?" Rahyun mengangguk.

"Kenapa kamu menikahi anakku?" tanya Tuan Oh dengan suara yang terdengar
dingin.

"Kami.." Rahyun hendak mengatakan yang sebenarnya yang terjadi, bahwa mereka
itu tidak menikah. Tapi Sehun memegang erat tangan Rahyun.

"Kami saling mencintai. Dia mencintaiku dan aku mencintainya," ucap Sehun.

"Cinta?" Tuan Oh mendekati keduanya. Dia memegang pundak kiri Rahyun dengan
tangan kanannya. "Kau, jangan pernah menyakiti anakku," bisik Tuan Oh pada Rahyun.
"Kalian, bersiap-siaplah malam ini. Aku akan mengadakan pesta pernikahan kalian,"
kata Tuan Oh sambil melangkah pergi. Sehun dan Rahyun kaget mendengar perkataan Tuan
Oh.

"Tapi bagaimana dengan keluarga Min Dohee?" tanya Sehun.

"Aku telah mengurusnya," jawab Tuan Oh.

Setelah Tuan Oh benar-benar pergi, Rahyun menginjak kaki Sehun dengan keras.
Sehun mengiris kesakitan dan mengelus-ngelus kakinya.

"Ajhussi, apa yang kamu lakukan?" teriak Rahyun.

"Mwo? Apa maksudmu?"

"Ajhussi, tadi itu ayahmu? Kenapa kamu mengenalkan aku padanya bahwa aku adalah
istrimu?" ucap Rahyun kesal.

"Kau memang istriku."

"Aku bukan istrimu."

"Mulai sekarang kamu adalah istriku," ucap Sehun sambil mencium pipi Rahyun.

"Ajhussi.." kesal Rahyun.

Pada sore hari, Sehun mengajak Rahyun ke pantai. Rahyun berlarian sambil berteriak
ke arah laut.

"Eomma!" teriak riang Rahyun.

Beberapa orang melihat kearahnya dengan pandangan aneh. Sehun yang melihat itu
hanya tersenyum geli. Dia menghampiri Rahyun dan memeluknya dari belakang. Rahyun
terpaku. "Diamlah. Semua orang menatapmu," bisiknya. Sehun mempererat pelukannya.

"Saranghae. Lee Rahyun."


Rahyun membalikan tubuhnya menghadap Sehun. "Na ddo, na ddo saranghae,"
Rahyun memeluk erat Sehun. Sehun tak percaya dengan balasan dari Rahyun itu.

Tuan Oh memperhatikan mereka dari kejauhan. Raut wajahnya tak bisa dibaca. Dia
mengingat istrinya. Wanita itu sangat mirip dengan istrinya.

Rahyun dan Sehun kelelahan mereka membaringkan tubuh mereka di ranjang yang
berada di kamar mereka. Tiba-tiba suara bel berbunyi. Sehun bangun dan membuka pintu.

"Hyung. Ada apa?" tanya Sehun, saat mendapatkan Baekhyun yang berdiri di depan
pintu.

"Aku ingin melihat istrimu. Aku ingin berkenalan dengannya," ucap Baekhyun.

"Ajhussi!" panggil Rahyun pada Sehun dan menghampirinya. Dia penasaran siapa
yang menekan bel.

"Ah, kau," Baekhyun terkejut saat melihat Rahyun. Rahyun membungkuk hormat.

"Dia istrimu?" tanya Baekhyun pada Sehun.

"Ne. Dia istriku," jawab Sehun santai. Rahyun menundukkan wajahnya. Dia
mengumpat Sehun dalam hatinya.

Malam hari. Sebuah pesta di tepi pantai. Sehun dan Rahyun masuk kedalam pesta itu.
Sehun menggenggam tangan Rahyun. Mereka pasangan yang sangat serasi. Rahyun
menggenakan dress panjang berwarna hitam, berlengan pendek dan tak menggenakan
kacamata. Sedangkan Sehun menggenakan jas berwarna hitam dan celana hitam. Mereka lalu
menghampiri Tuan Oh. Tuan Oh melihat penampilan Rahyun tanpa berkedip. Rahyun
memang mirip dengan mendiang ibu Sehun, pikir Tuan Oh.

"Annyeonghaseyo.." Rahyun membungkuk hormat.

"Menantuku, kamu terlihat sangat cantik," puji Tuan Oh pada Rahyun dan
membuatnya menunduk malu.
Sehun hanya tersenyum saat ayahnya itu memuji Rahyun. Tiba-tiba datang Dohee dan
langsung merangkul lengan Sehun. Sehun terkejut. Rahyun hanya diam.

"Annyeonghaseyo. Tuan Oh," Dohee membungkuk hormat pada Tuan Oh. Tuan Oh
hanya membalasnya dengan senyuman.

"Dohee-ya. Ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Sehun pada Dohee.

"Mengatakan apa?" tanya Dohee.

"Tidak disini. Ikuti aku!" Sehun melangkah pergi dan Dohee mengikutinya dari
belakang.

"Dia adalah Dohee, gadis yang ingin aku jodohkan dengan anakku," ujar Tuan Oh.
Rahyun hanya diam mendengarnya.

"Tapi aku tak menyangka bahwa anakku telah menikah. Jadi aku terpaksa
menghentikan perjodohan yang aku buat ini," lanjut Tuan Oh.

"Maafkan saya, Tuan," Rahyun meminta maaf.

"Tak apa. Kau tak perlu meminta maaf."

Pria itu menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah Dohee. "Dohee-ya.


Mianhaeyo," ucapnya.

"Oppa. Aku kecewa padamu."

"Mianhae."

"Gwaencanha."

"Jinjja?" Dohee mengangguk dan menampakan senyuman di bibirnya.

"Bisakah aku memelukmu?" pinta Dohee.


Sehun merentangkan tangannya, membolehkan wanita itu untuk memeluknya. Dohee
segera memeluk erat Sehun dan pria itu membalas pelukannya. Rahyun melihat mereka dari
kejauhan, dia menutup matanya tak ingin melihat itu. Hatinya sangat sakit.

"Kau, apa kamu sengaja mendekati keluargaku?" tanya seseorang, orang itu adalah
Baekhyun yang sudah berdiri di samping Rahyun.

"Ne?" Rahyun tak mengerti.

"Jangan bersikap polos seperti itu. Kita pertama kali bertemu kamu meminjam
handphoneku, dengan bodohnya aku memberikan tumpangan padamu. Lalu kamu meminta
nomor rekeningku. Tapi aku malah memberikan kartu namaku. Beberapa hari kemudian,
kamu datang ke kantorku. Setelah itu kita bertemu di restoran, saat itu Sehun bersamaku. Dia
tak mengenalimu. Semuanya begitu berjalan dengan sempurna. Kau merencanakan
semuanya. Apa kamu sengaja mendekati keluargaku untuk mendapatkan uang?" ujar
Baekhyun.

"Ne? Itu semua tak disengaja," bantah Rahyun tak terima.

"Lalu bagaimana kamu bertemu dengan Sehun? Dan juga bagaimana kalian bisa
menikah?" tanya Baekhyun sinis.

Rahyun hanya diam tak bisa menjawabnya.

"Semuanya akan terungkap, Lee Rahyun-ssi," Baekhyun melangkah pergi


meninggalkan Rahyun.

Rahyun melangkah menjahui tempat pesta. Dia terjatuh karena sepatu hak tingginya.
Dia menangis histeris. Untung tak ada orang yang melihatnya. Dia memeluk lututnya,
menanamkan wajahnya dan menangis di dalamnya.

"Semuanya akan terungkap," Rahyun mengulang perkataan Baekhyun tadi dalam


tangisannya.

"Kenapa? Kenapa aku mau-maunya berhubungan dengan Ajhussi gila itu?"

"Kenapa Ajhussi itu mengatakan bahwa aku adalah istrinya?"


"Kenapa Direktur itu menuduhku?"

"Kenapa tadi dia berpelukan dengan wanita yang dijodohkannya? Apa mereka saling
menyukai?" tanya Rahyun dalam hatinya.

Seseorang memeluk tubuhnya. "Kenapa kamu menangis?" tanya pria itu khawatir.

Rahyun mendongkak dan menatap Sehun yang sedang menatapnya.

"Aku, aku bukan istrimu, Oh Sehun.." isak Rahyun.

Sehun menghapus air mata Rahyun. Rahyun mengakhiri tangisannya. "Arra. Kamu
sudah mengatakannya."

"Aku ingin pergi. Aku tak ingin berhubungan denganmu."

Sehun tertegun saat Rahyun mengatakan itu. "Wae?"

"Aku membencimu," ucap Rahyun.

Sehun mendekatkan wajahnya ke wajah Rahyun. "Aku tahu, kamu membenciku,"


Sehun mencium bibir Rahyun. Mencium lembut bibirnya. Kemudian dia melepaskan ciuman
itu.

"Tapi aku lebih tahu, bahwa kamu mencintaiku.."lirih Sehun sambil berdiri.

"Berdirilah. Semua tamu telah menunggu kita." Sehun membantu Rahyun berdiri. Dia
menyibak gaun Rahyun yang terkena pasir. Dia mengeluarkan sapu tangannya dan
membersihkan wajah Rahyun yang terlihat sangat berantakan karena habis menangis.

Pagi hari. Rahyun terbangun dari tidurnya, dia memegang kepalanya yang pusing. Di
sampingnya terdapat Sehun yang sedang tidur sambil memeluknya.
Rahyun mendudukan tubuhnya, kepalanya sangat pusing. Sehun pun terbangun dan melihat
ke arah Rahyun.

"Apa kamu pusing?" tanya Sehun khawatir, dia langsung mendudukkan tubuhnya.
"Bagaimana aku bisa berada di sini? Apa yang terjadi semalam?"

"Kau tak ingat? Kau mabuk di pesta."

"Mwo? Aku mabuk?" Sehun mengangguk.

"Bagaimana bisa?" tanya Rahyun.

Rahyun meminum minuman anggur sangat banyak. Dia mabuk. "Oh Sehun. Oh Sehun
dalah suamiku. Dan aku adalah istrinya. Aku mencintainya. Sangat mencintainya," teriak
Rahyun.

Tamu-tamu yang ada di sana memerhatikannya. Tuan Oh dan Baekhyun juga


melihatnya heran. Sehun mendekati Rahyun dan membawanya untuk pergi dari pesta itu.

"Aku adalah istrinya Oh Sehun," ucap Rahyun dalam mabuknya. Sehun hanya
tersenyum geli.

Saat di kamar, Sehun membaringkan tubuh Rahyun kasur. Rahyun menggerutu tak
jelas. Sehun menyelimuti tubuh Rahyun. Saat hendak melangkah pergi, tangan Rahyun
menggenggam tangan Sehun. Dia menarik Sehun, wajah Sehun dan Rahyun berjarak sangat
dekat. Rahyun merangkul leher Sehun. Lalu dia mencium bibir Sehun. Sehun membalas
ciuman Rahyun.

Saat mendengar penjelasan Sehun Rahyun segera menutup wajahnya dengan selimut.
Dia sangat malu.

"Kau terlihat hebat malam tadi," puji Sehun sambil mengancungkan kedua jempolnya.

"Apanya yang hebat? Itu memalukan."

"Ania. Itu sangat hebat."

"Lalu bagaimana aku menaruh mukaku saat bertemu dengan Ayahmu dan Direktur
Byun?" Rahyun lalu berteriak histeris.

"Tenanglah. Jangan khawatir," Sehun mengacak-ngacak rambut Rahyun.


"Eotteokheyo46?" panik Rahyun.

"Molla. Itu salahmu sendiri."

"Itu hal yang paling memalukan." Sehun mengangguk, setuju dengan perkataan
Rahyun.

"Ajhussi.." kesal Rahyun.

"Tenanglah."

Suara nada dering telepon terdengar. Sehun segera mengangkat telepon yang dari
kakak sepupunya, Baekhyun.

"Yeobseyo," ucap Sehun.

".."

"Arraseo," Sehun segera menutup teleponnya.

"Waeyo?" tanya Rahyun pada Sehun.

"Abeoji mengajak kita untuk sarapan bersama," jawab Sehun. Rahyun membulatkan
matanya sempurna.

"Mwo?""

"Cepatlah mandi!" suruh Sehun.

"Shireo. Aku tak berani bertemu dengan ayahmu setelah kejadian kemarin," tolak
Rahyun.

"Kau menolak? Arraseo. Kalau begitu aku akan memandikanmu," ujar Sehun sambil
tersenyum mencurigakan.

Rahyun menggeleng cepat. “Shireoyo.”

________

46
Bagaimana ini?
METTLE

Bagian 8 ”Kehidupan baru”


Sehun dan Rahyun sarapan bersama dengan Tuan Oh dan Baekhyun. Rahyun hanya
menunduk. Dia sangat malu atas kejadian yang kemarin. Baekhyun menatap tajam Rahyun.
Tuan Oh hanya diam dan menyantap makanannya. Tuan Oh telah menyelesaikan
makanannya, begitu pula Sehun, Rahyun dan Baekhyun.

"Ekhem.." Tuan Oh berdehem. Dia menatap ke arah Rahyun.

"Abeoji, Hyung. Berhentilah menatap Rahyun seperti itu. Kalian membuatnya tak
nyaman," ujar Sehun kepada ayahnya dan kakak sepupunya itu.

"Lee Rahyun." Mendengar Tuan Oh menyebut namanya, Rahyun segera


mendongkakkan wajahnya.

"Ne?"

"Lee Rahyun, Mulai sekarang tinggallah kerumah kami. Oh Sehun, pulanglah dan
bawa Rahyun ke sana," ujar Tuan Oh sambil berdiri dan melangkah pergi.

"Rahyun-ssi. Selamat kau telah menjadi bagian keluarga kami. Kemarin malam di
pesta, kau terlihat sangat hebat," ucap Baekhyun, setelah itu Baekhyun pergi. Tinggallah
Sehun dan Rahyun dalam ruangan itu.

"Ajhussi.." rengek Rahyun.

"Wae?"

"Eotteokhe? Bagaimana aku bisa tinggal di rumahmu? Lalu bagaimana dengan


rumahku?"

"Kau harus melakukan perkataan ayahku. Dan rumahmu, kau bisa menjualnya."

"Mwo? Andwaeyo."

"Kalau begitu, kau bisa menyewakannya." Rahyun terdiam.

Siang hari yang cukup panas. Sehun dan Rahyun menyelam. Melihat-melihat
kehidupan di dalam laut. Sebuah terumbu karang yang dikelilingi ikan-ikan hias yang sangat
cantik dan indah. Rahyun terpesona dengan keindahan dalam laut. Sehun diam-diam menatap
Rahyun.

Malam hari, Sehun dan Rahyun telah berada di rumah Rahyun. Sehun membantu
Rahyun mengemas pakainnya. Rahyun akan pindah ke rumah Keluarga Oh. Rahyun melihat-
lihat setiap sudut rumahnya. Sepertinya dia akan merindukan rumah yang menyimpan
kenangan tentang Ayah, Ibunya dan adik kecilnya. Rahyun memasukan semua barang-barang
peninggalan kedua orang tuanya ke dalam koper.

Rahyun masuk kedalam mobil Sehun. Dia menatap rumahnya lewat kaca mobil.
Sehun melihat ke arah Rahyun.

"Mianhae.." guman Sehun.

Rahyun mendengar gumaman Sehun, dia menatap Sehun heran. "Kenapa kamu
meminta maaf?" tanya Rahyun.

"Mianhae. Atas semua yang aku lakukan. Kebodohanku, yang membuatmu tak
nyaman."

"Ania. Aku menyukainya."

"Mwo?"

"Saranghae, Ajhussi," ucap Rahyun.

"Na ddo. Saranghae, Lee Rahyun," Sehun tersenyum dan melajukan mobilnya.

Setelah sampai di rumah Keluarga Oh. Sehun mengajak Rahyun ke dalam kamarnya.
Dua pelayan meletakan koper-koper di dekat kasur. Lalu menyuruh mereka untuk keluar.

"Mulai sekarang ini adalah kamarmu," ucap Sehun.

Rahyun melihat-lihat isi kamar. "Apa ini kamarmu, Ajhussi?" tanyanya. Sehun
mengangguk.

"Kalau ini jadi kamarku, kamarmu di mana?"


"Aku akan tinggal di kamar ini juga."

"Mwo? Berarti kita satu kamar?"

"Tentu saja."

"Ajhussi. Kau bercanda? Kita bahkan belum menikah."

"Kemarin adalah pesta pernikahan kita. Kita telah menikah Rahyun."

"Kita belum menikah, Ajhussi. Bahkan kita belum mengucapkan janji suci, seperti
semua orang lakukan ketika mereka menikah," ucap Rahyun.

"Kalau begitu, ikut aku," Sehun menarik Rahyun keluar kamarnya.

Baekhyun baru saja masuk ke dalam rumah. Dia melihat Sehun yang menarik
Rahyun. "Kau sudah ada di sini rupanya," ujar Baekhyun pada Rahyun.

Rahyun membungkukkan badannya.

"Kalian akan pergi?" tanya Baekhyun yang melihat Sehun dan Rahyun melangkah
keluar.

"Ya," sahut Sehun.

"Ke mana?"

"Kau tak perlu tahu, hyung."

Sehun membawa Rahyun ke sebuah gereja dekat rumahnya. Rahyun heran, mengapa
Sehun mengajaknya ke sana. Sehun masuk ke dalam gereja, Rahyun mengikutinya dari
belakang. Setelah mereka di dalam gereja. Mereka saling berhadapan. Sehun mengucapkan
janji sucinya dan saat giliran Rahyun, dia hanya diam. Sehun menatap sendu. Lalu dengan
gugup Rahyun mengucapkannya. Sehun tersenyum bahagia. Sehun perlahan mendekatkan
wajahnya ke wajah Rahyun dan langsung mencium bibir.

________
Pagi yang indah dengan sinar mentari yang terasa hangat, mengiringi langkah awal
kehidupan. Rahyun telah menggenakan pakaian lengkap untuk pergi ke kampusnya. Sehun
juga telah berpakaian lengkap untuk pergi ke kantornya. Tuan Oh, Baekhyun, Sehun, dan
Rahyun sarapan bersama.

"Apa kamu bisa memasak?" tanya Tuan Oh kepada Rahyun. Rahyun mengiyakannya.

"Mulai besok kau harus memasak sarapan dan makan malam," perintah Tuan Oh.

"Abeoji. Dia istriku. Dia bukan pembantu," protes Sehun.

"Ya. Dia istrimu. Dia juga harus menjadi menantu yang baik," balas Tuan Oh.

"Baiklah. Saya akan melakukannya," ucap Rahyun.

"Baguslah," Tuan Oh berdiri dan pergi meinggalkan Sehun, Rahyun, dan Baekhyun.

"Kau akan pergi kuliah?" tanya Baekhyun pada Rahyun.

"Ne," jawab Rahyun.

"Apa mau aku antar?" tawar Baekhyun

"Andwe. Aku yang akan mengantarnya. Kaja!" Sehun menarik tangan Rahyun
mengajaknya pergi.

"Kurasa aku membutuhkan seorang wanita," ujar Baekhyun.

Sehun mengantar Rahyun ke kampus. Rahyun hendak keluar dari mobil tapi Sehun
menahan lengannya.

"Apa kamu tak akan memberikan morning kiss padaku?" ucap Sehun.

"Mwo? Ajhussi, kau gila?" Rahyun mencoba melepaskan tangannya dari genggaman
Sehun.

"Ajhussi, lepaskan."
Sehun menarik lengan Rahyun, lalu mencium bibir Rahyun singkat. Rahyun
cemberut. Dia menghempaskan tangan Sehun dan langsung keluar dari mobil.

"Apa dia marah?" guman Sehun heran. Dia pangsung membuka kaca mobil.

"Aku akan menjemputmu," ujar Sehun.

"Tak usah. Bukankah kamu harus bekerja?"

"Ania. Aku akan menjemputmu. Sampai jumpa, yeobo47," ucap Sehun sambil menutup
kaca mobil dan melajukan mobilnya. Rahyun mengerutkan dahinya.

"Yeobo?" tiba-tiba senyuman terlukis di bibir Rahyun. Dia memegang bibirnya.


Dua orang datang menghampirinya dan menatapnya aneh. Mereka adalah D.O dan Hani.

"Kurasa Lee Rahyun sudah gila," ledek Hani. Gadis berkacamata itu hanya
tersenyum.

"Yak! Rahyun-ah. Sadarlah!"ujar D.O sambil menggoyang-goyangkan tubuh Rahyun.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Rahyun kesal.

"Kemarin, kenapa kamu tak masuk kuliah?" tanya D.O.

"Aku ke pantai bersama Sehun," jawab Rahyun sambil tersenyum.

"Suamimu itu?" tanya Hani. Rahyun mengangguk.

"Jadi dia benar-benar suamimu?" Rahyun mengangguk lagi.

_________

Di perpustakaan, Chanyeol sedang membaca buku sambil menyadarkan tubuhnya di


rak buku. Ada sesuatu yang membuatnya terganggu. Seorang wanita sedang berjinjit
mencoba mengambil sebuah buku. Chanyeol menutup bukunya dan membantu wanita itu.
Dia mengambil buku itu. Lalu memberikannya pada wanita itu. Wanita itu mendongkak dan

47
Sayang
terkejut saat tahu orang yang membantunya. Wanita itu adalah Jinsil. Jinsil mengingat
kejadian tiga bulan yang lalu saat dia mem-bully Rahyun. Dia langsung berbalik dan
melangkah menghindari Chanyeol.

"Permisi. Bukankah kamu membutuhkan buku ini?" tanya Chanyeol sambil


melangkah.

Jinsil menghentikan langkahnya dan terdiam. Chanyeol mendekatinya dan


memberikan bukunya. Jinsil menerima buku itu dan berterima kasih. Setelah itu dia langsung
berlari pergi.

"Wanita aneh," guman Chanyeol.

Rahyun masuk kedalam perpustakaan. Dia hendak meminjam beberapa buku. Saat
mencari buku, dia melihat Chanyeol. Dia langsung menghampirinya.

"Sunbaenim.." bisik Rahyun.

"Oh, Rahyun-ssi."

"Annyeonghaseyo.." Rahyun membungkuk hormat.

"Annyeong!"

Rahyun melihat buku yang dibaca Chanyeol. "Sunbaenim. Boleh aku melihat buku
itu?" tanya Rahyun sambil menunjuk buku itu. Chanyeol segera memberikannya.

"Gomapseumnida," Rahyun melihat-lihat isi buku itu. Buku yang jilidnya berwarna
hitam itu adalah buku yang selama ini ia cari.

"Sunbaenim, apa kamu akan meminjam buku ini?"

"Ya, aku akan meminjamnya."

"Jinjja? Ah, aku sungguh ingin membacanya. Apa boleh aku dulu yang
meminjamnya?"

"Ah! Geurae? Arraseo. Kau boleh meminjamnya lebih dulu."


"Gomapseumnida, Sunbaenim."

"Ania."

________

Jadwal kuliah Rahyun hari ini telah berakhir. Dia hendak pulang. Saat di depan
gerbang kampus, sebuah mobil berwarna hitam berhenti di hadapannya. Lalu keluarlah
suaminya dari mobil itu. Sehun tersenyum, lalu membukakan pintu mobil untuk Rahyun.

"Silahkan masuk, Tuan Putri."

Rahyun pun masuk ke dalam mobil sambil tersenyum. Sehun menutup pintu mobilnya
dan segera masuk kedalam mobil.

"Apa kamu mau jalan-jalan?" tawar Sehun.

"Jalan-jalan? Tapi bukankah kau harus melanjutkan pekerjaanmu di kantor?"

"Tenang saja."

"Ania. Kau harus melanjutkan pekerjaanmu. Aku tak ingin kamu dipecat oleh ayahmu
sendiri."

"Baiklah," Sehun melajukan mobilnya.

________

Malam hari, Rahyun memasak untuk keluarga Oh. Pelayan Kim sekaligus tukang
masak keluarga Oh hendak membantu Rahyun. Namun Rahyun menolak bantuannya. Dia
menyuruh Pelayan Kim untuk istirahat. Pelayan Kim mematuhi nyonya mudanya itu. Sehun
masuk ke dalam dapur dan melihat istrinya yang sedang memasak.

"Yeobo!" panggil Sehun manja.

"Ajhussi, kau sudah pulang," ucap Rahyun.


"Ne, aku sudah pulang."

"Cepatlah mandi. Setelah itu makan malam."

"Arraseo. Geundae48, aku ingin.." Sehun menujuk bibir Rahyun.

"Shireo."

"Ayolah!"

"Shireoyo, Ajhussi," Rahyun terlihat sangat malu.

"Ayolah!" ucap Sehun dengan nada suara yang sangat manja.

"Arraseo," Rahyun mengecup singkat bibir Sehun.

"Puas?" Sehun menggeleng.

"Yak! Ajhussi."

"Kita lanjut nanti, ok?"Sehun melangkahkan kakinya keluar dari dapur.

Tuan Oh masuk ke dalam dapur. Ternyata dia melihat semua yang Rahyun dan Sehun
lakukan.

"Abeonim49, anda sudah pulang," Rahyun membungkuk hormat.

"Oh."

"Apa anda menginginkan sesuatu?"

"Ania. Aku hanya lapar," ucap Tuan Oh.

"Sebentar lagi masakannya akan selesai."

"Baiklah," Tuan Oh keluar dari dapur.

48
Tapi
49
Ayah mertua
Rahyun menyajikan masakannya di meja makan. Sehun pun datang. "Sepertinya
sangat enak," ucapnya sambil memeluk Rahyun dari belakang.

"Ekhem.." deheman Tuan Oh mengaggetkan mereka berdua. Rahyun segera


melepaskan pelukan Sehun.

"Maafkan kami," ucap Rahyun.

"Kenapa kamu meminta maaf?" tanya Sehun.

"Kau tak perlu meminta maaf. Tapi lain kali kalian harus berhati-hati," ucap Tuan Oh
sambil duduk di kursi.

Sehun dan Rahyun hanya tersenyum dan duduk. Datanglah Baekhyun.

"Wah. Makanannya terlihat berbeda dari biasanya," ucap Baekhyun.

"Tentu saja berbeda. Karena Rahyunlah yang memasak semua makanan ini," ujar
Sehun.

"Duduklah. Ayo kita makan," ucap Tuan Oh.

Baekhyun mengangguk dan langsung duduk. Mereka mulai mencicipi makanan


Rahyun. Rahyun memperhatikan wajah Tuan Oh.

"Bagaimana rasanya? Apa tidak enak?" tanya Rahyun.

"Ania. Ini sangat enak," ucap Sehun.

"Jinjja?"

Baekhyun mengangguk. Tuan Oh terdiam, dia mengingat mendiang istrinya. Masakan


Rahyun sama percis dengan masakan istrinya dulu.

"Di mana kamu belajar memasak?" tanya Tuan Oh.

"Saya belajar masak sendiri," jawab Rahyun.


Di kamar setelah makan malam, Rahyun membereskan barang-barangnya dan
menatanya di kamar barunya itu. Dia membuka sebuah laci meja. Dia melihat sebuah buku
yang sangat ia kenali. Buku diary-nya yang hilang.

"Bagaimana ini bisa di sini?" tanya Rahyun.

Sehun masuk ke dalam kamar. Dia memerhatikan diary yan berada di tangan Rahyun.

"Ajhussi, bagaimana ini bisa ada padamu?" tanya Rahyun sambil menunjukkan buku
diary-nya.

"Itu.. Itu.. Aku pun tak tahu."

"Mungkin kau mencurinya?"

"Aku tidak mencurinya," tiba-tiba kepala Sehun sangat pusing. Dia memegang
kepalanya. Rahyun heran melihat itu.

"Ajhussi, gwaencanha?"Rahyun mendekati Sehun dan menyentuh pundaknya. Sehun


memegang pundak Rahyun dan mendorong Rahyun ke dinding.

"Ajhussi. Waegeurae?"

"Yeobo. Bisakah kamu membantuku?"

"Membantu?"

Sehun mencium bibir Rahyun. Setelah itu pria itu terjatuh pingsan ke lantai. Rahyun
mencoba membangunkannya. Namun hasilnya nihil Sehun tak bangun-bangun. Rahyun
benar-benar khawatir dan gelisah.

________
METTLE

Bagian 9 ”Sebaiknya pergi”


Sehun dilarikan ke rumah sakit. Tuan Oh, Baekhyun, dan Rahyun menunggu di luar
ruangan UGD. Keadaan Sehun sedang diperiksa oleh dokter. Dokter Kim keluar dari ruangan
UGD, Baekhyun dan Rahyun segera menghampirinya. Berbeda dengan Tuan Oh yang hanya
duduk.

"Euisanim50, bagaimana keadaan adik saya?" tanya Baekhyun khawatir.

"Dia hanya pingsan. Sebentar lagi dia akan sadar. Setelah sadar dia bisa pulang.
Namun kurasa sedikit demi sedikit ingatannya akan kembali. Itulah sebabnya dia pingsan.
Kalau begitu saya permisi," ucap Dokter Kim.

Tuan Oh yang asalnya duduk menjadi berdiri. Dia sangat terkejut mendengar ucapan
Dokter Kim. Rahyun dan Baekhyun segera masuk ke dalam ruangan itu. Tuan Oh malah
pergi dari rumah sakit. Rahyun dan Baekhyun segera menghampiri Sehun yang terbaring
pingsan di atas ranjang rumah sakit. Sehun membuka matanya dan mengerjapkan matanya
beberapa kali. Sehun mendudukkan tubuhnya. Dia memegang kepalanya yang terasa pusing.
Rahyun sangat senang karena Sehun telah sadar dan dia langsung memeluk Sehun.

"Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa berada di sini?" tanya Sehun.

"Tadi kau pingsan," jawab Rahyun sambil melepaskan pelukannya.

________

Sehun telah diperbolehkan pulang oleh dokter. Rahyun menuntun Sehun ke dalam
kamar mereka. Rahyun dan Sehun duduk di ranjang.

"Tidurlah!" ucap Rahyun dan beranjak dari ranjang.

"Eodiga51?" tanya Sehun sambil menahan lengan Rahyun.

"Aku harus mengerjakan powerpoint untuk besok," jawab Rahyun.

50
Dokter
51
Mau pergi ke mana?
"Aku akan membantumu," Sehun berdiri.

"Andwaeyo. Kau harus istirahat."

"Aku akan membantumu."

"Ajhussi."

"Mana laptopmu? Aku yang akan mengerjakan tugasmu."

"Ajhussi, tidurlah. Kamu ini baru saja keluar dari rumah sakit. Dokter bilang kamu
harus istirahat," kesal Rahyun.

"Aku baik-baik saja. Kamu menyimpan laptopmu di mana?" Sehun mencari laptop
Rahyun.

"Oh Sehun!" bentak Rahyun.

Sehun kaget mendengar bentakkan Rahyun. Dia berbalik dan menatap tak percaya
Rahyun yang baru saja membentaknya.

"Kenapa kamu ini? Kenapa kamu begitu keras kepala?"

"Aku hanya ingin membantumu." Sehun menundukkan wajahnya.

"Aku tak ingin kamu membantuku. Aku ingin kamu istirahat. Tidurlah, ini sudah
malam."

"Aku juga ingin kamu tidur bersamaku."

"Yak! Ajhussi. Aku harus mengerjakan makalahku. Aku tak bisa tidur sekarang."

"Kalau begitu aku akan membantumu mengerjakan proposalmu."

"Huft.." Rahyun menghela nafas berat. Dia sangat kesal pada Sehun.

"Baiklah."
Sehun duduk di ranjangnya sambil membuat powerpoint di laptop Rahyun. Rahyun
yang duduk di sampingnya menatap kesal. Sehun menyelesaikannya dengan cepat dan dia
memberikan laptop itu kepada Rahyun.

"Kau sudah menyelesaikannya?" tanya Rahyun sambil menatap layar laptop.

"Ya. Sekarang kita bisa tidur," Sehun membaringkan tubuhnya dan menutup matanya.

"Gomawo," ucap Rahyun.

Rahyun melepaskan kacamatanya. Lalu menyimpan kacamatanya dan laptopnya di


atas meja dan membaringkan tubuhnya di ranjang. Tiba-tiba Sehun menarik Rahyun
kepelukannya. Rahyun cukup kaget dengan hal itu.

"Selamat malam," ucap Sehun. Mereka berdua tidur dengan keadaan saling
berpelukan.

_________

Keesokan harinya. Rahyun bangun lebih awal. Dia harus menyiapkan sarapan untuk
Tuan Oh, Sehun, dan Baekhyun. Dia melangkah menuju kamar mandi. Rahyun mulai
memasak di dapur. Aroma masakannya sangat lezat. Pelayan di rumah itu juga turut
membantu Rahyun. Setelah masakannya siap, dia menyajikan masakannya di atas meja
makan. Tuan Oh dan Baekhyun menghampiri meja makan dan duduk di kursi.

"Kerja bagus, menantuku," puji Tuan Oh.

Rahyun membungkukkan badannya dan tersenyum senang.

"Apa Sehun belum bangun?" tanya Baekhyun.

"Ah. Aku lupa membangunkannya," Rahyun menepuk dahinya.

"Tak usah dibangunkan. Dia harus istirahat. Hari ini dia tak usah bekerja. Rahyun,
duduklah. Ayo kita sarapan," ucap Tuan Oh.

"Saya harus pergi kuliah." Rahyun mengambil tasnya yang berada di kursi.
Sehun menghampiri mereka bertiga dengan pakaian kantornya. "Yak. Kenapa kamu
tak membangunkanku?" tanyanya pada Rahyun.

"Aku rasa kamu harus istirahat," jawab Rahyun.

"Sehun-ah. Kamu tak perlu pergi kantor," ujar Tuan Oh.

"Waeyo?"

"Dokter bilang kamu harus istirahat."

"Abeoji. Aku baik-baik saja."

"Saya pamit pergi." Rahyun membungkukkan tubuhnya dan hendak melangkah.


Namun Sehun menahan lengannya.

"Kamu mau ke mana?"

"Aku harus pergi kuliah."

"Kau belum sarapan. Sarapan dulu."

"Tapi.."

"Tak ada tapi-tapi."

Sehun mendudukan Rahyun. Lalu Sehun duduk di sampingnya. Mereka semua pun
mulai menyantap makanan.

Pada akhirnya, Sehun mengantar Rahyun ke kampus. Mobil ferrari merah milik
Sehun berhenti di depan kampus.

"Aku akan menjemputmu. Jika jadwal kuliahmu berakhir. Telepon aku, ok?"

"Kurasa hari ini aku harus ke perpustakaan. Jadi kamu tak perlu menjemputku."

"Baiklah. Setelah itu kamu harus langsung pulang."


"Ne."

Rahyun keluar dari mobil Sehun. Rahyun melambaikan tangannya pada Sehun. Sehun
melajukan mobilnya.

"Annyeong, Rahyun-ssi!" sapa Chanyeol.

"Sunbaenim. Annyeonghaseyo."

"Kau di antar oleh Sehun?"

"Ne."

Mereka berdua melangkah masuk ke dalam gedung.

"Apa hari ini jadwal kuliahmu pagi?" tanya Chanyeol.

"Anio. Sebenarnya jadwal kuliahku siang."

"Kenapa kamu datang pagi?"

"Aku harus ke perpustakaan."

"Oh, geurae?"

"Ne."

________

Rahyun masuk ke dalam perpustakaan. Dia mencari buku untuk tugas-tugas yang
diberikan dosen-dosennya. Setelah dia menemukan buku-buku untuk tugasnya dia langsung
duduk di kursi yang telah disediakan di perpustakaan. Rahyun membuka Tas gendongnya dan
mengeluarkan laptopnya. Dia membuka salah satu bukunya dan membacanya. Seseorang
duduk di sampingnya.

"Kalau kamu sudah mengerjakan tugasnya. Bolehkah aku mencontek tugasmu?" bisik
orang itu yang tak lain adalah D.O temannya.
"Mana bisa begitu. Aku tak akan membiarkanmu menyontek."

"Dasar pelit!" ledek D.O.

"Dasar pemalas. Dimana Hani? Biasanya dia bersamamu?"

"Dia sedang sarapan di kantin."

"Oh. Sedang apa kamu disini?"

"Aku juga harus mengerjakan tugasku. Wow, kamu telah mengambil buku-buku ini.
Jadi aku tak perlu mencari buku-buku untuk tugasku," ucap D.O sambil melihat-lihat buku-
buku yang menumpuk di atas meja.

"Terserahlah." D.O langsung mengambil laptopnya yang ada di tas. Lalu membuka
laptopnya dan mulai mengerjakan tugasnya.

Hari sudah petang. Rahyun melangkah keluar dari gedung kampus. Dia hendak
pulang. Saat di halte, sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depannya.

"Sunbaenim!" seru Rahyun saat tahu orang yang berada di dalam mobil itu.

"Masuklah. Aku akan mengantarmu pulang," ucap Chanyeol

"Tidak, terima kasih. Aku akan naik bus."

"Ayolah. Aku tak suka penolakan."

"Baiklah," Rahyun pun masuk ke dalam mobil Chanyeol..

Mobil Chanyeol berhenti didepan gerbang rumah keluarga Oh. "Apa kamu pindah?"
tanya Chanyeol.

"Ne. Aku pindah ke rumah Sehun."

"Oh. Begitu." Chanyeol memperhatikan rumah besar itu. Dia sering bermain ke sana
ketika dia masih kecil dan bermain dengan Sehun dan Baekhyun. Namun dia jarang bertemu
mereka lagi. Ketika keluarganya pindah ke luar negeri. Namun ibunya dan ayah Sehun masih
berkomunikasi. Apalagi mereka itu adalah adik-kakak.

"Kalau begitu. Terima kasih karena telahu mengantarku." Rahyun turun dari mobil
itu.

Chanyeol melajukan mobilnya. Rahyun hendak masuk ke dalam rumah. Namun dia
dikejutkan oleh suara klakson mobil.

"Siapa yang baru saja mengantarmu pulang?" tanya Baekhyun dari dalam mobilnya.

"Dia adalah sunbae-ku."

"Sunbae? Aneh sekali, bagaimana bisa seorang sunbae mengantarkan hubae-nya.


Kurasa hubungan kalian lebih dari sunbae dan hubae," ucap Baekhyun sinis.

"Ania, oppa. Dia adalah sunbaeku. Hubungan kami hanya sebatas sunbae dan hubae,"
bantah Rahyun.

"Baiklah, aku percaya dengan perkataanmu itu," Baekhyun melajukan mobilnya dan
masuk ke perkarangan rumah.

Malam hari, Sehun berada di kamarnya. Dia sedang mengerjakan tugas kantornya.
Lalu dia mencari USB-nya di laci meja. Namun saat mencari USB, dia menemukan sebuah
piguran yang berisi foto Ayah, Ibu, dan dirinya. Dia memperhatikan wajah ibunya.

"Eomma.." guman Sehun.

Tangan Sehun bergetar. Dia menjatuhkan piguran itu hingga kacanya pecah. Sehun
terduduk, dia memegang kepalanya. Ada rasa ketakutan di dalam dirinya.

"Eomma. Tolong aku!" suara Sehun bergetar. Seluruh tubuhnya pun bergetar. Dia
menutup matanya dan telingannya.

"Abeoji. Maafkan aku." Sehun terdengar sangat putus asa. Tetesan air mata
membasahi pipinya.
Rahyun masuk ke dalam kamar, dia hendak mengajak Sehun untuk makan malam.
Namun dia melihat Sehun yang terduduk ketakutan di dekat meja, dan di depannya pun
terlihat piguran yang pecah.

"Ajhussi.." Rahyun mendekati Sehun.

"Jangan pukul aku. Aku minta maaf. Aku tahu aku salah. Abeoji, jangan pukul aku!"
teriak Sehun.

"Ajhussi. Waegeurae? Ini aku Rahyun," Rahyun heran dengan tingkah Sehun.

"Eomma, tolong aku.." isak Sehun.

"Ajhussi." Rahyun memeluk Sehun. Sehun memberontak. Dia mendorong Rahyun.


Rahyun terdorong kebelakan. Tak sengaja kepalanya membentur sangat keras. Rahyun
memegang kepalanya yang mengeluarkan darah. Sehun tersadar, dia langsung menghampiri
Rahyun.

"Rahyun-ah, Gwaencanha? Jeongmal mianhae," Sehun merasa bersalah. Rahyun


tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Aku baik-baik saja.." lirih Rahyun.

Rahyun pingsan. Sehun segera mengangkat tubuh Rahyun. Dia membopong istrinya
itu.

Di rumah sakit. Rahyun sedang diobati oleh dokter. Dia mengalami pendarahan di
kepalanya, namun dengan cepat doktet segera menghentikan pendarahan itu. Baekhyun,
Sehun, dan Tuan Oh berdiri di luar ruang UGD. Mereka benar- benar khawatir. Sehun hanya
menundukkan kepalanya. Dia merasa sangat bersalah karena membuat Rahyun celaka.

"Apa yang terjadi padanya hingga kepalanya bisa berdarah?" tanya Baekhyun.

"Aku, aku mendorongnya. Hingga kepalanya membentur meja," jawab Sehun.

"Kau gila? Bagaimana kamu bisa mendorong istrimu sendiri?" bentak Tuan Oh.
"Itu di luar kendaliku. Entah kenapa aku malah mendorongnya."

"Mwo? Kau bercanda?"

"Aku tak tahu, hyung. Itu benar-benar di luar kendaliku.." Sehun mengacak-ngacak
rambutnya sendiri. Tuan Oh terdiam mendengar penjelasan Sehun.

________

Rahyun telah di pindahkan ke ruang inap VIP. Dia telah sadarkan diri. Sehun duduk di
sampingnya. Dia hanya meminta maaf kepada Rahyun hingga membuat Rahyun risih
mendengar permintaan maaf Sehun.

"Aku sudah bilang. Aku sudah memaafkanmu. Jadi berhentilah meminta maaf," ucap
Rahyun kesal.

"Aku benar-benar minta maaf."

"Ajhussi. Bisakah kau diam. Aku ingin istirahat," Rahyun membaringkan tubuhnya
dan menutup tubuhnya dengan selimut.

"Baiklah. Istirahatlah," Sehun mencium dahi Rahyun dengan lembut.

"Kau tak pergi bekerja?" tanya Rahyun.

"Aku mengambil cuti. Aku ingin merawatmu."

"Yak! Ajhussi. Kau harus pergi bekerja. Sudah ada dokter yang merawatku. Jadi aku
tak butuh kamu. Jadi pergilah bekerja."

"Baiklah," Sehun menuruti perkataan istrinya itu.

Di kantor, Sehun tak fokus pada pekerjaannya. Dia hanya memikirkan Rahyun.

"Sajangnim!" panggil sekretarisnya.

"Ya. Ada apa?" tanya Sehun.


"Apa anda sakit?" Sehun menggeleng.

"Syukurlah. Dari tadi anda melamun saja. Ohyah, anda harus menandatangani
dokumen ini," ucap sekretarisnya itu.

"Baiklah," Sehun menandatangani dokumen itu.

________

Hari sudah malam. Di rumah sakit. Baekhyun datang menjenguk Rahyun. Dia
membawa buah-buahan.

"Apa kepalamu itu sudah baikan?" tanya Baekhyun.

"Ya."

Seseorang masuk ke dalam ruangan itu. Orang itu adalah Sehun.

"Ajhussi.." Rahyun tersenyum dengan kedatangan suaminya. Baekhyun heran melihat


wajah Sehun yang berbeda dari biasanya. Wajahnya sangat dingin.

Sehun mendekati Rahyun. Lalu dia menampar pipi kanan Rahyun dengan tangannya.
Baekhyun sangat terkejut dengan adegan itu. Bahkan Rahyun menatap Sehun dengan tatapan
tak percaya.

"Apa yang kau lakukan Oh Sehun?" bentak Baekhyun.

Rahyun memegang pipinya yang memerah akibat tamparan Sehun. Sehun tak
menghiraukannya dia hendak melangkah keluar. Namun dia tiba-tiba terjatuh dan pingsan.

Sehun segera dibawa ke ruang UGD. Dokter Kim memeriksa Sehun. Dia tak
menemukan keanehan pada Sehun. Baekhyun menceritakan kejadian yang mengakibatkan
Rahyun celaka. Dokter Kim memikirkan sesuatu.

"Apa ketika kecil Tuan Sehun mengalami kekerasan?" tanya Dokter Kim.

Baekhyun teringat, dulu Sehun sering dipukuli oleh Tuan Oh.


"Ya."

"Kurasa dia mengalami sindrom PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Emosinya
bisa tak terkendali, maka orang terdekat nya bisa saja celaka. Temuilah Tuan Kim Minseok.
Dia seorang psikologis yang bisa menyembuhkan adikmu dengan cepat."

Baekhyun hanya diam dan mengangguk. Lalu dia melangkah masuk ke dalam ruang
inap Rahyun.

"Oppa, apa yang terjadi pada Sehun? Dia baik- baik sajakan?"Rahyun sangat cemas.

"Rahyun-ssi. Pergilah dari kehidupan kami. Terutama Sehun."

“Ne?” Rahyun tak percaya apa yang di dengarnya itu.

“Jangan menampakkan batang hidungmu lagi di hadapan Sehun. Pergilah.


Menghilanglah. Dan juga ceraikan Sehun.”

“Aku tak bisa pergi. Aku mencintai Sehun,” lirih Rahyun.

“Aku tahu kamu mencintainya. Tapi aku memghawatirkanmu. Sehun bisa saja
melukaimu dengan kondisinya sekarang.”

“Kamu tak perlu menghawatirkanku.”

“Lee Rahyun-ssi. Aku tak ingin ada orang lain yang terluka lagi. Cukup Sehun saja
yang terluka,” Baekhyun menutup matanya. “Jadi tinggalkan Sehun dan pergilah!”

“Aku tak bisa. Maafkan aku. Aku akan selalu berada di sisi Sehun meskipun aku akan
terluka.”

“Kau sangat keras kepala,” Baekhyun melangkahkan kakinya keluar.

“Aku akan tetap berada di sisi Sehun

________
METTLE

Bagian 10 ”Memutuskan”
Pria itu terbangun dari pingsannya. Dia turun dari ranjang rumah sakit. Dia
memegang kepalanya yang terasa sakit. Sehun melangkah keluar dengan membawa peralatan
infusnya. Dia berjalan di koridor rumah sakit. Seorang perawat cantik menghampirinya
dengan senyuman manis.

"Apa anda sudah baikan?" tanya perawat yang bernama Lim Inhyang itu. Inhyang
adalah perawat yang merawat Sehun.

"Kepala saya sedikit terasa pusing," jawab Sehun.

"Anda seharusnya istirahat," ucap perawat Lim.

"Ya, tapi saya ingin berjalan-jalan."

"Apa mau saya temani?" tawar Perawat Lim.

"Tidak. Terima kasih. Saya ingin sendiri," ucap Sehun sambil melangkah pergi.

"Baiklah," Perawat Lim juga pergi.

Sehun melihat seorang wanita yang sedang duduk di bangku taman rumah sakit. Dia
tahu siapa wanita itu, yang tak lain adalah Rahyun. Dia menghampirinya dan duduk di
sampingnya. Rahyun yang melamun tak menyadari keberadaan Sehun.

"Yeobo!" seru Sehun sambil merangkul pundak Rahyun membuat Rahyun terkejut.

"Ah. Kau disini?"

"Apa yang kamu pikirkan sampai tak tahu keberadaanku?"

"Tidak ada," dusta Rahyun.

"Bohong. Apa kamu memikirkan pria itu?" Tuduh Sehun.

"Pria siapa?" Rahyun bingung.

"Sunbae-mu itu. Chanyeol."

"Anio!" bantah Rahyun.

"Lalu apa yang kamu pikirkan?"

"Aku sedang memikirkanmu, mungkin."


"Kenapa kamu memikirkanku?"

"Tak apa-apa. Kau itu sangat menyebalkan."

"Ya. Aku tahu, aku sangat menyebalkan. Tapi kamu mencintaiku, kan?"Sehun
memeluk erat Rahyun dengan satu tangannya. Dia juga mencium pipi Rahyun. Rahyun
membalas memeluk Sehun.

"Bagaimana keadaanmu? Maafkan aku telah membuatmu terluka," ucap Sehun.


Rahyun menggeleng.

"Tenang saja. Aku baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana?"

"Kepalaku terasa pusing."

Rahyun melepaskan pelukannya, menatap Sehun khawatir. Rahyun memijit kepala


Sehun. Sehun tersenyum saat mendapat perlakuan Rahyun.

"Apa masih terasa pusing?" tanya Rahyun masih memijit kepala Sehun.

Sehun memegang tangan Rahyun yang sedang memijtnya. "Ya. Rasa pusingku telah
hilang. Terima kasih, istriku," Sehun mengecup singkat bibir Rahyun. "Kau tahu? Dari tadi
beberapa orang melihat kita," ucap Sehun.

Rahyun melihat sekitarnya, beberapa orang melihat mereka. Rahyun merasa malu.
Dia memeluk Sehun, menyembunyikan wajahnya karena malu.

Sekarang, suami istri itu sedang berada di ruang inap Sehun. Mereka duduk di sofa
yang telah disediakan oleh rumah sakit sambil berpelukan.

"Ajhussi. Apa yang akan kamu lakukan jika aku meninggalkanmu?" kata Rahyun tiba-
tiba.

"Mwo? Apa yang kamu katakan, Rahyun-ah? Kau akan meninggalkanku?"

"Anio. Aku akan selalu bersamamu," Rahyun mengeratkan pelukannya.

"Jika kamu meninggalkanku, aku akan marah. Lalu aku akan mencarimu kemana-
mana, sampai ke ujung dunia. Tapi aku tak akan melakukan itu. Karena aku tak akan
membiarkanmu pergi meninggalkanku, Lee Rahyun. Saranghae," ujar Sehun sambil
mengecup puncak kepala Rahyun.
Suara ketukan pintu terdengar dan tiba-tiba pintu ruang inap terbuka. Memperlihatkan
Hani dan D.O.

"Ups. Kurasa kami mengganggu kalian," kata Hani saat melihat Sehun dan Rahyun
yang sedang berpelukan.

Rahyun melepaskan pelukan itu dan bangkit dari sofa. "Kalian datang menjengukku?"
tanya Rahyun sambil menghampiri Hani dan D.O.

"Ya. Kami sangat menghawatirkanmu, Rahyun," jawab Hani.

"Bukankah kalian akan menjenguk Rahyun, namun kenapa kalian datang ke ruang
inapku?" tanya Sehun.

"Tadi kami ke ruang inap Rahyun, tapi seorang perawat memberi tahu bahwa Rahyun
berada di sini," jawab D.O.

________

Rahyun telah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Sehun juga ikut pulang bersama
Rahyun padahal Dokter melarangnya untuk pulang, namun Sehun memaksa Dokter Kim
untuk memulangkannya.

Rahyun telah bangun dari tidurnya sangat pagi sekali. Dia telah memakai pakaian
untuk pergi kuliah. Dia turun ke bawah untuk menyiapkan sarapan. Dia mulai memasak.
Beberapa menit kemudian, dia menyajikan makanan yang telah di masaknya di meja makan.
Tuan Oh masuk ke ruang makan.

"Selamat pagi, Abeonim!" sapa Rahyun sambil membungkukkan badannya.

"Oh, selamat pagi juga, menantuku," balas Tuan Oh sambil duduk di kursi.

"Apa kamu akan pergi kuliah?" tanya Tuan Oh.

"Ne."

Baekhyun dan Sehun datang dengan pakaian kantor mereka.

"Selamat pagi, Abeoji!" sapa Sehun.


Selamat pagi, Samchon!" sapa Baekhyun pada Tuan Oh.

Mereka pun mulai menyantap sarapan.

________

Sehun mengantar Rahyun ke kampusnya. Sehun menghentikan mobilnya di halaman


kampus.

"Setelah jadwal kuliah selesai. Kamu harus langsung pulang," perintah Sehun.

"Baiklah."

Rahyun hendak turun dari mobil Sehun. Namun Sehun memegang lengannya. Sehun
mencium bibir Rahyun. Sehun melepaskan ciumannya. Wanita itu tersenyum, lalu dia turun
dari mobil Sehun. Sehun melajukan mobilnya. Rahyun memandang mobil Sehun yang sudah
melaju. Wajah Rahyun berubah menjadi murung.

Rahyun berjalan di koridor kampus. Dia melihat Dosen Kim dan langsung
menghampirinya.

"Annyeonghaseyo, Dosen Kim!" sapa Rahyun.

"Ah, Lee Rahyun."

_________

Dosen Kim dan Rahyun duduk di bangku taman kampus.

"Aku tak menyangka kamu telah menikah. Kenapa kamu tak mengundangku ke acara
pernikahanmu?" Dosen Kim memulai pembicaraan.

Dosen Kim adalah salah satu dosen di kampus. Dia memiliki sifat yang baik. Dia juga
sangat dekat dengan mahasiswa dan mahasiswi di kampus, termasuk Rahyun.

"Anda tahu dari mana?"

"Dari Chanyeol. Selamat atas pernikahanmu, Rahyun-ah."


"Kamshamnida."

"Sesungguhnya aku kecewa karena kamu telah menikah dengan orang lain. Aku kira
kamu menyukai Chanyeol," ucap Dosen Kim.

"Sebenarnya dulu aku memang menyukai Chanyeol-sunbae."

"Kau tahu kenapa aku menyebarkan gosip bahwa kamu dan Chanyeol berpacaran?"

"Saya tak tahu. Kenapa anda melakukan itu, Dosen Kim? Anda membuat saya malu."

"Chanyeol sebenarnya menyukaimu. Jadi aku menyebarkan gosip itu."

"Ne? Itu tidak mungkin." Rahyun tak percaya dengan perkataan Dosen Kim.

"Aku mengatakan yang sebenarnya. Terserah kamu percaya atau tidak." Dosen Kim
tersenyum. "Chanyeol ingin mengatakan perasaannya padamu. Tapi sekarang kamu telah
menikah," lanjutnya.

Rahyun hanya diam mendengar ucapan Dosen Kim.

"Dosen Kim, kurasa aku harus masuk kelas dulu. Terima kasih atas penjelasannya,"
pamit Rahyun sambil membungkuk hormat dan berlari pergi meninggalkan Dosen Kim.

_________

Di sebuah perusahaan besar yang bernama Sekwang. Seketaris Han masuk ke dalam
ruangan Sehun. Dia membawa berkas-berkas yang harus diperiksa oleh Sehun. Sehun
memegang kepalanya yang terasa sakit. Dia meringis kesakitan.

"Sajangnim, anda baik-baik saja?" Tanya pria itu pada Direkturnya.

Raut wajah Sehun berubah menjadi garang. Dia bangkit dan meninju wajah Seketaris
Han tiba-tiba. Sehun menarik kerah kemeja Seketaris Han.

"Sajangnim.." Seketaris Han sangat ketakutan.

Wajah Sehun berubah kembali. Dia melepaskan pegangannya. Sehun menunduk.


"Han-biseo52. Maafkan aku. Aku,, bukan aku yang melakukannya. Maafkan aku. Aku
kehilangan kendali," ucap Sehun frustasi. Dia menjambak rambutnya sendiri.

"Sajangnim. Tenangkan diri anda." Seketaris Han mencoba menenangkan Sehun.

"Maafkan aku.." lirih Sehun.

Sehun mendudukan tubuhnya di sofa. Dia benar-benar tak mengerti apa yang terjadi
pada dirinya. Baekhyun masuk ke dalam kantor Sehun. Dia telah mendengar dari Seketaris
Han bahwa Sehun telah memukulnya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Baekhyun khawatir pada adik sepupunya itu.

"Hyung. Apa yang sebenarnya terjadi pada diriku?" Lirih Sehun.

Baekhyun duduk di samping Sehun.

"Aku merasa seperti monster. Aku membuat orang yang di sekitarku terluka," ucap
Sehun sambil menangis. Baekhyun memeluk adik sepupunya itu.

"Aku takut. Aku takut jika Rahyun akan terluka lagi karena diriku," ujar Sehun.

Baekhyun menepuk-nepuk punggung Sehun. "Tenanglah."

"Hyung, Apa aku harus menyuruh Rahyun untuk meninggalkanku?"

"Aku tak tahu. Itu adalah keputusanmu."

_________

Di malam hari, Rahyun duduk di ruang keluarga bersama Tuan Oh.

"Rahyun-ah. Aku ingin kamu meninggalkan Sehun," ucap Tuan Oh.

"Abeonim. Maafkan saya. Saya tak bisa."

"Kau akan terluka." Tuan Oh memperingati.

"Saya tahu. Anda tak perlu menghawatirkan saya."

52
Sekretaris
Rahyun sekarang berada di kamarnya. Rahyun benar-benar sedih. "Kenapa mereka
menyuruhku untuk meninggalkan Ajhussi? Apa kalian tahu? Aku mencintai Sehun. Aku tak
bisa meninggalkannya!" teriak Rahyun.

Sehun masuk ke dalam kamar. Dia telah pulang dari kantor.

"Ajhussi, kamu sudah pulang." Rahyun tersenyum pada Sehun.

Sehun melepaskan jasnya dan melonggarkan dasinya. Dia mendekati Rahyun dan
menyudutkan Rahyun ke dinding.

"Apa yang akan kamu lakukan, Ajhussi?"

Sehun mendekatkan wajahnya dan dia langsung mencium Rahyun. Awalnya lembut,
tapi lama-lama menjadi kasar. Rahyun membalas ciuman Sehun. Dia meremas rambut Sehun.
Sehun meraih tengkuk Rahyun. Sehun melepaskan ciumannya. Rahyun menatap mata Sehun.
Lalu mereka berciuman lagi. Wanita itu melepaskan ciumannya karena kehabisan oksigen.
Sehun mengecup dahi Rahyun sangat lama. Dia perlahan melangkah mundur dan menatap
sendu istrinya.

"Lee Rahyun. Aku ingin kamu pergi dari hidupku," ucap Sehun dingin.

Suasana menjadi hening. Rahyun menundukkan wajahnya. Dia menitikan air


matanya. "Baiklah. Aku akan pergi."

________
METTLE

Bagian 11 ”Teman lama”


Sepasang suami istri sedang berpelukan di atas ranjang. Sang istri menangis. Dia
sebenarnya tak ingin pergi. Sehun juga meneteskan air matanya, dia tak sanggup untuk
berpisah dengan Rahyun, tapi ini demi kebaikan Rahyun. Dia tak ingin Rahyun terluka lagi
karenanya.

"Aku sudah membeli apartemen untuk kamu tinggal. Apartemennya pun dekat dengan
kampusmu," lirih Sehun.

Rahyun hanya mengangguk. "Bagaimana jika aku merindukanmu?"

"Telepon aku kalau kamu mau."

"Jinjja?" Sehun mengiyakan. Rahyun semakin memeluk Sehun dengan erat.

________

Rahyun mengemas baju-bajunya dan peralatan kuliahnya. Sehun juga turut membantu
istrinya itu.

"Jaga dirimu baik-baik," pesan Sehun.

"Ne. Kamu juga."

Baekhyun mengantar Rahyun ke tempat tinggalnya. Dalam perjalanan mereka saling


diam.

"Kalian akan bercerai?" tanya Baekhyun membuka suara.

"Anio. Kami hanya sementara berpisah. Kami tak akan bercerai," jawab Rahyun.

"Oh. Kalau begitu bagus."

"Oppa, apa yang sebenarnya kamu rencanakan? Kamu.. kamu sepertinya.." Rahyun
tak melanjutkan perkataannya karena dia takut untuk mengatakannya.

"Sepertinya apa? Katakan saja."

"Sepertinya.. kamu ingin aku dan Sehun berpisah. Apa kamu begitu membenciku?"

"Kalau iya, apa yang akan kamu lakukan?" tanya Baekhyun dengan wajah dingin.
Rahyun tertegun mendengar itu. Dia hanya diam tak menjawab.

"Mianhae. Aku masih ragu padamu. Apakah kamu wanita yang baik untuk Sehun,
atau tidak?"

"Apa karena latar belakangku? Karena aku miskin? Karena aku tak punya orang tua?"

"Bisa jadi."

Rahyun menunduk. "Aku tak seperti wanita yang kamu bayangkan."

"Aku tahu. Tapi aku masih ragu, Rahyun-ssi."

Mereka turun dari mobil. Baekhyun mengeluarkan kotak besar yang berisi peralatan
kuliah Rahyun, dan dua buah koper. Rahyun melihat gedung apartemen yang menurutnya itu
sangat mewah. Baekhyun membawakan dua koper itu dan Rahyun membawa kotak besar.
Mereka masuk ke dalam ke apartemen. Rahyun menyimpan kotak itu di lantai dekat sofa.
Rahyun melihat apartemen ini sangat bagus dan lumayan cukup luas, tapi lebih luas
rumahnya sendiri. Rahyun melihat ke arah Baekhyun yang berdiri di dekat pintu.

"Terima kasih. Tapi kurasa apartemen ini terlalu bagus untukku," ucap Rahyun.

"Samchon yang memilih tempat ini untukmu. Jadi kamu harus menerimanya," jelas
Baekhyun.

"Oh.. apa Sehun tahu apartemen ini?"

"Tidak, dia tak tahu." Rahyun hanya mengangguk dan menunduk.

"Kalau begitu aku pergi." Baekhyun membuka pintu apartemen.

"Terima kasih sudah mengantarku," ucap Rahyun.

Setelah kepergian Baekhyun, Rahyun membawa kopernya ke dalam kamar. Hanya


ada satu kamar di dalam apartemen itu. Dia mulai mengeluarkan barang-barangnya.

"Padahal aku punya rumah sendiri. Kenapa aku harus tinggal di apartemen?" guman
Rahyun sambil memasukkan pakaiannya ke dalam lemari.

Suara nada dering ponsel terdengar, Rahyun langsung mengeluarkan ponselnya yang
berada di saku celananya. D.O meneleponnya.
"Yeobseyo."

"Rahyun-na. Kau ada di mana?" tanya D.O dari seberang telepon.

"Memangnya kenapa?"

"Cepatlah kemari, di sini kami sedang makan-makan di rumah Hani."

"Memangnya ada acara apa sampai ada acara makan-makan segala?"

"Kami sedang merayakan kepulangan seseorang yang kamu rindukan selama ini.
Jadi datanglah. Oh ya, Ibu Hani memanggang daging sapi."

"Baiklah aku akan ke sana."

"Ok, kami tunggu kedatanganmu." D.O mematikan sambungan telepon.

"Seseorang yang kurindukan? Siapa? Seolma53.. Kai?" guman Rahyun.

Di sisi lain, D.O memasukkan HPnya ke dalam saku celananya. Dia masuk ke ruang
makan dan duduk di kursi. Ada seorang pria yang juga duduk di sana. Hani sedang
membantu Ibunya memasak.

"Dia mau ke sini?" tanya pria itu.

"Ya. Dia mau ke sini," jawab D.O.

Pria yang bernama Kai itu tersenyum bahagia.

"Jadi kamu di Korea akan tinggal berapa lama?" Tanya Hani melangkah mendekati
mereka sambil membawa nampan yang berisi nasi dan daging panggang.

"Mungkin dua minggu. Aku di sini hanya liburan dan aku akan kembali lagi ke
London," jawab Kai.

"Oh. Begitu. Kenapa sebentar sekali. Dan kurasa kita harus jalan-jalan. Oh ya,
bukankah besok lusa kita libur? Kalau begitu ayo kita jalan-jalan," ucap Hani semangat.

"Ide bagus. Sekalian kita ajak Rahyun," D.O berpikir sejenak. "Tapi, apa Rahyun
diijinkan suaminya?" lanjutnya.

53
Jangan-jangan
"Nan mollaseo," Hani mengangkat bahunya.

"Suami? Rahyun sudah menikah?" tanya Kai heran.

"Ah, ya. Kita lupa memberitahumu. Rahyun memang sudah menikah dengan orang
yang sangat tampan," jawab Hani.

Kai terdiam sejenak. Lalu dia tersenyum kikuk.

Suara bel rumah berbunyi, Hani beranjak dari tempat duduknya dan membuka pintu
rumahnya. Tampak Rahyun yang tersenyum. Hani pun menyuruh Rahyun untuk masuk. Saat
masuk ke ruang makan, Rahyun melihat D.O dan seseorang yang duduk membelakanginya.

"Annyeong! Rahyun cantik." Sapa D.O sambil melambaikan tangannya.

Rahyun membalas lambaian tangan D.O. Kai yang mulai menyadari keberadaan
Rahyun pun melihat ke belakang. Rahyun tertegun saat melihat Kai.

Kai berdiri. "Lama tak berjumpa, Rahyun-na. Kau semakin cantik."

Rahyun mendekati Kai dan langsung memeluk teman lamanya itu. "Aku
merindukanmu, bodoh," ucapnya.

Kai tersenyum, saat mendengar kata rindu dari mulut sahabatnya itu. Dia juga
merindukan Rahyun, hampir tiga tahun mereka tak bertemu. Karena dia sibuk dengan
kuliahnya di London. "Aku juga merindukan, si gadis kacamata ini." Kai membalas pelukan
Rahyun.

"Sudahlah. Jangan terlalu dramatis. Ayo kita makan! Eomeonim dan Hani sudah
selesai menyajikan makanannya." Ucap D.O.

Kai dan Rahyun melepaskan pelukan mereka. Dan duduk di kursi. Berbagai macam
hidangan telah disajikan di atas meja. Rahyun dan Kai duduk bersebelahan, dan Hani duduk
di sebelah D.O.

"Terima kasih, emeonim atas makanannya." Ucap D.O dan Rahyun bersamaan.

"Makanlah yang banyak," ucap Ibu Hani.

"Ne."
Setelah makan-makan mereka langsung menonton film komedi di ruang keluarga.
Mereka tertawa bersama-sama. Kai melirik Rahyun yang duduk di dekatnya dan langsung
tersenyum.

Hari mulai malam, Kai dan Rahyun akan pulang. Hani mengantar mereka sampai
depan rumah. Sedangkan D.O sudah pulang dari tadi karena urusan mendadak.

"Kamu yakin akan pulang sendirian?" tanya Hani pada Rahyun. Rahyun menjawab
hanya dengan anggukan.

"Ini sudah larut malam. Kenapa kamu tak menyuruh suamimu untuk menjemputmu?"
tanya Hani.

"Dia sedang ada di luar negeri," dusta Rahyun.

"Kalau begitu. Aku saja yang mengantarmu," ujar Kai.

"Baiklah," terima Rahyun.

Kai dan Rahyun masuk ke dalam mobil biru milik Kai. Hani melambaikan tangannya
saat mobil Kai melaju pergi.

Di dalam mobil, Rahyun dan Kai hanya diam tak berbicara. Kai sesekali melirik
pandangan ke arah Rahyun.

"Kamu sudah menikah?" tanya Kai.

"Ya," jawab Rahyun singkat.

"Kenapa tak mengundangku?"

"Hmm.. karena pernikahanku pun mendadak.."

"Mendadak? Apa karena kau hamil?"

"Yak! Ania. Aku tak hamil.. hanya saja.. ini.. ah, sulit mengatakannya."

"Kenapa sulit?"

"Aku tak bisa menjelaskannya."

"Ya. Ya.. kalau tak mau menjelaskannya pun tak apa-apa."


"Ohyah. Bagaimana kuliahmu? Apa di sana banyak pria tampan?"

"Menyenangkan. Yak! Kau sudah menikah. Bagaimana bisa kamu mau melirik pria?"

"Ya. Bisa saja. Saat ini aku sedang melirik pria tampan di sebelahku," ucap Rahyun.

Kai tersenyum dan dia mengacak-ngacak rambut Rahyun dengan tangan kanannya.
"Maaf aku tak mau dengan wanita yang sudah menikah."

Rahyun menggerutu. "Aku juga tak mau dengan pria gelap sepertimu." Rahyun
menjulurkan lidahnya.

Kai mengantar Rahyun sampai depan gedung apartemen. Rahyun turun dari mobil
sambil mengucapkan terima kasih pada Kai. Kai melajukan mobilnya dan Rahyun masuk ke
dalam gedung apartemen.

________

Pagi hari, Rahyun melangkah pelan menuju perpustakaan kampus. Jadwal kuliahnya
tiga puluh menit lagi. Dia akan menunggu sambil membaca buku di perpustakaan. Saat
masuk ke dalam perpustakaan, dia melihat Chanyeol yang sedang duduk sambil membaca
bukunya dengan serius. Tapi yang menarik perhatiannya adalah seorang wanita yang duduk
di samping Chanyeol. Wanita itu hanya memandang Chanyeol. Rahyun mendekati mereka
dan dia mengenal wanita itu. Jinsil, wanita yang merusak kaca matanya.

"Annyeonghaseyo, sunbaenim!" sapa Rahyun.

"Ah. Annyeong, Rahyun-ssi!" balas Chanyeol.


Rahyun melirik Jinsil yang langsung menunduk saat melihatnya. "Ah, apa dia pacar
sunbae?" tanyanya sambil menunjuk Jinsil.

Jinsil memandang Chanyeol penuh harap. Chanyeol melirik Jinsil dan tersenyum. Dia
mengangguk.

"Oh.. selamat yah. Kuharap hubungan kalian langgeng. Kalau begitu aku pergi dulu,
aku tak ingin mengganggu kalian," ucap Rahyun sambil melangkah menuju rak-rak yang
menyimpan banyak buku.
Rahyun mengeluarkan ponselnya. Dia melihat pesan yang di kirimnya kepada Sehun.
Dia menghela nafasnya. Tak ada balasan. Kemarin dan tadi pagi, dia mengirim pesan ke
Sehun. Namun Sehun tak pernah membalasnya. Saat dia menelepon Sehun pun, Sehun
mengangkatnya. Rahyun memandang Chanyeol yang sedang mencubit kedua pipi Jinsil dari
kejauhan. Dia sangat iri pada mereka.

"Ajhussi, kau berbohong, katanya aku bisa menghubungimu. Ajhussi, aku rindu
padamu," guman Rahyun sambil menunduk.

Suara nada pesan terdengar dari ponsel Rahyun. . Rahyun dengan segera membuka
pesan dan dia meloncat-loncat karena senang. Sehun, pria itu membalas pesannya. Rahyun
menutup mulutnya agar tidak berteriak.

From : Sehun.

Pagi Juga, Yeobo :) Jangan lupa,


kamu juga harus makan.

Saranghae :* ]

Rahyun langsung membalas pesannya.

To : Sehun.

Ne. Na ddo saranghae :* Ajhussi,


bogosipheseo.

Rahyun mencari buku yang akan di bacanya, sambil menunggu balasan dari Sehun.
Namun beberapa menit kemudian, Sehun tak kunjung membalas pesannya. Rahyun
memandang kesal ponselnya. Dia menutup matanya dan menghela nafas.

Wanita berkacamata itu melihat jam tangannya, jadwal kuliahnya sebentar lagi akan
dimulai. Rahyun menyimpan buku yang dicarinya tadi di tempat semula. Suasana hatinya
mulai buruk, karena Sehun. Rahyun pun pergi melangkah keluar dari perpustakaan.
Rahyun masuk ke dalam kelasnya dengan lesu. Hani dan D.O yang melihat itu heran.
Rahyun duduk di sebelah D.O. Wanita berkacamata itu mengeluarkan laptop dan bukunya.

"Kenapa dengan wajahmu? Apa kamu sedang ribut dengan suamimu itu?" tanya D.O.

"Ani. Suasana hatiku sedang buruk saja," jawab Rahyun sambil menidurkan
kepalanya di atas meja.

"Geurae. Bagaimana setelah kuliah kita ke studio Kai?" tawar Hani.

Rahyun mengangguk. "Ok."

_________
METTLE

Bagian 12 ”Salah Paham”


Kai, pria itu sedang tiduran di sofa sambil memainkan ponselnya. Dia sedang
menghubungi teman-temannya yang di London. Pintu studio terbuka. Hani D.O dan Rahyun
masuk ke dalam studio miliknya. Kai menyadari akan hal itu dan mengalihkan pandangannya
ke arah pintu. Dia tersenyum saat melihat teman-temannya itu. Dia menyimpan ponselnya di
atas sofa, dia mendekati Rahyun dan langsung merangkulnya.

"Ada apa kalian ke sini?" tanya Kai.

"Emang kita nggak boleh ke sini?" ucap Hani sambil cemberut.

"Ani. Hanya saja.. kemarin, aku mengajak kalian ke sini, tapi kalian tidak mau dengan
alasan sibuk."

"Kemarin kami memang sibuk. Kai-ya, hiburlah Rahyun. Katanya suasana hatinya
sedang buruk," ucap D.O.

"Gadis kacamata ini sedang bad mood? Tak biasanya," Kai mengacak-ngacak rambut
Rahyun.

"Ah... Kau semakin memperburuk suasana hatiku," kesal Rahyun.

D.O menuju sofa dan berbaring di atasnya. "Aku ingin tidur. Jangan ada yang ganggu
aku."

"Siapa juga yang mau mengganggumu," kata Hani.

"Kai-ya, aku pinjam komputermu ya. Aku ingin membuka web-ku."

"Oh. Pakai saja."

Hani langsung menuju meja komputer dan duduk di atas kursi.

"Kai-ya!" panggil Rahyun.

"Mwo?" tanya Kai sambil tersenyum.

"Bisakah kamu mengantarku?"

"Ke mana?"

"Ke pantai."
"Pantai? Kau ingin berenang?"

Rahyun menggeleng. "Hanya ingin menikmati pemandangan pantai."

"Geureom54, kaja!" Kai menarik tangan Rahyun dan melangkah ke luar.

"Kalian mau ke mana?" tanya Hani.

"Ke suatu tempat, " jawab Kai.

Mereka, Kai dan Rahyun sudah berada di pantai. Pantai yang pernah dikunjungi
Rahyun dengan Sehun sebelumnya. Tempat pertama kali Sehun memeluknya. Rahyun
menunduk dan menangis. Dia merindukan Sehun, suaminya. Kai melihat Rahyun
mendekatinya dan langsung memeluknya.

"Menangislah.." ucap Kai sambil mengelus-ngelus rambut Rahyun.

Rahyun semakin terisak di dalam pelukan Kai.

_______

Seorang pria sedang berbaring di atas tempat tidur yang empuk. Terdengar suara nada
pesan dari ponselnya. Sehun, pria itu mengambil ponselnya yang di atas nakas dan membuka
pesan. Pesan dari seseorang yang mengirimkan banyak foto. foto-foto Rahyun yang bersama
Kai. Sehun tertegun melihat foto itu. Dia menelepon seseorang yang mengirim banyak foto
itu, yang ternyata mata-matanya.

"Berhenti mengikuti mereka. Kau pulanglah," ucap Sehun pada suruhannya itu. Sehun
langsung menutup teleponnya dan melemparkan ponselnya sembarangan. Dia berteriak.

"Kau meninggalkanku, Lee Rahyun.." lirihnya.

________

Hari sudah menjelang sore, Kai dan Rahyun masih berada di pantai. Mereka duduk di
atas hamparan pasir.

54
Kalau begitu
"Kau berpisah sementara dengan suamimu?" tanya Kai setelah mendengar semua
cerita Rahyun. Rahyun mengangguk.

"Datang saja ke rumahnya. Mungkin sekarang dia sudah sembuh."

"Aku tak berani. Aku akan menunggu sampai Ajhussi datang menjemputku."

"Bagaimana dia tak akan pernah menjemputmu?"

"Dia pasti akan menjemputku," yakin Rahyun.

Kai mengantar Rahyun ke apartemennya. Rahyun berterima kasih untuk hari ini. Dia
turun dan melambaikan tangannya ke Kai. Kai melajukan mobilnya. Setelah mobil Kai pergi,
seseorang melangkah mendekati Rahyun.

"Selingkuhanmu?" tanya orang itu sinis.

"Ania, Oppa.. Dia temanku," jawab Rahyun.

Baekhyun tersenyum miring. "Tak ada kata teman antara pria dan wanita, Lee
Rahyun."

"Sungguh, dia temanku. Teman kecilku."

"Arraseo, aku tak peduli. Aku hanya ingin memberi tahumu, besok datanglah ke
rumah kami. Akan ada acara keluarga. Semua keluarga besar Sehun akan berkumpul,
termasuk nenek Sehun dan aku." Rahyun mengangguk mengerti.

"Kalau begitu aku pergi."

"Hati-hati di jalan, Oppa," Rahyun membungkukkan tubuhnya.

Keesokan harinya, Matahari belum muncul di tempat peesembunyiannya, tapi Rahyun


sudah bangun. Dia bersiap-siap untuk pergi ke rumah Sehun. Dia memilih-milih pakaian apa
yang harus di pakainya hari ini. Rahyun menyerah, dia tak punya pakaian yang pantas.

"Ya, aku tak harus ke sana. Kalau aku ke sana mungkin aku akan mempermalukan
Ajhussi saja," guman Rahyun sambil duduk di atas ranjang.
Rahyun menelepon Sehun. Namun, Sehun tak mengangkatnya. Dia cemberut sambil
menggerutu.

Rahyun memandang pagar yang menjulang tinggi menutupi rumah megah nan mewah
itu. Rasanya dia ingin masuk ke dalam rumah itu dan bertemu seseorang yang dia rindukan
selama ini. Rahyun menundukkan kepalanya. Seketika pagar terbuka dan memperlihatkan
mobil hitam yang akan keluar dari perkarangan rumah. Mata Rahyun berbinar saat tahu siapa
yang berada di dalam mobil itu. Sehun, pria itu kaget saat melihat Rahyun. Dia segera keluar
dari mobilnya. Rahyun perlahan melangkah mundur dan berbalik ke kiri dan langsung berlari.
Sehun dengan segera langsung mengejarnya. Sehun dengan cepat mengejar Rahyun, dan
langsung memegang tangan Rahyun. Rahyun seketika berhenti.

"Kamu tak merindukanku?" tanya Sehun.

Rahyun berbalik menghadap Sehun. Dia langsung memeluknya dengan erat. "Aku
sangat merindukanmu," ucap Rahyun sambil terisak diperlukan Sehun.

Sehun membalas pelukan istrinya itu dan mengelus rambut Rahyun, bertujuan untuk
menenangkannya. Sehun memegang kedua bahu Rahyun dan melepaskan pelukan itu.

"Lee Rahyun," lirih Sehun sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi mulus
Rahyun.

"Ajhussi, kau sangat jahat. Kenapa kamu tak pernah mengangkat teleponku?" Isak
Rahyun.

"Karena aku takut, aku takut kalau aku semakin merindukanmu. Jika aku mendengar
suaramu, aku ingin bertemu denganmu. Dan aku takut, ketika kita bertemu, aku akan
melukaimu. Tapi aku membalas pesanmu, kan?" Rahyun mengangguk.

"Ayo masuk. Akan ku pernalkan kamu pada keluargaku," ucap Sehun. Rahyun
menggelengkan kepalanya, tidak mau.

Sehun menyeritkan dahinya. "Wae?"

"Kau tidak lihat pakaianku? Aku memakai kaos dan jeans. Ini sangat tidak sopan,"
lirih Rahyun.
Sehun memegang tangan Rahyun, lalu menariknya. Membawa Rahyun ke dalam
mobilnya. Seteleh keduanya sudah di mobil. Sehun melajukan mobilnya.

"Kita akan ke mana?" tanya Rahyun.

"Nanti kamu akan tahu," jawab Sehun.

Rahyun tak berbicara lagi, dia diam. Mereka lalu terdiam. Suasana diantara mereka
terkesan kaku.

"Pria itu, siapa dia?" tanya Sehun pada akhirnya. Dia terus kepikiran akan pria
bernama Kai itu.

"Siapa?"

"Pria yang bernama Kai."

"Ah. Kai? Dari mana kamu tahu Kai? Jangan-jangan, kamu memata-mataiku?"

"Hanya saja... ya, itu sebagai antisipasi saja," ucap Sehun salah tingkah.

"Kai itu temanku waktu kecil," jelas Rahyun.

Sehun membuka ponselnya, lalu menunjukkan foto Rahyun dan Kai yang saling
berpelukan.

"Teman? Hanya teman? Tapi mengapa kalian sangat dekat? Jalan-jalan ke pantai dan
saling berpelukan? Cih," ucap Sehun sinis.

Rahyun menunduk sambil menggeleng. "Dia temanku dari kecil. Kami memang
sangat dekat."

"Benarkah?" tanya Sehun sambil mengelus pipi Rahyun.

"Ne," ucap Rahyun sambil memegang tangan Sehun.

________

"Aku malu bertemu dengan keluargamu, Ajhussi," rengek Rahyun sambil memainkan
tali tasnya.
"Kenapa harus malu? Emang kamu melakukan kesalahan?" ucap Sehun yang masih
mengendarai mobilnya.

Rahyun menghela nafas berat, dia menunduk lalu menutup wajanya dengan
tangannya.

"Tenanglah," Sehun tersenyum melihat tingkah istrinya itu, lalu mengelus pundak
Rahyun.

Beberapa menit kemudian, Sehun memarkirkan mobilnya di basemant di salah satu


mall terbesar di Seoul. Sehun turun dari mobil. Lalu membukakan pintu mobil untuk Rahyun.

"Kaja!" Sehun menarik tangan Rahyun, agar Rahyun keluar dari mobilnya.
Rahyun hanya pasrah. Dia merangkul Sehun. Dia menyenderkan kepalanya. Dia
hanya berpura-pura bertingkah seperti itu, karena dia sangat merindukan Sehun dan ingin
dimanja Sehun.

Mereka masuk ke dalam Mall dan mengunjungi sebuah toko. Rahyun menyeritkan
dahinya bingung. Kenapa ke toko perhiasan?" tanya Rahyun dalam hatinya.

"Kenapa kita ke sini? Apa kamu membelikan aku perhiasan?" tanya Rahyun. Sehun
mengangguk.

"Ah. Aku tak perlu itu. Lagi pula aku tak butuh perhiasan."

Sehun menggenggam tangan Rahyun lalu mengangkatnya ke atas. "Tapi jarimu ini
membutuhkan perhiasan," ucap Sehun sambil tersenyum.

Rahyun tersenyum malu, dia menyembunyikan wajahnya ke bahu Sehun.

"Kau lucu."

Manajer di toko perhiasan itu menghampiri mereka. "Tuan Oh, anda sudah datang,"
ucap Manajer cantik itu.

"Ya. Apa pesananku sudah selesai?" tanya Sehun.

"Ne, Tuan. Silahkan kemari," ucap Manajer itu sambil melangkah ke sebuah ruangan.
Sehun dan Rahyun mengikutinya dari belakang. Sehun dan Rahyun duduk di sofa.
Manajer itu membawakan sebuah kotak kecil. Manajer itu duduk dan membuka kotak itu,
yang ternyata berisi dua buah cincin. Cincin pasangan yang sangat indah, membuat mata
Rahyun berbinar melihatnya.

"Berapa harganya?" tanya Rahyun

"Harganya 52,7 juta won."

"Ne?" Rahyun terkejut, matanya bulat sempurna.

"Tak perlu seperti itu juga," Sehun menyentil dahi Rahyun.

"Aku ambil ini. Seketarisku akan mentransfer uangnya," ucap Sehun sambil bangkit.

"Ne, Tuan Oh. Apa perlu saya bungkus?"

"Tak usah."

Manajer itu memberikan kotak itu kepada Sehun. Sehun menerimanya, lalu
memegang tangan Rahyun dan mengajaknya keluar.

"Kamshahamnida, Tuan Oh," ucap Manajer itu sambil menunduk.

Rahyun membalasnya.

Saat di luar toko, Rahyun menghentikan langkahnya. "Kau gila, Ajhussi?"

"Wae?"

"Cincin itu sangat mahal," ucap Rahyun.

"Tapi kau suka, kan?"

"Ya. Tapi itu sangat mahal. Kau seharusnya tak menghabiskan uangmu," Rahyun
menunduk.

"Rahyun. Lihat aku. Ini cincin pernikahan kita. Jadi tak masalah jika harganya
semahal apapun. Mmm.. apa aku harus membeli cincin yang satu miliyar saja?"

"Ish.. itu malah lebih parah."

Sehun mengacak-ngacak rambut Rahyun.


Rahyun menatap kesal Sehun. Dia benar-benar kesal saat ini. Sehun mengajak
Rahyun ke toko pakaian, lalu menyuruhnya mencoba banyak pakaian. Dan ini sudah
kesebelas kali Sehun mengucapkan bahwa gaunnya tak cocok pada Rahyun dan itu
membuatnya sakit hati.

"Aku tahu aku jelek, jadi jangan menyuruhku mencoba semua pakaian itu," lirih
Rahyun, lalu dia berlari keluar toko dengan pakaian dress bewarna hijau muda.

"Aku akan mengambil pakaian itu," ucap Sehun dan dia segera mengejarnya, namun
Rahyun berlari dengan sangat cepat. Dia kehilangan jejak Rahyun. Lalu dia mengacak-
ngacak rambutnya kesal. "Jangan pergi, Rahyun-ah. Jangan tinggalkan aku," guman Sehun.

Sehun sudah menyuruh anak buahnya untuk mencari Rahyun di seluruh tempat di
mall. Dia melangkah menuju mobilnya dan langsung masuk ke dalamnya.

Rahyun berada di dalam toilet wanita, dia menghapus air matanya. Dia sangat kesal
dengan Sehun. Dia keluar toilet dan kembali lagi ke toko baju tadi, tak ingin membuat Sehun
khawatir. Saat tiba di toko, dia tak menemukan Sehun di sana. Apa Sehun meninggalkannya?
pikirnya. Seorang pegawai menghampirinya.

"Tuan Sehun tadi mengejar anda dan tak kembali lagi. Dan ini tas dan baju nona,"
ucap pegawai sambil memberikan tas dan tas belanja pada Rahyun. Rahyun menerimanya
dan mengucapkan terima kasih.

Wanita itu melangkah keluar dengan lesu. Dia menatap sekitarnya. "Ajhussi tidak
meninggalkan aku lagi, kan?" tanyanya dalam hati. Dua pria berjas hitam datang
menghampiri Rahyun. Rahyun melihat mereka dan berpikir bahwa mereka adalah mafia.
Rahyun perlahan melangkah mundur, lalu berbalik dan langsung berlari. Kedua pria itu
berlari mengejar Rahyun.

"Nona!" Panggil salah satu pria itu.

Rahyun tak menghiraukan mereka dan tetap berlari. Beberapa orang melihat
tingkahnya itu dan terheran-heran. Rahyun menuju lift dan lift masih tertutup. Dia berlari
menuju tangga darurat. Saat di tangga darurat pun dua pria itu masih mengejarnya dan
membuat wanita berkacamata itu semakin ketakutan. Rahyun masuk ke dalam basemant dan
mencari mobil Sehun. "Semoga Sehun tidak pergi," ucapnya dalam hati. Dia melihat
sekelilingnya dan akhirnya menemukan mobil Sehun yang ternyata masih ada pada
tempatnya. Rahyun mendekati mobil hitam milik Sehun itu. Dia mengetuk jendela mobil.
Raut wajahnya ketakutan dan banyak keringat yang bercucuran. Sehun yang ternyata ada di
dalam segera keluar dari mobil. Setelah Sehun keluar, Rahyun segera memeluknya dan
menjatuhkan barang-barang yang dibawanya.

"Aku takut.. dua pria itu... mereka mengikutiku.." isak Rahyun. Dia menangis.

"Tenanglah," Sehun mengelus rambut Rahyun.

Dua orang pria itu mendekati mereka dan membungkuk kepada Sehun.

"Tadi nona.." salah satu pria itu berbicara, namun Sehun langsung memotong
pembicaraannya. "Kalian boleh pergi," tegasnya.

Kedua pria itu membungkuk hormat dan pergi.

Rahyun dan Sehun berada di dalam mobil dan masih di basemant mall. Sehun
memeluk Rahyun. Beberapa menit kemudian, Rahyun pingsan.

"Rahyun-ah. Ireona!" Sehun mencoba membangunkan Rahyun. Dia khawatir kepada


Rahyun.

Sehun segera mengendarai mobilnya.

________
METTLE

Bagian 13 ”Mantan Kekasih Baekhyun”


Sehun membawa istrinya ke rumahnya. Dia membaringkan Rahyun di atas ranjang
kamarnya, lalu membuka kacamata Rahyun dan menyimpannya di atas meja. Baekhyun
berdiri di dekat pintu sambil bersedekap. Dia memerhatikan wajah Sehun yang penuh
kekhawatiran itu.

"Ada apa dengannya?" tanya Baekhyun.

"Aku rasa, dia pingsan karena kelelahan," jawab Sehun.

Seorang wanita masuk ke dalam kamar Rahyun. Dia adalah Ma Hera, teman sekaligus
Dokter pribadi Sehun.

"Akhirnya kamu datang juga," ucap Sehun.

Baekhyun menatap tajam Hera. Dia tersenyum sinis dan langsung pergi meninggalkan
mereka.

"Istrimu? Ternyata dia sangat cantik dari perkiraanku."

"Ya. Terima kasih telah memuji istriku."

Hera memeriksa Rahyun dan mengatakan Rahyun baik-baik saja. Dia mendekati
Sehun dan memegang tangannya. Sehun kaget akan hal itu.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sehun bingung.

"Sehun-ah. Lihatlah aku."

"Hera-ya. Hentikan," Sehun menepis tangan Hera.

"Lihatlah aku, Oh Sehun. Aku sudah kembali lagi. Aku mencintaimu," ucap Hera.

"Ania, Hera-ya. Kau temanku, sekaligus dokter pribadiku. Dan aku pun sudah
menganggap kamu itu adikku."

Hera menundukkan kepalanya dan dia mengambil tasnya yang berada di atas ranjang.
"Aku akan pergi," ucapnya sambil melangkah keluar.

Sehun segera memegang tangannya. "Jangan marah."

"Aku tak marah," Hera menepis tangan Sehun dan pergi.


Hera turun dari tangga dan dia menghentikan langkahnya saat seseorang
memeluknya. Dia terdiam kaku, tubuhnya menegang. "Apa yang kamu lakukan?" tanyanya.

"Yang kulakukan saat ini adalah memelukmu. Kau tidak merindukanku? Kita tak
bertemu setelah dua tahun lamanya, padahal kau sudah kembali satu bulan yang lalu.
Sayangnya aku tak pernah berkesempatan menemuimu,"

Hera membalikan tubuhnya. "Kau bercanda denganku?" teriaknya.

Sehun mendengar teriakan Hera itu, segera turun ke bawah.

Dia terjatuh di lantai dan langsung menangis. Dia menangisi nasibnya yang telah
dicampakan dua lelaki yang sangat ia sayangi itu. Baekhyun berjongkok.

"Mianhae," ucap Baekhyun. Dia memegang pipi Hera dan mendekatkan wajahnya.
Dia langsung mencium bibir Hera. Hera terdiam seketika.

Sehun menghentikan langkahnya saat melihat mereka berdua. Dia bersedekap dan
melihat mereka yang sedang berciuman itu.

Wanita itu membalasnya, membalas ciuman Baekhyun. Entah kenapa dia tak bisa
menolak. Hatinya ternyata masih untuk Baekhyun. Keduanya menghentikan ciumannya. Hera
segera menunduk. Dia terlalu malu. Baekhyun tersenyum tipis sambil berdiri. Dia
mengulurkan tangannya kepada Hera. Dia ingin membantu Hera. Hera tak menerima uluran
itu, karena dia terlalu malu pada Baekhyun. Hera langsung berdiri.

"Ekhem.." Sehun berdehem.

Baekhyun dan Hera langsung melihat ke arah Sehun. Sehun tersenyum mencurigakan.

"Mwo?" tanya Baekhyun salah tingkah.

"Kalian berdua mempunyai hubungan tanpa sepengetahuanku?"

"Ya,". "Tidak," ucap Baekhyun dan Hera bersamaan.

Baekhyun langsung menatap tajam Hera yang mengatakan tidak, dan Hera hanya
menunduk.

"Kalian ini sangat aneh, dan kau juga Hera-ya. Kau mengatakan cinta kepadaku dan
sekarang kau mencium Baekhyun-hyung," ucap Sehun.
"Aku pergi," Hera hendak pergi, namun Baekhyun menyekal tangannya.

"Aku akan mengantarmu," ucap Baekhyun.

Sehun tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

_________

Kai sedang menatap datar layar komputernya. D.O masuk ke dalam Studio Kai. Kai
melihat ke arah D.O.

"Apa ada Rahyun di sini?" tanya D.O.

Kai menggeleng. "Ephseo55," jawabnya singkat.

"Aish.. ke mana dia? Aku sangat kesal. Dia tak masuk kuliah hari ini. Padahal jelas-
jelas dia tahu kalau hari ini presentasi kelompok. Aish.." kesal D.O.

"Geurae?" Kai hanya mengangguk-ngangguk.

"Aku heran. Ke mana dia pergi.. Dia tak mengangkat teleponku. Tak biasanya," heran
D.O.

"Jinjja? Apa kamu sudah ke apartemennya?"

"Sudah, aku ke sana tadi bersama Hani. Tapi dia juga tak ada di sana."

Kai berpikir. Kai pun bangkit dari tempat duduknya. Dia mengambil jaket dan kunci
mobilnya. Di dalam mobil Kai mencoba menghubungi Rahyun. Namun, Rahyun tak mengkat
teleponnya. "Eodiya, Rahyun? Kenapa kamu membuatku khawatir? Semoga kau baik-baik
saja," gumannya.

__________

Sehun bersedekap sambil menatap ponsel Rahyun yang berbunyi dari tadi.
Terpampang nama Kai yang ternyata menelepon Rahyun.

55
Tidak ada
Perlahan mata Rahyun terbuka, dia melihat sekitar, dan mengerutkan dahinya.
Mendengar nada dering ponselnya, Rahyun segera bangkit.

"Ajhussi.." lirih Rahyun saat melihat Sehun yang masih berdiri sambil bersedekap.

"Kau tadi pingsan karena kelelahan," ucap Sehun.

"Oh.." Rahyun ingin mengambil ponselnya yang terus berbunyi. Sehun malah
menyekal tangan Rahyun.

"Jangan pernah mengangkatnya," perintah Sehun.

"Dia adalah Kai, temanku. Ajhussi, kumohon jangan berlebihan seperti ini," ucap
Rahyun.

Sehun pun menarik tangannya. Dia memberi kesempatan Rahyun untuk mengangkat
telepon dari Kai.

"Yeobseyo," Rahyun mengangkat teleponnya.

"Yak! Lee Rahyun, Jigeum neo eodiseo?"

"Aku ada di rumah.." Rahyun menggantung kalimatnya, dia melihat ke arah Sehun.
Sehun sedang menatapnya tajam. ".. suamiku," lanjutnya membuat Sehun tersenyum.

Di sisi lain, saat Kai mendengar itu. Dia menghela nafas lega.

"Syukurlah, kalau kamu bersama suamimu. Ohya, D.O mencarimu. Katanya kau
mengacaukan presentasi kelompok. Minta maaflah padanya," ucap Kai.

"Oh, aku lupa akan hal itu. Nanti aku akan menemuinya dan meminta maaf,"

"Oh. Kalau begitu aku tutup teleponnya," Kai segera menutup teleponnya. Kai
melemparkan ponselnya ke kursi mobil di sebelahnya.

Rahyun menyimpan ponselnya di atas meja. Lalu berbaring.

"Apa yang dia katakan?" tanya Sehun penasaran.

"Dia menanyakan keberadaanku. Ah, bukankah katamu ada keluargamu di sini?


Kenapa rasanya sunyi sekali?"
"Mereka pergi ke villa sebelum kita kemari, dan kita akan ke sana nanti malam," ucap
Sehun.

"Shireoyo. Aku malu bertemu keluarga besarmu."

"Tenang saja. Kau tak perlu malu, karena kamu adalah istriku," Sehun duduk di
samping Rahyun lalu mengelus lembut rambut Rahyun.

_________

"Bangunlah," Sehun mencoba membangunkan Rahyun yang tertidur pulas.

Rahyun menggeliat, dia mata Sehun itu terlihat lucu. "Ayo bangun!" Sehun mengecup
bibir Rahyun.

Rahyun membuka matanya seketika. "Mwo haneungeoni, Ajhussi?"56 Ucap Rahyun


dengan suara serak khas bangun tidur.

"Ayo mandi, kita harus pergi ke villa keluargaku. Mereka menunggu, dan ingin
bertemu," ucap Sehun.

"Arraseo," Rahyun bangkit dari tempat tidur. Lalu dia melangkah menuju kamar
mandi dengan lesu.

Beberapa menit kemudian.

"Ajhussi!" teriak Rahyun dari kamar mandi.

"Mwo?" Sehun mendekat ke pintu kamar mandi.

"Aku butuh handuk. Di sini tak ada handuk," ucap Rahyun.

Sehun melihat sekelilingnya dan menemukan handuk yang tersimpan di atas kursi.
Sehun mengambilnya. Lalu melangkah kembali lagi ke dekat pintu.

"Buka pintunya."

Rahyun membuka pintu kamar mandi.

56
Apa yang kau lakukan, pak?
"Mana?" Rahyun menjulurkan tangannya. Sehun tersenyum jahil dan dia malah
mendorong pintu, dan pintu terbuka lebar. Sehun dengan jahilnya langsung masuk ke dalam
kamar mandi.

"Yak! Ajhussi!" teriak Rahyun.

Baekhyun masuk ke dalam rumah bersama seseorang. Orang itu adalah Hera. Sehun
dan Rahyun turun tangga. Sehun melihat Baekhyun dan Hera heran.

"Paman menyuruh kita untuk ke sana sekarang," ucap Baekhyun.

"Kami akan pergi sekarang," ucap Sehun.

Rahyun mendekati Hera, dia hendak berkenalan dengan Hera.

"Annyeonghaseyo, jo neun Rahyun imnida.57 Senang berkenalan denganmu," ucap


Rahyun.

"Anyeonghaseyo. Jo neun Hera imnida. Senang berkenalan denganmu juga."

"Apa eonni pacar Baekhyun-oppa?" tanya Rahyun to the point.

"Ne, ah aku mantan pacarnya," ucap Hera tersenyum.

Sehun dan Baekhyun langsung menatap Hera. Baekhyun tersenyum kecewa saat
mendengar ucapan Hera. Lalu Sehun melihat Baekhyun.

"Hyung, apa itu benar?" Tanya Sehun.

"Ania. Itu tidak benar," jawab Baekhyun.

Hera menunduk. Dia kecewa. Jadi, selama ini Baekhyun menganggapnya apa?
Tanyanya dalam hati.

"Kami ini berpacaran. Yak! Chagiya58, kenapa kamu mengatakan aku mantanmu? Kita
kan tak pernah putus," ucap Baekhyun sambil merangkul Hera.

Hera terkejut karena ucapan Baekhyun. Yah, diantara mereka tak pernah ada kata
putus. Dulu, Baekhyun hanya menyuruh Hera melanjutkan study-nya. Ada suatu hal yang
memaksa mereka untuk berpisah.
57
Halo, nama saya Rahyun
58
Sayang
"Wow. Ini kejutan untukku. Kalian tak memberitahuku? Berapa lama kalian sudah
menjalin hubungan?"

"Tiga tahun.." Baekhyun mengancungkan tiga jarinya.

"Kalian membohongiku selama tiga tahun? Whoah.. kalian sangat jahat," ucap Sehun
tak percaya.

"Kita tak berbohong. Hanya saja kita belum memberitahumu," bela Baekhyun.

"Aish.. terserahlah," Sehun segera mendekati Rahyun lalu merangkulnya dan


mengajaknya untuk pergi saja dari sana.

________
METTLE

Bagian 14 ”Pesta”
Baekhyun, Hera duduk di depan dan Sehun bersama Rahyun duduk dibelakang.
Mereka akan pergi ke villa menggunakan mobil biru milik Baekhyun. Rahyun melihat ke
arah jendela menikmati perjalanan di malam hari, dia berusaha menghilangkan rasa gugup.
Sehun menggenggam tangannya membuat Rahyun mengalihkan pandangannya ke Sehun, dia
bingung. Sehun tersenyum.

"Jangan gugup. Tenanglah," ucap Sehun. Rahyun hanya mengangguk.

"Hyung! Apa Abeoji mengetahui hubungan kalian?" tanya Sehun pada Baekhyun.

"Samchon mengetahuinya," jawab Baekhyun.

"Lalu, dia merestui kalian?" tanya Sehun lagi.

Baekhyun tak menjawabnya. Hera menatap nanar Baekhyun yang tak kunjung
menjawab. Hera menunduk dan menghela nafas berat. Suasana di dalam menjadi hening.

"Apa di pesta ada daging? Aku lapar dan ingin makan daging," celetuk Rahyun
memecahkan suasana yang hening.

"Tentu saja. Di sana kita akan pesta barbeque," jelas Baekhyun.

"Jinjja? Wah.. rasanya aku ingin segera sampai ke sana," ucap Rahyun.

"Kau bilang tadi tak ingin ke sana karena malu. Dan sekarang kamu ingin segera pergi
ke sana, dasar," Sehun mengacak-ngacak rambut Rahyun.

"Ajhussi!" kesal Rahyun. Dia menggerutu kesal. Dia membenarkan rambutnya yang
berantakan, lalu membenarkan letak kacamatanya.

"Ajhussi? Kenapa kamu memanggil Sehun dengan sebutan Ajhussi?" tanya Hera yang
heran.

"Karena Sehun itu seperti pria tua," jawab Rahyun sekenanya.

"Pria tua? Yak! Lalu bagaimana bisa kau menyamakan suamimu yang tampan ini
dengan pria tua?"

"Tentu saja bisa. Lihat saja, dibandingkan dengan Baekhyun oppa, Ajhussi terlihat
lebih tua," ucap Rahyun.
Baekhyun dan Hera terkekeh dengan tingkah mereka berdua.

"Heol. Kau ini! Tapi biarlah yang pemting kamu tetap mencintaiku," ucap Sehun
sambil memeluk Rahyun. Rahyun tersenyum dan membalas pelukan Rahyun.

"Apa kalian bertingkah seperti itu untuk membuat kita iri?" tanya Baekhyun.

"Ne," jawab Sehun dan Rahyun serentak.

Mobil Baekhyun masuk ke kawasan villa. Halaman villa yang luas bisa menampung
banyak mobil. Di sana sudah ada beberapa mobil mewah yang terparkir di halamam villa.
Mereka berempat turun dari mobil. Rahyun melihat sekelilingnya langsung berdecak kagum.
"Ini sangat indah."

Sehun menggenggam tangan istrinya untuk mengajaknya masuk. Baekhyun dan Hera
berada di belakangnya. Baekhyun melihat Hera yang terus menunduk.

"Tenanglah," Baekhyun menggenggam tangan Hera.

"Bagaimana aku bertemu dengan Ayah Sehun? Rasanya aku tak bisa
menghadapinya," lirih Hera.

"Kita harus menghadapinya," ucap Baekhyun.

Pesta barbeque diadakan di halaman belakang villa. Sehun dan Baekhyun menyapa
Paman bibinya dan beberapa sepupunya. Sehun mengenalkan Rahyun pada mereka.

Lalu mereka mendekati pria dan wanita paruh baya. Sehun, Baekhyun, Rahyun, dan
Hera membungkukkan tubuhnya.

"Haelmoni, harabeoji, eottekhe jinaseyo?"59 sapa Sehun.

"Kami baik-baik saja," ucap Nenek Oh.

Nenek Oh bangkit dan memeluk Hera. "Apa kamu istri Sehun? Kami sangat cantik,"
pujinya.

"Haelmoni, dia bukan istri Sehun. Tapi dia itu kekasihku," ucap Baekhyun.

"Ania. Haelmoni yakin dia istri Sehun."

59
Nenek, kakek, apa kabar?
"Haelmoni memang seperti itu. Jadi harap dimaklumi. Jangan dimasukkan ke hati.
Kau kan tetap istriku," bisik Sehun pada Rahyun.

Nenek Oh mengajak Hera pergi dari sana. Setelah Nenek Oh pergi, Tuan Oh
mendekati mereka.

"Byun Baekhyun, Samchon ingin bicara dengan," ucap Tuan Oh datar.

Tuan Oh melangkah pergi dan Baekhyun mengikutinya dari belakang. Kakek Oh


menyuruh Rahyun duduk di sampingnya. Rahyun pun menurut.

"Kau cantik sama persis dengan Ibu Sehun," ucap Kakek Oh.

"Tentu saja, Harabeoji. Istriku ini memang cantik."

"Kau jangan sakit hati dengan Mijoo (nama nenek Oh)," kata Kakek Oh pada Rahyun.

Rahyun tersenyum. "Ne, Harabeoji."

"Rahyun-ssi!" panggil seorang pria.

"Sunbae?" Rahyun bingung melihat Chanyeol.

Sehun menatap tajam Chanyeol. Dia bertanya-tanya mengapa pria yang pernah
disukai Rahyun itu bersama di sini.

"Kalian saling kenal?" tanya Kakek Oh.

"Ne. Harabeoji, dia adik tingkatku di kampus," jawab Chanyeol.

"Dia Chanyeol, anak Yoontak samchon?" tanya Sehun.

"Ne. Kalian lama tak bertemu, kan? Harabeoji pun tak pernah melihat cucu Harabeoji
yang satu ini selama beberapa tahun," ucap Kakek Oh.

"Harabeoji, aku kan sudah meminta maaf akan hal itu."

Rahyun tak menyangka ternyata Chanyeol adalah sepupu Sehun. Dan Sehun pun lebih
tak percaya akan hal itu.

"Sehun-ah, kemarilah!" Nenek Oh memanggil Sehun.


"Aku ke sana. Kau jangan selingkuh dengan Sunbae-mu yang ternyata adalah
sepupuku," bisik Sehun. Lalu dia melangkah pergi.

"Kau ingin jalan-jalan bersamaku?" tawar Chanyeol.

"Baiklah," terima Rahyun. Karena dia merasa canggung berada di sisi Kakek Oh.
Lebih baik dia bersama Chanyeol.

"Harabeoji mau ikut?" tanya Chanyeol.

Kakek Oh menggeleng. "Kalian berdua saja. Kakek akan di sini. Kau jangan apa-
apakan Rahyun."

"Ne. Harabeoji."

__________

Tuan Oh menatap tajam Baekhyun. Baekhyun hanya menunduk. Saat ini, mereka
sedang berada di sebuah ruangan.

"Kau! Kau mengecewakanku," ucap Tuan Oh.

"Maafkan aku, Samchon," Baekhyun meminta maaf.

"Berpisahlah dengan wanita itu!" perintah Tuan Oh.

"Samchon, berhentilah menyuruhku untuk berpisah dengan Hera. Dia wanita baik."

"Dia tak baik. Kau sudah tahukan? Dia pernah masuk penjara."

"Itu saat masa dia remaja. Dan sekarang dia berbeda. Ini sangat tak adil. Mengapa
Tuan Oh membolehkan Sehun berteman dengannya?"

"Aku izinkan juga jika kau berteman dengannya. Tapi kalau lebih aku tak akan
mengizinkanmu," ucap Tuan Oh tegas.

"Lalu bagaiman dengan Rahyun?"

"Ada apa dengan Rahyun?"


"Rahyun tak sebaik yang dibayangkan. Dia hanya ingin harta." Tuan Oh terdiam
mendengar itu.

"Hm.. izinkan aku untuk menikahi Hera," ucap Baekhyun.

"Baiklah. Terserah padamu," Tuan Oh melangkah keluar ruangan meninggalkan Baekhyun.

__________

Chanyeol dan Rahyun berjalan-jalan berdua di taman dekat Villa. Rahyun menghirup
udara yang dingin, dan dia sangat menyukainya.

"Bolehkah aku bertanya?" tanya Chanyeol.

"Bertanya tentang apa?"

"Apa kau pernah menyukaiku?"

Rahyun langsung mengangguk. "Ne. Aku pernah menyukaimu Sunbae. Tapi itu dulu
sebelum aku bertemu dengan suamiku," ucapnya.

Chanyeol tersenyum dengan jawaban Rahyun yang terkesan blak-blakan. "Kau sangat
jujur."

"Aku, kan wanita baik. Jadi aku harus jujur."

Rahyun berlari sambil meregangkan tangannya. "Aku sangat menyukai ini," teriaknya
senang.

"Aku juga menyukaimu dulu, dan sampai sekarang pun aku tetap menyukaimu,"
teriak Chanyeol.

Mendengar teriakan Chanyeol, Rahyun terkejut dan dia malah tersandung dan terjatuh
ke tanah. Chanyeol segera mendekati Rahyun. Rahyun memegang kakinya yang terkilir dan
meringis kesakitan. Chanyeol segera menolongnya dan langsung memijatnya. Rahyun
lansung berteriak.

"Ini tak terlalu parah. Kau seharusnya berhati-hati," ucap Chanyeol.


"Sunbae yang salah. Sunbae-nim, mulai sekarang jangan mengatakan perasaanmu ke
wanita lain. Ingat Jinsil, sekarang sunbae punya Jinsil."

"Arraseo. Mianhae. Sekarang naiklah," Chanyeol jongkok di hadapan Rahyun.

"Aku bisa kok." Rahyun mencoba berdiri, namun dia malah meringis kesakitan.

"Kau bandel, sudah kubilang naiklah."

Rahyun cemberut. Dia pun meraih pundak Chanyeol dan memeluk leher Chanyeol.
Setelah itu, Chanyeol berdiri dan melangkah untuk kembali ke villa sambil menggendong
Rahyun.

"Aku berat, kan?"

"Kau tau diri juga," ledek Chanyeol.

"Sunbae, kau jahat.." Rahyun memukul pundak Chanyeol. Chanyeol tertawa.

Saat berada di halaman Villa Chanyeol menghentikan langkahnya. Sekarang Sehun


berdiri sambil bersedekap.

"Oh Rahyun!"

"Eotteokhe?" Lirih Rahyun sambil menyembunyikan wajahnya di leher Chanyeol.

"Rahyun terjatuh dan kakinya terkilir," ucap Chanyeol.

"Benarkah?" Sehun langsung melangkah mendekat.

"Bagaimana bisa terjatuh?" tanya Sehun.

"Aku tersandung batu," jawab Rahyun.

"Kau harusnya lebih berhati-hati," kata Sehun.

Sehun menarik Rahyun dari gendongan Chanyeol. Lalu menggendong Rahyun ala
bridal style. Rahyun langsung memeluk Sehun.

"Terima kasih, sudah mau menggendongnya," ucap Sehun pada Chanyeol sambil
melangkah masuk ke villa.
Sehun dan Rahyun masuk ke dalam kamar. Sehun membaringkan Rahyun di atas
ranjang.

"Kau pergi dengannya. Kau dengan terang-terangan selingkuh dengannya," ucap


Sehun.

"Ania..." bantah Rahyun.

"Lalu apa maksudnya pergi berdua?"

"Kami hanya jalan-jalan dan menghirup udara segar di malam hari. Apa itu salah?"

"Ne. Itu sangat salah. Kau bisa pergi denganku," ucap Sehun.

"Tapi, kan kamu sedang bersama Haelmoni dan Hera."

"Ne. Arraseo," kata Sehun sambil melangkah keluar dari kamar.

"Bukannya mengobatiku, dia malah pergi," gerutu Rahyun kesal.

Sehun kembali halaman belakang yang sedang pesta barbeque. Sehun mendekati
Chanyeol dan Baekhyun yang sedang memanggang daging. Mereka saling diam, tanpa
percakapan. Kakak sepupunya bernama Oh Yeonji menghampirinya dan langsung merangkul
lengan Sehun.

"Aku merindukan adikku yang tampan ini," ucap Yeonji.

"Na ddo."

"Nuna60 tidak merindukanku?" tanya Chanyeol.

"Buat apa merindukan adik yang tak pernah berkumpul di acara keluarga?" Ucap
Yeonji.

"Setiap ada acara pasti aku punya beberapa urusan, Nuna."

"Istrimu itu sebenarnya yang mana? Apa wanita yang bersama Nenek Oh itu?" Tanya
Yeonji.

"Dia kekasihku, Yeonji. Bukan istrinya Sehun," jawab Baekhyun.

60
Panggilan adik laki-laki kepada kakak perempuan
"Oh.. lalu di mana istrimu?" tanya Yeonji pada Sehun.

"Istriku, kakinya terkilir dan dia sekarang berada di kamar," jawab Sehun.

"Oh.."

Di dalam kamar, wanita berkacamata itu sudah sangat bosan. Dia bisa saja tidur di
sana, namun dia tak bisa tidur. Dia menunggu Sehun.

"Ajhussi, kenapa lama sekali? Apa dia meninggalkan aku di sini? Ah.. andwe.."
histeris Rahyun. Wanita itu mencoba turun dari ranjang dengan kakinya yang sakit. "Aw.."
ringisnya. Dia sudah berdiri.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Sehun yang ternyata sudah berada di dalam kamar.
Sehun menghampiri Rahyun, dia menyimpan nampan yang dibawanya di atas meja, lalu dia
memegang pinggang Rahyun, menahan Rahyun agar tidak terjatuh.

"Kenapa kamu sangat ceroboh dan bandel?" Kesal Sehun.

Mata Rahyun berkaca-kaca. Dia seperti akan menangis. Rahyun memeluk Sehun dan
menangis.

"Wae? Aphayo?"61 Tanya Sehun khawatir. Rahyun menggeleng.

"Mianhae,"

"Mianhae," isak Rahyun.

"Yak! Rahyun-ah berhentilah menangis," perintah Sehun.

Tangis Rahyun berhenti seketika. Sehun melepaskan pelukan Rahyun. Lalu dia
mendudukan Rahyun di atas ranjang.

"Makanlah. Aku membawakan barbeque untukmu. Kamu suka ini, kan?" Sehun
mengambil barbeque yang berada di nampan. Lalu menyimpannya di atas paha Rahyun.

"Makanlah," ucap Sehun.

Rahyun pun memakan daging itu perlahan. Sehun menghapus bekas air mata Rahyun.

"Apa enak?"
61
Kenapa? Sakitkah?
Rahyun mengangguk. "Ajhussi tidak makan?"

"Aku sudah makan tadi," jawab Sehun.

Sehun mengobati kaki Rahyun. Dia membaluri kaki Rahyun dengan balsem, lalu
memijatnya. Rahyun meringis pelan. Sehun berdiri.

"Ajhussi, mau ke mana?" tanya Rahyun.

"Aku tak akan ke mana-mana hanya ingin menyimpan ini," ucapa Sehun.

Suami istri itu sudah berbaring di atas ranjang berdampingan. Suasana diantara
mereka hening.

"Ajhussi marah padaku?" tanya Rahyun akhirnya.

"Ania, aku hanya kesal," jawab Sehun.

"Kesal?"

"Ya, sudahlah Rahyun. Ayo kita tidur. Ini sudah malam," ucap Sehun.

"Arraseo. Selamat malam."

Mereka berdua pun memejamkan mata mereka masing-masing.

Pagi hari yang cerah. Matahari sudah menampakkan dirinya. Sehun dia sudah bersiap
dengan pakaiannya. Kemeja merah maroon dan celana jeans pendek. Rahyun menatap heran
Sehun.

"Ajhussi, mau ke mana?" Tanya Rahyun.

"Aku akan pergi ke pantai bersama Yeonji-nuna," jawab Sehun.

"Aku ingin ikut."

"Kakimu masih sakit, jadi istirahatlah."

"Di sini membosankan. Kalau kamu tidak mengajakku, aku akan pulang saja," ancam
Rahyun.

"Baiklah. Kau boleh ikut."


Sehun, Rahyun, dan Yeonji sekarang berada di pantai dekat villa. Rahyun berseri-seri,
dia begitu sangat senang. Sehun yang melihat Rahyun, hanya tersenyum kecil.

"Aku akan bertemu dengan temanku, kalian jalan-jalan saja," ucap Yeonji.

"Oh. Ne.." ucap Sehun.

Yeonji pun melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.

"Woaaaaa..." teriak Rahyun senang. Lalu dia bertepuk tangan, seperti anak kecil.

"Tingkahmu memalukan." Rahyun berlari menuju laut yang luas.

"Yak! Lee Rahyun! Kakimu akan terkilir!" teriak Sehun.

Rahyun tak memperdulikan perkataan Sehun. Dia sekarang sedang bersenang-senang


dengan ombak. Sehun pun berlari menghampiri Rahyun dan langsung memeluknya. Rahyun
terdiam kaku karena hal itu.

"Kurasa aku harus sering memelukmu, agar kamu diam dan tak bertingkah aneh lagi."

Rahyun melepaskan pelukan Sehun, dan langsung berjongkok. Lalu, dia mencipratkan
air ke Sehun. Sehun membalas perbuatan Rahyun itu. Mereka bersenang-senang di pantai.

Terik sinar matahari menyengat. Rahyun dan Sehun sedang duduk di atas hamparan
pasir. Mereka belum mengganti pakaian mereka, karena mereka tidak membawa pakaian
ganti.

"Ayo kembali ke villa," ajak Sehun.

Rahyun menggeleng pelan. "Aku tak mau. Aku masih ingin di sini," tolak Rahyun.

"Kalau begitu, aku akan membeli pakaian untukmu," ucap Sehun sambil berdiri.

Rahyun memperhatikan Sehun yang mulai melangkah jauh. Rahyun membuka kaca
matanya dan membersihkannya. "Eomma, Appa, Aku merindukan kalian. Dan Suhyun-ah,
jigeum neo eodiseo? Pasti sekarang kamu sudah menjadi gadis yang cantik. Eonni
merindukanmu," gumannya.

"Eonni!" teriak seseorang. Rahyun memakai kaca matanya. Dia melihat seorang gadis
kecil, yang berlari ke arahnya. Rahyun tersenyum bahagia. Gadis itu terjatuh, Rahyun hendak
bangkit dari tempat duduknya berniat untuk membantu gadis itu. Namun, gadis kecil itu tiba-
tiba menghilang. Itu mungkin hanya halusinasi Rahyun.

Sehun datang dan membawa pakaian yang baru di belinya. "Ayo kita ganti baju," ucapnya.

Rahyun mengangguk. Sehun membantu Rahyun berdiri lalu mereka melangkah


menuju toilet yang sudah disediakan di sana.

Setelah berganti pakaian, mereka berdua makan di sebuah restoran yang berada di
dekat pantai. Hamparan pasir dan laut pun masih terlihat dari restoran itu. Mereka memakan
steak.

"Masih mau di sini? Atau mau kembali ke villa?" tanya Sehun.

"Ke villa saja. Ponselku tertinggal di sana. Aku takut ada yang menghubungiku,"
jawab Rahyun.

"Siapa? Kai si teman kecilmu itu?"

"Ya. Mungkin saja," ucap Rahyun.

Sehun menghela nafas berat. Rahyun tersenyum kecil.

"Sudahlah, Ajhussi jangan cemburu begitu."

"Aku cemburu? Yak! Siapa bilang aku cemburu?" bantah Sehun.

"Sudahlah. Mengaku saja. Ajhussi cemburu, kan?" Rahyun menggoda Sehun.

"Ani. Ish.. kau ini."

Rahyun mengangguk-anggukan kepalanya dan tersenyum misterius.

"Yak! Oh Rahyun, sudah kubilang aku tak cemburu," tegas Sehun.

Rahyun berpura-pura cemberut. "Itu berarti, Ajhussi tak mencintaiku," ucapnya


sambil menunduk.

"Yak! Aku mencintaimu. Jeongmal jeongmal saranghae."

"Kalau begitu berarti Ajhussi cemburu," ucap Rahyun.

"Ani.."
_________

Kai turun dari motor hijau miliknya. Dia membuka helmnya dan menyimpannya di
atas jok motor. Saat dia hendak melangkah masuk ke dalam studionya tiba-tiba seseorang
menabraknya. Yang menabraknya itu seorang gadis. Gadis itu terjatuh.

"Gwaenchana?" Tanya Kai sambil mengulurkan tangannya berniat untuk membantu


gadis itu.

Gadis itu mendongkak. Wajahnya sangat kusam dan rambut panjangnya pun acak-
acakan. "Ajhussi, tolong aku," ucapnya sambil menarik tangan Kai.

Kai kebingungan dengan gadis yang ada di hadapannya saat ini.

"Ajhussi, kumohon tolong aku," pinta gadis itu sambil menangis.

"Ada apa denganmu? Apa yang terjadi?"

"Mereka, mereka mengejarku... mereka ingin memperkosaku... hiks.." isaknya.

"Masuklah ke dalam studioku dulu," ucap Kai. Gadis itu mengangguk.

Kai membantu gadis itu berdiri. Kai menuntun gadis itu masuk ke dalam studio.

Gadis itu sudah berganti pakaian, pakaian yang kusam sudah tak melekat di tubuhnya.
Wajahnya sudah bersih dan rambutnya sudah tersisir rapi. Gadis itu duduk perlahan di sofa.
Dia melihat sebuah bingkai foto yang berada di atas meja. Dan dia pun memperhatikan
seksama footo itu. Dalam foto itu ada Kai dan Rahyun ketika mereka masih sekolah
menengah dulu dengan seorang gadis kecil yang manis.

Kai yang menghampiri gadis itu. Dia berdiri dan bersedekap di hadapan gadis itu.

"Siapa namamu?" tanya Kai.

"Namaku.. Lee Suhyun imnida," jawabnya.

"Lee Suhyun?" Kai mengenal nama itu.

"Oppa!" panggil Suhyun.


Kai mengerutkan dahinya. "Kenapa kau memanggiku.."

"Rahyun-eonni, eomma dan appa-ku. Mereka ada di mana sekarang?" Tanya Suhyun
dengan matanya yang berbinar.

"Suhyun.. Kau Lee Suhyun?" Kai tak percaya.

_________

Rahyun sudah berada di kamar Villa. Rahyun akan memainkan ponselnya. Namun,
ada sebuah pesan dari seseorang. Rahyun segera membuka pesan itu.

From : Kai

Dia tidak mati, dia ada di sini. Suhyun,


adikmu. Dia berada bersamaku
sekarang. Dia sudah kembali.
Pulanglah, jika kamu ingin bertemu
dengan adikmu.

Rahyun membulatkan matanya dan dia terduduk lemas di atas ranjang. "Aku tahu,
Suhyun tidak mati. Aku masih punya adikku. Aku tak sendirian," gumannya.

"Rahyun-ah.." panggil Sehun. Sehun masuk ke dalam kamar.

"Ajhussi, aku ingin kembali ke Seoul," pinta Rahyun.

"Ķenapa?"

"Adikku, dia kembali. Dia tak mati," ucap Rahyun.

"Kau punya seorang adik?" tanya Sehun bingung.

"Ne. Tapi dia menghilang dan orang tuaku menganggap dia sudah meninggal," jawab
Rahyun.

_________
METTLE

Bagian 15 ”Adik Yang Kembali”


Sehun dan Rahyun berada di halaman hendak masuk ke dalam mobil. Namun, mereka
melihat Nenek Oh yang sedang menyirami bunga ditemani oleh Hera.

"Kalian mau ke mana?" tanya Nenek Oh sambil mendekati mereka.

"Kami akan pulang," jawab Sehun pada Nenek Oh.

"Kenapa pulang bersamanya? Kau harusnya pulang bersama istrimu," ucap Nenek
Oh.

"Haelmoni, ini adalah istriku. Rahyun adalah istriku," jelas Sehun.

"Kau berbohong, Sehun-i," ucap Nenek Oh.

"Animida Haelmoni. Haelmoni, kami pamit pulang dulu," pamit Sehun.

"Kalian akan pulang?" tanya Hera.

"Ne," jawab Sehun singkat.

Sehun dan Rahyun membungkuk hormat kepada Nenek Oh. Mereka pun masuk ke
dalam mobil. Mobil Nenek Oh kembali menyiram tanaman.

"Jadi kamu bukan istrinya Sehun?" tanya Nenek Oh pada Hera.

"Ne. Haelmoni, saya sudah bilang beberapa kali. Saya bukan istri Sehun," jawab
Hera.

Di dalam mobil, Rahyun menyederkan tubunya dengam lemas. "Haelmoni, sepertinya


tidak suka padaku. Dia lebih menyukai Hera," guman Rahyun yang masih terdengar oleh
Sehun.

"Haelmoni, memang seperti itu. Bahkan dia pernah menganggapku Baekhyun-


hyung."

"Jinjja?" Sehun mengangguk.

"Jadi adikmu sekarang di mana?"

"Sekarang dia sedang berada bersama Kai di studionya."

Wajah Sehun berubah menjadi masam.


Rahyun yang melihat Sehun tersenyum kecil. Dia langsung mencubit pipi Sehun.
"Ayolah, Ajhussi. Kamu jangan cemburu."

"Aku tak cemburu."

"Baiklah."

________

Suhyun menangis ketika mendengar Ayah dan Ibunya meninggal. Kai mencoba
menenangkannya.

"Eonni, Rahyun-eonni? Dia di mana?" isak Suhyun.

"Rahyun akan segera kemari. Dia sedang berada di perjalannan."

Rahyun segera keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam studio. Sehun
mengikutinya. Rahyun melihat Suhyun yang menangis di sofa dan Kai mengelus bahu
Suhyun mencoba menenangkannya.

"Suhyun-ah. Kau kau itu? Adikku Suhyun?" panggil Rahyun.

Suhyun menghentikan tangisnya. "Eonni.."

Rahyun melangkah mendekati mereka. Suhyun berdiri dan memeluk Rahyun.

"Eonni," lirih Suhyun.

"Kau, benar-benar Suhyun? Adikku?" Rahyun masih tak percaya. Adik kecilnya,
sudah tumbuh dewasa. Suhyun mengangguk.

"Sebaiknya kita melakukan tes DNA," ucap Sehun.

Rahyun perlahan melepaskan pelukan itu. Rahyun melihat ke arah Sehun.

"Ya. Kita sebaiknya melakukan tes DNA, agar aku semakin yakin kalau kamu adalah
adikku," ucap Rahyun.

"Kamu mau, kan?" Tanya Rahyun pada Suhyun. Suhyun mengangguk.

_________
D.O menatap Hani dengan tatapan kesal. Dia menghela nafas berat. Gadis itu sedang
terbaring dengan nyamannya di atas ranjang.

"Gadis ini, sudah gila? Mentang-mentang Ibu dan Ayahnya pergi, dia masih tidur,"
guman D.O.

Pria itu menggulung Hani dengan selimut dan menyeretnya masuk ke dalam kamar
mandi. D.O mendudukan Hani di closet.

"Yak! Apa yang akan kamu lakukan padaku?" teriak Hani yang terbangun akibat ulah
D.O.

"Sekarang kau mandi! Aku akan mengajakmu ke studio Kai. Tapi kalau kamu tak
ingin ikut, tak apa-apa."

"Memangnya ada apa?"

"Suhyun, dia ternyata dia masih hidup," ucap D.O.

Hani mengedipkan matanya berulang kali. Otaknya membutuhkan waktu untuk


mencerna perkataan D.O.

"Suhyun? Siapa? Ada apa urusannya denganku?" tanya Hani.

"Ani. Yak! Dia adik Rahyun? Kau lupa?"

"Oh.." Hani mengangguk-ngangguk. Lalu dia diam dan berpikir. "Mwo?! Adik
Rahyun? Suhyun, bocah manis itu?" Hani terkejut dan dia bangkit. Karena masih dibaluti
oleh selimut, dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke lantai.

"Ish.." decak Hani kesal. "Yak! Do Kyungsoo!!" Teriak Hani memanggil nama asli
D.O.

"Mian," ucap D.O. Dia membuka balutan selimut itu dan membantu Hani berdiri.

"Sekarang mandilah!" perintah D.O.

"Siap, Kapten!" Hani bertingkah ala Prajurit yang akan melaksanakan perintah.

D.O hanya tersenyum kecil. Dia langsung keluar dari kamar mandi dan menutup pintu
dengan keras, membuat Hani terkejut karena ulahnya itu.
_________

Rahyun dan Suhyun sudah melakukan tes DNA di antar Sehun. Mereka tinggal
menunggu hasil yang akan keluar pada hari esok. Lalu mereka menuju ke rumah Rahyun
yang lama. Rumah bekas peninggalan Ayah dan Ibu Rahyun. Saat di rumah, Suhyun
langsung berlari ke sebuah kamar yang dulunya adalah kamar Ayah dan Ibu Lee. Suhyun
mengambil sebuah foto figuran orang tuanya itu. Dia menangis sedih. Dia merindukan
mereka.

"Ajhussi! Dia memang adikku, Suhyun," lirih Rahyun.

Rahyun melangkah mendekati Suhyun. Dia memeluk Suhyun.

"Suhyun-ah. Jangan pergi lagi," lirih Rahyun.

Tubuh Suhyun melemas, dia pingsan.

"Suhyun-ah," Rahyun khawatir. Dia mencoba menahan Suhyun agar tidak terjatuh.

Sehun melihat itu langsung mendekati mereka dan membantu Rahyun untuk
membaringkan Suhyun di atas ranjang.

________

D.O dan Hani sedang berada di dalam mobil. Suara nada dering ponsel D.O
terdengar. Ada seseorang yang menghubunginya.

"Yeoboseyo," D.O mengangkat telepon.

"Yeoboseyo. Rahyun, Suhyun, dan Suaminya Rahyun sudah pergi dari studioku.
Kalian jangan kemari dan jangan mengangguku. Aku akan tidur. Kalau kalian kemari pasti
studio akan berisik," ucap Kai di seberang telepon.

D.O berdecak. "Arraseo, kami tak akan ke sana. Tidurlah dengan nyenyak. Kalau bisa
jangan bangun lagi."

D.O mematikan panggilan Kai.


"Siapa? Rahyun? Apa yang dia katakan?" tanya Hani.

D.O menggeleng. "Kai bilang mereka sudah pergi dari studionya," jawabnya

"Hm.. lalu apa yang harus kita lakukan? Huft, kalau kau tak datang ke rumahku dan
membangunkanku. Aku pasti masih berada di alam mimpiku yang indah. Tapi kau malah
mengganggu," Hani menyalahkan D.O.

"Kau akan jadi bangkai, jika kau terus tidur," ledek D.O.

"Sekarang kau harus bertanggung jawab," kata Hani.

"Tanggung jawab? Untuk?"

"Karena kau membangunkanku dan parahnya lagi kau membangunkanku dengan cara
yang kasar. Sekarang aku ingin kamu mengajakku jalan-jalan."

"Baiklah. Aku akan ajak kamu ke sebuah tempat yang akan dikenang selamanya
olehmu," ucap D.O sambil tersenyum lebarnya.

_________

Rahyun tertidur di samping Suhyun. Sehun menatap kakak-beradik itu. Sehun


menyamakan wajah Rahyun dan Suhyun. Suhyun memiliki mata dan hidung yang sama
dengan Rahyun.

"Kalian wanita-wanita cantik dan baik. Seharusnya hidup kalian itu penuh dengan
kebahagiaan."

Sehun melihat ke arah foto piguran  "Abeonim, Eomeonim. Izinkan saya untuk
menjaga Rahyun dan Suhyun, kedua putri yang cantik ini. Saya akan menjaga mereka. Saya
tak akan melukai mereka," ucap Sehun pada orang tua Rahyun.

Suara bel rumah berbunyi, Sehun mengerutkan keningnya. Siapa yang datang malam
hari ke rumah Rahyun. Sehun segera keluar kamar, berniat untuk membuka pintu.

Sehun perlahan membuka pintu rumah. Ketika pintu terbuka lebar, Sehun melihat
seseorang. Seorang pria yang berbadan tegap menampakan senyuman. Tepatnya senyuman
sinis.
"Kau akhirnya menampakkan dirimu juga.."

_________
METTLE

Bagian 16 ”Kedatangan Nenek”


"Hm.. kau tau aku?" tanya pria bertopi hitam itu.

"Tentu saja. Penculik terbaik di Korea," jawab Sehun.

Pria itu membuka topinya. Terlihat jelas wajahnya. "Oh Sehun, ahli waris Sekwang
Group. Senang bisa bertemu denganmu lagi."

"Masih kurang dengan semua uang yang telah Ayahku berikan?" tanya Sehun.

"Ya. Jumlah itu sangat kecil," jawab pria itu.

"Kau ingin apa?"

"Gadis itu. Suhyun. Aku harus membawanya kembali. Kalau tidak kau akan mati."

"Bukannya kau yang akan mati jika kau tak bisa membawa Suhyun," Sehun
tersenyum sinis.

Pria itu terlihat marah, dia mendekat dan sesuatu tertancap di perut Sehun. Sehun
meringis. Pria hendak masuk ke dalam rumah Rahyun. Dengan segera Sehun mencabut
sebuah pisau yang tertancap di perutnya. Dia langsung menancapkan pisau itu ke leher pria
itu dan menendang kakinnya, membuat pria itu terjatuh dan meringis. Sehun mengambil
ponselnya dan menelepon seseorang. Dia menyuruh orang itu untuk ke rumah Rahyun. Sehun
melihat pria itu yang tergeletak pingsan. Sehu meringis dan memegang perutnya. Darah yang
keluar tak begitu banyak yang keluar. Beberapa menit kemudian, seseorang datang. Dia
adalah orang suruhan Sehun.

"Bawa dia pergi. Bawalah dia ke rumah sakit. Setelah di obati, masukan dia ke
penjara," perintah Sehun.

Suruhan Sehun mengangguk dan membungkuk hormat. Dia langsung membawa pria
itu.

Setelah mereka pergi, datang Rahyun dengan wajah yang kusut. Rambutnya tak
tertata rapi, karena bangun tidur.

"Ada apa ini?" tanya Rahyun yang melihat banyak bercak darah di lantai. Sehun tak
menjawab. Dia memainkan ponselnya dan menelepon Hera.

"Yeobseyo," terdengar suara dari seberang telepon.


"Datanglah kemari dan bawa peralatan medismu," ucap Sehun.

"Kau terluka?" tanya Hera.

"Hmm.. aku berada di rumah Rahyun. Aku akan kirim alamatnya," Setelah itu Sehun
langsung menutup teleponnya. Sehun mengirim alamat rumah Rahyun pada Hera.

"Ada apa? Kenapa ada banyak bercak darah di sini? Apa Ajhussi terluka?" tanya
Rahyun khawatir. Dia mendekati Sehun.

Sehun berbalik, dan melihat ke arah Rahyun. "Tak ada apa-apa, hanya..."

"Aaaaakh!" teriak Rahyun nyaring, lalu menutup mulutnya dengan tangannya. Dia
terlihat panik dengan kemeja biru Sehun yang berdarah.

"Rahyun-ah!" panggil Sehun mendekati Rahyun.

"Ajhussi, kenapa bisa seperti ini? Siapa yang menusukmu? Apa yang terjadi?"

"Rahyun-ah. Tenanglah. Ini hanya luka kecil," ucap Sehun menenangkannya.

"Ania.. ini bukan luka kecil. Berikan kunci mobilmu padaku?"

Sehun mengerutkan dahinya bingung. "Kenapa aku harus memberikan kunci mobilku
padamu?"

"Kita harus pergi ke rumah sakit, bodoh. Kau harus segera diobati."

"Kau menyebutku bodoh barusan?"

"Ne. Cepat berikan."

"Kau yang akan mengemudi?"

"Geureomnyeo62," ucap Rahyun.

"Bukankah kau tak bisa mengemudi?” Rahyun mengangguk.

"Yak! Kau ingin cari mati?" Rahyun menggeleng.

"Ya. Sudah lebih baik kita duduk manis di sini," ucap Sehun sambil menuntun
Rahyun untuk duduk di sofa.

62
Tentu saja
"Kita harus mengobati lukamu itu," ucap Rahyun.

"Hera akan ke sini dan mengobati lukaku. Jadi jangan khawatir." Sehun memegang
kedua pipi Rahyun dan langsung menyubitnya gemas. Rahyun membalas mencubit pipi
Sehun.

"Ini pasti sakit," guman Rahyun.

"Aku sudah biasa seperti ini," ucap Sehun. Rahyun menatap Sehun. "Dulu aku sering
dipukuli oleh Abeoji," lanjut pria itu. Rahyun menatap Sehun kasihan.

"Aku tak ingin kau menatapku seperti itu," Sehun menutup wajah Rahyun dengan
tangannya. Rahyun menyingkirkan tangan Sehun yang menghalangi pandangannya.

"Apa aku boleh tahu, alasan kenapa kamu sering dipukuli oleh Abeonim?"

"Hm.. dia menyangka aku penyebab meninggalnya Eomma."

"Eommeonim?" Sehun mengangguk.

"Dulu Eomma dan aku pergi menuju kantor Abeoji. Tapi aku rewel, karena ingin
membeli mainan. Eomma kehilangan konsentrasinya dan kehilangan kendali saat
mengemudi." suasana menjadi hening. Rahyun serius mendengar cerita Sehun.

"Mobil kami menabrak pembatas jalan. Eomma meninggal di tempat. Akibat


meninggalnya karena serangan jantung." Sehun menutup matanya. Kesedihan tersirat jelas di
wajahnya.

"Eommeonim mempunyai penyakit jantung?"

"Ne."

"Kau pasti sangat sedih." Rahyun mengelus lembut rambut Sehun.

Suara bel berbunyi, Rahyun bangkit dari tempat duduknya dan menuju pintu. Dia
membuka pintu dan menampakan Hera.

"Ayo masuk!" ucap Rahyun sambil tersenyum.

Hera pun masuk. Dia menyeritkan dahinya saat melihar bercakan darah.

"Apa yang telah terjadi?" tanya Hera.


"Aku juga tak tahu, eonni. Aku sudah melihat keadaan Sehun yang terluka," jawab
Rahyun. Hera hanya mengangguk. Mereka berdua menghampiri Sehun yang sudah terbaring
di atas sofa.

"Bisakah kamu mengambilkan air hangat. Kita harus membersihkan lukanya," pinta
Hera.

Rahyun mengangguk. Lalu dia bergegas ke arah dapur. Hera melangkah mendekat ke
arah Sehun. Lalu dia mengeluarkan peralatan dokternya di atas meja.

"Siapa yang membuatmu terluka?" tanya Hera sambil memasukan cairan ke dalam
jarum suntik.

"Suho. Pria yang pernah mencoba menjualmu dulu, dan yang membuatmu masuk
penjara," jawab Sehun.

Hera terpaku. Dia sangat membenci pria yang disebut oleh Sehun. "Bagaimana bisa?
Apa dia kemari?" tanya Hera lagi.

"Ouh. Dia ingin membawa Suhyun," ucap Sehun.

"Siapa Suhyun?"

"Adik Rahyun. Dia menculiknya selama sepuluh tahun dan sekarang dia menjual
Suhyun kepada salah satu anggota kongres."

"Mwo?"

Rahyun membawa wadah berisi air hangat. Dia menyimpannya di atas meja.

"Buka bajumu," perintah Hera pada Sehun.

Sehun dan Rahyun membulatkan matanya, terkejut dengan perkataan Hera. "Wae?
Kenapa aku harus membuka bajuku?" tanya Sehun.

"Karena aku ingin membersihkan darahmu dan mengobati lukamu. Please, don't think
nasty, okey?"

"Yak! Aku tak berpikir mesum."

"Ya, sudah. Sekarang buka bajunya. Atau aku yang harus membukanya?"
"Andwae!" Kata Rahyun.

Hera melihat ke arah Rahyun dan tersenyum kecil. "Tenanglah Rahyun. Aku tak
menyukai Sehun. Jadi aku tak akan melakukan yang aneh pada Sehun," ucap Hera. Rahyun
hanya mengangguk pelan. Sehun membuka bajunya. Hera pun segera mengobatinya.

Pagi hari. Matahari keluar dari tempat persembunyiannya. Rahyun terbangun dari
tidurnya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia tersenyum kecil.

"Ajhussi," paraunya.

Sehun pun tersenyum. Ternyata Sehun terbangun lebih dulu. Dia menatap Rahyun
yang manis ketika tertidur.

"Good morning!" sapa Sehun.

"Ajhussi, apa perutmu masih sakit?" Sehun mengangguk seperti anak kecil.

"Kalau masih sakit, kenapa tidur menyamping seperti itu?"

"Karena aku ingin melihat istriku yang cantik ini, setelah melihatnya semua rasa
sakitku hilang rasanya," gombal Sehun.

"Jangan merayuku di pagi hari. Kau tahu? Kau membuatku malu," ucap Rahyun malu
sambil menutup pipinya yang memerah akibat rayuan Sehun.

"Kenapa harus malu? Kau, kan istriku. Jadi kau harus terbiasa."

Rahyun duduk dan mengambil kacamata di atas nakas. Dia langsung memakai
kacamatanya.

"Kita sekarang pulang ke rumahku," ucap Sehun.

"Pulang ke rumahmu? Bagaimana dengan adikku?"

"Tentu saja dia akan tinggal bersama kita."

"Tapi.."

"Di sini berbahaya," kata Sehun.

Rahyun menyeritkan dahinya."Maksudmu?"


"Kau tak ingin Suhyun pergi lagi, kan?" Rahyun mengangguk.

"Jadi sebaiknya kita pulang ke rumahku. Di sana lebih aman dari pada di sini," ucap
Sehun

"Lalu Suhyun?"

"Maksudmu? Tentu saja dia ikut."

"Aku tak ingin merepotkanmu. Aku tak ingin menambah bebanmu," kata Rahyun.

"Rumahku akan ramai, jika Suhyun tinggal di sana."

"Jinjja? Geundae, bagaimana dengan Abeonim? Aku takut Abeonim tak


menyukainya."

"Abeoji pasti akan menyukainya. Jadi sekarang bersiap-siaplah dan suruh Suhyun
untuk bersiap-siap," perintah Sehun sambil masuk ke dalam kamar mandi.

Rahyun menghela nafas. Rahyun turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya. Wanita
itu melangkah mendekati kamar Ayah dan Ibunya dulu. Suhyun tertidur di sana kemarin. Dia
masuk ke dalam kamar dan melihat Suhyun yang masih tidur.

"Andweyo.." igau Suhyun dalam tidurnya. Rahyun yang mendengar itu langsung
mendekatinya. Setetes air mata, keluar dari kelopak mata Suhyun yang masih terpejam.

"Andweyo.." igaunya lagi.

"Suhyun-ah, ireona!" ucap Rahyun khawatir akan Suhyun.

Suhyun membuka matanya dan langsung memeluk kakaknya itu. Dia menangis.

"Eonni, aku takut Ajhussi jahat itu menculik aku lagi," isak Suhyun.

"Jangan khawatir. Aku tak akan membiarkan itu terjadi lagi."

Rahyun melepaskan pelukan Suhyun. Dia menghapus air mata di wajah Suhyun.

"Sekarang kamu mandilah. Eonni akan menyiapkan pakaianmu. Kita akan pergi ke
rumah Ajhussi dan tinggal di sana," ucap Rahyun.

"Ajhussi? Maksud eonni, kakak ipar?" Tanya Suhyun bingung.


Rahyun mengangguk. Suhyun pun turun dari ranjang dan masuk ke dalam kamar
mandi. Rahyun membuka lemari kedua orang tuanya. Ada beberapa pakaian di sana. Salah
satunya dress Ibunya saat masih muda. Itu terlihat bagus untuk Suhyun, karena dulu Ibunya
itu bertubuh kecil, seperti tubuh Suhyun saat ini. Rahyun mengambil dress berwarna merah
muda itu. Dia mendekatkan dress itu ke hidungnya. Tercium wangian tubuh Ibunya, rasanya
saat ini ibunya sedang berada bersamanya. Rahyun meletakan dress itu di atas ranjang. Lalu
dia melangkah keluar. Rahyun melihat Sehun keluar dari kamarnya dengan memakai handuk
yang terbelit di pinggang. Rahyun berlari kecil dan mendorong Sehun masuk kembali ke
dalam kamar.

"Aww.." ringis Sehun.

"Waeyo?" tanya Rahyun.

Menunjuk tangan Rahyun yang menekan perutnya saat mendorongnya. Rahyun


segera menjauhkan tangannya.

"Ah.. mianhae, Ajhussi. Aphayo?"

Sehun cemberut dan mengangguk ala anak kecil.

"Lagi pula, kenapa kamu keluar kamar dengan keadaan yang seperti itu?" kesal
Rahyun sambil memukul pelan bahu Sehun.

"Memangnya kenapa?" tanya Sehub polos.

"Yak! Bagaimana kalau Suhyun melihatmu dengan memakai handuk seperti ini?"

"Kau cemburu?" Sehun tersenyum jahil.

"Cemburu? Siapa juga yang cemburu? Kamu ini sangat ngaco," bantah Rahyun.

"Tentu saja kamu, Istriku. Kau tak ingin tubuhku ini di lihat oleh orang lain, kan?"
Sehun langsung mengecup pipi Rahyun.

Wajah Rahyun memerah seperti kepiting rebus. Dia segera berlari ke dalam kamar
mandi dan menutup pintu dengan keras. Sehun tersenyum melihat tingkah Rahyun itu. Di
dalam kamar mandi menenangkan detak jantungnya yang berdetak sangat kencang. Mengapa
jantungnya harus berdetak kencang saat Sehun melakukan suatu hal yang menurutnya aneh.
Padahal Sehun sering melakukan hal itu padanya. Setelah detak jantungnya berdetak dengan
normal. Dia membuka pakaiannya, berniat untuk mandi.

Setelah mandi Rahyun mencari handuk. Tetapi tak ada satu pun handuk di dalam
kamar mandi. Pakaian yang tadi ia pakai telah di cuci olehya dan dia tadi juga tidak
membawa pakaian ganti. Rahyun membuka pintu kamar mandi, pintu terbuka sedikit. Hanya
kepalanya saja yang muncul dari kamar mandi. Dia melihat Sehun yang telah berpakaian
lengkap seperti biasanya (memakai kemeja) sedang menyisir rambut.

"Ajhussi!" pangil Rahyun.

Sehun langsung melihat ke arahnya sambil menyeritkan dahinya.

"Mwo?" tanya Sehun.

"Bawakan handuk, di sini tak ada handuk," jawab Rahyun.

"Keluar saja. Lagi pula kau kan istriku dan aku juga pernah melihat tubuhmu itu."
Wajah Rahyun memerah lagi akibat ucapan Sehun.

Rahyun diam saja sambil berpikir. Sehun melangkah menghampiri Rahyun. Sehun
mencoba membuka lebar pintu kamar mandi agar dia bisa masuk.

"Ajhussi! Apa yang kamu lakukan?" teriak Rahyun yang juga mencoba menahan
pintu agar Sehun tidak masuk.

"Aku hanya ingin melihat istriku."

"Yak! Ajhussi mesum!"

Tenaga Rahyun kalah dibandingkan dengan tenaga Sehun, meskipun ia telah


mengeluarkan semua tenaganya.

Pintu kamar mandi pun terbuka lebar dan Sehun segera masuk ke dalam kamar mandi.

__________

Sehun, Rahyun, dan Suhyun sekarang berada di dalam mobil Sehun. Mereka sedang
berada di perjalanan menuju Rumah Keluarga Oh. Sehun mengemudi dengan tersenyum-
senyum. Dia mengingat kejadian tadi. Sedangkan Rahyun wajahnya masam. Dia begitu kesal
dengan Sehun. Di dalam perjalanan tak ada pembicaraan, sehingga membuat Suhyun tak
nyaman.

"Eonni, bolehkah aku melanjutkan sekolahku?" tanya Suhyun membuka pembicaraan.

Rahyun melihat ke arah belakang. "Kau sekolah?"

"Pria itu menyekolahkanku."

"Penculik itu menyekolahkanmu?" tanya Rahyun dengan nada tak percaya.

Suhyun mengangguk. "Meskipun ia jahat, tapi dia menyekolahkanku juga."

"Aku akan sekolah lagi. Aku akan memasukkanmu ke sekolah terbaik di Seoul," ucap
Sehun.

"Bagaimana dengan berkas-berkasnya?"

"Kau lupa profesi suamimu ini apa? Aku seorang mafia. Apalagi hal untuk
memasukan ke sekolah elit. Itu adalah hal yang gampang," jelas Sehun.

"Mafia?" Suhyun keheranan.

Rahyun mencubit tangan Sehun. "Jangan membodohi adikku."

"Dia bercanda, Suhyun-ah."

"Oh, ne," Suhyun mengangguk.

Mobil milik Sehun masuk ke dalam pekarangan rumah Keluarga Oh. Suhyun melihat
ke arah jendela langsung takjub melihat keadaan rumah yang sangat indah. Sehun
memakirkan mobilnya ke dalam bagasi. Mereka pun keluar dari mobil.

Saat masuk ke dalam rumah, Suhyun melihat sekitarnya, dan melihat beberapa
piguran yang terpajang. Tapi dia tak melihat foto pernikahan kakaknya. Mungkin mereka
memasangnya di dalam kamar mereka, pikir Suhyun. Keluarlah Tuan Oh dari kamarnya dan
dia menghampiri mereka.

"Ini adiknya Rahyun? Lee Suhyun," ucap Tuan Oh. Mereka membungkuk hormat
pada Tuan Oh.
"Kau cantik seperti Kakakmu," puji Tuan Oh.

"Kamashahamnida. Tuan Oh, anio Ajhus.. ani.. hmm.." Suhyun bingung memanggil
Tuan Oh.

"Panggil aku Appa. Kau bisa menganggapku sebagai Ayahmu. Karena kamu sudah
menjadi bagian keluarga Oh."

"Ne. A.. Appa," ucap Suhyun sambil tersenyum.

"Ajhumma!" panggil Tuan Oh.

Datanglah seorang pelayan wanita yang umurnya sudah tak muda lagi, yakni Pelayan
Kim.

"Antarkan Suhyun ke dalam kamarnya," perintah Tuan Oh.

Pelayan Kim mengangguk. "Ne, Tuan."

Dua bodyguard Tuan Oh masuk. "Mobil sudah di siapkan Tuan," ucap salah satu pria
dari dua pria itu.

"Abeoji akan pergi?" tanya Sehun.

"Aku akan pergi ke Busan. Ada beberapa masalah yanga harus ku selesaikan di sana,"
jawab Tuan Oh.

"Kapan Abeoji pulang?"

"Aku tak tahu. Mungkin sampai semua urusan di sana selesai. Kalau begitu aku pergi.
Jaga dirimu baik-baik. Kudengar semalam kau juga ditusuk, kau seharusnya lebih berhati-
hati. Jaga istrimu juga. Dan ketika aku pulang, aku berharap ada anggota keluarga baru di
dalam rahim Rahyun."

Rahyun membulatkan matanya saat mendengar perkataan Tuan Oh. Dia langsung
menundukkan kepalanya. Dia sangat malu. Sedangkan Sehun, dia terkekeh pelan.

"Baiklah, keinginan Abeoji akan segera terlaksana."

Tuan Oh pun melangkah pergi dangan dua bodyguard-nya.

"Ayo, nona. Mari saya antar," ucap Pelayan Kim. Suhyun mengangguk.
Pelayan Kim dan Suhyun naik tangga, mereka menuju ke kamar yang berada di lantai
dua. Rahyun menatap ganas Sehun dan dia langsung menginjak kaki Sehun. Membuat Sehun
meringis ke sakitan. Rahyun tak peduli, dia malah menginjak kaki Sehun yang satunya lagi.

"Apa yang kamu lakukan pada cucuku?" terdengar suara dari arah pintu.

Rahyun dan Sehun berbalik melihat ke arah pintu. Mereka melihat Baekhyun yang
sedang membawa koper dan melihat wanita paruh baya sedang bersedekap, yang tak lain
adalah Nenek Oh.

"Haelmoni!" panggil Sehun dan Rahyun.

Rahyun dan Sehun saling bertatapan. Raut wajah Rahyun menjadi pucat pasi,
berbanding terbalik dengan Sehun yang senang dengan kedatangan neneknya ke rumah
mereka. Karena itu jarang terjadi.

"Apa yang harus aku lakukan?" Tanya Rahyun khawatir.

"Jadilah cucu mantu yang baik, istriku," jawab Sehun.

Sehun terkekeh melihat wajah Rahyun yang menurutnya itu sangat lucu, lalu dia
mengacak-ngacak rambut Rahyun.

"Itukah reaksi kalian menyambut kedatanganku?" kata Nenek Oh sambil mendekati


Sehun dan Rahyun.

"Harabeoji tidak bersama haelmoni?" tanya Sehun.

"Kakekmu itu langsung pulang ke Busan," jawab Nenek Oh. Sehun mengangguk.

"Aku lelah setelah perjalanan dari villa sampai ke sini. Rahyun-ssi, bisakah kamu
mengantarku ke kamar?"

"Ne?" Rahyun kebingungan. "Ah, ne, haelmoni."

Baekhyun berjalan melewati mereka dengan koper yang dibawanya. Dia berjalan
memasuki kamar yang ternyata kamar khusus untuk Kakek dan Nenek Oh.

"Antar haelmoni ke kamar yang baru Baekhyun-hyung masuki," bisik Sehun. Rahyun
mengangguk.
"Ayo, haelmoni," Rahyun menuntun Nenek Oh masuk ke dalam kamar.

Setelah di dalam kamar, Nenek Oh duduk di atas ranjang. Dia meluruskan kakinya.
Baekhyun keluar dari kamar dan meninggalkan Rahyun bersama Nenek Oh.

"Kakiku sangat pegal. Kau bisa memijit?" tanya Nenek Oh. Rahyun mengangguk, dia
segera memijit kaki Nenek Oh.

__________

Sehun duduk di sofa ruang keluarga dan menyalakan TV. Baekhyun menghampirinya.
"Kau tidak khawatir dengan istrimu itu?" tanyanya.

"Aku agak agak khawatir, tapi aku percaya Haelmoni tidak akan berbuat kejam atau
berbuat macam-macam pada Rahyun," jawab Sehun.

"Ohyah. Bukannya kamu akan datang bersama dengan adik Rahyun juga? Kenapa
aku tak melihatnya?"

"Dia sudah ada di kamar barunya."

"Oh.. apa dia cantik?"

"Tentu saja. Dia cantik seperti kakaknya."

Baekhyun mengangguk percaya. "Kau tak ke kantor?"

"Aku akan ke sana nanti siang. Lalu bagaimana dengan hyung? Hyung juga tak ke
kantor?"

Baekhyun menjitak kepala Sehun. "Aku lelah. Kau, kan sudah tahu kalau aku baru
pulang dari villa bersama haelmoni."

"Ya.. ya.. aku tahu. Tapi kau tak perlu menjitakku!" Kesal Sehun sambil mengusap
kepalanya.

Baekhyun mengangkat bahunya tak peduli. Dia langsung melangkah menuju tangga
dan menaikinya.
Baekhyun hendak masuk ke dalam kamarnya, namun sesuatu menarik perhatiannya.
Dia melihat seorang gadis remaja yang keluar dari salah satu kamar. Dia tersenyum dan
menghampiri gadis itu, yang tak lain adalah Suhyun.

"Kau adik Rahyun? Lee Suhyun?" tanya Baekhyun.

Suhyun menganggku dan membungkuk hormat. "Annyeonghaseyo!"

"Oh! Annyeong! Aku kakak sepupunya Sehun. Kau bisa memanggilku Oppa."

"Ah.. ne.."

"Kau lucu.." ucap Baekhyun gemas sambil mencubit kedua pipi Suhyun. Lalu dia
mengacak-ngacak rambut Suhyun.

Suhyun membenarkan rambutnya. Dia tak tahu apa yang harus dilakukannya pada
pria yang berada dihadapannya itu. Dia sedikit kesal dengan Baekhyun, namun di sisi lain dia
menyukai Baekhyun yang ramah.

"Kau akan ke mana?" tanya Baekhyun tiba-tiba.

"Ne? Ah. Aku hanya ingin berjalan-jalan. Aku sangat bosan," jawab Suhyun.

Baekhyun mengangguk mengerti. "Oh. Rasanya aku ingin mengajakmu jalan-jalan,


namun sekarang badanku butuh istirahat. Jadi, kau jalan-jalan saja. Kapan-kapan aku akan
mengajakmu jalan-jalan," ucapnya.

Suhyun tersenyum. "Ne, Gomapseumnida, Tuan.."

"Tuan? Yak! Panggil aku Oppa, oppa. Arraseo?"

"Ne. Oppa.." ucap Suhyun yang terkesan kaku.

"Kalau begitu aku akan istirahat dulu. Annyeong!" Baekhyun masuk ke dalam
kamarnya.

Suhyun mengangguk. Dia melihat-lihat sekitar. Rumah yang luas dan indah. Suhyun
tak tahu kamar kakaknya di mana. Dia pun turun tangga. Dia melihat Sehun sedang
menonton televisi. Suhyun menghampiri Sehun.
"Ouh. Adik ipar, ada apa? Apa ada sesuatu yang kamu inginkan? Atau kau tak suka
dengan kamarmu?" tanya Sehun pada Suhyun.

Suhyun menggeleng pelan. "Nae eonni eodieyo?"

"Rahyun? Dia sedang bersama Nenekku."

"Ah. Ne. Kalau begitu saya permisi," Suhyun pergi.

_________

Rahyun melangkah lesu masuk ke dalam. Sehun melihat istrinya yang lesu itu. Dia
melangkah mendekatinya dan memegang kedua pipi Rahyun.

"Ada apa? Apa haelmoni berbuat sesuatu yang aneh padamu?" tanya Sehun.

Bukannya menjawab Rahyun malah memeluk Sehun dan langsung menangis. Melihat
reaksi Rahyun, Sehun keheranan dan khawatir padanya.

"Ada apa?"

Rahyun menggeleng dan tetap menangis.

_________

Sudah tiga menit berlalu, Rahyun memijat kaki Nenek Oh. Nenek Oh menepis tangan
Rahyun.

"Pijitanmu tidak enak," ucap Nenek Oh sinis.

Rahyun menunduk diam.

"Aku haus. Buatkan aku teh manis," perintah Nenek Oh.

"Ne. Haelmoni," Rahyun menuruti perintah Nenek Oh. Dia langsung keluar kamar.

. Rahyun masuk ke dalam kamar dengan nampan di tangannya. Dia telah membuat teh
untuk Nenek Oh. Rahyun memberikan teh itu kepada Nenek Oh. Nenek Oh meminum teh
buatan Rahyun. Nenek Oh menyeruput teh itu, lalu dia membanting cangkir yang berisi teh
itu ke lantai. Rahyun kaget akan hal itu. Cangkir pecah dan teh pun tercecer di lantai.

"Haelmoni," lirih Rahyun.

"Kau ingin membuatku terkena diabetes? Kau memasukkan gulanya terlalu banyak.
Bagaimana anakku bisa menerima menantu sepertimu, yang tak bisa apa-apa?" Sinis Nenek
Oh.

"Cheseonghamnida."

"Bersihkan itu, lalu pergilah," ucap Nenek Oh sambil membaringkan tubuhnya.

Rahyun keluar kamar untuk mengambil lap. Setelah mengambil lap, Rahyun kembali
ke kamar dan membersihkan pecahan cangkir dan teh. Rasanya dia ingin menangis sekarang.
Mengapa Nenek Oh begitu tak menyukainya? pikirnya.

"Berhentilah menangis," Sehun mencoba menenangkan Rahyun.

Rahyun tetap menangis. Sehun melepaskan pelukan Rahyun. Dia memegang pundak
Rahyun. Rahyun masih terisak.

Sehun mendekatkan wajahnya dan langsung mencium bibir Rahyun. Rahyun


langsung berhenti menangis. Sehun melepaskan ciumannya dan menjauhkan wajahnya.

"Cara ampuh untuk membuatmu diam."

Rahyun cemberut.

"Ada apa yang terjadi? Kenapa kamu menangis?" tanya Sehun.

"Tak apa-apa. Hanya saja, aku ingin Ajhussi selalu bersamaku," jawab Rahyun.

"Benarkah?" Sehun tahu kalau Rahyun berbohong. Rahyun mengangguk.

"Baiklah aku percaya," Sehun memeluk Rahyun. Rahyun pun memeluk Sehun dengan
erat.

Rahyun terbangun dari tidurnya. Dia melihat Sehun yang tidur di sampingnya sambil
memeluknya. Ada sesuatu yang aneh di tangannya. Dia mengangkat tangannya dan melihat
sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya. Cincin yang dibeli Sehun waktu itu. Dia pun
melihat tangan Sehun yang berada di atas perutnya, dan ada cincin yang melingkar di jari
manis Sehun juga.

"Tidak romantis," decak Rahyun.

Namun dia melihat lagi tangannya dan tersenyum bahagia. Sehun perlahan membuka
matanya, tidurnya tergaganggu akibat gerakan-gerakan yang Rahyun lakukan.

"Kau sudah bangun?" tanya Rahyun yang sadar melihat Sehun telah membuka
matanya.

"Hm.." jawab Sehun singkat.

"Kapan kau memasangkan ini?" tanya Rahyun sambil mengangkat tanganya ke depan
wajah Sehun

"Ketika kau tertidur," jawab Sehun.

"Sangat tidak romantis. Kau seharusnya membawaku ke tempat yang sangat indah,
lalu memasangkan cincin ini di sana," gerutu Rahyun.

"Kamar ini sangat indah juga kok?"

"Kamar ini indah?" tanya Rahyun bingung.

Sehun mengangguk. "Ne. Tempat ini sangat indah. Karena kau ada di sini. Kau adalah
sumber keindahan di dunia ini," ujar Sehun.

"Kau menggombal? Gombalanmu itu tidak nyambung," ejek Rahyun.

"Kau yang terindah Rahyun-na. Kita tak perlu kemana-mana, karena menurutku tak
ada tempat yang indah di dunia ini ketika kau bersamaku."

Rahyun tersipu. Dia menyembunyikan wajahnya di dada Sehun. Sehun tersenyum.


Dia mememeluk Rahyun erat dan mencium puncak kepala Rahyun.

Suasana romantis antara mereka berdua terganggu akibat nada dering ponsel milik
Sehun. Ada seseorang menelepon Sehun. Pria itu pun segera mengangkatnya.

"Ada apa?" ucap Sehun ke seseorang yang meneleponnya.


"Maksudmu?"

Rahyun penasaraan apa yang diucapkan oleh si penelepon. Dia mendekatkan


telinganya ke ponsel Sehun.

"Aku sudah menduga ini akan terjadi. Kau cari dia sekarang. Temukan dia segera,"
ucap Sehun, lalu dia menutup teleponnya.

"Ada apa?" tanya Rahyun.

"Penculik Suhyun, dia telah melarikan diri," jawab Sehun.

Rahyun membulatkan matanya terkejut. "Jinjja?"

"Ya. Tenang saja, kita akan menemukannya dan langsung memasukkannya ke


penjara," ujar Sehun.

__________
METTLE

Bagian 17 ”Penculik Itu”


Pagi hari yang cerah. Rahyun telah bangun dan dia telah memakai pakaiannya. Dia
memakai jas jurusan kuliahnya. Dia melihat Sehun yang masih meringkuk di atas ranjang.
Rahyun keluar kamar, dia berniat membuat sarapan pagi ini. Sampai di dapur, dia melihat
pelayan Kim yang sedang memotong sayuran.

"Ajhumma! Biar aku saja," ujar Rahyun sambil mengambil alih.

"Tapi, nona,"

"Ini sudah tugasku sebagai istri dan menantu."

"Ne," Pelayan Kim membungkukkan badannya lalu berjalan keluar dapur.

Rahyun mulai memasak. Dia memotong bawang.

_________

Baekhyun keluar dari kamarnya. Dia melihat Suhyun yang berjalan bolak-balik,
seperti kebingungan. Baekhyun mendekati gadis itu.

"Selamat pagi, Gadis manis," sapa Baekhyun. Suhyun hanya tersenyum.

"Oppa, bisakah aku bertemun dengan Rahyun-eonni?" tanya Suhyun.

"Tentu bisa. Kau mencari Rahyun?" Suhyun mengangguk.

"Kau bisa menemuinya di dapur. Kurasa sekarang dia sedang memasak."

"Ah. Ne."

Baekhyun menyuruh Suhyun untuk mengikutinya. Suhyun pun mengikuti Baekhyun.


Mereka berjalan menuruni tangga. Aroma masakan sedap tercium oleh mereka.

Saat memasuki ruang makan, Suhyun dan Baekhyun melihat Rahyun yang sedang
menyiapkan makanan di meja makan. Rahyun selesai menyiapkan makanannya. Dia
tersenyum saat melihat adiknya.

"Haelmoni masih ada di kamarnya?" tanya Baekhyun.

"Ne," jawab Rahyun.


Baekhyun pun keluar dari ruang makan menuju kamar Nenek Oh.

Sehun masuk, dia telah memakai pakaian lengkap. Dia membawa kardus berukuran
besar dan menyimpannya di atas lantai.

"Kamu membawa apa?" tanya Rahyun.

"Ah. Ini peralatan sekolah untuk Suhyun. Aku sudah memasukannya di SMA
Sekwang milik paman. Dia bisa mulai sekolah hari ini," jawab Sehun.

"Jinjja? Gomapseumnida, seobangnim63," ucap Suhyun sambil tersenyum senang.

"Ne, Suhyun-i."

"Ayo kita sarapan, aku sudah memasak untuk kalian," ucap Rahyun.

Mereka langsung duduk di kursi meja makan.

"Kalian akan sarapan tanpaku? Sangat tidak sopan," ucap Haelmoni yang sudah ada di
ruang makan.

Baekhyun menarik kursi untuk neneknya. Nenek Oh pun duduk.

"Anida, haelmoni!" bantah Sehun.

Rahyun menyiapkan nasi untuk Nenek Oh, dia mencoba menjadi cucu mantu yang
baik.

"Siapa yang memasak ini?" tanya Nenek Oh.

"Tentu saja Rahyun, haelmoni," jawab Sehun.

Nenek Oh mencoba makanannya. Rahyun berharap Nenek Oh menyukai masakannya.


Nenek Oh hanya mengangguk-ngangguk.

"Yes!" Guman Rahyun sambil tersenyum senang. Sehun melihat istrinya itu juga
ikutan senang.

"Haelmoni menyukai masakannya?" tanya Sehun pada Neneknya.

Nenek Oh menggeleng. "Ani, tapi.. ini pantas untuk di makan," ujarnya.

63
Kakak ipar
Raut wajah Rahyun berubah menjadi cemberut. Sehun memegang pundak istrinya.
"Nenek menyukai masakanmu, kau tak perlu cemberut begitu," bisik Sehun.

"Kau adiknya Rahyun?" tanya Nenek Oh pada Suhyun.

Suhyun mengangguk. "Ne," jawabnya.

"Kalian lumayan mirip. Tapi kau lebih cantik dari kakakmu," puji Nenek sekaligus
mengejek Rahyun.

Suhyun tesenyum. "Kamshahamnida."

"Kenapa Suhyun harus berterima kasih? Kakaknya dihina dia malah berterima kasih.
Sangat terlalu," gerutu Rahyun kesal.

Baekhyun dan Sehun hanya tersenyum geli.

Mobil hitam milik Sehun melaju di atas aspal yang melekat di tanah. Sehun, Rahyun,
dan Suhyun berada di dalam mobil itu. Sehun memberhentikan mobilnya di depan gerbang
SMA Sekwang.

"Kita hanya bisa mengantarmu sampai sini. Maaf, eonni tak bisa mengantarmu
sampai ke dalam. Kau bisa sendirikan?" ucap Rahyun pada adiknya.

Suhyun mengangguk mengerti. "Gwaencanha, eonni. Aku bisa sendiri, kok."

"Kalau begitu semangat. Baik-baiklah di sekolah baru."

"Ne, eonni." Suhyun keluar dari mobil.

Rahyun melambaikan tangannya, dan Suhyun membalasnya. Mobil Sehun pun melaju
pergi. Suhyun memandang sekolah barunya itu. Dia melangkah masuk.

__________

Rahyun telah tiba di kampus. Dia masuk ke dalam kelasnya, menghampiri Hani dan
D.O yang sudah ada di kelas dan duduk di samping D.O.

"Annyeong!" sapa Rahyun.


Hani dan D.O tidak menyahut. Mereka mengabaikan Rahyun.

"Yak! Kenapa kalian mengabaikanku begini?" tanya Rahyun.

Mereka tetap tak menyahut.

Rahyun menunduk. "Kalau begitu aku akan duduk di sana saja," ucapnya sambil
bangkit. Dia hendak melangkah, tetapi D.O mencegahnya dengar cara menjambak rambut
Rahyun. Rahyun tersentak kaget.

"Kau mau ke mana? Kau harus bertanggung jawab, gara-gara kau kemarin tak kuliah,
kita mendapatkan nilai E lagi!"

"Maafkan aku. Aku tak bisa ikut peresentasi kelompok kemarin."

"Kita tak butuh maafmu. Kau sudah beberapa kali absen dalam presentasi kelompok.
Kau ingin kami keluarkan dari kelompok?" ucap D.O.

"D.O-ya. Mianhae. Jebal. Dan juga kumohon lepaskan rambutku. Ini sangat sakit
tau," wajah Rahyun memelas.

D.O pun melepaskan jambakannya. Lalu dia duduk, dan menarik tangan Rahyun agar
duduk.

"Kau pasti punya alasan? Apa yang terjadi padamu? Suamimu itu menyiksamu
sehingga kamu tak kuliah kemarin?" tanya Hani.

Rahyun menggeleng keras. "Ania!" bantah Rahyun. "Hani-ya, D.O-ya, kalian tahu?"

Hani dan D.O menggeleng. "Bagaimana kita bisa tahu kalau kau belum
mengatakannya," kesal D.O.

"Akhirnya aku bisa bertemu kembali dengan adikku. Suhyun tidak meninggal,
ternyata dia masih hidup," ucap Rahyun.

"Adikmu yang diculik itu?" Rahyun mengangguk.

"Bagaimana kau bisa menemukannya?" Tanya D.O.

"Kai yang menemukannya. Lalu dia langsung meneleponku," ucap Rahyun.

"Kai?" Rahyun mengiyakan.


Tiba-tiba orang yang dibicarakan oleh mereka bertiga masuk ke dalam kelas. Pria itu
mengetuk meja. Rahyun, D.O, dan Hani membulatkan matanya tak percaya saat melihat Kai.
Mereka bingung bagaimana Kai bisa masuk ke kampus dan ke kelas mereka.

Kai melambaikan tangannya sambil tersenyum. "Kalian membicarakanku?" tanya


Kai.

Rahyun menggeleng. "Bagaimana kau bisa ada di sini?" tanyanya bingung.

"Aku sedang bekerja. Ohya, Suhyun baik-baik saja?"

"Ya. Dia baik-baik saja dan dia hari ini mulai bersekolah."

Kai hanya mengangguk. Dia maju ke depan kelas. Lalu berdiri di depan meja Dosen.

"Halo. Perkenalkan nama saya Kai. Sekarang saya akan menggantikan Dosen Han
untuk mengajar kalian. Mohon kerja samanya," ucap Kai.

Para Mahasiswi yang ada di dalam kelas itu berbisik. Dia memuji ketampanan Kai.

"Kai bekerja menjadi Asisten Dosen Han?" tanya Hani dengan berbisik.

"Sepertinya begitu," jawab Rahyun.

"Sebenarnya dia itu ke sini mau liburan atau bekerja?" tanya D.O bingung.

Rahyun dan Hani menggelengkan kepala mereka, tanda tak tahu.

___________

Bukannya menuju ke kantor, tetapi Sehun menuju ke sebuah rumah kumuh. Dia
memarkirkan mobilnya di depan rumah itu. Dia diberi tahu oleh suruhannya bahwa penculik
itu sekarang bersembunyi di rumah ini. Seorang pria berjas hitam menunggu Sehun di depan
rumah itu. Dia adalah suruhan Sehun yang bernama Kim Minseok. Minseok membungkuk
hormat kepada Sehun ketika Sehun keluar dari mobil.

"Kau yakin ini tempatnya?" tanya Sehun.

"Ne, Tuan," jawab Minseok.


Pria itu melangkah mendekati pintu rumah itu dan Minseok mengikutinya dari
belakang. Sehun memegang pintu rumah yang ternyata tidak terkunci. Sehun membuka
perlahan pintu itu. Ketika pintu rumah terbuka sempurna, suara tembakan pistol terdengar
begitu nyaring. Peluru itu mengarah ke arah Sehun dan Sehun dengan cepatnya dapat
menghindar. Suho, sang penculik itu menurunkan tangannya.

"Kenapa kau datang kemari?" tanya Suho.

"Tentu saja untuk menangkapmu dan memasukanmu ke penjara atas semua kejahatan
yang telah kau lakukan," jawab Sehun. Sehun melangkahkan satu langkah.

Tidak disangka, Suho mengangkat pistol yang berada di tangannya ke arah Sehun.

"Jika kau mendekat, aku akan menembakmu."

"Wae? Kau takut? Aku tak peduli meskipun kau menebakku," ucap Sehun.

Sehun mengambil sesuatu dari saku celananya. Suho perlahan menekan pelatuknya.
Suara tembakan terdengar jelas di telinga mereka. Suho terjatuh, kakinya tertembak. Di
belakangnya terdapat Minseok yang memegang sebuah pistol. Sehun ternyata mengeluarkan
ponselnya dan menelepon polisi. Dia menyuruh polisi datang. Suho yang masih memegang
pistol, dia menembakkan peluru ke arah Sehun, dan itu mendarat di perut Sehun. Sehun
memegang perutnya, darah pun keluar. Minseok mengambil paksa pistol Suho. Dia
menghampiri Tuannya, Sehun.

"Tuan!" panggil Minseok.

"Aku tak apa-apa."

Suho hanya tersenyum sinis. Dia mencoba untuk berdiri. Namun Minseok menendang
dadanya, sehingga dia tersungkur ke belakang. Suara sirine mobil terdengar. Polisi masuk ke
dalam rumah.

___________

Suasana ramai di kantin Kampus. Rahyun, D.O, Hani, dan Kai sedang makan di sana.
"Kai-ya, kau mulai bekerja menjadi Asisten Dosen, lalu kapan kau akan kembali ke
Inggris?" tanya Hani.

"Hmm.. dua bulan yang akan datang mungkin," jawab Kai.

"Mwo? Yak! Bagaimana dengan kuliahmu?" kali ini Rahyun yang bertanya.

"Aku menunda dulu kuliahku. Aku ingin lebih lama di sini bersama kalian," ujar Kai
sambil menatap Rahyun.

Suara nada dering ponsel milik Rahyun terdengar. Rahyun mengambil ponselnya
yang ada di tasnya, segera mengangkat teleponnya.

"Yeobeoseyo."

"..."

"mwo?" Suara Rahyun terdengar nyaring. Kai, D.O, dan Hani melihat ke arahnya
kebingungan.

"Ah. Aku aku akan ke sana. Terima kasih atas infonya," ujar Rahyun, lalu mengkhiri
panggilannya.

"Ada apa?" tanya Kai.

"Ajhussi, ah ania, Oh Sehun sekarang ada di rumah sakit. Aku harus ke sana
sekarang," jawab Rahyun sambil berdiri.

"Suamimu? Dia kenapa? Dia kecelakaan?" Tanya D.O

"Aku tak tahu. Aku akan ke sana sekarang untuk memastikan," Rahyun langsung
berlari meninggalkan mereka.

Kai pun berdiri, dia juga berlari untuk mengejar Rahyun.Kai meraih tangan Rahyun,
dan Rahyun pun berhenti seketika.

"Aku akan mengantarmu. Akan membutuhkan waktu lama, jika kau menggunakan
bus atau taksi," ucap Kai. Rahyun hanya mengangguk.

__________
Operasi telah dilaksanakan dari tadi. Seorang Dokter membelek perut Sehun. Operasi
itu dilaksanakan untuk mengangkat peluru yang tertanam di bagian perut Sehun. Minseok
menunggu di luar ruangan operasi. Dia duduk di kursi yang disediakan di sana. Seseorang
datang dengan raut wajah khawatir.

"Apa yang terjadi?" Tanya Baekhyun yang baru tiba.

"Tuan Oh, ditembak," jawab Minseok.

Baekhyun menendang kaki Minseok. "Kenapa dia sampai tertembak? Kau seharusnya
bisa menjaga tuanmu."

"Maafkan saya."

Baekhyun menghela nafasnya kesal. "Siapa yang menembaknya?" Tanyanya.

"Kim Suho," jawab Minseok.

"Suho? Orang yang menculik Sehun dulu?"

Minseok mengangguk. "Suho juga yang telah menculik Nona Suhyun."

Rahyun dan Kai datang. Rahyun terlihat sangat khawatir.

"Bagaimana dengan Ajhussi?"

"Dia sedang di operasi. Dia baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir."

Rahyun menitikan air matanya. "Apa yang terjadi? Kenapa dia harus di operasi?"

Minseok akan menjawab pertanyaan Rahyun itu. Namun Baekhyun segera


mencegahnya.

"Aku ingin berbicara padamu," ucap Baekhyun pada Rahyun.

Baekhyun melangkah dan Rahyun mengikutinya. Kai hanya melihat mereka.

Kai menatap tajam Minseok. "Suho, karena dia, kan?" Minseok mengangguk.

Baekhyun menatap Rahyun. "Kau seharusnya jangan pernah ada di kehidupan


Sehun," ujar Baekhyun.

"Oppa.." lirih Rahyun menatap Baekhyun tak percaya.


"Karena kau. Sehun terluka lagi. Suho penculik adikmu itu, dia yang menembaknya."

Rahyun menggeleng. Itu bukan kesalahannya.

Baekhyun tersenyum sinis. "Kau sebaiknya pergi saja!"

"Kenapa oppa begitu membenciku?" tanya Rahyun histeris.

"Aku tak pernah membencimu," jawab Baekhyun.

Rahyun kembali ke depan ruang operasi. Dia menghampiri Kai. "Kai-ya. Kurasa
Suhyun-i sudah pulang. Bisakah kau menjemputnya dan bawa dia ke sini? Dia sekolah di
SMA Sekwang," pintanya.

Kai menuruti permintanaan Rahyun. Dia pun pergi dari rumah sakit untuk menuju
Sekolah Suhyun.

___________

Operasi telah berjalan dengan lancar. Sehun telah dipindahkan ke ruangan VVIP.
Rahyun duduk di sampingnya. Dia melihat Sehun yang terbaring kaku di atas ranjang.
"Kenapa? Kau melakukannya? Kenapa? Kenapa kau bertindak ceroboh?" lirih Rahyun.

Rahyun memegang tangan Sehun. "Ajhussi, apa aku pembawa sial untukmu?"

Dia menangkupkan wajahnya ke ranjang. Dia menitikkan air matanya dan muai
terisak menangis. Namun dia dengan perlahan menutup matanya.

Baekhyun masuk ke dalam ruang inap dan dia perlahan melangkah. Baekhyun melihat
Rahyun yang tertidur di samping Sehun yang terbaring lemah di atas ranjang. Dia
mendekatkan tangannya ke wajah Rahyun. Lalu dia mengelus lembut pipi Rahyun. Dia
tersenyum kecil. “Maafkan aku adik ipar.”

"Apa yang kau lakukan, hyung?" Suara Sehun terdengar membuat Baekhyun
menjauhkan tangannya terkejut.

"Ah, kau sudah sadar?" Baekhyun terlihat salah tingkah.

"Hm."
"Kau kenapa kau mencelekakan dirimu sendiri seperti ini dengan bertemu dengan si
penculik itu?"

"Hyung, aku sudah memasukannya ke penjara."

"Aku tahu itu. Tapi jangan melakukan hal seperti ini lagi. Samchon tidak tahu hal ini,
karena aku tak memberitahunya. Jika dia tahu, kau tahu apa yang akan terjadi," ucap
Baekhyun, lalu dia keluar dari ruangan.

Baekhyun melihat Suhyun dan Kai yang sedang melangkah menuju ruang inap. Dia
menatap gadis remaja itu. Suhyun tersenyum saat melihat Baekhyun.

Rahyun bangun dari tidurnya. Dia terkejut mendapatkan Sehun yang ternyata sudah
sadar. "Ajhussi ternyata sudah sadar," guman Rahyun yang masih terdengar oleh Sehun.

Sehun memegang pipi Rahyun dengan tangannya. Dia memperhatikan wajah Rahyun
yang sembab. "Kau habis menangis?" Tanyanya.

Rahyun menggeleng, menyangkalnya.

"Kalau tidak, kenapa wajahmu sembab seperti ini?"

Rahyun memeluk Sehun. Dia menangis di pelukan Sehun. Sehun mengelus lembut
rambut istrinya. "Waeyo?"

"Aku mengkhawatirkanmu, bodoh," isak Rahyun.

Sehun melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang mengalir di pipi
Rahyun. "Berhentilah menangis!" perintahnya.

Rahyun menggeleng. "Ini semua salahku. A.. aku yang membuatmu seperti ini.
Karenaku kau jadi terluka seperti ini," ucap Rahyun, lalu tangisnya semakin kencang.

Pintu ruangan terbuka, Kai dan Suhyun masuk ke dalam ruangan. Mereka
menyeritkan dahinya bingung saat melihat Rahyun menangis. Kai mendekati mereka.

"Kau apakan Rahyun-ku?" tanya Kai.

Sehun mendelik, dia tersenyum sinis. "Mwo? Rahyun-ku? Kau terlalu berharap
Rahyun menjadi milikmu. Dia bukan milikmu, sadarlah. Rahyun itu istriku dan dia adalah
milikku," kesal Sehun.
"Kenapa kalian berdua ribut? Rahyun-eonni sedang menangis," ucap Suhyun
mendekati kakaknya. Dia menghapus air mata yang membekas di pipi kakaknya itu.

"Aku baik-baik saja," ucap Rahyun sambil tersenyum. Tak ingin membuat adiknya
khawatir.

___________

Sehun menyentuh tangan istrinya. "Pulanglah!" perintahnya. Rahyun menggeleng tak


mau.

Sehun menghela nafasnya. Lalu dia melihat Suhyun yang tertidur di atas sofa yang
masih memakai seragam sekolah.

"Kau tak peduli dengan Suhyun? Lihatlah, dia kelelahan. Bukankah dia besok sekolah
dan kau juga harus kuliah, kan?"

Rahyun melihat adiknya. Dia pun mengangguk. "Arraseo, aku akan pulang," ucapnya.

Keesokan harinya, Rahyun melangkah lesu masuk ke dalam ke Gedung tempat


kuliahnya. Chanyeol melihat Rahyun dan segera menghampirinya.

"Annyeong!" sapa Chanyeol.

"Ah. Annyeong, sunbaenim!" balas Rahyun.

"Kenapa wajahmu sangat murung? Ah, apa karena Oh Sehun? Kudengar dia di rawat
di rumah sakit," ucap Chanyeol.

Dia menatap Chanyeol, bagaimana bisa Chanyeol mengetahuinya? Padahal Ayah


mertuanya juga tak tahu. "Bagaimana sunbae tau?" Tanya Rahyun.

"Aku mendengarnya dari D.O dan Hani," jawab Chanyeol.

"Ah.."

"Kau mau sarapan denganku? Kurasa kau tidak sarapan hari ini," tawar Chanyeol.

"Sunbae yang traktir, yah."


"Call."

"Ok. Call."

Mereka berdua saat ini berada di restoran yang ada di depan kampus. Rahyun
memakan salad yang dipesannya. Dia sesekali melihat ke arah jendela. Chanyeol mengambil
poselnya dan memotret Rahyun. Dia tersenyum lalu mengirimkan foto itu ke seseorang lewat
sms.

"Kenapa kau terus melamun seperti itu? Kau mengkhwatirkan suamimu itu?" Rahyun
menggeleng pelan.

"Lalu apa yang kau pikirkan?"

"Hanya saja.." Rahyun terdiam sebentar. "Sunbaenim, apa aku harus meninggalkan
Ajhussi?"

Chanyeol membulatkan matanya terkejut. "Mwo? Yak! Kau bercanda?" Rahyun


menggeleng.

"Andweyo. Kau harus bersamanya. Aku sudah merelakanmu bersama dengan Sehun.
Bukankah kalian saling mencintai? Kenapa kau berpikiran seperti itu?"

"Aku ini hanya pembawa masalah untuk Ajhussi. Ajhussi selalu terluka gara-gara
aku."

"Siapa yang mengatakan itu?"

"Baekhyun-oppa."

"Mwo? Baekhyun. Aishh, si baj*ngan itu," decak Chanyeol. "Kau jangan


mendengarkannya. Dia hanya bercanda," ucapnya.

"Anio. Perkataannya memang benar."

___________
Sehun duduk di taman rumah sakit. Dia menghela nafasnya beberapa kali. Dia sangat
bosan. Seseorang meneleponya, dia merogoh sakunya untuk mengambil ponsel. Sehun
langsung mengangkat ponsel itu. "Yeobseyo."

"Yeobseyo," ulang Sehun karena tak ada yang menjawabnya.

"Nuguya? Neo.. Kim Suho?" tebak Sehun.

Terdengar suara tawa dari seberang telepon.

"Bagaimana kau bisa melarikan diri?"

"Kau tak perlu tahu. Bagaimana keadaanmu?" sinisnya.

"Kurasa kau tak perlu mengkhawatirkanku. Khawatirkan dirimu sendiri dulu," ucap
Sehun.

"Arraseo."

"Apa maumu?"

"Mauku? Aku mau balas dendam. "

Setelah itu sambungan telepon terputus. Sehun segera menelepon anak buahnya.
"Bagaimana dia bisa melarikan diri lagi?" bentaknya.

"..."

"Polisi bodoh," kesalnya. "Temukan dia segera," perintah Sehun dan langsung
menutup teleponnya.

__________

Rahyun masuk ke dalam ruang rawat inap Sehun. Namun di sana, dia tak
mendapatkan Sehun, hanya mendapatkan suster yang sedang membersihkan sprai.

"Pasein yang menginap di sini, apa dia sudah pulang?" tanya Rahyun.

"Animida, dia sekarang berada di taman rumah sakit," jawab Suster itu.
"Ah.. geureone64. Kamsahamnida," ucap Rahyun.

Wanita itu langsung berlari menuju taman rumah sakit. Saat di taman, dia melihat
Sehun yang sedang duduk di bangku. Rahyun perlahan mendekati Sehun. Rahyun dengan
jailnya menutup kedua mata Sehun dengan tangannya. Sehun terkejut, dia memegang tangan
Rahyun, lalu tersenyum.

"Oh Rahyun. Aku tahu ini kau," ucap Sehun.

Rahyun cemberut, pria itu begitu gampang menebaknya. Rahyun pun duduk di
samping Sehun. Sehun menyenderkan kepalanya di bahu Rahyun dan memejamkan matanya.

"Ajhussi kenapa kau di sini? Kau bisa kedinginan jika kelamaan di sini," ucap
Rahyun.

"Aku tak kedinginan. Karena ada kamu di sini."

"Yak! Aku tak bercanda."

"Aku pun tak bercanda."

"Ajhussi!" Rahyun bangkit dari tempat duduknya.

Sehun menarik Rahyun agar kembali duduk. Lalu dia menyenderkan kepalanya lagi.
"Aku ingin di sini menenangkan pikiranku. Aku lelah, Rahyun-ah," lirihnya.

Rahyun pun diam. Sehun tersenyum. Sehun menggenggam tangan Rahyun.

"Rahyun-ah, bagaimana kalau kita punya anak nanti? Kau ingin anak laki-laki atau
perempuan?" tanya Sehun.

Muncul rona merah di wajah Rahyun. "Mollaseo65, yang penting anak kita sehat dan
aku ingin wajahnya mirip denganmu," jawab Rahyun.

"Ya, tentu saja harus mirip denganku, aku kan ayahnya," ucap Sehun.

_________

Di sebuah pabrik bekas yang sudah kumuh dan tak terpakai, terlihat seorang gadis
yang terikat oleh tali. Wanita itu berteriak beberapa kali meminta tolong. Langkah kaki
64
Begitu
65
Tak tahu
terdengar, membuat wanita itu berhenti berteriak. Orang itu, tak lain adalah Suho. Suho
tersenyum sinis kepada wanita yang terikat itu.

"Apa maumu? Lepaskan aku!!" Teriak gadis itu.

"Kau sudah tau apa mauku," ucap Suho.

"Aku tak tahu."

Suho mengeluarkan pistol dari sakunya. "Kau sungguh tak tahu? Apa aku harus
membunuhmu saja?" Dia menodongkan pistolnya ke arah wanita itu.

"Bunuh saja aku. Lagi pula semuanya akan baik-baik saja jika aku mati," ucap wanita
itu terdengar putus asa. Dia menurunkan pistolnya.

Suho tersenyum sinis saat mendengar ponsel Hera yang berdering. Dia melangkah
mendekati Hera dan merebut paksa ponsel di tangan Hera. Suho melihat nama yang
tercantum di ponsel Hera dan segera mengangkat teleponnya.

"Yeobseyo.."

___________

Baekhyun terkejut saat mendengar suara pria lewat ponselnya. "Nuguya?" tanyanya.

"Kau tidak tahu aku?"

"Di mana Hera?"

"Hera, kau ingin tahu keberadaan gadis ini?"

"Apa maumu?"

"Datanglah ke bekas Pabrik Samgwayoung, kau akan menemukannya di sini," ucap


Suho.

Sambungan telepon pun terputus. Baekhyun langsung tancap gas, menambah


kecepatan.

__________

Suho menjatuhkan ponsel Hera ke tanah. Hera menundukkan kepalanya.

"Kau ingin melakukannya, kan?" Hera menggeleng menolak.


"Arraseo. Tapi akibatnya kekasihmu yang tersayang itu akan mati tepat di
hadapanmu," ancam Suho.

Hera mendongkakkan kepalanya.

"Itu takkan pernah terjadi."

"Tapi sayangnya sebentar lagi akan terjadi," sinis Suho.

___________

Nada dering ponsel mengganggu tidur Sehun. Sehun meraih ponselnya dan
mengangkat teleponnya.

"Yeobseyo."

".."

"Mwo? Memang Baekhyun-hyung ke mana?"

".."

"Arraseo. Aku akan ke sana," ucap Sehun sambil menutup sambungan telepon. Sehun
membuka infusannya dan darah keluar dari tangannya. Dia segera mengambil kapas dan
menyeka darah itu. Sehun membuka lemari dan terdapat kemeja putih dan celana panjang
miliknya. Dia mengganti pakaiannya.

Setelah mengganti pakaiannya, dia keluar dari ruang rawat inap. Rahyun yang
melangkah menuju ruangan itu melihat Sehun yang keluar. Rahyun berlari kecil menghampiri
suaminya itu. Rahyun menyeritkan dahinya bingung melihat Sehun yang tak memakai
pakaian rumah sakit lagi.

"Ajhussi mau ke mana? Kenapa kamu mengganti pakaianmu? Apa Dokter


mengijinkan kamu pulang?" tanya Rahyun.

Sehun mengangguk. "Ya, aku boleh pulang," jawabnya bohong.

"Jinjja?" Rahyun sedikit tidak percaya.

Sehun mengangguk, lalu menarik tangan Rahyun mengajaknya pergi. Mereka keluar
dari gedung rumah sakit dan naik taksi. Sehun meminta sopir taksi membawa mereka ke
Perusahaan Sekwang.

"Kenapa tak pulang ke rumah?" tanya Rahyun.

"Ada rapat penting. Aku harus menggantikan Baekhyun-hyung di rapat itu," jawab
Sehun.

"Memangnya Baekhyun-oppa ke mana? Sampai kamu harus menggantikannya."


"Jangan banyak tanya."

Taksi mengantar mereka sampai di gedung perusahan Sekwang.

"Kau pulang saja," ucap Sehun.

Rahyun menggeleng tak mau.

"Rapatnya pasti lama. Kau nanti kau bosan menunggu lama."

"Tak apa-apa."

"Baiklah," Sehun pun mengalah.

Mereka turun dari taksi dan masuk ke dalam gedung pencakar langit itu.

Rahyun merangkul lengan Sehun dengan erat. Dia merasa aneh saat banyak pegawai
yang melihat dan membungkuk hormat kepada mereka. Kadang-kadang Rahyun membalas
bungkukkan mereka. Sehun tersenyum kecil melihat tingkah Rahyun.

Sehun masuk ke dalam ruangannya dan Rahyun mengikutinya dari belakang. Sehun
berbalik dan menghadap ke arah Rahyun. Sehun memegang pipi Rahyun dengan kedua
tangannya. "Tunggulah di sini," ucap Sehun.

Rahyun mengangguk pelan.

Sehun tersenyum dan mengacak-ngacak rambut Rahyun. Rahyun langsung cemberut.


Sehun melangkah keluar meninggalkan Rahyun sendiri di ruangannya.

Wanita itu melangkah mendekati meja kebesaran Sehun. Dia tersenyum kecil saat
melihat piguran yang berisikan fotonya bersama Sehun terpajang di meja Sehun. Rahyun
duduk di kursi tempat Sehun bekerja.

Dia membuka laci meja itu dan mendapatkan sebuah foto seorang gadis. Dia pernah
melihat gadis itu. "Min Dohee," guman Rahyun. Dia curiga kenapa Sehun menyimpan foto
Dohee. Ah, dia ingat, dulu Dohee itu dijodohkan  dengan Sehun. Dia melihat dengan seksama
foto itu.

"Dia sangat cantik," puji Rahyun.

"Siapa yang sangat cantik?" Terdengar suara seseorang yang mengagetkan Rahyun.

"Seonbae," kesal Rahyun saat melihat Chanyeol yang sudah ada di dalam ruangan.

"Annyeong!" Chanyeol melambaikan tangannya.

"Kenapa sunbae ada di sini?" tanya Rahyun.

"Ah, na? Aku harus mengikuti rapat di sini. Tadi aku melihatmu di lobi bersama
Sehun, jadi aku ke sini untuk menyapamu dan Sehum. Sehun di mana?"
"Dia sudah pergi untuk rapat."

"Ah. Sungguh? Sepertinya rapat sudah di mulai. Kalau begitu aku pergi, ya. Kapan-
kapan kita ngobrol lagi, ok?"

Rahyun mengangguk. Chanyeol keluar dari ruangan.

Rahyun kembali melihat foto Dohee.

________

Baekhyun sampai di bangunan yang sudah tak terpakai itu. Dia keluar dari mobilnya
dan segera masuk.

"Hera-ya!" teriak Baekhyun memanggil Hera.

"Ma Hera!"

Baekhyun menghentikan langkahnya saat melihat Hera yang duduk tak berdaya
dengan tangan dan kaki yang terikat oleh tali.

Hera menundukkan kepalanya, dia menutup matanya merasa bersalah pada


Baekhyun. "Mianhae, Baekhyun-i," lirihnya.

Baekhyun menghampiri Hera. "Hera-ya, gwaencanha?" tanya Baekhyun sambil


membuka tali itu.

"Na gwaencanha," jawab Hera.

Setelah membuka semuanya, Baekhyun segera menggendong Hera ala bridal style.
"Ayo kita keluar dari sini," ucap Baekhyun.

Hera memeluk erat leher Baekhyun. Rasanya dia ingin menangis. Baekhyun
melangkahkan kakinya keluar dari gedung itu. Kenapa Suho tak muncul? pikirnya.

___________

Rahyun melihat-lihat berkas yang ada di meja Sehun. Tiba-tiba lampu ruangan mati
dan itu membuat Rahyun terkejut. Pintu ruangan terbuka, menampakkan seorang pria dengan
pakaian serba hitam dan topi hitam di kepalanya. Rahyun melihat ke arah pintu dan melihat
remang-remang pria itu. Rahyun menganggap orang itu adalah suaminya.

"Ajhussi?" tanya Rahyun memastikan.

Tak ada jawaban. Pria itu melangkah mendekati Rahyun. Rahyun yang mulai takut
pun berdiri. Dia melangkah mundur. Senyuman sinis terukir di bibir pria itu. Kaki Rahyun
terasa lemas, dia langsung terduduk di atas lantai. Pria itu mendekati Rahyun dan
menyuntikan cairan ke leher Rahyun. Rahyun langsung pingsan tak berdaya. Pria itu
langsung menggendong Rahyun dan membawanya pergi keluar.

___________

Terjadi padam listrik di gedung Sekwang dan rapat yang tengah berjalan terpakasa di
tunda. Sehun yang perasaannya tak enak tentang Rahyun segera berlari menuju ruangannya.
Dia masuk ke dalam ruangannya dan menyalakan senter ponselnya.

"Rahyun-ah!"

Tak ada sahutan dan di ruangan itu pun tak ada siapapun.

"Oh Rahyun!" teriak Sehun mencari Rahyun hingga sudut ruangan. Namun Rahyun
tak ada di ruangan itu.

Sehun segera menghubungi ponsel Rahyun. Namun terdengar suara nada dering
ponsel Rahyun. Dia meraih ponsel Rahyun yang tergeletak di meja kerjanya.

"Kau pergi ke mana?" guman Sehun kawatir.

____________
METTLE

Bagian 18 ”Rahyun”
Kini listrik gedung perusahaan Sekwang sudah kembali hidup. Sehun melihat
rekaman CCTV, dan dia melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam gedung. Dia
memperhatikan seksama, Sehun mengenal orang itu, dari gaya berpakaiannya yang serba
hitam. Sehun keluar dari ruangan itu, dia menyuruh seketarisnya untuk mengumpulkan
semua tim keamanan perusahaan.

Sehun mengusap wajahnya dengan kasar. Saat ini tim keamanan perusahan berbaris
rapi di hadapannya. Sehun menahan amarahnya. Dia menatap tajam tim keamanan
perusahaan.

"Kalian sangat tidak becus menjalankan tugas kalian!" bentak Sehun.

Mereka semua menunduk tak berani kepada Sehun.

"Apa aku harus memecat kalian?" tanya Sehun marah.

Mereka semua terdiam.

"Anida. Itu tak ada gunanya. Aku akan mengurangi gaji kalian," putus Sehun dingin
sambil melangkah meninggalkan mereka.

___________

Baekhyun membawa Hera ke apartemen wanita itu. Dia mendudukkan Hera di sofa.
Dia segera melangkah ke dapur, membawakannya air dan memberikan segelas air putih
kepada Hera. "Minumlah."

Hera menerimanya dan meneguk air putih itu. Hera menyimpan gelas itu di atas meja.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau bisa diculik?" tanya Baekhyun ketika Hera sudah
tenang.

"Ketika aku mau berangkat ke rumah sakit. Ada orang yang membiusku dan pingsan.
Aku tak tau apa-apa. Ketika aku bangun, ternyata aku sudah berada di bangunan itu," jawab
Hera.

"Suho. Dia orang itu, kan?"

Hera mengangguk.

"Kenapa dia menculikmu? Dan anehnya kenapa dia tak ada saat aku ke sana? Apa dia
pergi ke suatu tempat?"

"Aku tak tahu. Aku tak tahu," dusta Hera. Baekhyun menghela nafasnya.

___________
"Ajhussi, kenapa kau mengikutiku terus dari pagi?" tanya Suhyun yang kesal pada
seorang pria berpakaian hitam.

"Tuan Oh Sehun menyuruh saya untuk menjaga nona," jawab pria itu.

"Ah, Kakak ipar yang menyuruh Ajhussi," Suhyun mengangguk mengerti.

"Ayo kita pulang, nona," ucap Pria yang bernama Tao itu. Tao adalah salah satu orang
suruhan Sehun.

"Tapi.."

"Lee Suhyun, ayo kita pulang bersama," ucap Lay yang tiba-tiba datang dan langsung
merangkulnya.

Suhyun terlihat bingung.

"Anda harus pulang bersama saya, nona," kata Tao.

"Dia siapa?" bisik Lay pada Suhyun.

"Dia.. teman kakakku."

"Kenapa dia memanggilmu dengan sebutan nona dan bicaranya itu sangat formal
padamu?" bingung Lay.

Suhyun tertawa kikuk. "Ania.. Lay-ya, mianhae. Kurasa aku tak bisa pulang
bersamamu. Mungkin lain kali."

"Ah.. gwaencanha," Lay terlihat kecewa.

Tao melangkah pergi dan Suhyun mengikutinya dari belakang.

___________

Saat ini Sehun berada di ruangannya. Sehun duduk di kursi, dia memijit pelipisnya.
Dia sudah menyewa detektif dan menyuruh beberapa orang untuk mencari Rahyun. Suara
nada dering terdengar berasal dari ponselnya. Sehun segera mengangkatnya.

Tao menelepon bosnya. "Saya sudah menjemputnya. Apa saya harus mengantarnya
ke rumah, Tuan?"

Sehun memikirkan tempat mana yang aman untuk Suhyun. Dia tak ingin adik iparnya
juga diculik oleh Suho."Jangan! Bawa dia ke tempat Kai!" putus Sehun ketika Kai melintas di
pikirannya.
"Ne. Saya mengerti," ucap Tao. Setelah itu sambungan telepon terputus karena Sehun
memutuskannya.

Tao menyimpan ponselnya.

"Kita akan ke mana Ajhussi?" tanya Suhyun.

"Kita akan pergi ke tempat teman Nona Rahyun."

"Ke teman kakakku? Nuga? Ah, Kai oppa?" tebak Suhyun.

Tao hanya mengangguk.

___________

Di sebuah kamar yang hanya di cahayai oleh sinar matahari sore hari yang tembus
lewat jendela yang dilapisi oleh besi, Rahyun membuka matanya. Dia tersadar kalau dia
berada di tempat yang asing. Rahyun bangkit dan turun dari ranjang. Dia mendekati pintu
kamar itu dan mencoba membukanya. Namun nihil, pintu itu terkunci. Rahyun menggedor-
gedor pintu itu. "Tolong! Buka pintunya!" teriak Rahyun.

Beberapa kali menggedor pintu dan berteriak, dia memutuskan menyerah. Tak ada
satu orang pun yang akan mendengarnya. Rahyun terduduk, menyender pada pintu dan
memeluk lututnya.

"Ajhussi, tolong aku," lirihnya.

Dia meneteskan air mata. Dia sangat takut.

____________

D.O dan Hani menuju Studio Kai menggenakan motor milik D.O. Mereka berlari
masuk ke dalam Studio begitu sampai.

"Apa benar Rahyun diculik?" tanya Hani dengan suaranya yang nyaring.

"Ssstt.. Suhyun sedang tidur," kata Kai sambil menunjuk Suhyun yang tertidur di sofa.

"Kau tidak bercanda, kan?" D.O mengeluarkan suaranya.

"Tidak. Bagaimana aku bercanda hal yang seperti itu? Tadi Suami Rahyun
meneleponku, dia meminta untuk menjaga Suhyun, dan mengatakan kalau Rahyun diculik,"
jelas Kai.

"Kau tahu siapa yang menculik Rahyun?" tanya Hani.

Kai menggeleng pelan. "Namun, penculiknya adalah yang menculik Suhyun dulu."
"Mwo?!"

____________

Malam begitu sepi dan sunyi. Sehun berdiri di dekat sendela sambil bersedekan dan
membiarkan jendela itu terbuka, membiarkan udara dingin masuk ke dalam kamarnya. Sehun
menutup matanya untuk menenangkan pikirannya.

"Rahyun-ah.." gumannya.

Sehun membuka matanya saat mendengar suara ribut yang berasal dari luar
kamarnya. Dia melihat ke arah pintu dan melihat Nenek dan Ayahnya yang masuk ke dalam
kamarnya.

"Cucuku.." Nenek Oh menghampiri Sehun dan memeluk cucu kesayangannya itu.

Sehun hanya diam tak membalas pelukan neneknya.

Nenek Oh yang menyadari sikap Sehun, segera melepas pelukannya.

"Apa yang terjadi?" tanya Nenek Oh sambil mengelus pipi cucunya.

Sehun tak menjawab dan hanya menggeleng pelan. Dia melihat ke arah Tuan Oh yang
sedang menatapnya tajam.

"Abeoji sudah tahu?" tanya Sehun pada ayahnya.

"Jadi itu benar kalau Rahyun diculik?" Sehun mengangguk.

Tuan Oh tersenyum kecil. "Baguslah," katanya sambil melangkah keluar kamar


Sehun.

Sehun dan Nenek Oh terkejut mendengar perkataan Tuan Oh. "Apa maksud Abeoji?
Bagus? Apanya yang bagus? Istriku diculik," ucap Sehun dengan suara yang tinggi.

"Dia hanya memanfaatkanmu. Dia hanya ingin kekayaan keluarga kita."

"Tidak. Rahyun bukan orang seperti itu. Aku yang pertama kali mengejarnya.." Sehun
terdiam sebentar, dia menatap tajam Ayahnya. "Apa jangan-jangan Abeoji dibalik ini semua?
Kau menyuruh Suho untuk menculiknya, kan?" tuduh Sehun.

Tuan Oh menghampiri Sehun, dan langsung menampar pipi anaknya itu.

"Beraninya kau menuduh Ayahmu sendiri demi wanita jalang itu?" bentak Tuan Oh.

"Jangan panggil Rahyun dengan panggilan itu. Dia wanita baik-baik dan dia adalah
istriku!" teriak Sehun.
Nenek Oh menampar pipi Sehun. Sehun memegang pipinya dan menatap Neneknya
tak percaya.

"Di mana sopan santunmmu? Menuduh dan meneriaki ayahmu sendiri," ucap Nenek
Oh.

Sehun menundukkan kepalanya.

____________

Rahyun tertidur setelah ia menangis, masih dengan posisinya. Duduk sambil memeluk
lututnya. Suara kunci pintu terbuka, dan pintu sulit terbuka akibat Rahyun menghalangi.
Rahyun terbangun dan terkejut, dia segera berdiri. Seseorang masuk ke dalam kamarnya,
Rahyun melangkah mundur. Orang itu seorang pria. Rahyun mengerutkan dahinya,
sepertinya mengenal pria itu.

"Nu.. nuguseyo?" Suara Rahyun bergetar ketakutan.

Pria itu membuka topi yang dipakainya memperlihatkan wajahnya dengan jelas. "Kau
seharusnya mengenalku."

Rahyun membulatkan matanya. Dia tahu siapa pria yang dihadapannya saat ini.
"Samchon.."

"Ternyata kau masih ingat," ucap Suho.

Rahyun melangkah mundur. "Andweyo.." tubuhnya bergetar ketakutan.

"Kenapa? Kau takut?"

"Apa yang Samchon mau?"

"Berikan adikmu padaku."

"Tidak akan."

"Apa harus kau saja untuk menggantikannya? Aku sudah menjual adikmu kepada
seseorang yang kaya melebihi kekayaan keluarga suamimu. Dan orang itu sekarang
menagihnya."

Rahyun terdiam. Dia memikirkan cara untuk melarikan diri dari pria yang dulu pernah
menjadi paman kesayangannya itu. Namun itu pupus ketika Suho mengambil semua uang
milik Ayah dan Ibunya. Suho adalah adik dari Ibunya. Rahyun berlari melewati Suho,
membuka pintu ruangan itu dan berusaha keluar dari rumah itu. Rahyun sudah keluar dari
rumah kosong itu dan Suho masih tetap mengejarnya. Rahyun berlari ke jalan raya. Suho
mencengkam tangan Rahyun. Rahyun mencoba menarik dan melepaskan tangannya dari
cengkaman tangan Suho. Posisi mereka berada di tengah jalan, sebuah truk melaju kencang
ke arah mereka. Brukkk. Tubuh Rahyun terjengkang ke belakang. Kepalanya membetur
trotoar jalan. Truk itu berhenti. Namun, kembali melaju. Rahyun meringis kesakitan.
Pandangannya buram, dia melihat Suho yang tergeletak dengan bercucuran. Rahyun perlahan
menutup matanya.

____________

Suhyun terbangun dari tidurnya. Keringat bercucuran membasahi pelipisnya. Dia


gelisah, dia bermimpi buruk tentang kakaknya. Kai menghampiri Suhyun ketika menyadari
Suhyun sudah bangun.

"Ada apa? Kau bermimpi buruk?" tanya Kai.

Suhyun mengangguk perlahan. "Rahyun-eonni, dia baik-baik saja, kan?"

Kai terdiam, dia bingung menjelaskan semuanya pada Suhyun. "Dia diculik," ucap
Kai pada akhirnya.

Suhyun tiba-tiba menangis. "Eonni," isaknya.

Kai memeluk Suhyun mencoba untuk menenangkannya.

____________

Tiga hari kemudian, Sehun mendengar kabar kematian Suho yang tertabrak. Dia
ditemukan tanpa nyawa oleh warga. Namun Sehun belum menemukan Rahyun.

Sehun masuk ke dalam kamar ayahnya.

"Ada apa Abeoji memanggilku?"

"Hentikan semuanya. Rahyun tak perlu dicari lagi," perintah Tuan Oh pada Sehun.

"Abeoji.." Sehun menatap Ayahnya tak percaya.

"Dia pasti kembali dengan sendirinya kalau dia ingin. Jadi tak perlu menyuruh banyak
orang untuk mencarinya dan menghabiskan uang. Bukankah Suho sudah mati."

"Aku akan tetap mencarinya."

"Jika kau tetap mencarinya. Aku akan memecatmu dan juga pergilah dari rumah ini."

Sehun menahan amarahnya, dia pergi keluar dari kamar Tuan Oh dan membanting
pintu dengan keras.

Sehun masuk ke dalam kamarnya. Dia menatap piguran yang berisikan foto Rahyun.
Dia mengambil buku diary Rahyun. Dia mengelus diary itu.
"Rahyun-ah, Neo jigeum eodiseo?"

_____________

Sebuah ruangan, seorang wanita terbaring dengan perban yang terbalut di kepalanya
dan infusan. Wanita itu adalah Rahyun. Seorang pria masuk ke dalam ruangan itu. Pria itu
duduk di ranjang dan menatap Rahyun.

"Wanita cantik, apa yang sebenarnya terjadi padamu?"

Pria itu melihat cincin yang melingkar di jari manis Rahyun.

"Kau sudah menikah?"

_____________

Hera terkejut mendengar kematian Suho. Dia sedikit lega akan hal itu. Dia juga
khawatir akan Rahyun. Dia bertanya-tanya apa yang terjadi pada Rahyun saat ini.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Baekhyun mengagetkannya.

"Ania," jawab Hera.

"Kalau begitu ayo. Haelmoni ingin bertemu denganmu," ajak Baekhyun.

Mereka masuk ke dalam mobil hitam milik Baekhyun. Baekhyun melajukan mobil
mereka.

"Kenapa Haelmoni ingin bertemu denganku?" tanya Hera.

Baekhyun tersenyum misterius. "Aku tak tahu," jawab Baekhyun.

"Ah.. Rahyun, dia sudah ketemu?"

"Belum. Tapi Sehun menghentikan pencarian Rahyun karena Samchon


menyuruhnya."

"Kenapa?"

"Aku tak tahu,"

_____________

Satu tahun sudah berlalu. Di sebuah ruangan kerja, meja penuh dengan berkas-berkas.
Pria itu membaca dan menandatangani berkas-berkas yanga ada di hadapannya. Sehun, pria
itu menyibukkan dirinya kepada pekerjaannya setelah istrinya menghilang entah ke mana.
Seorang masuk ke dalam ruangan Sehun.

"Waktunya istirahat, ayo makan," ajak Baekhyun, kakak sepupu Sehun.

"Aku tahu. Aku tak lapar, Kau makan sendiri saja."

"Oh Sehun, kau terlalu sering melewatkan makan siangmu. Kau lama-lama akan
sakit."

"Aku tahu, tapi tak akan membuatku mati jika aku melewatkan makas siang."

"Hentikan sifat kekanak-kanakkanmu. Kau sudah dewasa. Lupakanlah dia! Cari


wanita yang lebih cantik dari Rahyun."

"Bagaimana kau mengatakan itu dengan mudahnya? Melupakannya? Dia istriku.


Sampai sekarang aku tetap mencintainya."

"Dia takkan pernah kembali," ucap Baekhyun.

"Aku yakin dia akan kembali," yakin Sehun.

____________

Di sebuah apartemen, terdengar suara tangisan bayi. Seorang wanita berusaha


menghentikan tangisan bayi laki-laki itu. Wanita itu adalah Rahyun. Seorang pria bernama
Kris Wu masuk ke dalam kamar tempat Rahyun dan bayinya yang baru berumur empat bulan
itu.

"Beri dia ASImu," ucap Kris.

"Sudah, tapi dia tak mau, oppa."

Kris mendekati Rahyun.

"Kau sudah mengganti popoknya?"

Rahyun menggeleng pelan.

Kris pun menidurkan bayi bernama Wu Won itu di atas kasur. Tangis Won berhenti
ketika pria itu membuka popoknya.

"Oppa, sangat ahli dalam hal ini," ucap Rahyun sambil mengacunginya jempol.

"Kau harus belajar lebih banyak. Dia ini anakmu," ucap Kris.

"Ne."

Won langsung tertidur setelah Rahyun menyusuinya.


"Fany-ya, Aku harus ke rumah sakit dulu. Kau jaga rumah baik-baik," pamit Kris.

Rahyun mengangguk. Dia melambaikankan tangannya pada Kris.

Rahyun tak ingat pada dirinya sendiri. Namanya pun dia tak tahu. Kris memanggilnya
dengan nama Fany. Beberapa hari setelah sadar, Rahyun sering mual-mual dan Kris yang
notabenya adalah dokter, langsung mengetahui kalau Rahyun itu sedang hamil. Kris menjaga
Rahyun dengan baik dan dia sudah menganggap Rahyun sebagai adiknya sendiri.

Rahyun melangkah menuju dapur. Dia membuka lemari es berniat memasak, namun
dia menemukan fakta kalau bahan masakan sudah habis.

Wanita itu masuk ke dalam kamarnya. Dia terkejut melihat Won yang sudah
terbangun dari tidurnya.

"Kenapa kamu tidur begitu sebentar?" tanya Rahyun pada Won sambil
memangkunya.

Won hanya tertawa sambil menendang perut Rahyun.

"Kau sudah berani ya pada eomma," Rahyun mencubit pipi kembi Won.

"Ah, bagaimana kita pergi ke supermarket? Eomma ingin membeli bahan masakan."

Won hanya berteriak senang. "Kaja!" ajak Rahyun.

___________

Rahyun memilih sayuran dengan Won berada dalam gendongannya. Di sisi lain
terdapat Hani yang sedang memilih bawang.

Hani telah selesai memilih bawang dan hendak pergi. Namun dia terpaku melihat
seorang wanita yang begitu mirip dengan Rahyun.

Hani bergegas mendekati wanita itu.

"Permisi," ucap Hani.

Rahyun berbalik. "Ne?"

Hani menutup mulutnya terkejut.

"Rahyun-ah.."

"Rahyun? Maaf sepertinya anda salah orang," ucap Rahyun.

Hani menggeleng, dia yakin kalau di hadapannya itu benar-benar Rahyun. Tapi dia
mengerutkan dahinya saat melihat bayi dalam gendongan Rahyun.
"Bayi ini anak anda?"

"Ne. Ini anak saya."

Hani menyipitkan matanya. "Sepertinya saya salah orang," ucapnya sambil tersenyum
kaku. Dia membungkukkan badannnya dan langsung melangkah pergi.

Hani masuk ke dalam mobil. Di dalamnya ada D.O.

"Aku bertemu dengan wanita yang mirip dengan Rahyun," ucap Hani pada D.O.

"Sungguh?"

"Tapi aku tak yakin kalau dia adalah Rahyun."

____________

Sehun melakukan riset di sebuah supermarket. Dia memilih buah apel kesukaan
neneknya. Seorang wanita berdiri di samping Sehun dan mulai memilih apel juga. Sehun
melihat tangan wanita itu dan melihat cincin yang melingkar.

"Rahyun-na.."

Sehun langsung melihat ke arah samping. Dia melihat wajah wanita itu dari samping.

"Rahyun-na.." lirihnya.

Wanita itu berbalik ke arahnya dan menatapnya. Dia tersenyum kecil pada Sehun.
Sehun menundukkan kepalanya. Dia mentertawakan dirinya sendiri. Wanita itu bukan
Rahyun, istrinya. Sehun memutuskan melangkah pergi. Seketarisnya datang menghampirinya
dan berjalan sejajar di sampingnya.

"Sajangnim, jadwal selanjutnya kita akan rapat di Shanky Hotel," ucap Seketaris
Sehun yang bernama lengkap Joon Domi. Gadis cantik, ramah tamah, dan dia sangat teliti.

"Aku tak akan menghadiri rapat itu. Kau saja yang menghadirinya," perintah Sehun.

"Tapi Sajangnim.." Sehun tak memperdulikan Seketarisnya itu. Dia berjalan


mendahului Domi.

Sehun memainkan ponselnya, dia mengetik pesan kepada Kai. Karena terlalu fokus
pada ponselnya, tak sengaja Sehun menabrak seseorang. Membuat kantong plastik orang
yang ditabraknya itu terjatuh ke lantai dan belanjaan orang itu tercecer di lantai. Terdengar
suara tangisan bayi yang terkejut akibat kejadian itu.

"Maafkan aku," Sehun meminta maaf pada orang itu. Dia mengambil belanjaan yang
tercecer di lantai itu dan memasukannya ke dalam kanting plastik.
Setelah mengambil semuanya, dia memberikan kantong plastik itu kepada
pemiliknya. Sehun tak melihat wajah orang itu, dia melihat bayi yang menangis berada
digendongan orang itu. Orang itu mencoba menenangkan bayinya. Sehun melihat wajah
orang itu. Wajah yang ia rindukan selama ini. Orang yang selama ini ia cari kini ada berada
tepat di hadapannya. Dia lalu melihat bayi yang dipangku oleh orang yang mirip Rahyun itu.
Dia menyeritkan dahinya bingung.

"Terima kasih, Tuan," ucap wanita itu sambil tersenyum.

Sehun yakin kalau yang berada di hadapannya itu adalah Rahyun, meskipun dia tak
berkacamata seperti Rahyun. Namun kenapa istrinya itu tak mengenalnya. Tapi siapa anak
yang dipangkuan Rahyun? tanya Sehun dalam pikirannya.

Rahyun telah membuat bayinya berhenti menangis, dia pun melihat Sehun dan hendak
mengambil alih kantong plastik itu, namun Sehun tak melepaskannya. Rahyun pun menyerah.
Sehun menatap tajam Rahyun, membuat wanita itu kebingungan.

"Kau tidak mengenalku?" tanya Sehun.

Rahyun menyeritkan dahinya. "Kau mengenalku? Apa kita pernah bertemu


sebelumnya?" Rahyun malah balik bertanya.

Sehun tak menjawab pertanyaan Rahyun, dia melihat bayi yang digendong Rahyun,
dia tersenyum tipis. "Bayi ini anakmu?"

Rahyun mengangguk.

"Mana suamimu? Kau ke sini dengan suamimu?" Rahyun menggeleng.

"Jadi kau ke sini hanya berdua? Ah, kau akan pulang?"

"Ne."

"Bisakah aku mengantarmu pulang? Ini sebagai permintaan maafku karena telah
menabrakmu dan membuat anakmu menangis," tawar Sehun.

"Tak usah, terima kasih," tolak Rahyun.

"Kau tahu, aku tipe orang yang tak suka dengan penolakan. Jadi aku akan
mengantarmu," paksa Sehun.

Sehun melangkah mendahului Rahyun sambil membawa kantong plastik yang berisi
belanjaan itu. Rahyun memegang dadanya, jantunya berdetak kencang tak seperti biasanya
dan rasanya dia mengenal pria itu. Dia menghela nafasnya. Dia pun mengikuti Sehun dari
belakang.

Saat sudah sampai di parkiran, Sehun menghampiri Domi yang berdiri di samping
mobilnya. Dia menyuruh Domi untuk pergi ke Shanky Hotel menggunakan taksi. Domi
mematuhi perintah Sehun dan melangkah pergi.
Rahyun menatap Sehun. "Dia kekasihmu?" tanyanya

Sehun menggeleng. "Bukan, Dia seketarisku," jawabnya.

Rahyun menghela nafas lega. Rasanya lega mendengar jawaban Sehun. Entah kenapa
rasanya lega sekali.

Sehun membuka pintu mobil untuk Rahyun dan menyuruhnya masuk. Rahyun pun
masuk ke dalam mobil. Sehun pun masuk ke dalan mobilnya. Dia menyalakan mesin mobil
dan melajukan mobilnya.

Pria itu sesekali melirik Rahyun yang sedang bercanda dengan bayinya. Namun
Sehun kembali fokus untuk menyetir. Dia kembali melirik Rahyun yang sepertinya sangat
bahagia. Bayi yang didekapannya itu pun berceloteh ria.

"Boleh aku tahu namamu?" Tanya Sehun.

"Nae ireumeun Fany imnida,66" jawab Rahyun.

"Fanny? Kalau nama anakmu?"

"Wu Won. Namanya Wu Won. Ah, kalau Tuan sendiri?"

"Wu Won. Nama yang bagus. Namaku Oh Sehun. Dan mulai sekarang jangan panggil
aku Tuan, panggil aku Ajhussi," ucap Sehun.

Rahyun tertawa kecil. "Ajhussi? Tuan apa kamu bercanda? Kenapa aku harus
memanggilmu dengan sebutan 'Ajhussi'?"

"Tidak. Aku tak bercanda. Dulu ada seseorang yang memanggilku Ajhussi. Dan
sekarang aku ingin kau yang memanggilku dengan sebutan itu," jelas Sehun.

Rahyun mengangguk mengerti. "Arraseumnida, Ajhussi," ucap Rahyun sambil


tersenyum. Lalu dia menyubit gemas pipi anaknya.

"Won-ah, kau tahu? Entah kenapa hati Eomma begitu senang saat ini," ucap Rahyun
dalam hatinya.

Mereka telah sampai di sebuah gedung apartemen, tempat tinggal Rahyun. Rahyun
menyuruh Sehun untuk mampir dulu ke apartemennya. Sehun pun dengan senang hati
mengiyakannya. Sehun melihat apartemen Rahyun yang rapi itu. Rahyun masuk ke dalam
kamar, dia membaringkan Won yang telah tertidur lelap. Rahyun pun keluar kamar dan
menghampiri Sehun yang sedang melihat-lihat apartmennya.

"Kau tinggal di sini bersama suamimu?" tanya Sehun. Dia merasa aneh karena tak ada
foto yabg terpajang di dinding atau di mana pun.

"Ania, aku tinggal bersama kakakku," jawab Rahyun.

66
Nama saya Fany
"Lalu suamimu?"

Rahyun terdiam. Dia menundukkan kepalanya. "Aku tak punya suami. Ah, mungkin
saja aku punya. Tapi aku tak tahu dia ada di mana," jelas Rahyun.

"Kenapa kau tak tahu?"

"Aku mengalami kecelakaan dan Kris-oppa menemukanku. Aku pun mengalami


amnesia. Aku tak kenal siapapun, bahkan namaku pun aku tak tahu. Tapi aku pun menerima
kenyataan kalau aku sedang mengandung. Aku tak tahu siapa ayahnya Won. Kris-oppa juga
bilang padaku, mungkin saja aku telah menikah. Saat menemukanku, aku telah memakai
cincin ini," ujar Rahyun sambil menunjukkan cincin yang melingkar manis di jari manisnya.

Sehun menatap cincin itu. Dia menatap wajah Rahyun. Dia memang Rahyunnya.

Rahyun terkekeh. "Kenapa aku berbicara masalah pribadiku, ya? Padahal kita baru
kenal."

Sehun memegang tangan Rahyun. Rahyun kebingungan atas tindakan Sehun itu.

"Rahyun-ah!" panggil Sehun.

"Ajhussi, namaku bukan Rahyun," Rahyun hendak melepaskan genggaman tangan


Sehun.

Namun Sehun malah menggenggam lengannya dengan erat dan jarak di antara
mereka begitu dekat.

"Kau Rahyun. Lee Rahyun. Ani, kau Oh Rahyun, Istriku," ucap Sehun.

"Ajhussi, kau gila?" panik Rahyun.

"Mungkin saja, bahkan lebih gila menurtmu jika aku melakukan ini," Sehun
mendekatkan wajahnya ke wajah Rahyun. Dia langsung menciumnya. Perlahan tapi pasti.

Rahyun terbelalak, dia saangat terkejut. Sehun menciumnya begitu lembut dan wanita
itu terlarut dalam ciuman Sehun, tak menolak pria itu. Sehun memegang pinggang Rahyun,
mempersempit jarak antara mereka. Rahyun perlahan melingkarkan tangannya di leher
Sehun.

Pintu apartemen terbuka, menampakkan Kris. Kris masuk ke dalam apartemennya dan
betapa terkejutnya saat dia melihat adegan ciuman itu.

"Fanny!" teriak Kris.

Mereka berdua terkejut dan langsung menghentikan kegiatan mereka. Kris


menghampiri mereka berdua. Dia langsung menghajar Sehun. Sehun tersungkur kebelakang.
Rahyun terkejut karena hal itu. Lalu dia menghentikan Kris yang akan memukul Sehun lagi.

"Hentikan oppa!" pinta Rahyun.


"Siapa dia? Kenapa kau berciuman dengannya?" tanya Kris tampak marah.

"Dia bilang aku adalah istrinya," jawab Rahyun.

"Mwo? Kau istrinya? Fany-ya. Bagaimana kau langsung percaya padanya?


Bagaimana kalau dia penipu?" ucap Kris dengan dingin. Kris melihat ke arah Sehun. "Kau
pergilah dari apartemenku! Jangan pernah mengganggu dan jangan berusaha menipu Fany!"
teriak Kris pada Sehun.

Sehun memegang pipinya yang terasa nyeri akibat pukulan yang diluncurkan oleh
Kris. Dia perlahan bangkit dan tersenyum sinis.

"Aku bukan penipu. Aku berkata jujur," ucap Sehun.

Kris tak percaya. "Pergilah! Sebelum aku memanggil polisi," perintah Kris.

Sehun menghampiri mereka berdua. "Baiklah aku akan pergi," ucapnya. Sehun
melangkah perlahan, dia melangkah melewati Rahyun. "Tunggu aku, aku akan datang
kembali," bisik Sehun.

_____________

Di sebuah restoran terlihat seorang pria yang duduk di salah satu kursi. Pria itu
menunggu seseorang. Dia menghisap kopinya. Kai, dia sedang menunggu Sehun. Sehun
mengajaknya bertemu di restoran ini. Tapi, sudah tiga puluh enam menit pria itu belum
menunjukkan batang hidungnya.

"Apa dia mempermainkanku?" kesal Kai.

Kai mengambil ponselnya dalam saku. Dia langsung menelepon Sehun.

"Neo jigeum eodiseo? Yak! Kau ini mempermainkanku?" Tanya Kai kesal saat Sehun
mengangkat teleponnya.

"Aku sudah tiba," jawab Sehun.

Kai langsung menutup teleponnya saat Sehun sudah duduk di hadapannya.

"Kau yang membuat janji. Tapi kau yang terlambat. Bagaimana bisa kau menjadi
direktur? Ahya, kau kan bekerja di perusahaan Ayahmu," ejek Kai.

Sehun tak menanggapi ejekan Kai. "Mian, tadi aku ada urusan."

"Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Rahyun."

Kai menghela nafasnya. "Aku tak tahu dia di mana. Aku sudah bilang beribu-ribu
kali, kalau aku tak tahu Rahyun di mana."
"Aku tahu dia di mana," ucap Sehun.

Kai terkejut. Dia langsung menatap Sehun penasaran. "Kau sudah menemukannya?
Di mana dia sekarang?"

"Dia sekarang sedang bersama malaikat penolongnya," ucap Sehun.

"Malaikat penolong? Yak! Kau bercanda denganku?"

"Ania. Aku mengatakan sejujurnya. Ah, Rahyun, wanita itu semakin cantik dan dia
sekarang mempunyai bayi yang sangat tampan sepertiku."

Kai kesal bukan main kepada pria yang di hadapannya ini. "Dia punya bayi?"

Sehun mengangguk. "Ya, dia ternyata melahirkan buah hati kami." Sehun tertunduk,
dia sangat sedih. Dia tak tahu menahu kalau dulu Rahyun itu sedang hamil dan dia juga tak
ada saat Rahyun melahirkan.

"Kau yakin bayi itu anakmu? Mungkin saja Rahyun amnesia dan dia menikah dengan
seseorang dan mereka mempunyai anak," pikir Kai.

Sehun menggeleng. LaluvSehun memanggil pelayan. Dia ingin memesan teh. Seorang
pelayan wanita menghampiri mereka. Sehun memiringkan kepalanya saat melihat wajah
pelayan itu. Pelayan itu juga terkejut saat melihat Sehun. Kai pun melihat pelayan itu, dia
mengerutkan dahinya heran.

"Lee Suhyun! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sehun.

Gadis itu tertawa canggung. "Seobangnim! Kai-oppa!" sapa Suhyun kikuk.

Suhyun duduk di sebelah Kai. Dia menudukkan kepalanya, takut terkena marah
Sehun dan Kai, karena ketahuan bekerja paruh waktu.

"Kenapa kau bekerja di sini? Apa masih kurang dengan biaya kuliah yang kuberikan
padamu?" tanya Sehun.

Suhyun menggeleng.

"Yak! Kim Kai. Jangan-jangan kau yang menyuruhnya bekerja. Kau tak
memperlakukan Suhyun dengan baik? Ah, aku tak percaya padamu. Bagaimana kau bisa
melakukannya pada adik iparku?" Tuduh Sehub pada Kai.

"Yak! Ania. Aku memperlakukan Suhyun dengan baik. Aku memberikannya makan
dan selalu membantunya ketika dia kesusahaan saat mengerjakan tugas sekolahnya," bantah
Kai.

"Seobangnim, Kai-oppa. Jadi begini, aku bekerja karena aku tak ingin merepotkan
kalian berdua. Selama ini aku selalu merepotkan, padahal aku bukan siapa-siapa kalian," jelas
Suhyun.
"Kenapa kau berpikiran seperti itu? Kau itu adik iparku, adik dari Rahyun. Jadi aku
tak merasakan direpotkan," ucap Sehun.

"Aku pun tak merasakan direpotkan. Kau itu sudah kuanggap adikku sendiri, Suhyun-
na," kali ini Kai yang bersuara.

Suhyun tersenyum pada mereka. "Tapi tetap saja," lirihnya.

"Sudahlah, kau mulai hari ini berhenti bekerja. Kau harus fokus dengan kuliahmu.
Jika tidak, aku akan marah Lee Suhyun," ancam Sehun.

Suhyun menunduk. Dia perlahan mengangguk.

"Ayolah, jangan seperti ini lagi," ucap Kai sambil mengacak-ngacak rambut Suhyun
dan langsung memeluk pundak Suhyun.

"Oppa!" Kesal Suhyun karena Kai telah mengacak-ngacak rambutnya. Suhyun


langsung membenarkan tatanan rambutnya.

Sehun dan Kai tersenyum.

"Suhyun-na. Kau ingin bertemu dengan Rahyun?" tanya Sehun.

Suhyun mengangguk. "Ouh, kapan seobangnim bisa menemukannya? Aku sangat


merindukan Eonni," sedihnya.

"Kau akan segera bertemu dengannya. Aku akan membawanya kembali untukmu,"
ujar Sehun.

"Jinjja?"

Sehun mengangguk.

"Kau benar-benar tahu di mana Rahyun berada?" tanya Kai.

"Ya. Aku tahu," jawab Sehun.

____________

Hera, wanita itu telah resmi menjadi istri Baekhyun enam bulan yang lalu. Hera dan
Baekhyun tinggal di rumah keluarga Oh. Karena Tuan Oh yang meminta mereka. Nenek Oh
juga sekarang tinggal di rumah itu. Hera sedang menyiram tanaman bersama Nenek Oh di
halaman rumah.

"Kau sudah memakan vitaminmu?" tanya Nenek Oh.

"Sudah, haelmoni," jawab Hera.


"Kau kembalilah ke kamarmu. Biar aku yang menyiramnya. Kau tak boleh kelelahan
karena kau ini sedang mengandung cucuku," ucap Nenek Oh.

"Menyiram tanaman tidak akan membuatku lelah, haelmoni," tolak Hera.

"Ahya, kau masih bekerja di rumah sakit itu?"

"Ne, tapi sekarang aku mengambil cuti selama tiga bulan. Aku tak ingin
membahayakan bayiku," ucap Hera.

"Baguslah kalau begitu. Tapi aku lebih suka kau berhenti bekerja saja," celetuk Nenek
Oh.

"Haelmoni, aku tak bisa berhenti menjadi dokter. Sangat sulit proses yang kujalani
dulu saat menginginkan gelar itu," ucap Hera.

Mobil Sehun terparkir di halaman, dan pemiliknya langsung keluar dari mobilnya.
Dia melihat Hera dan Nenek Oh. Sehun menghampiri mereka.

"Kenapa kau pulang sangat cepat?" tanya Nenek Oh.

"Aku tadi langsung melakukan riset di supermarket. Lalu aku bertemu dengan
temanku. Aku tak pergi ke kantor hari ini," jawab Sehun.

"Kau bolos kerja?"

"Bisa dibilang begitu, haelmoni. Aku sangat lelah hari ini, badan ku sangat pegal,"
ucap Sehun.

"Kau harus mencari istri. Agar ketika kau pulang bekerja ada yang memijitmu. Dan
juga aku ingin mempunyai cucu darimu Oh Sehun," ujar Nenek Oh.

"Haelmoni jangan seperti itu," ucap Hera.

Sehun terdiam. Dia tak suka saat mendengar neneknya mengatakan hal itu.

"Kenapa aku harus mencari istri? Ingatlah, haelmoni. Aku sudah menikah dan istriku
bernama Rahyun," jelas Sehun.

"Rahyun? Wanita itu tak akan kembali lagi, Oh Sehun."

"Siapa bilang? Aku akan membawanya kembali dan aku pun akan membawa cucu
haelmoni secepatnya. Tunggu saja haelmoni," Sehun melangkahkan kakinya masuk ke dalam
rumah.

___________
Beberapa hari kemudian. Di apartemen Kris, Rahyun mengganti popok anaknya,
Won. Setelah itu dia menggendong Won. Dia memperhatikan anaknya yang sedang
mengoceh tak jelas.

"Won-ah. Apa benar Ajhussi itu suami eomma? Apa dia benar Ayahmu?" Tanya
Rahyun pada Won. Rahyun memikirkan pria yang mengaku sebagai suaminya dan
menciumnya beberapa hari yang lalu.

"Tapi kenapa dia tak datang-datang juga? Apa dia penipu seperti yang dibilang Kris-
oppa?" guman Rahyun.

Won tertawa sambil memainkan tangan Ibunya itu.

Suara bel berbunyi, Rahyun bingung siapa yang datang ke apartemen Kris siang
bolong. Rahyun menidurkan Won di box bayi dan memberikan Won mainan, agar dia tak
menangis. Rahyun keluar dari kamarnya.

"Apa itu Kris-oppa? Tapi kenapa dia menekan bel segala? Padahal dia tahu password
apartemennya," heran Rahyun.

Rahyun membuka pintu apartemen.

"Jangan-jangan Ajhussi itu?" tebak Rahyun.

Pintu pun terbuka lebar. Menempakan seorang pria yang sedang tersenyum. "Aku
datang kembali, Rahyun-na," ujar Sehun.

"Ajhussi.." lirih Rahyun.

Sehun mendekati wanita itu dan langsung memeluknya. Rahyun terkejut atas apa
yang dilakukan pria di hadapannya itu. Dia ingin melepaskan pelukan itu. Namun entah
kenapa rasanya nyaman sekali berada dipelukan Sehun.

Beberapa menit kemudian, Sehun melepaskan pelukannya. Dia tersenyum. "Apa kau
baik-baik saja? Kau tahu? Aku sangat merindukanmu, Yeobo," ucapnya membuat Rahyun
salah tingkah.

"Yeobo?" Rahyun benar-benar bingung. Apa benar pria itu adalah suaminya? "Aku
baik-baik saja. Bagaimana dengan Ajhussi?"

"Aku tak baik. Sangat tak baik sejak aku kehilanganmu," ujar Sehun sambil menatap
nanar Rahyun.

Wanita itu menyuruh Sehun masuk ke dalam apartemen. Sehun duduk Dia ruang
tamu. Rahyun menggaruk tengkuknya bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

"Hm.. Kau mau minum apa?" tanya Rahyun.

"Aku tak ingin minum apapun. Duduklah," jawab Sehun sambil menarik tangan
Rahyun dan membuat wanita itu terduduk.
Rahyun selalu dikejutkan dengan apa yang dilakukan pria itu. Rasanya sangat
canggung duduk di samping Sehun.

"Won, Di mana dia? Aku merindukan jagoan kecil itu," tanya Sehun.

"Ah, Won sedang tertidur di kamar," jawab Rahyun.

"Oh, geurae? Bolehkah aku melihatnya?"

Rahyun mengangguk, memperbolehkannya.

Sehun pun bangkit. Dia melangkah ke dalam kamar Rahyun. Di sana dia
mendapatkan Won yang sedang tertidur nyenyak di dalam box bayinya. Sehun
memperhatikan bayi itu yang ia yakini adalah anak kandungnya. Rahyun mendekati box bayi
Won, dia memperhatikan wajah Sehun yang sedang tersenyum sambil memandang anaknya.
Ada kemiripan antara wajah Sehun dan Won, anaknya. Bibir dan mata Sehun begitu mirip
dengan anaknya. Apa benar pria itu Adalah ayah Won sekaligus suaminya? Apa yang di
katakan Sehun adalah benar? Tanya Rahyun di dalam pikirannya.

"Kau benar-benar suamiku?"

Sehun menatap Rahyun. "Kau tak percaya padaku?" Sehun mengeluarkan sebuah map
di balik jasnya. Lalu dia memberikannya pada Rahyun.

Rahyun menerimanya dan membuka map itu. Dia mengeluarkan sebuah kertas di
dalam map itu dan mulai membacanya. Di sana tertulis kalau Sehun dan Rahyun adalah
sepasang suami istri. Di sana pun terdapat fotonya. Rahyun menatap Sehun.

"Kau masih tak percaya padaku? Lee Rahyun? Ania. Oh Rahyun?"

Rahyun bingung. Dia tak tahu harus mengatakan apa. Tiba-tiba kepalanya sangat
pening. Rahyun memegang kepalanya. Sehun mengeritkan dahinya bingung.

"Gwaencanha?" Sehun memegang bahu Rahyun.

Entah dengan dorongan apa, Rahyun langsung memeluk Sehun. Wanita itu memeluk
erat Sehun. Dia menutup matanya mencoba menghilangkan rasa pening di kepala. Sebuah
kenangan lama sedikit demi sedikit mengalir dalam pikirannya. Namun tak ada kenangannya
bersama Sehun. Dia tak menemukan Sehun di sana.

"Apa kau benar-benar suamiku? Aku tak yakin. Tapi kenapa hatiku seolah
mengatakan kalau kau adalah suamiku," ucap Rahyun.

Sehun membalas pelukan Rahyun. "Tak apa kau tak mengingatku. Tapi ikutilah kata
hatimu, karena hati tak akan pernah berbohong. Aku akan berusaha membuatmu
mengingatku kembali, Rahyun-ah," ujar Sehun.

______________
METTLE

Bagian 19 ”Keinginan”
Di apartemen Kris, Sehun menggenggam lama tangan Rahyun. Dia melepaskan
semua kerinduannya. Rahyun, wanita itu hanya diam.

"Aku ingin mengajakmu ke rumahku. Aku ingin kau kembali padaku, Rahyun-ah."

Rahyun menundukkan kepalanya.

"Kau tak mau?" simpul Sehun saat melihat reaksi wanita di hadapannya.

Rahyun menggeleng pelan. "Bukannya aku tak mau. Tapi aku belum yakin, Ajhussi.
Lalu bagaimana dengan Kris-oppa.."

"Pria itu, kau memilih pria itu dari pada aku?"

Rahyun terdiam.

"Jadi benar. Hubungan kalian bukan sebatas adik-kakak. Kurasa kalian saling
mencintai. Percuma aku membawa bukti kalau kau memang istriku," Sehun tersenyum miris.
Dia bangkit dari sofa dan melangkahkan kakinya ke pintu apartemen.

Rahyun hanya diam saja tak mengejar pria itu.

Pintu apartemen terbuka. Seseorang masuk ke dalam apartemen. Sehun tersenyum


melihat kedatangan Kris. Kris membulatkan matanya saat melihat Sehun berada di dalam
apartemennya. Dia hendak menghajar Sehun. Namun segera Sehun menghalaunya. Rahyun
mendekati mereka, dia tak ingin ada keributan.

"Santai. Aku kemari bukan mengajakmu ribut. Tapi aku kemari ingin bertemu istriku
dan anakku dan membawa mereka pergi dari apartemen ini," jelas Sehun.

"Kau tak boleh membawa mereka pergi," tegas Kris.

Sehun tersenyum sinis. "Apa hakmu melarangku? Mereka keluargaku," ucapnya.

"Hakku. Karena aku kakaknya Fany sekaligus paman dari Won."

"Kakak? Bilang saja kalau kau mencintai istriku!" emosi Sehun memuncak.

Kris diam tak berkata apa-apa lagi.

"Lihatlah! Perkataanku benarkan?" Sehun tersenyum sinis, lalu mendengus. "Kau


menang. Kau menang. Rahyun memilihmu dibandingkan diriku, suaminya sendiri. Aku harap
kalian bahagia," ujar Sehun sambil menatap Kris lalu beralih menatap Rahyun.

Rahyun menundukkan kepalanya. Rasanya begitu sakit saat Sehun mengucapkannya.

Sehun menggepalkan tangannya. Dia mencoba menahan amarahnya.

"Aku pergi. Selamat tinggal, Lee Rahyun," lirih Sehun sambil melangkah keluar
apartemen Kris.
Rahyun menatap sedih punggung Sehun. Rasanya dia ingin mengejar Sehun. Namun
dia ragu.

Mobil Sehun terparkir di pekarangan rumah. Dia tak kembali ke kantornya. Dia keluar
dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Hera yang sedang menonton tv melihat Sehun yang
sudah pulang. Dia juga melihat kekesalan di wajah pria itu.

Saat berada di dalam kamar, Sehun membuka jas dan melemparnya sembarangan. Dia
berteriak kesal, lalu duduk di atas ranjang. Dia mengacak-ngacak rambutnya.

"Wae? Kenapa kau harus melupakanku Rahyun-ah?" lirihnya.

Dia membaringkan tubuhnya. Lalu menutup matanya.

Suara ketukan pintu terdengar membuat pria itu bangkit. Perlahan dia mendekati pintu
kamarnya dan langsung membuka pintu itu. Terlihat istri kakak sepupunya sekaligus
temannya yang berdiri di depan pintu kamarnya. Wanita itu tersenyum manis padanya.

"Mwoya?" tanya Sehun.

"Hm.. Haelmoni menyuruhmu untuk ke ruang tamu," jawab Hera.

Sehun mengerutkan dahinya. "Kenapa Haelmoni tahu kalau aku berada di rumah?"

"Tadi Haelmoni menelepon sekretarismu dan sekretarismu bilang kalau kamu itu
tidak masuk kerja."

Hera menepuk bahu Sehun. "Kuharap kau tidak tergoda dengan wanita itu," ucapnya.

"Maksudmu?" tanya Sehun bingung.

Hera hanya mengangkat bahunya. Tak berniat memberi tahu Sehu. Lalu wanita itu
melangkah pergi meninggalkan Sehun dalam keadaan bingung.

Sehun turun dari tangga. Dia melangkah ke ruang tamu. Di sana dia melihat neneknya
yang sedang duduk bersama seorang wanita. Dia pun menghampiri mereka.

"Ada apa, Haelmoni?" tanya Sehun sambil melihat wanita yang duduk di samping
neneknya itu.

"Ah, Sehun-ah. Kenalkan ini Jung Gain. Bukankah dia sangat cantik?"

Sehun tersenyum kaku. Dia tahu niat neneknya. Tak lain berniat menjodohkannya.
"Haelmoni aku sudah bilang. Aku tak ingin dijodohkan dengan wanita manapun," kesalnya.

Nenek Oh berdiri. Lalu memukul perlahan cucunya itu. "Kau harus berkenalan
dengannya dulu. Ajak dia kencan. Kalau tidak aku akan marah padamu," ancamnya.

Sehun mendengus kesal.


Nenek Oh tersenyum. "Gain-ssi, Haelmoni tinggal dulu ya dengan cucuku ini. Dia
pria yang baik, dia tak akan berbuat jahat padamu," ucapnya pada Gain.

"Ne. Haelmoni," ucap Gain.

Nenek Oh berjalan pergi meninggalkan merek berdua. Setelah neneknya pergi. Sehun
duduk di samping Gain. Dia melihat penampilan wanita itu. Dress berwarna biru seluruh dan
high heels yang berwarna putih tulang. Rambut lurus panjang dibiarkan terurai oleh wanita
itu.

"Kau pasti sudah tahu namaku," ujar Sehun.

Gain mengangguk.

Sehun berdehem. "Kau mau pergi jalan-jalan denganku? Haelmoni menyuruhku


untuk mengajakmu kencan, bagaimana pendapatmu? Kau mau?"

Gain tersenyum malu. "Tentu saja, tapi.. Kurasa tak bisa hari ini. Aku harus pergi
bertemu dengan temanku."

"Ah.. Ya, aku pun tak ingin hari ini. Suasana hatiku sedang buruk," kata Sehun.

"Kalau begitu aku permisi. Bilang pada Haelmoni aku harus pergi. Sampaikan salam
maafku."

Sehun mengangguk. Gain melangkah pergi keluar dari rumah keluarga Oh. Pria
berharga Oh itu tak menawarkan tumpangan kepada wanita itu. Dia terlalu malas. Dan dia tak
ingin pergi keluar karena suasana hatinya benar-benar buruk.

Hera menghampiri Sehun. "Kau tergoda dengan wanita itu?" tanyanya.

"Tidak sama sekali," jawab Sehun. "Ah, aku sangat kesal pada Haelmoni," gerutunya.

Keesokan harinya, di sebuah restoran mie kawasan Gangnam. Hani sang pemilik
restoran itu. Hani membersihkan debu yang ada di atas meja. Suara pintunya terbuka
membuat Hani menghentikan aktivitasnya. Dia tersenyum saat tahu siapa yang datang ke
restorannya.

"Kenapa kau datang?" tanya Hani.

"Kau tak suka aku datang kemari?"

"Ani, hanya saja.."

"Aku akan membantumu bekerja," ucap D.O.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?"

"Hari ini aku libur."


D.O mendekati Hani. Dia mengambil alih lap yang dipegang oleh Hani.

"Kenapa sepi sekali sih?" tanya D.O karena tak ada pengunjung yang datang ke
restoran Hani.

"Karena sekarang siang. Restoranku ramainya saat malam hari," jawab Hani.

Pintu terbuka restoran terbuka. Ada pengunjung yang datang. D.O hendak melayani
pengunjung. Namun langkahnya terhenti.

"Sehun?"

"Hai. D.O, Hani apa kabar kalian?" sapa Sehun.

"Baik. Kenapa Oppa jarang berkunjung ke sini? Kau tahu? Ada menu baru yang
kuracik sendiri," ucap Hani sambil mendekati Sehun.

"Sungguh? Aku tak sabar untuk memakannya," ujar Sehun.

"Siapa wanita yang di sebelahmu?" tanya D.O.

"Ah, dia temanku. Gain kenalkan mereka adalah teman-teman istriku. Wanita cantik
ini namanya Go Hani dan pria jelek itu namanya D.O," ujar Sehun.

"Halo. Senang berkenalan dengan kalian," ucap Gain.

"Hai!" Hani melambaikan tangannya.

"Kau mau makan apa?" tawar Sehun.

Gain menggaruk tengkuknya bingung.

"Kalian duduklah. Aku akan mmemasakkan menu baru yang sangat spesial untuk
kalian," ucap Hani lalu melangkah menuju dapur.

"Sekalian aku juga mau," teriak D.O.

Sehun dan Gain duduk di salah satu meja. D.O pun ikut duduk

"Istrimu. Sekarang dia ada di mana?" tanya Gain tiba-tiba.

"Di suatu tempat. Dia sudah bahagia di sana," jawab Sehun.

"Jadi istrimu sudah meninggal? Maaf aku tak bermaksud.

"Apa maksudmu dengan meninggal? Dia sudah bahagia bersama pria pilihannya,"
jelas Sehun sambil menunduk sedih.

"Mwoya? Kau tahu keberadaan Rahyun di mana? Kenapa kau tak memberi tahuku?"
tanya D.O.
"Percuma kalau aku memberitahumu. Karena Rahyun tak mengingat kita lagi," jawab
Sehun.

"Dia amnesia? Katakan di mana dia sekarang! Aku ingin bertemu dengan sahabatku."

"Dia tinggal di dekat sini."

Ada pengunjung yang masuk ke dalam restoran. Seorang pria dan seorang wanita
yang sedang menggendong bayinya. Sehun dan D.O yang melihat mereka langsung berdiri.

"Rahyun-na," lirih D.O.

Sehun dan Rahyun saling menatap satu sama lain. Lalu Sehun menatap sinis pada
Kris yang berdiri di sebelah Rahyun.

"Kau benar Rahyun?" D.O menghampiri Rahyun.

Rahyun terdiam. Kris masih menatap tajam Sehun. Sehun perlahan mendekati
mereka. Gain bingung dengan keadaan itu. Dia berdiri.

"Kau tak ingat aku?" tanya D.O pada Rahyun.

Rahyun menggeleng pelang.

"Wanita ini tak akan pernah mengingatmu D.O-ya. Dia bukan Rahyun, Dia bukan
sahabatmu," ujar Sehun.

Rahyun menatap Sehun. Entah kenapa hatinya begitu sedih ketika pria itu
mengucapkannya.

"Yak! Aku sangat yakin dia itu Rahyun, sahabatku. Ah, aku lupa, kau bilang Rahyun
lupa ingatankan?"

"Hm.. Dia amnesia dan dia menjadi orang yang berbeda. Rahyun, wanita itu tak
memilihku, dan malah memilih pria lain," Sehun menatap Rahyun.

Wanita itu menunduk.

D.O melihat Kris. Dia mengerti apa yang dikatakan oleh Sehun. D.O pun melihat bayi
yang digendong oleh Rahyun.

"Dia anakmu?" tanya D.O pada Rahyun.

Rahyun mengangguk.

D.O memperhatikan bayi itu. "Dia begitu mirip dengan Sehun," celetuknya.

Gain yang tadi diam saja, melangkah mendekati Sehun. Dia merangkul lengan Sehun.
Rahyun yang melihat itu sangat terluka. Kris menggenggam lengan Rahyun.
"Sebaiknya kita pergi dari sini," ucap Kris, lalu menarik tangan Rahyun keluar dari
restoran.

Sehun hanya diam. Tak berniat mengejar Rahyun. Wanita itu telah ia lepaskan.

"Wanita itu istrimu?" tanya Gain.

Sehun melepaskan rangkulan tangan Gain. Dia mengangguk.

Hani keluar dari dapur sambil membawa nampan yang berisi mie-mie yang dibuatnya.
Dia bingung melihat D.O, Sehun, dan Gain yang berdiri dengan wajah mereka yang serius.

"Ada apa? Apa aku melewatkan sesuatu?" tanya Hani.

__________

Rahyun menghentikan langkah kakinya dan melepaskan genggaman tangan Kris.

"Ada apa?" tanya Kris bingung.

"Oppa! Apa yang harus aku lakukan?"

"Apa maksudmu?"

"Aku merasa kalau dia benar-benar suamiku. Apa aku harus memilihnya dan
meninggalkanmu?" tanya Rahyun.

Kris terdiam. Dia memeluk Rahyun dari belakang. Kalau dia memeluk Rahyun dari
depan, kemungkinan Won yang digendong Rahyun akan terbangun dari tidurnya.

"Aku tak ingin kau meninggalkanku," bisik Kris di telinga Rahyun.

Wanita itu melepaskan pelukan pria itu. Rahyun berbalik menatap nanar Kris, pria
yang selalu ada di sampingnya saat dia membutuhkannya. Rahyun tersenyum.

"Oppa, aku tidak akan pernah meninggalkanmu," putus Rahyun.

Kris sangat senang mendengar keputusan yang diambil Rahyun. Dia mencium pipi
bayi Won.

"Aku tak ingin kehilangan kalian berdua," ucap Kris.

"Tapi Oppa.."

"Wae?"

Rahyun menundukkan wajahnya. "Aku ingin memilih pria itu. Namun aku tak akan
meninggalkanmu," lirihnya.
Kris menatap Rahyun tak percaya. Dia tak percaya dengan kalimat yang dilontarkan
oleh wanita itu.

"Fany-ya.."

"Mianhae. Jeongmal mianhae."

"Kau tahu? Aku sangat kecewa.." Kris tersenyum terpaksa. "Tapi itu keputusan.
Baiklah, pergilah. Kembalilah kepada suamimu."

Pria itu melangkah pergi meninggalkan Rahyun. Rahyun bingung apa yang harus
dilakukannya. Dia tak ingin Kris sedih. Dia mengejar Kris.

"Oppa!" teriak Rahyun.

Kris menghentikan langkahnya dan segera Rahyun mempercepat langkah kakinya.


Dia sangat kerepotan, apalagi dia sedang menggendong bayi kecilnya, Won.

Rahyun tersenyum seolah tak terjadi apapun. "Oppa, aku lapar. Kau janji akan
mengajakku makan di restoran," ucapnya sambil cemberut.

Kris tersenyum geli. Dia tahu, wanita itu takkan meninggalkannya, meskipun dia
memilih pria lain.

____________

Di taman kota, Kai dan Suhyun sedang berpiknik. Suhyun yang menginginkan itu.
Dia bilang, dia ingin berkencan dengan Kai. Mereka mengamparkan karpet di atas hamparan
rumput-rumput. Suhyun mengeluarkan bibimbap, sushi, dan sebotol minuman soda dari
keranjang pikniknya. Kai menatap datar Suhyun.

"Kau membawa minuman soda? Yak! Ini sangat pagi untuk minum itu. Kau ingin
membuatku sakit perut?" Kai menjitak kepala Suhyun.

"Apho67," Suhyun memegang kepalanya dan menatap sebal Kai.

Kai hanya mengangkat bahunya tak peduli.

"Harus ada minuman soda saat piknik. Kalau tak ada, berarti itu namanya bukan
piknik. Jika Oppa tak ingin minum soda. Aku menyediakan kopi untuk Oppa," jelas Suhyun
sambil mengeluarkan cup yang berisi kopi.

Kai mengambil cup itu. Dia membuka tutup cup itu dan meminum kopinya. Dia pun
memakan sushi buatan Suhyun. Suhyun pun ikut memakan sushi. Suara nada pesan terdengar
dari ponsel Suhyun. Suhyun membuka pesan itu dan membacanya. Dia tersenyum dan
mengetik sesuatu. Kai melirik Suhyun aneh.

67
Sakit
"Dari pacarmu? Laki-laki yang kemarin, kan?" Tanya Kai.

Suhyun mengangguk perlahan.

"Kau mengakuinya juga. Kemarin kau berkata kalau dia temanmu. Jangan bilang
kalau dia akan ke sini. Ikut berpiknik."

Suhyun hanya tersenyum lalu menyengir kuda.

"Yak! Kau bilang ingin berkencan denganku. Tapi kau malah mengajak pacarmu."

Kai bangkit dari duduknya. Dia memakai sepatunya.

"Oppa mau ke mana? Kumohon jangan marah."

"Aku akan ke toilet sebentar," ucap Kai.

Suhyun hanya ber oh ria.

Setelah dari toilet, Kai melangkah kembali ke taman. Namun di perjalan dia
menghentikan langkahnya itu. Dia berbalik ke samping. Di sana dia melihat seorang wanita
yang sedang duduk di bangku taman. Dia mendekati wanita itu.

"Rahyun-na."

Wanita yang tak lain adalah Rahyun melihat ke arah Kai. Dia mengedipkan
matanyanya beberapa kali.

"Kai-ya!" Panggil Rahyun.

Kai duduk di samping Rahyun dan langsung memeluk wanita itu.

"Kau.. apa yang terjadi sebenarnya? Ke mana saja kau selama ini?" tanya Kai.

Rahyun menangis di pelukan Kai.

"Kai-ya.. apa yang harus aku lakukan?" Isak Kai.

Kai melepaskan pelukannya. "Maksudmu?"

"Aku tak bisa mengingat semua orang. Namun aku hanya bisa mengingatmu di
otakku. Ajhussi itu. Dia yang mengaku sebagai suamiku, aku tak bisa mengingatnya."

"Maksudmu Sehun?"

Rahyun mengangguk.

"Kau amnesia?" Wanita itu mengangguk lagi.

"Selama ini kau hidup bersama siapa?"


"Ada seorang pria yang baik. Dia bernama Kris Wu. Dia sangat baik. Dia membiayai
beban hidupku dan bayiku," ucap Rahyun.

"Bayi? Kau punya anak?"

"Ne. Dia bernama Won. Pangeran kecilku."

"Di mana dia sekarang?"

"Kris membawa Won. Dia mengajaknya membeli minuman."

"Itu mereka!" Rahyun menunjuk seorang pria yang sedang menggendong seorang
bayi.

Kris menghampiri mereka. Dia menatap tajam ke arah Kai.

"Siapa pria ini? Apa dia berbuat jahat padamu?"

Rahyun menggeleng. "Dia Kai. Temana kecilku," ucapnya.

"Kau sudah ingat semuanya?"

"Ania. Kai satu-satunya orang yang ku ingat."

"Perkenalkan namaku Kim Kai," Kai mengulurkan tanganya kepada Kris.

"Kris Wu. Itulah namaku," balas Kris sambil membalas uluran tangan Kai. Mereka
berjabat tangan, lalu melepaskannya.

"Terima kasih telah merawat Rahyun selama ini," Kai tersenyum pada Kris.

"Ania. Aku sudah menganggap Rahyun sebagai adikku."

Kai melihat bayi imut di dalam dekapan Kris itu. Dia memegang pipi Won. "Dia
begitu mirip dengan Sehun," ucapnya.

Rahyun dan Kris hanya diam.

"Rahyun-ah. Apa kau ingin bertemu dengan Suhyun? Kau tahu dia sangat
merindukanmu," tawar Kai.

"Suhyun? Siapa dia?"

"Ohya, aku lupa kau tak mengingatnya. Dia Lee Suhyun, adik perempuanmu," jelas
Kai

"Aku punya adik?" Kai mengangguk.

Suhyun menunggu Kai. Dia sangat aneh dan penasaran apa yang dilakukan Kai.
Mengapa pria itu begitu lama? Namun beberapa detik kemudian, pria itu menampakkan
batang hidungnya.
"Oppa! Kenapa kau begitu lama?" teriak Suhyun.

"Mian," ucap Kai. Lalu pria itu tersenyum.

Suhyun mengerutkan dahinya bingung. Dia penasaran dengan orang yang dibalik
punggung Kai. Ketika Kai bergeser, Suhyun segera bangkit dan berlari memeluk orang itu.
Orang itu adalah kakaknya yang selama ini ia rindukan.

"Eonni," isak Suhyun.

Rahyun membalas pelukan Suhyun.

"Kenapa kau baru kembali? Ke mana saja kau selama ini? Kau tahu? Aku sangat
merindukanmu," ucap Suhyun dalam tangisnya.

Tak sadar Rahyun, wanita itu ikut menangis. Dia  mengeratkan pelukannya.

____________

Perusahaan Sekwang. Sehun masuk ke dalam gedung tinggi itu. Di belakangnya, Gain
berjalan mengikutinya. Wanita itu memaksa ikut ke perusahaan itu. Beberapa karyawan
melihat ke arah mereka berdua lalu membisikan sesuatu kepada temannya. Langkah Sehun
terhenti saat seorang pria menghalangi jalannya. Tak lain adalah Chanyeol, sepupunya.

"Annyeong! Lama tak bertemu," sapa Chanyeol.

Sehun tersenyum sinis. "Beberapa hari yang lalu kita sudah bertemu, Hyung," ucap
Sehun.

"Ohya? Mungkin aku lupa."

"Untuk apa kau kemari?" tanya Sehun.

"Aku ada rapat bersama Baekhyun," jawab Chanyeol.

"Ah. Bisakah kau minggir? Kau menghalangi jalanku."

Sehun masih bersikap sinis pada Chanyeol. Dia masih belum menerima kenyataan
bahwa orang yang dulu disukai oleh Rahyun ternyata adalah sepupunya sendiri. Dia bahkan
masih mengingat kejadian di mana Chanyeol memberikan kacamata kepada Rahyun dan
kejadian menggedong Rahyun di villa.

"Ah, maaf. Aku tak berniat menghalangi jalanmu," ujar Chanyeol.

"Ah, bukankah kau Gain? Sehun-ah, Kau menerima perjodohan yang diusulkan
Haelmoni?" Tanya Chanyeol saat melihat Gain.

"Sepertinya begitu," jawab Sehun.


Gain tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Sehun, Apalagi Chanyeol dia
sangat tak percaya.

"Kau gila? Kau sudah melupakan istrimu, Rahyun?"

"Rahyun? Istri? Woaw, aku tak menyangka ternyata aku sudah punya istri. Namun
kenyataannya, wanita itu tak ada lagi di sampingku, bahkan tak akan pernah lagi," ucap
Sehun.

Chanyeol menampar Sehun. "Kau adalah pria bodoh yang ku kenal!"

Gain menutup mulutnya. Beberapa karyawan yang melihat kejadian itu sangat
terkejut. Sehun menatap tajam Chanyeol.

Sehun tersenyum sinis. "Kau ingin bertengkar denganku?"

Chanyeol membalasnya dengan senyuman sinis pula. "Baiklah, jika kamu


menginginkannya."

Sehun mulai menghajar Chanyeol. Namun dengan pria itu dapat menghimdari
pukulan yang diberikan oleh Sehun. Chanyeol membalas memukulnya, membuat Sehun jatuh
tersungkur.

"Kumohon hentikan!" teriak Gain. Lalu dia membantu Sehun untuk berdiri.

Chanyeol menghela nafasnya. "Kuharap kau tak menyesal," ucapnya pada Sehun
sambil melangkah pergi.

Sehun melihat sekitar, ternyata dia menjadi pusat perhatian. “Apa yang kalian
lakukan? Cepat bubar!” bentaknya, membuat para karyawan bubar.

_____________

Apartemen Kris. Kris masuk ke dalam kamar Rahyun, dia melihat wanita itu sedang
mengemasi barang-barangnya ke dalam koper.  Kris menyekal tangan Rahyun, agar
menghentikan kegiatan wanita itu.

"Kau benar-benar akan pergi, meninggalkanku?" lirih Kris sambil menatap nanar
Rahyun.

"Oppa, kenapa kamu begini? Aku harus kembali kepada keluargaku. Aku tak bisa
terus bersamamu. Maafkan aku."

Kris menghela nafasnya. "Kau tahu, aku sangat kecewa."

Rahyun mengangguk. "Aku tahu, Jeongmal mianhae," wanita itu merasa bersalah.

Kris tersenyum. "Sering-seringlah berkunjung ke sini."


Rahyun mengangguk. Dia memeluk Kris. "Gomawo."

"Aku pasti akan merindukan kalian," ucapnya sambil membalas pelukan Rahyun dan
melihat ke arah bayi laki-laki yang sedang tertidur lelap di atas ranjang.

"Jika Oppa merindukan kita. Maka temuilah kita. Begitu pun sebaliknya."

____________

Sehun memukul stir mobilnya. Dia benar-benar kesal. Seharusnya dia menghilangkan
egonya. Dia tak bisa membohongi dirinya sendiri. Kalau dia itu ingin memeluk Rahyun,
menghilangkan rasa rindunya yang ia pendam selama ini. Dia mengacak-ngacak rambutnya.

Dia melihat ke arah jendela dan melihat rumah Rahyun.

"Aku ingin kita seperti dulu," guman pria itu.

____________

Rahyun melangkahkan kakinya di atas hamparan pasir. Wanita itu memeluk erat
anaknya sambil memandang hamparan laut yang luas. Dia menutup matanya, dia mengingat
semuanya. Dia mengingat pria yang paling dia cintai di dunia ini setelah ayahnya itu. Oh
Sehun, sebuah nama yang selalu saja memenuhi pikirannya.

“Won-ah, eomma saat ini sangat merindukan ayahmu,” ucap Rahyun sedih pada
anaknya itu.

Dulu, Sehun mengajaknya ke pantai ini dan meningalkannya sendiri di sana. Rasanya
dia ingin kembali ke masa dulu. Pelukan pertama yang membuat jantungnya berdegup sangat
cepat. Dia sangat merindukan pria itu, sungguh.

Wanita itu berbalik ke belakang dan betapa terkejutnya saat dia mendapatkan
seseorang yang melangkah cepat ke arahnya. Pria yang berperawakan tinggi itu berhenti di
depan Rahyun. Rahyun mengeratkan gendongannya, dan hal itu membuat Won menangis.
Rahyun terkejut dengan tangisan Won. Dia langsung menenangkan anaknya. Sehun, dia
mengambil alih Won. Dia menggendong Won dan mulai menenangkan bayi itu. Dengan
cepat, tangisan Won mulai mereda.

Rahyun hanya menatap ayah dan anak itu. Sehun tersenyum kepada istrinya. Rahyun
mengalihkan pemandangannya. Dia menepuk pipinya yang rasanya memanas karena
senyuman Sehun.

“Kenapa Ajhussi kemari?” tanya Rahyun.

“Aku ingin menjemput istri dan anakku. Mereka berdua pergi ke pantai tanpa
mengajakku,” jawab santai pria itu. Sehun mendekati Rahyun, dia mencondongkan tubuhnya
dan langsung memeluk puncak kepala Rahyun. “Terima kasih telah memilihku. Terima kasih
telah mengingatku. Aku sangat mencintaimu, istriku.”

Rahyun tersenyum, dia langsung memeluk erat Sehun. Namun terhalang Won yang
berada dalam gendongan Sehun. Won hanya mengoceh tak jelas, lalu sesekali tertawa.

“Maaf untuk semuanya..” lirih wanita itu.

Sehun memeluk Rahyun dengan tangan kanannya. “Itu bukan kesalahanmu. Aku yang
seharusnya meminta maaf karena tak bisa menjaga kalian.”

__________

Anda mungkin juga menyukai