JE]
@yourkidlee
Grup ‘2A3’
Eunha: oh :-)
Rosie: 10-3
Eunha: kalau di vlog gue aja, nongolnya cuma pas lewat trus
nggak pake ketawa gitu :)
Jinhwan: scroll up
Jaewon: jen tolong diingat di grup ini ada namanya jung jaewon :)
Rosie: HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
Eunwoo: apaan?
Hayi: jangan lupa beliin obat nih buat hati para gadis 2A3 yang
patah
Rosie: wkwkwkwkwkwkwkwk
Hanna: eh ada apaan? Like apa? Like eunwoo? Udah mah gue
Yunhyeong: bangsta :)
Jisoo: jijik
Hanbin: won lo kalau mau single sama gue ngomong aja sini
tinggal pilih arena
Bobby: WKWKWKWKWKWKWK
Eunha: guys
Jisoo: ini gara gara eunwoo doang banyak rumah tangga gonjang
ganjing nih
Hanbin: nggak lah, bagi abang eunha tuh yang paling top kok
Hanbin: :(
Hayi: anj :)
Rosie: kamu baca tapi kamu belagak tidak tahu apakah kamu
tahu rasa sakitnya itu woo? :’’’)))
Jisoo: eunha besok kita bikin vlog gueststarnya kapten basket aja
Rosie: ah nggak mau jungkook alay :( itu yang bule itu aja siapa
sih namanya? Veron?
Lisa: jauh2 mending kita sama mr simon
Hayi: VOTE
**
Kelas 2A3 sedang sibuk memakai sepatu mereka karena baru saja
selesai mengepel lab computer. Lisa dan Hanbin sudah saling
kejar-kejaran karena sepatu Lisa dibawa kabur cowok itu. Jaewon
dengan manisnya berlutut, mengikatkan tali sepatu Jennie.
Yunhyeong dan Bobby sedari tadi sudah digebuki karena
menukar-nukar pasangan sepatu lalu ngeles dengan bilang:
‘tenang, walau dipisah kalau emang jodoh pasti ketemu’.
“Cantik banget anjir. Aku mah apa. Ampas,” bisik Hayong sudah
keki.
Cokiber 2A3.
Satu-satunya cowok ganteng yang normal.
Jelas saja semuanya jadi tak terima anak emas satu itu didekati
satu cewek secara intens.
“Iya, Nan, gue ngerti. Tapi kenapa pas di vlog Dahyun dia gitu
banget,” sahut Eunha memerotes.
Eunha tak menyahut lagi. Gadis itu jadi diam dengan kelopak
mata menyayu.
**
Eunha menopang dagu di depan laptopnya. Ia sedang mengedit
Vlog baru: JALAN PAGI DI GBK. Dengan Jungkook, Yugyeom, Yuju,
Hoshi, dan Yuta. Mereka memang dekat karena saat kelas satu
dulu sekelas dan sampai sekarang masih main bareng. Eunha
dengan tenang mengedit tiap bagian, bahkan saat ia digendong
Jungkook dan saling balap dengan Yugyeom yang menggendong si
bongsor Yuju. Keduanya menang, melompat-lompat kecil dan
berkompak bersama.
Eunha yakin saat ini keluar, askfmnya pasti akan ramai para anon
anon yang kembali mengusik persahabatannya. Tak sekali dua kali
memang banyak yang menyuruh Eunha dan Jungkook pacaran
saja, katanya mereka sangat cocok. Kemarin-kemarin juga sempat
ada ask bertanya apa Eunha dan Taeyong pacaran, belum lagi saat
Eunha dan Taehyung si anak kelas sebelah poto bareng dan
diupload ke ig Taehyung.
‘Jatuh cinta itu proses yang butuh 9 detik sampai 4 menit rata-
rata otak manusia menentukan apa dia jatuh cinta atau tidak’
Eunha tersentak begitu saja. Kalimat itu terulang lagi. Tak lama
bibir mungilnya tertarik ke atas, tersenyum kecil. Makin lama
malah jadi kekehan geli.
Gimana bisa lagi nanya tentang What is Love eh dia malah jelasin
ala professor gitu?
Line!
Eunha: bin
Eunha: hanbin
Hanbin: ya adinda
Hanbin: jangan tanya apakah gue mau jadi pacar lo atau nggak
ya, hatiku sudah milik lisa seutuhnya
Hanbin: nggak
Eunha: -_-
Eunha: cot
Eunha: ^______^
**
Eunha menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya. Lalu
kemudian ia mengucap mantra pelan pada dirinya sendiri.
“Nggak, nggak, Na. Sans. Dia temen kelas lo. Lo seneng sama dia
cuma karna dia ganteng. Lo nggak bawa perasaan.”
Eunha: woi
Eunwoo: apaan
Eunha tersentak balasannya lebih cepat dari biasa. Ia mendongak,
melihat jam. Ah, baru jam tujuh belum waktunya Eunwoo belajar.
‘Lah anjrit.’
Eunha: iyaa
Eunwoo: ya belajarlah
Eunha: hmmm ok
***
Eunha berjalan keluar sekolah setelah tadi harus menemani
Taeyong membantu Mr Simon dengan berkas-berkasnya. Gadis
berambut pendek itu memajukan bibir bulatnya, merasa kesal
sekolah sudah sepi. Taeyong tadi diberhentikan oleh pacarnya
dan membuat Eunha sekarang sendirian.
Pemuda tampan tersebut menoleh. “Ah, gue tadi nunggu soal dari
Bu Ida,” katanya mengacungkan map yang ia pegang, lalu sibuk
kembali memasukkan ke dalam ransel.
“Kenapa Na?” tanya Eunwoo melihat gadis itu nampak ragu pergi.
“Tadi kan gue harus bantuin Mr Simon, jadi belum sempet makan.
Magh gue kayaknya kambuh,” kata Eunha merenggut kecil
memegangi perut. “Mau temenin ke Mixme nggak? Deket di
depan tuh daripada gue makan sendirian.”
“Yaudah nggak papa kalau lo nggak mau. Gue sendirian aja,” kata
Eunha meringis pahit. Ia kemudian berbalik. Ekspresi wajahnya
langsung mengendor, mengerucutkan bibir manyun.
“Na.”
Langkah Eunha yang baru mau beranjak terhenti. Ia menoleh.
**
Eunwoo mengangkat alis, melirik gadis itu yang memain-mainkan
sumpit merahnya di kotak kertas berisi mie di depannya. Nampak
memikirkan sesuatu dengan kening berkerut samar.
“Eh, oh, ya,” kata Eunha agak salah tingkah. Ia memainkan sumpit
ke bawang goreng di atas mie. Lalu tak lama mengangkat wajah
lagi, “Eunwoo,” panggilnya membuat pemuda itu berdehem
menjawab. “Eung… lo… kok bisa muncul di Vlognya Dahyun?”
“Ya… gue nggak tahu lo deket sama adek kelas,” kata Eunha
belum menyentuh mienya. “Sejak kapan lo kenal Dahyun?”
Eunwoo mengunyah mie di mulutnya sejenak, “udah lama,”
jawabnya santai.
“Gue tuh temen kelas lo. Gue udah nganggap lo sahabat. Tapi elo
malah gini. Gue ngerasa nggak dihargai tahu nggak,” protes Eunha
mengeluarkan unek-uneknya. “Lo tiba-tiba nongol di Vlog
Dahyun. Lo ketawa, lo mau bertingkah gila. Tapi sama gue?
Nongol aja kalau gue datangin elo.”
“Lo inget nggak apa yang pernah lo bilang di Vlog gue?” tanya
Eunha tiba-tiba, membuat Eunwoo mengernyit kecil. Tak
memandang Eunwoo, Eunha memain-mainkan mie dengan
sumpirnya. “Lo bilang… Rata-rata otak manusia butuh 9 detik
sampai 4 menit untuk menentukan apa dia jatuh cinta atau
nggak…”
“Gue lagi nanya lo. Kenapa lo balik nanya?” protes Eunha kini jadi
benar-benar serius.
***
Hayi berbisik-bisik heboh, menggoyang-goyangkan lengan Jennie
di sampingnya. Bukan cuma Jennie, tapi Jisoo, Miyeon, Hanna,
Eunha, dan Rosie yang ada di dekatnya jadi menolehkan kepala.
Mereka langsung mengerti. Melihat sosok tampan Eunwoo
sedang berjalan bersama seorang gadis cantik di koridor sekolah.
Ia tertawa, membuat matanya menyipit dan gigi putihnya terlihat
jelas.
“Dih. Gue liat Eunwoo ketawa lepas gitu aja nggak pernah,” sahut
Hanna menatap selidik pada dua orang itu.
“Gue yang nyetopin, kalian yang hadang kanan kiri ya,” kata
Jennie dengan kilatan mata tajam.
Eunha menghela nafas panjang. “Dah ah. Gue hilang mood,” kata
gadis itu tanpa semangat, langsung berbalik dan beranjak pergi
dari depan kelas tempat mereka berkumpul.
**
“Ck. Gue lagi nggak pengen berantem ya,” sahut Eunha lemas,
masih menempelkan pipi ke meja di samping Yuju yang asyik
bermain Sims di hapenya.
“Males.”
“Efek apa?”
“Sssstttt ssstt diem. Anak gue nangis,” tegur Yuju tak mengalihkan
pandangan dari layar hape, justru jadi mendekatkan muka dengan
kening berkerut keras.
Yuju malah dengan tenang melengos pelan, “dah biarin aja, Kook.
Efek patah hati emang berat,” katanya tanpa beban.
**
“Ini yang mau ikut ke rumah Hanbin siapa aja?” tanya Jisoo
mengabsen saat bel pulang berbunyi.
“Gue dijemput abang,” jawab Jisoo. “Gue ganti baju dulu nanti
nyusul ke rumah Hanbin.”
“Iya. Tapi gue sama Yoyo,” kata Hanna merasa bersalah melihat
wajah berharap Eunha yang minta ditemani.
“Lah pacar gua di kelas atas,” celetuk Rosie yang masih sibuk
merapikan meja karena sedang piket.
“Woi, woi. Gue kagak. Gue sama Jinan woy!” kata Bobby merasa
tak terima.
“Yaudah sama gue aja.”
“Eunwoo, kalau kakak gue nggak jadi jemput gue ikut lo aja
gimana?” celetuk Jisoo tiba-tiba, membuat Eunwoo menoleh.
**
Grup ‘2A3’
Jisoo: yoksi
Eunha: ha apaan?
Miyeon: kak eunha kok udah jarang update? Kemana? Kak Eunha
sakit?
Hayi: kak tanyain kak eunha dong kok nggak update vlog?
Jinhwan: na kalau lagi irit kuota mending beli sama gue dah,
boleh nyicil seminggu
Eunha: gue nggak tau mau upload apa
Jinhwan: WAHHHHHH
Hayi: VVADUUUUUUU
Eunha: diem lo yo
Eunha: cot
Hanbin: makanya kalau mau menel tuh jangan pake hati, baper
kan lu
Eunha out
Eunha: APA
Eunwoo: gue udah jelasin kan gue di vlog dahyun karena temanya
kayak gitu
(read by 13)
Jisoo: eunha....
Yunhyeong: na ini bukan Koran ya cuma read doang
Jisoo: elo juga sih ah. Ngapain nongol di vlog orang gitu ha?!
Becandaan ketawa segala?! Kenapa di vlog eunha nggak
pernah!??!?!?!
Eunwoo: oke oke nanti gue bakal nongol di vlog kelas kok
Jennie: eunha lo bener marah cuma karena vlog? Kalau ada yang
lain bilang aja jadi kita sama sama bantu
Hayi: gely-time
Eunwoo: na, karena lo nggak mau baca chat gue jadi gue
ngomong disini ya. Walau gue nggak pernah bantu lo bikin vlog
tapi gue termasuk orang yang nunggu vlog lo. Gue gak tau ini
bakal buat lo sakit hati karena gue gak maksud gitu. Gue muncul
di vlog dahyun bukan berarti gue gak mau muncul di vlog lo,
bukan berarti gue lebih seneng sama dahyun daripada lo. Gue
udah jelasin kalau konsep kalian beda. Dan bagi gue lo sama
Dahyun nggak bisa dibandingin, kalian punya kelebihan masing-
masing
Hayi: si eunha emang anaknya gitu sih woo, nanti juga baikan
lagi. Dia butuh waktu buat ngerti. Sekarang lagi emosi aja
Hayi: guys gue mau out juga kayak eunha biar dinotice kakak
olimpiade
Jaewon: cott
**
"Eunha," panggil Mr Simon ketika Eunha menyusun buku
siswa di meja guru, "di bawa ke ruangan saya ya," katanya
sambil berdiri, Eunha mengangguk mengiyakan. "Nanti
baliknya sekalian bawa LKS kemarin..." Mr Simon diam
sejenak, memandangi ruang kelas, "satu orang temani Eunha
bawa buku dari ruangan saya."
"EUNWOO SIR!"
"Eunha."
"Dih, apasih. Biasa aja kok," kata Eunha cuek, lalu melewati
Eunwoo dan berjalan pergi. Eunwoo segera menyusul di
sampingnya.
**
Eunwoo memijat pelipisnya, merutuki diri kenapa tak bisa
menemukan jawaban dari soal Biologi di depannya. Pemuda itu
mendecak kecil, menghela nafas panjang sambil bersandar di
kursi belajarnya. Ia diam lama sambil melamun. Sampai tak lama
cowok itu berdiri, melangkah menuju tempat tidur. Ia duduk di
ujungnya, meraih handphone yang disimpan di laci meja samping
tempat tidur.
Pada gadis berpipi bulat yang punya awal nama sama dengannya.
Gadis yang menarik perhatiannya di awal kenaikan kelas. Mata
bulat dengan pipi gembul yang menggemaskan itu sering tertawa
dan gampang berbaur. Senyumnya membuat Eunwoo gugup.
Eunwoo: yo gimana
Yunhyeong: -___-
Yunhyeong: kalau kangen tuh chat orangnya nggak usah chat gue
Eunwoo: eunha
Grup '2A3'
Miyeon: cotttt
Hayi: heran gue yang model yoyo kompor tapi jadi tempat curhat
semua umat
Yunhyeong: hati hati aja ya bin ^_^ baru jadian jangan songong
^_^
Jisoo: EH
Hanbin: eunwoo ini bukan pos polisi sih lo datang cuma buat
nanya doang
Yunhyeong: satt
Hayi: WADOH
Jinhwan: kenapa sih selalu disambung sama lagu gue suka heran
Hayi: eunwoo kalau butuh lem buat nyatuin patahan hati gue
punya banyak nih
Bobby: bodoamat
Hanbin: HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA
Hayi: cott lo
Jisoo: HENTIKAN
“Kenapa tadi malam nyariin gue?” tanya Eunha begitu saja, tak
ada sapaan selamat pagi atau apapun.
“Gue tahu elo bukan tipekal orang iseng. Lo selalu sibuk belajar
dan ngerjain soal-soal latihan, kan? Kenapa lo tiba-tiba chat gue
dan nyariin gitu?” tanya Eunha menuntut. Sebenarnya kalimat
lainnya: ‘kemaren-kemaren kemana aja?’
Eunha jadi yang terdiam kali ini. Begitupula para teman kelasnya
yang jadi membuka mulut tanpa suara, ikut membeku.
Eunha menggigit bibir sedikit. Kali ini merasa kalah telak karena
terdiam habis kata. Gadis itu menatap Eunwoo dengan tatapan
tak terbaca. Walau perlahan kedua pipi bulatnya terlihat mulai
merona tak bisa dicegah.
Mata bulat Eunha melebar. Seperti dapat kutukan maut, gadis itu
bergetar pelan dan membeku begitu saja. Eunha
langsung memerah. Merasa wajahnya memanas. Ingin sekali
rasanya menonjok pemuda ini sekarang juga tapi di sisi lain
rasanya ingin menjerit sekuat-kuatnya.
**
“Anjir. Siapa yang nyepik lo ha? Ada yang ngedeketin lo?” tanya
Jungkook membuat Eunha jadi mendelik.
“Ogah gue curhat sama kompor mledug kayak lo,” kata Eunha
mendecih. “Ck ah udah ah. Dah mau bel gue mau balik,” katanya
sambil berdiri membuat Yuju dan Jungkook jadi sama-sama
tenganga mengangkat wajah memandanginya.
“Ya dia juga sih,” jawab Eunha membela diri. “Elo ngerti nggak sih
di saat lo mau move on tiba-tiba doi ngasih harapan lagi? Apalagi
aneh banget dia tiba-tiba ngegas gitu.”
“Yaiyalah Yo!” jawab Eunha ngotot, “kenapa coba dia kayak gitu?
Sengaja ngasih gue harapan? Atau kalau emang dia serius,
kemaren-kemaren kemana aja?” tanyanya tak terima.
“JUNG EUNHA!!!!”
“Na, kasih liat dulu kali!” protes Jungkook tertarik pasrah oleh
gadis kecil itu.
**
Eunwoo duduk sendiri di perpustakaan sekolah istirahat kala itu.
Sampai ketenangannya terpecah dengan seseorang yang tiba-tiba
menepuk kedua pundaknya dari belakang.
“Kak Eunwoo!”
“Ih nggak seru ah. Nggak kaget,” keluh Dahyun mencibir dan
duduk di samping Eunwoo.
“Kok lo ngomong gitu sih,” sahut Eunwoo jadi merasa tak enak.
Eunwoo membasahi bibir bawah, dengan bola mata bergerak
gelisah. Ia goyah begitu saja. Di satu sisi merasa bersalah dengan
gadis ini, di sisi lain mulai memikirkan perasaan ‘gadis itu’ jika
tahu hal ini.
**
“Masih lama?”
“Udah aku bilang, kan. Dahyun tuh temen aku dan Dahyun ada di
antara mereka. Dahyun jadi dicap PHO tahu nggak. Padahal mah,
dia korban PHP kalau bener Kak Eunwoo sama Kak Eunha ada
apa-apa,” balas Faili tak mau kalah. Ia lalu mencibir kesal, “si Kak
Eunwoo tuh ya. Muka aja kalem, ganteng. Padahal mah apa.
Tebar harapan sana-sini. Dih,” katanya jadi mengomel sebal.
“Kak Eunwoo?”
Taeyong jadi mendelik pada gadisnya ini. “Yang temen gue itu
Eunha,” katanya tegas, membuat Faili jadi merapatkan bibir
karena kalah.
“Woi, Eunha!”
**
“Gue chat lo karena pengen tahu keadaan lo. Gue chat karena
pengen tahu lo dimana. Lo lagi apa. Lo udah makan atau belum.”
BRAK
“Apaan sih?” tanya Yerin ingin tahu, bersama yang lain tahu-tahu
sudah menghentikan obrolan dan bergabung dengan Eunha serta
Jungkook.
“Ini nih, Eunha jealous sama adek kelas,” jawab Jungkook
membuat Eunha tak tahan untuk tidak memukul jidatnya keras.
“Lo masih galauin itu?” tanya Yuju yang memang sudah tahu
semua.
**
Grup ‘2A3’
Yunhyeong: gue cek snapchat 24/7 na jadi gue liat ini bukan gosip
Jennie: bodoamat.
Jisoo: cot
Hayi: lisa mah mainnya diem diem lo gak tau aja bin
Miyeon: young kalau mau tisu nih gue masih sisa ayo sini cry
bersama
Eunha: he mulutnya ya
Jisoo: NA PEJE NA
Lisa: serah
Yunhyeong: MAMPOS
Miyeon: guys serius dulu anjir jangan jadi pho dulu NAPA SIH HA
UDAH PENYAKIT APA YA JADI KOMPOR ITU
Eunha: ih gue abis stalking mr samdi anjir itu ceweknya yang pake
baju merah??? TINGGI YA
Eunha: woi ini beneran yang baju merah bukan sih??? Soanya ada
yang dia berdua sama cewek juga tapi mukanya agak tua
Jaewon: ros plis ini dah malam obat lo diminum cepet lo dah
kumat
Yunhyeong: bego
Jinhwan: BODOAMAT YI
**
Eunha mengangkat alis, lalu tertawa terbahak. Tak bisa menahan
dirinya setelah membaca pertanyaan dari askfmnya minggu siang
itu.
Memang, 2A3 tuh kompak bener. Sekali ada yang bobrok, semua
ikut bobrok.
Taeyong: kelamaan
Taeyong: gak usah sok cuek skrg pst lo nyesel trus kangen
Eunha: hmmmmmmmmmmmmm
/read/
Eunha:…………………………………………..
Eunha: sumpah………………….
Eunha: oh yaudah.
Lah sial.
**
“Eunha lebih rumit dari rumus metik, Won,” sahut Eunwoo begitu
saja. “Gue bahkan sampai cari di Wikihow tapi nggak ada
jawabannya.”
“Yaiyalah. Jennie mah nggak bisa nolak gua,” kata Jaewon kembali
menyombong.
“Lo dah gue kasih kesempatan malah cuma minta unblock dasar
pea,” omel Taeyong dengan gemas. “Walaupun dia nggak jawab
ya Woo, elo harusnya tetap chat jelasin semua. Rangkai kata-kata
buat bikin dia ngerasa diperjuangin.”
“He. Ini gue Taeyong. Angkat telponnya nggak usah sok cantik lo.”
Eunwoo jadi mendelik mendengar itu, “ya nggak usah sepedes itu
juga kali, Yong,” protesnya tak terima.
Eunha: cot
/read/
Taeyong: na
Eunha: gue lagi ngurus vlog. Nanti aja.
“AISH,” Eunwoo tanpa sadar melempar hape hitam itu begitu saja
membuat Taeyong segera menoleh ke belakang dan membelalak.
“Mampus lo. Itu yang Eunha rasain dulu,” celetuk Jaewon masih
sempat mengejek.
**
Eunha menutup pagar rumahnya, berjalan riang menghampiri
Rosie yang turun dari mobil dan mempersilahkan. Eunha agak
mengernyit melihat itu, lalu ingin masuk ke dalam mobil Bobby.
“Ah, nggak mau lo aja. Gue mau deket jendela. Gue tuh anaknya
gampang mabok, Na. Jadi kalau deket jendela kan ena,” kata
Rosie membuat Lisa dan Hayi yang duduk di kursi belakang
terkikik menahan tawa.
“Si Yoyo dah di rumah Hanbin nih,” celetuk Jisoo yang duduk di
samping Bobby di kursi depan. “Katanya titip semangka soalnya
udah abis.”
“Ih jangan ngomongin apel anjir gue jadi inget pipieipi,” kata Lisa
mengomel, “anjir geli banget gue merinding.”
“Eh kalau Eunha bikin video PPAP cocok loh,” kata Hayi tiba-tiba,
“kan Eunha mirip apel.”
“WOI AH DAH DIBILANG JANGAN NYANYI ITU GUE GELI!” kata Lisa
menutup telinganya.
Eunha segera menjauhkan diri dari Hayi sementara Eunwoo
menggeleng kecil. Membuat kedua kepala mereka terbentur
pelan. Keduanya refleks saling menoleh.
“Eh Na Na, pinjem kamera dong!” kata Jisoo heboh dari depan
membuat Eunha segera tersadar dan menoleh.
“Eh iya dari tadi nungguin Eunha buat video! Cepet cepet!” kata
Hayi juga ikutan.
“Eh ini beli buah dimana nih?” tanya Bobby sambil menggerakkan
stir mobil.
“Yang deket aja Bob. Yang penting lengkap,” jawab Rosie sambil
memperbaiki rambut menjulurkan tubuh ke arah Jisoo yang sudah
menyalakan kamera.
“Ya elo juga. Badan mungil gitu malah duduk di belakang,” sahut
Bobby mengejek.
Jisoo sudah mengacung-ngacungkan kamera agar semua masuk
ke dalam frame. “Eh, Na. Bikin vlog dong kita otw ultah adeknya
Hanbin,” katanya memberi ide tiba-tiba.
“Iya, iya. Rekam deh gue edit nanti,” kata Eunha sambil
memperbaiki posisi duduk karena Rosie sudah kembali duduk
dengan tenang.
Eunha menggigit bibir, lalu melirik depan. Jisoo dan Bobby seakan
sudah di dunia mereka masing-masing. Mengobrol pelan yang
Eunha bisa dengar sedang diskusi akan membeli buah apa saja
dan dimana.
Jisoo dan Bobby keluar lebih dulu. Lalu diikuti Rosie yang juga
membuka pintu.
Eunha merutuk kecil. Lalu kali ini menoleh pada Eunwoo yang
dengan tenang menaruh kepala di bahunya. Masih dengan
punggung tangan mereka yang bersentuhan.
“Ck. Nggak usah keenakan deh lo,” sindir Eunha pedas membuat
Eunwoo menipiskan bibir dan mau tak mau menegakkan
kepalanya. “Dah lo disini aja. Gue mau ikut turun,” kata gadis itu
menggeser tubuh dan segera membuka pintu mobil.
**
“Kenapa?”
Eunha melebarkan mata, “Gue mau pingsan anjir!!!!” katanya
memekik tertahan. “Tu anak abis minum apa sih ha? Ih nyebelin!”
“Emang dia pikir gue apaan sih Yong? Kemaren udah berdua-
duaan sama degemnya itu. Terus sekarang datang lagi. Maunya
apa? Ngasih gue harapan gitu? Kalau emang dia mau sama tu
cewek yaudah pergi aja ngapain datang lagi gitu?”
“Gue nggak mau ngarep lagi. Pokoknya pulang ini gue mau sama
elo.” Tegas Eunha tak mau dibantah.
“Na, Eunwoo sama Dahyun tuh dah nggak ada apa-apa,” kata
Taeyong mencoba menjelaskan. “Sekarang Eunwoo dah fokus ke
elo.”
**
Imut banget ya? Pake manggil Nana. Mereka pasti udah akrab
banget.
Eunwoo jadi mendesah, “nah itu. Eunha tadi nggak mau natap
gue…” katanya dengan menyendu. “Kalau dia ngindarin tatapan
mata gue itu berarti dia ngerasa nggak nyaman.”
“Yaiyalah anjir dia nggak berani natap mata lo ya karena dia malu
IH GUE BLENDER JUGA NIH,” geram Jaewon gregetan sendiri.
“Ya gue tahulah!” sahut Jaewon tak mau kalah. “Elo mentang-
mentang baca banyak buku jangan belagak ngerti segalanya dah.
Teori lo bagus praktek lo mah enol.”
**
Eunha: pa
Ni anak padahal sudah dibilangin nggak usah bahas itu lagi masih
ae jadi kompor.
Eunha: GAH
Jungkook: yeeeee
Eunha: apanya
Jungkook: HEHE
Eunha: WHAT
Eunha: JUNGKOOK
Jungkook: HEHEHEHEHEHE
Jungkook: bagus
Jungkook: bye
Eunha: tayk
Oke, dia bukan tipe playboy yang gonta ganti cewek dengan kilat.
Eh, bentar.
Menyadari sesuatu.
**
Line!
Jungkook: dimampus2in
Eunha: apaan sih
Eunha: HA
Eunha: TYPO
Jungkook: terus
Jungkook: dia curhat ttg eunwoo :’’’’((((
Eunha: iya
Eunha: anjing
Eunha: HE MULUT LO
Jungkook: gue bilang ‘yaudahlah dek kan ada gue biar gue aja’
Jungkook: ‘dahyun lagi patah hati kak gakmau sama siapa2 dulu’
‘dia mau mundur dari kak eunwoo jd lagi mau menyembuhkan
hati’
Jungkook: NA JAWAB
Jungkook: eek
**
Dan gadis berambut pendek bernama Jung Eunha itu dengan tak
peduli mengacungkan kamera kembali merekam untuk channel
Youtubenya.
“Yong-“
“Nanti dulu nanti dulu! Ini urusan kelas dulu!” potong Taeyong
membuat Eunwoo langsung mingkem.
Eunwoo merapatkan bibir, mencibi tak puas. Pemuda itu mau tak
mau menurut, berbalik dan berjalan ke salah satu meja. Matanya
mengitari kelas, menemukan sosok Yunhyeong. Yunhyeong
sedang duduk memotongi karton dengan wajah kaku yang
menyendu. Membuat Eunwoo merasakan aura menyeramkan
dari cowok itu.
Yunhyeong kayaknya lagi badmood. Jadi Eunwoo menarik diri
dang anti berjalan ke tempat lain.
“Gue nggak ngerti deh, Won,” kata Eunwoo memulai. “Liat deh
tingkahnya.”
“Won, gue ngapain bahas yang lain sih,” kata Eunwoo dengan
malas.
“Di otak gue Cuma muncul satu sih,” jawab Jaewon ragu sendiri.
Ia lalu menoleh, “Dia mau ngelupain semuanya. Balik lagi kayak
dulu. Cuma godain lo doang kayak biasa.”
“Elo harus tunjukin ke dia kalau dia pantas diperjuangin. Mau dia
jutekin elo, dia agresif ke elo, dia cuek ke elo, ya lo tetep harus
jadi laki, Woo. Harus tetep lo kejer,” kata Bobby dengan gaya
menggurui. “Intinya, elo harus tunjukin kalau lo bukan tipe cowok
yang gampang nyerah.”
**
Eunwoo menunduk, menendang-nendang kecil udara dengan
bosan. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana dengan tak
sabar. Ia sudah mulai merasa bosan karena parkiran sekolah
makin sepi. Pemuda itu harus menunggu karena belum juga
melihat sosok Taeyong dan Hanbin yang bersama gadis itu –
mereka harus rapat MPK bertiga tadi.
“Eunha.”
“Eh?”
“Mau jalan kaki aja? Atau naik motor gue?” Eunwoo menatap
Eunha berharap. Perlahan ia tersenyum, membuat gadis itu
terpana begitu saja.
Dan usaha move on Eunha yang baru mengucap niat….. goyah
begitu saja.
**
Eunwoo tersenyum, “hm. Iya sih. Hari ini jadwalnya ke toko buku
entar sore.”
Kenapa?
“Gue bakal lakuin hal yang biasa lo lakuin dan lo bakal ngelakuin
hal yang biasa gue lakuin,” lanjut Eunwoo seakantak ingin
memberikan waktu Eunha untuk memutuskan. “Ya walau gue
ngebosenin sih. Paling toko buku atau games. Atau juga
eksperimen sesuatu. Gitu aja.”
“Kita bisa ngedit vlog lo setelah pulang dari toko buku. Mampir ke
kafe. Case closed kan?”
**
Eunwoo: Won
**
Ingat mantra Eunha saat itu? Hari ini ia kembali mengucapkannya.
“Elo nggak kobam Woo baca buku mulu?” celetuk Eunha polos,
memandang cowok itu yang mulai memilih buku-buku tebal di
depannya.
Eunwoo dengan santai tertawa, “kalau nggak baca buku yang ada
gue kobam. Nggak tahu mau apa.”
“Lah, elu yang nggak tahan diri gitu,” kata Eunha membalas, lalu
kembali merunduk membaca synopsis novel di tangannya.
“Coba baca itu,” kata Eunwoo menunjuk rak buku tadi. Tumpukan
buku tebal yang membuat Eunha melirik tak minat. “Kenapa
bacain teenlit mulu sih. Sekali-sekali novel terjemahan gitukan
lebih bagus,” katanya dengan intonasi mulai ngotot.
“Gue?”
“Elo tuh ya. Di kelas aja sok misterius. Aslinya mah apa. Sama
bobroknya,” kata Eunha dengan mata menyusuri rak buku
membuat Eunwoo di belakangnya jadi memajukan bibir.
Eunha berhenti, lalu meraih salah satu novel. Gadis itu jadi
menghadap rak buku, merunduk membaca synopsis novel.
Sementara Eunwoo di sampingnya diam-diam memandangi gadis
itu yang merunduk dengan kening berkerut membaca serius.
Eunha terkejut setengah mati. Gadis itu bahkan hampir saja kena
serangan jantung dadakan. Ia membelalak lebar, membeku begitu
saja.
**
Eunha menatap lurus layar laptop, sibuk mengedit sana sini. Di
depannya Eunwoo merunduk, membaca sebuah buku tebal. Kini
mereka berdua di salah satu kafe kopi dan sudah sibuk dengan
aktifitas masing-masing.
Eunha melirik dari sudut layar laptop, melihat cowok itu khusyuk
dan diam. Gadis itu berdehem pelan, “Eunwoo,” panggilnya
membuat Eunwoo tersentak sekilas.
“Elo… bosen ya?” tanya Eunha hati-hati. “Kita dari tadi nggak ada
ngobrol, malah sibuk masing-masing.”
“Hn?”
“Eh,” Eunha membelalak sendiri, tersadar dengan ucapannya.
Gadis itu langsung kembali pada laptop, menyembunyikan wajah
memerahnya di balik layar laptop. Ia mengumpat.
“Apaan sih lo. Bukan itu maksud gue,” sahut Eunha jutek,
menutupi gugup. “Udah deh lanjut sana. Atau lo bikin daftar aja
nanti mau ngapain di vlog gue. Ih,” katanya segera mengalihkan
pembicaraan.
Eunwoo tertawa renyah. Gemas melihat kedua pipi bulat gadis itu
memerah seperti ini.
**
“Nanaaaa!!!”
Eunha memutar bola mata. “Cari yang lain deh Kook, nggak usah
temen gue. Nanti gue yang repot.”
Jungkook mencibir, “id line deh. Abis itu udah gue nggak narik-
narik lo lagi.”
“Eunha.”
Eunha agak mendelik kecil, “apaan sih. Nggak kok, biasa aja,”
katanya agak tersinggung. “Jangan kayak orang lain deh. Selalu
ngira gue ada apa-apa sama Jungkook,” katanya mengingat para
followersnya dan penanya di askfm selalu membahas itu.
“Ya kalau nggak mau orang mikir aneh-aneh, nggak usah terlalu
lengket,” kata Eunwoo datar, lalu melangkah lebih dulu memasuki
lab mengikuti teman-temannya.
**
“Woi woi woi! Lo dah cek youtubenya Kak Eunha belum?” heboh
Yeri pagi itu, langsung melesat datang ke meja Suhyun yang di
tengah dengan menggebu.
“Eh yang baru ya yang ada Kak Eunwoo?” kata Saeron membawa
buku dan pulpen, jadi menyalin pr ke depan meja Suhyun.
“Woi anjing gue juga nonton.” Kalau ini Dino yang tiba-tiba ke
samping Yeri. Fyi, dia fansnya Eunha.
“Yang baca riddle juga!” ucap Saeron sampai melotot. “EH YANG
GAMES JUGA!!!!!”
“Break the rules gitu. Lucu anjir!” jawab Yeri heboh. “Lucu deh
Kak Eunwoo yang megang kamera mulu, terus Kak Eunhanya
maksa Kak Eunwoo buat yang sering ngomong gitu jadi mereka
kepribadiannya kayak ketuker IH LUCU BANGET!!!”
“Nanti abis pelajaran ketiga kita kelas bebas kita nonton bareng!”
kata Jinny ikutan.
Vlog Eunha.
**
Terdengar suara tawa dari balik kamera. Yang kemudian tak lama
seorang gadis berambut pendek muncul sambil tertawa geli.
“Ih lo tinggal bilang kita lagi nonton basket, susah amat,” protes
Eunha menggeleng kecil, meremehkan.
“Kan lagi break the rules, lo nggak boleh makan manis dong. Itu
kebiasaan lo,” kata Eunwoo memerotes.
Eunha mendelik, belum juga memerotes Eunwoo sudah
memajukan diri menggigit permen kapas di tangan Eunha itu.
Cowok itu mengunyahnya sambil menatap kamera sambil
tersenyum kemenangan. Eunha mendecih, menoyor pipi Eunwoo
dengan telapak tangan.
“Apa?”
“Agar muka Kak Eunwoo makin cling dan mulus kayak boyband,”
kata Eunha di sela-sela tawanya.
“Ah, selain masker wajah avokad ini juga bisa buat masker
rambut,” kata Eunha tiba-tiba menghadap ke kamera, terlalu
salah tingkah. “Ah, ini juga bermanfaat untuk melembabkan kulit.
Kalau untuk manfaat lebih bisa didapat ditambah madu atau
yogurt.”
**
Eunwoo menidurkan diri di atas ranjangnya. Dengan kedua
tangan teracung ke depan wajah menonton video dari layar
smartphonenya. Cowok itu tak hentinya tersenyum. Berkali-kali –
entah sudah keberapa ribu kalinya-.
**
“Kak Eunwoo cari siapa?” tanya gadis cantik itu, Arin namanya.
“Dahyun mana?”
**
Kalau ditanya siapa temennya yang paling bikin malu, sumpah,
Eunha pusing jawabnya.
Jungkook iya, Bobby iya, Yuta iya, Hanbin iya, bahkan si ganteng
Jaewon juga iya. Setelah kemarin Bobby dan pasukan 2A3
bersama-sama mengisi vlog Eunha dengan aktifitas mencari bis
telolet, sekarang Jungkook yang menarik Eunha.
Jungkook dengan tak tahu malunya, ingat ini masih pagi, berteriak
meminta suara klakson dari bis pariwisata yang lewat.
Eunha suka heran yang model gini kok jadi kapten basket yang
juga Most Wanted di sekolah.
Dan karena itu, pagi ini Eunha dan Jungkook datang berdua ke
sekolah.
Terjadilah, gosip besar-besaran seakan GDragon tertangkap basah
jalan berdua bersama Kim Taeyeon.
“Udah gue bilang, kan. Vlog kemaren tuh cuma apaan sih, kapal
yang numpang lewat. Momen sesaat Eunha sama Eunwoo!” kata
Saeron dengan wajah sungguh-sungguh ketika istirahat,
berkumpul di pinggir lapangan futsal bersama teman-temannya.
“Ih, padahal mereka gemes banget loh,” kata Yeri masih merasa
tak rela.
“Halah, bilang aja lo nggak terima Kak Jungkook sama Kak Eunha,”
ledek Suhyun membuat Yeri melotot sebal.
“Emang lo nggak kasian?” tanya Faili jadi sewot, “Ya Kak Eunwoo
harus turun tangan lah. Inikan berhubungan sama dia. Kalau
emang maunya sama Kak Eunha, yaudah pergi aja. Tapi sebelum
pergi, sembuhin dulu luka yang dia tinggalin.”
“WOAAAAAAAA,” yang lain langsung bersorak heboh mendengar
kalimat itu.
“Eh, lagian ini emang ending yang pas kan. Semua bahagia. Kak
Eunha sama Kak Jungkook, Kak Eunwoo sama Dahyun,” kata
Suhyun yang disambut anggukan Faili.
**
Entah kenapa Eunha merasa gelisah. Cowok itu seharian ini sama
sekali tak menyapanya. Oh, oke. Eunha memang tak seharusnya
berharap aneh-aneh tapi setelah video mereka meluncur ke
Youtube, setidaknya Eunwoo memberi komentar atau apalah
begitu.
Line!
Yuju: na
**
Karena cowok itu, Eunha tahu kalau jatuh cinta butuh 9 detik
sampai 4 menit untuk menyadarinya. Tapi cowok itu tak pernah
memberi tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk patah
hati.
Ini… apa-apaan?
Jadian?
Kapan?
Bagaimana?
Dan tiba-tiba saja, entah sejak kapan, setetes bening hangat jatuh
di pipi bulatnya.
BRAK
“Mau lo apasih?”
“Di buku-buku yang lo baca, ada cara jadi bajingan yang benar ya,
Woo?” tanya Hayoung sinis, membuat yang lain jadi makin
menegang diam.
“HA?!”
“Apa?”
**
Gadis itu masih larut dalam lamunan sampai ia merasa ada yang
mendekat, kemudian duduk di depannya. Dahyun mendesah
pelan, mau tak mau mengangkat wajah. Ia mengernyit.
“Faili?”
“Terus gimana?”
**
Eunha tak tahu sudah berapa lama ia duduk disini. Menekuk
kedua lutut dan memeluknya. Melamun sendirian di antara
deretan anak tangga yang jadi dudukan di balkon lantai dua aula
sekolah. Mungkin jika ada yang melihat mereka akan mengira ada
hantu galau di aula sekolah.
“Elo kalau galau pilih tempat yang bagusan dikit napa sih, Na?”
tanya cowok meledek, membuat Eunha mendesah pelan.
“Kook…”
“Hn?”
“Bolos yuk…”
“Elo mah enak, patah hati masih punya banyak cadangan. Lah
gua?” sahut Eunha dengan miris.
Eunha tak tahu benar apa perasaan ini. Rasanya seperti sesal yang
begitu menyesakkan. Seperti perasaan kalah yang tak bisa ia
terima.
**
“Eunha kemana?”
“Dari mana sih lo? Kenapa nggak ngomong dulu?” omel Taeyong
begitu saja saat Eunha melewatinya. Eunha hanya meringis kecil,
tak menjawab.
“Na! Na!” panggil Jisoo langsung heboh saat Eunha duduk ke kursi
di seberangnya membuat Eunha menoleh dan mengernyit. “Na, lo
harus tahu ya kalau-“
Karena memang, ini bukan hanya tentang Eunha dan Eunwoo. Tak
sesederhana itu.
**
Joy yang asik memakan cupcakes langsung tersedak begitu saja
saat tiba-tiba sosok si kapten basket melompat ke meja di
depannya. Gadis itu langsung sibuk meminta minum.
“Ha? Apaan?”
“Ck. Eunwoo brengsek,” umpat cowok itu geram, lalu berdiri dan
langsung beranjak pergi.
Joy melebarkan mata, masih dengan sisa cupcake di tangan
memandangi kepergian Jungkook. Cewek itu langsung ingat
sesuatu.
**
“Elo napa polos banget sih. Mau aja dihasut bocah alay kayak
Faili,” kata Taeyong menatap Eunwoo tak percaya, setelah selesai
membaca ulang chat dari Faili di hape Eunwoo. Mereka sedang di
teras belakang rumah Bobby, mengecat beberapa peralatan
untuk festival pensi nanti. Sementara teman-teman lain masih
berada di area dalam rumah.
“Woi Yong!”
“Woo, sebenarnya gue paham aja sih sikap lo ke Dahyun. Tapi ya,
seenggaknya Eunha harus tahu,” ucap Jennie sambil mengambil
tahu isi dari bungkus gorengan di atas meja.
“Elo juga sih ah. Langsung gas gitu, biasanya juga nanya dulu,”
kata Jaewon memerotes.
“Ahhhh kan dah gue bilang, nggak usah ragu-ragu yang penting
tunjukin dulu perjuangan lo,” potong Bobby merasa gregetan,
bahkan menggigit bakwannya dengan kesal.
“Hayoung gaul sama siapa sih jadi preman gini,” celetuk Hanbin
menggeleng kecil. Lalu menoleh pada Eunwoo. “Masih nunggu
apa sih lo? Jungkook datang jemput Eunha pulang?”
“Eunwoo tuh itungan aja yang cepet ya, padahal mah lelet,”
gerutu Hayi kecil memandangi Eunwoo yang mulai beranjak
melangkah pergi.
“Iya, iya, Kook. Nanti gue beli. Yang merah kan? Wait. Ini gue lagi
di rumah Bobby.”
“Iya, Jungkooookkk iya. Bawel ya lo. Nanti kan gu-” ucapan Eunha
terhenti begitu saja, ketika ia tak sengaja menoleh menemukan
sosok Eunwoo tahu-tahu sudah di pintu kamar Bobby yang
terbuka lebar.
“Dengar apa?”
Eunwoo merapatkan bibir sesaat, mendesah pelan. “Semua bisa
dijelasin,” katanya dengan kalem.
Cowok ini punya kekuatan apa sih? Secepat itu mematahkan hati
perempuan.
Eunha tak bisa lagi berpura-pura. Sok tegar dan kuat seakan
hatinya tak patah. Kali ini gadis itu merasa sudah tak kuasa lagi.
Tak memasang wajah datar tak peduli, tapi tatapan nanar kecewa
pada pemuda jangkung di depannya ini.
“Eh….”
**
Hanbin dan yang lain terkejut setengah mati ketika melihat sosok
Eunha berlari datang dari arah tangga. Cewek itu seperti panik,
mengemasi barang-barnagnya begitu saja diiringi tatapan
melongo teman-temannya.
“Pulang. Gue duluan,” jawab Eunha cepat, tak mau menatap yang
lain dan segera menyelempangkan tasnya berlari pergi.
“Ah, kan dah gue bilang harusnya lo aja yang ke atas Yong.
Kenapa Jisoo sama Bobby ih,” ucap Rosie gregetan sendiri.
“Ih berantem lagi tuh kayaknya,” kata Jennie melemaskan kedua
bahu.
Yang lain jadi terkejut lagi ketika Eunwoo datang dari lantai dua.
“Pulang…”
“Lah? Kok nggak ditahan?” protes Eunwoo tak bisa lagi jadi cowok
kalem, langsung segera berlari keluar.
“Eh, iya, kok tadi nggak ditahan bego?” tanya Hanbin tersadar,
tapi masih sibuk dengan tempe gorengnya.
“Gue aja mulu! Gue datang sama lo ya!” balas Bobby melotot
sebal. Membuat Jisoo membalas dengan geraman.
“Eh nying lo semua yang nyuruh gue liat kan!” balas Bobby tak
mau disalahkan.
Eunwoo menghela nafas sekali lagi, lalu menoleh pada Jisoo dan
Bobby yang masih berdiri.
**
“Nggak… papa?”
“Eh?!”
**
Eunwoo mengangkat wajah lagi melihat bayang seseorang
datang. Tapi melihat Jinhyeong dan Miyeon, ia mendesah kembali
menunduk membaca buku. Cowok itu sedari datang sudah
merasa tak tenang dan gelisah. Ia selalu menoleh ke pintu kelas
jika ada tanda-tanda orang datang.
‘Jangan lirik Na, jangan lirik, tahan, tahan….’ Batin gadis itu
mencoba setengah mati tak memandang meja di pojok depan,
langsung belagak menyapa Rosie dan Lisa dan segera menuju
mejanya.
“Yong.”
“Gue ijin bentar,” pamit cewek itu. Dan tanpa menunggu jawaban
ia berbalik, berlari kecil meninggalkan kelas.
**
“Kak Eunwoo sempat tanya dia harus apa, dan aku yang
nyaranin….”
“Karena video Kak Eunha sama Kak Eunwoo… entah siapa yang
mulai, banyak yang bandingin video itu sama video Dahyun sama
Kak Eunwoo… terus… semua fans kakak nyerang Dahyun…
Dahyun dikatain perebutlah, pho, apalah. Ada yang nyindir
bahkan ada yang frontal terang-terangan.”
“Jadi… Kak Eunwoo berusaha buat lurusin semua. Dia mau semua
orang tau bahwa Kak Eunwoo sama Dahyun tuh baik-baik aja.
Tapi… yang ada malah berita pacaran… Ini di luar rencana kita
juga, kak…”
“Dahyun selalu bilang dia baik-baik aja. Tapi itu yang buat aku
makin khawatir. Jadi… karena kalut aku hubungin Kak Eunwoo….”
Faili diam lama, membasahi bibir bawah sesaat dan menoleh
takut-takut ke arah Eunha.
**
“Ha?”
**
“Berisik lo, sakit telinga gue njing,” umpat Jungkook sebal, lalu
menarik sembarang kursi dan duduk ke samping Eunha.
eEunha kali ini tak tahan. Menjitak kepala cowok itu sebal, “diem
dulu napa sih, Kook. Katanya lo mau move onnya ke Halla terus
sekarang malah Hayoung lagi eh lo kapan tobat sih ha,” omel
cewek itu geram.
Jungkook mencuatkan bibir, “ya kan gue lempar umpan dulu Na,
liat siapa yang makan duluan ya gue pancing….”
“Dih. Adanya lo yang naksir. Eh, walau gue pemangsa ya, Na. Tapi
gue nggak mau nargetin yang sama kayak temen gue. Ih nanti kita
rebutan kan nggak--- ARRGGHHH IYAAAA NGGAK NGGAK GUE
MINGKEM IYAAAA…”
**
Eunwoo meneguk sekali lagi teh apel yang tadi ia beli, mengusap
sesaat bulir sisa air di bibirnya dan mendesah. Cowok itu memain-
mainkan botol teh apelnya sambil berdiri di balkon dekat
perpustakaan. Ia memandang ke arah lapangan di bawah dengan
rahang mengeras.
Tapi kalau gini caranya mana lega kalau nggak ngumpat kasar.
**
“Udah, tenang aja ada gue,” kata Faili menepuk dadanya sok
jagoan. “Udah ah yuk,” katanya menarik paksa Dahyun yang
makin salah tingkah.
“Kak, sorry. Udah nunggu ya? Sepi gini untung Kak Eunha nggak
diculik,” racau Faili sambil mendekat.
“Haha nggak kok, gue juga tadi bareng Taeyong sama Jaebum,
tapi mereka lagi ke kantor dipanggil Mr Simon,” jawab Eunha
ramah. Ia lalu melirik Dahyun yang jelas bersembunyi di balik
punggung Faili merasa malu.
“Marah kenapa?”
Eunha mendecak pelan, “lo tuh salah apa sih? Nggak usah ngerasa
bersalah kalau lo nggak ngelakuin apapun,” katanya
menyemangati. Ia lalu menghela nafas sambil melipat kedua
tangan di depan dada. “Kenapa sih lo nggak ngomong ke gue aja?
Itu tuh yang bikin gue marah.”
“Eh siapa tahu Kak Jungkook bawa Kak Yugyeom hihi---A MAMA!”
Faili langsung menjerit ketika kepangan sebelah kirinya ditarik
begitu saja. Ia dengan sebal menoleh.
“Ih udah ayo pulang,” kata Faili merasa salah tingkah, langsung
meraih lengan Taeyong menariknya pergi. “Kak Eunha aku tunggu
di parkiran ya!” katanya sambil menarik Taeyong yang jadi
menggerutu kecil menepuk kepala gadis itu.
“Eh kok lo nolak Jungkook sih? Kasian loh dia patah hati,” kata
Eunha membuka obrolan lebih dulu.
Dahyun jadi meringis kecil, “Kak Jungkook udah kayak kakak aku
sendiri kok.”
Eunha mengangguk setuju, “Yeri pasti mau deh kalau diajak nyari
telolet sama Jungkook.”
“Eh atau sekalian kita undang Yeri di vlog kita?” tanya Eunha
memberi ide.
“Eh nggak papa kan ini kolab pertama kita. Biar rame gitu. Adain
Faili juga deh.”
**
“Bum, gue mau nanya tapi lo jangan ketawa ya,” kata Eunwoo
dengan mimik serius.
Jaebum mengangkat alis, “ya dia ngerasa kali lo jaga jarak jadi
gitu,” jawabnya santai.
“Kalau gitu doang gue juga mungkin mikir itu,” kata Eunwoo jadi
stress sendiri. “Tapi tadi beberapa kali Eunha tuh senyum sama
gue. SENYUM.”
“Lo kok jadi liar gini sih Woo?” tanya Jaebum dengan ekspresi tak
percaya yang dibuat-buat. “Padahal kan lo tuh dulu kalem,
bahkan jadi cowok kesayangannya anak-anak 2A3.”
“JUK JUK AJES JUK AJES!” sahut Bobby sudah memegang pompom
kelas mereka menari-nari bersama Hanbin di sampingnya. Entah
sejak kapan mereka sudah memutar lagu Bang Jono tak lanjut
berlatih untuk pensi nanti.
“E E E BANG JONO!”
Walau itu hal yang patut disyukuri. Karena kalau tidak begitu….
Mungkin 2A3 tak seasik ini.
**
“HALUUU!!!”
“Ada Faili kok. Jadi double date,” jawab Taeyong tanpa beban,
yang langsung disambut seruan heboh dari Jinhwan dan
Yunhyeong yang tak jelas.
**
Andai saja cowok itu bisa menjelaskan lebih awal, Eunha tak
seperti ini. Eunwoo terlalu ragu-ragu. Jika saja dia lebih agresif,
mungkin sekarang tak rumit begini.
Eh, wait.
“Kenapa gue harus nggak berani sama lo?” balas Eunwoo seakan
tertantang tak mau kalah.
Tapi pantas saja Hanbin atau Bobby masih sering ngelunjak kalau
sudah dipukul Lisa atau Jisoo. Karena… walau sakit ternyata nagih
ya.
Eh, wait.
**
Eunwoo melirik ketika layar hapenya menyala dari sudut meja.
Pemuda itu tak langsung mengambil, kembali merunduk sibuk
menyelesaikan soal Fisika di depannya. Sisa satu soal, rasanya
tanggung.
Bawaannya emosi aja gitu kalau liat Eunha di dekat cowok itu.
Mungkin karena Eunwoo memang tak kenal Jungkook, hingga ia
tak pernah tahu bagaimana hubungan Eunha dan Jungkook. Ia
hanya bisa menebak bagaimana Eunha bersikap di hadapan
Jungkook. Dan membayangkan saja Eunwoo sudah kesal.
Walau… tetap saja kepastian perasaan gadis itu hal yang paling
mengganggu.
**
Eunha menggaruk rambutnya sesaat, dengan wajah masam
memandang Hanna di sampingnya yang terus bicara menguraikan
rumus Fisika dengan tenang. Gadis itu mengerutkan kening,
mencoba memahami penjelasan Hanna.
“Lo kan juga anak OSN,” sahut Eunha mencibir. Ia lalu menarik
buku fisika mendekat, “yaudah sini gue coba deh,” katanya
dengan pasrah.
**
Mbak Indah hampir saja khilaf mencubit pipi cowok itu dengan
gemas. Tapi harus jaga image, dia sudah 26 tahun sudah kebal
dengan pesona brondong SMA.
“Nggak juga sih... Tapi orang pinter kayak kamu biasanya kan
cuek...” kata Mbak Indah merapikan bekas-bekas gelas minum.
“Keseringan pacaran sama buku.”
“Kayak kamu tuh biasanya galauin nilai, bukan cewek. Kalau yang
ngurusin cewek mulu biasanya anak olahraga tuh, cowok-cowok
basket. Cowok pinter kan jarang kayak gitu.”
“Mbak Indaaaahhhh!”
“Mbak, udah ada yang ganteng disini ngapain cari yang lebih
gelap?” celetuk Jungkook membuat Mbak Indah tertawa.
“Jungkook?”
‘Cih. Murah sekali senyum cowok ini.’ Eunwoo hanya melirik dari
sudut mata, berusaha tetap tenang.
“Eh?” “Hn?”
UKS hening.
Jungkook berdehem kaku, jadi duduk di tempat tidur pojok.
Dipisahkan satu tempat tidur dari Eunwoo yang bersandar dan
memainkan hape dengan tenang. Jungkook menghela nafas,
merogoh hape.
‘Kook, lo kan lebih gentle. Gas aja duluan,’ suara hati Jungkook
tiba-tiba berbisik. ‘Eh jangan deh. Kan nggak kenal.’
Eunwoo: Yong
Eunwoo: cepetan
“Ehm.”
“Iya. Kenapa?”
“Kalau lo suka sama Eunha, ya gas lah,” kata Jungkook jadi sewot,
“ngapain lo masih deketin Dahyun?”
“Ha?” Eunwoo jadi melongo.
“Elo orang yang paling sering ada di sosial media Eunha. Dan
kayaknya lo yang paling deket sama Eunha kalau ada apa-apa,”
kata Eunwoo tanpa sadar terdengar menyindir tajam.
“Ha?”
Jungkook tertawa ringan, “ya karena itu tadikan gue bilang gue
ngira lo tuh ngegas Dahyun euy, sendok nyam-nyam.”
Eunwoo mendelik.
Oh, ya.
“Iya gue tahu. Dan gue sama Eunha juga nggak ada apa-apa,”
balas Jungkook sewot.
“Elo pasti sering nethink sama gue, kan? Ngaku lo. Apalagi gue
sadar diri si Eunha kayak guguk narik-narik gue buat bikin lo
jealous.”
“Apa?”
“Emang lo nggak tahu elo udah buat Eunha kayak orang gila?
Datang-datang dia ngacak rambut histeris, datang-datang dia
marah-marah, nyebut nama elo mulu,” kata Jungkook jadi kesel.
“Dia ngelamun kek orang bego. Atau pernah tuh nangis beneran
pas lo katanya pacaran sama Dahyun. Terus juga sengaja narik-
narik gue di depan lo biar lo jealous.”
Mata Eunwoo melebar. Ia langsung duduk tegak, “gitu?” tanyanya
polos.
“Elo aja yang nggak peka,” sahut Jungkook santai. Tapi berikutnya
raut wajahnya berubah.
**
“Eh, eh,” heboh Faili menarik Yeri saat mereka baru keluar dari
kamar mandi. Gadis itu melebarkan mata melihat sosok Eunwoo
dan Jungkook berjalan berdampingan di koridor sekolah. “Apa-
apaan ini?” tanya bingung dengan berlebihan.
Yeri jadi bersungut, “apaan sih kan gue cuma becandaan gue
nggak baper beneran kali kayak elo sama Dahyun,” balasnya
membuat Jungkook melotot. “Kan gue cuma minta id line bukan
minta hatinya.”
“WIH YER DENGER YER!” heboh Faili seketika, “KAN UDAH GUE
DUGA LO TUH ADA APA-APPP—HHMMMPPTTT,” ucapannya
langsung terhenti karena Jungkook dengan salah tingkah
membekap mulut gadis itu.
“Ha? Apaan sih?” kata Yeri mencoba tak ikut salah tingkah. “Kak
Eunwoo lo mabok ya!”
“Tadi ada cowok yang kirim salam ke Dahyun. Yaa emang udah
biasa sih ada yang kirim salam ke dia. Tapi yang ini waw luar biasa
sekali,” kata Yeri dengan gaya berlebihan. “Si Dahyun aja pernah
naksir dia pas MOS.”
“Oh...”
Dua reaksi berbeda didapat dari dua cowok di depan Yeri dan Faili
itu.
“Hm. Tuh sama Yeri aja,” kata Eunwoo lagi, menunjuk Yeri tanpa
dosa.
“Nggak bisa ah. Guekan maunya sama Kak Mingyu,” sahut Yeri
membuat Faili di sampingnya tertawa. “Ngapain sama siluman
buaya.”
Yeri menjulurkan lidah tak takut. “Kuy Fai pergi nanti digigit sama
titisan aligotor,” ejek cewek itu mengandeng lengan Faili
menariknya pergi.
“Eh anj-“
“Gue pikir mereka perang dingin,” kata Jisoo juga ikut bingung.
**
Grup ‘2A3 –Belajar Bareng, Harap Tenang’
Bobby: 180!!!!!!!
Rosie: 157
Taeyong: 120
Eunwoo: 120 kok
Jihyo: PERGI.
Jaewon: na kata eunwoo kalau mau belajar mah panggil dia aja
jadi gak usah capek bulak balik cek grup
Jinhwan: ^2
Taeyong: ^3
Jinhyeong: ^4
Eunwoo: diem lo won.
Hanbin: ^pengalaman
Bobby: astaga yo
Hanna: serah.
Hayi: BONGKAR
Eunha: ck ck ck
Hayi: UGH
Taeyong: ini mau bahas jennie jaewon dulu apa bahas uas?
Jaewon: JENNIEKU
Jisoo: ^2 :’’’’’(((((
Jinhyeong: biar pinter lah bob, jadi masa depan cerah emang kek
lo
Bobby: cot.
Jaewon: jennie :(
Eunwoo: apasih
Jaebum: bob...
Eunha: serah :)
Hayi: WOHOOOOOOO
Bobby: bgst
**
“Hm. Terusin aja hina cowok gue,” kata Jennie sarkas. “Mungkin
mereka sama-sama lagi cari perlarian gara-gara si Taeyong mau ke
Jepang bentar lagi,” lanjutnya kembali asal.
**
“Halah, lo nggak join aja nggak usah ikutan,” balas Eunha langsung
sewot.
“Sett dah sok ganteng lu,” balas Jaewon jadi kesal. Padahal mau
dibantu biar berdua malah nggak tahu diri gitu.
**
Dia udah nyium gue. Tapi gue nggak dianggap sama dia gitu.
“Perasaan kemaren fine-fine aja,” jawab Jungkook narik lidi-lidian
dari bungkus dan menggigitinya. “Dia ngaku dia naksir lo.”
“Gue bingung Koookkk. Kok dia ngindar gitu sih ih, dasar cetakan
buku erlangga,” umpat Eunha penuh dendam sebal. “Sembilan
detik empat menit apanya. Ini udah berbulan-bulan kagak ada
perkembangan. Otaknya ngadat nggak ada ngasih sinyal disuruh
gas,” omel Eunha sudah tak tahan.
“Siapa yang hatinya paling kebal selain gua? Dah berapa kali gue
harus update lagu Pelangi dari Hivi buat ngungkapin perasaan
gue? Masih nggak jelas?” gerutu Eunha kesal. Gadis berambut
pendek itu memonyongkan bibir sebal.
“Padahal udah ini itu, masih aja jalan di tempat. Gue yang pacaran
sama laptop aja masih prioritaskan dia masa dia yang mesra-
mesraan sama buku mulu nggak pernah pahamin gue sih?”
“Vernon Decaprio anjir. Datang dari mana sih dia tiba-tiba nyelip
njir. Gue sama dia udah jelas gantengan gua. Dia Cuma menang
darah import.”
“Aneh tahu nggak. Dia tuh selalu pengen ditebak gitu. Gue juga
capek kali diayun-ayun mulu-“
**
“Ya tapi tetep aja kan!” Suara Eunha meninggi tanpa sadar, dan
berikutnya tersadar berada di koridor rumah sakit. “Elo ajak
kemana sih? Gimana bisa kayak gini?” tanyanya menyalahkan.
Walau yang ada hidung Eunha sudah memerah dan menahan isak.
Ia mengalihkan wajah, menahan untuk tak meledakkan tangis.
Digigitnya bibir bawah, membatin doa.
“Nggak perlu operasi, cuma luka ringan,” jawab wanita cantik itu
tersenyum tipis. “Kamu pulang aja dulu, Eunwoo nggak papa kok.”
“Mbak kita cuma mau liat temen kita kok. Katanya kecelakan?”
“He!”
Mereka menoleh kompak, langsung merekah melihat Taeyong
mendekat bersama Eunha. Jaewon berlari lebih dulu
menghampiri.
“Itu tuh. Ketulahan nggak ikut ke rumah gue!” kata Hanbin jadi
emosi.
“Elo juga pulang, Yong. Elo lagi nyiapin urusan ke Jepang, kan?”
kata Rosie peduli.
“Terus nanti yang ngabarin kalian siapa? Udahlah, nggak papa gue
di sini,” jawab Taeyong tenang.
“Hm? Nggak, nggak usah. Aku anter pulang dulu, baru balik ke
sini.”
“Nggak usah ribet gitu. Aku sendiri nggak papa kok,” kata Jennie
meyakinkan. “Daripada kamu nggak tenang.”
“Hm. Kita jenguk rame-rame pas dia pulang aja. Kalau di rumah
sakit nggak mungkin dibolehin,” tegas si ketua kelas itu.
“Yaudah, mau gimana lagi,” kata Lisa menghela nafas. “Pokoknya
kalau ada apa-apa, langsung kabarin grup kelas.”
**
“Dia marah.”
“Dan dia pengen lo tau kalau dia marah,” lanjut Taeyong masih
belum menjelaskan sepenuhnya.
“Hm. Cewek kadang nuntut cowok untuk peka dan ngerti. Pada
nyatanya? Kalian sering keterlaluan nggak pernah mikirin
perasaan para cowok,” kata Jaewon ikutan nimbrung. Eunha
makin mengerutkan kening.
“Elo inget saat lo pengen balas dendam buat dia?” tanya Taeyong.
Eunha jadi diam, mengerti maksud itu. “Saat lo tau kalau Dahyun
dibully dan Eunwoo berusaha ngelindungin dengan caranya
sendiri. Lalu elo malah balas dendam, berpikir kalau Eunwoo
harus ngerasain apa yang lo rasain dengan cara bikin dia cemburu
bareng Jungkook.”
“Ternyata lo udah tau semua kan, Na? Gimana dia nggak sakit
hati,” kata Jaewon menyalahkan membuat Eunha makin tersudut.
“Dia pengen lo peka. Tapi dia bego juga sih. Manusia tsundere
kayak lo walau peka tetep aja sok-sok nggak peka.”
**
Tadi malam ia sudah tak bisa tidur tenang karena belum bisa
menjenguk Eunwoo. Cowok itu masih belum boleh dijenguk orang
luar. Mau tak mau Eunha, Jaewon, dan Taeyong pulang malam
masih dengan seragam sekolah mereka. Pagi ini pun Eunha hanya
makan sebungkus roti malas-malasan sambil terus memikirkan
perkembangan cowok itu.
“Eunha? Kenapa?”
“Ng.... Nggak bisa kasih saya surat dispen, Sir? Dari kemaren
belum sempat liat Eunwooo....” pinta gadis itu dengan mata
memelas. “Kalau sendirian pasti boleh jenguk...”
**
Eunha merapikan rambutnya sambil berjalan cepat di koridor
rumah sakit. Gadis itu memakai dress merah mudah selutut tanpa
lengan dengan tas selempang dan bando krem di rambut pendek
bobnya. Gayanya udah kayak mau ngedate aja. Padahal cuma
mau ngejenguk.
“Kalau ada apa-apa langsung tekan tombol suster aja ya,” kata
Mama Eunwoo menunjuk tombol yang dimaksud di atas kepala
Eunwoo. Ia mengambil tasnya, memegang lengan Eunha
tersenyum pamit.
Eunha melirik jam. ‘Ck. Masih lama ya? Gini caranya Mamanya
Eunwoo bisa balik duluan,’ batin gadis itu mengecek hape
kembali. Ia melengos menaruh hape ke sisi ranjang dengan layar
menghadap atas bersiap jikalau ada pesan masuk datang.
“WUAAA!”
“Astaga. Astaga untung gue masih muda jantung gue masih kuat,”
cerocos Eunha sudah meracau, merasa tubuhnya melemas
dengan jantung yang masih merasakan efek dahysat tak karuan.
“Yaampun Tuhan gue lemes,” kata cewek itu sudah hampir jatuh
memegang ujung tempat tidur Eunwoo.
Eunha jadi mengkerut kecil lucu. “Maaf...” cicit gadis itu malu.
“Tapi... semua udah selesai kok,” Gadis itu mengangkat wajah,
tersenyum tipis. “Dahyun udah upload teaser vlog kolab kita.
Terus responnya positif. Dia juga nggak jadi pindah sekolah.
Temen-temennya udah bantu, Jungkook juga ikut ngelindungin
dia,” katanya memberi laporan dengan ceria.
Eunwoo menghela nafas pelan. “Hm. Gue dulu pernah suka dia,”
katanya serak, memandang Eunha lekat.
“Hn?”
Hening.
Lumer.
“Halo?”
Taeyong jadi menoleh, “cot lo. Ngikut aja kenapa sih?” tanyanya
galak.
Eunwoo jadi menegak tak terima. Sementara Eunha jadi tak tahu
harus apa diam memandangi pertengkaran dua orang ini. Walau
pertanyaan Taeyong berikutnya membuat Eunha membelalak.
“Udah.” “Nggak.”
“BODOAMAT!”
“Ssssttt Na!”
Taeyong jadi ikut stress sendiri. Ia lalu melengos keras, “Ini nih
yang bikin gue pengen cepet-cepet ke Jepang,” gumam cowok itu
frustasi. “Udah, udah, urusan hati lo berdua itu entar aja.
Sekarang kita ke belakang dulu. Ok?” katanya mencoba
menengahi.
“Lo bayangin aja jadi gue lo kuat nggak, Yong?!” geram Eunha
sudah emosi sendiri.
“Emang gue salah, Yong?” tanya Eunwoo juga sama tak terima.
“Makan aja tuh teori lo! Wikihow campur sama buku Erlangga!”
“.............”
Bibir Eunha sudah terbuka lebar, menatap cowok ini tak percaya.
Hening.
“EUNWOOO!!!!!!!”
“Woo, apanya yang luka? Masih sakit nggak? Bisa jalan kan?”
tanya Miyeon beruntun.
“Eunwoo dapat salam dari Mbak Indah!” kata Bobby nyaring, tapi
kemudian dapat jitakan dari Jisoo menyuruhnya pelan-pelan saja.
“Katanya pinggang lo yang luka ya? Yah nggak bisa joget dong,”
kata Rosie membuat Lisa mendelik.
“Woo cepet keluar dari rumah sakit. Kita nggak boleh masuk!”
kata Jinhwan mendongak tinggi-tinggi.
“Eh padahal tadi kita mau bawa balon warna warni sama spanduk
tapi Taeyong bilang lebay,” celetuk Hanna yang dijawab anggukan
Miyeon dan Hayoung.
“Eh, nggak parah kan? Nggak ada efek amnesia?” celetuk Jihyo.
“Nggak kayak Goo Jun Pyo, kan?”
“Atau itu tuh efek kecelakaan gitu yang shock-shock itu loh,” ucap
Hayi mulai sok tahu.
“Padahal gue maunya Korea tapi kata Mr Simon cuma tiga hari
jadi yang deket aja, gitu,”ucap Jihyo jadi curhat.
“Yoi. Anak 2A3 kan anak jagoan, anak jagoan tuh nggak lemah!”
kata Hayi menggebu.
“Pas banget sih Eunha juga milih itu!” kata Hanna riang.
“SEMANGAT WOO!”
“BOGOSIPDA!”
**
“Lucu deh jadi si Lisa tuh bantu benerin prakaryanya Hanbin yang
dijatohin Yoyo. Yoyonya sampe beli brownies Hanbin banyak-
banyak buat minta maaf. Si Hanna bantuin ngerjain tugas
remednya Hanbin. Hanbin tuh tahu aja ada kesempatan, licik
amat,” cerita Eunha diakhiri tawa geli.
Eunwoo yang duduk bersandar di tempat tidur rumah sakit
tersenyum samar. Memerhatikan lekat Eunha yang duduk di
sampingnya bercerita dengan ceria sambil sesekali tertawa
tentang keadaan kelas hari ini. “Emang sempet dibaikin? Kan
terakhir kumpul hari ini.”
“Hanbin ngumpul ala kadarnya,” kata Eunha meringis, “dia
ngomong sama gue, yang penting browniesnya ludes dan remed
Fisikanya tuntas karena nilai Kesenian tuh nggak penting, gitu
katanya.”
Eunwoo menggeleng kecil, ”pinter juga ya,” gumamnya
membuat Eunha terkekeh.
Pintu ruang 212 itu diketuk membuat mereka menoleh. Pintu
terbuka memunculkan sebuah kepala melongok, tersenyum
canggung sambil melangkah masuk. Sosok Taeyong terlihat
mengekor dari belakang.
“Faili,” Eunwoo tersenyum ramah gadis itu mendekat.
Faili tersenyum ceria juga melambai kecil pada Eunha. “Kak
Eunwoo udah baikan, kan? Makanya kak kalau diajak pergi sama
Kak Taeyong tuh nggak usah mau soalnya dia nggak ngomong
sama aku kemarin langsung pulang gitu aja nah itu pasti karmanya
Kak Taeyong tapi kepental salah sasaran ke Kak Eunwoo yang
pergi sama Kak Taeyong,” cerocos gadis itu panjang lebar
membuat Taeyong yang mendudukkan diri di sudut tempat tidur
Eunwoo mendelik.
Taeyong menoleh pada Eunwoo, “dia maksa pengen jenguk lo.
Kalau lo ngerasa dia polusi, bisa gue amankan sekarang,” ucap
pemuda itu tenang membuat Faili memicingkan mata.
Faili mencibir saja, kembali memandang Eunwoo dan
mengacungkan plastik putih berisi kotak donat. ”Kak, ini titipan
Dahyun, dia bilang sorry nggak bisa jenguk.”
“Thanks,” kata Eunwoo menerima, menaruh di nakas
sampingnya. “Kenapa nggak bisa jenguk?”
“Dia sibuk ngejar nilai,” jawab Faili membuat Eunwoo maupun
Eunha tersentak, tak menyangka. “Kemaren kan Dahyun sempet
sering nggak turun, jadi nilainya kurang. Ituloh, pas dia takut,”
kata Faili penuh arti.
Kedua bahu Eunha melemas mengerti itu. “Sekarang
keadaannya gimana Fai? Gue belum ada cek setelah video kita
kemarin kepost,” ucapnya khawatir.
“Aman!” jawab Faili tersenyum lebar, “awalnya banyak yang
ngatain dia uler pas kolab sama kakak. Tapi ada Kak Jungkook
yang rajin ngapelin dia ke kelas jadi banyak yang segan gitu. Terus
sekarang kan heboh gosipnya tuh Kak Jungkook lagi jadi romeo
gitu deh memperjuangkan cintanya Dahyun. Padahalkan si
Dahyun juga lagi dideketin Vernon. Ih kak ya kemaren tuh di
depan kelas ada Vernon ketemu Kak Jungkook teruskan-AKH!”
Gadis itu memekik, menoleh sebal mulutnya ditepuk pelan oleh
tangan Taeyong.
“Lagi jenguk orang sakit. Kenapa jadi ngegosip ha?” tanya
Taeyong menarik lengan gadis itu mendekat, menepuk kepalanya
pelan.
Eunha malah terkekeh melihat keduanya yang selalu saja lucu
menurutnya. Sementara Eunwoo melamun sesaat, menghela
nafas pelan.
“Kemaren sebelum kecelakaan, Jungkook bilang sama gue
Dahyun diserang haters pakai poto dia diedit meme gitu. Apa itu
nggak keterlaluan?” tanya Eunwoo serius membuat Faili menoleh.
Eunha tersentak baru dengar hal tersebut.
“Lo seterkenal apa sih? Fansnya banyak banget,” kata Taeyong
membuat Eunha jadi merenggut kecil.
“Bukan fansnya Kak Eunha juga,” celetuk Faili, “banyak orang-
orang yang manfaatin momen ini untuk nindas. Entahlah. Mereka
nggak tau apapun, mereka nggak kena efek apapun, tapi ikut-
ikutan mojokin Dahyun,” omel gadis itu juga merasa miris sendiri.
“Tapi gue sama temen-temen udah ngurus itu kak. Kita serang
rame-rame siapapun yang ganggu Dahyun di sosmed,” ucap Faili
menggebu.
Eunha melengos, “parah sih. Masa cuma gara-gara vlog doang
serame ini?” gerutunya tak percaya sendiri.
“Kak, walau cuma satu dua orang ya bisa sebesar ini. Karena
sekarang tuh jaman canggih. Akun anon gampang dibuat. Karena
itu mereka ngerasa bebas bicara,” kata Faili menggerutu kecil.
Taeyong di sampingnya memandangi gadisnya itu lekat, selalu
suka jika ketua kelas X-4 ini mengeluarkan sisi kritisnya.
“Kalau kita tindak aja gimana? Walau sekarang emang udah
ngereda, tapi tetap aja mereka ngelakuin kejahatan di balik anon
gitu,” kata Eunha membuat Eunwoo jadi memikirkan hal yang
sama.
“Tindak gimana? Nyari akunnya lewat polisi gitu?” Faili
melengos, “kak, itu sama aja ngasih tambahan gerbong kereta
dosa.”
Eunha dan Eunwoo mengernyit. Taeyong saja juga ikut tak
paham, memandangi Faili yang kembali melanjutkan.
“Bayangin deh. Kita ketemu pelakunya, pelakunya ketahuan.
Paling juga pelakunya anak SMP atau SMA kayak kita. Terus yang
lain gimana? Yang lain bakal salahin dia, bakal nunjuk-nunjuk dia,
bakal mojokin dia, bakal bikin malu dia. Sama aja kak. Nggak bakal
selesei,” kata Faili berargumen. “Indonesia emang lagi krisis
tenggang rasa. Sampai remajanya pun juga marak bully gini.
Semua seakan berlomba-lomba saling nindas, pengen jadi
seseorang yang paling benar.”
Eunha dan Eunwoo terdiam. Cukup terpukau baru kali ini
melihat sisi serius gadis nyablak ini. Sekarang Eunwoo paham
kenapa Faili ditunjuk jadi ketua kelas padahal ia terlihat sangat
bobrok dan tengil.
“Dih, kayak orang tua lu,” celetuk Taeyong mencubit pipi kiri
Faili dan menariknya. Gadis berambut panjang itu jadi memekik
panjang dan segera melepaskan diri dengan bibir manyun
mengusap pipi bulatnya.
“Ck. Aku lagi beneran nih,” sahut Faili ngotot. “Dahyun tuh
temenku. Aku bener-bener sakit hati Dahyun diserang gitu,”
katanya sungguh-sungguh.
“Bully itu kasus serius ya,” gumam Eunha baru menyadari.
Faili merapatkan bibir. Ia jadi melirik Eunha, Eunwoo, dan
Taeyong. Gadis itu bergumam pelan terus melirik ketiganya
bergantian.
“Apa?” tanya Taeyong membuat Faili tersentak.
“Kenapa Fai?” tanya Eunwoo juga menunggu gadis itu bicara.
“Eung....” Faili bergumam, nampak ragu. “Aku.... Eum, aku
mikir sesuatu tapi- eung....”
“Paan? Sejak kapan lo mikir dulu sebelum ngomong?” tanya
Taeyong membuat garis wajah Faili langsung mengendor dan
menatapnya sangar.
“Yong, diem dulu deh,” tegur Eunha jutek.
Faili mendesah sesaat, ”gini. Kan kelas 11 IPA 3 tuh... muridnya
terkenal semua gitu ya, eksis hits gitu kan.”
”Emang iya?” tanya Eunwoo mengernyit tak setuju.
“Nggak tuh,” sahut Taeyong membantu.
“Diem nggak,” ancam Eunha melotot pada dua pemuda
tersebut. Ia menoleh lagi pada Faili, “kenapa emang?”
Faili mengembungkan pipi sesaat. Ia menarik nafas, kemudian
menyuarakan isi pikirannya. Membuat ketiga kakak kelasnya itu
mengangkat alis tinggi dan jadi saling pandang.
**
“Ck, udah lah. Emang nggak ada,” kata gadis itu melengos,
akhirnya meraih hape untuk membuka pesan.
.
Eunwoo: happy birthday
Dari semua chat dan notif yang masuk, hanya pesan itu yang ia
buka.
Eunha: thanks
Eunwoo is calling...
Eunha panik sendiri. Cewek itu sudah kesetanan di atas tempat
tidur. Ia berdehem-dehem lagi. Menarik nafas dan menyentuh
tombol dial lalu menempelkan hape ke samping telinga.
“Hm? Halo?”
“Suster baru aja keluar, tadi ngecek infus,” balas pemuda itu
terdengar berbisik pelan. “Maaf ya.”
“Maaf kenapa?”
“Hm. Besok terakhir cek, kalau udah nggak ada apa-apa gue bisa
pulang.”
“Hm. Ngerti kok. Taeyong juga bilang ada acara sekolah kan? Gue
lebih sedih nggak bisa ada sama kalian sih daripada kalian yang ke
sini...” Eunwoo mendesah pelan, “besok pasti yang lain ngerayain
ultah lo bareng-bareng...”
Eunha tersenyum mendengar intonasi sedih itu. “Kalau 2A3 nggak
lengkap, kayaknya nggak mungkin kita bisa ngerayain sesuatu
gitu,” katanya mencoba menenangkan. “Lagian juga gue udah
gede. Nggak ngarep macem-macem kok.”
Eunha diam, tak langsung menjawab. “Hm... gue pengen elo cepet
sembuh total.”
“Nggak mau yang lain?” tanya Eunwoo dengan suara serak yang
rendah, “dari gue gitu?”
“Ya itu, kan. Gue mau lo sembuh,” jawab Eunha merasa malu
sendiri dengan pipi memanas. “Biar bisa ikutan projeknya Faili. Elo
kan tokoh utamanya.”
“Woo? Eunwoo?”
Eunwoo: oke :(
Gadis itu diam, menunggu dengan tak sabar. Cukup lama sampai
akhirnya ada pesan baru.
**
“EUNWOO!!!!!!!!!!!”
“Sssstttt kok kayak mau ngajak main layangan sih?” omel Miyeon
menoleh pada teman-temannya yang berdiri di depan rumah
Eunwoo.
“Bentar, bentar, hape gua hape gua!” kata Lisa sudah merangkak-
rangkak, tapi terdorong sana sini berasa ada di keramaian konser.
“Nggak papa kok. Kalian duduk di sana aja dulu,” kata Eunwoo
menunjuk ke arah ruang tengah yang menyambung pada teras
belakang dengan pintu terbuka.
“Tuh, tuh, kesana. Entar dia juga datang,” kata Taeyong menoyor
Bobby dan Hanbin lebih dulu agar menjauh, lalu menarik Hayi dan
Jisoo. Belum lagi Lisa yang baru berhasil meraih hapenya yang tadi
jatoh.
“Kok gue? Kenapa kalau jelek-jelek pasti dari gue?” protes Jaewon
tak terima.
“Karena lo tau? Ibaratnya nih ya. Untuk Eunwoo, gue malaikat di
sisi kanan, dan lo iblis di sisi kiri.”
**
“Nggak salah kan kalau gue nyodorin brownies dari tadi,” celetuk
Hanbin memakani biskuit bersama Rosie di sampingnya.
“He diem diem, cewek gue kalau ngomong pasti bener ada
faedahnya nggak kayak lo semua,” kata Jaewon songong
membuat Wonwoo tak tahan untuk tak menendangnya.
Jennie tersipu sesaat, lalu kembali serius. “Kan kita punya Hayi
tuh yang udah dikenal sebagai penyanyi. Terus juga kemaren pas
pensi gue sama yang lain nyanyi. Kita juga punya Jinhyeong si
vokalis. Hanbin Bobby bisa main gitar. Wonwoo udah dikenal jadi
drummernya sekolah-“
“Maksud gue tadi tuh juga itu Jen!” sosor Bobby segera, sampai
menegakkan tubuh dari duduk di ambal ruang tengah Eunwoo.
“Kita kolab gengs!” katanya bersemangat.
“Nah, nanti kita juga pake baju atau pin gitu. Urusan itu bisa Jinan
sama Jihyo yang handle!” kata Jennie membuat wajah Jinhwan
langsung merekah. Jihyo yang asik memakani brownies jadi
membulatkan mata lebarnya.
“Yah nggak bisa jualan bento dong kan di Mixme ada bento,”
protes Yunhyeong masih kekeuh.
“Yaudah Yo, bentonya kamu buat aku aja,” sahut Hanna tenang,
meraih bolu pisang di meja dan memakannya.
“Kalau bukan juara kelas udah gue maki juga dari tadi,” gerutu
Wonwoo pelan, melirik kotak bolu di atas meja yang sepertiga
sudah dihabisi Hanna.
Hm. Semester ini lagi-lagi Hanna yang jadi juara. Eunwoo sebagai
nomer tiga memang hanya bisa menang di UTS karena nilai
praktek dan keaktifannya tak sebanding dengan Hanna maupun
Jinhwan yang peringkat dua.
“Bisa kok bisa,” kata Jaebum kalem. “Kan konsep kita tuh friend is
power. Kita dukung satu sama lain. Jadi kita ijin aja, si Yunhyeong
mimpin dapur untuk hari itu.”
“Lo mah satpam aja kalau ada yang rusuh lo yang maju,” celetuk
Hanbin membuat Hayoung ingin menyiram cowok itu dengan es
jeruk di sampingnya.
“Eh, bentar deh,” celetuk Lisa membuat yang lain menoleh, “gue
masih nggak paham maksud acaranya.”
Tak seperti Hayoung yang hanya mengancam, kali ini Lisa benar-
benar maju menyekek leher cowok itu dengan lengan sampai
keduanya terjatuh ke belakang menimpa ambal ruangan Eunwoo.
“Gue tuh lagi pengen terharu biru gitu loh Won napa sih lo rusak
suasana mulu,” omel gadis kecil itu geram.
“Hm. Ini awalan untuk tahun terakhir SMA, jadi harus berkesan,”
kata Eunha mencoba ceria.
“Eh gue mau daftar jadi victim! Selama ini gue dibully sama
Lalisa!” kata Hanbin mengacungkan tangan.
“Tolong ya urusan rumah tangga entar dulu BISA FOKUS NGGAK
HA?!” tegur Hayoung sudah melotot.
“Eh, eh, terus Na, kita ngapain sih?” tanya Lisa tak menghiraukan
Hanbin yang mencak-mencak.
“Ya gitu, Lis. Kita harus menyuarakan kalau bully itu bukan hal
yang buat lo keren,” jawab Jisoo.
“Itu yang mau kita contohin,” kata Jaebum tenang. “Ada kegiatan
yang bisa ngisi masa sekolah lo dan itu bukan bully. Selain itu
untuk ngehindar bully adalah support teman. Jadi kita harus saling
support satu sama lain. Friend is power,” katanya menjelaskan.
“Ohh... jadi karena itu si Yunhyeong mau berbagi tentang hasil
masakannya, Jinhwan terus usaha tentang olshop, ataupun kata
Jennie yang kita colab?” ucap Lisa baru mengerti.
“Hm. Visi kita tuh, bully nggak buat lo keren. Karena itu lakuin
passion yang lo suka agar lo jadi keren. Tema kita friend is power
yang berarti kita harus saling support passion teman satu sama
lain,” ucap Jaebum menjelaskan.
“Hm. Yang lain juga kalau passion kalian belum tersalurkan ini
saat yang tepat,” kata Miyeon dewasa.
“Tobat anjir tobat, mau kelas dua belas!” tegur Jisoo melempar
kulit kacang.
“Ini lagi satu. Kapan sih kalian tuh jadi manusia cerdas?” celetuk
Hayi dengan frustasi.
“Yeu seblak cimol,” ledek Jaewon memukulkan bantal ke kepala
Hayi pelan.
“Eh gue mikir deh,” celetuk Hayoung tiba-tiba, “kan kita udah naik
kelas ya 2A3 udah bubar. Eung, maksud gue kelasnya tapi kita
jangan,” ucapnya membuat yang lain terkekeh tapi mengangguk
setuju. “Kita kirim aja nih cerita-cerita receh dan tak berfaedah
kita. Siapa tahu bisa jadi sitkom atau drama seri!”
“Oh, kita bikin parody aja!” kata Jennie juga ambil suara. ”Jadi kita
masing-masing suarakan hal-hal yang sering dijadikan bahan bully
masing-masing. Terus kita bikin dengan gaya nyeleneh.”
“Hm. Gue victim. Untung hati gue tuh sekuat baja,” kata Bobby
dengan drama.
“Kalau gitu tinggi badan gue!” celetuk Jinhwan membuat Hayi
terlonjak dan langsung berdiri.
“Kita cari yang ceritanya bisa nyambung ke kolab nanti. Jadi bagi
tugas,” kata Taeyong ambil suara. “Siapa yang jadi tukang
bullynya?”
“Hanna woi Hanna! Jadi cewek yang suka malakin makanan!” kata
Jinhyeong menunjuk Hanna. Hanna yang asik menuangkan saus
ke kroket di tangannya mengangkat wajah polos.
“Si Jinan dah pas jadi korban bully mukanya aja dah melas,”
celetuk Jaewon tanpa beban.
Yunhyeong berdehem, memperbaiki posisi duduk sesaat.
”Sebenarnya dari tadi gue mikirin ini tapi gue nunggu waktu yang
pas,” katanya membuat yang lain mengernyit. “Ehm. Temen kita
yang ini,” katanya menunjuk Hanbin yang menoleh dan
memasang wajah bodoh. ”Dia bisa bikin lagu. Bagus. Jago.”
“Kok lo nggak pernah ngomong sih, Bin?” tanya Jennie yang juga
baru tahu. Padahal ia termasuk sahabat dekat Hanbin.
“Hm?” Mata Eunwoo membulat, juga baru sadar itu. “Eung... kan
kemarin pas masalah Dahyun gue sempet bukain wikihow gimana
ngelawan bully.... Jadi gue bagian nyusun kalimat aja. Slogan atau
apa gitu,” katanya dengan kalem.
“Ha?”
“Udah pas nggak sih? Eunwoo tuh jadi ikon kampanye ini aja!
Yakin deh cewek-cewek pasti langsung ngumpul!” kata Hayi
dengan menggebu.
“Bener tuh, Woo. Elokan juga pemalu. Ini bisa bikin lo lebih berani
tampil di depan banyak orang,” kata Jisoo setuju. Yang dibantu
anggukan semangat Miyeon dan Jennie.
“Hm. Lo yang jadi center utama proyek ini,” kata Taeyong
memutuskan, membuat yang lain langsung bersorak setuju.
**
“Di saat yang lain asik liburan, kita malah sibuk ngurus
kampanye,” kata Eunha mengeluh, membuka kertas stiker dan
menempelkan pada mangkok karton yang jadi wadah bento
Yunhyeong.
“Tapi menurut gue ini liburan. Selalu seru kalau sama anak
kelas,“ kata Eunwoo menoleh sesaat ke arah teras dimana Hayi
sedang bernyanyi menghayati sepenuh jiwa dan Bobby bersama
Rosie sedang jadi penari latarnya merusak feel yang ada.
“Mumpung bisa bikin banyak kenangan gini...” sambung pemuda
itu membuat Eunha mengangkat wajah dan mengernyit.
“Kayaknya kelas tiga nanti gue nggak bisa ngumpul sama kalian
lagi,” ucap Eunwoo merunduk membuka plastik baju, ”gue mau
fokus. Mama udah nyiapin banyak bimbel, jadi kayaknya nggak
ada waktu kayak gini lagi....” katanya melirih, memasukkan pin ke
dalam plastik. Entah kenapa ia tak ingin mendongakkan kepala
sekarang.
“Inggris.”
“Papa nyuruh Amrik, tapi kejauhan. Jadi Inggris aja,“ kata pemuda
itu mendongak sesaat.
Hening lagi.
Gadis berpipi bulat itu tersenyum kini, “tapi nyatanya justru kita
sama-sama nyaman. Walau sibuk dengan kegiatan sendiri, tetap
aja rasanya beda kalau kita lagi berdua,” katanya agak tersipu.
“So, kalau memang sekarang lo mau fokus dan jadikan UN sebagai
prioritas, gue paham Woo. Gue bakal terus dukung lo. Walau sulit
untuk ngobrolpun asal masih bisa liat lo sehat, it’s okay.”
“Lo harus semangat ya! 2A3 lain juga pasti dukung. Ngerti kalau
entar lo nggak bisa main bareng lagi,” ucap Eunha ceria, “jadi
jangan sedih gitu.”
Selama naik, gadis itu jadi merenung. Teringat pertama kali pergi
bersama pemuda itu. Saat ia tiba-tiba meraih tangan Eunha dan
berkata:
“Aneh aja nggak sih kita sampingan berdua tapi tangan kita
nggak gandengan?”
Kini mereka hanya bisa sesekali bertatap muka di sekolah jika tak
sengaja bertemu (lebih sering saat upacara, dimana keduanya
saling pandang dari jauh dan melemparkan senyum tanpa bisa
lebih dari itu). Karena memang, kini prioritas mereka berbeda.
Eunha ingin berbalik, malu sendiri jika ada yang tau orang yang di
majalah sedang memandangi dirinya sendiri. Tapi sudut mata
gadis itu menangkap bayang seseorang. Eunha agak ragu sendiri,
tapi akhirnya menoleh sepenuhnya.
Ini kok kayak drama Korea yang biasa Jihyo ceritain sih........
Eunwoo tersenyum tenang, “mau peluk sih tapi lagi di toko buku,”
celetuknya membuat mata bulat Eunha membelalak, langsung
maju menonjok pelan cowok itu.
“Elo tuh ya. Sekelas lagi sama Bobby jadi makin jago nyepiknya,”
kata gadis itu membalas ucapan Eunwoo tadi.
“Break the rules,” tegas Eunha kini melipat kedua tangan di depan
dada. “Emang lo pikir gue nggak tahu? Elo nggak ada istirahatnya
sama sekali. Bimbel sana sini. Bahkan ya, Taeyong bilang mama lo
tuh minta dia sama Jaewon ke rumah buat ngajakin lo main. Itu
tandanya lo tuh udah bener-bener obsesi tahu nggak,” omelnya
membuat Eunwoo terdiam. “Bukannya lo bilang setiap hal ada
waktu masing-masing? Ada waktu belajar ada waktu main. Jadi
otak lo tuh butuh refreshing, Eunwooo.”
“Diem dulu,” potong Eunha galak, “gue baru sadar, nilai lo dari
kelas satu nggak ada yang mengecewakan. Jadi gue yakin kalau lo
ngajuin beasiswa pasti diterima. Jadi, untuk nilai UN lo nggak
perlu ngegas banget. Gue percaya lo pasti bisa,” katanya
meyakinkan. “Elo nggak tahu kan berapa banyak orang yang
khawatir sama kegiatan belajar non stopnya elo? Bahkan yang lain
kayak Bobby aja, sering banget ngasih laporan tentang elo. Jangan
terlalu gitu ah.”
“Kangen banget, kan?” goda Eunwoo tak henti, “gue juga tahu,
elo sering nanya tentang gue ke Bobby atau Taeyong. Kalau
kangen tuh chat langsung, nggak usah jaim.”
Mendengar itu Eunha mendecih geram, “he. Harusnya elo tuh.
Chat aja nggak ada malah nyuruh gue. Guekan yang cewek,” kata
gadis itu membela diri.
Eunha melengos, “kenapa sih selalu iri sama Jaewon? Gue juga
bukan Jennie,” tanyanya mengomel. Ia melanjutkan, walau raut
wajah dan intonasinya agak berubah. “Lagian... Jenniekan...
pacarnya Jeawon.”
Eunwoo mengernyit.
“Nanti bikin vlog deh. Anak 2A3 suruh buat surprise gitu kan,
terus lo buat balon-balon gitu sama mawar merah buat nembak,”
kata Eunha sudah berbinar-binar mengkhayalkan.
Eunha mengumpat.
**
“Haiiii.....”
“Katanya capek?”
Eunha melengos, “udah diem. Urusin itu aja,” ucapnya galak, lalu
kembali memandang ke layar.
“Hm? Siapa? Oh, itu. Ada lah,” kata Eunha menjawab pertanyaan
di kolom komen dengan masa bodoh. Gadis itu kembali
menopang pipi membuat pipi bulat itu agak maju juga dengan
bibir membulat.
‘BERLAYARLAH!!!!!!!!!’
‘Eunwoo udah gak pernah main sama jaewon taeyong ya? udah
jarang keliatan :(‘
‘nangis aja aku mah nonton begini tapi gak bisa diclose aku lyke’
“Mereka.... ini... apa sih aku pernah baca di chat kamu,” kata
Eunha bingung menoleh pada Eunwoo. “Nyam-nyam?”
“Tuh kan Eunwoo malu guys, dia baper sama Jungkook nih
jangan-jangan?” canda Eunha meledek.
‘WKWKWKWKWK NYAMNYAM’
‘waktu itu pernah liat sih kak jungkook sama kak eunwoo di
kafetaria kirain Cuma basa basi aja ternyata temenan wkwkwk’
“Ada. Nih, dari alealejuaranya,” kata Eunwoo tak mau kalah. Lalu
memasang wajah sok tenang melirik Eunha.
Eunha dengan tak peduli kembali membaca komen yang ada.
“Bobby berisik banget butuh kandang nih,” kata gadis itu
berkomentar.
Chat dari grup yang sedang Eunha mute-notif hingga tak muncul
di hapenya.
“Oke bye sampai di sini aja sebelum komen gue meledak dan ada
kalimat-kalimat sensor yang tidak panas diucapkan dibaca
khayalak umum. Bye!”
Live end.
**
> EUNHA’S VLOG: QNA KAKAK OLIMPIADE <
“Ngapain sok jaim. Gue tiap hari liat lo sama sekali nggak classy.”
“DIAM!”
> EUNHA’S VLOG: QNA KAKAK OLIMPIADE <
“Jinhyeong?”
“Jaewon.”
“Ini pertanyaan lima detik nggak ada waktu mikir,” kata Eunha
membuat Eunwoo tersentak, “satu, dua, tiga-“
“......................... ha?”
Eunwoo melengos, sok pasrah. “Hm. Oke. Gue. Cowok ngalah itu
keren,” katanya membuat Eunha mendelik.
“Ada beberapa adek kelas yang dijaga baik sama 2A3. Faili,
Suhyun, dan Dahyun. Kita cukup protektif sama mereka. Kalau
Faili dan Suhyun, mungkin karena faktor mereka pacar temen kita.
Tapi untuk Dahyun, karena emang menurut kita dia nggak
seharusnya dapat hates dan bash dari orang-orang nggak jelas,”
kata Eunha dewasa. “Dahyun juga jadi alasan kenapa kami bentuk
tim anti bullying. So, stop bawa-bawa nama Dahyun yang dia
sama sekali nggak ikut-ikutan dalam masalah itu.”
Eunha diam. Lalu tak lama menoleh, “emang aku lagi ngomongin
kamu?”
“Eh?”
“Eunwoo duluan.”
“Ya terus???”
“Oke guys maaf hanya bisa segitu dulu yang bisa kita jawab
karena Eunwoo membuat durasinya jadi makin panjang,” kata
Eunha tanpa dosa.
“Kita akan sempetin untuk lanjutin QnA kedua nanti,” kata gadis
itu dengan pipi yang ditekan, “dan juga akan ada vlog dari kami
karena salah satu guru les Eunwoo lagi cuti dua minggu, jadi dia
punya banyak waktu horayyy!!!”
“Hari ini gue bakal bawa seseorang yang bernasib sama seperti
gue,” kata gadis itu mulai berjalan, “tapi dia lebih profesional dan
lebih kuat dari pada gue, dia adalah.... jeng jeng jeng jeng jeng,”
Eunha menari-nari ceria, tertawa-tawa sambil membawa
kameranya. Sampai seseorang melompat dan memeluk gadis itu
sambil tersenyum lebar ke ara kamera.
“It’s okay,” kata Jennie kini merangkul pundak Eunha, “lo sama
gue. Kita berdua, dan tinggalkan mereka biar nemenin tukang
parkir,” kata gadis itu santai.
“Sekarang Adira C III lagi ada pop up market, jadi rame gini,” kata
Eunha pada layar kamera dengan mini tripod di tangan, berjalan
di antara keramaian. “Sebenarnya entar malem Jungkook sama
yang lain ngajakin gue ke sini, tapi Eunwoo bisanya jam segini jadi
kita bareng Jennie Jaewon,” kata gadis itu melangkah pelan.
“Apa? Ngapain lo?” tanya gadis itu melotot memandang wajah itu
di layar kameranya.
“Elo yang berenti di sana sendirian ya, Cha Eunwoo,” sahut Eunha
kesal.
Ini nggak tau Cha Eunwoo-nya yang dari dulu natural banget bikin
blushingnya atau emang Eunha yang gampang ambyar dirangkul
aja udah luluh.
“Nggak juga sih, tapi mungkin Jaewon lagi ada temennya jadi ya
gitu,” jawab Jennie tanpa beban.
Jennie jadi tertawa, “paan sih Na gitu aja jealous,” katanya ringan,
lalu memandang ke kamera. “Eunha berkali-kali bilang dia curiga
Eunwoo sama Jaewon tuh ada main. Padahal Eunwoo udah jadi
pacarnya.”
Jennie memakan es krimnya tenang, “lo tau? Kita tuh harus saling
dukung. Kita nggak bisa nuntut dia untuk selalu fokus ke kita. Kita
juga harus dukung hobi dia dan kasih waktu dia untuk nikmatin
itu,” kata Jennie membuat Eunha melirik kecil dan terdiam.
“Jaewon juga selalu dukung gue kalau gue sibuk sama nari. Jadi
gue nggak seharusnya nahan hobi Jaewon. Lagian liat Jaewon
ketawa bebas gitu pas ngegames jadi kebahagiaan sendiri buat
gue.”
“Gila ya. Si Jaewon abis daki gunung dimana dah bisa dapet elo,”
kata Eunha tak menyangka.
Jennie jadi tertawa lagi, “lo tau nggak sih, gue kadang gemes nih
kalau gini-gini,” katanya membuat Eunha mengernyit. “Pas anak-
anak selalu bilang Jaewon beruntung, atau gue yang sial, atau
kayak... seakan-akan Jaewon nggak pantes sama gue....” Jennie
diam sejenak, “tapi gue malah ngerasa makin spesial. Karena
orang-orang nggak tau gimana gentlenya Jung Jaewon. Kayak
seakan-akan cuma gue yang bisa tau karakter asli dia.”
“Hajar aja Na pake tongsis lo!” kata Jaewon langsung kompor dan
mendekat.
“Yaudah sih kalah ya kalah, dasar anak OSN nggak suka kalau
kalah,” kata Eunha meledek.
“Na.”
“Woo, diem. Gue lagi cari makan,” kata Eunha menoleh kanan kiri
membuat Eunwoo jadi mengatupkan bibir.
“Diem.”
“EUNWOO!”
**
“HAAAAIIIII!!!!!”
“Eh gue mau nanya deh kenapa lo sendok merah Eunwoo sendok
ijo?” tanya Eunha menoleh pada Jungkook.
“Na, ini kamu beli bukunya ada yang versi QnA nggak?” celetuk
Eunwoo tiba-tiba mengacungkan buku. Walau langsung membuat
Jungkook meraih bantal sofa dan menaboknya dari belakang
dengan keras.
“Gue udah bilang ini nggak bakal berjalan lancar,” kata Eunwoo
menempelkan lengan pada gadis itu.
“Nah, kan, Na. Dia yang mulai,” kata Eunwoo jadi kesal.
“DIEM, UDAH DIEM! DIEM!” kata Eunha galak menoleh kanan kiri
membuat kedua pemuda itu jadi menurut dan langsung menciut.
“................” “..................”
“Dia udah tau dia bakal kalah, karena itu dia nyerah,” kata
Eunwoo santai.
“Iya oke stop!” lerai Eunha segera. Gadis itu jadi meraih hape,
“kita akan memulai dengan pembuktian sederhana.”
“Halo?”
“Hmm? Apa?”
“Halo Eunwoo?”
“Iya, iya maaf. Kan si Eunha sering itu loh videocall sama Eunwoo
jadi tante sering denger suaranya kalau di telpon gitu kalau kamu
kan nggak pernah. Suaranya jadi beda,” kata mama Eunha
beralasan.
“Eunwoo sama Jungkook lagi tanding ini, Jungkook kalah jadi dia
ngambek,” kata Eunha menjelaskan.
“Tapi aku lebih rajin di mana sebelum itu,” kata Eunha meralat.
“Yang hampir sama kayak instagram live!”
“BIGO LIVE?!?!?!”
“Goblo njir,” kata Jungkook tertawa, “jadi istri Cha Eunwoo. IYAIN
AJA DAH!”
“Tadi gue mau nulis itu Na tapi waktunya abis,” celetuk Jungkook
ngeles.
Eunha mendengus keras. “Gue lelah,” katanya dengan wajah
hopeless.
**