Anda di halaman 1dari 408

z

TIDAK DIPERBOLEHKAN MENYEBARKAN SEBAGIAN ATAU KESELURUHAN CERITA


TANPA IJIN DARI AUTHOR

Attention [ oh.km]
By Yourkidlee

Ketika yang dijuluki Mean Girl pujaan hati para cowok


ketemu Bad Boy idaman para cewek

Bakal rame banget ya?

@ 11 IPA 3

"LO PERGI BARENG COGANNYA IPS WOY!!!!"

"Ha? Ganteng apanya? Nyebelin iya."


@ 11 IPS 1

"Kok lo bisa datang sama inceran gue sat?"

"Inceran lo? Galak gitu njir kayak anjing heder"

@X-4

"WOI ANJIR LO TAU NGGAK ADA COUPLE MOST


WANTED BARU NIH!!!"

"NGGAK ADA ANGIN NGGAK ADA UJAN KAKAK


CANTIK SAMA COGAN COOL"

"Ya serbuk segar sari seperti ku bisa apa, hiks"

"HUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHU KAKEL
IDOLAKU SAINGANNYA BERAT BANGET BUAT
DAPETIN HUHUHUHU"
Attention [OH.KM]
Grup '2A3'

Hayoung: WOI AH

Hayoung: TEST

Hayoung: KELUAR GAK

Eunwoo: kenapa sih young?

Taeyong: apa

Hanna: apa yonggggg

Hanna: kok kayak dejavu pas lisa dijegat kang ojek :(((

Jaebum: kenapa?

Jisoo: yang muncul anak2 rajin semua huhu aku


bangga :')

Jinhwan: masih pagi elah baru sampe sekolah

Hayoung: HE MOTOR GUE MOGOK


Hanna: lah tumben pake motor

Hayoung: iya mobilnya dipake jadi gue dianter kakak

Hayoung: EH AKINYA ABIS

Hayoung: gak bisa nyala gak ada bengkel buka :(((

Hanna: gue dah dijalan sama yoyo

Jisoo: lah gak ngomong si bobi dah terlanjut pake motor


nih

Jaewon: jis lo kok skrg bobi bobi mulu ada skandal


apaan

Jisoo: apasih lo datang2 gosip aja

Taeyong: lo lagi dimana?

Jaewon: baru sampe parkiran

Taeyong: hayoung.

Taeyong: bukan lo.

Jaewon: :'''((((

Rosie: hayoung kenapa?

Eunwoo: naik taksi aja

Hayoung: gue baru di simpangan depan perumahan


Hayoung: sepi njir gak ada taksi atau ojek lewat

Rosie: bobby tuh mauan suruh bobbi aja

Rosie: eh kakak lo kan cantik si bobby cepet pasti

Hanna: bobi dah sama jisu

Eunha: ada apa ini ada apa udah rame

Jennie: gue suruh jaewon kesana aja ya young?

Jinhwan: jen lo gak liat cowok lo lagi nyalin tugas gue

Jennie: wkwkwkwk oh ya gak merhatiin

Jaebum: elo dimana? Gue sempetin lewat sana

Hanna: tuh sama jaebum

Rosie: ugh kak jaebum pahlawanku

Jisoo: kak jaebum idolaku

Jinhwan: kak jaebum panutanku

Wonwoo: apaan? Gue baru mau pergi

Eunha: tuh young tinggal milih

Hayoung: nggak usah, gak jadi

Hanna: why?
Hayoung: gue sama anak basket

Rosie: HA SIAPA

Rosie: JUNE?

Jinhwan: junekan pergi sama lo woi

Rosie: heheh oh ya lupah

Eunha: sama siapaaaa????

Hayoung: gaktau. anak ips1

Hayoung: gue juga gak kenal

"Gimana nih?" tanya Chorong memandang Hayoung yang


merunduk pada hape. "Temenmu ada yang bisa?"

"Bentar ini lagi minta tolong," jawab Hayoung


mencuatkan bibir.

Chorong menggaruk rambutnya yang tak gatal sesaat,


memandangi motor merah yang belum juga mau menyala.
Ia memandang kanan kiri, melihat beberapa mobil dan
motor lewat. "Jam segini ada ojek nggak ya?"
"Nggak tahu" jawab Hayoung sudah malas, belum
mendongak dari hape.

Chorong mendesah. Ia menoleh ke kanan. Matanya


melebar melihat seragam Epik High School. Seorang
cowok terlihat keluar dari minimarket 24 jam tak jauh dari
tempatnya berhenti. Cowok itu naik ke atas motor,
menyalakannya.

"Tuh, ada temen sekolahmu," kata Chorong membuat


Hayoung terkejut dan menoleh. "Udah sama dia aja udah
mau jam tujuh loh."

"Ha? Aku nggak kenal," kata Hayoung memandang motor


hitam yang melaju ke arahnya. Tapi ia membelalak sang
kakak tak dengar dan melambaikan tangan menghentikan
motor itu.

Pengendara motor dengan helm fullface tersebut mau tak


mau berhenti. Ia melirik Hayoung sesaat, mengenali gadis
jangkung itu dari sekolahnya.

"Murid Epik High School, kan?" tanya Chorong


mendekat, lalu tersenyum. "Bisa minta tolong?"

Pemuda itu mengernyit dari balik helmnya. Ia jadi


memarkirkan motor dan turun. "Mogok?" tanya pemuda
itu mendekat.

"Iya nih. Akinya abis. Mau tunggu bengkel depan buka,"


kata Chorong menunjuk bengkel tak jauh di seberangnya.

Pemuda itu mengangguk samar, lalu mengambil alih


motor.
"Eh, nggak usah," kata Chorong menahan membuatnya
menoleh. "Saya bukan minta tolong motornya... tapi...."
kalimat Chorong menggantung, kemudian menolehkan
kepala pada Hayoung yang memandangni keduanya.

Pemuda itu mengangkat alis. Membalas tatapan Hayoung


dengan tak terbaca. Sosok kapten basket muncul di
benaknya. Cewek ini salah satu inceran Jungkook.

"Bisa, kan? Dari tadi nggak ada taksi lewat," pinta


Chorong membuat Hayoung agak merasa canggung.

Pasalnya, Hayoung sama sekali tak akrab dengan cowok


ini. Dari matanya, Hayoung seperti mengenali cowok ini
anak basket. Tapi Hayoung tak tahu namanya.

"Hm... yaudah. Bisa kok, kan searah," kata cowok itu


yang jelas tersenyum dari balik helmnya.

Chorong tersenyum lega, "tuh, cepet nanti telat."

"Terus kakak gimana?" tanya Hayoung mendekat.

"Panggil Kak Sunggyu aja, dia belum berangkat kerja kok


jam segini," jawab Chorong menyebutkan nama tetangga
mereka.

Hayoung mengangguk. Ia berpandangan dengan pemuda


itu sesaat. Tapi kemudian tanpa kata berjalan ke arah
motor hitam itu.

"Permisi kak," pamit cowok itu membuat Hayoung


mengangkat alis.
Setahu Hayoung, cowok ini cukup terkenal badboy.
Nyatanya bisa sopan juga.

"Makasih ya, titip Hayoung," kata Chorong tersenyum


cantik.

Pemuda itu mengangguk. Dari balik helm fullfacenya,


Hayoung bisa melihat ia terpesona dengan sang kakak.

Jam tujuh kurang dua menit.

Jam di mana gerbang sekolah sedang ramai-ramainya.

Parkiran sudah mau penuh.

Para murid berjalan dari gerbang menuju pintu utama


sekolah dengan semangat pagi.

Epik High School berjalan seperti biasa.

Tapi semua berubah saat motor hitam besar itu memasuki


gerbang.
Seperti ada lampu tersorot, para mata memandang jadi
menolehkan kepala. Terkejut melihat sosok Hayoung
duduk di jok belakang motor yang biasanya selalu kosong
itu.

Hayoung turun ketika cowok itu sudah mematikan mesin.


Ia memperbaiki rambut, kemudian mendongak. Tepat
ketika cowok itu melepaskan helmnya.

Eh?

Hayoung melebarkan mata. Terpana sesaat. Tapi ia segera


menguasai diri.

"Makasih ya," kata Hayoung singkat, kemudian berbalik


dan melangkah pergi.

Cowok itu menaruh helm di atas motor, lalu turun dan


segera mengikuti langkah Hayoung. Ia berhenti ke depan
cewek itu, menghentikan langkahnya membuat Hayoung
terkejut kaget.

"Kalau boleh jujur, gue bukan tipekal cowok baik yang


ngantar cewek nggak dikenal dengan cuma-cuma," kata
cowok itu membuat Hayoung mengangkat sebelah alis.

"Apa? Lo minta ganti? Yaudah berapa?" tanya Hayoung


siap merogoh saku seragamnya.

Tapi cowok itu menggeleng. Ia tersenyum samar. "Kakak


lo."

Wajah Hayoung langsung berubah keruh.


"Siapa namanya?" tanya cowok itu penasaran.

Hayoung tenganga kecil, menatap cowok itu tak percaya.


Ia kemudian jadi mendengus, "Maksud lo apa?" tanyanya
mulai sinis.

"Kenalin gue sama kakak lo yang tadi," jawab cowok itu


santai. "Kalau nanti lo mau dianter pulang, gue juga siap."

Hayoung melipat kedua tangan di depan dada, menatap


cowok itu tajam. "Makasih atas tumpangannya," kata
cewek singkat tak menanggapi, kemudian beranjak dan
melewati cowok itu begitu saja.

"Eh Hayoung!"

Langkah Hayoung langsung berhenti. Ia mengernyitkan


kening, kemudian berbalik menghadap cowok itu lagi.
"Lo tahu nama gue dari mana?"

"Emang kenapa kalau gue tau nama lo?" balasnya tak


merasa bersalah. "Pulang nanti, gue jemput lo,"
sambungnya dengan gaya tak mau dibantah.

Hayoung tenganga. "Nggak akan," tolaknya galak,


kemudian berbalik dan berjalan cepat meninggalkan
cowok itu.

Cowok itu mendengus memandangi punggung gadis


jangkung tersebut. "Masih pagi udah galak aja,"
gumamnya berkomentar.
Dan tak sadar. Hampir seluruh mata di sekitar mereka
memandangi keduanya sedari tadi.

Yang satu, cewek terkenal yang ditakuti dan berpengaruh


di kalangan kelas sebelas. Dan satunya, cowok ganteng
idaman para cewek yang disebut-sebut jadi penguasanya
sekolah.

Tidak sadarkah keduanya jadi Raja dan Ratu Epik High


School? Dan pagi ini mereka datang berdua
berboncengan.

Tak heran kalau setelah itu.... Epik High School langsung


gempar.
Hayi langsung melompat dari kursinya melihat sosok
Hayoung memasuki kelas. Gadis mungil itu langsung
menghampiri Hayoung penuh penasaran.

"Young kok lo bisa dateng sama si anak basket?" tanya


Hayi langsung tanpa menyapa atau apapun.

Hayoung melengos pelan, dengan cuek melangkah


tenang. "Motor gue mogok. Ketemu dia, jadi gue nebeng."

Mata bulat Hayi melebar, "lo kenal dia??"

"Kagak elah," jawab Hayoung menaruh ransel di atas


mejanya. "Dan dia juga bantu gue nggak cuma-cuma,"
lanjutnya dengan kesal.

Hayi tenganga, berdiri di sisi meja Hayoung. "Young! LO


PERGI BARENG COGANNYA IPS WOY!!!!" hebohnya
menggoyangkan lengan Hayoung histeris, seakan ingin
menyadarkan gadis ini.

Hayoung mendecak sebal, menatap Hayi dengan delikan.


"Ha? Ganteng apanya? Nyebelin iya."

"Ish, Young. Cowok nyebelin tuh yang menarik," kata


Hayi dengan gaya sok tahu membuat Hayoung melengos.

"Aish lo tuh," kata Hayi menggeleng kecil, tapi kemudian


berbalik kembali ke mejanya melihat Hayoung tak sesuai
harapan.

Hayoung melirik ketika melihat sosok Rosie baru


memasuki kelas langsung berlari menuju mejanya.
"Young, tadi lo pergi sama siapa deh? Gue liat anak
basket udah sibuk di lapangan," kata Rosie ingin tahu.
"Gue kira lo sama Yugyeom. Soalnya tu anak yang paling
berkemungkinan mau nganterin anak sekolah walau
nggak kenal. Sisanya mah, pasti mau modus."

Hayoung mencibir kecil, "emang," jawabnya singkat.

"Sama siapa sih Young?" tanya Rosie kembali penasaran.

Hayoung melengos panjang dengan lelah. "Mukanya


songong. Nggak ganteng sama sekali. Berantakan. Dekil
lagi," dumelnya dengan dendam.

Rosie melebarkan mata. Tak perlu berpikir lama, sesosok


cowok tampan langsung muncul di otaknya.

Jungkook berlari memasuki kelas, langsung melompati


meja Yuju yang kosong dan mendudukkan diri ke atas
meja di belakang kursi Yuju. Membuat cowok yang
duduk di sana terkejut dan menarik diri sampai
punggungnya menempel ke kursi menatap Jungkook
kaget.

"He, Monyet menggonggong," ucap Jungkook dengan


wajah sangar. "Lo abis ngapain tadi?"

Cowok di depan Jungkook mengangkat alis dengan


tenang. "Apaan?" tanyanya kembali ingin beralih pada
hape ditangannya.
Jungkook mendengus, "Kok lo bisa datang sama inceran
gue sat?"

Cowok itu tersentak. Langsung mengerti. Ia jadi mencibir


pelan, "Inceran lo? Galak gitu njir kayak anjing heder,"
katanya jadi sewot.

Jungkook mengangkat sebelah alis, ia kemudian terkekeh


sinis. "Itu pesonanya dia," katanya jadi tersenyum
terpesona.

Cowok di depannya memandangi Jungkook lama. Ia


menarik nafas, kemudian menghembuskannya sambil
berdiri. "Kook," panggilnya menepuk pundak Jungkook.

Jungkook mengangkat sebelah alis, menatapnya heran


kenapa ekspresinya jadi serius begini.

"Mending lo fokus ke degem-degem lo aja," katanya


singkat, tersenyum tipis menepuk-nepuk bahu Jungkook.
Kemudian dengan tenang beranjak pergi, meninggalkan
Jungkook yang tenganga.

Jungkook bengong. Lama. Keningnya berkerut. Mencoba


mencerna kalimat itu.

Sebentar.

Ini maksudnya........ Jungkook jangan dekati Hayoung lagi


gitu?

Lah?
Jungkook terkejut sendiri. Langsung berbalik.

"WOI SETAN ITU PUNYA GUE ANJIR!"

Cowok tinggi yang sudah sampai pintu kelas itu menoleh


tenang. Ia tersenyum kalem, "sorry, mau gue ambil,"
katanya tanpa beban, kemudian berbaik lagi dan berjalan
santai.

"LAH ANYING!" pekik Jungkook berdiri di atas kursi.


"WOI MING! AMIIIIIINGGGG!!!!!!!!!!"
"Hayoung?"

Bobby mengangkat alis, memandang Mingyu di


sampingnya yang membuka kaleng minuman soda.

"Hn. Si anjing galak," jawab Mingyu santai, kemudian


meneguk minumannya.

"Lah inceran Jungkook, nyet," kata Bobby menunjuk


Jungkook yang bermain basket di lapangan sementara
keduanya duduk di pinggir lapangan.

Mingyu tak menanggapi, meneguk minuman kalengnya


tenang.

"Eh tapi emang tipenya Hayoung macem elo sih," celetuk


Bobby membuat Mingyu melirik. "Kemaren aja dia deket
sama si Mino."

Kalimat itu membuat Mingyu kali ini tersedak,


menyembur kecil dan terbatuk. Membuat Bobby
menertawainya.

"Berat ya saingan lo? Lo pikir Jungkook doang?" tanya


Bobby meledek.

Mingyu mengusap bibir basahnya, lalu menolehkan


kepala. "Sebenarnya, cantikan kakaknya," katanya
membuat Bobby mengangkat sebelah alis. "Tapi gue
ngerasa ketantang aja tu cewek judes banget."

"Beuh," sorak Bobby heboh. "Susah mah kalau Hayoung.


Misterius banget anaknya."
"Ck, elahh kan temen lo," protes Mingyu kesal. "Bantuin,
njing."

"Setan. Bantuin tapi ngatain," balas Bobby melotot sebal.


"Kalau lo pro, sono datengin sendiri. Manja banget
ngegas cewek pake ditemenin."

Mingyu mengumpat. Menabok kepala Boby dengan


keras.

Hayoung berjalan tenang, merunduk melewati parkiran


memandangi hapenya. Gadis itu kemudian berhenti,
berbalik memandang Yerin yang masih asyik ngebanyol
bersama Chanhyuk dan Zelo. Sejak jadi admin akun ig
sekolah, Yerin memang mainnya sama Chanhyuk dan
Zelo.

Hayoung melengos pelan, mau tak mau menunggu karena


ia akan menebeng Yerin pulang hari ini. Gadis itu berdiri
tenang. Walau sudut matanya menangkap sesuatu,
membuatnya melirik. Dan kemudian jadi menoleh
sepenuhnya dengan mata melebar.

"Lo nggak denger pas gue bilang gue bakal jemput lo?"
tanya cowok itu mendekat, berhenti di hadapan Hayoung.

"Ha?"

Mingyu melengos pelan, "lo pergi sama gue, pulang sama


gue," tegas cowok itu seakan tak mau dibantah.
"Kok lo maksa?" protes Hayoung mendelik. "Dengar ya.
Sampai kapanpun gue nggak bakal biarin brondong gila
kayak lo deketin kakak gue," ancamnya dengan serius.

Mingyu mengangkat alis, memandang cewek ini tenang.

"Jadi lo nggak usah modus buat ketemu kakak gue," lanjut


Hayoung melipat kedua tangan di depan dada menatap
cowok ini tajam.

Mingyu tak berekspresi banyak. "Yaudah gue nggak bakal


modusin kakak lo," katanya santai, "tunggu sini. Gue
ambil motor," sambungnya membalikkan badan dan ingin
beranjak.

"HEEE!" panggil Hayoung langsung menarik lengan


cowok itu menghentikannya. "Lo nggak denger ya!?"

Mingyu melirik tangan cewek itu yang mengenggam


lengannya, lalu memandang Hayoung lagi. "Gue mau
nganter lo pulang. Bukan modusin kakak lo," katanya
tenang.

Hayoung melengos keras, mencoba menyabarkan diri.


"Terus kenapa lo masih mau nganter gue kalau bukan
modus?!"

"Kenapa?" ulang Mingyu mengernyit kecil. "Gue


pengennya elo, bukan kakak lo."

"Ha?"

"Kalau gue nggak ketemu kakak lo ya udah. Yang penting


gue nganter lo pulang," sambung cowok itu tanpa beban.
Hayoung tenganga kecil. Keningnya berkerut tak paham.
"Why?"

Mingyu tak langsung menjawab. Menatapi Hayoung


lekat. Membuat para murid yang melewati mereka diam-
diam melirik dan berbisik-bisik kecil membicarakan
keduanya.

Dan kalimat jawaban Mingyu membuat para adik kelas


yang melintas terkena serangan jantung dengan kompak
dan tanpa sadar menarik nafas kini benar-benar menoleh
tak secara diam-diam melirik.

"Kalau gue liat-liat... Lo jauh lebih cantik dari kakak lo."

Hayoung mengangkat alis, agak terkejut. Walau


berikutnya garis wajahnya kembali mengeruh. Gadis itu
mendengus, seakan menelan emosi. Ia melipat kedua
tangan di depan dada, lalu maju dengan tenang mendekati
cowok itu.

"Lo mau pulang bareng gue, kan?" tanya Mingyu percaya


diri ketika Hayoung kini berhenti dan berdiri tepat di
depannya dengan jarak minim.

Hayoung tersenyum tipis, "denger ya, pahlawan pagi gue


hari ini," katanya dengan nada dipaksakan. "Gue bukan
cewek gampang yang hanya karena ditolongin sekali
langsung ngeiyain apa aja kemauan lo," katanya dingin.
Mingyu mengangkat alis tenang, tak merespon banyak.

"Gampang banget lo belok ke gue saat tadi pagi lo mau


modus ke kakak gue?" tanya Hayoung tajam. "Elo tuh
nggak ganteng. Jadi jangan sok ganteng."

Mingyu memainkan lidah di dalam mulutnya,


menegakkan tubuh mencoba menahan untuk tidak
membalas ucapan pedas itu. Cowok itu menatap cewek ini
dalam dan lurus.

Hayoung dengan tenang membalas tatapan cowok itu


tajam. "Kalau mau ngegas cewek, liat-liat dulu. Yang lo
hadepin bukan degem imut yang langsung setuju dengan
modusnya elo," kata cewek itu dingin.

Hayoung bertatapan dengan Mingyu beberapa saat,


kemudian dengan tenang beranjak. Melangkah melewati
pemuda itu dan berjalan meninggalkannya begitu saja.

Mingyu yang dibuat mati kutu menarik nafas dan


menghembuskannya. Ia melirik, melihat para adik kelas di
sekitarnya memandangi kejadian itu tak percaya. Cowok
itu agak merasa malu, tapi juga tak terima.

Ia diam memikirkan sesuatu, merogoh ponsel dan segera


menghubungi seseorang menempelkan hape ke samping
telinga.

"Halo," sapa cowok itu pada si penelpon. "Na, gue minta


id line Hayoung. Sekarang."
"HAHAHAHAHAHAHAHA HAHAHAHAHAHAHA
HA HAHAHAHAHAHAHAHA."

Sumpah, Mingyu ingin jejelin kulit duren ke mulut


Jungkook yang tertawa keras tanpa dosa itu.

"DAH GUE BILANG KAN?


HAHAHAHAHAHAHAHA," Jungkook kembali tertawa
puas.

"Bacot lo Kook," kata Yuju merunduk sibuk pada hape


bermain Sims.

"Elo ditolak di depan parkiran?" tanya Yugyeom


membelalak.

"Nggak usah diperjelas, anjing," umpat Mingyu kesal.


Kembali menghirup batang rokok dengan emosi.

"Si Hayoung kan bestfriendnya Yerin, napa nggak minta


bantuan dia," kata Junhoe satu satunya yang memberi
respon normal.

"Percuma nyet," kata Mingyu emosi. "Gue add line aja


diblock sama dia. Tu cewek nantang banget anjir,"
umpatnya menghembuskan nafas keras.

"Ya elo ngegas banget bego," balas Yuju tak mengalihkan


pandangan dari hape.

Eunha datang membawa segelas Frappucino, duduk di


samping Yuju. "Bahas apaan? Jungkook seneng amat,"
katanya melirik Jungkook yang dengan riang memakan
chickenpop milik Junhoe.

"Mingyu ditolak Hayoung HAHA," jawab Jungkook


kembali tertawa keras.

Mingyu mendengus, menghirup rokok sekali lagi.


Menghembuskan nafas kesal.

"Oh," jawab Eunha yang memang sudah tahu. "Elo juga


sih. Kerdus banget enteng bilang mau modusin
kakaknya," kata Eunha ikut meraih chickenpop Junhoe.

Junhoe sendiri sudah sibuk dengan hape, membalas chat.


"Itu langkah pertama yang terbodoh," celetuk Junhoe tak
mengangkat wajah. "Harusnya smooth, Ming. Pelan-
pelan."

"Jangan pelan-pelan juga. Nanti ngegantung kayak


Eunha," celetuk Yugyeom yang langsung dipelototi gadis
berambut pendek itu.

"Tipenya Hayoung yang gimana sih Na?" tanya Jungkook


pada Eunha.

Eunha diam, memikirkan itu. "Hayoung tuh lagi naksir


Mr Simon. Jadi lo liat aja Mr Simon gimana," jawabnya
enteng.

"Wah berat Ming. Elo sama alis Mr Simon aja jauh,"


celetuk Yuju mendecak-decak kecil dengan prihatin.

"Tu cewek..." geram Mingyu menatap jauh menerawang,


"nantang banget," katanya dengan dendam.
"Nggak usah macem-macem deh," kata Eunha
tersinggung, "dia temen gue."

"Terus gue bukan?" balas Mingyu menoleh dan melotot


memerotes. "Gue temen lo dari SMP, Na! Dukung gue
lah!" katanya jadi sewot.

"Selow aja anjir," kata Junhoe mengangkat wajah. Lalu


tersadar, "Sat ayam gue!!!" protesnya menjitak kepala
Jungkook.

"Eunha anjir!" balas Jungkook menunjuk Eunha yang


memasang wajah polos.

"Mending lo cari yang lain deh, Gyu. Jungkook aja


dilepehin sama Hayoung," kata Eunha tak memedulikan
Jungkook dan Junhoe.

"Setidaknya diriku pernah berjuang," kata Jungkook


sewot, "walau tak pernah bernilai di matamu."

"Tetottt!!! Last Child Last Child!" kata Yugyeom


semangat.

"Diem anjir anak gue gosong," marah Yuju pada hape,


"ah jadi kayak Mingyu kan."

Mingyu langsung mengumpat. Walau sibuk dengan


batang rokoknya.

Eunha melengos panjang, "kelas gue laknat. Squad gue


laknat. Kenapa sih hidup gue dipenuhi orang-orang tak
berfaedah?" gumam gadis itu seakan merana.
Hayoung menjatuhkan tubuh ke sofa ruang tengahnya. Ia
membuka hape dengan malas, melihat pesan masuk. Garis
wajahnya berubah. Gadis itu menghembuskan nafas berat.
Menatapi pesan yang masuk.

Mino: lg apa?

Cewek itu mendengus kesal.

Hebat banget ya cowok ini. Udah pergi pas lagi sayang-


sayangnya, eh balik lagi pas udah hampir berhasil move
on.

Ah bodoamat. Mending Hayoung ngobrol sama si


ganteng sekolah depan.
"Tumben Na ke kafetaria," kata Hayoung yang digandeng
Eunha menuju kafetaria.

"Lagi pengen spagetti," jawab Eunha tersenyum.

"Halah indomie kornet aja dah kenyang," kata Hayoung


tertarik pasrah memasuki kafetaria yang agak ramai.

Karena berbeda dengan kantin, kafetaria diisi makanan


classy kelas atas. Dunkin Donut sampai Burger King aja
ada disini. Makanya, lebih sepi karena mahal. Mending ke
kantin, lima ribu udah dapat es sama donat meses.

"Gue yang pesen ya. Lo mau apa?" kata Eunha setelah


menemukan meja kosong.

"Yakiniku sama teh botol aja," jawab Hayoung


menyerahkan selembar uang.

Eunha mengangguk, pergi meninggalkannya. Sementara


Hayoung merunduk memain-mainkan kuku. Kasak-kusuk
di sekitarnya membuat gadis itu agak melirik, tapi tak
terlalu peduli. Walau tak lama ia jadi mengernyit,
kemudian mengangkat wajah.

Dari pintu masuk, cowok tampan itu melangkah tenang


memimpin. Di belakangnya Jungkook sibuk melambai
dan menyapa para adik kelas, ada Junhoe yang berjalan
masa bodoh, juga Yugyeom dan Yuta yang asik tertawa-
tawa sibuk berdua.

Mata Hayoung melebar, menyadari cowok itu lurus


menatapnya dan berjalan mendekat tanpa ragu. Ia
mendongak tanpa sadar, saat cowok itu berhenti di depan
mejanya.

"Pesen apa lo?" tanya Mingyu sok akrab, menarik kursi


dan mendudukkan diri depan Hayoung yang melongo.

"Halo Hayoung!" sapa Jungkook tersenyum riang, ingin


duduk ke samping Mingyu tapi cowok itu langsung
mendorong wajahnya menjauh.

Tak perlu repot, Junhoe menarik kerah belakang


Jungkook dan menariknya pergi dengan paksa. Mereka
duduk ke meja di samping Hayoung dan Mingyu.

Hayoung tenganga kecil, menatap cowok di depannya


yang duduk tenang. "Lo ngapain?" tanya gadis itu tak
mengerti.

"Mau makan siang," jawab Mingyu tenang, menopang


dagu mendekatkan diri ke depan cewek itu.

"Lo nggak liat gue udah duduk disini?" tanya Hayoung


naik pitam. "Bahkan lo nggak ada permisi."

"Ini meja sekolah, selama kosong semua murid bisa


duduk," jawab Mingyu tenang.

Yugyeom dan Yuta menyoraki pelan itu merasa takut


dibuat-buat. Membuat Hayoung menoleh dengan
kerlingan tajam. Keduanya langsung membuang muka
dan kicep seketika.
"Udah, Ming. Pergi sana lo," kata Jungkook mengusir,
tanpa dosa memutar kursi dan mendekat ke meja
keduanya.

"Ck, pergi lo," protes Mingyu melotot mendorong paksa


Jungkook yang mau tak mau menurut.

"Elo juga," sahut Hayoung galak membuat Mingyu


menoleh.

Mingyu baru akan membuka mulut ketika sosok Eunha


datang membawa nampan makan siangnya bersama
Hayoung.

"Udah udah jangan berantem," kata Eunha menaruh


nampan di meja, lalu menarik kursi duduk di antara
keduanya.

"Ck, Na. Temen lo nih," kata Hayoung menunjuk Mingyu


sengit.

Mingyu melengos pelan, "Na, bilangin temen lo. Mau


nggak mau dia harus makan siang sama gue," kata
Mingyu menoleh pada Eunha yang jadi bengong.

"Na, bilangin temen lo. Emang dia siapa maksa-maksa


gue?" tanya Hayoung kesal.

Mingyu menipiskan bibir, "Na, kasih tau dia. Gue ini


calon pacarnya."

Hayoung hampir saja mengumpat. "Lo mau gue lempar


ini?" ancamnya meraih botol teh dalam kemasan.
"Eeehhh Young," tahan Eunha segera meraih tangan
Hayoung dan menurunkannya. Eunha mendesah, menoleh
pada Mingyu. "Elo tuh ya," katanya melotot kecil, "pelan-
pelan," bisiknya menggeram.

Mingyu seperti tuli tak mau dengar dan menatapi


Hayoung tenang.

"Pergi. Gue mau makan," usir Hayoung judes.

"Gue juga," kata Mingyu malah makin mendekatkan


tubuh, memandangi gadis ini.

"Gue nggak suka liat lo," kata Hayoung tajam.

Mingyu malah tersenyum, membuat Hayoung mendelik.


"Bagus. Biar lo dapat karma. Ayo maki-maki gue lagi,"
katanya kesenengan.

Eunha tenganga menatap sahabatnya itu, lalu melengos


merasa frustasi sendiri cowok satu ini nggak bisa
dibilangin.

"Mau lo apasih?" tanya Hayoung geram.

"Elo," jawab Mingyu singkat.

Hayoung mendengus sinis, "jangan ganggu gue."

"Nggak. Mau gue ganggu sampe baper," tolak Mingyu


tanpa dosa.
"Gyu udah astaga," gumam Eunha menepuk kening
dengan telapak tangan. Sementara Junhoe dan yang lain
malah terkekeh kecil menertawai itu di meja sebelah.

"Lo salah cari korban," kata Hayoung tajam.

Mingyu menarik nafas dalam. Diam-diam mulai tak


tahan. Hatinya makin membara merasa tersinggung.
Tanpa sadar menajamkan tatapan memandang gadis ini.

"Apa?" tantang Hayoung menaikkan sebelah alis tak


takut.

"Cewek ini ya..." geram Mingyu ingin maju tapi lengan


Eunha segera menahan dan mendorongnya menjauh.

"Santai santai ini kafetaria santai..." panik Eunha mencoba


menenangkan keduanya. Hayoung memasang wajah tak
takut sementara Mingyu menahan emosi menatapnya.

"Panasssssss," celetuk Jungkook tiba-tiba, "aduh nasi


gorengnya panas,"katanya mengambil krupuk nasi
gorengnya.

"Diem, goblok," umpat Yuta melotot kecil. "Lagi tegang


nih."

Eunha mendecih pada meja itu lalu menoleh pada


Mingyu. "Gyu, udah sono. Kita mau makan," katanya
dengan pelan.

Mingyu mendecak, tak terima. "Jangan nyesel," katanya


menatap Hayoung tajam, lalu mau tak mau berdiri dan
beranjak.
Hayoung mencibir, "penyesalan gue kenapa mau aja pergi
sekolah bareng lo," sahut gadis itu sinis.

"Young, udah ah. A-" Ucapan Eunha terhenti ketika


Jungkook tanpa dosa menarik kursi Mingyu dan duduk
menggantikannya.

"He he, hai. Gue makan disini ya, di sebelah nggak faedah
semua," kata Jungkook memindahkan piring nasi goreng.
"Young, Mingyu emang gitu udah nggak usah tanggepin.
Otaknya emang miring."

Hayoung melengos pelan, tak menanggapi. Ia meraih


botol tehnya, lalu membuka dan meneguknya.

Eunha menghela nafas, merasa lelah sendiri. Ia melirik


kanan kiri, menyadari kini hampir satu penghuni kafetaria
mencuri pandang ke meja mereka sambil berbisik-bisik.
"Lo........ ada apaan sama Mingyu?" tanya Joy penuh
selidik, sampai memajukan diri menatap Hayoung
penasaran.

Hayoung yang asik menusuk-nusuk potongan chickenpop


jadi mengangkat sebelah alis, "paan?" tanyanyanya
tenang.

"Rame banget loh!" sosor Yerin di samping Hayoung.


"Pada ngomongin elo sama Mingyu," ucapnya
memainkan garpu di kotak kertas mie goreng miliknya.

"Kok nggak ngomong-ngomong sih? Nggak ada angin


nggak ada ujan," kata Joy agak sewot. "Bukannya yang
nyepik lo si Jungkook?"

"Si Jungkook mah Mbak Indah aja disepik," celetuk Yerin


asal.

"Young, kok lo deket sama buaya-buaya mulu sih?


Jungkook, Kak Mino, sekarang Mingyu," kata Joy agak
memundurkan diri kini, menyerah dengan sikap masa
bodoh Hayoung.

"Emang Mingyu buaya?" tanya Yerin membulatkan mata.

"Ha? Eh nggak tau sih," jawab Joy sama polosnya.


"Mingyu jarak keliatan punya pacar. Dan seingat gue
nggak ada cewek yang deket intens gitu."

"Tapikan anak basket terkenal suka main cewek," kata


Yerin berargumen.
"Rin, kan itu temen kelas lo kok nanya gue sih?" tanya
Joy sewot. "Bukan main cewek, tapi emang kerdus semua
mulutnya pada manis."

Yerin agak memajukan bibir, mengangguk-angguk kecil.


"Mending anak futsal ya, Young," katanya pada Hayoung
yang mengunyah chickenpop.

"Anak futsal siapa?" tanya Hayoung tak mengerti.

"Lah si doi kan anak futsal," ucap Yerin membuat alis


Hayoung terangkat. "Eh btw besok kata Zelo mereka mau
tanding lagi loh."

"Eh dimana? Ikut dong!!!" cicit Joy sudah kegirangan.

"Kayaknya dia nggak ada deh," kata Hayoung memain-


mainkan garpu. "Udah kelas dua belas, mau ujian."

"Ah, iya juga sih," ucap Yerin mengangguk. Walau


berikutnya ia jadi tersentak. Yerin yang duduk di kursi
menghadap pintu utama Mixme, menegak melihat pintu
bening itu terbuka.

"Woi, woi, orangnya datang!" kata Yerin menggoyangkan


lengan Hayoung.

Hayoung mengernyit, kemudian mengangkat wajah.


Begitupula Joy yang jadi berbalik.

"Elahhhh kirain," protes Hayoung langsung badmood,


menoleh kesal pada Yerin yang menyeringai.
"Eh, Yerin!" sapa Jungkook riang, datang mendekat
dengan senyum lebar. Di sampingnya, Mingyu melirik
Hayoung namun tak banyak bicara.

"Wih, betiga aja nih? Boleh gabu-"

"Nggak," potong Hayoung segera membuat mulut


Jungkook langsung kicep.

"Kesana, disini nanti digigit macan," sindir Mingyu


menarik paksa Jungkook yang mencoba kembali
membujuk.

Hayoung hanya mendengus tak peduli, melirik cowok itu


yang menuju meja bar untuk memesan.

"Heran deh. Manusia kayak Mingyu mau aja melihara


anak kayak Jungkook," celetuk Joy menggeleng tak
percaya.

"Apalagi Junhoe. Pawang dari segala pawang," kata Yerin


segera. "Dari tingkat kewarasan ya, menurut gue Junhoe
masih normal. Baru deh Mingyu, Jungkook, Yugyeom,
Yuta."

"Nggak, Jungkook paling akhir," kata Joy meralat.

Hayoung mencibir, "Junhoe kalau ketemu Bobby sama


Hanna juga sableng kok," katanya yang memang sudah
biasa melihat Junhoe bersama dua temannya itu, ditambah
si adik kelas Chanwoo.

"Yerin nih beruntung sekelas sama kelas Pangeran!" bisik


Joy tak ingin Jungkook dan Mingyu dengar.
"Pangeran monyet?" protes Yerin sebal. "Pada nggak bisa
diatur pusing gue sebagai ketua kelas."

"Padahal kan kelas lo kelasnya si Ketos ya," kata Joy


memainkan sedotan esnya. Lalu tersadar sendiri, "eh oh
ya ngomong-ngomong Donghyuk elo tahu nggak?"

Yerin langsung maju, semangat menyimak. Sementara


Hayoung merunduk meraih hape yang baru saja bergetar.
Ia mengangkat alis, tersenyum samar dan membalas chat
dari pemuda itu.

Cewek itu mengangkat kepala, tepat ketika Mingyu dan


Jungkook melewati mereka. Ia mengangkat sebelah alis
cowok itu sama sekali tak menoleh, malah Jungkook yang
melambai ramah dan tersenyum. Mau tak mau Hayoung
membalas senyum singkat. Kan kasian kalau nggak
ditanggepin.

Kedua cowok itu keluar ke arah balkon depan. Duduk


berdua berhadapan. Hayoung tanpa sadar melirik
memerhatikan.

Mingyu merogoh sesuatu, mengeluarkan sebatang dari


bungkus rokok putihnya. Pemuda itu menggigit di ujung
bibir, merunduk menyalakan korek api.

"Young?"

"Eh ya!"
Joy dan Yerin sama-sama terloncat kecil, kaget tiba-tiba
sahabat mereka ini menyahut nyaring. Hayoung sendiri
ikut terkejut menepuk mulutnya dengan tangan.

"Eh, sorry. Apa? Apa?" tanya Hayoung linglung.

"Itu, hape lo," tegur Yerin menggerakkan mata ke arah


hape di atas meja.

Hayoung tersentak, segera mengambil membuka pesan


baru. Diam-diam ia mengerjap dan menggeleng mencoba
mengenyahkan pikiran ngawurnya.

Mingyu tuh keren juga ya?


Whatssapp

0852XXXXXXXX: test

Hayoung: ya?

0852XXXXXXXX: ini siapa?

Hayoung: ???????????????????

0852XXXXXXXX: ini cewek yg tadi di mixme?

Hayoung: ini siapa?

0852XXXXXXXX: iya bukan?

Hayoung: cewek di mixme banyak

Hayoung: jgn nyebelin mumpung gue masih sabar.

0852XXXXXXXX: gue cwo yg pake motor hitam


nolongin cwe yg motornya mogok dan harus nganter
adeknya ke sekolah

/read/

0852XXXXXXXXX: ayo tebak dong siapa biar dapat dua


juta rupiah

/read/

0852XXXXXXXXX: chat yg diatas bukan gue tp yugyeom


Hayoung: lo dapat nomer gue dr siapa sih

0852XXXXXXXXX: Yugyeom. Yugyeom minta ke Yuju


Yuju minta ke Jungkook Jungkook minta ke Hoshi Hoshi
minta ke Jihyo tapi Jihyo nggak mau kasih jadi Yugyeom
minta ke Bobby

Hayoung: bodoamat.

0852XXXXXXXXX: lah tadi nanya?

0852XXXXXXXXX: plin plan nih jadi cewek

/read/

0852XXXXXXXXX: oh ya btw gue otw rumah lo

0852XXXXXXXXX: dandan yg cantik mau gue apelin

Hayoung: HA?!

Hayoung langsung loncat dari tempat tidurnya. Gadis itu


berlari keluar segera.

Ia menutup pagar rumahnya, menguncinya. Kemudian


berlari menutup pintu rumah rapat. Membuat sang kakak
yang tadi terlonjak kaget melihat ia seperti kesesatanan
jadi tenganga.
"Kalau ada yang datang siapapun itu jangan
dibukain!!!!!!!!" kata Hayoung heboh, membuat Chorong
jadi menatapnya horror.

Belum ada jawaban, Hayoung langsung kembali ke kamar


dan segera menelpon seseorang.

"Hal-"

"HE BUAYA CILIWUNG LO MAU GUE SATE!?"


sembur Hayoung begitu saja.

"Astaga apaan anjir hampir gue lempar hape," balas


Bobby di seberang setelah beberapa saat. "Pelan-pelan
Yong, sabar dulu. Ingat yang selalu Jinhwan bilang,
istigh-"

"Gue lagi nggak pengen becanda ya Bob," potong


Hayoung dengan tajam. "Lo ngapain ngasih nomer gue ke
orang asing?!"

"Orang asing siapa sih, Young? Bahasa Inggris gue aja


masih remed sok ngomong sama orang asing."

"Bobby."

"Iya dinda?"

Hayoung menghembuskan nafas pendek. "Besok.


Sebelum bel jangan kemana-mana."

Gadis itu langsung menutup sambungan dengan kesal. Ia


menggeram merasa sebal setengah mati.
Tapi by the way...

Kok dia seheboh ini sih?

Kaki Hayoung bergerak-gerak tak nyaman. Gadis itu


menonton televisi dengan gelisah. Ia beberapa kali
menggigit bibir, kemudian melengos dan merasa gusar.
Gadis itu melirik handphone di atas meja yang layarnya
menghadap atas, kemudian mendecak dan kembali
memandang televisi.

Sampai tak lama dengan sebal Hayoung memukul remote


tivi ke bantal sofa. Lalu mengambil bantal dan memukul-
mukulnya ke sofa dengan sebal.

Kurang ajar.

Ini sudah jam delapan malam.

Dan cowok itu nggak ada kabar.

Sialan.

Padahal tadi katanya otw.

Otw butuh lebih dari tiga jam!?


Hayoung mendesah kasar. Meraih hape di atas meja. Ia
memandangi layar, berpikir lama. Kemudian memutuskan
membuka chatroom.

Hayoung: bob

Bobby: apa kak:(

Bobby: iya ampun jgn sunat aku lagi besok2 nggak


maafin abang :(

Hayoung: temen lo maunya apa sih

Bobby: mau mati kali :(

Hayoung: bob.

Hayoung: dia bilang mau otw sini tp sampe skrg gak ada.

Hayoung: kan ajg.

Bobby: hus kok ngomong kasar:(

Hayoung: lo yg bikin gue ngomong kasar sih

Bobby: bentar gue tanyain

Hayoung: GAK USAH TANYAIN

Bobby: LAH MAUNYA APA SIH


Hayoung: mati aja sana temen lo

Bobby: :(

Hayoung mendecak, kemudian berdiri. Ia berjalan ke


kamar dan mengetikkan pesan.

Grup '2A3'

Hayoung: mixme, anyone?

Eunha mengernyit, memandang Mingyu yang tenang


membakar ujung rokok dan mulai menghisapnya. Cowok
itu bersandar di salah satu kursi di balkon luar Mixme,
memandangi keadaan Jl Adira C III dengan gaya tak
peduli.

"Gyu," panggil Eunha membuat Mingyu melirik. "Mau lo


apa sih? Buat apa lo nyari-nyari alamat rumah Hayoung
kalau lo malah kesini?"

Mingyu mengangkat alis tenang, "sengaja," jawabnya


singkat, lalu kembali menghisap rokoknya sesaat.
"Hm. Lelaki memang manusia terkejam di dunia," kata
Yuju dengan dramatis, kemudian mendesah panjang
memain-mainkan sumpit di mienya.

"Gue sih nggak," celetuk Jungkook di sampingnya.

"Karena lo bukan lelaki," balas Yuju segera. Membuat


Jungkook ingin melemparkan botol sambal ke wajah
cantik itu.

"Gyu, gue nggak paham," kata Eunha kembali ke topik.

Mingyu tersenyum tenang. Tak menjawab. Ia melirik saat


hapenya di atas meja menyala. Pemuda itu meraihnya,
tersenyum miring dengan puas membaca chat masuk dari
Bobby.

Bobby: udah ditungguin

Bobby: lo kesesat dimana? Uks mbak indah?

Bobby: emang jelmaan anjing lo tuh

Mingyu menegak, dengan gaya sombong memamerkan


chat ke teman-temannya, "See? Dia nunggu gue," katanya
dengan puas.

"Ha? Bobby?" tanya Yugyeom melebarkan mata,


membuat raut wajah Mingyu langsung sangar dan
mendecak.
Mingyu mendengus, kemudian tertawa sombong. "Dia
pasti udah ngarep," katanya dengan riang.

Jungkook mendecih sinis, "dasar kerdus."

Eunha hampir saja mengumpat, melotot pada Jungkook


seakan menyuruh pemuda itu segera berkaca.

"Ming, beneran dia nunggu?" tanya Yuju membuat


Mingyu menoleh. "Terus... itu siapa?"

"Hm?" Mingyu mengernyit, mengikuti arah pandang


Yuju. Memandang ke arah parkiran yang terlihat dari
balkon luar. Matanya langsung membelalak melihat gadis
itu turun dari mobil merapikan rambut ditemani Rosie,
Lisa, dan Hanna.

"Buahahahaha mpos!!!!" ledek Jungkook puas, langsung


tertawa lebar. Yang lain mengekor, menertawakan
Mingyu yang tenganga tak percaya terus memandang
Hayoung yang berjalan tenang memasuki pintu Mixme.

Mingyu menggeram dengan kesal. "Bobby anjing."


Eunha menepuk kening sendiri, langsung menutup wajah
dengan telapak tangan saat Mingyu berdiri berjalan ke
arah meja order dimana Hayoung berdiri.

Sementara Yugyeom dengan tanpa dosa mengacungkan


hape, merekam. Yuju malah mengarahkan dengan benar,
Jungkook sendiri asik membalas chat degemnya.

Mingyu datang, membuat Rosie menoleh dan memekik


kaget. Hayoung ikut menoleh, melebarkan mata tak bisa
menyembunyikan diri terkejut. Cowok itu menaruh
tangan di meja depan Hayoung, seakan ingin
menghakimi.

"Ngapain lo disini?"

Hayoung refleks mendelik, "ha?" Gadis itu jadi mengubah


posisi berdiri menghadap Mingyu seutuhnya. "Emang
kafe ini punya lo ya? Kenapa lo sewot?"

Mingyu mendengus, merasa tersinggung. "Guekan bilang


gue mau ke rumah lo."

Hayoung tenganga kecil, jadi melipat kedua tangan di


depan dada. "Oh ya? Kapan? Gue nggak inget tuh," kata
gadis itu sinis.

Hanna yang sedari tadi melongo jadi berdehem, "Yong,


lagi di Mixme jangan berantem," bisiknya mendekat pada
Hayoung. Sementara Rosie sibuk memelototi Mingyu
menyuruhnya tak usah macam-macam dan Lisa yang
mendongak pada papan menu memilih minuman.
Mingyu mengeraskan rahang, menatap cewek jangkung
ini tajam. Hayoung tak peduli, tanpa takut balas tatapan
itu. Keduanya jadi saling tatap lama. Yang makin lama
tanpa sadar kelopak mata Mingyu jadi meneduh, mulai
menikmati iris mata kecokelatan itu.

Membuat Rosie jadi menghela nafas, kemudian


berdehem.

"Matamu melemahkanku, saat pertama kali ku


lihatmu~~~"

"OCIIIII!"

Rosie yang baru mengambil satu bait langsung


mengatupkan mulut diam dengan teguran Hanna.

"Eh enakan Mangoo atau mau coba yang Vanilla


Matcha?" tanya Lisa seakan punya dunia sendiri. Hanna
dibuat makin pusing kenapa juga mau pergi bersama dua
bocah ini.

Hayoung mengerjap, segera mengalihkan wajah. Garis


wajahnya kembali dingin, "pergi lo. Atau gue panggil
satpam," ancamnya dingin.

Mingyu mengangkat sebelah alis, gatal sekali ingin


mencubit pipi cewek satu ini gemas. "Liat aja. Hape lo
nggak akan istirahat karena akan gue sampahin poto selfie
gue," katanya penuh percaya diri.
"Cih. Gue bakal block, apa susahnya?" balas Hayoung tak
mau kalah.

"Gue datangin rumah lo besok pagi."

"Mobil gue udah baik jadi gue nggak pergi bareng kakak
lagi."

"Gue bakal ke kelas lo-"

"Gue aduin Mr Simon kalau ada anak IPS yang gangguin


gue."

Gadis kecil berambut pendek yang berjalan cepat dari


balik punggung Mingyu langsung menyeruak di antara
keduanya. Membuatnya seperti tenggelam ada diantara
Mingyu dan Hayoung yang jangkung. "Kalem dulu kalem
ini di tempat umum," ucap Eunha segera melerai.

Hanna mendesah lega ada bala bantuan datang.

"Aduh gue mau chicken pop atau bento ya? Tapi kata
Hanbin pipi gue dah mulai bulet," kata Lisa masih sibuk
sendiri.

"Eh mas boleh request lagu nggak? Biar kayak ftv ada
backsongnya,"celetuk Rosie memajukan diri pada
karyawan yang sedari tadi mencoba sabar menungggu.

"Gyu, ayo pergi," paksa Eunha meraih lengan Mingyu.

Mingyu menatap Hayoung menantang, "Awas lo,"


ancamnya seperti anak kecil kalah main bola.
Membuat Hayoung melotot tak takut. Walau dalam hati
merasa geli melihat si mungil Eunha menarik paksa
Mingyu yang terseret pasrah.

"Kenapa juga sih tadi kita kesini ih," celetuk Hanna


pusing. "Mending gue ke rumah Yoyo dibuatin makan."

"Ih kok nggak ada June di sana ya?"

"Bingung deh gue makan atau minum aja?"

Hayoung menghela nafas, melirik pemuda itu sejenak.


Namun mencoba tak peduli lanjut.

Atau tidak.

Karena tak bisa ditahan ia berkali-kali melirik ke meja di


balkon luar itu.
Jungkook tertawa setan, membuat Yuju menatapnya
malas dengan helaan nafas berat. "Jadi kata Joy, si Vernon
tuh cuma kirim salam nggak digas!
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA..."

"Lo kapan tau diri sih, Kook? Udah jelas Dahyun tuh enek
sama lo," kata Yugyeom merasa jijik. "Mending dia sama
gue."

Yuta yang mendengar itu langsung mengumpat, "sama aja


lo, sampah."

"Kemaren katanya mau gas Yeri?" tanya Yuju menegur.

"Bukan, Halla," ralat Yuta.

"Seinget gue Hayoung," kata Yugyeom polos langsung


dapat tabokan dari Mingyu di sampingnya.

"Gue tuh maunya Jisoo, tapi ternyata Jisoo dah punya


monyetnya. Monyetnya serem lagi, jelek," kata Jungkook
menggerutu sendiri.

"Kemaren denger dari siapa ya lo baper gitu sama Yeri,


katanya friendzone?" tanya Yuju mencoba mengingat.

Jungkook mengumpat dalam hati. "Dah, jangan bahas si


sancawati dulu. Gue ditolak."

"HA?!" Yuju dan Yugyeom kompak memekik heboh.

Jungkook mendengus, "dia naksir orang lain sih, anjir.


Gue telat," kata cowok itu agak patah hati. "Gue pernah
coba bilang gimana kalau gue sama dia mulai serius, tapi
dia malah ngira gue ngelawak. Eh abis itu bilang dia lagi
nunggu cowok lain."

"Unch, pedih," ucap Yuta dramatis.

"Ngode kali maksudnya elo, cewekkan gitu," kata Yuju


belum percaya.

"Ck. Gue juga ngerasa akhir-akhir ini dia galau gitu.


Terus kayak sadar gue kemaren serius, dan dia jaga jarak
dari gue," kata Jungkook jadi curhat dadakan.

"Dia jijik kali sama lo, takut kudisan," celetuk Yuta


membuat Jungkook langsung mengumpat.

Mingyu hanya mendecak mendengar itu, "ke UKS aja


kuy. Kangen Mbak Indah," ajaknya merasa bosan duduk
di depan lab komputer yang masih dikunci karena Pak
Dwi belum datang.

"Hm. Gue butuh diobatin Mbak Indah," kata Jungkook


dramatis. Ia langsung menyampirkan tas dan berdiri.

"Ming!" Suara June yang datang dari arah tangga


membuat mereka menoleh. Wajah cowok itu berbinar,
"Mau ikut gue kagak?"

"Kagak. Mau ngapel Mbak Indah," tolak Mingyu malas,


berdiri mengikuti Jungkook.

"2A3 lagi jam olahraga."

"Eh?"
Hanna dengan kesal melempar bola basket ke arah Bobby
dengan keras membuat cowok yang asyik bersorak heboh
itu mengaduh.

"Pak! Ada kekerasan dalam sekolah nih!" adu Bobby


lebay.

"Bobby gangguin saya Pak!" adu Hanna tak mau kalah.

"Huuuuuu bola lempar bola huuuu," kata Bobby kembali


menyoraki.

Hanna mendelik. Melihat Pak Jongkook sibuk memberi


arahan pada Hayi gadis itu langsung menoleh ke sisi
lapangan lainnya. "YUNHYEOOOOONNNNGGGG!!!!!"

"Dih ngadu pacar CUIH!"

"YUNHYEONG, SUHERMAN NIH!"

Yunhyeong yang sibuk berlatih untuk mengambil nilai


olahraga langsung menoleh. Ia mendecak, "Bob lo
ngapain sih? Mau gue kandangin?"

Bobby menoleh kesal, "IYA GUE BUTUH KANDANG!"


katanya nyaring, sengaja menyindir gadis cantik yang
sedari tadi cuek saja bermain bola basket bersama
Hayoung. Tapi Jisoo sama sekali tak menoleh seakan tuli
dan tak peka.

Bobby mendengus, "eh si cimol mau lempar bola!" seru


Bobby riang memandang Hayi yang baru gagal
menembakkan bola di percobaan pertama.

"Lo kurang belaian banget ya!"

Suara familiar membuat Bobby menoleh. Cowok itu


merekah, "AMINGKUUUUUUUU!!!!!" teriaknya haru,
berlari ala india menghampiri Mingyu yang berdiri di tepi
lapangan dengan Junhoe dan Jungkook di belakangnya.

"Nanaaaa!!!" sapa Jungkook melambai riang pada Eunha


yang tak sengaja ikut menoleh.

Tapi Eunha hanya menjulurkan lidah tak peduli lalu


mengalihkan wajah lagi. Jungkook langsung mendengus.

"Kok kayaknya gue ditolak semua cewek ya?" gumam


Jungkook merasa miris sendiri.

"Woi jangan terang-terangan kalau ngintip. Ah lo semua


nggak pro," omel Bobby menggurui.

"Ssssttt diem," kata Mingyu tak mengalihkan pandangan


ketika gadis jangkung itu berjalan menghampiri Hayi dan
menerima bola mengambil giliran.

"Uhuy!" seru Jungkook langsung semangat. Tapi Mingyu


segera menariknya agak tertutupi makin ke pinggir
lapangan. Junhoe dan Bobby spontan mengikuti.
Padahal Bobby kan murid 2A3. Ngapain ikut nepi.

Hayoung memukul pelan bola oranye itu ke lantai. Ia


bersiap, lalu berlari pelan sambil mendribel bola, yang
kemudian melompat dan melempar bola ke dalam ring.

"Ahhhh sayang sekaliiii," komentar Mingyu, Jungkook,


dan Bobby kompak dengan kecewa yang berlebihan.

Junhoe sudah punya dunia sendiri tersenyum-senyum gila


memandang Rosie yang tertawa dan berjoget-joget
bersama bersama Hanbin dan Jinhyeong di pinggir
lapangan.

Hayoung kembali ke tempat semula. Ia menarik nafas


kembali bersiap. Gadis itu berlari, mengulang. Ia
melompat dengan mantap kali ini.

"Waaaaahhhhh!!!" tiga cheerleaders dadakan di pinggir


lapangan itu langsung bersorak dan bertepuk tangan,
membuat kini Hayoung tersadar dan menoleh.

"Bob, sini nggak!" panggil Jisoo sudah melotot galak,


membuat Bobby terlompat kecil.

Bukannya menciut, Bobby justru meringis merasa senang.


"Wah ternyata gue dinotice," katanya riang langsung
beranjak dan menghampiri Jisoo yang merenggut sebal.

Sementara Hayoung yang berada di tengah lapangan


merasa tak nyaman. Gadis itu kembali ke tempat semula
melakukan shooting terakhirnya. Ia menghela nafas
menampar diri mencoba tak melirik atau bahkan tak ingat
ada si cowok dekil itu di pinggir lapangan sedang melihat
ke arahnya.

"Jangan salting dong ada gue," celetuk Mingyu agak


nyaring, sengaja.

Hayoung hampir saja mengumpat. Ia melirik melihat Pak


Jongkook terlalu fokus padanya. Ni guru budek apa
gimana sih? Masa nggak sadar ada anak kelas lain.

Hayoung mencoba menguasai diri.Ia berdehem dan agak


mengangkat dagu. Gadis itu memukul pelan bola ke
tanah. Ia kemudian mulai berlari, memantapkan diri
bersiap menembak lagi.

"Kalau masuk jadi pacar gua!"

BUK

"AW!"

Semua langsung tersentak kaget.


"Eh, Young!?" pekik Hayi segera berlari mendekat pada
gadis yang tersungkur ke depan dengan sukses itu saat
baru saja melompat.

"Emang bangsta lo!" kata Junhoe menabok keras kepala


Mingyu yang malah tertawa puas melihat itu.

"Tolong bego, tolongin. Biar kayak FTV lo gendong!"


kata Jungkook heboh, menyenggol-nyenggol lengan
Mingyu.

"Oh, ya ya bener!" kata Mingyu segera menegakkan


tubuh dan berdehem. Ia berlari mendekat, mengikuti para
murid 2A3 yang mengerubungi Hayoung bersama Pak
Jongkook.

Hayoung merintih, melihat lututnya yang lecet kecil.


Lengannya tertarik pasrah ketika Taeyong menariknya
berdiri dibantu Miyeon. Sampai Taeyong menoleh
seseorang menyeruak datang. Diikuti lain yang
menolehkan kepala kompak melihat ada yang beda dari
kelas.

"Kamu siapa?" tanya Pak Jongkook kaget.

"Mingyu, Pak. Anak IPS masa lupa," jawab Mingyu


merasa tertohok tak diingat guru olahraga ini.

"Oh..." Pak Jongkook mengerjap, segera tersadar. "Terus


kenapa disini!?"

"Hayoung jatoh," jawab Mingyu santai. Dengan masa


bodoh ia langsung mendekat membuat Hayoung melotot.
"Sini, gue aja. Kalian kan lagi ambil nilai," kata Mingyu
pada Taeyong dan Miyeon.

"Nggak," tolak Hayoung tegas, memeluk leher Miyeon


dengan kedua tangan tak mau lepas.

"Iya, Hayoung. Sama Mingyu aja, kita lanjut ambil nilai,"


kata Pak Jongkook membuat Mingyu hampir saja
tersenyum tapi berdehem belagak tenang.

"Taeyong," kata Hayoung menoleh pada Taeyong, karena


sadar tak berguna mengadu pada guru olahraga satu ini.

Taeyong sendiri jadi bingung. Ia memandang Mingyu,


yang menatapnya dengan kerlipan berharap. Lalu
menoleh pada Hayoung yang memelas minta
diselamatkan.

"Udah, Mingyu aja!" celetuk Hanbin tiba-tiba.

"Digendong Mingyu aja dia kuat!" kata Bobby membantu.

"Kalau dia macam-macam gue gundulin!" pekik Rosie


ikutan.

Hayoung mengumpat melalui tatapan pada teman-


temannya. Tapi mau tak mau menurut saat Pak Jongkook
mengatakan segera melanjutkan penilaian.

Mingyu dengan senyum hampir terlukis maju, meraih


lengan Hayoung menariknya lembut dari Miyeon yang
sebenarnya juga tak rela memberikan Hayoung pada
cowok satu ini.
"Bride style atau piggy back?" tawar Mingyu berbisik
pada gadis itu membuat Hayoung membelalak.

Dengan kesal Hayoung memukul punggung Mingyu dari


belakang sampai Mingyu memekik. Mingyu dengan
pasrah terdorong ke depan. Hayoung agak merintih lagi,
merasa perih. Dengan sebal ia melompat, sengaja dengan
tiba-tiba sampai cowok itu oleng kecil.

"WOHUUUUUU"

"ASEEEKKKK"

"PRIKITIW"

"PIWIT PIWIT"

"TELOLET TELOLET TELOLET"

Semua langsung mundur sambil menggoda heboh.


Tangan Mingyu ke belakang, meraih belakang lutut
Hayoung memperbaiki gendongannya. Cowok itu
tersenyum begitu saja. Senyum malu.

Hal yang membuat Eunha tak bisa menahan tawa geli.


Karena... melihat sahabat yang sudah kamu kenal lama
sangat masa bodoh dan selengan tiba-tiba tersipu
begitu............... aneh dan menggelikan. Dan lucu. Dan
aneh. Dan membuat merinding. Tapi geli. Eunha bahkan
menutup wajah dan memalingkannya, tak kuat melihat
Mingyu.

Jungkook sendiri sudah ikut-ikutan heboh di pinggir


lapangan bersama Junhoe yang tertawa.
"Pegangan," bisik Mingyu pada Hayoung sesaat,
kemudian berbalik dan mulai melangkah pergi.

Hayoung memegangi kedua bahu Mingyu, menegakkan


tubuh berusaha agar dadanya tak menyentuh punggung
cowok itu. Pipinya memerah juga tanpa bisa ditahan.
Menyadari cowok ini menggendongnya dari tengah
lapangan.

"Eh eh mau jatohhh," kata Mingyu tiba-tiba


menyondongkan tubuh ke depan membuat Hayoung
terkejut dan refleks merapat memeluk lehernya.

"Tapi boong," lanjut Mingyu menyeringai lebar, kembali


menegak dan membawa Hayoung dengan tenang. Pemuda
itu terkekeh riang, berjalan tenang memasuki koridor
sekolah menuju UKS.

Merasa berhasil dikerjai, pipi Hayoung langsung


memanas. Tangannya ingin menjambak cowok ini. Tapi
sialnya ia terlalu sibuk merutuki jantungnya yang
menggila hebat tak karuan.

Sial.

Hayoung ambyar.
X-4 terlonjak setengah mati ketika kedua gadis itu berlari
masuk ke dalam dengan heboh seakan membawa bom
besar. Tapi melihat itu adalah Yeri dan Faili, mereka
memalingkan muka tak peduli banyak.

"HATIKU! HATIKU! HATIKU!!!!!" heboh Yeri baru


sampai di mejanya menggoyang heboh pundak Suhyun
yang melotot kaget. "HATIKU BERSERAKAN!!!!!"

"Ssssstt berisik," tegur Moonbin yang duduk di samping


mereka, sibuk mengerjakan tugas dari Mr Gray.

"Elo tau gak apa yang kita liat tadi ha?!" kata Faili
menggebu, tak menghiraukan protes Moonbin. "Di
lapangan..... DI TENGAH LAPANGAN!"

"KAK MINGYU NGEGENDONG KAK HAYOUNG!"


pekik Yeri dan Faili kompak, kali ini membuat seisi kelas
jadi menoleh.

"Ha? Apaan?" tanya Eunseo langsung beranjak dan


melompati kursi mendekat.

"Siapa? Siapa?" tanya Sinbi berlari dari arah belakang.

"WOI ANJIR LO TAU NGGAK ADA COUPLE MOST


WANTED BARU NIH!!!" pekik Faili tertahan dengan
histeris.
"NGGAK ADA ANGIN NGGAK ADA UJAN KAKAK
CANTIK SAMA COGAN COOL!" kata Yeri menggebu.
"Parah anjir dipiggy back di tengah lapangan! Kyaaaaaa,"
pekiknya ambyar sendiri.

Jinny melengos, "Ya serbuk segar sari seperti ku bisa apa,


hiks," katanya jadi drama.

"HUHUHUHUHUHUHUHUHUHUHU KAKEL
IDOLAKU SAINGANNYA BERAT BANGET BUAT
DAPETIN HUHUHUHU..." Kini Yeri sudah merengek
berlebihan, duduk merapat di samping Suhyun dan
menyandarkan kepala ke lengan cewek itu.

Moonbin melengos. Walau sudah biasa dengan


kehebohan kelas begini tapi tetap saja kepalanya selalu
pusing. Tapi kemudian ia tersadar sendiri.

Eh? Hayoung?

"Eh? Hayoung?" pekik Sinbi seakan menyuarakan suara


hati Moonbin membuat Moonbin menoleh. Sinbi juga
baru ingat sesuatu. "Bentar, bentar....................
ASTAGA!"

"Apaan anjir kaget gua!" semprot Saeron sebal karena


berada di samping gadis cantik itu.

"Wait. Tunggu, tunggu bentar!" kata Sinbi menggebu


berdiri dan berlari ke mejanya di belakang.
"Padahal baru aja ku dambakan, hatiku sudah patah," ucap
Yeri super drama.

Moonbin melengos lagi, "pantes lo di-friendzone-in


Jungkook," ledeknya sambil terus mengerjakan soal.

"Apa?" Yeri menoleh dengan kerlingan tajam. "Bisa


nggak sih lo berenti Jungkook Jungkook mulu?!"

Moonbin menoleh tenang. "Jungkook Jungkook Jungkook


Jungkook Jung-"

"ASTAGA YER KALEM!!!" pekik Faili melotot dan


segera menarik Yeri yang sudah menerjang maju dan
mejambak bringas Moonbin. Kelas heboh seketika.

"Woi udahan Mr Gray datang bentar lagi!" kata Chanwoo


yang duduk di samping Moonbin juga berdiri
memisahkan.

Jinny segera berdiri, "Yer, gue bantuin!" katanya maju


dan ikut mengacak kepala Moonbin yang sudah meronta-
ronta kesakitan.

"Woi woi udah! Nih gue punya hot newsnya!" kata Sinbi
menarik lengan Jinny membuat Jinny langsung berhenti
dan Yeri refleks mengikuti. Moonbin sendiri akhirnya
bisa mengambil oksigen dengan rambut berantakan.

"Nih nih!" kata Sinbi menyodorkan layar hape membuat


semua segera mengerubungi.
Yeri dan yang lain membelalak. Melihat postingan
instagram akun seseorang. Seorang pemuda yang sedang
menggigit sedotan dari gelas es kopi plastiknya bersama
Hayoung di sebelahnya yang juga melakukan gaya sama
dengan senyum meringis.

"Eh? Ini cowok futsal kemaren, kan?" pekik Faili


menyadari itu. "YA AMPUN KAK GANTENG!!!!"

"Fak," umpat Jinny refleks.

"Eh, bentar...." Saeron diam. Keningnya berkerut


memandang cowok familiar itu. Ia mendongak, jadi saling
pandang dengan Yeri, Jinny, dan Faili. Yang kemudian
teringat.

Mereka kompak menolehkan kepala pada Moonbin yang


sedang merapikan rambutnya.

"SEPUPU LO KAN, NYET?!"

Moonbin menarik diri segera, menjauhkan tubuh dari para


gadis ini yang langsung menyerangnya.

"Iya gue inget! Ini cowok yang waktu itu pas


pertandingan!" kata Faili heboh.

"Gue nggak mungkin lupa karena ini sepupu jadi-jadian


lo!" ucap Yeri membuat Moonbin mendelik.
"Iyalah dia bule lah lo apaan," kata Jinny segera.

"Bin, Bin, ini siapanya Kak Hayoung? Kok mesra gini?


Kok sweet gini?" tanya Saeron menyerbu.

"Ck, kasian si Mingyu saingannya berat," celetuk


Chanwoo yang sedari tadi diam, terlalu sibuk
mengerjakan soal.

"Wait." Yeri menegak. "KYAAAAAA MASIH BISA


MENELIN KAK MINGYUUUUUU!"
"Boong dia mah. Mobilnya masih dipake Omnya, soalnya
keluarganya tuh lagi liburan disini. Jadi mobilnya dia
yang dipake jalan-jalan gitu," kata Bobby memakan kripik
kentang yang dibelikan Mingyu.

Iya, Bobby tuh anak orang kaya tapi tetap aja kurang ajar.
Kerjaannya malakin temen atau ngutang kas.

"Berarti bisa gue anter?" tanya Mingyu yang sedari tadi


memandangi Bobby antusias.

"Kita susun skenario dulu, Ming," kata Bobby memakan


keripik, menepuk tangan Junhoe yang ingin masuk ke
dalam bungkus keripik kentang.

"Elo tuh emang temen apa sih Bob? Kemaren pas gue ke
Rosie juga dibajakin sekarang Aming. Untung Hoshi
pinter nggak lewat elo buat Jihyo," kata Junhoe
menggerutu sebal tak bisa meminta keripik kentang
Bobby.

"Halah bentar lagi juga dia nanya ke gue karena Eunha


pasti melindungi temen-temen ceweknya dari buaya
buaya macem lo," kata Bobby menunjuk Junhoe, Mingyu,
dan Jungkook dengan keripik di tangan. "Kalau gue kan
baik hatinya, gue mau ngebantu kalian."

"Ya ya terserah, terus gimana gue?" tanya Mingyu tak


peduli.

"Lo bisa tau diri nggak sih? Udah jelas Hayoung tuh
nggak mau sama lo!" kata Jungkook sewot.
"Diem lo," kata Mingyu melirik tajam. "Tadi pas di UKS
dia blushing lo nggak liat kan? HA!"

"Blushing ndasmu! Itu lagi panas ege!"

"Panas apa anjing ini tuh lagi musim hujan, otak udang!"

"Elo otak cumi-cumi!"

"Sesama nggak punya otak berisik banget," kata Junhoe


datar. Lalu menegakkan tubuh, "Tuh, mereka," katanya
menggerakkan dagu membuat ketiga cowok lain
menolehkan kepala.

Para murid 2A3 keluar menuju parkiran. Mereka tadi


memang menyusun kelas sesaat karena sedang festival.
Sementara Bobby memang sudah kabur lebih dulu karena
Mingyu menjanjikannya makanan.

Jungkook melengos memerhatikan para cewek 2A3.


"Yang cakep cakep dah disikat abis. Emang cowok-
cowok EHS tuh buaya semua," katanya mengomel. "Tau
aja yang cakep di ipa 3, dan sekarang udah soldout semua.
Edan."

Jungkook jadi mengumpat melihat Junhoe, Mingyu, dan


Bobby menegak beranjak pergi sama sekali tak
mendengar omelannya.

"JUNE!!!!!!!!" pekik Rosie riang, melompat-lompat kecil


menghampiri Junhoe dengan senyum lebar. Walau ia jadi
mengernyit melihat ada sosok Mingyu. "Buset Ming, lo
beneran nggak ada rem ya? Hayoungnya ampe
ditungguin," katanya tanpa saring.
Hayoung yang namanya disebut menoleh. Ia mengangkat
alis, tapi tak peduli dan berjalan lebih cepat pamit pada
teman-temannya segera pergi dari parkiran.

"Tuh kan. Emang bacot lo tuh," omel Mingyu


menyalahkan Rosie yang jadi melotot, lalu segera berlari
menyusul Hayoung.

Para murid yang menyesaki parkiran dan kawasan luar


sekolah jadi menoleh, entah kenapa. Mereka melebarkan
mata, melihat si tampan Mingyu berlari mengejar
Hayoung yang berjalan cepat di depannya.

Mingyu. Ngejar. Hayoung.

Cowok penguasanya sekolah.

Mingyu.

Tanpa ragu mengejar Hayoung.

Para cewek jadi mupeng.

"Bukannya lo abis jatoh ya? Cepet banget jalannya kayak


kebelet," protes Mingyu segera ke depan Hayoung,
menghentikan langkah cewek itu. "Tungguin."

"Dih? Ngapain gue tungguin?" tanya Hayoung mendelik.


Hayoung mendecak, segera melewati Mingyu. 'Astaga
jangan sampe ni anak ngikutin gue,' batinnya segera
melangkah cepat keluar dari area sekolah.

Tapi dengan keras kepalanya Mingyu mengikuti langkah


Hayoung. "He, Hayo-----EH?"

Hayoung berhenti. Gadis itu langsung merutuk. Ia


mendengus, menoleh pada Mingyu dan berekspresi tajam.

"Eh, siang kak," sapa Mingyu tersenyum ganteng,


menyapa Chorong yang berdiri menunggu di samping
mobil putih. Mendadak ia jadi sopan.

Gadis cantik itu menoleh, melebarkan mata melihat sosok


familiar Mingyu. Ia mendekat, "loh? Kamu yang waktu
itu kan?"

"Hehe, iya," jawab Mingyu tersenyum sok malu-malu,


"mau jemput Hayoung, kak?"

Hayoung mendengus, makin merasa tak nyaman.

"Iya," jawab Chorong ramah. "Ternyata kalian temenan


ya? Hayoung bilang beda kelas."

"Hm. Kita temenan deket," jawab Mingyu percaya diri.

Hayoung langsung menoleh dan mendelik, "gue kenal lo


aja nggak. Sok akrab banget," kata cewek itu tajam.

Mingyu yang sedang mencoba membangun image tampan


di depan Chorong mencoba mempertahankan senyumnya
yang kini jadi terpaksa. "Kak, adeknya ini emang suka
becanda ya? Haha lucu," katanya membuat Hayoung
tenganga.

Chorong yang tak mengerti apa yang sedang terjadi jadi


memandangi keduanya dengan kening berkerut. "Nama
kamu siapa?" tanyanya memilih mencari tau tentang
cowok tampan itu.

"Mingyu," Mingyu segera maju menjulurkan tangan yang


dibalas Chorong.

"Chorong, kakaknya Hayoung," kata Chorong tersenyum.

Mingyu berbinar. Tanpa sadar bibirnya agak terbuka


mendapat senyum cantik itu. Pemuda itu jelas terpesona.

Hayoung melirik itu tajam. Ia menghela nafas panjang


dan keras. Hm. Sudah ia duga cowok ini tuh cuma main-
main. Memang, dari awal yang ia incar adalah kakak
Hayoung. Dan memakai Hayoung sebagai jembatannya.

Sial.
Eunha tenganga membaca chat dari Hayoung. Gadis itu
jadi menepuk pelan kening dengan hape di tangannya. Ia
menggeram, merasa gemas sendiri. Lalu segera membuka
grup chat.

Grup 'PENGISI HATIMU' (7)

Eunha: he buaya.

Eunha: maju lo sini.

Jungkook: what

Yuta: apaan

Mingyu: sett dateng2

Yugyeom: para buayapun berkumpul

Hoshi: untung bukan gua

Yuju: na plis ini semua isinya buaya dan princess yuju

Eunha: mingyu setan.

Yugyeom: astaga ukhti mulutnya

Yuta: nanti kakak olimpiade gak suka lagi loh :(

Eunha: DIEM.
Mingyu: bukan gua

Eunha: gue tuh pusing ya

Eunha: kalian tuh manusia jenis apa sih

Eunha: apa dikasih makan yg sama makanya gini


semua?

Eunha: gue yg pusing

Eunha: KEMAREN MOMO HALLA JIHYO SEKARANG


HAYOUNG BESOK SIAPA LAGI NIH HA

Yuta: apasih na....

Yuju: bersyukur hatiku sudah dimiliki mr simon seorang

Yugyeom: bersyukur hatiku sudah dimiliki miss dara


seorang

Jungkook: Momo halla inceran siapa tuh

Hoshi: jihyo punyaku dong

Yuta: anjing^^

Mingyu: salah gue apa sih?

Eunha: q muaq

Yugyeom: q yugyeom

Hoshi: q bintang di langit


Yuta: q cpa?

Jungkook: q cyaNk qmu,,,

Yuju: q mau out,,,

Eunha: gyu plis mau lo apa sih

Mingyu: kan dah bilang mau gue hayoung :(

Jungkook: aku juga mau hayoung :(

Yuta: gak ada yang mau aku?

Eunha: DIEM NGGAK

Eunha: LO NGAPAIN MENELIN KAKAKNYA


HAYOUNG HE KERDUS INDOMI

Yuju: nggak kaget

Yugyeom: wkwkwkwk sekali pancing dua ikan asoy

Hoshi: ajaran jungkook

Yuta: tp jungkook ikannya pada lepas

Jungkook: masih banyak ikan di laut coy

Mingyu: kakaknya cantik :(

Yuta: eh kenalin dong :(

Yugyeom: eh kenalin dong :( (2)


Jungkook: eh kenalin dong :( (3)

Hoshi: #HoshiCowokSetia

Yuju: #PercumaSetiaKalauLebihGantengDokyeom

Yugyeom: #SukaBenerYaMamaSimi

Yuta: #SimsEgeBukanSimi

Eunha: ingin ngumpat.

Yugyeom: istighfar aja

Mingyu: tapi na

Mingyu: gue maunya hayoung kok

Mingyu: cantik mah cantik tapi lebih nantang adeknya :(

Eunha: tp si hayoung dah mikir elo tuh cuma peralat dia


makanya ngegas bgt dr kemaren

Jungkook: unch hayoung ku :(

Yugyeom: klo gitu dahyun punyaku :(

Jungkook: eh anjing

Hoshi: kapan aku jadi punya jihyo :(

Yuta: jihyo punya dokyeom kan?

Yugyeom: jihyo punya dokyeom kan? (2)


Yuju: jihyo punya dokyeom kan? (3)

Hoshi: bentar, gue panggil grim reaper biar lo pada mati

Yuju: gue panggil arwah anak gue di sims

Mingyu: gue panggil hayoung.

Eunha: Eunha out.

Jungkook: Jungkook ikut Eunha.

Yuta: Yuta stay karena dia setia.

Yugyeom: yugyeom pulang aja ke rumah sama mamah.

Mingyu: cot dah

Mingyu: mixme malam ini

Mingyu: ajak hayoung na

Eunha: huft -_-


'Grup Chat 2A3'

Taeyong: jadi apa namanya?

Hanbin: 2A3 & Brownies co

Hanna: nga

Jinhwan: OKEYDORKYO

Jihyo: OKEYDORKYO (99999++++)

Hayi: HAYI COUNTER

Yunhyeong: Royal 2A3 : )

Jennie: T______T

Bobby: Bobby and Friends

Lisa: 2A3, dah gitu aja

Jinhwan: rules number 1: untuk mengundang pembeli


kita harus punya nama store yang menarik :)

Miyeon: UDAH DEH 2A3 AJA

Jisoo: nggak selese2 nih masalah bazaar doang

Hayoung: Dominic Crew


Hanna: HAYOUNG PREACH!

Jennie: #VoteForDominicCrew

Jinhyeong: kasar.

Jaewon: MBAK INDAH SQUAD

Hayi: NGGAK ADA URUSAN SAMA MBAK INDAH


EGE

Rosie: DOMINIC CREW LUCU BGT UNCH

Hanna: #DominicerzManiaRise

Hanbin: bxdxh

Eunha: vote for dominic crew!!!

Eunha: eh ke mixme kuy mit ap aja buat ngomonginnya

Yunhyeong: lah yekali se satu kelas ke mixme na

Wonwoo: ga ikut

Jihyo: makan tuh stik dram

Wonwoo: napa sih hyo sirik aja

Taeyong: gini aja berisik apalagi ke kafe

Bobby: KUY MIXME EUNHA ^____^

Jisoo: mang didin aja :(


Jinhwan: mang didin aja bensin irit

Hanbin: mang didin aja bensin irit (2)

Yunhyeong: (3)

Bobby: MIXME AJA

Hayi: lo yang bayar bob? Woke

Jaewon: gasss!

Jinhyeong: klo ini gue join

Bobby: ashu : )

Bobby: hayoung mixme yuk : )

Yunhyeong: wadaw apa neh ngajakin hayoung doang

Jennie: eh bob

Hanna: HMMMM

Hayi: buaya sih buaya tapi masa temen sendiri juga


dimakan : )

Jaewon: tmt pho pro

Bobby: GUE NGAJAK SEMUA NJIR

Bobby: biasanya kan klo hayoung yg yes semua ikut yes


gitu
Jisoo: hm

Hanna: WKWKWKWKWKWKWK

Bobby: sat : )

Eunha: iya tuh tul

Eunha: young mixme yuk?

Hayi: ga ada yg ngajakin aku? Ksip

Jaewon: jgn ngomongin mixme dulu gengs, si jaebum


trauma kemaren mergokin pacarnya selingkuh

Miyeon: jewon sampah.

Hanbin: ashu won :(

Jaebum: ^_^

Jinhwan: makanya nongol bum lo drtd sider

Jihyo: eunwoo wowon lisa juga sider

Jaewon: enu klo gak bahas roket dia gak mau muncul

Jennie: WON BERENTI GAK.

Eunha: WOI MIXME JADI KAGAK

Yunhyeong: sante na air putihnya diminum dulu jgn


dibanting hapenya
Hayoung: capek gue.

Bobby: mixme kuy young klo capek

Rosie: NGEEENGGGG

Eunwoo: serah won.

Hayoung: apasih bob gas bgt geli gue

Jisoo: WKWKWKWKWKWK MPUS

Rosie: bob inget2 aming bob

Hayi: yagitu punya temen tuh lebih gurih

Jinhwan: bodo ah yi

Hanbin: korban ditikung ya yi?

Hayi: hayi out

Jaewon: 2a3 bersorak

Eunha: JADI KE MIXME GAK

Yunhyeong: kok gue mencium sesuatu

Rosie: waduh nyium apa nih

Jinhyeong: ena yo?

Yunhyeong: mau nyium doi tp dia gak mau :(


Jisoo: WKWKWKWKWKWKWKWK AMPAS

Hanna: cot.

Hanbin: #SaveYunhyeong #YunhyeongButuhBelaian

Jaewon: ckckck na

Jinhwan: masih kelas sebelas yo, tobat

Jennie: hanna T_T

Hanna: MAKANYA GAK USAH GAUL SAMA BOBI

Bobby: GUE MULU KENAPA SEH GUE ADUIN KAK


SETO NIH YA

Yunhyeong: otak gue dicuci bobby :'((((((

Jisoo: bodo ah capek gue ketawa :(

Hayi: recehannya bu

Eunha: guys, mixme? :)

Lisa: yg namanya hanbin katanya mau otw lo otw dari


kamar ke garasi?

Hanbin: OH IYA BENTAR LAY

Rosie: aku sama siapa :(

Jinhwan: ayang june lo ros


Rosie: june td keluar sama temennya bentar deh gue
tanyain

Eunha: hayoung kuy rame2

Hanna: hayooooonngggg

Hayoung: iya ini udah siap -_-

Bobby: asiikkk^___^

Hayi: hayi lagi otw latihan nyanyi gengs mau absen ya

Jaewon: jennie ga ikut gue otw rumah lo ci sama gue aja

Jinhwan: TAMAN SARI TAMAN SARI BLOK G TAMAN


SARI

Miyeon: ayang bilang gak ikut nan aku gak ikut babay

Jisoo: #timmobilhayoung

Rosie: oke won

Rosie: ternyata si june di mixme juga

Miyeon: loh

Jisoo: rame dong entar wkwk

Yunhyeong: sudah ku duga : )

Yunhyeong: bobby eunha mau dapat mie gratis :)


Bobby: oci goblok.

Hayoung: gue gak jadi ikut.

Jisoo: LOH GUE GIMANA

Eunha: ROSIE ^_________^

"Cewek lo kandangin yang bener, njing," umpat Mingyu


sebal setelah membaca chat dari Eunha, menoleh pada
Junhoe yang menipiskan bibir.

"Gue yang ngomong sama dia gue disini. Gue lupa,


setan," balas June tak terima. "Lagian emang gue sama lo
sepaket itu apa? Ada gue pasti ada lo."

"Ya mikir aja si Rosie bilang June lagi sama temennya,


ege," sahut Jungkook mencolekkan potongan chicken pop
ke sambal. "Terus ya Jun, kan lo emang nggak punya
temen selain kita."

"Bangsa-" umpatan June terhenti ketika Jungkook


memasukkan potongan chicken pop ke dalam mulutnya.
Walau berikutnya June segera meraih tisu
mengeluarkannya karena banyaknya sambal melumuri
potongan ayam itu.
"Ck," Mingyu mengacak rambutnya frustasi. "Kalau dia
bener mikir gue ngegas kakaknya gimana?" tanyanya
dengan wajah merasa bersalah.

"Udah lah, Ming. Cari yang lain aja," kata Jungkook


santai, memakan potongan chicken popnya. "Nggak bakal
dapet loh. Percaya sama gue. Gue aja dilepeh."

"Yaiya lo ampas," kata June penuh dendam, kembali


menyedot smootie ice-nya.

Jungkook mengumpat sesaat, "susah Ming. Tu anak batu.


Gue dah rasain," kata Jungkook mengurui.

Mingyu melengos, membuang muka tak peduli.

"Ada dua kemungkinan nih pas gue deketin dia," kata


Jungkook lalu mengacungkan telunjuk, "Satu. Doi pernah
sakit hati di masa lalu sampai dia nutup hatinya. Atau dua,
dia udah naksir sama cowok lain."

"Tiga," lanjut June membuat Jungkook mendelik dan


menoleh, "dia pernah sakit hati di masa lalu, dan sekarang
ada orang lain yang udah bikin dia move on. Lo telat,"
katanya dengan tenang.

Mendengar itu Jungkook jadi mengangguk setuju.


"Keliatan sih. Hayoung tuh hatinya kek udah ada yang
punya."

Mingyu melengos keras. Garis wajahnya menegang kaku,


terkesan menyeramkan. Membuat Junhoe dan Jungkook
yang melihat itu jadi terdiam sendiri. Menyadari Mingyu
sedang serius.
"Kok lo nggak suka? Emang lo beneran naksir dia?" tanya
Junhoe memberanikan diri bertanya tanpa basa basi.

Mata Mingyu melirik, tapi tak menjawab dan kembali


mengalihkan wajah.

"Cuih," seru Jungkook langsung menjauhkan diri tak


percaya. "Emang hati lo berfungsi?"

Mingyu hanya melengos, masih tak mau menjawab.


Cowok itu diam. Kemudian tiba-tiba beranjak dan berdiri
membuat Jungkook bersama Junhoe kompak mengangkat
wajah memandangnya.

"Gue ke rumah Hayoung," pamit Mingyu meraih hape di


atas meja, kemudian segera melangkah pergi.
Meninggalkan Junhoe dan Jungkook yang jadi menganga
kecil.

Hayoung duduk selonjor di sofa ruang tengahnya.


Memanyunkan bibir merasa sebal Eunha kini ikut-ikutan
di tim si anak IPS.

Hayoung melirik ketika layar hape di atas meja menyala,


menampilkan personal chat dari Eunha. Gadis jangkung
itu mendesah, membuang muka tak mau membukanya.

Bodo dia mau ngambek.


Udah cukup lah sekali aja dimainin, jangan lagi. Si Mino
tuh udah jadi pelajaran buat Hayoung. Ngomongnya suka,
katanya naksir, tapi nyatanya? Pergi.

Apalagi cowok dekil satu itu. Ngegas banget tanpa rem


seakan-akan Hayoung satu-satunya wanita di dunia. Yang
model gitu tuh wajib dibasmi.

Untung hati Hayoung kebal.

Ya... agak terambung dikit tapi segera ia kendalikan lagi


karena tau cowok itu tak serius. Dia hanya datang untuk
bermain-main dengan hati Hayoung, diterbangkan tinggi,
kemudian ditinggal begitu saja.

Cih. Dasar cowok.

Hayoung sempat berpikir akan benar-benar menutup hati


setelah apa yang Mino lakukan. Ia tak ingin memikirkan
hal-hal itu. Tapi, baru saja berniat, seseorang datang di
hidupnya.

Cowok itu berbeda. Walau tampan, dia tak neko-neko.


Lebih banyak diam dan tenang. Boyfriend material
banget. Kalaupun tak jadi pacarnya, Hayoung sudah
senang bisa dekat dengan cowok itu.

"Young?"

Hayoung menoleh, segera menguasai diri dari mesem-


mesem memikirkan si cowok bule.

"Hm?" Hayoung melongok, melihat sang kakak berjalan


dari luar memasuki rumah.
"Ada temen kamu tuh di luar."

"Eh? Siapa?" Hayoung mengernyit, kemudian berdiri.


Sebelum mendengar jawaban Chorong, gadis jangkung itu
berjalan ke arah luar.

Jangan-jangan 2A3 nih.

Ia sudah bersiap memikirkan rentetan omelan jika Bobby


atau Eunha muncul di depan rumahnya. Gadis itu dengan
kaos oblong biru dan short setengah paham memasang
wajah seramnya. Ia mengernyit melihat teras kosong,
membuatnya segera keluar begitu saja ingin melihat ke
halaman.

Langkahnya di teras langsung berhenti. Garis wajahnya


mengendor seketika.

"Eh?"

Cowok berwajah blesteran yang berdiri di depan bagasi


rumah Hayoung menolehkan kepala. Lalu tersenyum
tampan.

"Hai, Hayoung."
Whatsapp

Bobby: ada dayung ada perahu

Bobby: neng hayung apa kabarmu

Hayoung: apasih

Hayoung: gue block nih ya.

Bobby: hehe ^^

Hayoung: gak usah sok manis pasti temen dekil lo lagi

Bobby: ada dayung ada perahu, neng hayung jgn marah


dulu

Hayoung: gak kreatif lo

Bobby: ada dayung ada ikan lele, neng hayung siapa tuh
si bule

Hayoung: ?????????????

Bobby: ikan kikil ikan lele, si dekil kalah sama bule

Hayoung: ga paham

Bobby: ikan kikil kena dayung, batu kena ikan lele

Bobby: Si dekil dari rumah hayung, liat tu si cowok bule

Hayoung: ha?
Bobby: bentar, gue mikir pantun lagi

Hayoung: NGOBROL BIASA AJA GAK USAH MANTUN


NJIR

Hayoung: LO SIAPANYA JARJIT SINGH HA

Bobby: uhhh atutttt :(

Bobby: aduin mr simon nih

Hayoung: bob.

Bobby: hehe ^^

Bobby: ikan kikil tenggelem mati, si dekil patah hati

Bobby: siapa noh cowok bule young

Bobby: ya gue tau sih lo deket sama sehun anak kelas tiga

Bobby: tapikan lo kakak adean doang kan young?

Bobby: terus juga itu cuma pas kelas satu lo dah gak
deket kan skrg?

Hayoung: bacot :)

Bobby: cintailah pribumi young

Bobby: iya sih bule memperbaiki keturunan tapi pribumi


lebih menjanjikan

Bobby: hestek BobbyQOTD


Hayoung: bob mau ikut gue gak?

Bobby: kemana tuuhhhh

Hayoung: toko bangunan

Hayoung: mau gue gergaji gigi lo

Bobby: T____________T

Bobby: I like TT aaaahhhhh I like TT ahaaaa

Hayoung: APASIH

Bobby: jadi siapa tuh si ikan lele?

Hayoung: ikan lele apasih

Bobby: cowok bule

Bobby: ngapelin lo ya? Ah waktunya pas aming ke rumah


lo sedih men kayak drama korea detik2 mau bersambung

Bobby: tegang2 bikin baper

Hayoung: ngapain dia ke rumah gue

Bobby: nawar kredit panci mungkin?

Hayoung: eh bob lo tau gak temen gue yang namanya


jinyoung? Minta nomernya jisoo nih, boleh gue kasih?

Bobby: UGH GITU MAINNYA


Bobby: si aming kan mau jelasin ke elo dia gak bener2
suka kakak lo, dia serius njir

Bobby: KAPAN LAGI MINGYU SERIUS? CUIH

Bobby: merinding kan? Sama

Bobby: tapi gue paham. Emang, setiap buaya itu


membutuhkan pawang cantik yang membuatnya tobat
selamanya

Hayoung: ngomong apa sih lo

Hayoung: mending urusan jisoo keburu diambil orang

Bobby: udah jadi milik gue

Hayoung: sejak kapan?

Bobby: WKWKWK

Bobby: jadi cowok bule teh saha

Bobby: capek gue nanyain

Hayoung: kalau gue bilang gebetan gue, gimana?

Bobby: UWIUWIUWIUWIU FIRETRUCK

Bobby: bentar ya gue urusin temen gue jgn2 dia mau


bunuh diri klo gue kirim chat ini

Hayoung: cot
"Gue sendirian aja deh," kata Hayoung berdiri dari
duduknya membuat Jihyo dan Jisoo mengangkat wajah.
"Kalian kan belum selesai."

"Ha? Beneran lo? Yang lain deh sih Eunha atau Jennie,"
kata Jisoo menolehkan kepala ke kanan kiri di
perpustakaan itu.

"Nggak papa. Cuma ke koperasi bukan ke Korea Utara,"


sahut Hayoung tenang, kemudian berjalan pergi.

Gadis jangkung itu keluar dari perpustakaan, menuruni


tangga dan melangkah di koridor yang sepi. Sampai ia
mendengar suara derap kaki membuatnya mengernyit dan
membalikkan tubuh.

Hayoung mengangkat alis tinggi, terkejut melihat sosok


Mingyu berlari dengan panik. Mingyu sendiri juga
melebarkan mata menyadari ia menuju gadis itu yang
berhenti di koridor.

Mingyu sempat menoleh ke belakang, tapi ketika dekat


dengan Hayoung pemuda itu meraih lengan gadis itu,
memaksanya berbelok dan ikut berlari membuat Hayoung
memekik kaget.

"Woi apaa-hmpt..." Mulut Hayoung sudah dibungkam


telapak tangan cowok itu, ditarik dengan lengan satu lagi
mengurungnya. Punggung Mingyu tersandar rapat ke
dinding, menyudut pada dinding belakang sekolah dan
tiang di sampingnya. Lengannya merengkuh pundak
Hayoung, dengan tangan satu lagi menutup bibir gadis itu.
Merasa tiba-tiba dipeluk dari belakang, Hayoung
membelalak dan membeku. Bulu kuduknya meremang,
dengan tubuh merapat pada dada tegap Mingyu.
Punggungnya merasakan detak jantung cowok itu yang
berderu cepat, bahkan terlalu cepat. Nafasnya juga
terengah, coba ia tahan menenangkan diri. Hayoung
melirik, melihat Mingyu beberapa kali mengintip dari
balik pilar dengan wajah panik.

Sampai semenit kemudian, Mingyu menghela nafas


panjang dengan lega merasa situasi aman. Ia tanpa sadar
menempelkan pipi ke kepala Hayoung, masih mencoba
menenangkan dirinya yang terengah-engah.

Hayoung terdiam. Tubuhnya jadi kaku, mengerjap-


ngerjap memegang lengan Mingyu dengan kedua tangan.
Ia bisa merasakan hawa hangat dari cowok ini yang
kelelahan bersandar padanya. Tubuh keduanya masih
merapat dengan pelukan belakang Mingyu.

Mingyu perlahan menurunkan telapak tangan yang


menutup mulut Hayoung, agak menjauhkan diri
merunduk memandang gadis itu yang perlahan
menolehkan kepala.

Ketika tatapan keduanya beradu, Mingyu tersadar dan


melengos pelan. Ia jadi melepaskan rengkuhannya dan
menegakkan tubuh, menjauh dari gadis itu yang
mengangkat alis menatapnya.

"Lo sadar nggak kalau lo narik orang yang sama sekali


nggak ada hubungannya sama lo?" tanya Hayoung datar,
membuat Mingyu mendecih kecil.
"Gue refleks."

"Lo maling ya jadi dikejer?" tanya Hayoung menyeletuk.

Mingyu memberikan tatapan tajam pada gadis itu sesaat,


"itu Pak Jay. Berisik lo," katanya kasar, kemudian
beranjak ingin pergi.

Hayoung mendelik, merasa tersinggung. Gadis itu


langsung maju menarik lengan Mingyu memaksanya
berhenti. "Lo udah narik gue seenaknya, terus pergi gitu
aja?" tanya Hayoung memerotes.

Mingyu mendecak, "maaf. Puas?" katanya jutek, kembali


ingin beranjak.

Tapi Hayoung kembali mengambil lengan cowok itu dan


menggenggamnya. Namun yang ada gadis itu jadi
terkejut. Hawa hangat tadi kini terasa jelas. Kulit cowok
ini terasa panas. Hayoung jadi mendongak, tersadar wajah
Mingyu tak secerah biasanya.

"Apalagi sih? Mau ikut gue bolos?" tanya cowok itu


membuyarkan pikiran khawatir Hayoung sesaat tadi.

Mingyu mendengus kecil, melepaskan pegangan Hayoung


dan kembali berbalik. Ia merasa terengah kembali
melangkah pergi dengan cepat.

Tangan Hayoung merasa gatal ingin menjambak cowok


itu sampai jatuh ke belakang. Tapi ia malah jadi
membelalak, saat Mingyu terlihat oleng dan berhenti
menumpukan tangan ke dinding ruang Lab di
sampingnya.
Hayoung segera berlari mendekat, panik seketika melihat
cowok itu terengah lemah dan seperti hilang tenaga. "He.
Lo nggak papa?" tanya Hayoung meraih lengan Mingyu,
memaksanya kembali berdiri tegak.

"Ck. Nggak papa," tolak Mingyu mencoba mengangkat


wajah. Walau ia mengernyitkan kening, merasa kepalanya
berdenyut.

"Badan lo anget!" kata Hayoung jadi memegang tubuh


Mingyu dengan kedua tahan, "elo tuh kalau sakit ngaku
aja kenapa sih? Emang brandalan nggak bisa sakit?"
omelnya jadi emosi.

Mingyu tak menjawab. Cowok itu sibuk menguasai


dirinya yang makin terasa pusing dan melayang.

"Ayo ke UKS!" kata Hayoung mencoba memapah


Mingyu.

Mendengar itu, Mingyu segera menggeleng menolak.


"Nggak mungkin dibolehin," katanya serak, Hayoung jadi
mengernyit. "Nggak mungkin mereka percaya gue sakit
beneran."

"Badan lo tuh panas! Gimana mereka masih ngira lo


boong?!" omel Hayoung makin panik. "Gue yang
tanggung jawab, oke? Ayo UKS di seberang situ,"
katanya maju meraih tubuh Mingyu yang melemas.

"EEEEEEHHH," Hayoung refleks memekik dan hampir


terhuyung ketika tubuh jangkung Mingyu melemas begitu
saja dan terjatuh ke tubuhnya. "Eh?! Mingyu? Ming!
Mingyuuu!" panik Hayoung mencoba menggoyangkan
Mingyu yang bersandar di bahunya dengan mata
terpejam.

"MINGYU ADUH JANGAN BIKIN GUE NANGIS


DONG!" panik Hayoung makin kalut. Masih tak ada
jawaban, cewek itu segera merogoh hape dan tak sempat
mengetik ia melakukan telpon cepat.

"JIS PANGGILIN TAEYONG BOBBY JAEWON


SIAPAPUN PLEASE CEPET KE LAB KOMPUTER!!!!
TOLONG GUE!!!!!!!!!!!"

"Makanya kan ditemenin aja tu anak sok berani sih


sendirian!" panik Jisoo berlari menuruni tangga diekori
yang lain. Semua jadi kalut dan panik. Walau pastinya si
penjaga perpus juga Miss Jessi melarang mereka keluar
satu kelas sekaligus. Tapi karena Taeyong dan
rengengekan Jisoo, keduanya bersama Bobby, Hanbin,
Jaebum, dan Yunhyeong bergegas menuju lab komputer.

"Kalau dia kenapa-kenapa gimana?!" panik Jisoo sudah


bergetar tak karuan.

"Udah, udah, dia nggak----------EH ANJING MINGYU!"


Bobby langsung melotot, bergegas berlari melihat
Hayoung yang kesusahan menahan tubuh Mingyu yang
terjatuh ke depannya.

Hanbin juga jadi lebih cepat, "woi anjir lo mau ngapain


temen gu------EH?!"

"Tolongin ini dia pingsan," rengek Hayoung kalut.

"HA!?"

"BENERAN DIA PINGSAN!"

Taeyong dan Jaebum lebih dulu sigap, meraih tubuh


Mingyu yang hilang tenaga.

"Ming? Aming! Apaan sih lo nggak lucu," kata Bobby


menampar pelan pipi Mingyu beberapa kali.

"Panas banget," kata Yunhyeong ikut panik, meraih


lengan Mingyu. "Woi woi kakinya pegangin jangan
diseret!"

"Ini temen gue setan! Pelan-pelan!" marah Bobby gemas.

"Ssssstttt tenang dulu tenang jangan teriak-teriak," tegur


Taeyong meraih punggung Mingyu. Ia lalu memberi
komando yang lain untuk mengangkat tubuh atletis
Mingyu.

"Dosanya banyak nih berat amat," keluh Hanbin belum


mau diam.

"Pake tandu aja kenapa sih?" tanya Jisoo ikut gemas.


"Kelamaan!" kata Bobby terus memegangi Mingyu
dengan Hayoung di sampingnya memandangi wajah pucat
itu yang memejamkan mata.

"Jis, ke UKS duluan suruh siapin tempat tidur," kata


Taeyong memberi komando.

"Woi kan UKS baru pindah ke lantai dua!"

"LAH BEGO!"

"MINGYU MAKAN APA ANJIR INI BERAT!"

"SIRAM AJA KALI YA BIAR BANGUN?"

"YO LO GILA?!"

"WOI PELAN PELAN ANJIR!"

"NGELUH MULU INI DIA PINGSAN!"

"Jis, pergi dulu. Kalau sempat bawain tandu," kata


Jaebum lebih kalem. Jisoo segera beranjak menurut.
Sementara Hayoung dengan panik terus memandangi
Mingyu dan menegur mereka yang agak oleng kesulitan
mengangkat tubuh pemuda itu.
Hayoung menghela nafas berat, memandang Mingyu yang
sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Nafas
menderunya tadi lebih terlihat tenang dan teratur.
Matanya masih terpejam, kini dengan selimut menutupi
tubuhnya sampai dada.

"Young?" panggil Hanbin, kemudian maju merunduk ke


depan ingin melihat wajah Hayoung lekat.

Hayoung tersadar, mengerjap dan menguasai diri. "Apa?"


tanyanya galak, diam-diam menarik kembali bulir hangat
yang tadi sudah berkumpul di pelupuk matanya.

"Kalem, Young... sedih amat," kata Hanbin tanpa dosa.

"Dia ambruk di depan gue gimana gue nggak panik?!"


balas Hayoung jadi emosi, langsung membuat Hanbin
menciut.

"Minum dulu, Young, minum," tegur Yunhyeong yang


berdiri tak jauh.

"Dah, ayo balik," pimpin Taeyong sambil membawa


kertas dispen yang akan diberikan ke kelas Mingyu.

"Young mau ikut nggak?" tanya Yunhyeong membuat


Hayoung tersentak dan menoleh. "Kalau mau di sini,
sekalian aja kita bawain suratnya," kata cowok itu
membuat Hayoung terdiam.

"Ugh Kak Yoyo peka banget sih," goda Bobby yang asik
menggigiti sedotan di gelas akuanya.
"Boleh kan, Mbak? Hayoung doang kok. Daripada nggak
ada yang jagain Mingyu," kata Jaebum menoleh pada
Mbak Indah, memohon kecil.

Kalau waketos yang ngomong, apalagi pake wajah


memelas gitu, gimana Mbak Indah nggak luluh?

"Mbak, Bobby juga ya. Pasti Mingyu membutuhkan


Bobby sekarang," kata Bobby dengan wajah sungguh-
sungguh. Tapi berikutnya Taeyong sudah menarik ujung
kerah belakang seragam Bobby, menariknya pergi dengan
paksa.

"Jagain Young, hati lo juga jagain jangan lupa," goda


Hanbin yang segera berlari kabur pergi ketika tangan
Hayoung terjulur hampir meraihnya.

"Kalau jadi lo mah, kalau dia sadar gue tabok Young. Sok
jagon lagi sakit masih sekolah," kata Jisoo mengomel.

"Hih, untung Mingyu bukan pacar lo," kata Bobby masih


sempat menyeletuk.

"Kalau pacar gue sih dah gue siram pake kuah rawon,"
sahut Jisoo pedas, membuat Bobby langsung merapatkan
bibir diam.

"Lo mah sama kompornya, Jis. Anak blok G Taman Sari


emang satu didikan gitu ya?" tanya Jaebum tanpa dosa.

"Eh sorry ya. Gue padepokan Mang Didin. Hanbin Yoyo


tuh, perguruan Mpok Yeyen," kata Jisoo menyebutkan si
tukang sayur sekaligus pemegang arisan komplek di
Taman Sari yang terkenal jadi sumber gosip darimana
saja.

"Aish, berisik. Ayo pergi," kata Taeyong kemudian pamit


sebentar pada Mbak Indah yang menertawai mereka.

Sementara Hayoung sudah tak peduli. Malah sibuk


memandangi Mingyu dengan kelopak mata menyendu.
Wajah cowok itu memiliki aura berbeda ketika matanya
terpejam begini. Ia lebih mendamaikan dan baru Hayoung
sadari bulu mata cowok ini lentik dan agak panjang.
Nafasnya keluar teratur dan hangat. Ada beberapa anak
rambut jatuh di kening cowok itu, dengan garis wajah
yang lebih lembut dari biasanya.

Mingyu tuh tampan.

Bukan ganteng kayak Jungkook, atau keren kayak Junhoe.

Dia ini tampan.

Wajahnya manis dan tak bosan dipandangi. Apalagi jika


sedang terpejam tenang begini, Mingyu jadi
menggemaskan dengan wajah memabukkan. Sosok
menyebalkannya langsung hilang begitu saja. Kini malah
jadi seperti pangeran kuda putih yang kalem.

"Hayoung?"

"Eh iya!"
Gadis itu latah, melompat kecil dan menoleh kaget.

Membuat Mbak Indah yang ikut terlonjak malah jadi


terkekeh. "Yaampun Young segitunya dipandangin,"
godanya membuat pipi Hayoung langsung merona. "Nih,
minyak kayu putihnya. Diusapin aja," kata Mbak Indah
menyodorkan sebotol hijau bening.

"Oh? Aku? Oh, iya," kata Hayoung agak linglung


menerimanya. "Ini.... ini diusapin mbak?"

"Hm," sahut Mbak Indah santai, kemudian berbalik


bersiap membuatkan teh hangat.

Hayoung terdiam di tempat. Ia malah jadi malu sendiri,


menolehkan kepala perlahan memandang Mingyu. Gadis
itu menggigit bibir, mendekat dan duduk di sisi cowok ini.
Dengan canggung, ia mulai menuangkan beberapa tetes
minyak kayu putih ke tangan, kemudian mengusap leher
Mingyu. Gadis itu membuka kancing atas cowok itu,
masih dengan gerakkan kaku dan agak gemetar mengusap
dada atas Mingyu. Tangannya juga naik ke atas,
mengusap sisi-sisi kening Mingyu, memijatnya sesaat.
Kemudian mengusap-usap rambut pemuda itu, menekan
lembut sebagai pijatan kecil.

Hayoung diam-diam membentaki hatinya sendiri. Berkali-


kali, ia mengucap mantra andalan dari Hayi. Berharap
hatinya jadi lebih kuat jika mengucap kalimat itu terus
menerus.
'Ingat, cewek 2A3 tuh cewek jagoan. Cewek jagoan nggak
gampang ambyar.'

Hm. Hayoung nggak boleh ambyar cuma gara-gara


melihat Mingyu sedekat ini.

Mingyu mengerang kecil. Keningnya berkerut, membuka


matanya. Pemuda itu mengerjap, mendengar suara sayup-
sayup.

"Gue duluan sih anjir gue yang minjem!"

"Gue yang bawa chargernya, setan!"

"Ini punya Yerin njing berisik banget."

"Eh tolong minggir ya batre gue juga abis anak-anak sims


gue dah minta susu!"

"Jorok ih Ju susu susu."

"Apasih anj-"

"Hus hus diem sat, di UKS. Nanti aja chargernya."


Mingyu melengos kasar. Berharap disambut dengan gadis
jangkung yang tadi merupakan orang terakhir yang ia lihat
sebelum tak sadarkan diri, kini malah dikelilingi manusia-
manusia laknat ini.

"Eh Amingku sadar!!!" pekik Yuta drama, membuat


semua menoleh.

Hayoung yang kini duduk di depan meja Mbak Indah ikut


berbalik, memandang Mingyu yang dikerubungi
membuatnya agak sulit terlihat. Gadis itu menghela nafas
lega, sadar diri dan kembali menghadap meja Mbak
Indah. Mbak Indah sendiri berdiri segera mendatangi
Mingyu.

"Elo tuh ya. Kan dah dibilang lo tuh nggak enak badan,
lagi demam, masih aja pala batu! Hih kalau jadi anak gue
dah gue bakar lo di open," omel Yuju geram.

"Makin gosong njir," celetuk Yuta yang ditabok Junhoe


disuruh diam.

"Itu tuh, Ming, kemaren kagak ada makan sama sekali


terus lo main basket di Adira sampe tengah malam kan
gara-gara patah hati," sindir Jungkook membuat Mingyu
jadi ingin pingsan saja lagi.

Hayoung mengangkat alis, sadar sindiran itu ditujukan


padanya. Ia hanya melirik, tapi masih jaim untuk
mendekat.

"Ngapain toh Mingyu main basket malam-malam sampe


nggak makan?" tanya Mbak Indah ikut mengomel kecil
setelah memberikan Mingyu minum dan memperbaiki
letak bantal di belakang Mingyu untuk bersandar.

"Itu Mbak, gebetannya punya pacar bule," celetuk


Yugyeom mengompori. Junhoe sendiri sudah melengos,
menjauh tak mau ikut-ikutan.

Hayoung merutuk kecil. Masih membelakangi mereka


sambil mencoba menahan diri untuk tidak mengumpat.
Pasalnya, anak IPS 1 yang ia kenal akrab cuma Yerin.
Ya... Jungkook juga sih walau tak akrab-akrab banget.

"Mingyu kalau patah hati serem, mbak. Semua dimaki-


maki terus tadi malam gue sama Junhoe dipaksa nemenin
main basket tapi yang ada kita digebukin pake bola," kata
Jungkook mengadu, duduk di salah satu tempat tidur.

"Segitunya kamu ini," kata Mbak Indah memukul pelan


kening Mingyu dengan telunjuk. "Udah kalau dah ada
yang punya tuh ya jangan maksa."

"Tul!" kata Yuju ikut duduk di sudut tempat tidur Mingyu


diikuti Yugyeom di sampingnya.

Mingyu menipiskan bibir, "ya kalau udah suka gimana,


Mbak."

"CUIHHHHH!"

Mingyu mendelik, menoleh sebal pada teman-temannya


yang kompak menyoraki. Tak tahu, gadis yang duduk di
dekat pintu UKS itu tersentak dan tertegun.
Mbak Indah terkekeh kecil, kemudian menoleh ke
belakang. "Hayoung, tolong ambilin kotak di laci kedua
dong," katanya membuat Mingyu membelalak.

Mingyu langsung menegak. Cowok itu membeku,


kemudian menoleh pada Jungkook yang jadi diam
memasang wajah polos tak tahu menahu. Mingyu juga
menoleh pada Yuju, memberi tatapan memerotes yang
dibalas cewek itu juga sama polosnya dengan Jungkook.

"Eh? Ada Hayoung ya?" celetuk Yuju menoleh kanan


kiri.

"Oh ada tuh disitu," balas Yugyeom menunjuk Hayoung


yang mengambil kotak yang dimaksud, lalu berjalan
mendekat.

Mingyu merasa ingin masuk ke dalam lubang bumi saat


ini juga. Cowok itu merona, jadi mengubah posisi duduk
kembali berbaring dan menutup keseluruhan tubuh
sampai wajah dengan selimut UKS.

Membuat Junhoe dan yang lain malah tak bisa menahan


geli menertawai teman mereka itu dengan kompak.

"Loh loh kenapa toh?" tanya Mbak Indah jadi


kebingungan, kemudian meraih kotak yang diberikan
Hayoung. Mbak Indah melebarkan mata melihat Hayoung
juga salah tingkah dan berusaha mengalihkan wajah dari
teman-teman Mingyu yang sudah heboh tak karuan.

Untung keseharian Hayoung hidup di sekitar para


manusia-manusia tak berbobot lainnya (baca: 2A3), jadi ia
cukup terbiasa ditengah keributan tiadak arah begini.
"Eh Ming lo mau makan kan? Kita beliin dah," celetuk
Yuta sambil beranjak. "Woi woi, keluar woi!"

"Bubar bubar!" kata Junhoe mendorong paksa Jungkook


agar turun dari tempat tidur.

Hayoung yang mengerti jadi merutuk, makin tersudut.


Sementara Mingyu di dalam selimut sudah mengumpat-
ngumpat kasar tiada henti.

"Mbak Indah nggak mau buat teh Mbak?" tanya Yuju


menyindir penuh arti.

Mbak Indah yang awalnya kebingungan jadi mengerjap


sadar. Ia menoleh pada Mingyu. "Mingyuuuu
Mingyuuu.... katanya badboy, berandalan, yang punya
sekolah. Tapi didatangin cewek ya ngumpet di selimut,"
ledeknya membuat Mingyu mendelik, refleks membuka
selimut.

Walau Mingyu jadi terdiam ketika tatapannya bertemu


dengan pandangan Hayoung.

Mbak Indah kemudian berbalik dengan tenang, "beliin


makannya yang anget-anget ya. Krim sup atau sup ayam
lah," katanya mengingatkan pada mereka yang bersiap
keluar.

Hayoung diam-diam mendecak kecil, mau tak mau


mendekat membuat Mingyu jadi memperbaiki posisi
duduk sambil berdehem kaku.

"Mbak ini kotaknya buat apa?" tanya Hayoung menoleh


ke belakang.
"Kasih itu, Young, plester demam. Ada disitu kok. Mbak
buatin teh dulu," kata Mbak Indah dengan tenang ikut
keluar.

Hayoung mengumpat samar. Ini gimana sih penjaga UKS


kok malah kelayapan gini biarin dua murid sekolah ada di
UKS!?

Mingyu melirik, memperbaiki posisi duduk agak


bersandar. Ia mengusap hidung sesaat, tiba-tiba merasa
jantungnya berdegup sangat cepat tak karuan.

Hayoung menarik nafas, mencoba menguasai diri. Gadis


itu menghembuskan pelan, berdehem dan menolehkan
kepala pada Mingyu. Ia lalu duduk di sisi cowok itu,
dengan kotak di pangkuannya ia buka sibuk mencari
plester demam.

Mingyu meneguk ludah, memerhatikan gadis itu. "Sorry


ngerepotin," katanya serak, memecah hening di ruangan
itu.

Hayoung melirik, tak menyahut dan merunduk lagi.


Walau tak lama ia mendesah, "kalau lagi sakit harusnya lo
nggak perlu lari-lari gitu. Kasian jantung lo," katanya
tanpa intonasi berarti, mengambil yang ia cari dari dalam
kotak.

"Gue mau tiduran di ruang olahraga tapi malah ketauan


Pak Jay, jadi gitu," jawab Mingyu parau dan serak.

"Kalau sakit tuh ke UKS, bukan bolos," kata Hayoung


tenang, kemudian mengangkat wajah. Cewek itu
mendekat, membuat Mingyu diam-diam menegak dan
agak canggung.

Hayoung mencoba menguasai diri, tak membalas tepat


tatapan cowok itu yang terus mengikutinya. Gadis itu
menjulurkan tangan, menarik rambut Mingyu ke atas.
Lalu mengusap-usap kening hangat Mingyu.

Kalau gini caranya sih, nggak perlu plester demam


Mingyu udah sembuh.

Hayoung merunduk lagi, melepaskan plester demam dari


kertasnya. Ia kemudian agak memajukan diri kembali,
menempelkan plester putih itu ke kening Mingyu.
Menekannya lembut agar menempel rata.

Mingyu bersandar tenang, terus memandangi Hayoung


yang dekat di depannya. Pemuda itu tak bergerak banyak.
Matanya terus mencoba menarik tatapan Hayoung yang
terus saja menghindar darinya. Secara naluri, ia
menikmati wajah cantik itu dari dekat. Bahkan melirik
pada bibir merah gadis itu sesaat. Hatinya melambung
menyadari kedua pipi Hayoung merona.

Hayoung menjauhkan diri, menghembuskan nafas samar


karena tanpa sadar tadi menahan nafasnya dengan gugup.
Gadis itu mengalihkan wajah, dan berdehem mencoba
menguasai diri.

"Elo tiduran aja sambil nunggu makanan," katanya tak


berani menatap Mingyu tepat, ingin beranjak.

"Hayoung."
Gadis itu tersentak. Hatinya berdesir mendengar suara
serak parau pemuda itu menyebutkan namanya. Ia
menoleh perlahan.

"Di sini dulu. Ada yang mau gue omongin."

"Hm?"

Hayoung tertegun, melebarkan mata menatap ekspresi


serius Mingyu.
Hayoung berdehem, memecah canggung. “Apaan?”
tanyanya mencoba tenang.

Mingyu menghela nafas pelan, “gue tau lo marah tentang


kakak lo...” katanya dengan suara serak parau itu
membuat Hayoung tersentak, teringat hal tersebut.

Hayoung mengeruhkan garis wajah, mulai merasa tak


nyaman lagi. “Kenapa? Lo mau minta id line kakak gue?”
tanyanya menyinggung.

“Ck,” Mingyu mendecak, sedang tak punya banyak


tenaga untuk balas ngegas.

“Sebenarnya ya... kalau lo emang suka sama kakak gue,


yaudah itu urusan lo. Tapi ngapain sih lo bawa-bawa
gue?” tanya Hayoung sudah tersentil emosinya, “elo
ngedeketin gue cuma untuk Kak Chorong, kan?”
tuduhnya membuat Mingyu ikut tersinggung.

Mingyu terkekeh sinis, “gue mainnya nggak sekotor itu


sih. Gue bisa kok deketin kakak lo tanpa lo,” sahutnya
merasa tak mau terlihat kalah.

Hayoung mendelik. Gadis itu menarik nafas,


mendenguskannya kasar dan menatap Mingyu tajam.
“Oke. Good luck kalau gitu,” katanya sarkas, kemudian
beranjak dan melangkah pergi.

“Eh? Ehhh!” Mingyu tersentak, baru tersadar. “Nggak,


nggak, gue becanda! Gu-uhuk uhuk, Young, eh gue-“

BAM
Pintu UKS dibanting pelan.

“Anjir,” umpat Mingyu begitu saja, menatap pintu UKS


yang tertutup. Cowok itu merengek kecil, memukul
kepalanya pelan merutuki kebodohannya.

“Dasar ikan kikil goblog.”

Bobby mengumpat, duduk di kursinya berhadapan dengan


Hayoung yang dengan tenang menyetak poto-poto dari
mini printer yang dibawa Hanna.

“Dia bilang gitu Young? Wah si anjing. Mau dibleaching


kali ya biar otaknya jalan,” gerutu Bobby geram.

Hayoung mencibir tak peduli.

“Itu tuh karna dia lagi sewot aja, nggak beneran,” kata
Eunha lebih positif thingking, mengibaskan selembar poto
pelan. “Mingyu tuh emang gitu. Dia nggak suka keliatan
nggak bisa ngelakuin sesuatu gitu.”

“Ho‟, emang mulut besar kayak Jaewon,” celetuk Bobby


dengan wajah sok mengerti. “Emang gitu dia mah,
Young. Kepedean, songong banget.”
Eunha mendelik, menendang pelan kaki Bobby di bawah
meja. Memberi tanda kenapa ia malah memberitahu hal-
hal jelek tentang Mingyu.

“Ck, bodoamat, mang gue peduli,” sahut Hayoung cuek,


lalu mendengus dan mendongak. “Bilangin, kalau mau
kontaknya Kak Chorong suruh minta aja ke Yerin, dia
temen mainnya kakak gue. Mereka sekelas kan?” ucapnya
sinis.

Eunha merutuk, “kalau dia nggak beneran sama lo,


kenapa kemaren dia sampe stress gitu pas liat cowok lain
di rumah lo?” tanyanya menembak, membuat Hayoung
langsung diam. “Bahkan ya Young, gue sama Yuju yang
cewek yang harus turun tangan karena Mingyu tuh
ngamuk di lapangan basket. Main basket sih main basket,
tapi Jungkook sama Junhoe malah jadi samsak bola
basketnya,” lanjut Eunha membuat Hayoung tertegun.

“Cuih, untung kemaren gue kagak ikut,” celetuk Bobby


mengucap syukur.

“Mingyu tuh kalau serius bakal serem, Young. Beneran


nggak main-main,” kata Eunha meyakinkan. “Dan dia
emang agresif sih, jadi ngegas banget. Tapi dia beneran
sama lo.”

“Pantes Na lo kemaren jadi tim sukses Donghyuk Jaebum,


pinter ngomong lo,” celetuk Bobby lagi membuat Eunha
sudah gemas dan menoleh sebal. “Eh lo gede mau jadi
apaan? Pengacara ya------A AAAAA YA YA AMPUN
JISOOO JISOOOOO!!!”
Jisoo yang sedang tertawa-tawa bersama Yunhyeong dan
Jinhwan menoleh. Ia mendelik, melihat Bobby sudah
berteriak-teriak dijambak kasar oleh Eunha yang
mengamuk.

“Jis, kandangin noh. Berisik banget,” kata Yunhyeong


menggerakkan dagu pada Bobby yang terus meronta.

Jisoo mendengus, dengan sebal beranjak dan melangkah


mendekat. Cewek itu langsung meraih rambut belakang
Bobby dan menariknya membuat Bobby kembali
berteriak terlepas dari jambakan Eunha.

“Elo tuh sekali aja nggak usah ngajak orang berantem


nggak bisa ha?!” omel Jisoo jadi menjewer telinga Bobby
membuat Bobby makin merintih.

Hayoung malah terkekeh memandangi mereka, “Bob,


kepompong kupu-kupu, kasihan deh lu,” celetuknya
meledek.

“Gue sedih banget anjir!!!” kata Yugyeom tak santai,


“masa pemeran rangers merah yang jadi idola masa kecil
gue masuk penjara gara-gara nusuk temennya pake
pedang!!! Gue merasa terkhianati!!!”
Yuju memutar bola mata, tak peduli. Yuta melengos,
sudah biasa.

“Dulu dia pake pedangnya buat nyelamatin dunia


sekarang malah buat bunuh temen! Gue ngerasa patah
hati!!!”

“Diem, njing,” sahut Mingyu sewot, yang sedari tadi


malas-malasan memainkan sendok di bubur ayamnya jadi
tersentil dan menoleh. “Lebih pedih mana sama patah hati
gue!?”

Hoshi mengemili keripik kentang dengan tenang, bahkan


berbagi bersama Yuta. Duduk di depan temapt tidur UKS
di depan Mingyu memandangi mereka. Jungkook sedang
absen, bermain basket bersama Junhoe di lapangan
dengan anak basket lainnya. Yugyeom tak ikut karena
sedang patah hati membaca berita online.

“Bego sih,” sahut Eunha yang juga di sana. “Gyu, elo tuh
kalau ngomong dipikir dulu nggak bisa? Atau
seenggaknya difilter dulu kali,” sambungnya mengomel.

“Ya dia gitu, Na,” balas Mingyu tak terima. “Nggak


hargain gue banget, njir. Gue udah ngejar malah dibilang
ngincer kakaknya. Ya gimana gue nggak sakit hati?”

“Udah, udah, sabar,” kata Yuju mendekat, meraih krupuk


di sisi piring bubur ayam Mingyu, mencocolnya dan
memakannya tenang. “Jurus lo yang kemaren gagal?”
Mingyu mencibir, teringat itu. “Hm. Awalnya tuh gue gas
banget, terus gue lepas. Ehhh malah di luar ekspetasi ada
cowok bule anjing.”

“Cowok bule tampan,” ralat Yuju segera, kini mengambil


suwiran ayam dengan kerupuk.

“Eh siapa sih? Si Sehun?” tanya Yuta kepo.

“Kalau Sehun mah gue tau, langsung gue datangin


kemaren,” balas Mingyu kesal.

“Rumah orang bege,” ucap Yuju menoyor kepala Mingyu,


masih sambil mengunyah santai.

“Kok gue nggak tau ya?” tanya Eunha duduk di sisi


tempat tidur dengan kening berkerut. “Yang gue tau kan
Hayoung tuh sama Kak Mino.”

“Berat, Ming, berat. Abis Mino terbitlah cowok bule,


serbuk arang kayak lo bisa apa,” celetuk Yuta dengan
nada putus asa yang dibuat-buat.

“Woi, bentar, ini power rangers gue gima-“

“DIEM NGGAK,” potong Eunha segera, membuat


Yugyeom langsung menciut dan memanyunkan bibir.

“Sssshhh di UKS,” tegur Hoshi santai, mengemili keripik


kentangnya. “Elo mah nggak ada usahanya Ming,”
katanya membuat Mingyu mengernyit. “Bukan elo gas
langsung aja, tapi juga cari tau lah sendiri.”
“Ha? Gimana? Gimana?” tanya Yuju tak mengerti, masih
menyemili bubur ayam Mingyu dengan kerupuk.

“Ya stalk instagramnya kek, tanya ke Yerin, atau usaha


apa gitu,” jawab Hoshi santai.

“Eh, iya juga!” kata Yuta tersadar. Ia langsung berdiri,


“IG-nya Ming! IG-nya!”

“Kayaknya nggak ada apa-apa deh,” kata Eunha merogoh


hape, mengorbankan diri membuka aplikasi instagram.

Semua langsung berdiri, berkerubun di tempat tidur


Mingyu. Yugyeom kini bergabung bersama Yuju
mengemili bubur ayam, bahkan meraih sendok yang
dilepaskan Mingyu dengan pasrah. Lalu sambil makan
memandangi layar hape Eunha.

“Tuh kan, nggak ada apa-apa,” kata Eunha menscroll


profil instagram Hayoung. Ia kemudian menyentuh tanda
tag poto, “si Hayoung tuh kan---EH?!”

“WOI WOI YANG INI!” heboh Yuta menunjuk poto


yang paling pojok atas.

Mingyu mengumpat, “iya yang ini, anjing,” katanya


melihat poto seorang cowok tampan dengan Hayoung di
sebelahnya sedang menyeringai menggigit sedotan di
gelas es kopi mereka.

Hoshi mengernyit, memajukan diri. “LAH?!”

“Apa? Apa?” tanya Yuju sambil makan.


“Ini mah temen futsal gua! Anak sekolah depan!” kata
Hoshi membuat semua melebarkan mata. “Kalah elo mah,
Ming! Kalah!”

“Ck, siapa sih?”

“Ini Mark. Yang kemaren tanding futsal disini.”


“Oh.... gitu. Jadi mantan pemeran power rangers merah
yang dulu nikam temennya sendiri terus masuk penjara?”
tanya Jungkook setelah mendengar curhatan Yugyeom.

Ya, Yugyeom masih patah hati.

“Gue shock baca beritanya. Apalagi lagi demam film


power rangers baru, eh malah gitu,” curhat Yugyeom
sudah lebay.

“Terus urusan sama lo apa sih?” tanya Yuju geram, gatal


ingin mencincang cowok jangkung itu. Ketiganya berjalan
bersama di koridor pulang sekolah sementara yang lain
mengekor di belakang.

“Dulu dia idola gue Ju! Idola yang masuk penjara gitu gue
merasa terkhianati!” kata Yugyeom sudah drama.

“Ck, pantes jomblo Gi,” celetuk Yuju mendengus,


kemudian berjalan lebih dulu.

“Yatuhan....” gumam Jungkook menghela nafas panjang.


“Yang satu nangisin Sims mulu, yang satu nangisin Power
Rangers, ditambah ada yang nangisin Goblin.... Nggak
lama ada yang nangisin Upin Ipin nih,” gumam cowok itu
putus asa sendiri.

Tapi Jungkook berhenti. Raut wajahnya langsung


berubah. Cowok itu membelalak, heboh ke belakang
mendatangi Mingyu yang melangkah pelan bersama
Junhoe.
“Nyet, Nyet! Anjir mati lo mati!” heboh Jungkook
langsung menarik lengan Mingyu.

“Apaan sih! Pelan pelan pala gue pusing, setan!” umpat


Mingyu terseret pasrah.

Ah, omong-omong dahi Mingyu masih tertempel plester


demam dengan rapi. Katanya, nggak mau dilepas.

Mingyu terhenti ketika Jungkook menghentikan langkah


di sisi lobby depan sekolah. Pemuda itu langsung
memandang pada depan parkiran mobil. Matanya melebar
dengan tubuh membeku.

Ada Hayoung di sana. Berdiri berhadapan dengan seorang


pria tampan.

“Astaga, Ming. Pulang aja Ming pulang!” celetuk


Yugyeom yang tau-tau sudah bergabung, bersama Yuju
juga ikut mendekat heboh. Junhoe dan Yuta jadi ikut
menghampiri mereka dan berdiri ke belakang Mingyu.

“Yaampun pake kaos oblong gitu Kak Mino ganteng


pisan,” kata Yuju malah fangirlingan.

“Kok diliat-liat mereka cocok juga ya?” celetuk Junhoe.

“Diem lo sat,” sahut Mingyu kasar, menoleh tajam pada


Junhoe.

“Si Mino ngapain? Mau latihan pensi ya? Kok ngapelin


Hayoung dulu?” tanya Yuta mengompori.
“Wah, wah, parah nih parah. Siaga satu,” kata Yugyeom
menambahi.

“Huhuhuhu senyumnya yaampun gue mah meleleh,” kata


Yuju masih kegirangan sendiri.

“Ming, Ming, liat Ming, akrab banget itu si galak


Hayoung jadi jinak gitu,” kata Jungkook di samping
Mingyu.

“Scenenya bagus ya kayak film-film Korea,” kata


Yugyeom yang belakangan ikut Hoshi menonton drama
Korea.

“Ck, udah gue bilang kan. Susah kalau dapat anak 2A3
tuh, yang mangsa banyak!” kata Jungkook makin kompor.
“Apalagi Hayoung njir. Ratunya anak kelas sebelas.
Krystal sama Miyeon kan dah ada monyetnya jadi nggak
avaible. Yang kayak Hayoung ya dikerubungin buaya
dimana-mana.”

“Udahlah, elo nggak bakal dapat,” kata Yuta menepuk


pundak Mingyu. “Beda kasta.”

“EH?!”

Semua terlonjak, ketika Mingyu menepis tangan yuta dan


langsung berjalan maju mendatangi Hayoung. Yuju dan
Yugyeom langsung heboh dan panik sendiri, sementara
orang-orang di sekeliling mereka jadi memerhatikan itu
ingin tahu.
“Nah itu temen gue! Takis Ming!” kata Jungkook sudah
bangga.

“Wah, anjing nggak lucu kalau perang,” kata Junhoe


menyeruak maju, mengekor Mingyu membuat Yuta dan
Jungkook refleks menariknya menahan.

“Jangan, jangan. Biarin aja, seru nih. Mino kan dulu


bosgengnya sini, sekarang digantiin Mingyu. Mantep
njing bosgeng alumni versus bosgeng sekolah,” kata Yuta
antusias.

“He setan! Itu temen lo!” kata Yuju menepuk kepala Yuta
gemas.

Sementara itu, Hayoung menghembuskan nafas panjang


di depan Mino.

“Kalau menurut gue sih, mending yang merah aja kak.


Lebih enak,” kata Hayoung berdiri di depan cowok itu.
“Tapi ya kalau niat semua aja lo bawa.”

“Ck, nggak bisa Young. Si kampret Hanbin tuh dah


nguasai lapak. Brownies segala macam mau dijejer sama
dia, kacang almond emak gue di pinggir katanya,” kata
Mino mengeluh.

“Ya elo juga. Satu lapak bareng Hanbin sama Jinan,


ditambah Yoyo lagi. Kalah lo mah mereka kalau urusan
jualan,” kata Hayoung menegur. “Tapi ya karena lo kan
pengisi acara utama kak, gue yakin aja sih kalau orang tau
lo buka stan di bazaar, pasti rame.”

“Gitu ya?” sahut Mino merasa ragu sendiri.

“Hayoung.”

Keduanya tersentak, kemudian menolehkan kepala.


Mereka mengangkat alis melihat pemuda tampan itu
mendekat dengan raut wajah serius.

Dan ada plester demam di keningnya.

Membuat Mino langsung meledakkan tawa, menertawai


geli Mingyu yang jadi mendelik dan mendelik.

“Apaan tuh, Gyu? Bye bye fever?” tanya Mino menunjuk


kening Mingyu. “Apa koyo cabe?”

“Anjir koyo cabe lo pikir buat apa ditaro di kepala gua,”


balas Mingyu melotot.

“Ya biar otak lo panas gitu, ngepul,” sahut Mino santai.

“Udah panas sih gue ngeliat lo disini.”

“Eh?” Mino menegak, mengernyitkan kening. Ia


kemudian menoleh pada Hayoung, “siapa lo Young?”

“Ha?” Hayoung mengerjap, melirik Mingyu yang makin


mendekat. “Tau nih siapa,” balasnya dengan cuek.

Mingyu mencibir pada gadis itu, “pulang sama gue,”


tegasnya tak mau dibantah.
Hayoung memutar bola mata dan merapatkan bibir,
“makasih. Gue bisa pulang sendiri.”

“Woooo,” Mino malah jadi berseru meledek, membuat


Hayoung melemparkan tatapan geram padanya. “Seru nih
kayak nonton Aliando Prilly.”

“Ck, apasih kak,” kata Hayoung kesal. “Udah sana masuk,


ditungguin Hayi di dalam.”

“Kan mau ngobrol sama lo dulu.”

“He,” Mingyu langsung menegur, membuat Mino


menoleh. “Cewek ini,” Mingyu menunjuk Hayoung
mendelik padanya. “Punya gua.”

Hayoung membelalak, dengan bibir terbuka kaget


mendengar kalimat dengan intonasi yakin itu. Bahkan
beberapa murid yang melewati mereka langsung mencicit-
cicit heboh karena memang dari tadi menguping.

Mino mengangkat sebelah alis, malah terkekeh ringan.


“Masa sih? Sejak kapan?” tanyanya santai.

Hayoung mengatupkan mulut, ia meraih tangan Mingyu


yang menunjuknya dan menurunkannya. “Ck, apasih lo,”
katanya melotot, sudah merasa malu.

Mingyu menoleh, memasang wajah tenang. “Nih,


tandanya,” katanya kini jadi menunjuk keningnya sendiri.
“Makanya nggak gue lepas.”
Hayoung tenganga lagi, “sinting ya lo,” bisik gadis itu
tercekat. Ia melirik kanan kiri, makin merasa pipinya
memerah beberapa murid perempuan menatapnya iri dan
envy.

Hayoung menoleh lagi pada Mino, “kak, gue duluan ya.


Mau nyelupin ni orang di bayclean,” kata Hayoung
membuat Mingyu gantian melotot. Hayoung meraih
lengan Mingyu, kemudian menarik pergi cowok itu
dengan paksa.

Mino mengangkat alis, tapi kemudian malah tertawa geli


memerhatikan Mingyu yang terseret-seret pasrah ditarik
Hayoung dengan paksa.

“Duhhh santai aja, jangan agresif dong!” kata Mingyu


tertarik pasrah.

Membuat Hayoung langsung berhenti dan berbalik


padanya dengan wajah galak. “He. Lo mau mati ha!? Atau
sekalian bener gue tempelin koyo cabe ke seluruh tubuh
lo biar lo kebakar!?” amuk gadis itu melotot.

“Apasih, Young,” balas Mingyu polos tak tahu menahu.


“Gue lagi sakit loh. Ngomong pelan aja kenapa sih,”
katanya belagak dengan wajah yang dibuat lemas tak
bertenaga.
“Sini lo gue jejelin balsem biar sembuh,” kata Hayoung
sudah maju tapi dengan sigap Mingyu meraih kedua
tangan cowok itu mencoba mengelak dari amukannya.

“Woi, woi, iya santai, santai,” kata Mingyu agak


kelabakan ketika Hayoung mencoba terus maju ingin
menjambak cowok itu tapi Mingyu terus menahannya
dengan kedua tangan.

Keduanya ada pinggir depan area parkir motor. Sudah


diperhatikan banyak mata memandang dengan ekspresi
yangberbeda-beda. Ada yang mendelik, envy, mupeng,
sampai gemas.

Sedangkan pasukan IPS 1 (Jungkook, Junhoe, Yugyeom,


Yuta, dan Yuju) sudah tenganga-nganga memandangi
kejadian itu sedari tadi.

“Wo anjir menang banyak si setan,” geram Jungkook tak


terima, merasa kalah.

“Najis si Aming bisa sweet gitu kayak cowok teenlit,”


kata Yuju sudah envy seperti cewek lain.

“Licik banget emang si otak buaya modusnya,” rutuk


Yugyeom ikut mengumpati.

“Di parkiran sekolah njir. Degem-degemnya Mingyu udah


nyilet tangan sekarang,” celetuk Yuta lebay.
“Ck, gue duluan dah. Mau nyari Rosie,” pamit Junhoe
langsung balik badan, tak tahan melihat si Mingyu terus
berantem kecil bersama Hayoung.

Dan agak jauh dari mereka, segorombol cewek sudah


merengek-rengek kecil envy dan mupeng.

“Kak Mingyu ku.... Hatiku retak...”

“Sabar, Yer, sabar... Pindah haluan aja yuk. Ikut gue ke


Kak Yugyeom.”

“Huhuhuhuhuhuhuhuhu Kak Mingyuuuu....”


“Pulang sama gue.”

Hayoung menggeram, sudah gatal benar ingin menjambak


bringas rambut Mingyu.

Tapi bibir pucat cowok ini membuatnya tak tega.

Sial.

Kenapa juga Hayoung jadi nggak tega gini sama ni cowok


biadab!?

Hayoung melengos kasar, berdiri di sisi depan parkiran


berhadapan dengan cowok berplester demam di
keningnya ini.

“Kakak gue nggak ada di rumah. Jadi percuma lo mau


modus,” kata Hayoung tajam.

“Wo asik dong,” celetuk Mingyu justru mengerling,


“rumah lo sepi, he he.”
Sudahlah, bodo amat dengan demam.

“ANJ- IYA IYA AMPUN PALA GUE PUSING IYA


AMPUN!” rengek Mingyu sudah tertunduk-tunduk
karena tangan Hayoung menarik-narik rambutnya sampai
dengan kedua tangan sangking geramnya.

“HARUSNYA TADI GUE GELINDINGIN LO AJA KE


PARET DEPAN!” amuk Hayoung kini memukul-mukul
kepala Mingyu yang tertunduk di depannya seperti
banteng lepas, “EMANG MANUSIA NGGAK TAU
DIRI LO KENAPA NGGAK MUSNAH AJA HA?!”

“Astaga, Hayoung.”

Sebuah suara familiar membuat Hayoung terlonjak. Gadis


itu refleks melepaskan Mingyu yang masih merintih
dengan rambut berantakan dan nafas terengah.

Hayoung berbalik, terlompat kecil dengan mata melebar.

“Eh, Mr Simon.....”

Mr Simon memandangi gadis jangkung itu, menipiskan


bibir dan mendekat. Membuat Hayoung langsung merutuk
merasa sangat malu.

“Sir, Sir.... liat ini muridnya...” adu Mingyu langsung curi


kesempatan, “saya lagi sakit, Sir. Tapi disiksa sama dia,”
kata Mingyu menunjuk plester demam di keningnya.
Rambut cowok itu masih acak-acakan tak karuan.

“Nggak, Sir! Dia godain saya!” kata Hayoung balik


mengadu.

“Fitnah Mister!” balas Mingyu tak mau kalah, “tadi Ha--


uhuk uhuk uhuk ehm uhuk,” cowok itu jadi terbatuk-
batuk dengan suara serak yang parau, membuat Hayoung
menoleh dengan mata melebar.

“Kenapa ribut di depan parkiran gini? Diliatin banyak


orang,” tegur Mr Simon membuat Hayoung jadi terdiam
dan meringis kecil.

“Hayoung, berapa kali diingatkan. Kebiasaan kamu


jambak-jambakin orang tuh harus dihentiin loh,” kata pria
itu mengingatkan aduan murid kelasnya yang sering
terkena tangan tajam Hayoung. Korbannya ya tidak jauh
dari Hanbin, Bobby, sampai Jinhyeong.

Mingyu mendecak-decak kini, dengan wajah seakan tak


maklum membuat Hayoung mendelik.

“Iya, Sir. Ini kan... Cuma becanda....” jawab Hayoung


tiba-tiba jadi mengkerut malu-malu.

Mingyu sekarang bingung. Mau kesal karena cewek ini


jelas sekali sok cantik di depan guru ganteng, atau justru
terpesona senang karena gadis ini jadi sangat manis
menggemaskan.
Dan berikutnya Mingyu jadi menegak, terdiam seakan
membatu.

Ketika gadis di sampingnya ini kini mengangkat tangan


mengusap kepala Mingyu.

“Saya juga nggak kasar-kasar banget kok, Cuma main-


main...” sambung Hayoung mengusap-usap kepala
Mingyu lembut, kemudian menoleh dan tersenyum
meringis, “iya, kan?”

Mata Mingyu melebar, menatap senyum itu dengan


berbinar. Ia merasa nafasnya tertahan, dengan jantung
berdebar cepat sampai ia merutuki karena tak pernah
merasa seperti seumur hidupnya. Tubuhnya benar-benar
membeku, tak mampu bergerak dan bahkan otaknya jadi
blank kini.

Kesimpulannya, Mingyu ambyar.

Hayoung mengernyit, jelas melihat cowok ini


terperangah. Matanya membulat dengan bibir agak
terbuka, bahkan terlihat wajah pucatnya tadi kini jadi
memerah.

Hayoung tersentak, segera tersadar menurunkan


tangannya kembali. Cewek itu lupa bahwa di sampingnya
ini Kim Mingyu, anak IPS yang dikenal premannya
sekolah. Bukan salah satu teman sekelasnya yang biasa
diajak berakting bersama di depan Mr Simon.
Gadis itu menipiskan bibir, jadi berdehem menoleh pada
Mr Simon lagi.

“Lain kali jangan kasar, Hayoung. Kamu itu perempuan,”


tegur Mr Simon kalem, membuat Hayoung meringis.
“Gimana mau punya pacar, hayo?”

“Saya mau jadi pacarnya, Sir.”

Hayoung hampir saja mengumpat, tapi segera ia telan.


Cewek itu membelalak, menoleh kaget.

“Eh.”

Jangankan Hayoung, Mingyu sendiri kaget kenapa tiba-


tiba tanpa sadar menyeletuk begitu.

“Kamu?” tanya Mr Simon mengangkat sebelah alis, kini


jadi menggoda.

Bibir Mingyu terbuka, menatap Mr Simon dengan mata


mengerjap-ngerjap. Cowok itu jadi merasa menciut begitu
saja. Malu.

Ya. Kim Mingyu malu.

Cowok yang selalu mengangkat dagu songong dan punya


kepercayaan diri sangat tinggi ini akhirnya bisa tersipu
malu.
“Lo emang mau mati hm?” bisik Hayoung mengancam,
melotot tertahan pada Mingyu yang belum mau menoleh
ke arahnya.

“A.... Uhuk uhuk, uhuk uhuk,” Mingyu jadi batuk-batuk


lagi. “A- Eung Sir, maaf kita duluan. Kepala saya udah
pusing lagi,” katanya meringis kecil.

Mr Simon yang mengerti malah jadi tersenyum menahan


tawa. Ia mengangguk-angguk kecil, “hati-hati,” katanya
kalem. Pria itu juga pamit, beranjak melangkah. Ketika
melewati Mingyu, ia menepuk-nepuk pelan pundak
Mingyu lalu berjalan pergi.

Hayoung malah jadi terpesona sama Mr Simon.

Mr Simon senyum kecil nahan tawa tadi gemes banget.


Terus caranya nepuk pundak Mingyu ganteng abis.

“UHUK UHUK”

Hayoung terlonjak, mengerjap tersadar saat Mingyu batuk


dengan sengaja.

“APA?!” balas Hayoung melotot galak.

Mingyu merapatkan bibir, “ayo pulang, gue beneran


pusing lagi,” katanya merogoh kunci motor dari saku.
“Ogah. Entar kalau gue kenapa-kenapa gimana? Elokan
lagi sakit malah bawa motor,” kata Hayoung menolak
mentah-mentah.

“Ck.” Wajah Mingyu jadi menajam lagi, “batu ya lo.”

Hayoung merapatkan bibir. Diam-diam jadi tak tega lagi


mendengar jelas suara parau Mingyu. Gadis itu diam
beberapa saat, kemudian melengos panjang.

“Naik uber kalau mau pulang bareng.”

“Hm?”
“Lepas nggak,” ancam Hayoung galak, saat Mingyu baru
selesai mengucapkan alamat pada supir.

“Nggak.”

Jawaban Mingyu masih sama, dengan tak peduli


membenarkan duduk di samping Hayoung.

“Elo kayak orang gila,” kata Hayoung pedas, membuat


Mingyu mendelik. “ya orang normal mana yang nempelin
plester di jidatnya kesana kemari?”

Mingyu jadi mendengus, “gue lagi sakit.”

“Tapi itu udah dingin, nggak mempan. Lepas,” kata


Hayoung galak, “pake yang baru.”

Mingyu menoleh, mengerjapkan mata perlahan. “Tapi


tempelin lagi yah?”

Hayoung mengangkat alis sejenak, kemudian mendecih.


“Jangan sok imut deh, merinding gue,” tukasnya tajam
membuyat Mingyu mengatupkan bibir rapat. “Motor lo
gimana?”

“Udah sama Hoshi. Nanti dianter ke rumah lo,” jawab


Mingyu tenang.

“Kok rumah gue?”

“Lah? Emang mau ke rumah lo kan sekarang?” sahut


Mingyu tenang.
Hayoung tenganga, langsung memajukan diri ke depan.
“Pak, ini kita kemana ya?”

“Pondok Pertama kan Mbak?”

Hayoung tenganga, benar-benar baru sadar karena saat


masuk sibuk memerhatikan si-kepedeaan-Mingyu-dan-
plester-demamnya. Ia terduduk lagi menyandarkan
punggung, menoleh kesal pada Mingyu.

“What? Kenapa?” tanya Mingyu mengerling polos.


“Rumah kita kan searah, rumah gue juga deket dari lo.
Sans aja kali,” kata Mingyu tenang.

Hayoung mendecak, “maksud gue tuh ke rumah lo aja


dulu, gue anter lo,” katanya membuat Mingyu kaget tak
menyangka justru kalimat itu yang dibalas Hayoung. “Elo
tuh lagi sakit. Istirahat aja kenapa sih? Gegayaan mulu.”

Mingyu melebarkan mata. Walau berikutnya berusaha


setengah mati menahan senyum lebar kegirangan. “Cemas
banget? Takut gue kenapa-napa ya,” goda Mingyu
mendekat membuat Hayoung langsung mendelik.

“Ck, capek ngomong sama biji kedelai,” gerutu Hayoung


membuang muka, menatap depan dengan bibir bertekuk
kecil.

Mingyu di sampingnya malah sudah tersenyum-senyum,


mengalihkan wajah ke jendela mencoba menguasai diri.
Ia melirik, merasakan Hayoung bergerak kecil meraih
hapenya dan mulai merunduk seperti membaca pesan.
Mingyu memain-mainkan bibir, mengubah posisi
perlahan. Ia menyandarkan kepala ke kursi, lalu perlahan
agak dimiringkan dengan sedikit demi sedikit ke arah
Hayoung.

“Mau apa lo?!”

“Astaga,” Mingyu refleks menegakkan tubuh, tersentak


kaget karena ketahuan. “Ha? Pusing. Mau nyender,”
katanya segera mengelak, memperbaiki leher
menyandarkan kepala ke sandaran kursi di belakangnya.

Hayoung mendelik, lalu mendecih. Ia kembali merunduk,


dengan jari mengetik di layar touchscreen hapenya.

“Chat sama siapa?” tanya Mingyu kepo.

“Gebetan.”

“Anjir.”

Mingyu refleks mengumpat mendengar jawaban tenang


itu. Ia langsung menegak, merebut hape Hayoung sampai
gadis itu memekik kaget.

“Ih apa sih!” elak Hayoung menepuk tangan Mingyu,


mempertahankan hape layar tipisnya yang direbut paksa
Mingyu. “Iya, boong. Ini kakak gua!” katanya melotot
galak.

Mingyu mengangkat alis, langsung berhenti memaksa dan


mencibir. Ia kembali menyandarkan punggung ke kursi,
“elo kalau mau bikin gue jealous jangan sekarang.
Kondisi gue lagi nggak fit,” katanya tajam.

Hayoung memutar bola mata kesal, “terus emang lo mau


apa?” tanyanya menantang.

“Datangin cowok itu.”

“HA-HA,” Hayoung tertawa kasar. “Datangin aja sana.


Paling lo nggak keliatan. Karena dia terlalu silau,”
katanya dengan gaya sinis.

Mingyu mendelik, “ohhh cowok bule kemaren?” tanyanya


kembali menegakkan tubuh. “Siapa namanya?
Markonah?”

Hayoung mengumpat tanpa suara, “lo tau dari mana!?”

“Kenapa? Beneran mau gue datangin?” balas Mingyu


menantang. “Gue ka--uhuk uhuk ehm uhuk uhuk.”

Hayoung yang sudah hampir meledak jadi terdiam begitu


saja. Gadis itu jadi menatap cemas Mingyu yang terbatuk-
batuk lalu mendenguskan hidung sesaat. “Nggak usah sok
jagoan deh. Baru niat aja lo udah gini,” katanya membuat
Mingyu mendelik walau masih terbatuk.

Hayoung mencibir kecil, walau agak kikuk menjulurkan


tangan menyentuh kening Mingyu. Ia menempelkan
telapak tangannya, kemudian turun ke pipi Mingyu dan
leher pemuda itu.
Mingyu menggigit bibir kini, tak bisa menahan diri
menikmati sentuhan gadis ini. Kini ia malah berusaha
terlihat makin lemas. Ya. Cowok itu keenakan.

Hayoung melengos pelan, menoleh ke depan. “Pak, kalau


ada klinik atau minimarket berenti sebentar ya? Mau beli
minum sama obat.”

Pak Supir, yang sedari hanya melirik sekilas tingkah dua


remaja SMA itu, mengangguk tenang tak banyak bicara.

Mingyu melirik Hayoung, tersenyum kecil. Tapi segera


mengulum bibir dan kembali terbatuk ketika Hayoung
kembali menoleh padanya. Ia mengusap hidungnya
sesaat, “dingin,” katanya singkat.

“ACnya direndahin?” tanya Hayoung tanpa sadar dengan


intonasi lembut.

Mingyu memandang gadis itu lekat, lalu mengerling


berharap. “Peluk.”

Pak Supir yang tenang sontak latah kecil ketika


mendengar rintihan nyaring dari bangku belakang. Ia
melirik ke spion. Menunjukkan Mingyu sudah memohon
ampun dicekek dan lehernya digoyang-goyangkan cewek
cantik itu.
“Sini lo gue bakar sekalian!” kata Hayoung memegangi
leher Mingyu dengan kedua tangan dan menggoyang-
goyangnya sampai tubuh lemas Mingyu ikut bergerak-
gerak pasrah.

“Iya, iya, nggak. Ini beneran, nggak becanda. Beneran


pusing,” kata Mingyu meronta minta dilepaskan.

Hayoung dengan sebal melepaskan tangan, maju


membentuk cakaran di udara dengan gemas dan mencoba
menahan emosinya.

“Lo modus sekali lagi, kepala lo gue tebas biar pusing lo


ilang seketika!” ancam gadis itu melotot. Menutupi salah
tingkah karena terkejut kaget dengan permintaan cowok
ini barusan.

Mingyu terengah, bersandar sambil terbatuk-batuk kecil.


Merengek kecil seakan sudah babak belur. Walau
berikutnya bibirnya tak bisa menahan diri untuk
menyeletuk.

“Pipi lo merah.”

“MINGYU!!!!!!”
“Si Aming lo apain Young langsung seger gitu?”

Hayoung terlonjak setengah mati. Gadis itu yang sibuk


membaca soal menoleh kaget Bobby sudah melompat ke
sampingnya.

Gadis itu mendadak terdiam sendiri.

“Di lapangan basket noh dia. Kemaren kan siup sekarang


dah lari-lari lagi,” lapor Bobby membuat mata Hayoung
melebar.

Hayoung berdehem, berusaha menguasai diri. “Oh,


terus?” tanyanya sok cuek.

“Kemaren ada kemajuan kagak?” tanya Bobby sudah


kepo layaknya wartawan infotainment.

“Ck, apasih,” balas Hayoung galak. Walau berikutnya


terbatuk kecil dengan serak. Ia mendenguskan hidungnya
sesaat, “elo tuh. Temennya dah sehat bukannya bersyukur
malah gosip.”

“Gosip apa Young? Gue justru ingin berbagi informasi,”


kata Bobby dengan gaya menggebu. “Ikan kikil ikan
bandeng, si dekil udah seneng,” kata Bobby tertawa lebar
memperlihatkan dua gigi kelincinya.
Hayoung melengos lelah. Sedang tak mood untuk
mengamuk ataupun sekedar menarik rambut Bobby.

Taeyong datang, memberitaukan jika dua menit lagi bel


dan kelas harus ke lab sekarang. Membuat Hayoung
merutuk.

Ck sial. Harus lewatin lapangan basket. Dan ketemu


cowok itu.

Hayoung mendecak frustasi. Ia mengusap wajahnya


sesaat, kemudian melengos mau tak mau mengikuti yang
lain mulai beranjak. Gadis itu merapat ke belakang
Jinhyeong dan Eunwoo yang cukup tinggi untuk
menyembunyikan dirinya. Hayoung si macan, mendadak
jadi anak kucing yang pendiam dan menciut manis.

Keramaian di lapangan basket membuat Hayoung tak bisa


menahan untuk tidak melirik. Keningnya berkerut, dengan
mata menyipit tak menemukan pemuda tampan itu seperti
yang diucap Bobby. Gadis itu, masih sambil mengekori
Eunwoo dan agak merundukkan wajah, mencari dari
ujung ke ujung lapangan dengan pandangan menajam
fokus.

Lah? Si dekil mana dah?

Ah, tidak tidak. Kenapa Hayoung malah nyariin gini!?


Harusnya Hayoung bersyukur tidak bertemu cowok itu
hari ini.
Hayoung tersentak, saat merasakan kepalanya ditepuk
pelan dua kali. Gadis itu refleks berhenti dan mendongak,
kemudian berbalik.

“Astaga,” Hayoung terlompat kecil, kaget setengah mati


sosok Mingyu sudah di belakangnya sambil tersenyum
kalem.

Sementara anak-anak 2A3, malah sudah bersiul-siul


menggoda karena memang tadi menahan tawa ketika
Mingyu diam-diam menyelinap ke barisan mereka lalu
berjalan di belakang Hayoung.

Hayoung mengatupkan bibir, melirik kanan kiri teman-


temannya yang mulai meninggalkannya menuju depan lab
dan membiarkannya bersama cowok ini di koridor.

Mingyu tersenyum samar memandangi gadis ini. Ia maju,


menjulurkan telapak tangan yang ditempelkan ke kening
Hayoung membuat Hayoung menegak.

“Ah, syukurlah nggak anget,” kata Mingyu lega


menurunkan tangannya.

Hayoung melengos, hanya mencuatkan bibir kecil


menatap cowok itu.

“Nih, mau yang kanan atau kiri?” tanya Mingyu


memajukan diri, mengerling pada gadis itu penuh arti.
Hayoung mendelik, mencoba memasang wajah
sangarnya. Walau nyatanya kedua pipinya mulai
memerah. Gadis itu mencoba menguasai diri, mendorong
wajah Mingyu menjauh.

“Lo mending jauh-jauh deh gue,” kata Hayoung galak.

Mingyu mengangkat alis, “serak banget. Lo pilek?” sahut


Mingyu tak mengindahkan usiran Hayoung. “UKS aja
sana.”

Hayoung mengalihkan wajah. Sialan. Suara cowok ini


jadi ganteng gini. Serak dan........ buat debaran jantung
Hayoung lebih kencang.

“Gue bawa sweater, gue ambilin dulu. Tunggu di UKS


sambil minta Mbak Indah bikinin teh,” kata Mingyu
memberi perintah begitu saja.

“Ck, nggak usah,” tahan Hayoung segera ketika Mingyu


ingin beranjak. Gadis itu berdehem kecil membersihkan
tenggorokkan seraknya, “gue nggak papa kok.”

Mingyu mengangkat alis, memandangi Hayoung lekat


membuat cewek itu agak merasa jengah. X

“Gue mau ke lab,” pamit Hayoung segera, kemudian


berbalik dan segera berjalan cepat.

“Hayoung.”
Cewek itu refleks berhenti. Ia diam sesaat, kemudian
menoleh memandang Mingyu yang masih semeter
darinya.

Cowok itu jadi tersenyum tipis. “Maaf ya,” ucapnya serak


membuat Hayoung melebarkan mata. “Sampe bikin lo
ketularan, gue lupa.”

Hayoung menghembuskan nafas. Matanya bergerak,


menghindari tatapan Mingyu karena merasa malu
kembali. “Udah deh nggak usah bahas,” katanya
mengelakkan pembicaraan, “lupain aja.”

Mendengar itu, Mingyu mengangkat alis tinggi. Ia malah


mendekat, kembali mengurangi jarak di antara keduanya.
“Lupain? Emang lo bisa lupain?” tanya cowok
mengerling.

Hayoung mendecak, makin merasa pipinya memanas.


“Gara-gara lo gue pilek ya. Jadi mending lo nggak usah
cari masalah hari ini karena gue lagi nggak bisa ngamuk,”
omel Hayoung berusaha terdengar ketus.

Mingyu malah tersenyum, “iya iya,” sahutnya santai,


mengacak rambut gadis itu gemas.

“Ck, nggak usah usap-usap deh,” elak Hayoung menepis


tangan Mingyu dengan bibir mencuat kecil.

“Masih sakit tetep galak,” gumam Mingyu menurut


menjauhkan tangannya. Walau berikutnya ia memandangi
gadis ini lama, kemudian mendekat maju dan berbisik ke
samping telinga Hayoung.

“Jangan manyun gitu. Guekan nggak bisa nyium lo lagi


kalau disini.”

Hayoung membelalak, segera mendorong Mingyu


menjauh.

Tapi cowok itu malah tertawa puas, segera berbalik dan


berlari kabur sebelum tangan Hayoung mencakar bajunya.

“HE MING----Uhuk uhuk,” Gadis itu tersedak, kembali


terbatuk-batuk tak bisa berteriak.

Mingyu yang berlari sambil tertawa menoleh ke belakang,


“Tunggu ya! Gue ambilin sweater!” Pemuda itu berbalik,
merentangkan kedua tangan, “bonus lengan Mingyu.”

“BERISIK.”

Mingyu malah kembali tertawa melihat Hayoung


berteriak mengamuk. Cowok itu kembali berlari pergi,
dengan senyum yang tak kunjung hilang.
Hayoung menempelkan pipi ke atas meja, masih
merenung. Entah sudah keberapa kali sejak kemarin gadis
cantik itu jadi bengong begini. Berkali-kali, ia terus
merutuki diri sendiri atas kebodohannya.

„Kerdus pro. Modusnya lancar banget. Atau jangan-


jangan dia pake jampi-jampi?‟ omel Hayoung dalam hati,
menggeram kesal mengingat cowok itu. „Pasti dia udah
belajar ilmu hipnotis.‟

Hayoung memejamkan mata, merutuki diri kembali.

“Mau yang kanan atau kiri?”

Hayoung mengumpat dalam hati mengingat wajah tanpa


dosa itu. Memang, harusnya Hayoung benar-benar
malayangkan tamparan. Tapi kalau ingat kemarin apa
yang dilakukan kemarin............... justru malu sendiri
kalau Hayoung mengamuk.

Argh sial.

Dekil sialan.

Mati aja sana.


“Kalau kita nggak ketemu pagi itu... Elo masih tetap
kayak gini?”

Pipi Hayoung jadi memerah. Wajah belagu yang sering


mendelik songong itu nyatanya kemarin berubah.
Tatapannya lebih teduh dengan raut wajah serius,
suaranya rendah dan serak.

Walau Hayoung masih ragu apa dia benar-benar tulus atau


memang sepenuhnya masih modus.

Cowok tipe Mingyu tuh buaya pro. Hayoung masih takut


untuk benar membuka hati.

“Hayoung!”

Hayoung terlonjak. Gadis itu langsung mengangkat


kepala dan terloncat kecil. Wajahnya menegang kaget
membuat Eunha yang memanggilnya jadi ikut terlompat
ke belakang karena sama-sama terkejutnya.

“Napa sih lo? Jam segini dah ngelamun,” kata Eunha


mengernyit. “Tuh, ada yang nyariin di depan.”

Mata Hayoung melebar, makin menegakkan tubuh. “Si


dekil?” tanyanya begitu saja.
“Yaampun kenapa hina banget sih temen gue,” gumam
Eunha merasa ikut tertohok, “Mingyu walau jarang mandi
tapi tetep bersih kok, Young. Nggak dekil ah,” kata Eunha
meralat dengan wajah sungguh-sungguh. “Dia juga nggak
mandi kalau libur doang.”

Hayoung mendelik, menggeleng kecil. Kalau Bobby


punya cara berbelit yang jatuhnya emang ngehina Mingyu
secara nggak langsung, cara promo Eunha justru
berbanding terbalik. Seperti mamah yang sedang
membangga-banggakan anak semata wayang di kelompok
arisannya dengan kalimat „anakku emang gitu tapi
sebenarnya dia itu bisa bla bla bla bla‟.

“Tuh, di depan,” tegur Eunha membuat Hayoung


mengerjap tersadar.

“Apanya?” tanya Hayoung jadi linglung.

“Ya si dekil,” Eunha tersentak sendiri, “Eh, maksudnya


Mingyu.”

Hayoung merutuk, kembali merasa malu. Gadis itu


menggeleng cepat, “bilang aja gue nggak ada.”

Eunha mengernyit, makin mendekat ke meja gadis itu.


Merasa heran setengah mati si cewek paling berani di
kelas ini tiba-tiba jadi ciut begini. “Elo kenapa sih?”
tanyanya tak mengerti. “Diapain Mingyu?”

“APANYA?!”
Eunha melotot kaget tiba-tiba Hayoung meninggikan
suara dengan tak santai. Yang langsung membuat Eunha
mengerti dan segera maju sampai memegang meja
Hayoung dan menatap cewek itu dengan mata membulat.
“Mingyu ngapain lo? Abis diapain?” serbu Eunha
membuat Hayoung sampai menempelkan punggung ke
kursinya.

Hayoung agak tenganga kecil, tapi kemudian


mengatupkan bibir. Gadis itu terdiam sendiri. Merasa
ragu. Apa ia harus menceritakan hal ini atau tidak.

Hayoung menghela nafas panjang, “Na.....”


"Nggak, nggak. Suruh pergi," tolak Hayoung sekali lagi.
Kini melipat kedua tangan di atas meja dan
membenamkan wajah di sana.

"Ih kenapa sih? Cerita dong," paksa Eunha


menggoyangkan lengan Hayoung.

Tapi Hayoung tetap menggeleng keras kepala. Gadis itu


memejamkan mata, merasa pipinya memanas mengingat
kejadian kemarin.

**

Hayoung melengos, memberikan lirikkan tajam ketika


turun dari mobil silver yang mengantar mereka ke
rumahnya. Mingyu yang memasang wajah –sok- polosnya
berdiri tenang menunggu Hayoung membuka pagar
rumah yang tertutup.

"Bilangin temen lo suruh cepet kesini," kata Hayoung


galak, membuka pagar rumah dan berjalan masuk lebih
dulu.

Mingyu tak mau dengar, dengan masa bodoh mengikuti


Hayoung.

"Nggak usah masuk."

Mingyu mendecak kecil, "gue lagi pusing."


"Tiduran di teras."

"Busettt."

Mingyu melotot, menatap gadis itu tak percaya dengan


dibuat-buat. Membuat Hayoung mencibir dan membuka
kunci pintu rumah yang ia bawa. Tapi kemudian melirik
saat Mingyu terbatuk-batuk serak dan beberapa kali
mengusap hidungnya.

"Ck, elo tuh beneran apa akting sih?" tanya Hayoung


sebal, berbalik memandang cowok itu.

Mingyu mengangkat wajah dengan kening berkerut,


"apanya?" tanyanya kali ini benar-benar tak paham.

Hayoung melengos, "makanya, kalau sakit tuh diem.


Mingkem. Nggak usah banyak tingkah," omel gadis itu
membuat Mingyu mendelik kecil. Hayoung menggeram,
gemas sendiri. "Ikut sini," katanya galak, berbalik dan
jalan cepat.

Mingyu mengernyit, "ada ya, cewek PMS duapuluh empat


per tujuh kayak dia," gumamnya menggerutu kecil
mengekori Hayoung memasuki rumah bernuansa peach
itu.

Mingyu diam-diam mengusap perutnya, menghela nafas


pelan mencoba menguatkan diri. Ia mengusap hidung
gatalnya lagi, terbatuk kecil kini kembali merasa tak enak
badan. Tapi cowok itu dengan kerasa kepalanya merasa
dirinya harus terlihat baik-baik saja sekarang. Ia kini
belagak memerhatikan rumah luas Hayoung yang terasa
sekali feminim dan menjeyukkan dengan banyak tanaman
rumah di sudut-sudut ruang dan beberapa pajangan girly
di beberapa titik ruang.

"Duduk situ, gue ganti baju dulu," kata Hayoung


menunjuk sofa di ruang tengah yang bersatu dengan
ruang tamu tanpa sekat. Sofa ruang tengah lebih besar
dengan ambal bulu tebal di bawahnya.

Mingyu menurut saja. Entah kenapa mengikuti ucapan


Hayoung tadi kalau ia tak harusnya banyak tingkah lagi.
Cowok itu memutuskan menaruh ransel di sofa dan duduk
di ambal, menempelkan punggung ke sofa rumah
Hayoung. Ia melirik, memerhatikan Hayoung masuk ke
salah satu pintu kamar. Pemuda itu kini jadi diam,
menyandarkan kepala ke sofa di belakangnya dan tanpa
sadar mulai memejamkan mata.

Tak butuh waktu lama, Hayoung keluar dengan kaos


oblong biru dan celana kain selutut. Matanya melebar,
menemukan pemuda itu nampak tertidur di depan sofa. Ia
jadi berjalan perlahan melewati Mingyu, menuju dapur.
Cewek itu mengambil botol air mineral dan gelas, lalu
berjalan menaruhnya di meja pinggir sofa. Berikutnya ia
kembali ke kamar, sudah sibuk sendiri beberapa kali
bolak balik dengan langkah pelan tak mau mengganggu
pemuda itu yang makin terlelap.

Sampai kemudian Hayoung menarik pelan meja ke dekat


Mingyu. Ia membuka selimut yang ia bawa dari kamar,
perlahan menyelimuti tubuh cowok itu.

Merasakan gerakkan, Mingyu membuka mata. Ia


mengerang kecil, mendengus dan mengangkat wajah.
Alisnya terangkat ketika tangan Hayoung dengan
perlahan dan hati-hati menarik plester demam di kening
Mingyu untuk melepaskannya. Cowok itu diam,
mempersilahkan Hayoung yang mengusap-usap kening
Mingyu dengan sapu tangan kering.

"Hayoung," panggil Mingyu serak saat Hayoung berbalik


kini menuangkan air putih ke dalam gelas. "Boleh jujur
nggak?"

Hayoung yang awalnya hanya menjawab dengan


deheman jadi mengernyit dan menoleh.

Mingyu menghembuskan nafas pelan, "sorry," katanya


agak merasa tak enak. "Gue... laper."

Hayoung mengangkat alis, membalikkan tubuh


menghadap cowok itu sepenuhnya. "Loh? Tadikan makan
di UKS?"

Mingyu meringis kecil, "diabisin Yuju sama Yugyeom.


Gue belum makan sama sekali."

Hayoung mendelik, refleks ingin mengomel lagi. Tapi ia


menelan ucapannya, melengos kasar sambil mengambil
gelas dan menyodorkan pada Mingyu. "Lagi nggak ada
apa-apa. Gofood aja ya?"

Mingyu menerima minum itu, mengangguk saja sambil


meneguknya. Membuat Hayoung diam-diam terpana
cowok ini mendadak jadi penurut dan kalem. Ia bahkan
tanpa sadar jadi mengusap rambut Mingyu, merasakan
hangat samar di sana.
Mingyu kembali menyandarkan kepala ke sofa ketika
Hayoung mulai memesan makanan lewat hapenya.
Pemuda itu memandangi Hayoung lekat. Cewek ini
mungkin terlihat sangar dan berani, tapi nyatanya dia
punya sisi lembut yang meluluhkan. Eunha juga pernah
bilang Hayoung bagaikan Guardian Angel-nya 2A3.
Gadis itu yang pasti maju jika temannya disakiti.

Hayoung tuh sebenarnya baik banget.

Kalau kayak gini gimana nggak bikin sayang?

Hayoung menolehkan kepala, "mau gue kompres nggak?


Tadi di apotek lupa beli plester demamnya."

Sesaat, Mingyu tak menjawab. Justru menatap gadis itu


dalam membuat Hayoung agak merasa jengah.

"Kalau lo nggak suka sama gue kenapa lo sepeduli ini


sih?"

"Hm?" Hayoung menegak, melebarkan mata kaget tiba-


tiba ditanya begitu.

Kelopak mata Mingyu meneduh, perlahan menegakkan


tubuh dan menatap gadis ini serius. "Susah banget ngaku
kalau lo udah mulai perhatian?" tanyanya membuat
Hayoung merasa tersudut begitu saja.

Hayoung diam sesaat, tapi berdehem berusaha


menguasai diri memasang wajah datar. "Paan sih lo. Gue
gini-gini punya hati. Masa orang sakit tetep gue biarin?
Apalagi di rumah gue," elaknya lalu mengalihkan wajah,
meraih gelas kosong di tangan Mingyu dan belagak ingin
mengisinya lagi.

"Masih mikir kalau gue cuma modus ke kakak lo?" tanya


Mingyu serak, membuat gerakkan Hayoung terhenti.
Mingyu menatapi itu, kemudian menghela nafas panjang.
"Kalau kita nggak ketemu pagi itu... Elo masih tetap
kayak gini?"

Hayoung mengernyit samar. Tapi gadis itu tetap


berusaha terlihat tenang, membuang muka menaruh gelas
di atas meja.

"Apa elo masih percaya pas gue bilang bayaran atas


bantuan gue pagi itu adalah kakak lo?" tanya Mingyu
serius, memandang Hayoung lurus yang kini tak balas
tatapannya.

Mingyu terbatuk sesaat, kemudian menghela nafas.


Tangan kirinya maju, meraih lengan gadis itu dan
menariknya pelan membuat Hayoung mau tak mau
berbalik dan tertarik pelan agak terjatuh pada tubuhnya
agar gadis itu berhadapan dengannya kini.

Hayoung agak gugup, segera menjauhkan diri tetapi


lengan kanan Mingyu justru melingkari pinggangnya dan
menahan gadis itu hingga menguncinya kini.

"Dengerin gue."

Hayoung terdiam. Jantungnya seakan meledak dengan


tenggorokkan kering tak mampu bicara mau tak mau
membalas tatapan Mingyu yang dalam.
"Kali ini gue jujur, nggak main-main lagi," kata Mingyu
dengan suara seraknya, "kakak lo cantik. Gue cowok, dan
normalnya gue emang seneng ngeliat dia," katanya
membuat Hayoung diam-diam menggigit bibir. "Dan lo
nggak sadar kan? Walau senyum ke kakak lo, gue justru
berkali-kali ngeliat ke elo..."

Hayoung melebarkan mata, mangkin dibuat bungkam.

"Kalau lo pikir gue deketin lo justru karena kakak lo...


nyatanya justru terbalik. Gue sengaja dengan alasan
kakak lo, agar bisa ngedeketin lo," ucap Mingyu mengaku
serius. "Bahkan sejak awal gue bilang sama Jungkook
untuk berenti ngincar lo. Karena yang memang narik
perhatian gue pagi itu elo."

Pundak tegang Hayoung melemas perlahan, membalas


tatapan Mingyu yang lurus padanya. "Tapi lo selalu
main-main," katanya balas ingin menyalahkan.

"Gue tulus." Mingyu seakan tak mau setengah-setengah,


langsung menembak membuat Hayoung kembali
mematung.

Rahang Mingyu tanpa sadar mulai mengeras,


punggungnya tak lagi bersandar kini. Masih dengan
lengan mengurung tubuh Hayoung, pemuda itu agak
memajukan wajah menatap Hayoung lekat. Mengacuhkan
jantungnya yang bertalu keras tak karuan, Mingyu
mengerjap pelan dan mengulum bibir ke dalam sesaat
sebelum kembali berucap.

"Coba sekali aja, jangan mikir gue cuma modus..." pinta


cowok itu serak dengan intonasi rendah yang dalam.
Hayoung merasa bulu kuduknya meremang, walau
berikutnya tubuhnya justru merasa melemah. Seperti
terbius, gadis itu kini tak mengalihkan pandangan.
Membalas tatapan Mingyu dengan kerlipan meneduh. Ia
merasa jadi makin sulit mengambil nafas, ketika merasa
Mingyu dengan perlahan mendekat. Darahnya seperti
melaju naik, membuat wajahnya memanas dan tegang.
Saat matanya tanpa sadar melirik, melihat pemuda itu
menggigit bibir kecil.

Ujung hidung mereka bersentuhan pelan, membuat


Mingyu berhenti kini. Pemuda itu diam, memandangi
wajah memerah Hayoung sedekat ini. Kelopak mata gadis
itu menyayu, mengerjap lemah. Sampai kemudian
terpejam ketika Mingyu agak memiringkan wajah dan
menempelkan bibirnya pada bibir ranum gadis itu.

Tubuh Hayoung seakan tersetrum. Ia merasa seperti tak


sadarkan diri, melayang ringan tak menjauhkan tubuh.
Beberapa detik Mingyu melepaskan tautan bibirnya dan
agak menjauh, memberi jarak tipis. Ia nampak mengambil
nafas sesaat, lalu kembali memiringkan kepala kini
menekan bibir lembut gadis itu.

Di luar dugaan, Mingyu justru tak agresif. Gerakkannya


smooth, sama sekali tak buru-buru. Seakan lihai, pemuda
itu menuntun Hayoung dengan perlahan. Ia beberapa kali
mencubit lembut bibir atas Hayoung, memberi saat gadis
itu untuk beradaptasi. Membuat Hayoung secara naluri
agak membuka bibirnya, menyambut pemuda itu yang
terus maju dengan perlahan dan lembut.

Cowok ini bukan hanya good kisser. He's a great kisser.


Bahkan secara firasat, Mingyu tau ini bukan yang
pertama untuk Hayoung merasakan gadis ini tak begitu
kaku. Mingyu hanya beberapa kali mengusap punggung
tangan Hayoung, meredakan ketegangan cewek itu. Ia
juga dengan pengertian melepaskan tautan bibir agar
gadis itu mengambil nafas, walau detik kemudian pemuda
itu melanjutkan tak ingin berhenti. Tubuh Hayoung
sendiri sudah di luar kendali, menikmati perlakuan
pemuda ini yang tak pernah ia rasakan sebelumnya pada
siapapun.

Sampai Hayoung mengerang samar, terbatuk kecil.


Membuat Mingyu berhenti dan menjauhkan diri. Ia
membuka mata, memandang Hayoung yang kini jadi
menegakkan tubuh dan mengalihkan wajah, terbatuk-
batuk.

Hayoung seakan tersadar. Ia membelalak sendiri,


memegang bibir basahnya dengan punggung tangan.
Gadis itu menoleh, menjauh dan menatap Mingyu dengan
mata melebar.

Mengerti gerakkan itu, tangan Mingyu perlahan lepas


dari tubuh Hayoung. Pemuda itu berdehem kaku,
memperbaiki posisi duduk. Ia mengerjap-ngerjap,
memasang wajah polos walau bibirnya dikulum ke dalam
beberapa kali.

Hening.

Suara panggilan dari luar membuat keduanya jadi sama-


sama terlonjak satu sama lain. Mingyu agak salah
tingkah kini, belagak mencari hape Hayoung dan melihat
layar hapenya menyala.
"Ah, gojeknya udah datang kayaknya..." kata Mingyu
serak, canggung setengah mati.

Hayoung tak mau hilang kesempatan. Cewek itu yang


sudah hampir meledak di tempat segera meloncat dan
berlari pergi meninggalkan pemuda itu yang refleks
tersenyum tertahan.

Hayoung segera berlari keluar rumah. Gadis itu memekik


kecil dan sudah mengibas-ngibaskan telapak tangan ke
lehernya yang merasa panas.

"Mbak, ini-"

"Makasih, makasih," potong Hayoung gugup, menerima


uluran plastik putih. Ia seperti tak sadar ketika membayar
makanan dan langsung berbalik.

"Mbak, ongkirnya-"

"Eh, oh ya. Aduhhhh," Gadis itu memukul pelan


kepalanya sendiri, merutuki diri sendiri.

Ia menghela nafas panjang beberapa kali sebelum


kembali ke dalam rumah. Gadis itu mengangkat dagu,
mencoba menguasai diri. Ia berdehem dan berusaha
tenang memasuki rumah. Langsung berbelok ke dapur
ketika Mingyu menoleh.

Hayoung sama sekali tak menggerakkan kepala, fokus


mengambil mangkuk.
Eh bentar.

Bubur ayamnya kan dah di dalam mangkuk gabus... mau


diapain lagi? Bahkan sudah ada sendok di dalamnya.

Hayoung mengumpat, merasa malu sendiri. Ia mendecak,


kini agak merunduk melangkah menghampiri Mingyu
yang kembali terbatuk-batuk kecil sambil memperbaiki
posisi duduk.

Mingyu mengangkat alis melihat Hayoung duduk di sisi


meja terjauh darinya. "Kok jauh banget?"

Hayoung menoleh, mendecak sebal. Belum sempat


menyahut Mingyu sudah melanjutkan.

"Gue makannya gimana?"

Eh?

Oh ya.

Hayoung mengerjap. Lagi-lagi gagal fokus.

Ia dengan gugup jadi beranjak dan mendekat kembali ke


tempatnya tadi. Kini ia jadi fokus membuka plastik bubur
ayam. Walau sadar pemuda di sampingnya memandangi
tiap gerakkannya.

"Macan kalau lagi malu jadi pendiem ya."


Hayoung mengumpat. Dengan gugup mendecak sebal. Ia
hanya bisa memberikan lirikkan tajam, kembali merunduk
menyiapkan bubur.

Mingyu tertawa tertahan, berdehem. "Kalau mau tampar,


tampar aja," katanya tenang membuat Hayoung melirik,
"tapi kayaknya lo masih ambyar jadi besok gue siap kok
kalau diamuk."

Hayoung rasanya gatal ingin melempar bubur hangat ini


ke wajah cowok itu. Tapi lagi-lagi badannya bergerak di
luar kendali.

Yang ada, ia malah merutuk sambil merunduk menutup


wajah dengan kedua telapak tangan. Merengek kecil
merasa sangat malu.

Kali ini Mingyu tak bisa menahan diri. Pemuda itu


terkekeh senang, merasa hatinya melambung tinggi. Ia
mendekat, mengacak lembut puncak kepala Hayoung
yang terus merunduk menyembunyikan wajah.

"Gue dapat obat dari Mbak Indah tuh kalau lo mau,"


katanya penuh arti, membuat Hayoung makin ingin
menguburkan dirinya saat ini juga di dasar bumi
terdalam.
Hayoung menghembuskan nafas, dengan langkah terseret
mengalah pada Eunha yang membujuknya (atau tepatnya,
memaksanya) untuk keluar kelas. Hayoung menarik nafas
dalam, kembali menghembuskannya sampai membuat
kedua pipinya mengembung.

Cewek jangkung itu keluar kelas, menoleh kanan kiri. Ia


berhenti di dekat ambang depan pintu, melihat sosok
Mingyu di depan kelas sebelah sedang mengobrol
bersama Jun si murid IPA 2.

Mingyu entah kenapa jadi menoleh. Ia segera pamit pada


Jun, berbalik dan mendatangi Hayoung dengan sweater
abu-abu di tangan. Hayoung diam-diam berdehem
berusaha menguasai diri.

“Kan gue bilang ke UKS aja kalau lo nggak enak badan,”


kata Mingyu begitu berhenti di depan gadis itu,
mengartikan deheman Hayoung dengan batuk serak.

“Males. Jauh,” jawab Hayoung mengalihkan wajah, sok


jutek.

Mingyu hanya mencibir, kemudian maju lagi. “Sini,”


katanya meraih lengan Hayoung membuat Hayoung
menoleh dan mengernyit.

Gadis itu melebarkan mata saat Mingyu memasukkan


tangan Hayoung ke lengan sweater, “ehhh gue bisa make
sendiri kali,” tolak Hayoung segera, melirik kanan kiri
berdoa semoga murid 2A3 tidak keluar kelas atau
setidaknya tidak dalam radar dekat sekarang.

“Ck, diem,” kata Mingyu tak peduli. Malah ganti


mengangkat tangan Hayoung satu kali, memasukkannya
ke lengan sweater. Dengan lembut cowok itu memakaikan
sweater ke kepala Hayoung, membuat Hayoung kini jadi
pasrah mengikuti.

„Young, cakar, Young, cakar,‟ batin Hayoung merutuki


diri sendiri, „jambak atau tendang astaga napa gue malah
gemeteran...‟

Mingyu memperbaiki rambut Hayoung sesaat,


memandang gadis itu yang sudah merona.

“Ck, udah gue bilang nggak usah usap-usap,” tolak


Hayoung menepis tangan Mingyu, melotot galak. “Elo tuh
apa sih. Serem tau nggak hari ini lo kalem banget.”

Mingyu dengan tenang melebarkan mata, kemudian


tersenyum kalem. “Hari ini suasana hati gue lagi spring,
berbunga-bunga dan menyejukkan. Jadi wajar kan?” balas
Mingyu dengan manis membuat Hayoung mendelik dan
menjauhkan diri merasa horror.

“Hari ini pulang sama gue,” kata Mingyu tegas tak mau
dibantah makin membuat Hayoung mendelik.

“Apaan sih? Kok jadi pulang sama lo mulu,” protes


Hayoung tak setuju.
Mingyu mengangkat alis, kemudian menghela nafas berat.
Pemuda itu dengan tenang merogoh hape, kemudian
merunduk.

“Mau apa lo?” tanya Hayoung curiga.

“Tadi ada cewek-cewek kelas sepuluh ngajak pulang


bareng, gue mau milih dulu deh entar sama siapa. Kan lo
nggak mau,” jawab Mingyu santai.

Hayoung tenganga. Cewek itu mengatupkan bibir,


menarik nafas dan menatap pemuda itu tajam. “Hape lo
berapa juta?”

“Hm?” Mingyu mengernyit dan mendongak, “kenapa?”

“Mau gue banting,” jawab Hayoung pedas merebut hape


hitam itu membuat Mingyu segera menarik
mempertahankannya.

“Ehhh enak aja! Punya gue satu-satunya!” tahan Mingyu


mencoba melepaskan tangan Hayoung yang menggeram
kesal padanya dan masih menarik-narik hape Mingyu.

“EHM.”

Deheman dengan seseorang tiba-tiba datang membuat


mereka menoleh. Mata Hayoung membelalak, refleks
mendorong Mingyu dan segera menegakkan diri menjauh
melihat sosok Joy sudah datang.

“Ngapain lo Ming disini?”


Mingyu mendelik melihat gadis berambut pendek itu
mendekat menghampiri keduanya. “Lah emang napa? Lo
sendiri anak IPS ngapain di sini?” balas Mingyu tak mau
kalah.

“Yerin mana, Joy?” tanya Hayoung segera mengalihkan


pembicaraan.

“Di kantin, lagi ngantri makanan tadi rame. Makanya gue


jemput lo sendiri,” kata Joy membuat Hayoung tersadar
punya janji dengan dua sahabatnya itu di istirahat kedua
ini.

“Oh, ya. Gue lupa,” kata Hayoung meringis kecil. Ia


melirik Mingyu sesaat, merapatkan bibir dan kembali
memandang Joy. “Yuk,” ucapnya ingin beranjak, tapi
terhenti saat Mingyu meraih lengannya dan menahannya.

Joy ikut menoleh, mengernyitkan alis saat Hayoung dan


Mingyu berhadapan saling pandang.

“Paan sih? Gue mau makan,” kata Hayoung melotot


samar, memberi tanda agar cowok ini segera menjauh saat
ini juga.

Tapi seakan tak mengerti, Mingyu justru merunduk


meraih lengan Hayoung.

“Ini tuh belum selesai,” kata Mingyu dengan kedua


tangan meraih ujung lengan sweater yang menggantung,
kemudian menggulungkannya sampai pergelangan tangan
Hayoung.
Joy melongo. Bibirnya terbuka menatap terpana Mingyu
yang merunduk sibuk memperbaiki lengan sweater yang
agak kebesaran di tubuh Hayoung. Joy mengerjap-
ngerjap, perlahan melirik tajam Mingyu yang benar-benar
masa bodoh.

Hayoung awalnya merunduk, merutuk malu. Namun


kemudian berdehem dan mengangkat wajah. “H-hm.
Thanks,” katanya singkat, hanya menatap Mingyu sekilas
sebelum berbalik beranjak.

“Oh, ya, Joy,” tahan Mingyu lagi. Joy yang masih berdiri
di tempat mengangkat alis memandangnya.

“Jagain Hayoungnya. Dia lagi pilek. Jangan biarin beli


minuman dingin atau gorengan ya,” pesan Mingyu
membuat Joy kembali melongo.

Hayoung membelalak. Cewek itu merasa pipinya makin


merona. Ia segera melangkah cepat, menarik lengan Joy
segera pergi dari sana.

Joy masih tenganga, terseret pasrah mengikuti Hayoung


yang sudah salah tingkah. Ia diam beberapa saat,
kemudian menoleh sepenuhnya pada Hayoung.

“Lo ada apa sih sama dia?” tanyanya langsung


menyudutkan.

“Apasih, nggak ada,” jawab Hayoung segera.


“Terus lo kok jadi gini?” tanya Joy membuat Hayoung
mengernyit, “aneh aja gitu lo kayak keong masuk ke
cangkangnya. Harusnya lo melotot kek, ngamuk kek,
sewot, atau jambak dia kek. Tu anak makin ngelunjak
gitu.”

“Ck, udah lah ah,” elak Hayoung berusaha tak membahas


lanjut, makin berjalan cepat berdoa semoga Joy tak akan
membesarkan ini.

Joy tuh memang kadang susah membedakan berita yang


harus difilter dan mana yang nggak.

Tidak, dia tidak menyebarkan tentang Hayoung Mingyu


ke seantero sekolah. Karena biar gimanapun, yang
berurusan ini sahabat karibnya sendiri. Joy cukup jadi
kutu loncat kesana kemari ataupun burung nuri yang hobi
mengoceh segala berita dan informasi, nggak usah jadi
ular yang sering menggosipkan teman di belakang.

Dia memang tidak melaporkan tentang Hayoung pada


teman sekolahnya. Tapi justru segera memberi tahukan
berita ini pada seseorang.
Hayoung yang melangkah bersama Lisa dan Hanna keluar
dari gedung sekolah membelalak dan terkejut kaget.
Bahkan refleks, tanpa pamit pada teman-temannya, gadis
jangkung itu beranjak dan melangkah cepat mendatangi
seorang pemuda yang berdiri menunggu di sebelah pos
satpam sekolah.

“Kak Mark!”

Cowok itu menoleh, tersenyum kalem sambil mengangkat


telapak tangannya.

“Hai, Hayoung.”

Bibir Hayoung terbuka, berhenti di depan pemuda tampan


itu. Gadis itu masih tak percaya cowok ini datang ke
sekolahnya. Masih dengan seragam sekolah depan yang
berseragam putih dengan celana kotak-kotak biru.

“Kok... kesini? Mau apa?” tanya Hayoung bingung.

Mark tersenyum, “mau jemput,” jawabnya tenang.

Mata Hayoung melebar. “Kenapa nggak ngomong dulu?”

“Tadi aku dikasih tau Joy,” katanya menegakkan tubuh


membuat Hayoung mengernyit, “katanya kamu
digangguin cowok ya? Siapa?”

“Ha?” Hayoung refleks tenganga.


“Aku langsung jemput, kata Joy kamu lagi nggak bawa
mobil. Pulang sama aku aja, biar nggak kenapa-kenapa
nanti,” kata Mark membuat Hayoung tertegun.

Hayoung mengerjap-ngerjap sesaat. Ia mengatupkan bibir,


mengulumnya. “Eung... nggak kok,” elak Hayoung
mencoba tersenyum, “aku nggak papa, beneran. Aku bisa
sendiri,” katanya meyakinkan.

Mendengar itu Mark tersenyum, “iya aku juga tau siapa


yang berani sama Hayoung,” godanya mengacak rambut
Hayoung sesaat dengan gemas. “Tapi Joy bilang cowok
itu sering ngelunjak. Biar gimanapun kamu cewek, harus
dijagain.”

Hayoung salah tingkah sesaat, “eum, kak-“

“Hayoung, Hayoung!” panggilan dari suara Yunhyeong


membuat Hayoung menoleh. Melihat teman-teman
kelasnya melewati sambil berpamitan membuat Hayoung
mengernyit tumben-tumbenan mereka pamitan di area
parkir gini.

“Tadi dicariin Eunha di sana!” lanjut Yunhyeong


menggerakkan dagu memberi tanda.

Hayoung mengernyit, refleks memutar badan mengikuti


arah Yunhyeong. Gadis itu tersentak, menegang kaget
sudah melihat Mingyu berdiri di lobby utama sekolah
dengan Junhoe dan Jungkook di sampingnya. Ada Eunha
yang nampak panik, seperti berjaga bersama Bobby yang
terlihat terus bicara ke arah Mingyu. Mingyu sendiri
berdiri tegak di sana, menatap lurus dengan pandangan
tak terbaca ke gadis itu.

Hayoung membelalak sesaat, segera berbalik memandang


Mark dengan wajah memias.

Mark memandang ke arah yang Hayoung lihat, kemudian


menatap gadis itu. “Mau datangin temen kamu dulu? Sini
aku temenin,” ajaknya beranjak.

“Ehhhh nggak, nggak!” tahan Hayoung tanpa sadar


mengangkat kedua tangan menahan langkah Mark dengan
panik.

Hayoung melirik kanan kiri, merasakan sekolah masih


ramai sementara pemuda tampan ini satu-satunya
berseragam beda. Ia merutuk memaki-maki Joy yang
sudah bertingkah gegabah begini.

“Kak, pulang aja ya,” kata Hayoung sudah tak tahu harus
apa. Yang jelas, Mark harus segera pergi dari area
sekolahnya.

Mark mengangkat alis, tapi kemudian segera mengangguk


menurut. “Yaudah, yuk,” katanya berbalik, menuju motor
di belakangnya.

Hayoung merutuk lagi. Gadis itu merunduk, memandang


sweater abu-abu yang ia kenakan. Ia menggigit bibir, kini
jadi menoleh ke arah Yunhyeong tadi yang bersama
Hanbin, Jinhwan, dan Jisoo. Hayoung bersyukur teman-
temannya diam-diam memerhatikannya. Gadis itu
langsung memberi tatapan SOS dengan panik.

Hayoung merasa bulu kudungnya merinding begitu saja,


entah kenapa. Gadis itu jadi menoleh, melebarkan mata
Mingyu sudah berjalan mendekat dengan Eunha yang
terus-terusan memanggil namanya mencoba menahan
pemuda itu.

“Hayoung?”

“Eh, ya?” Hayoung menoleh kaget, memandang Mark


yang sudah meraih helm menunggunya. “Kak-“

“YOUNG JADI KERJA KELOMPOK BARENG


NGGAK?!”

Sumpah, Hayoung sangat mencintai kelasnya sepenuh


hati.

Gadis itu merekah seketika, saat Jisoo sudah melompat


dan merangkulnya diikuti Yunhyeong dan yang lain juga
segera ke belakang Hayoung membuat Mark tersentak.
Begitupula Mingyu yang refleks berhenti, dengan Eunha
yang segera berlari mengambil kesempatan menarik
lengan Mingyu menyeretnya paksa.
“Ah, elo tuh ya. Ditungguin tuh. Katanya mau bareng,
gimana sih?” tanya Hanbin sudah memerotes. Berikutnya
ia menoleh pada Mark yang melebarkan mata, “eh? Elo
yang kemaren tanding kan? Sodaranya Moonbin?”

Mark mengangkat alis, tapi lalu tersenyum tipis


membenarkan.

“Mau beli brownies ngg-“

“Hayoungnya pulang sama kita,” potong Yunhyeong


langsung mendorong wajah Hanbin menjauh dengan
telapak tangannya, menyingkirkan pemuda itu. “Sorry,
udah janji.”

Mark membulatkan mata, kemudian menoleh pada


Hayoung.

Hayoung meringis kecil, “makanya tadi aku bilang kenapa


nggak ngomong dulu, gitu. Aku sama mereka,” kata
Hayoung beralasan.

“Oh... gitu...” kata Mark percaya. Pemuda itu nampak


kecewa.

Jinhwan berdehem kecil, mendekat pada Hayoung dan


agak berjinjit berbisik pelan. “Kok menurut gue mending
dia bareng kita. Daripada sendirian.”

“Ck, jangan nakutin,” balas Hayoung melotot dan juga


berbisik.
“Gue cuma ngingetin,” sahut Jinhwan dengan wajah tanpa
dosa.

Hayoung merutuk, memandang Mark lagi. “Atau Kak


Mark mau anter aku ke Taman Sari?” tanyanya yang
pasrah mengikuti saran Jinhwan.

“Hehe asik,” gumam Jisoo tanpa sadar jadi senang.


Membuat Yunhyeong mendelik padanya.

Mark tersenyum mendengar itu, “yaudah yuk,” katanya


memberi tanda untuk mendekat.

Hayoung tersenyum, lalu menoleh pada teman-temannya.


“Berenti di rumah Yoyo ya. Cepet,” katanya berbisik
memberi perintah.

“Eh bentar gue nungguin si Hanna lagi ngantri bakpau di


depan,” kata Yunhyeong membuat Hayoung jadi memelas
lagi.

“Udah, udah, aman. Sama kita kok,” kata Hanbin


mendadak jadi dewasa membuat Jinhwan dan Jisoo
menyoraki dengan drama sok terharu.

“Kenapa sih tiap gue lagi bener pada jijik, anjir?” tanya
Hanbin melotot sebal. Kemudian berbalik lebih dulu
untuk mengambil motornya.

“Tunggu depan ya, Young,” kata Jinhwan ikut berbalik


mengekor Hanbin. Diikuti Yunhyeong.
“Gue usahain nemenin juga. Gue juga bakal manggil
Jaewon, Jennie, sama Jaebum yang masih di sekolah
kok,” kata Jisoo yang memang dijemput sang kakak.

Hayoung mengangguk, merasa lebih tenang sekarang. Ia


berbalik, segera menghampiri Mark yang menyiapkan
motornya. Gadis itu mendecak kecil naik ke jok belakang.

“Ayo, ayo cepet,” katanya tak sabar.

“Iya bentar. Kenapa sih?” tanya Mark menyalakan mesin,


kemudian berbalik. “Cowok yang ganggu kamu sering
ngikutin ya?”

“Ha? Nggak,” elak Hayoung segera menggeleng. Ia kini


melirik, bisa melihat Mingyu yang sibuk menghadapi
Bobby yang heboh memegangi kedua tangannya sambil
bicara entah apa, bersama Eunha juga Jungkook dan
Junhoe.

Hayoung menipiskan bibir, mengalihkan wajah. Ia


menggigit bibir ketika Mark mulai menarik gas pergi.
Gadis itu tiba-tiba merasa aneh. Tak tau harus merasakan
apa. Hatinya tadi sempat merasa berdebar hangat saat
Mark datang. Namun kemudian panik tak karuan. Lalu
sekarang, ia malah jadi merasa bersalah.

Karena sebelumnya, Hayoung tak pernah berbohong


begini pada Mark.
Sementara di tempatnya, Mingyu sudah merasa lelah
mencoba meronta dari Bobby yang terus memeganginya
agar kepala Mingyu tak menoleh kanan kiri.

“MING ISTIGHFAR MING ISTIGHFAR!” kata


Jungkook sudah ikut lebay.

“Jangan goyah Ming, jangan goyah!” kata Junhoe tak


seberisik yang lain.

“GUE KALEM ANJING APA SIH!” amuk Mingyu


mencoba melepaskan tangan Bobby yang memegangi
kedua pipinya.

“NGGAK, NGGAK, JANGAN TOLEH KANAN KIRI


GUE LAGI MENCOBA MENJAGA HATI LO!” kata
Bobby heboh.

“TUTUP AJA MATANYA!” kata Yuta yang tadi


sebenarnya tak ada, entah nongol darimana bersama
Yugyeom. Sibuk mencoba menutup mata Mingyu yang
makin mengamuk.

“MING INI COBAAN BERAT LO HARUS KUAT!”


kata Yugyeom memegangi pundak Mingyu.

“WOI JANGAN LEBAY KENAPA SIH!?” amuk Eunha


sudah merasa malu beberapa orang memerhatikan
kehebohan itu. Apalagi Yuju sedang tak ada membuatnya
jadi satu-satunya cewek. Dan perlu diingat tubuh cewek
itu kecil mungil sehingga ia tenggelam di antara Mingyu,
Bobby, Jungkook, Junhoe, Yuta, dan Yugyeom.

Junhoe menoleh, melihat sosok Hayoung sudah tak


terlihat. “Woi, udah,” katanya menepuk pundak Bobby.

Bobby tersentak, langsung berhenti dan menoleh.


Jungkook dan Yugyeom yang heboh jadi ikut diam.

Mingyu mendecak dan melepaskan diri. Pemuda itu


mendengus keras, menggerakkan kepalanya ke arah tadi.
Garis wajahnya mengendor, menyadari gadis itu sudah
pergi.

Diam beberapa saat, sampai Mingyu menghela nafas dan


beranjak.

“Gue harus ambil sweater gue.”


Mingyu membanting pintu kamar, melempar tasnya asal
kemudian membuka seragam sekolah begitu saja. Pemuda
itu merasa geram ingin mengamuk melampiaskan
emosinya. Ia sudah hampir mengejar gadis itu ketika
Jaewon dan Jaebum entah datang dari mana tau-tau
menahan cowok itu di parkiran. Dengan alasan menawari
Mingyu bermain futsal.

Lucu sekali.

Sudah jelas Mingyu anggota basket kenapa ditawari


futsal.

Mingyu juga tau dua orang itu memang sengaja.

Mingyu mengumpat kasar. Meraih hape dan


mendudukkan diri ke sudut tempat tidur. Ia membuka
aplikasi chat, mengumpat lagi melihat sampai sekarang
Hayoung masih block akunnya.

Mingyu mendengus. Ia diam lama. Kemudian karena


merasa tak sabar, pemuda itu membuka sebuah chatroom
lalu menyentuh tanda freecall di sana. Ia menempelkan
hape ke samping telinga sampai sebuah suara menyambut.

“Paan gyu?”

“Rin, gue mau nanya,” jawab cowok itu tanpa basa basi
pada ketua kelasnya. “Tentang Hayoung.”
“Hayoung? Kenapa?”

Mingyu menghela nafas panjang, “yang namanya Mark


siapanya Hayoung?”

Hening di seberang. Membuat Mingyu merasa kembali


geram tak sabar.

“Eum... Gyu...” Terdengar decakan samar gadis itu, “gue


tau elo serius sama Hayoung, tapi.... kayaknya lo harus
berenti.”

“Apa maksud lo?” Mingyu menaikkan alis, merasa


tersinggung.

“Jangan ganggu Hayoung lagi.”

Pemuda itu menarik nafas, mencoba tenang tak


mengumpat kasar. “Ganggu apa?”

“Dari dulu Hayoung udah bilang dia nggak suka sama lo,
kan? Jadi, sebelum kesabaran Hayoung habis mending lo
berenti,” kata Yerin di seberang dengan serius.

“Lo tau apa sih?” tanya Mingyu makin naik pitam.

“Hayoung yang cerita,” balas Yerin segera, membuat


Mingyu terdiam dan tertohok keras. “Gyu, Hayoung
sukanya sama Mark. Dan Mark suka sama Hayoung.
Cuma tinggal tunggu waktu aja. Jadi lo nggak usah aneh-
aneh deh,” lanjut Yerin jadi mengomel.
Mingyu mengeraskan rahang, diam tak menjawab karena
lidahnya jadi kelu kini.

“Degem lo banyak Gyu. Incer cewek lain aja, nggak usah


temen gue,” tegas gadis itu kemudian mematikan
sambungan. Meninggalkan Mingyu yang meremas hape
di tangannya keras.

Mingyu menurunkan hape, menarik nafas mencoba


meredakan dadanya yang terasa sesak tiba-tiba. Pemuda
itu merasa tersinggung dan sakit hati. Yang ia lakukan
hanya mengumpat kasar dengan lirih. Hatinya bukan
terbakar, justru rasanya patah tanpa kekuatan lagi.

Dan baru kali ini Mingyu benar-benar merasakan apa itu


patah hati.

“Elo ngomong apa?” Nada suara Hayoung meninggi


begitu saja, menegak saat bertemu Yerin dan Joy di
kafetaria pagi itu.

“Gue bilang buat jauhin lo,” jawab Yerin mengulang


ceritanya, “dia nanyain Mark. Ya langsung aja gue kasih
tau elo suka sama Mark, biar dia nggak gangguin lo
terus.”
Hayoung tenganga, mendengus kecil mencoba menahan
emosinya yang hampir meledak. “Rin,dia nggak gangguin
gue,” katanya meralat.

“Ck, bukannya kemaren lo nggak suka dia godain lo


mulu?” tanya Joy ikut ambil suara.

Hayoung menggeram kecil, “ngapain sih ngelakuin hal


lancang tanpa ngomong ke gue dulu? Kenapa nggak
nanya gue dulu?” katanya sudah mulai emosi, “lagian,
kalau emang tu anak makin kurang ajar, gue bisa
ngadepin sendiri.”

Joy menarik diri, tau kini Hayoung tak main-main dan


benar-benar naik pitam. Sementara Yerin menatapi
Hayoung tepat dan lama.

“Elo suka ya?”

Hayoung tersentak, kaget ditanya tiba-tiba begitu oleh


Yerin.

Yerin menatap Hayoung penuh selidik, “Elo sukakan


sama dia?” tanyanya kini jadi lebih terdengar menuduh.

Hayoung terdiam. Tak langsung menjawab. Gadis


berambut sebahu itu mendesah dan mengalihkan wajah.
“Nggak,” jawabnya lemah.
Yerin yang mengerti langsung tenganga, kemudian
mendecih tak percaya. “Tuh, kan. Udah gue bilang dari
awal. Elo tuh pasti lemah sama cowok-cowok urakan
gitu,” katanya membuat Hayoung menoleh dan
menatapnya tajam.

Yerin mendecak, menatap Hayoung serius. “Young, gue


ketua kelasnya. Gue sekelas sama dia. Gue tau dia
gimana,” katanya membuat Hayoung mengangkat alis,
“Mingyu tuh nggak pernah serius, Young. Dia Raja
Modus. Pergaulannya udah nggak bener sama sekali. Elo
cuma bakal dimainin.”

Joy di samping Yerin mengangguk-angguk setuju, “nggak


usah ditanya deh, dia imagenya aja dah nggak karuan
gitu,” katanya membuat Hayoung makin terdiam. “Elo
udah dimainin Mino, ngapain lagi lo berurusan sama
buaya? Elo lepas dari kandang buaya air tawar malah ke
kandang buaya muara. Sama aja.”

Hayoung tersudut, membuang muka dan terdiam tak bisa


mengelak untuk membela diri kini.

“Kurang Mark apa coba? Masa iya dia kalah sama


Mingyu?” tanya Joy dengan berlebihan yang dibuat-buat,
“mending lo cepet minta kepastian Mark, biar lo nggak
digangguin lagi.”

Hayoung menggigit bibir. Gadis itu merasa lidahnya


makin kelu, dengan tenggorokkan terasa kering sulit
untuk membuka suara untuk menyangkal. Ia merasa
benar-benar kalah tak bisa menyahut kini. Mulai meragu.
Dan menyadari bahwa memang tak seharusnya ia sejauh
ini dengan cowok basket itu.

“Young ini merah atau putih ya?” tanya Hanbin duduk di


samping Hayoung yang melipat kedua tangan di depan
dada dan menidurkan kepala di atasnya.

“Terserah,” jawab Hayoung tanpa minat, melamun jauh.

“Ck, pilihan lo tuh pasti bener, Young,” kata Hanbin yang


memang hampir satu kelas sering bertanya pendapat
Hayoung karena gadis itu cukup kritis. “Kalau merah
ngejreng banget nggak sih kelas kita?”

Hayoung menghela nafas berat, “serah, Bin,” jawabnya


malas.

Hanbin memandangi gadis itu, tapi kemudian merapatkan


bibir mengalah berdiri membawa dua pita warna merah
dan putih itu.

Lalu berganti jadi Hayi yang mendekat.

“Young, yang kotak kertasnya udah lo urus kan? Sama


daftar menu bazaarnya entar,” kata Hayi mengingatkan
tugas cewek itu.

“Hm.” Hayoung hanya menggumam, masih melamun


tanpa fokus.
“Terus mana?”

“Nggak bawa.”

Hayi mengernyit, memandangi Hayoung yang seperti


hilang arah. Gadis mungil itu mengerucutkan bibir, jadi
berdiri dan pergi.

Kini giliran Yunhyeong yang datang dan duduk ke depan


Hayoung.

“Young, tulisin nih formulir bazaar kan tulisan lo yang


bagus,” kata Yunhyeong membuat Hayoung menghela
nafas berat, mulai tak tahan. “Eunha lagi sibuk, Young. Si
Jisoo lagi nggak ada.”

“Hanna,” jawab Hayoung singkat, masih tak semangat.

“Kasian Hanna tadi udah nyusun spanduk,” kata


Yunhyeong membujuk, “Young. Nih.”

Hayoung melengos, merasa lelah.

“Hayoung, nih disuruh Taeyong,” bujuk Yunhyeong


mulai memaksa.

“Jangan ganggu gue kenapa sih,” kata Hayoung makin


penat.

“Tulis dulu elah baru lanjut ngelamun,” kata Yunhyeong


menggoyang pelan lengan Hayoung. “Young, Hayoung.
Young-“
Hayoung mendecak dan mengangkat wajah, “apasih
Gyu?”

“Hm?”

“Eh.”

Yunhyeong tenganga perlahan, mengerjap-ngerjap


menatap Hayoung yang sudah menepuk bibir sendiri
dengan telapak tangan dengan pipi mulai merona.

Tiga detik kemudian.

“ELO BAPER YOUNG!????”

Hayoung melotot, sementara satu kelas langsung menoleh


kompak ke meja itu.

“TUH KAN LO BAPER! ELO BAPER KAN!? ELO


UDAH BAPER?!”

Hayoung mengumpat, langsung tersudut. “Diem nggak!”


katanya galak sambil melotot mengancam.

“Baper ke siapa?” tanya Hayi langsung melesat datang.

“Ha? Sama siapa?” Lisa juga menoleh ingin tau.

“YOUNG BAPER YOUNG?!?!???” Suara cempreng


Eunha terdengar. Gadis itu langsung melepas kertas-
kertas yang harusnya ia susun di mading untuk
perlombaan nanti, berlari ke meja Hayoung yang sudah
tenganga-nganga.

Bobby melompat ke atas kursi, berdiri dengan kedua


lengan terbuka ke atas. “Akhirnya hati Hayoung terbuka,
Tuhan...” katanya sudah lebay tak karuan.

“Ha? Mingyu? Si Mingyu?” heboh Rosie sudah berisik.

“Lah gimana kemaren disuruh tahan?” tanya Jaebum


bingung duduk di depan mengatur mading, masih sempat
berkomentar.

“Padahal gantengan bule yang kemaren,” celetuk Jisoo


merasa kecewa. Walau berikutnya merapatkan bibir
memasang wajah polos saat Bobby mendecih padanya.

Hayoung tenganga, memandangi teman-temannya yang


sudah ribut dan heboh. Gadis itu dengan kesal menoleh
pada Yunhyeong yang memasang wajah tanpa dosa
menjawabi pertanyaan Eunha dan Hayi. Dan berikutnya
maju, langsung meraih rambut Yunhyeong menariknya
keras membuat Yunhyeong berteriak histeris.

“HANNAAAAAAA!!!!!” teriak Yunhyeong mengadu


kesakitan.

“HANNA COWOK LO BIBIRNYA JAIT NIH! LEMES


BANGET!”

“WOI WOI TOBAT MR SIMON KESINI!!!”


Hayoung melotot, refleks melepaskan jambakannya
membuat Yunhyeong sampai terjatuh dan mengaduh
sakit. Gadis itu langsung duduk manis dengan tegak.
Diikuti Eunha dan Hayi yang refleks duduk ke kursi
kosong terdekat begitu saja.

Yunhyeong menggerutu, berdiri sambil manyun


menghampiri Hanna yang sibuk menempelkan kertas-
kertas hiasan di spanduk. Ia mengadu manja membuat
Hanna menoleh dan kini jadi mengusap-usap kepalanya.
Jinhwan yang kini ada di antara mereka jadi mengumpat.

Kelas II IPA 3 kembali sibuk sana sini. Mr Simon datang


untuk mengatur dan memimpin. Hayoung dengan malas
tak semangat ikut menyusun kertas-kertas hiasan.

Hayoung menghela nafas panjang, meraih tas dan


mengambil sesuatu. Ia mengeluarkan sweater abu-abu,
kemudian memakainya. Gadis itu menggulung lengan
sweater sedikit. Ia memeluk lengannya sendiri, merasa
hangat.

Tanpa sadar ia malah kembali melamun.

Sial. Kok kangen gini ya?


"Lo begal?" tanya Jungkook sambil menoleh ke belakang
dengan lengan di ujung meja Mingyu.

"Bacot." Mingyu tak mengalihkan wajah, kini fokus


merunduk membaca.

"Jun, temen lo baca buku Jun," kata Jungkook


menendang-nendang kursi Junhoe di sampingnya dengan
gaya horror.

"Bagus lah patah hati jadi tobat," jawab Junhoe santai


sambil mengerjakan soal.

Jungkook mendecak, kecewa mendapat respon itu. Ia


kembali menoleh ke belakang. "Ming, joget yok."

"Lo sehari aja jangan kayak anjing bisa nggak sih?" tanya
Mingyu datar sambil merunduk membaca soal.

Jungkook merapatkan bibir, "eh btw itu di pipi lo masih


keliatan," katanya menunjuk kecil pipi kiri Mingyu,
kemudian memutar tubuh ke depan kembali.

Mingyu mendesah, tak peduli. Ia meringis kecil, kembali


merasa perih di tulang pipi atasnya. Pemuda itu mengacak
rambut merasa tak fokus.

Sampai Pak Zion keluar kelas, pemuda itu tanpa kata


beranjak. Membuat Jungkook dan Junhoe yang di
dekatnya menoleh, tapi hanya memandangi Mingyu yang
dengan masa bodoh meninggalkan kelas begitu saja.
Yerin melirik, lalu mendecih kecil. Sebagai ketua kelas,
tentu saja murid bandel itu selalu jadi dalang kemarahan
Pak Jay, wali kelas mereka. Dan pastinya Yerin yang akan
pasti kembali direpotkan.

Cowok kayak gitu mau mendekati sahabatnya? Cih.


Jangan sampai.

Mingyu membuka mata ketika bel istirahat berbunyi.


Pemuda itu bangkit dari posisi berbaringnya. Ia
menendang-nendang bubuk rokok di dekatnya, kemudian
meraih putung tersisa yang tadi ia buang sembarangan
untuk menghilangkan jejak.

Pemuda itu menuruni balkon lantai dua aula, dengan


tenang membuang puntung rokok kemudian merogoh
saku celana meraih sebungkus permen. Tanpa mengecap,
Mingyu menggigit permen menghancurkannya dan
memakannya. Ia merogoh hape, berjalan tenang menuju
kafetaria ingin membeli minum.

Tak ada chat yang menarik perhatian untuk ia buka atau


balas, membuatnya sudah ingin memasukkan hape
kembali sampai pop up message dari Eunha muncul.

Eunha: nggak mau ambil sweater lo?


Pemuda itu berhenti, menegak dan refleks membuka chat
Eunha. Datang lagi chat baru. Matanya melebar, dengan
hati perlahan meringan tinggi. Ia diam lama, tapi
kemudian mendecak dan berbalik melangkah cepat
menuju kelas 2 IPA 3.

Hayoung melipat kedua tangan di atas meja, memejamkan


mata dan memilih menidurkan diri. Menolak ajakan Jisoo
untuk pergi ke kafetaria. Gadis itu merasa kelas makin
lama makin sepi, membuatnya perlahan larut.

Sampai ia merasa ada gerakkan. Gadis itu mengernyit,


belum membuka mata ketika merasakan kursi yang
diseret sampai menyentuh ujung mejanya kemudian
seseorang duduk di sana.

Merasa firasat yang mendebarkan aneh, gadis itu perlahan


membuka kelopak mata. Ia mengernyit, kemudian
mengerjap. Bayang samar itu perlahan jelas,
memperlihatkan pemuda tampan yang memandanginya
lekat.

Hayoug mengernyit. Ia memejamkan mata refleks.

„Anjir nggak lucu banget gue kok mimpiin dia di kelas,‟


rutuk gadis itu ingin memukul dirinya sendiri.
Hayoung dengan takut-takut kembali membuka mata.
Matanya melebar, melihat cowok itu masih di sana.
Bahkan kini menumpukan dagu pada tangan yang
menyiku di meja. Menatapi wajah bingung juga melongo
Hayoung.

Hayoung kembali memejamkan mata rapat, kini


menggeleng mencoba mengenyahkan bayangan itu. Tapi
ia tersentak mendengar suara kekehan kecil.

“Perlu dicium nggak nih biar yakin kalau gue nyata?”

Hayoung membuka dan membelalakkan mata, lalu refleks


mengangkat kepala menegakkan tubuh. Kaget menatap
cowok itu yang kini ikut menegapkan tubuh membalas
tatapannya tenang.

Mingyu hampir tersenyum, tapi segera menguasai diri


terlihat tenang. Matanya berbinar menatap gadis itu benar
sedang memakai sweater abu-abu miliknya.

“Ngapain lo di sini?” tanya Hayoung galak.

Mingyu merapatkan bibir sesaat, “kata Eunha lo kangen.


Kan gue jadi nggak enak, yaudah kesini,” katanya dengan
tenang mengedikkan bahu.

Hayoung membelalakkan mata, tenganga kecil.

“Kalau kangen ya bilang aja kali, jangan galau-galau di


kelas gitu. Nggak enak sama temen kelas lo, gue jadi
merasa bersalah,” kata Mingyu dengan ekspresi merasa
menyesal.
Hayoung hampir saja mengumpat. Cewek itu menggeram.
Nih. Yang gini gini nih................... yang bikin kangen.

Tapi Hayoung tersentak. Garis wajahnya menurun,


tertegun menatap pemuda itu. Tangannya langsung
terjulur, “ini kenapa?” tanyanya menyentuh luka memar
samar di pipi atas Mingyu.

Mingyu agak merintih ketika luka itu disentuh tiba-tiba.


Refleks ia menarik diri, membuat Hayoung melebarkan
mata cemas.

“Elo abis ngapain sih?” tanya Hayoung tanpa sadar


meninggikan intonasi. Gadis itu mendengus kecil,
kemudian maju dan kembali mendengus membuat
Mingyu mendecak agak tak suka.

“Abis nyebat ya?” tanya Hayoung menjauhkan diri,


menatap pemuda itu dengan delikan.

Mingyu menipiskan bibir, memasang wajah polos seakan


tak tahu menahu.

“Ck. Brandal banget sih,” kata Hayoung mengomel kecil.

Kalimat itu membuat Mingyu tersentak. Pemuda itu


terdiam, menatap Hayoung dengan tatapan tak terbaca.

“Kenapa? Ganggu lo?”

Hayoung mengernyit pemuda ini berubah tiba-tiba,


“iyalah,” jawabnya begitu saja.
Mingyu mendecih, lalu mendengus dan berdiri membuat
Hayoung tersentak. “Oke, sorry kalau gue cuma ganggu
lo,” katanya ingin beranjak.

Hayoung membelalak, refleks meraih pergelangan tangan


Mingyu menahannya membuat Mingyu terkejut. Hayoung
sendiri agak kaget dengan gerakkan tanpa sadarnya. Tapi
gadis itu berdehem berusaha menguasai diri.

“Baperan banget sih,” kata Hayoung menarik pelan


Mingyu agar kembali duduk, melepaskan pelan
genggamannya pada tangan pemuda itu. “Pipinya
kenapa?”

“Ngapain lo peduli,” balas Mingyu membuat Hayoung


mendelik.

“Lo PMS? Minum kiranti sana,” balas Hayoung tak kalah


pedas.

Mingyu merapatkan bibir, jadi kalah.

“Bau rokok lagi. PMS tuh minum teh anget bukan


nyebat,” kata Hayoung mengomel galak.

Mingyu tanpa sadar memajukan bibir bawah, “emang


kecium banget?” tanyannya menurunkan intonasi.

Hayoung mendekat dan mendengus kecil, kemudian


mendecih. Mingyu menatapi gadis itu.

“Sini peluk biar harumnya ilang.”


Hayoung melotot. Jadi mengalihkan wajah merasakan
pipinya jadi memanas begitu saja. Untung saja kelas
sedang sepi. Ah, atau tepatnya memang murid kelasnya
ini sengaja pergi membiarkan mereka berdua begini.

Mingyu menahan senyum, kemudian dengan santai


membuka lebar lengannya membuat Hayoung mendelik.

Hayoung mendecih, lalu meraih tas dari dalam laci.


Mingyu mengernyit, tapi kemudian melebarkan mata
gadis itu mengeluarkan botol kecil parfum. Dan tanpa
dosa menyemprotkan ke depan Mingyu membuat Mingyu
terlonjak segera mengalihkan wajah jauh-jauh.

“Mamam nih parfum mamam!” kata Hayoung


menyemprot-nyemprotkan parfum ke arah Mingyu yang
menghindar.

“Iya iya, anju! Bau cewek banget, entar nyengat!” kata


Mingyu mengibas-ngibaskan tangannya.

Hayoung mencibir, menurunkan tangan menutup parfum


kembali. “Dah, kan? Harumnya harum gue noh,” kata
gadis itu merasa puas, menaruh parfum kembali ke dalam
tas.

Mingyu terbatuk kecil. Ia kemudian mengernyit,


memasang wajah tak enak. “Tuh, kan. Nyengat gini, tsk,”
katanya mengusap hidungnya.

Hayoung memeletkan lidah tak peduli. Walau berikutnya


tangan Mingyu itu membuatnya kembali memandang ke
pipi kiri Mingyu. “Pipinya kenapa?” tanya Hayoung
kembali mengulang pertanyaannya.
Mingyu mengangkat alis, terdiam lagi. Cowok itu
merapatkan bibir, agak menghindari tatapan Hayoung.
“Kena tonjok.”

“Kok bisa? Berantem sama siapa lo?” tanya Hayoung


ingin tau. Entah ingin tau saja atau memang peduli.

Mingyu mendesah berat, “tadi malam di bar. Nggak


sengaja.”

Hayoung tenganga mendengar itu, “apanya berantem


nggak sengaja?” tanya gadis itu entah kenapa merasa
emosi. “Ngapain sih hari sekolah masih aja mimik-mimik
nggak jelas. Terus berantem lagi. Dan, ninggalin luka.
Sok jagoan,” omelnya dengan sinis.

Mingyu mendecak, melengos dan menatap Hayoung


malas seakan gadis itu adalah ibunya. “Ya lukanya nggak
ada apa-apanya sih dibanding pas ditinggalin lo kemaren,”
balasnya tanpa sadar membuat Hayoung tersentak dan
langsung terdiam.

Hayoung mengatupkan bibir, menggigitnya sejenak


sebelum berdehem kecil. “Gue juga kaget Kak Mark
datang...” kata gadis itu jadi mencicit kecil.

“Cih. Kak Mark,” sindir Mingyu tak suka, membuang


muka dengan wajah merenggut.

“Yaudah sih nggak usah marah,” kata Hayoung mendelik


kecil.

“Ya kenapa marah kalau nggak ada hak?” balas Mingyu


tajam membuat Hayoung jadi merapatkan bibir.
Hayoung berdehem, merasa canggung. “Apa aja yang
kena tonjok? Cuma pipinya yang luka?” tanyanya
mengalihkan pembicaraan.

Mingyu mengalihkan wajah, tak menjawab.

“Ck, paan sih kayak anak TK ngambeknya,” kata


Hayoung menarik pelan ujung seragam Mingyu. “Itu
pipinya obatin dulu.”

Mingyu hanya merapatkan bibir, masih tak mau


menjawab.

Hayoung mendelik, “he,” panggilnya menarik ujung


seragam Mingyu. Gadis itu merenggut, kini berganti
mencolek-colek lengan Mingyu dengan telunjuknya.
“Mingyu...”

Mingyu diam-diam mengumpat. Tak bisa tahan untuk tak


melirik, melihat si macan ini mengkerut jadi kucing
anggora manis yang menggemaskan.

Sial. Cewek ini pake jurus apa sih bisa jadi


semenggemaskan ini?!

“Ck, apa sih,” kata Mingyu sok jutek pada Hayoung yang
jadi mengerucutkan bibir kecil.

„Tahan, Gyu... lagi di kelas...‟ Pemuda itu menelan ludah


mencoba menguasai diri.

“Itu pipinya obatin dulu,” kata Hayoung menunjuk pipi


kiri Mingyu yang memar samar.
Mingyu melengos, “nggak. Makin kentara lukanya,”
katanya menolak.

“Tapi sakit kan?” tanya Hayoung kembali menyentuh


luka kecil itu membuat Mingyu mendesis kecil merasa
perih.

Mingyu menggigit bibir. Ia diam lama, kemudian


memandang gadis itu. “Usapin biar sembuh,” katanya
meminta, membuat Hayoung melebarkan mata.

Hayoung jadi mengulum bibir, “elo tuh bener-bener ya,”


katanya menahan geram. “Liat jalan sempit dikit aja
langsung digas,” sindirnya sarkas yang malah membuat
Mingyu kali ini tak tahan untuk tak tersenyum gemas.

Hayoung mendecak, refleks mengalihkan bola mata


melihat senyum pemuda itu. Ia berdehem, kini kembali
memandang pipi Mingyu. Lalu mengusapnya perlahan
dengan lembut dan hati-hati.

Mingyu menahan senyum, jadi mendekatkan diri lebih


maju. Menatap lekat gadis itu yang jelas merona salah
tingkah menatap fokus pipi Mingyu tak mau membalas
tatapan pemuda itu tepat.

Pemuda itu mengerjap pelan. Tersenyum miring, lalu


memajukan wajah perlahan mendekati wajah Hayoung
yang jadi menoleh.
Suara langkah membuat keduanya tersentak. Mingyu
langsung menegak dan menoleh, semenatara Hayoung
yang sudah menegang terlompat kecil menggerakkan
kepala ke arah pintu kelas dimana Bobby melongok
masuk.

Bobby mengerjap-ngerjap, lalu menyeringai dan


memunculkan diri. “Ming? Udah?”

Mingyu mengumpat, “belum. Ngapain sih lo?” balasnya


jadi kesal, walau jadi merintih saat Hayoung menendang
kakinya di bawah meja.

Bobby malah cengengesan, “itu, dipanggil Pak Raji Ming


kumpul basket,” katanya dengan wajah tanpa dosa.
“Young, ikan kikilnya suruh pergi dulu, Young. Entar Pak
Raji ngamuk,” katanya pada Hayoung, lalu meringis lagi
dan kembali keluar.

“Ikan kikil apa?” tanya Mingyu bingung menoleh pada


Hayoung.

Hayoung hanya menipiskan bibir, “tuh, sana,” katanya


mendorong pelan pemuda itu.

Mingyu mendecak, “cium,” pintanya merenggut,


membuat Hayoung melotot.

“Nggak,” tolak gadis itu mentah-mentah, “lo bau rokok,”


katanya mendorong Mingyu menjauh.

“Tadi udah makan permen kok,” bujuk Mingyu jadi


manis.
“Ck, pergi sana,” usir Hayoung jadi salah tingkah,
“sekalian mampir UKS, minta obat Mbak Indah.”

Mingyu mendecak lagi, “entar yang ngusap-ngusap pipi


gue Mbak Indah dong?” tanyanya mengangkat alis penuh
arti.

Hayoung memutar bola mata tak peduli, “ya terus?”

Mingyu menipiskan bibir sejenak, “hm. Oke deh. Mbak


Indah semok kok,” katanya jadi riang dan ingin beranjak.
“Eh,” Ia refleks menepuk pelan bibir dengan tangan
sendiri, merasa keceplosan.

Karena rumusnya: jangan memuji tubuh perempuan lain


di depan seorang perempuanm.

Hayoung tenganga menatap pemuda itu. Gadis itu jadi


mendecih, kemudian membuang muka dengan kesal.
Membuat Mingyu menyeringai kecil dan kembali
mendekat.

“Hayoung-“

“PERGI NGGAK!?”

Mingyu termundur kaget. Langsung melotot gadis itu


menerjang maju, memukulinya ganas membuatnya
meronta dan meminta dilepaskan.

“SANA MINTA CIUM MBAK INDAH AJA


SANA!!!!!!” amuk gadis itu memukuli Mingyu dan
mendorongnya kesal.
“Nggak, nggak, ampun! Sumpah, gue khilaf!!!!”

Sementara di depan kelas, Eunha yang berdiri di sisi pagar


pembatas menghela nafas. “Temen gue masih bisa
selamat nggak ya keluar dari kelas? Kok ada suara
kekerasan gitu?” tanyanya jadi cemas.

“Halah. Temen lo mah malah seneng dipukulin Hayoung,


percaya sama gua,” kata Jisoo tenang sambil memakani
cemilannya.
Yerin mengernyitkan kening, menoleh dan tersentak
sosok jangkung Mingyu di sampingnya bersama
Yugyeom menyodorkan buku untuk dikumpulkan. Gadis
itu mendengus, kembali mengernyit bingung.

“Paan Rin? Hati lo deg-degan ya ada gue?” celetuk


Yugyeom sudah tersenyum-senyum menjijikan.

“Apa sih lo anjir,” balas Yerin langsung sewot, “tuh kan.


Makanya nggak usah deket-deket Yuta sama Jungkook.
Liat nih efeknya!” omelnya karena mengingat betapa
kalemnya pemuda ini di hari pertama mereka sekelas
dulu.

“Tuh, dengerin,” kata Mingyu di samping Yugyeom


dengan wajah sok dewasanya.

Yugyeom mendecih, mencuatkan bibir dan berbalik.


“YUJUUUU GUE DIKEROYOK YERIN SAMA
AMING NEH!!!!” adunya dengan gaya berlebihan.

“Ya, ya, selamat ya,” balas Yuju dengan tangan sudah


bergerak dengan kecepatan flash menyalin tugas bersama
Jungkook di sampingnya.

Mingyu melengos. Kadang merasa aneh sendiri kenapa


bisa punya teman-teman dekat seperti mereka.

“He, Gyu,” panggil Yerin di sampingnya membuat


Mingyu menoleh. Yerin mendelik, menatapnya curiga.
“Lo pake parfum siapa? Gue kayak tau.”

Mingyu mengangkat alis, kemudian dengan santai


mendengus tubuhnya sendiri. Pemuda itu memasang
ekspresi tenangnya, “oh, harumnya Hayoung nih,”
jawabnya tenang, “tadi kan abis cuddle.”

Yerin tersedak. Padahal sedang tidak mengunyah apapun


gadis itu merasa shock tiba-tiba.

“Kenapa? Nggak percaya?” tanya Mingyu dengan gaya


sengak, “tanya aja temen lo sendiri,” katanya menantang.

Yerin tenganga, “mimpi ya lo?” tanyanya tak mau


percaya.

Mingyu memandang Yerin dingin kali ini. Ia mendengus


dengan rahang mengeras, “Rin, dengar ya. Gue tau lo
kayak gini karena lo sahabatnya Hayoung. Dan gue
sebenarnya seneng kalau Hayoung punya temen yang care
kayak lo,” ucap pemuda itu dengan intonasi rendah yang
menandakan ia tak main-main kini. “Tapi lo harus tau diri
kalau lo cuma temen. Lo nggak ada urusan sama hatinya
Hayoung. Ngerti?”

Garis wajah Yerin ikut mengeras, menatap pemuda itu


tajam. “Gue tau ya Gyu udah berapa cewek yang lo
mainin dan cuma lo kasih harapan palsu. Abis lo sentuh lo
buang gitu aja,” katanya sinis dengan tatapan dingin,
“Kalau itu cuma tentang lo, gue nggak peduli sama sekali.
Tapi ini tentang Hayoung. Jangan berani lo sentuh dia.”

Mingyu menaikkan sebelah alis, malah terkekeh sinis


dengan wajah sombong. “Telat ah lo. Udah gue sentuh
tuh,” katanya tak takut membuat Yerin membelalak.
“Udah gue bilang, kan? Nih, harumnya nempel. Temen lo
nerima gue.”
Yerin terhentak, jadi terdiam antara percaya tak percaya.

“Nggak usah ngehasut Hayoung atau ikut campur urusan


gue sama dia. Lo sendiri tau kan bejatnya gue gimana?
Jangan sampai gue kumat gara-gara kesabaran gue abis
ngadepin kerempongan lo,” kata Mingyu dingin menakuti
dengan serius.

Yerin menghentakkan gigi, merasa tersinggung. Gadis itu


menatap Mingyu menahan emosi yang ingin meledak.
Walau kalimat berikutnya membuat gadis itu jadi tertegun
begitu saja.

“Gue serius kali ini. Jadi lo nggak perlu khawatir tentang


temen lo. Gue yang bakal jagain dia.”

“WOI MING NGAPAIN LO MALAH NGERUMPI DI


SONO AYO DAH PULANG!”

Suara teriakkan Yugyeom yang sudah di luar kelas


membuat keduanya tersentak dan menoleh.

“TUNGGU ANJER WOI LO TEMEN MACAM APA?


ANJING AJA SETIA NUNGGU TUANNYA LO
NUNGGU BENTAR AJA NGGAK MAU!” protes
Jungkook menoleh, tapi kembali melanjutkan
menyelesaikan tugas karena bel pulang sudah berbunyi.

Mingyu mendecih, dengan tenang berbalik meninggalkan


Yerin yang masih terperangah tak percaya. Tapi beberapa
langkah, Mingyu berhenti dan menoleh lagi.
“Oh, ya. Satu lagi,” kata Mingyu membuat Yerin
mengangkat alis. “Bilangin si spidol Amerika itu. Yang
namanya Hayoung udah ada yang punya.”

Mingyu kembali berbalik, melangkah menuju kursi


meraih ranselnya. Dengan tak peduli pemuda itu
melangkah menuju pintu mendatangi Yugyeom yang
sebenarnya dari tadi memerhatikan.

“Ganteng banget elo tadi, Ming. Beneran!” puji Yugyeom


dengan mata melebar. “Mingyu panutanku!” ucapnya
dengan bangga.

“Ya, ya,” sahut Mingyu tak peduli. “Tungguin noh temen-


temen lo. Gue mau langsung ke IPA 3,” katanya ingin
beranjak tapi Yugyeom kembali menahan.

“Ming, gue cuma mau ngeralat. Kan nama bulenya itu


Mark bukan sih? Spidol bahasa Inggrisnya Marker Ming,
bukan Mark. Lo dah keren-keren tapi salah.”

“Lo tau bahasa Inggrisnya sampah? Itu Yugyeom.”


“Eh, Kak Hayoung?”

Hayoung yang berdiri di depan kaca kamar mandi


mengangkat wajah, melihat bayang adik kelas baru masuk
memandangnya dari cermin pantulan di depannya.
“Faili?”

Gadis itu tersenyum ramah, mendekat. Sementara Suhyun


yang bersamanya tersenyum sekilas pada Hayoung
sebelum masuk ke dalam salah satu bilik.

“Kak Hayoung sama siapa?” tanya Faili akrab.

“Nemenin Jisoo,” jawab Hayoung. Walau agak


mengernyit melihat Faili kini memandanginya lekat-lekat
dengan tatapan bertanya.

“Eung... kenapa Fai?” tanya Hayoung membuat Faili


tersentak.

Faili mengerjap, segera tersadar. “Eh, sorry kak,” katanya


meringis malu. “Eung....” Gadis itu kembali menatap
sweater abu-abu yang dipakai Hayoung. “Nggak sih...
sweaternya Kak Hayoung kayak punya Kak Mingyu ya?”

“Hm?” Hayoung menoleh, menegak kaget.

“Sama persis,” lanjut Faili memandangi sweater itu, lalu


jadi tersenyum mengerling pada Hayoung. “Couple ya?”
godanya membuat Hayoung membelalak kecil.
“Ha? Nggak,” jawab gadis jangkung itu menggeleng
segera, agak salah tingkah.

“Oh...” Faili mengangguk-angguk, “tapi mirip banget loh


kak. Aku hapal,” katanya membuat Hayoung mengernyit.

“Soalnya dulu kan Tzuyu pernah dipinjemin sama Kak


Mingyu.”

“Hn?”

Faili mengangguk polos, “Tzuyu pernah pake sweaternya


Kak Mingyu. Sweaternya kayak gini nih, makanya aku
pikir punya Kak Mingyu atau Kak Hayoung couple-an
gitu,” kata gadis itu tanpa dosa.

Garis wajah Hayoung mengendor. Gadis itu tak


menjawab. Perlahan mengalihkan wajah dengan ekspresi
tak terbaca. Walau diam-diam ia mencoba menarik nafas
menenangkan diri merasa sesak tiba-tiba.

Salah satu pintu bilik terbuka menampilkan sosok cantik


Jisoo, yang segera disapa ramah Faili.

“Fai, duluan ya,” pamit Jisoo menggapit lengan Hayoung


yang jadi diam kini.

“Iya kak,” balas Faili menyeringai, memandangi Jisoo dan


Hayoung yang keluar kamar mandi. Gadis itu berbalik,
kini jadi bercemin melihat penampilannya sendiri.

Lalu.
“Lah goblo tadi gue ngapain ngomong tentang Tzuyu!?"

Hayoung melirik, melihat pemuda itu berdiri di ujung


tangga dengan santai. Gadis itu mendengus, mencoba
tenang. Dengan tak peduli ia terus berjalan tak menoleh
sama sekali melewati pemuda itu.

Mingyu yang baru saja menegakkan tubuh ingin


menyambut jadi mendelik. Refleks ia maju mengambil
lengan Hayoung menghentikan gadis itu.

“Ck. Apasih?”

Mingyu agak menarik wajah, cukup terkejut disemprot


mendadak begitu. “Ngapain buru-buru?”

“Mau pulang.” Hayoung menepis tangan Mingyu,


kembali berjalan pergi.

Mingyu baru akan menyusul, tapi terhenti karena


Hayoung jadi mengurungkan niat dan berbalik
menghadapnya. Belum juga membuka mulut, pemuda itu
jadi mengernyit Hayoung menyampirkan ransel ke depan
dan membuka mengeluarkan sesuatu.
“Gue balikin,” kata Hayoung menyodorkan sweater abu-
abu Mingyu, memaksa pemuda itu menerimanya.
“Makasih.”

“Hm?”

Hayoung berbalik, langsung pergi begitu saja.

“Gue salah apa lagi sih astaga....” gumam Mingyu


menurunkan kedua bahu melemas. Ia melengos panjang,
segera berlari dan berhenti ke depan Hayoung
menghentikan langkah gadis itu.

“CIE RAHUL ANJELI LAGI KEJAR-KEJARAN!!!”

Hayoung langsung menoleh, melotot melihat Hanbin yang


sudah berheboh ria bersama geng Taman Sari-nya
(Jinhwan dan Yunhyeong). Apalagi ada Hayi, Lisa,
Hanna, Jinhyeong, Taeyong, dan Miyeon mengekor di
belakang.

Yang waras cuma Taeyong. Lisa juga kalau lagi kumat


udah setara kayak Rosie sama Jaewon.

“GAS MING GAS! KALAU DAH JADI JANGAN


LUPA PEJE BROWNIES GUA!”

“WAW MAU DONG DIKEJAR KAK MINGYU!”


“UGH GOALS BANGET SAMA-SAMA TINGGI GINI
HUHUHU ANDAI SAJA AKU BISA...”

“WOI JANGAN LUPA ENTAR ENDORSE BARANG


COUPLE GUE SEBAGAI COUPLE HITS 2017!”

“YOI KAN JADI ATTENTION SATU SEKOLAH


IHIY!”

“MINGYU HAYOUNG PANUTANKU!”

“KALAU BUAYANYA KUMAT JAMBAK AJA


YOUNG SAMPE BOTAK!”

Hayoung melengos, merasa lelah. Sementara Mingyu


malah kesenengan berasa udah dapat restu dari anak kelas
2A3.

“Jauh jauh sana! Nggak kenal gue sama lo semua,” usir


Hayoung galak.

Hanbin dan yang lain malah bersorak menggoda makin


heboh. Lalu tertawa-tawa pergi meninggalkan gadis itu
yang jadi malu disudutkan begitu.

Mingyu memandangi gadis itu, kemudian tersenyum.


“Ayo pulang,” katanya meraih lengan Hayoung tapi gadis
itu segera mendecak dan menepisnya.

“Bisa nggak sih berenti gangguin gue?”


Mingyu mendelik, kemudian menarik nafas dan
menghembuskannya. Menatap gadis itu serius. “Sekarang
apa lagi sih?”

“Apalagi apanya?”

“Lo marah? Kenapa?” tanya Mingyu mencoba terlihat


sabar. “Gara-gara tadi gue ngomongin Mbak Indah?”

Hayoung makin merenggut, “kenapa gue harus marah


cuma gara-gara Mbak Indah?”

“Ya terus apa?” tanya Mingyu menuntut.

Hayoung mendengus, “ck. Udah gue bilang kan berenti


gangguin gue? Capek ya gue ngomong sama lo.”
Hayoung menggigit bibir sesaat, tapi kemudian menatap
pemuda itu tajam. “Gue pernah bilang, kan? Gue bukan
degem-degem lo yang mau-mau aja nerima modus lo. Jadi
berenti deh. Enek tau gak.”

Mingyu mengangkat alis. Menatapi lekat-lekat gadis ini


membuat Hayoung diam-diam mencoba menguatkan diri
tetap memberi tatapan tajam.

“Gue juga pernah bilang, kan? Gue bakal terus gangguin


lo sampai lo baper.” Suara serak Mingyu membuat
Hayoung tersentak dan tertegun. “Dan gue juga pernah
bilang kalau gue tulus. Lo waktu itu lagi budeg atau
emang amnesia?”

Hayoung mendelik, hampir mengumpat.


Mingyu mendesah berat, kemudian mendekat selangkah.
Kelopak matanya meneduh menatap dalam gadis ini.
“Gue lagi berusaha cari titik nyaman di antara kita. Tapi
kenapa lo terus bangun tembok sih? Gue harus apa lagi?”

Hayoung menggigit bibir ke dalam. Gadis itu


mengalihkan wajah, merenggut kecil.

Hening.

Membuat Hayoung mendecak kecil. Ia menggeram,


menoleh dan menatap pemuda itu sengit. “Emang ya. Lo
tuh lebih pro dibanding Bobby atau Hanbin. Lancar
banget mulut lo tuh ngomong manis,” kata Hayoung
tajam, “bukan cuma gombal sih. Tapi beneran bullshit.”

Garis wajah Mingyu kali ini benar-benar berubah.


Rahangnya mengeras dengan tatapan menajam. Pemuda
itu menarik nafas beberapa kali, mencoba menurunkan
emosinya yang hampir saja meledak tak tahan.

“Sekarang siapa lagi?”

Hayoung mengernyit, mendapat kalimat dengan suara


serak dan rendah itu.

“Siapa lagi yang ngasut lo? Yerin? Joy?” tanya Mingyu


menuduh.

“Temen gue nggak kayak gitu ya, Gyu,” sahut Hayoung


merasa tersinggung. “Yang mereka omongin juga emang
bener kan. Elo bukan cowok baik.”
“Hm. Dari awal juga gue bilang kan gue bukan cowok
baik?” balas Mingyu jadi dingin. “Ngerti nggak sih lo,
tandanya gue selalu ngomong apapun ke lo dulu? Kenapa
lo nggak bisa gitu? Kenapa lo nggak bisa nanya ke gue.
Ngomong ke gue langsung. Kenapa lebih percaya
omongan orang lebih dulu?”

Hayoung merasa tersudut. Gadis itu kini jadi terdiam tak


bisa menjawab.

“Belakangan gue pikir lo tuh beda tau, Young. Gue pikir


lo bisa percaya sama gue. Elo ngerawat gue saat orang-
orang nggak percaya kalau gue bisa sakit. Ya emang gue
yang bego sih. Gitu doang gue dah baper,” kata Mingyu
membuat Hayoung merasa tertohok.

“Tapi nyatanya, lo juga sama kayak yang lain. Mandang


gue cuma sebagai sampah.”

Hayoung meneguk ludah, mengalihkan wajah ke arah


lain. Ia mencoba mencari kalimat penyanggah tak mau
terlihat kalah. Walau gadis itu kini benar-benar dibuat
diam tak berkutik.

Mingyu menatapi gadis itu. Ia menarik nafas,


menghembuskan pelan.

“Good luck sama cowok bule itu.”


Hayoung menggigit bibir, tak membalas tatapan Mingyu.
Ia hanya diam ketika pemuda itu beranjak, melangkah
pergi melewatinya.

Tapi gadis itu berdehem dan berbalik.

“Elo juga.”

Langkah Mingyu terhenti. Ia menoleh, mengernyitkan


keningnya.

“Good luck sama adek kelas yang namanya Tzuyu.”

“Hn?”

Hayoung mengepalkan tangan. Gadis itu mendengus


keras, membuang muka dan berjalan cepat. Lebih dulu
mendahului Mingyu dan meninggalkan pemuda itu yang
jadi mengkerutkan alisnya.

Hayoung menghela nafas keras. Berjalan cepat dan


terlihat tenang. Karena biar gimanapun......... dia adalah
Oh Hayoung. Tak boleh ada yang tau bahwa baru saja
hatinya dipatahkan oleh si brandalnya sekolah.
Grup ‘2A3’

Bobby: guys mohon bantuan untuk teman kita yang


sedang ditimpa duka karena salah paham dengan doinya

Lisa: sekali aja datang gak usah nyampah kenapa sih

Rosie: ^2

Hayi: UGH SAKIT GAK BOB

Jaewon: suka kasian sama hanbin di saat2 begini klo


ceweknya pms

Lisa: diem lo won.

Hanbin: hanbinnya lagi duduk kalem ^^

Jisoo: cih suami takut istri

Hayi: semua cowok di 2a3 emang nyali keong sih ew

Yunhyeong: iya iya cwo lo aja yg ganteng iya

Hayi: zelo kuh <3

Jinhwan: jijiq

Hanna: klo depan zelonya sok galak cuih dasar ular


Rosie: yaaaa namanya juga wanita~~~~~

Eunha: bob, lanjutin.

Bobby: siap kapten eunha!

Hanbin: saatnya gosip gosip cantik ><

Jennie: lama2 gue pengen kick hanbin.

Hanbin: TAEYONG LINDUNGI AKU

Lisa: berisik lo loyang brownies.

Jinhwan: NYESSSS

Hayi: PRANG KETUMPRANG

Yunhyeong: mangtabbbbbb

Jisoo: WKWKWKWKWKWKWKWKW GO LISA

Miyeon: aku mendengar ada suara ledakan di blok g


taman sari apakah itu?

Jennie: jangan bunuh diri bin

Hanbin: gak papa, cinta emang buta : )

Jaewon: sepik doang itu mah lis biar lo kalem

Bobby: emang harusnya dari awal gue gak usah chat


disini sih
Hanna: sok bener lo bob

Eunha: ssssttt ssssttt tenang semua tenang biarkan bobby


bicara

Jinhwan: eunha bobby makin lama makin kompak bikin


duo sana

Rosie: OH GITU BOB JADI LO KHIANATI DUO ITIK


YANG SUDAH KITA BANGUN SUSAH PAYAH

Miyeon: lel4h,,,,,,,

Bobby: jgN rebuTind aqW,,,,,,

Hayoung: kapan sih kalian tuh bertingkah normal kayak


murid-murid SMA lainnya?

Bobby: EH HAYOUNG

Hanbin: gue normal young, mereka aja yg kagak

Hayi: kalau normal mah kagak masuk 2 ipa 3

Yunhyeong: baiklah aku akan keluar

Jinhwan: baiklah aku akan keluar (2)

Miyeon: baiklah aku akan keluar (3)

Jisoo: gak ada yg setia cuih

Hanna: ya kan temennya bobby


Bobby: HAHANJENG

Jennie: pdhal bobi skrg udah setia

Bobby: jennie ku :‟(((((((

Jaewon: minggat sana lo.

Rosie: ASEEEKKK DRAMA RUMAH TANGGA


FAVORITKU

Hanbin: ini gue beneran dianggap loyang brownies chat


gue gak dibales

Eunha: minggir dulu minggir, mau denger ceritanya bobi


tadi

Hayi: pasti cerita serem hidupnya bobby kan horror

Jihyo: WAH DRAMA APAAN NEH

Jinhwan: langsung nongol ya lo kalau drama2

Bobby: TAEYONG TOLONG INI DITENANGIN DULU


PARA PELIHARANYA GUE MAU NGOMONG

Hayi: elo tuh peliharaan para pelihara

Jisoo: WKWKWKWKWKWKWKWK

Yunhyeong: sakit gak bob diketawain jisoo

Bobby: gak papa : )


Taeyong: apaan sih berisik

Taeyong: mau ngomong apa?

Rosie: HUHUHUHU KAPTEN PANUTANKU

Bobby: tadi mau ngomong apa ya gue lupa

Jihyo: MATI SAJA KAU

Jennie: dah, capek gue

Jaewon: senderan sini jen kalau capek

Hayi: SINI LO GUE TENDANG

Hanbin: b4bi

Miyeon: AYAAAANGGG KAMU DIMANAAAA

Eunha: hayoung lo jangan salah paham dong

Hayi: ha?

Rosie: eh why

Bobby: NAH ITU

Hayoung: paan

Hanbin: baru tadi kejar2an rahul anjeli ini kenapa :(

Jinhwan: lah young kenapa belum juga endorse topi


baseball couple :(
Jihyo: oh hayoung?

Jaewon: iya emang namanya oh hayoung bukan jung


hayoung

Hayi: yg gak lucu nepi aja gih

Yunhyeong: hayi makin lama makin pedes makanannya


bukan micin lagi skrg boncabe

Jaewon: JENNIE GUE DIJAHATIN NIH JEN

Hanbin: „emang q peduli?‟ –jennie

Jaewon: „aku mau jomblo‟ –lisa

Hanbin: SAT AMIT AMIT

Jisoo: WKWKWKWKWKWKW KENAPA SIH KELAS


GUE

Eunha: hayoung kita pc aja yuk gue capek

Eunwoo: woi kalem

Hayi: ASEK SELAMA INI SIDER TERUS


NGELINDUNGI BEBEBNYA HU HATIKU
HAMBYARRRR

Miyeon: HUHUHU EUNWOO MAMAH BANGGA

Taeyong: hayoung kenapa?


Bobby: DENGER NOH HAYOUNG KENAPA FOKUS
DULU

Hayoung: udahlah. Udah selesai.

Eunha: sleasaio apa?

Eunha: *selesai

Yunhyeong: klo ambyar mah minum dulu na

Eunha: BERISIL

Eunha: k

Jaewon: si enu dah terbang noh bangga bisa bikin eunha


ambyar

Miyeon: AYANG KAMU DIMANA KOK SKRG KITA


TERLENGSERKAN GINI SIH YANG

Rosie: MAU MASUK IPS AJA AKU TUH

Eunha: GUYS FOKUS

Bobby: hayoung kata ikan kikil doi gak paham


maksudnya apaan kok bawa2 tzuyu

Hanbin: tzuyu ku?

Jaewon: tzuyunya seulgi?

Yunhyeong: jen seulgi katanya


Hayi: wah panasssss

Jennie: iya.

Jaewon: jang hanna tolong piaraannya kandangin yang


bener.

Jaebum: hayoung kenapa?

Jihyo: YAK BAGUS KUMPUL SEMUA GENGS

Lisa: ini belum selesai juga abis gue tinggal makan?

Hanna: sampe besok baru selesai lis

Eunha: gini loh. Mingyu skrg tuh udah gak ada deketin
degem2 atau cewek lain young

Jihyo: siapa sih yg bilang tzuyu?

Miyeon: tau dari mana si tzuyu2 young?

Yunhyeong: mantap nih macan 2a3 maju

Hanbin: MAJU GENGS GUE YG BAWA SPANDUK

Bobby: diread doang sama kak hayoung makasih kak

Jinhwan: teteh hayoung where are you

Hayoung: iya gue baca.

Jaebum: gue nyimak dah


Hanbin: ugh diperhatiin kak jaebum aku salting ><

Eunha: young jgn salah paham lah, udah gak ada apa2
ih

Bobby: young gue ngomong bukan sebagai temennya


aming, ini gue sebagai temen lo

Jaewon: kak bobi klo lagi serius ganteng

Bobby: jgn naksir, hati ku udah ada yg punya

Hanna: CUIH

Jennie: CUIH

Miyeon: CUIH

Jisoo: CUIH

Bobby: LUDAHIN AJA MUKA GUE SINI HA

Yunhyeong: sabar sabar, hayoung dulu suruh bicara

Taeyong: tzuyu yg anak cheers adeknya seulgi?

Hanbin: temennya cewek lu

Bobby: teman teman bobi bicara di sini agar kalian


membantu teman kita menghadapi drama percintaannya
agar teman kita bahagia juga

Miyeon: oqd
Hanna: gely

Hayi: SONG YUNHYEONG MAJU YO

Jinhwan: jelaskan dulu young kenapa jadi tzuyu

Hayoung: males

Hanbin: jgn lah ngambek adinda, kami siap mendengar


ceritamu

Jaewon: ^lis baca lis

Hayoung: sweater tadi pernah dipinjemin ke adek kelas.

Jisoo:...................................ha

Hayi: WAH ANJER KE TZUYU?!

Hanna: kok..................................................

Eunha: siapa yg bilang????

Bobby: iya sih emang pernah kayaknya

Bobby: eh tzuyu apa somi ya?

Rosie: bobby bxdxh

Jisoo: bob lo pulang ke rumah aja gak usah balik.

Hayi: mati lu ciliwung crocodile

Jennie: ampas bgt bobby astaga


Hayoung: :)

Yunhyeong: sekarang gini deh young. Dulu lo deket sama


Mino kan? Mingyu masalahin nggak? Dia nggak nuntut
ttg masa lalu lo, terus kenapa lo gak bisa terima masa
lalu dia?

Yunhyeong: klo emang dulu dia pernah deket sama tzuyu,


ya itu dulu kan?

Hanbin: #YUNHYEONGPANUTANKU

Jinhwan: #KAKYOYOIDOLAKU

Hayi: tapi mah yo lo mikir ae sweater bekas cewek lain


njir

Hayi: BEKAS

Rosie: apa jgn2 dulu jaket yg june pinjemin ke gue juga


pernah dipinjemin ke cwe lain ya? :(

Jennie: kenapa jadi gini...............

Bobby: itu kan dulu astaga

Yunhyeong: manusia berubah Young. Perasaannya juga.


Dari sudut pandang cowok, gue malah sakit hati kayak
Mingyu. Udah susah payah berubah demi lo, tapi gara2
gini doang lo nolak dia?

Jaewon: ganteng banget kak yoyo

Jisoo: ini si hanna sider lagi ambyar apa blushing sendiri


Bobby: baca noh yoyo bilang apa BACA

Miyeon: napa jd lo yg gas bgt sih bob lg ngomongin


mingyu juga

Eunha: #1000koinuntukmingyu

Eunha: kasian temen gue dah berusaha buat lo, Young :(

Jaewon: temen gue juga dah berusaha buat lo sampe


bacain wikihow tapi kenapa masih aja gak peka sih na

Jinhwan: ^2

Hayi: ^3

Miyeon: ^4

Jihyo: ^5

Jisoo: #1000koinuntukeunwoo

Hanbin: #rintihanhatichaeunwoo

Eunwoo: makasih won.

Jaewon: sama-sama my bestfriend ^__________^

Lisa: jadi intinya hayoung gimana

Jisoo: balik ke mr simon aja young

Hanna: ikutan
Jennie: ikuttt

Miyeon: aku jgn lupa ajak2

Eunha: WAH KALAU INI GUE JUGA JOIN

Yunhyeong: sabar ^____^

Jinhwan: HAHAHAHAHAHAHAHAHA MAMPOS LO


SEMUA CUMA SERBUK ASBAK

Hayoung: bingung gue

Bobby: pegangan aming dong :(

Hanbin: makan brownies dulu biar pikirannya jernih lagi

Jisoo: ok ok serius

Jisoo: hayoung, yg perlu lo lakuin tuh cukup percaya


sama dia. Kalau lo sendiri gak percaya, dia bakal balik
jadi buaya lagi. Karna skrg, yg dia harepin ya keyakinan
lo buat dia.

Yunhyeong: HMMMMMM

Hanna: pengalaman banget jis?

Bobby: kok gue blushing ><

Hayi: PERGY

Jihyo: gue dukung sama mingyu karna gue liat dia emang
serius sama lo sih young, menurut penglihatan gue....
Jaewon: percaya penglihatan jihyo, young. matanya
membuktikan

Hanbin: percayalah adinda, setiap laki-laki tukang


modus punya satu perempuan yang gak akan dia mainin.

Jinhwan: lalisa, apa kamu percaya?

Hanna: lalisa, apa kamu percaya? (2)

Rosie: lalisa, apa kamu percaya? (3)

Lisa: yg kemaren abis komen cantik di ig wendy gak usah


sok.

Jennie: NAH KAN HANBIN

Yunhyeong: pantes dari tadi sensi kirain pms

Jinhwan: ege ege ege ege ege ege

Hanbin: dibajak bobby :(

Bobby: gue aja kagak tau poto yg mana

Eunha: hayoung respon lah jgn gantungin gini :(

Yunhyeong: ^ tambahan di atas: eunwoo juga

Jaewon: digantungin capek ya na?

Hayoung: iya masih gue baca


Taeyong: intinya ini keputusan lo. Kalau lo percaya,
tunjukin. Kalau nggak, lo harus siap untuk gak nyesel
nantinya.

Miyeon: UGH

Hayi: #TAEYONGFORTHENEXTPRESIDENT

Jennie: kita disini untukmu hayoungku

Hayoung: iya iya, makasih ya :(

Rosie: kok sedih :(

Hayoung: gue terharu :‟(

Bobby: uuutayang tayang

Jisoo: jijiq bob.

Yunhyeong: asikkkkk ganti channel drama baru lebih


panas ^____^

Jaewon: seru nih

Jinhwan: anak jalanan cinta anak sekolah

Hayi: bukan mermaid in love lagi tapi crocodile in love

Bobby: bangsta ^___________^


“Young! Hayoung!”

Hayoung yang baru akan mengambil hape Hanbin untuk


melihat contoh brownies baru pemuda itu menoleh kaget.

“Young, ikut gue!” kata Eunha tanpa permisi meraih


lengan Hayoung dan menariknya. Hanbin dengan sigap
mengambil hape yang refleks dilempar Hayoung padanya.

“Na, apaan sih? Pelan-pelan,” kata Hayoung terseok


mengikuti gadis mungil itu berlari di koridor. Hayoung
melebarkan mata Eunha berbelok ke arah kantin.

Gadis itu menarik Hayoung menuju area belakang,


dimana menyambung ke parkiran sisi kiri gedung yang
merupakan gerbang barat sekolah. Eunha menoleh kanan
kiri, langsung berlari lagi. Ia melebarkan mata melihat
bangku samping gerbang yang memang tak ada satpam
itu berdiri beberapa pemuda menutupi seseorang yang
duduk di sana. Hayoung mengernyit, entah kenapa merasa
firasat tak enak.

Merasa ada yang datang, Jungkook berbalik. Alisnya


terangkat tinggi melihat Eunha datang bersama Hayoung.
Ia jadi mendekat, menghentikan gadis itu.

“Ngapain lo bawa Hayoung?” tanya Jungkook melotot,


membuat Eunha dan Hayoung berhenti. Hayoung
mengernyit, tak mengerti. Apalagi melihat luka lebam di
pipi kiri Jungkook.

“Ck. Ini pawangnya,” balas Eunha tak kalah galak,


langsung mendorong Jungkook menjauh dan kembali
menarik Hayoung.

Mata Hayoung melebar. Dadanya bergetar aneh. Yang


kemudian tak lama terasa dingin dan ngilu. Melihat
seorang pemuda duduk bersandar di bangku kayu itu
dengan wajah lebam babak belur.

Junhoe ikut menoleh, langsung terlompat kaget bahkan


refleks memegangi dadanya yang seakan jantungnya
hampir melompat. “Anjir, kaget. Gue pikir lo bawa Rosie,
Na. Astaga jantung gue,” kata cowok itu langsung
melemas.

Mendengar itu Mingyu menoleh, ia tersentak. Segera


mengalihkan wajah menyembunyikan lebamnya.

“Gue nggak tau kalau ada lo. Kalau iya, tadi juga gue
udah narik Rosie!” kata Eunha galak, membuat Junhoe
merapatkan bibir diam dan merapat pada Yuta yang sejak
awal belagak polos tak tahu menahu apapun.

Hayoung berdiri diam. Tertegun dan membatu menatap


Mingyu yang sudah berantakan. Gadis itu tak tahu harus
apa. Antara marah, sedih, kecewa, juga merasa terluka
melihat pemuda ini begini.
“Semua ke UKS!” perintah Eunha tegas. Membuat
Junhoe, Yuta, juga Jungkook tersentak. “Biarin bosgeng
kalian ini diadili sendirian,” katanya sinis membuat
Mingyu merapatkan bibir mengerti.

“Na,” panggil Hayoung saat Eunha berbalik membuat


Eunha menoleh. Gadis itu diam sesaat, kemudian
mendesah, “tolong bawain kotak P3K.”

Eunha membulatkan mata. Ia bergumam sambil


mengangguk, lalu menarik Yuta pergi sambil mengomeli
Jungkook dan Junhoe yang mengekor. Gadis mungil itu
sudah seperti ibu yang meneriaki anaknya untuk segera
pulang dari main PS.

Hayoung menggigit bibir, berdiri dan menatap lurus


pemuda itu yang masih mengalihkan wajah darinya.
Gadis itu menarik nafas dalam, “elo... kalau bosen sama
hidup mending langsung terjun ke jurang aja. Nggak perlu
nyiksa tubuh gini,” katanya dingin, membuat Mingyu
melirik.

Hayoung mengepalkan tangan, “gue nggak paham sama


cowok kayak lo. Yang dengan bangganya bilang kalau lo
bukan cowok baik. Bahkan dengan bangganya bilang
kalau lo dianggap sampah. Lo bukan karakter utama film
superhero yang dihina dan diinjak-injak padahal
sebenarnya adalah jagoan utama,” kata cewek itu tajam.
“Mau lo apa sih Gyu? Elo kurang kasih sayang banget
sampai terus buat masalah gini?”
Mingyu menoleh, pemuda itu tersinggung. Ia berdiri,
walau agak merintih kecil karena badannya memar. Tapi
ketika sepasang matanya menatap gadis itu, ia terdiam
begitu saja.

Kelopak mata Hayoung sudah basah dan berkaca-kaca.


Menatap cowok itu seakan terluka.

“Kalau lo pikir nggak ada yang percaya dan peduli sama


lo... Elo salah,” Hayoung meneguk ludah, berusaha
mengendalikan diri. “Sekarang ada orang yang bakal
nangis kalau lo luka. Ada orang yang cemasin lo kalau lo
dapat masalah.”

Mingyu mengangkat alis, tertegun begitu saja.

“Kenapa sih lo selalu berbuat sesuka lo? Seakan nggak


ada orang yang lo pikirin. Elo selalu bicara seenaknya,
tanpa mikirin perasaan orang lain.” Hayoung menarik
nafas, mencoba menahan butiran bening yang hampir
menetes. “Lo nggak usah percaya diri bilang lo suka sama
gue, kalau nyatanya sedetik pun lo nggak pernah peduli
sama gue,” sindirnya tajam.

Mingyu menggigit bibir sesaat, merasa tersudut. Ia


meneguk ludah sesaat. “.... maaf.”

Hayoung mengusap hidung memerahnya, menarik


kembali isak sambil berdehem pelan. “Udahlah. Basuh
dulu luka lo,” katanya mengalihkan pembicaraan. Karena
memang karakter gadis itu adalah tak suka jika ia terlihat
lemah di depan orang lain.
Hayoung menarik nafas. Gadis itu maju, menjulurkan
tangan dan dengan hati-hati menyentuh lebam keunguan
di tulang pipi atas Mingyu membuat Mingyu merintih.
Wajah Hayoung jadi cemas begitu saja. Ia menatapi darah
yang mengering di ujung bibir Mingyu, juga loka goresan
di dekat matanya.

Mingyu menatapi gadis itu, dan dengan perlahan


menaikkan tangan, mengusap ujung kelopak mata
Hayoung. “Jangan nangis,” kata cowok itu dengan suara
rendahnya.

Hayoung menggigit bibir, segera mendenguskan hidung


dan menurunkan tangan berusaha menguasai diri.

Suara derap lari membuat mereka terkejut dan segera


menoleh. Alis mereka terangkat melihat si jangkung
Yugyeom terengah-engah mendekat.

“Gyu! Anjir!” kata Yugyeom sambil ngos-ngosan,


membuat Mingyu mengernyit. “Yuta tadi beli minum, tapi
malah ketangkep Pak Jay! Sekarang anak-anak udah di
sidang di kantor!” katanya memberi laporan.

Mingyu mengumpat samar, ingin beranjak tapi tangan


Hayoung menahannya membuatnya terkejut. Pemuda itu
menoleh, “gue harus ke sana,” katanya tegas.

“Ck, lo mau ngapain sih? Mending obatin aja lukanya,”


tahan Hayoung tak setuju.
Mingyu menipiskan bibir, “gue yang bikin mereka ikut
berantem. Nggak mungkin gue bisa bebas sendirian gini,”
ucapnya membuat Hayoung tertegun.

Mingyu mendesah pelan, lalu menggenggam lengan


Hayoung. “Tunggu gue pulang sekolah di kelas. Nanti
gue ke sana. Oke?” tanyanya membuat Hayoung terdiam.

Tak menunggu jawaban, pemuda itu beranjak. Walau ia


agak merintih sakit, membuat Yugyeom segera
membopoh cowok itu pergi dari sana. Hayoung menghela
nafas panjang, berharap setengah mati cowok itu akan
baik-baik saja.

“Ck. Udah ku duga kalau itu kamu.”

Faili mengkerut, seperti keong masuk dalam cangkang


berdiri di depan Taeyong yang sudah menatapnya dingin.
“Kak Mingyu... udah sempet datangin Tzuyu....” Gadis itu
mencicit kecil, “aku ngerasa bersalah. Padahal, aku yang
ngomong ke Kak Hayoung....”

Taeyong menghela nafas keras, dengan gemas maju ingin


meremas wajah gadis itu tapi ia hanya membentuk
gerakkan jemari meremas udara di depan Faili yang
segera menarik diri. “Kemaren Dahyun, sekarang Tzuyu.
Udah berapa kali sih ku bilang berenti ngurusin hidup
orang?”

Faili merenggut, “aku juga nggak maksud kok. Aku


nggak sengaja,” katanya dengan wajah memelas. “Bantuin
ngomong ke Kak Hayoung...” katanya merengek kecil,
“aku takut kalau Kak Mingyu tau, terus marah ke aku...”

Taeyong menghela nafas lagi. “Hm. Emang harus kayak


gitu biar kamu tuh kapok,” katanya tajam membuat Faili
makin merenggut.

Tapi mata Faili melebar, gadis itu terkejut dan refleks


merapat pada Taeyong membuat Taeyong mengangkat
alis. Taeyong berbalik, memandang ke arah yang Faili
lihat. Pemuda itu mengernyit samar, melihat Mingyu
berjalan dengan Yugyeom di sampingnya agak memapah.
Ada beberapa plester luka di wajah Mingyu.

Taeyong meraih tangan Faili, menggenggamnya dan


menarik gadis itu ke belakang punggungnya seakan ingin
melindungi. Takut-takut jika Mingyu memang tahu kalau
Faili yang memberi tau Hayoung tentang jaket kemarin.
Pemuda itu mengangkat alis, memandang tenang Mingyu
yang berbelok menaiki tangga bersama Yugyeom.
Sementara Faili dengan takut-takut melirik, menempelkan
pipi ke lengan Taeyong sambil mengintip kecil.

“Kak Mingyu abis kecelakaan ya?” celetuk Faili membuat


Taeyong berbalik dan kembali menatapnya.
Taeyong merapatkan bibir, “hm. Mungkin mukanya
ketiban motornya sendiri,” katanya dengan sarkas,
kemudian mendengus. “Udah jelas dia abis tawuran,”
lanjutnya menjitak pelan kepala Faili.

Faili mencibir sesaat. Tapi kemudian wajahnya merekah


dan menatap Taeyong seakan punya berita heboh. “Kak,
jangan-jangan berantem sama sekolah depan lagi?”
tanyanya membuat Taeyong mendelik kecil. “Ih yaampun
jangan bilang Kak Mingyu berantem sama itu tuh, sepupu
bulenya Moonbin!”

“Ha?”

Faili mengangguk dengan wajah sungguh-sungguh.


“Sepupunya Moonbin yang anak sekolah depan itu kan
deket sama Kak Hayoung kak. Kemaren juga aku denger
Kak Hayoung dijemput sama dia pas Kak Mingyu di
parkiran! Ih parah udah kayak-AW!” ucapan gadis itu
terpotong karena kepalanya kembali dijitak Taeyong.

Taeyong mendengus, “berenti buat berita nggak jelas atau


ngelebih-ngelebihin masalah. Ngerti?” katanya tegas
membuat Faili menciut kecil. “Nggak usah bahas sama
temen-temenmu kalau tadi kamu liat Mingyu bonyok gitu.
Apalagi sampai bawa-bawa Hayoung.”

Faili menggigit bibir, manyun kecil dan mengangguk


menurut. Walau dalam hati menahan diri sendiri. Padahal
ini akan jadi berita besar kalau memang Mingyu bertemu
Mark. Pasalnya, Mingyu dan Hayoung kini sudah jadi
perhatian satu sekolah. Rasanya gatal ingin membicarakan
ini pada Yeri dan yang lainnya.

Mr Simon melirik dari ruangannya melalui kaca


transparan di sana. Pria itu memandang lurus pasukan IPS
1 yang sedang diadili Pak Jay. Terlihat jelas luka lebam di
wajah Jungkook, Yuta, dan Mingyu. Junhoe walau
wajahnya masih sempurna, tapi terlihat pemuda itu
menahan sakit di punggung saat Pak Jay tak sengaja
menyenggolnya. Menandakan ada luka memar di sana.
Yang terparah tentu saja wajah Mingyu. Pemuda itu jelas
jadi yang maju di depan tadi.

Cukup lama mereka dihakimi Pak Jay. Sampai ketika


melihat keempatnya beranjak keluar, Mr Simon segera
berdiri.

“Ehm. Mingyu.”

Mingyu terkejut, menoleh kaget pada guru muda yang


mendatanginya.

“Saya mau bicara sama kamu,” tegas Mr Simon. Mingyu


mengangkat alis, begitupula Jungkook, Yuta, dan Junhoe
yang jadi saling pandang.
Mingyu mengisyaratkan Junhoe dan yang lainnya untuk
kembali lebih dulu. Pemuda itu lalu beranjak mengikuti
Mr Simon yang masuk ke dalam ruangannya. Mingyu
mengulum bibir ke dalam, berdiri di depan meja
menghadap Mr Simon yang berdiri di samping kursinya
belum mau duduk.

“Kamu berantem sama siapa?” tanya Mr Simon basa basi.

“Sekolah depan, Sir,” jawab Mingyu apa adanya.

“Kok bisa?”

Mingyu mendesah pelan, “mereka ngeledek kami. Saya


yang emosi pertama, dan temen-temen lain ikut bantu di
belakang,” katanya mengaku kesalahan. Lagipula juga ia
sudah disidang oleh Pak Jay, percuma sok-sok menutupi
semua.

Mr Simon diam beberapa saat. Memandangi Mingyu yang


agak merunduk tak menatapnya. Pria itu mendesah pelan.

“Saya manggil kamu bukan ingin tau tentang tawuran


ataupun luka memar kamu,” kata Mr Simon membuat
Mingyu tersentak.

Mingyu mengangkat wajah kini. Pemuda itu merasa aneh


saat melihat raut wajah serius Mr Simon menatapnya
lurus.

Mr Simon berdehem, “saya bukannya mau ikut campur.


Tapi kamu harus tau.... Hayoung itu murid saya. Dan saya
harus jaga dia,” katanya tegas, membuat mata Mingyu
melebar.

Mingyu menegak. Pemuda itu tersudut kini, merasa


lidahnya kelu dengan lutut melemas.

“Seakan udah jadi hobi kamu masuk ke kantor guru


karena buat onar. Awalnya saya coba untuk ngerti. Tapi
makin lama... kenakalan kamu udah nggak wajar.
Kepercayaan saya perlahan luntur, Mingyu. Saya sulit
percayakan Hayoung sama kamu.”

Mingyu meneguk ludah, “ini nggak ada hubungan sama


Hayoung, Sir.”

“Bukan itu masalahnya,” sahut Mr Simon membuat


Mingyu terdiam. “Hayoung murid terbaik yang 2A3
punya. Dia guardian angel kami. Karena itu, saya nggak
mau dia terluka nantinya.”

Mingyu terdiam. Mengerti maksud kalimat itu. Ia merasa


sakit hati, tapi tak mampu mengelak kini.

“Saya semakin sulit percaya sama kamu.”

Mingyu mengepalkan tangan, mengalihkan wajah dengan


rahang mengeras. Dan ucapan Mr Simon berikutnya
membuat pemuda itu makin terluka.

“Jadi tolong. Jauhi Hayoung dari sekarang.”


Hayoung menggigit bibir, kembali melongokkan kepala.
Mengintip ke arah tangga menuju koridor IPS di lantai
atas. Gadis itu mengernyit, tapi mendesah mencoba sabar
dan duduk di bangku depan kelas.

Ia merogoh hape. Namun terdiam sendiri tersadar bahwa


sampai sekarang ia dan pemuda itu tak pernah saling
berkomunikasi melalui chat.

Hayoung menggigit bibir. Jadi khawatir. Kalau ada yang


terjadi pada Mingyu, bagaimana?

Hayoung diam sesaat, lalu segera mengangkat hape


mengetikkan sesuatu.

Hayoung: bob, mingyu dimana?

Bobby: di hati mu

Hayoung: BOB

Bobby: huhuhu iya maaf :(

Bobby: gak tau, emang gue emaknya :(

Hayoung mendecak, segera mencari kontak lain.


Hayoung: Na, Mingyu dimana?

Eunha: loh?

Hayoung: kenapa?

Eunha: gue pikir dah sama lo

Eunha: tadi motornya udah gak ada pas gue ke parkiran

Hayoung tersentak. Gadis itu terdiam begitu saja. Ia


kembali menoleh pada tangga IPS, berharap sosok
jangkung itu memunculkan diri. Tapi sampai sekolah sepi
dan langit mulai mendung pun, Mingyu tak pernah
datang.
Jungkook duduk di pinggir lapangan, menatapi pemuda
itu yang terus menembakkan bola ke dalam ring. Ia berlari
sambil memantul-mantulkan keras bola, melemparnya
kasar dan sudah terengah-engah. Junhoe dan Bobby
berdiri di pinggir lapangan, mengusir adik kelas yang
mencoba melewati lapangan.

"Mau kemana lo?" tahan Junhoe saat melihat sosok


Chanwoo mendekat.

"Mau ke ruang olahraga. Kenapa? Mau ikut?" tanya


Chanwoo polos.

Bobby mendecih, "udah sana sana!" usir mendorong


Chanwoo menjauh paksa.

"Dih, apa sih lo? Minggir! Pangeran mau lewat!" kata


Chanwoo melawan, ingin maju tapi Junhoe dan Bobby
kompak mendorongnya menjauh.

"Lo mau mati njing!? Itu liat Aming ngamuk!" kata


Bobby menunjuk kecil Mingyu yang terus bermain basket
sendirian di lapangan dengan wajah mengeruh
menakutkan.

"Waduh, kenapa tuh?" tanya Chanwoo langsung kepo.

Junhoe mendengus, menabok pemuda itu membuat


Chanwoo merintih. "Kalau lo lewat, dia pasti bakal
manggil lo dan nyuruh lo buat tanding sama dia. Jadi biar
cari aman, pergi sana."
Chanwoo merenggut kecil, "kebanyakan gaul sama lo tuh,
Bob," katanya menuduh membuat Bobby mengumpat
kasar.

Sementara di lapangan basket, Mingyu sudah terengah


dan lelah. Pemuda itu melempar keras bola basket sampai
membentur tiang ring. Membuat suara dentuman keras
sampai tiang agak bergetar dengan bola yang terlempar
jauh ke pinggir lapangan.

Mingyu tak peduli, pemuda itu berhenti. Ia perlahan


menekuk lutut, lalu terduduk di tengah lapangan dengan
nafas ngos-ngosan. Kedua lengannya tertarik ke belakang
menahan tubuh pemuda itu. Ia merasa tubuhnya terasa
berdenyut sakit. Antara kelelahan juga masih terasa luka
karena berantem kemarin.

"Ming!"

Panggilan Jungkook membuat Mingyu kali ini menoleh.


Jungkook menggerakkan dagu ke salah satu koridor.
Mingyu mengernyit, perlahan menolehkan kepala. Ia
tersentak, melihat gadis itu terlihat berjalan di koridor
seberang bersama beberapa teman kelasnya.

Hayoung agak memelankan langkah, ia nampak merogoh


sesuatu. Gadis itu jadi berhenti, lalu menggigit ikat
rambut cokelat yang tadi ia ambil dari kantung seragam,
dengan kedua tangan perlahan terangkat menarik
rambutnya ke belakang membentuk kuncir.
Mata Mingyu melebar. Pemuda itu diam begitu saja. Rasa
lelah dan sakitnya samar terasa kini. Yang ada hatinya
justru berdebar hangat. Pemuda itu terpesona begitu saja.
Terus memandangi Hayoung yang sibuk mengatur
rambut, lalu merapikan poninya.

Sampai Hayoung berjalan cepat menyusul teman-


temannya, Mingyu masih di sana. Duduk di tengah
lapangan seakan tak berdaya. Hanya bisa memandangi
gadis itu dari jauh.

"Young, mending lo pawangin si Aming," kata Bobby


serius pagi itu.

Hayoung mendongak, mengangkat alis. "Apa?" tanyanya


datar.

Bobby melengos, jadi serius. "Tu anak makin nggak


beres, Young. Nggak ada yang bisa mawangin dah selain
elo," katanya sungguh-sungguh.

Hayoung terdiam. Tapi lalu menipiskan bibir dan kembali


merunduk sibuk dengan hape, "kenapa gue harus peduli
sama orang yang nggak peduli sama gue?" tanyanya
dingin, membuat Bobby mengernyit.
Bobby mencibir, "apaan sih lo berdua? Yang satu galau,
yang ini makin galau. Lo sadar nggak akhir-akhir lo tuh
kehilangan taring?" tanyanya membuat Hayoung
mendongak lagi. "Cuih! Lo berdua sok Roman Picisan
njir! Kalau suka mah ngomong, nggak usah gengsi."

Hayoung mendelik, tak terima pemuda ini mengguruinya


begini.

"Yang bisa ngubah Mingyu sekarang itu elo. Yang bisa


bikin dia kalem cuma elo. Dan yang bisa bikin lo uring-
uringan gini sampai kehilangan taring tuh ya dia, kan?
Jadi apa lagi?"

Hayoung tersentak, diam begitu saja dihakimi pemuda


begigi kelinci tersebut.

"Elo berdua lama-lama gue kandangin dah biar macan


ketemu harimau. Jadi dah ragunan mini," racau Bobby
asal, sebelum berdiri dan memilih beranjak pergi.
Meninggalkan Hayoung yang terpaku di tempatnya
duduk.

"YOUNG DICARIIN DAYANG LO TUH!"

Suara cempreng Hanbin membuat Hayoung menoleh,


melihat kini Hanbin sudah dijambaki Joy dengan sebal.
Yerin juga memukulnya sesaat sambil manyun kecil.

Hayoung mengernyit, kemudian berdiri dan mendekat.

"Mulut lo ya Bin! Awas aja ya gue berenti jadi pelanggan


lo!" ancam Yerin serius membuat Hanbin langsung
menoleh.
"Wah, Rin, itukan beda kasus," kata Hanbin segera
dengan manis. "Eh, btw sekarang gue punya dua menu
baru nih. Bropie, brownies pie. Dan satu lagi, Browna,
brownies banana!" katanya dengan senyum lebar
cermelang.

"Gue cuma bisa berdoa sih Bin semoga lo nggak mabok


brownies," kata Yerin dengan wajah sungguh-sungguh.

Hanbin mendengus, "untung gue selalu ingat jasa lo


sebagai pelanggan pertama Brownies gue, Rin," katanya
sinis. Tapi berikutnya jadi kicep ketika Hayoung
mendorong pemuda itu menjauh pergi.

"Elo nggak mau ke bazaar anak kelas satu Young? Yuk,"


ajak Yerin meraih lengan Hayoung.

"Nanti aja, anak kelas gue mau tampil," jawab Hayoung


malas-malasan. Walau ia mengernyit saat Joy mendekat
dan berbisik kecil.

"Kak Mark datang. Tadi nyariin lo."

Mata Hayoung melebar mendengar itu.


Mark mengernyitkan alis, memandangi gadis itu yang
sedari tadi diam dan hanya mengikuti mereka kesana
kemari. Yerin dan Joy yang lebih aktif (atau memang
hanya mereka yang bicara). Sementara Hayoung nampak
sibuk menoleh kanan kiri memerhatikan lapangan sekolah
yang kini dipenuhi bazaar dari murid kelas satu.

"Hayoung?" panggil Mark memegang pundak Hayoung,


ketika merasa ada kesempatan saat Yerin dan Joy sibuk
memilih gelang di salah satu stan.

Gadis jangkung itu terlonjak kecil, menoleh kaget. "Iya,


kak?"

"Kamu kenapa sih? Kayak nggak fokus gitu," kata Mark


mengubah posisi berdiri, menghadap gadis itu dengan
jarak dekat.

"Nggak, nggak papa. Lagi nggak mood aja," jawab gadis


itu tenang. Ia kembali melirik dari sudut mata, mencoba
mencari keberadaan para murid 11 IPS 1 yang sedaritadi
tak terlihat. Paling paling Jungkook dan Yuta yang sibuk
tebar pesona ke para adik kelas.

"Belum sarapan?"

Hayoung mencoba tersenyum, "nggak kok. Nggak papa,"


jawabnya menggeleng kecil. "Oh ya temen-temen Kak
Mark mana?"
"Lagi sibuk makan tuh," jawab Mark menunjuk asal ke
kumpulan bazaar. "Kenapa? Kamu mau pergi ya?"
tanyanya membaca ekspresi gadis itu.

Hayoung agak meringis merasa bersalah, "kelas ku bakal


tampil hari ini. Aku kayaknya harus ke kelas buat bantu
persiapan," kata gadis itu memberi alasan.

Mark memandang Hayoung lekat. Alisnya agak


mengernyit samar. Pemuda tampan itu menyodorkan
telapak tangan, menyentuh kening Hayoung membuat
Hayoung terkejut. "Kamu nggak lagi sakit, kan? Suaranya
serek gitu."

Hayoung mengerjap. Ia melirik, menyadari orang-orang di


sekelilingnya diam-diam mencuri pandang. Bahkan
Hayoung bisa menangkap sosok Jungkook dan Yuta
sudah memerhatikannya dari jauh dengan pandangan
menyelidik.

Gadis itu segera meraih tangan Mark dan menurunkannya.


"Iya kayaknya, aku dari tadi emang agak nggak fokus,"
jawab gadis itu segera. "Aku ke kelas dulu ya. Sorry,"
pamitnya buru-buru membuat Mark tak bisa menahan.

"Loh Young mau kemana?" tahan Joy ketika melihat


Hayoung beranjak.

"Tidur." Hayoung hanya menjawab singkat, berlari kecil


pergi. Masih merasa diperhatikan orang-orang di
sekitarnya.
Termasuk dua orang di samping panggung yang sibuk
melakukan persiapan tampil.

"Siapa tuh Yi?" tanya Mino memerhatikan Hayoung yang


melangkah menjauh.

"Nggak tau." Hayi mengedikkan bahu, "cakep bener ya?"


katanya terpesona.

Walau berikutnya Hayi memekik, teringat sesuatu


membuat Mino terkejut.

"Astaga, itu tuh si Mark!" kata Hayi sudah heboh sendiri,


"lagi deket sama Hayoung!"

"Lah? Kemaren si Aming?" tanya Mino bingung, "ck,


pasti Hayoung lagi bingung nih. Apa gue balik aja ya ke
dia?"

Hayi mendelik, mengumpat kecil. "Hayoung udah jauh-


jauh dari lo jadi jangan digangguin lagi ya," kata gadis itu
mengancam, membuat Mino menoleh dan
memandangnya.

"Cie jealous," goda Mino mencolek lengan Hayi. Hayi


jadi melotot kesal. "Asik juga direbutin gini," kata Mino
sudah tersenyum-senyum gila.

Hayi tenganga kecil, mendongak memandang Mino


dengan tatapan tak percaya. Sampai kemudian gadis itu
mengatupkan bibir dan melengos panjang, lalu menoleh
ke belakang sambil beranjak.
"Eh ada yang liat Zelo nggak? Gue kangen," ucap Hayi
nyaring membuat Mino langsung mengumpat.

Mino gemas ingin mengulek kepala gadis mungil itu, tapi


kemudian kembali memandang ke arah Mark. Melihat
pemuda tampan itu sedang mengobrol bersama Yerin dan
Joy. Mino mengernyit, mengedarkan pandangan. Ia
mengangkat alis sama sekali tak menemukan sosok
Mingyu, sementara teman-teman cowok itu terlihat
menyebar di sana sini.

Mino menghela nafas panjang. Lalu merogoh hape dan


mengetikkan sesuatu.

Line!

Mino: hayoung, are u okay?

"Ck. Baunya para dugong mulai tercium," gumam


Mingyu merasakan langkah mendekat.

"Ming! Parah njir!" Jungkook langsung melompat ke sisi


Mingyu yang asik berbaring di tempat tidur UKS. "Ada si
bule!"
Mingyu mengernyit, "siapa? Somi?"

"Bukan goblok!" kata Yuta mendekat, menabok kepala


pemuda itu sampai Mingyu mengumpat. "Itu tuh, rival lo.
Cem-ceman Hayoung."

Mingyu tersentak, langsung mengubah posisi jadi duduk.


"Ngapain, anjir?" tanyanya langsung sewot.

"Usap-usap pala," kata Jungkook memanasi, "terus juga


deket deket bisik bisik manjahhh."

"Bego lu! Sono njir datangin!" kata Yuta juga


mengompori, "anak sekolah jadi liat Hayoung sama tu
bule. Dikira cowoknya Hayoung dari sekolah depan."

Mingyu mendecak. Terpancing, pemuda itu ingin


beranjak. Tapi gerakkannya terhenti. Mingyu diam lama.
Teringat percakapannya dengan Mr Simon kala itu.
Ketika Mingyu meminta penjelasan kenapa guru tampan
tersebut melarang-larangnya. Jawaban Mr Simon seakan
menampar Mingyu keras.

Mingyu melengos keras, kembali pada posisi semula.


Mendorong Jungkook yang awalnya ingin mengambil
posisi, membuat Jungkook mendelik.

"Lah, nyet?! Kok lo ciut?" tanya Yuta jadi gemas, "apaan


sih lo. Kayak cewek njing galaunya gini banget. Drama."

Mingyu mendecak, "lo nggak tau apa-apa nggak usah


bacot," katanya tajam.
"Ya gimana gue nggak gemes. Tu bule ke sekolah
datangin Hayoung. Kesannya lo kalah, anjir. Gue yang
malu!" kata Yuta kesal. "Mingyu yang katanya bisa
naklukin cewek satu sekolah, nyatanya dikalahin telak
bule sekolah depan. Cuih."

Mingyu melengos keras, meraih bantal dan menutupi


wajahnya. Membuat Jungkook dan Yuta jadi saling
pandang dengan bingung.

Jungkook menghela nafas panjang, turun dari tempat


tidur. "Dah, Yut. Balik lagi aja. Kesian tadi si Eunbi gue
tinggalin pasti dia kangen," katanya dengan tenang
membalikkan tubuh dan berjalan menjauh.

Yuta mendecak, masih tak puas. Ia hanya memukul bantal


yang menutupi kepala Mingyu, kemudian mendecih dan
segera mengekori Jungkook.

Mingyu mendengus. Ia mencoba memejamkan mata.


Bertingkah tak peduli dan menenangkan diri.

Tapi sepuluh detik kemudian pemuda itu jadi mengubah


posisi duduk dan merogoh hape. Dengan rahang mengeras
ia mengetikkan sesuatu.

Mingyu: na, hayoungnya disuruh di kelas aja.

Mingyu: paksa dia kalau perlu


Mingyu: jauhin dia dari bule sialan.

Mingyu: kalau dia keluar kelas lo ikut biar dia gak


deket2 sama si anak sekolah depan itu

Mingyu: kalau ada apa2 kasih tau gue.

Mingyu: oh, ya. Bilangin buat jangan lupa makan.

Mingyu: eunha, jgn kasih tau gue chat gini


Hayoung mengacak rambut sebahunya. Gadis itu
mendecak, duduk di pojok kelas sendiri. Ia merutuki
dirinya kenapa harus sefrustasi ini.

Awal mantra: Yaudah sih kalau tu cowok emang ngejauh


emang apa efeknya buat Hayoung? Emang Hayoung
peduli? Kan selama ini dia yang ngegas jadi kalau dia
yang tiba-tiba lepasin gas itu ya dia yang jatoh. Kenapa
jadi Hayoung yang harus galau?

Lalu berubah jadi: Tapi kan Hayoung kemaren udah


bilang sama dia kalau sekarang Hayoung mulai peduli tu
cowok nggak peka apa bego sih? Apa jangan-jangan dia
beneran budek?

Kemudian jadi: Cih. Pasti dia udah ketemu incaran baru.


HAHAHA CUIH DASAR BUAYA DEKIL. BODO
AMAT DAH LO MAU NGAPAIN.

Dan kembali berubah: YATUHAN HAYOUNG


KANGEN INI SUDAH HAMPIR SEMINGGU TU
COWOK NGEJAUH...

“Young?”

“APA?!”

Eunwoo yang sudah takut-takut mendekat langsung


melompat mundur dan segera mengatupkan bibir menciut
kecil. Eunwoo berdehem, memang melihat Hayoung
sedang muram sejak pagi.

“A-anu... lo bawa tugas Bu Dwi nggak? Hari ini dikumpul


terakhir,” kata Eunwoo hati-hati.

Hayoung melengos, “di tas gue,” jawabnya malas.

“Terus gue yang ambil?” tanya Eunwoo dengan mata


membulat.

“Ck, ambil aja kenapa sih Woo. Cari yang tulisannya


Biologi. Berisik banget sih lo,” omel Hayoung sewot
membuat Eunwoo kembali mengatupkan bibir.

“Tapi Young, masa gue buka-buka tas cewe—“

“ENA BUKU ERLANGGA LO NIH BERISIK BANGET


KANDANGIN NAPA SIH?!”

Eunha yang sibuk merunduk pada hape terkejut setengah


mati dan menoleh. Bertepatan ketika Eunwoo melotot
kaget dan menggerakkan kepala padanya. Membuat
keduanya berpandangan sesaat dan sama-sama tersentak
satu sama lain.

“A-apa sih Young?” kata Eunwoo menoleh pada Hayoung


kembali, “gue nggak ngapa-ngapain,” katanya membela
diri.

“Woo, jauh-jauh dah tu macan lagi galau!” celetuk


Jaewon mengompori membuat Hayoung melotot
mengancam.
“Young jangan di pojokan gitu lah entar lo ditemenin
yang nggak keliatan loh,” imbuh Jinhyeong menakuti.

“Siapa sih, Young? Ikan kikil? Kan dah gue suruh


pawangin aja,” teriak Bobby dari meja guru.

“Kalau rindu mah datangin Young. Nih, alibi aja pake


brownies gue ke kelasnya. Si Yerin tadi pesen,” kata
Hanbin memberi saran.

Hayoung melengos keras, malas menyahuti semuanya.


Gadis itu jadi menutup wajah dengan kedua telapak
tangan. Ia merunduk, lalu memekik tertahan
mengeluarkan suara rengekan aneh membuat Eunwoo
yang di dekatnya menatapnya horror.

“WAH SI ENU BIKIN ANAK ORANG NANGIS


LAGE!” teriak Jaewon menunjuk membuat Eunwoo
menoleh dan langsung mengumpat.

“HOBI LO YA WOO?” tambah Yunhyeong menambahi.


Walau berikutnya merintih saat Hanna memukulnya
dengan buku.

“Young lo kenapa sih?” tanya Hanna memilih mendekat.

“Banyakan gaul sama Jisoo tuh jadi random nggak jelas,”


celetuk Bobby membuat Jisoo yang mendekat pada
Hayoung jadi ingin melemparkan sepatunya pada pemuda
itu.

Eunha memandangi Hayoung yang masih merengek-


rengek tak jelas. Gadis mungil itu menghela nafas
panjang. Jadi bingung sendiri harus bagaimana.
“Woi Samdi datang!” bisik Jaewon heboh, padahal baru
berniat ingin keluar kelas.

Hayoung segera mendongak, langsung segera merapikan


diri dan beranjak bersama Hanna dan Jisoo berlari kecil
ke meja depan lalu duduk manis di sana.

Eunwoo sendiri, yang kursinya kini diduduki Jisoo, jadi


merapatkan bibir. “Ini tugas Bu Dwi jadi gimana?”
gumam pemuda itu bingung sendiri.

“Kok duduk? Kalian sudah siap?” tanya Mr Simon


bingung saat baru masuk, memandangi Jisoo, Rosie,
Jennie, juga Lisa yang duduk manis di meja membuat
mereka tersentak.

“Oh, ya, Sir. Kebiasaan mau mulai kelas belajar,” celetuk


Jisoo menepuk jidatnya sendiri, meringis kecil membuat
Mr Simon terkekeh geli.

“Sok cantik,” bisik Bobby sinis. Jisoo hanya mendelik


tajam dan mencibir tak peduli.

Kelas kembali berbaur. Mr Simon ke meja depan, kini


bicara pada Taeyong dan Jinhwan tentang penampilan
mereka sore nanti di acara puncak. Sementara Eunwoo
melangkah menghampiri Hayoung.

“Young, cepetan. Tinggal lo doang yang belum, gue mau


ke kantor,” tagih Eunwoo membuat Hayoung menoleh
malas.

Hayoung mendengus. Ia berdiri dan beranjak menuju


mejanya. Gadis itu meraih buku, lalu memberikannya
pada Eunwoo. Setelah itu menoleh kanan kiri, mencari
kerjaan. Dan berikutnya memilih menuju meja guru
mendekat pada Jinhwan dan Taeyong.

“Young, tulisin absen nih.” Baru juga datang, Taeyong


sudah meraih buku yang dibawa Mr Simon dan dijulurkan
pada Hayoung.

Hayoung langsung merekah. Gadis itu menerimanya dan


segera menarik kursi mendekat. Kini duduk membentuk
sudut dari Mr Simon. Membuat Jisoo, Miyeon, juga
Hanna yang mengetahui itu mengumpatinya sudah
berhasil mengambil kesempatan emas.

“Cie Hayoung langsung seger lo?” celetuk Yunhyeong


yang berada di dekatnya membuat Hayoung ingin
mengumpat tapi mencoba menahan diri.

Mr Simon mengernyit, “Hayoung sakit?”

“Hatinya, Sir!” jawab Hanbin nyaring.

“Apasih lo, loyang brown,” sahut Hayoung galak.

“Kemaren udah ganti jadi kuas mentega, Young. Ya kan


Lis?” kata Jaewon membuat Lisa yang sedang berdiskusi
dengan Rosie jadi menoleh, belagak tak tahu menahu.

“Cinta itu buta dan tuuuuliiii,” Hanbin mulai bernyanyi.

“TAK MELIHAT TAK MENDENGAR...” Rosie


langsung menegak dan menyahuti.
Dan berikutnya Bobby ikut bernyanyi. Dengan suara
cempreng Hanbin yang dibuat sok falset dan suara merdu
Rosie jadi trio kolaborasi.

“NAMUN DATANGNYA DARI HAAAATIIII...


TIDAK BISA DIPUNGKIRI... ITU BENAR...
MEMANG BENAR....”

Mr Simon sudah terkekeh geli, memandangi para anak


muridnya yang makin ribut.

Hayoung mendengus, tak peduli dan merunduk menandai


absen satu persatu. Wajahnya agak merenggut. Teringat
lagi sudah dibuat galau cowok dekil itu.

“Na, videoin dong! Kirimin ke Mingyu!” kata Yunhyeong


nyaring.

Hayoung menggeram, mencoba tuli dan sabar.

“Isi hati Oh Hayoung!” kata Jinhyeong ikut serta.

“MAU BILANG CINTA TAPI TAKUT


SALAAAAHHHH...” Rosie memimpin suara.

“Halo kenapa? Mau bilang apa sih? Bilang aja, nggak


papa kok...” kata Bobby nyaring, mengikuti gaya bicara
model video klip lagu tersebut. Membuat kelas langsung
pecah dengan tawa ngakak.

Mr Simon ikut tertawa. Ia menoleh, memandang Hayoung


yang bergumam „sinting‟ sambil geleng-geleng kecil. Pria
muda itu diam sesaat, lalu mendesah pelan. “Hayoung,”
panggilnya membuat Hayoung tersentak dan menoleh.
“Ya, Sir?”

“Kamu sedih karna Mingyu?” tanya Mr Simon langsung


menembak telak.

Hayoung terkejut, terdiam dan membeku kaget.


Sementara teman-temanya sibuk menyoraki Taeyong
yang menghentikan aksi gila mereka dan menyuruh fokus
pada persiapan nanti sore.

Mr Simon jadi menipiskan bibir. “Saya nggak nyangka


dia nurutin saya.”

“Hm?” Hayoung mengernyit tak mengerti.

“Waktu itu saya bilang sama dia buat jauhin kamu,” kata
Mr Simon jujur membuat Hayoung membelalak kecil.

“Ha?Apa? Ngapain?” Hayoung tanpa sadar jadi


menaikkan nada, walau berikutnya mengatupkan bibir
tersadar. “Eh, sorry, Sir,” gumamnya menciut kecil.

Mr Simon yang tak kaget karena sudah biasa, jadi


tersenyum tipis. “Image Mingyu udah sangat jelek di
kalangan guru, bahkan juga sekolah ini. Jadi saya bilang
sama dia, saya nggak mau kalau kamu dekat dia kamu
jadi dipandang buruk,” kata Mr Simon membuat Hayoung
tertegun.

Mr Simon memandangi ekspresi gadis itu yang jelas tak


menduga tapi juga kecewa. Membuat pria itu agak merasa
bersalah, “saya kemarin cukup emosi ngeliat Mingyu
sebandel itu sampai babak belur tawuran. Saya nggak mau
kamu kenapa-kenapa nantinya,” katanya membuat
Hayoung makin terdiam.

“Sampai saya lupa, kalau kamu ini Oh Hayoung. Kamu


pasti bisa ngadepin dia, kan?”

Hayoung tertegun. Kelopak matanya menyayu. Gadis itu


diam lama, sampai kemudian mendesah panjang. Ia
meneguk ludah sesaat, “Mingyu nggak seburuk itu, Sir...”

Mendengar itu, Mr Simon tersenyum simpul. Ia


mengangguk, “sekarang saya tau kok. Dia nggak akan
jahatin kamu,” katanya membuat Hayoung terkejut.
“Buktinya, sekarang dia nurutin kata saya buat nggak
deketin kamu lagi. Ini karna dia mau jagain kamu dari
jauh.”

Hayoung merasa hatinya melemas. Dengan lidah kelu tak


mampu menyahut satu katapun.

“Itu berarti... Mingyu sebenarnya anak baik. Hanya aja


perlu cara tertentu agar dia nurut,” Mr Simon memandang
Hayoung, lalu tersenyum lembut. Membuat gadis itu
makin diam.

Hayoung berusaha mengendalikan diri dari


ketergunannya. Ia berdehem, “sir-“

“Kamu nggak mau ketemu dia sekarang?” tanya Mr


Simon membuat Hayoung tersentak.

Hayoung jadi menciut malu, “saya... baru mau bilang...


ijin keluar... kelas...”
Mr Simon mengangkat alis, tapi lalu tertawa kecil. Ia
mengangguk, “hm. Ini classmeeting. Kamu bebas kok,”
katanya membuat wajah Hayoung merekah.

“Makasih, Sir!” seru Hayoung semangat, langsung berdiri


dan berlari keluar kelas.

Mr Simon memandangi gadis itu, tersenyum samar dan


meraih buku absen yang ditinggalkan Hayoung. Sampai
sebuah suara mengganggunya membuat pria muda itu
menoleh.

“MISTER SI HANBIN NIH GANGGUIN MULU!”

“SIR SI LISA KATANYA MAU GANTUNG SAYA DI


TIANG BENDERA!”

“MISTER SI JISOO MAU NARI ULAR KATANYA!”

“DIEM NGGAK BOB!?”

Mr Simon menghela nafas.


Eunha: hayoung tadi keluar gak sempet gue tahan

Mingyu mengumpat. Cowok itu langsung beranjak turun


dari tempat tidur UKS. Ia mendecak, melepas hape pada
charger yang ada di samping tempat tidur dan pergi keluar
begitu saja. UKS memang sedang kosong karena Mbak
Indah sibuk, entah apa. Katanya 'ini kan classmeets,
paling nggak ada yang sakit'.

Mingyu membuka grupchatnya dan mengetik cepat.

Grup 'PENGISI HATIMU'

Mingyu: kalau ada yg ketemu hayoung apalagi ada bule,


kasih tau gue.

Jungkook: CUIH TADI BILANG BODOAMAT

Yuta: SOK KUAT EUY SI ARANG

Yugyeom: bule siapa? Somi?

Jungkook: kenapa somi mulu sih sat kalau bule2

Yuju: SAMUEL DONGS


Yuju: gantengku ><

Hoshi: miss jessi tuh bule tantenya casandra lee sama


cinta laura

Yuta: cie miss jessi mulu nih si abang ada skandal apa

Yugyeom: jadi jihyo kalah nih

Hoshi: bacot.

Jungkook: #MissDaraPunyaJungkook

Mingyu: FOKUS ANJENGS

Yuju: HE LO KUTU ANJING JANGAN KURANG AJAR

Eunha: kalau gak suka tuh datangin sendiri lah.

Eunha: apa sih lo jd kayak tempe mendoan basah.

Yuta: waduh mami eunha

Yuta: jd laper :(

Jungkook: ngapain fokus kalau di dekat abang ada


doyeon yg bikin gagal fokus ><

Yuju: yg mana lagi yatuhan aq lelah

Yuta: chaeyeon sama gue dong ><

Yugyeom: yes dahyun free


Yugyeom: lg di stand x-3 ya? ikut doms ><

Eunha: BODOAMAT AKU LELAH DENGAN SPESIES


LELAKI DI DUNIA

Hoshi: na, bilangin sama jihyo dong kalau gue setia gak
pernah menel menel walau di belakang dia

Yuta: hoshi katanya kemaren si jihyo jalan sama wonwoo


apa itu benar

Hoshi: hoshinya udah bunuh diri.

Mingyu: gak guna ya gue kesini

Yuju: hayoung barusan ke kelas, nyariin lo

Mingyu: ha?

Eunha: TUH KAN IH NAPA JADI TEMEN GUE YG


NGEGAS HE TEMPE KEDELAI MAJU GAK LO

Mingyu: sat si juyu bacot

Yuju: GUE BENERAN YA NYET

Yuju: GUE JUGA KAGET

Yuju: GUE BILANG LO KE UKS

Jungkook: hayoung ku apa itu benar kamu :(

Yuta: nggak lah nying, yuju mabok sims jadi ya gitu


Yuta: yekali si hayoung nyamper

Yuju: TANYA AJA SAMA TAEHYUNG

Hoshi: nagih utang kali ming

Eunha: ini hayoung, bukan jihyo.

Yugyeom: sampe disamper anjir ming lo berhasil


pancingannya

Yuta: AYO AYO MING TANGKAP MING

Jungkook: atau gue yg nangkap pancingan gue kan putus


mulu

Yuju: serah aq beneran lelah sama kalian,,,,

Mingyu yang awalnya berjalan cepat menyusuri koridor


jadi berhenti dan terdiam. Cowok itu merasa ragu.
Tersinggung juga terus-terusan dikatai 'tempe' sama
temen-temennya gini seakan Mingyu nyerah dan jadi
pengecut.

Ya emang dia nyerah sih.

Tapi Mingyu juga tak sepenuhnya benar-benar melepas


gadis itu. Mingyu tidak ingin Hayoung juga jadi
dipandang jelek karena dekat dengan brandalnya sekolah.
Biar bagaimanapun Mr Simon tak salah. Wali kelas itu
melindungi muridnya agar tak punya image buruk.

Mingyu mendecak, frustasi sendiri. Pemuda itu


mengumpati diri sendiri, kemudian memutuskan berbalik.
Dengan perasaan kacau ia kembali menuju UKS.

Hayoung membuka pintu UKS. Cewek itu tersentak


melihat ruangan kosong. Hayoung mengernyit, masuk ke
dalam. Ia memandangi tiap tempat tidur. Alisnya
terangkat melihat charger hape tertinggal di stopkontak
salah satu tempat tidur. Gadis itu melebarkan mata,
mendecak gemas dan berbalik keluar UKS.

Apaan sih tu cowok jadi kayak main kucing-kucingan


gini!? Padahal Hayoung sudah mencoba melawan gengsi
untuk menemuinya sampai ke kelas dan mencarinya
kesana kemari.

"Ck, bodoamat ah mending gue balik ke lapangan


dijajanin Kak Mark," gerutu Hayoung sebal melangkah di
koridor sepi itu. "Sok nurut Mr Simon, bilang aja emang
nyerah. Cih, lagaknya aja sok jagoan," omel gadis itu
kesal.

Hayoung bersungut, berbelok ke arah tangga. "Kalau


ketemu nggak bakal gue toleh. Emang dia pikir dia aja
yang bisa ngindar gue ju—"
Hayoung menarik nafas kaget, langsung berhenti di salah
satu anak tangga dengan tubuh menegak. Cowok itu baru
saja terlihat dari belokan tangga, juga terkejut dan
berhenti dengan mata melebar memandang Hayoung yang
beberapa anak tangga di depannya.

Bibir Hayoung terkatup. Gadis itu meneguk ludah, tiba-


tiba jadi tegang. Tapi ia berdehem, berusaha menguasai
diri. "Dari mana lo?" tanya gadis itu belagak dingin.

Mingyu mengangkat sebelah alis. Ia diam sejenak


sebelum menjawab. "Dari stand kelas sepuluh, datangin
Tzuyu. Kenapa?" jawabnya seakan menantang.

Raut wajah Hayoung jadi mengeras. Gadis itu menatap


Mingyu tajam, "ngapain?"

"Emang harus ada alasan kalau ketemu?" balas Mingyu


tenang.

Hayoung membulatkan mata. Jelas sekali tertegun


membuat Mingyu diam-diam meneguk ludah dan
berusaha mengendalikan garis wajahnya.

Hayoung menarik nafas, menghembuskan pelan mencoba


menenangkan diri. Gadis itu agak mengangkat dagu,
kemudian melangkah menuruni tangga dengan tenang.
Rahangnya menajam, berhenti di depan Mingyu dan
menatap pemuda itu lurus.

"Oh ya? Kok gue nggak liat ya?" tanya Hayoung dingin,
lalu melanjutkan. "Gue dari tadi di sana sama Kak Mark."
Mingyu mendecih, "yaudah sana balik. Ngapain nyariin
gue?" balasnya jadi terpancing, menaikkan intonasi
bicara.

"Ngapain lo kesini kalau lo asik sama degem lo?" balas


Hayoung tak mau kalah. Walau berikutnya matanya
meneduh, dengan helaan nafas pelan. "Sejak kapan stand
bazar ada di UKS?"

Mingyu tersentak. Pemuda itu mengernyitkan kening.

"Charger lo ketinggalan... bego." Hayoung menekankan


kata terakhir, membuat Mingyu membelalak kecil.

Hayoung mendecih kini, "kalau mau boong, yang pinteran


dikit. Maksud lo apa? Biar gue jealous? Lo ngarep kalau
gue bakal cemburu?" cerca Hayoung menyudutkan
membuat Mingyu mengumpat kecil, mati kutu. "Cih.
Jangan ngarep lo."

Mingyu mendengus keras. Cowok itu makin terpancing.


Ia jadi maju selangkah, menatap Hayoung tajam. "Terus?
Lo sendiri ngapain nyari gue kesana kemari? Kangen
banget?" balasnya tak mau kalah.

Hayoung tenganga kecil. Ia agak salah tingkah, tapi


berdehem sok mendonggakkan dagu sengak. "Apa?
Nyariin lo? Gue cuma mau ketemu Mbak Indah, tapi
nggak ada," katanya berbohong.

Mingyu malah tersenyum miring, sudah terambung


karena merasa menang. "Kalau mau boong, yang pinteran
dikit. Lo tadi nanya ke temen gue di kelas. Lo pikir dia
diem aja nggak langsung ngelapor ke gue?" tanyanya
sarkas, membuat Hayoung tersadar gadis jangkung di
depan kelas IPS 1 tadi adalah sahabat cowok ini.

Hayoung mengatupkan bibir. Pipinya merona. Gadis itu


mengerjap-ngerjap, jadi mengalihkan wajah.

Mingyu tak bisa menahan senyum. Melihat gadis ini malu


dan salah tingkah adalah salah satu hal paling
mendebarkan baginya. Ia selalu merasa terbang melihat si
macan ini jadi kucing yang menciut menggemaskan.

"Kenapa lo nyariin gue?" Tanpa sadar intonasi bicara


Mingyu berubah, jadi lebih rendah dan dalam.

Hayoung melirik, menggigit bibir sesaat. "Emang harus


ada alasan kalau mau ketemu?" sahutnya mengulang
kalimat cowok itu tadi dengan agak bergetar.

Mingyu tersenyum begitu saja. Cowok itu maju,


mengacak puncak kepala Hayoung gemas membuat
Hayoung agak menarik diri. "Lo tuh siapa sih? Bisa bikin
gue ngerasain banyak hal di satu waktu gini," kata cowok
itu tanpa sadar.

Hayoung melebarkan mata, refleks mendongak. Cewek


itu tertegun, membalas tatapan Mingyu yang agak
merunduk menatapnya.

Mingyu memandangi gadis itu. Matanya berbinar,


menikmati mata bening Hayoung yang agak melebar di
hadapannya. Cowok itu diam lama, dengan telapak tangan
kini di atas puncak kepala Hayoung memegangnya.
Jantungnya berdebar cepat, makin merasa gemas. Mingyu
mendecak kecil, sebelum kemudian telapak tangannya
turun ke belakang kepala Hayoung. Menarik gadis itu
lembut dan memajukan diri, langsung menempelkan bibir
ke bibir ranum gadis itu.

Hayoung yang tertarik pasrah, tersentak kaget bukan


main. Lehernya secara naluri agak terangkat, dengan mata
terpejam rapat. Gadis itu menyentuh pundak Mingyu.
Yang kemudian tangannya terkepal, merasa meledak-
ledak tak karuan.

Bukan hanya berdebar karena sentuhan pemuda ini. Tapi


juga tersadar kini mereka masih di area sekolah. Bahkan
berdiri di belokan tangga!

Hayoung perlahan tak bisa mengelak. Gadis itu kembali


terbuai, menikmati perlakuan lembut dan gentle Mingyu
yang selalu ia suka. Secara perlahan, ia mulai menikmati
perasaan mendebarkan ini.

Karena inilah SMA. Dimana 'melanggar peraturan' adalah


hal yang paling harus dicoba setiap siswa. Perasaan
mendebarkan yang cemas tapi juga senang tak karuan.
Perasaan ingin menantang dan kesenangan dalam
ketakutan. Asal tak ada kelanggaran hukum, putih abu-
abu memang tempatnya kenakalan itu berkobar. Hal yang
hanya akan dirasakan ketika di SMA.

Dan Hayoung tak tahu, Mingyu lah yang akan


menemaninya merasakan hal itu.
Mingyu menjauhkan diri, membuat Hayoung tersadar dan
membuka mata. Gadis itu membelalak, refleks mendorong
Mingyu menjauh dan menoleh kanan kiri dengan panik.
Membuat Mingyu malah tersenyum geli.

"Ini bangunan belakang, nggak ada yang lewat. Orang-


orang sibuk di lapangan," kata Mingyu tenang, membuat
Hayoung gemas ingin mencakar wajah tampan cowok itu.

Tapi Mingyu malah makin menjadi, "atau pindah UKS?


Di sana kosong karena Mbak Indah nggak a—ARGH
ANJENG!"

Hayoung langsung maju dengan kedua tangan meraih


rambut cowok itu setelah tadi menendangnya. Ia menarik-
nariknya bringas membuat Mingyu sudah meronta-ronta
minta dilepaskan. "EMANG HARUSNYA GUE NGGAK
USAH BELAIN LO DI DEPAN MISTER SIMON!!!"
amuk gadis itu dengan pipi memanas merah.

"IYA IYA INI SAKIT BENERAN! GUE BISA


BOTAK!" teriak Mingyu membendung amukan Hayoung,
langsung membuat gadis itu terlonjak dan otomatis
menurunkan tangannya.

Hayoung mendengus, masih merasa malu. "Lo tuh emang


nggak bisa dibaikin tau nggak," kata Hayoung sinis.

Mingyu yang masih mengusap-usap kepala yang terasa


berdenyut agak bersungut kecil, "tadi khilaf," katanya
beralasan.
Hayoung menggeram sebal, lalu melongok ke arah
belokan turunan tangga. Melihat koridor sepi tak ada
tanda kehidupan. Gadis itu menghela nafas, jadi merutuk
dan menutup wajah dengan kedua telapak tangan.

"Tapi harusnya tadi cowok yang namanya Mark itu


kebetulan lewat terus liat ya," celetuk Mingyu membuat
Hayoung jadi menurunkan tangan, langsung menatapnya
tajam. "Atau temen lo si Joy, seru tuh," katanya dengan
riang.

Hayoung mendengus, "lo mau botak samping atau


depan?" tanyanya dingin, memberi ancaman. Walau jadi
terpana ketika pemuda di depannya ini tertawa ringan.

"Makanya, jangan sok galak. Jadi pengen gue gangguin


terus," sahut Mingyu maju, menjulurkan tangan
merapikan poni Hayoung yang agak berantakan.

Hayoung mengerjap, merutuki dalam hati karena pemuda


ini bersikap seakan perlakuannya hanya tindakan biasa
tanpa arti.

"Tadi lo bilang apa? Belain gue di depan Mr Simon?"


tanya Mingyu tersenyum miring. "Ah, lo udah sayang
banget sama gue ya?" sambungnya tak bisa
menyembunyikan ekspresi dan nada bahagia.

Hayoung mendelik, lalu mendecak. "Emang bener ya,


harusnya gue jauhin lo," katanya sinis, kemudian berbalik
ingin pergi tapi lengannya ditarik Mingyu sampai gadis
itu kembali memutar tubuh menghadapnya.
"Lo tau kan nggak enaknya kangen? Jadi nggak usah sok
jauh," ucap pemuda itu dengan suara serak yang dalam,
membuat Hayoung menggigit ujung bibir.

Hayoung mendecih kecil, "bukannya lo yang ngindarin


gue?" tanyanya menyudutkan.

"Ah, oh ya," Mingyu mengerjap bodoh, "Wali kelas lo


serem," katanya menyeletuk.

"Itu namanya berkarisma," sahut Hayoung langsung


membela. Dan berikutnya gadis itu merekah tersadar
sesuatu. Yang tak lama jadi tersenyum malu membuat
Mingyu mengernyit.

"Baru sadar... Mister Simon..... ngelindungin gue dari


buaya...." kata gadis itu mencicit kecil. Mingyu tenganga
melihatnya. "Gue dinotice....." gumam Hayoung dengan
haru juga bangga dengan diri sendiri. Hayoung tertawa
kecil dengan riang, "harapan gue biar nama gue bisa
berubah jadi Hayoung Dominic mungkin bisa terwujud.
Lucu, hihi."

"Hm. Lucu," ucap Mingyu sarkas. "Nanti pernikahannya


segedung sama gue mau nggak? Gue mau ngelamar Mbak
Indah," celetuknya membuat garis wajah Hayoung
langsung berubah drastis.

Mingyu memandangi Hayoung yang mencibir dan agak


memanyunkan bibir. "Apa? Mau cium lagi?" tanya
pemuda itu santai. Hayoung hampir saja mengumpat
mendengarnya.

"Ayo ke atas," kata Mingyu meraih jemari gadis itu.


"Nggak!" tolak Hayoung mentah-mentah, "gue masih
waras ya nggak kayak lo," katanya sinis.

Mingyu jadi mencibir, walau kerlingan matanya tak main-


main. "Sebelum Mbak Indah balik, bentar doang,"
pintanya yang kemudian jadi mengatupkan bibir dan agak
mundur saat Hayoung melotot mengancam dan
mengacungkan tinju.

"Iye iye, galak amat," protes Mingyu agak bersungut.


"Temenin aja deh, mau ambil charger."

"Nggak," tolak Hayoung masih menggeleng tak mau.


"Manusia kayak lo liat kesempatan dikit langsung
nyosor," katanya galak.

Mingyu mendesis kesal. Walau sebenarnya membenarkan


hal itu. "Kalau gitu tunggu sini, awas lo pergi," katanya
mengancam, maju menyentuh ujung hidung Hayoung
dengan telunjuk dan menekannya lembut. "Jangan ketemu
sama si bule," katanya serius.

Hayoung mendelik kenapa hidungnya yang harus ditekan


cowok itu, "iya iya," katanya menepis pelan tangan
Mingyu. Gadis itu merunduk saat pemuda itu beranjak
dan mengusap rambutnya sesaat sebelum mulai menaiki
tangga.

Hayoung menghela nafas panjang, menenangkan diri dari


tadi menahan untuk tak berguling-guling di lantai. Gadis
itu memegangi pipi memerahnya dengan kedua telapak
tangan, kemudian melongok ke arah koridor di bawah.
Masih takut jikalau ada seseorang yang diam-diam sedari
tadi memerhatikan. Cewek itu mengembungkan kedua
pipi dan merogoh seragam. Namun terkejut baru sadar
bahwa ia meninggalkan hapenya.

Mampus. Hayoung harus segera balik ke kelas. Kalau


2A3 membutuhkannya bagaimana? Apalagi dia mengatur
banyak hal untuk keperluan bazaar kelas siang nanti.

Hayoung mendongak, mencoba mengintip ke lantai dua


tapi bayang Mingyu belum terlihat. Cewek itu mendesah,
kini melangkah ke ujung belokan tangga. Ia memegangi
pegangan tangga, bersiap turun. Hayoung kembali
melongok ke arah atas, mendesis sebal curiga kalau
Mingyu malah tiduran di UKS yang adem itu.

Hayoung menuruni tangga perlahan, sambil


memerhatikan kanan kiri. Seram juga bangunan di sisi
sekolah itu sepi begini. Lapangan voli di depannya juga
kosong. Sementara Hayoung bisa mendengar samar suara
musik dari lapangan olahraga.

"Kan gue bilang jangan pergi."

Hayoung terkejut saat baru sampai di lantai koridor,


menoleh kaget melihat Mingyu dengan wajah bertekuk
menuruni anak tangga. Gadis itu menipiskan bibir, "di
belokan serem, gelap gitu," katanya beralasan.

Mingyu mendecih, "macan kayak lo bisa takut juga?"


tanyanya menyindir membuat Hayoung menyipitkan mata
sebal.
"Gue harus ke kelas," kata Hayoung pamit, langsung
beranjak ingin pergi. Tapi ia terkejut Mingyu meraih
lengannya dan menariknya lagi. Saat tubuh jangkungnya
berputar menghadap Mingyu, Hayoung terkejut tangan
cowok itu menempelkan sesuatu di keningnya.

Hayoung melongo, mengerjap-ngerjap bisa melihat kertas


kuning sticky notes ditempelkan cowok itu. Tangannya
terangkat, melepas dari poninya dan dengan kening
berkerut membaca tulisan singkat dari Mingyu di sana.

"Itu id line sama no hape gue. Jangan diblock lagi.


Ngerti?" kata Mingyu membuat Hayoung tertegun.

Hayoung mengerjap-ngerjap, menatap sticky notes itu


dengan mata berbinar. Ia mengulum bibir, menahan untuk
tak tersenyum saat ini juga. Ia makin tertegun ketika
jemari Mingyu mengambil alih tangan kirinya dan
menggenggamnya.

"Mau ke kelas, kan? Ayo balik," kata Mingyu tenang,


menarik pelan Hayoung dan mulai melangkah di koridor
itu. Hayoung tertarik pasrah, dengan tangan kanan masih
memegangi kertas kuning tersebut.
"Si kikil menang nih kayaknya," celetuk Bobby ketika
Hayoung baru saja masuk ke dalam kelas, memain-
mainkan alis sambil tersenyum menggoda membuat
Hayoung mendengus.

"Lo ngomongin ikan mulu, adu cupang aja sana biar tau
siapa yang menang," kata Hayoung galak, dengan tak
peduli melenggang ke mejanya.

"ASEEEKKK Hayoung udah galak lagi udah nggak


galau," celetuk Yunhyeong di dekat mereka.

"Lah emang nggak liat? Tadi dianter bosgeng sekolah,"


kata Jihyo ikut nimbrung.

"Young, please jangan lupa tiket masuk kelas ini satu


kotak brownies gue sebagai peje. Jangan harap Mingyu
bisa ngapelin tanpa itu," kata Hanbin serius dan sungguh-
sungguh.

"Berisik deh ah," sahut Hayoung jutek, mendengus sebal


dan meraih jaket di dalam laci mejanya. Gadis itu
merogoh hape, dan menyalakan layar. Alisnya terangkat
banyak chat masuk datang. Entah dari Mark, Joy, Eunha,
dan......

Mino?

Hayoung mengernyit, membuka chat pemuda itu. Ia


membulatkan mata, kemudian mengerjap-ngerjap
bingung.
Hayoung: kenapa?

Mino: lama bgt balasnya

Hayoung: hape ketinggalan

Hayoung: gue gak lagi sakit kok

Mino: tadi gue liat di lapangan lo kayak gak mood

Mino: gak papa kan?

Hayoung diam-diam menghela nafas dan merapatkan


bibir.

Hayoung: nggak papa

Mino: samper sini ke panggung

Hayoung: males udah di kelas

Mino: bentar doang elah

Mino: gue kasih kue kacang mede, gratis

Hayoung: oke bentar doang


Hayoung merogoh kertas kuning yang tadi ia kantongi. Ia
menaruhnya ke dalam kotak pensil dan memasukkan ke
dalam tas. Gadis itu berganti jadi memasukkan hape ke
kantong.

"Gue keluar bentar, kalau ada apa-apa telpon atau cari ke


belakang panggung aja," pamit Hayoung pada Taeyong,
kemudian melangkah keluar kelas dengan tenang.

Gadis itu mencoba meyakinkan diri. Nggak, nggak.


Hayoung datang buat kacang mede kok, bukan karena
Mino. Lagian juga Hayoung bisa ambil kesempatan poto
bareng Mino sama Hayi, dan post di instagram nanti. Dia
datang bukan untuk yang lain.

Hayoung agak melirik tangga menuju koridor IPS di


lantai dua. Lalu berbelok ke arah berlawanan menuju
lapangan. Gadis itu menghela nafas.

Lagian tadi Mingyu ngelarangnya untuk ketemu Mark,


bukan Mino.
“Ck, minum dulu.”

“Bentar elah baikin rambut.”

“Minum dulu ini, keburu disuruh naik lagi.”

“Nggak, nggak, bentar.”

“Ck, batu banget sih.”

Mino melirik malas, melihat Zelo dan Hayi tak jauh di


sampingnya dari tadi sibuk bertengkar. Apalagi
berikutnya Zelo dengan sebal memukulkan pelan botol air
mineral di tangannya ke kepala Hayi membuat Hayi
mengaduh.

“Argh sakit,” rintih Hayi merengek kecil.

Membuat garis wajah Zelo langsung berubah, “eh, iya iya,


maaf maaf...” katanya jadi panik, mengusap-usap kepala
gadis itu.

Sialan.

Mino melengos, kemudian berdehem keras memaksa dua


orang itu sadar kini yang ada di belakang panggung bukan
cuma mereka berdua.
Tapi, duo sejoli yang sedang jatuh cinta itu pasti jadi buta
dan tuli dengan keadaan sekitar. Kini Hayi menurut
meneguk minum sementara Zelo memandanginya sambil
merapikan rambut Hayi dengan jari.

“Woi, kak!”

“Syukurlah malaikat akhirnya datang,” ceplos Mino lega


melihat Hayoung muncul dan mendekat.

Hayoung menoleh pada Hayi dan Zelo yang juga di sana.


“Yeu si bogel. Di kelas lagi sibuk dia malah asik
pacaran,” katanya menegur membuat Hayi dan Zelo
menoleh kompak.

“Abis ini masih ada satu perform, Young. Elah,” elak


Hayi membela diri, lalu manyun kecil. “Yang lain mana?
Sini dulu dah masa nggak nonton gue.”

“Kan Taeyong bilang chat aja kalau udah mau tampil.


Yang lain masih sibuk ngurus bazaar nanti sore sama
performnya anak-anak,” jawab Hayoung. Ia lalu menoleh
pada Mino, “ngenes amat hidup lo ada di di sini.”

Mino langsung memajukan bibir bawah dan mengangguk


sok imut.

“Young, jauh jauh gih. Entar rabies,” celetuk Hayi


membuat Mino menoleh malas.
“Young nggak bareng Mingyu?” tanya Zelo membuat
Hayoung terkejut dan membelalak kecil.

“Ha?” Hayoung bengong begitu saja, tiba-tiba jadi kikuk.

Mino mendecak kecil, “ngomong di sana aja,” katanya


meraih lengan Hayoung dan menarik gadis itu membuat
Hayoung berbalik pasrah agak terseret mengikuti Mino.

“Kenapa sih kak? Masih nggak rela liat Hayi sama


cowoknya?” tanya Hayoung menggoda.

Mino mendecih kecil, “gue malah heran si Jelo tabah aja


ngadepin si tahu bulat,” katanya kemudian berhenti agak
jauh di pinggir panggung.

Hayoung melepaskan pegangan cowok itu, kini


memandangnya. “Kenapa sih?” tanyanya membuat Mino
mendesah pelan.

“Elo tuh, tadi gue liat kayak uring-uringan gitu,” kata


Mino membuat alis Hayoung terangkat, “kayak sakit. Gue
jadi khawatir aja.”

Hayoung terdiam. Gadis itu tak bisa memungkiri ia


merona kecil. Tapi Hayoung berdehem pelan, “kenapa lo
jadi khawatir?” tanyanya membuat Mino yang gantian
tersentak.

Hayoung menghela nafas, memandang Mino dengan i


ntonasi mulai berubah. “Oh ya. Btw tunangan lo gimana?
Masih kan?” tanyanya segera membelokkan
pembicaraan. Bukan hanya untuk menyadarkan cowok
itu, tapi juga menampar diri sendiri bahwa me mang
cowok ini benar-benar sudah „selesai‟ dengannya.

Mino yang mengerti jadi tersenyum miring, “Young-“

“HAYOUNGGIIIEEEEE!!!!!!!!!”

Pekikan cempreng seseorang membuat keduanya


tersentak dan menoleh. Hayoung mendelik, melihat sosok
Joy sudah berlari datang dengan riang.

„He? Apaan nih si kutu jadi manis gini?‟ tanya Hayoung


membatin bingung melihat Joy tersenyum lebar.

“Eh, ada Kak Mino. Halo Kak Mino!” sapa Joy melambai
riang yang dijawa b senyum miring Mino. “Wah, lagi ada
apaan nih? Kayaknya seru banget obrolannya. Sampe
berdua gini apalagi tadi gandengan segala uhuy rame nih
entar askfm sama instagram,” kata Joy heboh
mengingatkan Mino pada sepupunya sendiri, Kim
Hanbin.

Hayoung mendelik, “mabok lo?”

Joy agak memberikan lirikan, membuat Hayoung


tenganga bingung. Joy berikutnya jadi menyeringai pada
Mino sambil menggaet lengan Hayoung.

“Kak Mino maaf ya aku ambil Hayoungnya karena


Hayoung tadi janji mau beliin aku sate disitu eh Kak
Mino bukannya mau tampil lagi ya? Siap-siap aja kak.
Nanti aku sama Hayoung bakal nonton paling depan kok.
Ya kan Young?”tanya Joy dan sebelum Hayoung
menjawab ia kembali melanjutkan, “ya udah ya Kak Mino
kita pergi dulu. Tatatititutu!!!”

“A-“

Tanpa memberi kesempatan Mino berucap, Joy langsung


menarik Hayoung pergi membuat Hayoung agak terseok.
Sepertinya nasib cewek jangkung itu memang diseret sana
sini.

“Apaan sih tatatititutu?” tanya Hayoung benar-benar tak


paham.

“Itu Upin Ipin,” jawab Joy asal, lalu melotot. “Elo tuh
ngapain sih ha?! Ngapain masih deket-deket Mino!?
Gimana mau move on!? Sadar dong, Young! Sadarrr!!!”
katanya sudah heboh. Ah, gadis ini memang heboh 24/7
sih.

“Ck,apa sih tadi dia janjiin kue mede. Ah, kan. Gue jadi
lupa tuh nagih kuenya,” sahut Hayoung mencuatkan bibir.

“Halah, lo mah cari alasan,” kata Joy membuat Hayoung


melotot kecil.

Walau Hayoung makin membelalak menyadari arah Joy


menariknya.

“Kak Mark yang liat lo duluan tadi. Makanya gue


langsung nyeret lo,” bisik Joy membuat Hayoung
tersentak.
Raut wajah Hayoung berubah ketika menghampiri Mark
yang sedari tadi menunggu dan memandanginya. Gadis
itu merapatkan bibir, agak kikuk.

“Eh, kak. Tadi Kak Brian mana? Kok ilang?” tanya Joy
menoleh kanan kiri.

“Di sana, bareng Yerin sama yang lain,” jawab Mark


kalem, menggerakkan dagu ke arah yang dimaksud.

Joy mengangguk-angguk, “oke aing kesana!” katanya


ceria, langsung melepaskan tangan pada lengan Hayoung
dan ngeloyor pergi begitu saja.

Hayoung mengumpat dalam hati. Gadis itu meneguk


ludah, menoleh agak canggung. “Eung... ke sana aja yuk
kak,” katanya mencoba „pergi‟ dari situasi ini.

Mark tak menjawab. Cowok itu memasukkan kedua


tangan di saku celana jeans panjangnya dan memandangi
Hayoung lekat.

Hayoung mengerjap-ngerjap, agak menggerakkan bola


mata menghindari tatapan Mark. “Kenapa?” tanya gadis
itu mencoba tenang.

Mark menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya.


Pemuda itu maju selangkah lebih dekat ke depan
Hayoung membuat Hayoung membulatkan mata. Apalagi
berikutnya tangannya maju mengambil pergelangan
tangan Hayoung sambil merogoh sesuatu di saku
kanannya.
Hayoung tersentak. Gadis itu terkejut, memandangi Mark
yang memakaikannya gelang tali ikat berwarna merah.

“Banyak banget cowok yang deket sama kamu,” kata


Mark serak, sambil merunduk mengikatkan gelang yang
ia beli di salah satu stand bazaar tadi.

Hayoung menggigit bibir. Bingung harus bereaksi apa.


Bahkan bingung untuk merasakan apa.

Mark diam sejenak, lalu memegang tangan Hayoung dan


mendongak. Menatap gadis itu tepat.

“Kita pacaran aja. Biar nggak ada yang ganggu kamu


lagi.”

Gadis itu hampir pingsan di tempat.

“WOOOOOOOO”

“PIWITTTTT PIWIIITTT”

“FIGHTING DEK SOMIIII!!”


Suara riuh para cowok-cowok yang notaben kakak kelas
itu beriuh heboh ketika pasukan cheers Epik High School
berlarian ke area depan panggung. Dan yang paling depan
adalah Jungkook,Yuta, Yugyeom, Bambam, bersama
Mingyu. Mereka sudah gila dan tak tau malu menyoraki
para gadis-gadis cantik berok mini tersebut menari dan
mulai bersorak cantik.

“SOMI JANGAN SENYUM HATI GUE LEMAH!”


teriak Bambam memegangi dadanya, disambut teriakkan
Jungkook mendukung.

“DOYEON LIAT SINI JANGAN DI SANA DI SANA


BUAYA SEMUA!” kata Yugyeom langsung ditabok
Yuta.

“Berisik lo, sampah,” kata Yuta sinis.

“Elo juga, goblok!” kata Mingyu ganti menabok Yuta.


Walau garis wajah Mingyu berubah dan merekah, “waduh
Chengxiao, njir!”

“CUNGHA CUNGHA CICICUWIT!” teriak Jungkook


menggoda saat Cungha dan Chengxiao menari di center.

Di seberang sana, dari arah agak berlawanan juga tak


kalah hebohnya.

“MBAK KRYS MBAK KRYS TATAPANNYA ADUH


BIKIN LUMER!” teriak Bobby heboh.
“DEK TZUYU HATI-HATI JANGAN JUMPALITAN
GITU ENTAR KEPLESET!” kata Hanbin nyaring,
disambut tawa Yunhyeong dan Jinhyeong.

“JENNIE SAYANG JANGAN KEBANYAKAN


SENYUM KE SANA!” teriak Jaewon di tengah riuhnya
suara para cowok.

Para gadis itu bersorak dan membentuk formasi. Mereka


berteriak kompak menyanyikan sorakan mereka. Dan para
pemuda sibuk membalas seakan sedang menonton konser
melakukan fanchant.

Somi naik ke atas piramida yang disusun. Ia berdiri tegak


di atas puncak. Lalu tersenyum dan mengedipkan sebelah
mata cantik. Langsung disambut sorakkan tak karuan para
cowok. Hanbin dan Jinhyeong bahkan kompak merapat
dan bergaya seperti meleleh.

“Hati gue lemah,” kata Bobby sudah terpesona.

Mingyu, Yugyeom, Jungkook, Bambam, dan Yuta


tertawa gila juga terpesona senang. Begitupula para
cowok-cowok lain.

Mingyu yang sibuk menyoraki senang Chengxiao yang


melakukan salto agak merasa hape di saku kemejanya
bergetar. Cowok itu mendecak, mencoba tak peduli.

Tapi getarnya di dada.

Bikin geli.
Mingyu merapatkan bibir, merogoh hape dan dengan tak
peduli memasukkan ke kantong celana Yuta di
sampingnya. Cowok itu kembali menoleh pada tim cheers
dan bersorak heboh.

Yuta sendiri sudah tak sadar. Malah tertawa-tawa seperti


seorang fans cewek bersama Yugyeom.

Jauh dari sana, Eunha yang berdiri di belakang barisan


cowok-cowok 2A3 melengos keras. Ia mendecak melihat
Mingyu sudah hilang akal dan seakan mabuk. Gadis
mungil itu melengos.

“Tu orang nggak tau kalau lagi ada badai...” gumam


Eunha menyipitkan mata ke arah Mingyu.

Eunha menoleh, kembali memandang ke sudut lapangan


lain. Melihat gadis jangkung teman sekelasnya itu
berhadapan dengan seorang pemuda tampan yang
memegangi tangannya.

Eunha mendecak, dengan gemas mencoba menghubungi


Mingyu. Tapi percuma saja. Mingyunya sudah asyik
memandangi Chengxiao.

Eunha menghela nafas. Yaudahlah, Gyu. Jangan nyesel


nantinya. Emang pantes sih lo dicampakin.
“Kok perasaan gue nggak enak ya?”

Celetuk Mingyu tiba-tiba, membuat Yugyeom yang


berjalan di sampingnya menoleh.

“Elo udah dapat paha Chengxiao sama Somi apanya yang


nggak enak, sat?” tanya Yugyeom kesal sendiri, karena
tadi Mingyu paling depan menutupinya beberapa kali.

“Astaghfirullah,” seru Mingyu memegangi dada,


memeragakan gaya Doyoung si teman kelasnya yang
sering bertingkah sok alim itu.

Yugyeom mendecih, berjalan tenang pergi untuk bersiap


pulang. Pensi baru saja selesai sementara setelah ditutup
penampilan Hayi dan Mino tadi. Kini istirahat sampai jam
dua siang, saatnya bazaar kelas sebelas dan umum. Yang
kemudian disusul pensi utama di sore hari.

“Astaga bego!” kata Mingyu menepuk kening sendiri,


“hape gue di celana Yuta, njir! Gue lupa!”

Yugyeom ikut mengumpati. Dan makin merutuk saat


Mingyu langsung berbalik berlari mencari Yuta.
Yugyeom jadi mendecih. “Si bego. Kan dia bisa pake
hape gue buat nanya Yuta dimana,” gumamnya
memandang Mingyu yang sudah menjauh.
Mingyu melengos gemas, menoleh kanan kiri
dikerumunan orang-orang yang mulai pergi meninggalkan
lapangan. Cowok itu melongok berkali-kali. Ia jadi
berbelok ke arah kantin di sisi lapangan. Kali-kali saja ada
Yuta di sana.

Tapi yang ada malah ketemu si kutu loncat.

“ADUH!!!!” pekik Joy kesal, langsung mendorong


Mingyu karena cowok itu menubruknya.

Mingyu segera menjauhkan diri, jadi merapatkan bibir.


“Sorry, nggak keliatan,” katanya sinis membuat Joy
mendelik.

“Adanya lo yang nggak bakal keliatan, manusia gelap,”


kata Joy mengumpati, membuat Mingyu melotot geram.

“Wah... si kutu nantang,” kata Mingyu mendecih sinis,


lalu maju dengan wajah sengak.

Joy jadi melipat kedua tangan di depan dada dan melotot


dengan dagu agak mendongak, “Apa? Apa? Lo pikir gue
takut sama bosgengnya sekolah? Cuih,” katanya
mendecih membuat Mingyu mengumpat.

“Ck, kalau bukan temennya Hayoung,” geram Mingyu


gemas ingin melahap gadis bongsor itu.

Joy malah tersenyum miring dengan licik, “emang kenapa


sama Hayoung? Nggak usah belagak seakan lo pacarnya
Hayoung deh,” katanya sinis.
“Dia mau gue kawinin lulus sekolah. Kenapa?” sahut
Mingyu menantang.

“Cuih,” Joy kembali mendecih, “Hayoungkan dah punya


pacar.”

“Ha?”

“Pacarnya Hayoung tuh baik hatik, gentle, ramah, kalem,


nggak neko-neko,” kata Joy dengan gaya berlebihan. “Ya
pantes lah Hayoungnya lebih milih dia daripada lo.”

Mingyu tak lagi sabar. Pemuda itu mengumpat kasar


membuat Joy mendelik. “Maksud lo apa?”

“S-santai dong...” kata Joy agak takut kali ini, mundur


sedikit.

“Pacar apa? Siapa?” tanya Mingyu kini jadi dingin dan


tajam.

Joy diam sejenak, lalu menghembuskan nafas panjang.


“Mark ngajak Hayoung pacaran.”

Mingyu melebarkan mata, terdiam begitu saja.

“Tadi dia bilang, dia bakal ngasih gelang merah ke


Hayoung,” kata Joy menjelaskan, “jadi, kalau lo liat ada
gelang merah di tangan Hayoung, itu berarti Hayoung
nerima Mark.”

“Nggak ada gelang merah,” kata Mingyu makin dingin.


“Kapan lo terakhir ketemu?” tanya Joy mengangkat
sebelah alis, “barusan kok kejadiannya.”

Mingyu melebarkan mata. Pemuda itu mendengus keras,


langsung berbalik dan berlari pergi membuat mata Joy
melebar.

“Eh? EHHHH MINGYUUUU!!!” tahan Joy tapi cowok


itu terlalu cepat. “Aduh, mampus. Mati gue,” Joy panik
sambil menepuk bibirnya sendiri, “aduh kalau Mingyu
nonjok Kak Mark gimana? Aduh mampus,” Joy makin
panik, gemetaran sendiri.

Joy segera merogoh hape, dengan cepat mengetikkan


pesan pada Hayoung.

Hayoung menghela nafas panjang. Gadis itu memandangi


pantulan diri di depan cermin toilet. Hayoung mengusap
wajahnya, menarik nafas dalam mencoba menenangkan
diri. Gadis itu menghembuskan pelan, kemudian
memantapkan diri keluar kamar mandi.

Hayoung menoleh kanan kiri. Ia menipiskan bibir,


berjalan santai dan berbelok. Langkah gadis itu langsung
berhenti begitu saja. Matanya melebar dengan bibir agak
terbuka.
Pemuda itu terlihat di ujung koridor. Ia menoleh kanan
kiri seperti mencari sesuatu. Sampai pandangannya jatuh
pada Hayoung, ia langsung mempercepat langkah
menghampiri Hayoung yang berusaha menyiapkan diri.

“Ck, lo tuh dari mana sih? Gue cariin,” kata Mingyu


langsung mengomel.

Hayoung mendesah pelan, “ini udah waktunya pulang.


Anak-anak nunggu gue di parkiran.”

Wajah Mingyu mengeruh, “gue udah bilang, kan? Nggak


usah ketemu si cowok bule itu. Lo ngapain lagi sih?!”

Mendengar itu Hayoung mendelik, merasa tersinggung


mendapat nada tinggi tersebut. “Gue juga nggak sengaja
ketemu. Elo bisa biasa aja nggak?” balas gadis itu
membuat Mingyu mengatupkan bibir.

Tapi mata Mingyu tanpa sengaja melirik. Garis wajahnya


langsung berubah dengan pundak melemas. Wajahnya
tertegun, menemukan gelang tali merah terikat di
pergelangan tangan Hayoung.

Hayoung menarik nafas, agak ragu. “Ada yang mau gue


omongin,” kata gadis itu serius. “Tadi Kak Mark-“

“Gelangnya bagus.”

Hayoung tersentak. Ucapannya terpotong begitu saja.


Gadis itu melebarkan mata, refleks merunduk mengangkat
tangannya. Ia menggigit bibir, agak merasa bersalah
mendongak kembali menatap Mingyu yang kini jadi
menatapnya dingin.

Hayoung menggigit ujung bibir, “Mingyu...” Gadis itu


jadi tak melanjutkan kalimatnya. Ia terdiam, merasa
lidahnya kelu mendapat tatapan tak terbaca dari Mingyu
yang lama.

Hayoung meneguk ludah, “gue bisa jelasin,” katanya


melirih.

“Tentang apa?” tanya Mingyu sedingin es, membuat


Hayoung terpaku. Mingyu diam sejenak, lalu mendengus
dan membuang muka. Pemuda itu mengepalkan tangan,
mencoba menahan gejolak emosinya.

Kelopak mata Hayoung menyendu. Teringat pesan


singkat Joy yang ia baca sekilas tadi. “...Kenapa lo
marah?” tanyanya agak bergetar.

“Menurut lo?” sahut Mingyu datar. Bahkan melirik tajam,


“lo nanya, kenapa gue marah?”

“Dengerin gue dulu-“

“Dengerin apa lagi sih, Young?” potong Mingyu agak


menaikkan intonasi bicara. Cowok itu menghela nafas
keras, mencoba menahan amarahnya menatap gadis ini
dengan rahang menegas. “Ya udahlah. Terserah lo,”
katanya seakan putus asa.
Mingyu langsung membalikkan tubuh, berjalan pergi
begitu saja. Cowok itu menarik nafas dalam,
menghembuskannya keras.

Sementara Hayoung menggigit bibir. Gadis itu


mengepalkan tangan. Hanya bisa diam menatap punggung
cowok itu dengan kecewa.

"Sekarang apa lagi?" tanya Jungkook lelah, memandang


Mingyu yang menendang-nendang bola basket ke anak
tangga berkali-kali. Untung saja bola itu tidak terlempar
keras.

"Nggak ikut gue? Bener?" tanya Junhoe mengulang,


masih berdiri menunggu.

"Nggak." Mingyu menjawab singkat, terus menendang-


nendang bola basket.

"Yaudah, Jun," celetuk Jungkook bediri, "gue aja yang


ngapelin Hayoung," katanya sengaja, berjalan
menghampiri Junhoe.

Junhoe tak peduli, masih memandang Mingyu yang


seakan tuli. Pemuda itu menghela nafas keras, "waktu
sama Rosie, gue juga berkali-kali salah paham kayak
gini," katanya tiba-tiba, membuat Jungkook ikut menoleh
dan berhenti. "Yang utama itu komunikasi. Jangan emosi
terus. Harus ada kesempatan salah satu ngedengerin
penjelasan," katanya dewasa.

"Waduh paan nih Pak Haji," sahut Jungkook membuat


Junhoe langsung menoleh geram ingin menaboknya tapi
Jungkook yang membaca itu segera melompat menjauh.

Junhoe melengos, kembali menoleh pada Mingyu yang


merunduk diam tak berkata. "Elo tuh diapain Hayoung
sih? Elo disenggol dikit langsung ambyar tau nggak.
Jealous dikit aja ngamuk, salah paham dikit baper. Elo
ikut Yuju sama Eunha aja pake rok, nggak usah sok
tawuran," katanya membuat kali ini Mingyu menoleh.

"Dengar Ming!!! Denger!!!" kata Jungkook mengompori.


"Kalau tempur ae, paling depan. Lah ditekel Hayoung
dikit aja jatoh. Cuih!"

Mingyu mendengus, membuang muka dengan rahang


mengeras. Sama sekali tak berusaha mengelak.

Melihat itu Junhoe menipiskan bibir, "yaudahlah. Kalau


mau nyusul, kesana aja. Gue bakal terus di stan 2A3
karena Rosie bakal tampil," katanya santai, kemudian
berbalik dan mulai melangkah.

"Jun ikuttttt!!! Mau apelin Bobby!" kata Jungkook segera


mengekori.

Mingyu hanya diam. Pemuda itu mendecak, merutuk


sendiri kenapa hatinya jadi selemah ini.
Hapenya bergetar, membuat cowok itu merogoh dan
membaca chat masuk dari Yuta.

Yuta: woi, sulli and her clique datang

"Tadi kayaknya dah baikan, kok sekarang galau lagi?"


celetuk Hanna membuat Hayoung di sampingnya
mengerjap dan menoleh dari melamun. "Napa lo? Lemes
amat."

Hayoung hanya menipiskan bibir, "nggak papa,"


jawabnya singkat, merunduk kini belagak merapikan letak
pouch 2A3 dari Jihyo dan olshopnya di meja mereka.

"Ck, Young. Lo tuh dari dulu kalau ditanya pasti nggak


papa mulu," kata Hanna mengomel, "sekali-kali jujur aja
kenapa sih? Gengsian ah lo."

Hayoung hanya tersenyum tipis, "apasih, Han," katanya


mengelak.

"Elo tuh emang cocok kakak adekan sama Taeyong sama


Hayi. Sama-sama nggak suka cerita kalau ada masalah,"
kata Hanna mendumel.
"Apaan sih itu ngomel-ngomel dari tadi?" Suara celetukan
Yunhyeong membuat Hanna mengatupkan bibir dan
menoleh.

"Nih, Yo. Hanna lagi PMS," celetuk Hayoung membuat


Hanna mendelik. "Kasih pizza lo gih."

Hanna melengos, "elo tuh ya. Pasti deh kalau dikasih tau
langsung alihin gitu," katanya membuat Hayoung hanya
meringis kecil. "Young, kalau lo-"

"Han mau pizza?"

"MAUUU!!!"

Tawa Hayoung langsung meledak, terkekeh geli melihat


Hanna segera menghampiri Yunhyeong dengan riang.
Hayoung jadi berbalik, kini memerhatikan stan bazaar
kelasnya. Eunha sibuk dengan kamera loncat sana sini
merekam kegiatan, Hanbin berteriak-teriak promosi
brownies sambil membawa nampan berdiri di depan meja,
Jinhwan dan Jihyo sibuk memimpin dan mengatur,
Miyeon di meja kasir ditemani Jinhyeong, Jaewon yang
membantu Jennie membungkus barang jualan, ataupun
Yunhyeong memotongkan pizza mini dan memisahkan
paprikanya pada Hanna yang menunggu.

Hayoung jadi menghela nafas. Baru kali ini ia merasa sepi


ada di antara 2A3. Seperti sebuah lagu...

"Di tengah keramaian aku merasa sepi... sendiri


memikirkan kamu....."
Hayoung mengerjap, terkejut setengah mati dan menoleh
melihat Rosie sudah bernyanyi dan menari-nari dari
belakang punggungnya kini menuju tempat Lisa yang
kebagian tugas dokumentasi seperti Eunha. Hanya saja
Lisa segera mengupload ke instagram kelas tentang
kegiatan mereka dan promo bazaar.

Hayoung terkejut, melihat sosok Junhoe mengekori Rosie.


Gadis itu berbalik, berharap setengah mati. Tapi garis
wajahnya berubah, justru menemukan senyum meringis
Jungkook.

"Halo Hayoung," sapa Jungkook ramah sambil melambai


tampan.

Hayoung melebarkan mata. Gadis itu diam sejenak, "...


berdua aja?" tanyanya membuat Jungkook tersentak.

"Nggak juga sih. Nih rame-rame. Tu ada Bobby, Jisoo,


Jaewon, terus nih belakang gue ada itu si Jinjin, Halla,
rame banget," jawab Jungkook menoleh kanan kiri.
Hayoung melengos, gatal ingin menjambak cowok ini tapi
ia sedang merasa tak mood.

Jungkook yang mengerti jadi meringis lebar, "ada sih


temen gue ketinggalan di lapangan basket. Lagi galau gitu
kalau nggak salah sih berantem lagi sama gebetannya,"
ucapnya membuat Hayoung tertegun. "Kasian dia. Belum
jadian, dah diselip aja. Di PHP-in doang. Ckckckck."

"Ck, berisik lo," sahut Hayoung mendelik galak, membuat


Jungkook jadi mengatupkan bibir dan menciut kecil.
"Makanya, bilangin temen lo. Makan tuh paha-paha anak
cheers!" katanya kesal.
Jungkook mengerjap-ngerjap, memasang wajah polos.
"Temen gue makannya paha ayam KFC kali, Young,"
katanya membela, "cowok mah mata jelalatan tapi hati
tetap tertuju pada satu perempuan."

"Cih," Hayoung langsung mendecih tak percaya. "Gue


sempet liat kok dia paling depan tadi."

"Itu loh, Young..." Bola mata Jungkook bergerak, berpikir


sejenak. "Kan... sebagai anak basket yang ramah dan
rendah hati kita harus support mereka. Kenapa? Karena
setiap tanding, anak cheers yang selalu nyorakin anak
basket. Nah, kalau anak cheers tampil kan harus gantian
anak basket yang dukung mereka. Jadi wajar kalau temen
gue tadi nyemangatin anak cheers," jelas Jungkook
panjang lebar.

Hayoung mendelik. Cewek itu mendengus keras dan agak


mencuatkan bibir. Ia diam sejenak, tapi kemudian
beranjak membuat Jungkook tersentak.

"Eh mau kemana?"

"Mau jambak temen lo, ngajarin dia cara nyemangatin itu


kayak apa," jawab Hayoung galak, terus berjalan pergi
membuat Jungkook malah jadi bersorak kecil.
“Gue butuh penjelasan ya Mingyu.” Gadis itu melipat
kedua tangan di depan dada, menatap Mingyu yang
dengan cuek merunduk bermain games di hapenya.

Kini mereka duduk di sisi kiri lapangan, bersebelahan


dengan area bazaar dan panggung pensi yang ramai.
Langit mulai gelap karena senja datang di musim
pengujan begini.

“Elo tuh kenapa sih? He gue sampe datang ke SMA lo


gini ya iyuh ternyata pengisi acaranya Mino ih sialan
mantan gue anjir,” gerutu cewek itu sudah panjang lebar.

Mingyu melengos, benar-benar sedang tak mood. Pemuda


itu mendecak pelan, “sama Yuta aja sana, Sul,” usirnya
malas.

Sulli memutar bola mata, menoleh pada Yuta yang sudah


berdiri di pinggir area lapangan dekat panggung bersama
teman-teman Sulli lainnya.

“Gyuuu,” Sulli memegang lengan Mingyu, mencoba


mengambil perhatian pemuda itu. “Ih Mingyu! Elo harus
tanggung jawab!”

Mingyu yang awalnya tenang langsung tersentak dan


membelalak. Ia menoleh kanan kiri, panik jika ada yang
mendengar.

“Si anjir. Mulut lo sampah bener,” umpat pemuda itu


kasar, sudah naik pitam.
Sulli malah mencibir, tak peduli. “Lo kenapa sih? Emang
bener lo punya cewek? Cuih, nggak mungkin,” kata Sulli
tak percaya. “Nggak asik lah punya pacar, nggak bisa
main lagi.”

“Astaga ni cewek mulutnya,” geram Mingyu gemas ingin


mencakar wajah cantik Sulli, “diem anjing. Nanti ada
yang salah paham gimana?”

“Apasih, Gyu. Sans aja kali,” sahut Sulli mengernyit,


bingung kenapa Mingyu selebay ini karena biasanya
cowok itu bertingkah masa bodoh seakan tak punya hati.

Mingyu menggeram, mencoba menahan emosi. “Lo mau


apa sih?”

“Balik lah!” jawab Sulli segera, “elo udah nggak pernah


main lagi. Dicariin malah ngilang. Karena ya, kalau lo
nggak ada ya Jungkook Yuta Bambam tuh juga nggak
ada. Apalagi Bobby, sekarang katanya dia tobat. Cih, sok
suci.”

“Mager, mau ulangan,” jawab Mingyu asal. “Teler mulu,


rusak otak lo.”

“Wiiiii,” seru Sulli dibuat-buat sok kagum membuat


Mingyu mendecih. “Calon masa depanku rajin juga
ternyata,” godanya sambil memain-mainkan jari di bawah
dagu Mingyu seakan sedang bermain dengan anak anjing.

“Udahlah, sana sama Yuta aja gangguin gue mulu,” kata


Mingyu mengelak, menepis pelan tangan putih gadis itu.
Sulli jadi mencuatkan bibir, kini mendesah lebih kalem.
“Jadi bener lo mau tobat?” tanyanya kini tak main-main.
“Hu, dasar anak SMA,” lanjutnya meremehkan.

“Bodo,” sahut Mingyu tak peduli, lalu melanjutkan.


“Sekarang, ada orang yang khawatirin gue kalau gue
dapat masalah. Ada yang bakal nangis kalau gue luka.
Jadi gue nggak boleh macam-macam lagi,” ucapnya
serius, langsung disambut sorakan Sulli seakan kagum.

Mingyu mendecih. Tapi berikutnya malah terdiam sendiri.


Teringat gadis itu kini sudah milik orang lain. Bagaimana
bisa Mingyu dengan percaya diri mengatakan hal itu?

Sulli menghela nafas, “yaudah sih kalau gitu. Tapi ya gue


sama yang lain ke sini tuh karena lo bener-bener ngilang,
kayak gue punya salah gitu. Terus ya, udah nggak ada
yang bayarin lagi,” kata Sulli merengek kecil, langsung
dapat decihan kesal Mingyu.

“Aduh lucu banget sih yang udah punya cewek,” goda


Sulli kembali memainkan jari di bawah dagu Mingyu,
“jadi setia gini wow wow wow!” katanya dengan nada
berlebihan.

Mingyu mendecak, ingin membalas. Tapi tatapannya


bergerak begitu saja. Pemuda itu tersentak, ketika
pandangannya bertemu pada gadis berambut pendek yang
berdiri di koridor. Baru tersadar, ada Yuju dan Yugyeom
yang nampak berusaha bicara dan membuat perhatiannya
teralih. Tapi gadis jangkung itu hanya diam, terus
menatap Mingyu dengan tatapan tak terbaca.
Di tempatnya, Yugyeom jadi tersadar Mingyu telah
menoleh, membuatnya jadi merutuk. “A-a... Young, anu-,
itu tetangga si Aming kayak kakak sendiri,” katanya
berbohong, berusaha berdiri di depan Hayoung
menghalangi pandangan gadis itu dari tadi.

Yuju menepuk kening sendiri, tapi kemudian menggeram


tak tahan dan menoleh ke arah anak tangga lapangan.
Matanya memicing melihat Mingyu menegak di
duduknya. “HE! SINI LO!” panggil Yuju melotot,
membuat Mingyu tersentak.

“Siapa?” tanya Sulli bingung, mengernyit pada Mingyu.

Mingyu mendecak, “sana lo pergi,” usirnya begitu saja


membuat Sulli mengumpat. Mingyu tak peduli, segera
beranjak dan berlari kecil menghampiri Yuju dan
Yugyeom yang melengos.

Hayoung berusaha menguasai ekspresi wajah. Gadis itu


agak mengalihkan wajah. Sebenarnya ia ingin pergi. Dari
tadi ia ingin pergi. Tapi entah kenapa tungkainya melemas
melihat pemuda tersebut sedekat itu dengan gadis cantik
yang memakai baju pendek shortpants tersebut.

“Hajar aja Young, gue juga capek punya temen kayak


gitu,” celetuk Yuju membuat Yugyeom mendelik tak
setuju.
“Temen belain lah bego,” sahut Yugyeom yang hanya
dapat cibiran Yuju. Yugyeom menoleh saat Mingyu
datang, membuatnya langsung menarik Yuju pergi dari
sana.

Mingyu memasukkan kedua tangan di saku celana jeans


panjangnya, berhenti tepat di hadapan gadis itu yang
menatapnya lurus. Mingyu meneguk ludah, mengeraskan
rahang berusaha bersikap dingin.

“Kenapa?”

Hayoung mengalihkan wajah begitu saja. Langsung


tertohok hanya satu kata tersebut.

“Mana cowok lo?”

Hayoung meneguk ludah. Gadis itu mengepalkan tangan,


berusaha menenangkan diri. Ia menarik nafas, kemudian
kembali menoleh dan menatap Mingyu. “Itu yang mau
gue omongin sama lo.”

Mingyu mengangkat alis, menatap gadis itu dingin.

Hayoung mencoba menguasai diri, mencoba tak bergetar


melanjutkan. “Gue mau minta bantuan elo untuk jadi
alasan nolak Kak Mark.”

Pemuda itu terkejut setengah mati. Tak bisa


menyembunyikan ekspresi kaget tak percayanya.
“Gue bilang sama Kak Mark kalau gue udah punya
pacar,” kata Hayoung berusaha mengendalikan intonasi
bicara. Ia meneguk ludah, “tapi sorry tadi gue lancang
udah bawa nama lo.”

Mingyu terperangah. Pemuda itu membisu begitu saja.

“Gue tadi berusaha jelasin, tapi lo nggak mau dengar.


Jadi... gue minta maaf kalau gue pikir lo bisa bantu gue,”
kata Hayoung berusaha tak bergetar.

Tenggorokan Mingyu jadi terasa kering, “... tapi Joy tadi-


“Gue tau,” potong Hayoung segera. “Gue tau Joy sengaja


bilang. Karena itu gue berusaha jelasin kalau gue nggak
mungkin ngelepas gelang ini di depan Kak Mark...”
katanya melirih, “elo nggak tau betapa bingungnya gue
saat berhadapan sendirian sama Kak Mark tadi. Gue
nggak bisa jahat sama dia. Tapi begonya, tetap aja gue
mertahanin...” Ucapan Hayoung terhenti. Gadis itu jadi
tak mau melanjutkan.

Mingyu entah kenapa ikut bergetar. Merasa melemas


begitu saja. Pemuda itu mencoba maju, tapi Hayoung
menepis pelan tangannya.

“Hayo-“

“Elo nggak capek apa?” potong Hayoung lagi, membuat


panggilan Mingyu menggantung di udara. Gadis itu
mendongak, menatap pemuda itu nanar. “Elo nggak capek
kita selalu kayak gini? Berantem. Salah paham. Kasar satu
sama lain...”
Hayoung berusaha mengendalikan intonasi bicaranya.
“Karena lo tau? Titik nyaman yang lo bilang lo cari itu...
nggak pernah ada.”

Mingyu tersentak. Pemuda itu tertegun. Kembali dibuat


membisu. Hiruk pikuk samar suasana pensi dan bazaar
seakan hilang. Pemuda itu berdiri kaku menatap Hayoung
dengan tatapan tak terbaca.

“Elo tuh harus sadar kalau lo nggak punya perasaan


apapun sama gue, kenapa lo terus maksa?” kata Hayoung
makin menyudutkan. “Bahkan saat Mr Simon ngelarang
lo, elo langsung nyerah gitu aja. Bukannya berubah dan
buktiin kalau elo tuh beda. Tapi lo sama sekali nggak
ngelakuin apapun kan Gyu? Terus apa artinya gue percaya
atau nggak sama lo?”

Hayoung mulai hilang kendali. Hidungnya memerah


dengan mata nanar dan intonasi makin bergetar emosi.

Gadis itu bersusaha mengendalikan nafasnya yang


terengah. Ia mendenguskan hidung sesaat, dan dengan
tegas menatap Mingyu.

“Gue sadar sekarang... You dont want my heart. You just


want attention, tau nggak.”

Kalimat itu seakan jadi ultimatum, membuat Mingyu


melebarkan mata menatap gadis itu seakan kecewa.

Hayoung mengepalkan kedua tangan. Dengan kelopak


mata yang sudah basah, gadis itu mencoba melanjutkan.

“Ini terakhir kali. Berhenti gangguin gue.”


Tanpa menunggu jawaban, gadis itu langsung berbalik.
Tak ingin lagi menatap wajah tampan itu. Ketika
tubuhnya membelakangi Mingyu, air matanya menetes.
Gadis itu berjalan cepat, menunduk meninggalkan
Mingyu yang seakan kalah telak tak berkutik.

Di tengah keramaian puncak festival sekolah, para murid


seakan melepas semuanya. Tawa riang mereka atas
kepenatan sekolah diluapkan hari itu. Semua terlihat
bahagia. Tapi, di antara semua ada satu kisah
menyedihkan yang terjadi.

Hari terakhir dimana Mingyu benar-benar menyelesaikan


perjuangannya.
Instagram Update:

Kxmingyu: si charlie puth kayaknya nulis lagu buat gua

6543likes 187comments

Yournakamotota: si goblok sedih gue patah hati jadi


makin bego

Juyuna_: apaan sih biasa dengerin susan copra juga

Eunha_j: aku yang sedih.

Rosseanepark: hai kak mau tanya daftar jadi


mingyuhaters dimana ya? tq

Kimyerim: kak mingyu kenapa kak


Yougi_yeom: halah tadi favplaylist zaskia gotik – bang
toyib kawin lagi sok update charlie

Imnobobby: @yougi_yeom aming ada lagunya gi? Bagi


dong : (

Junhoegoo: oh kasihan.

Kkk_hoshi: ilang satu tumbuh dua ribu om

Jellysyulli: ah jadi ngerasa bersalah : ( maaf pacarnya


mingyu anak-anak mingyu udah nanyain dia nih kan gue
yg pusing : (

Kookie_xj: minggat sana lo @jellysyulli

Kookie_xj: papah bilang apa nak? Dari awal papah udah


ingetin

Kxmingyu: mau deact aja sekalian deact life.


Instagram update

Ohhayoungie: wooaaa finally get home! Pensi hari ini


pecah!! Salut ketua panitia cie @imjaebum TAPI NGGAK
SEMPET POTO KARNA KAK JAEBUM SIBUK HUH
dan bazaar Dominic Crew ludes!! Wkwk dari brownies
sampai kaos kaki ada semua huhuhu mr simon pasti
bangga <3 but intinya thanks teman-teman idiotku #2A3

1987likes 142comments

isuhyun: iiiii cantiiiiikkkk ><

Imjaebum: elo juga ngilang tadi nyet


Bambamcoolkidz: gini aja cakep, kapan jelek sih young :
(

Kimhanbin: kak hayoung tag akun brownies nyokap gue


dong ^^

Jisoochichu: dont cry dont be shy kakak hayoung

J_hanna: DOMINIC CREW RISE!!!!!!!!!!!!

Minosong: kacang medenya ketinggalan nih dek wkwkwk

Jjungyerrrin: HAYOUNG KEMANA AJA SEH MAU


MARAH TADI GAK POTO

Ihayihi: mr simon bangga karna ciwi ciwi 2a3 strong


mengikuti hayi :')

jungjinhyeong: pensinya pecah untung bukan hatinya.


hatinya masih utuh kan kak hayoung?

rosseannepark: KATAKANLAH SEKARANG BAHWA


KAU TAK BAHAGIAAAAA AKU PUNYA RAGAMUUU
TAPI TIDAK HATIMUUU

lalisamanoban: gue tuh mau ikut komen tapi kenapa


komen terakhir rosie nyanyi gak nyambung goblo bikin
malu

Jungxjaewon: jangan lupa selimutnya dicuci abis buat


ngelap air mata

Yunhyeongyo: ini toh perbedaan sosmed cowok sama


cewek kalau abis putusan
Imnobobby: block aja young macam jinhyeong jaewon
yoyo tuh

Imnobobby: young ikut gue yuk nyari ikan kikil lainnya

Ohhayoungie: 'AKU HANYA INGIN PUNYA TEMAN


KELAS YANG NORMAL TUHAN APA ITU BEGITU
SULIT?!?!?!?!' -leehayi, 2017
“ABIS KAYANG DI GONDANGDIA! AMINGKU
SAYANG PATAH HATINYAAAAA!!!”

Sumpah, Mingyu sangat gatal ingin menekankan keras-


keras rokok di tangannya ini ke bibir sialan Bobby.

“Udah, udah, santuy ikut gue main sims aja lo bisa bikin
cewek sesuka hati lo,” celetuk Yuju ambil suara.

“Ming, gue ada nih cewek cakep imut lucu namanya Park
Bo Young,” kata Hoshi menyodorkan layar hape ke arah
Mingyu yang mendecak tak peduli.

“We dont talk anymore... we dont talk anymore... we dont


talk anymore like we used to do....” Jungkook malah asyik
bersenandung dengan earphone di kedua telinga.

“Kuk mending lo mingkem,” kata Eunha menarik satu tali


earphone membuat Jungkook tersentak.

“Gue salah apa yatuhan...” gumam Jungkook menciut


seperti anak kucing ditelantarkan majikan.

“Eh Ming, emang bener nih lo nggak ikut ke acaranya


Krystal?” tanya Yuta duduk di anak tangga atas Mingyu,
juga menyalakan sebatang.

“Nggak.” Mingyu menjawab singkat, memandang tak


fokus lapangan basket Jl. Adira di depannya. Di mana
Junhoe dan Rosie sudah asik berdua bermain basket di
sana.

“Napa lur? Yekali lo dendam beneran sama Sulli?” sahut


Bobby di samping Yuta. “Sakit hati lo dia jadi pho?”

Mendengar itu Mingyu mendecak, “nggak ada orang


ketiga. Kita berdua aja yang sama-sama bego,” katanya
datar, tapi disambut sorakan kompak dari Bobby dan
Jungkook yang berlebihan.

“Ck, padahal kane temen-temennya Krystal bening-


bening,” kata Yuta kecewa.

“Tobat lur... tobat...” kata Hoshi dengan gaya menggurui.


“Besok ulangan umum euy.”

“Hebat ya Krystal. Mau ulangan dia masih mimik-mimik


joget-joget,” kata Yuju entah menyindir atau justru benar-
benar kagum.

“Nggak kayak Yugyeom. Sekarang aja dah dikerangkeng


emaknya di rumah,” kata Jungkook menghela nafas,
“kangen Yogi,” sambungnya dengan nada dibuat imut.

“Huhuhuhu kangen dedek bayi Yogi,” sambung Yuju


menimpali.

“HUHUHUHUHUHUHU YUGYEOM...” rengek


Jungkook dan Yuju kompak.

“Tau ah. Sinting semua di sini,” kata Eunha sambil berdiri


meraih tas membuat yang lain tersentak.
“Kemana Na?” tanya Hoshi menahan.

“Toko buku situ. Mau belajar, entar bego lagi kayak


Bobby,” celetuk Eunha membuat Bobby yang sedang
bicara pada Yuta jadi mengumpat dan menoleh.

“Susah mah yang calonnya kakak olimpiade, otaknya


harus setara,” kata Bobby menyindir.

“Iya dong biar anak gue jadi bibit unggul,” balas Eunha
mengibaskan rambut pendeknya. Langsung disambut
sorakan ramai yang lain.

“ULANGI WOI MAU GUE REKAM!” kata Bobby


heboh, tapi Eunha hanya menjulurkan lidah dan mulai
beranjak pergi. Yang lain terus ramai menggoda gadis
mungil itu.

Tapi Mingyu tidak. Pemuda itu tetap diam melamun


dengan rokok di tangan. Hanya sekali ia hirup. Kini malah
menggantung diam di antara jari telunjuk dan jari
tengahnya. Terus terbakar begitu saja.

“Kalau lo nggak mau bantuin, gue nggak bakal biarin lo


deketin Eunha atau bahkan gue bisa jodohin Eunha sama
cowok lain di luar sekolah temen-temen kakak gue.”
Eunwoo mendesah. Menutup bukunya dan menoleh kali
ini, membuat Hayoung yang sedari tadi berusaha jadi
merekahkan wajah puas penuh kemenangan.

“Lo duduk di depan gue. Ini hari terakhir ya Eunwoo. So,


sebagai teman kelas yang baik hati-“

“Gue harus ngasih tau lo kalau belajar sebelum ulangan


lebih baik dari pada kerja sama pas ulangan,” potong
Eunwoo kalem.

Hayoung mengatupkan bibir. Gadis itu mendengus, “NA


COWOK LO NIH!” adunya menoleh pada Eunha yang
duduk di anak tangga membaca buku. “Udah lah Na
mending lo balik aja ke kapten basket!” katanya
mengompori.

“Apasih Young masih pagi,” sahut Eunha tak menoleh,


terus merunduk membaca buku.

“Tuh, contoh kayak gitu,” kata Eunwoo pelan membuat


Hayoung mendelik.

Hayoung mencibir, gadis itu jadi melangkah mendatangi


Eunha dan yang lain. “Na, kata Eunwoo lo idamannya,”
kata Hayoung nyaring membuat Eunwoo menoleh dan
mendelik. “Cih, bisanya sepik doang nembak juga
nggak.”

“Wah kok gue mendengar curhat terselubung?” celetuk


Yunhyeong yang langsung diberi pelototan oleh Hayoung.
Eunha yang tak tega akhirnya menghela nafas sambil
berdiri. “Ke perpus aja deh. Belajar di sana mumpung
masih banyak waktu,” ajak gadis itu membuat Hayoung
mau tak mau menurut dan mengangguk.

Hayoung menyampirkan tasnya, mengeluarkan kotak


kacamata lalu memakai kacamata bening bulat itu.
“Kemaren kakak gue beliin ini nih. Bagus nggak?”
tanyanya menghadap Eunha sambil berjalan menuju
perpustakaan.

“Cocok sih. Emang lo rabun?”

“Mayan. Min setengah sih,” jawab Hayoung santai,


memasuki perpustakaan yang lumayan ramai pagi itu.

Hayoung melangkah lebih dulu, menuju rak kelas sebelas.


Gadis itu dengan tenang berbelok, memasuki koridor rak.

Yang kemudian berhenti begitu saja.

Matanya melebar, kaget menemukan seorang pemuda


jangkung berdiri di depan rak dan merunduk membuka
buku.

“Waduh Mingyu?”
Pemuda itu tersentak. Menoleh mendengar panggilan
Eunha. Tapi yang ada pandangannya malah jatuh pada
gadis berkacamata itu.

Keduanya sama-sama tertegun satu sama lain. Bahkan


tanpa sadar jadi membeku saling tatap, sama-sama tak
mengalihkan pandangan.

“Ihiiii anak mamah beneran mau jadi pinterrrr,” celetuk


Eunha yang menggoda membuat keduanya tersentak dan
tersadar.

Hayoung refleks mengalihkan wajah, begitupula Mingyu


yang menguasai ekspresi dan memandang pada Eunha
yang kini mendekat.

“Gitu dong. Bukan niat aja,” kata Eunha sudah


tersenyum-senyum, entah kenapa merasa haru. Kadang
memang, jiwa keibuan Eunha tuh menyala-nyala jika
bersama gengnya dengan anak-anak IPS.

Mingyu mencibir, walau matanya melirik. Hayoung


mengambil asal buku di dekatnya, segera berbalik dan
pergi begitu saja. Membuat Eunha ikut tersadar.

“He, sini!” kata Eunha langsung menarik lengan Mingyu


sebelum pemuda itu memerotes.

“Na, jangan macem-macem,” ancam Mingyu melotot,


terseret pasrah Eunha yang mengekori Hayoung.

Hayoung memutar meja perpus, menarik kursi dan duduk.


Tapi tersentak ketika Eunha datang dan memaksa Mingyu
menarik kursi duduk di depan Hayoung. Sementara Eunha
menarik kursi dan duduk membentuk sudut di antara
keduanya di ujung meja berada di tengah-tengah.

Hayoung mengangkat alis sesaat, tapi kemudian


merunduk dan membuka buku dengan wajah tenang.
Mingyu sendiri mendesah, bersandar di kepala kursi dan
tak bisa menahan untuk tidak memandangi gadis itu yang
terhitung hampir sebulan tak bertegur sapa dengannya.

“Ehm,” Eunha berdehem, memecah hening di sana. Entah


kenapa dia jadi ikut canggung juga.

Mingyu mengerjap. Ia jadi membuka buku yang ia bawa.


Merunduk dengan tenang.

“Belajar Gyu?” celetuk Eunha membuat Mingyu melirik.

“Hn. Kenapa? Lo pikir gue nggak bisa baca?” balas


Mingyu dingin.

Eunha jadi mendelik. Tapi mencoba sabar, “tumben aja


sendirian. Yang lain mana?”

“Di kelas,” jawab Mingyu singkat, kembali merunduk.


“Ke perpus aja minta temenin. Nggak bakal ada yang
nyulik kali, Na. Ngapain lo bawa-bawa temen.”

Mendengar itu Hayoung mengerutkan alis. Tapi mencoba


tak peduli dan terus merunduk belagak membaca. Eunha
sendiri mengulum bibir, jadi bingung harus apa.
Mingyu berdehem pelan dan belagak masih membaca.
“Btw. Bilangin temen lo, kacamata nggak bikin dia
keliatan pinter. Jadi nggak usah beratin hidungnya
sendiri,” sindirnya pelan.

“Gyu-“

Hayoung berdehem, membuat ucapan Eunha terhenti.


“Bilangin Na sama temen lo. Walau dia ke perpus nggak
bakal bikin dia keliatan jadi murid baik,” balasnya sambil
membalik halaman belagak membaca.

Mingyu melirik, jadi tersentil. Kini mengangkat wajah


dan menoleh pada Eunha yang merapatkan bibir.
“Bilangin sama temen lo, gue ngelakuin ini untuk diri gue
sendiri. Bukan untuk buktiin ke siapapun,” katanya tegas
membuat Eunha yang jadi sasaran mengernyit tak paham.

Hayoung masih merunduk, melengos dengan sengaja.


“Bilangin temen lo ya Na, kurang-kurangin kepedeannya.
Memang dia pikir gue pengen tau gitu alasan dia apa,”
balasnya dingin.

“A- Young-“

“Kasih tau temen lo Na, kalau gue cuma nggak mau


dianggap cari per-ha-ti-an,” kata Mingyu membuat Eunha
menoleh dan melongo.

“Na, bilangin-“

“Sssssttt udah diem!” kata Eunha tegas, langsung


menghentikan ucapan Hayoung dan membuat Mingyu
juga tersentak. Untung saja keadaan perpus sedang agak
ramai hingga suara Eunha tak jadi pusat perhatian kini.

“Kalau kalian mau ngobrol, ya ngobrol. Tatap-tatapan.


Gue bukan hakim di sidang cerai!” amuk Eunha kesal,
kemudian beranjak.

“EHHH!!!” tahan Mingyu dan Hayoung kompak.


Membuat keduanya sama-sama terkejut dan saling toleh.
Tapi detik berikutnya sama-sama membuang muka satu
sama lain.

Eunha menghela nafas, memandangi keduanya. “Seleseiin


sendiri dah. Jangan kayak anak kecil,” kata gadis itu
segera meraih tas dan beranjak pergi dengan cepat.

Hayoung jadi mendecak, mengalihkan wajah dan diam.


Begitupula Mingyu yang jadi canggung dan duduk
menegak di kursinya.

Jadi hening.

Tanpa sadar sudah terdengar suara bel menyadarkan


keduanya.

Hayoung menghela nafas, meraih tasnya dan berkemas


ingin berdiri. Walau ia tersentak ketika Mingyu berdehem
nyaring, membuat perhatiannya tertoleh.
“Elo cantik pake kacamata.”

Gadis itu terperangah. Matanya melebar dan menegak


kaget.

Sementara Mingyu dengan tenang berdiri. Pemuda itu


menatap Hayoung sesaat, sebelum berbalik dan beranjak
pergi lebih dulu.

Hayoung mengulum bibir ke dalam, memandangi pemuda


itu dengan tatapan tak terbaca.

Muji doang, ngomong kangen nggak.


Hayoung duduk bersandar di sofa ruang radio sekolah.
Gadis itu termenung, mengacungkan selembar kecil kertas
kuning menatapinya dengan sendu. Ia menggigit bibir,
mengingat bagaimana perlakuan cowok itu padanya
selama ini.

Hayoung menghela nafas. Ck. Harusnya ia benar sudah


belajar dari kesalahan. Mino jelas memberi pelajaran.
Bahwa harusnya Hayoung berhenti membuka hati untuk
lelaki brandal seperti itu.

Jelas Mark berbeda. Mark yang paling beda. Pemuda itu


sama sekali tak neko-neko. Mark bisa menjaganya lebih
baik.

Tapi sialnya,Hayoung tau yang inginkan sekarang adalah


Mingyu. Betapa menyiksanya jika jauh dari cowok itu.
Mereka berkali-kali tak sengaja berpapasan, entah di
koridor atau Mixme, tapi keduanya selalu saling
menghindar pandangan satu sama lain. Hayoung selalu
melirik ke arah lapangan basket jika melewatinya, melihat
pemuda itu bermain di sana bersama teman-teman lain.
Hayoung selalu menoleh sesaat ke arah parkiran motor
sebelum menuju mobilnya jika pulang sekolah.

Gadis itu rindu. Rasanya linglung jika tak ada gangguan


dari cowok dekil sialan itu.
“Ck, gue diapain sih sampe kayak gini,” gerutu Hayoung
memukul pelan kepala sendiri.

“Paan?”

Celetukan gadis di depannya membuat Hayoung terlonjak


dan mengangkat wajah, tersadar sedang ada di ruang radio
bersama si penunggu ruangan. Baca: Park Joy.

“Paan tuh?” Joy menggerakkan dagu ke arah kertas


kuning yang dipegang Hayoung.

Hayoung langsung menurunkan tangan, meremas kertas


itu dalam genggaman. “Lotre,” jawab Hayoung asal.

Joy memajukan bibir bawah. Ia memandangi Hayoung


menyelidik, lalu kemudian menghela nafas. “Galau ya
lo?” tebaknya kini memutar kursi dan menghadap
Hayoung.

“Apaan?” balas Hayoung sok tenang.

Mendengar itu, Joy mendecih. “Udah sesayang itu kah lo


sama Kim Mingyu?” tanyanya dengan nada
menghakimi. “Berapa kali lo uring-uringan gara-gara dia
doang.”

“Ck, apasih lo sok tau,” elak Hayoung memasukkan


kertas kuning ke tas make up kecilnya. Tadi memang
datang ke ruangan ini untuk memakai bedak dan lipbalm
karena sudah sore wajah gadis itu sudah lusuh.
Joy menghela nafas kembali. “Kasian juga gue,”
celetuknya prihatin, “oke. Gue bakal ngasih tau hal yang
baik-baik dari Mingyu yang gue tau,” katanya membuat
Hayoung melirik dari pantulan cermin.

“Kayaknya gue pernah bilang nggak sih? Di antara anak


IPS 1, Cuma Mingyu yang beda,” kata Joy memulai. “Dia
nggak pernah keliatan punya pacar.”

“Hm?” Hayoung menegak, langsung mengangkat wajah


seutuhnya. Joy kembali melanjutkan.

“Walau Mingyu mungkin sama buayanya, tukang modus


sana sini, tapi Mingyu nggak pernah serius sama satu
cewek,” kata Joy menjelaskan. “Beberapa kali, gue jadi
ingat Hanbin dulu. Walau sepik sana sini, modus sana
sini, nggak pernah dia macarin cewek khusus. Apalagi
memperlakukannya spesial dan beda gitu.”

Joy menipiskan bibir sejenak, “tapi... sekarang semua


beda. Jelas banget beda,” katanya membuat Hayoung
menaikkan alis, “secara terang-terangan, Mingyu deketin
lo. Bahkan sengaja ngebiarin kalian jadi attention satu
sekolah. Dan dia yang biasa dicap si cassanova, ternyata
malah rela ngejar-ngejar lo di depan umum.”

Hayoung melebarkan mata. Gadis itu tertegun. Juga baru


menyadari hal tersebut.

“Young, gue tuh selalu di pihak lo,” celetuk Joy membuat


Hayoung mengerjap dan menoleh. “Waktu lo deket sama
Mino, gue jadi pendukung nomer satu. Waktu lo sama
Mark, gue juga paling gencar jodohin kalian. Karena gue
tau lo suka,” ucap Joy tulus. “Dan sekarang... kalau lo
emang sukanya sama Mingyu, ya gue juga dukung.”

Hayoung menghela nafas panjang. Ia menipiskan bibir


sejenak, “udahlah. Udah telat,” katanya lirih, “ini yang dia
mau. Tetap free biar ceweknya bisa dimana-mana terus.”

Joy mendecih kecil, “apaan sih. He, elo tuh Oh Hayoung.


Sejak kapan lo selembek ini?” tanyanya membuat
Hayoung tertegun. “Ck, yaudahlah terserah lo. Tapi kalau
lo butuh sesuatu, gue siap paling depan. Kalau perlu gue
yang jadi kompor buat si Aming.”

Hayoung melirik, jadi terkekeh geli. “Temen gue yang


otaknya paling pendek kayaknya elo,” celetuknya
membuat Joy mendelik, “mana ada orang yang nawarin
diri jadi kompor,” katanya geleng-geleng kecil.

“Nggak papa, biar rame,” jawab Joy asal. “Eh btw. Lo


nggak pulang? Bentar lagi anak-anak radio datang nih
buat rapat calon ketua,” katanya mengingatkan. Pasalnya
ekskul radio memang akan memilih ketua dari vote
pembimbing dan senior sebelum mereka naik ke kelas
tiga.

“Mobil dipake kakak gue. Nunggu jemput. Ck, lagi males


juga di rumah nggak ada siapa-siapa. Numpang bentar
elah,” jawab Hayoung malah jadi menaikkan kedua kaki
ke atas sofa dan bersandar tenang.
Joy memandangi itu, kemudian menghela nafas. “Pantes
Young dari yang lain lo paling pasnya sama si Mingyu,”
gumam gadis itu membuat Hayoung mendelik.

Hayoung baru akan memejamkan mata ketika layar


hapenya menyala. Gadis itu melirik. Tak langsung
mengambilnya dan mencoba tak peduli. Tapi, hape tak
juga mati pertanda chat terus datang.

Tidak lain tidak bukan, itu grup chat 2A3.

Hayoung kembali duduk, meraih hape dan membuka


aplikasi whatssap.

Garis wajah gadis itu langsung berubah. Ia tersentak


dengan mata melebar.

Hayoung hampir saja pingsan ketika tungkainya melemas.


Gadis itu segera sadar, dengan panik membereskan ransel
membuat Joy terkejut memandangnya.

“Eh? Eh Young? Ehhh mau kemanaaaaa???” teriak Joy


melihat Hayoung sudah berlari dengan ransel di tangan
keluar dari ruang radio.

Hayoung dengan kalut berlari menuruni tangga gedung


baru sekolah. Ia menoleh kanan kiri, melihat suasana
sekolah yang sepi. Gadis itu jadi memegang hape lagi,
mencoba mencari teman. Tapi keadaan grup yang panik
membuat gadis itu jadi makin kalut.

Hayoung kembali berlari, sudah ingin pergi dengan taksi


ataupun ojek. Ketika melewati lapangan basket, ia terkejut
melihat seorang pemuda masih asik bermain di sana.
Matanya melebar, dengan segera berlari memasuki area
lapangan membuat Mingyu menoleh dan terkejut.

Hayoung terengah, berhenti di depan Mingyu dengan


wajah panik. “Gue mohon, bantu gue. Please, anterin
gue,” pinta gadis itu bergetar, memelas membuat Mingyu
jadi ikut panik dan mendekat.

“Kenapa? Elo kenapa?” tanya Mingyu memegang lengan


gadis itu, mencoba menenangkan.

Hayoung sudah ingin menangis. “Eunwoo sama Taeyong


di rumah sakit katanya kecelakaan. Anak-anak udah panik
mau kesana semua tapi gue nggak bawa mobil. Belum ada
kabar pasti kita semua jadi kalut. Gue harus ke sana sama
yang lain,” katanya cepat dan kalut, sudah panik.

“Oke, oke, tenang dulu,” Mingyu mencoba memegang


kedua lengan Hayoung, menatapnya tepat. “Kita ke sana
sekarang, oke? Calm, mereka pasti nggak papa. Jangan
panik dulu,” katanya menenangkan.

Mingyu memandangi gadis itu yang mencoba meneguk


ludah dan menenangkan nafasnya yang terengah. Melihat
Hayoung sudah cukup tenang, Mingyu segera berlari ke
pinggir lapangan meraih tasnya. Pemuda itu segera
kembali membuat Hayoung segera beranjak berjalan cepat
bersama.

Mingyu meraih tangan gadis itu, mencoba


menenangkannya sambil berlari kecil ke arah parkiran. Ia
melirik, “ck, cengeng banget sih lo. Elo bukan Eunha atau
pacarnya Taeyong kan?” celetuknya tak bisa menahan
merasa terganggu gadis itu sepanik ini.

Hayoung menoleh, menatap Mingyu serius. “Elo bukan


2A3. Elo nggak akan ngerti.”

Mingyu terdiam. Tapi tak banyak bicara segera menuju


motornya. Sebelum memakai helm, pemuda itu menoleh
lagi pada Hayoung.

“Ok. Tapi jangan pasang muka secemas itu. Gue juga jadi
bingung.”

Mingyu keluar dari minimarket kemudian duduk di meja


depan market di samping Hayoung yang menunggu.
Mingyu menusukkan sedotan ke susu cokelat kemasan
yang ia beli, kemudian menyodorkan pada Hayoung.

“Kenapa Milo?” tanya Hayoung refleks, mengernyitkan


kening.

“Gue sering liat lo beli itu. Salah?” jawab Mingyu tenang,


tapi sukses membuat Hayoung tertegun.
Hayoung tak berkata banyak kini. Ia jadi menyedot susu
cokelat kotak tersebut.

“Eunwoo gimana?” tanya Mingyu membuat Hayoung


menoleh.

Hayoung melepaskan bibir pada sedotan, mendesah pelan.


“Masih belum sadar. Tapi kita nggak bisa jenguk...”

“Yaiyalah satu kelas gitu,” sahut Mingyu melihat tadi


rombongan 2A3 memaksa masuk walau satpam
menyuruh mereka tetap di luar. Mingyu yang
memandangi dari motornya di parkiran menggeleng kecil
melihat kelakuan para murid Mr Simon tersebut.

Hayoung menghela nafas berat. Kedua bahunya melemas.


“Ck, gue nggak tau harus apa...” katanya lirih membuat
Mingyu jadi mendekat dan memandangi gadis itu lekat,
memberi isyarat akan mendengarkan seksama.

“Eunha pasti paling sedih, dia diam dan keliatan mukanya


nahan tangis. Taeyong walaupun keliatan tenang, gue tau
dia sama shocknya apalagi Eunwoo kecelakaan di depan
mata dia. Jaewon yang biasanya bisa nyairin suasana, juga
diam sama sekali...” Hayoung diam sejenak dengan mata
menyendu, memandang jauh entah kemana. “Kalau gitu...
yang lain juga pasti bakal sedih. Semua kepikiran, harus
nenangin mereka ataupun sama khawatirnya tentang
Eunwoo...”

Hayoung menggigit ujung bibir, masih dengan pandangan


melamun. “Beda sama yang lain... gue paling nggak tau
harus apa. Gue bukan Hanbin atau Bobby yang bisa
ngehibur semua. Atau Miyeon Jisoo yang ngerangkul
mereka. Atau Jaebum yang dewasa. Atau juga Hayi yang
celetukannya seenggaknya bisa bikin yang lain lebih
baik....” Hayoung diam sejenak, “semuanya butuh
penenang satu sama lain. Tapi cuma gue yang nggak tau
harus apa... Gue juga mau ngehibur mereka, tapi gue
bingung....”

Mingyu menipiskan bibir mendengar nada lirih itu.


Matanya menyayu memandangi Hayoung. Teringat
ucapan Mr Simon kala itu. Bukan omong kosong kalau
Hayoung itu Guardian Angel-nya 2A3. Walaupun galak
dan frontal, kepedulian gadis ini justru seperti seorang
ibu. Dia bahkan sekhawatir itu jika ada anggota 2A3 yang
terluka. Hayoung adalah teman yang berharga.

Dimana lagi Mingyu bisa temukan gadis seperti ini?

Mingyu mendesah. Pemuda itu menjulurkan kedua


tangan, meraih pipi Hayoung dan menggerakkannya agar
menghadap padanya. Membuat Hayoung pasrah tertarik
kini memandang Mingyu tepat.

“Dengar ya, keberadaan lo tuh yang dibutuhin mereka


sekarang. Elo nggak perlu kalimat penenang yang manis
ataupun lawakan yang lucu. Cukup ada di 2A3, bagi
mereka itu udah nenangin,” kata Mingyu serius, menatap
gadis itu lekat dengan memegang kedua pipinya.

“Kelas lo kuat karena kalian selalu bareng, kan? Jadi,


cukup lo ada mereka bakal lebih tenang,” lanjut Mingyu
lembut. “Sekarang bilang ke mereka untuk doain Eunwoo.
Jangan terbawa suasana dan jadi kalut sendiri. Oke?”
Hayoung mengerjap pelan, memandang pemuda itu
sendu. Ia diam sejenak, tapi kemudian menipiskan bibir
dan mengangguk kecil.

Mingyu menatapnya, kemudian tersenyum. Pemuda itu


kini mengusap kepala Hayoung dan merapikan anak
rambut gadis itu. “Udahlah, semua bakal baik-baik aja.
Gimana kalau lo sama yang lain coba pikirin hal untuk
nyemangatin Eunwoo kalau dia udah sadar nanti?”
katanya memberi saran.

Mata Hayoung membulat. Gadis itu jadi tertegun, mulai


terpikirkan hal itu. Sementara di sisi lain, hatinya merasa
hangat. Merasakan sentuhan lembut Mingyu yang
mengusap ujung kepalanya perlahan.

Mingyu berhenti di depan pagar rumah Hayoung yang


terlihat sepi. Hayoung turun lebih dulu ketika pemuda itu
mematikan mesin dan menurunkan standar motor.
Mingyu turun, mengantar gadis itu yang membuka pagar
rumah dan masuk ke dalam.

“Sepi?” tanya Mingyu mengernyit, melihat garasi rumah


Hayoung kosong.

Hayoung berhenti dan menoleh. Wajahnya jadi dingin,


“kenapa?” tanyanya mendelik curiga.
Mingyu hampir saja tertawa melihat ekspresi itu, tapi
berdehem mencoba tenang. “Nggak papa. Ini udah mau
malam, tapi rumah lo keliatan serem gitu,” katanya
beralasan.

Hayoung menghela nafas dan merapatkan bibir. Ia jadi


berdiri menghadap Mingyu menatap pemuda itu kini jadi
serius. “Makasih,” katanya singkat.

Mingyu menoleh. Ia diam, menatap Hayoung lekat dan


lama tanpa suara. Membuat Hayoung agak jengah dan
mengernyit tak mengerti.

“Nggak mau ngomong yang lain lagi?” tanya Mingyu


serak, membuat Hayoung tersentak.

Hayoung menggigit bibir, agak menggerakkan bola mata


menghindari tatapan Mingyu. “.... elo duluan,” katanya
mencicit kecil.

Mingyu menahan senyum melihat gadis itu mulai merona.


Ia berdehem, “gue nggak mau banyak omong...” katanya
maju perlahan, “sini peluk,” lanjutnya sambil menarik
lengan gadis itu begitu saja.

Hayoung melebarkan mata, terjatuh pasrah pada dada


tegap pemuda itu. Menegak ketika kedua lengan Mingyu
mengurungnya dan mengerat, memeluk Hayoung erat.
Pemuda itu menjatuhkan kepala pada bahu Hayoung,
berbisik pelan.

“Kangen....”

Hayoung meneguk ludah. Merona begitu saja.


Tapi tidak. Hayoung harus tetap sadar dan berpikir
tenang.

Tapi mana bisa tenang dia ambyar gini.

Ah tidak, Hayoung harus menguasai diri.

Tapi rasanya lumer. Cowok ini memeluknya erat penuh


rindu seakan tak mau lepas.

TAPI INI DI DEPAN RUMAHNYA WOI

MAS SUNGGYU SI TETANGGA DEPAN KAN


MULUTNYA EMBER HAYOUNG HARUS
MENGUASAI DIRI JANGAN HANYUT DAN
BENERAN MELELEH TAK BERTENAGA GINI

“Ehm,” Hayoung berdehem kaku, bergerak pelan


melepaskan pelukan pemuda itu. Gadis itu agak kikuk,
mencoba terlihat mendelik. “Elo tuh ya. Selalu nggak tau
tempat,” katanya agak gemetar, mengalihkan wajah tak
memandang pemuda itu tepat.

Mingyu malah tersenyum, “makanya masuk aja, tuh


rumah lo kosong. He he.”

“Gue jambak nih ya,” ancam Hayoung melotot galak.

Dan Mingyu malah makin tersenyum memajukan diri,


“sini. Kangen juga.”
Sial.

Hayoung dengan gemas mendorong Mingyu dan


menabok kepalanya keras sampai pemuda itu mengaduh.

“UDAH PERGI SANA! UDAH SORE!” usir Hayoung


memukul lengan Mingyu dan mendorong-dorongnya.

“Dih, bentar. Kangennya belum abis,” elak Mingyu


membuat Hayoung sempat tertegun, tapi berusaha tetap
menguasai diri mendorong pemuda itu.

Mingyu jadi mencibir, “tadi aja mau mewek, sekarang


balik nenek sihir lagi,” gerutu pemuda itu pasrah saja
melangkah ke arah pagar rumah.

Mingyu meraih helm, kemudian berbalik menoleh pada


Hayoung yang berdiri memandanginya. “Inget ya. Jangan
terbawa suasana. Ajak yang lain diskusi untuk
nyemangatin Eunwoo,” pesannya kembali mengingatkan.

Hayoung tersenyum samar. Gadis itu mengangguk. “Elo


kalau lagi bener bisa dewasa juga ternyata,” celetuknya
yang masih gengsi untuk menunjukkan kekaguman
dengan sikap gentle pemuda itu.

Mingyu mengangkat alis, “kenapa? Kegantengan gue


ningkat drastis ya?”

Raut wajah Hayoung langsung berubah. “Nggak sih.


Sama aja,” sahutnya datar.

Mingyu malah tersenyum, “karena sama lo gue jadi


sedewasa ini,” katanya sebelum memakai helm, membuat
Hayoung tersentak tapi tak sempat memperpanjang karena
pemuda itu hanya berkata sambil lalu dengan tenang.

Mingyu naik ke atas motor, kembali memandang gadis


itu.

“Hati-hati...” kata Hayoung membalas tatapan Mingyu


kali ini, samar tersenyum tipis.

Mingyu tersenyum di balik helmnya. Pemuda itu akhirnya


membawa motornya pergi. Hayoung terus memandangi.
Gadis itu berbalik, melangkah menuju pintu rumah.
Dengan bibir yang makin lama tertarik ke atas
membentuk senyum diiringi pipi yang makin merona.
Mingyu melangkah tenang memasuki area lapangan
basket setelah tadi harus remed PKN di kelas atas. Ia
awalnya ingin bergabung bersama Jungkook, Yugyeom,
Yuta, dan Bambam yang bermain di lapangan. Tapi jadi
teralih pada Junhoe dan Bobby yang asik berduaan di
pinggir lapangan sambil nyemilin gorengan.

“Udah, Ming?” tanya Junhoe dengan wajah sombong,


membuat Mingyu yang mengerti jadi mengumpat.

“Najis njir Pak Jay jaganya beneran kayak setan. Apalagi


cuma lima orang di kelas dia berdiri samping gue mulu
anjir,” omel Mingyu sambil mendudukkan diri.

“Lah? Lo ngapain di sini?” celetuk Bobby membuat


Mingyu mendelik.

“Terus lo pikir gue mau kemana? Ruangannya si Jay?”


balas Mingyu sewot.

“Tapi Ming-“

“Si anjir masa tadi katanya remednya lisan aja bangsta


mau gue kata-katain terus rasanya,” omel Mingyu sebal.

“Ming, elo tau nggak-“

“Bentar dulu anjir gue cerita dulu,” potong Mingyu gemas


membuat Bobby menurut diam.

“Jadi lisan Ming?” tanya Junhoe malah menertawai.

“Si Cungha tadi sok pake jurus imut. Untunglah Jay


normal jadi dia luluh, lah gue juga sempet luluh si anjir
Cungha coy,” kata Mingyu sudah ngebacot sendiri, “gue
seneng awalnya ditaro di belakang eh ternyata si bangsta
sengaja karna dia berdiri di belakang samping gue
setaaaannn...”

Bobby mengunyah makanan di mulutnya, memandangi


pemuda itu yang mendengus kesal. “Udah? Udah selesai
lo ceritanya?”

“Apa sih njing?” sahut Mingyu menoleh sebal.

“Cewek lo sakit, njing,” balas Bobby langsung nyolot,


membuat Mingyu tersentak. “Tuh, di kelas pake jaket
badannya panas dari tadi pilek. Disuruh pulang aja kalau
ada pengumuman entar dikasih tau tapi dia tetap batu mau
di sekolah.”

“Ha? Kok bisa?” Mingyu langsung berdiri, “kenapa lo


nggak ngomong?!”

“GUE DARI TADI MAU NGOMONG SETAN!” balas


Bobby melotot, “Jun, jangan tahan gue Jun jangan! Gue
mau nabok ni keling satu! Jangan pegangin gua!” kata
Bobby heboh sendiri. Junhoe sih asik makan tahu isi
sambil melirik Bobby merasa prihatin.

“Temen gue yang gece urusan gini emang cuma Eunha,”


kata Mingyu menggerutu, segera beranjak dan berlari
pergi.

“EUNHA LAGI GALAUIN COWOKNYA MASUK


RUMAH SAKIT NGAPAIN MIKIRIN ELO
MAKANYA LOVE STORY TUH URUS YANG
BENER NJIR!” teriak Bobby emosi sendiri. “MAKAN
TUH CUNGHA MAKAN!”

“Mending makan tahu, kenyang,” sahut Junhoe tanpa


dosa, langsung membuat Bobby menoleh dan mengumpat
kasar.

Hayoung mengerang kecil, memandang layar hape


dengan sendu. Gadis itu menghela nafas menaruh hape ke
laci, jadi kembali memeluk tas di atas meja dan menaruh
kepala di atasnya. Ia mendecak sendiri, bingung harus
menghubungi pemuda itu atau tidak.

Ck. Yakali dikabarin Hayoung sakit, kok kesannya minta


perhatian banget.

Tapi kalau lagi nggak enak badan gini kan emang maunya
diperhatiin ya.

Ah walau udah baikan kan tetep aja statusnya mereka


nggak ada apa-apa, gengsi dong kalau Hayoung hubungin
dia duluan.

Apalagi sampai sekarang, cowok itu nggak pernah chat


dia. Padahal Hayoung udah dari lama unblock akunnya.
Hayoung menghela nafas, mencoba menutup mata.
Keadaan kelas tak terlalu ramai karena semua sibuk
dengan kegiatan masing-masing. Kebanyakan pada
ngeluyur, ada yang nonton drakor di laptop (yang ini tidak
usah ditanya siapa), ada yang main games sambil pacaran,
sampai ada yang sibuk ngerjain soal buat remed.

Hayoung merasakan sentuhan lembut dikepalanya. Gadis


itu membuka mata perlahan, melebarkan bola mata
melihat pemuda itu kini menarik kursi terdekat lalu
merapat ke sampingnya dan duduk di sana.

“Kenapa nggak ke UKS sih?” omel Mingyu sambil


menarik pelan lengan gadis itu agar mengangkat kepala
duduk tegap. Lalu kembali menempelkan telapak tangan
ke kening Hayoung.

“Ngapain lo?” tanya Hayoung serak. Sok tak mengharap


kehadiran cowok ini.

“Tadi Mbak Indah nitip ini,” jawab Mingyu


mengacungkan selembar plester demam.

Hayoung mencibir tak percaya. Walau ia pasrah saja saat


pemuda itu maju, menarik rambutnya ke belakang dan
mengusap-usap kening hangat Hayoung. Mingyu
membuka plester demam di tangannya, kemudian maju
dan menempelkannya pada kening Hayoung.

“Ayo ke UKS,” kata Mingyu setelah mengusap-usap


pelan plester itu agar menempel.
Hayoung mendecak menolak, “tadi rame, pada numpang
wifi,” jawabnya serak dengan wajah agak merenggut.

Mingyu jadi gemes sendiri.

Ngerti nggak sih rasanya udah berminggu-minggu nggak


teguran nggak saling tatap terus sekarang duduk
sampingan dan si cewek lagi nggak enak badan gini
rasanya tuh pengen di-----

Mingyu mendesah sendiri. Nggak, nggak. Cowok ini


sudah belajar banyak hal saat „perpisahan‟ mereka
kemarin. Mingyu sekarang lebih bisa mengendalikan
emosinya. Tahan... tahan...

Hayoung jadi kembali menidurkan kepala ke atas tasnya.


Mingyu memandangi gadis itu, lalu kemudian ikut
menempelkan pipi ke atas meja, menghadap gadis itu
lekat.

“Kenapa lo bisa sakit?” tanya Mingyu dengan tangan


perlahan terjulur. Memijat pelan kepala Hayoung dengan
lembut.

Hayoung terbatuk kecil, sengaja menutup mulut agar


pemuda ini tak tertular. Ia mendengus sebelum menjawab,
“semalam nggak bawa jaket. Nemenin kakak ke acara
temennya di pantai gitu...”

“Cih, abis pesta ternyata,” sindir Mingyu yang hanya


diberi cibiran kecil Hayoung.

Mingyu menatap gadis ini lekat, menggerakkan lengan


agak merengkuh bahu Hayoung sambil terus mengusap-
usap kepalanya. Membuat gadis itu larut dalam
kenyamanan dan mulai mengantuk.

“Hayoung...” panggil Mingyu dengan suara rendahnya.

“Hm...” Hayoung tak menjawab banyak, malah mulai


memejamkan mata.

“Jangan sakit.”

Mendengar itu bibir Hayoung refleks tersenyum kecil,


membuat Mingyu terpana.

“Baru juga pilek. Gimana rasanya kalau tiap hari lo liat


gue babak belur karena tawuran,” sahut gadis itu
menyindir pelan. Agak membuka mata, melihat pemuda
itu jadi mendecih pelan.

“Emang rasanya sekhawatir ini?” tanya Mingyu pelan.

Hayoung tak menjawab. Gadis itu kembali memejamkan


mata. Membuat Mingyu mengetuk pelan ujung kepala
gadis itu dengan gemas.

“Lo udah makan belum?” tanya pemuda itu kembali


mengusap-usap rambut Hayoung memijatnya pelan.

“Entar.”

“Ck. Gue beliin?”

“Entar.”

“Mau makan apa?”


Hayoung membuka mata lagi, mendelik sebal. “Kenapa
sih elo tuh selalu ngajak berantem mulu?” tanyanya serak.

Mingyu malah tersenyum tenang, “seru, kan? Biar nggak


lemes,” sahutnya tanpa dosa. “Mau makan apa?”

“Entar,” jawab Hayoung lagi, melengos pelan.

“Yaudah gue beliin minum.”

“Nggak mau.”

“Yaudah gue tinggal ya?”

Hayoung yang ingin memejamkan mata lagi jadi tersentak


dan membuka mata. Mingyu malah dengan santai
mengangkat kepala menegakkan tubuh dan berhenti
mengusap kepala gadis itu. Hayoung masih dengan kepala
ditidurkan di atas tasnya memicingkan mata perlahan,
sementara Mingyu malah sok tak mengerti dengan tenang.

“Bye,” pamit Mingyu melambai manis, ingin beranjak


berdiri. Sedetik kemudian ia hampir tersenyum lebar
ketika tangan gadis itu menarik ujung seragamnya
menahan membuatnya duduk kembali.

Hayoung melengos, merasa malu sendiri. “Gue lagi nggak


pengen apapun,” katanya serak.

Mingyu jadi mendecak, “pengen sesuatu lah,” katanya


memaksa membuat Hayoung mendelik. “Orang sakit kan
biasanya manja. Ayo manja, biar gue manjain.”
“Ck. Sinting.” Hayoung menggeleng pelan, tak paham
sendiri dengan pemuda satu ini.

Mingyu jadi mencolek-colek lengan Hayoung yang


tertutupi lengan jaket. “Manja dong,” paksanya membuat
Hayoung jadi membuang muka mengganti posisi
menempelkan pipi kanan menghadap arah berlawanan.
“Gue aja kalau nggak enak badan manja sama Mbak
Indah.”

Siapapun, tolong. Tenggelamkan pemuda satu ini ke


rawa-rawa terdekat.

Hayoung mengangkat kepala. Menoleh dan menatap


pemuda itu datar tak berekspresi. Mingyu malah merekah,
tapi memasang wajah tanpa dosa dengan santai.

Hayoung melengos, “oke. Beliin gue kue,” katanya


membuat Mingyu jadi menyeringai. “Kue mede Kak
Mino bonus penjualnya.”

“Anj-“

Mingyu langsung mengatupkan bibir. Mendesah keras,


mencoba sabar menelan umpatannya kembali. Hayoung
malah mendongakkan dagu, merasa menang dengan puas.

Mingyu berdehem, mencoba menguasai diri. “Oke, nanti


aja makannya kita tidur lagi,” katanya meraih kepala
Hayoung dan mendorongnya pelan sampai kembali
menempel ke atas tas Hayoung, sementara ia juga kembali
menempelkan pipi ke atas meja di depan gadis itu.

Hayoung mengulum bibir, ingin tertawa tapi menahannya.


Membuat Mingyu yang menatap itu mendesis kesal
menoyor pelan kepala Hayoung. Tapi berikutnya kembali
memijat pelan mengusap-usap kepala Hayoung lembut.

Hayoung ingin memejamkan mata, tapi tersadar pemuda


ini jadi lebih dekat dari sebelumnya. “Jangan mepet-
mepet,” ancamnya dingin.

“Kenapa?” sahut Mingyu santai. “Temen-temen lo pada


sibuk sama kegiatan masing-masing, nggak ada yang
merhatiin.”

Hayoung jadi gemas mendorong wajah Mingyu menjauh,


“dasar mesum. Bukan itu maksud gue,” ia terbatuk pelan,
menutup mulutnya dengan telapak tangan. “Nanti lo
ketularan.”

Mingyu mengangkat alis, “how sweet,” katanya belagak


tersentuh membuat Hayoung jadi mendesah lelah.

Mingyu tersenyum. Kali ini menurut agak menjauhkan


diri masih sambil menidurkan kepala memandang gadis
ini. “Tidur gih. Gue di sini,” katanya jadi serak dan
rendah, kembali mengusap-usap kepala Hayoung lembut.

Hayoung menatapi pemuda itu. Membuat keduanya


bertatapan lama dalam diam.

Sampai akhirnya kedua pipi gadis itu merona sendiri,


segera memejamkan mata dan secara naluri agak
menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Mingyu jadi
tersenyum gemas menatapnya.

“Gue merasa pinter banget hari ini nggak ada masuk


kelas,” kata Yugyeom dengan bangga dan gaya haru,
duduk di pinggir lapangan basket.

“Ba?cot,” sahut Yuju yang dengan kesal memakan


potongan pizza lima ribuan karena baru selesai remedial
di kelas.

“Aming kena dua hahaha mampos!!!” kata Jungkook


penuh dendam.

“Wajar. Gue PKN sama Metik. Elo? Agama anjir


MANUSIA NGGAK TAU DIRI!” balas Mingyu ingin
melempar bola basket di dekatnya ke wajah tampan
Jungkook.

“Istighfar,” kata Yugyeom mengusap-usap dada.

“Ampas semua,” kata Yuta tiduran di lapangan, tidak ikut


duduk di bangku karena kalah badan dengan Yuju yang
mendorongnya keras.
“Ini hari terakhir kan? Jalan kuy penat gua,” ajak
Jungkook.

“Besok ege. BESOK!!!!” balas Yuju sewot.

“HI SELOW DONG SANTUY!” kata Jungkook ikut


ngegas dan berdiri, “BERANTEM SINI LO KALAU
BERANI!”

Yuju langsung menaruh pizzanya, melompat maju


menerjang pemuda itu membuat Jungkook langsung
meronta-ronta minta ampun.

“PASIRNYA KENA GUE BANGSAT!” umpat Yuta


terbatuk-batuk karena kaki dua orang itu berada di
dekatnya yang asik tiduran. Cowok itu segera duduk,
langsung melompat ke bangku duduk di samping
Yugyeom.

“Tuh, katanya ada konser apaan tuh? Di Adira,” kata


Yugyeom lebih kalem dari yang lain. Tumben.

“Yang di stadion badmintonnya itu?” tanya Mingyu agak


menjauh dari Yuju dan Jungkook yang sudah saling
cekek.

Kalau nggak ada Yerin atau Eunha, emang nggak bakal


ada yang ngelerai. Nggak peduli juga.

“Hm, tapi besok,” jawab Yugyeom meraih pizza Yuju


tadi, lalu memakannya. “Ada Dek Somi.”

“Wahhhh,” seru Yuta merekah, “ayuk hihihi.”


“Nyet, kemaren lo bilang Dahyun?” kata Mingyu
menoyor Yugyeom.

“Dahyun degem sejagat njir. Bukan satu angkatan lagi,


satu sekolah ngincer dia,” balas Yugyeom menggerutu.

“Cewek gua dulu juga diincar sampe sekolah depan,” kata


Mingyu songong.

“Hn? Cewek siapa?” tanya Yuta mencuil pizza di tangan


Yugyeom, lalu memasang wajah sok polos ke depan
Mingyu yang jadi mengatupkan bibir diam.

“Cewek siapa?” kata Yugyeom ikut menimpali.

Mingyu jadi kicep. Cowok itu lalu sok tenang menoleh


pada Jungkook yang sudah menarik-narik rambut Yuju.
“Ck, udah anjir bikin malu lo berdua!” lerainya
mendorong Jungkook, juga menarik rambut Yuju agar
menjauh.

“Cih. Ngalihin dia,” kata Yuta menunjuk Mingyu sambil


menoleh pada Yugyeom, “jomblo sok ngaku ya gitu.”

“Halu doang lu Ming jadian sama Hayoung,” kata


Yugyeom membuat Mingyu mengumpat kasar.

“PIZZA GUAAA!!!!!!!”

Yugyeom langsung tersedak.

“Eh, Ju Ju, tuh Deka!” kata Yuta heboh, menunjuk-nunjuk


membuat Yuju yang sudah ingin maju langsung
mengurungkan niat jadi merapikan rambut dan berbalik.
“Oh, ternyata hanya fatamorgana,” sambung Yuta
membuat yang lain langsung kompak menertawai Yuju
yang mengumpat.

Mingyu yang tak sengaja menoleh ke bangunan kelas jadi


melebarkan mata, melihat anak-anak 2A3 mulai keluar.
“Gue duluan. Tobat-tobat lo semua, kaleman biar Pak Jay
nggak malu punya anak kelas gila,” pamitnya sebelum
berbalik pergi.

“Tu anak lagi datangin fatamorgananya,” kata Yuta


menunjuk Mingyu dengan gaya kasihan.

“Hm. Masih nggak tau diri juga kalau dia nggak bakal
dapat Hayoung ku,” kata Jungkook yang membuat
Yugyeom dan Yuju kompak mengeluarkan lidah enek.

Mingyu yang melangkah memasuki koridor jadi


mengernyitkan kening, segera mendekat pada Hayoung
yang berhenti dan bicara dengan Taeyong dan Eunha.

Hayoung jadi menoleh melihat Mingyu datang. Ia


mengangkat alis melihat wajah cowok itu yang terlihat
kesal. He? Kenapa lagi nih?

“Kok dilepas sih?” protes Mingyu menunjuk kening


Hayoung.

“Lah??? Gue dah mau pulang,” sahut Hayoung tak merasa


bersalah. “Emang gue kayak orang sinting yang make
plester demam kemana-mana sampe masuk taksi?”
katanya menyindir.
“Young, duluan ya!” pamit Eunha yang sudah
ditinggalkan Taeyong, “yang lain nunggu di mobil
Bobby.”

Hayoung mengangguk, sementara Mingyu jadi


mengernyit.

“Mau kemana?”

“Ke rumah Bobby,” jawab Hayoung ringan, “mau ada


rapat.”

“Ck, nggak boleh,” kata Mingyu membuat Hayoung


mendelik. “Pulang ke rumah. Istirahat,” tegas cowok itu
tak mau dibantah.

“Gue udah baikan!” sahut Hayoung membela diri. “Nih,


udah nggak pilek,” katanya menunjuk hidungnya.

Mingyu menatapnya tak percaya, “buktiin sini. Cium


kalau berani.“

Hayoung melotot, “sinting,” katanya jutek, segera ingin


beranjak tapi Mingyu meraih lengannya menahan gadis
itu.

“Nggak, nggak. Nggak boleh, istirahat di rumah,”


perintah cowok itu tak mau dibantah.

“Ck, nggak bisa. Udah janji sama yang lain,” elak


Hayoung gemas sendiri.

“Tapi kan lo lagi sakit,” balas Mingyu mendengus


mencoba sabar. Cowok itu maju, meraih kepala hoodie
Hayoung dan memakaikannya, kemudian menarik tali
jaket sampai wajah gadis itu seakan tenggelam dalam
hoodie.

“Pulang sama gue. Kita beli milo. Oke? Oke.” Mingyu


langsung merangkul Hayoung, menarik gadis itu paksa
membuat Hayoung terseret pasrah.

“Ck. Tuh, kan. Badan lo aja masih kerasa anget udah


dilepas aja kompresnya,” omel Mingyu lalu menyentuh
kepala gadis itu, makin memastikan suhu tubuhnya.

Hayoung mencuatkan bibir, tertarik paksa digeret cowok


itu menuju lobi ke arah parkiran. Ia diam-diam berdehem,
mencoba menahan untuk tidak batuk lagi.

Mingyu menarik pelan Hayoung ke arah parkiran mobil,


melihat beberapa murid 2A3 ada di sana sedang
menunggu yang lain. “Bob,” panggilnya membuat Bobby
menoleh, lalu berhenti membuat Hayoung agak terbentur
pelan pundak pemuda itu karena tertarik pasrah.

“Hayoung sama gue. Dia nggak bisa ikut kalian. Lagi


sakit,” kata Mingyu tegas membuat Bobby mengangkat
alis.

“Ck, apaan sih. Gue mau ikut!” elak Hayoung agak serak.

“Tapi Mingyu bener, Young. Istirahat aja,” kata Jisoo


ambil suara. “Nanti pasti dikasih tau kok.”

“Ck, tapi kan gue ma-uhuk-gue-uhuk uhuk,” Gadis itu


mengalihkan wajah, menutup mulut dengan tangan
terbatuk-batuk. Sebenarnya juga menghindari tatapan
tajam Mingyu yang menoleh padanya.

“Udah, Ming. Sono angetin,” celetuk Bobby menggoda,


membuat Jisoo menaboknya menyuruh diam.

Mingyu hanya tersenyum miring tak banyak menanggapi.


Cowok ini kalau emang di lingkungan umum masih selalu
jaga image coolnya.

“Nanti infoin ke dia aja hasilnya gimana. Tapi malem aja,


biar dia istirahat sampe sore,” kata Mingyu tenang. Lalu
menarik pelan Hayoung untuk kembali pergi ketika
Bobby mengiyakan.

“Paan sih. Kan gue baik-baik aja,” gerutu Hayoung


menurut saja ditarik cowok itu.

Mingyu melengos. Jadi berhenti dan menoleh, menatap


Hayoung. “Denger ya. Gue nggak suka lo sakit. Jadi, lo
harus istirahat biar sembuh total. Ngerti?”

“Nggak,” sahut Hayoung tenang, seakan menantang.


“Kan gue yang sakit kenapa lo yang repot,” katanya
mengomel kecil.

Mingyu dengan gemas menoyor kepala Hayoung,


“sekarang ada orang yang bakal khawatir kalau lo sakit.
Ada yang cemasin lo kalau lo luka-"

“Jangan copy kalimat gue, nggak kreatif,” potong


Hayoung galak.
“Biarin. Kan biar kayak di film-film, ada quote
andalannya,” balas Mingyu tak mau kalah.

“Cih. Elo emang minta dihina ya.” Hayoung mengalihkan


wajah, jadi terbatuk-batuk lagi.

“Tuh, kan, karma lu,” kata Mingyu malah meledek, lalu


kembali menarik Hayoung menuju motornya yang
terparkir. “Nanti ikutin kata Bobby ya. Jadi pegangan
peluk aja biar gue angetin.”

Hayoung dengan kesal menarik rambut belakang cowok


itu sampai Mingyu mengaduh nyaring.
“Pantes si June masa mau ke Jogja juga,” cerita Yerin
sambil memasuki gedung itu membuat Hayoung
mengernyit, “ternyata 2A3 juga ke sana.”

“Eh kalau dipikir-pikir, lama-lama IPS 1 tuh kayak


besannya IPA 3 ya?” celetuk Joy, “eh, nggak juga ding.
Hoshi kan IPS 3 Zelo IPS 2. Eh tapi kelas kalian kayak
couple lama-lama.”

“Yes, gue sama Mr Simon!” sahut Yerin langsung ditoyor


oleh Hayoung.

“Punya gua,” kata Hayoung melotot seram.

Joy awalnya ingin menyahut, tapi pandangannya jatuh


pada seseorang. Membuat wajah gadis itu merekah dan
mengacungkan tangan melambai, “Kak Mark!!!!”

“Eh?” Hayoung menoleh segera, melebarkan mata


melihat pemuda tampan itu berdiri tak jauh dari mereka
sambil tertawa dengan teman-temannya.

Mark menoleh. Ia jadi mengangkat alis, melambai kecil


memberi tanda para gadis itu mendekat. Joy langsung
menarik Hayoung dengan riang, membuat Yerin ikut
terkejut dan segera mengekor. Hayoung sendiri sudah
melotot memberi kode, tapi Joy malah tak peka sama
sekali.
“Kalian ke sini juga? Kok nggak ngomong?” tanya Mark
menyambut ketiganya.

“Nggak papa kak biar ala-ala sok kebetulan,” celetuk Joy


tertawa sendiri, tapi menoleh pada pemuda tampan di
samping Mark, “hai Kak Brian,” sapanya melambai.

“Hai Joyiii,” balas Brian balas melambai dengan gaya


imut. Kebiasaan keduanya jika bertemu.

Joy awalnya meringis, tapi jadi merintih tertahan


merasakan cubitan di pinggangnya. Gadis itu melirik
sebal, yang dibalas Hayoung dengan pelototan kecil.

“Apasih?” tanya Joy bingung tak paham sama sekali.

“Eh, udah mau mulai tuh. Kesana yuk?” ajak Mark


membuat mereka menoleh.

“Ah, anu kak kita mau di sebelah sana sih,” kata Yerin
menunjuk arah berlawanan.

“Emang apa bedanya?” tanya Joy yang kemudian


merintih lagi Hayoung kembali mencubitnya diam-diam.

“Kenapa sih Joy? Encok ya? Daritadi kesakitan mulu,”


celetuk Brian membuat Joy meringis.

Mark memandang Hayoung, membuat gadis itu melirik.


Pemuda itu mengangkat alis kalem, “kenapa? Nggak mau
ya deket-deket gue?” tanyanya membuat Hayoung
tersentak.
“Ha? Eh, nggak kak bukan gitu...” Hayoung diam-diam
memberi tanda SOS pada Yerin yang mengulum bibir
sama bingungnya harus menjawab apa.

“Ciee, lagi marahan lo berdua?” goda Brian membuat


Hayoung dan Mark kompak mendelik malas. “Udah, ayo
nonton bareng,” katanya menarik paksa Hayoung, sengaja
mendorongnya pelan ke samping Mark.

“Eh kak mumpung masih terang, ayo poto dong!!!” pinta


Joy ceria, membuat Yerin diam-diam gemas ingin
mencakar temannya satu ini.

Hayoung tertarik pasrah. Gadis itu diam-diam


mengedarkan pandangan, berharap setengah mati tak ada
pemuda itu ataupun setidaknya temannya di dalam
gedung ini. Bukannya membenci Mark atau apa, hanya
saja... Hayoung tidak ingin ada salah paham lagi.

Konser musik itu dimulai. Dentuman keras musik DJ


terdengar membuat sorakkan penonton terdengar.

“Udahlah, enjoy aja pura-pura gila aja kalau ketauan,”


bisik Yerin membuat Hayoung tersentak. Hayoung
melengos, mengerti maksud kalimat itu.

“WOAAAAHHH YAALLAH GIRIBOYYYY


MAMASKUUUUU,” jerit Joy langsung fangirlingan.
Membuat Hayoung gemas menarik rambutnya sampai Joy
merintih nyaring.

“Hi apa sih?!” balas Joy mendorong Hayoung sebal


sampai menubruk pelan Mark.
“Udah, nonton nonton aja. Kalem, jangan rusuh,” kata
Mark menarik lengan Hayoung menjauh dari Joy yang
heboh.

“Tau nih. Katrok banget. Gue yang malu!” kata Hayoung


galak.

“Eh diem ya gue Girilisious jadi wajar gue nggak bisa


anteng!” balas Joy melotot.

“Ha? Giringlisious? Vokalis Nidji?” tanya Yerin


mengernyit bingung.

“Hi bukan temen gue,” kata Hayoung bergidik.

Tapi hal itu malah membuat Mark gemas. Tertawa dan


tanpa sadar mengacak puncak kepala gadis itu. “Kalem,
kalem... Jangan rusuh di sini...”

Sementara itu, berseberangan dari sana sekumpulan


pemuda sudah berteriak-teriak ikut menyanyikan lagu
dengan nyaring. Pelepasan mereka atas minggu remedial
yang menyiksa. Lebih menyiksa dari minggu UAS karena
deg-degan harus menunggu keputusan.

“KAU HANCURKAN AKU DENGAN


SIKAPMUUUUU,” teriak Yuta sudah mabok.

“Ini Giriboy goblok nggak ada lagu gitu!” kata Hoshi


menabok kepala Yuta biar diam.
Hoshi berikutnya terdorong. Saat Yuju mencoba naik ke
pundak Yugyeom tapi malah gagal dan jatuh. Yuju dan
Yugyeom malah sudah tertawa-tawa gila, sementara
Hoshi mengumpat karena terdorong-dorong.

“Woi mana bendera Slanknya? Dibawa kagak?” tanya


Jungkook saat Yuju kembali ingin naik.

“Nggak, gue bawanya handuk Jakmania,” kata Yuju


mengibarkan handuk kecil di tangannya.

“Goblok anjing. Jangan bikin malu,” kata Mingyu sudah


gemas sendiri.

Padahal ini lagi konser musik biasa. Tapi Mingyu ngerasa


lagi ada di club isinya orang-orang mabok tak sadarkan
diri.

“Siomayyy!!!” teriak Yuta memanggil tiba-tiba, membuat


Mingyu ikut menoleh. Melihat seorang gadis tak jauh dari
mereka melompat-lompat bersama teman-temannya.

“Woi Doyeon! Gabung sini!” panggil Jungkook juga


memanggil.

“Asikk banyak degem,” kata Yugyeom masih sempat-


sempatnya, walau sibuk memegangi kaki Yuju yang naik
di atas pundaknya sambil menyanyi-nyanyi.

Mingyu melebarkan mata, melihat gadis asing yang


ditarik Somi mendekat bersama teman-temannya yang
lain. “Siapa noh? Bening amat,” tanyanya pada Jungkook.
“Kagak tau juga, temennya kali,” jawab Jungkook juga
memandang gadis cantik itu.

“Yaampun Kak Yuju awas jatoh!!!” tegur Doyeon


menertawai Yuju dan Yugyeom.

“Doyeon kalau mau digendong juga sini sama gue,” kata


Yuta menawarkan diri.

“Tobat njir,” kata Hoshi mendorong wajah Yuta menjauh.

“Kenapa kak ngeliatin mulu? Mau kenalan?” celetuk


Somi tiba-tiba pada Mingyu, membuat Mingyu tersadar.

“Gue juga mau!” kata Yuta mengangkat tangan.

“Ini Pinky, temen SMP gue,” kata Somi menunjuk gadis


itu yang tersenyum ramah.

“Hai Pinky, gue Blue,” kata Jungkook mengangkat


telapak tangan.

“Yang ini Blacky,” sambung Jungkook menunjuk Mingyu


membuat pemuda itu mengumpat.

“Cieee Pinky Blackyyyy,” celetuk Yugyeom langsung


kompor.

“Gass Ming Gasss!” kata Hoshi sudah heboh bersama


Yuta.

“WOI WOI WOI SISTAR WOI KELUAR!” pekik


Yugyeom heboh tiba-tiba, membuat mereka berhenti dan
menoleh.
“GYEOM JANGAN GOYANG-GOYANG ANJER GUE
JATOH!” protes Yuju memegangi kepala pemuda itu.

Empat gadis cantik muncul di atas panggung membuat


keadaan makin memanas. Nyanyian nyaring mengisi
studio dengan mereka melompat-lompat atau berjoget-
joget. Kini Hoshi sudah minta digendong Yuta tak mau
kalah dengan Yuju.

Mingyu menoleh ketika gadis di sampingnya terdorong


pelan hingga membentur lengannya. Membuat gadis itu
menoleh, berpandangan dengan pemuda itu.

“Eh, sorry kak,” kata Pinky meringis, diam-diam balas


mendorong Somi yang hilang kendali menyanyi-nyanyi
heboh bersama Jungkook.

“Hm,” Mingyu hanya mengangguk tenang.

Tapi berikutnya menoleh lagi.

“Lo suka Sistar juga?”

“Hm. Lumayan,” jawab Pinky meringis kecil, “Kakak


kalau mau joget kayak yang lain joget aja kali, nggak usah
jaim,” kata gadis itu santai.

Mingyu diam-diam terpana melihat sikap friendly gadis


ini. Ia tersenyum miring sesaat, “nggak. Gue jagain ni
bocah ini. Kalau ambruk kan bahaya,” katanya menunjuk
Yuju yang masih di gendongan Yugyeom.
“Ohhh....” Pinky mengangguk-angguk. Berikutnya tak
melanjutkan karena menoleh pada Jungkook dan
menertawai pemuda itu yang mencoba berjoget ala Sistar.

Pinky kemudian menoleh ke panggung. Kepalanya


mendongak, jadi melompat-lompat kecil mencoba melihat
lebih jelas.

Hal itu membuat Mingyu berdehem. “Nih, pegang pundak


gue aja biar bisa liat,” katanya menawarkan diri.

Pinky menoleh. Gadis itu menyeringai, memegang


pundak Mingyu sebagai tumpuan lalu mencoba melompat
lagi. Kini lebih tinggi.

“Aduhh jangan diteken juga dek, sakit kali,” tegur


Mingyu membuat Pinky jadi berhenti dan menoleh polos.

“Eh, sorry. He he,” kata gadis itu terkekeh tanpa dosa.

Yuju tiba-tiba menepuk-nepuk kepala Yugyeom membuat


Yugyeom yang sudah menikmati penampilan Sistar jadi
mendecak kesal dan mendongak.

“Itu kayak ketua kelas kita,” kata Yuju menunjukkan


tangan.

Yugyeom mengernyit, mengikuti arah pandanganya. Ia


melotot, melihat di saat bersamaan Yerin juga menoleh.
Tepat saat pandangan keduanya bertemu.

Yerin membelalak, membeku sesaat. Tapi hal itu menarik


perhatian Hayoung, membuatnya ikut memandang ke arah
yang Yerin lihat.
“Astaghfirullah,” kata Yugyeom langsung menceplos.

“Perang lagi nih....” gumam Yuju juga sama tegangnya.

Garis wajah Hayoung berubah begitu saja. Matanya


melebar, menemukan pemuda itu sudah asik tertawa
dengan seorang gadis cantik di sampingnya.

“He, Aming!” panggil Yuju gemas membuat Mingyu


yang sedang menjelaskan bagaimana agar Pinky bisa
menonton dengan jelas jadi menoleh.

“Cewek lo noh!” kata gadis itu menunjukkan tangan,


Mingyu refleks menggerakkan kepala.

“Eh? Cewek siapa?” tanya Pinky jadi ingin tau, menoleh


kanan kiri dengan polos.

Suasana konser masih heboh dan ramai. Tapi bagi kedua


orang itu, waktu seakan berhenti. Mereka saling
berpandangan. Sama-sama dengan tatapan tak terbaca
membalas pandangan satu sama lain.
“Eung... Young...” panggil Yerin cemas sendiri.

Hayoung menghela nafas. Gadis itu mengalihkan wajah,


“gue keluar bentar,” katanya serak. Langsung menyeruak
di antara yang lain pergi begitu.

Mark menoleh, refleks meraih jemari Hayoung menahan


gadis itu. “Mau kemana?”

Yerin tegang sendiri. Ia melirik, melihat Mingyu di


tempatnya masih memandangi.

“Toilet,” jawab Hayoung singkat, melepaskan pegangan


Mark dan melanjutkan langkah menyeruak di antara
kerumunan.

Mark mengernyit, memandangi kepergian gadis itu.


“Kenapa nggak ditemenin? Dia nggak papa sendirian?”
tanyanya menoleh pada Yerin.

“Eung... Hayoungkan... jagoan kak. Kalau ada apa-apa


mah tinggal ditendang aja,” jawab Yerin agak kikuk.

Sementara di tempatnya, tatapan Mingyu menajam


memandangi gadis itu pergi.

“Kak?” panggil Pinky di sampingnya, takut sendiri


melihat Mingyu sudah mengeraskan rahang dengan garis
wajah keruh. “Ke... napa?”
Mingyu mendesah, menoleh. Ia menggeleng saja,
kemudian tanpa kata beranjak dan melangkah melewati
para penonton di stadion tersebut.

“Pinky di belakang abang aja, abang lindungi,” kata


Jungkook sudah maju.

“Bacot lu bungkus ketoprak,” kata Yugyeom dibantu


sorakan Yuju di pundaknya.

Pinky memandangi mereka, tak paham. Tapi ia tak peduli


dan melanjutkan menonton dengan santai.

Mingyu mempercepat langkah, keluar dari stadion dan


menuruni tangga. Ia melesat maju, ketika dekat meraih
lengan gadis itu menariknya pelan hingga Hayoung mau
tak mau berhenti dan menoleh.

“Biasain, kalau marah tuh jangan pergi. Selesaiin saat itu


juga,” kata Mingyu datar, membuat Hayoung menipiskan
bibir dan membuang muka.

Mingyu mendecak, melihat baju lengan jatuh yang


dipakai gadis itu mengekspos bahunya. Mingyu maju,
meraih kedua ujung baju di bahu gadis itu dan
menariknya ke atas membuat Hayoung terkejut.
“Ck, apa sih,” elak Hayoung menghindar.

“Baju lo kependekan!” balas Mingyu tak kalah sewot,


juga menyindir celana pendek gadis itu.

“Ini konser musik. Semua juga pake baju kayak gitu,”


kata Hayoung membela diri, “bahkan degem-degem lo
juga pake kutangan doang,” katanya menyindir gadis yang
tadi memakai kaus tanpa lengan di samping Mingyu.

“Ya itu mereka, kan? Gue nggak peduli,” ucap Mingyu


membuat Hayoung terdiam.

Mingyu melepaskan kemeja luaran biru yang ia pakai,


lalu maju memakaikan ke pinggang Hayoung begitu saja.
Mengikatnya ke samping menutupi paha gadis itu yang
terlihat. “Lo tuh harus tau diri kalau lo bukan cewek jelek.
Semua cowok jadi buas tau nggak liat lo kayak gini. Dan
gue nggak suka.”

Hayoung mendecak sendiri. Sial. Kalau gini ya gagal


ngambek.

Mingyu menghela nafas, kemudian menoleh memandang


gadis itu. “Gue udah bilang, kan? Kalau ada apa-apa tuh
ngomong sama gue dulu. Nggak usah langsung marah
kabur gini,” kata Mingyu membuat Hayoung mengalihkan
wajah.

“Gue nggak mau ganggu lo yang asik,” sindir gadis itu


tajam.

“Itu temen Somi dan gue baru pertama kali ketemu dia,”
kata Mingyu menjelaskan. “Beda sama orang yang datang
berdua sama mantan gebetannya,” lanjutnya menyindir
pedas.

“Gue nggak sengaja ketemu,” sahut Hayoung langsung


menoleh, “beda sama orang yang tadi mepet-mepet sama
cewek cantik.”

“Hm. Nggak mepet tapi pegang-pegang tangan,” balas


Mingyu mencoba menahan emosi, “nggak sengaja
ketemu? Romantis dong kayak di film-film.”

Hayoung mendengus, “emang apa bedanya sama lo yang


asik bareng degem-degem lo?” katanya tak mau kalah.

Mingyu menghela nafas keras, berusaha tak menaikkan


intonasi bicara dan tetap menguasai diri. “Gue sama dia
baru ketemu, dan nggak ada apa-apa sama sekali. Lo bisa
masuk ke dalam dan tanya sama dia tadi gue ngapain di
sana,” katanya membuat Hayoung mengulum bibir.

Mingyu mendesah lagi, “oke, gue minta maaf. Gue ngerti


rasanya jadi gue tau gue salah,” ucapnya membuat
Hayoung terpana pemuda ini sudah berubah lebih dewasa
dari sebelumnya.

“Sekarang, lo bisa jelasin apa maksudnya lo gandengan


sama mantana gebetan?” tanya Mingyu menghakimi.

“Gue nggak gandengan,” elak Hayoung membela diri.

“Wah...” Mingyu berseru belagak kagum, “hebat ya udah


bisa ngeles. Sekarang udah bisa jadi badgirl nih? Yang
pinter boong dan mainin perasaan orang?” sindirnya
pedas membuat Hayoung merasa tersinggung.
“Gue beneran nggak ada gandengan sama dia!” balas
Hayoung menahan geram.

“Gue liat pake mata kepala gue sendiri ya, Hayoung.”

“Tadi tuh Cuma-“

“Hayoung?”

Keduanya tersentak. Hayoung refleks terdiam dan


menoleh. Gadis itu melebarkan mata, melihat Mark sudah
menuruni tangga dan mendekat dengan langkah cepat.

Mingyu mengeraskan rahang, menatap pemuda itu dingin.


Sementara Mark berhenti di antara mereka, membalas
tatapan Mingyu tenang.

“Lo siapa? Ada masalah apa sama Hayoung?” tanya Mark


tajam.

Pemuda itu melirik Hayoung, ingin meraih gadis itu


namun gerakkannya dibaca Mingyu. Membuat Mingyu
segera mengambil tangan Hayoung dan menariknya ke
belakang punggung sementara pemuda itu maju selangkah
ke depan Mark.

“Lo yang siapa,” jawab Mingyu tenang. “Ada urusan apa


ikut campur masalah cewek gue?”
Mark tersentak, mengangkat alis tinggi. Ia mengerjap,
kemudian melirik. Melihat Hayoung di samping Mingyu
menepuk pelan lengan pemuda itu menegur.

“Kenapa? Lo liat kita berantem?” tanya Mingyu santai.


“Hm. Emang lagi berantem. Karena lo nonton sama dia.”

“Ck, apaan sih Gyu,” bisik Hayoung menarik pemuda itu


agar mundur.

Mark menarik nafas pelan, “kalau lo cowoknya...


bukannya seharusnya lo ada sama dia? Terus lo kemana?”
sahut Mark seakan tak takut.

“Apasih ih kok jadi gini?” kata Hayoung memotong


ucapan Mingyu yang hampir menyahuti Mark.

Hayoung menghela nafas, kini agak menjauhkan diri dari


Mingyu tapi mendelik pemuda itu tak mau melepaskan
tangannya. Gadis itu mencoba menenangkan diri, “Kak,
maaf ya. Dia emang anaknya kalau ngomong nggak
ngotak dulu, emang nggak sopan,” ucap Hayoung
membuat Mingyu hampir mengumpat tapi hanya
meremas pelan tangan gadis itu di genggamannya.

“Ck,” Hayoung mendecak dan menoleh garang. “Dan elo,


gue datang ke sini sama Yerin dan Joy. Terus ketemu Kak
Mark sama temen-temennya. Bisa nggak, nggak usah
ngegas?!” katanya galak membuat Mingyu otomatis
menciut dan mengatupkan bibir.

Mark memandangi itu, lalu mendesah pelan. “Jadi dia


cowok yang waktu itu?” tanyanya membuat Hayoung
menoleh.
“Eung, kak-“

“Iya.”

Hayoung menggeram, langsung menarik tangan Mingyu


sampai pemuda itu ke belakang tubuhnya. “Diem lo,”
ancam gadis itu galak.

Mingyu mendengus, dengan sebal menurut dan


mengalihkan wajah.

“Kak Mark, maaf ya... Gue nggak maksud bikin Kak


Mark disalahin gini,” kata Hayoung sopan, membuat
Mingyu gemas ingin menyahuti. “Dan... gue nggak papa.
Gue bisa ngadepin dia. Dia juga bukan tipe cowok kasar
yang main tangan, jadi Kak Mark nggak perlu khawatirin
gini.”

“Ya gimana nggak main tangan gue ngomong aja


ditabok,” gumam Mingyu menggerutu. Kemudian
merintih Hayoung meremas kuat jemari pemuda itu.

Mark menghela nafas, “gue pikir tadi lo ketemu cowok


mabok jadi gue langsung ke sini,” katanya tanpa dosa.

Mingyu menoleh, hampir mengumpat kalau Hayoung tak


kembali meremas tangannya menyuruh diam.

“Eung... nggak kok, he he. Ya emang sih mukanya muka


preman ngelem,” kata Hayoung dengan raut wajah serius
tanpa merasa bersalah.

“Eung, tapi... emang gini kita biasanya he he. Anu, apa,


our style,” celetuk Hayoung mencoba mencari alasan.
Mingyu melirik, diam-diam ingin tersenyum teringat
ketika gadis itu tertangkap basah menjambaknya di depan
Mr Simon. Dia jadi sok manis dan mencari alibi dengan
kikuk.

“Jadi... ini masalah pribadi kok. Aku-eh-gue bisa hadepin


kok,” kata Hayoung berusaha menghentikan kebiasaan
berbicara aku-kamu dengan pemuda ini. “Kak Mark...
bisa nonton lagi. Lebih baik nonton band di dalam kan
daripada nonton adegan gue ngebotakin ni cowok? He
he.”

Mingyu mengulum bibir. “Kok gue jadi kayak nggak ada


harga diri gini sih?” gerutunya pelan, misuh sendiri.

“Hm...” Mark mengangguk kecil, mulai mengerti. “Jadi lo


nggak balik ke dalem?”

“Masih nanya lagi,” sahut Mingyu menggerutu pelan.

“Eum, nggak kak kayaknya..... Gue masih ada


pertandingan,” kata Hayoung penuh arti, memutar bola
mata malas ke arah Mingyu.

“Wahh asik, berapa ronde kita malam ini?”

Hayoung mengepalkan tangan. Tak tahan ia menoleh,


langsung menendang tulang kering Mingyu keras sampai
pemuda itu merintih nyaring dan terjatuh ke lantai.

“Gue udah nahan ya biar nggak malu lo bisa mingkem


nggak!?” amuk gadis itu sudah merunduk memukul-
mukul lengan Mingyu yang kesakitan.
Bodo amat imagenya hancur di depan Mark.

Manusia satu ini jauh lebih dulu harus diurus.

“Eh, eh, Young, udah udah, nanti diliatin orang,” tegur


Mark menoleh kanan kiri. Keadaan memang sepi, tapi ada
beberapa panitia dan stan minuman tak jauh dari mereka.

“Ni anak emang perlu gue gelindingin,” amuk Hayoung


kini menarik rambut Mingyu sampai pemuda itu merintih
nyaring.

“Iya iya ini sakit sumpah ini sakit!!!” kata Mingyu


memohon ampun, mencoba mengelak amukan gadis ini.

Hayoung dengan sebal melepaskan jambakannya,


“tawuran jago, dijambak aja nangis,” katanya meledek.
Kemudian menoleh pada Mark dan menguasai ekspresi
wajah lagi.

“Gue udah peringatin dari awal kan kak... Mending Kak


Mark nonton band di dalam daripada ngeliat adegan
kekerasan kayak gini,” kata Hayoung dengan raut wajah
serius. “Gue masih harus nyelesaiin ni cowok.”

Mark meringis kecil, agak canggung. “Hm... Oke,”


katanya menurut.

Hayoung diam-diam merutuk. Jangan-jangan sekarang


Mark bersyukur nih gagal jadi pacarnya Hayoung karena
ngeliat aslinya dia gimana.

“Titip pesen ke Yerin juga ya kak. Gue nggak balik,” kata


Hayoung tersenyum.
“Nggak usah sok cantik lo senyam senyum,” omel
Mingyu masih sempat, kini terduduk merapikan
rambutnya dengan wajah merenggut.

Hayoung hanya melirik tajam, tapi tak menanggapi dan


kembali memandangi Mark.

“Hm, iya,” jawab Mark kalem. Ia mengangguk, pamit


kemudian berbalik dan mulai melangkah pergi.

Hayoung memandanginya. Kemudian menghela nafas.


Dengan kesal menolehkan kepala pada pemuda di
sampingnya. Gadis itu merenggut, menyipitkan mata
menatap Mingyu sinis. Membuat Mingyu menarik diri,
sudah parno akan kembali „disiksa‟.

“Berdiri lo! Jangan bikin malu!” perintah Hayoung galak.

“Elo yang bikin gue gelindingan!?” balas Mingyu sewot.

“Cih,” Hayoung sambil mendecih mengulurkan tangan,


membuka jemari menawarkan diri.

“Nggak,” tolak Mingyu membuang muka.

Hayoung hampir mengumpat, “oh yaudah. Gue ikut Kak


Mark aja!” katanya ingin beranjak tapi tangan Mingyu
langsung mengambil jemarinya menarik pelan gadis itu.

Hayoung mencibir, menarik Mingyu sampai cowok itu


kembali bangkit. Dan ketika Mingyu berdiri, cowok itu
tiba-tiba maju mengecup bibir Hayoung menekannya
beberapa detik sebelum menegakkan tubuh.

Hayoung melotot. Gadis itu beku sesaat. Kemudian


dengan memias menoleh kanan kiri, memastikan tak ada
yang melihat.

“Sekarang, satu kali lo jambak gue berarti satu kali gue


cium sebagai balasan,” kata Mingyu tanpa beban. “So,
jangan berani jambak gue di depan umum,” lanjutnya
dengan manis sambil memegang kedua pipi gadis itu.

Hayoung mencibir pelan, menurunkan paksa tangan


pemuda itu dan menjauh. Walau pipinya merona ia
mencoba memasang wajah garang.

“Apa sih lo? Nggak usah bertingkah kayak pacar,” sindir


Hayoung galak.

“Oh?” Mingyu melebarkan mata, “ini kode mau gue


tembak sekarang?”

Hayoung mengumpat kecil, ingin maju tapi segera sadar


dan hanya bisa menghela nafas keras.

Membuat Mingyu menyeringai puas penuh kemenangan.


“Tenang, jangan galau. Nggak bakal gue gantungin kok,”
katanya dengan wajah songong, membuat Hayoung
gemas mengepalkan tangan berusaha tak khilaf
menjambak cowok ini lagi.

“Lagian juga, sebenarnya selama ini kan kita pacaran.


Tapi lo nggak mau ngaku aja jadi ini istilahnya pacaran
satu arah dari pihak gue,” lanjut Mingyu tanpa beban
dengan gaya serius.

Hayoung mendesah sambil merapatkan bibir. “Hm. Wajar


sih temenan sama Bobby,” gumamnya pelan manggut-
manggut kecil. “Kalian tuh satu didikan atau gimana?
Atau kalian tuh sebenarnya saudara-“

“Young, gue suka sama lo.”

Hayoung langsung terdiam. Garis wajahnya berubah.


Tertegun pemuda ini tiba-tiba mengaku begini.

“Gue udah pernah bilang nggak sih?” tanya Mingyu


merendahkan suara lebih rendah, menatap gadis ini
dalam. “Gue udah sayang sama lo.”

Mata Hayoung membulat, “ha?” gumamnya pelan, jadi


bengong begitu saja.

Mingyu diam beberapa saat menatapi gadis ini. Ia


kemudian mengulum bibir, berdehem mengusap ujung
hidung sesaat. “Mumpung gue inget sih,” celetuk pemuda
itu membuat Hayoung mengernyit, “jadi gue tanyain
sekarang. Selama ini lo suka juga nggak sama gue?”

Hayoung mengangkat alis. Ia jadi agak kikuk, “.... kalau


lo nggak inget.... lo nggak bakal nanya?” tanyanya tak
menjawab pertanyaan Mingyu.

“Karena selama ini nggak sempet,” jawab Mingyu


mengedikkan bahu kecil, “jadi mumpung inget. Ya walau
gue tau lo nggak bakal nolak gue sih,” sambungnya
terkekeh sombong.
“.......................... mati aja sana.”

Mingyu menoleh, malah tersenyum samar. “Gue udah


lewatin wali kelas lo, ketua kelas gue sendiri, dan yang
lainnya. Tega dong kalau lo nggak balas perasaan gua,”
katanya membujuk.

“Eh, bentar,” Mingyu tersentak teringat sesuatu.


“Kayaknya gue belum lawan kakak lo. Kapan bisa
ketemu?” tanyanya jadi bersemangat.

“Lo tuh makhluk apa sih?!” geram Hayoung mendorong


cuping hidung Mingyu dengan dua jari.

Mingyu meraih jemari Hayoung, kemudian tertawa


ringan. “Iye iye canda. Dari awal naksir adeknya elah,”
sahut pemuda itu membuat Hayoung mengulum bibir
dengan pipi merona.

Mingyu memandangi gadis itu, tersenyum samar. “Ciee


blushing,” godanya memainkan jari di bawah dagu
Hayoung membuat gadis itu melotot.

Hayoung segera menjauhkan diri, “dasar sinting,” katanya


singkat. Kemudian mencuatkan bibir mengalihkan wajah
dan beranjak, “mending gue balik nonton Giriboy.”

Mingyu mengatupkan bibir. Dengan tenang menoleh,


memandangi gadis itu masih di tempatnya berdiri. “Lo
masih nggak mau jawab?” tanya pemuda itu tiba-tiba,
menghentikan langkah Hayoung begitu saja.

Mingyu menghela nafas. Menggaruk sesaat lehernya yang


tak gatal, kemudian memasukkan tangan ke saku celana
sambil mengalihkan wajah ke arah lain. “Yaudah, gini aja
terus,” gerutu pemuda itu pelan.

Hayoung diam sejenak. Gadis itu menggigit bibir,


kemudian perlahan membalikkan tubuh. Memandang
pemuda tersebut yang berjarak sekitar tiga meter darinya.
Hayoung mencibir pelan, “makanya, serius dikit kek.”

“Gue serius,” jawab Mingyu menoleh pada gadis itu. “Elo


aja yang muter-muter.”

“Elo juga,” balas Hayoung tak mau kalah.

“Elo lah. Gue udah nanya tapi terus aja dialihin,” sahut
Mingyu juga menyalahkan.

“Elo juga pasti minta dihina mulu,” kata Hayoung galak.

Mingyu menggeram, ingin membalas. Tapi pemuda itu


mengatupkan bibir dan menghela nafas keras, mencoba
sabar. “Emang melatih emosi banget berhadapan sama ni
cewek,” racaunya bicara entah pada siapa.

Hayoung mendelik. Melipat kedua tangan di depan dada


menatap pemuda itu dengan bibir agak merenggut.

Mingyu diam sejenak. “Oh, gini aja,” celetuknya


mendapat ide, memandang gadis itu. “Kita main gunting
batu kertas. Kalau gue kalah, lo jadi pacar gue. Kalau gue
menang, gue yang jadi pacar lo.”

Gadis itu refleks tenganga. Ia tertegun sesaat, lalu


melengos tak paham sendiri. Hayoung mendecak kecil,
menggerutu pelan. “Masa gue bakal punya cowok sebego
ini sih?” keluhnya bersungut membuat Mingyu mendelik.

Mingyu mendengus, mencoba mencari balasan. “Halah,


dari semua cowok juga elo maunya sama gue.”

Hayoung melotot kecil, “HA HA!” serunya tertawa keras.

“HA HA! Emang iya,” balas Mingyu sewot.

Hayoung menggeram, sudah memberikan tatapan


garangnya. Sementara Mingyu mendengus dan berjalan
mendekat menghampiri gadis itu.

“Sini duel. Gunting batu kertas,” tantang Mingyu meraih


paksa tangan Hayoung ke depan.

Hayoung mengerucutkan bibir. Kali ini menurut, dengan


kerlingan geram. Mingyu memberi aba-aba, kemudian
keduanya menggerakkan tangan. Mingyu menunjukkan
jari telunjuk dan jari tengah, sementara Hayoung
membuka kelima jemarinya.

“Wah gue me—ARGHHH!”

Pemuda itu mengaduh, saat telapak tangan Hayoung maju


terangkat meraih rambut depannya dan langsung
menariknya tanpa ampun.

“Bisa nggak ngomong itu difilter dulu ha!? Bisa nggak!?”


amuk Hayoung sudah menarik-narik kepala Mingyu.
Bersyukur ramainya suara konser di stadion cukup
mereda pekikan mengaduh Mingyu sementara tak ada
orang di sekitar mereka kini.
“Woi udah anjir nanti pacar lo botak!?” ucap Mingyu
berusaha melepaskan tangan Hayoung dari rambutnya.

Hayoung melepaskan tangan, kemudian memukul pelan


kepala Mingyu sekali lagi. “Elo tuh emang minta disiksa,”
katanya dengan kesal.

Mingyu merintih, memegangi kepalanya beberapa saat.


“Aw, sakit tau,” katanya merintih kesakitan.

Hayoung melirik, melihat pemuda itu terus mengusap


kepalanya. “Nggak usah lebay deh,” ucap gadis itu tanpa
sadar menurunkan intonasi, jadi agak takut.

“Ck, beneran. Rontokan rambut gue,” kata Mingyu


kembali merintih.

Hayoung merunduk, memandang telapak tangannya.


“Nggak tuh nggak ada rambut rontok,” elak gadis itu
ngeles.

“Ya tapi sakit lah! Perih,” sungut Mingyu masih


mengusap-usap kepala.

Hayoung melengos, jadi maju mendekat. Gadis itu


menjulurkan tangan, ikut mengusap kepala Mingyu. “Gue
kan pelan-pelan...” katanya mencari alasan.

“Ck, apanya pelan?” sahut Mingyu manyun kecil.


Merunduk mempersilahkan gadis itu mengusap
kepalanya.

Tapi detik berikutnya pemuda itu memajukan wajah ke


depan gadis ini. Ketika bisa mengunci bibir gadis itu,
bibirnya tersenyum begitu saja. Seakan menang karena
usahanya berhasil, membuat Hayoung menegak.

Dan

Tangan Hayoung di kepala Mingyu kembali meraih


rambut pemuda itu menariknya keras. Membuat Mingyu
mau tak mau melepaskan ciumannya dengan kepala
sampai seakan ingin jatuh ke belakang.

“ARGH IYA IYA AMPUN SUMPAH GUE KHILAF!”

- end, 15 Juni 2017

**
EXTRA CHAPTER: QNA
> QNA SPECIAL <

“Lo yakin bakal ada yang nonton?”

“Kemaren lo buka pertanyaan, banyak yang masuk.


Lagian, ada gue. Pasti rame.”

“HA HA! Sinting.”

“HA HA! I love you too.”

> QNA SPECIAL <

“Kenapa banyak pertanyaan aneh?” tanya Hayoung


merunduk membaca hapenya, sementara Mingyu di
sampingnya merapat ikut melihat.

“Yang ini aja,” kata Mingyu ke layar hape, “dari delyjjjna


apaan sih anjer susah banget namanya bikin emosi,” baca
Mingyu mengerutkan alis.
“Delyjny,” ralat Hayoung kalem, “lo kalau nggak bisa
baca nggak usah nyalahin orang,” katanya membuat
Mingyu mengatupkan bibir dan mendengus sabar.

“Pertanyaan yang mana? Dia banyak nanya,” kata


Hayoung membaca komentar yang muncul di post
instagramnya itu.

Mingyu mengambil alih hape dari tangan Hayoung,


kemudian membaca tenang. “Kalian tuh cocok ya, goals
banget sama-sama tinggi. Rahasianya apa?” katanya
membacakan, kemudian dan mendongak dan tersenyum
miring, “terima kasih.”

Hayoung baru membuka mulut tapi Mingyu kembali


melanjutkan.

“Untuk Mingyu kenapa sih lu bikin anak orang baper?


Gue juga ikut baper,” kata Mingyu membacakan
komentar, kemudian terkekeh sombong. “Ya gimana ya
padahal gue nggak niat sih. Gue diem aja anak gadis
ambyar semua.”

Hayoung langsung merebut hapenya kembali. Ia


mendengus, membaca komentar yang datang dengan
tenang. “Hayoung, apa alasan nerima Mingyu?”

“Karena gue-“

“Diem.” Hayoung menoleh kali ini, menatap pemuda itu


tajam membuat Mingyu mengerecutkan bibir dan
memundurkan diri bersandar pada dinding di
belakangnya. Hayoung menghela nafas, memandang
kamera kembali. “Ini bakal makan durasi lama, jadi gue
minta maaf kalau kalian bosen. Kalian bisa ngecepetin
kalau bagian dia ngomong,” katanya bicara pada layar
kamera.

“Alasan nerima Mingyu...” Hayoung memain-mainkan


jari di dagunya sejenak, “karena pujaan hati gue ninggalin
gue ke Jepang... Jadi gue sedih. Dan ngeliampiasin ke
Mingyu.”

Mingyu mengumpat.

“Lagian... dia bisa ditonjok dan dijambak, jadi gue butuh


itu,” lanjut Hayoung tenang tanpa dosa.

“Nggak ada yang nanya kenapa gue mau jadi pacar lo?”
tanya Mingyu melirik malas.

“Nggak ada, nggak ada yang peduli,” jawab Hayoung


merunduk membaca layar kembali.

“Yaudah gue jawab sendiri,” kata Mingyu memajukan


diri. “Dia nangis-nangis ke gue dan bilang, „Gyu maaf ya
akhirnya gue sadar elo tuh lebih baik dari Mr Simon jadi
gue bakal milih lo selamanya‟,” katanya memeragakan
gaya yang dibuat-buat membuat Hayoung menggigit lidah
berusaha menahan diri. “Padahal gue udah bilang sama
dia kalau gue nggak bisa, tapi Hayoung selalu bilang,
„kalau bukan sama lo gue nggak tau lagi cari kebahagiaan
dimana‟.”

Hayoung mengumpat, “seluruh dunia juga tau gue nggak


sealay lo,” kata gadis itu membuat Mingyu mengatupkan
bibir, “kalau ngarang pinteran dikit,” gadis itu
mendengus, “kasihan.”
Mingyu mengulum bibir ke dalam. Pemuda itu tak bisa
menahan. Ia tiba-tiba maju meraih kamera dan
menjatuhkan layarnya menampilkan langit-langit rumah
saja. Dan berikutnya hanya terdengar pekikan Hayoung
disertai tawa.

“Iya iya ampun, MINGYU!”

Tak lama kamera kembali pada posisi semula. Mingyu


memperbaikinya dengan wajah tenang. Sementara
Hayoung sudah out frame. Yang kemudian kembali
duduk sambil memperbaiki rambut sebahunya dan
menghela nafas seakan terengah.

“Ck, gue tadi udah dandan,” rengek Hayoung melihat


bayang wajah di layar kamera, jadi mundur ke belakang
punggung Mingyu yang tersenyum tenang.

“Jangan belagak seakan-akan gue abis ngapa-ngapain lo,”


kata Mingyu datar, membuat Hayoung langsung menegak
dan memberikan tatapan dingin.

Mingyu membalas tatapan itu. Kemudian maju tiba-tiba


membuat Hayoung melotot dan segera mendorongnya
menjauh.

Hayoung dengan malu memandang ke kamera lagi, “ck,


jangan bikin orang jadi lempar hape pas nonton ini,”
katanya mencuatkan bibir kecil.

“Makanya, serius,” balas Mingyu memperbaiki posisi


duduk.
“Elo duluan.”

“Elo.”

Hayoung tenganga kecil. Gadis itu mengatupkan


bibir,mendengus keras sambil mendongak ke atas. “Oh,
Tuhan. Sabarkan aku...” gumamnya mengusap-usap dada.

Mingyu mengikuti mendongak ke atas, “Tuhan, sabarkan


aku juga...”

Hayoung menggeram, meraih botol minum di dekatnya


dan meneguknya. Gadis itu mengusap bibir sesaat dan
meraih hape, “oke kembali ke pertanyaan,” katanya sudah
tenang lagi.

“Dari sandrawim, Hayoung kalau Mingyu abis tawuran


biasanya diapain?” baca gadis itu membuat Mingyu
meneguk minum dari Hayoung tadi jadi melirik.

“Ya gue obatin,” jawab Hayoung tenang, “kalau udah


sembuh baru gue jambakin.”

Mingyu langsung tersedak, pemuda itu terbatuk kecil


menutup tutup botol. Ia berdehem dan memandang
kamera, “gue udah nggak pernah tawuran. Gue dah
tobat.”

Hayoung mencibir saja, tak menanggapi banyak. “Dari


abangiphoel69.... astaga ini Bobby ya?!”

Hayoung melengos pelan, “Hayoung kalau Mingyu


kecentilan mau diapain?” bacanya dengan tenang, “ya
mau diapain paling gue pasung.”
“Cih, sok galak,” balas Mingyu meledek. Ia memandang
ke layar kamera, “Oh Hayoung tuh cuma pecitraan doang
garangnya. Aslinya dia cuma kucing persia yang manja.”

“Nggak,” balas Hayoung tak menoleh dan memilih


pertanyaan di hape.

“Gue tau kelemahan Hayoung biar dia diem—“

“YA YA OKEEEEE,” potong Hayoung segera, membuat


Mingyu menahan senyum lebar kemenangan.

“Pertanyaan dari seehoonie, Kak Hayoung enak nggak


pacaran sama Mingyu?”

“Jawab serius,” kata Mingyu sebelum Hayoung


melanjutkan.

“Hm? Oke. Serius. Next question....”

Hayoung memekik kecil ketika Mingyu menusukkan jari


telunjuknya ke pinggang gadis itu.

“Sini tanya ke gue, lo mulu,” protes Mingyu ingin


mengambil alih hape di tangan Hayoung tapi Hayoung
mendorongnya menjauh.

“Nih dari fleurorch, duh agak susah ya namanya,” kata


Hayoung membaca, “Mingyu, Hayoung tuh cocoknya
sama Mino atau Mark ya?”

Hayoung menoleh, memandang Mingyu dan mengerjap-


ngerjap sementara pemuda itu memainkan lidah sejenak
di dalam mulut sambil memandang ke arah kamera lurus.
“Siapa tadi yang nanya?”

“Fleu,” jawab Hayoung menatap pemuda ini ingin


mendengarkan jawabannya.

“Hm...” Mingyu mengangguk-angguk kecil, “gue pengen


tau sekolah sama alamat rumahnya biar enak entar kirim
terrornya gimana,” kata pemuda itu tenang walau
berikutnya tangan Hayoung menoyor pipi pemuda itu.

“Pertanyaan dari gyuanlin, hm namanya familiar,” kata


Hayoung membaca komentar, “kalau pacaran biasanya
kalian ngapain?”

“Emang orang pacaran biasanya ngapain?” tanya Mingyu


balik.

Hayoung bergumam-gumam, “kita..... jambak-jambakkan,


tonjok-tonjokkan....”

“Tendang-tendangan, tabok-tabokan,” kata Mingyu


melanjutkan, “saling hina... saling memaki...”

“Hm, kayak pacaran normal biasa,” kata Hayoung


mengedikkan bahu santai.

“Hm... normal....” Mingyu memandangi kamera, “orang-


orang yang nonton ini pasti jadi prihatin sama gue dan
berniat bikin kampanye hastag save Mingyu,” katanya
dengan serius.

Hayoung membasahi bibir bawah, ikut memandang


kamera dengan ekspresi serius. “Yang ada orang-orang
bingung kenapa dua orang kayak kita bisa nyatu kayak
gini,” kata gadis itu sungguh-sungguh. “Kita kayak anak
dua orang kaya yang dipaksa dijodohin.”

Mingyu mendengus. Lalu menoleh, “ayo dong romantisin


gue, biar goals kayak selebgram,” kata pemuda itu
mencolek lengan Hayoung.

Hayoung menautkan anak rambut ke belakang telinga,


“elo mau romantis? Romantis gimana?” tanyanya
menanggapi.

“Yang manis dong biar kayak cewek,” balas Mingyu


membujuk. “Aegyo, aegyo. Kayak korea.”

Hayoung menguasai ekspresi wajah. Gadis itu menarik


nafas pelan, menolehkan kepala. “Gue nggak tau,”
katanya membuat Mingyu menipiskan bibir. Hayoung
merapat, mecolek-colek pelan telunjuknya di lengan
Mingyu. Lalu merendahkan intonasi bicara, “ajarin
dong....”

Mingyu merutuk. Merona begitu saja.

Pemuda itu menggigit bibir. Mengalihkan wajah dan


meneguk ludah. Ia berdehem, “yaudah nggak usah nggak
papa,” katanya dengan pipi memanas mendorong
Hayoung menjauh. “Gini aja. Udah pas. Nggak usah
aneh-aneh,” ucap pemuda itu memandang layar kamera
belagak memperbaiki rambutnya.

Hayoung yang mengerti menahan senyum, lalu merunduk


lagi membaca komentar di hapenya. “Lemah,” gumam
gadis itu jelas membuat Mingyu mengerucutkan bibir.
Kedua lengan Mingyu melingkar di pinggang Hayoung,
merapat dan menaruh dagu di bahu gadis itu ikut
membaca deretan pertanyaan yang ada di kolom komentar
instagram Hayoung. Sementara gadis itu tetap kalem
dengan tenang.

“Yaampun ini banyak banget yang nanya gue bingung,”


kata Hayoung mencicit kecil.

“Kenapa banyak nyebut nama orang lain, followers lo pho


semua,” kata Mingyu tanpa filter, membuat satu tangan
Hayoung terangkat menekan kedua pipi Mingyu sampai
bibir pemuda itu mencuat maju.

“Lagian dari tadi kita nggak ada jawab serius,” kata


Hayoung menaruh hape ke atas meja, “sudahlah, cukup
sampai di sini aja. Daripada yang nonton jadi gumoh.”

“Mereka nggak bakal gumoh kalau ada gue,” kata Mingyu


menempelkan dagu di bahu Hayoung.

“Tapi setelah video ini dipost, fans lo bakal turun drastis


tanpa sisa,” kata Hayoung santai, “karisma bosgeng
sekolah luntur nggak ada sama sekali di video ini.”

Mingyu jadi menipiskan bibir. Baru menyadari itu.

Hayoung memperbaiki poninya sesaat, memandang


kamera. “Oke ini adalah video pertama dan terakhir
bersama Mingyu karena nanti-nanti gue nggak akan bawa
Mingyu lagi di channel youtube gue,” kata Hayoung
melambai-lambai ke layar kamera.
“Santai mah, gue juga bakal bikin channel youtube isinya
gue doang durasi 20 menit. Kalian nggak perlu kecewa,”
balas Mingyu memain-mainkan alis ke arah layar.

Hayoung mendecih. Tangannya terjulur, ingin mematikan


kamera. Walau sebelum layar berganti hitam, bisa terlihat
Mingyu mengecup pipi gadis itu tiba-tiba. Mengakhiri
video mereka sore itu.
(author note)

> karena permintaan di Heartattack <

> cerita mengandugn spoiler besar konflik akhir


Heartattack <

Ekstra Chapt #2
Line!

Mingyu: Young

Mingyu: Yang

Mingyu: Yoyoung

Mingyu: yayang

Mingyu: ck elah

Mingyu: sombong bener

Mingyu: jadi inget awal gue deketin


Mingyu: gue kayak depkoleptor yg ngejar2

Mingyu: diblock lagi

Mingyu: yang

Mingyu: ngomong dulu sini elah

Mingyu: hayoung

Mingyu: gue beneran minum obatnya

Hayoung yang sedari tadi berbaring sambil memerhatikan


pop up message yang muncul tanpa berniat membukanya
langsung terlompat dari tempat tidur. Gadis itu melemas,
membuka chat begitu saja.

Mingyu: asik diread

Mingyu: abang di depan rumah

Hayoung menggeram. Gadis itu melompat turun, berlari


keluar dari kamar. Ia mendumel-dumel kecil memperbaiki
penampilannya. Wajahnya mencoba dingin dan datar
membuka pintu dan melangkah keluar.

Mingyu yang duduk di atas motor sambil merunduk pada


hape jadi mengerjap dan menoleh. Pemuda itu
menegakkan tubuh, dan dengan tenang membuka lengan
seakan menyambut.

Hayoung berhenti. Menghela nafas keras. "Nggak lucu tau


nggak," kata gadis itu tajam.

Mingyu jadi menurunkan tangan dan merapatkan bibir.


Pemuda itu turun dari motor, kemudian mendekat. "Gue
kayak gini karena siapa?" tanyanya berhenti di hadapan
gadis itu.

Hayoung menggigit bibir sesaat, "ya tapi becandaan lo


nggak lucu," katanya menahan geram, "semua orang
hampir mati gara-gara lo."

"Lebay ah, nggak semua orang juga kali," sahut Mingyu


tanpa merasa bersalah.

Hayoung jadi mendengus, langsung berbalik ingin pergi.


Membuat pemuda itu segera menarik lengannyanya
menahan gadis itu.

"Iya, iya, maaf," kata pemuda itu mendekat, "peluk dulu


sini jangan marah," katanya mengangkat lengan menarik
tubuh Hayoung.

Hayoung merenggut kecil, tak membalas pelukan pemuda


ini walau juga tak menolaknya. "Elo beneran nggak make,
kan?" tanyanya merendahkan intonasi.

"Nggak," jawab Mingyu tenang. "Tes aja, gue berani."

Gadis itu melengos keras. Masih menaruh lengan di


samping tubuh dan tak balas pelukan pemuda ini. "Gue
bahkan sampai nggak bisa jambak lo kayak biasa..." ucap
gadis itu melirih, "nggak lucu tau nggak."

Mingyu diam. Pemuda itu menarik nafas,


menghembuskan pelan dan mengeratkan pelukannya.
Menaruh dagu pada bahu gadis itu. Ia merendahkan
intonasi bicara, "Young... gue tadi juga merinding...
dihantui Moonbin yang babak belur sampai dikasih obat
nggak jelas, gue harus hati-hati banget...." katanya seakan
mengadu, membuat Hayoung jadi meneguk ludah.

Hayoung mendorong pelan Mingyu agar pemuda itu


memandangnya. Ia agak memajukan bibir, "karena itu,
nggak usah kayak gini lagi. Anak kecil itu bahaya. Lo
nggak perlu ikut-ikutan lagi."

Mingyu memandangi gadis ini, kemudian tersenyum


perlahan. "Gue nggak bisa," katanya membuat Hayoung
mendecak siap mengamuk memerotes. "Gue ngerasa jadi
berguna karena ini. Kan lo bilang gue tuh nggak ada
gunanya," ucap Mingyu menyindir pelan membuat
Hayoung mengatupkan bibir, jadi mencibir pelan dengan
sinis.

"Lagian ya, karena ini gue pengen jadi detektif. Kayaknya


emang keahlian gue tuh jadi mata-mata yang pro," kata
Mingyu mulai kepedean lagi.

"Hm, lo kan emang jago membual," sahut Hayoung


membuat garis wajah merekah Mingyu jadi menurun
begitu saja. "Apalagi kalau lo detektif yang bagian
nyelidikin mafia atau bandar narkoba. Pas sih tampang lo
tampang preman ngelem."
Mingyu langsung terkekeh sinis. "Gimana kalau lo jadi
bawahan gue? Buat gantiin anjing herdernya," katanya tak
mau kalah.

Hayoung menipiskan bibir, yang berikutnya memajukan


kedua tangan ingin menyerang. Tapi Mingyu dengan
sigap juga mengangkat tangan menepis amukan Hayoung.
Bahkan Mingyu mengeluarkan suara-suara ala silat di
film menepuk pelan tangan Hayoung yang berusaha
mencakar ataupun menjambaknya.

Hayoung menggeram, akhirnya mengalah dan berhenti.


Mingyu menatap gadis itu dalam, lalu tertawa kecil.

"I love you."

"Bodoamat."
Extra Chapt #3
Line!

Mingyu:

Mingyu: cie

Hayoung: paan

Mingyu: ternyata pernah sama temen gue


Hayoung: paan sih dah lama

Hayoung: dapat darimana potonya

Mingyu: cantik amat senyumnya

Mingyu: mantan terindah ya?

Hayoung: paan sih

Mingyu: jangan salting elah

Mingyu: baperan nih

Hayoung: itu awal mos ya mingyu.

Mingyu: enak nggak sama dia?

Hayoung: paan sih lo

Hayoung: itu udah lama.

Mingyu: udah lama bukan berarti gak ngomong ke gue


kan.

Hayoung: lah ngapain gue bahas itu kan masa lalu

Mingyu: dia temen gue. Tapi gue gak tau apapun.

Mingyu: sekarang kita ini pacaran nggak sih?

Mingyu: apa gue masih pacaran sepihak?


Hayoung: terus mau lo gue bahas dia gitu? Entar malah
gue dibilang gamon nggak bisa lupa kenangannya. Salah
juga.

Mingyu: seenggaknya gue tau lah.

Mingyu: yaudahlah. Emang kapan oh hayoung mau


kalah?

Hayoung: paan sih lo gara2 masa lalu doang gini amat

Hayoung: itu udah lama mingyu, lama banget

Hayoung: gue sama dia juga baik baik aja

Hayoung: kita cuma cinlok2 ala MOS gitu doang cuma


baper2 sesaat aja

Hayoung: sekarang kita temenan biasa

Hayoung: gyu apaan sih ih

Hayoung: gak usah sok ngambek ya.

Hayoung: mingyu.
"He."

Mingyu yang bersandar di pintu kelas 12 IPS 4 melirik,


kemudian menoleh pada gadis yang mencolek pundaknya.
"Apa."

Joy merapatkan bibir, "ngapa dah lo ngambek sama


Hayoung?"

Mingyu melengos, merunduk memainkan hapenya


dengan gaya tak peduli. "Napa dah lo ngurusin hidup
gue," balasnya datar.

Joy jadi mendecih, "kalau Hayoung nggak curhat


kebingungan panik gitu ya nggak bakal gue datangin lo,"
ucapnya membuat Mingyu melirik dengan alis terangkat
sebelah.

Joy menarik nafas, menghembuskannya keras. "Lo salah


banget kalau jealous sama Taehyung."

"Gue nggak jealous," balas Mingyu datar dan merunduk


lagi pada hape.

"Ya, ya. Serah apa namanya," kata Joy memutar bola


mata. "Tapi, fyi nih ya. Hayoung sama Taehyung tuh
cuma............................................. khilaf."

"Ha?" Mingyu kini menoleh, menatap gadis itu dengan


delikan.

Joy mengerjap-ngerjap, "gue bingung cari kata yang


tepat," celetuknya polos.
Mingyu diam sejenak. Tapi akhirnya tak bisa menahan
lagi. "Emang kenapa mereka bisa pacaran?"

"Jadi pas MOS itu, sebenarnya Hayoung dideketin Kak


Sehun sama Taehyung...."

Garis wajah Mingyu mulai mengeruh.

"Tapi yang ngegas tuh Taehyung. Terus nembak duluan.


Hayoung juga baper waktu itu, apalagi kalau sama Kak
Sehun kan fansnya banyak ya sementara Hayoung masih
anak baru jadi ya daripada aneh-aneh jadi dia ngejauh dari
Kak Sehun dan dengan nerima Taehyung," kata Joy
menjelaskan. "Ya biasa lah, Ming. Kan baru lulus SMP
noh, jadi pikirannya masih pikiran anak bayi."

Mingyu menipiskan bibir, tak menyahuti.

"Tapi setelah pacaran sama Taehyung, malah semua biasa


aja. Nggak ada gregetnya lagi gitu. Taehyung juga sering
ngilang, dan Hayoung nggak ngerasa kehilangan atau
harus nyariin. Mereka malah kayak nggak pacaran," kata
Joy menceritakan, "jadi Hayoung mutusin. Mereka
sebulanan aja nggak ada kali. Cuma ya... kayak cinlok-
cinlok MOS gitu."

Mingyu menghela nafas berat, "terus si Sehun?" tanyanya


serak.

"Sehun?" Joy mengernyit sesaat, "Mereka ya deket lagi.


Sering pulang bareng juga dulu. Tapi cuma adek-kakakan
doang, si Sehun nggak pernah ngajakin pacaran," kata Joy
berbisik dengan gaya menggebu. "Sampai kenaikan kelas
juga nggak ada pergerakan sama sekali. Yaudah si
Hayoung mundur perlahan. Eh tapi, ada si alumni Mino
yang nyamperin."

Wajah Mingyu kembali mengeruh, "wah. Banyak juga


ya," katanya belagak terkejut sambil terkekeh sinis.

"Yang ini udah baper, Ming. Tapi baru aja mau maju, eh
si Hayoung tau Mino sebenarnya ada apa-apa sama Hayi.
Jadi Hayoung mundur lagi dah," kata Joy sudah tanpa rem
dan lupa diri yang sedang ia bahas ini Oh Hayoung, teman
yang tak segan menarik rambutnya kuat-kuat jika ia
bertingkah aneh-aneh.

"Kasian gagal mulu," kata Mingyu menyindir sinis.

"Ada Kak Mark yang deketin dia," balas Joy tenang, "pas
festival sekolah kemarin kan Kak Mark main futsal di
sini, terus kenalan sama Hayoung. Udah keliatan sih dia
naksir. Kalau yang ini si Hayoung jarang curhat tentang
perasannya cuma sering ngomong aja Kak Mark ngajak
jalan atau apa jadi nggak tau dia waktu itu beneran baper
apa nggak."

Mingyu merapatkan bibir, kini melipat kedua tangan di


depan dada. Mulai merasa panas dan berusaha
menenangkan diri yang ingin meledak.

"Tapi ya Ming.... ada satu nih yang gue bingungin," kata


Joy dengan raut wajah serius membuat Mingyu
mengangkat sebelah alis. "Bayangin aja Ming. Dari
Taehyung, Sehun, Mino, Mark..................... kok
endingnya dia malah milih elo?"

Mingyu hampir mengumpat.


"Gue beneran nggak abis pikir gitu," kata Joy polos juga
dengan serius. "Elo tuh beda banget lah. Maksud gue,
Hayoung yang beda. Hayoung paling beda sama lo.
Hayoung tuh kalau deket cowok yang dia suka, ya dia
pasti jadi manis nan kalem. Tapi sama lo dia beneran
nggak perlu sok anggun lagi ya dia jadi Oh Hayoung yang
tukang jambak dan bermulut kejam layaknya ibu tiri."

Mingyu melebarkan mata. Kini jadi menegak dan terdiam.

"Apalagi kayak gini nih. Masih rada aneh buat gue


seorang Oh Hayoung panik dan galau gara-gara cowok
ngambek. Biasanya mah apaan sih, dia cuek-cuek aja.
Tapi gara-gara lo Hayoung jadi.... apa ya
bahasanya................ Jadi takut kehilangan gitu loh,
Ming," kata Joy sungguh-sungguh.

Mingyu menggigit ujung bibir, mengalihkan wajah dan


makin hilang kata tak bisa menyahut.

"Hayoung kayak udah nemu something yang selama ini


dia cari gitu. Bahkan Hayoung nggak perlu capek-capek
jadi cewek manis depan lo. Lo terima Hayoung apa
adanya, karena itu Hayoung bertingkah apa adanya di
depan lo." Joy lalu menghela nafas, "karena itu, kenapa lo
marah karena tau Hayoung pernah pacaran sama temen
lo? Padahal Hayoung pasti jelasin kalau lo nanya."

Mingyu menipiskan bibir. Teringat chat gadis itu yang tak


ia balas.

Joy melengos panjang, "apa jangan-jangan elo emang


sengaja ya sok ngambek biar Hayoung kebingungan?
Cuihhhh dasar buaya. Modus nih lo biar dimanjain,"
tuduh Joy langsung mendecih.

Mingyu menoleh, menatap Joy dengan mata menyipit.


"Maaf ya. Gue sekarang udah jadi manusia seutuhnya.
Beda sama lo yang masih siluman setengah kutu," katanya
menoyor kening Joy dengan telunjuk.

Joy mengumpat, ingin maju melawan tapi Mingyu segera


menghindar kabur. "HE AMINGGGG!!!!!!!" teriaknya
menggelegar di koridor IPS pada Mingyu yang sudah
berlari pergi.

Hayoung menggigit bibir, merunduk fokus pada hape di


tangannya. Gadis itu sempat mengeluarkan suara-suara
pekikan kecil merasa gemas sendiri. Yang tak lama jadi
menggeram, "CK IH GIMANA SIH!?" amuknya sudah
ingin melempar hape mengangkat tangan tinggi sebelum
Jihyo menjerit kaget dan segera menahan gadis itu.

"Sabar, Young, sabar, hape lu itu," kata Jihyo menarik


kembali tangan Hayoung menurunkannya. "Apaan sih?
Main games apa?" tanyanya mencoba menyabarkan
Hayoung yang sedari tadi marah-marah sendiri pada hape.
Hayoung mendecak, "tau ah. Kalah mulu gue," gerutunya
kesal sendiri. Mematikan layar hape dan memasukkan ke
dalam kantong.

Miyeon yang di samping mereka hanya mendesah pelan.


"Si Jisoo dah di kantin nih sama yang lain. Dah yuk,"
katanya mengajak, menuruni satu tangga karena mereka
sedang berdiri di anak tangga pinggir lapangan basket.

"Gue di sini aja," kata Hayoung menurunkan intonasi


membuat Miyeon dan Jihyo menoleh, "nggak ikut."

"Eh, ikut gue streaming aja kuy daripada galau," ajak


Jihyo dengan mata berbinar, mengerjap-ngerjap membuat
Miyeon melengos dan langsung menarik gadis itu pergi.

Hayoung hanya melambai malas pada keduanya yang


berjalan pergi. Gadis jangkung itu menghela nafas,
menyandarkan tubuh ke samping pada pilar sekolah. Ia
memandang bangunan seberang, koridor Kelas 12 IPS.
Lapangan basket di depannya pun kini kosong,
membuatnya jadi makin gelisah.

Tak jauh di belakang gadis itu, sedari tadi seorang


pemuda berhenti di belokan dan bersandar tenang pada
dinding salah satu kelas. Ia memandangi dalam diam
gadis itu sejak bermain games pada hape dan ingin
melempar hapenya dengan marah. Pemuda itu tersenyum
kecil, sudah besar kepala gadis itu tak tenang begini
karena dirinya.
Mingyu menipiskan bibir, tak tega juga. Ia menegak,
berjalan pelan menghampiri Hayoung yang terus
memandang ke arah bangunan IPS.

Mingyu langsung mendekat, memajukan wajah ke


samping pipi Hayoung membuat Hayoung mengerjap dan
menoleh begitu saja.

Hayoung langsung memekik, terloncat kecil kaget


setengah mati. Bahkan tanpa sadar mendorong dan
menabok Mingyu keras sampai pemuda itu yang gantian
memekik kaget.

"Astaga, astaga," kata Hayoung memegangi dada dengan


nafas terengah, masih kaget setengah mati. "Yatuhan
sumpah ngagetin banget LO KAPAN DATANG SIH?!"

Mingyu yang mengusap-usap pipinya karena sudah


ditabok sembarangan oleh Hayoung jadi mencibir.
"Makanya, jangan ngelamunin gue mulu sampai nggak
sadar kan guenya udah datang!" katanya jadi sewot.

Hayoung menatapnya kesal, "mau ngapain lo?" tanyanya


galak.

"Ke kantin," jawab Mingyu tak kalah judes, langsung


beranjak dan melangkah pergi membuat Hayoung
membelalak, refleks menahan dan menarik ransel Mingyu
menarik pemuda itu sampai ingin terjatuh ke belakang
kalau tidak segera menyeimbangkan diri.

"Apa sih? Mau ikut?" tanya Mingyu mendelik.


Hayoung mendecak, mencuatkan bibir dan mengkerut
kecil. "Iya...." sahutnya mencicit, mengalihkan wajah ke
arah lain.

Mingyu mengangkat alis, hampir saja tersenyum kalau


tidak segera menguasai ekspresi wajah. Pemuda itu sok
mendecih, "sono sama mantan lo aja sono," katanya
belagak jutek.

"Ck, paan sih," balas Hayoung menonjok pelan lengan


Mingyu. Walau berikutnya memegang lengan itu dengan
kedua tangan dan mendekat.

Mingyu melirik gadis itu, memajukan bibir bawah


mengalihkan wajah. Ia menarik nafas diam-diam,
menghembuskan pelan dan menoleh lagi. "Makanya,
cerita," katanya sok dingin.

Hayoung mendecak, "paan sih. Kan dah lama."

"Dia temen gue. Kalau bukan temen gue juga gue nggak
repot," balas Mingyu membuat Hayoung mencuat kecil.
"Bilang apa kek, basa basi dikit, ngasih tau kalau pernah
deket atau apa gitu."

Hayoung mendengus kecil, "elo juga nggak pernah cerita


tentang mantan lo," katanya membela diri masih tak mau
kalah.

"Lah, kalau itukan entar panjang ceritanya," sahut Mingyu


tanpa dosa.

Raut wajah Hayoung langsung berubah tersenyum sinis


sok manis, membuat Mingyu balas menyeringai lebar.
Tapi sebelum tangan Hayoung terangkat maju menjambak
rambut pemuda itu, Mingyu lebih dulu memajukan diri
mengecup pipinya dengan cepat membuat Hayoung
tersentak terdiam begitu saja.

Mingyu tersenyum meringis, menurunkan tangan


Hayoung dan menautkan jarinya pada kelima jari gadis
itu. "Mau langsung pulang nggak?" tanya pemuda itu jadi
manis.

"Kantin dulu. Gue belum makan siang," jawab Hayoung


membalas genggaman Mingyu perlahan.

"Segitunya lo galauin gue sampe lupa makan?" tanya


Mingyu melebarkan mata, seakan terkejut kaget.

Hayoung mendecih, kini menuruni tangga bersama


Mingyu. "Mending gue galauin Mr Simon di Jepang udah
makan apa belum," sahut Hayoung menjulurkan lidah
sesaat.

Mingyu tertawa keras. Yang diakhiri dengan umpatan.

Sementara Hayoung tanpa sadar sudah tersenyum riang


berjalan menuju kantin berdua.

-end

Anda mungkin juga menyukai