Anda di halaman 1dari 19

B.A.

D Part 3
Ditulis pada Maret 28, 2016 oleh HanndaGyu

Author : .DancingChen
Title : B.A.D #3
Category : NC-21, Yadong, Romance, Drama, Hurt, Medical,
Cast :
 Super Junior Kyuhyun as Cho Kyu Hyun
 OC – Han Yoon Ha
 OC – Baek Mi Yoo
 Super Junior M Zhou Mi as Zhou Mi
 OC – Lu Yin
 BTS Jungkook as Jeon Jung Kook
 Super Junior Yesung as Kim Jong Woon
 and another casts.
Warn! : Original Chara. Out Of Chara. Alternate Universe. Alternate Timeline.
Typo(s). Bashing Chara. Adults. Slash. Squick. Disgusting. Psychopath. Pedofilia.
Bahasa kaku. Alur bertele-tele. Ga nyambung. Membingungkan. Bikin muntah dan
diare disaat yang bersamaan.
Happy Reading!
 
CHAPTER 3
 
Sejak tadi, Kyu Hyun hanya memandangi wajah Yoon Ha dari samping. Mereka sedang
duduk berdua di bangku panjang yang berada di bawah salah pohon taman. Yoon Ha
tidak henti-hentinya tersenyum. Kyu Hyun pikir, Yoon Ha terlalu senang ketika
bersama dengannya. Bir lemon sudah habis sebanyak tiga perempat bagian di dalam
botol Kyu Hyun. Matanya melirik botol milik Yoon Ha. Bir itu belum tersentuh sedikit
pun.

“Kau akan membiarkan sodanya menguap? Lebih baik kau minum jus lemon saja,” ujar
Kyu Hyun lalu meminum kembali bir lemonnya hingga habis.

Yoon Ha mengangguk kikuk, lalu meminum sedikit bir lemon yang mulai terasa
hambar. “Sepertinya kau sangat menyukai minuman ini,” komentar Yoon Ha.

Kyu Hyun mengangguk sembari tersenyum. “Dulu aku sama sepertimu. Membiarkan
birnya terbuka sampai sodanya benar-benar habis karena menguap. Sedangkan
teman minumku sudah menghabiskan sebotol atau bahkan dua botol bir.”

Yoon Ha mengangguk paham. “Temanmu—”

“Perempuan,” sambung Kyu Hyun. “Lebih tepatnya dia adalah pacarku.”

“Jadi, kau suka bir lemon karena pacarmu?” tanya Yoon Ha.
 

Kyu Hyun menggeleng. “Bukan. Aku menyukainya karena noonaku.”


 

“Kau memiliki noona?”
 

Kyu Hyun mengangguk. “Hm. Tapi, sekarang dia membiarkanku untuk hidup seorang
diri di dunia ini.”

“Lalu bagaimana dengan pacarmu?”

“Dia sudah menikah dengan pria lain.”

“Mi—mian,” kata Yoon Ha kembali menjadi kikuk. Ia meminum bir lemonnya dengan
tergesa-gesa sampai tersedak.
 

Kyu Hyun pun menepuk punggung Yoon Ha pelan. “Hati-hati,” ujarnya. “Kau harus
kembali bekerja kan? Aku tidak ingin kau di pecat nantinya,” kata Kyu Hyun.

“Bagaimana denganmu?” tanya Yoon Ha.

Kyu Hyun bangkit dari posisi duduknya. “Kau duluan saja. Aku perlu mengurus hal
lain.”
 

“Baiklah,” sahut Yoon Ha seraya berdiri. “Annyeong.”


 

“Hm, annyeong. Semoga kita bisa bertemu kembali, Han Yoon Ha.”


 
***
 

Jung Kook melihat ke dalam kantung belanja yang sedang berada di kedua
genggaman tangannya. Ia pikir bekerja di rumah milik Kim Jong Woon hanya akan
menjadi tukang kebun saja, namun istri tuannya itu memberinya tugas tambahan
yang harus dikerjakan. Memang tidak gratis. Setidaknya ia kembali mendapatkan
uang lebih dan Jung Kook tidak keberatan dengan tugas tambahan tersebut.

Sepuluh botol bir lemon tersusun rapi di dalam kantung belanja tersebut. Jika
diminta untuk memilih, maka Jung Kook mungkin lebih memilih soju daripada bir rasa
buah itu. Sayangnya, Jung Kook belum pernah mencoba keduanya, jadi, ia tak dapat
memastikan mana yang lebih enak. Jung Kook masih berada di bawah umur.
 

“Annyeong haseyo,” sapa Jung Kook lalu masuk ke dalam ruang tengah rumah.
 

Disana, Baek Mi Yoo, istri dari Kim Jong Woon sedang duduk santai di atas sofa.
Walaupun dalam posisi duduk santai, raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan
hal itu. Jung Kook menilai, nyonyanya ini selalu dalam keadaan genting.

Memang, Jung Kook juga mengetahui kalau Mi Yoo adalah seorang dokter. Pekerjaan
itu memang tampak genting setiap saat. Jung Kook juga sempat berpikir untuk
menjadi seorang dokter, namun jika melihat keadaan Mi Yoo yang seperti itu, ia
harus kembali mempertimbangkan cita-citanya.
 

“Letakkan saja di lemari pendingin, Jung Kook,” kata Mi Yoo. Matanya sibuk melihat
ke layar ponsel.

Jung Kook mengangguk sambil menyahut, “Ya, Nyonya.”

Jung Kook pun melakukan sesuai dengan yang diperintahkan. Kakinya melangkah
menuju ke dapur yang hanya dipisahkan oleh meja mini bar dengan belasan gantungan
gelas wine di bagian atas. Mirip seperti kelelawar bening.

Saat Jung Kook baru memasukkan satu botol bir ke dalam lemari pendingin, bel pintu
depan pun berbunyi. Jung Kook bangkit dari posisi jongkoknya, berniat menghampiri
pintu untuk membukanya. Namun, ia mengurungkan niat saat Mi Yoo sudah lebih dulu
menghampiri pintu masuk.

Awalnya Jung Kook mengira kalau Jong Woon yang datang, tapi perkiraannya salah.
Dalam posisi setengah jongkok, dari balik meja bar Jung Kook melihat seorang pria
asing. Ia belum pernah melihat pria itu sebelumnya. Sepertinya pria itu juga seorang
dokter. Ya, mungkin rekan bisnis Nyonya Mi Yoo, pikir Jung Kook.

Jung Kook kembali berkonsentrasi pada tugasnya. Ia memasukkan botol bir yang
kelima. Bunyi plak yang cukup keras kembali membuat Jung Kook menghentikan
kegiatannya. Ia kembali mengintip dari balik meja bar. Pria itu sedang memegangi
salah satu pipinya. Kelihatannya, Mi Yoo baru saja menampar pria itu.
 
Jung Kook lagi-lagi berbalik, ia mencoba acuh. Itu bukan urusannya. Botol terakhir
sudah masuk ke dalam lemari pendingin. Ia juga memindahkan kantung belanja ke
tempat sampah.

“Jung Kook~ah, kau boleh pulang,” ujar Mi Yoo yang tiba-tiba saja sudah berada di
belakang Jung Kook.
 

Jung Kook mengangguk. “Saya permisi, Nyonya,” katanya.

Namun, mata Jung Kook sesekali melirik Mi Yoo yang membelakanginya, ketika akan
keluar dari dalam rumah. Saat sudah diluar pun, Jung Kook terlihat bingung mencari
jejak si pria. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang.

“Mereka pasti ada hubungan,” terka Jung Kook. “Teman? Ah, tidak. Tidak mungkin
Nyonya Mi Yoo akan menamparnya. Selingkuhan? Ah, tidak, tidak. Jangan berpikir
aneh-aneh, Jeon Jung Kook. Kau masih remaja, ingat? Tidak pantas mencampuri
urusan orang dewasa.” Jung Kook menekan kedua pipinya, mencoba menyingkirkan
pemikiran negatif yang sempat bersarang di dalam benaknya.

 
***
 

Lu Yin mengetuk-ngetukkan bolpoinnya gelisah. Ia sedang berdiri di belakang meja


kasir sembari memandangi Yoon Ha yang sedang mendisplay  beberapa kotak wafer
ke dalam rak snack. Kemarin, saat Zhou Mi menceritakan semua hal tentang Kyu
Hyun yang diketahui olehnya, Lu Yin tidak bisa menghentikan rasa khawatirnya
terhadap Yoon Ha. Ia sangat ingin memberi tahu Yoon Ha tentang kebenarannya.
Namun, temannya itu sepertinya sudah jatuh di dalam pesona Kyu Hyun. Dan, Lu Yin
tidak tega merusak kebahagiaan Yoon Ha begitu saja.
 

“Kau kenapa?” tanya Yoon Ha sembari meletakkan keranjang di dekat kursi. “Apa kau
menahan kencingmu? Kau terlihat gelisah.”

“Kau gila? Toilet terbuka selama lima belas jam penuh di minimarket ini. Mana
mungkin aku menahan urineku yang memaksa keluar.” Lu Yin tiba-tiba saja menjadi
sewot.
 

Yoon Ha menghela napas. “Jadi, apa yang mengganggumu, Lu Yin?” tanyanya lagi.

“Jauhi Cho Kyu Hyun, Han Yoon Ha,” ujar Lu Yin. Gadis China itu benar-benar
mengatakan kalimat yang sempat nyangkut di tenggorokannya selama beberapa jam
terakhir.

Yoon Ha tersenyum heran. “Apa maksudmu? Aku baru saja mengenalnya, Lu Yin. Dan
aku sedang mencoba untuk lebih dekat dengannya. Apa kau tidak mendukungku?”

“Dia tidak baik untukmu, Nona Han. Jauhi dia!”

“Dia terlihat baik. Aku yakin kau melihatnya juga kemarin. Bahkan, dari penilaianmu
terhadapnya kemarin, dia baik-baik saja kan? Apa yang membuatmu berubah begitu
cepat?”

 
“Baik? Kau baru beberapa kali bertemu dengannya. Kau belum cukup baik
mengenalnya, Han Yoon Ha,” ujar Lu Yin. “Jika kau sudah cukup mengenalnya, apa kau
tahu apa pekerjaan si Cho Kyu Hyun itu huh? Atau bagaimana kepribadian orang itu?”

Yoon Ha terlihat gugup. Ia belum sempat menanyakan pertanyaan semacam itu. Ya,
Yoon Ha juga belum tahu apa pekerjaan Kyu Hyun. “Pe—pekerjaan?” tanyanya.

“Ya!” tegas Lu Yin.

Yoon Ha terdiam.

“Kau tidak tahu kan? Sebelum kau mengenalnya lebih jauh, ku sarankan untuk
menjauhinya, Han Yoon Ha. Ku tekankan! Dia. Sama sekali. Tidak. Baik. Untukmu. Han
Yoon Ha!”

 
***
 

Yoon Ha memakan makanannya tanpa semangat. Ia menyumpit sepotong daging,


namun gerakan slow motion yang menghabiskan waktu sekian menit untuk
memasukkan ke dalam mulut, membuat Jung Kook kesal. Adik sepupu Yoon Ha
tersebut malah menilai noonanya ini tidak menyukai masakannya.
 

Sejak tadi, Yoon Ha masih memikirkan Lu Yin. Apa yang membuat gadis itu
melarangnya untuk mendekati Cho Kyu Hyun? Saat ditanya pun, Lu Yin terlihat masih
enggan untuk menceritakan kebenarannya. Hal itu agak membuat Yoon Ha menjadi
kesal.
 

“Noona,” ujar Jung Kook.


 

“Hm,” sahut Yoon Ha dengan mata menerawang. Sumpitnya berhenti bergerak tepat
di depan mulutnya, membuat gadis itu membatalkan niat untuk memasukkan daging
ke dalam mulutnya.

“Kenapa Noona makan dengan cara seperti itu huh?” tanya Jung Kook, “Noona tidak
menyukai masakanku?”
 

Mendengar pernyataan Jung Kook, mata Yoon Ha membulat dan berekspresi agak
terkejut. Sumpit yang tadi sempat berhenti di depan mulutnya pun seketika masuk.
Yoon Ha juga tiba-tiba bersemangat untuk makan. Dan, ia pun tersedak.

Jung Kook mengambil segelas air, lalu memberikannya pada Yoon Ha. “Hati-
hati,Noona,” ujar Jung Kook sembari memasukkan selembar daun selada ke dalam
mulutnya. “Kalau Noona gugup, kau pasti akan tersedak. Apa yang
mengganggumu,Noona?”
 

Yoon Ha menepuk-nepuk dadanya dan kembali meminum airnya. “Entahlah,” sahutnya


kemudian.

“Entahlah? Noona yakin? Jangan-jangan Noona sedang jatuh cinta dan memikirkan


seseorang.” Mata Jung Kook pun menyipit.
 
Sepasang sumpit milik Yoon Ha dengan mulus mendarat di kepala Jung Kook,
membuatnya mengaduh dan mengusap kepalanya pelan.

“Hei! Kenapa Noona memukulku?”
 

Yoon Ha tersenyum, “Mian.”


 

Jung Kook mengerucutkan bibirnya. “Noona tidak ingin berbagi cerita denganku?”


 

“Noona rasa, tidak.”

“Hei….”

“Baiklah, baiklah. Akan ku ceritakan Jeon Jung Kook.”

“Jadi, apa?”

Mata Yoon Ha tampak berbinar. “Aku memang sedang dekat dengan seseorang, Jung
Kook~i.”
 

“Uhuk.” Jung Kook tersedak. Ia meminum segelas air setelah mendengar pernyataan
dari kakak sepupunya yang agak sulit untuk jatuh cinta itu. “ Noona dekat dengan
seseorang? Siapa? Apa dia tampan? Dia sudah mengajakmu berkencan? Berapa kali?
Noona—”
 

Lagi-lagi Jungkook harus merelakan kepalanya menjadi korban sumpit Yoon Ha.
“Terlalu banyak pertanyaan, Jeon Jungkook,” ujar Yoon Ha. “Ngomong-omong dia
memang tampan. Tinggi, mempesona, kulitnya putih dan bersih, dan sepertinya dia
juga orang kaya. Berkencan… kurasa ya, kemarin kami berkencan.”

“Berapa kali?” tanya Jung Kook hati-hati.

“Satu kali,” sahut Yoon Ha. “Dia juga mengantarku pulang waktu itu.”

“Apa?! Mengantar Noona pulang? Hei! Kenapa Noona tidak memberitahuku huh?”


tanya Jungkook. “Sepertinya aku harus memata-mataimu mulai dari sekarang.”
 

“Jangan berbuat konyol, Jeon.”

“Kalau begitu, perkenalkan dia padaku, Noona. Sebagai adik sepupu sekaligus


pelindungmu, aku harus tahu laki-laki macam apa yang membuat Noona tidak selera
makan.”
 

“Arraseo. Aku akan pastikan dia bertemu denganmu, Jung Kook ~i.”
 
***
 
Karena kejadian kemarin, Lu Yin yang cerewet tiba-tiba menjadi pendiam. Sejak
minimarket buka pagi tadi, Lu Yin sama sekali tidak mengajak Yoon Ha berbicara.
Padahal beberapa kali Yoon Ha berusaha mencairkan suasana, tapi gadis China itu
malah mengacuhkannya.

Sekarang mereka sedang berdiri di belakang meja kasir. Tidak ada yang mereka
lakukan. Hanya diam sembari menunggu pelanggan yang mungkin akan menanyakan
dimana letak lemari es atau tempat mie cup. Bahkan, suara hembusan angin pun
dapat terdengar saking sunyinya ruangan itu.

“Hm,” gumam Yoon Ha. “Jadi, kau tidak ingin mengatakan kenapa aku tidak boleh
mendekati Cho Kyu Hyun?”

“Berhenti membahas itu, Han Yoon Ha,” sahut Lu Yin datar. “Berhenti untuk
mengharapkannya. Lihat? Bahkan kemarin dia tidak datang kesini. Apa kau tidak
berpikir kalau dia hanya iseng?” tanya Lu Yin.

Yoon Ha mengangguk. “Ku pikir begitu,” katanya sepakat. “Tapi, saat dua hari yang
lalu, sebelum aku kembali kemari, dia meninggalkan nomor ponselnya di ponselku.”

Lu Yin menoleh cepat ke arah Yoon Ha. “Apa?! Ponselmu! Kemarikan ponselmu, Yoon
Ha~ya!” Lu Yin mendekati Yoon Ha dan menggeledah seluruh saku yang menempel
pada pakaian Yoon Ha.
 

“Aku meninggalkannya di rumah,” kata Yoon Ha. “Karena sikapmu kemarin, aku takut
kau akan menghapus nomor ponsel Kyu Hyun. Jadi, aku tidak membawanya.”
 

“Hei! Kau gila?”

Yoon Ha menggeleng. “Sebelum kau menceritakan kenapa kau melarangku mendekati


Cho Kyu Hyun, aku tidak akan pernah membiarkan kau menghapus nomor ponselnya.”

Lu Yin menghela napasnya panjang. “Baiklah, baiklah. Akan aku ceritakan. Aku akan
mengatakan semua yang ku tahu dari Zhou Mi Ge. Semuanya! Ini demi kebaikanmu,
Yoon Ha~ya.”
 

“Tunggu, Zhou Mi Ge? Kau tahu dari Zhou Mi Ge?”


 

Lu Yin mengangguk. “Ya. Kyu Hyun adalah seorang dokter. Dia berada di satu rumah
sakit dengan Zhou Mi Ge. Hanya saja mereka berbeda department.”
 

“Lalu?”

“Kyu Hyun, dia adalah seorang dokter bedah jantung. Beberapa kali dia menangani
pasien dan melakukan operasi.”

Yoon Ha memiringkan kepalanya. “Itu hal yang wajar dilakukan oleh seorang dokter,
bukan?”

 
“Ya, kau benar. Itu hal yang wajar. Aku juga mengatakan hal yang sama ketika Zhou
MiGe menceritakan hal ini. Tapi, kau tahu apa yang tidak wajar, Yoon Ha~ya?”
 

Yoon Ha menggeleng. “Apa?”

“Saat rumah sakit mendapat seorang pasien bedah jantung berjenis kelamin
perempuan yang tidak diketahui latar belakang keluarganya, dan pasien itu ditangani
oleh Cho Kyu Hyun, sudah dapat dipastikan pasien itu akan meninggal di atas meja
operasi. Kau tahu apa yang lebih mengerikan dari ini? Cho Kyu Hyun, dia akan
menyetubuhi pasien meninggal itu di kamar mayat, Yoon Ha~ya.”
 

Yoon Ha menelan salivanya kasar. Nalarnya begitu lambat untuk mencerna apa yang
dikatakan Lu Yin barusan.

“Zhou Mi Ge melihatnya sendiri,” sambung Lu Yin. “Dia juga mengatakan kalau Kyu
Hyun menderita necrophilia. Ini sejenis penyakit kejiwaan yang mana penderitanya
begitu terobsesi pada mayat dari segi seksualitas.”
 

Yoon Ha masih terdiam. Itu tidak mungkin, benaknya berkali-kali membisikkan


kalimat tersebut. Cho Kyu Hyun yang tampak sebaik dan selembut itu, tidak mungkin
semengerikan itu. Berhubungan badan dengan mayat? Itu hal paling gila yang pernah
di dengar oleh Yoon Ha.

“Sebenarnya Zhou Mi Ge tidak ingin memceritakan hal ini pada siapapun. Dia juga
harus merahasiakan identitas Kyu Hyun mengingat Kyu Hyun juga seorang dokter.
Namun, karena perempuan yang dekat dengan Kyu Hyun adalah kau, maka mau tidak
mau dia harus mengatakan ini,” jelas Lu Yin. “Kau harus mempertimbangkan ini, Yoon
Ha~ya. Jauhi Kyu Hyun, atau kau akan berakhir dengan menyedihkan.”
 
***
 

Yoon Ha berjalan gontai. Tubuhnya terasa agak ringan dengan pikiran yang melayang
entah kemana. Walaupun kakinya akan membawa Yoon Ha menuju ke rumah, namun
tidak dengan pikirannya. Otaknya terlalu sibuk untuk mencerna kembali apa yang
dikatakan oleh Lu Yin. Salah satu sisi dari Yoon Ha berkali-kali mengatakan kalau
Cho Kyu Hyun tidak mungkin seperti itu. Namun, sisi yang lain memaksa Yoon Ha
untuk menjauhi laki-laki yang berhasil membuatnya jatuh cinta dalam sekejap.

Bunyi klakson mobil seakan berhasil membuat nyawa Yoon Ha kembali ke tubuhnya.
Ia tersadar untuk beberapa saat. Yoon Ha menoleh ke samping dan tampak sebuah
mobil berhenti disana. Mobil itu tidak asing. Yoon Ha pernah mengejarnya dan
menumpanginya masing-masing sebanyak satu kali. Ia juga tahu pengendaranya. Dia
adalah Cho Kyu Hyun.

Kaca pintu mobil di jok penumpang depan pun turun. “Yoon Ha~ya,” panggil Kyu Hyun.
 

“Oh, Kyu Hyun,” gumam Yoon Ha pelan. Matanya begitu sendu saat menatap Kyu
Hyun. Apalagi disaat melihat Kyu Hyun secara langsung seperti ini, Yoon Ha semakin
tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lu Yin.

“Kau mau pulang?” tanya Kyu Hyun. “Naiklah! Aku akan mengantarmu.”

Yoon Ha menekan ibu jari tangan kanan menggunakan telunjuknya. Kakinya


menghentak pelan dengan gelisah. Yoon Ha ingin menolak, namun ia juga ingin naik
dan menerima tawaran Kyu Hyun.
 

“Aku—”

“Ayo!”

“Ba—baiklah,” sahut Yoon Ha penuh keraguan.

Pintu mobil pun terbuka. Kyu Hyun memindahkan persneling dan mereka pun menuju
ke rumah Yoon Ha. Dalam beberapa menit perjalanan, suasana hening begitu kentara
di dalam mobil. Tidak ada yang berniat untuk membuka perbincangan. Sedangkan
Yoon Ha, dia begitu gugup bercampur takut-takut sampai-sampai lidahnya terasa
kelu.

“Aku ingin membeli beberapa botol bir lemon ke minimarket, tapi hari ini aku begitu
sibuk,” kata Kyu Hyun.

Yoon Ha hanya tersenyum canggung.

“Ku rasa aku harus mengenalkan diriku lebih jauh padamu, Han Yoon Ha.”

“Ya, ku pikir juga begitu, Kyu Hyun,” sahut Yoon Ha canggung. “Kalau boleh tahu, kau
bekerja dimana?”
 

“Di salah satu rumah sakit universitas ternama di Seoul. Aku seorang dokter bedah
jantung, Yoon Ha,” sahut Kyu Hyun. Matanya masih terfokus ke depan.

Yoon Ha makin menekan ibu jarinya. Kali ini ibu jari di kedua tangannya. Jantungnya
berdegup semakin kencang. Ia kembali teringat pada perkataan Lu Yin tadi siang dan
seketika itu Yoon Ha merasa terjebak. Sekarang aku sedang berada di dalam mobil
yang sama dengan seorang psychopath, pikirnya.
 

Pemikiran-pemikiran konyol pun berterbangan di dalam kepala Yoon Ha. Bagaimana


jika Kyu Hyun membawanya ke tempat yang sepi lalu membedah dadanya
menggunakan peralatan medis illegal  yang diletakkan di bagasi belakang? Bagaimana
jika Kyu Hyun berniat menjual organ tubuhnya? Bagaimana jika setelah itu Kyu Hyun
menyetubuhi tubuhnya yang sudah tidak bernyawa? Dapatkah ia mencekik Kyu Hyun
dalam wujud roh jika itu terjadi?
 

Dengan cepat Yoon Ha menggelengkan kepalanya beberapa kali, mencoba


mengenyahkan pemikiran konyol itu dari dalam kepalanya.

Saat Yoon Ha mengembalikan kesadarannya dengan penuh, ia sudah sampai di depan


rumahnya. Mobil pun berhenti dan Kyu Hyun memindahkan persneling ke posisi
parkir.

“Sudah sampai,” kata Kyu Hyun. “Sepertinya kau sedang banyak beban, Yoon Ha.
Kalau kau perlu teman cerita, kau bisa menghubungiku kapan saja.”

 
Yoon Ha mengangguk kikuk. “Tentu saja, Kyu Hyun.”

Keduanya turun dari dalam mobil. Namun, Kyuhyun menahan tangan Yoon Ha ketika
gadis itu akan membuka pintu gerbang rumahnya.

Sebuah kecupan melayang dan mendarat di bibir Yoon Ha. Bibir mereka menempel
untuk beberapa saat. Mata Yoon Ha membulat. Apa yang sedang dilakukan oleh Kyu
Hyun?

Setelah beberapa detik berlalu, Kyu Hyun melepas tautan bibirnya. “Sampai bertemu
besok, Han Yoon Ha.”

 
***
 

Saat Jung Kook sedang membaca buku mata pelajaran biologi, suara mesin mobil
yang sedang berhenti di depan rumahnya berhasil membuyarkan konsentrasi Jung
Kook. Ia melangkah keluar untuk melihat siapa yang datang. Yoon Ha sempat
bercerita kalau ia sempat diantar oleh seseorang untuk pulang. Mungkin mobil itu
milik si pria yang diceritakan noonanya itu. Err atau mungkin juga tidak. Mana
mungkin Noona bisa memacari pria bermobil, pikir Jung Kook.
 

Jung Kook membuka pintu gerbang rumahnya, namun dengan cepat ia menutup
kembali pintu itu. Ia hanya menyisakan sedikit lubang yang bisa digunakan untuk
celah mengintip. Yoon Ha sedang dicium oleh seorang pria. Dan, pria itu sangatlah
tidak asing. Jung Kook begitu ingat rupanya.

 
“Sampai bertemu besok, Han Yoon Ha,” kata si pria yang agak menjauhkan wajahnya
dari wajah Yoon Ha.

Mata Jung Kook seketika membulat saat melihat dengan jelas wajah si pria.

“Bukankah dia pria yang ditampar oleh Nyonya Mi Yoo? Kenapa dia bersama Yoon
HaNoona?”
.
TO BE CONTINUE…

Anda mungkin juga menyukai