Anda di halaman 1dari 19

Chapter 2: Vibrator

"Aku.. tak terlalu ingat," Kyungsoo membalik tubuhnya memunggungi Jongin. "Aku ingin tidur. Selamat
malam."

Jongin menghela nafas panjang. Ia tahu ini bukan waktu yang tepat untuk mencari jawaban. Masih ada
besok, besok, dan besoknya lagi. Lagipula, Kyungsoo tak akan kemana-mana. Kyungsoo miliknya
sekarang.

Setelah menarik selimut untuk mereka berdua, Jongin mengecup kepala Kyungsoo.

"Selamat malam. Mimpi indah."

Tittle :

"Fury"

Cast :

Do Kyungsoo
Kim Jongin

Type : Chaptered

Genre : Romance, drama, sci-fi

Rating : M

Alert : Smut, Lime, NC (No Children), GS (Gender Switch), Kyungsoo!Girl, Boy!Jongin, Hybrid!AU

Chapter 2

.
Jongin terbangun saat mendengar suara berisik dari dapur di lantai satu. Alarm di ponselnya belum
berbunyi, berarti ini masih di bawah jam sepuluh dan Jongin sangat-jarang-sekali bangun sebelum
alarm-nya berdering. Dan Jongin benar-benar terbangun begitu menyadari Kyungsoo tidak ada di
sebelahnya.

"Kyungsoo ?"

Tak ada jawaban. Kyungsoo tak ada di dalam kamarnya. Dengan terburu-buru, Jongin memakai celana
dan melompat turun dari kasur dengan seprai berwarna biru tua itu.

Jongin setengah berlari menuju lantai satu. Jongin tak tahu atas dasar apa ia bisa panik begitu tak
menemukan Kyungsoo di sebelahnya. Mungkin karena Kyungsoo miliknya ? Jongin menggeleng. Bukan
itu.

Dan rasa panik Jongin menghilang begitu mendapati gadis berekor kelelawar itu sedang asyik memasak
di dapur.

Bibir Jongin melengkung ke atas saat mengamati gerak-gerik Kyungsoo dari tangga. Kyungsoo hanya
memakai kaos hitam milik Jongin yang kelihatan sangat kebesaran, lebih terlihat seperti terusan
daripada sebuah kaos. Rambutnya yang lembab diikat ke atas. Mungkin Kyungsoo sudah mandi sebelum
Jongin bangun. Kyungsoo juga kelihatan bersemangat. Ekornya bergerak-gerak begitu aktif. Jongin
benar-benar tidak tega mengganggu kesenangannya.

Jadi, Jongin memutuskan untuk kembali ke kamar dan membersihkan tubuhnya juga.

.
.

"Selamat pagi," sapa Jongin saat ia memasukki dapur.

"Selamat pagi," Kyungsoo membalas dengan suara riang. "Kau tidur dengan baik."

Jongin terkekeh.

"Ya, aku suka tidur," Jongin duduk di kursi makan. "Tapi aku lebih suka menggenjotmu."

Tawa Jongin meledak saat melihat pipi Kyungsoo memerah. Gadis itu kelihatan sangat malu. Kyungsoo
sendiri memilih untuk melanjutkan kegiatan memotong wortelnya sambil menunduk. Kyungsoo tidak
sanggup meladeni Jongin.

"Kau bekerja ?" tanya Kyungsoo pelan, berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ya," Jongin berhenti tertawa, tapi ia masih belum bisa menahan senyumannya. "Aku kerja jam
sepuluh."

Kyungsoo mengangguk, lalu mempercepat gerakannya. Setelah selesai memotong, Kyungsoo


memasukkan wortel, kubis, dan beberapa bumbu (yang sebenarnya tak Jongin tahu apa namanya, ibu
yang dengan baik hati mau mengisi ulang semua kebutuhan dapur di rumah Jongin) ke dalam panci air
mendidih.
Kyungsoo kelihatan sangat luwes saat mengaduk masakannya, atau saat mencicipi hasil masakannya. Ah
tidak, bagi Jongin Kyungsoo sangat luwes dalam melakukan segala hal, termasuk dalam hal ranjang.

Jongin hampir tersedak ludahnya sendiri begitu mengingat kejadian semalam, saat Kyungsoo yang polos
berubah jadi liar dan penuh nafsu hanya karena Jongin mengurut ekornya. Jongin tidak tahu apa yang
terjadi pada fury-nya. Yang jelas, Jongin suka kedua sisi Kyungsoo.

Suka ?

Jongin terkekeh begitu tersadar dari pemikiran bodohnya.

"Sudah siap," ucap Kyungsoo sambil membawa panci yang panas ke atas meja makan.

"Kau masak apa ?" tanya Jongin.

"Hanya sup wortel," Kyungsoo mengambil mangkuk dari rak. "Kau cuma punya wortel dan kubis di
kulkasmu."

Lagi-lagi Jongin terdiam saat teringat kulkasnya. Semalam, saat Kyungsoo sedang mencari susu dan
yoghurt, Jongin menyerangnya dengan tiba-tiba. Jujur, Jongin merasa agak bersalah. Jongin takut
Kyungsoo mengalami trauma atau semacamnya. Tapi, melihat Kyungsoo yang bersemangat pagi ini,
Jongin memilih untuk mengesampingkan pikiran negatifnya.

"Baunya enak," ucap Jongin sambil mengendus sup buatan Kyungsoo.

"Terima kasih," Kyungsoo menyodorkan mangkuk dan sendok. "Jangan hanya dicium. Kau harus
memakannya sampai habis."

"Yes, Chef!"
Kyungsoo tersenyum lebar dan lagi-lagi Jongin tertegun. Kyungsoo punya senyuman yang sangat manis.
Bibir berbentuk hati dan mata bulat Kyungsoo memberi kesan tulus yang begitu kuat. Jongin belum
pernah merasa sehangat ini hanya karena sebuah senyuman.

"Bagaimana ?" Kyungsoo kelihatan bersemangat saat Jongin memulai suapan pertamanya. Lagi-lagi
ekornya bergerak-gerak aktif.

"Ada yang kurang," ucap Jongin sambil memasang wajah datar.

Jongin adalah pembual besar. Masakan Kyungsoo sangat enak. Rasanya sudah lama sekali Jongin tidak
makan masakan rumah dan Kyungsoo bisa membuatnya ingin makan di rumah untuk besok-besoknya.

"Benarkah ?" guratan kekecewaan tergambar jelas di wajah Kyungsoo. "Seingatku, aku memasak dengan
benar."

Kyungsoo merebut sendok Jongin dan mencicipi masakannya sendiri. Tak ada yang kurang. Masakannya
gurih, tidak terlalu asin dan tidak juga hambar. Masakannya baik-baik saja. Kyungsoo mulai berasumsi
kalau Jongin pernah tinggal di luar negeri, makanya lidah Jongin menangkap ada yang berbeda.

"Menurutku ini pas," Kyungsoo sedikit membela diri.

"Menurutku ada yang kurang," Jongin masih memasang wajah datarnya, padahal ide jahil mulai muncul
di otaknya.

"Apa ?" Kyungsoo kedengaran mulai jengkel.

"Kemarilah."
Jongin memberi isyarat agar Kyungsoo mendekat dan Kyungsoo masih jadi si naif yang menuruti apapun
perintah Jongin. Kyungsoo duduk di sebelah Jongin.

"Coba kau makan lagi."

Dahi Kyungsoo berkerut dalam, tapi ia tetap menuruti perintah Jongin. Kyungsoo mengambil sesendok
wortel dan memakannya. Detik berikutnya, Kyungsoo dibuat hampir tersedak oleh Jongin yang secara
mendadak menciumnya. Lidah Jongin menerobos masuk ke dalam mulut Kyungsoo dan mengambil alih
seluruh wortel yang ada di mulutnya.

Mata Kyungsoo berair karena kaget sekaligus kehabisan nafas. Berkali-kali Kyungsoo memukul pelan
dada Jongin, tapi cowok gila itu masih asyik memindahkan makanan dari mulut Kyungsoo ke mulutnya.

"Begini baru pas," ucap Jongin setelah melepaskan ciumannya. Jongin tersenyum lebar sambil
mengunyah makanan.

Kyungsoo tak menanggapi, masih sibuk terbatuk-batuk karena sebagian kuah yang panas nyaris
memasukki saluran napasnya.

"Aku mau lagi."

"Tidak!" suara Kyungsoo berubah parau. "Kumohon, Jongin. Aku hampir mati."

Jongin tertawa.

"Maafkan aku," Jongin mengelus punggung Kyungsoo lembut. "Aku hanya ingin mengajakmu bersenang-
senang."
"Sayangnya gaya bersenang-senangku bukan yang seperti itu," timpal Kyungsoo sambil mengusap
matanya yang mengeluarkan air.

"Maaf."

Jongin mengecup pipi Kyungsoo.

"Sebagai permintaan maaf, aku akan membersihkan kamarmu sekarang, oke ?"

Kyungsoo tidak menjawab. Wajahnya kelihatan bodoh. Mulutnya terbuka, matanya kosong, ekornya
berhenti bergerak. Kyungsoo terkejut dengan kecupan singkat Jongin di pipinya.

"Kyung ?" Jongin mendekatkan wajahnya pada Kyungsoo.

"Huh ?" Kyungsoo tersadar dari keterkejutannya. "Ah, iya-oke. Silakan. Habiskan makananmu dulu. Baru
bersih-bersih. Aku akan menyusulmu setelah cuci piring."

Buru-buru Kyungsoo berlagak sibuk dengan peralatan masak yang kotor.

Jongin tersenyum untuk yang ke-sekian kalinya. Dadanya kembali menghangat saat melihat Kyungsoo
yang mondar-mandir membersihkan dapurnya. Ditambah dengan ekor kelelawarnya yang terus
bergerak, Kyungsoo terlalu menggemaskan untuk tidak diperhatikan.

Jongin menggelengkan kepalanya, bingung akan pikirannya sendiri. Dan pada akhirnya, Jongin memilih
untuk melanjutkan sarapannya.

.
.

Ini masih jam tujuh. Jongin punya waktu tiga jam untuk membersihkan kamar tamu yang berada di
lantai satu, yang nantinya bakal jadi kamar Kyungsoo. Selama ini, Jongin hampir tidak pernah membawa
pulang tamu. Hanya orang-orang terdekat yang pernah datang ke rumahnya dan tak ada satupun di
antara mereka yang menginap. Dan itulah yang menyebabkan kamar tamu di rumah Jongin agak
terbengkalai.

Jongin memang terkenal sebagai makhluk soliter. Segalanya ia lakukan sendiri (kecuali dalam hal seks,
tentu saja Jongin butuh orang lain). Jongin juga seorang workaholic yang hobi begadang demi
terselarasnya semua data-data yang ada di dalam laptopnya. Hal itu membuat Jongin sering mengalami
stres berat.

Tak jarang Jongin menghibur diri dengan datang ke klub malam, atau menghabiskan semalaman penuh
dengan wanita yang ditemuinya di sana. Dari situlah Jongin menjadi seorang maniak seks. Jongin bisa
meledak kapan saja.

Jongin mulai mengonsumsi video porno dan berlangganan majalah porno (bukan berarti Jongin dulu
tidak pernah, hanya saja sekarang frekuensinya bertambah). Tak jarang Jongin mempraktekkan
beberapa gaya yang didapatnya dari internet. Jongin tahu ia kekanak-kanakan, tapi Jongin sangat butuh
pelampisan stresnya.

Jongin juga menyimpan beberapa barang yang biasa digunakan dalam bercinta. Hanya saja, sampai
sekarang Jongin belum sempat mencobanya satupun. Jongin terlampau sibuk sampai ia lupa untuk
membawa barang-barangnya saat berkunjung ke klub malam.
Dan dari sisi gelapnya itu, Jongin bisa mengenal Dokter Kevin dan membeli Kyungsoo.

Jongin tersenyum miris saat mengingat waktu itu. Jongin membeli Kyungsoo. Membeli. Ya, ampun.
Jongin merasa tak kalah sinting dari Dokter Kevin. Bagaimana bisa ia membeli sesuatu-yang dikiranya
fury sungguhan-hanya untuk memuaskan nafsunya ?

Apalagi, Kyungsoo yang dibelinya. 'Kyungsoo'.

Gadis itu (oh, dia sudah tidak gadis lagi) membuat Jongin seperti dihempaskan ke ladang penyesalan.
Kyungsoo terlalu baik, polos, dan naif. Segala hal yang berada di dalam diri Kyungsoo membuat Jongin
secara tidak sadar bertekuk lutut padanya.

Jika dilogika, Jongin membeli Kyungsoo, seharusnya Jongin bisa bebas melakukan apapun padanya.
Jongin bisa melampiaskan semua fantasi liarnya pada Kyungsoo yang ia beli dari Dokter Kevin. Jongin
bisa menggenjot (ya ampun, Jongin suka sekali kata menggenjot) Kyungsoo kapanpun ia mau.

Sayangnya, kenyataan berbicara lain.

Jongin memperlakukan Kyungsoo dengan sangat baik. Bahkan Kyungsoo punya kamar sendiri.

Jongin tidak mengerti dengan keadaan yang sedang dialaminya sekarang. Bagaimana ia bisa berbuat
baik pada fury yang dibelinya, bagaimana ia bisa bersikap lembut pada orang yang baru saja dikenalnya,
dan bagaimana bisa Jongin tersenyum saat memperhatikan tingkah gadis itu.

Dada Jongin kembali menghangat. Rasanya hampir sama saat ia mengingat masa kecilnya, saat ia masih
begitu dekat dengan ibunya. Jongin selalu bersikap lembut saat bersama ibunya, padahal jelas-jelas ia
berandalan saat di sekolah. Hal itu juga terjadi pada Kyungsoo.
Jongin lumayan brengsek soal bercinta. Tapi, ia bisa bersikap lembut pada Kyungsoo.

Dan Jongin menarik kesimpulan kalau Kyungsoo sudah memberinya rasa nyaman yang selama ini ia
rindukan.

"Jongin ?"

Jongin tersentak dari lamunannya. Suara Kyungsoo membawa Jongin kembali ke kenyataan.

"Ini apa ?"

Mulut Jongin terbuka lebar saat melihat benda yang digenggam Kyungsoo. Oh tidak, Kyungsoo
menemukan, ehm, vibrator yang Jongin simpan di laci nakas kamar tamu.

"Dimana kau menemukannya ?" tanya Jongin dengan suara parau, agak kesulitan bicara karena
sungguh, matanya tak bisa lepas dari Kyungsoo.

Kyungsoo dengan wajah ingin tahu seperti bocah sekolah dasar sedang menggenggam vibrator,
ditambah dengan ekornya yang bergerak-gerak penasaran.

Kyungsoo benar-benar hot, seperti di komik-komik hentai yang sering Jongin baca.

"Aku menemukannya di laci," jawab Kyungsoo polos. "Benda apa ini ? Apa masih bisa dipakai ? Apa
fungsinya ?"

Jongin berteriak di dalam hati. Bagaimana bisa Kyungsoo menanyakan itu semua ? Apa Kyungsoo benar-
benar tidak tahu apa itu vibrator ?
Jongin ingin menangis sekarang. Dilema. Jongin ingin menjawab pertanyaan Kyungsoo dan membuang
vibrator itu jauh-jauh agar Kyungsoo tak menemukannya lagi. Tapi, Jongin juga bisa merasakan sesuatu
yang ada di antara pahanya mulai bangun. Morning errection tak akan pernah bisa ditahan.

"Itu vibrator," jawab Jongin. Keringat dingin mengucur dari dahi menuju pipinya.

"Huh ? Apa itu ?" Kyungsoo mengamati benda yang digenggamnya.

"Alat," timpal Jongin.

"Alat untuk ? Bersih-bersih ?"

Jongin ingin membenturkan kepalanya ke tembok sekarang. Apa Kyungsoo dulunya seorang maid
sampai semua alat menurutnya adalah alat bersih-bersih ?

"Bukan," Jongin berjalan mendekati Kyungsoo, lalu berlutut di sebelahnya.

"Lalu ?"

"Ini fugsinya untuk memuaskan," akhirnya Jongin mengeluarkan apa yang ada di dalam otaknya.

Jongin tak tahan lagi. Ia ingin berada di dalam Kyungsoo secepatnya.

"Memuaskan apa ?" dahi Kyungsoo berkerut dalam.

"Kau ingin mencobanya ?" tanya Jongin sambil diam-diam berusaha meraih ekor Kyungsoo. Jongin ingin
membuat Kyungsoo sedikit liar.
"Kalau boleh," jawab Kyungsoo sopan. "Bagaimana cara pakai-nnyaaahh!"

Kyungsoo runtuh seketika. Lututnya jatuh ke lantai. Matanya terpejam dan mulutnya terbuka. Jongin
mengelus ekornya.

"Caranya," Jongin menarik Kyungsoo ke pangkuannya. "Masukkan ke dalam kemaluanmu."

"A-apa ?" Kyungsoo berusaha melepaskan diri, tapi tak sanggup.

"Ya. Menyenangkan, kok. Sungguh," Jongin berbicara di telinga Kyungsoo, membuat gadis itu kembali
mengeluarkan desahannya. "Ayo kita coba."

Jongin mendorong Kyungsoo hingga punggungnya menepel pada nakas di sebelah kasur. Jongin
melepaskan ekor Kyungsoo, lalu menggunakan kedua tangannya untuk melipat kaki Kyungsoo hingga
menempel ke dadanya. Kewanitaan Kyungsoo yang sudah lembab terekspos bebas.

"Begini caranya."

Jongin mengambil alih vibrator dari genggaman Kyungsoo, lalu mulai melakukan penetrasi. Kyungsoo
memejamkan matanya karena rasa perih di kewanitaannya kembali datang. Walaupun tak separah yang
semalam, rasanya tetap tak tertahankan.

Kyungsoo menggeram saat seluruh batang vibrator itu berhasil menembus kewanitaannya, langsung
menumbuk ke titik manisnya.

"Dimana remote-nya ?" Jongin mengacak-acak laci nakas sesaat, lalu menemukan remote kecil
berwarna hitam.
Jongin kembali mendekati Kyungsoo sambil menekan tombol 'nyala' pada remote.

"A-apa ini-mmhh!"

Kyungsoo benar-benar jatuh. Kyungsoo ambruk ke lantai. Vibrator yang berada di dalam kewanitaannya
bergetar lembut, mengirimkan impuls yang merayap perlahan menuju seluruh tubuhnya, menjadi anti-
depresan di setiap sendinya yang melemas. Darah di seluruh tubuhnya mulai mengalir menuju
kewanitaan Kyungsoo, yang sekarang sudah benar-benar hilang kendali atas dirinya sendiri.

Vibrator itu sama hebatnya dengan ekor kelelawar Kyungsoo.

"Ya ampun-ahh!" desahan Kyungsoo kembali mengalir saat Jongin menambah getaran pada vibrator
yang masih setia menancap di kewanitaan Kyungsoo.

Pantat Kyungsoo terangkat secara perlahan, di luar mau Kyungsoo. Kaos milik Jongin yang sangat
kebesaran di tubuhnya melorot turun hingga memperlihatkan pantat dan punggung Kyungsoo secara
blak-blakan. Jongin harus menelan ludahnya lagi saat melihat dada Kyungsoo yang mengintip dari balik
kaos. Jongin benar-benar tak tahan.

"J-jongin," Kyungsoo menoleh ke arahnya. Wajah Kyungsoo memerah sempurna dan kilatan nafsu
tergambar jelas di matanya. "Kumohon."

"Apa ?" Jongin menyeringai. Jongin masih ingin mengerjai gadis itu lebih jauh.

"Aku-ahh!"

Maksud Kyungsoo untuk bergerak membuatnya kembali terjatuh ke lantai. Vibrator itu kembali
merojoki titik manisnya.
"Kumohon, Jongin. Hentikan ini," Kyungsoo terisak. Terlalu banyak kenikmatan yang diterimanya sampai
Kyungsoo tak sanggup lagi menghadapinya.

"Kenapa ? Ini menyenangkan bukan ?" Jongin kembali menambah getaran melalui remote kecil yang
berada di genggamannya.

Kyungsoo menggeleng kuat.

"Lalu kenapa ?" Jongin kembali menyeringai.

"Aku-mmhh."

Kyungsoo kelihatan bingung, lalu, sesuatu yang diinginkan Jongin terjadi.

Kyungsoo melepas kaosnya, memamerkan tubuh indahnya. Lalu, Kyungsoo merangkak ke arah Jongin
dengan wajah terangsangnya dan berbisik dengan suara serak.

"Aku lebih suka milikmu. Kumohon. Aku membutuhkanmu. Bukan alat ini."

Jongin tersenyum puas.

"Tentu saja. Apapun untukmu."

Jongin mengangkat tubuh ringan Kyungsoo dan membawanya ke meja rias. Jongin menurunkan
Kyungsoo dan mendorong gadis itu untuk menungging di atas meja. Jongin menelan ludahnya sendiri
sata melihat punggung polos, pantat, dan ekor Kyungsoo. Semuanya begitu menggoda.
Dengan tidak sabaran, Jongin menarik vibrator yang masih bergetar di dalam kewanitaan Kyungsoo dan
membuangnya asal. Lalu, Jongin menurunkan celana training beserta celana dalamnya, mengeluarkan
kejantanannya yang sudah benar-benar tegang karena Kyungsoo.

Tanpa aba-aba, Jongin mendorong masuk kejantanannya pada lubang hangat Kyungsoo. Di luar
perkiraannya, Kyungsoo menjerit penuh ekstasi, seolah sudah menantikan masuknya kejantanan Jongin.
Mendengar desahan Kyungsoo, dengan semangat, Jongin menggerakkan pinggulnya.

Tangan Jongin mulai merayap ke depan, meraih dada Kyungsoo yang menganggur. Jongin senang karena
dada itu terasa begitu pas dengan tangannya. Jongin mulai mengira kalau Kyungsoo memang diciptakan
untuknya.

"Lihat ke depan," bisik Jongin pada Kyungsoo.

Kyungsoo membuka matanya dan dibuat terkejut dengan keberadaan cermin besar di hadapannya. Pipi
Kyungsoo makin memerah begitu menyadari seberapa panas permainan mereka. Semuanya terpantul
dengan jelas di cermin. Bagaimana Jongin dan Kyungsoo bergerak dalam irama, bagaimana tubuh bagian
depan Kyungsoo yang terbuka, dan bagaimana wajah nikmat Jongin yang masih terus bergerak di
belakangnya.

Kyungsoo tersenyum. Entahlah. Kyungsoo senang karena Jongin kelihatan menikmati permainan
mereka.

"Jongin," panggil Kyungsoo malu-malu sambil menggenggam tangan Jongin yang masih terus
'menganiaya' dadanya. "Kau senang ?"

Jongin menciumi leher Kyungsoo lembut.

"Ya. Sangat," jawabnya dengan suara berat dan dalam.


"Tapi kau harus, mhhh, bekerja," Kyungsoo bisa merasakan Jongin menyentuh titik manisnya.

"Sebentar saja," timpal Jongin sambil meningkatkan tempo genjotannya.

"Cepat. Aku tak ingin kau terlambat-aahhh," Kyungsoo ikut bergerak agar Jongin bisa selesai dengan
cepat.

"Umhh, fuck!"

Jongin mengumpat saat Kyungsoo merapatkan kewanitaannya, membuat Jongin seolah didorong untuk
cepat-cepat mencapai klimaks.

"Aku hampir sampai," ucap Kyungsoo saat darahnya berpacu semakin cepat menuju kewanitaannya.

"Oke."

Jongin seolah dirasuki setan. Gerakannya begitu cepat sampai tubuh Kyungsoo terdorong ke depan.
Kyungsoo terus mendesah nikmat karena Jongin menumbuk titik manisnya secara bertubi-tubi.
Kyungsoo benar-benar tidak tahan lagi.

"Dengar ini," Jongin kembali berbisik di telinga Kyungsoo. "Jangan pernah meninggalkanku. Kita harus
sampai sama-sama, oke ? Kalau kau sampai mendahuluiku, aku akan menggenjotmu semalaman."

Kyungsoo menelan ludahnya kasar, lalu mengangguk pasrah.

"Mmhhhh," Jongin menambah kedalaman rojokannya.


"J-jongin!"

"Kyungsoo!"

Setelah beberapa tusukan dalam, jepitan kuat, dan remasan dada, Kyungsoo dan Jongin sampai di saat
yang bersamaan, meninggalkan kehangatan di tubuh Kyungsoo.

Kyungsoo menyandarkan tubuhnya pada cermin sementara Jongin memeluk Kyungsoo dari belakang,
membiarkan kejantananannya tetap tertanam di kewanitaan Kyungsoo, tak ingin kehilangan
kehangatan.

"Kau harus mandi lagi. Sekarang sudah jam setengah sembilan," ucap Kyungsoo dengan nafas terengah-
engah.

"Kau juga harus mandi lagi," timpal Jongin.

"Kau duluan. Kau harus kerja," tukas Kyungsoo.

"Bagaimana kalau bersama ?"

Kyungsoo membulatkan matanya. Ia bisa merasakan Jongin kembali menegang.

"Tidak," tolak Kyungsoo.

"Ayolah," Jongin merayu sambil mengangkat tubuh Kyungsoo, membawanya ke kamar mandi yang
berada di dapur.
"Jongin, aku lelah. Kumohon, mmhh," Kyungsoo kembali mendesah karena Jongin berjalan sambil
menggerakkan pinggangnya.

"Hanya mandi saja."

Kyungsoo tahu Jongin berbohong. Mereka tak mungkin hanya mandi saja.

"Ah-Jongin! Ahhh, mmhhh, terus, ahhh~~"

TBC

Anda mungkin juga menyukai