ABSTRAK
Terdapat 34.0 milyar (31.4-35.9 milyar) orang hidup dengan HIV pada akhir
2011. Diestimasikan 0.8% orang di dunia usia 15-49 tahun hidup dengan HIV dengan
insidensi tertinggi di Sub-Saharan Afrika. Berdasarkan statistik kasus HIV/AIDS di
Indonesia tahun 2013 oleh Ditjen PP & PL Kemenkes RI, angka kasus HIV mencapai
118.792 dengan peringkat pertama provinsi Papua. Kelainan kulit yang terjadi pada
pasien HIV/AIDS yang sering menyertai adalah infeksi oportunistik. Infeksi opurtunistik
menjadi lebih sering terjadi pada penyakit HIV stadium lanjut yang tidak diobati, dengan
meliputi berbagai penyebab diantaranya adalah bakteri, virus, dan jamur. Untuk
mengatasi berbagai kelainan akibat HIV tersebut, digunakan pengobatan antiretroviral
(ARV) yang telah terbukti secara bermakna menurunkan angka kematian dan kesakitan
orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Namun demikian, efek samping obat antiretroviral
merupakan kejadian yang cukup sering terjadi pada pasien HIV dan umumnya terjadi
dalam tiga bulan pertama setelah inisiasi ARV, walaupun efek samping jangka panjang
juga kerap didapati sesudahnya. Antiretroviral lini pertama yang digunakan di Indonesia
adalah kombinasi AZT/d4T dengan 3TC dan NVP/EFV. Efek samping yang sudah
pernah diteliti antara lain anemia AZT sebanyak 20%, hipersensitivitas NVP sebanyak
27.6%, peningkatan enzim transaminase sebanyak 20,8% dan neuropati d4T sebanyak
22%. Buah naga merah adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus
dan Selenicereus yang memiliki komponen aktif yang dapat mengikat radikal bebas dan
dikatakan sebagai sumber antioksidan. Kandungan antioksidan yang tinggi tidak hanya
terdapat pada buah naga, namun juga terdapat pada kulit buah naga. Dalam 1mg/ml kulit
buah naga dapat menghambat sebanyak 83.48 ± 1.02% radikal bebas, sedangkan untuk 1
mg/ml daging buah naga hanya dapat menghambat radikal bebas sebesar 27,45 ± 5,03%.
Dengan kata lain kulit buah naga memiliki potensi sebagai antioksidan yang lebih tinggi
daripada dagingnya. Selain itu, dalam kulit buah naga juga ditemukan adanya senyawan
flavonoid yang dapat menghambat infeksi jamur, bakteri, maupun virus. Oleh karena itu,
penulis mengusulkan teh dari kulit buah naga merah sebgai terapi komplemetenter untuk
menurunkan infeksi oportunistik pada penderita HIV AIDS.
Kata Kunci: Infeksi Oportunistik, HIV AIDS, Kulit buah naga merah
1
6th Islamic Medical Science Festival (IMSF)
“Aplikasi Ajaran Islam dalam Pencegahan dan Terapi Penyakit HIV/AIDS sebagai Langkah Strategis Membentuk Generasi Muslim Berkualitas”
Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya, Indonesia 19 – 21 Desember, 2014
2
6th Islamic Medical Science Festival (IMSF)
“Aplikasi Ajaran Islam dalam Pencegahan dan Terapi Penyakit HIV/AIDS sebagai Langkah Strategis Membentuk Generasi Muslim Berkualitas”
Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya, Indonesia 19 – 21 Desember, 2014
Oleh karena itu dibutuhkan peran kita sebagai oleh kamu bermacam- macam sari buah-buahan,
tenaga kesehatan untuk memberikan terapi serta tempuhlah jalan-jalan yang telah
komplementer lain sebagai ikhtiar untuk dapat dimudahkan oleh Tuhanmu. Dari perut lebah itu
meningkatkan kualitas hidup penderita HIV ini. keluar minuman madu yang bermacam-macam
Terapi yang sering digunakan adalah pengobatan jenisnya yang dapat dijadikan obat untuk
herbal dan salah satunya adalah dari buah naga manusia. Didalamnya terdapat tanda-tanda
merah. Pengobatan herbal sudah dilakukan di kekuasaan Allah swt bagi orang-orang yang
dunia kedokteran Islam sejak lama, bahkan Allah memikirkan”.
menurunkan ayat yang menganjurkannya, antara Hylocereus spp atau kulit buah naga
lain dari surat An- Nahl ayat 69 yang mempunyai dalam pengolahannya biasanya hanya dibuang
arti: dan tidak dimanfaatkan, padahal di dalam ayat Al-
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) Quran disebutkan:
buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang “Dan Kami tidak menciptakan langit dan
telah dimudahkan bagimu. Dari perut lebah itu bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa
keluar minuman (madu) yang bermacam-macam hikmah”.(Shad: 27)
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang Dari ayat di atas sungguh sangat jelas
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya bahwa segala sesuatu yang ada di muka bumi ini
pada yang demikian itu benar-benar terdapat dan yang ada di langit serta apa yang ada di
tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang antara keduanya tidak ada yang sia-sia, termasuk
memikirkan.” kulit buah naga yang biasanya hanya dibuang
dan menjadi limbah yang tidak digunakan.
Potensi Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Padahal, kulit buah naga mengandung fraksi
Polyrhizus) polyphenolic yang menunjukkan spectrum
antimicrobial yang luas melalui penghambatan
Penderita HIV sangat rentan mengalami pertumbuhan beberapa pathogen.
infeksi oportunistik. Ada beberapa infeksi Berdasarkan penelitian Nurmahani,
oportunistik yang paling umum, yaitu kandidiasis International Food Research Journal 19(1): 77-84
(thrush), virus sitomegalia (CMV), virus herpes (2012), aktivitas antibacterial dari ethanol,
simpleks, malaria, Mycobacterium avium complex chloroform dan hexane extracts dari kulit
(MAC atau MAI), Pneumonia Pneumocystis Hylocereus polyrhizus (red flesh pitaya) dan
(PCP), Toksoplasmosis (tokso), dan Tuberkulosis Hylocereus undatus (white flesh pitaya) dapat
(TB).30 melawan sembilan pathogens yang dievaluasi
Resiko infeksi oportunistik pada penderita melalui disc diffusion method dan broth micro-
HIV dapat dikurangi dengan menggunakan obat dilution method.
untuk mencegah pengembangan penyakit aktif Hasil dari disc diffusion method
yang disebut terapi profilaksis. Terapi ini menunjukkan bahwa chloroform extracts dari kulit
menggunakan ARV (Antiretroviral) yang berfungsi H. polyrhizus and H. undatus memiliki aktivitas
untuk memulihkan sistem imunitas tubuh antibacterial yang baik dimana hampir semua
sehingga dapat melawan pathogen dari infeksi pathogen yang diuji berhasil dihambat. Patogen
oportunistik. Selain itu, pencegahan juga dapat tersebut antara lain, Bacillus cereus,
dilakukan dengan tetap menjaga kebersihan dan Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes,
menghindari sumber patogen yang diketahui Enterococcus faecalis, Salmonella typhimurium,
menyebabkan IO. Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Allah telah menurunkan buah-buahan di Yersiniaent erocolitica dan Campylobacter jejuni.
muka bumi sebagai obat, seperti firmanNya
dalam Surat An-Nahl ayat 69, “Dan makanlah
3
6th Islamic Medical Science Festival (IMSF) “Aplikasi
Ajaran Islam dalam Pencegahan dan Terapi Penyakit HIV/AIDS sebagai Langkah Strategis Membentuk Generasi Muslim Berkualitas”
Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya, Indonesia 19 – 21 Desember, 2014
Tabel 5. Aktivitas Antibacterial Buah Naga Merah (H.Polyrhizus) dengan Buah Naga Putih (H. Undatus)
Aktivitas antibacterial dari kulit buah Mekanisme Teh Kulit Buah Naga Merah
naga yang mempunyai spectrum luas yang (Hylocereus Polyrhizus) Sebagai Agen Terapi
dapat menghambat pathogenesis bakteri gram Oportunistik Pada Penderita HIV
positif dan gram negatif diharapkan dapat
menjadi terapi komplementer pendamping ARV Teh kulit buah naga merah yang masukke
dalam mencegah terjadinya infeksi oportunistik dalam tubuh tidak akan mengalami fase mekanik
pada penderita HIV AIDS. dan langsung mengarah ke lambung melalui
kerongkongan. Lambung merupakan organ
Pembuatan Teh dari Kulit Buah Naga Merah berukuran sekepal tangan dan terletak di dalam
(Hylocereus Polyrhizus) rongga perut sebelah kiri, di bawah sekat rongga
badan. Dinding lambung sifatnya lentur, dapat
Kulit buah naga yang akan dijadikan teh mengembang apabila berisi makanan dan
harus melalui proses pengeringan terlebih mengempis apabila kosong. Muatan di dalam
dahulu. Pengeringan merupakan salah satu lambung dapat menampung hingga 1,5 liter
cara untuk memperpanjang masa simpan makanan.33
akibat pengurangan kadar air. Pengeringan Waktu mencerna berbeda-beda untuk setiap
dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari makanan atau minuman. Makanan yang padat
dan alat pengering. Pengeringan menggunakan akan membutuhkan waktu yang lebih lama
sinar matahari lebih memerlukan waktu yang daripada zat cair (minuman) sehingga menurut
lama dan suhu tidak dapat diatur, sedangkan ilmu kesehatan dianjurkan mengunyah makanan
pengeringan menggunakan alat pengering 32 kali agar makanan menjadi lebih lembut,
lama waktu pengeringandapat dipersingkat dan sehingga akan meringankan beban lambung
suhu dapat diatur.31 Suhu pengeringan herbal untuk melumatkan makanan tersebut.34 Di sinilah
yang baik adalah berkisar antara 300C-900C kelebihan pengolahan kulit buah naga merah
tetapi suhu terbaik untuk pengeringan menjadi teh dibandingkan dengan sediaan yang
sebaiknya tidak melebihi 600C.32 Setelah lain, karena semakin lumat makanan yang masuk
pengeringan selesai, ekstrak dapat diseduh lambung, maka makin cepat melintasi lambung.
seperti teh biasa untuk kemudian dikonsumsi. Lambung merupakan tempat berkumpulnya
Berdasarkan sumber di atas, dapat semua makanan yang selanjutnya akan
diketahui bahwa pemanfaatan kulit buah naga mengalami serangkaian proses kimiawi oleh
menjadi teh dapat lebih diterima penderita, getah lambung, sekitar 1 – 2 liter yang dihasilkan
dikarenakan sediaan olahannya lebih mudah oleh 35 juta kelenjar, antara lain HCl, enzim
dikonsumsi dan juga dengan efek samping pepsin, enzim renin, lipase, mukus (lendir), dan
minimal karena menggunakan bahan herbal. faktor intrinsik.33
4
6th Islamic Medical Science Festival (IMSF)
“Aplikasi Ajaran Islam dalam Pencegahan dan Terapi Penyakit HIV/AIDS sebagai Langkah Strategis Membentuk Generasi Muslim Berkualitas”
Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya, Indonesia 19 – 21 Desember, 2014
5
6th Islamic Medical Science Festival (IMSF)
“Aplikasi Ajaran Islam dalam Pencegahan dan Terapi Penyakit HIV/AIDS sebagai Langkah Strategis Membentuk Generasi Muslim Berkualitas”
Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya, Indonesia 19 – 21 Desember, 2014