Anda di halaman 1dari 33

Beautiful Pain Part 

Author : @E_lienka

Judul : Private detective : Beautiful Pain (Part 2)

Kategori : NC 17, yadong

Cast : Kim Taehyung/V , Kang Heerin, Jimin, other cast

Hai…hai…saya kembali…terima kasih untuk kritik dan sarannya di part kemarin. Maaf
kalau masih ada typo dan gak nyambung atau gak jelas, saya Cuma mau bilang kalau
saya hanya manusia biasa yang bisa salah, walaupun udah berulang kali di baca, masih
aja ada typo atau rancu..hikss…sekali lagi maaf yang sebesar-besarnya jika typo itu
mengganggu kalian. Dan terima kasih sekali lagi untuk Ravenclaw atas poster
kecenya.

Author POV
 

“Kau benar Kim Taehyung dari SMA Kirin?” Taehyung dan Jimin saling menatap.
Mereka bingung, kenapa ada seorang laki-laki muda yang mengenal Taehyung di
Busan?.

“Wah…benar! Kau benar-benar Taehyung Sunbaenim…Woaahhh Daebak. Aku


melihatmu berkelahi dengan preman-preman itu…Woaah, ternyata kau jago sekali
berkelahi, apa temanmu ini juga murid SMA Kirin?”

“MWO???”

Taehyung dan Jimin berusaha menghindar dari pria muda itu, Nampak jika pria itu
berusia 15 atau 16 tahun. Mereka berdua sangat kelelahan dan kesakitan, jadi tidak
mungkin mereka lari dan menghindar dari bocah yang sekarang mengikuti mereka
dengan mudah.

“Taehyung Sunbaenim…” Panggil pria muda itu lagi. Taehyung pun semakin menutupi
wajahnya dengan tudung hoddie agar wajahnya tak terlihat.

“Kau salah orang.” Jawab Taehyung dengan suara yang di buat-buat.

“Ani…aku tidak pernah salah lihat. Kau benar Kim Taehyung. Murid kelas 3 SMA
Kirin.” Pria muda itu masih mengikuti Taehyung, bahkan dia tak segan-segan melihat
wajah Taehyung dari dekat.

 
“BODOH! Kenapa kau melepas maskermu, V?” Jimin berbisik kesal di telinga kanan
Taehyung.

“Mana aku tau, jika ada seorang bocah SMP yang mengenaliku di Busan. Astaga,
pesonaku memang terkenal di seluruh korea selatan.” Taehyung berbisik bangga,
membuat Jimin ingin sekali merontokkan gigi Taehyung sekarang juga.

“Aku bukan bocah SMP…aku murid Kelas 1 SMA Kirin. Satu sekolah denganmu,
Sunbaenim.”

Taehyung dan Jimin langsung menoleh ke arah penguping. “Apa bocah ini baru saja
bilang jika dia juga dari SMA Kirin?” bisik Taehyung lagi kepada Jimin. Dan Jimin
pun mengangguk pelan, dia pun juga cukup terkejut dengan peryataan bocah itu.

“Sunbaenim, aku mendengar ucapan kalian. Dan aku berumur 16 tahun, jadi jangan
panggil aku bocah.”

“Aish…JINJHA!!! Aku memang Kim Taehyung, lalu kenapa???” Taehyung berteriak


frustasi kepada Juniornya itu. Ia sudah tak tahan dengan kecerewetan juniornya itu.

“Woah, apa kau tidak mengenalku? Aku Jeon Jungkook, kau pernah menolongku saat
aku hampir terjatuh di tangga.” Pria yang bernama Jungkook itu sangat bersemangat
bertemu dengan Taehyung disini. Pria itu tak menyangka, jika Sunbaenim nya ini baru
saja terlibat dalam perkelahian hebat dengan para preman.

“Aku tidak ingat!” Jawab Taehyung tak mau berpikir panjang. Yang ia butuhkan
sekarang adalah rumah sakit. Bukan Juniornya yang entah kenapa bisa ada di busan
dan memangkap basah dirinya sedang berkelahi.
 

“Waktu itu kau juga pernah membantuku saat aku hampir tertabrak sepeda di
halaman sekolah.”

“Tidak ingat!”

“Di pinggir lapangan baseball, kau menangkap bolanya agar tidak mengenai kepalaku.”

“Tidak ingat!”

“Ya! Kenapa kau selalu tidak ingat? Bilang saja jika kau ingat.!” Jimin berbisik lagi di
telinga Taehyung, ia mulai kesal dengan ocehan Jungkook.

“Aku memang tidak ingat! Kau tau kan, jika kapasitas memori di otakku sangat
sedikit.” Jawab Taehyung pelan. Membuat Jimin menutup matanya pasrah.

“Di parkiran sekolah, waktu itu kau_”

“Yaasshhhhh…!” Taehyung berteriak, memotong ucapan Jungkook.

“Ya! aku sedang kesakitan sekarang. Dan aku benar-benar ingin secepatnya pergi ke
rumah sakit, bukan bernostalgia tentang masa lalu bersamamu. Jadi, mumpung aku
masih ada sedikit kesabaran, pergilah!” Taehyung meredam emosinya. Pungggungnya
mulai terasa sangat sakit sekarang.
 

“Omo…kalau begitu aku akan mengantar kalian. Aku membawa motor ayahku. Rumah
sakit akan sangat jauh jika kalian berjalan kaki. Dan taksi akan jarang sekali
melintas di daerah sini.”

“Yaaakkkk!!! Kenapa kau tidak bilang dari tadi, hah! Aku hampir mati membopong dia!”

Taehyung dan Jungkook terdiam dan melongo kearah sumber suara yang melengking
itu, suara itu berasal dari pria bermasker hitam yang bertuliskan huruf J di
tengahnya. Dan itu adalah Jimin, Pria yang berusaha agar jati dirinya tidak
terbongkar di hadapan joongkok.

“Jimin sunbae?” Tanya Jungkook setelah mendengar suara keras jimin.

“Bukan, kau salah orang” jawab Jimin langsung merubah suaranya.

“ Tapi suaramu sama dengan suara Jimin sunbae.”

“Ya! Apa kita akan berdebat sepanjang malam? Dimana motormu?” Taehyung sudah
tak tahan lagi.

“Ah, mian! Tunggu, aku akan mengambil motor di belakang.” Jungkook menunjuk
kearah motor tua yang tak jauh dari belakang mereka. Sepertinya tadi joongkok
sedang berbelanja dengan motornya dan berhenti untuk melihat perkelahian di gang
buntu itu.

 
Perjalanan kerumah sakit sangat canggung dan aneh…bagaimana tidak aneh, jika
motor tua itu di naiki oleh 3 pria yang tubuhnya bukan seperti anak kecil lagi.
Jungkook berada paling depan, karena dia yang menyetir, dengan helm pekerja
bangunan milik ayahnya, dan hanya sedikit pantatnya yang menempel di jok motor.
Taehyung yang bertubuh paling besar di antara mereka duduk di tengah, dan
memusatkan tumpuan badannya ke depan, ketubuh joongkok yang kurus, dan
Jungkook tak masalah dengan hal itu, ia malah tersenyum bangga. Sedangkan Jimin,
ia selalu meringis saat motor melewati polisi tidur, karena apa? Karena pantatnya
duduk tepat di besi jok motor di bagian belakang. Benar-benar miris.

Mereka bertiga sampai ke rumah sakit kecil di busan, Jimin membantu Taehyung
turun dan membopongnya. Taehyung benar-benar seperti kakek-kakek bongkok
sekarang. Jungkook ingin menemani mereka masuk, tapi di cegah oleh Taehyung.
Jimin juga perlu perawatan, dan itu harus membuka maskernya. Taehyung tidak mau
indentitas jimin terbongkar, padahal Jungkook sudah curiga jika pria berinisial J itu
adalah Jimin.

“Jungkook’ah…Aku akan sangat berterima kasih padamu, jika kau merahasiakan hal
ini dari sekolah.” Ucap Taehyung, sebelum Jungkook meninggalkan mereka berdua.

“Baik Sunbaenim…Rahasiamu akan aman bersamaku.” Jungkook tersenyum penuh suka


cita kepada Taehyung. Entah kenapa bocah itu sangat kagum dan menyukai
Taehyung, apa karena Taehyung selalu menolongnya? Atau ada hal yang lain.
Entahlah, taehyung memang lemah dalam mengingat sesuatu, maka dari itu dia tidak
bisa mengingatnya.

Mengawali hari terbaring di rumah sakit memang tidak mengenakkan, memar di


seluruh tubuh, bibir pecah dan ada tulang belakang yang patah. Beruntung hari ini
hari minggu, jadi Taehyung dan Jimin tidak perlu kembali ke Seoul untuk bersekolah.
Sekarang mereka tertidur nyenyak di kamar VIP yang dimiliki rumah sakit ini.
Taehyung merasa seperti tidur di hotel.

 
Sreekkk…pintu kamar VIP terbuka, Jimin masuk membawa Map di tangannya. “Aku
sudah mendapat informasi dari informanku yang bekerja di bar tadi malam, dia
mendengar jika Blackpearl akan bertemu Kin malam ini, Kin adalah mafia yang di
curigai bekerja sama dengan pegawai JEAN  dan aku sudah menghubungi Bos, dia
bilang jika Blackpearl adalah sebutan untuk sebuah kapal, dan kapal itu milik mafia
Rusia. Aku yakin malam ini akan terjadi transaksi besar, dan Jika transaksi itu di
lakukan di dermaga Jean, maka bisa di pastikan bahwa…”

“Pegawai Jean juga terlibat, dan dia pasti menampakkan wajahnya disana.” Ucap
Taehyung menyambung kalimat Jimin. Entah kenapa Taehyung sedikit pintar jika
masalah pekerjaan.

“Yap…Benar sekali.”  Jimin menjentikkan jarinya setuju.

“Kita hanya butuh beberapa foto pegawai itu, dan pekerjaan kita akan beres.” Jimin
bertepuk tangan riang.

“Aish..jinjha! jika semudah ini, kenapa Ajhumma itu mengirimku kesini?” Taehyung
mendengus kesal. Ia merasa berada disini hanya untuk di pukuli dan mendapatkan
patah tulang setelahnya.

“Aigoo…Mian. Aku juga tidak tau jika dia menyuruhmu kesini.” Jimin merasa tidak
enak dengan Taehyung.

“Eiy…tidak apa-apa. Karena akhirnya aku mendapatkan Kasus Min hyo rin, hehehehe” 
Taehyung menggantikan rasa bersalah Jimin dengan sesuatu yang membuat pria itu
kesal. Astaga, dia merasa menyesal menyerahkan kasus artis itu kepada Taehyung.
Padahal kasus itu dia dapatkan dari kemenangannya di permainan batu gunting kertas
dengan Taehyung.

Hari senin telah tiba…hari yang sangat di benci oleh Taehyung. Jadi hari ini dia
memutuskan untuk tidur sesampainya di sekolah. Bahkan sampai jam istirahat, pria
itu tak mau bangun dari tidur pulasnya.

Bugh… “Kim Taehyung.!”

“Arrgghh…Appo…APPO…Yak!” Taehyung langsung terduduk tegak dan berteriak


kesakitan. Pria itu merintih sambil memegang pungungnya yang baru saja di tepuk
oleh Heerin. padahal itu hanya tepukan ringan, tapi Taehyung sudah menjerit
kesakitan.

“Omo…Apa rasanya sangat sakit? Aku hanya menepuk pungungmu dengan pelan.”
Heerin kelabakan melihat Taehyung yang meringis kesakitan.

“Punggungku sedang cidera…” Taehyung membuka satu kancing seragamnya, Heerin


mendelik kaget melihat bebebat coklat terlihat di balik seragam itu.

“Ya tuhan, kau masih belum sembuh? Aigo…Mian, ini semua gara-gara aku.” Heerin
tertunduk sedih. Ia mengira jika cidera yang di dapat Taehyung adalah cidera dari
kejadian menyelamatkannya waktu itu.

“Eiy… ini bukan salahmu. Tulang pungungku retak karena kasus yang aku kerjakan
sabtu lalu.” Taehyung  tersenyum manis, mencoba menyembunyikan rasa sakitnya.
 

“Astaga, kenapa kau pergi sekolah jika masih sakit? sebaiknya kau pergi ke UKS dan
istirahat disana.” Heerin menggeret kursinya ke sebelah Taehyung. Gadis itu duduk
dengan penuh kecemasan.

“Tidak perlu, jika aku kesana, pasti akan di Tanya dari mana mendapat cidera ini, dan
aku tidak mungkin menjawabnya karena habis berkelahi dengan preman di Busan.”

“Kau berkelahi di Busan???”  Dengan tidak sadar Heerin meningikan suaranya.

“Kecilkan suaramu, Bodoh!” Taehyung menutup mulut Heerin dengan tangannya. Dia
melihat ke sekitar, sepertinya tak ada yang mendengar percakapan mereka.

“Mian…aku hanya terkejut. Aku kira kau hanya bekerja di sekitar Seoul saja.” Bisik
Heerin tak mau mengundang orang lain memperhatikan pembicaraan mereka.

“Kami menerima kasus apapun, walaupun itu dari luar negeri. Dan kemarin sabtu aku
hanya membantu Jimin menyelesaikan kasusnya.” Taehyung menguap, mulai
mengantuk lagi.

“Jimin? Tunggu…apa Jimin yang kau maksud itu adalah, Park Jimin yang itu?” Secara
otomatis Heerin menunjuk Jimin yang sedang duduk di meja Hana. Pria yang merasa
namanya di sebut langsung menoleh, Taehyung pun melambai ke arah Jimin dengan
tersenyum lebar, memamerkan giginya. Jimin pun melengos membalas lambaian
Taehyung, ia masih kesal dengan Taehyung karena kasus Artis itu.

 
“Eoh…dia Park Jimin, Kami sama-sama bekerja di Biro MJ. Dan dia kemarin_”

“Taehyung Sunbaenim…Anyeong Hasseo”  Sapa seorang pria dan membuat Taehyung


menghentikan ucapannya. Taehyung dan Heerin menoleh ke sumber suara, dan
mendapati murid kelas 1 sedang tersenyum kepada Taehyung. Pria yang merasa di
sapa itu pun mendesah berat, ia tau akan seperti ini, ia pun melirik Jimin. Dan Jimin
hanya membalas lirikan Taehyung dengan gelengan.

“Ohh…Dugu?” Taehyung berpura-pura hilang ingatan.

“Aku Jungkook, Sunbaenim tak ingat padaku?”  Pria itu adalah Jungkook. Murid kelas
1  yang berani masuk ke kelas seniornya dan bertemu Taehyung.

“Mian…sepertinya aku tak ingat.” Jawab Taehyung lagi, membuat rasa kecewa di
dalam hati Jungkook.

“Sunbaenim benar-benar tak ingat? Aku yang kemarin sabtu membawa Sunbaenim ke
rumah sakit, setelah kalian berke_” Taehyung langsung menyambar mulut Jungkook
dengan tangannya. Terlihat rasa curiga dari wajah Heerin, dan terlihat rasa cemas
dari wajah Jimin. Murid-murid di kelasnya sedang memperhatikan percakapan
mereka, jadi tidak mungkin Taehyung membiarkan Jungkook meneruskan ucapannya.

“Ahhh…aku ingat…aku ingat…Lalu kenapa kau mencariku, Jungkook’ah?” Taehyung


berusaha baik dan sopan kepada Jungkook.

 
“Wah, syukurlah jika kau mengingatku. Aku hanya ingin memberimu ini…” Dengan
wajah berseri-seri Jungkook menyerahkan sebuah kotak bekal kepada Taehyung.
Dengan canggung dan terpaksa, Taehyung menerima kotak bekal itu.

“Gumawo…” Taehyung tersenyum canggung. Karena baru kali ini dia mendapat bekal
dari seorang pria.

Taehyung mendesah lega saat Jungkook keluar dari kelasnya. Ia menaruh kotak
bekal itu dengan kesal. Mungkin dia akan merasa senang jika bekal itu dari gadis
cantik yang mengaguminya.

“Kau benar-benar akan mendapat masalah, Kim Taehyung!” Jimin menunjuk wajah
Taehyung dengan wajah geli dan sekaligus cemas. Bisa di pastikan jika Jungkook
akan selalu mengganggunya mulai dari sekarang.

“Tae…sepertinya kau dan jimin menyembunyikan sesuatu.” Ucap Heerin lirih saat
Jimin sudah menjauh dari Taehyung.

“Saat di Busan, ada seseorang yang memergoki kami sedang berkelahi. Kami selalu
memakai masker saat bekerja, karena kami sangat menjaga identitas asli kami. Nama
panggilanku V saat menjadi detektif malam, dan J untuk panggilan Jimin. Setelah
berkelahi, aku membuka maskerku, dan saat itulah Jungkook datang dan
mengenaliku.” Taehyung mendesah pelan. Ia merasa sedikit bodoh karena melepas
maskernya di tempat yang belum aman.

“Hah…kau benar-benar akan mendapat masalah besar jika Jungkook tau siapa kau
sebenarnya. Aku yakin dari senyumannya, dia sangat menyukaimu..” Heerin
melipatkan tangannya di dadanya, membuat Taehyung menatapnya dengan ekspresi
kosong.

“YA! Aku tau jika aku ini sangat popular, tapi aku tidak menyangka jika
ketampananku ini juga memikat para lelaki.”

PLETAK

“Bukan itu maksudku, Bodoh! Dia Bukan menyukaimu seperti itu, dia seperti sangat
mengagumimu sebagai senior dan hyungnya.” Heerin selalu kesal dengan tingkat
percaya diri Taehyung yang tinggi ini, hingga dia tak tahan untuk memukul kepala
pria itu dengan tangannya.

“Ahhh…jadi itu maksudmu. Dia bilang padaku jika aku sering menolongnya, padahal
aku tidak ingat pernah menolongnya. Mungkin karena itu dia mengangumiku…” Gumam
Taehyung mengusap-ngusap kepalanya yang habis di pukul oleh Heerin.

“Ck…kau mungkin memang lupa, karena maklum memori otakmu yang berkapasitas
rendah itu. Tapi aku yakin orang yang menerima pertolongan tak akan pernah lupa
dan berusaha untuk membalas kebaikan orang yang sudah menolongnya. Jadi aku
yakin Jungkook ingin membalas kebaikanmu itu.”

“Ahh…aku tidak mengerti.”

“Bodoh.”

 
Taehyung dan Jimin berjalan-jalan di sepanjang koridor balkon lantai 3. Setiap lantai
SMA Kirin memang di kelilingi oleh balkon-balkon, jadi setiap kelas terdapat balkon
di depannya. Jadi tak ada kelas-kelas yang saling berhadapan. Hanya ada kelas yang
bersampingan dengan kelas lain. Dan kali ini Taehyung dan Jimin menyusuri lantai 3,
tempat semua murid kelas satu berada. Taehyung kemari berniat bertemu dengan
Ye’eun, seorang gadis kelas 1 yang baru saja mengiriminya surat dan menyuruhnya
untuk datang ke kelas gadis itu.

Taehyung menghentikan langkahnya saat melihat Jungkook sedang berdiri di dekat


balkon depan kelasnya dengan hiasan ruangan di tangannya. Karena mendekati ulang
tahun sekolah, kepala sekolah menyuruh semua murid untuk memperindah kelasnya.
Taehyung mencoba menghindar dari Jungkook, ia menutup wajahnya dengan jas
sekolahnya agar Jungkook tidak melihatnya. Jungkook berdiri di atas kursi dan
bersiap menghias langit-langit Atap dengan balon dan kertas warna-warni, saat
itulah Taehyung dan Jimin melewatinya dengan cepat sebelum Jungkook melihat
kebawah dan melihat Taehyung.

DEG…Setelah beberapa meter berjalan menjauh dari Jungkook, kaki Taehyung tiba-
tiba terhenti. Perasaan yang tidak enak muncul di hatinya. Taehyung menoleh
kebelakang, ke arah Jungkook yang sedang berdiri di atas kursi dekat balkon, jimin
juga berhenti saat menyadari taehyung berada 5 langkah di belakangnya. Taehyung
menatap curiga kepada 2 murid yang sedang bercanda ria saling mendorong-
dorongkan tubuh mereka, salah satu murid yang sedang bercanda itu melihat kearah
tehyung, dan menatap mata pria itu sekilas. Seketika itulah dengan kekuatan yang di
milikinya, Taehyung berlari ke arah Jungkook. Seperti adegan slowmotion saat salah
seorang murid tak sengaja menabrak Jungkook yang sedang berdiri di atas kursi,
tubuh Jungkook oleng dan mengarah keluar dari balkon. Dan HAP…Taehyung
menangkap tangan Jungkook tepat waktu.

“Yash!!” Jimin langsung berlari kencang ke arah Taehyung. Jimin sangat kaget ketika
mendapati  Taehyung sudah berada di depan kelas Jungkook dan sedang memegang
sebuah tangan yang berada di bawahnya. Seorang murid sedang bergelantung di
pinggir balkon lantai 3 itu, dan murid itu adalah Jungkook. Dan Taehyung dengan
sekuat tenaga berusaha menarik Jungkook ke atas. terlihat sekali tubuh Taehyung 
yang gemetar Karena beban tubuh Jungkook menarik tangannya.
 

“Jungkook’ah, berayunlah sedikit ke kiri dan berikan tangan kirimu tanganmu padaku.
Aku akan menangkap tanganmu.” Jimin berusaha membantu taehyung untuk
mengangkat Jungkook. Tapi terlihat sekali, Jungkook tak mau melepas satu
tangannya dari tangan Taehyung.

“Shi…Shirroo…aku takut! Aku akan mati!”

“Ya Tuhan…jangan takut! Percayalah, aku dan Taehyung akan menyelamatkanmu.”


Jimin berusaha tenang di depan Jungkook, ia sudah mengulurkan tangannya dari tadi
dan berharap Jungkook akan percaya pada omongannya dan meraih tangannya.
Semua murid sudah berkumpul panic di sekitar Jimin dan Taehyung, tapi tak ada
satu murid pun yang berani menolong mereka berdua untuk menyelamatkan
Jungkook. Jimin berpikir, apa salah satu dari mereka tidak ada yang mau melapor
kepada guru?.

“Jeon Jungkook!!! Cepat…!!!” Jimin sudah berteriak frustasi. Cidera punggung


Taehyung belum sepenuhnya sembuh, jika lama-lama menarik beban seberat ini,
maka cidera tulang punggungnya akan semakin parah.

Jungkook memejamkan matanya pasrah, ia mengayunkan tubuhnya sedikit ke kiri dan


melepas tangannya kirinya. Dan HAP, tangan Jimin meraih tangan Jungkook dengan
kuat. Dan dengan hitungan ke tiga, Taehyung dan Jimin sama-sama menarik tubuh
Jungkook naik ke atas.

3 pria itu terkulai lemah di lantai balkon…terutama Jungkook, tubuh pria itu
bergetar hebat hingga tak mampu melepaskan pegangan tangannya dari Jimin dan
Taehyung. Bayangkan, Pria itu baru saja bergelantungan di lantai 3, dan jika tidak
ada Taehyung dan Jimin, dia pasti sudah berakhir di rumah sakit dalam keadaan tak
bernyawa.
 

“Kau baik-baik saja? Bernafaslah yang dalam, dan keluarkan dengan pelan. ” Jimin
menepuk nepuk pundak Jungkook. Pria itu masih enggan melepaskan tangannya dari
tangan kiri Jimin.

“Apa perlu aku bantu pergi UKS?” Tanya Jimin lagi setelah Jungkook sedikit tenang.
Tapi Jungkook mengeleng lemah kepada Jimin.

“Tubuhku tidak apa-apa, Sunbaenim. Aku hanya terkejut. Aku sungguh-sungguh


berterima kasih kepada kalian berdua.” Jungkook sudah bisa bernafas normal. Malah
ia sekarang sudah berkali-berkali membungkuk kan badannya di depan Jimin.

“Eiy, jangan panggil Sunbaenim. Panggil saja Sunbae, atau Hyung.”  Jimin menepuk
pundak Jungkook sekali lagi.

“Neo, Jinjha..!!! Apa kau tidak berpikir jika berdiri dengan kursi di tepi balkon
seperti itu sangat berbahaya?”  Kali ini suara lirih Taehyung terdengar. Pria itu
sekarang masih terbaring di atas lantai, dengan menutupi matanya dengan sikunya.
Murid-murid di sekitar mereka mulai bubar, dan meninggalkan mereka bertiga di
lantai itu dengan pikirannya masing-masing.

“Maaf…Maafkan  aku Sunbaenim. Aku benar-benar ceroboh. Maafkan aku yang sudah
merepotkanmu dan membuatmu menolongku.” Jungkook berulang kali menundukkan
badannya meminta maaf kepada Taehyung. Pria yang di panggil Sunbaenim itu pun
bangkit dan duduk menatap Jungkook dengan tatapan iba.

 
“Kau bilang padaku jika aku sering menolongmu, apakah itu benar?”  Pertanyaan
Taehyung di jawab anggukkan oleh Jungkook.

“Ne…Sunbaenim menarikku saat aku tersandung kakiku sendiri saat menuruni tangga.
Sunbaenim juga menangkap bola baseball yang mengarah ke kepalaku, dan sunbaenim
juga menyelamatkanku saat aku di palak oleh murid kelas 2 di parkiran sepeda.
Dan_”

“Cukup…kau beritahu semua pun aku tidak akan ingat. Aku hanya ingat, aku pernah
menyelamatkan kepala seseorang dari lemparan bola baseball. Dan ternyata itu kau.” 
Taehyung memotong ucapan Jungkook. Ia pun berdiri dan membenahi seragamnya
yang sedikit berantakan,lalu pergi. Jimin pun ikut berdiri dan berjalan di belakang
Taehyung.

Jimin memandang aneh punggung Taehyung…Jimin masih berpikir keras tentang


kejadian tadi. Bagaimana Taehyung bisa sangat cepat menangkap tangan Jungkook?
Padahal dia ingat dengan jelas, jika Taehyung berjalan bersamanya. Apakah tadi
Taehyung berhenti sejenak dan langsung berlari ke arah Jungkook sebelum pria itu
jatuh? Tapi itu tidak mungkin. Kecuali Taehyung mempunyai keahlian melihat masa
depan. Dan itu tambah tidak mungkin, mana ada kekuatan seperti itu.

“YA!” Jimin menepuk pelan punggung Taehyung.

“Yak, APPO…AAARGGGHH…APPO, Phabbo ya…!!!” Taehyung berteriak keras di wajah


Jimin. Pria yang baru saja menerima teriakan itu pun hanya bisa melongo heran.
Punggung Taehyung masih sangat sakit, Tapi kenapa Taehyung tidak menyadari
kesakitan itu saat dia menarik pria berbobot hampir 60 kg dengan tangannya?.

 
“Tae…Apa kau sampai sekarang tidak menyadari jika kau ini bodoh?” Pletak, satu
jitakan keras mendarat di kepala Jimin.

“Kau ingin cari mati,hah! Aku tau jika aku ini tidak pintar, jadi jangan terlalu sering
di perjelas.!” Taehyung yang baru saja menjitak kepala Jimin merasa sedikit terhina
oleh ucapan Jimin barusan.

“Kita bersahabat bukan?” Pertanyaan Jimin membuat Taehyung menaikkan alisnya.


Kenapa tiba-tiba Jimin bertanya se serius itu?

“Tentu saja! Kau sahabat baikku.” Taehyung menjawabnya dengan senyuman.

“Jika begitu, siapa kau sebenarnya? Siapa pun kau, Aku akan menerimanya.” DEG…
ucapan Jimin membuat senyum Taehyung menghilang. Mereka terdiam sejenak,
Taehyung terlihat berpikir keras untuk menjawab pertanyaan Jimin. Taehyung ingin
tertawa terbahak-bahak karena pertanyaan Jimin, karena Jimin menganggapnya
bukan manusia biasa, tapi sekarang dia tidak bisa tertawa, karena pertanyaan itu
membuatnya sangat terkejut. Ada satu rahasia lagi yang ingin di sembunyikan oleh
Taehyung sampai dia mati, Dan dia tidak berencana menceritakan rahasia itu kepada
siapapun, walaupun itu kepada sahabatnya dan orang tuanya sendiri.

“Taehyung Oppa…” Suara seorang gadis membuyarkan ketegangan di antara mereka


berdua. Taehyung menoleh dan mendapati Ye’eun ada di belakangnya.

“Oh, Ye’eun’ah…”  Taehyung merasa terselamatkan oleh gadis itu. Tanpa menoleh
kepada Jimin, Taehyung pun pergi menjauhi Jimin dengan merangkul Ye’eun. Kali ini
kau terselamatkan Kim Taehyung.
 

Heerin POV

Hari ini aku cukup puas bersenang-senang di toko buku, walaupun hanya sendiri, toko
buku bagaikan surga untukku. Saking asiknya di toko buku, aku tidak menyadari jika
hari sudah malam. Aku merapatkan jaketku saat keluar dari toko buku, aku berjalan
santai dengan tas berisi buku-buku yang baru saja ku beli. Aku memincingkan mataku
saat melihat seorang pria dengan hoddie hitam berjalan di depanku. Dari postur
tubuhnya, sepertinya pria itu adalah Taehyung. Apa Taehyung sedang bekerja? Apa
dia sedang menyelesaikan kasus? Ah, kenapa aku sangat ingin mengikutinya? Apa
salahnya jika aku membantu pekerjaannya.

“Kim Taehyung.” aku berjalan cepat kearah Taehyung dan menepuk pundak pria itu
dengan pelan. aku mendesah lega karena pukulanku tidak membuat Taehyung
kesakitan. Ternyata cidera punggung Taehyung seminggu yang lalu sudah membaik.
Dan mungkin karena dia sudah membaik, maka dia mulai bekerja lagi sekarang.

“Heerin’ah…” Tampak sekali jika Taehyung sangat terkejut dengan kehadiranku. Aku
pun tersenyum padanya.

“Tae_” Aku terkejut saat tiba-tiba saja tangan Taehyung membekap mulutku. Dia
melotot kepadaku.

“Jangan panggil nama asliku, bodoh! Sedang apa kau disini? Cepat sana pergi. Jangan
dekat-dekat denganku.” Taehyung melepas tangannya dan berbalik pergi menjauhiku.
Astaga, kenapa aku merasa jika Taehyung membuangku? Dan kenapa itu membuat
perasaanku sedikit kecewa dan kesal?

 
“Kau sedang bekerja? Kasus apa kali ini? Apa aku bisa membantumu?” Aku tak peduli
dengan tatapan bengisnya padaku. Aku tetap berjalan di sampingnya. Aku melotot ,
saat tiba-tiba saja Taehyung bergerak cepat dan berlari menjauh, dengan cepat aku
juga berlari mengikutinya.  Aku berlari dengan tas yang penuh buku-buku pelajaran
dan tas bawaan yang berat, keadaan yang sangat buruk untuk berlari cepat.

Taehyung semakin menjauh dariku, merasa frustasi aku pun semakin memacu kakiku
untuk berlari semakin cepat. Nafasku sudah ngos-ngosan…aku memang sering berlari
saat SMP, bahkan aku pernah memenangkan lomba lari saat SMP, dan karena sudah 3
tahun tak berlatih, tubuhku terasa lambat. Aku melihat Taehyung yang berlari tanpa
kesusahan, astaga apa aku harus berhenti dan menyerah saja? Tunggu, aku melihat
Taehyung berhenti.

“Kang Heerin, Stop! Hentikan larimu…” Aku mendengar samar-samar teriakan


Taehyung. Ada jarak yang cukup jauh di antara kami, aku pun masih berlari dan ingin
mendekat kepadanya, tapi tiba-tiba saja Taehyung berlari kearahku, entah kenapa
dia malah berlari kepadaku? Harusnya aku yang sedang mengejarnya bukan? Belum
sempat aku memikirkan jawabannya, aku merasa kakiku tersandung…aku akan jatuh,
tapi entah kenapa Taehyung sangat tepat waktu dan memeluk tubuhku agar tidak
jatuh. Astaga…aku hampir saja mencium jalanan.

Taehyung membantuku berdiri tegak, aku menatap matanya. Dan entah kenapa
sekarang dia sedang menatapku dengan tatapan menyala dan penuh dengan emosi.
Ketika aku sudah berdiri tegak, Taehyung menyeretku ke samping toko yang gelap
dan sepi. Cengraman tangan Taehyung sangat keras dan terasa sakit, Oh! Apa dia
benar-benar marah padaku.

“YAK! Bodoh…sudah ku bilang menjauh dariku. Sialan!!!” Aku tersentak ke belakang


saat Taehyung membuka maskernya dan meneriakkan kata-kata kasar itu padaku. Ini
pertama kalinya dia membentakku dengan kasar seperti ini, dan mungkin ini pertama
kalinya aku melihatnya semarah ini.

 
“Kau yang bodoh! Aku hanya bertanya padamu dan berniat membantu pekerjaanmu,
apa itu salah?” Aku tidak mau kalah dengannya, aku juga berteriak dan mengeluarkan
kekesalanku di wajahnya.

“Aaahh…kau ingin membantuku? Benarkah?.Jadi kau bisa membantuku bertemu


dengan orang-orang jahat? Dan Kau juga bisa membantuku berkelahi dengan mereka
nanti? Wah, aku sangat tersanjung jika kau ingin melakukan hal itu.”  Tubuhku
bergidik ngeri. Aku tidak memikirkan sejauh itu.

“Aku bisa…aku bisa bekelahi dengan mereka jika ada tongkat kayu di tanganku.”
Ucapku  Masih tak mau kalah dengannya. Harga diriku bisa hancur, jika mengalah
pada Taehyung.

“Tongkat kayu? Lalu bagaimana jika mereka membawa pistol? Kau tidak bisa memukul
mereka, karena kau akan tertembak duluan…” Ucapan Taehyung sangat lirih, bahkan
hanya berupa gumaman, tapi karena jarak kami yang sangat dekat, aku bisa
mendengar jelas ucapannya. Dan sungguh, ucapannya membuat bulu kudukku berdiri.
Taehyung benar-benar pintar menakuti orang.

“Jangan menakutiku.”

“Aku tidak menakutimu sayang…aku bicara yang sebenarnya. Jadi, mumpung aku
masih mempunyai kesabaran, Pulanglah ke rumah!” Taehyung berteriak padaku di
kalimatnya yang terakhir. Setelah itu dia memakai maskernya lagi dan
meninggalkanku di tempat gelap itu. Sial, aku kalah! Taehyung benar-benar marah,
dan jika aku melawannya lagi, mungkin dia akan memukulku dan membuatku pingsan
agar tidak mengikutinya lagi. Astaga, memikirkan hal itu membuatku kesal dengan
kenyataan, jika Taehyung memang pandai memukul orang.

 
“Tae…” Lirihku mencoba memanggilnya.

“Pulanglah Kang Heerin! Jangan membuatku berpikiran untuk membuatmu pingsan


agar tidak mengikutiku lagi.”

JLEB…semua ketakukanku akhirnya terucap dari mulut Taehyung. Aku terdiam di


tempatku, aku tidak mau melawannya dan membuatnya berpikir lebih baik
membuatku tewas dari pada hanya membuatku pingsan. Astaga, ternyata Taehyung
mempunyai sisi yang menyeramkan.

Author POV

Sore ini Heerin pulang ke rumah dengan perasaan lesu. Hari ini dia sama sekali tak
berbicara dengan Taehyung di sekolah. Dia masih sedikit marah dengan Taehyung
karena kejadian semalam. Di tambah tak ada tanda-tanda Taehyung untuk meminta
maaf, dan itu semakin membuat Heerin kesal. Dia pun menendang kaleng kosong di
depannya dengan keras, melampiaskan sedikit kekesalannya.

“Aigo…kasihan sekali Kaleng tak berdosa itu..” Heerin berbalik, mendapati Taehyung
berdiri di belakangnya dengan wajah tanpa berdosa.

“Seharusnya kau yang menjadi kaleng itu!” Heerin melengos pergi. Melihat Taehyung
disini semakin membuatnya emosi.

“Kau ingin mendangku? Wae?” Tanya Taehyung lagi, kali ini ia berjalan di samping
Heerin.

 
“Wae? Kau masih Tanya kenapa?” Ingin sekali Heerin merontokkan gigi Taehyung
sekarang.

“Aigo…apa karena masalah semalam? Ah, Mian. Aku tidak bermaksud menakutimu.”
Taehyung berjalan mundur agar dia bisa menatap wajah Heerin. Dan itu sukses
membuat Heerin merona.

“Berjalan yang benar…” Heerin berusaha tak mengeluarkan senyumannya.

“Kau sudah memaafkanku?” kali ini Taehyung menghentikan senyumannya dan


menatap mata Heerin dengan dekat, membuat Heerin dengan segera membuang
wajahnya agar tidak pingsan karena tatapan maut itu. Di tatap pria sedekat ini
membuat debar jantungnya tak beres.

“Hmm.” Heerin hanya menjawab dengan gumaman, karena jujur dia sudah kehilangan
kata-kata saat Taehyung menatapnya dengan tatapan manis seperti tadi. Taehyung
tersenyum sumringah karena telah mendapat maaf dari Heerin. Sebenarnya semalam
Taehyung tak bisa tidur karena memikirkan ini, ia merasa bersalah karena
membentak dan menakuti Heerin, ingin sekali ia mendatangi Heerin di jam 4 subuh,
tapi dia menunggu sampai mereka bertemu di sekolah. Tapi karena dia adalah Kim
Taehyung, dia tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat saat di sekolah., dan kali
ini, ia memberanikan diri untuk meminta maaf kepada Heerin, dan dia bersyukur
Heerin mau memaafkannya.

Taehyung memutuskan untuk mengantarkan Heerin sampai di rumahnya. Mereka


berjalan dengan diam beberapa saat, sampai Taehyung memegang pundak Heerin dan
mendorong tubuh gadis itu agar berjalan dengan cepat. Heerin sempat bingung
dengan kelakuan Taehyung yang tanpa alasan itu. Apa maksudnya Taehyung
mendorong tubuh Heerin agar berjalan dengan cepat? Pertanyaan itu pun terjawab
saat…
 

Braaakkkk…Heerin menoleh dengan cepat saat suara keras terdengar dari belakang
mereka. Heerin melihat sebuah pot bunga besar yang jatuh dari atas rumah di
sebelahnya. Heerin mendongak dan mendapati seorang wanita paruh baya berada di
lantai 2 rumahnya, wanita itu beteriak dan menanyakan apakah Heerin dan Taehyung
terluka, Heerin pun menjawab jika mereka tidak terluka, wanita itu pun meminta
maaf karena kecerobohannya. Heerin menoleh kepada Taehyung, dan pria itu hanya
tersenyum dan mengedikkan bahunya. Heerin sedikit curiga, tapi memilih untuk tidak
membahasnya.

“Hei bocah sialan…serahkan semua uangmu.” Suara teriakan terdengar di telinga


mereka. Taehyung mundur sedikit dan mendapati beberapa pria berseragam sedang
berkumpul di gang kecil di seberang jalan yang sedang mereka lalui.

“Bukankah itu seragam SMA Kirin?” Tanya Heerin saat melihat seorang pria yang
berjongkok lemah di antara pria-pria yang berseragam sama dengannya.

“Sunbaenim, aku benar-benar tidak punya sekarang. Ren sunbaenim sudah mengambil
uangku saat jam istirahat tadi.” Pria lemah itu semakin menunduk takut.

“Sialan kau…kau beruntung aku tidak menghabisimu bulan lalu, jika bukan karena
Taehyung brengsek itu, mungkin kau sudah_”

“Oiy…apa kalian baru saja menyebut namaku???” Taehyung melangkah menyebrangi


jalan, mendekat kearah gerombolan itu. Mereka semua pun menoleh ke arah
Taehyung. Rasa terkejut pun terlintas dari wajah mereka.

 
“Ooo…Jeon Jungkook. Apa itu kau?” Taehyung membungkukkan tubuhnya agar bisa
melihat pria lemah yang ternyata adalah Jungkook.

“Taehyung Sunbaenim.” Jungkook tersenyum lega saat melihat wajah Taehyung


disini. Dan ada Heerin juga di belakang pria itu.

“Aigoo…Jungkook’ah, apa sunbae kelas 2 mu ini sedang memalak mu?” Taehyung


menunjuk satu persatu ke empat pria yang ada di depan Jungkook. Dari seragamnya,
Taehyung tau jika ke empat pria itu adalah murid kelas 2 SMA Kirin.

“Yak, kenapa si brengsek ini ada disini?” Murid ber name tag Ji hoon itu berbisik
kepada teman di sebelahnya.

“Aku juga tidak tau. Apa kali ini kita akan melawan? Dia hanya sendiri, dan kita ber
empat. Dia pasti kalah” Jawab pria bernama Sin woo kepada Ji hoon. Walaupun
mereka berbisik, tapi Taehyung bisa mendengar ucapan mereka, dan dia hanya bisa
tersenyum geli mendengarnya.

“ Jangan buat mereka mati Kim Taehyung!” Bisikan Heerin di telinga Taehyung
membuat pria itu tertawa.

“Aku tidak akan membuat mereka mati, aku hanya akan memberi luka memar di
wajah mereka.hehehe” Taehyung mengedipkan satu matanya kepada Heerin. Gadis
itu tau jika Taehyung bisa membunuh mereka dengan satu pukulan, maka dari itu dia
harus memperingatkan Taehyung lebih dulu dari pada nantinya Taehyung akan
mendapatkan masalah karena telah membunuh murid kelas 2 SMA.

 
“Oh, Taehyung’ah. Ada apa ini?” Suara familiar terdengar dari belakang Taehyung.
Pria itu berbalik dan mendapati Jimin sedang berdiri dengan tangan di saku
celananya. Jimin dan Taehyung sudah tidak canggung lagi setelah kejadian di lantai 3
itu. Padahal di dalam hati Jimin,  dia sangat penasaran dengan siapa sebenarnya
Taehyung ini, tapi Jimin berusaha melupakan itu agar persahabatan mereka tidak
terasa canggung dan aneh.

“Oh, Jimin’ah. Tadi aku mendengar suara ribut-ribut, dan saat aku dekati, ada
murid-murid kelas kelas dua yang sedang mengelilingi Jungkook.” Taehyung menunjuk
kearah Jungkook yang masih berjongkok di atas jalan.

“Oh, jinja? Jungkook’ah…apa sunbae kelas 2 mu ini sedang memalakmu?” Jimin


bertanya kepada Jungkook dengan nada tinggi, dan itu membuat Ji hoon dan teman-
temannya panic.

“Ani, Jimin Sunbae. Kami hanya mengajak Jungkook mengobrol.” Jawab Ji hoon mulai
resah.

“Benarkah itu Jungkook’ah?” Jimin bertanya lagi kepada Jungkook, terlihat jelas
jika Ji hoon sedang melotot kepada Jungkook. Secara tidak langsung, Ji hoon
menyuruh Jungkook berbohong melewati tatapan matanya.

“Ne…Jimin Sunbae” Jungkook terpaksa berbohong. Ya, dia berpikir akan


mendapatkan masalah lagi ketika ia berbicara jujur.

“Lihat…kami hanya mengobrol, Sunbae. Dan ini Sudah sore, kami pamit dulu.” Ji hoon
buru-buru kabur meninggalkan tempat itu, di susul oleh teman-temannya. Kali ini
Jungkook bisa bernafas lega dan berdiri tegap.
 

“Apa aku pernah menyelamatkanmu dari bocah-bocah itu?”  Tanya Taehyung dan di
jawab anggukkan oleh Jungkook. Hei Kim taehyung, kau tidak sadar jika kau juga
masih bocah 18 tahun.

“Apa kau sering begini?” Tanya Jimin lagi.

“Ne…bahkan saat di kantin juga. Beberapa sunbae memang sering begitu.” Jawab
Jungkook merasa jika hidupnya yang sangat menyedihkan.

“Aigo…jadi bukan hanya mereka ber empat yang mengganggumu?” Tanya Heerin
merasa kasihan kepada adik kelasnya yang manis ini. Jungkook pun hanya mengangguk
pelan.

“Besok dan seterusnya, Jika bel istirahat berbunyi kau harus bergegas mencariku
atau Jimin, mereka tidak akan berani mengganggumu jika kau berada di samping
salah satu dari kami.” Ucapan Taehyung membuat Jungkook terkejut. Ia tidak
menyangka jika Taehyung bisa bicara seperti itu.

“Eoh, tapi lebih mudah mencari Taehyung dari pada aku, bocah ini sering tidur di
kelas saat jam istirahat.” Tambah Jimin dan di balas anggukan oleh Taehyung.

“Kau juga bisa mencariku.” Suara riang Heerin membuat Jungkook tersipu malu. Ia
tidak menyangka jika gadis popular di sekolahnya sangat baik dan perhatian padanya.

 
“Terima kasih…Terima kasih Sunbaenim” Jungkook tak henti-hentinya membungkuk
kepada Taehyung, Jimin dan Heerin. Mungkin air mata Jungkook sudah berlinang di
matanya dan akan menetes sebentar lagi.

“Tapi, bukankah sebentar lagi kita akan lulus? Bagaimana cara melindungi Jungkook
yang imut ini jika kita sudah lulus?” Pernyataan Heerin membuat Taehyung
memasang ekspresi kosong, sedangkan Jimin berusaha untuk mencari jawabannya.

“Ajari aku cara berkelahi.” Suara tegas Jungkook membuat Taehyung, Jimin, dan
Heerin menoleh takjub kepadanya.

“Benar…benar. Jika Jungkook pintar berkelahi, maka senior-senior yang menindasnya


akan takut.” Ucapan Heerin membuat Jungkook semakin berharap lebih. Taehyung
dan Jimin pun saling bertatapan lama. Entah apa yang sedang mereka pikirkan.

“Aku tidak bisa.” Ucap Taehyung lirih menjawab tatapan berharap dari Jimin.

“Wae?”

“Aku sangat sibuk. Banyak kasus yang belum aku selesaikan” Bisik taehyung di telinga
Jimin.

“Aku juga masih banyak kasus yang belum aku selesaikan.” Jimin mengulangi kata-
kata Taehyung. Oke, mereka sama-sama memiliki banyak kasus yang belum selesai.

 
“Aku juga harus mengerjakan PR sekolah.” Bisik Taehyung lagi.

“Kau pikir aku tidak punya? Kita satu kelas Kim Taehyung!” Jawab Jimin skeptis.

“ Aku memiliki banyak jadwal kencan dengan pacar-pacarku.” Ucap Taehyung lagi, kali
ini dengan suara yang bisa di dengar oleh Heerin, dan  membuat gadis itu memutar
kedua bola matanya. Yap, itu benar. Taehyung mempunyai banyak pacar, dan itu
otomatis dia memiliki banyak jadwal kencan juga.

“Arrasso…aku yang akan mengajari Jungkook.” Jimin kalah, ternyata Taehyung


memang lebih sibuk darinya. Itu karena bocah sialan ini mempunyai banyak pacar,
bukan hal lain.

Author POV

Hari ini Heerin sekolah seperti biasa, bulan ini adalah bulan ujian terakhir kelas 3,
dan sebentar lagi mereka akan lulus dari SMA. Heerin sangat tenang saat
mengerjakan soal ujian, tapi tidak dengan Taehyung. Hari ini dia terlihat sangat lelah
dan mengantuk, mata pandanya terlihat sekali di wajahnya. Heerin tidak heran jika
Taehyung terlihat sangat lusuh seperti itu, karena bisa di pastikan tadi malam pria
itu baru saja tiba di korea, setelah menyelesaikan sebuah kasus di jepang. Entah itu
kasus apa, Taehyung belum bercerita banyak tentang pekerjaannya kepadanya.

“Tae..!”  Sapa Heerin menepuk pundak Taehyung. Pria itu pun menoleh dan menguap
lebar di depan wajah Heerin.

 
“Ini hari pertama ujian, kenapa kau terlihat lusuh begitu. Sudah kubilang jangan
mengambil kasus di luar negeri…” Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin.

“Ara…tapi bonusnya sangat besar. Dan aku kasihan dengan noona itu.”  jawab
Taehyung sambil menguap.

“Neo jinjha…kelemahanmu selalu wanita. Apa noona itu cantik?” Tanya Heerin sebal.

“Tentu saja cantik, dan kaya. Tapi takdirnya sangat menyedihkan. Entah sekarang
dia masih hidup apa tidak” Taehyung menghembuskan nafasnya berat. Membuat
Heerin menatapnya heran.

“ Kau menyukai wanita itu?” Tanya Heerin blak-blakan, membuat Taehyung menoleh
padanya dan menatapnya tidak mengerti.

“Kenapa aku harus menyukai wanita itu? umurnya 10 tahun lebih tua dariku, dan dia
mempunyai kekasih ketua yakuza di jepang.”  Jawab Taehyung bergidik ngeri.

“Aaahhh…wanita itu sudah memiliki kekasih. Baguslah.”  Heerin berlalu meninggalkan


Taehyung dengan wajah gembiranya. Entah karena lega, atau karena senang  jika
Taehyung tidak tertarik dengan klien cantiknya itu.

“Taehyung Sunbae…” Teriakan Jungkook membuat mereka menoleh. Selama 2 bulan


ini Jungkook memang selalu ada di dekat Taehyung jika jam istirahat. Jimin sudah
mengajarinya bela diri selama 2 bulan ini, tapi dia belum sepenuhnya bisa berkelahi
dengan benar, jadi selama 2 bulan ke depan Jimin harus bisa membuat Jungkook bisa
berkelahi, sebelum mereka lulus.

“Jungkook’ah…kau masih mencariku? Aigo, sepertinya Jimin tidak mengajarimu


berkelahi dengan benar.”

“Mereka baru berlatih 2 bulan. Jangan salahkan Jimin. Kau pasti bisa berkelahi
butuh waktu bertahun-tahun kan?”Sahut Heerin yang merasa kesal dengan
kesombongan Taehyung.

“Ahh…kau benar heerin’ah. Aku harap 2 bulan kedepan kau bisa berkelahi. Hanya
bisa, bukan jago sepertiku. Kau akan butuh bertahun-tahun jika mau
sepertiku.hahahaha”

2 bulan kemudian.

Hari ini adalah hari kelulusan SMA Kirin, hari ini adalah hari yang sangat di nanti-
nanti oleh murid SMA kelas 3 Kirin, salah satu murid yang paling gembira hari ini
adalah Kim Taehyung, ia sangat senang Karena sudah lulus walaupun dengan nilai yang
pas-pasan. Dan itu pun dengan bantuan Heerin, jika saja bukan karena kesabaran
Heerin untuk mengajari Taehyung, maka pria itu mungkin akan tinggal kelas.

“Oppa…selamat atas kelulusanmu…” Seorang gadis imut dengan seikat bunga


menghampiri Taehyung.

“Aigoo…Gumawo yerin’ah…”  Taehyung menerima bunga itu dan mencubit pipi yerin
dengan gemas. Yerin pun tersipu malu dengan kelakuan baik Taehyung.
 

“Oppa…kau tidak akan melupakanku kan setelah lulus?”  Yerin bergelayut manja di
lengan Taehyung. Yerin memang di kenal gadis yang selalu mengikuti Taehyung di
sekolah, walaupun Yerin adalah adik kelas Taehyung.

“Omo…tentu saja tidak. Mana mungkin oppa melupakan gadis manis sepertimu…” 
Taehyung kembali menggoda Yerin. Dan Yerin pun semakin menempel kepada
Taehyung.

“Oppa…aku menyukaimu, bagaimana kalau kita pacaran saja?”  Yerin tersipu malu
menatap Taehyung, dan Taehyung pun membalas senyuman yerin dengan lebih
menggoda.

“Geurae…oppa juga menyukaimu. Baiklah kita pacaran.”

“Kyaa…senangnnya. Jadi hari ini kita resmi berpacaran? Kalau begitu, bagaimana jika
nanti sore kita berkencan?.”

“Hmm…eotoke? Sayangnya nanti sore oppa ada janji dengan seseorang…”  Taehyung
memasang wajah sedih.

“Yaahh…memangnya oppa ada janji dengan siapa?” Tanya Yerin dengan wajah imut.

“Rahasia, bagaimana jika besok? Oppa akan menjemputmu dan membawa mawar putih
yang caaantiiik, sepertimu. Otte?”
 

“Jinjha??? Arraso, aku akan menunggu oppa besok sore di rumah. Saranghae Oppa…”
Yerin berjinjit sedikit dan mencium pipi Taehyung, lalu pergi meningalkan pria itu
dengan senyum mengembang.

Taehyung membalikkan badannya dan mengelap bekas ciuman Yerin dengan


tangannya, Taehung melirik  dan  mendapati seorang gadis yang tak jauh darinya
sedang melihatnya. Gadis itu menatap Taehyung dengan curiga, Taehyung pun hanya
bisa tersenyum membalas tatapan curiga gadis itu dan mengampirinya.

“Pacar baru lagi?”  Tanya  Heerin saat Taehyung sudah ada di depannya. Pria itu pun
hanya mengangguk sambil tersenyum.

“Selamat atas kelulusanmu…” Taehyung tersenyum sumringah sambil menyodorkan


seikat bunga yang di pegangnya.

“Bukankah bunga ini pemberian gadis itu?”

“Eoh…hehehe” Taehyung menggaruk-garuk kepalanya, dan  Heerin hanya bisa


tersenyum dan menerima buket bunga itu.

“Ck…bukannya kau masih berpacaran dengan Ye’eun dari kelas 1 ?” Heerin menatap
penuh curiga kepada Taehyung.

 
“Ya, masih. Begitu dengan Yeon soo dan Rae na dari kelas 2. Dengan wajah tampanku
ini memang tidak bisa hanya memiliki satu pacar. Hehehe”

“ Jadi, aku termasuk salah satu pacarmu juga?” Pertanyaan Heerin membuat langkah
Taehyung berhenti. Heerin pun membalikkan badan dan menatap Taehyung dengan
penuh harap.

“ Kau ingin jadi pacarku?”  Tanya Taehyung gugup.

“Ani…bukan kah kita berteman?”

DEG

TBC

Anda mungkin juga menyukai