Anda di halaman 1dari 359

1 My Time

2 My Time
Disclaimer :

- Vkook
- Angst, Romance, Hurt
- T/w : Blood, Attempted
Murder, Family Complex.
- Mature Content
- Dilarang menyebar luaskan!!!
- Please Enjoy.

3 My Time
PROLOG

Taehyung tersenyum saat mendapati pesan


singkat dari suami kecilnya— Jungkook. Tingkah
manja Jungkook rasanya membuat Taehyung
semakin jatuh cinta dibuatnya. Jungkook sudah
menempati hati Taehyung semenjak duduk di bangku
kelas tiga sekolah menengah atas. Saat hubungan
keduanya menginjak dua tahun disanalah Taehyung,
dengan keberanian yang dimiliki untuk
mempersunting anak tunggal keluarga Jeon.
Dua tahun silam, semuanya bermula saat
Taehyung dan Jimin menghadiri acara disebuah kafe
untuk merayakan kemenangan sekolahnya dalam
turnamen bola basket antar sekolah, karena
mendapati posisi pertama, sekolah Taehyung dan
Jimin menyelenggarakan sebuah pesta.
Jimin, sahabat Taehyung. Saat itu dia hanya
iseng mengajak Jungkook— sahabatnya dari sekolah
lain untuk ikut di pesta sekolahnya, karena memang
4 My Time
kebetulan Jungkook sangat bosan waktu itu maka dia
menyetujui ajakan Jimin begitu saja.
Setibanya di pesta itu entah kenapa, semua
padangan mengarah pada Jungkook. Dia tahu betul
saat dirinya di perhatikan oleh orang-orang yang ada
di pesta itu. Jungkook bergidik ngeri merasa risih saat
dirinya menjadi sorotan utama, apalagi dia bukan
siswa dari sekolah pemilik acara itu.
Kemudian Jungkook hanya pamit ke Jimin
untuk mencari tempat yang lebih membuatnya
merasa tenang, Jungkook merasa tidak nyaman
dengan catcall dari beberapa siswa laki-laki disana.
Dia memutuskan untuk naik ke lantai dua kafe itu.
Tiba-tiba saja mood Jungkook berubah, yang
tadinya merasa senang malah hancur seperti ini. Dia
hanya duduk termangu sendirian di meja kosong
sebelum akhirnya salah satu pelayan datang
membawakannya segelas minuman.
"Minumannya kak." Pelayan kafe itu
meletakkan minumannya diatas meja Jungkook.

5 My Time
Jungkook sedikit kaget menatap pelayan yang
menghampiri mejanya. "Tapi saya gak mesen
minumannya mba." Jungkook hanya bingung,
memang benar dia tidak merasa sama sekali
memesan minuman sedari dia masuk kedalam kafe
itu.
"Gue yang mesenin lo." Laki-laki itu mendekat,
berjalan santai kearah Jungkook sambil membawa
gelas ditangannya, kemudian duduk di depan
Jungkook.
"Mba boleh tinggalkan kami berdua?" Setelah
mendapatkan perintah dari lelaki asing itu maka
pelayan kafe itu memutuskan meninggalkan
keduanya.
Jungkook menatap laki-laki di depannya itu
dengan tatapan datar. Mungkin hanya orang asing,
atau temannya Jimin, pikirnya.
"Gue Taehyung." Laki-laki di depannya
mengulurkan tangannya.
"Gue gak nanya." Ucap Jungkook kelwat
dingin.

6 My Time
Taehyung tersenyum menatap Jungkook,
kemudian menarik kembali uluran tangannya tadi.
Taehyung sudah memperhatikan Jungkook sedari
awal dia memasuki kafe, entahlah Taehyung pikir
dirinya sudah menyukai Jungkook begitu saja? Apa
ini yang dimaksud dengan cinta pada pandangan
pertama?
"Gue gak pernah liat lo. Bukan anak sekolah
gue kan?" Jungkook masih tak menghiraukan
omongan lelaki itu atau sebut saja— Taehyung,
bahkan sekarang dia terlalu fokus dengan ponselnya.
"Kok diem mulu, lagi sariawan? Atau lo gak
suka minumannya? Mau gue ganti aja minumannya?"
Canda Taehyung, kemudian Taehyung meneguk
minuman yang dia bawa tadi.
"Bisa diem gak?! Berisik tau." Jungkook masih
saja tidak menghiraukan Taehyung, malah menjawab
begitu ketus tiap kali Taehyung mengajaknya
berbicara.
"Omongan lo gak jelas nih, gimana kalau kita
ngobrol di whatsapp aja?"

7 My Time
Jungkook berdecak kasar, kemudian pergi
meninggalkan Taehyung dengan tampang tidak
berdosa. Sedangkan Taehyung yang masih penasaran
memutuskan untuk mengejar Jungkook.
"Gue beneran minta kontak whatsapp lo
dong."
Dan akhirnya Jungkook dengan berat hati
memberikannya. Bukan karena apa, dia hanya tidak
ingin terus-terusan diganggu oleh lelaki aneh itu.
Sejak saat itu Taehyung memutuskan untuk
memperjuangkan Jungkook, putra tunggal pemilik
saham terbesar di perusahan ternama di kotanya.

8 My Time
OSPEK (Hari Pertama)

Taehyung menggaruk tengkuknya yang tidak


gatal, tangannya menenteng keranjang belanjaan
yang masih belum penuh, dia sedikit bingung
memilih barang apa saja yang harus dibeli. Taehyung
terus mencocokan beberapa harga barang yang satu
dengan yang lainnya, daftar belanjaan yang sudah
ditulis di catatan ponselnya sebagai patokan menjadi
sedikit tidak berguna karena memang kebiasaan ini
dilakukan oleh suaminya— Jungkook.
Keputusan untuk mampir ke supermarket
agak dia sesali jika tahu akan kewalahan seperti ini.
Tetapi demi menjadi suami yang baik dia dengan
penuh suka rela melakukannya, begitu sangat
berhati-hati mengikuti catatan di ponselnya.
Pandangan Taehyung teralihkan pada rak
minuman deretan susu, dia tersenyum kala
mengingat bahwa Jungkook sangat menyukai susu
pisang maka dia memutuskan mengambil satu box

9 My Time
susu dengan kemasan berwarna kuning itu, pasti
Jungkook akan senang, pikirnya.
Taehyung memang secinta itu dengan
Jungkook, siapa yang mau menyia-nyiakan orang
yang telah dia perjuangkan dulu dengan darah dan
keringat demi mendapatkan lelaki gemas itu. Dia rasa
semua kebutuhan yang diperlukan sudah cukup,
maka dia segera melangkah menuju kasir untuk
membayar semuanya.
Tiba-tiba saja ponsel Taehyung berbunyi,
menampilkan nama kontak "suami kecil" dengan
semangat Taehyung meletakkan keranjang belanjaan
itu diatas meja kasir, selama kasir sibuk menghitung
total belanjaannya, Taehyung buru-buru mengangkat
telepon dari Jungkook.
"Halo, kakak masih di supermarket?"
Mendengar suara dari seberang sana membuat hati
Taehyung merasa tenang.
"Masih ndut, kenapa?"
"Tolong balik ke rak alat mandi dong kak,
shampo aku abis."

10 My Time
Taehyung berjalan meninggalkan kasir,
mencari barang yang sudah di minta oleh Jungkook.
"Ke perlengkapan bayi kak." Ucap Jungkook
dengan nada gemas.
Taehyung tersenyum kemudian berjalan
untuk pindah tempat menuju tempat perlengkapan
bayi.
"Shampo yang wangi strawberry ya kak. Udah
ketemu?"
"Udah ndut."
"Yaudah cepet pulang ya kakak, jangan ngobrol
sama mba-mba kasirnya. Atau nanti aku pergi demo
kesana."
Taehyung tertawa nyaring di dalam panggilan
itu.
"Hahaha iya ndut, ini kakak tinggal bayar baru
pulang."
"Yaudah teleponnya aku tutup ya kak. Hati-hati
dijalan."
Kemudian panggilan itu berakhir, Jungkook
telah mematikan panggilannya.

11 My Time
Meninggalkan senyuman tipis dari taehyung
sebelum dia kembali berjalan kearah kasir untuk
menyelesaikan urusannya.

Jungkook tengah berbaring diatas sofa depan


televisi yang menyala, menunggu Taehyung pulang
sangat membosankan menurutnya. Beberapa pesan
telat dikirim pada Taehyung agar suaminya cepat
menginjakkan kaki dirumah saat ini juga. Namun
masih tidak ada balasan dari Taehyung, itu semua
membuat Jungkook merengut kesal.
Apa Taehyung tengah asyik menggoda kasir
supermarket itu?
Dia mengusap kasar wajahnya, tidak tahu
harus melakukan apa. Ini salahnya kenapa dia tidak
ikut saja dengan Taehyung ke supermarket jika
seperti ini. Namun dia kembali berpikir, kasihan
Taehyung jika harus pulang menjemputnya terlebih
dahulu.

12 My Time
Bunyi bel menggema di dalam sana, senyuman
Jungkook merekah, mata bulatnya berbinar dengan
indah. Dia dengan cepat bangkit dari posisi
semulanya, berjalan cepat ke arah pintu. dia memutar
knop pintu rumah miliknya, membukanya lebar-
lebar. Benar saja dibalik pintu itu ada Taehyung
dengan tubuh tinggi tegapnya dan baju kaos
berwarna hitam sama seperti tadi pagi tidak berubah
sedikitpun hanya saja sekarang dia sedang
menenteng dua plastik besar penuh dengan barang
belanjaan yang baru saja dibeli.
Senyum Jungkook semakin merekah, terlihat
dua gigi kelinci dengan bola mata berkilauan
menatap Taehyung bahagia. Jungkook mendekat ke
arah Taehyung, kemudian dengan sigap dia
mendekap tubuh suaminya erat, menghirup aroma
khas milik suaminya yang begitu membuatnya
merasa tenang.
"Kakak, aku kangen tau. Kenapa pulangnya
lama banget sih."

13 My Time
Taehyung hanya terkekeh, kemudian
mengecup singkat pucuk kepala Jungkook.
"Abis beliin suami kecil kakak kebutuhan buat
ospek besok, 'kan. Oh iya ini kakak gak dikasih masuk
ya? Kakak kan pengen istirahat juga."
Jungkook mendongak menatap taehyung,
kemudian dia terkikik geli.
"Oh iya lupa, hehe."
Jungkook melepaskan pelukannya, dia sedikit
mundur untuk memberikan akses untuk taehyung
masuk kedalam rumah.
"Kak barang belanjaannya siniin, biar aku
yang bawa ke dapur."
Taehyung terus berjalan didepan Jungkook,
dia tak mengindahkan permintaan Jungkook karena
dia masih merasa kuat untuk membawa barang
belanjaan yang tidak seberapa itu.
"Berat, ndut. Biar kakak aja yang bawa, kamu
bikinin kakak teh manis aja ya."
"Tapi kakak capek. Aku bantuin ya."

14 My Time
Jungkook terus memaksa, langkahnya semakin
cepat. Dia menyamakan langkahnya dengan
Taehyung, tangannya mencoba meraih satu plastik
ditangan kanan Taehyung tetapi taehyung malah
mengeratkannya didalam genggamannya.
"Kakak gak capek, ndut. Siapa yang bilang
kakak capek coba? Buat gendong kamu keliling dunia
aja kakak kuat, apalagi cuma bawa dua plastik
beginian doang."
Pipi Jungkook tiba-tiba saja memanas,
semburat merah tercetak jelas pada pipi gembilnya.
Dia terlihat begitu menggemaskan dalam keadaan
seperti ini.
"Gombal, tapi aku suka. Yaudah aku bikinin
kakak teh ya, oh iya air panasnya udah siap kok, jadi
kakak bisa langsung mandi."
"Makasih sayang."
Taehyung meletakkan barang belanjaannya
diatas meja makan yang ada didapur, kemudian dia
menatap Jungkook dalam.
"Makasih buat apa?" Tanya Jungkook.

15 My Time
Taehyung mengecup halus bilah
bibir plum milik Jungkook kemudian menarik
tubuhnya kembali.
"Makasih buat hari ini karena udah jadi suami
yang baik."

Jungkook bangun pagi-pagi sekali hari ini, dia


perlu mengecek kembali beberapa kebutuhan dan
perlengkapan untuk Taehyung dan dirinya. Rasanya
pagi ini cukup berbeda untuknya, karena tepat hari
ini adalah hari pertama orientasi studi dan
pengenalan kampus atau biasa disingkat dengan
ospek untuk dirinya.
Maka dia harus bangun dari tidur nyenyaknya,
dengan Taehyung yang masih asyik dengan alam
mimpinya. Dia mengecup singkat kening Taehyung
kemudian bangun dari ranjang meninggalkan
Taehyung untuk terlebih dahulu mengurus
kebutuhan Taehyung disaat dia bangun nanti.
Jungkook berjalan menuju dapur,
memanaskan air untuk membuatkan suaminya

16 My Time
secangkir cokelat panas untuk menambah semangat
Taehyung yang juga hari ini akan menjadi salah satu
panitia ospek.
Tangannya dengan telaten mengoles selai
strawberry kesukaan Taehyung diatas roti tawar
yang dia genggam. Dia tidak mampu menahan
senyumannya saat pandangannya teralihkan pada
benda melingkar di jari manisnya. Benda berwarna
perak dengan desain sederhana menjadi pengikat
dirinya dengan Taehyung satu tahun lalu, kemudian
dia kecup dengan perasaan bahagia.
“Good morning, kecil.”
Sebuah tangan melingkar pada pinggangnya,
suara berat menyapa inderanya, bahkan bulu
kuduknya meremang hanya karena suara berat dari
Taehyung yang baru saja bangun tidur.
Taehyung mengecup singkat tengkuk
suaminya, lalu mengusap rambutnya di leher
Jungkook, membuat rasa geli menjalar ke tubuh
Jungkook. Kebiasaan Taehyung saat baru bangun
selalu manja seperti ini.

17 My Time
“Morning. Gimana tidurnya? Nyenyak kak?”
Jungkook masih fokus menuangkan air
mendidih kedalam cangkir yang sudah terisi cokelat
bubuk walaupun Taehyung masih bertingkah
menggemaskan saat ini tidak membuatnya
terganggu.
“Selalu nyenyak, ‘kan ada kamu sayang.”
Taehyung menumpukan dagunya pada
pundak Jungkook, memperhatikan Jungkook dengan
telaten membuatkannya sarapan. Dia tersenyum
dalam keadaan masih setengah sadar, kemudian
mengecup pipi gembil Jungkook.
“Makasih udah nyiapin sarapan pagi ini.”
Sudah menjadi hal yang biasa mendengar
Taehyung selalu mengucapkan kata terima kasih
padanya. Jungkook merasa begitu bersyukur
memiliki pendamping hidup seperti Taehyung yang
selalu menghargai setiap usaha yang dia lakukan
dalam menjalankan kewajibannya sebagai pasangan.
“Makasih juga udah jadi suami yang selalu
sayang aku.”

18 My Time
“Anything for you.”
Taehyung berpindah dari posisi pertamanya,
berjalan ke arah meja makan. Menunggu sarapan
yang Jungkook telah siapkan untuknya. Dia membuka
ponselnya, memeriksa siapa tau saja ada info penting
yang dia dapat dari grup kepanitiaan ospek.
Jungkook menghampiri Taehyung dengan
membawa dua gelas cokelat panas untuknya dan
untuk Taehyung, kemudian kembali ke pantry untuk
mengambil roti yang sudah di olesi selai kesukaan
Taehyung.
Jungkook mendecak, reflek merebut ponsel
yang taehyung asyik genggam, kemudian
meletakkannya diatas meja.
“Makan dulu. Jangan pegang hp.”
Melihat tingkah Jungkook, taehyung hanya
bisa tertawa kemudian mengangguk cepat.
“Siap paduka”
Jungkook terlalu biasa mendengar ejekan dari
Taehyung bahkan sudah jadi makanan
kesehariannya, tapi dia tahu Taehyung seperti ini

19 My Time
karena menyayanginya dan merasa nyaman
didekatnya.
Maka taehyung harus mengakhiri tawa
renyahnya untuk menyantap sarapan yang sudah
Jungkook siapkan spesial untuknya. Cokelat panas
yang dibuat Jungkook memang selalu terasa berbeda,
bagaimana setiap seruputannya begitu terasa manis
di kerongkongan Taehyung menambah rasa cinta
dari manisnya cokelat panas itu untuk Jungkook.
“Cokelat panasnya enak. Selalu enak kalau
kamu yang buat.”
“Itukan aku belinya di supermarket minggu
lalu, rasanya emang kayak gitu kak. Kamu gak usah
ngegombal ya. Masih pagi juga.”
Tentu saja pipi Jungkook memerah saat ini.
Pujian-pujian kecil yang didapat dari Taehyung
bahkan bisa menggelitik perutnya dengan ribuan
kupu-kupu yang berterbangan.
“Oh, mungkin karena liat kamu kali ya.”
Jungkook memukul lengan Taehyung kencang,
kemudian mencubitnya pelan.

20 My Time
“Udah kak. Jangan gombal lagi.”
Bibirnya mengerucut. Bukan apa, dia hanya
tidak kuat merasakan gejolak rasa malu apalagi rasa
panas pada pipinya, padahal ini masih pagi sekali
udara bahkan berubah menjadi terasa panas karena
merasa malu.
“Hahaha lucu banget sih, ndut. Kamu juga
makan, nanti telat lagi.”
Jungkook mengangguk lalu melahap roti
manis itu dengan rasa mual di dalam perutnya akibat
rasa malu dan bahagia yang dia rasakan. Sekali lagi,
dia merasa bersyukur memiliki suami seperti
Taehyung yang tidak pernah lupa untuk
memberikannya satu utas senyuman di pagi hari.

“Peluk dulu ndut. Biar semangat ospek di hari


pertamanya.”
Taehyung memecahkan konsentrasi Jungkook
yang saat ini sedang membereskan beberapa

21 My Time
perlengkapan yang harus dibawa untuk ospek
pertamanya.
“Iya kakak sebentar ya. Slayer merah aku
mana kak? Kok di tas gak ada? Tadi malem kakak ‘kan
yang udah masukin semuanya kedalam tas aku?”
Jungkook menatap Taehyung yang baru saja
menarik rem tangan dan mematikan mesin mobilnya.
“Loh emang disitu gak ada, ndut? Tadi
bukannya kamu udah cek lagi ya?” Tanya Taehyung
sambil memiringkan tubuhnya menatap Jungkook,
mencoba meraih tas Jungkook dan mencari slayer
yang tengah Jungkook cari.
Sedangkan Jungkook hanya mengangkat
bahunya tanda tidak tahu, “Perasaan tadi pagi ada,
kok sekarang gak ada. Gimana dong kak?”
Demi apapun Jungkook merasa tidak tenang
dibuatnya, karena setahunya jika tidak membawa
satu perlengkapan ospek saja akan mendapat
hukuman. Ya, walaupun suaminya adalah ketua
komisi disiplin tetap saja bagaimana jika dia dapat
hukuman dari anggota komisi disiplin yang lain.

22 My Time
“Mungkin kakak lupa masukin. Yaudah gak
apa-apa nanti biar kakak yang urus, jangan dipikirin.”
Taehyung mengelus pipi Jungkook, “Tapi
takut. Nanti aku dihukum, gak mau kak.”
“Kakak kan ketua komdisnya. Ngapain takut?”
Jungkook merengut, dia menggigit ujung
kukunya ketakutan.
“Nanti dihukum sama komdis yang lain.”
“Kakak marahin.”
Bibir Jungkook mengerucut, Taehyung ingin
rasanya menggigit pipi gembil suaminya itu. Sampai
sekarang Taehyung masih heran bagaimana bisa dia
mendapatkan manusia menggemaskan dan selucu
Jungkook, apa yang sudah dia lakukan di zaman dulu.
Entahlah, tapi dia sangat bersyukur.
“Bener ya? Gak mau dihukum inget.”
Taehyung mengangguk, kemudian merengkuh
tubuh Jungkook, mencium kening suaminya dengan
penuh kasih sayang.
“Semangat ospeknya sayang.”
“Semangat juga ngospeknya kakak sayang.”

23 My Time
Suara teriakan menggema memenuhi ruang
auditorium fakultas teknik itu. Suara bentakan demi
bentakan begitu memekakan telinga. Jungkook yang
duduk di antara barisan terdepan bergidik ngeri
mendengarnya. Memaksanya duduk di barisan
terdepan hanya karena telat beberapa menit saja,
untung saja ada Taehyung sebagai penyelamatnya.
Tidak ada yang berani membantah omongan
Taehyung karena dia adalah ketua, memiliki akses
lebih untuk membuat beberapa peraturan baru.
Taehyung berkacak pinggang di depan seluruh
mahasiswa dan mahasiswi fakultas teknik. Semua
atensi terfokus padanya, ketampanan dan
kewibawaan yang dipancarkan mampu menyihir
seluruh mahasiswa baru disana. Bukan hanya itu,
Taehyung memang bukanlah orang yang suka marah-
marah dengan hal yang tidak jelas tapi dia menjadi
komdis karena ketegasan yang dia miliki.

24 My Time
Taehyung mendekatkan pengeras suara pada
bibirnya, pandangannya mengitari seluruh ruangan.
“Yang merasa perlengkapan ospeknya kurang
lengkap, bisa maju kedepan.” Ucapnya tegas.
Mahasiswa dan mahasiswi seketika ricuh,
kembali memeriksa perlengkapan yang sudah
mereka siapkan dari rumah. Lain halnya dengan
Jungkook yang begitu santai karena sudah lebih dulu
memeriksanya sebelum dia masuk kedalam
auditorium.
“Kamu yang pakai topi kerucut warna merah,
udah lengkap semuanya? Saya liat kamu paling santai
diantara semuanya.”
Ambar salah satu anggota divisi komisi
disiplin menunjuk Jungkook yang sedang asyik
memperhatikan Taehyung tiba-tiba saja tertegun.
Napasnya terasa tercekat bahkan hanya untuk
menelan ludah saja dia tidak mampu.
“M-mm saya lupa bawa slayer kak.”
Pelan sekali Jungkook menjawab pertanyaan
dari Ambar.

25 My Time
“Emangnya tadi kamu gak dengar apa kata
ketua komdis? Kalau gak bawa perlengkapan yang
lengkap maju ke depan! Kamu punya telinga ‘kan?”
Bentakan Ambar membuat Jungkook
meringkuk ketakutan, bahkan dia sedikit gemetaran.
Taehyung tidak dapat memperhatikan
Jungkook karena saat ini dia juga tengah sibuk
memeriksa perlengkapan mahasiswa baru lainnya.
Bahkan dia tidak mendengar teriakan Ambar karena
ditempat itu begitu ramai dan berisik.
“Ambar udah. Gak usah ngebentak gini.”
Jimin menghampiri Ambar yang sedang
memarahi Jungkook. Jimin adalah sahabat Jungkook
dan Taehyung, dia juga tergabung di divisi komdis
sehingga dia bisa berada disana.
“Lo liat gak? Apa yang dibawa itu gak lengkap
dan dia diem gitu aja bukannya maju ke depan. Dia
budek sampai gak denger perintah?!”
Ambar melipat kedua tangannya di depan
dada, menatap Jimin sengak setengah mampus.

26 My Time
Sedangkan Jimin hanya menggeleng melihat
perlakuan Ambar terhadap Jungkook.
Jimin menatap Jungkook, kemudian
mendekatinya, “Sabar ya, Koo.” Ucapnya pelan sambil
mengelus singkat pundak Jungkook.
“Kenapa masih diem?! Maju kamu, gausah
manja apa-apa maunya disuruh dulu. Kamu gak
punya inisiatif sendiri buat ngelakuin semuanya?
Disini bukan tempat kamu buat cari perhatian!”
Jungkook hanya mengangguk pasrah, dia kesal
luar biasa tapi mau bagaimana lagi dia memang salah
karena tidak membawa semua yang sudah disuruh.
Ambar menarik paksa lengan Jungkook, tubuh
Jungkook yang lebih tinggi darinya tidak
menyurutkan keberaniannya untuk membawa
Jungkook ke tempat yang sudah komdis sediakan.
“Ambar mau dibawa kemana mereka semua?”
Tanya Hwasa salah satu anggota divisi komdis juga.
“Mau gue bawa ke lapangan. Mau gue kasih
hukuman biar mereka semua jera.”

27 My Time
Hwasa yang mendengar perkataan Ambar
sontak kaget, karena memang peraturan dari tahun
kemarin divisi komdis sepakat untuk memberikan
hukuman di dalam auditorium saja bukannya malah
dibawa ke lapangan.
“Lo lupa sama peraturan divisi komdis?”
“Udah deh kak. Gue cuma berlaku tegas, lo
diem aja. Semuanya ikut saya ke lapangan, yang gesit.
Gak usah lelet kalian semua!”
Ambar menyangkal omongan Hwasa dan lebih
fokus pada mahasiswa baru yang akan dia bawa ke
lapangan.
Semua mahasiswa dan mahasiswi baru yang
tidak membawa perlengkapan penuh terpaksa harus
mengikuti Ambar ke lapangan fakultas. Tidak ada
yang berani melawan Ambar maka mereka hanya
bisa pasrah begitu saja.
Tidak banyak hukuman yang Ambar berikan
hanya push up dan skot jump saja, itupun sudah
membuat semuanya terengah.

28 My Time
Taehyung yang masih sibuk di dalam
auditorium mengurus mahasiswa baru, menjelaskan
beberapa hal tentang kampus akhirnya tersadar
bahwa tidak ada kehadiran Jungkook disana setelah
pandangannya mengelilingi seluruh ruangan.
Taehyung tiba-tiba saja terdiam begitu saja,
membuat semua mahasiswa baru bertanya-tanya
kenapa ketua komdis itu tiba-tiba diam? Taehyung
mundur beberapa langkah, mensejajarkan posisinya
dengan Jimin yang dari tadi ada dibelakangnya.
“Koo mana?” Bisiknya pada telinga Jimin
pelan.
“Dibawa Ambar ke lapangan. Katanya Koo gak
bawa perlengkapan penuh”
Taehyung terlonjak saat mendengar jawaban
dari Jimin. Sial, dia lengah sehingga kehadiran
Jungkook yang tidak adapun tidak disadari.
“Tolong gantiin gue dulu Jim. Gue serahin
semuanya sama lo ya. Bentar doang, gue mau liat Koo
dulu.”

29 My Time
Jimin yang diberi kepercayaan oleh Taehyung
langsung mengangguk tanda setuju, sedangkan
Taehyung segera berlari menuju lapangan fakultas.
Taehyung terengah setelah berlari kencang
menuju lapangan. Sesaat dia mengatur napasnya
sebentar, menarik napasnya dalam kemudian
membuangnya kasar sebelum akhirnya dia mendekat
kearah Ambar.
“Stop semuanya!”
Taehyung berteriak begitu tegas dari
kejauhan, dia kemudian melangkahkan kakinya
mendekati Ambar.
“Saya bilang stop, kalian dengar gak?!”
Semua mahasiswa yang mendengar teriakan
Taehyung berhenti begitu saja dari hukuman push up
yang Ambar berikan.
“Apa-apaan sih Tae! Ngapain lo berentiin?
Mereka semua salah jadi wajar dapet hukuman!”
Ambar tidak terima dengan tindakan yang
diambil oleh Taehyung, dia berdecak kasar menatap

30 My Time
tajam Taehyung yang saat ini berada di sampingnya.
Berkacak pinggang penuh amarah.
“Gak gini caranya. Divisi kita udah setuju sama
peraturan buat gak ngasih hukuman di luar
auditorium dan sekarang kenapa lo dengan
entengnya ngelanggar peraturan?”
“Gue cuma pengen tegas. Kalau gak diginiin
mereka semua bakal jadi manja. Dan disini bukan
tempat orang manja kayak gitu!”
Alis Taehyung mengkerut mendengar alasan
Ambar, dan apa-apaan itu berlaku tegas dengan
melanggar aturan yang sudah ditetapkan?
“Lo ngasih mereka hukuman berapa kali push
up?”
Semuanya hanya terdiam mendengar
pertengkaran Ambar dan Taehyung, tidak ada yang
berani mendongak hanya sekadar melihat
kejadiannya langsung. Masih dengan posisi
tengkurap di atas tanah, untuk bernapas saja rasanya
sulit.

31 My Time
“Gue nyuruh mereka semua ngitung sampai
lupa. Kenapa?!”
“Sakit lo Ambar. Hukumannya stop sampai
sini, sekarang kalian semua berdiri dan balik ke
auditorium.”
Akhirnya setelah mendapat aba-aba dari
Taehyung, mereka semua berdiri membersihkan
pakaian mereka yang kotor karena tanah dan
langsung berjalan menuju auditorium untuk kembali
masuk.
Jungkook berjalan melewati Taehyung tanpa
ingin menatapnya, setelah menyaksikan
pertengkaran Ambar dan Taehyung dia sadar bahwa
benar kata Jimin jika suaminya itu memang
menyeramkan dan tentu saja tetap tampan.
Taehyung menarik lengan Jungkook
disaksikan oleh Ambar yang masih kesal dengan
Taehyung.
Taehyung menangkup kedua pipi Jungkook,
aliran darah segar menetes bebas dari lubang hidung
Jungkook menambah amarah pada Taehyung,

32 My Time
Jungkook memang tidak bisa berlama-lama dibawah
terik matahari seperti ini karena memang Jungkook
gampang sekali mimisan. Taehyung menghapus
darah itu dengan ibu jarinya tetapi darah itu semakin
banyak keluar.
“Hidung kamu berdarah. Kamu pusing gak?
Ayo ikut kakak.”
Jungkook hanya menggeleng, Taehyung
langsung saja menggandeng lengan Jungkook,
menuntunnya pelan takut-takut jika Jungkook tiba-
tiba saja pusing dan pingsan begitu saja. Taehyung
berjalan meninggalkan Ambar sendirian begitu saja.
“Tae! Lo mau bawa kemana maba itu? Yang
lain udah pada balik ke auditorium!” Teriak ambar,
sedangkan Taehyung terus berjalan tanpa
menghiraukan teriakan nyaring Ambar.

Taehyung mengintip puluhan notifikasi yang


masuk ke ponselnya— grup divisinya sangatlah

33 My Time
berisik. Dia meletakkan ponselnya yang terus
berbunyi, atensinya kembali terfokuskan pada
Jungkook. Dia membaringkan tubuh Jungkook diatas
kasur kamarnya, dengan terpaksa harus
mengantarkan Jungkook pulang karena keadaannya
yang tidak mendukung untuk melanjutkan kegiatan
ospek.
“Beneran gak mau kerumah sakit aja?” Tanya
Taehyung.
Jungkook menghela napas dalam-dalam lalu
menggeleng pelan. “Gak kak. Aku beneran gak apa-
apa kok. Kakak mending balik ke kampus sana.
Kehadiran kakak juga dibutuhin sekarang.”
Taehyung kemudian duduk di sisi ranjang,
menyibak poni yang menutupi kening Jungkook.
Punggung tangannya ditempelkan di atas kening
Jungkook. Suhu tubuh Jungkook memang sedikit
menghangat, mungkin gara-gara dia terlalu lama
dibawah sinar matahari yang begitu terik.
“Kakak disini jagain kamu.”

34 My Time
Jungkook membantah kata yang diucapkan
Taehyung, karena dia memang paham betul maksud
dari pertengkaran Taehyung dan Ambar tadi. Sudah
cukup membuat satu anggotanya marah karena telah
berani membawanya pulang begitu saja bagaimana
jika dia tidak kembali ke kampus, bisa-bisa seluruh
anggotanya akan memarahi Taehyung yang di cap
tidak profesional.
“Kakak kan ketua komdis, masa kakak gak ada
di kampus? Apa kata anggota kakak yang lain? Balik
ya. Aku gak apa-apa kok, nanti aku bawa tidur juga
bakal sembuh.”
“Tapi kakak mau jagain kamu, ndut.”
Jungkook tersenyum tangannya membentang,
menarik tengkuk Taehyung untuk turun mendekati
wajahnya kemudian dia mengecup singkat bibir
Taehyung begitu saja, membuat semburat merah
pada wajahnya. Padahal yang mencium lebih dulu dia
kenapa bisa dia yang lebih dulu malu.
“Aku gak mau kakak di cap sebagai ketua yang
gak profesional. Jadi balik ya?”

35 My Time
Taehyung menarik tubuhnya, kembali duduk
tegak seperti semula. Hembusan napasnya begitu
kasar, Jungkook tahu Taehyung berat sekali untuk
menerima permintaan darinya tapi mau bagaimana
lagi Taehyung tetap harus kembali.
“Kamu gak apa-apa kalau kakak tinggal?”
“Gak apa-apa. Aku gak mau liat kakak
berantem kayak tadi, aku mau suamiku baik-baik aja
sama anggota komdis yang lain.”
Taehyung berpikir sejenak sebelum akhirnya
dia memutuskan untuk menyetujui perkataan
Jungkook. Yang diucapkan Jungkook memang ada
benarnya, walaupun dari dirinya sendiri sangat tidak
ingin meninggalkan Jungkook sendirian dirumah.
Taehyung kembali berdiri, merapikan jas
almamater yang digunakan, kemudian sedikit
menunduk, mendaratkan bibir tebalnya di atas
kening hangat Jungkook, cukup lama hingga suara
kecapan terdengar saat Taehyung menarik bibirnya
dan kembali berdiri tegak.

36 My Time
“Yaudah kakak balik ya. Kamu istirahat, jangan
main hp.”
Jungkook hanya mengangguk, kemudian
tersenyum. Sebelum Taehyung meninggalkan
kamarnya dia terlebih dulu menarik selimut
menutupi tubuh Jungkook sampai dadanya.
“Jangan genit.”
Taehyung terkekeh, “Emang kamu pernah liat
kakak genit? Bucin gini mana bisa genit sama yang
lain.”

Pukul empat sore, semua mahasiswa telah


dipulangkan. Cukup menguras kesabaran untuk
ospek hari pertama. Apalagi Ambar yang tidak
kunjung berhenti marah sejak kejadian pemberian
hukuman karena perlengkapan yang tidak lengkap.
Semua anggota divisi komdis duduk di depan
ruang sekretariat, beristirahat sejenak sebelum
akhirnya melakukan evaluasi untuk acara ospek hari

37 My Time
ini. Taehyung meraih satu gelas air mineral dia
merobek tutup kemasannya kemudian airnya
digunakan untuk membasuh wajahnya, cukup
membantu untuk menghilangkan rasa kantuk dan
lelah yang dia rasakan.
Wajah dan rambutnya yang basah menambah
kesan tampan yang memang dia miliki sejak
dilahirkan didunia. Hari pertama ospek saja
Taehyung sudah mendapat lima puluh surat cinta,
padahal pemberian surat cinta itu dilakukan pada
hari terakhir ospek saat memberikan kesan dan
pesan untuk kakak-kakak senior. Jika Jungkook tahu
bisa-bisa Taehyung tidak akan mendapatkan jatahnya
satu bulan, ya begitulah Jungkook memang
pencemburu yang gemas.
“Udah cukup istirahatnya? Kita evaluasi
sambil istirahat oke.”
Taehyung kemudian berjalan masuk kedalam
ruang sekretariat disusuli oleh beberapa anggotanya
yang lain. Duduk memenuhi bangku yang masih
kosong.

38 My Time
“Gue disini sebagai ketua mau ngucapin
makasih buat kerjasamanya untuk hari ini. Kalian
semua udah kerja luar biasa, cuma agak disayangkan
tadi ada beberapa kesalahan yang Ambar lakuin
padahal dari awal kita udah setuju sama peraturan
buat gak ngasih hukuman di luar auditorium.”
“Interupsi,” Ambar tiba-tiba saja mengangkat
tangannya tinggi, menyanggah ucapan Taehyung.
“Gue cuma pengen tegas sama maba, kalau
kita gak kayak gitu percuma mereka bakal jadi anak
manja yang bakal ngebangkang gitu aja.”
Ambar menatap Taehyung yang saat ini
menatapnya kembali dengan wajah datarnya.
“Gak harus dihukum di luar auditorium.”
Sanggah Taehyung.
“Gue cuma mau ngetes fisik mereka.”
Ambar menghela napasnya kasar, berdecak
kemudian membanting badannya ke belakang,
menyender kasar pada sandaran kursi.
“Mereka bukan mahasiswa program studi
olahraga. Mereka anak teknik.”

39 My Time
Taehyung terus membantah setiap alasan
yang ambar berikan, semakin membuat Ambar geram
dengan sikap Taehyung yang terus menyudutkannya.
“Terserah. Gue cuma mau lo semua
profesional. Gue gak peduli diantara maba itu ada
saudara lo atau pacar lo sekalipun gue gak peduli,”
Ambar mencondongkan kembali tubuhnya, menatap
semua anggota komdis yang ada disana. “Lo semua
anggota komdis kan? Kenapa ga ada tegas-tegasnya?
Lembek banget lo semua.”
“Interupsi,” Hwasa mengangkat tangannya, dia
menatap Ambar tajam. “Lo kalau ngomong bisa
dipikir dulu? Lo tau bedanya tegas sama tukang
marah-marah itu apa? Lo disini cuma sebagai
anggota, gue rasa apa yang dilakuin Taehyung itu
udah benar. Lo disini tugasnya mendisiplinkan bukan
marah-marah gak jelas bodoh.” Tatapan Hwasa
semakin memanas, dadanya naik turun karena
amarahnya.
“Sebelum masuk divisi komdis lo udah nyari
tau belum apa aja yang dilakuin di divisi ini? Jangan

40 My Time
cuma mau ditakutin maba doang. Lo kayak gitu
keliatan sok senioritas banget, pengen maba tunduk
sama lo gitu?”
Semua yang ada di ruangan itu hanya terdiam,
bahkan Taehyung, Jimin, Jennie dan Hoseok hanya
mendengarkan tanpa ingin menyanggah ucapan
Hwasa.
“Lo bahkan baru masuk jadi anggota divisi
kombis, Ambar. Gue disini udah jadi anggota komdis
dari dua periode. Gue tau apa aja yang dilakuin dan
gue setuju sama apa yang dilakuin Taehyung. Dia
udah jadi ketua yang bagus.”
Hwasa kemudian mengatur napasnya, terdiam
sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya. “Kalau
dari gue itu aja sih.”
Taehyung hanya mengangguk kemudian
menatap yang lainnya, barangkali ada yang ingin
menyumbang suara lagi.
“Interupsi, gue masuk ya. Gue setuju sama
Hwasa, gue sama dia udah dua periode jadi anggota
komdis. Mungkin karena Ambar baru masuk jadi dia

41 My Time
cuma tau kalau tugas komdisnya itu cuma marah-
marah doang, padahal tugas komdis yang sebenarnya
itu buat ngedisiplinin adek-adek yang bakal jadi
mahasiswa di fakultas kita. Dan gue rasa, Ambar
perlu nyari tau lebih banyak lagi apa aja tugas
komdis.”
“Kak gue paham oke. Cuma disini cuma kurang
profesional. Dan tadi ada kesalahan yang ketua kita
bikin. Gue gak tau apa hubungan Taehyung sama
maba yang Taehyung anterin pulang tadi. Taehyung
keliatan banget ngasih akses lebih ke dia dan itu gak
adil buat maba yang lain.”
Akhirnya Jimin ikut menyanggah ucapan
Ambar, dia memijat pelipisnya pelan sebelum
akhirnya membuka suara.
“Jadi gini, lo liat sendiri kan maba tadi sakit.
Dan lo liat sendiri hidung dia tiba-tiba mimisan.
Terlepas ada hubungan lebih antara Taehyung dan
maba itu udah bukan urusan lo Ambar.”

42 My Time
“Gue cuma pengen keadilan disini. Lo sendiri
liat kan, banyak maba yang pingsan tapi ada gak yang
lo kasih pulang? Ada gak gue tanya?!”
Tiba-tiba saja suara Ambar meninggi,
memancing kesabaran Taehyung yang sudah ditahan
sejak tadi. Ingin rasanya dia marah tapi kembali lagi,
untuk apa memarahi Ambar yang memang keras
kepala seperti itu.
“Ambar, lo kenapa jadi kayak gini sih? Kayak
gak terima banget sama apa yang dilakuin Taehyung.”
Tanya Jennie.
“Gue emang gak setuju.” Timpal Ambar.
Taehyung yang sudah kelewat kesal akhirnya
turun tangan untuk menjelaskan kebingungan Ambar
yang begitu konyol.
“Lo butuh penjelasan dari gue? Pertama, maba
yang mimisan tadi namanya Jungkook.”
“Gue gak nanya nama dia.”
Taehyung mengepal tangannya, Jimin yang
berada disampingnya mencoba mengelus

43 My Time
punggungnya berusaha untuk menenangkan
Taehyung. “Udah sabar.”
“Anjing. Lo bisa dengerin gue dulu? Jungkook
gak bisa lama-lama kena panas. Dan tadi lo ngejemur
semua maba, bukan Cuma itu lo juga nyuruh mereka
push up pas lagi panas-panasnya.”
Ambar menatap Taehyung malas, berdecak
sekali lagi. “Ya gue emang sengaja ngasih hukuman
itu. Tapi gak ada yang semanja si Jungkook itu.”
“Bangsat. Dia gak manja. Lo paham gak sih
sama apa yang gue omongin? Dia gak bisa lama-lama
kena panas, kepalanya gampang pusing dan dia juga
gampang mimisan. Dan lo gak usah ngurusin dia lagi
atau gue bakal bikin perhitungan sama lo.”
Taehyung menghela kasar napasnya,
punggungnya masih terlihat turun naik mengatur
emosinya. Jimin masih sibuk menenangkan
Taehyung.
“Emang dia siapanya lo sih? Sepenting itu?
Walaupun dia cuma pacar lo, aduh lo lebay banget.”
“Lo mau tau dia siapa? Dia suami gue.”

44 My Time
Kata terakhir Taehyung membuat semuanya
sontak kaget, karena tidak ada yang tahu Taehyung
sudah menikah kecuali Jimin.
“Udah cukup kan penjelasan dari gue? Gue
harap kejadian kayak gini gak keulang lagi atau gue
gak segan-segan buat keluarin dari divisi ini. Dan gue
minta maaf buat hari ini karena gue kurang
profesional, evaluasi hari ini cukup sampai sini.”

“Taehyung, tunggu.”
Jimin berlari mengejar Taehyung yang hendak
memasuki mobilnya, sedangkan Taehyung yang
mendengar namanya dipanggil mengurungkan
niatnya untuk masuk kedalam mobil.
Dia memutar badan menghadap Jimin yang
ada di belakangnya, mengangkat alis bertanya-tanya
kenapa Jimin memanggilnya. Jimin mengatur
napasnya sebentar, dia harus mengeluarkan

45 My Time
tenaganya hanya untuk menanyakan hal yang bahkan
mungkin saja tidak penting baginya.
“Kenapa Jim?”
Taehyung bersandar pada pintu mobilnya
yang sudah ditutup kembali, memainkan kunci
mobilnya pada jari telunjuknya. Hanya melakukan itu
saja ketampanan Taehyung bisa bertambah begitu
saja.
“Gue Cuma mau nanya masalah tadi. Lo gak
apa-apa secepat itu buat ceritain masalah Koo? I
mean lo gak takut Koo bakal kenapa-kenapa setelah
lo cerita masalah status lo berdua?”
Taehyung menghela napasnya berat,
kemudian dia tertawa ringan. “Apa yang harus gue
takutin kalau gue disini yakin banget bisa
ngelindungin dia. Gue udah tau Koo sejak SMP
makanya pas pesta kemenangan basketball SMA kita
gue udah pantau dia dari jauh. Sejak saat itu gue
pengen seriusin dia dan sekarang gue udah milih dia
buat jadi pendamping hidup gue.” Taehyung
membuka almamaternya, mengaitkan pada

46 My Time
lengannya yang dilipat didepan dada. “Kalau cuma
masalah gini doang sampai bikin gue nyembunyiin
status gue sama Koo gue lebih milih keluar dari divisi
komdis.”
Jimin berdecak, memukul lengan Taehyung
pelan. “Bukan masalah keluar dari divisi, Tae. Lo tau
kan banyak banget yang suka sama lo bahkan ada
beberapa orang yang sampai tahap obsesi, gue takut
salah satu dari mereka jahatin Koo.”
Taehyung menepuk kepala Jimin pelan,
membuat desiran darah Jimin mengalir lebih cepat,
dia menatap Taehyung yang saat ini begitu tampan
menggunakan baju kaos berwarna hitam dengan
lengannya dilipat memperlihatkan otot bisep lengkap
dengan almamater yang dia sampirkan pada lengan
kirinya didepan dada.
“Ada gue Jim. Gue udah janji depan Tuhan dan
depan orang tuanya buat ngejaga, buat mencintai,
menyayangi dan janji buat bikin Koo bahagia sampai
kapanpun.” Jawab Taehyung. Dia menurunkan
tangannya dari atas kepala Jimin. “Gue bakal

47 My Time
ngelakuin apapun buat dia, bahkan dengan
mempertaruhkan nyawa gue sekalipun. Dia udah jadi
bagian hidup gue, dia udah mau mempertaruhkan
semuanya buat gue, dia udah mau bertahan sampai
sejauh ini sama gue bahkan dia cinta sama gue,
sayang sama gue. Terus gue bakal diem aja gitu pas
dia disakitin? Gak mungkinlah Jim.”
Jimin hanya mengangguk paham, ada rasa
sesak dalam dadanya saat semua kata Taehyung
masuk kedalam indera pendengarannya. “Gue harap
semuanya bakal baik-baik aja Tae. Gue juga gak mau
Koo kenapa-kenapa. Anyway, lo mau langsung
pulang?” Tanyanya.
Taehyung mengangkat lengan kanannya,
menatap arloji yang melingkar diatas pergelangan
tangannya. “Oh, gak kok. Gue mau mampir beliin Koo
martabak manis dulu. Lo mau pulang bareng gak?”
Ajak Taehyung.
Jimin menggeleng, “Gak usah. Gue pakai
aplikasi aja.”
“Loh sekalian bareng gue aja Jim.”

48 My Time
“Gak perlu Tae, kasian lo nanti muter. Rumah
lo kan di barat sedangkan gue di timur.”
Taehyung mengangguk dengan cepat,
kemudian berdiri tegak. “Yaudah, gue duluan ya.
Kasian Koo gue di tinggal sendirian dirumah lama-
lama.”
“Hati-hati, Tae.”

“Kak. Kak Jimin nanyain kakak udah sampai


atau belum.”
Taehyung yang sedang asyik melahap
makanannya berhenti sejenak, menatap Jungkook
yang tengah asyik memainkan ponselnya.
“Loh tumben Jimin nanya.”
“Katanya dia khawatir soalnya tadi kakak abis
berantem ya sama kak Ambar? Gara-gara kakak yang
nganterin aku pulang.”
Jungkook merengut, bibirnya melengkung
kebawah. Menatap layar ponselnya yang masih

49 My Time
menampilkan room chat-nya dengan Jimin. Taehyung
memejamkan matanya sebentar, kemudian
membukanya dan tersenyum menatap Jungkook.
“Bukan gara-gara kamu, sayang. Ambar emang
orang yang keras kepala, gak mau nerima pendapat
orang lain. Jadi wajar kayak gitu. Jangan dipikirin ya.”
Jawab Taehyung, dia menyendok makanan di
depannya kemudian mengarahkannya pada bibir
Jungkook. “Ayo makan dulu. Hpnya dilepas sekarang
waktunya makan.”
Kemudian Jungkook melepaskan ponselnya
diatas meja, melahap makanan yang Taehyung suapi.
Masih dengan wajah Jungkook yang ditekuk,
Taehyung menggeser bokongnya mendekat
disamping Jungkook, mengelus rambut suaminya.
“Udah jangan dipikirin ya.”
Jungkook hanya mengangguk pasrah, sudah
tahu Jungkook akan terus memikirkannya. Hanya saja
dia tidak ingin menambah penat Taehyung untuk hari
ini maka dari itu dia hanya mengiyakan permintaan
Taehyung.

50 My Time
Lain halnya dengan Ambar yang sedang
meneguk kasar minuman beralkohol di atas meja
belajarnya. Sudah gelas ke lima tidak membuatnya
surut, karena memang toleransinya terhadap alkohol
begitu tinggi namun tetap saja dia tidak mendengar
kakaknya— Min Yoongi yang sedari tadi
memanggilnya sampai puluhan kali, menggedor kasar
pintu kamarnya. Dia terlalu malas untuk sekadar
berjalan membuka pintu.
“Ambar, buka pintunya atau gue dobrak ya!”
teriak Yoongi dari balik pintu.
“Apa sih lo. Gak usah ganggu gue!”
Ambar melempar buku yang ada di dekatnya
ke arah pintu membuat Yoongi sedikit terkejut.
“Cepat buka. Gue mau ngomong sesuatu sama
lo.”
Ambar berdecak kasar, kemudian dengan
berat hati dia melangkahkan kakinya, memutar knop
pintu kamarnya dan menatap Yoongi malas.
“Lo abis ngapain di kampus? Lo kira gue gak
tau masalah lo tadi pagi pas lagi ngospek?”

51 My Time
Yoongi menatap Ambar dengan wajah
datarnya, adik satu-satunya itu memang keras kepala
sama sepertinya. Hanya saja Ambar lebih ceroboh
dalam melakukan hal apapun dan tidak pernah
berpikir panjang dampak dari apa yang dia lakukan.
“Loh emang gue ngapain? Gue kan ngelakuin
hal yang bener.”
Ambar melipat tangannya didepan dada,
menyandarkan tubuhnya pada pintu kamarnya.
“Lo marah-marah ke Taehyung. Dia ketua
divisi lo.”
“Ya siapa suruh dia gak profesional. Lo tau kan
gue gak suka orang yang kayak gitu.”
Yoongi hanya menggeleng, total heran dengan
Ambar sampai-sampai dia memikirkan apa dosa
orang tuanya dulu sampai bisa melahirkan anak
seperti Ambar.
“Lo kayak gini setelah tau Taehyung udah
nikah dan punya suami? Lo cemburu?”
Alis Ambar bertaut, dia sedikit tidak percaya
dengan apa yang Yoongi katakan. Dan apa-apaan

52 My Time
cemburu setelah mengetahui Taehyung yang telah
menikah itu hanya hal bodoh yang membuat Ambar
semakin kesal.
“Gini ya, lo gak pernah cerita sama gue
masalah Taehyung yang udah nikah. Gue juga gak
suka sama dia, gue ini adek lo bukan? Harusnya lo tau
kalau gue itu gak suka sama cowok. Gue lesbian.”
Jawab Ambar dengan setenang mungkin walaupun
dalam hatinya dia ingin sekali mengumpati kakaknya.
“Disini gue cuma gak suka sama ketidak
profesionalnya mereka, udah itu doang. Walaupun
emang gue gak suka Taehyung tapi gue gak selicik itu
buat ngancurin dia. Sebar-barnya gue, tetap aja gue
tau mana yang bener dan mana yang salah, cuma ya
gitu di divisi gue pada munafik semua gak ada yang
baik.”
Yoongi hanya meringis kemudian terkekeh
melihat ke-sok tahuan adiknya.
“Sok tau banget sih lo. Emang siapa yang ngasi
tau?”

53 My Time
“Koneksi temen gue luas, apa sih yang gue gak
tau. Cuma lo perlu ingetin ke Taehyung buat hati-hati
karena gak semua orang yang dukung dia di depan
itu bener-bener ngedukung sepenuhnya.”
“Maksud lo?”
“Tinggal kasih tau temen lo doang, gak usah
nanya lagi. Dia pasti ngerti arah omongan gue
kemana.”

54 My Time
OSPEK (Hari Kedua)

Taehyung menatap Jungkook yang sedang


asyik menikmati makanan yang dibagikan oleh divisi
konsumsi. Bibir mengerucut, pipi menggembung
dengan makanan penuh di dalam mulutnya membuat
Jungkook tampak begitu menggemaskan di mata
Taehyung.
Taehyung sedikit merendahkan tubuhnya,
berjongkok di depan Jungkook. Dia tersenyum
kemudian meraih tisu makan yang ada diatas air
gelas mineral yang sudah disediakan lengkap dengan
makanan. Taehyung membersihkan sisa makanan di
sudut bibir Jungkook, membuat Jungkook terbelalak
kaget dengan perlakuan Taehyung.
“Makannya pelan-pelan, ndut. Itu makanannya
belepotan.”
“Kak malu diliatin sama yang lain.”
Taehyung mengedarkan pandangannya,
menatap orang-orang yang ada di ruangan itu.

55 My Time
Memang benar semua atensi mengarah padanya dan
Jungkook, namun Taehyung bodo amat dengan
seluruh tatapan itu dan kembali fokus menatap
Jungkook di hadapannya.
“Gak apa-apa, biarin aja. Udah jangan diliatin
lagi.”
Jungkook hanya mengangguk dengan
perasaan gelisah, “Kakak gak makan? Kenapa
nungguin aku makan disini?” Jungkook meletakkan
sendok di atas makanannya, menatap Taehyung.
“Gak. Kakak makannya nanti aja, mau nunggu
kamu selesai makan dulu.”
Jungkook menggeleng cepat, menyendok
penuh nasi beserta lauk yang ada di tangannya
kemudian mengarahkannya pada mulut Taehyung.
“Makan dulu. Kakak juga butuh tenaga. Aku
tau kakak juga capek, sekarang makan ya.”
Jungkook masih mempertahankan sendok itu
didepan mulut Taehyung, menatapnya dengan bola
mata besar berbinar miliknya. Taehyung tersenyum

56 My Time
kemudian mengacak poni Jungkook gemas, dia
melahap makanan yang diberikan Jungkook.
Tanpa diduga teriakan riuh terdengar di
ruangan itu menyaksikan adegan romantis dari
Taehyung dan Jungkook bahkan bisikan-bisikan
terdengar jelas memekakan telinga Jungkook.
“Itu pacarnya kak Taehyung ya.”
“Gemes banget gak kuattttt.”
“Aduh belum perang aja udah kalah duluan.”
“Nyerah aja kali ya, kak Taehyung udah punya
pawang. Mana cantik banget lagi.”
“Gue rela deh nyerah kalau pawangnya kak
Taehyung modelannya kayak gitu, udah sempurna
banget cocok buat kak Taehyung yang ganteng.”
Taehyung yang tidak peduli dengan sekitarnya
tetap fokus dengan Jungkook yang sedari tadi merasa
risih dengan semua tatapan yang mengarah padanya.
“Kak, aku gak nyaman. Semuanya masih pada
ngeliatin.”
“Gak apa-apa. Biarin aja mereka ngeliatin, toh
kakak sama kamu sama-sama ganteng.”

57 My Time
Jungkook tertawa mendengar perkataan
Taehyung, tapi tetap saja dia merasa tidak nyaman.
“Dih, gak gitu juga kak. Aku gak biasa diliatin
kayak gini. Kakak balik gih ke divisi kakak.”
Taehyung terkekeh, suaminya begitu lucu
dengan pipi memerah seperti tomat. “Gak apa-apa
kakak tinggal sendiri?”
“Gak apa-apa kak. Aku juga udah selesai
makan ‘kan.”
Taehyung mengangguk, lalu membersihkan
sisa kotak makanan Jungkook, memasukkannya
kembali kedalam plastik.
“Yaudah kakak balik ke divisi ya. Kalau butuh
apa-apa panggil kakak langsung. Kakak istirahat dulu
ya.”
Jungkook mengangguk, sebelum pergi
meninggalkan Jungkook, Taehyung mengecup singkat
pucuk kepala Jungkook mengundang teriakan histeris
untuk kedua kalinya dari mahasiswa baru yang tidak
kuat menahan gemas melihat mereka berdua.

58 My Time
Jungkook hanya memukul lengan Taehyung.
Sedangkan Taehyung hanya terkekeh geli, meraih
plastik sisa makanan Jungkook kemudian pergi
meninggalkan Jungkook.

Taehyung mencari sosok Jungkook di tengah


barisan mahasiswa baru. Sejak meninggalkan
Jungkook tadi dia sama sekali tidak pernah melihat
Jungkook lagi. Pandangannya terus mengitari setiap
sudut ruangan.
Dia merogoh saku celananya, meraih ponsel
dan mencari kontak Jungkook. Panggilan pertama
masih tidak ada jawaban, panggilan kedua masih
sama— tidak ada jawaban lagi. Hingga panggilan
ketiga, membuat degup jantung Taehyung berpacu
diatas batas normal.
Memberi jeda beberapa menit dengan
mengirimkan pesan-pesan pada Jungkook, namun
masih tidak ada respon dari pihak Jungkook.

59 My Time
Taehyung masih menatap layar ponselnya, dia
menjambak rambutnya kasar, menyalahkan dirinya
karena telah teledor menjaga Jungkook.
Taehyung menarik satu napas panjang,
kemudian menghembuskannya lagi. Dia berjalan ke
arah Jimin, pandangannya semakin menggelap,
keringat dingin mulai bercucuran. Pikirannya
kembali pada ucapan Jimin beberapa waktu lalu,
bahwa dia harus benar-benar menjaga Jungkook
setelah mengatakan kebenaran masalah
hubungannya dengan Jungkook.
Taehyung menepuk pundak Jimin, membuat
Jimin menoleh ke arahnya, “Kenapa Tae?” Tanya
Jimin.
“Lo liat Koo gak? Kenapa sampai sekarang dia
belum ada di barisan?”
Alis Jimin mengkerut, pandangannya
mengitari setiap sudut ruangan. Ya, memang tidak
ada Jungkook di ruangan itu.
“Gue gak tau, Tae. Bukannya tadi lagi makan
bareng lo di pojok ruangan?”

60 My Time
“Iya. Tapi tadi gue pergi ninggalin dia buat
balik kumpul sama kalian. Dan sekarang gue gak tau
Koo dimana, gue telepon sama chat juga gak ada
respon sama sekali.”
Jimin mengusap punggung Taehyung,
menenangkan sahabatnya itu, “Tenang Tae, kita cari
Koo sama-sama.”
“Kenapa lo? Suami lo ilang?”
Bukan. Itu bukan suara Jimin, melainkan suara
Ambar yang baru saja datang mendekat ke arah
Taehyung.
“Iya, suami gue gak ada dibarisan.” Ucap
Taehyung singkat.
“Kenapa gak lo cari di toilet aja? Lagian dia gak
mungkin ilang, dia kan udah gede. Ya mungkin aja
ada orang iseng yang ngelakuin sesuatu ke suami lo.”
Ambar terkekeh, melirik singkat pada Jimin
kemudian menepuk kasar punggung Taehyung dan
berlalu dari sana.
Tidak butuh waktu lama, langkah Taehyung
melebar. Dia berlari secepat mungkin, menyusuri

61 My Time
koridor kampus yang masih ramai oleh beberapa
kakak tingkat yang sengaja mengunjungi kampus
hanya karena ingin melihat para mahasiswa baru.
Napas Taehyung memburu, pikirannya
berkecamuk, semua isi kepalanya hanya dipenuhi
oleh Jungkook seorang. Semua mata menatapnya
bingung, sedang apa ketua komisi disiplin berlari
ditengah koridor bukankah seharusnya dia masih
berada di dalam auditorium untuk mengospek para
mahasiswa baru?
Dia memasuki kamar mandi yang begitu sepi,
tidak ada kehidupan disana bahkan suara sekecil
apapun tidak terdengar olehnya.
“Koo,” Panggil Taehyung setelah dia
melangkahkan kakinya untuk masuk memeriksa
kamar mandi itu, amarahnya semakin menggebu
karena tidak ada balasan yang dia dapat.
“Koo, kamu ada disini? Kalau iya, tolong nyaut.
Ini kakak. Kakak ada disini.” Sekali lagi Taehyung
berucap.

62 My Time
“Hiks, kak. Koo … takut.” Samar-samar
Taehyung mendengar rintihan suara Jungkook dari
bilik kamar mandi itu.
Rahang Taehyung mengeras, sia berjalan
dengan cepat ke arah bilik nomor tiga pintu paling
ujung. Mencoba mendorong pintunya namun tidak
bisa. Pintunya terkunci, memang ada seseorang yang
sengaja bermain-main dengannya.
“Koo, siapa yang ngelakuin ini sama kamu?”
Tanya Taehyung dari balik pintu, dia mendekatkan
telinganya pada pintu itu berharap dapat mendengar
suara Jungkook yang begitu kecil, mungkin karena
dia ketakutan.
“Aku gak tau. Tadi aku kesini cuma mau cuci
muka biar gak ngantuk. Tapi tiba-tiba aku kebelet
pengen pipis tapi pas aku mau keluar pintunya udah
kekunci, aku— aku gak bisa keluar, hiks.”
Taehyung mengepalkan tangannya, bahkan
buku jarinya tercetak jelas memutih. Dia mencoba
mengatur napasnya, berharap tidak melampiaskan
amarahnya pada pintu di depannya yang akan

63 My Time
menjadi saksi kekesalannya dengan pelaku yang
sudah membuat Jungkook seperti ini.
“Sttt … sayang jangan nangis ya. Kakak ada
disini, kakak bakal keluarin kamu ya. Sekarang Koo
mundur menjauh dari balik pintu, kakak mau dobrak
pintunya.” Dia mendekatkan bibirnya pada celah
pintu. Suaranya merendah, berharap Jungkook bisa
lebih tenang karena jika dia ikut panik maka
Jungkook akan lebih merasa panik di dalam sana.
“Kakak hati-hati ya.”
“Iya sayang. Sekarang mundur ya, biar gak
kena.”
Didalam sana, Jungkook berjalan mundur
mendekat ke tembok. Sedangkan Taehyung yang
berada di balik pintu sudah berusaha mendobrak
bahkan menendang pintu itu, beberapa kali mencoba
masih tidak ada hasil. Dia menggosok pundaknya,
berharap kali ini menjadi percobaan terakhir
untuknya.
Sampai dimana pintu itu tiba-tiba saja
terdorong hebat menimbulkan bunyi keras yang

64 My Time
cukup membuat Jungkook kaget luar biasa. Taehyung
berjalan mendekat ke arah Jungkook, mendekap erat
tubuh Jungkook. Mengecup kening suaminya, dia
cukup lega setelah menemukan Jungkook walaupun
dengan keadaan yang membuat amarahnya masih
membara.
“Kamu masih kuat jalan? Masih ada tenaga?
Kalau gak kuat biar kakak gendong ya.”
Taehyung membalikkan tubuhnya, kemudian
berjongkok membelakangi Jungkook.
“Aku masih kuat kak, gak usah digendong ya.”
“Naik, ndut. Kakak gak mau kamu kenapa-
kenapa. Abis ini kita cari tau siapa pelakunya. Dia
udah berani macem-macem sama kamu, itu tandanya
dia cari mati sama kakak.”
Setiap kata yang keluar dari bibir Taehyung
sengaja dia tekankan. Jungkook tahu bahwa
Taehyung saat ini sedang menahan amarahnya. Dia
sangat paham bahwa suaminya tidak akan pernah
marah ketika sedang bersamanya.

65 My Time
Jungkook mendekat ke punggung suaminya,
merendahkan tubuhnya kemudian mengalungkan
tangannya pada leher Taehyung.
“Aku udah naik.”
Taehyung yang mendengar ucapan Jungkook
akhirnya berdiri, menyampirkan lengannya pada
kedua belah paha Jungkook kemudian berjalan
keluar.
Tidak heran jika mereka akan menjadi sorot
pandang di kampus untuk sekarang ini, Taehyung
yang sedang menggendong Jungkook berjalan
mantap tanpa menoleh siapapun yang menyapanya.
Jujur, saat ini moodnya sedang tidak bagus.
Jungkook menyembunyikan wajahnya di balik
leher Taehyung, sudah dikatakan bahwa Jungkook
memang tidak pernah menyukai jika dirinya menjadi
pusat perhatian seperti ini dan Taehyung paham
sehingga dia tidak keberatan dengan apa yang
Jungkook lakukan saat ini.

66 My Time
"Ambar."
Langkah Ambar terhenti saat merasa namanya
dipanggil dan akhirnya dia menoleh, menemukan
Taehyung bersama jungkook sedang berlari kecil
mengejarnya.
Ambar menatap keduanya bergantian, "Ada
apa nih? Wah apa ada yang penting? Gue tersanjung
banget sampai di kejar-kejar kayak gini sama ketua
komdis."
Taehyung menegakkan tubuhnya, kembali
menatap sorot Ambar yang masih mempertahankan
harga dirinya yang tinggi.
"Gue lagi gak pengen berantem."
Jungkook menatap Taehyung, menggenggam
tangan Taehyung berharap dia bisa mengontrol
emosinya saat ini. Karena dia sangat membutuhkan
penjelasan dari Ambar.
"Gak ada yang ngajakin lo berantem
juga, bangsat. Lo ngejar gue cuma mau nanya insiden
suami lo yang kekunci di toilet, iya?"

67 My Time
Taehyung memutar matanya malas, sudah tau
maksud Taehyung mengejarnya tidak lain dan tidak
bukan hanya karena rasa penasarannya saja.
Taehyung memejamkan matanya sejenak,
mengatur napasnya agar tidak terpancing oleh sikap
Ambar yang kelewat membuatnya darah tinggi. Dia
membuka matanya, kemudian melipat kedua
tangannya di depan dada.
"Lo tau darimana?"
Ambar terkekeh, memainkan ujung
rambutnya dengan jari telunjuknya memutar dan
melilitnya.
"Karena gue liat sendiri siapa yang udah
kunciin suami lo."
Alis Taehyung bertaut, genggaman Jungkook
yang masih bertaut dengan jemari Taehyung yang
ada di depan dadanya semakin mengerat.
"Siapa?"
"Siapa lagi kalau bukan sahabat lo. Jimin."
Napas Taehyung memburu begitu juga dengan
Jungkook yang mendengar nama yang diucapkan

68 My Time
Ambar. Masih belum percaya dengan penjelasan yang
Ambar berikan. Pasalnya, Jimin itu sahabat mereka
berdua. Rasanya tidak mungkin jika Jimin yang
melakukannya.
"Gak usah ngada-ngada. Jimin itu sahabat gue,
dia gak mungkin ngelakuin itu sama Jungkook."
"See? Gue paling males ngejelasin apa yang
udah gue liat ke orang yang lagi butuh gini karena lo
sama sekali gak ngehargain penjelasan gue. Itu hak lo
buat percaya atau engga, okay see you."
Ambar meninggalkan Jungkook dan Taehyung
yang masih kaget. Jungkook merasa mual, kepalanya
pusing hanya karena mendengar ucapan Ambar yang
bahkan tidak masuk akal menurutnya.
"Yaudah kita pulang dulu ya, nanti kita cari tau
siapa dalang dibalik semuanya." Jungkook hanya
mengangguk, kemudian berjalan ke arah parkiran
mengikuti Taehyung.

69 My Time
OSPEK Terakhir

Jennie mensejajarkan langkahnya dengan


Ambar, pagi sekali keduanya sudah sampai di
kampus. Hari terakhir ospek membuat semua panitia
kelimpungan untuk membuat acara menjadi lebih
berkesan. Jennie terkekeh membuat Ambar
menolehkan pandangannya pada Jennie.
"Kenapa lo? Kesurupan? Masih pagi buta
jangan bikin gue merinding."
Jennie menghentikan langkahnya, menarik
kasar lengan Ambar. "Gue mau ngomong sama lo."
"Ngomongin apa?" Ambar membuka
almamaternya, mengikat di pinggangnya kemudian
berkacak pinggang di depan Jennie.
"Lo sebenernya suka Taehyung kan?"
Ambar tergelak saat mendengar kata yang
diucapkan Jennie, karena bukan rahasia umum lagi
jika dia memang seorang lesbian.

70 My Time
"Gue tau lo suka Taehyung, tapi lo sengaja
sembunyi dibalik orientasi seksual lo yang bilang lo
lesbian. Gue tau banget gelagat orang yang suka itu
kayak gimana. Lo sengaja mancing Taehyung buat
berantem, biar dia bisa suka sama lo ‘kan?"
Ambar menepuk keningnya, ingin tertawa
kencang dengan omongan Jennie. Dia bukan orang
yang menyukai drama picisan yang sering
ditayangkan di televisi tentang bagaimana awal jatuh
cinta karena saling membenci dan berakhir jadi cinta.
Ambar bahkan muak melihat kisah seperti itu.
"Gue gak kayak bocah pakai mancing-mancing
buat berantem terus lama-lama jatuh cinta gitu.
Lagipula gue gak sedrama itu, lagian gue juga tau sih,"
dia menatap sekitarnya kemudian kembali menatap
Jennie. "Kalau lo yang suka Taehyung. Gak perlu
ngelak karena gue udah tau."
Jennie terkekeh, menyugar rambut
panjangnya ke belakang kemudian menatap Ambar
tajam.

71 My Time
"Jaga ya omongan lo. Gue gak suka
Taehyung, bangsat." Amarah Jennie sudah di ujung,
dia menunjuk wajah Ambar sedangkan Ambar hanya
menatapnya datar tanpa mau membalasnya.
"Lo mau nutupin segimananya juga gue tau
kali. Lo sengaja baik di depan Taehyung biar dia bisa
suka sama lo kan? Please sadar, yang lo kejar itu
orang yang udah punya pasangan. Udah nyampe
jenjang paling serius, lo cukup simpan harapan-
harapan sampah lo," Ambar menepuk pipi Jennie
pelan. "Lagian kok gue pada kasian ya liat lo semua
yang ngejar-ngejar Taehyung sampai segininya, mana
pada rela ngelakuin banyak cara lagi. iuh ular."
Tangan Jennie terangkat, hampir mendarat
diatas pipi Ambar sebelum akhirnya Yoongi lewat
dan menggagalkan niatnya.
"Bangsat. Lo kalau gak tau apa-apa mending
diam deh."
Yoongi mendekat, melerai perkelahian antara
Ambar dan Jennie. "Masih pagi, kalian kenapa jadi
berantem? balik ke divisi kalian."

72 My Time
"Adek lo yang gak bisa jaga omongannya."
Setelah mengucapkan beberapa patah kata akhirnya
Jennie melangkah pergi meninggalkan Ambar dan
Yoongi.
"Karena gue tau semuanya jadi gue gak bakal
diam. Lo juga masuk divisi komdis buat cari
perhatian doang kan sama Taehyung, udah gue bilang
divisi komdis punya seribu muka." Ucap Ambar
setengah teriak, membuat Jennie semakin emosi
dibuatnya. Namun Jennie terus berjalan
meninggalkan mereka, jika saja tidak ada Yoongi
mungkin keduanya sudah dikeluarkan dari divisi
komdis karena sudah bertengkar.
"Lo bisa gak sehari aja gak buat masalah? Gue
sebagai kakak lo tuh malu punya adek kelakuannya
kayak preman." Yoongi menatap Ambar malas,
berdecak kencang.
"Yaudah besok gue coret lo dari kartu
keluarga, biar lo gak jadi kakak gue lagi."
Ambar berjalan dan diikuti oleh Yoongi, ingin
rasanya Yoongi mematahkan leher Ambar. Kesal luar

73 My Time
biasa, bukannya sebagai adik harus mengikuti
apapun yang diucapkan kakaknya? Ambar memang
berbeda.
"Anak setan."
"Bacot lo. Eh by the way ayo taruhan. Hari ini
bakal ada kejadian yang gak terduga."
Yoongi hanya meringis, dia menggeleng kasar
setelah melihat kelakuan adik semata wayangnya itu,
dan apa-apaan sampai harus taruhan.
"Gue banyak koneksi. Mau taruhan berapa?"
"Mata lo gue congkel sini, taruhan-taruhan
lagi."
Ambar berdecak, menoyor kepala Yoongi.
Sungguh adik yang sangat amat tidak menghormati
kakaknya.
"Ah gak asyik lo jadi kakak. Pokoknya hari ini
bakal terjadi sesuatu, gue gak tau jelas kejadiannya
kayak gimana. Tapi mendingan lo suruh teman lo si
Taehyung itu buat jagain suaminya."
Yoongi tidak pernah melihat Ambar seserius
ini, mungkin dia memang harus memberitahu

74 My Time
Taehyung masalah ini karena melihat kejadian
kemarin membuat dia juga ikut panik dengan
keadaan Jungkook.
Sebelum dia berkumpul dengan divisinya,
Yoongi merogoh ponselnya di dalam saku celananya,
mengetik beberapa kata di dalam room chat-nya
dengan Taehyung sebelum akhirnya mengirimnya.
‘Jagain Koo, ini hari terakhir ospek.’

Jungkook berjalan di koridor kampus, datang


lebih pagi dari biasanya karena sungguh dia lelah
mendapatkan hukuman terus-menerus. Memang
akhir-akhir ini dia merasa gampang lelah hanya
dengan melakukan aktivitas kecil pun dia sudah
mengeluh. Tidak biasa seperti ini.
Dia menggenggam tangan Taehyung erat,
masih tidak nyaman dengan beberapa sorot mata
yang terus mengarah padanya. Dia hanya berjalan

75 My Time
menunduk, tidak mau menatap siapapun yang
menatapnya juga.
"Gak nyaman ya, ndut?"
Taehyung semakin mengeratkan
genggamannya, berjalan dengan langkah tegapnya
sesekali melirik Jungkook yang masih saja menunduk.
"Iya kak. Aku gak nyaman di liatin kayak gitu
terus."
Taehyung tersenyum, melepaskan
genggamannya kemudian tangannya berpindah
merangkul pundak suaminya. Membuat tubuh
Jungkook semakin merapat dengannya.
"Kakak jagain ya."
Pikiran Taehyung kembali berputar dengan isi
pesan yang Yoongi kirim. Entah apa maksud dari isi
pesan itu tapi yang pasti dia memang harus menjaga
Jungkook. Tidak mau kejadian kemarin terulang lagi.
Seperti biasa, hari terakhir ospek semua
senior akan mendapatkan surat cinta dari mahasiswa
baru, sudah lepas dari masa ospek membuat
semuanya tertawa lepas tanpa rasa takut lagi.

76 My Time
Ospek terakhir membuat semuanya terkapar
di lantai auditorium yang perlahan mulai sepi, tidak
peduli jika lantai itu kotor sekalipun karena tenaga
bahkan suara mereka semua sampai habis.
Taehyung masih menunggu Jungkook yang
sudah izin untuk pergi ke kamar mandi, Taehyung
bersikeras untuk mengantarkannya tadi tapi
Jungkook tetap menolak, dia kasihan melihat
Taehyung yang begitu lelah dengan keringat yang
bercucuran dan suara yang hampir habis.
Jungkook tetap tidak mau diantar oleh
Taehyung, tidak mau menyusahkan suaminya. Maka,
Taehyung dengan berat hati harus menyetujui
keinginan Jungkook untuk pergi ke kamar mandi
sendirian.
Tiba-tiba ponsel Taehyung berdering,
menampilkan nama kontak "Ambar" dengan
beberapa pesan yang membuatnya terkejut luar
biasa.
‘Suami lo pingsan di depan toilet, banyak
darah. Cepat kesini’.

77 My Time
Tidak butuh satu detik untuk Taehyung berlari
secepat mungkin, tidak peduli dengan beberapa
panitia dari divisi lain yang menatapnya aneh karena
tidak tahu apa yang sudah terjadi.
Rasa menyesal menjalar di setiap aliran darah
Taehyung, memang bodoh. Seharusnya dia tetap
harus mengantar Jungkook ke kamar mandi
walaupun dia menolaknya keras. Air matanya
menetes, nasib Jungkook terus berputar di kepalanya.
Bagaimana jika suaminya mengalami luka yang
serius, Taehyung akan merasa semakin bersalah.
Tubuhnya terasa lemas, melayang dengan
kepalanya begitu nyeri. Dia yakin jika Jungkook
mengalami hal yang serius sehingga mengeluarkan
banyak darah. Dada Taehyung terasa nyeri saat
melihat Jungkook terkapar di depan pintu kamar
mandi, Ambar menggunakan pahanya sebagai
tumpuan kepala Jungkook.
Ambar menatap Taehyung, dia melihat jelas
gurat khawatir di wajah Taehyung, maka Taehyung
membopong tubuh Jungkook, berlari menuju

78 My Time
mobilnya yang ada di parkiran cukup jauh diikuti
oleh Ambar. Beberapa orang berlari mengikutinya
karena khawatir melihat tubuh Jungkook yang sudah
dipenuhi darah.
Taehyung mengendarai mobilnya dengan
kecepatan tinggi, menembus lalu lintas yang lumayan
padat. Cuaca sore itu begitu mendung dengan
gerimis-gerimis kecil menjatuhi bumi. Almamater
bahkan tangan Taehyung masih dipenuhi dengan
bercak darah Jungkook membuat tubuhnya lemas
karena ia memang tidak berani melihat darah. Mau
tidak mau dia harus melawan phobia yang dimiliki.
"Taehyung, lo gak apa-apa? Muka lo kenapa
pucat banget?" Ya itu Ambar, dia juga ikut menemani
Taehyung untuk membawa Jungkook ke rumah sakit.
Ambar duduk di kursi kedua, pahanya masih menjadi
tumpuan kepala Jungkook.
Keringat dingin bercucuran di wajahnya,
sesekali melihat kaca spion diatas kepalanya untuk
mengecek keadaan Jungkook.
"Gue gak apa-apa kok." Balas Taehyung.

79 My Time
Saat mobilnya berhenti di salah satu rumah
sakit terdekat, Taehyung langsung keluar dari mobil.
Membuka pintu penumpang belakang, membopong
tubuh suaminya dan berlari kedalam rumah sakit itu,
kemudian disambut oleh beberapa perawat yang
akan mengurus Jungkook dan membawanya ke Unit
Gawat Darurat.
Taehyung maupun Ambar tidak
diperbolehkan untuk masuk walau hanya sekadar
melihat kondisi Jungkook, biarlah ini semua menjadi
tugas seorang dokter untuk menyelamatkan
Jungkook.
Salah satu perawat mendekati Taehyung,
menepuk pundak Taehyung yang saat ini tengah
berdiri di depan ruang dimana Jungkook dirawat.
"Mas, anda tidak apa-apa? Anda kelihatan
pucat sekali, apa anda memiliki phobia atau
semacamnya?"
Perawat itu menatap tubuh Taheyung yang
gemetar, bibir pucat dengan keringat dingin terus
mengucur.

80 My Time
"S-saya phobia darah."
Ambar yang sedang duduk di bangku tunggu
sontak kaget luar biasa, bagaimana bisa orang yang
memiliki phobia darah seperti Taehyung melawan
rasa takutnya hanya untuk menyelamatkan orang
yang dia sayang.
"Ayo mas, biar saya bersihkan darahnya."
"Taehyung, pergi aja. Gue tungguin Jungkook
disini." Kata Ambar.
Sebenernya Taehyung berat sekali
meninggalkan ruangan Jungkook, namun dia harus
melakukannya karena jika dia ikut sakit siapa yang
akan mengurus Jungkook nanti.
Dengan langkah beratnya, Taehyung
mengikuti seorang perawat itu dan dia akan sekaligus
mengurus administrasi yang dibutuhkan oleh
Jungkook.

81 My Time
Beberapa jam telah dilewatkan, ponsel
Taehyung terus berbunyi tidak ingin merespon
siapapun karena sekarang dia hanya memikirkan
kondisi Jungkook didalam sana.
Tidak lama suara denyit pintu ruangan itu
berbunyi, menampilkan seseorang dengan baju putih
dilengkapi dengan masker dan sarung tangan medis
miliknya. Taehyung berlari mendekat, menatap
dokter itu dengan beribu harapan semoga Jungkook
dalam keadaan baik-baik saja.
"Keluarga pasien?" Tanya dokter itu.
"Iya dok, saya keluarga pasien."
"Ikut ke ruangan saya."
Taehyung diam sejenak menatap Ambar
sedangkan Ambar hanya mengangguk pelan,
kemudian dia berjalan mengekori dokter itu menuju
ruangannya. Bau alkohol bercampur karbol tercium
jelas didalam ruangan dokter itu, Taehyung bahkan
agak merasa mual karena baunya yang sangat
menyengat.

82 My Time
Dokter itu mempersilahkan Taehyung duduk
terlebih dahulu dan Taehyung hanya menurut saja.
"Bagaimana awal kejadiannya?" Tanya dokter
itu, dia membuka kacamatanya kemudian menatap
Taehyung lamat-lamat.
"Saya gak tau dok. Karena saya gak ada di
tempat kejadian suami saya kecelakaan."
Dokter itu berdehem. "Apakah anda tahu
bahwa suami anda sedang hamil?"
Taehyung terlonjak kaget, demi Tuhan dia
tidak pernah tahu masalah kehamilan Jungkook
karena memang Jungkook tidak pernah menceritakan
itu padanya.
"Hamil dok?"
"Loh anda tidak tau? Kehamilan suami anda
sudah 4 minggu bagaimana bisa anda tidak tau?"
Taehyung terdiam, bahkan kehamilan
Jungkook sudah menginjak empat minggu tapi dia
sama sekali tidak tahu masalah kehamilan itu, apa
Jungkook sengaja tidak ingin memberitahunya atau

83 My Time
bahkan Jungkook memang tidak mengetahui bahwa
dirinya sedang hamil.
"Tapi maaf saya tidak bisa menyelamatkan
kandungan saudara Jungkook."
"Maksud dokter?"
"Iya, saudara Jungkook mengalami keguguran
akibat benturan yang cukup keras yang dia alami.
Maka dari itu kandungannya tidak bisa kami
selamatkan, saya turut berduka cita."
Taehyung begitu lesu setelah keluar dari
ruangan dokter itu, berjalan menuju ruang rawat
Jungkook. Dia masih tidak percaya dengan apa yang
baru saja dia ketahui, Jungkook hamil dan dia sama
sekali tidak tahu.
"Gimana keadaan Jungkook, Tae?" Ambar
menatap wajah lesu Taehyung yang baru saja keluar
dari ruangan dokter.
Taehyung tidak menjawab dia kemudian
mendorong pintu ruangan Jungkook, menatap
Jungkook yang masih terbujur diatas tempat tidur

84 My Time
tidak sadarkan diri, dia mendekat menggenggam
tangan Jungkook erat.
Dia sangat terpukul atas kehilangan calon
anak pertamanya, entahlah dia ingin sekali marah
tapi bingung harus marah dengan siapa? Dengan
keadaan? Dia tidak bisa menyalahkan Jungkook
dengan semua kejadian yang menimpanya. Karena
memang ini bukan kesalahan Jungkook.
Pikiran Taehyung kembali berputar pada
kejadian yang Jungkook alami, dia memang belum
tahu siapa dalang dibalik semua ini. Namun
kecurigaannya semakin kuat mengarah ke Ambar,
karena kerap kali Jungkook mendapati hal-hal buruk
kenapa selalu Ambar yang pertama kali
mengetahuinya? Apakah memang dia pelaku dibalik
semua kejadian ini?
"Kakak." Jungkook tiba-tiba tersadar. Jika
boleh jujur rasa kesal masih mengganjal pada
Taehyung karena harus kehilangan sosok calon
anaknya.

85 My Time
"Kamu udah sadar? minum dulu, ndut."
Taehyung meraih botol kemasan kemudian membuka
tutupnya dan mengarahkan pada bibir Jungkook.
"Udah. Kak aku kenapa?" Tanyanya dengan
tatapan lemah.
"Kamu jatuh. Kamu tau siapa yang ngelakuin
ini ndut?"
Tidak ada jawaban. Jungkook masih terdiam
menatap langit-langit ruang rawat itu.
"Gak tau. Karena seingetku pas aku keluar dari
toilet tiba-tiba aku merasa didorong gitu aja dan aku
gak sadarin diri."
"Kamu tau apa yang udah terjadi? Kita
kehilangan calon anak yang udah kita nantikan dari
lama."
"Kak, aku hamil?" Jungkook menatap
Taehyung, sudut matanya tiba-tiba berair.
Kemudian, Taehyung mendekap tubuh
Jungkook erat. Mengecup keningnya. "Aku gak tau
kak kalau aku hamil. Maaf gak bisa ngejaga calon
anak kita hiks."

86 My Time
Isakan Jungkook semakin membuat relung
hati Taehyung terasa ngilu. Pikirannya sudah salah,
seharusnya dia tidak kesal dengan Jungkook karena
kenyataannya Jungkook juga tidak tahu bahwa
dirinya sedang hamil.
"Gak apa-apa yang penting kamunya gak apa-
apa."
"Tapi anak kita,"
"sttt ... gak apa-apa. Sebentar ya kakak keluar
dulu, mau nyuruh Ambar pulang."
Taehyung berdiri sebelum dia akan
meninggalkan ruangan itu, namun Jungkook menarik
lengannya.
"Kak Ambar ikut?"
Taehyung mengangguk. "Iya ikut, karena dia
orang pertama yang nemuin kamu pingsan."
Jungkook melepas genggamannya pada lengan
Taehyung mempersilahkan Taehyung untuk
meninggalkan ruangannya.
Ambar sedikit terkejut saat pintu ruangan
Jungkook terbuka, dia berdiri menghadap Taehyung.

87 My Time
"Gue kayaknya mau pulang dulu, Tae. Gue gak
bisa lama disini." Kata Ambar.
"Gue perlu bicara sama lo, Ambar. Lo pasti tau
siapa dibalik semua ini. Apa jangan-jangan lo yang
udah ngerencanain semuanya? Lo benci sama gue
dan sekarang lo bales dendam sama gue."
Awalnya Ambar merasa kasihan pada
Taehyung, wajahnya terlihat lesu dan lelah setelah
mendapati kondisi suaminya seperti ini, namun
semuanya sirna setelah Taehyung menuduhnya
begitu saja.
"Pertama-tama gimana keadaan suami lo? Gini
deh ketua komdis yang terhormat tujuan gue
ngelakuin itu sama suami lo itu apa? Untungnya buat
gue juga apa?" Tekan Ambar di setiap perkataannya.
Taehyung terkekeh, kemudian duduk di kursi
besi itu. "Karena lo gak suka gue. Sejak awal jadi
ketua komdis lo emang gak suka 'kan sama gue? Itu
karena lo pengen ada di posisi gue, tapi sayangnya lo
gak kepilih jadi ketua malah cuma jadi anggota biasa."

88 My Time
Ambar menepuk tangannya setelah Taehyung
menyelesaikan ucapannya. "Wah, sebuah teori yang
sangat wow, tapi sayangnya gue gak selicik itu buat
berani nyakitin orang. Walaupun gue mau nyakitin,
kenapa gue gak langsung nyakitin lo aja?"
Ambar mengatur napasnya, dia tahu saat ini
dia sedang berada dirumah sakit dimana tempat itu
butuh ketenangan yang tinggi. Bukan membuat
gaduh karena ingin rasanya dia memukul wajah
Taehyung.
"Dengan lo nyakitin Jungkook, itu sama aja lo
nyakitin gue." Jelas Taehyung.
Ambar menghembuskan napasnya kasar,
memijat pelipisnya pelan kemudian kembali menatap
Taehyung. "Cara main gue gak kayak gitu bodoh.
Kalau gue punya masalah sama satu orang gue gak
bakal bawa siapapun kedalam masalah itu, termasuk
keluarga lo. Karena gue gak suka sama lo itu berarti
gue cuma mau nyakitin lo. Gitu."
"Ambar sorry, tapi gue curiga sama lo. Gue
mau nyari bukti karena setiap kejadian yang dialami

89 My Time
Jungkook, lo orang pertama yang selalu tau jadi wajar
gue curiga sama lo." Taehyung menatap mata Ambar,
tidak ada rasa takut yang Ambar rasakan karena
memang dia merasa tidak bersalah.
"Itu hak lo, mau curiga atau apapun sama gue.
Kalau lo bisa dapetin bukti yang mengarah ke gue ya
syukur, itu tandanya lo ga memfitnah gue. Gue gak
pernah takut karena gue merasa benar disini." Kata
Ambar merendahkan suaranya karena dia tahu
semakin jauh pembicaraannya dengan Taehyung
nada suaranya jadi semakin meninggi.
"Udah gue bilang 'kan. Orang yang lo pikir baik
dan selalu ngedukung lo bisa aja nusuk lo dari
belakang. Entah itu keluarga lo, sahabat lo, teman-
teman lo atau bahkan teman kepanitiaan? no one
knows. Sampai sini penjelasan gue, kalau lo masih
megang teguh asumsi lo tentang gue itu hak lo. Gue
pamit."
Lalu Ambar pergi meninggalkan Taehyung,
berjalan dengan langkah besarnya. Sedangkan

90 My Time
Taehyung masih perlu memproses setiap kata yang
diucapkan oleh Ambar.

91 My Time
Dugaan

Pagi ini setelah memberikan Jungkook


sarapan, Taehyung kedatangan beberapa tamu yaitu
teman-temannya. Membuat ruang rawat Jungkook
menjadi penuh.
"Hi Koo. Gimana keadaan lo?" Seokjin
mendekati Jungkook, mengecek suhu tubuh Jungkook
dengan punggung tangannya yang dia letakkan diatas
kening Jungkook.
"Gue udah lebih baik kok."
Seokjin hanya mengangguk, kemudian
mendekati teman-temannya yang lain. Semuanya
sedang duduk di sofa, menanyakan kejadian yang
Jungkook alami kemarin.
"Tae, kayaknya ini bukan orang iseng lagi deh.
Lo liat bahkan Koo sampai keguguran. Udah satu
nyawa yang dibunuh." Seokjin menatap Taehyung,
nada suaranya dia rendahkan sengaja agar Jungkook

92 My Time
tidak dapat mendengar suaranya lebih jelas, takut
saja jika Jungkook semakin kepikiran
"Gue gak ngerti deh kenapa ada orang jahat
kayak dia sampai setega ini nyelakain Koo. Sampai
sekarang kita belum punya bukti siapa pelaku dibalik
semua ini. Jadi sampai detik ini kira-kira siapa orang
yang lo curigain?" Tanya Namjoon, dia menghempas
punggungnya ke sandaran sofa.
"Awalnya gue curiga sama Ambar, sorry kak
Yoongi. Tapi statement Ambar bikin kecurigaan gue
perlahan hilang gitu aja." Taehyung menatap Yoongi,
berharap Yoongi tidak marah padanya karena telah
mencurigai adiknya.
"Gue disini masih Yoongi teman kalian semua,
gue gak ngebela adek gue atau siapapun okay. Tapi
tadi pas acara ospek selesai dan tim divisi acara lagi
duduk di koridor gue ngeliat Pak Bogum jalan ke arah
kamar mandi mahasiswa." Kata Yoongi. "Gue gak
paham kenapa seorang dosen malah ke kamar mandi
mahasiswa? Padahal kampus udah ngasih fasilitas
kamar mandi buat dosen juga."

93 My Time
Taehyung membelalak, apa yang dijelaskan
oleh Yoongi memang aneh. Kenapa juga kakaknya—
Bogum ke kamar mandi mahasiswa padahal sudah
jelas jika dosen juga memiliki kamar mandi khusus.
Namun dia masih menyangkal untuk
mencurigai Bogum, pasalnya Bogum sedekat itu
dengan Jungkook.
"Jadi lo curigain kakak gue?" Tanya Taehyung.
Yoongi berdecak, "Gue cuma nyampein opini
dan apa yang udah gue liat. Masalah lo yang mau
percaya atau gak itu balik lagi ke diri lo sendiri." Jelas
Yoongi.
Taehyung menggigit ujung kuku di ibu jarinya,
berpikir sejenak.
"Tapi apa alasan kakak gue ngelakuin ini ke
Koo? Yang jelas-jelas Koo itu adek iparnya."
"Bisa aja Pak Bogum suka sama Koo? Atau ada
sesuatu yang bikin lo curiga gak sama dia?" Seokjin
menimpali perkataan Taehyung.

94 My Time
Taehyung mengingat kejadian-kejadian
terdahulu sebelum dirinya dan Jungkook masih
tinggal di rumah yang sama dengan Bogum.
"Gue gak tau ini jelas atau gak. Tapi kakak gue
emang sesayang itu sama Koo. Bahkan pernah
dimana gue pas masih tinggal sama mama, dia ngajak
Koo keluar makan. Cuma berdua karena saat itu
posisinya gue lagi ngurusin kafe."
Seokjin mengangguk beberapa kali, paham
dengan apa yang Taehyung ucapkan. Namun belum
ada bukti kuat untuk mengatakan bahwa Bogum
adalah pelakunya.
"Hm buktinya belum kuat sih kalau harus
nuduh Pak Bogum. Gimana Nam?" Tanya Seokjin
pada Namjoon.
"Kalau menurut gue Pak Bogum mungkin ada
rasa ketertarikan sama Koo. Karena apa? Ya liat aja
caranya 'sesayang itu sama Koo' kayak aneh aja gitu.
Bahkan sampai ngajak adek iparnya keluar buat
makan berdua. Mungkin ini wajar ya, tapi di
pandangan orang luar itu udah beda."

95 My Time
Taehyung memahami setiap kata yang
Namjoon ucapkan, memikirkan pelan-pelan beberapa
pra duganya pada Bogum.
"Oh iya ada yang aneh juga. Kakak gue dan
Jennie baru aja chat gue nanyain keadaan Koo.
Padahal gue belum cerita kesiapapun kecuali kalian."
Yoongi menjentikan jarinya, membuat seluruh
atensi mengarah padanya. "Okay gue paham. Jadi
kayaknya disini pelakunya gak cuma satu orang. Bisa
aja lebih kan? Karena kalau emang Pak Bogum yang
ngelakuin ini karena alasan suka Koo kayak aneh aja
gitu karena dia suka Koo tapi kenapa nyakitin Koo?"
Yoongi menjelaskan panjang lebar, dia terlebih
dahulu mengatur napasnya.
"Dan untuk pelaku kedua, bisa aja dia suka
Taehyung dan dia bakal ngelakuin apapun termasuk
buat nyelakain Koo? Dan bisa aja pelaku keduanya itu
Jennie?"
"Terus Jimin? Kemarin dia masuk list orang-
orang yang kita curigai." Potong Seokjin.

96 My Time
"Atau bisa aja, Bogum–Jennie–Jimin kerja
sama buat ngehancurin hubungan Taehyung sama
Koo? Karena apa? Ya karena mereka semua punya
inceran orang yang mereka sukai?" Namjoon kembali
memberikan kesimpulan setelah mendengar
beberapa pendapat dari teman-temannya.
"Bisa jadi sih, emang zaman sekarang kita gak
bisa percaya sama orang terdekat." Kata Seokjin.
Taehyung tersenyum, menatap teman-
temannya.
"Gue cuma percaya Koo dan lo semua."
"Lo gak usah naruh kepercayaan kuat sama
kita Tae. Karena biasanya musuh itu sahabat kita
sendiri. Sahabat paling gampang buat jadi musuh kita
dan dia lebih gampang buat nusuk kita karena dia
lebih tau kapan kita lengah."
Taehyung hanya tertawa mendengar ucapan
Namjoon. Tapi memang sampai sejauh ini Taehyung
hanya percaya dengan Jungkook dan teman-
temannya saja.

97 My Time
Beberapa minggu setelah Jungkook
mengalami keguguran dia sempat meminta izin
untuk tidak masuk di perkuliah hari pertamanya
karena Taehyung melarang keras dirinya, maka dia
tidak lagi membantah ucapan suaminya takut-takut
jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Saat ini Taehyung dan Jungkook baru saja
memarkirkan mobilnya, kemudian keluar
menginjakkan kaki di tanah kampus. Untuk pertama
kalinya Jungkook melihat manusia sebanyak itu
setelah beberapa minggu izin, apalagi jam kuliahnya
memang pagi jadi begitu tampak ramai.
"Ndut, gak apa-apa?" Taehyung mendekati
Jungkook, merangkul pundaknya sedangkan
Jungkook hanya menggeleng singkat.
Lalu Taehyung dan Jungkook berjalan
melewati hiruk pikuk manusia-manusia yang
memiliki kesibukan masing-masing. Sebenarnya

98 My Time
Jungkook merasa kurang nyaman, karena sampai
sekarang masih saja ada orang yang menatapnya.
"Udah tau belum kelas kamu dimana?" Tanya
Taehyung sedikit menunduk untuk menatap
suaminya.
"Di ruang C12 kak. Itu dimana ya?" Jungkook
mendongak, karena memang ukuran tubuh Taehyung
sedikit lebih tinggi darinya.
"Di ujung, dekat lapangan basket." Kata
Taehyung, kemudian tersenyum.
Jungkook hanya mengangguk paham, dia
mengeratkan tangannya pada lengan Taehyung.
Taehyung berhenti di depan ruang kelas
Jungkook, sedikit mencondongkan tubuhnya ke
dalam kelas melihat sekeliling teman-teman sekelas
Jungkook. Dan tebak apa yang terjadi, teriakan
histeris dari teman kelas Jungkook karena ulah
Taehyung, masih saja padahal ada suaminya disana.
Dia kembali menarik tubuhnya, menatap
Jungkook kemudian dia terkekeh. "Iseng banget.
Yaudah kakak balik kelas sana."

99 My Time
"Yaudah kakak balik ke kelas ya, sayang."
Jungkook hanya mengangguk, kemudian tubuh tegap
Taehyung berjalan meninggalkan Jungkook semakin
lama semakin hilang ditelan waktu.
Jungkook merasa Taehyung tidak akan
kembali maka dia memutuskan untuk masuk
kedalam kelas, membenarkan ranselnya sebentar lalu
melangkah sebelum akhirnya sebuah tangan
menepuk pundaknya.
Dia sedikit kaget, kemudian membalikkan
tubuhnya. "Loh, ada apa?"
Seokjin tertawa, kemudian melambaikan
tangannya didepan wajah Jungkook. "Lo udah gak
apa-apa? Anyway, Gue nemuin rekaman CCTV pas
kejadian di kamar mandi."
Jungkook terkejut, membelalakan matanya.
"Seriusan?"
"Gue dapet dari Namjoon. Nanti siang gue
kirim ke e-mail lo ya." Ucap Seokjin kemudian berlalu
meninggalkan Jungkook.

100 My Time
Seokjin memang dekat dengan Jungkook,
karena dia adalah salah satu pekerja yang disuruh
ayahnya Jungkook untuk menjaganya. Seokjin sudah
bekerja dengan ayahnya Jungkook saat dirinya masih
berada di Sekolah Menengan Atas. Tidak ada yang
tahu bawa Seokjin adalah orang yang membantu
Jungkook selama ini.
Jungkook sudah menganggap Seokjin sebagai
kakak kandungnya, karena sudah terbiasa bersama
dari dulu Seokjin juga begitu menyayangi Jungkook
sampai tidak mau Jungkook kenapa-kenapa.
Di lain tempat, Taehyung sedang membaca
beberapa materi perkuliahan pagi ini. Sudah menjadi
kebiasaannya membaca beberapa kata sebelum jam
perkuliahan dimulai.
"oi, sat."
Taehyung menoleh, merasa risih dengan
panggilan yang ditujukan padanya. Tidak heran jika
itu adalah Ambar.
"Kenapa?"

101 My Time
Ambar menarik kursi untuk sedikit lebih dekat
dengan Taehyung, menaruh laptopnya diatas meja
yang sudah disatukan dengan kursinya.
"Gue punya rekaman CCTV didepan pintu
kamar mandi." Ambar menunjukkan layar laptopnya
yang menampilkan rekaman CCTV yang dia dapat.
"Lo dapet darimana?" Taehyung sedikit heran
bagaimana bisa Ambar mendapatkannya, padahal
ruang CCTV sangat privacy.
"Lo gak perlu tau gue dapet darimana.
Sekarang lo cuma perlu liat dengan jelas siapa orang
yang ada di rekaman ini." Ambar memutar matanya
malas, kembali menunjuk layar laptopnya.
Akhirnya Taehyung menyaksikan rekaman
yang sudah dipotong pada bagian Jungkook saja.
Taehyung masih tidak begitu jelas melihat siapa
orang di dalam rekaman itu. Pada ospek hari kedua
Taehyung melihat orang itu menggunakan almamater
sepertinya, apakah dia senior? Karena pada saat itu
hanya seniorlah yang menggunakan almamater.

102 My Time
Taehyung hanya melihat punggung sempit
orang itu, tanpa sama sekali melihat wajahnya. Dia
menyaksikan lamat-lamat rekaman selanjutnya. Hari
terakhir ospek, dia melihat seseorang menggunakan
baju kemeja berwarna putih berarti dia adalah
mahasiswa baru.
Taehyung kembali menatap rekaman itu,
bagaimana dia menyaksikan Jungkook yang
terpeleset akibat cairan pembersih lantai yang
sengaja dituangkan. Dan satu hal yang aneh,
Jungkook terpeleset dua kali, untuk yang pertama dia
masih bisa berdiri sambil memegang perutnya
namun untuk kedua kalinya dia terjatuh dan pingsan
begitu saja.
Belum ada cukup bukti untuk mengetahui
siapa pelaku sebenarnya karena banyak sekali orang
yang menggunakan almamater dan pakaian khusus
ospek.

103 My Time
Sabotase & Rencana

"Jadi gitu ceritanya."


Taehyung menatap teman-temannya. Saat ini
dia dan teman-temannya sedang berada di kantin
kampus. Istirahat sejenak dari penatnya kepala
memikirkan pelajaran.
"Jadi maksud lo, gak ada Pak Bogum yang
keliatan didalam CCTV itu? Padahal jelas-jelas kata
Yoongi pak Bogum jalan ke arah toilet." Kata Seokjin.
Yoongi mencondongkan tubuhnya, menatap
lamat-lamat mata Taehyung. "Gue yakin banget. Gue
ngeliat jelas banget dia jalan ke arah toilet. Kenapa
bisa dia gak keliatan di CCTV? Apa ada yang sabotase
CCTV?" Yoongi meraih minumannya, menyeruputnya
pelan kemudian meletakkannya kembali. "I mean
like dosen kan punya akses lebih buat ngeliat lebih
dulu rekaman CCTV gimana kalau Pak Bogum udah
sabotase duluan?"

104 My Time
Namjoon yang memperhatikan tiap kata yang
Yoongi ucapkan hanya mengangguk pelan. "Masuk
akal sih. Cuma pas Tae bilang kalau Koo jatuh dua kali
gue agak gak ngerti. Apa mungkin dia kepeleset lagi?
Atau mungkin ada kesengajaan buat nyakitin diri
sendiri? By the way, Koo doesn't have an Alter Ego
'kan Tae?"
Taehyung berpikir sejenak, jarinya mengetuk
meja kantin itu pelan. "Gue yakin Koo gak punya Alter
Ego atau semacamnya. Kalau menurut gue emang ada
yang udah sabotase CCTV, tapi yang masih gue
heranin siapa orang yang pakai almamater di hari
kedua ospek yang ngunciin koo dan siapa maba di
hari terakhir yang udah nuangin pembersih lantai.
Dan menurut gue, pelakunya bukan kakak gue." Kata
Taehyung. "Karena didalam rekaman CCTV itu bukan
orang yang pakai kemeja ataupun jas."
"Kalau emang bukan pak Bogum, terus beliau
ngapain ke toilet mahasiswa? Atau mungkin dia
punya suruhan? Disini pelakunya bukan cuma satu
orang, karena diliat dari pakaian yang mereka

105 My Time
gunakan di hari kedua dan terakhir aja udah beda."
Yoongi menggaruk kasar tengkuknya, bukan
masalahnya namun dia ikut dibuat penasaran siapa
pelakunya.
Tiba-tiba saja ponsel Yoongi berdering, nama
Ambar tertera di layar ponselnya. Dia terlonjak kaget
dengan isi pesan yang Ambar kirim, dan apa-apaan
ini dia menuduh Yoongi.
‘Anjing lo, jadi lo yang kunciin suaminya
Taehyung? Gue kecewa banget sama lo.’
Yoongi bergegas berdiri, tidak peduli jika
pakaiannya tidak rapi karena duduk tadi. Amarahnya
meninggi. Taehyung dan yang bahkan terkejut
dengan pergerakan Yoongi yang tiba-tiba.
"Kenapa kak Yoon?" Tanya Taehyung.
"Gue harus pergi. Mau ketemu Ambar dulu."
Yoongi berjalan mundur sebelum akhirnya
membalik badannya, berlari secepat mungkin
mencari keberadaan adiknya. Kepalanya terasa
menganga akibat rasa terkejut yang luar biasa Ambar
perbuat. Dia bahkan hanya duduk manis bersama

106 My Time
divisinya di hari kedua ospek dan bagaimana bisa dia
dituduh sengaja menguncikan pintu Jungkook disaat
itu.
Dia terlalu malas menggunakan lift kotak
untuk sampai ke kelas Ambar maka dia lebih memilih
menaiki tangga. Napasnya semakin terasa tercekat,
dia hanya butuh penjelasan dari pesan yang Ambar
kirim.
Ruang D32
Sejenak Yoongi mengatur napasnya, dia
menyeka keringatnya. Sesekali dia menghembuskan
napasnya kasar. Dia melangkah memasuki ruangan
itu, terlihat jelas Ambar tengah bersandar di kursi
dengan earphone menyumpal telinganya dan dengan
mata terpejam. Dia bahkan tidak menyadari
kedatangan Yoongi disana.
Tangan Yoongi menarik earphone yang Ambar
gunakan, membuat Ambar sedikit terkejut dengan
kehadiran Yoongi.

107 My Time
"Apa sih lo. Main tarik-tarik earphone gue."
Ucap Ambar kesal, kemudian dia menarik kembali
earphone-nya yang ada di tangan Yoongi.
"Maksud lo apa? Chat lo ini maksudnya Apa
Min Ambar?" Yoongi merogoh ponselnya, membuka
ponselnya didepan Ambar yang masih menampilkan
pesan terakhir dari Ambar yang membuatnya tidak
habis pikir.
"Gue punya alesan. Karena gue ngeliat orang
yang ngunciin suaminya Taehyung itu pakai gelang
yang sama kaya lo, kak." Ambar memegang
pergelangan tangan Yoongi. "Ini, gelang ini kak.
Gelang rantai punya lo."
"Ambar. Yang punya gelang kayak gue itu
banyak. Bukan cuma gue. Gue gak sejahat itu buat
ngelakuin hal licik, apalagi gue udah kenal Koo —
suami dari teman gue sendiri. Terserah lo mau
percaya atau gak." Yoongi menepis tangannya yang
dipegang Ambar, membalik tubuhnya kemudian
pergi meninggalkan Ambar.

108 My Time
"Sorry kak. Ini satu-satunya cara biar
pelakunya cepat terungkap."
Ambar kembali fokus mendengar lagu
dari earphone-nya sedangkan Yoongi berjalan secepat
mungkin. Tidak mau menyapa balik siapapun yang
memanggilnya, dia terlanjur kesal dengan Ambar.
Saat dia melewati koridor dia melihat Jimin,
kemudian Yoongi mendekat ke arah Jimin. "Ikut gue."
Yoongi menarik lengan Jimin, membawanya
ke rooftop kampus, lalu Yoongi menghempas lengan
Jimin begitu kasar.
Sebelumnya Yoongi mengatur napasnya
sejenak, takut jika dia gegabah dan melakukan hal-hal
yang tidak diinginkan.
"Jadi lo yang kunciin Koo?" Yoongi langsung to
the point menanyakan hal itu pada Jimin.
"Hah maksud lo apa, kak?" Jimin yang masih
bingung dengan apa yang dimaksud oleh Yoongi
hanya menautkan alisnya.
"Kenapa lo bisa setega ini? Lo masih tergila-
gila sama Taehyung? Jimin, lo ninggalin gue cuma

109 My Time
karena Taehyung yang bahkan gak ngeliat lo sama
sekali. Dia udah punya suami, buka mata lo. Yang lo
lakuin ini udah kelewat batas, kalau Taehyung tau
pelakunya itu lo, dia bakal kecewa banget sama lo
dengan tittle sahabat yang lo punya." Dada Yoongi
naik turun, terlihat bagaimana amarahnya
menggebu-gebu saat wajahnya merah padam.
"Stop ngelakuin ini semua."
Jimin mendongak menatap langit sejenak,
kemudian menatap Yoongi dengan senyuman di
sudut bibirnya.
"Jadi, gue udah ketauan ya? Gak
seru ah permainanya, cepat banget ketauannya."
Yoongi merenggut kasar rambutnya,
kemudian dia memegang kasar kedua pundak Jimin.
"Jim. Ambar udah punya bukti rekaman CCTV,
tapi dia nuduh gue karena pakai gelang yang sama
dengan orang yang ada di rekaman itu. Tapi karena
gue gak ngelakuin hal itu, jadi pelakunya itu adalah
lo." Yoongi menatap Jimin nanar.

110 My Time
"Gelang itu." Pandangan Yoongi menurun ke
arah pergelangan tangan Jimin. "Gelang couple kita
dulu dan gue tau lo masih pakai karena lo suka sama
model gelangnya. Jim, stop. Lo gak kasian sama
Taehyung? Lo bahkan sampai tega bikin Koo
keguguran."
"Okay, masalah yang kunciin Koo itu emang
gue. Tapi insiden hari terakhir ospek itu sama sekali
bukan gue yang ngelakuin." Jimin menatap mata
Yoongi.
Yoongi tahu dan bahkan sudah hafal
bagaimana mimik wajah Jimin ketika dirinya sedang
jujur dan berbohong karena keduanya memang
sudah mengenal sejak lama, namun memang tidak
ada yang mengetahui hubungan mereka berdua
kecuali Ambar.
"Kalau bukan lo terus siapa? Please jangan
bohong. Tolong berhenti jadi orang jahat."
"Gue gak tau. Gue gak mau berhenti. Kenapa?
Lo cemburu? Sakit hati? Jangan terlalu berharap
sama gue, karena gue gak bakal bisa balik sama lo.

111 My Time
Gue mau fokus ngejar orang yang gue suka." Kekehan
Jimin membuat sesak didalam hati Yoongi. Jika boleh
jujur dia memang masih menyukai Jimin. Melepas
Jimin karena tidak ingin memaksa orang yang dia
cintai terus bersamanya.
"Sadar, Jim. Orang yang lo suka itu udah punya
orang lain. Bahkan Koo itu juga sahabat lo."
"Gue tau. Makanya pelan-pelan gue bakal
singkirin apapun yang ganggu rencana gue, termasuk
lo kak."
Yoongi melepas tangannya diatas pundak
Jimin, menatap heran pada Jimin. "Lo udah gak waras.
Obsesi lo bakal bikin lo hancur. Lo mau ngaku sendiri
ke Taehyung atau gue yang bakal ngasih tau dia?"
Jimin menarik kerah kemeja Yoongi
membuatnya sedikit terkejut dengan apa yang
dilakukan Jimin padanya. Selama ini Jimin adalah
sosok malaikat yang dia kenal, tapi saat ini di depan
matanya Jimin bukanlah sosok itu lagi melainkan
sosok iblis.

112 My Time
"Bangsat. Jangan ngerusak rencana gue. Apa
salah jadi jahat buat ngedapetin kebahagiaan yang
gue mau?" Dia meremas kerah kemeja Yoongi begitu
keras sampai-sampai membuat Yoongi kesusahan
bernapas.
"Lo gak bakal bahagia setelah lo menang. Lo
bakal terus dihantui sama rasa bersalah, lo bakal
nyesel Jimin." Yoongi menarik paksa tubuhnya ke
belakang, menghempas kuat-kuat tangan Jimin
kemudian dia kembali merapikan kemeja yang
digunakan.
"Gue gak tau rasanya bahagia kayak gimana.
Gue ngejar Taehyung karena mungkin aja dia
kebahagiaan yang gue cari selama ini." Jimin
membalik tubuhnya membelakangi Yoongi.
"Lo salah, pikiran lo kayak gini yang bikin lo
terjebak sama obsesi gila lo. Taehyung dan Jungkook
udah nikah, jadi stop sebelum lo terlambat." Dia
menatap punggung sempit Jimin, ingin sekali rasanya
dia merengkuh Jimin— orang yang dia cintai hanya
saja bagi Jimin dia bukanlah apa-apa.

113 My Time
“Taehyung gak tau Jungkook aslinya kayak
gimana. Gue yakin setelah dia tau Jungkook yang asli
dia bakal ninggalin Jungkook." Lalu Jimin
membalikkan badannya, kembali menatap Yoongi.
"Itu terserah mereka. Karena mereka yang
ngejalanin semuanya, gue yakin Taehyung gak
sebodoh itu buat ninggalin Koo. Taehyung itu cinta
Koo."
"Diem brengsek!!"
Sudut bibir Yoongi terangkat, kemudian dia
berlalu meninggalkan Jimin sendirian dengan emosi
meluap.

Taehyung yang baru saja selesai mandi dan


duduk didepan cermin menatap pantulan dirinya
dengan tatapan kosong. Masih memikirkan bukti
yang diberikan Ambar tadi. Kepalanya pusing luar
biasa, hanya memikirkan siapa pelaku dibalik
kejadian-kejadian yang mencelakakan suaminya.

114 My Time
Dia meremas kasar surai berwarna hitam
miliknya, pikirannya cukup kacau karena masalah
yang tidak kunjung ada titik terang. Sejenak dia
menghela nafasnya panjang, kemudian
menghembuskannya kasar.
Malam ini, Taehyung semakin penasaran.
Setelah melihat bukti dari CCTV yang dia dapat sama
sekali tidak ada petunjuk lebih, kecuali memang ada
yang mensabotase CCTV fakultasnya.
Memori terputar kembali mengingat isi pesan
dengan kakaknya, kecurigaan dengan kakaknya
semakin bertambah. Tetapi Taehyung tidak tahu
harus seperti apa dia mengatakan semuanya pada
Bogum. Tidak mungkin jika dia akan langsung
menanyakan hal sensitif itu pada kakaknya.
Kalau memang benar Bogum ada dibalik
semua masalah yang terjadi, sungguh Taehyung tidak
akan memaafkannya. Karena akibat dari semua ini
dia harus kehilangan calon anaknya.
Brengsek.

115 My Time
Tiba-tiba saja sebuah tangan melingkar pada
leher Taehyung, satu kecupan dibubuhkan pada leher
Taehyung siapa lagi kalau bukan Jungkook. Wangi
sabun menguar di indera penciuman Taehyung, bau
manis dari tubuh Jungkook yang baru saja selesai
mandi.
"Kenapa ngelamun?" Jungkook menatap wajah
bingung Taehyung, menangkup kedua pipi suaminya
kemudian mengecup bibir suaminya singkat.
"Gak apa-apa sayang. Cuma agak kepikiran
sama pelakunya."
Jungkook tersenyum, tiba-tiba saja Taehyung
menarik tubuh Jungkook untuk duduk
dipangkuannya. Taehyung mendaratkan satu
kecupan lembut di atas bibir plum Jungkook
kemudian menarik diri.
"Udah ya kak, jangan dipikirin terus. Nanti
juga bakal terungkap sendiri siapa pelakunya. Kalau
kakak mikirin itu terus nanti kakak jadi sakit, aku gak
mau kakak kenapa-kenapa."

116 My Time
Jungkook kembali melingkarkan lengannya
pada leher Taehyung bedanya sekarang dia
melingkarkan tangannya bukan dari belakang lagi.
Taehyung mencium titik sensitif Jungkook yang
berada di belakang telinga membuat Jungkook
meremang kegelian.
"Mau buat baby gak?" Suara Taehyung begitu
pelan dan dalam membuat bulu kuduk Jungkook
berdiri, tidak bohong jika malam ini Jungkook juga
menginginkannya. Buktinya Jungkook yang lebih dulu
memberi afeksi pada Taehyung walaupun dengan
embel-embel menenangkan.
Tenggorokan Jungkook terasa tercekat, Tubuh
Taehyung mendorongnya berbaring di atas tempat
tidur. Taehyung meneguk ludahnya susah payah.
Melihat bathrobe yang dikenakan Jungkook sedikit
mengekspos perpotongan leher dan dada Jungkook
saat dia terjatuh diatas tempat tidur.
Jungkook mendekapnya, meniupkan nafas
hangatnya pada tengkuk Taehyung yang berada

117 My Time
diatasnya. Merasa sensitif, membawa aura panas di
dalam kamar mereka.
Taehyung sedikit menyingkap bathrobe
Jungkook pada bagian pahanya, memperlihatkan
paha putih mulus dengan aroma strawberry dari
sabun yang Jungkook gunakan.
Dia menggigit cuping telinga Jungkook pelan.
Memancing gairah Jungkook dengan sentuhan-
sentuhan nakal yang dia berikan. Lalu beralih
menggesekkan ujung hidungnya pada tengkuk
Jungkook.
Jungkook meremas bathrobe yang digunakan
Taehyung, menahan desahan yang keluar dari bibir
merahnya. Jungkook menggeliat dalam kungkungan
Taehyung.
Akal sehat Jungkook hilang begitu saja, saat
Taehyung menarik pelan tali bathrobe yang
digunakan Jungkook menggunakan giginya. Taehyung
pintar sekali membuat Jungkook menjadi keras.
Bahkan Jungkook tidak mampu memproses
apapun kecuali kecupan dari bibir Taehyung yang

118 My Time
mendarat di atas dadanya. Lidah panas Taehyung
memainkan puting berwarna merah muda itu.
Jungkook mendesis saat Taehyung dengan sengaja
menggigit ujung putingnya.
Satu bekas ciuman berwarna merah
ditinggalkan Taehyung diatas dada Jungkook.
Kemudian Taehyung beralih pada perut rata
Jungkook, dia memisahkan belah kaki Jungkook.
Meninggalkan puluhan kecupan pada perut dan
pahanya.
Taehyung tersenyum, kemudian menyibak
kasar bathrobe Jungkook yang masih menutupi
kejantanan yang sudah menegak. Taehyung
memberikan jilatan halus pada kejantanan Jungkook
dari pangkal sampai ujung. Begitu pelan, terasa
begitu menyiksa.
Sentuhan Taehyung begitu memabukkan,
ujung kejantanannya memerah. Hentakan tangan
Taehyung begitu pelan diatas sana sehingga
memaksa Jungkook untuk menggerakkan pinggulnya

119 My Time
mandiri melecehkan kepalan tangan Taehyung yang
melingkar pada kejantanannya.
"Shh."
"Mau lebih?"
Jungkook mengangguk frustasi, afeksi yang
diberikan Taehyung sangat memabukkan ditambah
wangi sabun dan hembusan nafas wangi mint dari
pasta gigi yang Taehyung gunakan menambah
sensasi panas yang menjalar.
Taehyung melepas tangannya dari kejantanan
Jungkook, mengambil posisi merunduk diantara
kedua belah paha Jungkook yang terbuka. Taehyung
memberi satu jilatan pada lubang merah Jungkook.
Membasahi setiap lekukan lubang dengan salivanya.
Jungkook bergetar, berteriak kesetanan ketika
lidah Taehyung mendecakkan suara becek yang
membuat akal normal Jungkook hilang begitu saja.
Sesekali gigi Taehyung menggigit kecil titik nikmat
Jungkook, menghisap dan menjilat tanpa sisa.
"Kakh ... please."

120 My Time
Taehyung meleburkan satu jarinya,
menggerus perlahan lubang nikmat Jungkook.
Taehyung merendahkan dirinya, menjilat dan
menggigit cuping telinga Jungkook, membuatnya
dimabuk gairah.
Jungkook merengek putus asa, ingin sekali
rasanya Taehyung dengan cepat memasukkan
miliknya kedalam dirinya Menghancurkan titik
nikmatnya dengan hujaman benda tumpul besar itu.
Desahan Jungkook lolos begitu saja, bahkan
hanya dengan jari Taehyung lebih dari cukup panjang
untuk menekan prostatnya, memancing skrotum
mengetat memproduksi sperma.
Tidak cukup puas dengan satu jari, akhirnya
Taehyung menambah dua jari sekaligus. Membuat
tubuh Jungkook menggeliat dengan suara desahan
menggema diruangan itu.
ketiga jari Taehyung bergerak, menggaruk
dinding dalam Jungkook memberikan rasa ngilu
bercampur nikmat yang membuat tubuh Jungkook
bergetar hebat.

121 My Time
Saat Taehyung menyadari bahwa Jungkook
sudah hampir gila dibuatnya, dia terlebih dulu
melepas jarinya. Meninggalkan lubang Jungkook yang
menganga dan berkedut kehilangan.
Taehyung menarik tali bathrobe miliknya,
menjatuhkan bathrobe itu keatas lantai.
Menampilkan dirinya yang total telanjang dengan
kejantanan yang tidak kalah mengacung seperti milik
Jungkook. Bahkan precum miliknya terlihat menetes
di ujung kejantanannya.
Jungkook memekik tidak karuan ketika
sesuatu yang besar dan licin masuk begitu saja
menghujani lubangnya. Jungkook melingkarkan
tangannya pada leher Taehyung, sejenak menengok
milik Taehyung yang perlahan mulai memenuhi
dirinya.
Taehyung menyentak pinggulnya, miliknya
semakin dalam dilubang Jungkook. Membuat
Jungkook meringis dengan rasa nikmat yang luar
biasa memabukkan. Taehyung mengumpat ketika

122 My Time
kerapatan lubang Jungkook menghimpit miliknya
tanpa aba-aba.
Taehyung beralih mencium leher Jungkook,
memberikan beberapa tanda kepemilikan diatas
sana.
Taehyung menyisakan kepala kejantannya
pada ujung lubang milik Jungkook sebelum akhirnya
kembali melesakkan dengan hentakan begitu kuat
bahkan membuat Jungkook tersedak dengan
ludahnya sendiri. Rasa nikmat bercampur rasa perih
di bawah sana membuat Jungkook begitu bergairah.
Ritme gerakan Taehyung semakin berantakan.
Bibir Taehyung berpindah pada bibir kecil milik
Jungkook, meraup rakus bibir suaminya. Lidah
kurang ajarnya mengobrak-abrik rongga mulut
Jungkook.
Jungkook mencakar bahu Taehyung ketika
perutnya terasa kram mendekati peledakan yang
akan dialami. Taehyung meringis ketika rektum
Jungkook memijat kejantanannya yang begitu kuat.

123 My Time
Jungkook meledak dalam hentakan demi
hentakan yang Taehyung berikan, cairannya
membasahi perut Taehyung. Jungkook bahkan lupa
bagaimana cara bernapas yang benar saat Taehyung
terus menghujaninya dengan gerakan berantakan.
Taehyung menaikkan satu kaki Jungkook
diatas bahu tegap dan lebar miliknya. Sedangkan
pinggulnya terus menerobos masuk membelah
lubang Jungkook yang semakin mengetat.
Dari bawah sana, Jungkook menikmati saat
wajah Taehyung dipenuhi keringat dan terlihat
begitu jantan membuat miliknya kembali berkedut
ingin keluar. Taehyung menggeram ditengah
permainan, suara beratnya semakin membangkitkan
gairah Jungkook untuk meledak untuk kedua kalinya.
Dalam hentakan keempat Taehyung
menggeram hebat, menghantam prostatnya lebih
dalam dengan cairan yang penuh membanjiri lubang
Jungkook. Begitupun Jungkook yang ikut meledak
untuk kedua kalinya.

124 My Time
Taehyung melepas kejantanannya,
membiarkan lubang Jungkook yang terbuka
meneteskan sedikit sperma Taehyung yang keluar.
Kemudian Taehyung membaringkan tubuhnya
di samping Jungkook, mengecup singkat ranum
suaminya.
Jungkook membuang napasnya kasar, dia
menatap Taehyung yang berada disampingnya.
Taehyung membuatnya lemas malam ini padahal
Taehyung hanya melakukan gaya bercinta seperti
biasa. Tiba-tiba saja sebuah selimut menutupi
tubuhnya sampai dada dan sebuah tangan melingkar
diatas perutnya.
"Makasih sayang. I love you."
Jungkook tersenyum, menatap langit-langit
kamarnya. "Love you more. Kak kalau aku jadi
Jungkook yang dulu gimana? Jungkook yang cuek,
yang apa-apa bisa sendiri gak manja sama orang lain
gimana?"
Taehyung merapatkan tubuhnya, semakin
mengeratkan rengkuhannya pada Jungkook. "Apapun

125 My Time
itu. Kalau kamu nyaman, kakak bakal dukung. Koo,
kakak suka Koo jadi apa adanya. Jadi diri sendiri."
"Tapi kenapa kak Jimin gak setuju kalau aku
jadi Jungkook yang dulu?"
Taehyung kembali tersenyum, dia mengecup
singkat pipi gembil Jungkook. "Mungkin dia udah
terlanjur nyaman sama diri kamu yang sekarang."
Jungkook mengangguk paham, "Iya kali ya."
Dering ponsel Taehyung memecahkan
keheningan beberapa detik di antara keduanya.
Nampak jelas kontak Ambar tertampang di layar
ponsel Taehyung membuat rasa penasaran Jungkook
meninggi.
‘Pulang ngampus besok ketemu di sekre, gue
udah punya rekaman CCTV anti sabotase.’
Dan Jungkook mengerti Ambar mengirimi
Taehyung pesan bermaksud untuk membantunya
untuk menemukan pelaku yang sebenarnya.

126 My Time
Masuk Kuliah

‘See you sahabat gue.’


Pesan terakhir yang Jungkook kirim beberapa
jam yang lalu pada Jimin menjadi penutup semuanya.
Dan sekarang mereka berdua sedang duduk bertatap
muka di kantin fakultas, menikmati minuman yang
sudah di pesan oleh Jungkook terlebih dahulu.
"Jadi siapa pelaku yang kunciin lo, Koo?" Jimin
meneguk minuman kasar, kekhawatirannya semakin
besar setelah mendapatkan pesan dari Jungkook tadi.
Dia sedikit takut jika ketahuan karena sama saja
rencana yang disusun dari awal akan hancur begitu
saja.
"Intinya sih orang terdekat gue sama kak
Taehyung." Jungkook terkekeh, kemudian
menyeruput minumannya kembali.
"Siapa?" Tanya Jimin, detak jantungnya
semakin kencang. Mungkin saja Jungkook bisa
mendengarnya.

127 My Time
"Gue yakin lo kenal sih kak. Tanpa gue cerita."
Jemari Jungkook mengetuk pelan meja dimana
tempat mereka berdua mengobrol.
"Lo kan belom ngasih tau gue, ya gue gak bakal
tau." Keringat Jimin mulai menetes, semakin lama
semakin deras sehingga tubuhnya begitu terasa
sangat basah, bahkan napasnya terasa tercekat.
"Nanti aja kak Taehyung yang ngasih tau lo
kak. Gue cuma mau ngasih tau aja sih kalo pelakunya
udah ketauan. Dengan itu seenggaknya gue bisa
berhati-hati karena sialnya orang itu licik banget,
padahal dia orang terdekat gue sama kak taehyung."
Ucap Jungkook tertawa ringan.
"Ah gitu ya. Gue kira lo bakal ngasi tau gue
siapa pelakunya, karena gue kan mau bantuin lo,
Koo."
"Oh really? gue seneng banget punya temen
kayak lo kak, yang sayang gue dan siap jadi tameng
buat ngelindungin gue. Untungnya lo gak nusuk dari
belakang ya kak." Jungkook menyibak rambutnya ke
belakang, membuat kesan menakutkan untuk Jimin.

128 My Time
Setidaknya Jimin bisa bernapas lega. Karena
dia yakin, Jungkook sama sekali tidak curiga padanya.
Buktinya Jungkook masih bisa mempercayainya
sampai sekarang.
"Ya gak lah. Gue ga segila itu ya buat nusuk
sahabat gue. Lagian alesan gue buat nusuk lo apa
coba? ga make sense gue sahabat lo dan Taehyung
dari dulu loh yakali gue setega itu." Jimin menggaruk
tengkuknya yang tidak gatal, suara tawanya begitu
tidak mengenakan di dalam telinga Jungkook.
"Haha bisa aja karena suka suami gue 'kan?
tapi gak mungkin juga sih, gue kan udah percaya
banget sama lo kak." Sekali lagi, Jungkook meneguk
minumannya, pandangannya tetap mengarah pada
Jimin.
"Dih ngapain gue suka Taehyung? kayak gak
ada cowok lain aja haha."
"Iya, soalnya kalo lo berani suka sama suami
gue, bisa aja nyawa lo 'kan yang jadi taruhannya?"
Jungkook menatap dalam iris Jimin.

129 My Time
Tiba-tiba saja Jimin tersedak setelah
mendengar ucapan Jungkook yang menusuk.
"Haha gue cuma bercanda kak. Lagian kan gak
mungkin gitu loh." Jungkook terbahak kemudian
menegak habis minumannya, berjalan meninggalkan
Jimin yang masih mengatur napasnya.
Jungkook terus berjalan mengitari
fakultasnya, sampai sekarang dia masih merasa risih
dengan beberapa tatapan tertuju padanya. Masih
banyak yang penasaran dengan dirinya, suami dari
Kim Taehyung ketua komdis tahun 2020. Tiba-tiba
saja ponselnya bergetar, dia sedikit terkejut
membaca pesan dari Taehyung ternyata pelaku di
hari terakhir ospek itu ialah Kim Mingyu, teman satu
sekolahnya dulu dan adik dari Kim Jennie.
Dia membuka daftar nomor pada ponselnya,
mencari nomor Mingyu barangkali nomornya yang
dulu masih aktif. Kemudian Jungkook mencoba
mengirimkan pesan.
‘Hi Mingyu, gue Jungkook. Ketemu yuk, gue di
depan gedung C nih. Gue kangen lo.’

130 My Time
Memang tidak butuh waktu lama kemunculan
Mingyu yang diharapkan akhirnya datang juga.
Jungkook menarik lengan Mingyu ke arah gudang di
samping ruang C 22.
"Kenapa Koo? Tumben ngajak gue ketemu.
Kangen ya lo sama gue? By the way lo apa kabar?"
Mingyu terkekeh, dia lebih dulu memasuki gudang itu
menyandarkan punggungnya pada bangku yang
ditumpuk karena rusak.
"Wah kok nanya kabar? Gue selalu baik kok.
Padahal kita satu fakultas, pas ospek juga ngeliat gue
kan."
Mingyu menggaruk tengkuknya yang tidak
gatal. "Ya kan bisa aja lo sakit gitu, namanya manusia,
‘kan?."
Jungkook menutup mulutnya dengan telapak
tangannya, memasang wajah kaget yang sengaja
dibuat-buat. "Ya lo bener sih, beberapa minggu yang
lalu gue abis sakit. Gara-gara keguguran, jahat banget
yang ngelakuin ini sama gue. Awas aja nyawa dibalas
dengan nyawa."

131 My Time
Mingyu terkekeh, "Apaan anjir serem deh.
Emang jahat banget tuh orang bikin lo gagal jadi
orang tua."
Jungkook terkekeh seperti mengejek kearah
Mingyu. Matanya menatap remeh kearah Mingyu,
tatapan keduanya cukup serius dengan beberapa
obrolan berat yang dimulai oleh Jungkook. Basa-basi
tidak dibutuhkan oleh Jungkook yang saat ini
kepalang emosi.
"Gue tau, lo yang sengaja nyelakain gue di hari
terakhir ospek, Kim Mingyu." Suara kekehan
Jungkook membuat Mingyu sedikit risih, tempat
pengap dan berdebu menjadi saksi amarah Jungkook.
"Lo tau darimana kalo gue yang ngelakuin itu,
Kim Jungkook? Apa lo punya bukti yang akurat buat
nuduh gue kayak gitu?" Alis kanan Mingyu terangkat,
sudut bibirnya tersenyum sinis.
"Kalo gue gak punya bukti, gue gak mungkin
buang-buang waktu buat nyeret lo ke dalam gudang
ini bodoh. Oh iya apa lo lupa sebelum menjadi Kim

132 My Time
Jungkook, Jeon Jungkook itu kayak gimana 'kan? Jadi,
don't take it lightly."
Pandangan Jungkook mengintimidasi,
senyumnya tidak kalah sinis dengan Mingyu, orang
yang berani berurusan dengan Jungkook sama
artinya bahwa mereka telah membangunkan iblis
dalam dirinya. Apakah Mingyu lupa bahwa Jungkook
yang dulu bisa saja kembali setelah mencari masalah
dengannya?
"I know, siapa yang gak tau lo, Jungkook?
Orang yang udah ngebunuh sahabatnya sendiri dulu
pas masih SMA." Ucap Mingyu tegas.
Jungkook terbahak, bahkan air matanya
sedikit menetes karena tidak bisa menahan omongan
Mingyu yang dianggap begitu menghibur.
"No. No. No. Dia yang salah, karena udah
ngerebut posisi gue sebagai juara satu di sekolah.
Coba aja dia gak nyari masalah sama gue, mungkin
aja dia masih jadi sahabat gue. Ah, tapi gue agak
sedikit kangen sih sama dia haha."

133 My Time
Mingyu menggeleng tidak percaya dengan
alasan bodoh yang Jungkook katakan.
"Lo psikopat Jungkook."
"No baby. Gue cuma gak suka apa yang udah
jadi milik gue direbut gitu aja. Salahin dia sendiri
yang udah ngerebut posisi gue." Wajah cantik dan
sikap polos Jungkook bisa menutupi semuanya,
bahkan kasus pembunuhan yang dia lakukan bisa
bersih begitu saja dengan bantuan ayahnya.
"Lo udah gila, Jungkook. Kalau Taehyung
sampai tau lo kayak gini, mungkin aja dia bakal cerain
lo." Suara Mingyu meninggi membuat Jungkook
pusing mendengarnya.
"Makanya gak ada yang boleh ngasih tau kak
Taehyung. Kalau ada yang berani ngasih tau suami
gue, sama aja dia nyerahin nyawanya sama gue."
Mingyu menarik napas kemudian
menghembuskannya kasar. "Gue yang bakal ngasih
tau suami lo."
Hanya butuh lima detik Jungkook sudah
berada dalam dekapan Mingyu, dengan pisau lipat

134 My Time
yang menggesek kulit leher Mingyu. Jungkook hanya
terkekeh melihat Mingyu yang menahan nafas.
"Kalau lo berani macem-macem, pisau ini
bakal nancep di leher lo, Kim Mingyu," Pisau kecil itu
menari diatas kulit leher Mingyu kemudian semakin
naik ke arah wajahnya, "Atau mau gue tancepin di
wajah lo?"
"Jauhin benda itu dari gue Jungkook!"
"Oh iya lagi pula kalau lo berani ngasih tau kak
Taehyung sama aja lo nyerahin diri lo sendiri dong
bodoh." Langkah Jungkook memundur, menjauhkan
dirinya dan benda tajam itu dari Mingyu, kemudian
melipat benda itu kembali dan memasukkannya ke
dalam ranselnya.
"Lo mau apa?" Tanya Mingyu.
"Siapa yang udah nyuruh lo ngelakuin ini?
karena gue tau, Kim Mingyu gak mungkin berani
nyakitin orang apalagi gue, orang yang lo suka dari
dulu."
"Gue gak bisa bilang."
"Okay, berarti lo mau main-main sama gue?"

135 My Time
Jungkook membalik badannya, berjalan
meninggalkan Mingyu yang masih terpaku. Sebelum
dia membuka pintu sejenak dia membalikkan
tubuhnya menatap Mingyu.
"Lagi pula gue tau kok siapa yang nyuruh lo.
Kakak lo kan— Kim Jennie?" Ucapnya kemudian
pergi membanting pintu itu kencang.

Hembusan air conditioning menyejukkan


helaian demi helaian rambut Jungkook. Menunggu
Bogum sangat membosankan baginya, karena
terhitung sudah sepuluh menit dia meletakkan
bokongnya di atas sofa panjang di dalam ruangan
Bogum.
Sebelum dia memutuskan untuk keruangan
Bogum dia sudah lebih dulu meminta izin ke
Taehyung namun dengan izin yang berbeda 'jalan
bersama teman' padahal Taehyung tahu sendiri
Jungkook tidak memiliki teman dekat.

136 My Time
Beberapa kali decakan terus keluar dari bibir
Jungkook, dia sudah kepalang kesal dan hampir saja
meninggalkan ruangan itu sebelum akhirnya Bogum
masuk ke dalam sana dengan tumpukan kertas di
tangannya.
Sebelum menghampiri Jungkook yang duduk
di sofa dia terlebih dahulu meletakkan tas beserta
kertas itu di atas mejanya, berjalan ke arah Jungkook
dan duduk disampingnya.
"Udah selesai ‘kan kak? ayo keluar, aku udah
bosen banget disini." Jungkook berdiri dari posisi
semula, merapikan hoodie yang dia kenakan saat ini.
“Gamau ngobrol dulu disini? Kakak belom
nanya gimana hari pertama kamu ngampus loh."
Bogum terkekeh menatap Jungkook dengan muka
masamnya.
"Bisa nanti kan? ngapain disini? aku gak lagi
konsultasi, jadi gak etis kalau kita berduaan disini."
Jungkook melipat kedua tangannya di depan
dadanya, menatap angkuh pada sang kakak ipar. Jujur

137 My Time
saja, dia malas basa-basi seperti ini karena hanya
membuang waktu pentingnya.
Bogum menarik lengan Jungkook,
mengisyaratkan Jungkook untuk kembali duduk
disampingnya.
"Duduk dulu. Kamu kan adek iparnya kakak,
jadi gak apa-apa kalo kita berdua ada di satu
ruangan."
Jungkook menepis tangan Bogum dengan
halus, kesabarannya sangat diuji di depan kakak
iparnya ini. Ingin rasanya dia mengamuk dan
menghajar kakak iparnya ini karena tidak mengikuti
keinginannya untuk keluar dari ruangan itu.
Sekali lagi, Bogum menarik paksa lengan
Jungkook sehingga tubuh Jungkook limbung dan
terjatuh diatas sofa.
"Kak yang sopan, aku ini suaminya kak
Taehyung, adeknya kakak. Aku bisa aja ngelaporin ini
semua sama kak Taehyung."
"Hahaha ok. Kakak minta maaf, kakak cuma
pengen ngobrol sebentar sama kamu, Koo. Kakak gak

138 My Time
macem-macem." Bogum melepaskan tangannya dari
lengan Jungkook, kemudian tertawa renyah.
"Aku udah tau semuanya, gak perlu ada yang
di obrolin. Aku tau apa aja yang udah kak Bogum
perbuat."
Jungkook sedikit mundur dari posisi
duduknya, sedikit risih dengan Bogum yang terlalu
dekat dengannya.
"Loh emang apa aja yang kakak lakuin?"
"Bunuh anak aku. Nyawa dibales dengan
nyawa kak. Berani main-main dengan Kim Jungkook
berarti udah berani main-main dengan nyawa juga
'kan?"
Bogum sedikit terkejut kemudian terkekeh
mendengar perkataan Jungkook. "Jadi kakak udah
ketauan nih? Kakak gak mau aja harta keluarga jatuh
sama anak kamu dan Taehyung, kalau kamu mau
hidup seneng ayo hidup bareng kakak dan tinggalin
Taehyung."
Jungkook menatap tajam pada Bogum
kemudian tiba-tiba saja tawanya pecah. Tangannya

139 My Time
merogoh ponsel yang ada di dalam saku hoodie yang
dia kenakan.
"Ups, aku udah dapet satu bukti." Jungkook
memencet tombol save pada ponselnya,
mengayunkan ponselnya di depan wajah Bogum.
"Makasih ya kak untuk kerjasamanya, aku pergi
dulu."Jungkook berjalan ke arah pintu ruangan itu,
namun tangan Bogum mencegah lengannya.
"Jangan main-main kamu sama kakak."
Jungkook menghempas kuat-kuat tangan
Bogum yang berada di lengannya. "Harusnya aku
yang bilang gitu. Jangan main-main sama aku. Kakak
belum tau aku siapa? Coba cari tau dulu deh.
Permisi." Kemudian Jungkook membuka pintu
ruangan itu meninggalkan Bogum yang masih
terkejut atas semua yang dilakukan oleh Jungkook.

Pasangan yang pernikahannya masih terbilang


muda ini sedang duduk berhadapan di salah satu

140 My Time
kedai makanan. Menikmati makanan yang mereka
pesan lima belas menit yang lalu.
"Kak makanannya dihabisin ya, awas kalo gak
habis. Buang-buang rezeki namanya." Jungkook kesal
dengan Taehyung yang tidak pernah bisa
menghabiskan makanannya, padahal dibanding
dengan porsi makanan yang dipesan Jungkook masih
kalah jauh dengan Taehyung.
"Gak bisa habis. Kenyang ndut." Taehyung
merengut setelah mendengar ucapan suaminya.
Jungkook meraih sendok yang ada di tangan
Taehyung, "Mau makan atau aku marah sama kakak?"
Taehyung yang mendengar ancaman gemas dari
suaminya hanya terkekeh.
"Ihh, kok malah ketawa sih? aku nanya serius
tau. Mau aku marah? Pokoknya makanan kakak harus
habis ya, sini aku suapin aja soalnya gak kayak gini
kakak suka susah makan." Jungkook begitu lucu saat
memarahi suaminya hanya karena makanan yang
tidak habis. Taehyung merasa bersyukur memiliki
pendamping hidup yang nyaris sempurna seperti

141 My Time
Jungkook, memang tidak salah dulu dia menjatuhkan
pilihan pada Jungkook.
Satu sendok full nasi dan lauk yang sudah
berada di atas sendok diarahkan pada mulut
Taehyung yang masih tertutup, "Kakak buka mulut,
beneran ya aku mau ngambek aja."
Taehyung hanya tersenyum menatap dalam
pada manik bulat milik suaminya, dia pikir Jungkook
hanya bocah manja dan galak yang dinikahi hanya
dengan embel-embel bucin tapi semua pikirannya
sirna begitu saja setelah melihat bagaimana Jungkook
menjaga, merawat dan mencintainya.
Pertemuan beberapa tahun lalu di tempat
tongkrongan, masih dengan seragam sekolah, rambut
hitam legam berkilau milik Jungkook dengan
senyuman memikat dirinya, saat itu juga Taehyung
merasa dunianya diambil alih oleh Jungkook. Bodoh
memang, hanya dengan pandangan pertama saja bisa
langsung jatuh cinta tanpa tahu bagaimana sifat dan
sikap Jungkook yang sesungguhnya.

142 My Time
"Kok malah ngelamun sih. Kakak makan."
Jungkook mencubit hidung suaminya, kesal karena
sejak tadi tidak ada respon dari Taehyung yang dia
dapat.
"Makasih,"
Alis Jungkook mengerut tidak mengerti dari
ucapan Taehyung barusan.
"Untuk apa kak?"
"Makasih udah mau jadi Jungkook. Makasih
udah jadi pasangan yang luar biasa buat kakak,
makasih udah nerima semua kekurangan kakak dan
maaf belum bisa jadi suami yang baik buat kamu."
Taehyung menggenggam erat punggung tangan
suaminya, kemudian mengecup singkat.
"Kak, dari awal kita nikah kita udah sama-
sama tau konsekuensi apa yang bakal kita dapet. Aku
nikah sama kakak itu tandanya aku terima baik
buruknya kakak. Kakak udah jadi suami yang baik
banget buat aku, begitupun aku. Aku mau jadi suami
yang baik buat kakak, kakak udah ngasih aku banyak
kebahagiaan, makasih buat semuanya."

143 My Time
Taehyung tersenyum, memang benar. Dia
tidak pernah salah memilih Jungkook untuk menjadi
bagian hidupnya.
"Kita udah lama gak kerumah Ayah. Mau
kerumah ayah pas weekend?" Jungkook yang
mendengar penawaran dari Taehyung langsung
mengangguk antusias, memang sudah lama dia tidak
mengunjungi ayahnya, orang yang paling berjasa
dalam hidupnya.
"Mau. Aku udah kangen banget sama Ayah,
pasti Ayah masih sibuk kerja. Huh dasar pekerja
keras."
"Bekerja buat anak manisnya yang sekarang
udah jadi milik Kim Taehyung."
Hati Jungkook kembali terenyuh, pikirannya
kembali berputar beberapa menit lalu saat Taehyung
memesan makanan. Isi pesan Jennie saat
mengatakannya psikopat, dia sedikit takut jika fakta
sebenarnya diketahui oleh Taehyung.
Banyak pertanyaan yang ditanyakan pada
dirinya sendiri, bagaimana jika Taehyung tidak bisa

144 My Time
menerima masa lalunya? Bagaimana jika Taehyung
memilih pergi meninggalkannya karena tidak mau
bertahan dengan seorang psikopat? Semuanya
membuat Jungkook pusing namun dia berpikir suatu
saat nanti entah besok, lusa atau beberapa hari atau
bahkan beberapa bulan lagi dia akan menceritakan
semuanya pada Taehyung, semuanya tanpa ada
kebohongan lagi didalam hidupnya.
Dia tidak pernah takut pada orang-orang yang
menjadi parasit dalam hubungannya, tapi dia hanya
takut jika Taehyung tidak bisa menerimanya, hanya
itu saja. Untuk masalah pengganggu dia tidak begitu
pusing memikirkannya, karena ada Seokjin dan
Namjoon yang membantunya– Seokjin tidak mungkin
akan membiarkannya dalam keadaan bahaya.
"Sayang." Panggilan itu tiba-tiba saja
memecahkan lamunan Jungkook, panggilan
Taehyung beberapa kali telah dihiraukannya.
"Eh kenapa kak?" Tanyanya, sedangkan
Taehyung hanya tersenyum. "Mikirin apa? Kakak ajak
ngomong gak nyaut-nyaut ternyata lagi ngelamun."

145 My Time
Jungkook menggeleng cepat, kemudian
tertawa kikuk menampilkan gigi kelincinya.
"Hehe gak apa-apa kok kakak."
"Beneran gak apa-apa?" Tanya Taehyung yang
dibalas anggukan oleh Jungkook.
"Kak." Panggil Jungkook, ada rasa ragu di
dalam hatinya untuk menanyakan ini tiba-tiba tapi
dia membutuhkan kejelasan untuk dirinya.
"Iya, kenapa sayang?"
Degup jantung Jungkook tiba-tiba berdetak
begitu kencang, bahkan jika saja tempat makan itu
sepi mungkin Taehyung bisa mendengar detak
jantungnya.
"Kak, apa yang bikin kakak kecewa?"
Taehyung sejenak diam, berpikir lamat-lamat.
Jarinya memainkan kunci mobil diatas meja,
kemudian dia menatap Jungkook saat dirasanya
dirinya sudah menemukan jawaban yang pas.
"Dibohongin."
"M-mm walaupun aku yang bohong?"

146 My Time
Taehyung hanya mengangguk. Itu semua
menjadi jawaban akhir dari obrolan mereka malam
ini. Sejujurnya, jawaban Taehyung cukup membuat
rasa takut pada diri Jungkook semakin besar. Sekali
lagi, dia takut Taehyung kecewa, dia takut Taehyung
marah dan dia takut Taehyung meninggalkannya. Dia
takut dengan beberapa kemungkinan yang
memenuhi pikirannya.

147 My Time
Psikopat?

Dari arah parkiran, Jennie berlari mengejar


langkah Taehyung dan Jungkook yang sedang
menyusuri panjangnya koridor kampus. Walaupun
jarak mereka yang cukup jauh sekalipun tidak
menyurutkan niatnya untuk memberitahu Taehyung
mengenai Jungkook.
"Taehyung." Teriakan Jennie berhasil
membuat tubuh Taehyung berbalik menatapnya.
Heran, pagi-pagi sekali ada urusan apa Jennie
memanggilnya sampai berlari terengah.
"Kenapa?"
"Taehyung, lo harus percaya sama gue. Suami
lo ini psikopat, mending lo jauh-jauh dari dia. Dia
bahaya, Tae." Ucap Jennie panjang lebar, membuat
Taehyung bingung begitupun Jungkook yang sedikit
terperanjat kaget.
"Maksud lo apa? Pagi-pagi udah mabok?"
Taehyung sejenak menatap Jungkook, menatap

148 My Time
suaminya dengan alis berkerut melihat wajah
Jungkook dengan pipi gembil dan
bibir plum membuang tuduhan Jennie tidak dapat
dipercaya, karena tidak mungkin suaminya seperti
apa yang Jennie katakan.
"Dia psikopat. Dia ngebunuh siapapun yang dia
mau, dia gak baik buat lo. Tunggu, gue
punya chat si psikopat ini."
Jennie merogoh sling bag-nya mencari
keberadaan ponselnya, kemudian dia membuka kunci
mencari pesan Jungkook pada ponselnya, namun
beberapa detik dia kebingungan karena pasalnya saat
ini dia sama sekali tidak menemukan apa yang dia
cari. Bahkan dia sudah menscroll room chat-nya
sampai bawah namun masih tidak ada.
"Kenapa chat-nya gak ada. G-gue–"
"Lo gak usah ngomong macem-macem kalau
emang gak punya bukti. Lagipula siapa yang bakal
percaya sama omongan lo?"
"T-tapi gue beneran." Dia masih saja sibuk
mencari pesan Jungkook. "Chat-nya hilang, gue

149 My Time
di chat sama Jungkook, dia ngancem mau ngebunuh
gue. Tapi gue gak tau kenapa chat-nya bisa hilang."
"Kak, ayo masuk kelas aja. Keburu dateng
dosennya." Jungkook meraih lengan Taehyung,
mengaitkannya dengan tangannya.
"Gue gak punya waktu buat main-main, gue
sibuk Jen."
Kemudian Taehyung dan Jungkook berbalik,
meninggalkan Jennie yang masih saja sibuk dengan
ponselnya.
"Argh sial. Awas lo Jungkook."
Teriakan Jennie bahkan terdengar oleh
Jungkook, sudut bibirnya menyeringai. Memang
keputusan yang bagus menyuruh Seokjin untuk
membuat kesepakatan dengan Mingyu– adik Jennie.
Seokjin hanya menjamin bahwa Jennie tidak
akan sampai dibunuh jika mengikuti semua aturan
yang dibuat dan contohnya sekarang. Pesan Jungkook
yang mengancam Jennie berhasil dihapus oleh
Mingyu berkat kerjasamanya dengan Seokjin.

150 My Time
Jungkook dan Taehyung sudah berpisah di
depan pintu kelas Jungkook, kecupan di atas kening
Jungkook sebagai salam perpisahan untuk pagi ini
agar Jungkook bisa lebih semangat di dalam kelas,
sedangkan Taehyung hanya duduk di kantin
berkumpul dengan teman-temannya karena memang
pagi ini belum ada jadwal kelas. Hanya mengantar
Jungkook, sekalian saja ikut ke kampus. Malas jika
harus kembali nanti.
"Barusan gue ketemu Jennie. Katanya Koo
pembunuh, gue gak ngerti maksud dia apa dan
katanya dia punya bukti isi chat dia sama Koo. Tapi
pas dia mau ngasih isi chat-nya tadi gak ada sama
sekali." Jelas Taehyung, sembari meraih batang
nikotinnya pagi ini.
"Gak masuk akal. Kok chat-nya bisa ilang?
Ngada-ngada tuh si Jennie. Karena dia suka lo kali,
makanya sampe fitnah Koo jadi kalau lo benci sama
Koo dia punya peluang gede buat masuk di hubungan
lo." Ucap Seokjin, dia menatap Taehyung.

151 My Time
Memperhatikan wajah Taehyung, mungkin saja
Taehyung akan percaya omongan Jennie, pikirnya.
"Bener. Karena biasanya orang yang suka bisa
aja ngelakuin apapun itu. Pokoknya hati-hati aja Tae.
Kalau lo butuh bantuan, kita disini kok." Namjoon
merangkul pundak Seokjin yang saat ini duduk
disampingnya.
"Oh iya gimana sama pelakunya Tae?" Tiba-
tiba saja Yoongi membuka suara karena sejak tadi dia
hanya diam memahami setiap pembahasan yang
keluar dari bibir teman-temannya.
"Gue udah dapet rekaman CCTV tanpa
sabotase dan gue gak kenal pelakunya, tapi nama
pelakunya itu– Kim Mingyu?" Jelasnya, kepulan asap
rokok dihembuskannya sembarangan.
"Kim Mingyu? Dia adeknya Jennie." Yoongi
menyugar rambutnya ke belakang, semakin kesini
semua bukti sedikit demi sedikit semakin jelas.
"Adeknya Jennie?" Taehyung sedikit terkejut,
dia meletakkan batang nikotin itu di atas asbak
kembali fokus dengan topik pembicaraan.

152 My Time
"Gue udah tau sekarang. Berarti dalang dibalik
semua ini emang Jennie, dia ngegunain adeknya buat
nyelakain Koo karena dia terobsesi sama lo bahkan
dia sampai ngebunuh anak lo." Jelas Seokjin, padahal
Seokjin sudah lebih dulu tahu semuanya. Hanya saja,
dia tidak mungkin segamblang itu menceritakan
semuanya karena bisa saja semuanya terbongkar
bahwa dia adalah salah satu pekerja ayahnya
Jungkook dan sudah mengenal Jungkook sejak dulu.
"Dan masalah Pak Bogum yang Yoongi liat
kayaknya dia ikut andil gak sih di masalah ini?
Karena disini Jennie itu suka sama lo Tae dan Pak
Bogum suka sama Koo?" Namjoon mencoba
menerka-nerka. Bahkan wajah Seokjin dan Namjoon
tidak membawa rasa kecurigaan di antara Taehyung
dan Yoongi, Jika diberikan penghargaan pada
keduanya maka mereka akan mendapatkan
penghargaan sebagai aktor terbaik dalam hal akting.
"Terus apa yang mau lo lakuin Tae? Mau
ngambil jalur hukum atau damai?" Tanya Yoongi.

153 My Time
Taehyung kembali meraih batang nikotin itu,
menghisapnya dalam lalu menghembuskannya. "Gue
belum ngomong sama Koo. Nanti gue tanya dulu. Gue
sih maunya bawa ke jalur hukum, karena gue udah
kehilangan calon anak gue."
Yang lain hanya mengangguk paham, tidak
mau ikut campur terlalu jauh karena semuanya
kembali lagi ke keputusan yang diambil Taehyung
dan Jungkook.
Sudah sembilan puluh menit Taehyung asyik
bercengkrama bersama teman-temannya,
membicarakan beberapa hal random bahkan
membicarakan kapan Namjoon dan Seokjin
mengikuti langkahnya untuk menikah dan jangan
lupakan Yoongi yang masih senang dengan status
menyendirinya.
Perbincangan mereka harus terhenti saat
pesan singkat dari Jennie membuat mood-nya
kembali berantakan, apalagi setelah mengetahui
bahwa Mingyu adalah adik Jennie. Pesan singkat
Jennie yang memintanya untuk bertemu di ruang

154 My Time
sekretariat karena alesan ingin mengatakan sesuatu
yang penting dan Taehyung hanya mengiyakan saja.
"By the way Jennie ngajak gue ketemu ke sekre
katanya mau ngomong sesuatu." Ucap Taehyung
malas.
"Ngapain lagi tuh orang?" Tanya Yoongi,
sedangkan Taehyung hanya mengangkat pundaknya
tanda tidak tahu.
Tiba-tiba saja dari wajah yang mengeras
berubah menjadi bahagia, senyum merekah di
bibirnya. Karena pesan Jungkook tiba-tiba saja
masuk, ini memang sudah waktunya Jungkook keluar
kelas. Dia mengajak Taehyung untuk makan siang
namun Taehyung harus menolaknya secara halus
karena sudah membuat janji dengan Jennie. Untung
saja Jungkook bisa mengerti bahkan dia juga ingin
ikut menemui Jennie.
"Pasti chat dari Koo kan? Makanya lo senyum
kayak orang gila." Tutur Seokjin hingga membuat
yang lain tertawa terbahak-bahak.

155 My Time
"Udah nikah, tapi masih kayak orang pacaran
ya tiap di chat senyum gak jelas gitu. Kasmarannya
model bocah SMP." Timpal Seokjin sekali lagi.
"Biarin. Gue kasmaran sama Koo tiap detik."
"Eww bucin."

Taehyung berjalan masuk kedalam sekretariat


menemukan Jennie yang sudah duduk manis
dibangku yang ada di sekretariat. Taehyung
melangkahkan kakinya untuk mendekati Jennie,
tatapannya lurus. Sepi, tidak ada mahasiswa di dalam
sana, hanya mereka berdua.
Kemudian Taehyung duduk di depan Jennie,
menatap malas karena pikirannya kembali mengingat
omong kosong Jennie tadi malam. Taehyung tidak
tahu apa maksud dari semuanya, dan tidak mungkin
Jungkook melakukan hal segila itu, pikirnya.
"Mau ngomong apa? gue gak punya waktu
banyak Jen. Jadi gue mau lo to the point aja." Malas

156 My Time
rasanya menghabiskan waktu untuk hal yang
menurutnya tidak penting, lagi pula Taehyung harus
membatalkan janji untuk makan siang bersama
Jungkook hanya karena ingin tahu hal penting apa
yang Jennie akan bicarakan.
Jennie menurunkan pandangannya, menarik
napasnya kemudian meng- hembuskannya pelan.
Pandangannya kembali naik, menatap sorot tajam
Taehyung, sorot yang menjadi salah satu alasan dia
untuk menyukai ketua komdis itu. Sudah sejak lama
Jennie memiliki rasa lebih pada Taehyung, mengingat
sampai saat ini obsesinya yang semakin membara
untuk mendapatkannya.
"Gue mau ngomongin yang tadi malem. Tae,
sumpah gue gak ngada-ngada masalah chat yang
dikirim Jungkook. Gue beneran di ancem sama dia."
Jelas Jennie dengan gusar, dia memang tidak
berbohong hanya saja Jungkooklah yang sudah
merencanakan semuanya. Jungkook memberikan
perintah pada Mr. R atau Seokjin untuk memberikan

157 My Time
beberapa kesepakatan dengan Mingyu adik dari
Jennie.
Kalau Jennie menganggap dirinya adalah
seekor ular maka Jungkook menganggap dirinya
adalah seekor belut. Licin dan mudah melarikan diri.
"Udah gue bilang ‘kan kalau lo gak punya
bukti, mending gak usah ketemu gue Jen." Tegas
Taehyung, kemudian dia menepis tangan Jennie yang
menggenggam tangannya tadi.
"Jennie, gue tau pelaku di hari terakhir ospek.
Kim Mingyu, adek lo. Dia udah nyelakain suami gue
Jungkook sampe akhirnya gue dan Jungkook
kehilangan anak. Gue gak habis pikir sama adek lo
kenapa bisa ngelakuin hal ini? Lo ikut andil di
masalah ini 'kan? kalo iya, tolong banget buat lo dan
adek lo kita ketemu di persidangan nanti."
"Tae, tolong dengerin penjelasan gue. Jangan
kaya gini, gue mau ngejelasin semuanya."
Taehyung berdiri, baru beberapa langkah dia
berjalan meninggalkan Jennie namun satu sosok
manusia gemas dengan dua plastik penuh yang ada di

158 My Time
tangannya berjalan masuk kedalam sekretariat.
Menatap Taehyung kebingungan.
"Loh kakak kok pergi? Ini go foodnya udah
nyampe loh. Kan mau makan, ayo duduk lagi."
Jungkook meletakkan dua plastik yang di genggam
tadi diatas meja, kemudian menarik tangan
Taehyung.
Jennie yang melihat kehadiran Jungkook
sontak kaget, tiba-tiba saja kepalanya pusing,
lututnya terasa lemas bahkan untuk berdiri dan
meninggalkan tempat itu saja dia tidak sanggup.
Semua isi pesan Jungkook tadi malam masih
menghantuinya.
Kehadiran Jungkook disini memang di sengaja,
jika bukan Seokjin yang memberitahunya mungkin
saja dia tidak akan tahu Jennie mengajak Taehyung
untuk bertemu.
"Kak Jennie kenapa? udah selesai ya
ngobrolnya?" Lalu Jungkook duduk di tempat
Taehyung tadi, di depan Jennie. Menatap remeh
lawan di depannya.

159 My Time
"Makan di tempat lain aja sayang." Taehyung
mendekat, kemudian mengusap pelan rambut
Jungkook. Dia sudah merasa muak melihat Jennie,
omongan-omongan sampah yang dia ucapkan cukup
membuat amarah Taehyung meninggi. Jika saja
Jennie bukan perempuan, mungkin saja wajah dan
tubuhnya sudah membiru dibuatnya.
"Gamau, tadi kan katanya mau makan disini
aja. Aku capek jalan kak."
Jennie begitu muak mendengar celotehan
pasangan di hadapannya saat ini, tetapi entah
bagaimana lututnya begitu lemas, dibawa berdiri saja
tidak kuat. Tiba-tiba saja ponselnya bergetar, gurat
wajahnya berubah menjadi merah dia menatap
Jungkook dengan tatapan tajam seperti iblis
kehausan. Tepat sekali, Jungkook dihadapannya saat
ini juga sedang menatapnya balik dengan ujung bibir
terangkat dan tatapan remeh.
"Kakak, aku boleh minta tolong gak?"
Jungkook meletakkan ponselnya diatas meja,

160 My Time
kemudian mendongak menatap Taehyung yang
masih berdiri dan asyik memainkan rambutnya.
"Boleh, mau minta tolong apa?" Tanya
Taehyung, dia semakin mengusap kasar rambut
suaminya. Tentu saja Jungkooknya saat ini terlihat
begitu gemas.
"Beliin susu kotak di kantin." Bibir Jungkook
merengut, semakin membuat Taehyung gemas
melihatnya. Bohong jika ada yang bilang Jungkooknya
adalah seorang pembunuh, buktinya wajah Jungkook
tidak bisa membohongi dirinya, begitulah pikir
Taehyung.
"Loh kan udah beli boba brown sugar, ndut."
Jungkook meraih telapak tangan Taehyung yang ada
di atas kepalanya, kemudian dengan sengaja
mengusapkan telapak tangan Taehyung pada pipi
gembilnya. Jungkook tahu betul jika saat ini Jennie
sedang kebakaran jenggot. Tapi Jungkook belum
merasa puas hanya dengan melakukan hal mudah
seperti ini.

161 My Time
"Aku juga mau minum susu, kak. Beliin ya, aku
tunggu disini."
Taehyung mengangguk, kemudian mengecup
singkat pucuk kepala Jungkook sebelum akhirnya dia
melangkah keluar dari ruang sekretariat itu.
Setelah kepergian Taehyung suasana terasa
mencekam, tiba-tiba saja Jungkook terkekeh.
Tangannya memainkan plastik yang ada didepannya.
"Jadi lo ngajak suami gue ketemu cuma buat
ceritain isi chat gue? Iya kak?" Jungkook
memejamkan matanya, menyandarkan tubuhnya
pada pembatas kursi yang disandari, kemudian
jemarinya menggusar rambutnya ke belakang.
Nampaknya jiwa iblis sudah menguasai dirinya.
"Kalo iya kenapa? Lo mau bunuh gue? Hahaha
lucu lo bajingan kecil. Tampang kayak lo gak mungkin
ngelakuin hal sekejam itu, anak manja kayak lo
ngelakuin hal itu mustahil banget."
Salahkan omongan Jennie jika Jungkook
melakukan hal macam-macam padanya saat ini,
amarah Jungkook meluap begitu saja, tangannya

162 My Time
merogoh benda kecil pada saku hoodie-nya,
kemudian badannya dicondongkan ke depan dan
semakin dekat dengan Jennie.
Tangannya sudah menggenggam benda kecil
itu, mendekatkannya pada wajah Jennie. Jungkook
memiringkan kepalanya, memindai wajah mulus
milik Jennie kemudian kekehan terdengar berat
darinya.
Satu deheman membuat bulu kuduk Jennie
merinding, takut jika Jungkook menekan benda itu
dan benda itu akan menancap pada wajah cantiknya.
"Jadi lo mau gue tekan pisau ini dan saat pisau
ini kebuka pipi lo bakal sobek. Oh iya, wajah mulus lo
ini kalo kena pisau gue, bakal membekas loh, kak."
Tubuh Jennie semakin terasa lemas, dia terus
berdoa dalam hati semoga ada seseorang yang masuk
kedalam sekretariat untuk melihat semua kejadian
ini. Minimal kehadiran Taehyung, supaya dia
mempercayai omongan Jennie tadi malam bahwa
suaminya itu adalah psikopat cilik.

163 My Time
"Kenapa diem? Takut ya? Atau mau minta
tolong? Kan lo yang sengaja bilang ke anak himpunan
buat gak masuk dulu kesini karena lo mau ngomong
berdua sama suami gue. Kak Jennie, semua rencana lo
udah kebaca. Ibaratnya lo baru nyemplung padahal
gue udah kapan taun basahnya. Lo telat jadi jahat,
kak."
Tangan Jungkook bergerak turun ke leher
Jennie, benda kecil yang bergesekan dengan kulitnya
itu terasa dingin bahkan tulangnya pun ikut ngilu
dibuatnya.
Jennie salah telah menilai Jungkook, dia
tertipu dengan wajah polos adik tingkatnya itu.
Nyatanya Jungkook tidak semanis wajahnya, karena
dibalik itu ada sosok iblis.
"Jungkook, jauhin benda itu dari gue." Napas
Jennie tercekat, tenggorokannya terasa kering,
bahkan untuk menelan ludah saja sangat terasa sakit.
"Oh mau di jauhin? Oke." Lalu Jungkook
menjauhkan benda itu kemudian memasukkannya
kembali kedalam hoodienya. Kembali duduk manis,

164 My Time
karena dirinya tahu Taehyung sudah berada didepan
pintu. Kembali bersikap normal dan menggemaskan
didepan suaminya.
"Ini susunya sayang."
Tiba-tiba saja Jennie tersedak, karena
napasnya terasa lega begitu saja. Dia berlari keluar
dari sekretariat dengan langkah gontai, karena
dirinya masih gemetaran karena Jungkook.
"Makasi kakak. Ayo makan."

Kafe itu begitu ramai penuh pengunjung,


bahkan para pekerjanya sampai kelabakan dibuatnya.
Memang kafe Taehyung selalu ramai apalagi
tempatnya yang strategis di tengah-tengah kota.
Suara tawa begitu riuh memenuhi ruangan
kafe, semakin larut kafe itu semakin ramai dengan
anak muda bahkan sampai orang tua yang sedang
asyik mengenang masa lalunya.

165 My Time
"Gimana tadi pas ketemu sama Jennie?" Tanya
Namjoon.
Malam ini tidak ada Yoongi, karena memang
dia beralasan ada halangan padahal nyatanya dia
hanya ingin bertemu dengan Jimin untuk
membicarakan masalah Taehyung dan Jungkook.
Taehyung hanya mengendikkan bahunya,
berharap Namjoon dan Seokjin paham dengan
jawaban yang dia berikan.
"Itu anak maunya apa sih? Kok aneh-aneh
banget." Namjoon hanya menggeleng, masih bingung
dengan maksud Jennie meminta Taehyung untuk
bertemu.
"Gue gak ngerti juga. Oh iya sayang," Sejenak
Taehyung menatap Jungkook yang berada
disampingnya. "Masalah Jennie dan adeknya itu mau
dibawa ke jalur hukum?" Tanya Taehyung.
Jungkook menggigit bibirnya pelan,
memikirkan setiap kata yang diucapkan Taehyung.
"Gak usah deh kak. Ambil jalan damai aja, aku
gak mau masalah ini jadi makin besar."

166 My Time
"Beneran gak apa-apa? Kalau kamu mau,
kakak siap bawa ke jalur hukum." Taehyung
menggenggam erat tangan Jungkook, mengelusnya
pelan dengan ibu jarinya.
Jungkook tersenyum, tangannya kembali
menggenggam tangan Taehyung dia menatap
Taehyung begitu dalam.
"Beneran. Aku mau damai aja."
Tiba-tiba saja ponsel Taehyung bergetar,
membuatnya terpaksa melepaskan genggamannya
pada tangan Jungkook. Kemudian dia merogoh
ponselnya, membuka pesan dari Jennie, matanya
membola melihat pesan yang baru saja dia dapat.
Jungkook yang menyadari perbedaan wajah
pada suaminya akhirnya meraih ponsel suaminya,
entah bagaimana amarahnya yang setenang air di
danau tiba-tiba berombak seperti air di laut. Dia
bahkan ikut terkejut, bagaimana bisa Jennie
mengirimkan Taehyung poto tubuhnya dengan
pakaian seksi yang bisa membuat laki-laki diluaran
sana meneteskan air liur.

167 My Time
"Kenapa Tae?" Tanya Seokjin yang ikut
menyadari perubahan diantara Taehyung dan
Jungkook.
Jungkook yang memegang ponsel Taehyung
akhirnya mengarahkan layar ponsel itu pada
Namjoon dan Seokjin, membuat keduanya
menggeleng tidak percaya.
"Sinting tuh orang." Seokjin berucap sinis.
"Nam, aku mau keluar sebentar ya. Mau ngajak
Koo jalan. Bosen di kafe ini, rame banget." Saut
Seokjin sambil menatap pacarnya– Namjoon.
Namjoon hanya mengangguk, karena paham
betul apa yang akan Seokjin lakukan setelah ini.
"Boleh gak Tae gue bawa Koo keluar bentar?
Gak lama kok."
Taehyung yang awalnya sedikit heran dengan
tindakan refleks Seokjin akhirnya menyetujui setelah
Jungkook menatapnya nanar. Mungkin Jungkook juga
ingin mencari udara segar, apalagi satu masalah tiba-
tiba saja datang disaat seperti ini, pikirnya.

168 My Time
"Boleh. Tapi jangan lama ya, udah jam segini
juga" Ucapnya menyetujui.
Jungkook mengangguk antusias, berjalan pergi
meninggalkan Taehyung dan Namjoon lalu
mengekori langkah Seokjin menuju parkiran dan
masuk ke dalam mobil Namjoon yang sengaja
digunakan.
Seokjin mengendarai mobil itu dengan
kecepatan tinggi, membelah lalu lintas malam yang
begitu dingin. Namun karena amarah dari keduanya
membuat suasana begitu panas.
Jungkook kembali teringat poto yang kirim
Jennie, sudut bibirnya terangkat bukankah Jungkook
sudah bilang bahwa dia bukanlah lawan yang
sepadan untuk Jennie tapi kenapa wanita itu terus
saja mencari masalah dengannya.
Langkah Jungkook begitu mantap memasuki
pekarangan rumah bertingkat dengan interior
mewah itu. Sebisa mungkin Jungkook mengontrol
emosinya, jika saja dirinya tidak bisa mengontrol

169 My Time
emosinya mungkin kafe milik suaminya tadi sudah
hancur tidak berbentuk.
Saat ini Jungkook sudah berada di depan pintu
rumah Jennie bersama anak buah ayahnya— Kim
Seokjin. Seseorang yang membantunya selama ini
mencari siapa pelaku yang telah berani macam-
macam padanya.
Taehyung tidak pernah tahu bahwa Kim
Seokjin— selaku sahabatnya adalah anak buah dari
ayahnya Jungkook, Taehyung pun tidak tahu Seokjin
dan Jungkook sedekat itu sampai-sampai Jungkook
berada bersama Seokjin disini— dirumah Jennie.
Dengan izin Seokjin berkedok membawa Jungkook
jalan-jalan padahal nyatanya membawanya kerumah
Kim Jennie, wanita brengsek yang berani-beraninya
mengirim foto tak senonoh pada suaminya.
Seokjin memencet bel pada tembok dekat
pintu itu, sesekali Seokjin menenangkan Jungkook
yang terus menghembuskan napas kasar miliknya.
Seokjin tidak bohong jika saat ini dia takut melihat
anak dari bosnya itu, karena sudah sejak lama dia

170 My Time
bekerjasama dengan ayah Jungkook oleh sebab itu
dia tahu apa dan bagaimana tindakan yang akan
dilakukan Jungkook selanjutnya.
Seokjin terus merapalkan beberapa harapan,
semoga saja Jungkook tidak berlaku aneh atau
bahkan sampai membunuh Jennie. Karena jika itu
terjadi maka Seokjin harus memikirkan matang-
matang bagaimana rencana selanjutnya untuk
menutupi kasus pembunuhan.
Dulu, awal pertama kali Seokjin menyetujui
kerjasama dengan ayah Jungkook dia sempat dibuat
bingung dengan tingkah Jungkook. Sejak Seokjin
mendengar Jungkook menjadi pelaku pembunuhan
sahabatnya sendiri dia terus menanamkan dalam
benaknya bahwa segala apa yang ada pada Jungkook
adalah manipulasi.
Jungkook pintar mengelabui lawannya,
bahkan dengan bantuan ayahnya sendiri dia bisa
terbebas dari jerat hukum yang seharusnya dia dapat
sejak dia masih duduk dibangku sekolah menengah
atas. Jungkook bisa memanipulasi keadaan dan

171 My Time
lawannya, karena memang banyak yang tertipu
bahwa Jungkook adalah lelaki yang polos hanya
karena wajah manisnya.
Lamunan Seokjin buyar begitu saja saat pintu
berwarna coklat keemasan itu terbuka lebar,
menampilkan lelaki dengan postur tubuh yang begitu
tinggi. Seokjin jelas mengenal lelaki itu— Kim Mingyu
satu-satunya adik dari Kim Jennie.
Mingyu yang melihat kedatangan Jungkook
luar biasa terkejut, bahkan napasnya saja terasa
tercekat, tenggorokannya saja tiba tiba terasa sakit
hanya karena melihat kedatangan bos kecil alias
seorang pembunuh dengan wajah manisnya yang
dulu sempat Mingyu gilai. Bohong jika Mingyu tidak
tertipu dengan wajah Jungkook dulu sebelum dia
mengetahui semua yang dilakukan oleh Jungkook.
Perlahan Mingyu mengatur napasnya,
kemudian tersenyum ke arah Jungkook.
"Kook, tumben main ke rumah gue? Ada hal
penting sampe bela-belain kesini?" Jujur saja rasanya
Mingyu ingin sekali berlari kedalam kamar kemudian

172 My Time
mengunci pintu kamarnya karena saat ini tubuhnya
gemetaran luar biasa, aura Jungkook malam ini terasa
mencekam bahkan pandangan Jungkook padanya
begitu dalam.
"Sebenernya gue gak punya urusan sama lo.
Gue cuma butuh kakak lo, Mingyu. Ada beberapa hal
yang harus gue selesain sama dia. Bukannya dari
awal gue udah kasih peringatan? Tapi kenapa kakak
lo masih aja berani cari masalah sama gue?—"
Jungkook menarik nafasnya, kemudian meng-
hembuskannya kasar.
"Dari dulu lo tau gue gimana, apapun yang
udah jadi milik gue gak boleh diganggu gugat." Tanpa
permisi Jungkook menerobos masuk kedalam rumah
Mingyu, sontak membuat Mingyu kalang kabut.
Sebisa mungkin Mingyu menahan Jungkook
tetapi nihil, Jungkook tetaplah Jungkook. Apapun
yang dia inginkan harus didapatkan.
Seokjin terus membuntuti langkah gusar
Jungkook, dia juga tidak bisa membiarkan Jungkook
melakukan hal-hal diluar nalarnya.

173 My Time
"Koo, inget ya kata ayah lo. Boleh ngelakuin
apapun tapi jangan sampai kejadian dulu terulang
lagi."
Jungkook menatap ruangan luas itu, jemarinya
menari diatas sofa berwarna merah maroon sebelum
akhirnya Jungkook menjatuhkan bokongnya diatas
sana.
"Kakak lo mana, Gyu?" Tanya Jungkook tanpa
menatap Mingyu yang saat ini masih berdiri.
"Kook please, jangan apa-apain kakak gue."
Tatapan Mingyu begitu memelas, memohon pada
Jungkook hanya untuk menyelamatkan kakaknya dari
marabahaya.
"Kenapa nyari gue?"
Seseorang yang tengah Jungkook cari akhirnya
muncul, untung saja. Niat awal ingin menghancurkan
rumah itu urung begitu saja karena kehadiran
seseorang yang Jungkook butuhkan.
"Ada yang mau gue omongin langsung sama
lo." Jungkook menatap Jennie yang berjalan

174 My Time
mendekatinya, kemudian duduk di sofa samping
tempat Jungkook duduk.
"Apa?"
Mingyu dan Seokjin akhirnya ikut bergabung
dalam suasana mencekam itu, masing-masing duduk
dengan orang yang dipercaya.
Jungkook mencondongkan tubuhnya, kedua
tangannya berada diatas paha sebagai tumpuan.
Entah bagaimana bisa saat ini Jungkook yang kecil
bisa terlihat begitu besar, bahkan Mingyu yang sedari
tadi khawatir dengan kakaknya semakin tak tenang
dibuatnya. Nyalinya begitu ciut saat ada di posisi ini.
"Jadi gini, ada beberapa hal yang mau gue
perjelas disini. Gue cuma mau disaat gue nanya lo
harus jawab semuanya dengan jujur." Tegas
Jungkook dengan wajah datarnya.
Jennie hanya mengangguk remeh, membuat
amarah Jungkook meninggi. Untung saja Seokjin tahu
cara menenangkan Jungkook agar tidak mudah
terpancing.

175 My Time
"Apa maksud lo kirim foto gak jelas itu ke
suami gue?"
"Oh itu? lo liat? Ya gapapa sih. Cuma iseng
doang, gue juga tau kalo Taehyung suka. Hal yang
wajar, siapa sih yang bakal nolak kalau dikasih
begituan?"
Jungkook terkekeh, tangannya mengepal.
Punggungnya terlihat naik turun karena menahan
amarahnya sendiri.
"Murahan. Lo seobsesi itu sama suami gue?
Apa lo gak laku sampe ngasih foto tubuh lo sama
suami gue? Lo tau apa yang lo lakuin ini salah?"
Jennie menyandarkan tubuhnya pada
sandaran sofa, mengangguk paham atas apa yang
diucapkan Jungkook padanya.
"Gue tau apa yang gue lakuin. Gue cuma mau
Taehyung. Lo bocah gila mending pergi dari hidup
Taehyung sebelum gue ngelakuin hal-hal aneh ke lo."
Seokjin yang mendengar ucapan Jennie hanya
mengusap kasar wajahnya, tamat riwayatnya jika
Jungkook sudah mengamuk. Bukankah Seokjin sudah

176 My Time
memberitahu Mingyu untuk mencari titik aman? Tapi
kenapa Jennie masih saja mencari masalah dengan
anak berhati iblis seperti Jungkook.
"Kak Jen, udah. Lo gausah ngomong kaya gitu,
please." Mingyu mencoba untuk menghentikan
omongan-omongan Jennie yang bisa membuat
umurnya semakin mendekati ajal.
"Lo kenapa sih, Gyu? Takut? Ngapain takut
sama bocah ingusan yang cuma bisa ngancem pakai
benda tajam? Cupu tau gak."
Mingyu semakin dibuat takut, karena saat ini
Jungkook hanya terdiam. Tidak ada reaksi yang
ditunjukkan saat ini.
"Kook maafin omongan kakak gue. Gue janji
kejadian ini gak bakal keulang lagi." Mingyu menatap
Jungkook, tampang memelas Mingyu bahkan tidak
ada gunanya untuk Jungkook.
Memang sedari tadi dia hanya diam, tetapi
jangan salahkan dia jika setelah ini Jungkook akan
menghilangkan satu nyawa.

177 My Time
"Gyu, udah. Lo ngapain sih mohon-mohon
sama bajingan kec—" Ucapan Jennie terhenti, saat
sebuah pistol menempel pada pelipisnya.
Detak jantungnya tiba-tiba saja berhenti,
semua pergerakan berhenti begitu saja. Bahkan
untuk bernapas saja dadanya terasa sesak.
"Lo mau gue tarik pelatuk ini? Dan boom
kepala lo bakal pecah. Udah gue bilang kan dari awal
kalo gue nanya lo cuma perlu jawab jujur."
"Kook, please. Jangan apa-apain kakak gue."
"Lo berhenti disitu atau kepala kakak lo bakal
pecah?"
Akhirnya, Mingyu terdiam. Tidak berani
berkata apalagi untuk bergerak barang sedikit pun.
Detak jantungnya bahkan terdengar jelas di telinga
Jungkook.
"T–turunin s–senjata lo." Suara Jennie
terputus-putus karena pernapasannya terasa kacau.
"Apa gue bakal turutin? Sayangnya
permintaan lo gak gue turutin, kak Jennie."
"Kook, please."

178 My Time
"Diem!!" Jungkook berteriak pada Mingyu.
Jungkook menarik pelatuk itu pelan, membuat Jennie
gemetaran luar biasa.
"Dari awal gue udah bilang. Jangan main-main
sama gue. Lo bahkan belum puas udah ngebunuh
anak gue?! Lo pernah gak ngerasain kehilangan
sesuatu yang udah lo tungguin dari lama?! Lo tau
gimana terpukulnya gue saat kehilangan anak yang
udah gue nanti dari lama?! Lo bangsat banget, kalau
aja setelah lo ngebunuh anak gue lo gak ganggu gue
lagi mungkin aja gue bisa maafin lo. Tapi makin kesini
tingkah laku lo makin mirip iblis. Lo bahkan rela
ngelakuin semuanya buat ngedapetin suami gue!!
Harusnya lo bisa mikir apa yang bakal lo dapet
setelah ngelakuin semuanya. Harusnya dari jauh-jauh
hari lo mikirin semua kemungkinan- kemungkinan
yang bakal lo dapet. Dan sekarang lo gak gue izinin
buat ngejelasin semuanya, karena waktu yang gue
kasih buat lo, lo sia-siain gitu aja."

179 My Time
Jennie hanya memejamkan matanya, tubuhnya
semakin bergetar hebat. Keringat dingin terus
bercucuran dari tubuhnya.
"Gue cuma ngijinin lo ngucapin kata selamat
tinggal."
"Kook.."
"Diem brengsek."
"Please…"
DOR!!!
Jungkook tertawa begitu keras. Menyaksikan
ekspresi memuaskan dari lawannya. Jungkook
senang membuat lawannya ketakutan seperti ini.
Guci yang terbuat dari keramik itu pecah begitu saja
karena tembakannya, pecahannya berserakan
dimana-mana. Jungkook tidak akan membunuh
Jennie dalam waktu dekat ini. Karena dia pikir
sekarang bukan waktu tepat untuk mengotori
tangannya dengan baluran darah.
"Gue cuma mau lo jauhin kehidupan gue dan
suami gue. Kalo gak, gue gak akan kasih kesempatan
lagi. Inget, nyawa dibalas dengan nyawa. Sekarang lo

180 My Time
lagi ngebuat kesepakatan sama anak iblis, nyawa lo
udah jadi taruhannya. Sekali buat kesalahan nyawa lo
bakal melayang gitu aja. Sekarang lo lebih milih,
nyawa lo sendiri atau obsesi lo sama suami gue?"
"Gue sayang Taehyung, sekalipun gue harus
main-main dengan anak iblis kayak lo
Jungkook." Batin Jennie.
Mingyu mengejar Jungkook dan Seokjin yang
akan meninggalkan rumahnya. Menarik lengan
Jungkook pelan.
"Kook, makasi karena lo masih berbaik hati
gak apa-apain kakak gue."
Jungkook menepis pelan tangan Mingyu yang
ada dilengannya, "Gue gak sebaik itu cuma karena
gak jadi nembak kakak lo. Harusnya dari kejadian ini
kakak lo bisa ngerti maksud gue apa. Gue dulu emang
jahat, dengan gampang ngebunuh orang tapi
sekarang sebisa mungkin gue gak mau ngelakuin itu
lagi." Jungkook mengatur napasnya.
"Tapi kalau kakak lo masih cari masalah, lo
gak boleh salahin gue. Yang lo salahin buat semua ini

181 My Time
itu kakak lo sendiri, sekarang gue emang gak
ngelakuin apa-apa tapi gue gak tau besok, lusa atau
kapanpun itu gue bakal ngulangin kejadian beberapa
tahun lalu. Sekarang, dari pada lo pusing mikirin
kelakuan gue dulu mending lo urusin kakak lo."
Kata terakhir Jungkook menjadi penutup
malam itu. Tanda paham Mingyu hanya dibalas
anggukan dan dia sudah berjanji akan mengikuti
apapun yang Jungkook katakan.

182 My Time
Pesan Jimin

WHATSAPP
Jimin

Gue cuma mau ngasih tau lo,


Kalau Jungkook itu pembunuh.
Dulu waktu masih SMA dia ngebunuh–
sahabatnya sendiri.
Masalahnya sepele cuma karena ngerebut
posisi juara orang dia sampe ngebunuh
sahabatnya sendiri.
Semoga lo cepat sadar, gue sayang lo.

Jim, Kalo lo tau Jungkook kaya gitu kenapa


dulu lo ga berentiin gue?

Sorry tae, gue gak maksud nyembunyiin semuanya.


Gue takut sama Jungkook,
gue takut jadi korban dia, lo harus hati hati

183 My Time
Kalau bisa lo cere sama dia, gue gak mau lo
kenapa-kenapa. Dia psikopat.
[Read]

Pesan dari Jimin mengubah atmosfer pagi itu,


awal semula semuanya manis-manis saja berubah
menjadi pikiran rumit. Jungkook yang masih
membereskan barang-barang yang akan dibawa ke
rumah ayah tiba-tiba saja menyadari bahwa
Taehyung tiba-tiba saja terdiam.
"Kak kenapa?" Tanya Jungkook, dia memegang
lengan Taehyung berharap mendapat jawaban dari
Taehyung. Namun Taehyung yang sudah di
ambang badmood menepis pelan tangan Jungkook
yang mengait lengannya.
Taehyung masih fokus pada ponselnya, dia
mencari kontak Ayah mertuanya mencoba
menanyakan tentang masa lalu Jungkook. Dia tidak
mudah percaya jika tidak ada bukti yang bisa dia
lihat.

184 My Time
Ayah mertuanya semakin membuatnya
berpikir, dia sama sekali tidak menjawab pertanyaan
Taehyung malah menyuruhnya untuk cepat-cepat
datang kerumah.
Dengan berat hati, langkahnya melebar
memasuki mobil dan diikuti Jungkook yang masih
bertanya-tanya mengenai perubahan Taehyung pagi
ini.
Ditengah perjalanan, Taehyung dan Jungkook
bahkan sama sekali tidak membuka suara. Jungkook
bingung dengan Taehyung pagi ini, padahal saat
bangun tadi suasananya masih seperti biasa. Kenapa
tiba-tiba sekarang Taehyung begitu dingin dan kaku.
Jungkook menyandarkan tubuhnya, menatap
Taehyung dari ekor matanya. Dia terus memikirkan
apakah pagi ini dia sudah membuat kesalahan
sampai-sampai Taehyung seperti ini.
Entahlah, Jungkook mencoba membuang
semua pikiran-pikiran aneh yang memenuhi otaknya.
Laju mobil Taehyung melambat saat dia mulai
memasuki pekarangan rumah yang begitu luas,

185 My Time
bahkan untuk berjalan kaki disana bisa membuat
kakinya pegal.
Terlihat laki-laki paruh baya sedang duduk di
bangku depan pintu masuk, menantikan buah hati
kesayangannya yang telah dia rindukan sejak lama.
Sudah jarang dia bertemu dengan Jungkook setelah
Jungkook menikah dengan Taehyung karena memang
kebanyakan Jungkook fokus dengan rumah
tangganya.
Taehyung mematikan mesin mobilnya,
kemudian keluar dari mobil. Masih dengan posisi
diam tidak berbicara dengan Jungkook.
Jungkook hanya merengut kesal, hampa sekali
jika Taehyung diam seperti ini. Kenapa Taehyung
tidak memberitahunya kalau dia memang memiliki
salah. Setidaknya Jungkook bisa meminta maaf
padanya. Lalu Jungkook membuka pintu mobil dan
keluar mengikuti Taehyung dari belakang.
Taehyung memberi salam pada Ayah
mertuanya, memeluk erat sebelum akhirnya di
persilahkan duduk. Sedangkan Jungkook berlari kecil,

186 My Time
langsung merengkuh tubuh Ayahnya. Dia begitu
rindu dengan Ayahnya.
"Ayah kangen Koo."
Lelaki paruh baya itu mengelus punggung
anaknya lembut, anak semata wayang yang dia
sayangi lebih dari dirinya sendiri.
"Koo juga kangen Ayah." Kemudian pelukan
itu berakhir, Jungkook menatap Taehyung yang
sedang duduk dan benar saja Taehyung kembali
memutuskan kontak pandangan keduanya.
Jungkook benar-benar tidak mengerti dengan
Taehyung, Jungkook kesal dia tidak ingin mood-nya
rusak begitu saja karena kesalahan yang bahkan dia
tidak tahu apa.
"Duduk di dalem aja ya. Ayah udah suruh
kepala chef buat masakin kalian makanan enak. Jadi
ayo kita makan dulu."
Taehyung dan Jungkook hanya mengangguk,
lalu mengikuti sang Ayah masuk kedalam rumah
mewah itu.

187 My Time
Hingga sampai akhirnya mereka semua selesai
makan pun, Taehyung masih mendiamkan Jungkook.
Pikiran Jungkook mulai berlari kemana-mana,
memikirkan hal sekecil dan sesepele apapun yang dia
lakukan pagi ini. Tapi memang benar, tidak ada hal
aneh yang dia lakukan.
"Kalian mau istirahat dulu atau gimana?
Kamar Koo udah dibersihkan, jadi bisa ditempati
lagi." Ucap Ayah, menatap Jungkook dan Taehyung.
"Taehyung mau ngomong sama Ayah dulu,
istirahatnya bisa nanti aja." Taehyung dengan cepat
menyambar omongan mertuanya dan mertuanya pun
hanya mengangguk.
"Yasudah, Koo istirahat dulu sana. Muka kamu
keliatan capek banget, nanti Taehyung nyusul." Mood
Jungkook yang sudah rusak sedari tadi membuatnya
malas dengan Taehyung sehingga dia hanya
mengangguk kemudian berjalan ke arah kamarnya
dulu.

188 My Time
Taehyung menatap punggung Jungkook,
pandangannya tidak teralihkan sampai dimana
Jungkook hilang dibalik pintu kamarnya.
"Sayang banget sama anak Ayah?"
Taehyung menoleh mertuanya, kemudian
tersenyum.
"Sayang. Kalau Taehyung gak sayang, gak
mungkin Taehyung nikahin Koo."
Ayah mertuanya hanya mengangguk pelan,
kemudian menatap Taehyung.
"Walaupun Koo sama kayak apa yang kamu
dengar tadi pagi?"
Taehyung terdiam, dia tertunduk dalam.
Menghembuskan napasnya kasar, "Gak tau." Ucap
Taehyung singkat.
"Kenapa?"
"Taehyung gak tau harus percaya sama siapa."
"Kamu masih bingung, makanya kamu
nyuekin Koo kayak tadi?"
"Emangnya keliatan ya, yah?"

189 My Time
Taehyung menggaruk tengkuknya yang tidak
gatal, total bingung dengan dirinya.
"Keliatan. Koo juga sampe badmood gitu.
Emangnya kamu gak sadar?"
"Taehyung bingung banget, disatu sisi orang
yang nyeritain semuanya ke Taehyung itu temen
deketnya Koo. Taehyung bingung harus percaya sama
omongannya karena dia deket sama Koo atau harus
gak percaya karena Taehyung mau denger semua
penjelasan dari Koo. Jadi sekarang Taehyung cuma
mau denger semuanya dari Ayah."
Mertuanya tertawa, kemudian menepuk pelan
punggung Taehyung.
"Kalau ayah bilang semuanya bener, apa
keputusan kamu selanjutnya?"
Dada Taehyung terasa sesak, jika memang
semuanya itu benar keputusan apa yang selanjutnya
akan diambil belum dia pikir matang-matang.
Pikirannya saja masih kacau setelah mengetahui
semuanya.
"Gak tau. Taehyung bingung."

190 My Time
"Koo memang pernah melakukan satu
kesalahan dulu. Koo itu paling gak suka apa yang
udah jadi miliknya diambil sama orang lain. Sama
halnya dulu salah satu sahabatnya ngambil peringkat
dan maaf Koo membunuhnya."
Berbagai macam serangan terasa menusuk
hati Taehyung, kenapa tak ada yang menceritakan ini
semua padanya. Kenapa dia harus menjadi orang
bodoh dengan ketidaktahuan yang dia miliki.
Dia hanya terdiam, mencerna setiap kata yang
keluar dari bibir mertuanya. Total bingung dengan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.
"Dulu Koo sering di siksa sama Ibu tirinya,
dari dia kecil. Karena Ibunya meninggal pas
ngelahirin dia dan Ayah memutuskan buat nikah lagi.
Tapi Ayah terlalu sibuk bekerja, Ayah sampe gak tau
perkembangannya setiap hari. Ayah terlalu fokus
sama kerjaan, sampai dimana Ayah ngeliat sendiri
Koo di siksa, di pukul sampai dimana Ibu tirinya
ngelukain pipi sebelah kirinya pakai pisau tajam.
Disana ayah bener-bener ngerasa jadi orang tua yang

191 My Time
gagal sampai gak tau anaknya sendiri di siksa, dari
sana Koo mulai menutup diri, lebih suka menyendiri."
Ayah mertuanya menarik nafas panjang.
"Tapi setelah dia ngenal kamu, Koo berubah
drastis dia udah mulai banyak senyum dan banyak
ketawa. Ayah seneng banget ngeliat dia bisa berubah
kayak gini. Jadi Ayah minta tolong sama kamu, jangan
sakitin Koo, Ayah cuma punya dia sekarang. Ayah gak
mau Koo yang dulu balik lagi."
Taehyung memijat pelipisnya, nafasnya
semakin terasa tercekat. Permohonan Ayah
mertuanya begitu berat setelah mengetahui fakta
tentang Jungkook.
"Yah, Koo udah dibawa ke psikiater?"
"Udah, tapi memang cuma kamu yang bisa
nyembuhin dia. Orang yang dia cinta, kamu satu-
satunya Taehyung."
"Taehyung gak bisa sama Koo."
Tanpa Taehyung ketahui, Jungkook
mendengar semua percakapannya dengan ayahnya di
balik pintu kamarnya.

192 My Time
Jungkook kembali menutup pintunya rapat,
bersandar di balik pintu. Hatinya begitu nyeri dan
sakit seperti ditusuk ribuan jarum. Ketika orang yang
paling dicintai tidak lagi bisa mempercayainya lagi
hanya karena masa lalu yang tidak sengaja diperbuat
menjadi boomerang dimasa depannya.
Dia duduk menutupi wajahnya dengan kedua
lengan yang dia tekukkan diatas lutut, menangis
sekencang-kencangnya. 'Taehyung gak bisa sama
Koo' kata itu kembali teriang, mengingat beberapa
tahun lalu saat Taehyung menautkan benda kecil
yang melingkar di jari manisnya. Dia menolak lupa
saat Taehyung mengucapkan janji sehidup semati
dan akan menerima Jungkook apa adanya, bukan
seperti ini.
Tidak ada lagi yang Jungkook harapkan lagi,
dia juga tidak bisa menentang Taehyung karena
perbuatannya dahulu. Mungkin, mungkin jika
Taehyung yang mempunyai masa lalu seperti dirinya
dia pun belum tentu bisa menerimanya.

193 My Time
Dalam relung hatinya, hanya Taehyunglah
satu-satunya alasan dia bertahan. Taehyunglah yang
merubahnya menjadi seperti ini, menjadi Jungkook
yang sedikit demi sedikit terbuka dengan dunia luar.
Taehyunglah yang membuat rasa sedih dan
penderitaan yang dia alami dulu menjadi sebuah
pelangi. Dan Taheyunglah yang dapat membantunya
melupakan masa lalu pahitnya. Tapi bagaimana
dengan sekarang? Bukankah Taehyunglah yang
kembali menyeretnya pada masa lalu pahit itu?
Jika semuanya sudah seperti ini dimanakah
dia akan mengadu? Jika bukan Seokjin. Satu-satunya
yang dapat dipercaya selain Ayahnya dan Taehyung.
Seokjin- seseorang yang ayahnya pekerjakan untuk
membantunya. Sejak dulu Seokjin sudah terlalu dekat
dengan Jungkook, sehingga dia tidak mau ada yang
menyakiti Jungkook. Bahkan dia pernah berkata Jika
nyawanya menjadi taruhannya pun tidak apa-apa.
Tetapi harus kembali ditekankan bahwa
Jungkook bukanlah orang yang gampang menghabisi
nyawanya sendiri. Dia tidak sedepresi itu untuk

194 My Time
mengakhiri hidupnya. Dia adalah orang yang tidak
pernah mau apa yang menjadi miliknya direbut oleh
orang lain.

195 My Time
Video Tersebar

Sudah satu minggu Taehyung tidak pernah


bertukar tawa dengan Jungkook bahkan hanya
mengobrol saja itu tidak pernah terjadi semenjak saat
itu. Taehyung masih belum bisa menerima kenyataan
bahwa Jungkook, suaminya pernah menjadi
pembunuh di masa lalu.
Satu minggu ini, Taehyung maupun Jungkook
bingung dengan keadaan, bingung harus
mempertahankan atau bingung untuk melepaskan.
Bahkan Jungkook sampai merasa tidak enak badan
karena terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini, tapi
Taehyung tetap tidak memperdulikannya. Taehyung
yang sekarang tidak sama dengan Taehyung satu
minggu yang lalu, piker Jungkook.
Pagi ini tubuh Jungkook total melemah,
bahkan untuk bangun dari tempat tidur saja dia tidak
sanggup. Perutnya terasa berguncang mengakibatkan

196 My Time
rasa mual yang berlebihan, kepalanya pusing serasa
dunia sedang berputar memainkannya.
Dia sedikit terlonjak kaget saat pintu
kamarnya terbuka, matanya berair bukan karena dia
menangis tetapi dia terlalu merindukan seseorang
yang berada di depannya saat ini. Taehyung, Kim
Taehyung poros hidupnya.
Entah apa yang membuat Taehyung bisa
masuk kedalam kamar itu membuat Jungkook sedikit
lega, setidaknya satu minggu tidak tidur dan di urus
oleh Taehyung membuatnya kembali berharap
Taehyung memang masih mencintainya walaupun
fakta pahit tentang dirinya sudah Taehyung ketahui.
“Koo. Kakak mau ngomong.”
Nada bicara Taehyung tiba-tiba berbeda,
membuat hati Jungkook kembali berdesir sakit.
Taehyung masih mempertahankan posisinya berdiri
di ujung ranjang memandang Jungkook dengan
tatapan datar.
“Kenapa kak?” Tanyanya.
“Video kak Bogum sama Jennie, kamu tau?”

197 My Time
Jungkook sejenak terdiam, dia bahkan sempat
lupa dengan rencananya satu minggu lalu setelah
menyuruh Seokjin untuk membereskan semua
sampah yang mengotori rumah tangganya.
Dia menghela napas singkat, kemudian
menghembuskannya kasar. Perutnya semakin terasa
mual karena pertanyaan Taehyung dan kenapa tiba-
tiba Taehyung langsung menanyakan masalah itu
padanya? Apa wajah Jungkook sudah mirip dengan
penjahat walaupun dibalik video yang tersebar itu
memang ada dia dibaliknya.
“Maksud kakak?”
“Kakak cuma mau jawaban kamu. Iya atau
gak?”
Jungkook menggigit bibir bawahnya, takut jika
jujur tapi dia juga takut jika tidak jujur. Takut dengan
beberapa kemungkinan yang akan didapat nanti.
“Kalau emang aku yang ngelakuin itu,
kenapa?”
Dengan berat hati Jungkook harus terpaksa
berkata jujur, dia lebih memilih dibenci karena

198 My Time
sebuah kejujuran daripada bahagia namun dilandasi
kebohongan.
“Kenapa di sebar? Buat apa? Kakak malu, kak
Bogum malu dan pasti mama juga malu, Koo.”
Taehyung mengusap kasar wajahnya,
rahangnya mengeras.
“Kakak masih mikirin kak Bogum? Kakak gak
mikirin aku? Kakak gak mikirin gimana perasaan
aku?” Jungkook menanyakan semua kepastian
dengan hatinya yang berdenyut ngilu. “Kak, mereka
semua yang udah ngelakuin ini. Mereka yang udah
bunuh anak aku. Aku harus kehilangan anak yang
selama ini aku tunggu-tunggu, tapi karena rencana
busuk mereka aku jadi kehilangan anak aku.” Nada
suara itu semakin meninggi, membuat ruangan itu
terasa mencengkram.
“Tapi kakak gak suka kamu kayak gini.”
Timpal Taehyung.
“Kakak mau aku kayak gimana? Diem gitu aja?
Diem disaat mereka terus-terusan ngehancurin
harapan dan kebahagiaan aku? Apa aku harus terus-

199 My Time
terusan mikirin perasaan mereka? Kapan kakak bakal
mikirin perasaan aku? Setelah semuanya selesai?”
Kepala Jungkook semakin berputar, mau tidak mau
dia harus terpaksa menyelesaikan semua ucapannya.
“Udah satu minggu kakak diemin aku, apa
kakak tau kalau aku sakit? Apa kakak peduli gimana
keadaan aku? Aku makan sendiri, aku minum sendiri,
aku muntah sendiri, aku minum obat sendiri. Gak ada
yang negarawat aku. Dimana kakak? Bahkan kakak
gak peduli sama aku, kalau bukan karena masalah ini
mungkin kakak gak pernah masuk kedalam kamar ini
kecuali cuma buat ngambil baju. Kalau kakak marah,
bentak aku, marahin aku tapi jangan diem kayak gini.
Aku gak bisa terus-terusan didiemin.” Jungkook
mengatur napasnya, tenggorokannya terasa tercekat.
Semua rasa yang sudah tercampur di dalam dirinya
sudah dia katakan di depan Taehyung.
“Kamu mau pulang dulu gak kerumah ayah?”
Detak jantung Jungkook terasa berhenti begitu
saja, bahkan kepalanya yang pusing tiba-tiba lenyap

200 My Time
setelah mendengar ucapan Taehyung yang
menyesakkan.
“Kak aku gak mau. Aku mau tetap disini.”
Jungkook berteriak, tidak mengerti dengan maksud
Taehyung. Bagaimana bisa dia meninggalkan
Taehyung sendirian di rumah, bagaimana dia bisa
menyelesaikan masalahnya jika salah satu diantara
mereka pergi meninggalkan rumah. Dan apa-apaan
yang telah Taehyung lakukan ini?
“Pulang ya, nurut sama kakak. Satu minggu
lagi kakak jemput. Sekarang beresin baju-baju yang
mau kamu bawa, kakak tunggu di bawah.”
Jungkook bangkit dari posisi tidurnya,
merangkak diatas kasur untuk meraih lengan
Taehyung yang akan keluar dari kamarnya.
“Kak, gak mau.”
Taehyung menepis lembut tangan Jungkook,
mengelus pelan poni Jungkook yang basah karena
keringat. “Nurut ya sama kakak, please.”
Maka, Taehyung keluar dari kamarnya
meninggalkan Jungkook dengan tangisnya yang

201 My Time
mengaung. Taehyung mempunyai alasan yang kuat
untuk membawa Jungkook pulang kerumah Ayah
mertuanya, bukan lain karena ingin melindungi
Jungkook dari serangan balik Bogum dan Jennie.
Bohong jika Taehyung tidak mengerti arah
omongan yang Jungkook ucapkan tadi. Dia mengenal
betul bagaimana sifat dan karakter kakaknya itu,
bagaimana Bogum menyukai Jungkook sejak dulu.
Maka dengan berat hati Taehyung memang harus
melakukan cara ini untuk menyelamatkan Jungkook.
Taehyung memijat pangkal hidungnya,
bingung setengah mampus dengan masalah yang
menimpa keluarganya ini. Entah harus memikirkan
siapa. Dia benar-benar pusing.
Pandangannya teralihkan saat mendengar
hentakan kasar dari sepatu Jungkook yang
bergesekan dengan lantai. Taehyung menatap
Jungkook yang saat ini berpenampilan lusuh, mata
sembab, muka bantal dan dengan koper kecil yang
dia tenteng di tangannya.

202 My Time
Jungkook menuruni anak tangga itu dengan
perlahan, kepalanya semakin terasa pusing. Masih
bertanya-tanya alasan Taehyung menyuruhnya untuk
pulang kerumah Ayah padahal dirinya sama sekali
tidak mau melakukan itu.
Dia melangkah menghampiri Taehyung,
berjalan pelan dengan menarik koper berisi
pakaiannya untuk satu minggu kedepan.
”Udah siap? Udah bawa baju banyak?”
Jungkook menggeleng lemah, kemudian
memeluk tubuh suaminya, menangis kencang di dada
Taehyung.
“Aku gak mau pulang. Aku mau disini sama
kakak. Jangan suruh aku buat ninggalin kakak.”
Isakan Jungkook membuat hati Taehyung terasa
ngilu, jeritan sakit yang Jungkook ucapkan begitu
terasa tiap kata yang keluar dari bibirnya.
“Kak, aku mau sama kakak. Gak mau ditinggal.
Aku mau disini— kak.” Taehyung masih terdiam,
tidak membalas pelukan yang Jungkook berikan
padanya.

203 My Time
Jungkook mulai terbata karena sudah tidak
mampu menahan semuanya, dia benci keadaan
seperti ini. Dia benci dengan Taehyung yang terus
diam padanya. Dia rindu dengan suaminya yang
selalu memperhatikan hal sekecil apapun pada
dirinya.
Dia semakin mengeratkan pelukannya,
menggeleng dalam pelukan, terus menolak supaya
Taehyung membatalkan niatnya untuk membawanya
pergi dari rumahnya. Jungkook tidak bisa
meninggalkan bahagianya. Apa mungkin setelah
meninggalkan rumah, Taehyung akan kembali seperti
biasa? kalau memang iya Jungkook siap
melakukannya asal cintanya kembali dengan semula.
“Koo … Please.”
Jemari Jungkook mengerat pada punggung
lebar Taehyung, memukul kecil punggung suaminya.
Masih bersikeras menolak semua kemauan
Taehyung.
“Gak mau kak. Gak mau.”

204 My Time
Tanpa mengindahkan penolakan Jungkook,
Taehyung langsung melepaskan pelukan itu
kemudian meraih koper yang ada di samping tubuh
Jungkook, menyeretnya keluar dan memasukkannya
ke dalam bagasi mobil miliknya.
Jungkook masih disana, mematung tidak ada
gerakan. Dadanya semakin terasa sakit, bahkan air
matanya terasa mengering begitu saja. Tubuhnya
gemetar setelah mendapatkan perlakuan seperti ini,
pikiran-pikiran tidak masuk akal terus berputar
dalam benaknya.
Apa Taehyung sudah tidak mencintainya?
Kata-kata itu menjadi beban pikirannya,
dengan langkah terpaksa dia harus berjalan menemui
Taehyung yang sudah menunggunya di dalam mobil.
Taehyung menyalakan mesin mobilnya,
menancapkan gas untuk menjalankan kendaraannya.
Pandangan Jungkook menghadap ke arah jendela
menikmati hujan yang baru saja membasahi bumi,
cuaca saja mendukung isi hatinya. Dia masih tidak

205 My Time
ingin menatap Taehyung karena jujur saja dia kesal
dengannya.
Seharusnya Taehyung memberikan beberapa
alasan untuk membuat suasana dan perasaan
Jungkook tidak runyam seperti ini. Taehyung terus
mengacuhkan isakan Jungkook. Dia masih sibuk
menghapus kasar air mata yang terus menetes
dengan punggung tangannya.
“Pake tisunya.”
Jungkook tidak mengindahkan saran dari
Taehyung, dia masih tidak ingin menatap Taehyung,
tenggorokannya semakin terasa sakit karena
menahan tangisannya.
“Kakak lakuin ini buat kamu. Kakak gak mau
kamu kenapa-kenapa.”
Tangis Jungkook pecah, bahkan dia sampai
tersedak dengan air matanya sendiri. Menangis keras
seperti orang gila di depan suaminya. Dia memang
tidak mau meninggalkan Taehyung sendiri.
Bagaimana jika Taehyung terbiasa dengan
ketidakadaan Jungkook di sampingnya?

206 My Time
“Stt … udahan ya nangisnya. Satu minggu aja,
kakak cuma mau nyelesain semua masalah.”
Jungkook menggeleng cepat, menghapus
cairan yang terus keluar dari hidungnya.
“Gak mau. P-pokoknya aku gak mau pulang.”
Taehyung menahan sakit mendengar tangis
Jungkook yang begitu perih mengiris relung hatinya.
Dia pun berat melepas Jungkook untuk beberapa
waktu, hanya saja keadaan tidak memungkinkan
untuk Jungkook berada disampingnya.
Banyak kemungkinan yang Taehyung pikirkan
jika Jungkook bersamanya, bisa saja Bogum
merencanakan sesuatu yang dapat menyakiti
Jungkook. Itu salah satu alasan mengapa Taehyung
mau Jungkook pulang untuk sementara waktu.
“Koo, nurut ya.”
Ucapan Taehyung itu membuat Jungkook
semakin meraung dalam tangisnya. Tangan Taehyung
terangkat mengelus pipi gembil Jungkook, mencoba
menenangkan suaminya.

207 My Time
Tangis Jungkook perlahan-lahan mulai
mereda, dia cukup merasa tenang dengan elusan
tangan Taehyung pada wajahnya. Dia merindukan
sentuhan dan perhatian Taehyung padanya.

“Ayah, Taehyung titip Koo ya. Taehyung belom


tau mau jemput Koo kapan. Taehyung juga mau
nenangin diri, mau cari jalan keluar buat masalah ini.”
Mertuanya tersenyum, menepuk bahu
Taehyung dengan tegas.
“Gak apa-apa. Ayah ngerti kok, mungkin kamu
masih kaget setelah tau semuanya. Kalau kamu udah
gak bisa buat jagain anak Ayah, kamu bisa pulangin
dia ke Ayah buat selamanya, Taehyung.”
Taehyung hanya tersenyum kemudian pamit
untuk pergi meninggalkan rumah mertuanya dengan
Jungkook yang sudah tertidur lelap di kamarnya
karena memang dia masih tidak enak badan.

208 My Time
Tujuan Taehyung selanjutnya bertemu dengan
Bogum, membuat janji untuk bertemu di sebuah kafe
dua jam yang lalu. Taehyung membelah lalu lintas
kota dengan kecepatan sedang, dia berharap masalah
ini cepat berlalu.
Jarak kafe tempat dia membuat janji dengan
Bogum tidak begitu jauh dari letak rumah Ayah
mertuanya, dengan cepat dia memasuki kafe itu.
Wajah Bogum mengeras saat melihat
kedatangan Taehyung, sengaja tidak minta bertemu
di rumah takut jika sang mama tahu hubungan
keduanya sedang tidak baik-baik saja.
Taehyung mendekat kemudian duduk di
depan Bogum, menatapnya dengan tatapan datar.
Sudah terlanjur muak melihat wajah Bogum.
"Lo mau ngomong apa?" Taehyung membuka
suara, tidak butuh waktu lama untuk basa-basi hal
yang tidak penting.
"Bangsat. Udah puas lo? Udah puas lo bikin
gue hancur? Udah puas lo bikin keluarga malu?"

209 My Time
Ucapan Bogum membuat bulu kuduk
Taehyung meremang, bukan takut hanya saja dia
sampai terheran-heran dengan ucapan Bogum.
Bukankah Bogum yang sudah melakukan hal fatal,
laku kenapa Taehyung yang di cap sebagai sumber
masalah?
"Disini lo yang bikin malu keluarga. Lo yang
buat kesalahan. Kenapa jadi gue yang lo
salahin brengsek?" Taehyung mengepalkan
tangannya, mencoba menahan emosinya.
"Ini semua gara-gara Jungkook. Dia dalang
dibalik semua ini."
Taehyung terkekeh, kemudian membanting
tubuhnya untuk bersandar pada kursi. "Lo gak bisa
nyalahin Koo. Dia sama sekali gak salah, yang salah
itu lo. Lo yang udah ngelakuin hal kotor kenapa jadi
Koo yang lo salahin? Harusnya lo mikir, lo dosen.
Punya posisi tinggi di kampus, harusnya lo bisa jaga
nama baik lo dan keluarga. Lo kira posisi gue santai-
santai aja gitu? Gue yang jadi adek lo aja malu. Gue
bahkan gak abis pikir sama kelakuan lo."

210 My Time
Wajah Bogum memerah, dia menarik kasar
baju kaos yang Taehyung gunakan. "Buka mata lo,
gue ngelakuin hal itu karena gue sama-sama suka dan
itu wajar-wajar aja. Disini yang salah Jungkook,
kenapa dia sampai nyebarin video itu? Lo yang
nyuruh dia? Lo gak mau kan harta keluarga jatuh ke
tangan gue? Makanya lo memperalat Jungkook."

Bugh

Taehyung memukul wajah Bogum, membuat


semua atensi mengarah kepada mereka berdua.
Bogum sampai terjatuh karena pukulan dari
Taehyung yang cukup keras hingga membuat
hidungnya berdarah.
"Bangsat. Gue gak kayak gitu, gue gak
mungkin memperalat orang yang gue sayang. Lagi
pula gue gak butuh harta dan lo— lo bisa ambil harta
itu kalau lo mau."
Bogum meludah, rasa anyir didalam mulutnya
terasa begitu pekat. "Munafik lo brengsek. Lo gak
bakal bisa ngebahagiain Jungkook tanpa uang bodoh.

211 My Time
Pokoknya yang harus tanggung jawab masalah ini
semua itu Jungkook, mama bahkan sampai marah
sama gue anjing."

Bugh

Lagi dan lagi. Taehyung memukul wajah


Bogum membuat pengunjung kafe itu meringis
melihat wajah Bogum yang sudah membiru.
"Stop nyalahin Jungkook atas semua hal kotor
yang lo lakuin. Jangan pernah bawa nama dia di
masalah ini atau gue bakal bunuh lo."

Bugh

Pukulan terakhir sebagai salam perpisahan


untuk hari ini, Taehyung berjalan meninggalkan
Bogum dengan beberapa luka di wajahnya.

212 My Time
Cerai?

Taehyung tidak tahu kenapa sekarang dia bisa


duduk berhadapan dengan mamanya. Dia menatap
telak pada mata mamanya tanpa menurunkan sedikit
pun pandangannya. Begitupun mamanya yang gentar
memasang wajah tegasnya didepan Taehyung.
"Kamu tau kan Mama nyuruh kamu kerumah
buat apa?" Begitulah pertanyaan pertamanya saat
Taehyung baru saja mendudukkan bokongnya di sofa
rumah mamanya.
"Tau Ma," balas Taehyung. "Buat ngomongin
perceraian Taehyung sama Koo kan? Padahal
Taehyung jelas-jelas udah nolak permintaan Mama."
Mamanya terkekeh kemudian memalingkan
pandangannya, menyunggingkan tawa remeh pada
bibir merah merekahnya. Duduknya begitu tegak,
serius tanpa ada kesan bercanda.
"Apa alesan kamu nolak permintaan Mama?"
Tanyanya lagi.

213 My Time
Jeda sejenak saat Taehyung harus mengambil
napas dalam-dalam untuk mempersiapkan jawaban
semeyakinkan mungkin.
"Kenapa Taehyung harus punya alesan buat
mempertahankan rumah tangga Taehyung sendiri?
Bukannya semua udah dilandasi sama janji yang udah
Taehyung ucapin saat pernikahan Taehyung sama
Koo? Lalu kenapa Mama minta alesan yang bahkan
itu semua gak lagi dibutuhin." Jelasnya.
Atmosfer ruangan itu begitu tampak panas,
berat dan menggelisahkan dengan perdebatan kecil
antara orang tua dan anak.
"Apa artinya janji kalau semua udah dirusak
gitu aja?"
Sebuah pertanyaan yang menusuk Taehyung,
memang benar adanya Taehyung sudah dibohongi
oleh Jungkook hanya saja untuk berpisah itu tidak
ada dalam daftar rencana hidup Taehyung
selanjutnya.
Taehyung menyunggingkan tawa lembutnya
dengan suara rendah ciri khas dirinya.

214 My Time
"Ma," Katanya dengan nada sopan luar biasa,
dalam keadaan seperti ini pun Taehyung akan tetap
menghormati Mamanya.
"Kalaupun ada sesuatu yang dirusak oleh
Taehyung ataupun Koo. Itu gak semata-mata buat
Mama dan orang lain bisa ikut campur." Jelas
Taehyung, dia sama sekali tidak melepaskan
tatapannya dari Mamanya. "Disini Taehyung udah
punya keluarga, apapun yang terjadi sama rumah
tangga Taehyung udah bukan jadi urusan Mama.
Semuanya udah jadi urusan dan tanggung jawab
Taehyung sama Koo."
"Kamu harus sadar Taehyung, Koo udah buat
keluarga kita malu. Kamu rela liat Mama sama kakak
kamu nanggung malu sama perbuatan Koo yang tega
nyebarin video kakak kamu sama mahasiswinya itu?"
Balas mamanya dan Taehyung harus menahan rasa
sesak yang menjalar di seluruh relung hatinya saat
mendengar setiap kata yang Mamanya ucapkan.
"Dulu pas kecil Mama selalu ngajarin
Taehyung buat bedain mana sesuatu yang baik dan

215 My Time
mana sesuatu yang buruk, tapi sekarang kenapa
Mama gak bisa tanggung jawab sama apa yang Mama
ajarin sama Taehyung?" Ucap Taehyung, sedangkan
Mamanya hanya terdiam, menatapnya dengan dada
naik turun tampak menahan emosi dengan jawaban
Taehyung. "Seenggaknya Mama harus tau alesan Koo
ngelakuin itu semua karena apa."
"Apapun alesannya, Mama kecewa sama dia.
Mama sayang dia, Mama udah anggep dia sebagai
anak Mama sendiri. Tapi ini balesan yang Mama
dapet?" Tukas mamanya.
"Koo gak pernah minta buat di sayang, dia juga
gak pernah minta buat dianggap sebagai anak. Itu
semua ngalir gitu aja dari diri Mama, semuanya
emang rasa sayang Mama yang tulus sama dia. Terus
kenapa Mama harus minta balesannya?"
Dada Mamanya naik turun semakin cepat,
amarahnya semakin meninggi setelah mendengar
semua kata yang keluar dari bibir Taehyung.
"Taehyung tolong hormati Mama. Kamu sadar
gak lagi ngomong sama siapa?"

216 My Time
"Taehyung gak pernah berlaku kurang ajar
sama Mama. Taehyung ngomong semuanya sesuai
kebenaran, Taehyung sayang Mama Taehyung juga
sayang sama Koo. Jangan suruh Taehyung buat milih
sesuatu yang Taehyung anggep semuanya sama-sama
berharga. Taehyung udah cukup dewasa buat tau
mana sesuatu yang Taehyung harus pertahankan
karena kebenarannya, Ma." Kata Taehyung
merendahkan ritme bicara dan nadanya.
"Kamu gak sayang Mama. Kamu malah
ngebela orang yang udah bikin Mama malu
Taehyung."
"Taehyung sayang sama Mama, Koo juga
sayang Mama. Koo cuma ngelakuin sesuatu yang
menurut dia bener Ma. Taehyung dan Koo harus
kehilangan anak karena perbuatan Kak Bogum."
Alis mamanya bertaut lalu menoleh pada
Taehyung, mamanya memang tidak pernah tahu
mengenai kehamilan Jungkook. Karena memang
Taehyung bahkan Jungkook juga tidak tahu dengan

217 My Time
kehamilannya. Mereka tahu setelah keguguran yang
Jungkook alami.
"Koo ... hamil?"
“Maaf kalau Taehyung dan Koo belum sempat
cerita. Hari terakhir ospek, Koo harus ngalamin
keguguran karena dia terpeleset di depan kamar
mandi kampus. Itu karena ada orang yang sengaja
nuangin cairan pembersih lantai. Pas Koo keluar dari
kamar mandi dia kepeleset gitu aja dan itu ngebuat
calon anak Taehyung meninggal.” Napas Taehyung
tersengal, dia mengatur napasnya pelan. “Dan yang
Mama perlu ketahui, kak Bogum dan Jennie adalah
dalang dibalik semua ini. Taehyung udah punya bukti,
kalau Mama mau liat, Taehyung bisa kasih.”
Mamanya terdiam sejenak, memikirkan lamat-
lamat penjelasan dari Taehyung. Kepalanya tiba-tiba
pening setelah mengetahui semuanya apalagi dia
harus menerima bahwa calon cucu pertamanya harus
meninggal di tangan anak sulungnya.
“Mama masih punya kata-kata buat ngebela
kak Bogum? Dan Mama juga perlu tau Koo sama

218 My Time
sekali gak mau masalah ini dibawa ke jalur hukum.
Padahal Taehyung udah bersikeras buat bawa semua
ini ke pengadilan, dan liat mantu mama itu dengan
baiknya nolak omongan Taehyung cuma karena gak
mau bikin keluarganya makin malu.”
“Kakak kamu Bogum yang ngelakuin semua
ini? Mama benar-benar gak abis pikir”
Taehyung mengangguk pelan, meraih tangan
Mamanya kemudian digenggam halus. “Jadi Ma,
Taehyung mohon ngerti. Untuk masalah video yang
kesebar itu bukan salah Koo, itu udah pure salah kak
Bogum yang udah ngelakuin hal salah dan bikin malu
keluarga.”
Mama menatapnya dalam, bangga dengan
setiap ucapan yang dikeluarkan oleh Taehyung. Tidak
menyangka bahwa anak bungsunya sudah tumbuh
dan bisa berpikir sedewasa ini.
“Mama gak tau harus kayak gimana. Kakak
kamu juga belom mau pulang.” Ucapnya frustasi.
“Nikahin kak Bogum dan Jennie, jadi pihak
kampus gak bakal mecat kak Bogum.”

219 My Time
“Apa bisa, sayang?”
Taehyung membuka mulutnya untuk
berbicara sebelum akhirnya suara ponselnya nyaring
berbunyi kemudian dia merogoh ponselnya di dalam
saku celananya, menatap layar ponsel itu kemudian
mengangkat teleponnya.
"Baik Ayah, Taehyung bakal ke rumah
sekarang juga." Kata Taehyung kemudian menutup
teleponnya, dia kembali menatap mamanya.
"Taehyung harus ke rumah Ayah, Koo pingsan.
Kalau kak Bogum udah pulang ke rumah kabarin
Taehyung, Ma.”
Sebelum keluar dari rumah Mamanya,
Taehyung mencium kedua pipi Mamanya lalu pergi
meninggalkan Mamanya yang masih memikirkan
kata terakhir Taehyung mengenai saran agar Bogum
dan Jennie menikah saja.

220 My Time
Taehyung melajukan mobilnya begitu cepat,
membelah jalanan kota seperti orang kesetanan. Saat
ini hanya ada di dalam otaknya bagaimana agar dia
bisa sampai cepat di rumah mertuanya. Namun saat
sudah sampai, dia dibuat kecewa karena pasalnya
Jungkook tidak ingin menemuinya saat ini.
Setelah lima hari meninggalkan Jungkook
dirumah mertuanya dia sama sekali tidak pernah
sekadar memberi kabar pada Jungkook, dia terus-
terusan mengabaikan pesan spam dari Jungkook.
Taehyung mondar-mandir bergerak gelisah di depan
kamar Jungkook yang sengaja dikunci Jungkook dari
dalam.
Sudah berpuluh kali Taehyung mengetuk
pintu itu namun sama sekali tidak ada tanggapan dari
Jungkook. Dengan berat hati dia berjalan menuju sofa
ruang tengah mendapati mertuanya yang sedang
duduk dengan segelas teh hangat di tangannya.
“Taehyung, sini duduk nak.” Ucap mertuanya.
Saat mendengar mertuanya berbicara seperti
itu Taehyung dengan sekali anggukan menyetujui dan

221 My Time
kemudian duduk di dekat mertuanya dengan
hembusan napas gusar memikirkan keadaan
Jungkook yang sama sekali tidak diketahui olehnya.
“Kamu sudah tau kenapa Koo pingsan?”
Dan harusnya, Taehyung terlebih dulu
menanyakan kondisi Jungkook pada mertuanya
sebelum mendapat perlakuan Jungkook yang sama
sekali tidak mau menemuinya saat ini. Memang
salahnya karena sudah meninggalkan Jungkook dari
beberapa hari lalu.
Taehyung hanya menggeleng saat mertuanya
menanyainya. “Sudah berapa lama semenjak Koo
keguguran?” Tanya mertuanya tiba-tiba.
Otaknya kembali berputar pada insiden
beberapa bulan lalu, mengingat Jungkook yang
pingsan dengan berlumuran darah.
“Udah lima bulanan Ayah.”
“Kamu tau sekarang Koo lagi hamil lagi?”
Alisnya bertaut, kaget luar biasa setelah
mendengar mertuanya. Dan bagaimana bisa untuk

222 My Time
kedua kalinya dirinya tidak tahu menahu tentang
kehamilan Jungkook, lagi.
“Koo hamil … lagi, Ayah?”
Mertuanya hanya mengangguk sebagai
jawaban atas pertanyaan Taehyung. Jantungnya
berdegup kencang, keinginannya untuk bertemu
dengan Jungkook semakin besar namun bagaimana
caranya membujuk Jungkook untuk bertemu.
“Koo marah karena kamu ninggalin dia disini.
Ayah tau kok kamu ngelakuin ini semua demi
kebaikan Koo. Tapi mungkin Koo belum tau apa
maksud kamu ngelakuin ini semua.”
Mertuanya menepuk pelan punggung
Taehyung, memberikan sengatan semangat untuknya
agar tidak terlalu murung seperti ini.
“Taehyung cuma gak mau Koo kenapa-kenapa
lagi ayah. Taehyung gak mau orang lain nyakitin
Koo.”
Senyuman merekah pada bibir mertuanya, dia
membenarkan jas hitam yang digunakan kemudian
kembali menepuk punggung Taehyung.

223 My Time
“Nanti Koo juga bakal ngerti.” Mertuanya
menatap arloji yang melingkar pada pergelangan
tangannya. “Ayah ada urusan mendadak. Jadi Ayah
harus pergi, gak apa-apa ‘kan Ayah ninggalin kamu
sendirian disini?”
Taehyung menatap mertuanya yang sudah
berdiri sambil membenarkan jas hitam mahalnya.
“Gak apa-apa Ayah. Taehyung mau nungguin
Koo disini.”
Mertuanya terkekeh, “Yasudah Ayah pergi
dulu ya. Nanti dia juga keluar kamar kok kalau laper.”
Taehyung hanya mengangguk sekaligus
mertuanya berjalan meninggalkannya sendirian di
sofa ruang tengah.
Maka, Taehyung sekali lagi berjalan ke arah
kamar Jungkook. Mengetuk pintu itu pelan untuk
sekali lagi, namun nihil tidak ada respon dari pemilik
kamar. Diam sunyi.
Taehyung mendekatkan telinganya pada pintu
kayu itu, mencoba membidik pendengarannya untuk

224 My Time
mengetahui apa yang Jungkook lakukan di dalam
sana. Masih tidak ada hasil, Jungkook tetap diam.
Kembali berjalan ke sofa, membaringkan
tubuhnya di atas sana. Beberapa menit bahkan
berjam-jam tidak ada kehadiran Jungkook disana
bahkan tanpa dia sadari dirinya terlelap.
Pukul sembilan malam, Jungkook baru saja
mengganti bajunya setelah mandi saat dia membuka
pintu kamarnya dan berjalan menuju dapur
rumahnya, dia melihat Taehyung sedang tidur di sofa
depan televisi. Jungkook tidak tahu bahwa Taehyung
masih ada di rumahnya, pasalnya tadi Taehyung
sudah mengatakan bahwa dia akan pulang.
Rumahnya begitu tampak sepi, sudah pukul
sembilan malam. Mungkin Ayahnya sedang ada
urusan karena memang biasanya Ayahnya selalu
pulang larut, sedangkan asisten rumah tangganya
mungkin sedang di kamar, pikirnya.
Jungkook berjalan mendekati Taehyung, pelan
sekali sampai derap langkahnya tidak terdengar.
Jungkook menatap Taehyung dari atas, iba melihat

225 My Time
Taehyung yang tampak begitu kurus dengan lingkar
hitam dibawah matanya. Lima hari setelah dia
mengantarkan Jungkook pulang membuat Taehyung
begitu kelihatan tidak terurus.
Setelah memikirkan semuanya dengan kepala
dingin Jungkook sudah lebih paham kenapa
Taehyung membawanya pulang ke rumah Ayahnya,
bukan lain karena Taehyung hanya butuh space
untuk memikirkan jalan keluar semua masalahnya
dan Taehyung juga butuh waktu untuk menerima
masa lalu Jungkook.
Sudah lima bulan semenjak ospek itu berlalu,
awal masalah yang bermunculan begitu sulit untuk
keduanya. Semakin hari masalah yang mereka dapat
begitu berat dan rumit. Tetapi Jungkook terus
bersyukur setidaknya Taehyung masih ada
disampingnya, walaupun lima hari belakangan ini
mereka harus terpaksa pisah ranjang disebabkan
oleh beberapa masalah yang luar biasa membuat
pening.

226 My Time
Jungkook duduk berjongkok di bawah sofa,
menatap wajah damai Taehyung saat tidur. Aturan
napas Taehyung begitu pelan. Mungkin Taehyung
terlalu lelah sampai-sampai dia harus tertidur disini
dengan posisi yang padahal kurang nyaman
menurutnya.
Taehyung bergerak, membenarkan posisi
tidurnya dengan menghadap Jungkook, dia masih
tidak sadar dengan kehadiran Jungkook
disampingnya.
Jungkook tersenyum, kemudian tangannya
dibawa ke atas kepala Taehyung. Mengelus pelan
rambut hitam legam milik Taehyung. Sedangkan
Taehyung semakin larut dalam tidurnya, terasa
nyaman.
"Kak, bangun. Ayo tidur di dalem." Jungkook
menggeser telapak tangannya ke arah wajah
Taehyung, menggesek jarinya dengan pipi tirus
Taehyung.
Taehyung masih tidak bangun, dengkuran
halus terdengar menenangkan ditelinga Jungkook.

227 My Time
Dia terus menggesekkan jarinya di atas kulit wajah
Taehyung, berharap suaminya itu bangun dan pindah
untuk tidur di dalam kamar.
"Kak, ayo pindah. Disini gak nyaman. Kasian
kakak kalo tidur disini, nanti badannya pada sakit."
Sayup-sayup Taehyung mendengar suara
Jungkook, seseorang yang akhir-akhir ini
mengacaukan seluruh atensinya. Taehyung membuka
kelopak matanya pelan, kemudian beberapa detik
akhirnya tersadar bahwa memang Jungkook-lah yang
ada di hadapannya sekarang.
Taehyung mengubah posisinya, duduk tegak
dengan kepala yang pusing dibawa paksa untuk
bangun dari tidur. Dia menarik tubuh Jungkook,
membawanya ke dalam pelukannya. Mendekap erat
begitu dalam tubuh orang yang dicintainya, bohong
jika Taehyung tidak menyesal telah memulangkan
Jungkook ke rumah Ayahnya karena setiap malam
Taehyung akan terus terbangun mencari sosok
Jungkook yang biasa menemaninya setiap hari,
setelah bangun tengah malam bahkan dia tidak bisa

228 My Time
tertidur lagi sehingga membuat tubuhnya beberapa
hari ini merasa kurang sehat.
"Maafin kakak."
Dua patah kata yang mampu menyesakkan
dada Jungkook. Dia sudah paham semuanya, tidak
ingin mendengar kata maaf dari Taehyung. Jungkook
mengangguk pelan, kemudian dia membalas pelukan
Taehyung mengelus punggung rapuh suaminya.
"Gak apa-apa kak. Aku ngerti kok."
"Kakak gak bermaksud jahat sama kamu,"
Ucap Taehyung tersengal-sengal karena dadanya pun
ikut sesak dengan kenyataan yang dia perbuat.
"Stt ... udah gak apa-apa. Aku lagi gak butuh
penjelasan kak. Aku udah cukup ngerti sama apa yang
udah terjadi."
Jungkook melepas pelukan itu, menggenggam
kedua tangan Taehyung. Ibu jarinya mengelus
punggung tangan Taehyung, berharap Taehyung
merasa semakin tenang.
"Tapi kakak mau jelasin semuanya."

229 My Time
"Kak, gak usah ya. Aku udah tau semuanya.
Sekarang ayo tidur, kasian kakak."
Jungkook menarik lengan Taehyung, berjalan
membawanya ke kamarnya. Taehyung hanya
menurut saja rasa rindunya sudah mencapai batas
wajar untuk seseorang yang menyesali perbuatannya.
"Sekarang kakak tidur ya."
Taehyung terkejut saat Jungkook akan
berjalan keluar meninggalkannya. Dengan cepat
Taehyung meraih pergelangan tangan Jungkook.
"Mau kemana?"
"Mau keluar, kakak tidur disini. Aku tidur di
kamar tamu."
Taehyung menggeleng, kemudian tangannya
dia lingkarkan pada pinggang Jungkook. Dia tidak
ingin apa-apa kecuali Jungkook berada disampingnya.
Sudah cukup lima hari dia hidup tanpa Jungkook,
untuk sekarang biarkan dia kembali memperbaiki
semuanya.
"Tidur disini. Kakak mau peluk kamu sama
baby," Taehyung menangis, memohon layaknya orang

230 My Time
bodoh. "Please, kakak gak mau jadi orang tua yang
gagal untuk kedua kalinya. Kakak mau memperbaiki
semuanya."
Jungkook melepas tangan Taehyung dari
pinggangnya, kemudian naik ke atas ranjang dan
berbaring. Taehyung masih kebingungan dengan
reaksi Jungkook saat ini, dia hanya terdiam kemudian
Jungkook menarik lengannya dan Taehyung ikut
berbaring di sampingnya.
"Kak."
"Iya sayang."
Jungkook menatap plafon kamarnya, "Kakak
tau aku hamil?"
Taehyung menghapus sisa air matanya dengan
punggung tangannya secara kasar, kemudian dia
tersenyum antusias. Bahagia yang sudah dia tunggu-
tunggu sejak lama akhirnya terwujudkan.
"Tau. Ayah yang ngasih tau kakak."
Jungkook akhirnya meraih tengkuk Taehyung,
mencium dengan perasaan rindu. Taehyung pun
membalasnya, tersenyum di sela-sela ciuman. Pipi

231 My Time
Jungkook merona, perasaan aneh bergetar dalam
dirinya merasa mual di perut karena merasa
merinding dengan sentuhan Taehyung diatas
perutnya.
Taehyung mengambil alih, tangannya pindah
ke tengkuk Jungkook. Memberikan ciuman liar tidak
beraturan dengan bunyi menggema di ruangan.
Biarkan saja keduanya memberikan afeksi satu sama
lain, rasa rindu bahkan bisa membunuh keduanya
bila terus-terusan di tidak di pertemukan.
Akhirnya Taehyung memutuskan untuk
menyerah dalam ciumannya karena Jungkook
memang susah kalang kabut membutuhkan oksigen
lebih.
"Sorry."
"I don't need a word sorry."
"Suatu hari nanti, pas semuanya udah baik-
baik aja. Dan masalah gak seberat ini lagi," Taehyung
menghela napas, menatap Jungkook yang saat ini juga
sedang menatapnya.

232 My Time
"Mau belanja bareng buat beli kebutuhan baby
gak?"
Taehyung mengusap kasar sudut matanya,
terharu saat mengetahui dirinya akan menjadi
seorang Ayah dengan kesadarannya yang penuh.
Jungkook tersenyum kemudian mengangguk,
“Makasih udah kembali. Makasih udah jagain aku,
makasih udah jadi suami yang bertanggung jawab.
Gak ada kata nyesel buat ngejabarin rasa syukurnya
aku punya suami kayak kakak.”
Malam ini, Taehyung kembali mem-
pertimbangkan semua isi pesan teks yang dikirimkan
oleh Jimin lima hari lalu. Bagaimana dia yang tidak
bisa jauh dari Jungkook, bagaimana dia yang tidak
sanggup melepas genggamannya pada tangan
Jungkook dan bagaimana dia yang tidak bisa melepas
pelukannya pada Jungkook.

233 My Time
Sendiri

Jimin merutuki dirinya saat mendapati pesan


dari Taehyung yang mengatakan bahwa Taehyung
akan tetap mempertahankan pernikahannya dengan
Jungkook dan tidak peduli dengan masa lalu
Jungkook.
Namun saat ini ada satu hal yang membuat
dadanya terasa nyeri saat melihat sebuah postingan
terbaru dari Yoongi bersama dengan Hoseok, kakak
tingkatnya atau satu divisi bersamanya di divisi
komisi disiplin.
Jantungnya berdegup kencang, tidak tahu
perasaan apa yang sedang dia rasakan. Ada rasa sakit
yang menyelimuti relung hatinya, tapi dia berpikir
kembali bagaimana bisa dia sakit hati hanya melihat
mantannya memposting unggahan baru bersama
pacar barunya. Bukankah seharusnya dia bersikap
biasa saja?

234 My Time
Untuk sekarang dia sudah membuat janji
untuk bertemu dengan Yoongi di rumahnya namun
setelah Yoongi pulang dari acara makan malamnya
bersama Hoseok tentunya. Dia menatap Yoongi yang
baru saja menginjakkan kakinya di rumahnya, tidak
tahu bagaimana bisa dia merindukan manusia mungil
yang dulu pernah memenuhi hari-harinya.
“Mau ngomong apa Jim?”
Yoongi membuka obrolan setelah duduk di
bangku teras depan rumah Jimin yang sudah memang
sengaja di sediakan untuk tamu.
“Lo pacaran sama kak Hoseok?”
“Iya, kenapa?”
Jimin hanya mengangguk pelan rasa sesak
didalam hatinya semakin terasa. Tidak. Dia tetap
menyukai Taehyung, mungkin perasaannya saat ini
hanya perasaan sedih karena salah satu mantannya
sudah mempunyai pacar baru.
“Kalau gak ada hal penting yang mau di
omongin gue pulang aja ya Jim.”

235 My Time
Yoongi berdiri, kemudian merapikan
pakaiannya sebelum Jimin menarik lengannya.
“Lo udah gak peduli sama gue kak?”
Yoongi bingung. Alisnya mengkerut, tidak
paham dengan apa yang dikatakan oleh Jimin. Karena
dia tahu bahwa Jimin itu mencintai Taehyung, jadi dia
membuang semua pikiran halusinasinya mengenai
Jimin yang mungkin saja cemburu.
“Maksud lo apa?”
Yoongi menatap Jimin, kemudian dia kembali
duduk disamping Jimin.
“Setelah punya pacar lo jadi cuek. Kenapa? Lo
udah gak peduli sama gue?”
Yoongi menarik lengannya yang digenggam
oleh Jimin.
“Jim. Kemarin disaat gue peduli lo kemana aja?
Sibuk ngejar Taehyung? Sibuk nyusun rencana jahat
buat ngancurin rumah tangga dia?”
Jimin kaget mendengar Yoongi, pasalnya
Yoongi tidak seberani itu untuk berkata seperti ini
langsung kecuali melalui pesan teks yang dia kirim.

236 My Time
Yoongi terlalu penakut, bahkan dia sudah melakukan
segala hal agar Jimin kembali menjadi Jimin yang
dulu. Jimin yang belum sampai tahap obsesi dengan
teman dekatnya itu.
“Gue butuh lo. Cuma lo yang gue punya kak,
jangan tinggalin gue. T-taehyung, dia gak jadi cerai
sama Jungkook.”
Yoongi terkekeh, sudut bibirnya naik. “Jadi
setelah lo sadar sama kenyataan lo balik ke gue, Jim?
Gue gak bakal ninggalin lo. Kita bakal tetap jadi
teman.”
Yoongi meraih telapak tangan Jimin, dia
mengelus pelan punggung tangan Jimin berharap
Jimin kembali tenang dan percaya dengan kata-
katanya.
“G-gue cuma nyari kebahagian kak.”
“Udah Jim, udah cukup. Udah berapa kali lo
bilang kalau lo mau nyari kebahagiaan lewat
Taehyung. Tapi apa yang lo dapet? Gak ada kan? Lo
cuma dapet rasa benci yang makin besar.” Yoongi
menggaruk keningnya. “Gue gak bosen-bosennya

237 My Time
bilang lo udah terlalu jauh. Obsesi lo akan
ngehancurin diri lo sendiri Jimin. Berenti sekarang
atau lo bakal hancur sehancur-hancurnya?”
Jimin menarik tangannya, meng- hempaskan
punggungnya pada sandaran kursi kayu. “Gue coba.”
Jimin menarik napas, kemudian menatap Yoongi.
“Kak.”
Yoongi menatap mata Jimin dalam, “Kenapa?”
“Lo sayang kak Hoseok?”
“Sayang.”
Dunia Jimin serasa akan hancur malam ini.
Taehyung dan Yoongi. Dua orang yang dia percaya
tidak akan meninggalkannya sendiri malah
membuatnya sakit seperti ini. Jimin belum menyadari
semua tindakan yang sudah dia perbuat merugikan
banyak orang, terutama Jungkook. Sahabat sekaligus
orang yang akan dihancurkan.
“Tapi lo sayang gue, kak.”
“Jim, perasaan seseorang bisa berubah
kapanpun. Mungkin kemarin gue masih suka lo, tapi

238 My Time
untuk malem ini. Hati dan tubuh gue udah punya
Hoseok.”
Jimin menangis, memeluk tubuh Yoongi
ditengah dinginnya malam. Yoongi tidak membalas
pelukan itu, karena dia tahu sudah bukan
kewajibannya untuk menghapus air mata yang jatuh
di pipi Jimin. Sekarang sudah ada Hoseok pengganti
Jimin di ruang hatinya.
“Please jangan pergi dari gue.”
“Gue gak pergi. Gue masih ada disini, jadi
teman lo.”
Jimin menggeleng kasar, dia semakin
mengeratkan pelukannya. “Lo bohong sama perasaan
lo kak. Lo sayang gue, lo masih suka gue. Kak Hoseok
cuma jadi pelarian lo doang ‘kan?”
“Empat bulan lagi gue bakal tunangan sama
Hoseok, mama sama papa mau setelah gue lulus
kuliah gue lanjutin perusahaan mereka dan harus
punya pendamping hidup.”

239 My Time
Semua kata-kata itu membuat tubuh Jimin
bergetar, dia melepas pelukannya kemudian menatap
Yoongi nanar.
“Jujur sama perasaan lo sendiri kak.”
“Gue sayang Hoseok, bukan lo lagi Jim”
Semua kata yang ditekankan Yoongi menjadi
awal dari rasa sakit yang baru saja di sadari oleh
Jimin.

Taehyung mendesah sedangkan Jungkook


asyik bersandar pada pundak Taehyung, membuka
semua aplikasi yang ada di ponselnya. Taehyung
masih bersikeras menunggu setelah setengah jam
terlewatkan olehnya dan Jungkook, hanya untuk
sekadar menunggu kedatangan Jimin siang ini.
“Kak Jimin masih lama?” Tanya Jungkook.
Dia mendadak merubah posisinya, meletakkan
ponselnya diatas meja. Wajahnya tertekuk
menandakan bosan karena sudah setengah jam

240 My Time
hanya duduk terdiam di kafe dengan dua gelas
minuman yang Taehyung pesan tadi.
“Capek ya? Apa mau balik aja?” Tanya
Taehyung menatap kasihan pada Jungkook sudah
bosan.
“Gak, cuma kak Jimin lama banget.”
Taehyung mengelus punggung Jungkook
menyuruhnya untuk bersabar untuk beberapa menit
lagi.
Bunyi lonceng kafe itu terdengar, membuat
atensi Taehyung dan Jungkook fokus pada sebuah
pintu yang terbuka. Dan benar saja, itu Jimin.
Kedatangannya sudah dinantikan dari setengah jam
yang lalu.
Dia berjalan masuk, pandangannya mengitari
tiap sudut ruangan hingga menyadari Taehyung dan
Jungkook ada di pojok kafe dengan Taehyung yang
melambaikan tangan untuk memberikan tanda
bahwa dirinya ada disana.
Jimin melangkah mantap, memperbaiki jaket
jeans yang digunakan kemudian menampilkan

241 My Time
senyuman manis bak gula tanpa ada rasa takut yang
menyirat di wajahnya.
Langkahnya tegap, tidak ada niat untuk berlari
dari Taehyung dan Jungkook. Semua kata Yoongi tadi
malam membuatnya sedikit merasa terketuk. Lelah
menangisi nasibnya, apalagi Yoongi yang telah
memutuskan untuk mengambil langkah untuk serius
dengan Hoseok semakin membuatnya hancur.
Mata sembab, wajah kusam akibat begadang
menandakan Jimin sedang tidak baik-baik saja hari
ini. Jungkook menyadari itu semua, karena semenjak
mengenal Jimin dari dulu dia tahu bahwa Jimin
adalah orang yang selalu memperhatikan
penampilannya.
“Udah lama ya? Sorry tadi ngantri pas isi
bensin.”
Taehyung mengangguk, dia hanya bisa
memaklumi keterlambatan Jimin jika memang
alasannya masuk akal.
“Gak apa-apa.” Ucap Taehyung singkat.

242 My Time
“Kak.” Jungkook memotong pembicaraan
Taehyung dan Jimin. “Aku mau ke toilet sebentar ya.
Kakak ngobrol aja sama kak Jimin.” Ucapnya sekali
lagi memecahkan kecanggungan antara mereka
bertiga.
“Iya, jangan lama-lama ya sayang.”
Jungkook hanya mengangguk, berjalan
meninggalkan Taehyung dan Jimin yang masih
terdiam.
Taehyung mengatur napasnya setenang
mungkin, menatap Jimin kembali. Sebisa mungkin dia
mengontrol emosi yang memenuhi dirinya.
“JadI— sejak kapan lo suka sama gue?”
Taehyung memperbaiki posisinya, duduk
tegak. Serius namun tetap rileks menatap telak pada
mata Jimin.
Jimin sejenak berpikir, bertanya-tanya kenapa
Taehyung menanyakan hal itu padanya di situasi
seperti ini? Jimin sedang tidak baik-baik saja setelah
dihancurkan oleh Yoongi tadi malam. Jadi apa
Taehyung akan menghancurkannya untuk siang ini

243 My Time
juga? Apakah ini yang dikatakan oleh Yoongi tempo
hari mengenai balasan yang akan dia dapatkan?
“Gue udah tau semuanya. Mengenai lo yang
kunciin Koo di hari kedua ospek dan mengenai lo
sebagai mantan pacarnya kak Yoongi.” Ucap
Taehyung. Jimin luar biasa terkejut, bukan apa.
Kenapa Taehyung bisa sesantai ini? Kenapa dia masih
bisa menahan emosinya, bukankah dia harus
menghajar Jimin karena sudah berani menyakiti
orang yang dia sayang.
Kepala Jimin berputar, dia menelan ludahnya
kasar. Bahkan kerongkongannya terasa sakit, tidak
bisa berkata apa-apa lagi. Dia menurunkan
pandangannya, memutus kontak mata dengan
Taehyung.
“Alasannya udah jelas. Karena gue suka sama
lo.”
Rahang Taehyung mengeras terlihat jelas
bagaimana otot wajahnya mengencang dan memerah.
Dia kembali mengatur napas, menahan emosi yang

244 My Time
hampir saja dilepaskan dengan menghajar Jimin
sampai babak belur.
Taehyung memijat pangkal hidungnya, “Tapi
kita sahabat, Jim. Kita sahabatan udah lama, bahkan
lo tau kalau gue suka sama Koo dari lama.”
“Sahabat?” Ulang Jimin dengan nada
meremehkan. “Terus kalau lo sahabat gue, itu
tandanya gue gak bisa suka sama lo? Lucu lo Tae.”
Jimin terkekeh, masih berpegang teguh
dengan pikirannya yang mengatakan bahwa
perasaannya mutlak.
“Jim, perasaan lo gak salah. Tapi kesalahan itu
ada di diri lo. Lo sadar gak apa yang lo lakuin ini udah
melampaui batas? Lo udah nyakitin gue dan Koo.
Bahkan lo juga nyakitin kak Yoongi. Padahal lo sama
Koo juga udah sahabatan dari lama. Gue bener-bener
gak abis pikir sama lo.”
Taehyung menggusar rambutnya ke belakang,
masih benar-benar tidak percaya bagaimana bisa
sahabatnya bisa sejahat ini padanya.

245 My Time
“Taehyung. Kalau gue bisa milih, gue juga gak
mau terjebak sama perasaan ini.” Jimin menggeleng
cepat, menatap mata Taehyung dengan tatapan
heran. “Gue kalau bisa milih juga gak bakal mau sama
lo, gue juga gak mau nyakitin orang lain. Tapi gimana
kalau kebahagiaan gue ada sama lo? Gue selalu
bahagia setiap kali ada didekat lo Taehyung.”
Mengerikan bagaimana sudut bibir Taehyung
terangkat, membentuk senyuman tidak percaya
dengan apa yang dikatakan oleh Jimin,
“Kalau emang gue bahagianya lo kayak apa
yang lo bilang barusan. Gue bakal selalu ada buat lo,
Jim. Tapi tetap dengan status sahabat, gak lebih. Lo
tau Koo gimana, lo tau kalau gue adalah satu-satunya
orang yang bisa nyembuhin dia dari traumanya.”
Taehyung menarik satu napas, kemudian
menghembuskannya kasar.
“Tapi kenapa lo ada di barisan orang yang mau
hubungan gue sama Koo hancur? Kenapa Jim? Gue
sayang lo begitupun Koo. Gue nganggep lo lebih dari
sahabat, gue udah nganggep lo sebagai keluarga gue.

246 My Time
Tapi kenapa lo ngelakuin ini semua ke gue?” Balas
Taehyung dengan Jimin yang menahan sakit yang
menyusup ke hatinya.
“Gak ada yang bisa ngubah perasaan gue ke lo.
Gue sayang lo, gue cinta sama lo Tae. Gue gak bisa
jauh dari lo.”
“Bisa.” Tukas Taehyung dengan nada sedikit
naik. “Lo bisa ngubah semuanya, karena disini lo
punya kuasa atas apa yang lo rasain. Cuma lo yang
bisa ngatur perasaan dan diri lo sendiri, Jim.”
Hening kembali, Jimin masih terpaku.
Tatapannya kosong kembali pada semua tindakan
yang dilakukan hanya untuk sekadar mendapat
perhatian dari Taehyung. Lidahnya bahkan terasa
kelu ditengah percakapannya.
“Gue juga gak mau kayak gini.”
“Sadar atau gak sadar lo udah sampai di tahap
obsesi.”
Bukan. Itu bukan suara Taehyung, melainkan
suara Jungkook yang baru saja duduk disamping

247 My Time
Taehyung setelah kembali dari toilet. Menatap
langsung pada mata Jimin.
“Lo tau bedanya cinta yang sewajarnya sama
obsesi? Kalau cinta lo bakal rela ngeliat orang yang lo
suka bahagia sama pilihannya.” Jungkook melipat
kedua tangannya didepan dada.
“Tapi liat diri lo kak, lo bahkan rela ngelakuin
hal-hal yang gak masuk akal demi ngedapetin suami
gue. Kak Jim, jujur gue sayang banget sama lo. Lo
satu-satunya orang yang bisa masuk di kehidupan
gue, makanya lo bisa jadi sahabat gue. Tapi setelah
tau kebenarannya gue bener-bener kaget banget. Gue
kecewa banget sama lo, gue mau marah. Tapi susah,
karena gue yakin lo orang baik dan lo bakal bisa
berubah setelah ini.” Jungkook masih
mempertahankan tatapannya dengan Jimin tanpa
sama sekali merasa gentar.
“Tapi gue lebih kenal sama Taehyung dari
pada lo, Koo. Gue yang lebih lama sama dia, tapi
kenapa dia lebih milih lo dibanding gue?” Timpal
Jimin membalas tatapan Jungkook.

248 My Time
“Disini bukan tentang siapa yang datang lebih
awal, bukan juga tentang siapa yang ada di
sampingnya paling lama. Tapi tentang siapa yang
datang dan bikin dia nyaman sampai akhirnya dia
memutuskan buat ngambil status paling tinggi. Gue
disini, Jungkook— suaminya kak Taehyung. Udah
tercatat di Negara dan di depan Tuhan.” Jungkook
mencondongkan tubuhnya, menjadikan tangannya
sebagai tumpuan wajahnya.
“Gak bohong kalau awal kenal kak Taehyung
gue ngerasa rishi, gak bisa di dekat orang lain kecuali
lo kak, sahabat gue. Semenjak gue berani buat
ngebuka hati dan dekat orang lain, gue jadi tau
ternyata gak semua orang seburuk Ibu tiri gue dulu.
Kak Taehyung,”Jungkook melirik Taehyung, dia
menggenggam tangan Taehyung begitu erat dan
dibalas senyuman tulus oleh Taehyung.
“Kak Taehyung udah ngubah dunia gue. Dunia
gue yang awalnya warna abu-abu, gitu-gitu aja dan
sekarang berubah jadi banyak warna. Gue awalnya
hopeless buat bisa bikin kak Taehyung nyaman sama

249 My Time
keadaan gue, tapi Tuhan berkata lain, kak Taehyung
masih mau bertahan sama gue. Bahkan sampai saat
ini.”
Jungkook kembali menatap Jimin, melepas
genggamannya dari Taehyung kemudian beralih
menggenggam tangan Jimin yang berada diatas meja.
“Mungkin perjuangan lo buat kak Taehyung
emang besar kak, tapi lo gak pernah tau gimana
perjuangan orang lain karena lo terlalu fokus sama
diri lo sendiri, karena lo terlalu fokus sama
kebahagiaan lo sendiri.”
Jimin semakin menunduk membuat Jungkook
tersenyum. “Gue hargain perjuangan lo, kak
Taehyung pun juga ngehargain perjuangan lo. Tapi
mau gimana lagi? Apa lo mau sama orang yang
perasaannya bahkan gak sama lo? Apa lo bakal dapet
kebahagiaan setelah lo ngedapetin apa yang lo
inginkan? Gak kak. Sesuatu yang dipaksakan gak
bakal berujung bahagia.”
Taehyung menatap Jungkook kemudian
tersenyum bahagia dan bertanya-tanya kenapa bisa

250 My Time
dia mendapatkan sosok yang luar biasa seperti
Jungkook, suaminya ini.
Jimin menatap keduanya bergantian,
memikirkan semua ucapan panjang lebar yang sudah
dikatakan oleh Jungkook. Entahlah, hanya saja
hatinya tiba-tiba merasa sesak yang luar biasa karena
tidak melepas kemungkinan bahwa yang dikatakan
Jungkook memang benar adanya.
“Maaf, gue kacau banget. Gue hancur banget,
maaf Tae udah ngerusak semuanya. Maaf Koo udah
nyakitin lo dan karena kesalahan gue ini gue bahkan
kehilangan orang yang benar-benar sayang sama
gue.”
“Kak Yoongi?”
Jimin mengangguk, Jungkook menepuk pelan
pundak Jimin.
“Kak Yoongi yang mau tunangan sama kak
Hoseok? Gue harap setelah kejadian ini, lo bisa ambil
semua pelajarannya.”

251 My Time
Taehyung mengacak pelan rambut Jungkook
membuat Jungkook merengut lucu dan Taehyung
hanya tersenyum manis.
“Gue udah gak punya orang lain yang sayang
sama gue.”
“Gue, Taehyung? Kita berdua sayang lo kak.”

252 My Time
Lamaran & Kehamilan
Jungkook

Disinilah mereka berada, setelah menimang-


nimang semua rencana selama satu minggu akhirnya
Bogum menerima saran dari mamanya mengenai
pernikahan yang akan dilaksanakan bersama Jennie.
Semua yang dilakukan sebagai pengalihan isu
agar kedua keluarga tidak dibuat malu. Rencana yang
dibuat oleh Taehyung akhirnya terealisasikan oleh
Mamanya, sekarang keluarga Kim sedang berada
dirumah Jennie untuk melaksanakan acara lamaran.
Padahal Bogum maupun Jennie tidak ada yang
setuju dengan pernikahan yang akan dilangsungkan.
Namun dengan terpaksa keduanya harus menerima
selain tekanan dari keluarga, mereka berdua juga
memiliki rencana untuk Taehyung dan Jungkook.
“Jadi kira-kira kapan acara pernikahan
keduanya dilaksanakan?” Mama Jennie angkat bicara,
manis sekali.

253 My Time
“Bagaimana kalau bulan depan saja? Karena
saya rasa untuk mempersiapkan semua kebutuhan
untuk pernikahan kan cukup memakan waktu yang
lama.” Ucap Mamanya Taehyung.
“Gimana Pa? Setuju gak?” Tanya Mamanya
Jennie pada suaminya.
“Kalau Papa sih setuju aja, Jennie udah yakin
siap buat jadi istri dalam satu bulan ke depan?”
Papanya tersenyum menatap anak sulungnya.
“Kalau Jennie sih siap-siap aja.” Jennie
menggenggam tangan Bogum. “Malah Jennie mau
cepat-cepat nikah biar bisa hidup bareng sama kak
Bogum hehe.” Jennie terkekeh malas, memutar kedua
bola matanya kemudian melepas tangan Bogum.
Semua adalah bagian dari sandiwara mereka
berdua untuk memanipulasi keadaan, padahal tanpa
mereka ketahui bahwa Jungkook sudah lebih tahu
rencana mereka dari Seokjin alias Mr. R.
“Yasudah berarti saya beserta keluarga setuju
sama saran Nyonya Kim untuk menikahkan kedua

254 My Time
anak kita bulan depan.” Papanya Jennie berjabat
tangan dengan Mamanya Taehyung.
Semuanya sudah sepakat untuk acara
pernikahan Bogum dan Jennie yang akan
dilaksanakan bulan depan. Yang mengatur semua
pernikahan mereka diambil alih oleh Mamanya
Jennie, karena dia tidak mau acara pernikahan
anaknya hanya dilakukan dengan sederhana.
Walaupun sebenarnya Mamanya Taehyung
tidak ingin acara yang begitu megah namun dia tidak
bisa menolak karena Mamanya Jennie bersikeras
mengambil alih semuanya.
Keluarga Kim pamit untuk pulang sedangkan
Bogum tidak ingin ikut pulang. Alasannya hanya
karena merasa masih rindu dengan calon istrinya. Ya
begitulah, sekarang di dalam mobil hanya ada
Taehyung, Jungkook dan Mamanya Taehyung.
“Koo.” Panggil Mama yang saat ini sedang
duduk dibangku belakang.
Jungkook menoleh ke belakang, dia
memperbaiki posisi duduknya.

255 My Time
“Kenapa Ma?”
“Masalah yang tempo hari masalah video
kakak kamu yang kesebar.” Ucap Mama. “Mama minta
maaf ya, karena pernah maksa Taehyung buat
ceraikan kamu. Mama bener-bener gak tau kalau
kakak kamu udah bikin calon cucu Mama meninggal.”
Jungkook meraih tangan mertuanya, mengelus
pelan kemudian tersenyum menatapnya. “Gak apa-
apa Ma. Koo ngerti, lagian Mama kan belom tau kalau
Koo pernah hamil dan keguguran.” Jungkook sejenak
menunduk, kemudian kembali menatap mertuanya.
“Lagian ini juga salah kita yang gak kasih tau
Mama mengenai keguguran Koo tempo hari. Karena
Koo sama kak Taehyung aja gak tau kalau Koo lagi
hamil.”
“Mama bener-bener minta maaf karena gara-
gara Bogum kalian berdua harus kehilangan anak.
Mama gak apa-apa kalau kamu mau bawa semua ini
ke jalur hukum, Mama benar-benar malu sama kamu.
Tapi mama bener-bener salut sama kamu karena
kamu gak mau bikin keluarga kita hancur dan lebih

256 My Time
milih ambil jalur damai untuk masalah ini.” Mama
tersenyum menatap Jungkook, tangannya terangkat
mengelus pucuk kepala Jungkook.
“Gak apa-apa Ma. Sekarang kita buka
lembaran baru ya, karena sekarang keluarga Kim
bakal nambah satu orang.” Jungkook tertawa sampai
matanya tidak terlihat.
Mama terkejut, tidak mengerti arah
pembicaraan Jungkook. “Maksud Koo apa?”
“Koo hamil lagi Ma dan umur kehamilan Koo
udah jalan empat minggu.”
Mama masih mencerna semua ucapan
Jungkook, beberapa detik hingga mama tertawa
bahagia. “Taehyung, Koo beneran hamil?” Tanya
Mama kepada Taehyung karena masih tidak percaya.
“Bener Ma. Waktu Taehyung kerumah mama
waktu itu dan Ayah nelpon Taehyung buat kerumah
beliau karena Koo pingsan ya itu karena Koo lagi
hamil.” Taehyung ikut tertawa melihat Mamanya
yang masih kaget dengan kebahagiaan yang dia
dapat.

257 My Time
“Koo, sayang beneran? Mama bener-bener
bahagia banget. Makasi sayang udah ngasih keluarga
Kim anggota baru.” Mama mengecup singkat kening
Jungkook mengundang kekehan pada Jungkook.
“Sama-sama Ma. Kita sama-sama jagain baby
ya.” Ucap Jungkook.
Mama hanya mengangguk, “Jadi kapan kalian
belanja buat beli perlengkapan baby kalian?” Tanya
Mama.
“Rencananya sih nunggu acara kak Bogum
sama Jennie selesai dulu Ma. Biar kesibukannya satu-
satu di kelarin dulu. Nanti kalau jadwal tabrakan ‘kan
jadi keteteran.” Ucap Taehyung, menatap Mamanya
sekejap dari kaca spion di atas kepalanya.
“Mama boleh ikut gak pas kalian pergi beli
perlengkapan baby?” Tanya mama antusias.
“Ya boleh dong Ma. Nanti Mama bantuin Koo
pilih baju-baju lucu buat baby ya.” Jungkook tertawa
melihat mertuanya yang kelewat bahagia terlihat dari
wajahnya.

258 My Time
“Mama gak sabar beliin baby baju.” Katanya
sambil mengelus perut Jungkook yang masih rata.

Sudah pukul delapan malam, tiba-tiba saja


Jungkook ingin sekali memakan bubur ayam dengan
bawang goreng diatasnya. Hanya memikirkannya saja
membuat air liur Jungkook menetes.
Menyuruh Taehyung adalah salah satu tujuan
utamanya, karena malam ini Taehyung akan mampir
kerumah Jimin untuk membawakan tugas yang di
mintai pada Taehyung. Jadi sekalian saja Jungkook
meminta tolong pada Taehyung untuk
membelikannya bubur ayam yang dia inginkan.
Sebenarnya dia sedikit tidak enak menyuruh
Taehyung karena baru sore tadi dia pulang dari
rumah Jennie, pasti Taehyung sangat lelah. Namun
bagaimana lagi dia sangat ingin memakan bubur
ayam. Dan Taehyung sangat memaklumi keinginan
Jungkook, karena dia tahu bukan hanya Jungkook

259 My Time
yang menginginkan bubur melainkan anaknya
didalam perut juga.
Sudah setengah jam setelah Taehyung
memutuskan untuk keluar dan tiba-tiba saja
perasaan Jungkook merasa tidak enak. Dia
menghubungi Taehyung beberapa kali namun masih
tidak ada respon dari Taehyung membuat
perasaannya semakin terasa tidak enak.
Mengejutkan saat ponselnya berdering. Bukan,
itu bukan panggilan dari Taehyung melainkan Jimin.
Dia segera mengangkatnya kali saja dia mendapat
kabar tentang Taehyung.
“Halo Koo.” Kata pertama yang Jimin ucapkan
dari seberang sana.
“Kenapa kak Jim?”
“Maaf Koo, maafin gue.” Kata itu sangat
ambigu ditelinga Jungkook. Bagaimana suara itu
begitu terasa menyesakkan dada walaupun Jungkook
belum mengetahui kebenarannya.
“Kenapa kak?”
“Taehyung, Taehyung kecelakaan.”

260 My Time
Kata terakhir yang Jimin ucapkan berhasil
membuat dadanya seperti dipukul dari depan, begitu
sakit dan menyesakkan. Bagaimana keadaan
Taehyung saat ini menjadi tanda tanya besar didalam
diri Jungkook.
“Maaf Koo. Harusnya gue gak nyuruh Taehyung
kerumah gue. Kalau dia gak kesini, dia gak akan
keserempet motor. Pas dia keluar dari mobil tiba-tiba
ada pengendara motor yang ngebut banget sampai
akhirnya lengan Taehyung kena. Sekarang dia masih
dirumah gue Koo. Lukanya kecil dan gue udah
obatain.”
Lagi-lagi kata Jimin membuat Jungkook
menangis, mendengar Taehyung yang terluka
membuatnya semakin sakit.
“Gue kerumah lo kak. Gue mau liat kak Tae.”
“Koo gak perlu. Taehyung gak apa-apa dia
cuma luka kecil jangan terlalu khawatir ya.”
“Lo gak tau rasanya jadi gue kak. Lo gak bakal
ngerti. Wajar gue khawatir!!”

261 My Time
Jimin terdiam sejenak saat mendengar
Jungkook yang tiba-tiba membentaknya.
“Sayang.”
Itu bukan suara Jimin melainkan Taehyung,
saat mendengar suara Taehyung air mata Jungkook
semakin deras.
“Kakak gak apa-apa. Koo jangan terlalu
khawatir ya. Bentar lagi kakak pulang, bubur ayam
yang Koo mau udah kakak beliin kok masih anget biar
baby senang dan papa Koo juga kenyang ya, sayang.”
“M-maafin aku. Gak seharusnya aku ngidam
macem-macem dan malah bikin kakak kayak gini, m-
maafin aku.”
Jungkook terbata-bata, Taehyung diseberang
sana tahu bahwa Jungkook sedang menangis.
“Jangan nangis ya sayang. Ini kakak mau
pulang. Kalau Koo nangis nanti baby ikutan sedih.
Ayahnya gak apa-apa kok, cuma luka kecil yang bisa
diobatin pakai obat merah. Ayahnya baby kan kuat
hehe.”

262 My Time
Akhirnya kata-kata Taehyung sedikit
membuat Jungkook merasa lebih tenang dan
tangisannya perlahan berhenti.
“Kakak pulang ya. Ini mau balikin hp Jimin
dulu. Tunggu kakak ya.”
Itu adalah ucapan terakhir Taehyung sebelum
dia berangkat pulang dari rumah Jimin. Kemudian
ponselnya diambil alih lagi oleh Jimin.
“Koo.” Panggil Jimin lagi.
“Iya kak?”
“Jangan pernah nyalahin diri lo sendiri ya.
Taehyung beneran gak apa-apa lukanya kecil banget.
Taehyung beruntung banget ya dapetin lo. Lo emang
sebaik itu untuk dimilikin sama Taehyung. Begitupun
lo, beruntung banget dapetin Taehyung dia
bertanggung jawab sebagai suami yang baik buat
bahagiain dan memenuhi kebutuhan lo.”
Jimin menarik napasnya, terdengar jelas
ditelinga Jungkook.
“Maaf buat kesalahan gue yang dulu. Karena
obsesi, gue sampai ngeraguiin lo buat bahagiain

263 My Time
Taehyung. Gue udah buta sama obsesi, sampai dimana
gue harus kehilang kak Yoongi. Koo suatu saat kalau
gue udah pergi entah kemana, tolong jangan pernah
tinggalin Taehyung. Itu cuma permintaan gue sebagai
sahabat lo dan sahabatnya Taehyung.”
Dan Jimin menutup ponselnya, Jungkook
mencerna semua kata demi kata yang Jimin ucapkan.
Mungkin Jimin memang sudah berubah, pikirnya.
Kemudian Jungkook keluar ke depan rumah,
menunggu kedatangan Taehyung karena tidak
bohong jika dia masih sangat mengkhawatirkan
Taehyung.

“Tadi pagi Jennie beneran nebeng sama lo


Koo?” Tanya Seokjin yang saat ini sedang duduk
dengan Jungkook di kantin. Hanya berdua karena
Taehyung dan Namjoon sedang ada urusan dengan
himpunan mahasiswa.

264 My Time
“Iya. Lo tau gak muka dia tuh kayak kesel
banget, ya gue yang liat cuma bisa ketawa dalem hati
doang. Gak enak kan ngetawain langsung di depan
mukanya.”
Seokjin terbahak mendengar Jungkook, ikut
membayangkan bagaimana lucunya wajah kesal
Jennie karena berharap tempat duduk disamping
Taehyung didalam mobil diduduki oleh dirinya.
“Anjir tuh orang kenapa ya. Apalagi sambatan
dia di akun itu masih aja dilakuin, padahal lo kan
udah ngasih tau dia ya kalau lo itu tau masalah akun
sambatan yang dia punya.”
Jungkook hanya mengangguk. “Iya gue udah
kasih tau, tapi kenapa dia masih asyik nyambat ya.
Gue gak paham deh sama dia, antara dia lupa atau
emang beneran bego.” Ucap Jungkook kemudian
memakan bekal yang sengaja dia bawa.
Sejak mengetahui bahwa dirinya hamil
Jungkook memutuskan untuk selalu membawa bekal
dan tidak memakan makanan sembarangan lagi demi
kesehatan kandungannya.

265 My Time
“Koo, are you happy now?”
Tiba-tiba Seokjin bertanya seperti itu
membuat Jungkook sedikit terkejut.
“Of course. Why do you ask me like that?”
“Nothing. Cuma nanya dong, gue seneng liat lo
bahagia. Jangan sedih-sedih ya, bahagia terus.”
Jungkook hanya tersenyum kemudian
mengangguk.
“Thanks bro. Gue sayang banget sama lo. Lo
udah gue anggap sebagai kakak gue sendiri.”
“Don’t be. Anggep aja gue teman lo, gue takut
aja ngecewain lo suatu hari nanti.”
Jungkook memukul pelan bahu Seokjin. “Lo
apa-apaan sih. Gue percaya sama lo, yakali lo bakal
ngecewain gue. Udah ah ngaco deh omongan lo. “
Seokjin menepuk pelan kepala Jungkook,
kemudian tertawa. “Iya adik kecil.”
“Lo kerjain skripsi tuh, jangan males-malesan.
Katanya mau nyusul gue nikah.”
“Iya Koo, papa hamil bawel ya.”

266 My Time
“Kak, baju yang ini lucu deh. Warna biru buat
baby yang belom keliatan jenis kelaminnya.”
Jungkook memegang setelan pakaian bayi
berwarna biru muda. Iya, sekarang Taehyung dan
Jungkook sedang berada di toko perlengkapan bayi.
Sebenarnya mereka berdua sudah sepakat
untuk membeli perlengkapan bayi setelah acara
pernikahan Bogum dan Jennie. Tapi entah bagaimana
langkah keduanya bisa sampai di dalam toko itu.
Katanya Jungkook hanya ingin memegang
pakaian bayi, melihat langsung apa saja yang akan
dibelinya nanti. Mereka bukan membeli sekarang.
“Iya lucu. Udah dimasukin ke dalem list
belajaan besok?” Tanya Taehyung.
“Udah aku catat nih di note hp.” Jungkook
mengangkat ponselnya yang menampilkan daftar
belanjaan untuk anaknya nanti saat sudah lahir.
Jungkook kembali meletakkan setelan pakaian
bayi itu, kemudian berpindah pada sepatu bayi. Dia

267 My Time
tertawa melihat jajaran sepatu yang begitu
menggemaskan, tidak sabar memakaikannya pada
kaki anaknya nanti.
“Kak, lucu. Gak sabar pengen beli.” Jungkook
mengangkat sepatu itu, menggoyangkannya didepan
wajah Taehyung dengan wajahnya yang
menggemaskan.
“Inget ya, belinya nanti.”
Jungkook mengerucutkan bibirnya, kemudian
kembali meletakkan sepatu itu pada rak.
Taehyung menggenggam tangan Jungkook.
“Kan udah buat kesepakatan buat beli
perlengkapannya setelah acara kak Bogum selesai.”
Jungkook hanya mengangguk paham, “Kak tau
gak kak Jennie masih di kampus loh.”
Taehyung berjalan, menggenggam tangan
Jungkook semakin erat. Sedikit kaget mendengar
pengakuan Jungkook karena tadi Jungkook
mengatakan Jennie pulang bersama Bogum.
“Loh tadi katanya Jennie pulang sama kak
Bogum.”

268 My Time
“Aku bohong. Aku gak mau ada kak Jennie, kita
‘kan udah buat janji tadi pagi buat jalan-jalan pulang
ngampus. Gak mau diganggu aja.”
Jungkook masih saja memperhatikan berbagai
macam perlengkapan yang ada di toko itu bahkan
matanya sampai berbinar karena ingin sekali
membelinya sekarang juga.
“Dasar nakal.” Taehyung menarik wajah
Jungkook kemudian mencubit pelan hidung bangir
suaminya.
“Biarin aja, aku sekali-kali mau juga ya jailin
dia. Jangan dia doang yang jailin aku.”
Jungkook menjulurkan lidahnya di depan
Taehyung, membuat Taehyung menahan rasa gemas.
Jika saja mereka tidak sedang ditempat umum
mungkin Taehyung akan menggigit habis pipi gembil
Jungkook.
Taehyung menarik pelan tangan Jungkook,
mengajaknya keluar dari toko perlengkapan bayi itu.
Sejenak Taehyung melirik jam tangan yang melingkar
di pergelangan tangannya. Takut jika terlalu malam,

269 My Time
karena dia tau angin malam tidak baik untuk tubuh
Jungkook apalagi sekarang dia tengah hamil.
“Mau kemana lagi sayang? Jangan malem-
malem ya pulangnya. Gak bagus angin malem.”
Taehyung masih setia menggenggam tangan
suaminya.
“Pulang aja yuk kak, kaki aku juga udah pegel.
Udah cukup cuci matanya hari ini, aku cuci mata
malah tambah ngiler liat baju baby.”
Taehyung tertawa, “Siapa suruh cuci mata ke
toko bayi?”
“Huh namanya juga ngidam. Aku pengen
pegang baju bayi makanya tadi mampir.”
“Iya, iya sayang. Mau makan apa?” Tanya
Taehyung.
“Aku pengen makan salad buah. Pengen yang
seger-seger tapi ada asem-asemnya juga kak.”
Jungkook meneguk ludahnya, perutnya tiba-
tiba berbunyi. Ingin rasanya makan makanan yang
asam.

270 My Time
“Makan berat juga ya. Nanti beli di restoran
yang higienis aja ya.”
Jungkook mengangguk, perutnya semakin
terasa kosong ingin cepat-cepat diisi. Padahal hari ini
dia sudah makan empat kali. Mungkin anaknya
didalam perut yang minta, katanya.

271 My Time
Pernikahan

Satu bulan semenjak acara lamaran itu dan


tepat hari ini pernikahan Bogum dan Jennie sudah
sah dimata Tuhan dan semua orang.
Jungkook menghela napas, duduk di kursi
kemudian meluruskan kakinya yang terasa pegal
karena berdiri terus-terusan untuk menyambut tamu
di acara pernikahan Bogum dan Jennie karena
memang kebanyakan yang datang ke acara itu
mahasiswa kampus dan jajaran orang penting di
kampus.
Taehyung mendekat, berjongkok dibawah kaki
Jungkook. Memijat perlahan kaki ungkook, “Capek
ya? Kakak pijitin ya.” Ucap Taehyung.
Jungkook hanya tersenyum, dia mengelus
singkat surai hitam Taehyung. “Terima kasih suami
ganteng.” Lalu Jungkook tertawa.
“Gantengnya punya kamu doang.”
“Iya emang punya aku doang tau!” Tekannya.

272 My Time
“Kak.” Panggil Jungkook.
Otaknya kembali berputar, memikirkan
rencana selanjutnya yang akan dilakukan oleh Jennie
dan Bogum. Jungkook terlalu takut saat musuhnya
semakin bersatu maka dia akan semakin lelah
menghadapinya. Dia tidak tahu, apakah dia akan
sanggup menghadapi semua ini?
“Kenapa sayang?” Taehyung sejenak berhenti
memijat kaki Jungkook. Dia meraih tangan Jungkook
kemudian menciumnya singkat. “Mikirin apa?”
Tanyanya.
“Takut.”
“Takut kenapa sayang?”
“Jennie udah tinggal satu rumah sama Mama,
aku takut kak Bogum dan Jennie jadi gampang
ngelakuin hal macem-macem.”
Jungkook menunduk, bibirnya melengkung ke
bawah. Sudut matanya tiba-tiba berair, menahan air
mata yang akan jatuh.
“Stt … jangan dipikirin ya sayang. Kalau
mereka ngelakuin hal macem-macem kakak gak bakal

273 My Time
tinggal diem. Kakak disini buat jagain kamu. Kakak
bertanggung jawab buat keselamatan kamu juga,
kakak bakal ngelakuin apapun buat ngelindungin
kamu.”
Jungkook menaikkan pandangannya, menatap
mata Taehyung. “Makasih.”
“What for?”
“Udah jadi suami yang luar biasa. Maaf kadang
suka ngerepotin kakak.”
“Kenapa ngomong gitu? Udah jadi tugas kakak,
sayang. Don’t talk like that, okay?.”
Jungkook kembali meraih tangan Taehyung,
“Kak, jangan pergi ya. Jangan tinggalin aku disini
sendirian.”
Taehyung menarik tangannya yang berada di
dalam genggaman Jungkook. Kemudian mengelus
singkat rambut suaminya. “Emangnya siapa yang
bakal ninggalin Koo? Udah tau kan kakak sebucin apa
sama Koo.”
Jungkook mencubit hidung Taehyung.
“Gombal.” Kemudian dia tertawa renyah.

274 My Time
“Loh kakak ngomong serius kok malah
dikatain gombal? Sedih nih.”
Taehyung sengaja memasang wajah sedih agar
Jungkook semakin tertawa dan tidak lagi memikirkan
hal-hal yang dapat mengganggu kandungannya.
“Kakak ‘kan emang gombal. Pas dulu kakak
deketin aku juga kerjaannya ngegombal mulu tiap
hari.”
Taehyung berdiri, kemudian ikut duduk
disamping Jungkook. “Abisnya susah banget dapetin
hati kamu. Kakak aja hampir nyerah, untungnya gak
jadi. Nanti kakak bisa nyesel kalau nyerahnya
kecepetan.”
Pipi Jungkook memerah, gemas sekali
dipandang. “Udah ih, aku malu kalau nginget yang
dulu-dulu.”
“’Kan kamu yang duluan bahas yang dulu. Dih,
pipinya merah.” Taehyung mencubit pipi Jungkook,
menimbulkan ringisan pada Jungkook.
“Sakit kakak.” Jungkook memukul keras paha
Taehyung, membuat ketawa Taehyung pecah.

275 My Time
“Mau dibikinin susu gak sayang? Kasian baby
dibawa berdiri lama.” Taehyung merendahkan
tubuhnya, kemudian mendekatkan telinganya pada
perut Jungkook.
“Mau.”
“Baby liat Papa kamu tuh katanya haus abis
bawa kamu berdiri lama. Papa kamu nakal, padahal
kan Ayah udah suruh istirahat aja tapi masih aja
nakal gak nurutin kata Ayah.”
Sudah menjadi hal biasa bagi Jungkook
melihat Taehyung yang mengajak anaknya yang
masih didalam perut berbicara seperti ini. Jungkook
hanya tertawa melihat Taehyung dengan tingkahnya.
“Hush tukang ngadu deh. Gak boleh ngadu
kayak gitu ke adek bayi.” Jungkook mencubit hidung
mancung suaminya.
Taehyung kembali membenarkan posisinya,
mengelus pelan perut Jungkook. Taehyung mengecup
singkat bibir Jungkook, “Abisnya kamu sih nakal.”
“Aku gak nakal. Cuma gak enak aja ada anak-
anak kampus.”

276 My Time
“Iya. Iya sayang. Kakak bikinin susu dulu ya.”
Jungkook mengangguk. “Jangan lama-lama ya.”

277 My Time
Dinner & Insiden

Empat minggu setelah menikah dengan


Bogum, Jennie masih saja mengganggu rumah tangga
Jungkook. Dia masih tidak tinggal diam begitu saja.
Jungkook memang mengetahui semua rencana yang
akan dilakukan, dari merebut perhatian mertuanya
sampai meminta hal-hal kecil pada Taehyung.
Jungkook terus mendapatkan beberapa cerita
dari mertuanya, bagaimana Jennie yang sengaja
menyiapkan makanan untuk mertuanya dengan
alasan makanan itu dimasak sendiri padahal
mertuanya melihat bungkus makanan yang dia yakini
itu adalah makanan yang sengaja di pesan Jennie
namun mengambil alasan bahwa makanan itu adalah
hasil tangannya sendiri.
Jika mengingat itu semua Jungkook hanya bisa
tertawa, dan saat Seokjin kembali menceritakan apa
saja sambatan Jennie di akun yang dia gembok
membuatnya semakin tidak habis pikir.

278 My Time
Bagaimana ada manusia dengan obsesi
tingginya untuk mendapatkan orang yang disukai
apalagi sampai melakukan hal-hal yang kelewat
batas.
Sabtu sore sudah memasuki waktu libur,
mertuanya mengundang Jungkook dan Taehyung
untuk makan malam. Katanya sih untuk menyambut
kehamilan Jungkook serta merayakan satu bulan
pernikahan Bogum.
Setelah ada beberapa kejadian untuk
menggagalkan acara weekend itu akhirnya
terwujudkan juga. Jennie dengan segala rencananya
menyuruh Eunwoo salah satu teman kelas Jungkook
untuk mengirim pesan random agar Taehyung salah
paham dengan Jungkook.
Namun Jungkook lebih memilih memberitahu
taehyung, karena dia percaya sebesar apapun
masalah yang dia dapat, komunikasi adalah salah
satu kunci untuk menyelesaikannya.
Taehyung menenteng satu plastik belanjaan
penuh berisikan beberapa sayuran segar dan

279 My Time
beberapa potong daging yang baru saja dibeli
bersama Jungkook. Mampir terlebih dahulu di
supermarket, takut jika per- lengkapan di rumah
mamanya sudah menipis.
Taehyung yang awalnya memegang plastik
ditangan kanannya lalu memindahkannya ke tangan
kirinya begitu saja. Dia menggenggam tangan
Jungkook dengan tangan kanannya, menyamakan
langkah antara keduanya. Jungkook hanya tersenyum
kemudian mengikuti arah langkah Taehyung
memasuki rumah Mamanya.
Disambut dengan tatapan Jennie yang
menajam namun Jennie tidak bodoh, dia tetap saja
memanipulasi agar mertuanya ataupun Taehyung
tidak curiga dengannya.
“Sore sayang, kok datengnya jam segini?”
Tanya Mama, kemudian mencium pipi Jungkook.
Sedangkan Taehyung lanjut berjalan ke arah
dapur, meletakkan barang belanjaan yang sudah
dibeli tadi dan kembali lagi ke ruang tengah melihat

280 My Time
interaksi Jungkook dengan Mamanya membuatnya
tersenyum.
“Tadi mampir dulu ke supermarket buat beli
beberapa potong daging sama sayuran gitu Ma. Kak
Taehyung yang mau, katanya takut daging sama
sayuran Mama gak seger. Dia kan posesif sama
anaknya.” Canda Jungkook membuat Mamanya
tertawa.
“Enak aja, Mama tadi pagi juga udah pergi ke
supermarket ya. Beli yang seger-seger karena tau
menantu kesayangan Mama mau dateng. Mana
menantu Mama ‘kan lagi hamil, gak mungkin dong
Mama kasih makan yang udah gak seger.” Mama
mendekati Taehyung kemudian mencubit lengan
berotot Taehyung.
“Sakit Ma, jangan dicubit.”
“Kamu sih bilang bahan-bahan dirumah Mama
gak seger.”
“Ya ‘kan Taehyung juga gak tau. Lagian tadi
juga Koo mampir bentar buat liat baju baby makanya

281 My Time
di sempetin aja buat beli bahan-bahan.” Jelas
Taehyung sambil mengusap lengannya.
Jennie yang melihat interaksi antara Jungkook
dan mertuanya hanya geram. Luar biasa ingin marah
bahkan ingin rasanya dia memukul wajah Jungkook
yang memerah akibat dipuji oleh mertuanya.
Jangan salahkan Jennie jika dia semakin
membenci Jungkook karena Jungkook sudah merebut
Taehyung dan sekarang merebut semua perhatian
mertuanya.
“Kok udah mampir ke tempat baby aja? ‘Kan
udah janji sama Mama buat belanja bareng. Mama
juga ‘kan pengen milihin baju buat cucu Mama.” Ucap
Mama kesal.
“Belum beli Ma. Koo sering ngidam pengen
pegang baju baby makanya Taehyung sempetin buat
liat-liat dulu. Lagian Taehyung juga gak lupa kok
kalau Mama juga pengen ikut pergi belanja buat
milihin baju baby.” Jelas Taehyung.

282 My Time
Mama hanya tersenyum bahagia mendengar
penjelasan Taehyung. “Awas ya kalau kamu berani
ninggalin Mama.”
“Mana berani kita ninggalin Mama. Lagian Koo
juga gak terlalu ngerti apa aja yang baby butuhin
nanti.” Jungkook berjalan mendekati mertuanya.
“Nah makanya Mama harus ikut. Gak sabar
nunggu cucu Mama lahir.” Ucap Mama kemudian
mengelus pelan perut Jungkook.
Taehyung dan Jungkook hanya tertawa
melihat mama yang sangat antusias.
Lain halnya dengan Jennie yang ingin sekali
teriak di depan wajah mereka bertiga, karena Bogum
memang tidak ada disana.
Jennie juga total deg-degan karena mertuanya
menyuruhnya untuk masak bersama Jungkook.
Pasalnya Jennie sama sekali tidak bisa memasak, jadi
kebohongannya selama ini akan terungkap begitu
saja.
“Koo mau istirahat dulu? Apa mau langsung
ikut ke dapur bareng Mama sama Jennie?”

283 My Time
Jungkook sejenak menatap Taehyung. “Ikut ke
dapur aja, Ma. Koo gak capek kok.”
“Yaudah ayo ke dapur. Jennie ayo, jangan
bengong mulu dong.” Ajak Mama.
Jennie yang masih sibuk dengan lamunannya
akhirnya tersadar. “Iya Ma.” Akhirnya dia berjalan
mengekori mertuanya.
Sedangkan Jungkook mendekati taehyung,
memberikan ponselnya pada Taehyung. “Yakin mau
ikut Mama masak?” Tanya Taehyung memastikan.
Jungkook hanya mengangguk, “Iya kak.”
Jungkook sekejap mencium bibir Taehyung. “Aku
masakin yang enak deh buat kakak.”
Taehyung meraih pinggang Jungkook,
kemudian mengecup kembali bibir Jungkook. “Kalau
capek udahan ya. Jangan di paksa.” Kemudian
Jungkook hanya mengangguk.
Tanpa mereka sadari, Bogum yang baru saja
keluar dari kamar melihat apa yang Jungkook dan
Taehyung lakukan membuatnya mengumpat di
dalam hati.

284 My Time
Sudah setengah jam Jungkook dan mamanya
bergelut di dapur, namun Jennie masih saja tidak
membantu. Dia hanya mematung melihat begitu saja.
Karena bingung harus melakukan apa, dia sama
sekali memang tidak bisa memasak.
"Lo gak usah merasa paling bisa ya. Mentang-
mentang gue ga bisa masak jadi lo bakal permaluin
gue di depan Mama." Jennie sedikit berbisik di telinga
Jungkook.
Jungkook masih sibuk memotong beberapa
sayuran untuk makan malam nanti, dia hanya bisa
mengeluarkan tawa remehnya saat melihat ketakutan
Jennie.
"Ma, biar Koo aja ya yang masak. Kak Jennie
bisa bantuin buat manasin air buat sayur-sayur ini
kok. Mama bisa tunggu di depan aja sama Kak
Taehyung." Jungkook menatap mama mertuanya
yang sedang sibuk ikut memotong daging yang baru
saja dikeluarkan dari freezer, dia menatap Jungkook,
"Jangan dong sayang. Koo lagi hamil gak bisa kerja
berat-berat."

285 My Time
Lalu Jungkook melepaskan kegiatannya
memotong sayuran, membalikkan badannya menatap
mertuanya. "Gak apa-apa ‘kan ada kak Jennie. Gak
berat kok. Pokoknya hari ini serahin urusan dapur
sama Koo ... dan kak Jennie."
Mama mertuanya hanya tertawa, kemudian
mengangguk paham. "Dasar mantu keras kepala."
Katanya namun dibarengi dengan tawa renyahnya.
"Yaudah Mama ke depan ya. Oh iya Jennie kamu bisa
gantiin mama potong dagingnya juga ya."
Jennie yang sedari tadi menyaksikan drama
antara mertuanya dan Jungkook hanya merengut
kesal. Tidak suka dengan cara Jungkook yang mencari
perhatian lebih pada mertuanya. Dia sedikit terkejut
saat mertuanya menyuruhnya menggantikan
tugasnya untuk memotong beberapa potongan
daging.
"Iya Ma nanti dagingnya Jennie potong."
Mertuanya terlebih dulu mencuci tangannya
dengan sabun dan air mengalir sebelum akhirnya
meninggalkan Jungkook dan Jennie yang saat ini

286 My Time
sedang berkutat dengan bahan-bahan makanan
untuk nanti malam.
"Kak Jennie, tolong liatin sayur yang itu dong
kali aja udah mateng."
Jennie hanya memutar bola matanya malas,
sengaja menulikan telinganya tidak mau disuruh-
suruh oleh Jungkook.
"Kak, gue minta tolong baik-baik loh ini. Gak
liat gue masih motong daging? lo kalau gak mau
bantu disini mending sana ikut join sama Mama dan
yang lain biar lo ketauan gak bisa masak. Masih
untung ‘kan gue tolongin, sekarang gue cuma minta
tolong buat liatin sayurnya doang lo gak mau." Jelas
Jungkook panjang lebar.
Dia masih menahan emosinya tidak mau
sampai dapur itu hancur olehnya karena bisa saja
sekarang dia membunuh Jennie dengan pisau
pemotong daging di tangannya.
Jennie masih sibuk bermain dengan
ponselnya, asyik dengan apa yang ada di layar

287 My Time
ponselnya tanpa menghiraukan Jungkook yang dari
tadi sudah meminta tolong.
"Kak Jennie." Panggil Jungkook sekali lagi.
"Apa sih lo! Lo aja yang kerjain tadi udah
nyanggupin kata Mama kan? sekarang lo yang kerjain
sendiri." Sejenak Jennie menurunkan ponselnya
menatap Jungkook yang menatap matanya kesal,
terlihat dari rahangnya yang mengeras.
Jungkook hanya menghela napas kasar,
kemudian dia berjalan ke arah kompor. Mengaduk
sebentar sayurnya untuk mengecek tingkat
kematangannya. Dia pikir sayur itu sudah matang
dilihat dari tekstur yang sudah mulai melunak.
Kemudian Jungkook mematikan kompornya, meraih
lap kering menjadi pelindung tangannya dari rasa
panas yang dihantarkan oleh panci.
Pelan sekali Jungkook berjalan membawa
panci panas itu sedangkan Jennie masih sibuk dengan
ponselnya. Tiba-tiba saja terlintas rencana kotor di
benak Jennie, dengan sengaja dia menyenggol lengan
Jungkook sehingga hal tidak terduga terjadi, tangan

288 My Time
Jennie terkena kuah sayur yang masih mendidih.
Jeritan Jennie mengundang seluruh isi rumah untuk
datang ke dapur.
"Kenapa ini?" Bogum berjalan mendekati
Jennie, memegang pelan pergelangan tangan istrinya.
"Argh sakit. Jangan dipegang." Ringis Jennie.
Jungkook hanya terdiam menatap ringisan
Jennie, masih terpaku dengan suasana saat ini.
Bahkan tangannya yang ikut terkena kuah
sayur panas itu pun tidak di pedulikan lagi.
"Kenapa bisa kayak gini?" tanya Bogum sekali
lagi.
Jennie menatap Jungkook, kemudian
menunjuknya cepat. "Dia yang udah ngelakuin ini
sama aku. Jungkook yang sengaja numpahin kuah
sayurnya gara-gara aku telat bentar buat angkat
sayurnya."
Taehyung yang masih terdiam menyaksikan
kejadian ini hanya terpaku menatap Jungkook yang
masih saja enggan membuka suara.
"Koo apa benar, sayang?" Tanya mertuanya.

289 My Time
Mama mertuanya berjalan mendekati Jennie,
melihat tangannya yang melepuh. "Bawa ke dokter.
Tangannya udah melepuh itu." Perintah Mama
mertua Jungkook.
Bogum mengangguk, kemudian dia berjalan
menuntun Jennie meninggalkan semua yang ada
disana.
"Tae, bawa Koo ke kamar sayang. Biar mama
yang beresin semuanya." Ucapnya.
Taehyung hanya mengangguk, berjalan
mendekati Jungkook kemudian menarik lengannya.
Jungkook masih saja diam terpaku, tidak
mengeluarkan sepatah kata pun sedari tadi membuat
Taehyung sedikit bingung dibuatnya.
"Kakak heran sama kamu. Kenapa ngelakuin
ini sama Jennie? Masih dendam kamu sama dia?
Kakak gak suka ya kalau kamu kayak gini lagi."
Apa Taehyung tidak menyadari perkataannya
barusan sukses membuat hati dan pikiran Jungkook
semakin kacau.
“Kakak marah?”

290 My Time
“Menurutmu? Buat apa kamu ngelakuin itu?
Masih benci? Mau sampai kapan kayak gini, mau jadi
apa kamu? Gimana sama anak kita nanti? Pasti malu
punya Papa kayak kamu.”
Tamparan begitu menyesakkan bagi Jungkook
saat setiap kata yang diucapkan Taehyung. Dia tidak
menyangka bahwa Taehyung bisa berkata seperti itu.
“Aku m-mau pulang kerumah A-ayah.”
“Bisa kan selesain berdua? Gak usah bawa
orang lain di masalah kita ini.” Nada suara Taehyung
meninggi membuat Jungkook semakin ketakutan.
“Kakak udah gak percaya lagi sama aku?”
Taehyung mengatur napasnya, “Apa yang bisa
dipercaya lagi dari kamu?”
Sesak di dalam dada, membuat hantaman
keras di dada Jungkook. Ingin rasanya dia berlari
meninggalkan rumah itu, pergi kemanapun asal tidak
mendengar ucapan Taehyung yang menyakitkan.
“B-bukan aku yang ngelakuin itu. Bukan aku
yang sengaja nyiram kak Jennie. Dia sendiri yang

291 My Time
nabrak tangan aku. Kenapa kakak gak percaya sama
aku?” Tanyanya.
“Kenapa kakak harus percaya sama kamu?
Ngebunuh sahabat kamu aja kamu bisa apalai Cuma
nyiram orang pakai kuah sayur.”
Tiba-tiba saja air mata Jungkook turun begitu
deras, sudah cukup dia tidak bisa menahannya lagi.
Jadi biarkan saja air matanya bebas keluar.
“Kakak lebih percaya kak Jennie? Iya?”
“Kasih kakak bukti yang bisa bikin kakak
percaya lagi sama kamu.”
Jungkook memukul dada Taehyung, hatinya
semakin sakit.
“Aku gak tau harus kayak gimana, mau aku
jelasin kayak gimanapun dimata kakak aku tetap
salah. Dari awal kalau kakak belum bisa nerima masa
lalu aku kenapa gak ngomong waktu itu? Kenapa
kakak harus datang kerumah Ayah? Kalau tau kayak
gini aku lebih milih kakak gak usah dating.”
Taehyung mengeratkan tangannya diatas
pundak Jungkook, menggoyangkan tubuh Jungkook.

292 My Time
“Gak usah ngerasa paling tersakiti Koo. Kamu
kira kakak gak sakit setelah tau masa lalu kamu?
Kamu kira kakak gak mati-matian nyari jalan keluar
dari masalah ini? Susah, susah banget.”
Jungkook menghapus kasar air matanya yang
terus menetes. “Kalau kakak udah gak sanggup buat
ngejalanin semuanya dan gak bisa nerima masa lalu
aku mending kita udahin semuanya sampai sini.
Karena percuma, rasa percaya kakak ke aku aja udah
gak ada.” Sejenak Jungkook mengatur napasnya.
“Apa yang bisa dipertahanin lagi? Cinta?
Sayang? Percuma kalau gak ada lagi landasan rasa
kepercayaan kakak ke aku. Pulangin aku ke rumah
Ayah, kita akhiri semuanya.”
Taehyung frustasi, mengusap kasar wajahnya.
Dia keluar meninggalkan Jungkook sendirian didalam
kamar, dia termenung memikirkan kejadian yang
barusan terjadi. Apalagi setiap kata yang Jungkook
lontarkan membuatnya kembali berpikir apa dia
sudah terlalu berlebihan sehingga Jungkook sampai
berani berkata seperti itu?

293 My Time
Jungkook yakin seratus persen bahwa bukan
dirinya yang sengaja melakukan itu, namun Jennie
yang memang sengaja menyenggol panci itu.
Ingin rasanya Jungkook berteriak di depan
wajah Taehyung, namun lidahnya masih saja terasa
kelu. Taehyung tidak mengerti dirinya, Taehyung
tidak menerima masa lalunya dan Taehyung tidak
mempercayainya lagi. Lalu apakah yang harus
dipertahankan lagi?
Dia menangis sesegukan, memikirkan matang-
matangnya keputusannya untuk tetap tinggal
bersama Taehyung atau berpisah. Hatinya sudah
terlalu sakit mendengar kata yang diucapkan
Taehyung.
Dia kembali teringat sewaktu kecil, bagaimana
Ibu tirinya dengan mudahnya menuangkan air panas
itu ke punggungnya membuat jeritan sakit hati
didalam dirinya tiba-tiba terasa sakit.
Dia memegang punggungnya, sakitnya masih
terasa. Bukan sakit karena luka dipunggungnya,
namun karena luka dihatinya dan sekarang Taehyung

294 My Time
bahkan mengatakan beberapa kata yang begitu fatal
membuat Jungkook menjerit dalam tangisnya.

"Tae … Jangan kayak gini ya sayang."


Sebuah tangan tiba-tiba saja berada diatas
rambut Taehyung, mengelus rambutnya begitu pelan
sehingga dapat menenangkan amarah yang
membuncah pada diri Taehyung. Dia sedikit
mendongak menatap Mamanya yang saat ini sedang
berdiri dengan senyum manis namun wajah yang
begitu mengkhawatirkan.
"Kamu gak nanya Koo dulu? Kenapa langsung
marah sama dia? Jangan cepat tersulut emosi kalau
kamu aja belum tau penjelasan dari Koo. Inget Koo
lagi hamil, kamu sendiri yang bilang gak mau Koo jadi
banyak pikiran, tapi kenapa sekarang kamu yang
nyudutin Koo sama masalah yang belum tentu benar
enggaknya." Kata Mamanya masih mempertahankan
suara paraunya. "Emang gak sayang sama anakmu?

295 My Time
sama cucu Mama? Gak sayang sama Koo? Coba di
omongin baik-baik dulu."
Taehyung menghela napas begitu kasar,
setidaknya ada satu orang yang membuatnya kembali
berpikir mengenai tindakan yang dia lakukan kepada
suaminya. Jika memang benar Jungkook tidak
melakukan seperti yang dia kira maka Taehyung akan
merutuki dirinya sendiri atas kebodohan yang dia
perbuat.
Sampai sekarang, Mamanya bahkan tidak tahu
menahu mengenai masa lalu Jungkook, tidak ingin
menceritakan masa lalu Jungkook takut jika
mamanya kepikiran. Lagi pula masa lalu Jungkook
cukup diketahui oleh mereka berdua saja, tidak baik
jika sebuah aib diceritakan kesana kemari.
Hati Taehyung terus menolak dengan
tindakannya yang baru saja dia lakukan kepada
Jungkook. Merasa berlebihan sampai mengatakan
sesuatu yang sangat fatal bahkan bisa saja membuat
Jungkook teringat kembali dengan masa lalu
pahitnya.

296 My Time
Taehyung berdiri, menatap Mamanya sejenak.
Wajahnya begitu kusut, pikirannya terlampau kacau.
"Taehyung ke kamar dulu Ma. Mau liat keadaan Koo."
Ucapnya kemudian berjalan masuk, melangkahkan
kakinya ke kamar dimana Jungkook berada.
Saat Taehyung membuka pintu terlihat
bagaimana Jungkook terlelap dengan wajah
menyedihkan bahkan sisa air matanya masih tercetak
jelas disana. Taehyung mendekat, memperbaiki
helaian rambut yang jatuh menutupi mata Jungkook.
Rasa bersalah kembali dirasakan, hanya saja
otaknya terus berperang dengan hatinya.
Mengatakan bahwa Jungkook memang salah,
memang tidak bisa disangkal kembali jika Jungkook
bisa membunuh kenapa hanya melakukan hal kecil
seperti melukai Jennie saja dia tidak bisa?
Taehyung menarik selimut menutupi setengah
tubuh Jungkook, atensinya kembali fokus ke arah
pergelangan tangan Jungkook yang di cengkram kuat
dan ditarik tadi, berwarna merah dan membengkak
seperti luka bakar.

297 My Time
Pandangannya di arahkan ke atas langit-langit
kamar, menahan bulir air mata yang akan jatuh ke
wajahnya. Merasa bodoh bahkan dia tidak tahu
bahwa Jungkook juga terkena kuah sayur itu, hatinya
masih saja menolak jika Jungkook memang sengaja
kenapa dia sampai terkena juga? Tidak mungkin ‘kan
orang yang memiliki niat untuk melukai namun
malah dirinya juga menjadi korban.
Taehyung beranjak dari kasur, berjalan keluar
kamar mencari salep luka bakar yang akan dioleskan
pada pergelangan tangan Jungkook. Sudut matanya
sudah tidak mampu lagi menahan air mata yang ingin
memberontak keluar. Bahkan untuk meraih apa yang
dia cari tangannya sampai gemetaran, tidak bisa
fokus meraih.
Setelah menemukan salep yang dicari,
Taehyung berlari kecil untuk kembali kedalam
kamar. Kakinya begitu lemas, kenyal seperti jelly
bahkan untuk menopang tubuhnya saja dia sudah
merasa tidak mampus. Banyak kemungkinan-

298 My Time
kemungkinan yang berputar di kepalanya. Rasa takut
menjalar di setiap aliran darahnya.
Dia terjatuh tepat di samping tempat tidur,
bahkan lututnya terasa sakit terbentur dengan lantai.
Sejenak Taehyung menghapus air matanya kasar,
Jungkook masih tertidur pulas masih dengan posisi
yang sama.
Taehyung masih mencoba membuka salep
luka bakar itu dengan tangannya yang gemetar,
bagaimana bisa hanya membuka tutup salep saja
membutuhkan waktu satu menit dalam keadaan
seperti ini. Taehyung berteriak frustasi di dalam
hatinya, dia bahkan tidak ingin jika Jungkook
merasakan sakit dan bagaimana bisa sekarang malah
dia yang membuat Jungkook seperti ini.
Perlahan, dia meletakkan salep itu di ujung
telunjuknya, meraih lengan Jungkook dan
mengoleskan pelan berharap Jungkook tidak bangun
karena merasakan perih. Setiap pergerakan diatas
luka Jungkook membuat diri dan hatinya menjerit
merasa sakit di dalam sana.

299 My Time
"M-maaf. Maafin kakak. Gak seharusnya kakak
kayak gini ke kamu."
Taehyung masih telaten mengoles pelan salep
itu, sehingga membuat satu ringisan lolos dari bibir
Jungkook yang tiba-tiba saja bangun. Jungkook
sedikit terkejut dengan kehadiran Taehyung di
sisinya, dia dengan berat hati menarik lengannya
yang digenggam pelan oleh Taehyung.
"Kamu udah bangun? Koo, kakak kesini mau
minta ma—"
"Kak keluar."
"Kakak mau minta maaf."
"Keluar, aku gak mau ketemu kakak."
"Koo..."
"Keluar."
Dan saat itu, satu goresan bertambah di hati
Jungkook. Goresan yang dibuat oleh Taehyung,
seseorang yang dijadikan pundak untuk menjadi
tempatnya bersandar saat menangis, seseorang yang
dijadikan kaki sebagai tumpuan untuk berjalan
menapaki masa depan dan seseorang yang dijadikan

300 My Time
tangan sebagai penyatu antara keduanya dengan
benda bulat kecil yang melingkar di jari manis
keduanya sudah Jungkook lepaskan sejak pesan
terakhir masuk ke ponsel Taehyung.

Kedatangan Seokjin menjadi tamparan baru


untuk Taehyung. Seokjin berjalan cepat, melanggar
semua aturan tata cara bertamu yang baik. Masuk
tanpa permisi mencari letak keberadaan Jungkook.
Taehyung yang melihatnya hanya menghalangi jalan
Seokjin, namun kepalang diujung amarah Seokjin
dengan gampang menabrak kasar bahu Taehyung.
"Lo ngapain kesini?" Tanya Taehyung dengan
nada tinggi.
"Gue mau nyari Koo." Jawabnya santai, sejenak
dia berhenti. Kemudian menatap remeh ke arah
Taehyung.
"Gue mau nyelesain masalah gue berdua kak.
Tolong jangan ikut campur." Tahan Taehyung.

301 My Time
Seokjin terkekeh, sekali lagi menabrak kasar
bahu Taehyung, pandangannya terus mengitari sisi
ruangan rumah Taehyung.
"Mau nyelesain masalah berdua kayak gimana
yang lo maksud? Dengan kata-kata yang bikin Koo
sakit? Iya? Koo itu nganggep lo segalanya, walaupun
kepergian lo bakal bikin dia hancur tapi lo satu-
satunya harapan yang bisa bikin dia ngelupain semua
traumanya. Lo salah satu alesan dia bertahan dan
bahagia setiap saat." Seokjin meremas kasar kaos
Taehyung.
"Harusnya lo mikir sebelum ngomongin hal
yang bikin dia sakit. Dan lo ngebela Jennie 'kan?
Silahkan tanggung jawab sama kebodohan lo. Gue
mau bawa Koo pergi."
Seokjin masih berjalan mengitari tiap ruangan,
sudah tidak ada lagi kata sopan santun pada dirinya.
Tidak peduli jika Taehyung akan menghajarnya
karena sudah membuat keributan di dalam sana.
Sampai dimana sorot matanya teralihkan pada
kamar pojok dengan pintu berwarna

302 My Time
merah maroon dan Seokjin yakini di kamar itu
Jungkook berada. Dia semakin berjalan cepat,
membuka kasar kenop pintu kamar itu membuat
Jungkook sedikit terperanjat dengan kehadiran
Seokjin.
Seokjin mengeluarkan benda kecil dari saku
jaketnya, menaruh kamera mini itu di sisi pas bunga
plastik diatas meja kamar Jungkook. Tidak ada yang
tahu jika dia menaruh kamera itu disana.
Taehyung masih saja membuntuti Seokjin,
rahangnya mulai mengeras karena sudah beberapa
kali memberikan Seokjin peringatan untuk tidak
mengganggu rumah tangganya saat ini.
"Kak, tolong keluar dari rumah gue."
"Koo, ayo ikut gue. Gue anter pulang ke rumah
Ayah lo." Seokjin sengaja menulikan
pendengarannya, semakin mendekat ke arah
Jungkook kemudian meraih lengan Jungkook pelan,
menuntunnya untuk berdiri.

303 My Time
Bugh
Satu pukulan telak mendarat di atas tulang
pipi Seokjin membuatnya tersungkur jatuh di atas
tempat tidur, sudut bibirnya bahkan sampai
mengeluarkan darah.
Seokjin terkekeh, kemudian mengelap darah
yang keluar dari sudut bibirnya. Berdiri
membenarkan posisi tubuhnya, dan satu pukulan
mendarat diatas permukaan wajah tampan
Taehyung.
Jungkook luar biasa kaget, napasnya memburu
menyaksikan Seokjin dan Taehyung menghantam
satu sama lain. Dengan pukulan yang tidak main-
main sampai membuat beberapa lebam pada wajah
mereka.
"Stop!" Teriak Jungkook histeris, bahkan
keduanya masih tidak mendengarkan teriakan
Jungkook.
"Udah, please." Sampai dimana Jungkook harus
memohon untuk keduanya.

304 My Time
Entah bagaimana, perkelahian itu mulai
berangsur dengan beberapa luka di setiap sudut
wajahnya. Luka Taehyung lebih banyak daripada
Seokjin, Jungkook yang melihat wajah Taehyung
sedikit meringis merasakan perih tiap darah yang
menetes di atas sana.
"Koo, ayo ikut gue."
"Koo diem disini. Gue suaminya, jadi tolong
kak lo pergi dari sini. Atau gue lapor polisi karena lo
udah buat keributan dirumah gue."
Seokjin sejenak menatap Jungkook sedangkan
Jungkook hanya memberi anggukan pelan sebagai
isyarat menyuruh Seokjin untuk menyetujui
perkataan Taehyung.
"Yaudah gue pergi. Koo kalau ada apa-apa
kasih tau gue."
Kemudian Seokjin pergi meninggalkan kamar
itu, dia sedikit terkejut menemukan Mamanya
Taehyung yang sejak tadi menyaksikan adu kekuatan
antara dirinya dan Taehyung.

305 My Time
"Tante, maaf bikin keributan. Saya permisi
dulu."
Dan Seokjin pergi, menyisakan beberapa luka
wajahnya. Jika bukan Jungkook mungkin dia tidak
akan rela wajah tampannya menjadi samsak pukulan
dari Taehyung.
Tangan Jungkook gemetar, menyentuh luka
pada kelopak mata atas Taehyung bahkan matanya
sampai membengkak karena pukulan Seokjin.
Jungkook masih membersihkan sisa luka
Taehyung dengan handuk yang sudah dibasahi,
membersihkannya pelan walau tangannya masih saja
gemetar.
Masih tidak ada yang memulai percakapan,
diam begitu saja membuat ruangan itu menjadi
hening. Taehyung memegang halus pergelangan
tangan Jungkook, "Kakak gak apa-apa. Tangan kamu
juga lagi luka. Di istirahatin aja."
Jungkook menggeleng, sudut matanya
mengeluarkan air mata. Dia dilanda rasa dilema
karena perubahan sikap Taehyung padanya.

306 My Time
"Maaf udah bikin kamu nangis. Jangan pulang,
kita selesaikan semuanya bareng-bareng. Please
jangan tinggalin kakak." Taehyung menggenggam
kedua tangan Jungkook, mendekap erat tubuhnya.
Hatinya begitu terasa sesak, dan dia memutuskan
untuk menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu
baru menyelesaikan urusannya bersama Jennie.
"Kakak gak bisa tinggal diem, Jennie harus
tanggung jawab buat semuanya."
"Kak, aku masih butuh jarak. Sorry."
Ucapan Jungkook membuat hati Taehyung
tersayat, sakit namun dia paham bahwa ucapannya
pada Jungkook lebih menyakitkan dan sejak saat itu
dia menghargai Jungkook dengan keputusan yang
sudah ditetapkan.

Pukul Sembilan tadi Jennie dan Bogum sudah


balik kerumah, dengan Taehyung yang memberikan
pukulan pada wajah Bogum begitu keras.

307 My Time
Bogum yang tidak mengerti apa-apa memukul
balik wajah Taehyung yang sudah babak belur oleh
Seokjin. Taehyung kepalangan emosi karena tadi
Seokjin sempat menyuruhnya untuk mengecek
ponsel Jungkook.
Dan benar saja ada puluhan pesan dari
Mamanya Jennie yang membuat hatinya sakit luar
biasa. Kata-kata yang tidak sepatutnya dikeluarkan
oleh orang tua. Kata-kata yang menambah luka pada
Jungkook.
‘Kamu gak dapet kasih sayang dari Mamamu
makanya kamu kayak gini?’
‘Pasti Taehyung nyesel punya suami kayak
kamu’
‘Dasar bocah kriminal’
Isi pesan itu membuat Taehyung menyesali
tiap kata-kata yang dia lontarkan pada Jungkook tadi.
Sudah cukup dia yang membuat Jungkook sakit untuk
hari ini kenapa malah hal-hal yang tidak disangka
terjadi. Kenapa Mamanya Jennie harus ikut campur
dengan kata-kata kasar yang diucapkan.

308 My Time
Maka Taehyung hanya bisa membalasnya
dengan pukulan di wajah Bogum. Ingin rasanya dia
memukul diwajah Jennie karena ucapan Mamanya
namun Taehyung tahu bahwa Jennie adalah wanita.
Amarah Taehyung mala mini semakin tinggi,
semua kejadian dari awal ospek teringat kembali.
Salahnya karena menuruti permintaan Jungkook
yang ingin mengambil jalur damai, seharusnya
keputusan paling benar adalah membawa masalah itu
ke jalur hukum agar semuanya tidak sampai sejauh
ini.
Saat ini, dua belas malam Taehyung sedang
duduk didalam mobil. Sejak tadi memutuskan pergi
dari rumah rumah karena sudah muak melihat
Bogum dan Jennie. Dan sekarang dia sudah ada
didepan pintu rumah Mamanya untuk kembali
melihat keadaan Jungkook.
Jennie yang tidak tahu kehadiran Taehyung
masih asyik berjalan kea rah kamar dimana Jungkook
tertidur dan dia yakin mertuanya juga sudah terlelap,
apalagi sekarang sudah pukul dua belas malam.

309 My Time
Dengan pelan sekali dia membuka kenop pintu
kamar Jungkook dengan tangannya yang
diperbankan karena luka bakar. Sedikit
menyunggingkan senyum remehnya pada Jungkook
yang sudah terbaring tidur. “Bodoh.” Gumam Jennie
saat sadar Jungkook sangat teledor sampai tidak
mengunci pintu kamarnya.
Langkahnya semakin mendekat. Dia menaruh
gunting yang sengaja dia bawa didepan dadanya.
Mengacungkan tinggi-tinggi sebelum akhirnya
Jungkook tersadar.
Saat Jennie mengayunkan gunting itu,
Jungkook dengan gesit berpindah tempat, membuat
Jennie menggeram kesal. “Sialan. Lo gak bakal
selamat. Lo bakal mati Jungkook.”
Jennie merangkak menaiki kasur itu,
mengayunkan gunting itu didepan wajah Jungkook.
Namun sayang, tenaga Jungkook bahkan lebih besar
daripada dirinya. Jungkook bisa menahan gunting itu
dengan memegang pergelangan tangan Jennie kuat.

310 My Time
Jungkook sedikit meringis, karena tangannya
terasa perih. “Lo gak bakal bisa ngebunuh gue.” Suara
Jungkook sedikit gemetar, bohong jika dia tidak takut
dengan gunting yang mengarah padanya.
Jungkook sudah hafal betul bentuk benda
tajam itu, bahkan dia sudah terbiasa mendapati luka
dari benda itu. Namun untuk saat ini dia harus tetap
melindungi kandungannya karena anaknya adalah
kunci utama Jennie untuk menghancurkannya.
“Kenapa? Lo takut Jungkook? Lo terlalu
penakut untuk ukuran orang yang udah pernah
bunuh sahabat lo.” Jennie semakin memberontak,
seluruh tenaganya dikeluarkan begitu saja.
“Mana Jungkook yang udah pernah ngebunuh
sahabatnya? Lo takut sama benda tajam ini?” Jennie
terkekeh pelan, “Sorry Jungkook.” Jennie mengambil
alih gunting itu, kemudian meletakkan gunting itu di
dalam genggaman Jungkook dan mengarahkan ujung
gunting itu pada perutnya sendiri.

311 My Time
Dan sepersekian detik, Jennie meringis
kesakitan dengan darah yang bercucuran di atas
sprei tempat Jungkook tidur tadi.
“Jeon Jungkook … “
Saat itu, gunting yang ada digenggaman
Jungkook terjatuh. Semua buyar begitu saja, apakah
Taehyung akan salah paham padanya lagi atau akan
mempercayainya.
Seketika Bogum dan Mama terbangun. Mama
teriak begitu histeris melihat Jennie yang sudah
pingsan dengan begitu banyak darah dan juga Bogum
yang segera mendekat ke arah Jennie.
“I-ini kenapa?” Tanya Mama.
Tidak ada yang menjawab karena tidak ada
yang tahu bagaimana itu semua terjadi. Bogum
segera mengangkat Jennie berlari diikuti Mama untuk
membawa Jennie kerumah sakit.
Lutut Taehyung lemas, dia sempat terjatuh di
dekat pintu. Melihat darah yang begitu banyak
membuat tubuhnya gemetar, rasa panic yang tiba-
tiba datang.

312 My Time
Sejenak dia bangun, kemudian melangkahkan
kakinya keluar. “Ayo ke kamar Mama.”
Jungkook hanya menurut, dengan langkah
gontainya dia terus mengikuti Taehyung ke dalam
kamar Mamanya yang lebih menenangkan.
Setelah Jungkook masuk kedalam kamar
mertuanya, Taehyung tiba-tiba saja meninggalkannya
di dalam sana sendirian.
Dua menit, tiga menit masih saja tidak ada
kehadiran Taehyung disana. Dia tidak bisa menangis
lagi, luar biasa tidak tenang dengan keadaan seperti
ini.
Suara decit pintu kamar mertuanya terdengar
memekakan telinga. Jungkook terdiam saat Taehyung
masuk mendekatinya, masih bertanya-tanya dengan
dirinya. Akankah Taehyung membencinya? Atau
mungkin saja menceraikannya.
Taehyung meletakkan mangkok kecil berisi air
dengan handuk yang direndam didalam mangkok itu
diatas tempat tidur. Tubuh Jungkook bahkan bergetar
hebat, takut menemui Taehyung. Takut dengan kata-

313 My Time
kata yang akan menyakitinya lagi. Tangannya masih
setia diatas paha, tangannya yang berwarna merah
karena baluran darah Jennie.
Tatapan Taehyung tiba-tiba terarah padanya.
Taehyung begitu pucat melihat keadaan Jungkook
saat ini, apalagi ditambah Taehyung harus
memaksakan dirinya yang memang tidak bisa melihat
darah. Terakhir kali phobia Taehyung kambuh saat
menemui Jungkook terbujur kaku didepan kamar
mandi disaat Jungkook mengalami keguguran.
Dengan melawan phobia-nya Taehyung duduk
di depan Jungkook. “Sampai kapan?” Pertanyaan
tidak jelas yang Taehyung lontarkan membuat
hatinya terasa ngilu. Pertanyaan ambigu Taehyung
membuat dirinya merasa menjadi orang yang jahat.
“Mau nyalahin aku? Kalau ka Jennie udah
sadar laporin aja aku ke polisi dan kak Taehyung bisa
cerai sama—“
“—sampai kapan bikin kakak khawatir?
Sampai kapan kamu jadi korban kejahatan mereka

314 My Time
semua? Sampai kapan kamu terus kesiksa kayak
gini?”
Tenggorokan Jungkook tercekat, semua
ekspektasi di dalam benaknya luntur begitu saja saat
mengetahui bahwa Taehyung mengkhawatirkannya.
Taehyung mengambil handuk kecil yang
sengaja dia rendam di dalam mangkok,
membersihkan pelan bekas darah yang ada di telapak
tangan Jungkook.
“Baru aja kamu kena luka bakar, kenapa
sekarang udah nambah luka baru? Kakak udah bawa
banyak masalah di hidup kamu? Apa kakak nambah
beban pikiran kamu?”
Tangan Taehyung gemetar, dia melawan rasa
takutnya pada darah hanya untuk Jungkook. Walau
dia tidak bisa merasakan lututnya yang begitu terasa
lemah melihat bercak berwarna merah yang sudah
mengering di telapak tangan Jungkook.
“A—aku gak ngelakuin itu kak. A—aku sama
sekali gak nusuk Jennie.”

315 My Time
Taehyung masih getir membersihkan sisa
bercak merah itu, sudut matanya mengeluarkan air
mata.
“Kakak tau, suami kakak gak bakal ngelakuin
itu. Kakak bakal ngilangin jejak di gunting itu, biar
kakak yang nanggung semuanya.”
“Jangan.”
“Buat nebus kesalahan kakak semuanya,
please.”
"Jangan aneh-aneh Taehyung." Suara gebrakan
pintu kamar itu terdengar nyaring, membuat atensi
keduanya beralih pada orang yang baru masuk
dengan napas tersengal.
"Kak Jin." Taehyung sedikit terkejut melihat
kedatangan Seokjin bersama Namjoon.
"Gak usah aneh-aneh Taehyung. Lo ngapain
mau ngilangin jejak Koo digunting itu padahal lo
seharusnya gak ngelakuin itu!"
Seokjin mencengkram kasar kerah baju kaos
yang Taehyung gunakan. "Jangan bodoh. Kalau gue

316 My Time
telat, bisa-bisa semuanya bakal hancur." Seokjin
melepas cengkramannya pada kerah Taehyung.
"Ini." Seokjin mengeluarkan sebuah kamera
kecil dari saku bajunya. "Lo bodoh, jangan gegabah.
Lo tau tadi siang pas gue mau jemput Koo dan
langsung nerobos masuk ke kamarnya, gue sengaja
cepat-cepat naruh kamera ini karena gue tau Koo
disini gak aman."
Setidaknya Jungkook bisa bernapas lega
setelah mengetahui rencana Seokjin, padahal Seokjin
adalah orang yang dipekerjakan oleh ayahnya tapi
kenapa bisa untuk rencana ini Jungkook sama sekali
tidak tahu.
"Kenapa lo sampai kepikiran buat naruh
kamera ini kak?" Taehyung menatap Seokjin.
"Gue yang nyuruh Seokjin kesini tadi siang,
basa-basi buat jemput Koo padahal dia sendiri tau
kalau lo gak bakal ngasih ijin dia buat bawa Koo.
Dengan kamera ini semua bukti bakal jelas, sorry gue
masuk rumah sekaligus masuk kamar lo gak ijin dulu.
Kita tinggal nunggu Jennie siuman setelah itu kita

317 My Time
bisa laporin dia" Namjoon menepuk pundak
Taehyung.
"Dan Koo, untuk kali ini gue sama Seokjin
bakal turun tangan buat bawa masalah ini ke jalur
hukum. Kematian anak lo kemarin udah cukup, jadi
sekarang gak boleh ada lagi korban." Tegas Namjoon
sekali lagi dan Jungkook hanya mengangguk paham.
Akhirnya, Taehyung sedikit lebih lega setelah
memegang satu bukti kebusukan Jennie.
"Jungkook!!"
Suara teriakan menggema di dalam rumah
Mamanya Taehyung. Suara yang asing di gendang
telinganya. Akhirnya semuanya keluar menemui
siapa yang dengan tidak sopannya masuk tanpa
permisi.
"Sini kamu pembunuh kecil." Itu adalah
mamanya Jennie.
Dia mendekati Jungkook, menarik kasar
rambut Jungkook.

318 My Time
Plak
Satu tamparan mendarat di pipi Jungkook
membuat Taehyung terlonjak kaget dengan gerakan
refleks dari tangan Mamanya Jennie.
Taehyung menarik tangan Mamanya Jennie,
memelintirnya kasar. Dia sudah berani menyakiti
Jungkook, jadi untuk apa dia berlaku sopan ataupun
berbaik hati lagi padanya.
"Brengsek. Lepasin tangan saya. Saya udah
laporin Jungkook ke polisi, sebentar lagi dia bakal
membusuk disana. Bocah kriminal tidak tau aturan,
anak kurang kasih sayang."
Plak
Satu tamparan di pipi mamanya Jennie
diberikan oleh Seokjin yang sudah naik pitam.
Wajahnya mengeras, bahkan sudah memerah dilanda
amarah yang memuncak.
"Bajingan. Jangan berani-beraninya anda
menyentuh adik saya! laki-laki memang tidak berhak
memukul wanita, tapi kalau wanitanya seperti anda

319 My Time
itu udah beda cerita" Seokjin berteriak kencang di
depan wajah mamanya Jennie.
Namjoon mendekap Jungkook, mencoba
menenangkannya. Wajahnya terasa ngilu karena
tamparan yang lumayan keras. "Lo gak apa-apa Koo?"
Jungkook hanya menggeleng pelan.
"Kamu yang bajingan. Lepasin saya. Kalian
semua cuma anak kecil, kenapa berani sekali
ngelawan saya!"
Seokjin meremat kasar wajah mamanya
Jennie, mengangkatnya tinggi-tinggi agar sejajar
dengan wajahnya. "Kecil bukan berarti gak tau apa-
apa. Harusnya anda yang sadar, udah tua tapi
kelakuan anda gak mencerminkan orang yang udah
dewasa. Bahkan anda aja gak bisa ngebedain mana
hal yang baik dan hal yang buruk. Apa perlu semua
kebusukan anda dan kehancuran keluarga anda saya
beberkan? Mau cari mati anda?"

320 My Time
Cuih
Mamanya Jennie meludah di depan wajah
Seokjin, membuat amarah Seokjin semakin membabi
buta. "Apa maksud kamu bocah sialan?"
Seokjin terkekeh, "Kenapa? anda terkejut?
Saya tau semua tentang anda yang sengaja menikah
dengan suami anda karena dijodohkan, oh iya karena
takut waktu itu perusahaan keluarga anda bangkrut.
Dan anda juga pasti tau dong kalau suami anda sering
main belakang? Tapi sayangnya anda tetap
mempertahankan untuk uang kan? Kasian Jennie
punya orang tua lengkap tapi gak ada yang bisa
ngedidik dia dengan benar. Dan asal anda tau, anak
anda udah ngebunuh anak Taehyung dan Jungkook
dulu. Gak tau kan? Kelakuan anak anda memang
cerminan dari anda ya. Miris.” Seokjin mengatur
napasnya sejenak.
“Ini bukti anak anda sendiri yang sengaja
nusuk perutnya sendiri." Seokjin mengeluarkan
kamera yang menjadi bukti bahwa Jennie adalah
pelaku yang sesungguhnya.

321 My Time
"Saya punya bukti kalau anak anda yang
bersalah, masih berani ngelawan? masih berani
berlagak kayak orang paling bener?"
Taehyung melepas tangan Mamanya Jennie
dengan kasar. "Sekarang saya minta anda keluar,
setelah anak anda sadar nanti saya bakal minta Mama
saya ngomong ke kak Bogum buat pisah sama
Jennie."
"Bajingan kalian semua."
Mamanya Jennie kemudian pergi dengan rasa
malu dan emosi yang membeludak. Saat itu juga, tiba-
tiba Jungkook menjerit memegangi perutnya yang
sakit luar biasa.

322 My Time
Jimin Meninggal

Sekarang Taehyung sedang duduk bersama


Jungkook. Tiba-tiba saja perut Jungkook begitu sakit,
kata dokter dia hanya merasa stres hingga kadang
kandungannya akan terus mengalami seperti ini.
Maka sekali lagi Taehyung harus benar-benar
menjaganya, karena jika dibiarkan seperti ini maka
kandungan Jungkook akan rentan mengalami
keguguran.
Untuk kabar Jennie belum sama sekali sampai
ke telinganya, walaupun mereka ada di satu rumah
sakit namun Taehyung terlalu malas untuk melihat
keadaannya.
Tiba-tiba saja ponsel Taehyung berbunyi satu
pesan masuk dari Yoongi. Pesan yang membuat
kepala Taehyung semakin berputar. Pasalnya Jimin
sahabatnya sekarang sedang ada di rumah sakit yang
sama karena mengalami overdosis karena obat-
obatan yang dikonsumsi.

323 My Time
Taehyung merutuki dirinya sendiri, Jimin
sudah kembali menjadi Jimin yang dulu. Lalu kenapa
dia tidak tahu mengenai Jimin yang mengkonsumsi
obat-obatan. Apakah Taehyung terlalu sibuk dengan
masalah-masalah yang dihadapi sehingga untuk
mengetahui kabar temannya pun tidak.
"Koo." Panggil Taehyung menatap Jungkook.
"Kenapa kak?"
"Jimin ada dirumah sakit ini. Tadi kak
Yoongi chat kakak."
Detak jantung Jungkook sudah merasa tidak
karuan karena dia pun tidak menyadari kehadiran
Jimin akhir-akhir ini karena terlalu banyak melewati
masalah-masalah berat.
"Kak Jimin kenapa?" Tanya Jungkook dengan
wajah paniknya.
"Overdosis, katanya kak Yoongi tadi sempat ke
rumah Jimin tapi sama sekali gak ada yang bukain
apalagi sekarang orang tua Jimin lagi gak ada disini
makanya kak Yoongi nekat dobrak dan nemuin Jimin

324 My Time
pingsan. Kakak harus ke ruang penanganan Jimin
sekarang."
Tidak bisa bernapas lagi, bahkan untuk
menelan ludahnya saja seperti digores pisau tajam,
begitu sakit.
"Aku ikut." Jungkook menyentuh lengan
Taehyung.
"Gak bisa, ndut. Istirahat disini ya, tadi kan
disuruh sama dokter buat istirahat. Jangan bandel.
Percaya Jimin gak bakal kenapa-kenapa."
Jungkook tidak bisa lagi membantah omongan
Taehyung karena bagaimanapun dia juga memikirkan
kondisi kehamilannya. Jika salah-salah dia bisa
kehilangan anaknya lagi.
Maka dengan berat hati Jungkook melepas
tangannya dari lengan Taehyung, membiarkan
suaminya pergi ke ruang Jimin ditangani.
Perasaannya tidak tenang hanya karena memikirkan
Jimin.
Dia akan menyalahkan dirinya sendiri jika
Jimin kenapa-kenapa. Dia tidak bisa memejamkan

325 My Time
matanya padahal jam sudah menunjukkan pukul tiga
malam. Begadang, tentu saja. Tidak hanya
memikirkan keadaan Jimin saja melainkan dia juga
memikirkan keadaan Jennie. Bagaimana jika Jennie
tidak sadarkan diri? Tapi bukan salah Jungkook kan?
Jennie yang sengaja menusuk dirinya sendiri.
Sudah dua puluh menit Taehyung belum juga
kembali ke ruangan Jungkook. Hati Jungkook masih
saja tidak terasa tenang karena belum mengetahui
kabar terbaru dari kondisi Jimin saat ini.
Atensi Jungkook berpusat pada pintu
ruangannya yang berbunyi, Taehyung dengan wajah
ngantuknya mendekatinya. Masih terdiam, Taehyung
belum berbicara sepatah katapun menambah rasa
gelisah didalam diri Jungkook.
"Kak gimana keadaan kak Jimin?" Tanya
Jungkook pelan.
"Koo." Ucap Taehyung. "Jimin udah dijemput
sama Tuhan. Dokter udah telat buat nyelamatin
Jimin."

326 My Time
Jungkook menggigit kuat bibirnya, menahan
sesak di dada. Ingin rasanya berteriak namun
suaranya tidak bisa keluar. Bilang padanya jika
semua ini adalah mimpi. Mimpi buruk tidak apa-apa
yang penting keesokan paginya dia bisa melihat Jimin
kembali.
"K–kak Jangan bohong."
"Kakak serius."
Tubuh Jungkook merosot, merasakan nyeri
dalam dirinya. Sudah tidak tau harus melakukan apa,
dia meraih tangan Taehyung.
"K-kak mau liat kak Jimin." Ucap Jungkook
lemah, Taehyung meraih tangan Jungkook. Dia
menangis melihat suaminya seperti ini. Masalah
bertubi-tubi datangan menghampirinya. Dia
merengkuh erat tubuh Jungkook membuat Jungkook
berteriak frustasi.
"Kita kesana, pelan-pelan ya." Taehyung
melepas pelukannya, memindahkan tangannya pada
pinggang Jungkook. Menuntun pelan suaminya untuk
turun dari tempat tidur.

327 My Time
Jungkook masih menangis, air matanya
membanjiri wajah lesunya karena lelah dengan
semua ini ditambah begadang melewati insiden yang
dilakukan Jennie.
Saat berada didepan ruangan Jimin lututnya
terasa begitu lemas, sudah tidak mampu lagi berjalan
hanya sekadar memasuki ruangan itu. Disana sudah
ada Yoongi dan Hoseok dengan wajah berduka cita
menenangkan satu sama lain.
Akhirnya Jungkook memberanikan diri untuk
mendekat, menarik paksa kakinya untuk melihat
Jimin untuk terakhir kalinya. Saat bertatap wajah
dengan jasad Jimin tangis Jungkook semakin pecah
meraung didalam ruangan itu.
Wajah Jimin begitu damai, pucat namun
menenangkan. Jungkook terus menyumpahi dirinya
sendiri, terus saja menyalahkan dirinya atas
kematian Jimin. Jungkook terjatuh disamping tempat
Jimin terbaring, Taehyung yang melihat Jungkook
terjatuh mendekatinya meraih lengan Jungkook

328 My Time
pelan. Menenangkan Jungkook dengan bisikan-
bisikan kecil.
"Koo, Jimin udah tenang disana sayang. Jangan
kayak gini ya, Jimin pasti udah bahagia disana."
Jungkook menggeleng, memeluk erat
Taehyung. Memukul punggung suaminya, bahkan
suara tangisnya pun sudah tidak bisa keluar lagi.
Bagaimana bisa dia tidak tahu Jimin mengalami
masa-masa sulit sedangkan dia sudah memiliki
Seokjin dan Namjoon yang bisa melakukan apa saja.
Tetapi kenapa dengan masalah Jimin dia sama sekali
tidak tahu. Apakah selama ini dia terlalu cuek dengan
Jimin?
Taehyung mencoba membantu Jungkook
untuk berdiri dengan sangat hati-hati. Jungkook
menyentuh pelan wajah Jimin, mencoba benar-benar
mengikhlaskan kepergian Jimin.
Jungkook sejenak menunduk, mengecup
singkat kening Jimin. "G-gue maafin semua kesalahan
lo. Sekarang lo bisa pergi ... dengan tenang."

329 My Time
Dan Jungkook total ambruk di dalam pelukan
Taehyung. Jungkook sudah tidak sadarkan diri
membuat Yoongi dan Hoseok ikut panik, mereka
membantu Taehyung untuk membawa Jungkook
kembali ke ruangannya beristirahat tadi.
Sebelum Yoongi meninggalkan Taehyung dan
Jungkook, dia sejenak mengeluarkan sebuah buku
yang dia temukan saat kerumah Jimin beberapa jam
tadi.
"Ini," Yoongi menyerahkan sebuah buku pada
Taehyung. "Gue gak tau isinya apaan. Tapi gue liat di
sampul bukunya ada nama lo dan Koo, mungkin ini
emang khusus buat kalian dari Jimin." Kemudian
Yoongi keluar dari ruangan itu dan kembali melihat
Jimin.
Taehyung meletakkan buku itu diatas
pahanya, saat ini yang paling mengkhawatirkan
adalah kondisi Jungkook. Dia meraih minyak angin
diatas meja samping tempat tidur Jungkook,
kemudian mengoleskan sedikit demi sedikit cairan
berbau itu pada pelipis Jungkook dan mencoba

330 My Time
mendekatkan lubang cairan itu pada hidung
Jungkook.
Tidak butuh beberapa waktu Jungkook dengan
kepala pusingnya tersadar dari pingsannya.
Tubuhnya lemas luar biasa, Taehyung mengelus
pelan keningnya.
"Istirahat ya, Koo ‘kan gak pernah istirahat."
Mau membantah namun tenaga Jungkook
tidak kuat sekadar mengeluarkan suara, jika memang
ini sudah takdir yang ditentukan Tuhan maka
Jungkook harus apa selain mengikhlaskan kepergian
JImin, walau dalam hatinya sangat berat.

Tepat pukul sepuluh pagi semua tangis pecah


membuat tempat itu begitu ramai, kumpulan orang-
orang dengan pakaian hitam menyaksikan ketika
Jimin harus dimakamkan.
Mama dan Papa Jimin pagi tadi sudah sampai
dirumah, menangis meraung menyesali semua yang

331 My Time
telah mereka lakukan pada Jimin. Jika saja waktu
diputar kembali mungkin Jimin tidak akan seperti ini,
dia tidak akan melakukan hal-hal seperti ini. Jika saja
kedua orang tuanya lebih bisa menyisihkan waktunya
untuk Jimin, mungkin saja Jimin akan lebih merasa di
sayangi.
Jungkook dengan menghapus air matanya
kasar melihat perlahan ketika peti Jimin mulai
ditutupi dengan tanah. Dia tidak akan lagi bertemu
dengan Jimin, dia tidak akan lagi bisa melihat Jimin,
dia tidak akan lagi bisa memeluk sahabatnya itu.
Taehyung merangkul Jungkook, menenangkan
suaminya. “Sabar, Jimin pasti udah bahagia. Kalau
Jimin liat kamu nangis, nanti dia ikutan sedih.” Kata
Taehyung.
Sekarang semuanya sudah berakhir dengan
tumpukan tanah dengan taburan bunga di atasnya.
Begitu cantik, pasti disana Jimin menyukainya,
pikirnya.
Ketika Taehyung dan Jungkook sudah masuk
kedalam mobil, niat hati ingin pulang menenangkan

332 My Time
diri sejenak. Taehyung lantas meraih buku yang
diberikanYoongi tadi malam pada Jungkook,
membuat Jungkook bertanya-tanya.
“Buku apa?”
“Dibuka aja ndut.”
Jungkook hanya mengangguk. Nama di sudut
bawah kiri sampul buku itu mengalihkan atensi
Jungkook, dia menatap Taehyung sejenak.
“Iya dari Jimin.”

Hi Koo, Hi Taehyung dan Hi kak Yoongi


Koo, apa kabar? Lo udah bahagia ya sekarang?
Gue tau kebahagiaan lo sepenuhnya belom lo temuin
karena masih ada Jennie dan pak Bogum. Koo, boleh
jujur gak? Gue capek banget. Udah gak ada lagi yang
bisa gue jadiin sandaran. Gue harus kehilangan orang-
orang yang sayang sama gue karena obsesi bodoh gue
beberapa bulan lalu. Koo, jangan salahin diri lo sendiri
ya atas kepergian gue. Ini semua udah keputusan bulat
yang udah gue pikirin baik-baik. Gue tau, lo pasti lagi
nyalahin diri sendiri ‘kan sekarang? Jangan ya, kasian

333 My Time
sama anak lo. Ada beberapa alesan kenapa gue gak
datang lagi di hidup lo dan Taehyung tapi yang pasti
gue malu banget. Bener-bener malu karena gue mikir
kenapa ada orang sejahat gue yang mau ngehancurin
kehidupan sahabatnya hanya karena rasa suka.
Gue bodoh banget waktu bilang ke kak Yoongi
kalau Taehyung itu adalah kebahagiaan gue. Padahal
kebahagiaan Taehyung itu lo, Koo. Rasanya gue
pengen maki-maki diri gue setelah gue sadar langkah
yang gue ambil terlalu jauh. Gue gak mau nyalahin
orang-orang dan nyalahin orang tua gue yang gak
pernah ngasih gue perhatian, tapi gue ga ngelak kalau
itu benar. Mama Papa gue terlalu sibuk sama bisnis
mereka yang sampai gak pernah bisa ngasih waktu
buat anak semata wayangnya. Kalau lo bilang hidup lo
lebih sakit masih ada gue, Koo. Hidup gue lebih sakit,
tiap hari gue dirumah kehadiran Mama Papa bisa gue
hitung dengan jari. Mereka terlalu sibuk dengan dunia
mereka, bahkan mereka gak pernah nanya gimana
hari-hari yang gue lewatin setiap hari. Mereka gak
pernah nanya apa gue udah makan atau apa gue lagi

334 My Time
ada tugas atau bahkan pas gue lagi sakit mereka
dengan bodo amatnya ngelewatin kamar gue tanpa
masuk buat liat keadaan anaknya.
Gue gak tau obsesi gue sama Taehyung karena
ini semua atau apa. Gue gak mau nyalahin orang tua
gue, tapi gue yakin sekarang mereka juga lagi nangis
ya setelah anaknya udah gak ada. Gak apa-apa itu
tandanya mereka emang sayang gue, ‘kan? Kalau
kepergian gue bisa bikin mereka peduli sama diri gue
walaupun itu sehari dan besoknya mereka kembali
sama kesibukan masing-masing gue gak apa-apa kok.
Yang penting mereka inget gue itu udah rasa
bersyukur terbesar gue sama Tuhan.
Koo, jagain Taehyung ya. Gue tau banget
gimana Jennie dan Bogum yang mau ngerusak
hubungan kalian karena gue pernah ada diantara
mereka berdua, gue mohon lo jagain anak lo juga ya.
Hahaha gue gak bisa dipanggil om ya nantinya sama
anak lo, tapi tolong kasih tau anak lo nanti kalau ada
namanya om Jimin yang selalu pengen liat

335 My Time
kelahirannya dia dengan selamat, walau sekarang
udah beda alam ya.
Waktu itu gue pernah mikir kenapa semua
kebahagiaan ninggalin gue gitu aja? Taehyung yang
milih lo dan kak Yoongi yang sebentar lagi bakal
tunangan sama kak Hoseok. Ternyata semua pikiran
gue salah, mereka cuma nyari kebahagiaan mereka
yang sebenarnya. Sama kaya gue sekarang yang lagi
nyari kebahagiaan gue. Koo, sekarang gue udah
bahagia. Gue udah gak ngerasain sakit hati, sekarang
gue udah gak jadi beban keluarga gue dan gue udah
bukan kerikil di dalam hubungan lo sama Taehyung.
Gue nitip salam sama kak Yoongi ya, bilang
kalau perasaan gue selama ini keliru. Segimanapun
gue ngejer Taehyung ternyata perasaan gue yang
sebenernya cuma buat dia. Gue gak pengen ngerusak
hidup dan perasaan dia lagi, gue harus ngelepas kak
Yoongi demi bahagianya dia ‘kan? Sama kayak dia
yang ngelepas gue dulu demi ngejer bahagianya gue
yang sempat keliru.

336 My Time
Koo, Taehyung dan Kak Yoongi. Be happy
always.

With love,
Jimin
Dan tangis Jungkook kembali pecah, Jimin
akan selalu didalam hatinya. Sahabatnya sejak dulu.

337 My Time
Kematian & Ditangkap

Taehyung terlonjak kaget setelah


mendapatkan telepon dari mamanya mengenai
Jennie yang tidak bisa melewati masa komanya, maka
Jennie dinyatakan meninggal dunia sore tadi setelah
melewati masa komanya selama satu bulan.
Dia tidak bisa memberitahu Jungkook karena
dia sudah kelewat kasihan dengan Jungkook yang
sedari tadi malam tidak bisa tertidur karena masalah
masih ada disekitarnya.
Jungkook saat ini sedang tertidur pulas diatas
paha Taehyung dengan memegang perutnya, damai
sampai-sampai Taehyung tidak tega
membangunkannya.
Namun atensinya kembali teralihkan saat
mendengar bunyi bel rumahnya, dengan berat hati
Taehyung mencoba membangunkan Jungkook.
Mengelus pelan wajahnya.
"Koo, bangun sayang ada tamu."

338 My Time
Jungkook menggeliat setengah sadar, dengan
mata sayunya menatap Taehyung lemah. Taehyung
tersenyum, kemudian dengan lemas Jungkook
membangunkan tubuhnya, kemudian duduk
bersandar pada tempat tidurnya.
"Sebentar ya, kakak mau buka pintu dulu."
Jungkook hanya mengangguk, sedangkan
Taehyung berjalan ke pintu rumahnya mencoba
melihat siapa yang datang.
Taehyung menarik pintunya, melihat dua
lelaki dengan postur tegap dilengkapi dengan
seragamnya.
"Apa benar ini rumah Kim Jungkook?" Tanya
salah satu lelaki itu– polisi dengan seragam lengkap.
"Kami membawa surat penangkapan untuk
saudara Jungkook atas kejadian penusukan terhadap
saudari Jennie dan menyebabkan korban meninggal
dunia." Ucap salah satu polisi itu.
"Suami saya tidak bersalah. Kami mempunyai
bukti yang akurat."

339 My Time
Jungkook yang penasaran karena Taehyung
tidak kunjung masuk akhirnya berjalan keluar dan
alangkah terkejutnya melihat dua orang polisi sedang
berbicara dengan suaminya.
"Bisa dijelaskan di kantor, namun kami harus
membawa saudara Jungkook untuk meminta
keterangan."
"Membawa saya?" Timpal Jungkook dengan
tubuh gemetarnya.
"Iya, kami harus membawa anda."
Dua polisi itu membawa Jungkook. Taehyung
menepis kasar tangan polisi itu yang ada dilengan
Jungkook.
"Suami saya tidak salah, Pak!" Tegas
Taehyung.
"Ini adalah laporan dari orang tua saudari
Jennie, jika anda punya bukti bisa langsung datang ke
kantor. Tapi kami mohon maaf, sekarang kami harus
membawa saudara Jungkook terlebih dahulu."

340 My Time
Dan akhirnya Jungkook mengiyakan ucapan
polisi itu karena dia percaya bahwa dirinya akan
dinyatakan tidak bersalah.
Taehyung segera menelpon Seokjin, berharap
Seokjin datang menemuinya dengan cepat. Kemudian
menemui Jungkook di kantor polisi.

Setelah melakukan beberapa penjelasan


akhirnya Jungkook dinyatakan bebas, karena
memang bukti yang diberikan Seokjin dan beberapa
hasil screenshot dari akun sambat dan isi chat yang
dikirim Jennie ke Jungkook menjadi bukti terkuat
karena landasan kebencian.
Jungkook menghela napas, memeluk tubuh
Seokjin begitu keras. Sedangkan Seokjin membalas
pelukan Jungkook tidak kalah kencang.
Tiba-tiba saja seseorang menarik pundak
Jungkook kemudian menampar wajah Jungkook
begitu keras, sampai-sampai telinga Jungkook

341 My Time
berdengung dan darah dari ujung bibirnya menetes
begitu saja.
“Kamu harusnya masuk penjara. Kamu yang
buat anak saya mati.” Mama Jennie berteriak di depan
wajah Jungkook.
Taehyung dan Namjoon langsung bertindak
untuk mencengkram kasar lengan Mama Jennie.
“Kalau anda masih ngelakuin ini sama suami
saya. Saya gak bakal tinggal diem, saya bisa
ngelaporin anda langsung apalagi sekarang kita
masih berada di depan pintu kantor polisi.” Ucap
Taehyung dengan nada tingginya.
Plak
Jungkook kembali menampar wajah Mamanya
Jennie. Dia sudah tidak bisa berdiam dan mengalah
seperti ini. Hukum sudah memutuskan bahwa dirinya
tidak salah dan apa-apaan Mamanya Jennie bahkan
masih membencinya perihal meninggalnya Jennie
akibat kesalahannya sendiri.
“Kemarin saya masih diem karena saya masih
menghargai anda yang lebih dewasa. Sekarang saya

342 My Time
gak bisa diem lagi, hukum udah jelas. Anak anda yang
salah, anak anda yang terlalu terobsesi dengan suami
saya. Dan anak anda udah ngelakuin semua cara buat
ngedapetin suami saya, bahkan anak anda udah
ngebunuh anak saya dan mencelakakan dirinya
sendiri. Itu semua salah anak anda, harusnya anda
sadar.”
Jungkook menatap lamat mata Mamanya
Jennie yang memancarkan amarah yang memanas.
Jungkook menghapus darah dari sudut bibirnya
kemudian terkekeh.
“Gimana kalau posisinya dibalik. Gimana kalau
anak anda ada di posisi saya, gimana kalau anak anda
yang kehilangan anak? Apa dia masih kuat? Saya gak
mau nyeritain banyak hal cuma karena gak mau
dikasihani sama anda. Tapi anda udah keterlaluan,
jangan pernah ganggu saya lagi dan anda bisa pergi
dari hidup saya sebelum kata menyesal datang ke
kehidupan anda.”
Adalah kalimat terakhir dimalam itu, sejak
saat itu tidak ada lagi gangguan dari keluarga Jennie

343 My Time
kepada Jungkook dan perlu diingat lagi tidak ada lagi
Bogum yang mengganggu Jungkook.
Karena setelah beberapa minggu kematian
Jennie. Bogum didiagnosa mengidap Human
Immunodeficiency Virus (HIV), entah bagaimana
Bogum bisa terjangkit virus itu hanya dia yang tau.
Sekarang dia sedang dirawat di sebuah rumah sakit
besar di pusat kota, jauh dari keluarga.
Jungkook berharap ini adalah awal dari
kebahagiaannya bersama Taehyung, bukan niatnya
untuk bersenang-senang diatas penderitaan orang
lain. Tapi apa salahnya sesekali merasakan
kebahagiaan setelah semua yang dia hadapi.

344 My Time
Jeruji Besi

Jungkook dan Seokjin sedang berada di pusat


perbelanjaan untuk membeli beberapa perlengkapan
bayi untuk Jungkook. Karena sudah beberapa kali
Seokjin meminta Jungkook untuk pergi berdua
karena Seokjin ingin sekali membelikan anaknya
Jungkook beberapa kebutuhannya.
Satu bulan lagi Jungkook akan melahirkan,
perut besar itu dibawa menjelajahi beberapa toko
sesekali dia memegangi perut besarnya. Atau sesekali
Seokjin mengajaknya duduk untuk beristirahat
sejenak karena takut Jungkook kelelahan.
"Mau pulang aja Koo? Belanjaannya udahan?"
Tanya Seokjin.
Jungkook mengangguk, "Iya, pulang aja yuk
kak. Ini juga udah malem, kak Taehyung nanti marah
kalau lama-lama."
Seokjin mengangguk, kemudian meraih paper
bag belanjaan Jungkook. "Yaudah ayo."

345 My Time
Jungkook berjalan seiring dengan langkah
Seokjin, puas sekali malam ini berbelanja apalagi
Seokjin menuruti semua apa yang dia inginkan.
Jungkook tersenyum, sesekali menatap Seokjin.
Sudah lama dia mengenal Seokjin, menurutnya
Seokjin adalah kakak yang sangat baik dan bisa
melindunginya. Terbukti sejak awal masuk kuliah
hingga sekarang dia terpaksa mengambil cuti Seokjin
selalu berada disampingnya. Tidak pernah lengah,
tidak pernah membiarkan Jungkook kenapa-kenapa.
Seokjin memasuki paper bag ke kursi
penumpang belakang. Kemudian dia berjalan ke kursi
pengemudi. Sejenak dia menatap Jungkook.
Dia menjalankan mobilnya pelan, begitu pelan
ditambah alunan lagu dari tape didalam mobilnya
menambah kesan menenangkan.
"Koo." Panggilnya.
Jungkook memasang seat belt-nya kemudian
menatap Seokjin. "Kenapa kak?"
"Ada yang mau gue kasih tau ke lo."
"Apa?"

346 My Time
Seokjin mengeratkan tangannya pada setir
kemudi, ada sesuatu yang mengganjal bila semua ini
terus dipendam olehnya.
"Lo tau Kim Jimyeo? Kenal ‘kan?"
Jungkook mengeratkan tangannya pada seat
belt itu. “Kenal, sahabat gue dulu. Yang u-udah gue
bunuh."
Seokjin menghela napasnya kasar, "Dia adek
gue." Ucapannya membuat Jungkook luar biasa
terkejut.
Jungkook membelalakan matanya bagaimana
bisa Seokjin menyembunyikan hal sebesar ini
padanya?
"Becanda lo ya? Gak mungkin. Ayo pulang,
nanti suami gue marah."
"Gue serius. Kim Jimyeo adalah adek gue,
Koo."
Jungkook menggeleng kasar, "Gak mungkin.
Kalau emang dia adek lo kenapa lo selalu baik sama
gue? Kenapa lo gak pernah ngebales apa yang udah
gue lakuin ke adek lo? Kenapa lo gak laporin gue ke

347 My Time
polisi, kak?" Napas Jungkook tersengal, wajahnya
memerah.
"Karena gue gak bisa. Gue gak bisa ngelaporin
lo, karena gue nyesel. Ini semua salah gue, Jimyeo
pergi karena salah gue. Gue terlalu keras ngedidik
dia, gue maksa dia buat jadi juara satu. Tiap hari gue
paksa dia belajar, kadang kalau dia ketauan gak
belajar gue bisa aja mukul dia." Ucap Seokjin, dia
mengusap kasar wajahnya dengan sebelah
tangannya.
Dada Jungkook naik turun, masih belum bisa
mempercayai ucapan Seokjin yang sangat tiba-tiba.
"Tolong jangan bohong."
"Gue gak bohong. Gue ngelakuin ini buat
nebus kesalahan gue dulu, gue udah salah ngedidik
adek gue. Kenapa gue harus maksa dia jadi juara
kelas kalau tau bakal kayak gini. Dan lo, gue gak
mungkin bisa jahat sama lo karena tiap kali gue
ngeliat muka lo kenapa selalu ada Jimyeo di mata lo,
Koo. G-gue gak tau harus kayak gimana." Sejenak dia
berhenti dipinggir jalan.

348 My Time
"Beberapa bulan lalu, gue sempat mau bales
dendam sama lo. Gue udah ngerencanain semuanya
bareng Namjoon, gue udah hampir ngebunuh lo, tapi
gue gak bisa Koo. Ngeliat lo disakitin kenapa hati gue
yang ikutan sakit? Apa ini semua kesalahan gue dulu
karena terlalu jahat sama adek gue?"
Jungkook meraih tangan Seokjin, dia mengelus
pelan punggung tangan Seokjin. "Kak, kalau lo mau
ngelaporin gue ke polisi gak apa-apa. Ini bukan salah
lo, tapi salah gue yang udah ngebunuh a-adek lo."
Seokjin merengkuh tubuh Jungkook, tangisnya
pecah didalam pelukan Jungkook. "Salah gue. Salah
gue yang gak bisa jadi kakak yang baik. Salah gue
karena gue terlalu keras sama dia."
Tiba-tiba saja ada seseorang yang mengetuk
kaca mobil Seokjin, lalu dia melepaskan pelukannya.
Seokjin keluar, begitupun dengan Jungkook.
Bingung siapa orang-orang diluar mobilnya, kenapa
sampai mengetuk pintu mobilnya. Mungkin memang
orang yang sedang membutuhkan pertolongan,
pikirnya.

349 My Time
"Kak!" Jungkook berteriak saat dua orang
menggunakan penutup wajah memegang kedua
lengannya begitu keras.
Seokjin yang melihatnya melangkah cepat
sebelum akhirnya kedua lengannya dicengkram kuat
dengan dua orang sama seperti Jungkook.
"Lepas! Kalian siapa? Gak usah jadi pengecut,
buka topeng kalian brengsek." Ucap Seokjin.
"Diam!!" Bentak orang yang menggunakan
topeng itu, salah satunya mengeluarkan pisau kecil
dari balik saku jaket kulit berwarna hitam.
Mengarahkan benda itu ke leher Seokjin,
membuatnya menahan napas.
"Kalian mau apa? Siapa yang nyuruh kalian?"
Tanyanya sekali lagi dengan nada rendah.
"Ini akibatnya kalau kalian berani ngelawan
bos kami. Harusnya lelaki hamil itu ada di penjara
karena sudah membunuh anak bos kami."
Seokjin terkekeh, "Oh jadi kalian disuruh
mamanya Jennie?"

350 My Time
Seokjin menepis kasar lengannya yang
dipegang, kemudian meraih pergelangan tangan
lelaki itu dan memelintir tangannya. Mengambil alih
pisau itu, sedangkan kedua lelaki yang memegang
lengan Jungkook melepaskannya begitu saja. Berjalan
menghampiri Seokjin.
Jungkook tahu dia memiliki waktu untuk
meminta tolong, namun bagaimana bisa ponselnya
masih berada didalam mobil. Bergerak sedikit saja
bisa mengalihkan pandangan para penjahat itu
kepadanya lagi.
Dengan langkah beratnya, Jungkook berlari
mendekati pintu mobil. Berusaha membuka pintu itu
namun salah satu dari mereka mengejarnya,
membuat atensi Seokjin berpaling ke hadapannya.
Melihat bagaimana Jungkook ditarik membuat
amarah Seokjin memuncak, dia berlari melewati
beberapa penjahat itu dengan berbekal pisau yang
diambil dari tangan penjahat itu.
"Jangan sentuh adek gue, bangsat."
Jlep

351 My Time
Pisau itu menusuk punggung penjahat yang
sedari tadi memperlakukan Jungkook dengan
kasarnya. Bisa dilihat bagaimana penjahat itu mulai
terjatuh ke atas tanah, melihat itu Seokjin dengan
tangannya yang gemetar masih tidak menyangka
bahwa dia sudah melakukan hal itu.
"K-kak."
Saat itu juga, sebuah sirine mobil berbunyi
mendekati tempat kejadiannya. Dan saat itu juga,
Seokjin dinyatakan bersalah. Membuat Jungkook
kembali menangisi perbuatan Seokjin yang sangat
berbaik hati padanya, hanya karena ingin
menyelamatkannya saja Seokjin rela melakukan
apapun.

352 My Time
Ending

Jungkook tersenyum menatap anaknya yang


sedang menikmati susu formula yang dibuatkan
didalam botol. Anaknya begitu tampan dengan
hidung mancung alis tebal sama persis dengan
Taehyung.
Taehyung bilang bahwa anaknya sangat
banyak mengambil bentuk wajahnya mungkin ini
semua karena dulu saat mengidam bukan hanya
Jungkook yang merasakannya, melainkan Taehyung
ikut-ikutan tidak nafsu makan dan ditambah
kepalanya yang sering merasa pusing.
Sekarang kebahagiaan Jungkook sudah mulai
terasa saat kehadiran anaknya, Kim Taegguk
namanya. Lahir dengan normal tanpa cacat satupun.
Walaupun saat mengandung Taeguk, selalu banyak
beban pikiran yang Jungkook dapat.
Kehidupan keduanya sudah mulai tenang,
sudah tidak ada lagi orang-orang jahat yang berusaha

353 My Time
merusak hubungan mereka lagi. Jungkook selalu
bersyukur dan tidak pernah menyesali semuanya,
karena dari masalah-masalah yang didapat dia bisa
mengambil banyak pelajaran.
Salah satunya adalah komunikasi. Komunikasi
yang paling penting dalam hubungan, jika keduanya
terus-terusan saling acuh maka suatu hubungan tidak
akan baik-baik saja.
Dan yang kedua suatu kepercayaan. Jika
hubungan sudah tidak ada lagi kepercayaan maka
apa lagi yang harus dipertahankan? Sebuah rasa
cinta? Rasa sayang? Semuanya akan kalah jika
hubungan tidak pernah dilandasi rasa percaya.
Jungkook kembali menatap Taehyung yang
ikut memperhatikan anaknya. “Susu formula Taegguk
udah abis, besok pagi sekalian beli susu formula mau
jenguk kak Seokjin, gak kak?”
Taehyung yang sedari tadi menatap anaknya
beralih menatap Jungkook. “Iya, besok jenguk kak Jin
ya. Titip Taegguk di mama aja ya. Takut kalau bawa
Taegguk.”

354 My Time
Jungkook mengangguk, otaknya kembali
berputar pada beberapa bulan lalu saat Seokjin
dengan beraninya melawan beberapa penjahat itu
untuk menyelamatkannya.
“Kangen kak Seokjin. Oh iya, sekalin jengukin
kak Jimin juga ya. Aku udah lama gak jengukin kak
Jimin, mau ganti bunga diatas makamnya juga.”
Taehyung tersenyum, dia mengangguk paham.
Mengelus rambut Jungkook. “Iya sayang. Besok
jengukin kak Jin dulu baru jengukin Jiminy a.”
Jungkook hanya mengangguk dengan
senyumannya menampilkan dua gigi kelinci.
“Kakak bersyukur sekarang kita udah bisa
hidup tenang dan damai setelah semuanya kelar.
Semua masalah udah diilangin sama Tuhan. Kakak
bersyukur masih ada kamu yang ngedampingin
kakak sampai sejauh ini.” Taehyung mengelus pipi
Jungkook.
“Makasih.” Ucapnya.
“Makasih untuk apa kak?”

355 My Time
“Makasih karena udah jadi Jungkook yang
baik, makasih udah jadi suaminya Taehyung, makasih
udah jadi papa yang luar biasa buat Taegguk.
Taegguk bakal bangga punya papa yang luar biasa
kayak kamu.” Taehyung mendekap erat tubuh
Jungkook. Malam itu pelukan keduanya terasa
berbeda, pelukan dengan rasa bahagia berkali lipat.
“Makasih juga udah jadi suami yang luar biasa
buat aku dan makasih selalu sayang aku.” Jungkook
membalas pelukan Jungkook, begitu erat seakan tidak
mau Taehyung melepaskan pelukan itu.

356 My Time
Epilog

“Kak Seokjin lagi hamil?”


Seokjin tertawa kemudian dia mengelus
rambut Jungkook.
“Iya hamil. Baru empat minggu sih kata
dokter, gue kan pengen nyusul lo yang udah punya
anak.” Ucap Seokjin.
Jungkook masih sibuk menaburkan bunga
diatas makam Jimin, kemudian tersenyum.
“Iya cepat nyusul ya, biar Taegguk punya
temen main. Kak Yoongi sama kak Hoseok jauh gak
bisa ngeliat anak mereka. Kok mereka gak pulang-
pulang ya.” Gerutu Jungkook.
Taehyung hanya tertawa melihat suaminya
yang begitu gemas, “Namanya juga sibuk ngurus
perusahaan sayang.” Ucapnya.
“Kita juga sibuk kan ngurus kafe yang lagi
buka cabang banyak.” Jungkook menatap Taehyung
kesal.

357 My Time
“Beda dong sayang.” Ucap Taehyung.
“Huh, kapan-kapan suruh mereka pulang
dong. Apa gak kangen sama temen-temennya disini.”
Jungkook masih asyik berbicara.
Namjoon yang ada disana ikut tertawa. “Iya
nanti di suruh pulang. Udah belom naburin
bunganya? Udah mendung nih takutnya bentar lagi
hujan.”
Taehyung mendongak sejenak menatap langit
yang mulai berwarna hitam pekat.
“Ayo pulang sayang. Kayaknya mau hujan
besar juga.” Ajak Taehyung.
Jungkook mengangguk, kemudian berdiri
merangkul tangan Taehyung.
“Kak Jimin, pulang dulu ya. Nanti dijengukin
lagi, oh iya kak ada kabar baru. Taegguk sering
banget minta dianterin buat jengukin kak Jimin
katanya dia pengen banget ngeliat muka ‘om Jimin’
dan sekarang Taegguk juga bakal punya adek baru
loh hehe.” Jungkook menjeda. “Kak Jimin bahagia gak?

358 My Time
Sekarang gue juga udah bahagia banget. Dadah kak
Jimin.”
Saat itu juga akhir dari segala luka dan
masalah. Seokjin sudah keluar semenjak satu tahun
lalu dan sekarang sedang mengandung saat dirinya
menikah dengan Namjoon tiga bulan yang lalu.
Sedangkan Yoongi bersama Hoseok sedang
berada di kota lain, meneruskan perusahaan papanya
yang sudah diamanatkan kepada Yoongi.
Dan sekarang, Taehyung dan Jungkook akan
memiliki anak kedua. Memberikan adik untuk
Taegguk.
Semua kisah sudah berakhir, dan sekarang
semua kebahagiaan akan mereka jemput dengan
langkah tegap dan dengan tangan yang selalu
bergandengan. Jungkook mencintai Taehyung
begitupun Taehyung seratus kali lebih menggilai
Jungkook.

END

359 My Time

Anda mungkin juga menyukai