“Jangan lupa nanti datang rapat, oke? Kita ketemu lagi nanti di
ruang OSIS,” kata Minho. Aku ikut jadi panitia katanya.
Aku kebingungan.
Bab 2
Nanti akan ada pameran seni saat ulang tahun sekolah. Aku
memutuskan untuk melukis Kak Chan.
“Kamu lukis aku? Bagus banget. Tapi, aku nggak seganteng itu
padahal.”
Mungkin Mama hanya tidak ada kerjaan saja. Makanya dia kerja
part time.
“Aku takut.” Aku kira dia takut dengan gerombolan laki-laki tadi,
tapi Minho melanjutkan, “Kamu sudah berubah banyak. Kamu
motong rambut. Sifatmu juga berubah. Dan kamu nggak
berpaling saat aku menatapmu.”
“Itu tugasmu.”
(Saat itu aku yakin, Minho peduli padaku. Dia pasti sering
menanyakan keberadaanku. ‘kamu baik-baik saja?’ dia pasti
sering bertanya begitu dan aku menjawab ketus. Aku tidak sadar
dia peduli padaku. Aku hanya fokus mencari rasa sayang dari
orang yang tidak menginginkanku).
Minho terlihat malu dan terluka. Aku yang marah tanpa sadar
melampiaskan padanya. Padahal Minho tidak tahu apa-apa.
“Seungmin berakhir di rumah sakit bukan karena flu. Dia
mencoba bunuh diri.”
Minho, kau teman Seungmin, kan? Kenapa kau tidak tahu apa-
apa?
Kalian teman masa kecil, kan? Kenapa kalian tidak tahu apa-
apa?
“Apa maksudmu?!”
“Seungmin?”
“Tidak–“
“Tidak–“
Aku membencimu.
Kak Chan, kau tahu? Dia tidak mencintaimu. Dia hanya terbawa
suasana.
Bab 9
“Dia bilang dia ingin berhenti jadi panitia. Ah, padahal acaranya
akan segera dimulai.”
“Eh, kenapa …”
Karma.
“Apa maksudmu?”
Mama terdiam.
Aku pergi.
Aku tidak tahu kalau ada mobil yang akan lewat. Mama
menyelamatkanku.
Bab 11
Kakak menangis.
“Kau sama sekali tidak mencolok dan anti sosial. Kau selalu
mengikutiku kemana-mana, menangis saat jatuh dan ingin
ditolong olehku. Menurutmu aku akan baik-baik saja setelah
melihat adik manjaku mati dihadapanku?!”