Anda di halaman 1dari 13

Prolog

Seseorang yang selalu bergantung kepada orang tua dan selalu menyusahkan
mereka itulah diriku aku seperti ini bukannya karena males ataupun menikmatinya tapi
hanya terlalu menakutkan melihat dunia luar. Saat melihat keluar aku merasa takut,
gemetar seolah olah aku ingin menutup seluruh tubuhku, saking takutnya aku juga sering
kali berteriak jika itu terjadi.
Walau begitu orang tuaku sangatlah baik dan menyayanginku mereka tak pernah
memaksaku untuk melakukan hal yang tak kusuka, saat ku mengingat kebaikan mereka
kadang terpikir untuk berubah tapi seketika itu berubah menjadi ketakutan dan mual saat
memikirkan sesuatu tentang dunia luar itu….
“haha”
Diriku tertawa kecil menertawakan diri sendiri kemudian muncul rasa takut dan mual lalu
muntah.
“hueeekk, Sungguh tak bergunanya aku, jika saja ada hal yang bisa merubah diriku ini.”
Meratapi nasib diriku atas tempat sampah yang ada dikamar ku.
Keseharianku hanya didepan komputerku mencari sesuatu yang menarik, diriku
kadang membaca buku walau tak sesering dulu dan belajar juga aku sudah tak peduli lagi.
Apapun yang ku pelajari dengan giat dan rajin semua tak ada gunanya pada akhirnya hanya
menjadi semakin dibenci. Dan hal apapun yang kulakukan hanya berhasil sama juga.
Dahulu ku sangat menyukai buku, belajar dan membuat cerita hingga akhirnya itu
semua tak kusukai lagi, sekarang hanya buku yang sesekali ku baca karena menarik itu
adalah sejarah. Membaca itu sangat membuat ku tertarik, bagaimana bisa negara kita bisa
menang melawan negara penjajah yang lebih maju pelengkapan perangnya. Selalu terbenak
dalam diriku bagaimana bisa kecuali direncanakan dari lama sekali.
Jujur saja negara ini sangat tidak menghargai jasa mereka dengan membiarkan
korupsi, diskriminasi dan pertikaian dimana mana, ‘bahkan tak ada yang menolong saat
aku…’
Seketika terdengar ketukan pintu
tok tok
“Ariel ini makan siang mama bawakan.”
Diriku kaget dan langsung berdiri dari kursi menuju pintu kamar.
“Baiklah ma letakkin aja nanti ariel ambil.”
“Ariel mama dan papa tak akan memaksa kamu tapi mama dan papa tak selalu ada
untukmu bila saat itu tiba bagaimanapun nanti kamu haruslah menjadi anak yang baik
sesusah apapun nanti…”
Dibalik pintu aku mendengarnya entah kenapa kata katanya sangat menyakitkan kata kata
yang keluar dari mulut orang tuaku, diriku hanya diterdiam dan terduduk lemas mendengar
itu….
“kalo gitu mama kebawah… mama yakin kamu nggk akan ngambil sebelum mama pergi
bukan?”
Aku… tapi… tapi…

Chapter 1 Awal dari semua


bagian 1
Aku selalu bertanya tanya untuk apa orang tuaku membesarkan anak yang tak
berguna sepertiku, seharusnya mereka membiarkanku dan cuek padaku tapi mereka tak
seperti itu.
Menangis menangis kemudian entah kenapa diriku muncul sebuah keberanian dan diriku
membuka pintu…
“Mama…. Maaf…. Maaf….aku…..aku…. maaf”
Sambil menangis dan memeluknya yang sedang ingin berdiri… dan mengucapkan kata maaf
berulangkali, kemudian mama memelukku dan menenangkanku.
“Ariel…syukurlah….tak apa, mama sudah bersyukur kamu dah mau keluar dari kamarmu.”
Suara yang lembut seperti angin laut yang lembut dia dengan tangannya mengelus kepalaku
perlahan lahan untuk menenangkanku.
Kemudian setelah tenang kamipun berbicara tentang semua hal yang ku alami aku
menceritakan kejadian semuanya kepadanya diruang tamu.
Inilah cerita tetang semua awal dari ketakutan….
Dulu aku orang yang suka dengan sesuatu belajar, buku buku dan menulis, itulah diriku yang
dulu.
Aku selalu mendapat perlakuan tak pantas walau begitu aku selalu kuat untuk menahannya
sampai…
“hey, bagaimana kita menjahili teman yang selalu bersamanya…”
“Boleh juga, lagi pula aku sudah bosan dengannya…”
“tolong jangan kumohon apapun itu…”
Kalau mereka menjahilinya maka aku…..
“Hah!? Bagaimana kalo kita liat bagaimana reaksimu melihat temanmu itu kita jahilli…”
“Hahahaha”
Mereka tertawa dan sama sekali tak merasakan apapun saat melakukan itu, menjahili kata
yang tak mencerminkan artinya kejahilan mereka sudah kelewatan….
Akhirnya mereka terus menjahili temanku, dia adalah teman masa kecilku kami bersama
sejak sd hingga sekarang.
Teman masa kecilku Sebenarnya dia tau aku selalu dijahili dan dia selalu membelaku tapi
aku yang tak bisa membiarkannya selalu seperti itu jadi aku meminta untuk tidak
membelaku, karena aku takut dia terlibat dan akhirnya malah dia yang jadi incaranya.
Bagaimanapun juga aku tak bisa terus dibela olehnya terlebih lagi dia seorang perempuan,
sebagai laki laki aku merasa payah dan juga karena aku laki laki aku memintanya untuk
berhenti membelaku karena aku tak mau kalau dia terluka karena masalahku, dan itu semua
terlambat seharusnya aku meminta bukan hanya berhenti membela tapi menghindariku
saja.
Mereka terus membully-nya hingga dia pindah dari sekolah lalu aku hanya bisa melihatnya
dengan ketakutan.
Dia yang selalu membelaku dan aku hanya….
Kenyataan yang menusukku seperti dihapankan ke neraka aku akhirnya mengurung diriku
hingga sekarang dan aku sangat ingat kata katanya…
“Maafkan aku, maaf aku tak sudah tak tahan dengan ini tampaknya aku sudah kalah… dan
aku tak bisa memenuhi janji itu.”
“Tunggu, bukan seperti itu bukan seharusnya kau membenciku padahal kau selalu
membelaku tapi aku…”
“Tidak, aku tak membencimu hanya aku malah membenci diriku yang lemah ini maaf yah,
selamat tinggal…”
Kata kata yang paling menyakitkan buatku, lebih baik aku mendengar kau membenciku
daripada harus mendengar itu… aku…
Dia sama sekali tak membenciku tapi malah membenci dirinya sendiri itu membuatku
sangatlah terpukul, aku pernah mendengar jika kebaikan kadang lebih menyakitkan dari
apapun, dan aku mengerti apa artinya itu saat ini.
“Tu…”
Kata kata itu tiba tiba seketika tersentak saat ku ingin menghentikannya dan seolah
membiarkannya pergi.
Langkah kakinya yang menjauhiku sungguh menyakitkan bagaikan suara yang memberikan
kesakitan bagi yang mendengarnya…
Orang yang pertama berteman denganmu dan seperti keluarga tapi semua itu berakhir
karena kelamahanku….
Pada akhitnya dia nyatakan pindah sekolah dan mereka yang menjahilinya sudah
dikeluarkan dari sekolah tapi aku…..
Setelah kepergiannya diriku menjadi takut akan dunia luar kakiku gemetar,perutku mual
terasa ingin muntah dan aku ketakutan serasa memasuki dunia yang menyeramkan saat ku
melangkahkan diri dari rumah ke luar… saat aku pergi untuk sekolah.
Bagian 2
Begitulah bagaimana ku bisa menjadi sekarang ini, sampai saat ini aku masih takut
akan keluar rumah.
Dengan begitu aku menceritakannya kepada kedua orang tuaku
“seperti itu ceritaku…. Mama dan papa”
“Begitukah syukurlah kamu mau cerita ke mama…”
Mama sepertinya terlihat sudah mengetahuinya karena wajahnya yang sama sekali tak
terkejut dan seperti memang sengaja menunggu diriku keluar.
“mama, apa mama sudah tau soal diriku?”
“Tentu saja, mama sudah mendengar ceritanya dari Rika semua masalah telah berlalu walau
begitu kamu tampaknya mengalami trauma jadi mama nggk mau memaksakan dirimu untuk
pergi kesekolah ataupun kemanapun, mama akan selalu ada untukmu.”
Aku sungguh bahagia hingga air mataku mengalir, walau begitu dadaku terasa sesak padahal
aku sudah merepotkan mereka tapi mereka dengan sangat lembut dan itu sungguh sangat
menyakitkan.
Aku tak berpikir kalau kebaikan ini sungguh sangat menyakitkan….
“Sudah, sudah usap air matamu sekarang kamu tak perlu takut sekarang yaaah, jika kau
takut maka ingatlah mama.”
“Baik”
Aku akhirnya makan malam diruang makan bersama mama tepat saat ku makan papa
pulang dari kerja dan dia terkejut melihatku berada diruang makan.
“Ariel?! Ariel….. syukurlah kamu baik baik saja….. papa senang ngelihat kamu Nampak
sehat….”
Dia terkejut dan tiba tiba memelukku dengan erat….
Memang aku dikamar juga sering melatih tubuhku walau hanya sebentar untuk agar tidak
gampang sakit yang nantinya akan merepotkan orang tuaku jadi wajar jika papaku berkata
diriku Nampak sehat.
“papa bersyukur kamu keluar dalam keadaan sehat dan juga papa minta maaf mungkin ini
salah papa yang nggk benar benar memperhatikanmu, andai saja papa lebih perhatian
padamu….”
“Bukan cuman papa, mama juga merasa bersalah padahal mama yang paling dekat
denganmu tapi mama nggk menyadari itu…”
“Tidak….bukan Ini… ini…”
Ini semua salahku karena tidak berani melawan dan ketakutan, ini adalah urusanku jadi ini
bukan salah kalian…..
Aku menundukkan kepalaku menutupi air mata yang keluar dari mataku
Air mata yang penuh rasa bersalah yang amat besar kepada mereka malah mungkin diriku
sanggup memperlihatkannya…
“Papa…. Mama ini bukanlah salah kalian karena aku….aku….lah, aku yang tak bisa mengatasi
masalahku dan lari dari itu lalu menutup diriku…. Maaf… maaf… aku telah menjadi anak
yang menyusahkan kalian maaf,,, telah menjadi anak yang tak berguna maaf…. Telah
menambah pikiran kalian….aku…”
Seketika orang tua memelukku dan aku terus menangis menyesali apa yang kulakukan…..
“sudah janganlah menangis…….”
Dengan lembut mereka berbicara seperti itu dan mengelus kepalaku hingga aku tenang lalu
sambil terus memelukku yang sedang tertunduk.
Aku yakin mereka tau aku menangis, karena mereka adalah orang tuaku.
Diriku semenjak hari itu perlahan lahan rasa takutku akan dunia luar mulai sirna walau
begitu itu membutuhkan waktu yang tak sebentar, sudah 1 tahun sejak hari itu dan aku
mulai menjalani hari hari normal dan besok diriku berangkat kesekolah yang ku tinggal
hampir 1 tahun setengah.
Aku mejalani masa smaku dengan normal, aku mencoba untuk menjadi kuat dengan
berlatih digym dan mempelajari beladiri, aku juga suka menolong orang-orang yang
dijahilinya kelewatan karena aku tak ingin mereka bernasib sama dengan yang kurasakan
dulu.
Beberapa tahun berlalu, sekarang diriku menjadi seorang guru sejarah itulah yang
kuputusakan setelah lulus dari sma lalu melanjutkan kuliahku mengambil fakultas ilmu
budaya.
Sekarang aku berkerja disekolah ku yang dulu sebagai guru sejarah, banyak kejadian hingga
ku sampai ke titik ini, orang tuaku sudah meninggal tepat setelah beberapa bulan wisuda ku
mereka meninggal karena kecelakaan pesawat.
Saat itu diriku sangatlah menyesal kerena akulah yang membuat mereka untuk belibur
berdua saja ke eropa sebagai hadiah kelulusan atau bisa dibilang wisuda ku dikampus
dariku.
Bagian 3
Saat itu aku sangatlah menyesal dan tak merelakan mereka tapi ketika ku
membereskan kamar orang tuaku disana ada sebuah surat untukku, surat itu lah yang
membuatku akhirnya merelakan mereka dan menjalani hidupku hingga saat ini.
Aku sekarang seorang guru sejarah diSMA, disana aku mengajar dan aku seperti biasa ramah
juga terbuka terkadang beberapa murid memilihku untuk mendengar curhatan mereka
disbanding guru BK/BP, aneh bukan tapi itulah kenyataannya.
“Pa ariel, bagaimana soal mereka apakah akan baik baik saja?”
“Mereka baik baik saja, tampaknya dia juga sudah mulai membaik dan mereka mulai
berteman, juga tadi mereka menceritakan hal hal kemarin seperti bermain digame center,
makan bareng, dan lain lain.”
“Syukurlah, tapi miris sekali padahal saya guru bk tapi mereka memilih pa ariel untuk itu.”
“saya tak tahu soal itu hanya saya senang jika mereka bisa berteman dan bersenang
senang.”
Aku sedang berjalan menuju keruang guru lalu bertemu muridku dan setelah itu aku
bertemu dengan guru bk dan sekarang perbicaraan seperti terjadi.
“Maaf sudah menganggu waktunya pa ariel kalo gitu saya akan kembali keruangan saya, ada
beberapa materi yang sama siapkan untuk pembelajaran nanti pas selesai istirahat.”
“Tidak sama sekali nggk mengangu, jadi silahkan bu.”
Sudah hampir 3 tahun ku bekerja disini, kalo dihitung umurku sudah masuk usia untuk
menikah dan mempunyai anak tapi aku berusaha untuk tak memikirkan hal itu dan focus
apa yang kukerjakan sekarang.
Sekarang waktu istirahat dan aku makan dikantin bersama teman kerjaku seorang guru, dia
terkenal disekolah ini sebagai guru yang tampan.
“Pa ariel, kalo nggk bapa itu lulusan tertinggi dikampus bapak dulukan juga yang tercepat
wisudanya dan banyak menerima gelar dan penghargaan, kenapa bapak bekerja disini
sebagai guru seharusnya dengan prestasi besar seperti itu bisa mendapat pekerjaan lebih
dari sekedar guru sejarah…”
“Pak adit, tolong pelankan suara bapak atau memang bapak sengaja melakukan itu….”
Berbisik ku kepadanya yang berbicara dengan suara lantang seperti memang sengaja agar
didengar oleh para murid .
“Eh? Pa ariel lulusan tertinggi dan banyak menerima gelar benarkah??!”
Terdengar suara siswi yang berteriak seperti itu dan segera semua melihatku dan aku
dihujani banyak pertanyaan.
“bapak benarkah itu, bagaimana apakah ada semacam trick?”
“gelar dan juga penghargaan apa aja pak yang diterima saya ingin tau..”
Satu per satu pertanyaan ku menjawabnya
“Tak ada trick ataupun sesuatu yang seperti itu, hanya bapak melakukan sebaik mungkin
dan karena hobi bapak membaca jadi mungkin itu sebabnya.”
“Kalo gelar bapak sudah lupa karena itu sudah 4 tahun lalu jadi bapak tak terlalu ingat.”
“eeehhh tapi mungkin salah satu dari seluruh yang pailing diinget saja…”
Sebenarnya aku sama sekali tak melupakan gelar apa saja yang kudapat tapi aku tak bisa
memberitahunya semuanya karena aku tak mau mendengar kata kata “ariel si jenius” lagi…
Aku lulusan kuliah sarjana tercepat dan juga aku melanjutkannya ke s2 setelah itu s3 dengan
nilai terbaik dan hampir sempurna juga cepat…. Hanya 4 tahun saja aku sudah mendapatkan
semuanya.
Dan lagi karena aku ingin menjadi guru aku harus setidaknya menyandang gelar sarjana
pendidikan makanya aku melakukan kuliah lagi dan hanya dalam 1 tahun saja aku sudah
lulus…..
kalian bisa hitung usia ku dari situ, aku juga setelah lulus dari kuliah aku pernah bekerja
hampir 1 tahun di perusahaan milik ayahku dan aku keluar dari sana setelah beberapa bulan
kematian orang tuaku.
“Sarjana pendidikan, juga penghargaan lomba ilmu pengetahuan tentang sejarah.”
Yaah sejarah tak hanya Indonesia saja aku banyak mengingat sejarah negara negara bahkan
sesuatu yang tak diketahui banyak orang… dan penghargaan itu ku dapat karena mengikuti
lomba pada saat aku dipaksa ikut oleh temanku yang mendaftar namaku tanpa ijin.
Walau gitu temanku tau kalau mereka ingin aku tak menyia nyiakan bakatku dan ilmu yang
ku pelajari, yaah sekarang mereka sudah lulus memiliki pekerjaan dan berkeluarga berbeda
denganku yang masih jomblo.
“Kalian udah udah, kalian kalo nanyain pak ariel terus nanti nggk sempet untuk makan pas
istirahat juga kita nggk bakal sempat makan tau, jadi kalian bubar ok?”
“Baik pak….”
Kemudian tiba tiba terjadi sebuah keributan tak lama selesai diriku makan…
“Siapa itu yang diatap gedung.”
“Bukannya kita dilarang berada disitu…”
Berisik sekali hari ini yaah….
Aku langsung ke asal dari suara berisik itu dan disitu banyak siswa berkumpul melihat keatas
“Yati, ada apa rebut rebut ini.”
“Pak liatlah keatas seorang siswi berada disana.”
“Bukankah itu atap? Seharusnya tak ada siswa yang boleh kesana…”
Karena mendapat firasat buruk aku seketika langsung menuju atap sekolah.
Gawat kumohon jangan terjun hingga aku sampai…
Menaikki tangga dan menuju lantai paling atas kemudian membuka pintu atap yang ditutup
oleh sebuah pintu.
“Tunggu! Kumohon nak…”
“Pak guru… aku tak tahan lagi…”
“Baiklah, bisakah kamu menceritakan apa yang terjadi jika mungkin bapak akan
membantumu dalam masalah.”
Perlahan ku mendekatinya sambil mengalihkannya dengan percakapanku
“… tidak mungkin bapak bisa membantuku, sama seperti guru lainnya mereka hanya pura
pura peduli bukan!!!”
“tidak! Aku benar benar ingin membantumu….”
“Bohong!!!”
Aku tinggal menangkapnya supaya tak melompat tapi hal tak terduga dia tiba tiba berteriak
dan melangkah mundur…. Lalu jatuh…
“Tunggu…”
Saat itu mungkin sebuah keajaiban terjadi aku sempat meraih tangannya…
“Hampir saja, Apa kamu tau bapak mengerti perasaanmu rasa ingin bunuh diri itu…”
Menarik tangannya keatas hingga kembali dan langsung memeluk agar tenang itulah cara
yang ku pelajari dari seorang temanku difakultas psikologis dulu.
Dan benar dimeronta ronta
“…Kenapa kenapa…”
“Karena bapak dulu sama sepertimu walau begitu bapak berpikir kalau bunuh diri itu hanya
akan menyebabkan seseorang yang dekat denganmu akan terpukul.”
“tapi aku tak punya seseorang seperti itu, dan jika aku mati maka masalah dan perasaanku
akan hilang…”
“Tidak, tak akan menghilang kau tau dan itu hanya akan menambah masalah yang lebih
besar lagi, kalau kau tak punya seseorang seperti itu maka bapak bisa membantumu
mendapatkan teman… maka dari itu jangan lakukan seperti ini lagi.”
“Baik…”
Perlahan dia mulai tenang karena percakapanku dan aku mulai perlahan melepas pelukanku
dan berdiri.
“Ini… nomor wa bapak juga akun medsos lainnya, kau juga bisa berbicara bapak kapan saja
selama tidak di jam pelajaran.”
“baiklah kalau begitu…”
“Soal mencari teman bapak punya beberapa siswa yang mungkin kalian bisa akrab.”
“Maaf… pak sudah berbicara seperti itu, saya Annemie Arabella Twiligth.”
“Nama yang bagus…”
“Tidak karena namaku saja pas sd ku sering diejek malah ada bagusnya….”
“Kau salah, tau apa arti namamu itu?”
“Nggk tau, Apa bapak tau?”
“Nama mu memiliki arti perempuan atau gadis cantik yang sopan dan santun, annemie itu
artinya sopan santun dan kalo arabella itu perempuan atau gadis cantic, twilight itu nama
keluargamu bukan jadi tak termasuk haha.”
Tertawa kecil diriku setelah menjawab pertanyaannya tapi sungguh jika dilihat baik baik dia
seperti boneka apa dia blasteran?
“Pak ariel…”
“Apa? Apa aku salah tapi itu yang ku tau”
“Bukan, sekali lagi saya minta maaf yang telah saya lakukan juga soal masalah ini…”
“Tenang saja serahkan padaku”
Dengan menepuk dadaku agar terlihat meyakinkan, kami lalu kebawah untung murid yang
lain diurus para guru untuk masuk kelas jadi tak ada yang perlu dikhawtirkan.
Tapi tak heran pasti semua yang membullynya iri dengan kecantikannya…
Kemudian aku membawanya ke ruangan bk dan menjelaskan semua kepada guru bk
“Jadi seperti itu saya paham, kalau begitu nak kamu bisa disini dulu sampai kau bisa
tenang.”
“Baik…”
“Tenang saja, kamu bisa disini sampai tenang atau ingin ikut bersama bepak kekelas
pembelajaran berikutnya tampaknya bapak telat mengajar….”
“Aku…”
“Tunggu pak ariel…. sini”
Terdengar bisikkan dari bu bk dan mengajakku keluar ruangan.
“Ada apa?”
“Bagaimana bisa kau berbicara seperti itu membawa bersamanya kekelas pembelajaran
berikutnya? Bukannya itu akan merepotkanmu dan juga itu tak dibolehkan.”
“Tenang saja aku tak keberatan lagi pula hal yang dibutuhkan dia saat ini adalah orang yang
mengerti dia dan kita tak bisa membiarkannya sendirian, aku juga nanti akan melapor
kepada kepala sekolah setelah ini.”
“Baiklah saya percayakan pada bapak untuk ini, aneh yah… padahal saya guru bk tapi aku
tak tau apa yang harus dilakukan untuknya, semua cara yang kulakukan nampaknya berefek
sebaliknya…”
Dari yang bu bk ucapkan menunjukkan kalo sebelum dia meminta saran darinya tapi itu
malah membuatnya lebih parah….
“Jadi seperti itu… apa dia sampai bisa berbicara seperti itu karena caramu?”
“nampaknya… dari awal seharusnya saya meminta saran darimu pak ariel tapi saya…. Malah
maaf….”
“Tak usah minta maaf karena sudah terlalu mengambil alih pekerjaanmu…”
Akhirnya pembicaaraan kami selesai dan aku masuk ke kelas untuk pembelajaran bersama
dengan annimie.
“Boleh bapak tanya sesuatu harus panggil apa namamu?”
“Arabella saja”
“Baiklah.”

Chapter 1
Dengan buku dan peralatan lain sebagai guru aku memasukki kelas…
“Assalamulaikum, selamat pagi semua kita akan mulai pembelajarannya.”
“Pak tunggu, itu siapa yang bersama bapak?”
“Bagus sudah bertanya, dia Annemie Arabella Twiligth kakak kelas kalian dia disini untuk
melihat bagaimana cara aku mengajar, dia juga sedang mencari teman jika kalian mau
berteman maka bisa temuin aja dia.”
“Bapak….”
Dengan malu dia menarik pelan baju dan mulai kebelakangku.
“Dia sedikit pemalu jadi jika kalian dijauhi maka dia malu sama kalian.”
“Cantik…”
“Benar kayak boneka saja….”
“benar juga… IMUT….”
Tampaknya responnya positif…
Mereka seperti melihat sesuatu hal yang luarbiasa dan tak hanya laki laki saja yang
memujinya bahkan sepertinya perempuan juga disini menyukainya.
“Arabella kalau kamu bisa duduk ditempat kosong… tapi nampaknya tidak ada tempar
yah….”
“Bapak dia bisa duduk bareng kita aja….”
“Baiklah, ayu dan rika yaah, apa nggk apa apa Arabella?”
Rika dan ayu mereka sering berbicara denganku saat diluar sekolah bagaimanapun mereka
tetanggaku… Jadi aku tampaknya tak perlu khawatir karena mereka anak yang baik
Diriku menoleh kearah Arabella tapi Dia tak menjawab dan hanya menganggukan kepalanya
jadi ku tandai itu sebagai “iya” dan langsung menuju kemereka
“Ok kita mulai pelajarannya…”
Selagi aku memberikan pelajaran ku, aku juga mendengar apa yang mereka bicarakan walau
itu dengan suara kecil tapi aku sangat mendengarnya…
“Boleh ku panggil kak arabella seperti bapak?”
“tidak, panggil saja annemi karena itu bakal lebih akrab….”
“Begitukah, Manisnya…. Pengen kucubit pipinya ah…”
“Apa!?”
“Ahem…”
Seketika mereka langsung diam dan kembali seperti semula….
“Hump..hahaha….”
“Kalian ini yaah… kita lagi pelajaran tau nggk?”
“Maaf pak abisnya kita lucu aja ngeliat tingkah mereka saat tiba tiba terdiam saat
mendengar suara dari bapak….”
“Baiklah kalian, kalau nggk salah ujian tengah semester bakal bentar lagikan? Sekarang
bapak hari ini hanya memberi kisi kisi saja, jadi kalian bebas mau lakuin apapun didepan
bapak tapi ingatlah jangan keluar dari kelas….”
“Beneran pak? Kalo gitu….”
“Iya bapak akan duduk disini sampe mata pelajaran bapak berakhir jadi kalian bisa abaikan
bapak.”
Mereka langsung asik sendiri….
aku sambil mengerjakan pekerjaan paruh waktuku dan sesekali melihat mereka
ku melihat Arabella dikrubuni banyak siswa dan siswi mungkin itu akan terasa seperti
introgasi, bertahanlah jika kau bisa bertahan dari itu maka aku yakin kau bisa mendapat
banyak teman
disana ada ayu dan rika jadi diriku tak perlu khawatir mereka akan menjaganya…
loh…
“ada apa Arabella?”
“bapak aku harus gimana…. Mereka terus berbicara padaku tapi aku… malah ketakutan…”
“janganlah menangis ok, aku yakin mereka penasaran dan tertarik padamu dan juga kalian
terlalu berlebihan Arabella jadi takutkan”
“Maafkan kami….”
Arabella yang tiba tiba kesini bersama ayu dan rika disampingnya dengan berbicara sambil
mengeluarkan air mata…
“kalian boleh bertanya silakan tapi satu satu oke?”
Kalau begitu kenapa tidak…..
“Baiklah kalian semua begini saja….”
Dengan mengangkat tubuhku dari kursi lalu memindahkan kursinya ke tengah didepan
papan tulis
“Arabella kau bisa duduk disini dan kalian semua duduk dikursi masing masing, kalian
sekarang yang ingin bertanya tentangnya ancungkan tangan dan pertanyaan kalian tak
boleh sama”
“Begitu, baiklah bapak…”
Mereka menurut dan seperti dan diduga mereka sangat antusias, mereka terus bertanya
soal dirinya, hal itu sangat membantuku mendapat informasi tentangnya tanpa harus
bertanya langsung dan agat diriku lebih baik bisa menyelesaikan masalah yang akan datang
kepadanya suatu hari nanti dengan mengenal kepribadian dan sesuatu semacamnya
Ting….dong…
Ha?!!
waktu pelajaran ke 5 sudah berakhir harap para guru pelajaran ke 6 untuk segera masuk
kekelas selanjutnya…..
kaget… padahal sudah 3 tahun aku bekerja disini tapi masih saja belum terbiasa akan bel
sekolah itu…
“sepertinya udah selesai pelajarannya, kalau begitu bapak

Anda mungkin juga menyukai