Anda di halaman 1dari 113

BACKSTREET

Oleh: Agustina Puji L.


Senja kala itu dari atap sebuah gedung lantai
empat pusat pertokoan Dongdaemun. Semilir angin
musim dingin kota Seoul berhembus membelai jiwa-jiwa
yang dilanda kebimbangan itu. Semoga kita bisa hidup
bersama selamanya ya, Mizuki. Kagum. Seketika itu
cewek berambut panjang berwajah oriental langsung
menatap wajah cowok tinggi nan tampan yang ada di
sampingnya.
Sementara itu dua pria paruh baya dan beberapa
pengunjung toko sedang dilanda kepanikan. Khawatir
dengan apa yang akan dilakukan dua remaja diatas
gedung itu. Ya, Mizuki dan Yongjun jangan coba-coba
melakukan tindakan bodoh! suara itu terdengar cukup
keras melalui toah yang dipegang pria tua berkaca mata
itu. Kami berdua saling mencintai, jika hubungan kami
masih juga ditentang, kami akan melompat dari sini.
Sahutan suara dari atas itu langsung mendapat sambutan
sinis dari kedua pria yang berada di bawah itu. Lompat
saja kalau berani! Kami tetap tidak menyetujui hubungan
kalian. Ujar pria yang seumuran dengan pria pengguna
kacamata di sampingnya itu.
Heh ini juga tidak akan berhasil Yongjun
menghela napas kemudian duduk bersandar pada dinding
gedung tersebut. Hening sejenak. Keduanya masih
bergelut dengan pikiran masing-masing selanjutnya
keduanya menoleh sambil tersenyum simpul, entah
1

makna apa yang tersirat dalam senyuman mereka itu.


Kita harus terus berjuang Mizuki, ujar Yongjun diikuti
anggukan dari Mizuki kemudian mereka berdua
berpelukan. Tiba-tiba.. Brakk.. terdengar suara pintu
penghubung atap gedung dibuka dengan paksa, dari sana
muncul dua sosok pria tua, masing-masing dari mereka
wajahnya memancarkan aura kemarahan yang begitu
besar. Lepaskan putriku anak muda! ujar pria yang tidak
memakai kacamata itu seraya menyeret tangan putrinya
itu menjauh dari dekapan Yongjun.
***
Malam itu di rumah, Mizuki benar-benar dimarahi
oleh ayahnya. Ayahnya masih menentang bahwa Yongjun
bukanlah laki-laki yang pantas untuk putri tunggalnya itu.
Ayahnya berkata bahwa Yongjun itu tidak sebaik yang
Mizuki pikir. Dia nggak bijaksana sama sekali, nggak
jujur dan dia juga sombong pokoknya tidak ada pantaspantasnya untuk seorang Mizuki. Tapi bagi seorang
Mizuki, Yongjun itu lebih dari apapun. Sempurna. Itu
adalah gambaran yang paling tepat. Yongjun begitu
tampan, baik, pintar, ramah dan orangnya juga sangat
sederhana tapi kenapa Ayahnya sungguh tidak bisa
memahami hal. Yongjun adalah segalanya bagi Mizuki,
hanya dengan melihat Yongjun tersenyum saja sudah
membuat Mizuki bahagia. Tapi yang namanya seorang
Ayah, dia tetap bersikukuh dengan pendiriannya untuk
menyuruh Mizuki putus dengan Yongjun bahkan
Ayahnya membuang boneka Mizuki yang diberikan
Yongjun di hari ulang tahunnya tahun lalu. Ya.. kenapa
harus dengan anak Kim Yongsul? Aku benar-benar muak
2

melihatnya, ujar Ayah Mizuki. Terserah, apapun


masalah Ayah dengan Ayahnya Yongjun aku tidak peduli.
Aku tidak akan putus dengan Yongjun. Tidak akan pernah.
Titik! Brakkk... kemudian terdengar pintu kamar Mizuki
dibanting keras-keras setelahnya.
***
Keesokan harinya, Yongjun dan Mizuki bertemu
kembali di sekolah setelah kejadian sore itu di pertokoan
Dongdaemun. Yongjun menghampiri Mizuki dan
mendengarkan cerita Mizuki bahwa dirinya dimarahi
habis-habisan oleh Ayahnya. Harus bagaimana lagi?
Harus dengan cara apa lagi, gumam Yongjun. Hem..
masih pagi sudah disuguhi drama cinta romeo dan juliet
yang lagi backstreet. Masih belum direstui juga? celetuk
salah satu teman sekelasnya diikuti tawa ringan seisi kelas.
Yongjun dan Mizuki hanya bisa tersenyum masam. Hei..
Yongjun kenapa tidak kau ajak kawin lari saja? tambah
teman satu kelasnya diikuti ekspresi lucu dari mereka
semua. Aku juga berpikir seperti itu, jawab Yongjun
langsung ditatap Mizuki yang wajahnya sudah seperti
kepiting rebus. Sekali-sekali melanggar aturan tidak
masalah kan? teman yang lain tidak mau kalah bersuara.
Ide bagus. Iya kan? Mizuki, ujar Yongjun yang hanya
mendapat jawaban Ehh.. dari Mizuki karena gadis itu
begitu terkejut. Seketika itu Yongjun menarik tangan
Mizuki untuk mengikutinya berjalan keluar kelas.
Yongjun tidak mengatakan apapun, keduanya sama-sama
berdiam diri. Mizuki hanya mengikuti ke arah mana
Yongjun membawanya pergi. Ruang Wali Kelas. Ya,
kalian yang mau bunuh diri, masih mau berbuat onar lagi?
3

tanya guru tersebut yang tidak lain adalah wali kelas


Yongjun dan Mizuki. Kami berniat untuk mengajukan
cuti selama tiga hari, ujar Yongjun. Apa sekarang?
Kalian mau kabur untuk mendapatkan restu orang tua
kalian? ujar ibu wali kelas. Kami hanya ingin orang tua
kami mengerti, ujar Yongjun. Ya.. dasar anak muda
jaman sekarang! Walaupun kalian berdua siswa terbaik,
kalian tidak bisa melakukan itu. Hal itu akan memberikan
pengaruh pada teman-temanmu yang lain. Ibu tidak akan
mengijinkan hal itu dan sekarang kembalilah ke kelasmu.
Mendengar jawaban dari wali kelasnya membuat
keduanya kembali ke kelas dengan kecewa. Mereka
berjalan menyusuri koridor kelas. Ditengah perjalanan
tiba-tiba Yongjun menarik tangan Mizuki yang berjalan
sedikit lebih di depannya. Mizuki, kita harus melakukan
sesuatu yang buruk ujar Yongjun sukses membuat
Mizuki kaget dan hanya bisa mengeluarkan kata Ehh.
Kita kabur saja, Mizuki! Apa kau mau ikut bersamaku?
Mizuki menatap wajah Yongjun dengan wajah berkacakaca Yongjun kemudian diikuti anggukan yang mantap.
Selanjutnya keduanya pun resmi meninggalkan kawasan
Dongdaemun dan kabur menuju Busan.
***
Siang itu setelah mendengar kabar bahwa anaknya
kabur, Tuan Imamura buru-buru mendatangi rumah Mr.
Kim. Dari dalam rumah Tuan Kim mengenakan
kacamatanya setelah mendengar pintu digedor dengan
tidak sabar. Ya.. Kim Yongsul apa yang dilakukan
anakmu hah.? Seenaknya saja membawa kabur anak
orang? ujar Tuan Imamura. Sementara itu ibu wali kelas
4

yang sedang berada di rumah Mr. Kim yang memberitahu


bahwa kedua anaknya kabur berniat memberikan salam
pada Tuan Imamura yang merupakan ayah dari Mizuki.
Baru akan membuka mulut tapi langsung mendapat
semprot dari Tuan Imamura. Ibu sebaiknya diam saja,
bisa-bisanya membiarkan kedua anak itu kabur. Seketika
itu ibu wali kelas terkejut dan mengatupkan mulutnya
rapat-rapat.
Rupanya-kau benar-benar dendam padaku
karena aku yang mendapatkan Lee Hyori sampai
menggunakan anak perempuanmu untuk membalasku
hah..! ujar pria berkacamata itu. Hah? Bisa-bisanya kau
berdalih. Kau kan di tolak mentah-mentah. Dasar bodoh
Tuan Imamura tidak mau kalah. Bodoh? Kau itu yang
lebih bodoh. Bisa-bisanya sekolah bawa buku porno,
kepergok pula. Ya.. Kim Yongsul jangan sok suci! Aku
juga melihatnya. Kau juga membawanya kan hanya
nasibmu saja lebih beruntung dariku. Keduanya masih
terus beradu mulut mulai dari masalah anak mereka
sampai masa lalunya pun menjadi topik pertengkaran.
Sementara ibu wali kelas yang sedang bingung dengan
situasi tersebut akhirnya menemukan jawabannya dari
nenek Yongjun. Mereka seperti itu karena cinta segitiga,
dulu Lee Hyori adalah pacar Imamura tapi anakku
merebutnya, tidak lama setelah itu anakku putus dengan
Hyori karena gadis itu selingkuh dengan orang lain. Yah..
mereka jadi seperti ini padahal saat itu mereka sangat
akrab begitu cerita nenek Yongjun yang didengar oleh
kedua pria dewasa yang sedang ribut itu. Kami tidak
akrab jawab mentah-mentah oleh keduanya secara
bersamaan.
5

***
Sementara itu dalam kaburnya di Busan. Yongjun
dan Mizuki benar-benar senang menikmati musim dingin
malam hari dengan begitu menyenangkan. Mereka begitu
merasakan sebuah kebebasan. Sepanjang perjalanan
mereka berpegangan tangan. Banyak juga pasangan yang
berlalu lalang begitu mesranya terkadang membuat
keduanya bertatapan sambil tersenyum malu. Aku ingin
selalu bersamamu, sampai hubungan kita disetujui kita
harus bersabar ya, Mizuki ujar Yongjun. Iya, lihat itu
ayo duduk dibangku dibawah pohon itu. Aku capek dari
tadi jalan terus ujar Mizuki. Semilir angin musim dingin
memang begitu romantis. Mizuki menjatuhkan kepalanya
pada bahu Kim Yongjun, dia bersandar padanya. Mereka
terdiam dan berkutat dengan pikiran masing-masing.
Yongjun memandangi wajah Mizuki dan perlahan-lahan
mulai menundukan kepalanya untuk memberikan ciuman
pada bibir Mizuki. Yongjun begitu yakin ciuman itu akan
benar-benar sukses kalau Mizuki tidak beranjak dari
posisinya ketika melihat melihat gelagat aneh dua orang
di depannya. Yang satu bertopi dan memakai kacamata,
disampingnya ada seorang perempuan aneh yang sedang
menggamit lengan laki-laki berkaca mata itu. Wajahnya
terlihat aneh sebagai seorang wanita, bibirnya pun terlihat
merah terkesan menor, rambut kecoklatan yang
dikenakannya pun seperti bukan sesuatu yang asli. Kedua
orang itu memperhatikan Yongjun dan Mizuki lekat-lekat.
Kedua remaja yang sedang diperhatikan seketika itu
tersadar dan memekik bersamaan AYAH kemudian
keduanya ambil langkah seribu. Kejar-kejaran diikuti
teriakan panggilan pun tak terhindarkan lagi.
6

***
Keempatnya sudah berlari cukup jauh menyusuri
hiruk-pikuk kota Busan. Saat itu Yongjun dan Mizuki
sudah sangat capek. Yongjun memutar matanya ke kiri
dan ke kanan berharap menemukan sebuah penolong.
Kesini. Pekik Yongjun seraya menarik tangan Mizuki
setelah dia melihat sebuah tangga menuju lantai atas dan
yang dituju tidak lain adalah atap gedung seperti yang
dulu pernah dilakukan. Mereka sampai ke atap gedung
tersebut. Disusul kedua pria yang sedang menyamar tapi
gagal- itu dengan napas tersengal-sengal keduanya
muncul di hadapan Yongjun dan Mizuki. Hei muda!
Sudah cukup sekarang cepat serahkan Mizuki padaku
ujar pria yang mengenakan rambut pasangan itu sambil
berjalan ke arah Yongjun dan Mizuki. Aku tidak akan
melepaskan Mizuki ujar Yongjun yang sedang memeluk
erat Mizuki. Kalau harus berpisah, lebih baik kami mati.
Kami serius tambah Mizuki. Kalau sampai mati garagara ini, kalian ini benar-benar bodoh. Berhentilah aku
capek melihat akting kalian ujar pria berkacamata itu.
Sudah nggak mungkin lagi Mizuki, kita mati saja dengan
begitu kita akan bersama selamanya.
Baiklah Yongjun aku tidak peduli biar orang
berkata kita bodoh, aku tetap ingin terus mencintaimu.
Aku juga Mizuki, aku mencintaimu. Ya.. ya kalian
pikir sedang syuting drama cinta hah? ujar Ayah Mizuki
tapi tidak digubris oleh keduanya yang kini sudah siap
terjun dari lantai lima itu. Ya, ya hentikan! Apa yang kau
lakukan dasar anak bodoh ujar Ayah Yongjun. Keduanya
pun terjun dari lantai lima. HYAA... HENTIKAAAAAN
HYAA KAMI MERESTUI KALIAN.. JANGAN MATI
7

kedua pria itu yang jaraknya lumayan jauh dari tempat


Yongjun berdiri segera berlari sambil berlinang air mata.
Mereka tidak menyangka bahwa anaknya benar-benar
sudah gila.
Angin musim dingin berhembus dengan begitu
kencangnya mengantarkan kedua tubuh itu melayang
jatuh ke tanah. Yongjun, akhirnya kita direstui. Kita
akan mati bersama. Akhirnya kita bisa bersama
selamanya. Di dunia yang selanjutnya. Tidak Mizuki,
lebih tepatnya di dunia ini. sebelum kata-kata Yongjun
selesai terdengar bunyi DANG dari bawah. Tubuh
keduanya jatuh pada pembersih kaca gedung seperti skoci
yang menggantung di sebuah kapal Feri. Ternyata ada
sling yang dibuat membersihkan kaca luar gedung sedang
menggantung di lantai empat. Dan Yongjun sempat
melihat itu makanya dia tidak ragu untuk menjatuhkan
dirinya. Benar-benar pemuda yang pintar. Hah.. DASAR
ANAK-ANAK BODOH! CEPAT NAIK KE ATAS ujar
kedua pria yang sedang melongokkan kepalanya ke
bawah gedung dan mengetahui kedua anaknya selamat.

Note: Inspired by manga: Anywhere With You.

BLACK IN LOVE
Oleh: Ajeng Okvita Larasati

Dinginnya sikapmu dan wangi aroma tubuhmu


tidak akan pernah terlupa olehku, meskipun engkau tidak
akan pernah lagi kembali ke dunia ini. Kenangan pahit
akan masa lalu itu masih lekat dalam ingatanku. Aku dan
kamu pernah bersama dan menjalin sebuah hubungan
yang kita sebut dengan cinta. Aku tahu kamu tidak akan
pernah dapat mencintaiku, karena kamu telah mengisi
hatimu oleh seseorang dan seseorang itu adalah Kiki
sahabatku yang telah lama meninggal dalam sebuah
kecelakaan. Kamu yang memang tidak akan pernah
membuka hatimu untukku. Kamu yang saat ini telah
membawa cinta abadimu ke alam baka. Kepergianmu
telah membawa luka yang sangat dalam bagiku.
Kenangan pahit itu telah membawaku pada sebuah
kenyataan bahwa aku harus menerima bahwa engkau
telah pergi. Aku pun tahu aku harus melupakan kisah kita.
Gun, kamu sedang apa? tanya Umi.
Tidak apa umi, jawab Gunawan.
Ingat, kamu tidak boleh mengingat masa lalumu
lagi, dia sudah meninggal dunia, ikhlaskan dia nak, umi
yakin dia sudah tenang di sana, pesan Umi.
Iya umi, umi aku mau keluar dulu, jalan-jalan
sebentar, pinta Gunawan.
Iya, tetapi jangan jauh-jauh ya ini sudah malam,
jangan lupa pakai jaket kata Umi.
9

Gunawan yang hatinya sedang terluka mencoba


mengobati hatinya dengan jalan-jalan di sekitar rumahnya.
Awalnya Gunawan adalah seorang karyawan yang
bekerja di sebuah perusahaan ternama, namun ia menjadi
seorang pengangguran karena ia harus menerima
kenyataan bahwa orang tuanya telah tiada dan itu akibat
kesalahannya. Sebulan sudah Gunawan di sini, nama Liza
tidak lagi ada dalam ingatannya, tetapi hatinya tidak
mampu menghapus namanya. Ia tidak dapat memungkiri
perasaannya ia masih menyimpan rasa itu untuk Liza.
Rasa dendam yang membuat dirinya menikmati suasana
gelap dan dinginnya ruang penjara.
Langit berhias bintang dan bulan menambah rasa
nikmat malam itu. Ia menikmati malam itu dengan berlari
mengejar bintang, walaupun ia seorang laki-laki, tetapi ia
sangat senang melihat bintang. Masih ingat saat ia kecil ia
sangat senang menikmati malam bersama kedua orang
tuanya. Ia bersama orang tuanya makan jagung bakar di
bawah sinar bintang. Bercanda dan berlari mengejar
bintang bersama kedua orang tuanya. Sampai suatu saat
kedua nyawa orang tuanya harus diambil oleh Tuhan,
karena dibunuh oleh kekasihnya sendiri, Liza. Kedua
orang tuanya telah membunuh Kiki. Kedua orang tua
dendam pada Kiki, karena ia telah menghancurkan
perusahaan keluarga besarnya. Betapa terpukul hatinya
tatkala melihat Liza memegang sebilah pisau yang
bersimbah darah dan melihat kedua orang tuanya lemah
tidak berdaya. Saat itu pula Gunawan merebut pisau yang
ada di tangannya kemudian membunuh kekasihnya
dengan menancapkan pisau itu ke dalam perutnya.
Beberapa lama kemudian, sirine polisi terdengar.
Gunawan mencoba menghindar, namun ia tidak dapat
10

menghindar, karena Liza mencoba menahannya dengan


sisa nyawanya.
Gunawan divonis lima tahun penjara. Selama ia
berada di dalam penjara, ia mencoba melakukan
percobaan bunuh diri, namun usahanya sia-sia. Keluar
dari penjara ia pun sempat loncat dari sebuah jembatan,
namun usahanya gagal karena ada seseorang yang
menyelamatkannya. Orang itu adalah Umi Aisyah. Umi
bukanlah sanak saudaranya, baginya Umi adalah orang
yang telah dikirim Tuhan untuk menyelamatkan hidupnya.
Umi mengenalkannya pada ajaran agama. Ingatan
kenangannya itu membuatnya berlari dan berteriak
dengan keras hingga ia menabrak seorang gadis cantik.
Maaf ya, saya tidak sengaja, kata Gunawan
sambil membantu gadis itu berdiri.
Iya, ndak apa-apa kok, kata gadis.
Astaga, wajahmu mirip dengan, maaf ya saya
pergi duluan, kata Gunawan.
Gunawan sangat kaget melihat gadis yang mirip
dengan wajah kekasihnya dulu. Ia juga masih ingat garis
wajah itu. Seketika itu pula ia ingin menampar wajah
gadis itu namun ia malah berlari kembali ke rumah Umi
dan masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu sangat mirip
dengan kekasihnya dulu. Ia pun bertanya pada diri sendiri
kenapa ia harus bertemu dengan sesorang yang telah
menganggapnya sebagai sampah. Melihatnya membuka
memori kelamnya. Memori dimana ia harus melihat
kedua orang tuanya mati dihadapannya. Ia tahu bahwa
kekasihnya dulu tidak pernah mencintainya, namun
perasaan ini tidak bisa dibohongi ia masih menyimpan
rasa dendam pada gadis yang telah membunuh orang
tuanya. Betapa ia harus menerima bahwa Liza tidak akan
11

pernah mencintainya, tetapi mengapa perasaan ini tidak


bisa menghapus rasa bencinya dan sekarang gadis itu
mirip dengan Liza. Berbagai pertanyaan kenapa dan
bagaimana ini terjadi padanya muncul dari benak
Gunawan. Lamunannya pun sirna, karena ia mendengar
Umi sedang mengetuk pintu kamarnya.
Umi lihat kamu tadi terlihat sedih, sebenarnya
ada apa? tanya Umi.
Umi, aku mau tanya, tadi aku bertemu dengan
seorang gadis yang mirip dengan gadis di foto ini, dia
siapa ya umi? tanya Gunawan penasaran.
Dia itu Zahra, gadis itu sangat anggun dan
sholehah, cocok sekali sama kamu, nak, jawab Umi.
Tidak Umi, saya tidak akan pernah mau menikah
dengan gadis itu, kata Gunawan sambil pergi berlalu
meninggalkan Umi Aisyah.
Gun, jangan pergi dulu, kata Umi.
Gunawan berlari pergi meninggalkan Umi. Ia
tidak percaya kalau hal ini akan terjadi padanya. Bahwa
ia akan menerima takdir yang sungguh tidak disangkanya.
Takdir bahwa ia harus dipertemukan kembali dengan
sesorang yang ia benci. Ia tidak pernah membenci
seseorang melebihi mantan kekasihnya, namun kenapa
orang itu hadir ke dalam kehidupannya. Ia tidak pernah
meminta Tuhan untuk mempertemukannya kembali
dengan gadis itu, tetapi kenapa harus ada dia lagi dalam
kehidupanku, ia memutuskan untuk menyelidiki asal usul
gadis itu tanpa sepengetahuan Umi Aisyah.
Keesokan harinya, Gunawan mengikuti kemana
Zahra pergi. Ia sangat penasaran dengan gadis itu. Ia
seakan yakin bahwa Zahra adalah reinkernasi dari Liza,
mantan kekasihnya dulu. Ia berniat merencanakan sesuatu
12

pada gadis belum dikenalnya itu. Pagi hari ketika matahari


tidak muncul, awan mendung mengiringi perjalanan
Gunawan ke rumah Zahra. Dia memakai celana hitam,
jaket hitam, topi hitam dan membawa sebilah pisau yang
disembunyikan di celana bagian belakangnya. Di dalam
perjalanan, ia bertemu dengan Zahra. Ia pun langsung
melukai tangan Zahra dengan sebilah pisau yang
dibawanya. Setelah melihat tubuh Zahra terkapar tidak
berdaya, ia langsung pergi meninggalkannya. Warga yang
melihat kejadian itu langsung membawa Zahra ke klinik
setempat dan lainnya mengejar Gunawan.
Sementara itu di rumah Umi Aisyah, terlihat Umi
sedang membaca koran di ruang tamu. Kemudian terlihat
Gunawan mengetuk pintu dengan kasar dan Umi pun
membukanya. Betapa terkejutnya Umi melihat tangan
Gunawan bersimbah darah, Umi khawatir kalau sesuatu
di masa lalunya telah terjadi.
Ada apa nak? tanya Umi.
Tidak ada apa-apa Umi, nanti kalau ada warga
kemari bilang Gunawan tidak ada ya jawab Gunawan.
Memangnya kenapa dan ada apa sebenarnya?
tanya Umi kembali.
Gunawan tidak menjawab pertanyaan Umi, ia
malah langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci
pintu kamarnya. Umi heran dan curiga melihat tingkah
anak angkatnya itu. Beberapa saat kemudian, sekelompok
warga datang dan menanyakan keberadaan Gunawan.
Umi pun tidak dapat berbohong. Umi memberitahukan
keberadaan Gunawan. Pintu kamar Gunawan pun
didobrak oleh salah seorang warga. Gunawan meringkuk
di sebelah tempat tidurnya dengan membawa sebilah
pisau yang bersimbah darah dan wajah ketakutan. Umi
13

yang melihatnya mencoba membujuk Gunawan untuk


memberikan pisaunya dan Umi berhasil. Gunawan
dibawa ke kantor kelurahan untuk di mintai keterangan,
namun salah seorang utusan keluarga Zahra meminta
Gunawan menemui Zahra di klinik dan warga pun
menurutinya.
Zahra yang lemah tidak berdaya menahan sakit
yang dideritanya. Dokter yang menanganinya mengobati
luka dengan hati-hati karena sebilah pisau itu telah
mengenai tulang. Gunawan tidak tega ketika melihat
Zahra yang menahan sakitnya. Hatinya serasa dicambuk
kembali, walaupun ia belum mengenal Zahra, tetapi ia
tidak tega melihat gadis yang mirip dengan kekasihnya
kesakitan.
Bagaimanapun kamu membenci seseorang,
kamu tidak boleh menghukum orang tersebut hanya
karena orang itu mirip dengan dia. Ingat nak,
sesungguhnya tidak ada manusia yang sempurna, dan
setiap manusia itu tidak sama, ia gadis yang baik kata
Umi.
Iya Umi, aku tahu, aku menyesal dan aku baru
menyadari rasa benci ini telah menghilang berganti
dengan cinta kata Gunawan.
Kisah itu telah berganti. Kisah kelam dan rasa
dendam itu telah menghilang dari diri Gunawan.
Gunawan telah mengubur rasa dendamnya dan ia telah
menemukan cinta sejatinya. Kisah kelam cintanya
berganti dengan kisah bahagia. Ia tidak lagi menyimpan
rasa dendam di hatinya. Ia percaya bahwa tidak ada
manusia yang sempurna, karena kesempurnaan itu hanya
milik Tuhan semata.
14

PEMILIK JALANAN
Oleh: Helmi Airan

Awan mulai berbaris. Berbaris seperti barisan


upacara resmi dan membentuk formasi laksana
gelombang laut yang bergulung-gulung di samudera biru.
Dalam hitungan menit, awan tersebut telah berubah
seperti pekatnya nila hitam. Kemudian, turunlah rintikrintik hujan yang berubah menjadi desiran hujan deras,
menyapu separuh kota hingga berlarut-larut.
Ruth ingat jika saat itu bukanlah waktunya
melamun sambil memandangi tetesan hujan turun dengan
lincah di luar jendela kamarnya. Dia langsung bergegas
menuju kamar mandi untuk bersiap-siap ke sekolah.
Namun, waktu seolah-olah hanya bisa meminjami dirinya
beberapa menit saja. Tanpa pikir panjang, dia
mempersiapkan segala keperluan yang harus ia bawa ke
sekolah.
Yakin kamu berangkat sekolah sekarang, Ruth?
tanya ibunya.
Kalau nggak sekarang terus kapan lagi, bu?
Kalau begitu, sarapannya kamu habiskan dulu,
suruh ibu Ruth dengan lembut.
Enggak deh, bu. Ruth masih kenyang gara-gara
makan biskuit kemarin malam, kata Ruth sambil lalu,
kemudian berpamitan ke ibunya.
Gerimis kini berubah menjadi guyuran hujan yang
menerpa daratan di Bumi dengan kerasnya. Ruth untuk
sementara waktu berpikir sejenak apa dia akan benar15

benar berangkat ke sekolah atau tidur dengan nyenyak


saja di kamarnya yang hangat. Setan menyuruhnya untuk
kembali masuk ke dalam rumah dan tidur saja. Tapi,
malaikat bersayap berbisik kepadanya untuk terus
berangkat ke sekolah meskipun cuaca tidak bersahabat.
Ruth pun diterpa kebimbangan yang luar biasa. Dia tahu
kalau waktu yang tersisa tidak banyak untuk sampai ke
sekolah. Hanya saja, ia tidak bisa tidak hadir di kelas
hanya karena hujan. Dia teringat tentang orang-orang
pinggiran yang dengan keterbatasan dimiliki masih
mempunyai semangat yang membara untuk mengejar
pendidikan yang diimpikan.
Oleh karena itu, ia pun akhirnya memutuskan
berangkat dengan motor matik yang ia miliki dan siap
menerobos guyuran hujan yang semakin deras. Setelah
beberapa menit di tengah perjalanan, Ruth baru sadar
kalau ia meninggalkan beberapa berkas dokumen yang
harus ia berikan ke wali kelasnya. Karena tidak banyak
waktu lagi yang tersisa, ia tetap mempercepat laju
kendaraannya, melupakan segala dokumen-dokumen itu.
Dalam dinginnya kalbu di pagi hari itu, suasana
jalanan semakin menjadi-jadi. Segalanya penuh hirukpikuk kendaraan yang berebut masuk di jalanan yang
mulai tergenang oleh air hujan. Di saat kondisi seperti ini,
para pengendara motorlah yang diuntungkan karena
mereka bisa dengan mudah berkelak-kelok di antara roda
empat yang tak bergeming sedikit pun. Ruth tetap
mempertahankan laju kendaraannya. Waktu yang tersisa
hanya tinggal sepuluh menit sebelum gerbang sekolah
tertutup untuk dirinya.
Ia memilih jalan pintas yang ia harap bisa lebih
cepat membawanya ke sekolah. Tak seberapa lama berada
16

di jalanan itu, terlihat, meski dengan samar-samar, banyak


motor yang menepi. Namun, ia juga melihat banyak mobil
yang tetap melaju dengan perlahan tapi pasti. Setelah
cukup dekat dengan gerombolan roda dua itu, Ruth masih
tak yakin apakah itu fatamorgana di pagi hari atau tidak,
tapi ia akhirnya yakin kalau mereka yang berdiri dengan
seragam cokelat di balik jas hujan mereka yang terlihat
besar, di samping mobil bertuliskan POLICE adalah
polisi.
Pagi itu seperti ada tembok yang berdiri di
depannya, membuat ia terhalang untuk melanjutkan
perjalanan ke tempat yang ia tuju. Seorang polisi yang
gagah dan masih muda menyuruh motor yang ada di
depan Ruth untuk menepi. Sedangkan Ruth diarahkan
untuk menuju ke seorang polisi berperawakan gedhe yang
berdiri di dekat pepohonan yang cukup rimbun untuk
menyembunyikan dirinya dari air hujan.
Ruth tahu betul kalau ini semua adalah yang
mereka sebut dengan Operasi Lalu Lintas. Tapi ia seolaholah masih tidak mengerti kenapa dirinya bisa disuruh
menepi padahal spion kanan-kiri, helmet, lampu motor,
dan segala tetek-bengeknya bersama dia.
Selamat Pagi, mbak. Boleh lihat SIM-nya?,
tanya polisi bertubuh besar yang berdiri di sampingnya.
Ruth pun seolah-olah terjerembab ke dalam jurang
dalam yang tak berdasar sedikitpun. Ia sadar jika dirinya
memang belum mempunyai SIM. Namun, dirinya
berharap, malaikat bersamanya, membawanya pergi dari
para pemilik jalanan yang pasti akan menggeretnya ke
dalam jurang dalam itu cepat atau lambat.
Mbak, kok ngelamun? Mana SIM dan STNKnya?, tanya polisi itu lagi dengan nada yang mulai naik.
17

Oh iya, sebentar, pak, jawab Ruth sambil


mengambil STNK yang tersimpan di dompet mungilnya.
Ia merasa gemetaran ketika mencoba untuk mengambil
STNK. Keringat dingin pun mulai mengintip dari balik
pori-pori kulitnya dan jatuh bersamaan dengan air hujan
yang masih tetap deras. Meski memakai jas hujan, Ruth
menjadi basah karena keringat dinginnya sendiri.
Akhirnya, ia pun menunjukkan STNK motornya ke polisi
itu.
Selagi polisi itu mengecek keautentikan STNK,
Ruth mencoba melihat jam tangan miliknya
danterlambat sudah baginya. Kini, ia hanya bisa duduk
di atas sepeda motornya, di antara mereka, para pemilik
jalan.
SIM-nya mana mbak?, tanya polisi itu lagi.
Maaf pak, tapi memang belum punya SIM,
jawab Ruth dengan gugup.
Wah, kalau begitu siding ya, mbak?, polisi itu
kembali bertanya.
SIDANGdia berpikir seolah-olah dia pernah
melakukan tindak kejahatan saja sampai harus disidang.
Dia pun juga berpikir kalau kedua orangtuanya pasti akan
marah jika mengetahui dia berada di meja hijau. Dia pun
langsung mengambil tindakan lain.
Ada cara lain nggak, pak? Belum pernah ketilang
nih, pak. Jangan sidang donk, pak
Mau bayar denda?, tanya polisi yang sama ke
Ruth.
Kalau denda berapa, pak?, tanya Ruth balik ke
si polisi.
Bentar, aku cek dulu, jawab polisi itu sambil
berjalan menuju temannya yang ada di di sisi jalan lain.
18

Di dalam pikiran Ruth, ide nakal muncul untuk


kabur dari kehirukpikukan ini, tapi apa daya ia hanya bisa
membeku di sana. Kini, ia hanya mampu menunggu sang
polisi kembali ke dirinya sambil membawa justifikasi atas
dirinya. Tak selang beberapa lama kemudian, polisi itu
kembali ke Ruth.
Ini tadi dicek dan dendanya seratus ribu rupiah
untuk pengendara motor yang tidak memiliki SIM, kata
dia dengan tegas. Ruth merasa tercengang dengan
besarnya denda yang harus ia bayar. Ia masih merasa anak
ingusan tapi harus membayar denda sebesar itu.
Nggak bisa diperingan, pak? Kan aku masih
sekolah, pak, jawab Ruth dengan sedikit gemetar.
Itu sudah kebijakan dari sana. Kalau tidak bayar
denda, ya STNK ini aku bawa dan baru bisa diambil saat
sidang di pengadilan, jawab polisi.
Tapi pak, ortuku bakal marah kalau aku sampai
sidang.
Itu sudah hukumnya. Kalau kamu sidang, bayar
dendanya bisa lebih mahal.
Tapi pak
Sudah-sudah, begini saja. Kamu bawa uang
berapa? tanya si polisi.
Hmm, Cuma lima puluh, pak, kata Ruth sedih.
Ya segitu saja nggak apa-apa, kata polisi dengan
wajah kecut.
Ruth pun bingung harus berbuat apa lagi. Ia
kemudian mengambil uang lima puluh ribu yang
tersimpan rapi di dalam dompetnya yang sebetulnya akan
dipakai untuk uang jajan dia selama seminggu itu. Ia
menyerahkan lembaran biru itu ke polisi yang berdiri di
depannya. Kemudian, ia mendapatkan kembali STNK
19

motornya dan diperkenankan untuk melanjutkan


perjalanan.
Perasaan menyesal menghinggapi dirinya pagi itu.
Menyesal kenapa dia harus melewati jalan itu. Well,
menurut dia itu mungkin takdirnya tapi ia juga berpikir
kenapa para pemakai jalanan harus mempunyai pemilik
jalanan dan tunduk kepada mereka.
Hal menyesalkan lainnya adalah ia harus
kehilangan uang jajannya demi mereka. Namun, yang
paling menyesalkan dan mengesalkan adalah ketika ia
harus kembali pulang karena kelas sudah dimulai sejaman
yang lalu!.

20

BAYANG
Oleh: Heny Gastiana Dewi

Ruang hatiku hampa tanpa cintanya. Diriku rindu


akan dirinya. Hari-hariku sepi tanpa kehadirannya di
sisiku. HPku sepi tanpa ada SMSnya di inbox-ku.
Malam berselimutkan kabut tebal gelap tak
bercahaya. Sama sekali tak memancarkan sinar yang
sempat mengisi relung hatiku. Begitu juga bintang,
dimana dulu adalah cahaya indah di setiap malam
kelamku. Kini tak lagi hadir di malam ini. Bintang yang
tak lagi menampakkan kerlipnya kilau indah auranya.
Namun di malam ini pula kudapatkan secercah
cahaya dalam sebuah perjalanan hidupku.
***
Pada sebuah acara buka bersama di desaku
Acara buka bersama baru saja diakhiri. Aku
beranjak dari tempat duduk yang cukup membuatku
bosan. Aku berdiri dan bermaksud keluar dari balai desa
secepatnya. Lalu aku berjalan berdampingan dengan adik
keponakanku, Linda.
Kak, itu kak Amar. Kakak jadi ngomong penting
sama dia?, Linda dengan antusias mengajukan
pertanyaan sambil menunjuk ke arah depan parkiran
sepeda motor.
Bagaimana ya? Aku malu. Di sini banyak orang,
jawabku dengan penuh keraguan-raguan dalam hati
21

walaupun sebenarnya aku ingin ngomong penting


dengannya.
Sudah kak, jangan kebanyakan mikir. Nanti
keburu dia pulang lho. Ayo cepetan kesana. Aku tunggu
di sini. Linda mendorongku sampai-sampai aku hampir
terjatuh.
Aku memberanikan diri mendekati Amar. Dia,
sosok lelaki yang pernah menemani hari-hari indahku.
Kulangkahkan pelan-pelan kaki ini dengan penuh
kegusaran. Hati dag-dig-dug, kaki terasa gemetar, dan
tanganpun berkeringat.
Mar.. aku ingin ngomong sebentar. Kamu bisa?,
tanyaku sambil memeras tangan yang sudah berkeringat
sejak tadi.
Ya, jawabnya singkat dengan wajah yang dingin.
Aku berjalan berdua mencari tempat yang cukup sepi dari
jangkauan pandangan teman-temannya dan beberpa orang
di desaku. Akhirnya kami duduk di pinggir jalan belakang
balai desa. Suasana yang cukup sepi dan cocok untuk
tempat kami berdua.
Mar.. Ada apa sebenarnya denganmu?,
kuberanikan mengajukan pertanyaan yang sangat kocak.
Hem.. aku?, jawabnya dengan penuh tanda
tanya.
Iya, kamu. Siapa lagi? Maksud aku begini,
mengapa kamu tidak pernah menyapaku saat kita
bertemu? Kamu juga tidak pernah SMS aku lagi? Ada
masalah apa? Malah kamu menyuruhku untuk
membencimu. Aku benar-benar bingung, aku berusaha
menjelaskan
pertanyaan
yang
tadinya
saat
membingunkan.
22

Tidak ada apa-apa kok, dia menjawab


pertanyaanku dengan penjelasan yang cukup panjang.
Dan akhirnya kamipun bersama lagi.
Seperti tersandung sebuah batu, kakiku tersentak
seperti akan jatuh. Dan akupun terbangun. Ternyata, hal
itu hanyalah sebuah mimpi di malam yang cukup kelam
ini.
Mungkin mimpi tadi malam adalah angan-angan
belaka karena nanti sore aku akan menghadiri sebuah
acara buka bersama di desaku. Dan Amar akan datang
pada acara tersebut.
***
Sore pun tiba.
Aku berhias di depan cermin hijau yang selalu
menjadi pemuja parasku di setiap waktu. Sebuah cermin
hijau berbentuk persegi panjang tertempel di dinding
kamarku. Kubersihkan kotoran wajahku menggunakan
pembersih dan penyegar dengan kapas kecantikan. Lalu
kusaputkan bedak untuk mempercantik parasku. Tidak
lupa kupakai eyeliner yang bisa membuat mataku
kelihatan seperti lebar dan tebal.
Setelah kurasa wajahku cukup bersih dan menarik,
kupakai pakaian yang akan menemaniku ke acara tersebut.
Acara inilah yang akan menjadi saksi bahwa aku dan
Amar akan baikan dan kembali bersama seperti dulu.
Aku berangkat dengan adik keponakanku yang
tadi malam ada dalam mimpiku. Aku berangkat
menggunakan sepeda motor dan membonceng adik
keponakanku.
23

Saat aku sampai di balai desa, orang-orang yang


diundang sudah banyak yang datang. Mereka dihibur
dengan nyanyian dari salah seorang penyanyi yang cukup
ternama di desaku. Ada yang memperhatikan, namun ada
pula yang tidak menghiraukan sama sekali. Ada yang
ngrumpi dengan teman sebelahnya. Ada yang hanya
sekedar menikmati musiknya tanpa melihat kea rah
penyanyi itu, serta kegiatan lainnya. Yang terpenting
mereka happy dengan kegiatannya masing-masing.
Aku langsung memasuki aula dan duduk di salah
satu tempat duduk di deretan tengah. Aku menengok ke
belakang dan mendongakke depan melihat siapa saja yang
sudah datang. Barangkali aku mengenal akrab salah
satunya. Tak kudapati satupun. Mataku malah mendapati
Amar datang dari arah depan dengan menyapa temanteman dan tetangganya.
Aku kembali duduk. Tiba-tiba hati ini gusar dan
mataku selalu ingin melihat ke arahnya. Ternyata dia
duduk tidak jauh di belakangku namun di arah selatan,
berbeda denganku. Aku berada di sebelah utara.
Acarapun diakhiri.
Aku sudah berencana dari rumah bahwa aku akan
menghampirinya dan sedikit berbincang-bincang
dengannya. Saat dia sudah beranjak dari tempat duduknya,
dia keluar dan menuju taman balai desa. Aku mulai
melangkahkan kakiku.
Namun.. kulihat seorang wanita datang dari arah
yang berbeda mulai berlari dan memanggil nama
seseorang. Yap Nama yang itu adalah Amar.
Sepertinya aku mengenali wanita tersebut. Wanita itu
adalah wanita yang dulu pernah menyukainya, seperti
yang telah diceritakan Amar kepadaku dulu.
24

Wanita itu menghampiri Amar dan berjalan


beriringan dengannya. Aku kecewa. Semua yang terjadi
dalam mimpiku tadi malam sangat berkebalikan dengan
yang terjadi sebenarnya. Apa yang aku inginkan untuk
mendekati dan ngomong dengan Amar pupus sudah
karena mereka ternyata masih dekat seperti dulu.
***
Terkadang sesuatu hal yang kita impikan dan
bayangkan tidak sesuai dengan sesuatu hal yang terjadi
pada kenyataan. Aku tidak bisa menemui Amar di lain
hari karena hari itu adalah hari terakhir aku berada di
kampung halamanku. Hari ini aku harus berangkat ke kota
pelajar untuk meneruskan pendidikanku. Begitu juga
dengan Amar. Dia harus kembali ke tempat dia kerja di
seberang pulau. Sebenarnya aku ingin menghubunginya
lewat telepon ataupun pesan singkat namun aku urungkan
karena aku takut tanggapannya tidak sesuai dengan
bayanganku. Biarlah semua terjadi seiring dengan
berjalannya waktu.

25

GELORA LELA
Oleh: Dian Maharani

Aku duduk termenung di meja kerjaku sambil


membuka buku kecil berwarna biru yang kini telah
berlapis debu setelah sekian tahun tak pernah kubuka.
Kutemukan buku itu di kardus berisi tumpukan bukubuku pelajaranku sewaktu aku masih sekolah dulu. Buku
berhiaskan gambar-gambar abstrak khas anak SD itu
bertuliskan Biodata Teman-Temanku Kelas 3. Kubuka
satu per satu lembaran-lembaran yang telah usang
tersebut. Kulihat tulisan-tulisan teman-teman lamaku
yang rata-rata besar-besar. Tiba-tiba anganku melayang
menembus batas waktu, kembali ke masa lalu, masa-masa
saat aku masih menjadi gadis ingusan.
Teng teng teng
Selamat pagi anak-anak. Sapaan dengan
berhiaskan senyum dari Bu Tarmi mengawali pelajaran di
hari itu. Dengan lantang Bu Tarmi memanggil nama
siswa-siswi di kelas kami satu per satu.
Siti
Hadir Bu, sahutku.
Lela
Belum datang Bu, jawab salah satu temanku.
Temanku yang satu ini memang berlangganan terlambat
datang ke sekolah. Ia termasuk salah satu di antara
sepuluh nominasi Siswa Telatan di kelasku. Ia pulalah
siswa yang paling sering terlambat datang ke sekolah.
Namun keterlambatannya sering kali ditoleransi oleh
26

guru-guruku. Itu karena ada alasan tertentu yang memang


dapat ditoleransi.
Rumah Lela memang sangat jauh dari sekolah,
mungkin sekitar sepuluh kilometer. Jangan bayangkan
ada jalan mulus berlapis aspal dengan mobil-mobil atau
sepeda motor di atasnya yang menghubungkan sekolahku
dengan rumah Lela. Untuk menuju rumah Lela dari
sekolah, kau harus melewati sungai yang sangat lebar
menurutku, jurang yang sangat curam, dan bukit berbatu.
Jalan yang ditempuh memang sangat jauh, terjal, dan
melelahkan. Dan itulah satu-satunya jalan yang bisa
ditempuh Lela untuk bisa sampai di sekolah. Setiap hari
dia harus menaiki bukit yang tinggi dengan membawa tas
berisi buku-buku yang cukup banyak, layaknya orang
yang sedang melakukan back packer.
Dia juga harus bergelayutan di atas jembatan
gantung yang hampir putus dengan sebagian kayu yang
sudah hancur, lapuk dimakan usia. Pernah sekali waktu
Lela hampir tergelincir karena jembatan yang licin
terkena hujan. Untunglah dia tidak samapai terjatuh.
Setelah perjalanan panjang yang menantang nyali
itu, Lela masih harus naik rakit yang biasa mangkal di tepi
sungai. Setelah menyeberangi sungai, dia harus berjalan
satu kilometer lagi untuk bisa sampai di gerbang sekolah.
Namun bila waktunya sudah mepet, biasanya Lela tidak
berjalan, melainkan berlari.
Sekolah kami tidak berada di kota besar. Rumahrumah di sekililing sekolah kami juga tidak ada yang besar.
Oleh karena itu, tidak ada tempat kos di sekitar sekolah.
Selain itu, sekolah kami juga bukan merupakan sekolah
yang berasrama. Itulah sebabnya setiap hari siswa-siswi
sekolah kami rela pulang dan pergi dari rumah ke sekolah
27

atau sebaliknya meski jarak antara rumah dan sekolah


jauh sekali. Seandainya di sekitar sekolah ada tempat kos
atau asrama pun tetap saja tidak terlalu berfungsi. Karena
kebanyakan siswa sekolah kami tidak berasal dari
kalangan yang mampu untuk membayar uang sewa kamar
kos. Di lain pihak, rata-rata siswa sekolah kami harus
membantu orang tua untuk bekerja, membantu
perekonomian keluarga.
Assalamu alaikum.
Wa alaikum salam, jawab teman-teman sekelas
secara serentak.
Semua mata tertuju pada sesosok gadis berambut
pendek yang sedang terengah-engah di depan pintu kelas.
Dia langsung masuk menghampiri Bu Tarmi yang baru
saja memegang kapur dan sepertinya berniat untuk
menulis sesuatu di papan hitam. Sejenak gadis tersebut
menghela nafas panjang lalu menyalimi guru cantik yang
ada di depan kelas itu.
Duduklah di bangkumu Lela! ujar Bu Tarmi
dengan diiringi sebuah simpul senyum yang diberikannya
kepada Lela.
Terima kasih Bu.
Gadis berkulit sawo matang itu langsung duduk di
bangkunya, membuka sebuah buku tulis dari tas
cokelatnya, dan mengambil sebuah pensil sambil
mengatur nafasnya. Sepertinya tadi dia baru saja berlarian.
Lela beruntung masih bisa bersekolah dan membeli bukubuku serta peralatan tulis. Terdengar kabar bahwa tahun
lalu dia hampir tidak bisa melanjutkan sekolah
dikarenakan tidak ada biaya untuk bersekolah. Maklum,
ayahnya hanya bekerja sebagai tukang batu dan ibunya
bekerja sebagai pembuat sekaligus penjual sapu lidi.
28

Sementara Lela adalah anak pertama dari lima bersaudara.


Adiknya yang paling kecil masih bayi.
Pernah suatu ketika aku ke rumah Lela. Di
rumahnya aku bertemu dengan ibu Lela. Beliau bercerita
kepadaku, tahun lalu adik Lela baru saja lahir. Beliau
butuh banyak biaya untuk proses persalinan dan
perawatan adik Lela tersebut. Karena kekurangan biaya,
Lela direncanakan untuk berhenti mengenyam pendidikan.
Sebenarnya orang tua Lela tidak sampai hati untuk
memutuskan pendidikan anaknya tersebut, namun
keadaan seolah memaksa mereka. Untungnya hal itu tidak
sampai terjadi.
Pada suatu hari salah seorang guru kami
mengikutsertakan Lela dalam olimpiade matematika
tingkat kota / kabupaten. Dengan usah keras, belajar, dan
berlatih, serta berdoa hingga larut malam selama berharihari, Lela berhasil lolos babak penyisihan. Namun usaha
Lela tidak berhenti di situ saja, Lela terus belajar dengan
dibimbing gurunya hingga ia berhasil mendapatkan juara
II pada olimpiade itu. Meski tidak menjadi juara I, namun
hadiah yang didapatkannya sudah cukup memuaskan.
Lela mendapatkan beasiswa sekaligus uang tunai yang
dinilai cukup untuk melanjutkan pendidikannya selama
satu tahun. Lela dan orang tuanya sangat bersyukur atas
rezeki yang tak terduga tersebut. Lela pun tidak jadi
berhenti bersekolah.
Teng teng teng
Bel penanda jam keempat sekaligus penanda
datangnya waktu istirahat berbunyi. Siswa-siswi
berhamburan keluar kelas. Lapangan yang tadinya sepi
seperti kuburan itu tiba-tiba berubah menjadi ramai
dipenuhi anak-anak laki-laki yang sedang asyik bermain
29

bola. Kelas pun menjadi lebih sepi. Hanya ada segelintir


anak perempuan yang berkumpul bersama untuk makan
bekal yang dibawa dari rumah.
Lela, sini lho. Ayo makan bersama!
Iya, terima kasih. Aku makan di sini saja.
Lela tidak beranjak dari tempat duduknya. Dia
makan bekalnya di bangkunya sambil membaca buku
pelajaran. Lela memang siswa paling rajin dalam hal
mengerjakan tugas dan belajar. Sejak kelas 1 dia sudah
mendapat predikat Sang Juara karena keberhasilannya
yang selalu menjadi juara kelas. Selama di sekolah, Lela
hampir selalu membaca buku kecuali pada saat berwudlu,
sholat, dan di toilet. Hal itu ia lakukan karena dia hampir
tidak punya waktu untuk belajar di rumah.
Pagi hari, sebelum adzan shubuh terdengar sayupsayup dari langgar ataupun mushola, Lela sudah bangun.
Kemudian ia membantu ayah ibunya menimba air untuk
mandi dan memasak. Setelah mandi dan sholat shubuh,
Lela membantu memasak nasi, itu bila di rumah ada beras.
Bila tidak ada beras, apa pun yang ada di rumah
dimasaknya, bahkan bila itu hanyalah segenggam sekam.
Namun bila benar-benar tidak ada bahan makanan apapun,
maka Lela dan keluarganya harus rela untuk tidak makan
di pagi itu. Selanjutnya Lela membantu memandikan dan
menyuapi adiknya yang akan berangkat sekolah.
Sementara itu, ayahnya sudah berangkat kerja sebelum ia
bangun dan ibunya menyusui serta merawat adiknya yang
masih bayi.
Sepulang sekolah, Lela membantu ibunya
merangkai tulang-tulang daun kelapa untuk dijadikan
sapu lidi. Kemudian dia menjual sapu-sapu itu bersama
ibunya dari desa ke desa. Mereka menyusuri jalan-jalan
30

berbatu demi mencari sesuap nasi, menjajakan sapu-sapu


lidi tersebut dari satu rumah ke rumah lainnya. Sementara
adiknya yang masih bayi dirawat oleh adiknya yang lebih
besar. Ayah Lela masih bekerja hingga matahari terbenam
di ufuk barat.
Malam hari di rumah Lela sangatlah gelap. Hanya
terlihat sedikit sinar yang berasal dari dua cempluk yang
selalu menyala kecuali saat tidur. Satu buah cempluk
diletakkan di ruang tengah dan satunya lagi diletakkan di
dekat sumur yang juga dekat dengan dapur. Adik-adik
Lela biasa belajar di ruang tengah.
Biasanya kalau malam tiba, aku merendam dan
mencuci baju, ungkapnya suatu ketika.
Malam hari kan nggak ada cahaya matahari.
Bagaimana kamu mengeringkannya?
Aku memang mencuci di malam hari, lalu aku
jemur saja di dekat sumur, kan di dekat sumur nggak ada
atapnya, jawabnya sambil tersenyum.
Gak kering donk? tanyaku yang terus penasaran.
Maka dari itu, jemuranku aku biarkan, baru sore
harinya aku ambil.
Kenapa harus malam hari?
Kalo nggak malam hari, aku gak sempat lagi cuci
baju.
Setelah itu kamu ngapain?
Setelah cuci baju, aku mencuci piring.
Jawaban-jawaban dari Lela itu membuat aku
berdecak kagum. Betapa rajin, tekun, dan uletnya
temanku satu ini. Walaupun dia tidak berasal dari
keluarga yang mampu, apalagi berlebih, tapi semangat
dalam dadanya terus bergelora demi mencapai cita-cita.
Dia pernah bercerita kepadaku, kelak bila ia besar, ia ingin
31

mengabdikan dirinya kepada negara Indonesia yang ia


cintai ini dengan cara menjadi seorang guru matematika.
Ia ingin agar ilmunya bermanfaat bagi generasi penerus
bangsa. Untuk menggapai cita-citanya tersebut, dia
berusaha sekeras mungkin untuk tetap bersekolah.
Lela terus berusaha untuk menjadi seseorang yang
sukses agar bisa memberikan kehidupan yang lebih layak
bagi keluarganya di kemudian hari. Semangat Lela yang
terus membara itu selalu menginspirasiku untuk terus
berjuang menggapai cita-cita dan impianku. Aku ingin
memiliki semangat yang membara seperti dia dan bisa
berprestasi sepertinya.
Bu Siti
Oh iya Bu. Sapaan dari ibu ketua jurusan itu
mengagetkanku dan membangunkanku dari semua angan
tentang masa lalu.
Sedang mengoreksi Bu?
Oh iya Bu Lela, jawabku sambil tersenyum.
Dengan segera kututup dan kusembunyikan buku biodata
tadi di bawah tumpukan lembaran kertas ujian
mahasiswa-mahasiswaku.

32

DAMARWULAN
Oleh: Dwi Komala Dewi

Ing dhampar keprabon Majhapahit nira jumeneng nata


ing nuswantara
Mrasta dur angkara ing saindenging arcapada kadya
sang harimurti
Priya kang jarot, datan kenal jirih, lantip waskita niro,
Tindak tanduk nira kang mrabawani tur bagus ing
warna
Sampurna kadya sunaring sang chandra,
kang kasabda dening Gusti Sang Hyang Wenang
Endah ing warna, pindone sang Dwijanarko,
Gawe sengseming para wanodya
Hapsari datan purun bali swargaloka
Oh damarwulan....
Oh damarwulan....
Semua orang tahu siapa Damarwulan. Ksatria
Majhapahit yang terkenal karena berhasil membunuh
adipati Blambangan Minakjinggo, musuh kerajaan
Majhapahit. Sosok tegap, tampan, gesit, dan sakti
mandraguna. Damarwulan, nama yang mengandung
banyak makna.
Kenapa namaku harus Damarwulan? Ini semua
gara-gara emak! Aku selalu ditertawakan orang karena
namaku yang keberatan. Keluh Damarwulan.
Sudahlah Damarwulan, jangan mengeluh. Kamu
harus bersukur emak beri nama Damarwulan, di dunia ini
33

hanya ada dua Damarwula, kamu dan Damarwulan idola


emak. Jawak wanita tua itu.
Tapi Damarwulan itu orang Jawa mak,
sedangkan aku orang Madura, jauhlah mak.
Tak henti-hentinya Damarwulan mengeluh. Si
emak hanya tersenyum melihat tingkah Damarwulan, dia
menyadari bahwa sejak kecil Damarwulan selalu
diledekin oleh teman-temannya, bahkan hingga dia
berumur 21 tahun, pasti berat bagi anaknya memikul
nama Damarwulan. Tapi apa mau dikata, si emak terlanjur
mengidolakan sosok Damarwulan.
Fajar menyingsing keluar dari peraduannya.
Memaksa awan untuk mundur dengan kedatangannya.
Memberikan kehidupan di bumi dan seluruh jagat raya.
Sinarnya memberi energi bagi sang produsen kehidupan.
Mengubah gas karbondioksida menjadi oksigen dan
energi, memasak makanan untuk keperluan tubuhnya,
mengalirkannya dari daun keseluruh bagian tubuh melalui
alat pengangkut yang bernama floem. Dunia telah hidup
kembali, yang sempat mati beberapa jam sebelumnya.
Roh telah dikembalikan kepada setiap pemilik oleh Sang
Maha Pencipta.
Kreek... bunyi khas dari sebuah dipan reot
beralaskan tikar yang menyendiri di pojok ruangan
berukururan 4m x 5m. Ruang tersebut terlihat sangat
sempit. Lemari tua dengan satu pintu yang terihat sangat
kusam, kayu-kayunya mulai lapuk dimakan usia, salah
satu kaki lemari itu hilang digantikan oleh sebuah batu
bata yang ukurannya berbeda, membuat lemari terlihat
condong kekanan. Lemari itu menemani dipan yang
berada di sampingnya. Di pojok yang lain ada sebuah
kasur yang hanya diperuntukkan untuk satu orang. Busa
34

kasur itu mengempis sehingga kasur itu hampir menyamai


tikar. Tepat ditengah ruangan, sebuah meja berbentuk
persegi ditemani tiga kursi plastik melengkapi perabotan
rumah itu. Kursi itu sepertinya jauh lebih muda umurnya
dibanding dengan temannya yang lain. Tidak ada televisi,
radio, atau barang elektronik lainnya. Laintainya pun
hanya selapis semen yang tak mulus lagi, hampir di
seluruh bagian lantai terdapat lubang, membuat lapisan
tanah turut mewarnai corak lantai rumah itu.
Sudah jam 4 pagi, adzan subuh mulai di
berkumandang di setiap masjid dan mushola. Suara
Adzan yang indah dan penuh keagungan Tuhan itu
menyerukan manusia untuk melaksanakan kewajibannya.
Suara Adzan juga diiringi dengan kokokan ayam yang
juga terbangun untuk ikut bersimpuh kepada Tuhannya.
Satu kokokan ayam mengawali kokokan ayam lainnya.
Pagi itu angin musim hujan datang perlahan, membawa
rasa dingin dari luar hingga menjalar ke ruas-ruas tulang.
Setan mengambil kesempatan dengan kondisi ini. Merayu
manusia untuk melanjutkan tidurnya, menutup telinga
mereka dari seruan adzan, meniup angin dingin ke ubunubunya sehingga rasa dingin makin menggila.
Manusia renta itu kembali menarik selimut
belangnya. Rasa dingin membuatnya tak mampu untuk
menggerakkan badan. Mengambil wudlu seperti
merupakan tantangan yang sangat berat. Lambat laun
suara adzan ditelinganya mulai kabur, dia terlelap. Setan
tertawa senang karena berhasil menipu satu manusia.
Setan yang lain juga sama, hanya sebagian kecil yang
berani melawan bisikan-bisikan mereka, salah satunya
Damarwulan.
35

Dipan reot itu kembali mengerek, seorang pemuda


bangkit dari singgasananya. Remang-remang ia melihat
seisi ruangan. Gelap, sepertinya lampu teplek yang ia
gunakan telah kehabisan minyak. Si emak masih tertidur.
Damarwulan keluar rumah dan pergi menuju sumur yang
berada lima meter dari rumahnya. Malam masih gelap,
fajar masih malu-malu untuk mempertontonkan
kecantinkannya.
Citt..citt.. suara berdecit yang berasal dari gesekan
karet dengan logam katrol. Damarwulan menimba air dari
sumur itu. Diambilnya beberapa timba air untuk
membasuh mukanya dan mengambil wudlu. Byurrr...
guyuran air yang memperlihatkan betapa segarnya air
sumur itu. Damarwulan menikmati kesegaran dan rasa
dingin air pemberian Sang Maha Pencipta. Setelah
mengambil wudlu ia bergegas kembali kerumah dan
cepat-cepat menuju masjid. Jarak masjid tidak terlalu jauh
dari rumahnya, hanya dengan lima menit berjalan kaki ia
telah sampai di rumah Sang Maha Pencipta, Allah
Subhanahuwataala.
Mak, bangun. Digoyang-goyangkan badan si
emak oleh Damarwulan. Emakny kembali menarik
selimut, sepertinya si emak sangat menikmati aktifitasnya.
Mak, udah siang nih mak. Lihat tuh udah terang. Sang
emak tak merespon Damarwulan, matanya seperti telah
digembok rapat-rapat, membuatnya sangat sulit untuk
terbuka. Akhirnya Damarwulan menyerah, ditinggalnya
sang emak yang masih tertidur pulas. Damarwulan duduk
di teras rumahnya, menikmati sejuknya udara pagi.
Mendengar percakapan burung-burung kentit yang
bertengger di dahan-dahan pohon rumahnya. Sesekali
mereka terbang disekitar Damarwulan, menyombongkan
36

kecepatan terbang yang mereka miliki. Berputar,


meluncur, dan bertengger di kebel-kabel listrik. Burungburung itu sangat lincah, mekipun tubuhnya kecil tapi
suara yang mereka miliki tidak proporsional dengan
tubuhnya. Damarwulan tertawa kecil melihat tingkah
mereka. Rasa syukur menyeruak memenuhi ronggarongga kalbunya. Betapa kuasanya Allah sang Maha
Pencipta sehingga mampu menciptakan keindahan alam
sesempurna ini. Namun hanya sedikit manusia yang
menyadari hal itu. Mereka mampu bernapas, bergerak,
organ-organ tubuhnya mampu berfungsi dengan baik, itu
semua karena kehendak-Nya. Namun sifat manusia yang
selalu merasa kurang, membuat mereka lupa akan hal itu,
keserakahan membutakan mata hati mereka.
Damarwulan teringat akan almarhum kakaknya, si
Samsul. Dia adalah anak yang sangat pandai, berkali-kali
kakaknya menjadi juara kelas saat duduk di bangku SD
dan SMP. Damarwulan menyadari bahwa dibandingkan
dia, kedua orang tuanya lebih menyayangi Samsul.
Namun Damarwulan tidak pernah iri kepada kakaknya,
dia justru berharap dengan kepandaian yang dimiliki
kakaknya, suatu saat kondisi ekonomi keluarganya dapat
terangkat. Namun semuanya berubah ketika Samsul
duduk di bangku SMA. Dia salah memilih teman, Samsul
menjadi anak yang nakal, suka melanggar peraturan
sekolah, dan sering melawan bapak dan emaknya.
Pada malam itu, tepatnya malam selasa pon
Samsul tak kunjung pulang. Emak sangat cemas waktu itu
karena kakaknya tidak pernah tidur ditempat lain tanpa
seizin kedua orang tuanya. Akhirnya bapakpun
memutuskan untuk mencari Samsul. Malam itu dingin
disertai hujan melengkapi kegundahan keluarga
37

Damarwulan. Damarwulan yang ketika itu masih duduk


di bangku SD tidak dapat melakukan apa-apa untuk
menghibur hati emaknya. Beberapa jam menunggu,
bapaknya belum juga datang, hujan bukannya membuat
hati ibu menjadi tenang namun semakin menjadi. Lambat
laun hujan datang disertai angin yang sangat kencang.
Terdengar beberapa orang mengumandangkan adzan
untuk meredam kencangnya angin dan hujan. Pohonpohon bergoyang kekanan dan kekiri tak terkendali, langit
gelap, suasana rumah juga remang-remang karena hanya
lampu teplek yang mampu menerangi setiap sudut-sudut
rumah.
Tiba-tiba emak berlari keluar rumah, Damarwulan
mengikutinya dari belakang. Bapaknya pulang dengan
tangan kosong. Samsul masih belum ditemukan. Mereka
bertiga memutuskan untuk beristirahat. Malam ini,
Damarwulan tidur sendirian, hanya bayang-bayang
kakaknya yang menemani tidurnya, dia berharap semoga
kakaknya baik-baik saja.
Ditengah malam yang dingin seseorang
menggedor-gedor pintu. Dengan sekejap bapaknya telah
berada di serambi rumah, membicarakan hal yang sangat
penting dengan orang itu. Tak lama kemudian si bapak
mengajak emaknya keluar rumah, Damarwulan bertugas
menjaga rumah. Kini Damarwulan hanya seorang diri.
Dia tidak bisa tidur hingga pagi menjelang.
***
Sejak pagi tadi rumah Damarwulan sudah ramai
dikunjungi warga, mereka ngelayat sekaligus ingin tahu
kronologis kejadiannya. Kakak Damarwulan telah tewas
38

diamuk massa. Semalam ketika hujan turun sangat lebat,


Samsul beserta teman-temannya berusaha mencuri sepeda
motor milik seorang bapak yang sedang berteduh didepan
sebuah warung. Karena keadaan yang sepi dan bapak
tersebut hanya seorang diri akhirnya mereka nekad
mencuri sepeda motornya, namun bapak itu memberikan
perlawanan, empat lawan satu. Untungnya ketika itu si
pemilik warung mendengar suara orang berkelahi di
depan warungnya. Melihat kejadian itu si pemilik warung
langsung meminta pertolongan warga. Awalnya Samsul
dan teman-temannya berhasil kabur dengan hanya
membawa dompet pemilik sepeda motor, namu warga
datang dari berbagai arah. Samsul dan salah satu
temannya berhasil tertangkap warga. Tanpa ada rasa
keasihan, wargapun menghakimi mereka berdua. Samsul
sempat melawan, namun ia tak mampu menghadapi
puluhan tinju yang mengarah padanya.
Semenjak kejadian itu, ayah Damarwulan menjadi
sangat pendiam. Keluarga sangat terpukul dengan
kejadian itu. Lambat laun ayah Damarwulan mengalami
stres, dan beberapa bulan setelah itu hanya tinggal
Damarwulan dan ibunya. Ayahnya kini menyusul Samsul.
Damarwulan berjanji akan membahagiakan ibunya yang
kini telah tua renta, dia tidak akan mengecewakannya
seperti apa yang dilakukan kakaknya dulu.
Gulagguh jangan ngelamun si emak
mengagetkan Damarwulan. Damarwulan tersenyum
melihat ibunya. Emm.. emak, eh ya mak aku mau ikut
kang Tanto kerja di Surabaya.
Emak menoleh kearah Dmarwulan. Hmmm...
Kerja disini saja nak, masih banyak pekerjaan disini, tidak
perlu jauh-jauh ke Surabaya.
39

Tapi disini gajinya kecil mak, kalau kerja di


Surabaya aku bisa dapat pesse banyak. Damarwulan ingin
merenovasi rumah, biar emak senang. Ayolah mak.. boleh
ya?. Kali ini sepertinya bujukan Damarwulan berhasil.
Emak mengizinkan Damarwulan untuk bekerja sebagai
kuli bangunan di Surabaya. Untuk ongkos pergi ke
Surabaya, Damarwulan menjual sepeda ontel tua milik
almarhum ayahnya.
***
Kita akan membangun mall Dar, ya meskipun
cuma jadi kuli tapi gajinya lebih besar daripada kuli di
desa.
Damarwulan kini tengah berada dalam perjalanan
menuju Surabaya. Dia dan Tanto berangkat pukul 5 pagi
tadi. Dari rumah, mereka berjalan kaki menuju terminal
karena letak terminal hanya 3km dari kampung mereka.
Bus yang mereka tumpangi sangat sesak. Damarwulan
duduk dikursi paling belakang yang mampu menampung
7 orang penumpang. Asap rokok mengepul dimana-mana
membuat Damarwulan merasa sesak. Bau rokok, keringat,
makanan yang dijual pedagang asongan menjadi satu
kesatuan yang dapat membuat orang yang belum terbiasa
menjadi pusing dan mual. Damarwulan mencoba
menahan mualnya dengan memejamkan mata dan
menyandarkan punggungnya. Dalam kondisi seperti ini
Damarwulanpun terlelap.
Dalam mimpinya dia bertemu kakaknya Samsul.
Samsul terihat sangat kurus, kulitnya hitam dan
rambutnya kusam. Kamu seharusnya gak usah kerja
jauh-jauh Dar, nyamanan ning romah.
40

Mereka mengobrol sambil terlentang disebuah


dipan yang berada di belakang rumahnya. Aku cuma
ingin buat emak senang cak.
Bagus itu, tapi lek kasihan emak sendirian. Emak
udah tua, cuma kamu yang bisa menemani dia.
Damarwulan menoleh kearah kakaknya iya cak
aku akan cepat pulang.
***
Terminal Bungur, persiapan!
Si kernek memberikan pengumuman bagi seluruh
penumpang. Penumpang bis kini tengah sibuk mengemasi
barang-barang bawaan mereka. Beberapa asap rokok
yang tadinya menyala kini tidak ada tanda-tanda
kehidupannya lagi. Tidak terkecuali Damarwulan dan
juga Tanto yang kini juga tengah sibuk mengambil tas
yang ada di kabin atas. Sampai di terminal Bungurasih
Surabaya, Damarwulan dan Tanto turun dari bis dan
menunggu jemputan dari rekan kerjanya yang sudah lebih
dulu berada di Surabaya.
Gak ada yang ketinggalan kan Dar?
Kalau sampai ada yang ketinggalan, mampuslah
kita To
Dasar.
***
Di atas sepeda motor Damarwulan tak
pernah melepaskan pandangannya dari gedung-gedung
bertingkat, dilihatnya satu persatu bangunan kokoh yang
menusuk langit itu. Begitu juga dengan situasi di
41

sekelilingnya. Sepeda motor, mobil, angkutan saling


beradu cepat, mereka tidak ada yang mau mengalah.
Celah sedikitpun mereka manfaatkan. Kendaraan disini
padet banget. Gumamnya dalam hati. Budaya barat
sangat menjamur di kota ini, jarang sekali Damarwulan
menemukan wanita memakai pakaian panjang yang
menutupi tubuhnya, rata-rata mereka memakai pakaian
mini, seperti singlet, rok mini, semua yang serba
menonjolkan bentuk tubuh. Melihat hal itu, Damarwulan
tidak dapat menahan hasrat yang begitu besar dalam
dirinya. Jantungnya berdetak hebat, tangannya gemetar,
selama ini dia hanya melihat hal seperti itu di TV, tapi kini
ada di hadapannya. Dia akhirnya memutuskan untuk
menutup mata untuk meredam syahwatnya.
Teman yang memboncengnya menambah
kecepatan, karena lima belas menit lagi adalah jam makan
siang, dan dipastikan jalanan akan semakin macet.
Damarwulan berpegangan kuat pada jok belakang. Helm
tanpa penutup wajah hampir saja terbawa angin karena
kendaraan yang dia tumpangi terlalu cepat.
Bisa pelan aja gak sih nyetirnya bang?
Kamu jangan macam-macam, kalau nyetirnya
pelan malah di tabrak nanti.
Dalam benaknya kini muncul berbagai tanda tanya
yang bentuknya beraneka ragam. Bagaimanamungkin
sepeda yang jalannya pelan bisa tertabrak? Bukannya
justru lebih aman? Apa jangan-jangan kalau kehidupan
semakin maju, pikiran semakin miring?
Aaarrrrggghh... pusing. Udahlah gak usah
dipikirin.
Damarwulan
menggeleng-gelengkan
wajahnya, dipegangnya lagi helm yang ia pakai karena
sepeda motor yang ia tumpangi semakin kencang.
42

***
Kenalin, aku Damarwulan cak Damarwulan
memperkenalkan diri pada salah satu teman di tempat
kerjanya. Namanya Budi, sosok lelaki gemuk, rambut
keriting, bibir hitam karena terlalu banyak merokok.
Serius jenengmu Damarwulan? Budi masih
tidak percaya ada orang yang namanya Damarwulan.
Kenapa gak sekalian Ghatotkaca wae??
hahahahaha saking kerasnya tertawa, perutnya yang
besar sampai bergetar. Damarwulan hanya tersenyum
sambi menggaruk-garuk betisnya yang memerah digigit
nyamuk, seharian ini dia belum sempat membersihkan
badannya.
***
Sudah hampir satu setengah bulan Damarwulan
bekerja sebagai kuli bangunan. Kulitnya semakin
menghitam karena ditempa sinar matahari ditambah
panasnya bekerja di tengah-tengah kota Surabaya.
Badannya semakin kurus, ruas-ruas tulang rusuknya tidak
malu lagi untuk memunculkan diri, memberikan
peringatan kepada sang pemilik untuk memberinya nutrisi
yang cukup.
Uang yang ia tabugkan untuk emak masih belum
cukup untuk membenahi rumah. Gaji yang ia terima
ditambah uang makan yang ia tabungkan mungkin hanya
cukup untuk membenahi atap rumah saja. Damarwulan
memikirkan kondisi emaknya, dia sangat rindu akan
senyuman emaknya yang membuat gelambir-gelambir di
pipinya membesar dan berbentuk bulan sabit. Selama
43

bekerja menjadi kuli, Damarwulan sering meninggalkan


jadwal pertemuannya dengan sang Maha Pencipta. Dia
tidak pernah berhenti bekerja, makanpun terburu-buru
karena ingin pekerjaannya segera selesai. Melihat sikap
Damarwulan yang sangat rajin bekerja, terkadang Mandor
memberikan gaji lebih kepada Damarwulan secara diamdiam. Namun itu tidak luput dari penglihatan temantemannya. Sikapnya yang rajin membawa malapetaka
bagi Damarwulan.
Di suatu malam, setelah adzan isya Damarwulan
pergi ke atas bangunan yang hanya terdiri dari tiang-tiang
pondasi saja. Keinginannya untuk segera bertemu emak
semakin besar. Dilihatnya lampu-lampu kota Surabaya
yang berkelap kelip bagaikan kunang-kunang yang selalu
bermain di pinggiran sungai samping rumahnya. Ia ingin
emaknya juga bisa melihat indahnya kota Surabaya di
malam hari dari atas gedung. Bangunan-bangunan yang
kokoh, mobil-mobil bermerek terkenal, semua ingin ia
ceritakan kepada emak. Dirumahnya, setiap malam ia
hanya ditemani sebuah lampu teplek tua dalam tidurnya,
namun kini berjuta lampu teplek dengan senang hati
menemaninya dalam tidur. Meskipun malam ini bintang
sedang tertidur, namun samar-samar bulan mulai
terbangun dibalik mendung.
Sudah hampir tengah malam, Damarwulan belum
bisa melipat matanya. Entah kenapa bayang-bayang
emaknya terus saja bermain-main di pikirannya.
Disini rupanya Suara yang amat berat muncul di
belakangnya. Damarwulan menoleh ke arah datanya suara.
Sosok pria berbadan tinggi besar berjalan mendekatinya,
gelapnya malam membuat Damarwulan tidak dapat
mengenali sosok laki-laki itu.
44

Siapa? tanya Damarwulan, hatinya sedikit waswas. Entah kenapa hatinya bergetar. Angin berhembus
pelan, seakan tahu suasana yang cocok utuk kondisi
seperti ini. Damarwulan berdiri, mencoba memfokuskan
pandanganya. Orang itu berlari kearah Damarwulan.
Brughh.. tubuh Damarwulan tersungkur karena
dorongan yang sangat keras.
Hei cak, mau kamu apa? Damarwulan coba
bangkit. Tapi sayang, langkahnya terlambat. Sekilas kilap
pisau terlihat melayang diatasnya.
Cratt.. pisau itu berhasil menebas leher
Damarwulan. Semburan cairan segar mengucur deras di
sepanjang sayatan itu. Damarwulan ternganga, dengan
sekejap malam yang masih dapat diterangi oleh kelapkelip lampu kota Surabaya kini berubah menjadi gelap
gulita. Wajah emak samar-samar mulai terlihat jelas.
Kulitnya yang menipis dengal lipatan-lipatan keriputnya.
Sendirian ditengah dinginnya malam dan hanya diterangi
oleh sebuah lampu teplek tua. Damarwulan memanggil
nama emaknya, tapi emak masih tertidur pulas.
Digoyang-goyangkan tubuh emaknya, namun dingin
malam masih bisa mengalahkan Damarwulan. Emak
terlalu lelah setelah bekerja seharian di pasar.
Damarwulan hanya terdiam, memandangi emaknya yang
tengah tertidur. Kasur miliknya yang telah ia tinggalkan
selama dua bulan masih terlihat rapi meskipun spreinya
telah kusam.
Seharusnya namamu jangan Damarwulan, itu
tidak cocok buatmu Dar. Terlalu berat jika kamu memiliki
nama itu. Hahahha... anggap saja aku Minak Jinggo yang
berhasil menebas leher Damarwulan. Hmm.. Maafkan
aku Damarwulan, aku membawamu kesini karena aku
45

kasihan melihatmu tak punya pekerjaan. Tapi


membawamu kesini justru sebuah musibah bagiku, bos
lebih menyukaimu dari pada aku. Tapi tenang saja
Damarwulan, uang tabunganmu akan aku berikan kepada
emak.
Malam itu, Damarwulan kalah dalam sebuah
peperangan yang tidak pernah ia sadari. Kini ia
meninggalkan emak soerang diri. Membiarkannya
menjalani sisa-sisa umur tuanya. Damarwulan, ya..
Damarwulan. Seharusnya ia tak bernama Damarwulan.

46

DUO OKSIPITALIST
Oleh: Nayli Fadhilah

Tongkat meraba-raba segala yang bergesekan


dengannya sebagai pesuruh tangan Besty. Mereka
berdua membuatku gila dengan tindakan memalukan ini!
Besty merasa jujur tidak cukup tahan dengan apa yang
tengah dilakukan. Selanjutnya dia berpikir, apakah dia
terlalu polos atau karena memang dia bodoh? Besty
sebenarnya bisa berpikir seperti itu. Tetapi kemudian
dengan yang dilakukannya? Apa namanya jika bukan
kekonyolan? Kekanak-kanakan? Ataukah benar seperti
yang terakhir dikatakannya? Memalukan?
ERIC...ERIC...ERIC.....!!!
Whoa....jumlah mereka lebih banyak dari yang
sebelumnya! Besty menarik agak ke bawah kacamatanya.
Tanda tangan?? Ya, baiklah. Lalu.... itu... berfoto
dengannya? Oke, aku mengerti. Tunggu dulu! Wah, wah,
wah!!! Tapi apa itu? Mana boleh seperti itu?? Wah,
apakah bodyguard itu makan gaji buta? Bagaimana bisa
membiarkan mereka menempel-nempelkan diri pada
pacarku? Lalu... Eric? Wajah apa yang dipasangnya
dengan senyuman itu?! Wah! Wah! Wah! Tidak bisa
dibiarkan!!! Besty menyeret lebih cepat kakinya.
ADUHH!!! Tongkat Besty terpental karena
seorang wanita yang terburu-buru berlawanan arah jalan
menabraknya.
Maafkan aku. Maaf, aku tidak sengaja.
47

Seharusnya Anda berhati-hati! Jika Anda begitu,


maka Anda tidak akan pernah mengatakannya.
Maaf, maafkan aku. Wanita itu mencoba
menyambar tongkat yang dia rasa telah terjatuh karenanya.
Ini milik Anda? Maafkan aku. Seharusnya aku lebih
berhati-hati. Lalu dia berikan tongkat Besty. Apa Anda
ingin aku mengantarkan Anda ke suatu tempat?
Tidak. Sepertinya ini terjadi karena sesuatu yang
mendesak. Jadi tidak perlu. Besty memilih tidak jadi
melakukan apa yang tadinya ingin dia lakukan. Oh iya.
Lain kali Anda harus melihat apakah ada orang buta di
sekitar Anda berjalan!
***
Di kafe coklat chox, Besty janji bertemu dengan
temannya.
Renny, Renny. Andaikan kau bisa melihatku,
maka kau akan tahu bagaimana ekspresi menyedihkan
dari wajahku. Gara-gara semua fans genit itu!
Apa perlunya? Terdengar tidak penting!
Jadi menurutmu tidak penting melihatku?! Kau
pikir karena ide siapa aku seperti ini?
Tidak tahan ya melakukannya?
Apakah aku harus menjawab??? Tidak bisakah
kau melihat...eh, maaf. Tidak bisakah kau mendengar
kata-kataku?! Bukankah aku terdengar payah?!
Padahal setahuku ini baru yang kedua kali.
Kedua kali saja terasa menguntungkan bagiku karena
Eric masih jumpa fans di kota ini meskipun tempatnya
berbeda. Kalau tidak? Selesailah aku.
48

Salahmu sendiri mau saja jadi pacar personil


boyband seperti dia! Apa kau percaya bahwa dia tidak
akan menyembunyikanmu selamanya?
Tapi aku tidak tahan berdiam diri terus.
Bagaimana jika dia berniat menghianatiku? Janganjangan dia menemukan gadis lain, Ren? Anggota girlband
yang pernah sepanggung dengannya mungkin? Atau
seorang aktris?
Dari kata-katamu terdengar kau tidak
mempercayainya, Best. Kenapa kau tidak memutuskan
dia saja?
Whoa! Apa yang kau katakan? Keterlaluan. Apa
ini yang dikatakan oleh orang yang berniat membantuku?
Jika aku di posisimu, aku mungkin mudah bagi
seorang Eric. Dia ingin mencari gadis lain atau tidak aku
tidak akan tahu. Mungkin aku pun akan lebih tidak
percaya kepadanya dibandingkan denganmu. Kenapa?
Karena aku tidak bisa melihat. Tetapi mana mungkin?
Mustahil seorang celebrity sepertinya memiliki pacar
yang buta.
Kenapa berkata seperti itu? Bukankah itu
terdengar berlebihan?
Wah, kelihatannya Besty tersentuh? Iba ya
padaku? Hehe...
Hehe? Kau mencoba bercanda denganku di saat
seperti ini?
Memangnya apa lagi yang bisa kulakukan?
Ya, ya, ya. Terserah padamu. Percuma saja
menceritakan kejadian memalukan hari ini padamu. Kau
tidak akan mengerti.

49

Kau meragukanku karena aku tidak bisa melihat


sesuatu yang kau sebut sebagai ekspresi di wajahmu
karena aku buta?
Duuh... Renny. Kenapa dari tadi kau hanya
membahas buta, buta, dan buta?! Apa tidak bisa kau purapura saja bisa melihat?!
Iya, iya. Aku minta maaf. Kalau begitu, apakah
kita perlu melancarkan rencana lain?
Kau punya rencana lain? Apa itu?
Aku juga masih memikirkannya.
Kukira sudah ada. Aaaahhh... apa hanya aku
satu-satunya yang mengalami nasib seperti ini?! Eric
bilang
jika
saatnya
tiba
maka
dia
akan
memperkenalkanku di depan publik termasuk di hadapan
penggemar-penggemarnya. Hingga saat itu, maka aku
harus tetap tenang dan diam. Tapi apakah aku harus tetap
percaya padanya? Ini membuatku frustrasi!
Renna! Aku mendengar suaramu. Apa yang
sedang kau lakukan bersama Besty?
Wah, ada apa lagi??
Aduh, sayang. Renny yang asli sudah datang.
Apa??!! Jadi...
Hahaha... Maaf ya, Best. Aku mengerjaimu.
Tenanglah, dari tadi aku sudah melihat bagaimana
ekspresi wajahmu yang memendam marah.
Renna?! Jadi, kau pura-pura buta? Ah, dasar!
Aku dipermainkan oleh manusia kembar seperti kalian!
Tapi apakah benar-benar memalukan Best
menjadi mata-mata tapi harus pura-pura buta? Lalu tadi,
apa di balik maksud perkataanmu apa tidak bisa kau
pura-pura saja bisa melihat?
50

Apa? Apa yang baru saja dikatakan oleh Renna,


Best?
E..e.. itu bukan apa-apa, Renny. Sekarang aku
hanya merasa paling menyedihkan. Aku jadi berpikir
seandainya aku adalah dirimu maka setidaknya aku
sedikit lega. Seperti yang dikatakan Renna ketika berpurapura menjadi dirimu.
Apa? Apa yang telah dikatakan oleh Renna,
Best?
Jika Eric tiba-tiba ingin mencari gadis lain atau
tidak, maka aku tidak akan tahu karena aku tidak bisa
melihat. Aku pun mungkin akan lebih tidak percaya
padanya meskipun dia pacarku. Namun seandainya itu
betul-betul terjadi, maka satu hal yang melegakan adalah
aku tidak bisa melihatnya. Dengan begitu, alasanku untuk
bersedih sedikit berkurang. Bukankah begitu?
Jadi maksudnya bahwa kau ingin menjadi buta
sepertiku?
Aku kan hanya bilang seandainya, Renny.
Eemm... tetapi menurutku aku benar juga jika itu memang
terjadi sungguhan.
Kau dengar kan Ren? Besty sepertinya ingin
sepertimu. Buta. Wah, bagaimana jika seperti ini? Tadi
ketika aku berpura-pura jadi dirimu, Besty mengatakan
apa tidak bisa aku berpura-pura saja bisa melihat. Lalu
baru saja dia mengatakannya sendiri padamu. Jadi mulai
sekarang begini, apakah sebaiknya Besty berpura-pura
buta dan kau berpura-pura bisa melihat?
Hei, apa yang sedang kau bicarakan? Tidakkah
kau menyadari kalimat terakhirmu sedikit mengganggu
telingaku?
51

Ah iya! Maaf, saudaraku. Mana bisa kau berpurapura bisa melihat sementara kau buta sungguhan? Tapi
bagaimana lagi? Besty yang mengatakannya lebih dulu.
E...e..kenapa kalian jadi seperti itu? Tidak,
Renny. Bukan seperti itu maksudku...
Tidak apa-apa, Best. Hanya saja jika Renna yang
mengatakannya memang terdengar tidak baik. Lupakan
saja. Lagipula aku juga ikut menyarankan ide jadi matamata sebagai orang buta. Oh iya, bagaimana dengan hari
ini?
Rasanya aku harus menyerah pada rencana
menjadi mata-mata. Itu tidak menyenangkan, Ren.
Begitu? Lalu apa kau mungkin punya rencana
lain?
Aku juga tidak tahu. Aku tidak bisa memikirkan
apapun. Memang benar aku tidak mudah percaya pada
Eric. Tapi aku juga tidak bisa melakukan apa-apa. Aku
harus bagaimana? Terlebih aku ingat wajah Eric yang
tersenyum ketika berfoto bersama fans-fansnya.
Bagaimana bisa dia kelihatan senang seperti itu??
Tidak ada pilihan lain, Best. Kau bilang tidak
tahan berdiam diri. Tetap saja pada rencana itu. Bukankah
begitu?
Kurasa Renna benar, Best.
Begitu ya? Tapi bagaimana kalau tidak perlu
pura-pura buta saat jadi mata-mata?
***
Semangat! Jika kau masih bertahan terhadap apa
yang kau lakukan, maka akan kupertimbangkan namamu.
Apa maksudmu, Renna?
52

Kau yang terbaik. Oke? Kupikir itu yang aku


pahami dari arti namamu.
Haha! Renna benar juga, Best. Aku setuju
dengannya.
Ya, baiklah. Aku senang mendengarnya. Kalau
begitu aku pergi dulu ya. Aku rasa ini lebih baik. Tanpa
tongkat. Tanpa pura-pura menjadi buta. Hanya kacamata
yang tersisa. Besty memasang kacamata dengan rencana
yang berbeda dari sebelumnya. Dia meninggalkan kafe
coklat chox dan teman kembarnya.
Kita juga harus pergi, Ren!
Iya, Ren.
***
Lautan manusia macam apa lagi ini?
Waaahhh.......aku bahkan tidak bisa melihat apapun!
Besty merasa dia berdiri masih di sekitar tepian penonton,
tetapi menjengkelkannya minta ampun.
AAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!
Oh God!! KUPINGKU!!
Hei, jika tidak nyaman lebih baik kau menyingkir
saja dari sini! Gadis remaja di sebelah Besty yang
mungkin peka mendengar gerutuan singkat Besty,
menegurnya.
Apa?? Besty menatap marah gadis itu.
Tersinggung juga dia disemprot mendadak dengan
kalimat yang memakan hati. ADUHH!!!Apa lagi
sekarang??!!
Eh, maaf, Kak. Aku ingin melihat Eric lebih
dekat. Tidak kelihatan karena ini terlalu berdesakan.
Berikutnya adalah seorang bocah perempuan yang tiba53

tiba berjejal ingin membaur ke dalam kerumunan hingga


menyenggol keras tubuh Besty nyaris tersungkur. Oh iya
aku hampir lupa. Seseorang memberiku ini. Untukmu,
Kak. Besty disodori lipatan kertas oleh gadis itu.
Apa? Setelah menyenggolku dan tidak meminta
maaf sekarang kau memberiku kertas?
Cepat ambil, aku mau ke depan!
Besty menuruti perintah bocah itu. Dasar!
Meskipun dia idolamu tapi apa tidak bisa kau
memanggilnya dengan sedikit kak? Kau tahu? Eric lebih
tua darimu. Setidaknya kau harus menghormatinya.
Ah! Terserah Kakak!! Bocah itu lalu semakin
menggila dengan mendesak penonton di depannya.
Kuat juga dia! Besty akhirnya mencoba
meminggirkan diri. Lagipula dari personil lainnya
apakah memang hanya Eric yang paling populer? Kenapa
dia juga menyukai Eric?? Besty beranjak membuka
lipatan kertas itu dan membacanya.

To: Besty
Apakah kau pacar Eric? Aku dan atas nama
saudaraku, ijinkan kami memperkenalkan diri. Kami berdua
adalah Duo Oksipitalist. Saudara kembarku sangat
menyukai istilah itu. Ketika terpikir olehnya
menambahkan huruf t di akhir kata itu, dia senang karena
terdengar tidak berbeda dengan seorang pianist dan cellist.
Langsung saja. Mungkin kau bisa melihat dengan
kedua matamu apapun yang ingin kau lihat di dunia ini. Tapi
barangkali menurutku otakmu terlalu bodoh hingga bisa
54

dipermainkan. Kau tahu, saraf di lobus oksipitalismu yang


jadi pusat penglihatan kurasa tidak bekerja sempurna
untuk otakmu sehingga kau kesulitan melihat dan
menyadari dua orang kembar di hadapanmu yang sebenarnya
telah memperdayamu.
Apa yang telah dilakukan oleh seorang pacar
Eric? Ternyata dia menurutiku dan saudaraku untuk
melakukan tindakan yang sangat lucu bahkan hingga sangat
menghibur? Kurasa aku puas sekarang.
Maaf ya. Untuk berusaha mencari informasi
seputar gosip tentang pacar Eric. Ternyata itu kau. Kau
benar-benar ada dan aku telah bertemu denganmu.
Ternyata dunia memang sempit ya? Sedikit sekat antara
ketidakpercayaan, pura-pura, kebodohan, atau bahkan
keluguan. Bagaimana menurutmu?
Maaf ya. Untuk telah bermain-main denganmu
sebentar. Tapi terima kasih, karena ini sangat
menyenangkan.
Oh iya! Tidak ada yang salah kan dengan fans
Eric yang buta seperti saudaraku Renna?? Aku rasa kau
tidak akan keberatan.
From: Renny, saudara kembar Renna_Duo
Oksipitalist_Eric Fans
APA??!! Apa ini?? Mereka berdua???? Ini??
Renny? Tapi...bukankah Renny tidak bisa melihat?
55

Bagaimana dia bisa menulis ini???!!! Mana yang benar?


RENNA??! RENNY??! ERIC FANS?!.

56

KAU MERUBAH HATIKU


Oleh:

Mega Mahardika

Awal dari sebuah rasa manis akan tetap manis jika


kita pintar mengolah rasa manis itu agar tetap manis.
Cerita itu berawal pada sebuah hubungan antara cewek
manis yang sering disapa Indi dengan cowok yang sering
dipanggil Ihsan. Hubungan mereka yang telah berjalan
hampir 9 bulan ini berawal mulus dan penuh dengan
bahagia.
Rasa pahit ini dimulai saat hari-hari sebelum ulang
tahunku diakhir bulan awal tahun ini. Sebuah perubahan
terjadi pada Ihsan. Waktu yang tak pernah ada untukku
membuatku sudah kehabisan kesabaran untuk selalu
ngertiin Ihsan yang sibuk bekerja, hingga hari liburpun ia
tetap bekerja. Hingga 2 minggu sebelum ulang tahunku,
aku mengirim sebuah pesan panjang kepada Ihsan.
To : (085643xxx890) Ihsan sayang
Aku tak tau knp km berubah. Km lupa
dgn semua janji hubungn kita. Aku
rasa ini puncak dari sebuah rsa
sabarku. Aku ingin kita udahan aja,
jalan ini mgkn yg terbaik. Maaf utk
smua dan maksh untuk hari2 lalu. Aku
bukn berhnti mencintai, tpi aku ingin
berhnti menyakiti hati.

Dengan rasa berat hati dan meneteskan air mata, aku


mengirim pesan itu ke dia. Namun seperti yang sudah ku
duga, tak ada tanggapan dari Ihsan hingga satu minggu
sebelum ulang tahun.
57

Hari-hariku sangat berat ketika menghadapi ujian


yang sedang berlangsung di kampus, selain itu aku juga
harus menghadapi masalah dengan Ihsan.
Saat aku berkeluh kesah dengan sahabat akrabku
yang suka dpanggil Sipit, namun ia juga tak memberi
respon bahkan saat aku memulai cerita,
Pit, aku sebel deh ama Ihsan, aku dicuekin, sampe
aku ngomong putus aja gak direspon, pokoknya aku
pengen putus dari Ihsan .
Belum selesai aku bercerita sipit langsung jawab
dengan pernyataan juteknya dan muka jelek, udah ah
mbak Indi, aku mau pulang, capek aku, sambil dia
menarikku untuk pulang. Dengan rasa sedih aku
menganggukkan untuk mengiyakan agar Sipit pulang.
Aku berjalan menuju tempat parkir motor sambil
memikirkan, kenapa dengan Sipit. Otakku ini penuh
banget, Sipit jadi berubah, Ihsan juga gak kalah berubah,
ditambah ujian yang bakal dihadapi. Dalam hatiku cuma
berucap ujian hidup dan ujian kampus kok berat banget.
Aku mencoba menghubungi Sipit berulang kali namun
jawaban dari operator selalu sama nomor yang anda tuju
sedang sibuk. Aku mencoba sms Sipit.
To : (085678901xxx) Sipit
Pit, kok sekarang kamu berubah, saat
ini aku butuh kamu Pit!

Sambil menunggu balasan dari Sipit aku berpikir,


apa Sipit juga punya masalah jadinya gak mau dicurhatin.
Tak berapa lama ada pesan masuk di handphoneku, dalam
hati inginnya Ihsan yang sms aku. Tapi aku yakin pasti
Sipit yang balas.
Jreng, dengan terkejut
58

Dari : (085643xxx890) Ihsan sayang


Sayang, aku lagi sibuk buat beberapa
minggu ini.
Setelah baca ini ada rasa lega
tersendiri ternyata dia sibuk, tapi
makan hati juga kalau gini terus.
Lalu tak berapa lama Sipit menyusul
membalas sms dariku.
Dari : (085678901xxx) Sipit
Mbak Indi, sorry aku lagi irit pulsa,
jadi gak bisa balas smsmu.

Dengan rasa yang udah bercampur di hati, sms


mereka tak ku balas, dan membuang handphoneku dari
hadapanku. Jam dinding di kamarku yang udah nunjukkin
pukul 23:00 WIB, tapi mata susah banget dipejamin.
Udah beberapa hari ini aku tidur diatas jam 01:00 WIB.
Tapi aku berusaha memejamkan mata namun handphone
berdering, sebuah lagu menjadi lagu tanda panggilan
masuk. Aku tak ingin melihat siapa yang menelpon
malam gini, tapi telepon itu tidak berhenti berdering.
Ku coba melirik handphone dan melihat sebuah
nama yang tak asing, karena ternyata yang nelepon itu
adalah Ihsan. Dengan segera aku menganggat telepon itu.
Assalamualaikum, Ndi. Sebuah salam yang terdengar
dari seberang namun kali ini Ihsan berubah karena
memanggilku Indi.
Waalaikumsalam, gimana ada apa? dengan
gaya biasa karena tetep aku jaga gengsi. Hehehe..
Kok belum tidur, Ndi, dengan nada datar dan
tanpa dosa.
Belum aja, belum ngantuk. Kamu sendiri kenapa
belum tidur juga?
59

Kok panggilnya kamu ?. Ihsan ini paling gak


suka kalau dipanggil kamu walaupun lagi marahan.
Aku juga Cuma jawab singkat, kamu ja panggil
aku Ndi.
Malam ini begitu dingin, sekalinya telepon seperti
ini. Lama sekali kami terdiam, entah apa yang dipikirkan
oleh Ihsan saat ini.
Em, tidur yuk, udah malam, nanti sakit. Sebuah
ucapan manis dari Ihsan ini lumayan menyejukkan hati,
kalau dia masih perhatian denganku.
Aku dengan sedikit menghilangkan gengsi, ya
udah tidur, besok kan kamu kerja juga
Ya udah, met malam ya. Tuttt.. Tuttt..Tutttt
Tiba-tiba telepon itu terputus, aku belum sempat
membalas ucapannya. Bahkan ucapan yang sering
dilakukan pun tiba-tiba hilang.
Aku tetap tidak bisa tidur, aku berpikir terus apa
yang kamu mau sih Ihsan, putus gak dikasih jawaban, tapi
masih perhatian. Dengan gemasnya boneka beruang
yang pernah ia berikanpun jadi sasaran kemarahanku.
Aku coba mengajak bicara boneka itu,
Apa sih mau mu Ihsan?
Aku ini masih pacaramu bukan?
Aku bingung ma kamu. Sambil kupukul-pukul
boneka itu, jawab dong, diem aja kamu.
Tiba-tiba air mata ini menetes perlahan dan
dengan rasa sayang aku memeluk boneka itu.
Dengan lirih aku berucap, Ihsan, aku sayang ama
kamu, tapi kamu bikin aku nangis terus.
Pelukanku ke boneka menemaniku hingga aku
terbangun dari tidurku. Pagi cerah ini dengan mata agak
sedikit sembab mencoba untuk bersemangat ke kampus.
60

Hari ini bakal jadi jadwal yang paling bosen, kuliah dan
rapat organisasi hingga sore. Tapi aku berpikir ini
mungkin cara menghilangkan rasa sedihku.
Seperti biasa aku janjian dengan Sipit di kampus
karena beberapa mata kuliah kami sama jadi kadang kami
sekelas. Kami mendapat julukan emak dan anak karena
tiap Sipit datang duluan, yang ditanyain aku, begitu juga
sebaliknya.
Dari belakang mencoba mengagetkan Sipit,
DorPit,,,
Yeeembak Indi, kagetin aja. Gak sedih lagi ni?
udah enggak dong, kan males mikir orang yang gak
mikir aku
Kenapa Ndi mata kamu, dicium nyamuk apa
semut cowok ni. hahahaha. Dengan gaya khas ketawa
sambil matanya merem, Sipit mengejekku.
Apaan sih kamu, Pit.. Ini mata sembab karena
aku pompa,niatnya matanya biar belok dan gak sipit
kayak kamu. Sambil aku membuka mata dengan jariku
dan berlari karena aku ngejek Sipit.
Seketika itu pikiranku tentang Ihsan hilang, ya
walaupun Sipit gak dengerin ceritaku, setidaknya bisa
bikin ketawa aku. Karena kami punya semboyan Kita
gak sedih lagi, gak nangis lagi. Itu Cuma kalimat dari
lirik lagu Smash tapi bisa bikin seneng.
Hari-hari berikutnya terasa cepat sekali, sampai
gak inget kalau besok udah hari ulang tahunku. Dan
beberapa hari ini gak nyangka nama Ihsan hilang di
pikiranku, kita sama-sama gak saling smsan atau telepon.
Hari yang ditunggu namun bikin kecewa, semalaman aku
tak tidur berharap Ihsan bakal jadi orang pertama yang
mengucapkan ulang tahun ini. Tapi aku gak begitu
61

peduliin itu, karena banyak sahabat, keluarga yang


memberiku ucapan dan lebih special.
Lebih malasnya lagi hari ini masuk kuliah,
sesampainya disana. Sebuah kejutan kecil dari tementemen.
Happy birthday to you, happy birthday to u,
happy birthday, happy birthday, happy birthday Indi..
Sebuah donat kecil dan lilin diatasnya dibawa oleh
Sipit untukku.
Tiup lilinya mbak Ind, tapi,,,make a wish dulu
ya
Ku memejamkan mata dengan sebuah doa, dan
saat ku buka mata ini, lalu ku meniup lilin. Donat kecil itu
ku potong kecil-kecil agar semua temen ikut menikmati,
walaupun dikit. Suapan pertama untuk sipit sambil cipikacipiki.
Happy bday mbak Indi
Makasih sayangku
Dan hari ini cepat sekali, kejutan dan ucapan tak
henti-hentinya datang. Namun tak satu smspun dari Ihsan
untuk mengucapkan ulang tahun. Sekalinya aku lihat jam
udah jam 17:00 WIB. Dan saatnya pulang kerumah
dengan rasa penuh kebahagiaan. Aku jadi mengerti arti
sebuah persahabatan.
Balik yuk Pittttt, udah capek ni seharian dan aku
juga udah bosan kalau ketemu kamu terus. heheheh..
sambil gemes ama pipinya yang chubby banget.
Dengan jengkelnya Sipit menarik tanganku,sakit
tauuuhehehehe. Serius ni bosan ma aku? hehehe.
Iya, untung aja kuliah itu gak 24 jam, coba 24 jam
bisa mati konyol ketawa ma kamu terus.
62

Agh, nyebelin mbak Indi ni, dengan muka


manyunnya.
Tapi kalau ketawa sambil merem dan gak boleh
manyun ntar tak tinggal pulang lho
Jangan, nebeng sampe depan ya, dengan muka
melas dia dan senyum Sipitnya.
Dengan sikap hormat, aku menjawab siap
laksanakan boss, sipitnya mana sipitnya, aku mencoba
masih menggodanya.
Aku dan sipit menuju parkir kampus untuk
mengambil motor . Saat menuju motorku aku heran kok
ada sebuah kantong plastik yang tergantung di motorku.
Pit, itu ada plastik punya siapa ya?
Ya punya mbak Indi dong, kan di motor mbak
Indi
Tapi aku tadi gak bawa apa-apa, janganjangan..
Jangan-jangan apa mbak Indi?
Jangan-jangan Bom Pit, kaburrrrrr,
aku langsung berlari berniat ngerjain Sipit yang kaget.
Sipit juga ikut lari dan berteriak, Mbak Indi tunggu,
dengan nada manja anak kecil.
Mbak Indi, liat aja yuk
Kami mencoba kembali ke motor kami dan
melihat isi kantong yang ada di motorku itu.
Jrengggjrenggg coba tebak apa isinya
Agh, flashdisk?, aku dan Sipit mengatakan hal
yang sama.
Tau gitu aku nitip kamu aja, masak ngomong aja
kita barengan
Gak apa-apa mbak Indi, kita itu emang ditakdirin
bersama-sama
63

Udah-udah, kamu ntar GR malah berabe.


Sambil ku lihat kantong itu barang kali ada yang
lain,Maksudnya apa ya Pit ini?
Gak tahu, coba dicari ada tulisan dari pengirim
gak
Ini ada tulisan Pit, aku membaca sebuah memo
kecil dari sang pengirim.

Indi, ini flashh ada sesuatunya, dilihat pas pukul


20:20. gak boleh dilanggar
Dari : pengirim flashdisk
Mbak In, jangan-jangan dalemnya ada Syahrininya,
tu ada sesuatu
Hahahaha,,,kamu itu aneh-aneh aja,mana muat
Syahrini masuk flashdisk
Aku masih bingung dengan ini,maksud dan isi dari
flash ini apa. Kulihat sipit mebolak balik kantong itu.
Kenapa pit,kok dibolak balik?,anak satu ini aneh
banget.
Ya ini kantong nyebelin mb In,gede kantongnya
isinya Cuma flash. Gak ada makanan atau apa gitu
Sambil gemesin pipinya, Kamu itu, makan mulu
.udah kita pulang. Jadi gak sabar pengen liat isinya apa.
Setelah sepanjang jalan memikirkan isi flashh,tak
terlintas akan pikiran tentang Ihsan. Seakan beberapa hari
ini aku dibuat amnesia tentang Ihsan. Aku juga tak
mengenali tulisan tangan dari si pengirim. Sebuah tanda
tanya besar dipikiran ini belum terjawab.

64

Malam sudah mulai larut,berulang mata ini melirik


jam dinding namun seakan jam itu berputar sangat lambat.
Sudah tek terhitung berapa kali mata ini melirik untuk
menunggu pukul 20.20. rasanya tunggu sesuatu yang
bikin penasaran itu sangat menyebalkan. Setelah
menunggu beberapa saat sms masuk ke ponselku.
Dari : (085678901xxx) Sipit
Isinya apa mb Ind?
Aku segera mereplay sms sipit.
To : (085678901xxx) Sipit
Gak tau juga,ntar lagi aku buka.

Waktu yang ditunggu sudah datang,seperti anak


yang mendapatkan hadiah aku sangat begitu antusias
untuk mengetahui isi flash itu apa. Langsung ku buka
dilaptopku dan hanya ada sebuah file yang berformat
video. Bergegas aku membuka video tersebut.
Sebuah video ucapan selamat ulang tahun dari Ihsan.
Disitu Ihsan menyanyikan lagu milik Ipang yang berjudul
Akhirnya Jatuh Cinta, Tak Ada gantinya, Tanpamu
yang merupakan lagu favorit kita. Didalam video Ihsan
sambil bermain gitar menyanyikan lagu itu. Diakhir video
itu Ihsan mengatakan sesuatu yang sangat menyentuh.
Aku sekarang tau siapa yang harus aku
perjuangkan, ternyata kau harus memperjuangkan kamu,
bila cintaku dan cintamu bersatu aku yakin cinta ini kekal
dan abadi utnuk selamanya karena kamu semangat
hidupku.
Di akhir kata-kata dari Ihsan membuat aku menagis
terharu dan senyum bahagia.

65

Beberapa saat kemudian ada yang mengetuk pintu


rumah, sambil aku menghapus air mata ini aku beranjak
untuk membukakan pintu.
Saat kubuka pintu, sebuah kejutan yang termanis
yang aku terima.
Happy birthday to you Happy birthday to you..
Aku terkejut karena Ihsan datang bersama SIpit dan
SIput. Biar jelas, siput ini adalah cowok Sipit,kita panggil
Siput karena dia super karet dan lama kalau ada janjian
jalan-jalan. Kalau janjian pergi bareng jam 08.00, dia bisa
baru datang jam 10.00 karena kelamaan mandi.
Aku lanjutin ceritanya, Ihsan dengan membawa kue
ulang tahun menyanyikan lagu ulang tahun bersama Sipit
dan Siput. Dengan segera aku memeluk Ihsan dan
memukul Ihsan karena aku sebel dan aku bahagia. Ihsan
juga membalas pelukku sambil membisikan Happy bday
sayangku.
Makasih sayangku, Ihsan juga mencium
keningku.Dan aku kembali memeluknya.
Eehmmmmmmm., sipit ma siput mengagetkan
kami.
Halooolilinya mau cair ni, mau ditiup gak ni?
sipit langsung aja nerocos.
Iya dong, kan kueku,hahhahaa tapi masuk dulu
yuk.
Setelah beberapa saat aku mentiup lilin ulang
tahunku dengan sebuah doa dan ucapan terima kasih pada
Allah karena udah ngembaliin Ihsan lagi. Untuk beberapa
saat aku sedikit manyun ama Ihsan.
Sayang itu nyebelin tau, cuekin aku.

66

Jangan salahin aku aja, tu sipit ma siput juga.


Mereka juga ikut andil dalam urusan ini. Dengan segera
aku menghampiri sipit m siput dan mencubit mereka.
Dasar kalian berdua, sengkongkol ya. Dengan
muka tak berdosa mereka hanya tertawa.
Dengan rasa kagen yang udah beberapa minggu gak
manja-manjaan ma Ihsan. Aku mencubit karena aku
masih sebel dikerjain.
Aduh sayang, ampun, diraihnya aku dan dipeluk
sama Ihsan.
Maaf ya sayang buat kemarin-kemarin. Tapi aku
gitu karena kau sayang. Love you saying.
Dengan nada manja aku menjawab,iya sayang.
Love you too sayangku.
Untuk kedua kalinya, kami diganggu oleh sipit ma
siput. Hello, disini ada kami siput bersuara untuk kali
ini.
Ayo mbak Ind, dipotong kuenya, masak mau diliat
aja.
Dasar tukang makan, iya, iya, tak potong ya
Dan lebih nyebelin lagi, kuenya ditulisin happy
bday Indi. Semoga cepat gemuk. Mereka itu ada ada aja.
Selanjutnya aku memotong kue.
Untuk potongan pertama aku memberikan kepada
Ihsan. Dan sebuah kecupan manis dikening untukku dari
Ihsan.
Untuk potongan selanjutnya sipit dan siput. Kami
bercanda sambil menikmati kue ulang tahun.
Kok bisa kalian kerja sama, aku kasih tahu
ceritanya dong.
Secara bersama-sama mereka tertawa, karena sudah
berhasil mengerjain aku.
67

Cerita awal dimulai dari Ihsan, Ihsan mengajak


siput dan sipit untuk ngerjain aku. Dan semua skenario
sudah dirancang. Sipit selalu memberi informasi pada
Ihsan tentang aku.
Sayang waktu malam itu aku telepon karena
denger dari sipit kamu sedih banget. Aku gak tega jadi aku
telepon
Aghh,,nyebeliin sayang tu.
Hahahahaaaaaaaaa. Mereka menertawakan
kebodohanku.
Terus yang kasih flash dimotorku? Kan sayang
kerja, sipit ma aku terus,mesti siput ya,sambil tunjuk
Siput.
Dengan senyumnya siput mengakui,Iya aku yang
kasih flash kemotormu dan itu tulisanku. Kan kamu
belum pernah liat tulisanku.
Aghh, dasar siput, kamu itu.
Dan semua kembali tertawa karena melihat
kebodohanku. Aku Cuma cemberut dan ikut ketawa.
Ternyata kejutan dari Ihsan belum berakhir.
Tutup mata sayang, gak boleh ngintip lho.
Ada apa to?
Ya udah tutup mata dulu, nanti kan tau. Tapi
berdiri dong
Aku mencoba menuruti semua kemauan dia dan aku
penasaran apa yang akan diberikannya,karena flash dan
kue sudah menjadi kejutan yang teka terlupakan.
Udah belum sih,lama banget,dengan sebel karena
gak sabar pengen tahu.
Oke, sekarang dibuka perlahan ya
Sedetik kemudian aku membuka mata, sebuah
kejutan yang manis. Ihsan memberikanku sebuah cincin
68

dan ia sambil berkata mau kah kau berjanji untuk selalu


menjaga dan mempertahankan hubungan kita dalam
keadaan apapun?
Dia bertanya seperti itu karena kalau diajak nikah
aku gak mau jadi gak mungkin kalimatanya Will you
marry me? bakal langsung aku tolak,
Dengan rasa yang bahagia dan tak mampu berucap,
aku hanya menganggukan kepala sebagai isyarat aku mau.
Dan Ihsan pun memakaikan cincin itu dijari manisku. Dan
sebaliknya aku. Setelah cincin ini tersemat di jari kami,
Ihsan memelukku dan mengatakan sesuatu padaku,
Aku janji akan menjagamu.
Dengan rasa yang tak bisa ku ungkapkan aku
menjawab dari ucapan dengan,aku juga berjanji hati ini
untukmu
Dan sipit mengagetkanku dengan ucapannya untuk
siput, sayang aku juga mau kayak gini.
Hahahahhahah, Kami semua tertawa dengan
ucapan sipit.
Malam kian larut dan tak terasa jam udah nunjukkin
pukul 23.00. Semua pamit untuk pulang. Namun aku
sedih karena Ihsan juga pulang, aku masih pengen sama
dia. Rasa kangenku sama dia belum terobati. Namun
waktu yang bicara. Mereka akhirnya kembali kehabitat
masing-masing (maksudku ke rumah masing-masing)
Mbak Ind, kita pulang dulu ya,sipit dan siput
bersalaman denganku untuk pamit.
Oke, makasih ya buat kalian berdua
Sayang, aku pulang dulu ya, langsung bobo aja,
udah malem,
Iya sayang, sayang juga langsung bobo. Hati-hati
ya.
69

Iya sayang, love you saying, kecupan kening


untukku.
Love you sayang
Udah mbak Ind, ntar gak selesai-selesai kalau cium
peluk mulu.
Ya biarin, Nih kan pacaraku, masak aku mau cium
siput, boleh po? Hahaha, aku menggoda sipit.
Ya gak boleh kok
Sayang awas aja ya, aku langsung dapet
peringatan dari Leo dan Sipit.
Dan mereka pulang kerumah masing-masing.
Malam ini bahagia yang tak terkira. Dan gak mungkin aku
lupakan. Aku beruntung memiliki teman dan Ihsan yang
menyayangiku.
Aku juga lebih bisa memaknai arti sebuah
persahabatan dan kasih sayang. Dan aku berharap harapan
yang aku inginkan terkabul, sebuah harapan yang tak akan
ku ucapkan jika belum terjadi.
Di hari berikutnya kami kembali seperti biasa, Ihsan
kembali normal. Hari terasa cepat hingga tak terasa sudah
masuk bulan Mei. Dan yang paling aku senang karena 27
Mei adalah satu tahun kami berpacaran, aku ingin
membuat suatu perayaan kecil dengan kejutan kecil
dariku. Saat sebuah rencana manis aku susun rapi dengan
penuh cinta. Sebuah kabar buruk yang menghancurkan
sebuah rencana itu datang.
Saat beberapa hari sebelum hari itu saat dia datang
kerumah sudah larut malam dan gak biasanya dia datang
selarut ini.
Duduk dulu sayang, mau minum pa? aku
mempersilahkan dia duduk.
70

Makasih sayang, gak usah minum. Aku Cuma


pingin malam ini ama sayang, dengan senyum dia
mengatakan itu.
Tersontak aku kaget dengan ucapannya.
Maksudnya apa?
Gini,aku besok bakal berangkat berlayar ke India
untuk waktu yang cukup lama. Dia menghela nafas
setelah mengahkiri ucapannya.
Aku hanya bisa diam saat mendengar itu semua.
Aku tak dapat mengatakan apa-apa. Aku tak suka ini
semua.
Sayangg.., dia membuyarkan lamunanku.
Kamu gak apa-apa kan??
Ehm.. sayang serius? sayang ini cuma bercanda
kan?. Aku mencoba mencari jawaban kalau ini semua
cuma kebohongan dia. Karena dia sering sekali
mengatakan itu.
Kali ini benar, sambil dia mengeluarakan suratsurat sebagai tanda kalau kali ini dia tak berbohong.
Aku memintanya danku teliti satu demi satu sauratsurat itu. Dan benar sebuah nama negara sebagai tujuan
berlayar atas nama dia. Aku menaruh kembali surat itu
dan bertanya,berapa lama berlayar? dalam hati ku pasti
waktu yang lama karena tujuannya jauh.
2 tahun sayang aku akan pergi
Aku tak tahu harus bagaimana lagi saat dia
menjawab 2 tahun. Aku hanya terdiam,dia pun ikut
terdiam karena dia tahu pasti aku gak bisa terima ini
semua.
Sayang bohong kan? sayang bohong ya? aku
masih mencoba tak percaya. Namun saat tangan ini
digenggamnya untuk mencoba meyakinkanku.
71

sayang, aku bener besok bakal berlayar. Aku tau


sayang bakal kesepian banget. Apalagi di sana nanti aku
juga gak dapet sinyal. 2 tahun itu aku sebulannya hanya
mendarat 2 hari sayang.
Aku benar-benar terdiam tanpa sebuah sedikitpun
ucapan yang aku keluarkan dari bibir ini. Aku
membayangkan rencana kecilku di hari jadian kita hancur.
Tangannya tetap menggenggamku untuk menguatkanku.
Sedetik kemudian air mata membasahi pipiku.
Sebuah sentuhan manis darinya untuk menghapus air
mata ini makin membuat aku menangis. Dan selanjutnya
sebuah pelukan manis darinya. Aku menangis di dadanya
dengan sebuah pelukan dan belaian dia dengan diciumnya
keningku olehnya. Mungkin ini pelukan terakhirnya.
Sudah sayang,jangan gini. Nanti aku nangis
juga,jelek kalau nangis. Cantiknya mana... dia masih
mencoba menghiburku dan menggodaku.
Dengan perlahan aku lepas pelukan ini darinya.
Sayang,aku sayang banget ama kamu. Aku gak pengen
jauh dari kamu. Tapi ini untuk masa depan,aku harus
dukung kamu. Aku akan tunggu kamu di sini. Aku ingin
kamu janji,2 tahun lagi kamu datang kerumahku
Aku janji sayang. Dia kembali memelukku sambil
berucap,awas aja kalau sayang punya pacar lagi, hehehe
Agh, paling sayang juga di sana, mencoba gak
mau kalah aku.
Aku aja bakal di air terus. Di kapal juga cowok
semua. Ada juga ibu-ibu. Lagipula aku kan punya sayang
yang bakal selalu ada.
Gombal sayang nih
Biarin, yang penting gak gembel..hehehhe
72

Kami kembali tertawa dan menikmati hari


perpisahan ini hingga tengah malam.
Besok anterin aku ya, mau kan?
Ok deh saying.
Tapi gak boleh cengeng ya.
Ya biarain kok, masak pacar bakal pergi jauh gak
boleh nangis.
Perlahan dia berdiri dari kursinya dan meraih
tanganku kembali,Sayang janji ya gak macem-macem
kalau aku tinggal. Inget cincin ini jadi saksi hubungan
kita.
Aku janji saying, sambil ku tersenyum walaupun
aku sedih.
Sayang aku pulang dulu ya, udah malam. Sayng
bobo ya.
Iya sayang, hati-hati ya
Sampai ketemu besok ya sayang
Ok saying. Dengan berat aku harus melepasnya
pulang dan besok hari terakhirku bertemu dengannya.
Air mata ini memang tak bisa membohongi
kesedihan hati ini. Perlahan menentes kembali. Aku jadi
makin sedih, saat ahri-hari esok air mata ini menetes
kembali siapa yang akan mengusapnya.
Semoga waktu 2 tahun itu akan berjalan cepat dan
hari-hariku tak berubah karena aku akan tetap menjaga
hati ini untuknya. Untuk orang yang telah menyayangiku
setulus hati.
Sebuah lagu yang menjadi kenangan manis untuk
kami adalah Ipang Akhirnya Jatuh Cinta.
Semua terjadi tak ku sadari tak terpikir apalgi
mimpi. Tapi ternyata kini ku tak lagi berdaya. Kau
memang beda dari yang pernah ku rasakan. Hanya kau
73

yang bisa merubah hatiku tk mungkin ada lagi yang


mampu membuatku seperti ini. Semua berubah saat
bersamamu tak mungkin ku dapat kalau tanpaumu, sangat
ku nikmati mencintaimu bersamamu. Tapi ternyata kini
aku sudah bersamamu
Karena kesedihanku ini hanya sementara, karena
aku percaya lelah ini hanya sebentar dan aku tak boleh
menyerah walaupun ini tak mudah. Aku akan selalu ingat
pesan dia untuk selalu tersenyum biar semakin mudah
karena kesedihan ini hanya sementara.
Dan hari-hari sepiku akan terjadi. Semoga aku bisa
jalani ini semua. Dan semoga 2 tahun lagi akan ada sebuah
cerita manis yang berakhir dengan sebuah kebahagiaan.

74

KENZO
Oleh: Mutmainnah Ayudia Elshaf

Kau begitu sempurna..


Dimataku kau begitu indah..
Kau membuat diriku..
Agar selalu memujamu..
Sejak kecil aku memang menyukainya. Entah
kenapa ketika aku bernyayi, aku merasa tenang. Seperti..
aku berada dalam duniaku sendiri. Sepi, tenang, damai.
Aku memang tidak menyukai keramaian. Ini juga
alasanku kenapa aku meminta Ayah untuk tidak kembali
ke tempat asalku, Jakarta. Padahal aku disini masih
beberapa hari kemarin. Jogjakarta, bagiku adalah kota
yang penuh dengan pesona, penuh budaya dan penuh
dengan masa-masaku dahulu.
Hai.. aku Luna. Sebenarnya, tidak ada yang perlu
dibanggain sih, dari seorang aku. Hanya saja, kadang
orang-orang di sekitarku memujiku terlalu berlebihan.
Kata mereka, suaraku bagus dan enak didengar. Aku
bahkan tidak tahu enak didengarnya terletak dimana,
yang aku tahu.. aku hanya menyanyi jika aku ingin. Aku
seperti itu, bukan karena aku sombong. Itu karena.. aku
hanya tidak ingin melakukannya. Bagiku, menyanyi
bukan hanya sekedar mengeluarkan suara dengan nada
saja. Tapi bagiku.. menyanyi adalah sebuah perasaan.
Kamu bahkan dapat mengerti perasaan seseorang di
dekatmu hanya dengan mendengarkan mereka menyanyi.
75

Aku sudah beberapa kali menebak bagaimana


perasaan salah satu sahabatku ketika dia menyanyi, dan
tentu saja jawabanku selalu benar. Aku sangat bersyukur
karena Tuhan telah menciptakan suatu kegiatan yang
bernama menyanyi. Entahlah, aku tidak dapat
membayangkan bagaimana hidupku jika tidak ada
menyanyi. Aku pasti akan benar-benar merasa kesepian.
Ah.. hari ini, hari pertamaku masuk sekolah. Hari yang
paling aku tunggu sejak kepindahanku dari Jakarta. Aku
ingin secepatnya memiliki teman baru. Akhir-akhir ini
aku sering membayangkan bagaimana rasanya sekolah di
tempat yang.. bagiku.. benar-benar baru.
Yah.. aku berharap, teman-teman baruku nanti
akan memperlakukanku sama dengan teman-temanku
ketika aku masih ada di Jakarta. Sebenarnya sedih sekali
jika aku mengingat kembali sahabat-sahabatku disana.
Ada Lili, Rachel, Nala dan Nina. Mereka adalah sahabat
yang paling aku sayangi. Semoga saja mereka tidak
melupakanku.
Terimakasih, Yah.. Luna masuk dulu.
Assalamualaikum... !! aku bergegas keluar mobil dan
memasuki gerbang sekolah baruku. Baru saja aku
melangkah, bel tanda masuk telah berbunyi. Aku berlari
karena aku harus mencari di mana letak kelas baruku,
kemarin aku tidak ikut Ayah ketika mendaftarkanku di
sekolah ini, jadi aku harus mencarinya sendiri. Secepat
kilat ku langkahkan kakiku menuju ruang kepala sekolah
yang sempat aku tanyakan ke salah satu pesuruh di
sekolah ini, tadi. Lurus koridor, belok kanan dan.. tepat..
itu dia ruang kepala sekolahnya. Syukurlah, tidak sesulit
yang kukira. Segera ku ketok pintu.. tok.. tok..
76

Kenzo?
Yup !! di sinilah aku sekarang, kelas XG. Duduk
di bangku nomor tiga dari belakang. Tidak banyak yang
aku kenal, karena pelajaran pertama hari ini cukup
menyita waktu dan pikiran teman-teman baruku.
Setidaknya, itu menurutku sih. Entahlah. Apalagi yang
harus ku perbuat kecuali duduk dengan tenang dan
mendengarkan pelajaran yang dijelaskan di depan.
Matematika. Kata anak yang duduk di sampingku, guru
yang mengajar pelajaran matematika ini terkenal kejam.
Yah.. ku pikir di setiap sekolah pastilah yang mengajar
matematika selalu dicap kejam, kiler dan sebagainya.
Begitupun di sekolahku yang dulu. Eh.. sebentar.. aku
rasa.. ada yang sedang memperhatikanku.. siapa ya?
kulihat sekelilingku, dimulai dari bangku barisan pertama..
tidak ada. Semua serius melihat kedepan, lalu.. baris
kedua.. juga tidak ada kok.. baris ketiga... kulihat..
samping kanan kiriku.. masih tidak ada. Lalu, dimana ya?
Ah.. dua barisan bangku belakang belum aku lihat.
Ternyata benar ! ada yang sedang memperhatikanku.. ada
apa ya? ada yang salahkah denganku hari ini? karena
penasaran, akhirnya ku tanyakan pada anak yang duduk
disampingku tadi.
Eh.. boleh tanya ga? kamu melihat ada yang salah
dari penampilanku hari ini? entahlah.. itu bisa disebut
pertanyaan atau pernyataan.. dia menjawab Haha.. engga
kok, emang kenapa? kamu malah keliatan manis..
Wah.. dibilang begitu jadi terbang deh rasanya..
Cuma tanya saja kok, hehe.. makasie.. jawabku
sekenanya, Sama-sama.. aku Tia.. lalu mengulurkan
tangannya padaku.
77

Aluna.. panggil saja Luna.. oh ya.. yang duduk


disana itu siapa ya? yang ini aku yakin, masuk dalam
kalimat pertanyaan.
Yang mana? yang itu? tanyanya balik, aku
jawab dengan anggukan kepala karena tadi aku lihat pak
Sodik, guru matematika ku, melihat sekilas ke arahku lalu
berdehem. Aku merasa tidak enak sendiri. Anak baru
sudah bikin gaduh.. maaf ya pak, tidak sengaja..
kupalingkan lagi mukaku ketika ku rasa aman, dan Tia
mengkomat-kamitkan bibirnya membentuk nama Kenzo
dan kembali melihat kedepan. Kenzo?
Kenzo? Nama itu sepertinya.. tidak asing lagi
bagiku.. tapi, siapa dan kenal dimana yah? Ahahaha...
tentu saja, nama itu tidak asing buatku. Kenzo kan nama
kucingnya Nala, sahabatku ketika masih di Jakarta. Ya
Tuhan, kenapa aku bisa sampai lupa. Lucu ya, nama anak
itu sama dengan nama kucing. Lalu, aku tersenyum
sendiri. Sampai akhirnya ada yang menepukku dari
belakang. Ah.. ternyata Tia..
Kenapa, kok senyum-senyum sendiri? nanti
dikira gila lo sama anak-anak tanyanya.. yang
membuatku tambah ingin ketawa saja.. mengingat
peristiwa nama kenzo tadi. Akhirnya, kuceritakan pada
Tia kenapa aku senyum-senyum sendiri sebelum dia
mengira aku benar-benar gila dan ternyata dia juga ikutikutan tertawa setelah mendengarnya. Tapi, kamu hatihati ya sama dia. kata Tia tiba-tiba yang tentunya
mengagetkanku. Kenapa harus hati-hati? tanyaku ingin
tahu. Dia disini tidak punya teman. Sering sendiri. Diam,
introvert pokoknya. Dia itu aneh. Seperti hidup dalam
dunianya sendiri.
Eh?
78

Kok cuma eh sih, tanggapanmu. Kamu tidak


takut? biasanya kan orang seperti itu termasuk psikopat..
ganti Tia yang kaget dengan jawabanku.
Yah.. kan ga semuanya gitu, Tia..
Emm.. kamu belum kenal sih. Ntar deh kamu
bakal tahu sendiri..
Oke.. eh, masuk kelas yuk, sudah bel tuh, ajakku
dan kami kembali ke kelas, yang tanpa kusadari, ternyata
ada yang memperhatikanku dan Tia dari samping mading.
Siapa lagi kalau bukan Kenzo.
Sekali Lagi, Kenzo?
Aku masih penasaran dengan anak itu. Kenapa
semuanya seperti menjauhi dia? ada apa dengannya? lalu,
ada apa denganku? kenapa dia melihatku sampai
sebegitunya? dari awal pelajaran sampai bel pulang
sekolah, rasanya dia tidak mau membiarkanku lepas dari
pandangannya. Aku yang menyadari hal itu, membuatku
merasa mual dan sedikit.. ngeri... lalu, kembali terngiang
kata-kata Tia tadi ketika kami sedang membicarakan
Kenzo Tapi, kamu hati-hati ya sama dia., Dia disini
tidak punya temen. Sering sendiri. Diam, introvert
pokoknya. Dia itu aneh. Seperti hidup dalam dunianya
sendiri., Kok Cuma eh sih, tanggapanmu. Kamu tidak
takut? Biasanya kan orang seperti itu, termasuk psikopat..
Pikirku, apa iya, dia termasuk psikopat? ah.. sudahlah..
lupakan saja. Saat ini.. aku ingin bernyanyi dan
melupakan masalah Kenzo sejenak...
Menarilah dan terus tertawa..
Walau dunia tak seindah surga..
79

Bersyukurlah pada yang kuasa..


Cinta kita di dunia..
Tok.. tok.. tok.. suara pintu mengagetkanku yang
sedang asik bernyanyi.
Iya, masuk.. jawabku dari dalam.
Gimana sayang, hari pertama di sekolah tadi?
tanya Ayah yang langsung mengambil tempat di samping
meja belajar ku. Sesekali Ayah mengamati keadaan
kamarku yang.. bisa dibilang seperti kapal pecah.
Emm.. ya, gitu deh, Yah.. safe kok ! tenang saja..
jawabku, tentu saja bohong. Tahu sendiri kan.. kenapa
aku bilang bohong.. yaps, soalnya di hari pertama sekolah
tadi saja sudah ada yang bikin ganjel dihatiku.. ciee hati..
*sebenarnya penting tidak sih, memikirkan si Kenzo ini?
Ayah pikir, Luna akan tidak suka disekolah baru. Tapi,
ternyata Ayah salah ya? bagus deh.. yang rajin, ya..
hadu.. Ayah membuat Luna merasa bersalah deh. Maaf
ya, Yah.. ntar Luna janji deh, bakal cerita tentang si Kenzo
itu.
Oke, Yah.. ntar Luna buktiin deh.. jawabku
lirih.
Iya.. Ayah percaya sama Luna. Yasudah kalau
begitu, lanjutin saja istirahat Luna. Ayah kembali
kekantor dulu, ya.. nanti Ayah pulang cepet kok.. ucap
Ayah, lalu pergi dengan senyuman kecil di wajahnya. Aku
senang sekali melihat Ayah tersenyum seperti itu, bagiku
yang sejak kecil hanya mengenal Ayah tanpa seorang Ibu,
sering menganggap kalau Ayah adalah segalanya buatku.
Satu hal yang selama ini aku pegang teguh. Bahwa aku
tidak akan membuat Ayah kecewa. Apapun alasannya.
Well, waktunya istirahat siang.. Zzzzzzz....
80

Aku, Kenzo.
Hari ini aku sengaja berangkat pagi ke sekolah.
Aku ingin melihat situasi sekolah ku ketika masih pagi.
Sekalian jalan-jalan di sekolah baru. Aku pikir, sekolah
ini tidak kalah bagus dengan sekolah ku di Jakarta.
Perpustakaan di samping laboratorium Kimia. Belok kiri,
sebelah kanan, lurus.. kelas XI IPA 3 dan.. eh, sebentar..
sepertinya... apa aku tidak salah lihat, ya? tidak ! ini masih
jam enam pagi. Masa iya, dia juga berangkat sepagi ini.
Siapa sih, dia sebenarnya? aku mulai berjaga-jaga dan
berusaha untuk bersikap sewajarnya. Sampai akhirnya
ada yang menarik tanganku dan...
Aku Kenzo... ucapnya datar. Aku sempat
merasa takut beberapa saat tapi, syukurlah aku bisa
menguasai keadaan. Aku menerima uluran tangannya,
dingin..
Aku Luna..
Ngapain? tanyanya mencairkan suasana.
Eh? Ini.. cuma liat-liat.. jawabku.
Dan dia tanpa ada kata-kata lagi langsung pergi.
Sebenarnya apa sih, maksudnya? bikin orang bingung saja
deh. Kenzo.. Kenzo.. Kenzo... arghh.. sumpah aku jadi
penasaran dibuatnya. Well, aku ga bisa diem kaya gini
terus. Aku harus bisa tahu sebenarnya dia itu siapa dan
apa maksud dibalik setiap tingkahnya.. aku jadi ga mood
lagi buat ngelanjutin pariwisata pagi ku disekolah baru ini.
Huftt.. wait me.. Kenzo.. !!
Bel pulang sekolah sudah setengah jam yang lalu
bunyi. Tapi, Tia belum juga datang. Bisa-bisa gagal nih,
rencanaku. Oke, aku tunggu setengah jam lagi kalau
belum datang juga, ya terpaksa deh, aku harus naik taksi
81

dan pulang. Itu tandanya rencanaku gatot alias gagal total.


Ughh.. Tiiiiaaaaaaa... ya begitulah, aku dan Tia langsung
menjadi akrab sejak pertama kami berkenalan. Tia
orangnya asyik, supel, ramah dan suka membantu. Tapi,
sayang dia suka lelet. Seperti hari ini. Entahlah, ada di
belahan bumi mana dia sekarang. Yang jelas kakiku mulai
pegel-pegel dari tadi berdiri di depan sekolah, panaspanasan gini. Sendirian pula.. nyebelin banget gak, sih?
Lagi apa? sapa seseorang dari belakang. Ya
iyalah.. masa dari atas..
Seperti yang kamu liat jawabku singkat.
Sumpah males banget ngobrol sama orang yang
sepertinya tidak berasal dari planet bumi ini.
Ikut aku yuk !! ajaknya tiba-tiba dan sebelum
aku tersadar dia sudah menarikku untuk naik ke sepada
motornya. Untuk sepersekian detik aku hanya bisa
terdiam dan melongo. Aku rasa, semua yang ada di depan
sekolah memperhatikanku dengan muka yang
menurutku- menunjukkan rasa iba dan kasihan. Ada apa
sih? perasaan aku baik-baik saja deh.. ya.. sebelum
kejadian tanganku ditarik- ini.
Mau kemana sih Ken? tanyaku memberanikan
diri setelah tersadar dari kemelongoanku- tadi.
Sudah, kamu ga usah banyak tanya deh ! jawab
Kenzo yang menurutku sedikit membentak. Aku
cemberut, sebenarnya siapa sih yang seharusnya marah?
aku apa dia? Ughh..
Kamu tu nyebelin banget deh ! apa sih mau kamu
itu, hah ? kalo emang mau ngerjain aku, ya ga gini juga
kali aku mulai cerewet, Bisa diem ga sih? aku tu capek
dengerin omongan kamu ! ntar kamu juga bisa nyimpulin
82

sendiri kok. Kalo emang kamu pengen tahu, jahit tuh


mulut !
Hellow... kenapa jadi dia yang sewot bin ga
sabaran gini ya? masa iya cowok ada PMS juga? Kenzo...
kenzo... kamu tuh.. ada apa... dan sebenanrnya kenapa
sih? aku ga tahu ya, apa ini cuma perasaanku ssaja atau
memang benar kenyataannya. Sejak kenal kamu aku
seperti harus menyelesaikan suatu permasalahan yang
bahkan masalahnya itupun aku ga tahu apa. Aku seperti
mencari sesuatu yang belum penah kutemui.
Hei.. sudah nyampe... ucap Kenzo tiba-tiba dan
membuyarkan lamunan ga penting ku tadi, Terus?
tanyaku sok ga peduli. Padahal, dalam hati aku mulai
penasaran sama tempat ini. Ini dimana sih? asing banget.
Aku ga pernah ni kesini, ya iyalah namanya juga baru
pindah.
Ayo ! ajaknya dan sekali lagi dengan tiba-tiba.
Well, pelsajaran hari ini tentang Kenzo, kalau berada di
dekat dia harus selalu pasang posisi siap kuda-kuda.
Soalnya nie, kalau deket-deket dia bawaannya dibikin
kaget terus. Jadi, jangan heran kalo tidak ada temen di
kelasku dan bahkan di sekolahku yang mau berteman
dengannya. Hanya aku yang dipaksa- untuk berbaik hati
menemaninya disini sekarang, catet ya dipaksa- berbaik
hati !
Aku minta maaf, katanya memulai pembicaraan.
Ku maafin, jawabku sekenanya
Hahaha... kamu ga mau tanya, ini tempat apa dan
buat apa aku bawa kamu kesini? tanyanya dan tentunya
pertanyaannya kali ini asli bikin aku tambal suebbel.
Bukannya aku sudah dari tadi nanya kaya gitu tapi,
SELALU disuruh diem? maunya apa sih ini anak? Bikin
83

aku darah tinggi, iya ! aku ga mau jawab. Biar dia


kebingungan sendiri. Rasain.. emang enak dikacangin.
Wekkk... aku tertawa senang dalam hati.
Kamu bisa nyanyi kan?
Darimana kamu tahu?
Jawab saja kenapa sih? aku tanya, balik tanya..
Kan belsajar dari kamu ! jawabku masih dengan
sekenanya-- diem-diem aku perhatikan dia.. manis sih..
cakep juga, 99% lah. Sayang saja dia orangnya ketus. Eh,
apaan sih kok jadi muji gini. Aku boleh minta 1
permintaan ga? tanyanya kemudian.
Eh?
Boleh ga? Aku mohon banget sama kamu.
Tumben banget ini anak sampe segininya minta
tolong ke aku... aku pun hanya bisa tertawa bahagia..
hahahahaha...
Oke, karena kamu ketawa, itu tandanya kamu
setuju. Aku pengen kamu nyanyi lagu ini buatku sekarang
katanya smbil menyodorkan sebuah kertas. Aku diam.
Denger ga sih? Iya aku denger, tapi emang buat apa
sih? tanyaku. Kamu jadi cewek banyak tanya banget ya..
tinggal bilang iya atahu etidak emng apa susahnya coba?
Ya sudah klo km emng ga mau bantuin aku sekarang kita
pulang saja, ucap Kenzo langsung berdiri
meninggalkanku.
Aku mengejarnya dari belakang, karena memang
aku ga begitu kenal daerah ini, jadi kalau ga pulang sama
dia, aku mesti pulang sama siapa lagi. Aku melihat raut
muka Kenzo berubah. Dia seperti marah dan.. sepertinya
memang marah. Oh men, semoga saja dia masih tetep mau
boncengin aku, minimal sampai sekolah lah. Naik !
84

perintahnya kemudian, setelah beberapa menit cuma


mendiamkanku.
Keesokan harinya...
Aku mulai menyusuri kelas satu-persatu dari
ujung satu sampai ke ujung lainnya, tapi tidak ku temukan
Kenzo. Sebenarnya kemana sih itu anak? Masa dia ga
masuk? Ngeliat Kenzo ga? tanyaku pada setiap anak
yang ku temui, dan jawaban mereka pasti seragam. Klo ga
jawab gini, Tidak pasti ga jauh-jauh dari jawaban ini
Ngapain nyari Kenzo? Ih aneh banget ya begitulah
anak-anak di sekolahku. Kenzo emang anaknya introvet
banget tapi malah hal itu yang bikin dia dikenal sama
anak-anak satu sekoalahan.
Aku mulai capek mencarinya kesana-kemari tapi
yang dicari tak kunjung ketemu. Akhirnya.... aku
putuskan bahwa Kenzo emang bener-bener ga masuk.
Diary ku
13 Februari
Aku tidak habis pikir kenapa aku harus kenal
orang seperti dia. Kenzo, Kenzo, Kenzo. Aku seperti
mengenal dia tapi aku tidak tahu kenal dimana.
Aku merasa seperti telah mengenalnya lama, tapi
aku tidak
tahu sejak kapan aku mulai
mengenalnya. Wajahnya familiar buatku, tentu
saja bukan seperti kucing Nala seperti yang ku
ceritakan kemarin. Ah.. tapi mungkin ini hanya
rasa dejavu ku saja. Mungkin aku mengenalnya
hanya dalam mimpi atau mungkin aku pernah
bertemu dengannya di jalan, di mall, di toko buku
sebelum aku masuk sekolah ini. Aahh.. iya..

85

mungkin karena itu aku merasa akrab dengan


wajahnya.
16 Februari
Hari ini hari ketiga Kenzo tidak masuk sekolah.
Aku bingung dia kemana. Aku cari tahu ke TU
alamatnyapun idak jelas. Tidak tahu kenapa aku
merasa kangen. Aku kangen semua yang ada pada
dirinya. Mungkin aku mengenalnya memang
belum sampai seminggu, tapi entah kenapa aku
merasa nyaman berada di dekatnya meskipun
yang kurasa selalu rasa sebel dan sebagainya.
Kenzo.. sebenarnya kamu kemana?
2 Maret
Well, sudah 2 minggu ini Kenzo tidak masuk dan
aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk itu. aku
bingung sebenarnya dia kemana. Kemarin aku
datangi lagi alamat rumahya yang ku dapatkan
dari TU, tapi tetap saja rumahnya kosong, dia
memang aneh. Apa dia tidak punya saudara disini?
tapi apakah iya? ah.. aku bingung.. Kenzoo.. kamu
jahat. Kamu buat aku masuk dalam hidupmu tapi
kamu tidak mengizinkan aku untuk kenal kamu
lebih jauh. Km dengan sebegitu gampangnya
mengenalku dan mengerti aku, tapi kenapa aku
rasa semua itu sulit? ini tidak adil buatku. Dan
aku rasa... ...

Keesokan Harinya
Udah deh Lun, kamu ngapain masi nyari-nyari
dia lagi? Sudah tahu dia tidak peduli sama kamu. Kalau
emang dia peduli sama kamu. Dia tidak mungkin
membuatmu bingung seperti ini.. ujar Tia lagi dan lagi.
86

Aku sampai capek mendengarnya. Tapi kadang


aku memang menyetujui perkataanya, Tapi aku... kamu
tahu kan Tia.. dia itu orang pertama yang bikin aku...
Jangan bilang kamu suka dia? potong tia.
Aku terdiam, aku bingung harus menjawabnya
bagaimana, karena aku merasa itu bukan pertanyaan lagi.
Aku memang.. aku memang... mulai menyukainya.. tidak
perlu waktu yang lama, karena dia telah berhasil mencuri
hatiku hanya dengan tatapan matanya. Aku
menyukainya Tia.
Akhirnya ku keluarkan juga kalimat itu. Ada rasa
lega di hati ini, tapi ada juga rasa khawatir ketika aku lihat
raut muka Tia berubah, aku tahu dia akan marah. Tia
maafin aku.. ucapku terisak.
Diary ku
4 Maret
Hari ini aku merasa bebanku sedikit berkurang
setelah aku menceritakan semuanya pada Tia
tentang perasaanku. Aku lega sekali ketika aku
tahu Tia dapat mengerti bagaimana perasaanku
dan bahkan berniat untuk membantuku mencari
keberadaan kenzo. Sepertinya aku tahu aku harus
mulai darimana untuk mencarinya. Iya.. aku tahu..
dan.. dan sepertinya aku tidak perlu membawa Tia
dalam masalah ini. Aku harus pergi ke tempat itu
sendiri....

***
Aku terbangun dan kulihat Ayah telah berada di
sampingku. Aku bingung. Matanya memerah dan tampak
87

sayu penuh iba. Aku lihat sekeliling, penuh dengan warna


putih. Ini dimana? seketika Ayahku menjawab Tenang
sayang, kamu di rumah sakit sekarang. Syukurlah kamu
sudah sadar. Ayah sayang kamu aku sakit? sejak kapan?
aku sakit apa? belum sempat ku tanyakan lebih banyak
lagi, Ayahku berlari keluar. Beberapa menit kemudian
Ayah kembali dengan beberapa dokter dan suster di
belakangnya. Mereka memandangku seolah telah terjadi
keajaiban yang sangat sangat ajaib. Aku bingung, tentu
saja aku bingung, akhirnya ku tanyakan pada Ayah
Ayah, sebenarnya aku kenapa? apa yang tejadi
padaku? lalu sejak kapan aku berada disisni? Ayahku
hanya terdiam dan tersenyum, lalu ia menjawab Tenang
sayang, nanti Ayah ceritakan. Sekarang Ayah ingin kamu
sembuh dulu. Kamu benar tidak ingat apa-apa? tanya
Ayahku.
Aku anggukkan kepala lalu Ayah mulai bercerita
setelah dokter dan suster yang telah selesai memeriksaku
keluar Kamu koma sayang sejak sebulan yang lalu. Tapi
Ayah senang sekali karena ternyata kamu sadar dan kamu
dapat mengingat Ayah meskipun kamu tidak dapat
mengingat kejadian satu bulan yang lalu ketika kamu
kecelakaan mobil bersama Ayah. Maafin Ayah ya sayang,
sudah membuatmu begini ucap Ayah terisak.
Lalu aku ingat sesuatu, bukankah selama ini aku
hidup? bukankah aku sekarang seharusnya berada di
Jogja?
Ayah apa benar aku selama sebulan ini berada
disini? tanyaku pada Ayah. Iya sayang benar, ada apa?
tanya Ayahku balik Luna boleh minta tolong, Yah? Ayah
tahu kan kalau Luna biasanya sering menceritakan semua
kegiatan Luna di diary berwarna pink. Ayah tahu tidak
88

sekarang diary itu dimana? Ayah terdiam sejenak, lalu


berjalan ke sudut ruangan dimana terletak sebuah rak
meja dan mengambil sesuatu dari dalamnya Ini
maksudmu sayang? Iyaa.. Luna ingin baca, Yah..
Yasudah ini.. Ayah pergi ke luar dulu ya... setelah
Ayah menutup pintu aku mulai membuka diaryku dan
membacanya.
Aku kaget.. di situ jelas sekali sama seperti apa
yang aku alami akhir-akhir ini. Tapi kenapa Ayah bilang
aku berada dirumah sakit ini dan koma sejak sebulan yang
lalu? Lalu aku pergi kemana dan kalau bukan aku lalu
siapa yang menulis diary ini? dimana Kenzo? dimana Tia?
dimana Pak Sodik? kenapa semuanya kurasa nyata?
bahkan sangat-sangat nyata. Aku yakin aku mengalamiya
sendiri. Aku yakin aku mengalaminya. Tapi bagaimana
mungkin aku bisa ada di kehidupan nyata sedangkan aku
terbaring koma di sini dan dalam waktu yang bersamaan?
mimpi? tidaak mungkin... di sini ada buktinya. Aku
menulisnya sendiri, dan terakhir kali aku menulisnya,
sehari yang lalu, 14 Maret. Tidak aku harus mencari tahu
sebenarya ini ada apa. Kulihat Ayah datang dan
menghampiriku
Luna makan dulu ya..
Ayah.. waktu Luna koma, diary ini siapa yang
pegang?
Tidak ada, diary itu Ayah biarkan di rak meja
sana. Memangnya ada apa? ada yang hilang? tanya Ayah
dengan wajah bingung..
Oh tidak yah.. jawabku mencoba untuk biasa
saja. Akhirnya ku tutup diary itu dengan penuh tanda
tanya besar.. tapi apa ini? Aku melihat ada selipan
diantara lembaran diaryku.. aku buka.. sebuah lagu...
89

Aku ingat, ini lagu yang pernah diminta Kenzo


untuk ku nyanyikan. Tapi buat apa? dan ini lagu apa ya?
bahkan aku tidak pernah mendengar ada sebuah lagu
dengan judul seperti ini, apalagi liriknya. Akhirnya aku
mecoba untuk menyanyikan lagu itu dengan lirik yang
kuciptakan sendiri. Aku menyanyikannya dengan pelan,
pelan dan pelan sampai akhirnya aku merasa ada yang
berbeda. Aku berada di ruangan yang berbeda. Semua
kurasa berwarna abu-abu. Pening kepalaku. Samar-samar
kulihat seorang cewek berambut panjang sebahu mirip
denganku sedang berjalan bersama cowok tinggi tegap
yang.. kurasa.. dia seperti Kenzo.. iya benar dia Kenzo..
dan itu aku? tidak.. tidak mungkin.. tidak mungkin...
Dengan kepala yang masih kurasa pening, aku
mengikuti langkah kembaranku dan kembaran Kenzo dari
arah belakang. Aku melihat mereka berjalan ke arah
dimana aku melihat Kenzo untuk yang terakhir kalinya
kemarin, ketika dia memintaku untuk menyanyikan lagu
ini. Aku melihat apa yang mereka lakukan sama dengan
apa yang aku ceritakan dalam diaryku. Aku menjadi
semakin bingung. Aku melihat kenzo pergi dengan raut
muka marah sama seperti apa yang ku alami sebelunya
dan aku berjalan di belakangnya dengan raut muka jutek.
Aku tidak tahu kenapa aku bisa ada di sini sekarang
dengan orang-orang yang begitu familiar denganku tapi
tidak dengan mereka. Bahkan melihatku pun sepertinya
mereka tidak bisa. Aku dilewatinya begitu saja, karena itu
juga sampai saat ini, aku masih disini melihat apa yang
kembaranku lakukan. Aku semakin bingung ketika semua
yang terjadi ternyata sama dengan apa yang telah kualami
dan dengan apa yang tertulis dalam diary. Sampai
akhirnya pada halaman belakang diaryku.. ketika aku tahu
90

harus mencari keberadaan Kenzo dimana.. yang ku


lakukan adalah.. menyanyikan lagu itu.. dan aku baru
sadar bahwa dengan menyanyikan lagu itu, tandanya aku
dan Kenzo kemungkinan akan bertemu kembali.. iya aku
akan bisa melihatnya lagi, melihat mata teduhnya kembali.
Lima menit telah berlalu tapi aku tidak merasakan
akan kehadiran Kenzo. Dia tidak muncul dihadapanku.
Aku lihat sekeliling. Tidak ada orang di sekelilingku. Aku
merasa sedih tapi aku tetap bernyanyi berharap kenzo
dapat kembali ke hadapanku lagi. Tapi tidak, tidak untuk
saat ini. Ketika aku tahu bahwa aku telah terlambat untuk
menyetujui permintaan Kenzo kemarin, dan selembar
kertas terbang diatasku yang turut mengantarkanku
kembali pada dunia nyata Luna.. kamu sadar sayang?
Ayah sampai takut kamu kenapa-kenapa lagi
Catatan Kenzo
Ketika aku menyadari bahwa kamulah yang akan
membawaku kembali pada masa depan, aku merasa
bahagia.
Aku merasa bahwa semua akan kembali nyata dan
aku dapat kembali merasakan cinta yang sebenarnya
bersamamu. Tapi sayang, semua itu tidak seperti apa yang
aku pikirkan.
Kamu terlalu banyak tanya dan itu menghabiskan
separuh dari nyawaku.
Aku tidak ingin waktu juga memakan nyawamu.
Karena aku...
Sayang kamu lebih dari apapun.
Aku pergi bukan karena aku tidak peduli kamu.

91

Tapi aku ingin kamu tetap bisa merasakan betapa


indahnya dunia yang sebenarnya.
Kemanapun kamu pergi, yakinlah bahwa aku
selalu hidup dalam hatimu.
Selalu bersemayam dalam detak jantungmu.
Selamanya..

92

JERITAN HATI TEGUH


Oleh: Binti Muroyyanatul

Anak yang masih kecil bagaikan kertas yang


masih putih. Mau diisi tulisan dan gambar seperti apa, itu
tergantung bagaimana orang tua dan lingkungannya.
Setiap orang tua tentunya menginginkan yang terbaik
untuk anaknya. Mereka ingin masa depan anak-anaknya
cerah. Tidak terkecuali keluarga Pak Saimo.
Pak saimo memiliki dua orang anak. Keduanya
laki-laki. Anak sulungnya bernama Karim, sedang duduk
di bangku SMP, dan anak bungsunya bernama Teguh,
masih belum sekolah. Keluarga Pak Saimo tinggal
bersama mertua dan adik iparnya.
Ketika musim tahun ajaran baru, Bu Saimo sibuk
menyiapkan segala kebutuhan sekolah untuk anak
bungsunya yang baru akan memasuki Taman Kanakkanak. Teguh terlihat begitu senang.
Pada hari pertama masuk sekolah, seperti anakanak yang lainnya, ia masih diantar ibunya. Bu Saimo
juga bersemangat mengantarkan anak bungsunya menuju
dunianya yang baru. Namun, setelah beberapa hari, Bu
Saimo tidak mau mengantarkan anak bungsunya pergi ke
sekolah. Selain karena jarak sekolah dengan rumah cukup
dekat, Bu Saimo harus melaksanakan pekerjaannya
sehari-hari. Bu Saimo bersama ibunya membuka warung
makan kecil-kecilan untuk menyambung hidup.
Sedangkan Pak Saimo bekerja sebagai tukang yang setiap
93

hari jarang sekali ada di rumah. Oleh karena itu, mau tidak
mau Teguh harus berangkat sekolah seorang diri.
Ketika di sekolah, terkadang semangat Teguh
kendor. Ia tidak mau menulis, mewarna, dan sebagainya.
Untungnya ada wali murid siswa lain yang peduli
dengannya. Saat di rumah orang tuanya tidak pernah
membimbingnya untuk belajar dan mengulang pelajaran
apa yang tadi pagi telah dipelajari anaknya di sekolah.
Teguh selalu dibiarkan bermain-main saja.
Suatu hari, sesuatu hal yang tidak diduga dan tidak
diinginkan terjadi.
Braaaakkkk..!!!
Terdengar benturan benda keras. Disusul
kemudian suara tangisan Teguh. Pamannya yang
mengetahui hal itu segera menolongnya. Ternyata, Teguh
yang sedang asyik bermain-main dengan sepeda
sederhananya tertabrak sepeda motor ketika akan
berbelok. Maklum saja, Teguh yang masih berusia lima
tahun belum memiliki haluan yang baik kalau harus
berkendara di jalan. Untungnya, ia tidak terluka parah.
Hanya lecet sedikit di beberapa bagian tubuhnya.
Sejak saat itu, Teguh menjadi anak yang cengeng,
mudah takut, dan selalu minta ditemani, bahkan minta
gendong. Setiap hari kerjaannya hanya menangis dan
menangis. Bagaimana tidak? Seorang anak kecil tertabrak
sepeda motor. Hal itu membuatnya trauma dan batinnya
tertekan.
Namun begitu, Bu Saimo justru selalu memarahi Teguh,
dan bahkan memukuli anak bungsunya itu. Teguh juga
tidak mau lagi berangkat sekolah sendirian. Ia jadi ingin
diantar dan ditunggui ibunya. Bukannya menuruti
permintaan anaknya, tapi Bu Saimo justru tambah
94

memarahi dan memukuli anaknya. Anaknya yang masih


lugu dan polos itu hanya bisa menangis. Bu Saimo lebih
mementingkan melakukan pekerjaannya, yaitu memasak
nasi, sayur, dan beberapa jajanan untuk warungnya.
Terserah kamu mau sekolah apa tidak. Kalau
mau, berangkat saja sendiri. Kalau tidak mau, ya tidak
usah sekolah saja sekalian.
Sungguh memprihatinkan keadaan Teguh.
Apalagi, kelurga itu setiap hari dikejar-kejar oleh
beberapa dept collector. Jadi, apapun yang terjadi, pasti
Bu Saimo lebih mementingkan warungnya agar tetap bisa
membayar hutang-hutangnya.
Teguh sangat menderita dan tertekan batinnya. Ia
ingin mendapat perhatian dari ibunya, namun ibunya
justru tidak peduli. Padahal ia masih trauma karena
kecelakaan yang ia alami.
Lebih baik kamu antar saja dulu anakmu ke
sekolah, kata seorang tetangga yang juga memiliki anak
sebaya dengan Teguh.
Ah, tidak mau. Aku sibuk. Nanti kalau diantar, ia
malah jadi anak manja. Aku tidak bisa bekerja lagi, dong?,
jawab Bu Saimo dengan teganya.
Tapi lama-lama kalau diberi tahu, pasti dia akan
mengerti dan mau berangkat sendiri. Saat ini jiwanya
masih tertekan, Saran tetangga tadi.
Ah, biarkan saja. Aku tidak peduli, Jawab Bu
Saimo sinis.
Akhirnya, Teguh hanya menjalani hari-harinya
dengan kesedihan. Ia tidak salah apa-apa, tapi ibunya saja
yang tidak mau mengerti. Sungguh sangat kasihan.
Sebagai anak kecil, ia sangat membutuhkan perhatian
lebih dari orang tuanya. Namun sepertinya keadaan
95

berkata lain. Ia harus menerima sikap ibunya yang tidak


peduli.
Ibu, aku sangat ingin mendapat perhatian lebih
darimu. Tapi mengapa engkau acuh tak acuh padaku? Saat
ini perasaanku sedang kacau karena peristiwa itu. Aku
rindu pelukanmu. Aku rindu belaian tanganmu.
Beruntung sekali, ya, anak-anak yang benar-benar
disayang ibunya? Aku hanya berharap, kau bisa
mendengar jeritan hatiku. Aku berdoa, semoga suatu saat
nanti, Tuhan akan mengubah semuanya. Aku rindu
padamu, ibu, ujar hati kecil seorang Teguh. Dari sorot
matanya, aku yang bukan siapa-siapa saja mampu
memahami deritanya. Aku mampu mendengar jerit
hatinya. Dari raut mukanya, aku mampu melihat
kerinduan sang anak terhadap kehangatan kasih ibunya.
Si Day & Si Mur
Si Day

Si Mur
Si Day

Si Mur

: By the way, pernahkah pean punya


mimpi tapi gak seindah yang pean
harapkan?
: Pernah... malah lumayan sering...
lumayan banyak... kenapa?
: Rasanya gimana? Maaf
pertanyaanku bukan mengejek, tapi
pengen menambah wawasan dari
sang pengalaman. Hahaha...
: Hemmm... sedih banget dong...
kecewa tingkat tinggi bahkan merasa
Allah gak sayang sama kita. Tapi,
harus tetap usaha, gimana bisa
96

Si Day
Si Mur

Si Day
Si Mur
Si Day

Si Mur

Si Day

qonaah dan bersyukur atas apa yang


dimiliki.
: Terus, gimana solusinya?
: Berusaha ikhlas menerima
kenyataan, tetap bersyukur, dan yang
terpenting gak nyerah untuk selalu
berusaha dan berdoa. Coba lihat jauh
ke luar, masih banyak hal lain yang
harus dipikir dan dapat dinikmati
daripada
bingung
memikirkan
mimpi yang belum jadi kenyataan.
: Sip-sip.. Ilmu bagiku. Thanks,
Kawan. O, iya, boleh curhat?
: Apa?
: By the way kalau cari cewek buat
serius, maksudnya istri lumayan sulit.
Tapi, kalau cari pacar gampang.
Lihat model sekarang mesti pacaran
dulu. Aku gak suka... gimana? Ada
solusi, Kawan?
: Justru itu tantangan..!!! kalau
Sampean bisa, kan hasilnya keren
banget.. Ibarat kita nemu ikan di laut
dibanding nemu mutiara di laut..
Lebih berkesan mana? Lebih
berharga mana?
: Wih... Istimewa jawabannya. Keren..
keren.. I like it. Ini bisa buat motivasi
hidup. Hehehe... Menurutku tamsil
Pean barusan istimewa. Hanya orang
yang sering berpikir yang bisa
menamsilkan begini.
97

Si Mur

Si Day

: Aku hanya berusaha. Dari


pengalaman, aku mencoba ikhlas
menerima keputusan Allah. Yuk,
bareng-bareng siapkan diri, nyalakan
api semangat untuk hari esok yang
lebih baik..!! Harus yakin..!! ana
inda dhonni abdibi (Aku sesuai
dengan persangkaan hamba-Ku
kepada-Ku).
: Oke.. oke.. Thanks banget, Kawan.
Definisi Dewasa

Sang Am

Sang Ab

: Katanya, tua itu kepastian, dewasa itu


pilihan. Tapi, ketika kita hidup di
tengah-tengah masyarakat dengan
beragam sikap, sifat, watak, dan pola
pikir yang berbeda, ternyata menjadi
dewasa merupakan jalan yang sangat
sulit. Selain karena definisi setiap
orang tentang dewasa itu sendiri
berbeda, tolok ukur yang digunakan
pun berbeda. Menurut Kalian?
: Kalau menurutku, jadi orang dewasa
itu gak begitu sulit ketika seseorang
bisa menempatkan diri dan mengerti
kapasitas akan kebutuhannya dan
orang lain; bukan menjadi orang
yang ingin dimengerti orang lain,
tapi selalu mengerti orang lain tanpa
orang lain harus memintanya. Orang
98

Sang Am
Sang Al

Sang Am

Sang Al

Sang Jaz

tua tak kan meminta balasan apa


pun pada anaknya, contoh simpel...
: Menurut Sampean?
: Justru kalau tolok ukur kedewasaan
seseorang itu berbeda, maka
kedewsaan itu sendiri jadi pilihan
masing-masing orang. Tiap orang
pasti punya kategori dewasa itu
seperti apa. Nah, tergantung orang
itu, dia mau menjadi dewasa seperti
pengertiannya sendiri itu apa
enggak.
: Permasalahan lain muncul. Baik
menurutku belum tentu baik menurut
Sampean. Baik menurut Sampean
belum tentu baik menurutku. Hal
seperti itu yang sering menimbulkan
perselisihan bahkan pertentangan
dalam masyarakat. Apalagi kalau
sudah berhadapan dengan orang
yang lebih tua.
: Ya itu wajar. Kalau kayak gitu bukan
kedewasaannya yang salah, tapi
masyarakatnya yang salah. Peyan
mungkin sudah pernah merasakan
jadi ketua organisasi. Apa yang kita
lakukan belum tentu dipuji, tapi pasti
akan dicela. Iya, gak? Kultur
masyarakatnya yang masih belum
siap dengan perbedaan.
: Dewasa itu sudah bisa membedakan
99

Sang Ag

Sang Im

mana yang baik dan mana yang


buruk. Dari itu bisa kita kembangkan
sendiri karena hati tak bisa disiasati
dengan akal.
: Emang dewasa itu pilihan. Ya, kalau
aku melihatnya dewasa itu mudah
kok. Jangan terperangah definisi
defini dewasa orang lain, ya
definisi dari self aja. Terus, tolak
ukur yadiri sendiri yang bisa
mengkira-kira. Dewasa itu kan
barometer yang menurutku pribadi
masing-masing yang bisa menilai.
: Kalau menurutku dewasa itu simpel
kok, tahu siapa diri kita, tahu apa
tujuan hidup ini dan bijak memahami
kehidupan dengan mengambil setiap
hal di kehidupan sebagai pelajaran.
Jare wong Jowo ilmu kasunyatan.
Ilmu kasunyatan/ ilmu hakikat ya itu
tadi, mengambil pelajaran dari
kehidupan ini. Kalau bicara masalah
baik dan buruk, kita gak bisa melihat
orang lain. Lakukan apa yang
menurut keyakinan kita benar.

Kisah Luqman Al Hakim & Anaknya


Pada suatu hari, Luqman pergi ke pasar dengan
anaknya dengan menaiki seekor kuda dan anaknya
mengikutinya dari belakang. Melihat tingkah laku
Luqman, beberapa orang pun berkata, Lihat!
100

Orang tua yang tidak berperasaan. Anaknya


dibiarkan berjalan kaki. Mendengar desas-desus
dari orang ramai, maka Luqman turun dari kudanya
dan menaikkan anaknya ke atas kuda, sedang ia
berjalan menuntunnya. Melihat hal itu, maka orangorang di pasar berkata pula, Lihat! Anak kurang
ajar! Orang tuanya berjalan kaki sedangkan dia
menaiki kuda itu. Setelah mendengar itu, Luqman
pun terus menaiki kudanya dan orang-orang di pasar
pun berkata lagi,Lihat itu! Dua orang menaiki
seekor kuda, sungguh menyiksa kuda itu. Tidak
suka mendengar percakapan orang-orang, Luqman
dan anaknya turun dari kuda itu. Kemudian
terdengar lagi suara orang bercakap, Orang gila!
Dua orang membawa kuda tapi tidak dinaiki malah
dituntun. Sesampainya di rumah, Luqman
menasihati anaknya,Sesungguhnya tiada terlepas
seseorang itu dari percakapan manusia. Maka,
orang yang berakal tiadalah dia engambil
pertimbangan melainkan kepada Allah saja. Barang
siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi
pertimbangannya dalam tiap-tiap sesuatu.

101

MATAHARI TERBENAM DI PANTAI


SENGGIGI
Oleh: Maula Fatimah AzZahra

Kutukanmu dilahirkan menjadi orang keras kepala.


Bahkan meski tak satupun usahamu yang tak sia-sia.
Berbicara pada laut kosong dan bulir-bulir pasirnya. Sama
seperti yang kamu lakukan saat mengambil setangkup
airnya, kemudian kebingungan apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Tapi tetap saja kamu ambil hingga lelah bahu
dan lengan-lengan, lalu airnya dituang tepat di tepinya.
Kamu masih berbicara pada laut asin dan sindiransindirannya yang sadis, agar berhenti keras kepala dan tak
lagi menunggu kekosongan.
Sebuah ponsel berang berbunyi tepat di tempat
yang sama. Meraung-raung ingin segera pergi dari
kebosanan di tepi kenangannya.
Bu Intan, jangan lupa meeting kita dimulai tiga
puluh menit lagi ya, Bu.
Eh, Andin. Iya iya, Ndin. Thanks ya sudah
ngingetin, kalo nggak diingetin, bisa-bisa saya keasyikan
sampai nanti malem, Ndin. Habis ini saya nyusul kesana,
kamu duluan aja. Tolong siapkan berkas-berkas saya ke
ruang rapat ya, Ndin
Hehe iya, Bu. Baik, Bu. Kata suara diujung sana
sekaligus menutup perbincangan singkat lewat telepon.
Segera setelah itu, perempuan itu mulai
membereskan ponsel dan benda-benda miliknya ke dalam
102

tas. Kemudian ia kembali menatap hamparan luas di


sekitarnya, ombak-ombak beriak yang berlarian tenang,
angin semilir, pohon-pohon perdu, batu karang yang
berkilauan oleh terpaan matahari, dan laut lepas yang
masih hijau biru.
Di matanya, Pantai Senggigi masih asri dan
menawan. Seakan pamit, ia seperti baru saja bertemu yang
dicarinya selama ini dan ditemukan di luas lautan sana.
Bertemu kekosongan yang ia sebut sebagai kenangan. Ia
lalu menunduk sebentar, seperti menghitungi pasir-pasir
di pantai Senggigi itu. Kemudian ia bangkit, dan berlalu
menuju mobilnya, menyeka air setetes di bawah matanya.
***
Malam sudah senyap. Kira-kira hampir pukul 10
malam di situ, sebuah laboratorium pribadi dekat pantai
Senggigi. Ada sepasang manusia masih menggebu-gebu
bercakap-cakap di dalamnya.
Saya benar-benar senang, Ndin. Akhirnya proyek
ini dipercayakan kepada saya. Luar biasa, Ndin. Bahkan
bisa gol di luar Jawa begini. Pokoknya kita partner ya,
Ndin. Kamu harus ekstra sehat selama sebulanan ini lo,
Ndin. Buat saya. Ya Ndin ya? Pliiis., katanya menggebu
sambil memeluk sekretarisnya itu.
Uugh, iya, Ibu bosku yang paling mempesona.
Semuanya bakti saya untuk Ibu., kata Andin kepada Bu
Intan, seraya melepas peluknya perlahan, mencari udara,
kembali bernafas.
Saya senang, Ndin. Pokoknya gak nyangka
banget, dulu waktu kuliah saya sering ngayal sama
proyek-proyek beginian. Studi saya tentang material yang
103

baru sampai S1 ternyata masih bisa berguna, bahkan


menciptakan khayalan saya dulu. Dari dulu mengkhayal
buat menciptakan material bangunan yang saya formulasi
sendiri, dari bahan pasir pantai. Saya nggak nyangka,
pasir pantai Senggigi ini menakjubkan, mengantarkan
saya untuk menikahi proyek ini. Luar biasa, Ndin. Jadi
selain lantai keramiknya dapat membantu melancarkan
sirkulasi darah pada manusia, lantainya juga bisa
menghasilkan energi listrik yang nantinya kira-kira sudah
bisa buat menyalakan lampu-lampu di rumah. Untuk
keamanannya, saya yakin mineral-mineral beragam yang
terkandung dalam pasir laut sudah bisa mengatasi kalau
semisal nanti ada loncatan-loncatan elektron. Kalau nanti
saya bisa bikin formulasi dan komposisi yang pas, bahkan
kira-kira tiap rumah bisa tidak perlu bayar listrik lagi,
Ndin.
Tapikata-katanya
tiba-tiba
membeku.
Rancangannya tiba-tiba tenggelam kembali ke kutubnya.
Tapi kenapa Bu Intan. Ada masalah apa?
Tiba-tiba pening, Ndin. Kalo masalah material
dan kompisisi saya mungkin masih sanggup mikir. Tapi
lantai ini nanti ketika sudah dimanfaatkan lebih jauh pada
kelistrikan, maka akan butuh perpaduan banyak
komponen listrik untuk bisa mentransmisikan kandungan
material ke dalam energi. Dan saya kacau balau disitu,
Ndin.
Bala bantuan dari rekan-rekan di Jawa, Bu?
Kalau orang kantor, rasanya nggak dulu, Ndin.
Saya nggak mau ada yang tahu saya ada dimana untuk
saat ini. Saya masih trauma sama semuanya. Lagian
orang-orang kantor juga sama kayak saya, ahlinya di
material, unsur-unsur kimiawinya saja. Seharusnya saya
bisa minta bantuan sama rekan saya kuliah dulu. Dia
104

ahlinya instrumen dan komponen listrik. Saya bangga dan


takjub sama kemampuannya waktu itu. Tapi dia..
Kenapa, Bu? Yasudah kalau begitu orang itu
saja.
No, Ndin. Dia itu Dia orang yang saya tunggu
selama ini, Ndin. Alasan satu-satunya pelarian saya ke
Lombok ini. Dan.. Saya nggak tahu lagi sekarang dia
dimana
Seketika ia menerawang ke tempat yang jauh sana.
***
Lalu semenjak adanya proyek itu, maka Bu Intan
dan sekretarisnya Andin, punya banyak frekuensi bertemu
dan berbincang. Mulai dari berbicara proyek sampai
urusan pribadi.
Awalnya Bu Intan hanya membubuhi beberapa
perbincangannya dengan curhat-curhat colongannya.
Tapi kemudian ia lepas. Lelah membungkam dan
menyimpan. Pertahannannya jebol. Ia anggap Andin
sebagai pendengar yang tepat, memahami dan merasakan
apa yang diceritakan, dan Bu Intan merasa lebih ringan
setelah membagi ceritanya, meski semua masih tetap
sama. Maka ia muntahkan semua unek dan pikirannya
pada Andin.
Akhirnya semuanya lebih jelas dan mudah bagi
sekretarisnya untuk menyesuaikan bosnya. Semua cerita
tentang bosnya.
Intan adalah perempuan yang melarikan diri dari
rumahnya lalu ke Lombok ini, sudah sebulan lamanya,
untuk proyek materialnya yang sembunyi-sembunyi.
Masalah cinta dan penantiannya pada mantan kekasihnya
105

yang membuat perempuan menawan ini masih lajang di


usianya yang tak lagi ranum. Semasa kuliah ia pernah
menjalin hubungan percintaan, sampai mengikrarkan
ujung hubungannya dengan sebuah pernikahan. Mereka
berdua menjanjikan waktu kira-kira sampai lima tahun
penantian kedepan sejak saat itu. Sejak waktu yang sama
mereka memutuskan mengakhiri hubungan demi tidak
berjumpa permasalahan yang nanti akan memisahkan
mereka dan demi mereka bisa serius membangun masa
depan mereka.
Bagi Intan, menanti adalah menanti. Tak ada
satupun yang ia ingkari. Sampai kapanpun, sampai
saatnya harus berhenti untuk menanti. Tapi keputusannya
untuk mengakhiri hubungan dengan satu-satunya kekasih
yang pernah ada dalam hidupnya itu, justru membuat
penantiannya tak lagi sederhana. Mereka berpisah, tak
lagi di kampus yang sama. Taka ada lagi komunikasi dan
bersama-sama. Sesal hanya tinggal sesal. Begitu lama
keadaan semakin buruk, hingga penantian 5 tahun akan
berakhir besok lusa.
Ia ingin kembali ke tanah Jawa. Tapi keluarganya
kembali menghantuinya. Sejak sebulan yang lalu, tepat
sebelum ia memutuskan melarikan diri. Keluarganya
memaksanya menikah dengan pemuda putra dari rekan
orangtuanya. Saking parahnya dipaksa menikah, Intan
sampai tak sadar ia berada di depan seorang wali yang
menanyakan sumpah pernyataan seorang pemuda yang
akan menjalin hubungan berumah tangga. Ia seperti
diguna-guna. Kira-kira semenit sebelum semuanya
diijabkan dengan kata sah, ia lalu tersadar. Ia bangkit lalu
pergi, sampai tujuannya adalah tempat Andin, dan
mengajaknya ke dalam pelariannya sampai detik ini.
106

Masih pekat rasanya ia amat dikhianati. Bahkan


keluarganya sendiri yang justru mengkhianatinya. Meski
seminggu ini ia dan keluarganya sudah rujuk kembali.
Tetap, terlanjur sakit hati, ia masih enggan untuk sekedar
menghampiri.
***
Sore itu Intan memutuskan untuk kembali ke Jawa
esok hari. Meski masih pekat rasa sakitnya, tapi ia mulai
rindu pada ayah, ibu dan adiknya. Ditambah lagi, minggu
depan adalah pesta pernikahan sahabatnya, dan tidak ada
alasan baginya untuk tidak menghadirinya.
Sudah tidak ada lagi yang menahannya tetap
berada di Senggigi selain proyeknya, sedang
penantiannya sudah lewat. Sudah pasti keputusannya
memutuskan hubungan dengan kekasihnya di masa lalu
adalah kesalahan besar. Tidak akan mungkin semuanya
jadi tetap baik-baik saja, jika mereka saling berpisah
hanya dengan alasan tak ingin bertemu masalah dan
kemudian mutlak berpisah seperti kebanyakan pasangan.
Lima tahun lamanya ia menunggu dalam keterpurukan
yang diwarnai keputus asaan, dan sekarang sudah jelas,
semuanya selesai. Pelan, dan ia mulai menyadari.
Mengerti akan kebodohannya.
Ia berjalan menyusuri pantai Senggigi, sekedar
pamit sebelum pergi ke tanah Jawa dalam beberapa
minggu nanti. Di bibir pantai sudah lebih sepi. Hanya ada
beberapa bule berkulit putih yang sedang berfoto-foto.
Ada juga pasangan suami istri dan anaknya sedang sibuk
merapikan barang bawaannya di bawah pohon perdu,
mungkin berkemas akan pulang. Beberapa bule domestik
107

juga ada, anak-anak muda, mungkin acara liburan


sekolahnya. Perahu-perahu cadik dan perahu mesin mulai
diikat erat oleh para pemiliknya di ujung pantai lainnya.
Aktifitas kehidupan pantai yang sudah jadi rutinitas untuk
saling mengisi suasana Senggigi.
Intan duduk di bawah pohon perdu. Kali itu ia
sengaja ingin pamit kepada senjanya Senggigi. Sore
disana sudah matang, tetapi mataharinya belum datang
untuk tenggelam. Ia memejam, tak ingin ingat tapi tak
kuasa lagi menahan, matahari di kehidupannya kini yang
juga tak akan pernah datang, penantiannya, mantan
kekasihnya. Lagi-lagi matanya basah lagi hari ini.
Mataharinya akan datang sore ini. Ia pasti datang.
Dan ia akan tenggelam dalam beberapa menit lagi. Itu.
Lihat disana, Intan. Mataharinya sudah datang. Ia akan
tenggelam dengan cepat, matamu jangan sampai terlewat.
Matahari terbenam di pantai Senggigi yang selalu
sederhana, ia amat rendah hati. Dipadukan pantai
Senggigi yang menawan ini, matahari itu selalu saja
begitu, tetap tahu diri., sebuah suara berbisik datang dari
belakang tempat duduk Intan.
Bibir Intan mengembang. Matanya semakin basah.
Tak lagi kuasa, tak sanggup lagi menahan rasa sesak di
rongga dadanya selama ini. Ia peluk entah siapapun sosok
di belakangnnya itu.
Suryaaaaaaaaaa! suaranya lantang dan sedikit
parau dalam sebuah pelukan.
Mataharimu sudah datang, Intan. Mataharimu
pasti datang, menemukan satu-satunya pantai untuk jatuh
dan kembali terbenam. Kali ini mataharimu tak ingin
jauh-jauh darimu lagi, Intan.
108

Huuuh. Aku kira kamu udah nggak mungkin


datang. Ini sudah telat satu minggu, okey? Kemana kamu
selama ini, Sur? kata Intan sambil mencubit badan
telapak tangan Surya.
Maaf ya, perahu cadikku dilanda kemacetan
waktu di Selat Bali. Disana ada pawai besar-besaran
pernikahan dewa dewi. Terpaksa aku harus terdampar
disana selama seminggu. Maafin ya katanya sambil
senyum-senyum.
Huh, dasar pujangga. Ayo kita pulang, biar aku
bikinkan kamu kepiting bakar dan udang goreng
favoritmu, ajak Intan dengan senyum cerahnya yang
terbit lagi, dan mulai terlukis abadi.

109

TENTANG PENULIS
AGUSTINA PUJI. Lahir di Jombang, 9 Agustus 1993,
dan sekarang masih merupakan mahasiswa aktif di
Universitas Negeri Malang. Memiliki hobi mengarang
buku bertema fan-fiction, dan menyukai musik serta
budaya Korea. Untuk kontak lebih lanjut bisa melalui
email: azank2@yahoo.com
AJENG OKVITA LARASATI. Lahir di kota Kediri, 09

Oktober 1993. Sekarang menempuh pendidikan di


Universitas Negeri Malang jurusan Psikologi. Penulis
tinggal di Jalan Bendungan Sutami 109 A2. Hobi
membaca dan menulis pengalaman menarik. Penulis
sendiri merupakan anggota UKM Penulis. Penulis belum
pernah mendapat prestasi di bidang tulis-menulis, namun
penulis suka mengasah kemampuannya sendiri dengan
banyak menulis pengalamannya melalui handphone-nya.
Komunikasi
dengannya
dapat
melalui
ajengokvita@yahoo.com atau bisa menghubungi penulis
di 085655633469. Silahkan kunjungi blognya di jinggaastria.blogspot.com dan FB-nya Ajeng Okvita.
HELMI AIRAN. Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris
Angkatan 2012 Universitas Negeri Malang yang lahir di
Surabaya, Jawa Timur. Salah satu cerpen yang pernah
terbit di salah satu majalah lokal adalah Facebook Juice
(2011). Sekarang aktif di Organisasi Pemerintah (OPM),
yaitu HMJ Sastra Inggris Legato dan Organisasi Non
Pemerintah (ONPM), yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa
110

Penulis. Selain aktif juga di Lembaga Pers Mahasiswa


SIAR, aktivitas blogging juga sangat digemari. Untuk
info lebih lanjut bisa dilakukan melalui Twitter
@helmiairan
HENY GASTIANA DEWI. Heny Gastiana Dewi lahir di
Trenggalek, 15 Januari 1993. Anak kedua dari dua
bersaudara, pasangan Bapak Sukirno dan Ibu Maryatin.
Sudah menempuh jenjang pendidikan dasar di SD Negeri
1 Ngulankulon lulus tahun 2005, menempuh sekolah
lanjutan pertama di SMP Negeri 1 Trenggalek lulus tahun
2008, dan menempuh sekolah lanjutan atas di SMA
Negeri 1 Trenggalek lulus tahun 2011. Setelah lulus
sekolah lanjutan atas, ia menempuh program S-1 di salah
satu universitas negeri yang ada di Malang, yaitu di
Universitas Negeri Malang mengambil jurusan Sastra
Indonesia, prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
dan Daerah.
DIAN MAHARANI. Gadis yang biasa disapa Rani ini
lahir dan dibesarkan di Kota Malang, Jawa Timur.
Tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika di Universitas Negeri Malang dan masih
berkecimpung
di
dunia
kepenulisan
melalui
keikutsertaannya di UKM Penulis sejak tahun 2013.
DWI KOMALA DEWI. Dwi Komala Dewi. Lahir di
Proolinggo, 22 Desember 1993. Saat ini menempuh
pendidikan di Universitas Negeri Malang, jurusan
Geografi. Selama menjalan masa perkuliahan, penulis
aktif mengikuti kegiatan kepenulisan dengan bergabung
bersama UKMP UM, spesifikasi bidang Inkubator. Selain
111

menyukai hal-hal yang berbau ilmiah, penulis juga


menikmati keindahan goresan pena sastra. Hal ini di
buktikan dengan selesainya cerpen berudul Damarwulan
dan sebuah novel Kupu-Kupu di Balik Jeruji. Berharap
bukan menjadi hal mustahil jika penulis bisa sukses
berkarya di bidang ilmiah dan sastra.
NAYLI FADHILAH. Tercatat sebagai mahasiswa aktif di
Program Studi Pendidikan Luar Biasa Angkatan 2012.
Untuk info lebih lanjut bisa melalui email:
naylifadhilah@ymail.com
MEGA MAHARDIKA. Lahir di Tulungagung, 23 April
1992 dan masih tercatat sebagai mahasiswa aktif di
Universitas Negeri Malang.
MUTMAINNAH AYUDIA ELSHAF. Lahir pada
tanggal 29 Desember 1994, dan saat ini tercatat sebagai
Mahasiswi di Universitas Negeri Malang, jurusan
Administrasi Pendidikan 2012. Selain penyuka nulis,
juga sangat tertarik pada organisasi. Oleh karena itu,
untuk saat ini aktif di HMJ, dan dua bidang kepenulisan
yaitu UKMP dan MP3 yang ada di Fakultas Ilmu
Pendidikan
BINTI MUROYYANATUL. Lahir di Kediri, 9 Desember
1993. Tercatat sebagai mahasiswa aktif di Program Studi
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
angkatan 2012. Untuk info lebih lanjut, bisa menghubungi
penulis melalui email: muroyyana@gmail.com

112

MAULA FATIMAH AZ ZAHRA. Merupakan


mahasiswa Fisika angkatan 2011 di Universitas Negeri
Malang. Sejak tahun 2013 ia bergabung di UKM Penulis
dan menelurkan antologi pertamanya dalam buku antologi
cerpen ini. Tidak ada prestasinya dalam dunia kepenulisan.
Semoga saja memang belum waktunya, maka masih ada
kesempatan baginya, suatu saat nanti akan tiba ia
memanen prestasinya. Bisa menghubunginya melalui
email: maulafatimahazzahra@yahoo.com.

2013

113

Anda mungkin juga menyukai