***
Sementara itu dalam kaburnya di Busan. Yongjun
dan Mizuki benar-benar senang menikmati musim dingin
malam hari dengan begitu menyenangkan. Mereka begitu
merasakan sebuah kebebasan. Sepanjang perjalanan
mereka berpegangan tangan. Banyak juga pasangan yang
berlalu lalang begitu mesranya terkadang membuat
keduanya bertatapan sambil tersenyum malu. Aku ingin
selalu bersamamu, sampai hubungan kita disetujui kita
harus bersabar ya, Mizuki ujar Yongjun. Iya, lihat itu
ayo duduk dibangku dibawah pohon itu. Aku capek dari
tadi jalan terus ujar Mizuki. Semilir angin musim dingin
memang begitu romantis. Mizuki menjatuhkan kepalanya
pada bahu Kim Yongjun, dia bersandar padanya. Mereka
terdiam dan berkutat dengan pikiran masing-masing.
Yongjun memandangi wajah Mizuki dan perlahan-lahan
mulai menundukan kepalanya untuk memberikan ciuman
pada bibir Mizuki. Yongjun begitu yakin ciuman itu akan
benar-benar sukses kalau Mizuki tidak beranjak dari
posisinya ketika melihat melihat gelagat aneh dua orang
di depannya. Yang satu bertopi dan memakai kacamata,
disampingnya ada seorang perempuan aneh yang sedang
menggamit lengan laki-laki berkaca mata itu. Wajahnya
terlihat aneh sebagai seorang wanita, bibirnya pun terlihat
merah terkesan menor, rambut kecoklatan yang
dikenakannya pun seperti bukan sesuatu yang asli. Kedua
orang itu memperhatikan Yongjun dan Mizuki lekat-lekat.
Kedua remaja yang sedang diperhatikan seketika itu
tersadar dan memekik bersamaan AYAH kemudian
keduanya ambil langkah seribu. Kejar-kejaran diikuti
teriakan panggilan pun tak terhindarkan lagi.
6
***
Keempatnya sudah berlari cukup jauh menyusuri
hiruk-pikuk kota Busan. Saat itu Yongjun dan Mizuki
sudah sangat capek. Yongjun memutar matanya ke kiri
dan ke kanan berharap menemukan sebuah penolong.
Kesini. Pekik Yongjun seraya menarik tangan Mizuki
setelah dia melihat sebuah tangga menuju lantai atas dan
yang dituju tidak lain adalah atap gedung seperti yang
dulu pernah dilakukan. Mereka sampai ke atap gedung
tersebut. Disusul kedua pria yang sedang menyamar tapi
gagal- itu dengan napas tersengal-sengal keduanya
muncul di hadapan Yongjun dan Mizuki. Hei muda!
Sudah cukup sekarang cepat serahkan Mizuki padaku
ujar pria yang mengenakan rambut pasangan itu sambil
berjalan ke arah Yongjun dan Mizuki. Aku tidak akan
melepaskan Mizuki ujar Yongjun yang sedang memeluk
erat Mizuki. Kalau harus berpisah, lebih baik kami mati.
Kami serius tambah Mizuki. Kalau sampai mati garagara ini, kalian ini benar-benar bodoh. Berhentilah aku
capek melihat akting kalian ujar pria berkacamata itu.
Sudah nggak mungkin lagi Mizuki, kita mati saja dengan
begitu kita akan bersama selamanya.
Baiklah Yongjun aku tidak peduli biar orang
berkata kita bodoh, aku tetap ingin terus mencintaimu.
Aku juga Mizuki, aku mencintaimu. Ya.. ya kalian
pikir sedang syuting drama cinta hah? ujar Ayah Mizuki
tapi tidak digubris oleh keduanya yang kini sudah siap
terjun dari lantai lima itu. Ya, ya hentikan! Apa yang kau
lakukan dasar anak bodoh ujar Ayah Yongjun. Keduanya
pun terjun dari lantai lima. HYAA... HENTIKAAAAAN
HYAA KAMI MERESTUI KALIAN.. JANGAN MATI
7
BLACK IN LOVE
Oleh: Ajeng Okvita Larasati
PEMILIK JALANAN
Oleh: Helmi Airan
20
BAYANG
Oleh: Heny Gastiana Dewi
25
GELORA LELA
Oleh: Dian Maharani
32
DAMARWULAN
Oleh: Dwi Komala Dewi
***
Kenalin, aku Damarwulan cak Damarwulan
memperkenalkan diri pada salah satu teman di tempat
kerjanya. Namanya Budi, sosok lelaki gemuk, rambut
keriting, bibir hitam karena terlalu banyak merokok.
Serius jenengmu Damarwulan? Budi masih
tidak percaya ada orang yang namanya Damarwulan.
Kenapa gak sekalian Ghatotkaca wae??
hahahahaha saking kerasnya tertawa, perutnya yang
besar sampai bergetar. Damarwulan hanya tersenyum
sambi menggaruk-garuk betisnya yang memerah digigit
nyamuk, seharian ini dia belum sempat membersihkan
badannya.
***
Sudah hampir satu setengah bulan Damarwulan
bekerja sebagai kuli bangunan. Kulitnya semakin
menghitam karena ditempa sinar matahari ditambah
panasnya bekerja di tengah-tengah kota Surabaya.
Badannya semakin kurus, ruas-ruas tulang rusuknya tidak
malu lagi untuk memunculkan diri, memberikan
peringatan kepada sang pemilik untuk memberinya nutrisi
yang cukup.
Uang yang ia tabugkan untuk emak masih belum
cukup untuk membenahi rumah. Gaji yang ia terima
ditambah uang makan yang ia tabungkan mungkin hanya
cukup untuk membenahi atap rumah saja. Damarwulan
memikirkan kondisi emaknya, dia sangat rindu akan
senyuman emaknya yang membuat gelambir-gelambir di
pipinya membesar dan berbentuk bulan sabit. Selama
43
Siapa? tanya Damarwulan, hatinya sedikit waswas. Entah kenapa hatinya bergetar. Angin berhembus
pelan, seakan tahu suasana yang cocok utuk kondisi
seperti ini. Damarwulan berdiri, mencoba memfokuskan
pandanganya. Orang itu berlari kearah Damarwulan.
Brughh.. tubuh Damarwulan tersungkur karena
dorongan yang sangat keras.
Hei cak, mau kamu apa? Damarwulan coba
bangkit. Tapi sayang, langkahnya terlambat. Sekilas kilap
pisau terlihat melayang diatasnya.
Cratt.. pisau itu berhasil menebas leher
Damarwulan. Semburan cairan segar mengucur deras di
sepanjang sayatan itu. Damarwulan ternganga, dengan
sekejap malam yang masih dapat diterangi oleh kelapkelip lampu kota Surabaya kini berubah menjadi gelap
gulita. Wajah emak samar-samar mulai terlihat jelas.
Kulitnya yang menipis dengal lipatan-lipatan keriputnya.
Sendirian ditengah dinginnya malam dan hanya diterangi
oleh sebuah lampu teplek tua. Damarwulan memanggil
nama emaknya, tapi emak masih tertidur pulas.
Digoyang-goyangkan tubuh emaknya, namun dingin
malam masih bisa mengalahkan Damarwulan. Emak
terlalu lelah setelah bekerja seharian di pasar.
Damarwulan hanya terdiam, memandangi emaknya yang
tengah tertidur. Kasur miliknya yang telah ia tinggalkan
selama dua bulan masih terlihat rapi meskipun spreinya
telah kusam.
Seharusnya namamu jangan Damarwulan, itu
tidak cocok buatmu Dar. Terlalu berat jika kamu memiliki
nama itu. Hahahha... anggap saja aku Minak Jinggo yang
berhasil menebas leher Damarwulan. Hmm.. Maafkan
aku Damarwulan, aku membawamu kesini karena aku
45
46
DUO OKSIPITALIST
Oleh: Nayli Fadhilah
49
Ah iya! Maaf, saudaraku. Mana bisa kau berpurapura bisa melihat sementara kau buta sungguhan? Tapi
bagaimana lagi? Besty yang mengatakannya lebih dulu.
E...e..kenapa kalian jadi seperti itu? Tidak,
Renny. Bukan seperti itu maksudku...
Tidak apa-apa, Best. Hanya saja jika Renna yang
mengatakannya memang terdengar tidak baik. Lupakan
saja. Lagipula aku juga ikut menyarankan ide jadi matamata sebagai orang buta. Oh iya, bagaimana dengan hari
ini?
Rasanya aku harus menyerah pada rencana
menjadi mata-mata. Itu tidak menyenangkan, Ren.
Begitu? Lalu apa kau mungkin punya rencana
lain?
Aku juga tidak tahu. Aku tidak bisa memikirkan
apapun. Memang benar aku tidak mudah percaya pada
Eric. Tapi aku juga tidak bisa melakukan apa-apa. Aku
harus bagaimana? Terlebih aku ingat wajah Eric yang
tersenyum ketika berfoto bersama fans-fansnya.
Bagaimana bisa dia kelihatan senang seperti itu??
Tidak ada pilihan lain, Best. Kau bilang tidak
tahan berdiam diri. Tetap saja pada rencana itu. Bukankah
begitu?
Kurasa Renna benar, Best.
Begitu ya? Tapi bagaimana kalau tidak perlu
pura-pura buta saat jadi mata-mata?
***
Semangat! Jika kau masih bertahan terhadap apa
yang kau lakukan, maka akan kupertimbangkan namamu.
Apa maksudmu, Renna?
52
To: Besty
Apakah kau pacar Eric? Aku dan atas nama
saudaraku, ijinkan kami memperkenalkan diri. Kami berdua
adalah Duo Oksipitalist. Saudara kembarku sangat
menyukai istilah itu. Ketika terpikir olehnya
menambahkan huruf t di akhir kata itu, dia senang karena
terdengar tidak berbeda dengan seorang pianist dan cellist.
Langsung saja. Mungkin kau bisa melihat dengan
kedua matamu apapun yang ingin kau lihat di dunia ini. Tapi
barangkali menurutku otakmu terlalu bodoh hingga bisa
54
56
Mega Mahardika
Hari ini bakal jadi jadwal yang paling bosen, kuliah dan
rapat organisasi hingga sore. Tapi aku berpikir ini
mungkin cara menghilangkan rasa sedihku.
Seperti biasa aku janjian dengan Sipit di kampus
karena beberapa mata kuliah kami sama jadi kadang kami
sekelas. Kami mendapat julukan emak dan anak karena
tiap Sipit datang duluan, yang ditanyain aku, begitu juga
sebaliknya.
Dari belakang mencoba mengagetkan Sipit,
DorPit,,,
Yeeembak Indi, kagetin aja. Gak sedih lagi ni?
udah enggak dong, kan males mikir orang yang gak
mikir aku
Kenapa Ndi mata kamu, dicium nyamuk apa
semut cowok ni. hahahaha. Dengan gaya khas ketawa
sambil matanya merem, Sipit mengejekku.
Apaan sih kamu, Pit.. Ini mata sembab karena
aku pompa,niatnya matanya biar belok dan gak sipit
kayak kamu. Sambil aku membuka mata dengan jariku
dan berlari karena aku ngejek Sipit.
Seketika itu pikiranku tentang Ihsan hilang, ya
walaupun Sipit gak dengerin ceritaku, setidaknya bisa
bikin ketawa aku. Karena kami punya semboyan Kita
gak sedih lagi, gak nangis lagi. Itu Cuma kalimat dari
lirik lagu Smash tapi bisa bikin seneng.
Hari-hari berikutnya terasa cepat sekali, sampai
gak inget kalau besok udah hari ulang tahunku. Dan
beberapa hari ini gak nyangka nama Ihsan hilang di
pikiranku, kita sama-sama gak saling smsan atau telepon.
Hari yang ditunggu namun bikin kecewa, semalaman aku
tak tidur berharap Ihsan bakal jadi orang pertama yang
mengucapkan ulang tahun ini. Tapi aku gak begitu
61
64
65
66
74
KENZO
Oleh: Mutmainnah Ayudia Elshaf
Kenzo?
Yup !! di sinilah aku sekarang, kelas XG. Duduk
di bangku nomor tiga dari belakang. Tidak banyak yang
aku kenal, karena pelajaran pertama hari ini cukup
menyita waktu dan pikiran teman-teman baruku.
Setidaknya, itu menurutku sih. Entahlah. Apalagi yang
harus ku perbuat kecuali duduk dengan tenang dan
mendengarkan pelajaran yang dijelaskan di depan.
Matematika. Kata anak yang duduk di sampingku, guru
yang mengajar pelajaran matematika ini terkenal kejam.
Yah.. ku pikir di setiap sekolah pastilah yang mengajar
matematika selalu dicap kejam, kiler dan sebagainya.
Begitupun di sekolahku yang dulu. Eh.. sebentar.. aku
rasa.. ada yang sedang memperhatikanku.. siapa ya?
kulihat sekelilingku, dimulai dari bangku barisan pertama..
tidak ada. Semua serius melihat kedepan, lalu.. baris
kedua.. juga tidak ada kok.. baris ketiga... kulihat..
samping kanan kiriku.. masih tidak ada. Lalu, dimana ya?
Ah.. dua barisan bangku belakang belum aku lihat.
Ternyata benar ! ada yang sedang memperhatikanku.. ada
apa ya? ada yang salahkah denganku hari ini? karena
penasaran, akhirnya ku tanyakan pada anak yang duduk
disampingku tadi.
Eh.. boleh tanya ga? kamu melihat ada yang salah
dari penampilanku hari ini? entahlah.. itu bisa disebut
pertanyaan atau pernyataan.. dia menjawab Haha.. engga
kok, emang kenapa? kamu malah keliatan manis..
Wah.. dibilang begitu jadi terbang deh rasanya..
Cuma tanya saja kok, hehe.. makasie.. jawabku
sekenanya, Sama-sama.. aku Tia.. lalu mengulurkan
tangannya padaku.
77
Aku, Kenzo.
Hari ini aku sengaja berangkat pagi ke sekolah.
Aku ingin melihat situasi sekolah ku ketika masih pagi.
Sekalian jalan-jalan di sekolah baru. Aku pikir, sekolah
ini tidak kalah bagus dengan sekolah ku di Jakarta.
Perpustakaan di samping laboratorium Kimia. Belok kiri,
sebelah kanan, lurus.. kelas XI IPA 3 dan.. eh, sebentar..
sepertinya... apa aku tidak salah lihat, ya? tidak ! ini masih
jam enam pagi. Masa iya, dia juga berangkat sepagi ini.
Siapa sih, dia sebenarnya? aku mulai berjaga-jaga dan
berusaha untuk bersikap sewajarnya. Sampai akhirnya
ada yang menarik tanganku dan...
Aku Kenzo... ucapnya datar. Aku sempat
merasa takut beberapa saat tapi, syukurlah aku bisa
menguasai keadaan. Aku menerima uluran tangannya,
dingin..
Aku Luna..
Ngapain? tanyanya mencairkan suasana.
Eh? Ini.. cuma liat-liat.. jawabku.
Dan dia tanpa ada kata-kata lagi langsung pergi.
Sebenarnya apa sih, maksudnya? bikin orang bingung saja
deh. Kenzo.. Kenzo.. Kenzo... arghh.. sumpah aku jadi
penasaran dibuatnya. Well, aku ga bisa diem kaya gini
terus. Aku harus bisa tahu sebenarnya dia itu siapa dan
apa maksud dibalik setiap tingkahnya.. aku jadi ga mood
lagi buat ngelanjutin pariwisata pagi ku disekolah baru ini.
Huftt.. wait me.. Kenzo.. !!
Bel pulang sekolah sudah setengah jam yang lalu
bunyi. Tapi, Tia belum juga datang. Bisa-bisa gagal nih,
rencanaku. Oke, aku tunggu setengah jam lagi kalau
belum datang juga, ya terpaksa deh, aku harus naik taksi
81
85
Keesokan Harinya
Udah deh Lun, kamu ngapain masi nyari-nyari
dia lagi? Sudah tahu dia tidak peduli sama kamu. Kalau
emang dia peduli sama kamu. Dia tidak mungkin
membuatmu bingung seperti ini.. ujar Tia lagi dan lagi.
86
***
Aku terbangun dan kulihat Ayah telah berada di
sampingku. Aku bingung. Matanya memerah dan tampak
87
91
92
hari jarang sekali ada di rumah. Oleh karena itu, mau tidak
mau Teguh harus berangkat sekolah seorang diri.
Ketika di sekolah, terkadang semangat Teguh
kendor. Ia tidak mau menulis, mewarna, dan sebagainya.
Untungnya ada wali murid siswa lain yang peduli
dengannya. Saat di rumah orang tuanya tidak pernah
membimbingnya untuk belajar dan mengulang pelajaran
apa yang tadi pagi telah dipelajari anaknya di sekolah.
Teguh selalu dibiarkan bermain-main saja.
Suatu hari, sesuatu hal yang tidak diduga dan tidak
diinginkan terjadi.
Braaaakkkk..!!!
Terdengar benturan benda keras. Disusul
kemudian suara tangisan Teguh. Pamannya yang
mengetahui hal itu segera menolongnya. Ternyata, Teguh
yang sedang asyik bermain-main dengan sepeda
sederhananya tertabrak sepeda motor ketika akan
berbelok. Maklum saja, Teguh yang masih berusia lima
tahun belum memiliki haluan yang baik kalau harus
berkendara di jalan. Untungnya, ia tidak terluka parah.
Hanya lecet sedikit di beberapa bagian tubuhnya.
Sejak saat itu, Teguh menjadi anak yang cengeng,
mudah takut, dan selalu minta ditemani, bahkan minta
gendong. Setiap hari kerjaannya hanya menangis dan
menangis. Bagaimana tidak? Seorang anak kecil tertabrak
sepeda motor. Hal itu membuatnya trauma dan batinnya
tertekan.
Namun begitu, Bu Saimo justru selalu memarahi Teguh,
dan bahkan memukuli anak bungsunya itu. Teguh juga
tidak mau lagi berangkat sekolah sendirian. Ia jadi ingin
diantar dan ditunggui ibunya. Bukannya menuruti
permintaan anaknya, tapi Bu Saimo justru tambah
94
Si Mur
Si Day
Si Mur
Si Day
Si Mur
Si Day
Si Mur
Si Day
Si Mur
Si Day
Si Mur
Si Day
Sang Am
Sang Ab
Sang Am
Sang Al
Sang Am
Sang Al
Sang Jaz
Sang Ag
Sang Im
101
109
TENTANG PENULIS
AGUSTINA PUJI. Lahir di Jombang, 9 Agustus 1993,
dan sekarang masih merupakan mahasiswa aktif di
Universitas Negeri Malang. Memiliki hobi mengarang
buku bertema fan-fiction, dan menyukai musik serta
budaya Korea. Untuk kontak lebih lanjut bisa melalui
email: azank2@yahoo.com
AJENG OKVITA LARASATI. Lahir di kota Kediri, 09
112
2013
113