Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM GEMAR MEMBACA

MENULIS TEKS CERITA PENDEK (CERPEN)

Disusun oleh :

NAMA : ADINDA ZALEYKAAZ-ZAHRA.S

KELAS : XI IPS 1

NISN : 0077141512

GURU PEMBIMBING : ERMALA SARI, S.Pd.

KEMENTRIAN AGAMA

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 (MODEL) LUBUKLINGGAU

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KEGIATAN GEMAR MEMBACA

MENULIS TEKS CERPEN

“KEHILANGAN ARAH”

Disusun oleh :

NAMA : ADINDA ZALEYKA AZ-ZAHRA.S

KELAS : XI IPS 1

NISN : 0077141512

DISETUJUI OLEH :

Lubuklinggau, Maret 2023

Guru Pembimbing

ERMALA SARI, S.Pd

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya bisa
menyelesaikan tugas menulis teks cerpen ini dengan tepat waktu dan tanpa ada kendala apapun. Teks
cerpen ini dibuat sebagai tugas semester ganjil tahun ajaran 2022/2023 di MAN 1 (Model)
Lubuklinggau. Teks cerpen ini dapat selesai karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala Madrasah Aliyah Negeri 1 (Model) Lubuklinggau , bapak Taslim,S.Pd,M.Si yang telah
mengadakan program gemar membaca ini. Dengan adanya program ini, siswa/siswi MAN 1
(Model) Lubuklinggau diharapkan dapat meningkatkan semangat siswa-siswi MAN 1 (Model)
Lubuklinggau.
2. Guru pembimbing saya, ibu Ermala Sari, S.Pd yang telah menyumbangkan waktu, tenaga, dan
pikirannya dalam membantu penulis untuk pembuatan teks cerpen ini.
3. Kedua orang tua saya yang telah membantu saya baik dalam hal materi maupun dorongan
semangat kepada saya untuk mengerjakan teks cerpen ini.
4. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu penulis.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

TEKS CERPEN “KEHILANGAN ARAH” ....................................................................... 1

iii
“KEHILANGAN ARAH”

Sudah 3 tahun setelah adanya pandemi Covid-19, kehidupan sudah mulai kembali normal
tidak ada lagi PPKM yang membatasi kegiatan masyarakat.
Semua orang telah kembali beraktivitas seperti sedia kala. Orang-orang telah bekerja seperti
biasa, nongkrong ke café-café yang aesthetic dan instagramable, pergi ke konser-konser penyanyi
yang mereka senangi, masker medis pun sudah jarang terlihat di wajah mereka.
Bahkan sekolah pun sudah melakukan tatap muka untuk kegiatan pembelajaran, dan itu
artinya aku juga sudah pergi kesekolah setiap harinya seperti pada saat sebelum pandemi Covid-19.
Memang sedikit sulit untuk terbiasa kembali ke kehidupan normal, karena sudah hampir 2 tahun yang
aku lakukan hanya bangun, tidur dan makan.
Namun bagaimana lagi? Kehidupan akan terus berjalan.

***
Jarum jam menunjukkan pukul enam pagi, ini sudah waktunya aku bangkit dari tempat tidur
yang begitu nyaman ini dan bersiap untuk ke sekolah. Sebenarnya aku sudah bangun pada pukul lima
untuk shalat subuh, tapi aku memutuskan untuk menarik selimut dan tidur kembali karena udara
cukup dingin. Sekarang aku masih dalam posisi tidur dan mulai meregangkan tubuh dengan gerakan-
gerakan aneh atau biasa disebut ‘ngulet’, itu sudah menjadi rutinitas-ku setelah bangun tidur
walaupun aku tidak tahu apa motivasi aku melakukannya.
Sekarang aku sudah siap untuk pergi sekolah, aku sudah menggunakan seragam sekolah
dengan rapi dan sudah sarapan sedikit yang penting perut-ku terisi. Aku mulai mengambil helm yang
ada di atas lemari dan memakainya di kepalaku, perlahan aku pun menaiki motor dan menghidupkan
mesinnya.
”Aku berangkat sekolah dulu ya Ayah!,” ujarku kepada seorang pria yang sudah hampir
berusia setengah abad dengan perawakan yang besar dan rambut yang sudah mulai memutih, pria itu
adalah Ayahku. “Hati-hati, baca doa dan jangan ngebut,” ujar Ayahku ketika aku sedang mencium
tangannya untuk berpamitan, itu adalah kalimat yang selalu dia ucapkan sebelum aku berangkat
sekolah.

***
Sekarang aku sudah tiba di parkiran depan sekolah, aku segera memarkirkan motorku dan
meletakkan helm di atas spion motor. Aku mulai berjalan menuju sekolah, terpampang jelas tulisan
MAN 1 (model) Lubuklinggau di gerbangnya, ya itu adalah tempat-ku bersekolah selama hampir 2
tahun ini.
Aku telah sampai di kelasku terlihat palang di atas pintunya bertuliskan XI IPS 3. Sebelum
aku melangkahkan kaki-ku masuk ke dalam aku sudah tahu situasi yang ada dalam kelas, ya benar
teman kelasku sekarang sedang sibuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Ada yang sibuk

1
menyalin tugas temannya, ada yang sedang berdebat mana jawaban yang benar untuk soal nomor 13 c
atau d? bahkan ada yang tidak peduli dengan situasi ini dan memutuskan untuk melanjutkanmimpinya
tadi malam..
"Aruni!, sudah belum tugas sejarah indonesi halaman 29?," tanya temanku yang sedang
duduk di kursi sebelah dinding baris keempat. Namaku Binar Arunika. 'Aruni', begitu orang-orang
memanggilku. Dan orang yang bertanya tadi adalah teman sebangku-ku namanya ayana."Belum, ini
baru mau nyontek," jawabku dengan senyum tipis sambil mengeluarkan buku bertuliskan 'sejarah
indonesia'. Aku bukan anak yang selalu rajin mengerjakan tugas, aku hanya mengerjakannya jika aku
ingin saja berhubung tadi malam aku malas jadi aku memutuskan untuk menyalin jawaban teman-ku
pagi ini.
Saat ini waktu menunjukkan pukul 07.00 itu arinya jam pelajaran pertama akan segera
dimulai. Semua berjalan seperti biasa guru sedang menjelaskan materi dan kami memperhatikan,
walaupun tidak semuanya ada beberapa siswa yang tengah asik dengan dunia nya sendiri dan ada
yang malah mengobrol dengan teman sebangkunya. Sedangkan aku memutuskan untuk menggambar
abstrak yang tidak jelas bentuknya di belakang buku tulis-ku.
Ketika memasuki jam pelajaran kedua guru yang sedang mengajar kami tiba-tiba membahas
mengenai sesuatu yang sedikit aku benci akhir-akhir ini. Aku membencinya karena hampir semua
orang yang kutemui membahasnya yaitu kalimat ‘Habis tamat MAN kalian ingin lanjut kemana?’,
aku tahu sekarang memang waktu yang sangat tepat untuk membahas ini namun kalimat ini terus
berputar di kepala-ku sehingga membuat-ku sedikit kesal.
Berbeda dengan teman-ku mereka terlihat bersemangat untuk membahas tujuan mereka
setelah menyelesaikan pendidikan tingkat menengah atas ini.
“Kalau saya buk nanti mau langsung iku tes untuk masuk akademi kepolisian,” ujar salah satu
temanku bernama Diaksa dengan penuh semangat.
“Saya nanti juga mau mengikuti tes seleksi masuk IPDN buk,” tambah Bintang yang duduk
tepat di depan Diaksa. Aku tidak heran mendengar jawaban mereka berdua, karena bandan mereka
yang tinggi dan badan yang cukup sehat pasti mereka telah mempersiapkan diri untuk mencapai
tujuan mereka.
“Kalau kamu Ayana nanti kamu ingin lanjut kemana?,” tanya guru itu kepada teman yang
sekarang sedang duduk disebelahku.
“Hmm… Kalau saya nanti mau lanjut kuliah di jurusan bisnis buk karena saya mau membuka
usaha sendiri,” jawab Ayana dengan penuh percaya diri.
“Saya buk jadi tukang parkir pesawat sudah Alhamdulillah,” Ucap temanku yang duduk di
sudut kelas dengan cengengesan. Walaupun terdengar seperti bercanda tapi tetap saja aku iri
dengannya yang sudah tahu tujuannya setelah tamat nanti walaupun dia bukan anak yang rajin dan
jarang mengerjakan tugas.

2
Selama di sekolah aku masih memikirkan mengenai pembahasan nanti, aku tidak tahu mengapa aku
belum memiliki tujuan dan cita-cita setelah tamat nanti padahal aku sudah kelas 11. Universitas
impian atau Prodi yang sangat didambakan pun tidak ada dalam pikiranku, aku bingung dengan diriku
sendiri.
‘Kriinngg’
Bel istirahat sudah berbunyi, aku dan teman-temanku lansung mebuka dan menyantap bekal
yang telah kami bawa dari rumas. Tidak ada percakapan yang terjadi kami hanya sibuk menyantap
bekal masing-masing, kemudian aku mulai membuka pembicaraan dengan pertanyaan yang kuajukan
kepada Denisa yang ada dihadapn-ku “Kalau kamu Den sudah tahu nanti mau lanjut kemana?,” tanya
ku sekaligus mengatasi rasa penasaran.
“Aku sih nanti ingin lanjut kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia
soalnya aku mau jadi reporter nanti semoga tercapai,” jawabnya dengan sedikit malu.
“Kalau kamu Aruni mau lanjut kemana nanti?,” kini aruni balik bertanya kepadaku.
“Aku belum tahu Den aku masih bingung nanti mau lanjut kemana,” jawabku dengan wajah
yang menunduk karena aku malu mengatakannya.
“Aruni kamu harus memikirkannya dari sekarang kita sudah kelas sebelas tidak banyak waktu
lagi yang kita miliki karena nanti di kelas dua belas kita harus fokus untuk ujian dan belajar untuk
SNBT,” ujar Ayana menasehatiku.
Sebenarnya aku mengerti bahwa tidak banyak waktu lagi untuk memikirkannya, tapi tidak
tahu mengapa aku merasa belum siap untuk menjalani kehidupan setelah sekolah menengah pertama
ini. Terkadang aku masih mengingat 3 tahun yang lalu masa dimana aku masih bersenang-senang dan
tidak perlu memikirkan mengenai masa depan.
Memang sedikit sulit bagi-ku untuk menerima kenyataan bahwa sekarang aku adalah siswa
kelas 11 MAN, aku belum siap menjadi orang dewasa dan menghadapi masalah yang ada
nanti.Karena aku merasa baru kemarin aku merupakan siswa kelas 8 tingkat ‘SMP’. Aku merasa jiwa-
ku belum sepenuhnya bertumbuh menjadi dewasa karena pandemi.
Waktu pulang sekolah pun tiba kini aku dan teman-temanku bergegas memasukan buku
kedalam tas dan segera membaca Doa, terlihat raut wajah bahagia yang terukir di raut wajah temanku
yang lain ketika menyambut waktu pulang berbeda denganku yang seperti benang kusut karena masih
memikirkan masalah tadi. Kini aku pulang dengan temanku yang bernama Isha yang berbeda kelas
denganku, kami selalu pulang Bersama karena rumah kami yang memang searah.
Ketika sedang berada di atas motor menuju jalan pulang Isha bertanya pada ku “Aruni,
kenapa sih muka kamu dari tadi kusut terus seperti banyak pikiran,” tanya nya dengan heran. “Aku
bingung Sha kok teman-teman sudah punya tujuan Ketika tamat sekolah nanti, mereka sekarang
sudah mulai mengikuti les dan latihan soal untuk mengikuti SNBT atau ikut dalam bina fisik
sedangkan aku tidak,” jawabku dengan sedih. Aku merasa tertinggaljauh di start sedangkan mereka
sudah setengah perjalan.

3
“Kalau kata kamu belum menemukan yang sesuai dengan passion kamu Run, jadi kamu harus
cari tahu dulu minat kamu dimana,” ujar Isha kepadaku
”Bener juga perkataanmu Sha,” ucapku menanggapi Isha.

***

‘Satu mimggu kemudian’


Setelah beberapa hari berlalu dan sudah berpikir panjang, aku memutuskan untuk berhenti
memikirkan masala lalu. Sekarang aku akan fokus mencari tujuan-ku setelah tamat nanti, aku mulai
mencari tahu di internet tentang universitas yang ada di Indonesia beserta program studinya.
Meskipun sampai sekarang aku belum menemukan yang cocok denganku.
Waktu menujukkan pukul 16.00 ini sudah sore namun aku baru ingin pulang dari sekolah
karena tadi masih ada kegiatan ekstrakurikuler, sebelum pulang aku membeli es krim yang berada
tepat di depan sekolah. Setelah selesai memesan dan es krim sudah ada di tangan, aku mulai
menyantapnya sambil menonton TV yang ada di sana.
TV tersebut sedang ,menyiarkan persidangan mengenai kasus pembunuhan yang sedang
ramai dibicarakan. Aku menonton siaran itu sambil menikmati es krim yang tadi aku pesan, tidak
lama kemudian majelis hakim menjatuhkan hukuman mati bagi terdakwa. Selama menonton siaran itu
ada satu yang menarik perhatianku yaitu ‘Jaksa’ tiba-tiba terlintas dipiranku ingin menjadi seperti
orang yang tengah memakai jubah hitam itu.
Aku termotivasi untuk menjadi pengak hukum yang mampu berlaku adil dan merubah kondisi
hukum di Indonesia. Serta aku ingin menjadi penegak hukum yang mampu menggerakkan masyarakat
untuk melakukan perubahan. ‘Bagaimana caranya?’ itu adalah urusan belakangan saat ini yang pasti
aku harus giat belajar untuk dapat meraih impian-ku.
Sekarang aku sudah bisa menentukan pilihan-ku untuk setelah tamat nanti, aku juga akan
terus berusaha melangkah maju kedepan untuk meraihnya.

Selesai

Anda mungkin juga menyukai