Kata Pengantar……….…………………………i
Daftar Isi...….…………………………………iii
• ANTARA AKU DAN DIA
Kaynina Nur Aqila………..……………………1
• AYYARA DAN LUKANYA
Zahra Ramadani………………………………13
• SERPIHAN MEMORI
M. Wibhy Adhilla Dyandrie………………….26
• SEPELE
Ayesha Namira Mazaya………………………47
• DUA SISI
Jayang Jarinda Fuja Pancar Kumala………….65
• CERPEN TENTANG SAMPAH
Chelsea Asy-Syafa Zeannaia Maharani…..…..75
• BADAI YANG REDA
Clara Ananda Prasetya Boru Siahaan.………..88
• OLI NMAX
Muh. Anugerah Assidiq………………………97
• PERTEMANAN YANG SESUNGGUHNYA
Priscila Jema Graic………………………….108
• IBU
Nabila Maharani Putri………………………112
Kata Penutup………………………………..123
Biodata Penulis……………………………..124
Antara Aku Dan Dia
Karya : Kaynina Nur Aqilla
***
Ayyara Dan Lukanya
Karya: Zahra Ramadani
***
Serpihan Memori
Karya: M. Wibhy Adhilla Dyandrie
Teett
Bunyi nyaring bel sekolah yang
memekakan telinga membuatku terbangun.
Kupasang mata ke seluruh ruangan kelas untuk
memastikan kondisi yang terjadi. Dan terlihat
anak-anak yang mengobrol dengan sesama
gengnya tetapi ada juga yang melangkahkan
kakinya ke luar kelas untuk mendapatkan
makanan mereka di kantin.
Lalu mataku tertuju terhadap seorang
anak berkaca mata yang duduk di baris paling
pojok yang berada di sisi lain dari tempatku
duduk, Aqeq, ia menatapku dengan sangat serius.
Melihat hal itu, aku langsung mengoreksi
diriku. Kuraba-raba baju seragamku kalau-kalau
ada yang salah dengan bajuku atau
penampilanku. Tapi tidak ada, semua kancing
bajuku terkait, dasi yang kukenakan juga tidak
miring. Tidak juga menemukannya, kulupakan
semua itu.
Kuambil kaleng capuccino yang selalu
kubawa dalam tas. Kutatap sejenak pintu yang
terbuka melihatkan kondisi di luar kelas. Para
murid yang berlalu lalang dan tiba-tiba mataku
terpaku oleh seorang gadis yang berlalu.
Aku tertegun
“Yap dia” dengan sigap aku berdiri dan
mulai mengikutinya.
Kuberjalan di belakangnya menatap
punggungnya yang ramping dengan rambut
pirangnya sebahu.
“Seira” panggil seorang perempuan yang
sudah berdiri bersama dua orang perempuan
lainnya yang kukira mereka adalah teman Seira,
yah Seira yang dipanggil adalah perempuan yang
sedang kuikuti.
Seira pun menuju teman-temannya untuk
bergabung dan langsung menuju kantin.
Karena telah sering mengikutinya maka
ku hafal dengan kebiasaan yang seira lakukan.
Aku memilih meja yang strategis agar
dapat melihatnya lebih jelas, walaupun tidak
sampai terdengar pembicaraan mereka. Hanya
saja terlihat dengan jelas dari sini wajah Seira
yang berseri-seri serta ceria yang membuatku
melihatnya menjadi damai. Mereka tampak
senang sekali bahkan salah satu temannya ada
yang tertawa sampai terbahak-bahak, entah apa
yang mereka bicarakan. Tapi tidak berapa lama
Seira bangkit dari tempat duduknya dan
meninggalkan teman-temannya.
Aku pun dengan sigap menjadi stalkernya
lagi secara langsung. Aku tidak peduli jika ada
yang menatapku mengikuti seorang gadis karena
memang tidak akan ada yang memerhatikanku.
Aku yang sudah terbiasa dengan sikap orang-
orang yang tidak peduli kepadaku.
GUBRAAK
Aku terkesiap, kulihat kondisi anak-anak
yang langsung menghampiri arah suara dan
terlihat seorang gadis berambut pirang sebahu
yang tengah digendong oleh beberapa anak.
Mataku hampir tak percaya. Seira. Seira
pingsan. Dengan sigap aku berlari ke arah
segerombolan anak yang tengah menggendong
seira.
Aku hanya dapat melihatnya, tanpa dapat
berbuat sesuatu untuknya.
Sekarang ia terbaring lemah di rumah
sakit. Ku hanya diam tak bergeming, menatapnya
tak berguna, menunggunya hingga sadar.
Beberapa detik berlalu
Ia terbangun dan lagi lagi meneteskan air
mata. Kulihat ia berbicara kepada orang yang
sedari tadi menjaganya. Orang itu pun terlihat
mengangguk tanda setuju.
Seira keluar dari kamarnya tanpa menoleh
ke arahku sedikitpun, ya, sama seperti saat ia
mengabaikanku di sekolah.
Dan apakah dia akan selalu seperti itu,
mataku tampak sakit menahan air mata serta
sesak di dada.
Tapi entah kenapa bertubi tubi ia
membuat lubang di hatiku, menusukkan pisaunya
tepat di hatiku. Aku tetap mengikutinya dan
merasa memang itu yang harus kulakukan.
Dengan sigap ku lari layaknya orang yang
tak karuan untuk mengejar dia, dia yang tak
pernah memerhatikanku, dia yang telah
meninggalkanku, yang tak pernah menoleh
barangkali sedetikpun kepadaku.
Seira memasuki mobilnya dan mulai
melaju. Kubuntuti mobil tersebut dari belakang.
Keesokan harinya ..
Di Halte
Aku pun menunggu Gojek sambil terduduk lesu,
10 menit berlalu yang ditunggu-tunggu pun sampai
“Mbak Xia?” aku pun mengangguk dan segera menaiki
motornya dan memakai tameng kepala yang melindungi
kepala dari kecelakaan.
Sesampainya dirumah bundaku menanyakan
mengapa wajahku terlihat letih & lesu, “kamu belum
makan?”
Aku tak menjawabnya dan langsung masuk ke
kamar dan mengunci kamarku, langsung terbaring lemas
dikasur dan penutup wajahku dengan bantal.
Tok.. Tok..
Ketuk pintu dari Bundaku yang sedang
menanyakan keadaanku dengan suaranya terdengar
khawatir akan keadaanku, sontak aku terduduk.
“Xia makan, jangan hanya duduk disana seperti
gundukan kayu ..”
“Iya, sedang tidak Enak Badan saja”
“baiklah kalau ingin makan ibu sudah masak ya,
istirahatlah”
“Baik bun”
Langit sedang menangis saat itu, aku pun segera
tidur dan melupakan segala yang telah terjadi. Singkat
cerita tak terasa azan Isya pun berkumandang. Bundaku
mengetuk kamarku lagi untul mengingatkanku tuk
Sholat & Makan,
“Xia sedang tidak ingin makan bun”
“Kenapa Nami? Nami ada masalah?”
“Tidak ada bun”
Bundaku mengernyitkan dahinya bingung terlihat
ada yang tidak beres kepada anaknya yang biasa terlihat
riang menjadi sangat murung dan tertutup, “Kalau ada
masalah cerita ya sayang”
Aku pun hanya mengangguk pelan sambil
tersenyum kecil untuk memastikan bundaku tak lagi
khawatir akan keadaanku.
Segera kubuka pintu kamarku dan tidur, ntah
mengapa dunia terasa berputar-putar kepalaku terasa
sangat pusing dan tetiba kakiku terasa lemas serta diikuti
dengan pemandangan mataku yang kian memburam ..
BRAG!
Aku membuka mataku perlahan, yang kulihat
adalah Rumah Sakit .. Iya aku dirumah sakit, ternyata
aku telah jatuh pingsan dikamarku dalam keadaan pintu
kamar terkunci dari dalam untungnya Ayahku
mempunyai kunci cadangan.
“Sudah bunda bilang untuk makan & cerita jika
ada masalah”
“Maaf bun” ucapku lirih
Bundaku terlihat khawatir tapi disaat yang sama
pula ia terlihat kesal dan kecewa kepadaku .. aku pun
melihat ke arah sekitar, mataku tertuju pada sebuah meja
kasir yang didepannya ada lelaki paruh baya
menggunakan sweater hangat musim dingin ..
“Pak Eyos” dalam hatiku, sontak mataku
terbelalak panik aku pun bergegas membalik badanku
untuk membelakanginya, aku takut.
Ia terdengar seperti orang sedang sakit, terbatuk
batuk. Ku intip sedikit .. ia berjalan mengeluari koridor
ugd sambil tertatih-tatih, tersentuh hatiku tak tega
melihat Pak Eyos sakit seperti itu. Seketika aku merasa
bersalah karna kesalahanku tempo hari di Sekolah dan
mengingat aku belum ada minta maaf kepadanya.
Kebetulan keesokan harinya adalah mapel Pak Eyos.
Singkat cerita bel sekolah pun berbunyi dan aku
segera duduk dan memasang wajah ceria, Tetapi 10
menit setelah bel berbunyi, Pak Eyos juga tak kunjung
masuk. Ketua kelas pun pergi ke Ruang guru untuk
mengecek kehadiran Pak Elon dan benar saja Pak Eyos
tak ada disana.
Sesampainya di Kelas, ketua kelas langsung
memberitahu info bahwa pak Eyos tak masuk sekolah &
cuti mengajar dalam beberapa hari dikarena sakit yang
dideritanya. Wajah yang tadinya cerita mendadak
menjadi murung dan khawatir, aku sangat merasa
bersalah ...
Bel istirahat pun berbunyi, “Dor!” kejut Thian
untuk mengejutiku, sebenarnya aku tidak begitu kaget,
tapi melihat wajahnya yang agak kecewa karena
kejutannya begitu payah aku pun berpura-pura kaget
sambil berlompat kecil memegang mulutku seakan itu
adalah kejutan yang paling mengejutkan. “aku tau kamu
pura pura kaget” ujarnya sambil memasang muka melas,
Hahaha konyol.
Kami pun menyusuri koridor bersama untuk
membeli makanan di Kantin.
“Rame banget ya?”
“Iyalah?” sahutku sambil mengernyitkan dahi
Ia pun menarik pelan tanganku di suatu kantin
yang menjual aneka macam jelly, ia pun menawariku
jelly tersebut tetapi aku tidak tertarik sama sekali, pada
akhirnya ia tetap membelikanku jelly itu.
“Makasih yaa” ucapku sambil tersenyum kecil
lalu memutar kedua bola mataku.
“Sama sama cantik”
Ia memang selalu seperti itu, bermulut manis.
“Aku ingin ke wc sebentar ya” ucapku sambil
berjalan kearah wc wanita diujung koridor, ia pun
menunggu didepan koridor.
Blursh! Wow, seember air tumpah membahasahi sekujur
tubuhku.
“Apa apaan ini?!” ucapku, tetapi tak ada seorang
pun terlihat ataupun menampakkan dari wc tersebut.
Lalu siapa yang melakukannya?
Keadaanku saat ini masih terdiam beku dan
masih shock serta bingung mencoba menelaah kejadian
yang baru saja terjadi, terdengar hentakan kaki yang
cepat berlari kecil kearahku.
“Ya ampun? Apa saja yang baru saja terjadi?!”
Singkat cerita, aku masuk ke kelas dengan
pakaian basah untuk mengambil tas & pulang.
Aku bisa melihat mereka dari ujung mataku
sambil berbisik-bisik dan tertawa terbahak-bahak.
Telingaku terasa gatal saat mendengar mereka
menertawakanku, ‘itu pasti mereka!’ ucapku dalam hati.
Aku pun mencoba sabar dan mendiamkan mereka ..
tetapi salah 1 dari mereka malah menceletuk, “hahaha
habis kecebur di sungai?”
Tanganku mengepal keras, jantungku berdebar
dengan sangat cepat. Aku tak tahan lagi untuk
menahannya “Maksud mu apa?! Ini semua ulah mu
kan?!” ucapku dengan nada tinggi.
“Hahaha, gimana? Enakkan, maka dari itu jangan
berulah! Karena mu pak Eyos marah dan itu berimbas
kepada kami semua dan kamu sama sekali tidak ada
bertanggung jawab atas masalah ini, maka kamu pantas
untuk mendapatkan pelajaran ini!” ucapnya, sontak
jantungku berdegup kencang .. aku tersentak, angin-
angin berdesir seakan menusuk rongga pernafasanku
yang membuat nafasku tak beraturan.
Yang ia katakan memang benar, tetapi apa yang
mereka lakukan kepadaku sudah kelewatan batas dan
tidak bisa dibenarkan. Aku lgsg bergegas mengambil
ranselku dan pergi, aku lari dengan wajah memerah
menahan air mata yang sudah tak tahan lagi ingin keluar
tuk membasahi pipiku.
Aku menaiki kuda besi yang biasa disebut Motor
untuk pulang kerumahku, berjalan menyusuri kota
menikmati indahnya pemandangan langit cakrawala di
sore hari ..
Singkat cerita aku pun pulang kerumah, dan
melakukan aktifitas sehari-hari & pekerjaan rumah,
bunda & ayahku sedang tidak dirumah dikarenakan
sedang ada rapat antar kantor.
Aku sedang menyiapkan buku-buku mata
pelajaran di esok hari, pak Eyos adalah mapel pertama
besok. Aku sangat menunggu-nunggu kehadirannya,
semoga saja dia sudah sembuh sehingga aku bisa
meminta maaf secara langsung padanya.
Burung bernyanyi di pagi hari, Angin meraung
menemani sang hujan. Angin berbisik menyampaikan
salam.
“Apakah pak eyos akan masuk?”
Teman sebangku ku, Diva. Hanya menaikkan
kedua bahunya dengan bibir tertekuk kebawah
menandakan ia juga tak tahu akan hal itu.
Bel berbunyi, 5 menit .. 10 menit .. sampai 15
menit pak Eyos tak kunjung datang juga. Apakah dia
belum sembuh? “Teman-teman pak Eyos masij sakit apa
sebaiknya kita jenguk saja?” celetukku dan mereka
semua setuju.
Sepulang sekolah kami bersama-sama pergi
kerumah pak Eyos, rumahnya merupakan bangunan
tua .. tongkonan rumahnya mulai terlihat rapuh, segera
kami mengetuk pintu dan mengucapkam salam.
“Assalamualaikum ..”
Terdengar sahutan dari dalam yang terdengar
lirih.
KLEK
Klek.
Pintu tertutup, hening & canggung ..
Aku berjalan paling depan membelakangi mereka
semua, menyusuri jalan gang kecil untuk mengambil
Kuda Besi kami yang terparkir diluar Gang. Hanya ada
suara angin & dedaunan yang saling berlomba-lomba
jatuh ke dasar tanah.
“Xia kami minta maaf atas apa yang kami
lakukan kepada mu ya, kami tahu itu berlebihan dan
sangat tidak pantas..” celetuk Lani, iya. Lani adalah
pelaku utamanya.
“Iya tidak papa ..” Jawabku sambil tersenyum
kecil lalu berbalik badan dan lanjut berjalan
membelakangi mereka.
Hap! Terkejut, sepasang tangan memelukku erat
dan suara tangisan di belakang pundakku. Itu lani
“maafin aku xia” lirih lani meminta maaf kepadaku,
bagaimana aku tega untuk tidak memaafkannya jika
seperti ini. Ia terlihat begitu tulus minta maaf dan merasa
bersalah. Ku balik badanku dan kupeluk ia.
“Aku sudah memaafkan mu lan, jangan di ulangi
lagi yaa. Menghakimi orang sendiri itu tidak baik apalagi
lewat tindakan bullying ..” jawabku sambil
menenangkannya.
“Baiklah! Terimakasih Xia” jawab lani sambil
Tersenyum selebar 1 mil sambil mengusap air
matanya.
Hembusan angin membelai rambut-rambut indah
mereka, suasana berubah menjadi ceria ..
Pesan moral yang dapat di ambil dari cerpen ini
adalah jangan lah kamu menyepelekan tugas, karena
menunda sama dengan menambah beban lebih besar
untuk hari selanjutnya.
***
Dua Sisi
Karya : Jayang Jarinda Fuja Pancar Kumala
***
Cerpen Tentang Sampah
Karya : Chelsea Asy Syafa Zeannaia Maharani
***
Badai Yang Reda
Karya : Clara Ananda Prasetya BR Siahaan
***
Oli Nmax
Karya : Muh. Anugerah Assidiq
***
Pertemanan Yang Sesungguhnya
Karya : Priscila Jema Graic
***
Ibu
Karya : Nabila Maharani Putri
Pesugihan.
Tapi aku tak ingin berburuk sangka. Tidak
mungkin ibu bisa melakukan itu. Apalagi ibu merupakan
orang yang cukup ketat dalam normal agama. Tapi...
tidak menutup kemungkinan ibu akan melakukan itu...
kan?
Aku terdiam. Semakin aku memikirkannya
semakin aku penasaran. Bagai anak kecil yang penasaran
dengan sesuatu yang baru, akupun tertarik dengan
rahasia yang disimpan ibu. Jika tidak salah, ibu pergi
beberapa waktu lalu kan? Kalau begitu aku bisa dengan
mudah melihat isi ruangan itu!
Seolah mendapatkan ide cemerlang aku segera
bergegas menuju ruangan itu. Dengan pelan-pelan aku
memperhatikan sekitar. Ibu sepertinya tidak akan
kembali dalam waktu dekat. Menguatkan tekadku
sebentar, aku lantas membuka pintu sedikit demi sedikit.
Kriettt...
Krieett.
***
BIODATA PENULIS