Anda di halaman 1dari 34

LAPORANINDIVIDUAL

KULIAHKERJALAPANGAN(KKL)

“ Pelaksanaan Penertiban Manusia Silver sebagai PGOT


(Pengemis,Gelandangan, dan Orang Terlantar) oleh Satuan
Polisi Pamong Praja pada Provinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan Perda No.2 Tahun 2017 tentang
Ketentraman,Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat”

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PROVINSI SUMATERA SELATAN

Jalan. Jl. Kapten F. Tendean Kel No.4, Sungai Pangeran, Kec. Ilir

Timur. 1, Kota Palembang, Sumatera Selatan, 30114

Dibuat Oleh:

Nama : Panca Rega Yuliady

NIM : 02011381823380

Program Kekhususan : Hukum Pidana


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR KEGIATAN KULIAH KERJA
LAPANGAN (KKL)
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI
SUMATERA SELATAN
Jl. Kapten F. Tendean Kel No.4, Sungai Pangeran, Kec. Ilir
Timur. 1, Kota Palembang, Sumatera Selatan, 30114

Dibuat Oleh :

NAMA : Panca Rega Yuliady


NOMOR INDUK MAHASISWA : 02011381823380
TEMPAT PELAKSANAAN : SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI
SUMATERA SELATAN

Disetujui Oleh Disahkan Oleh


Dosen Pembimbing, Penanggung Jawab,

Dr. Henny Yuningsih, S.H., M.H. Ade Jaya Martin, S.E.


NIP. 198301242009122001 NIP. 192704031996032002

Mengetahui,
Ketua Laboratorium Hukum Fakultas
Hukum Universitas Sriwijaya

AGUS NGADINO,S.H, M.H.


NIP. 198008072008011008
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas ridho dan hidayah-Nya, sehingga
Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat diselesaikan. Laporan Kuliah Kerja
Lapangan ini berjudul “Pelaksanaan Penertiban Manusia Silver sebagai PGOT
(Pengemis,Gelandangan, dan Orang Terlantar) oleh Satuan Polisi Pamong Praja
pada Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Perda No.2 Tahun 2017 tentang
Ketentraman,Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat” ini ditujukan
untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan do’a dari berbagai
pihak, Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini tidak akan dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalan proses penulisan
Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaf, MSCE selaku Rektor Universitas

Sriwijaya

2. Bapak Dr. Febrian, S. H.,M, S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sriwijaya

3. Bapak Agus Ngadino, S. H., M. H. selaku Ketua Laboratorium Fakultas

Hukum Universitas Sriwijaya.

4. Ibu Dr. Henny Yuningsih, S.H., M.H. Selaku Dosen Pembimbing Kuliah

Kerja Lapangan

5. Kepada Orang Tua dan saudara-saudara tercinta yang telah memberikan

dukungan moril, do’a dan kasih sayang

Perlu disadari bahwa dengan segala keterbatasan, laporan kuliah kerja


lapangan ini jauh dari kata sempurna. Sehingga kritikan dan masukan yang
membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya laporan ini kedepan.
Akhirnya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Palembang, 13 Juli 2022

Penulis
5

Panca Rega Yuliady


(02011381823380)

DAFTAR ISI

BAB I ..................................................................................................... 5

A. Latar Belakang................................................................................... 5

B. Rumusan Masalah.............................................................................. 15

BAB II ..................................................................................................

PEMBAHASAN...................................................................................

BAB III..................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................

B. Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................

LAMPIRAN..........................................................................................
6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kemiskinan selalu memperoleh perhatian umum di Indonesia. Hal

ini terjadi karena adanya kesadaran pemerintah bahwa kegagalan mengatasi persoalan

kemiskinan akan dapat menyebabkan munculnya berbagai persoalan sosial, ekonomi,

dan politik di tengah- tengah masyarakat. Upaya serius pemerintah untuk mengatasi

kemiskinan sudah dilakukan sejak era Orde Baru.

Kemiskinan juga sangat mempengaruhi kesejahteraan sosial yang ada di

Indonesia, maka dari itu pemerintah membuat pemahaman tentang kesejahteraan

sosial yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 Pasal 1

tentang kesejahteraan sosial bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhnya

kebutuhan material, spritual dan sosial warga negara agar dapat dapat hidup layak dan

mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Masalah kesejahteraan sosial merupakan masalah yang cukup berpengaruh dalam

pembangunan disuatu negara khususnya Indonesia, yang dimana pembangunan

sendiri bertujuan untuk mewujudkan hidup yang lebih baik dari sebelumnya, karena
7

itu keberhasilan suatu pembangunan sedikit banyak ditentukan oleh kemampuan

pemerintah dalam mengatasi masalah kemiskinan. Beberapa hal yang ditimbulkan

dari kemiskinan di setiap tahunnya yaitu, disebabkan kurangnya atau tidak adanya

pendidikan, tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan pasar kerja, sedikit

lapangan kerja yang tersedia, penghasilan yang diperoleh kurang memadai, dan lahan

yang semakin menyempit yang membuat ketidaknyamanan di beberapa tempat yang

hasilnya akan menghasilkan ketidaktertiban.

Ketidaktertiban merupakan salah satu masalah sosial yang belakangan ini

sering dialami masyarakat Ibukota. Salah satu dari ketidaktertiban itu adalah

keberadaan pedagang kaki lima di trotoar dan pinggir jalan. Ketidaktertiban itu

muncul karena adanya kebebasan yang diberikan oleh pemimpin-pemimpin

terdahulu. Padahal, keberadaan pedagang kaki lima yang memenuhi jalan raya

menyebabkan dampak buruk bagi kondisi jalan raya maupun masyarakat sekitar.

Dampak tersebut berupa terganggunya arus lalu lintas yang menimbulkan kemacetan,

sehingga dapat memicu terjadinya tindakan kejahatan ataupun kriminalitas.

Keberadaan sebuah kerumunan yang disebabkan oleh badut jalanan seperti

manusia silver di tengah-tengah jalan yang terbilang jalan umum yang penting juga

berpengaruh besar terhadap kemacetan lalu lintas. Dimana kemacetan bisa

disebabkan oleh Jumlah penduduk desa semakin bertambah menyebabkan

perpindahan penduduk di desa ke kota-kota (urbanisasi) untuk mendapatkan

pekerjaan dan penghidupan yang lebih layak, tetapi pada kenyataannya kemudahan

yang diharapkan ketika perpindahan penduduk desa ke kota yang menginginkan

kehidupan yang lebih layak malah membuahkan kesulitan, yang akhirnya para

penduduk desa yang tidak memperhitungkan kemampuan diri bisa saja menjadi
8

seorang pengemis, gelandangan, dan orang terlantar, karena peningkatan pendapatan

di kota tidak menjamin peningkatan kesejahteraan pula.

Manusia silver yang memenuhi jalan hingga ke badan jalan raya

mengakibatkan dampak tersendiri bagi wilayah berupa kemacetan lalu lintas yang

cukup parah. Hal ini dikarenakan adanya penumpukan pada lalu lintas hingga satu

jalur jalan. Permasalahan seperti ini memang masalah tragis yang sering dialami

oleh Kota-kota besar di Indonesia, khususnya di Sumatera Selatan yang

berada di berbagai titik lampu merah di kota Palembang, Masalah seperti ini

mengalami kesulitan dalam mengatasinya sebelum adanya kebijakan pemerintah

untuk melakukan penertiban terhadap manusia manusia silver ini.

Disisi lain kota memiliki komplektifitas kesulitan sendiri sehingga tidak

selalu mendatangkan kepastian akan kehidupan yang lebih baik bagi para pelaku

urbanisasi. Hal ini dikarenakan kehidupan lebih baik yang dimaknai oleh para pelaku

urbanisasi sebagai kesejahteraan hanya terkait kekayaan semata tanpa memandang

kesulitan yang lebih jauh. Kota terus- menerus dilenggengkan oleh urbanisasi sebagai

stigma yang dengan penuh kemajuan tanpa pernah memandang desa dalam

kompleksitasnya sendiri. Sebagai salah satu dampak dari gagalnya urbanisasi,

pengemis, gelandangan, dan orang terlantar menjadi salah satu penyakit masyarakat

yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban di suatu daerah. Pengemis,

gelandangan, dan orang terlantar itu sendiri merupakan orang- orang yang hidup

dalam keadaan yang tidak sesuai norma sosial dan kurangnya kesejahteraan sosial.

Masalah umum gelandangan, pengemis, dan orang terlantar erat kaitannya dengan

masalah kemiskinan, ketertiban, dan kemanan yang mengganggu ketertiban dan


9

keamanan di daerah perkotaan, sehingga pembangunan akan terganggu jika para

pengemis, gelandangan, dan orang terlantar tersebut tidak segera ditertibkan, maka

dari itu diperlukan usaha-usaha dalam penertiban pengemis, gelandangan, dan orang

terlantar tersebut oleh pemerintah daerah.

Dalam hal ini pemerintah telah merencanakan kebijakan untuk

mengentaskan problema mengenai pengemis, gelandangan, dan orang terlantar, baik

dari pemerintah pusat sampai ke daerah. Hal itu dapat dilihat dari kenyataan bahwa

hampir di seluruh kabupaten atau kota di Indonesia memiliki kebijakan terkait dengan

Pengemis, Gelandangan, dan Orang Terlantar (PGOT), termasuk di dalamnya

penertiban jalan dari manusia manusia silver yang sekarang seperti mewabah

dikalangan Pengemis sebagai suatu mata pencaharian. Kebijakan tersebut terbentuk

dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 tentang Ketentraman,Ketertiban

Umum dan Perlindungan Masyarakat.

Sebelum Satpol PP Provinsi Sumatera Selatan menindaklanjuti Peraturan

Daerah Nomor 2 Tahun 2017 tentang Ketentraman,Ketertiban Umum dan

Perlindungan Masyarakat di Sumatera Selatan. Terdapat sebuah instruksi yang

mendungkung yang berisi tentang tugas atau peran satpol PP Provinsi Sumatera

Selatan, yang disebutkan dalam pasal 69 PERDA No.2 Tahun 2017 sebagai Berikut :

“Pembinaan,Pengendalian, dan Pengawasan terhadap penyelenggaraan

Ketentraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat dilakukan Oleh

Gubernur, dan dilaksanakan Oleh Satuan Polisi Pamong Praja”, yang dimana dalam

Perda tersebut Satpol PP mempunyai wewenang penuh untuk mengimplementasikan

Perda Nomor 2 Tahun 2017 tentang Ketentraman,Ketertiban Umum dan

Perlindungan Masyarakat di Sumatera Selatan. Oleh sebab itu, apabila masalah


10

pengemis, gelandangan, dan orang terlantar tidak segera mendapat penanganan maka

dampaknya sangat merugikan bagi masyarakat di kota Palembang sendiri dan para

wisatawan yang datang ke kota Palembang sebagai ibukota dari Sumatera Selatan.

Peran aparatur pemerintah daerah dalam hal ini khususnya Satuan Polisi Pamong

Praja (Satpol PP) Provinsi Sumatera Selatan harus ada upaya untuk menangani

banyaknya pengemis, gelandangan, dan orang terlantar di Kota Palembang, karena itu

dibutuhkan strategi untuk menertibkan PGOT dengan perencanaan, komunikasi,

pembagian tugas, serta pengawasan dan tindakan oleh Satpol-PP Kota Palembang

dalam penanganan sesuai dengan prosedur atau peraturan daerah yang sudah ada.

B. Kasus Posisi

Pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa dengan adanya Perda Nomor

2 Tahun 2017 dan adanya program penertiban melalui proses asosiatif. Maka

penertiban yang dilakukan seperti ini berperan dalam upaya penataan kota menjadi

tertib dan layak, baik ditinjau dari segi keindahan, keamanan, dan kenyamanan.

Proses penertiban yang dilakukan oleh petugas Satpol PP bertujuan untuk

menempatkan pedagang kaki lima di lokasi yang mendapatkan izin dari Pemerintah.

Sehingga mengurangi tingkat kemacetan yang setiap harinya terjadi di

Jalanan Kota Palembang, Sumatera Selatan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

mengambil tema pembahasan Laporan Akhir yang berjudul “Pelaksanaan

Penertiban Manusia Silver sebagai PGOT (Pengemis,Gelandangan, dan Orang

Terlantar) oleh Satuan Polisi Pamong Praja pada Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan Perda No.2 Tahun 2017 tentang Ketentraman,Ketertiban Umum dan

Perlindungan Masyarakat”.
11

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dirumuskan masalah yang menjadi

fokus penelitian ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana Peran SATPOL PP Provinsi Sumatera Selatan dalam menertibkan

manusia silver sebagai pengemis pada fasilitas umum jalanan kota Palembang ?

2. Apa Hambatan Pelaksanaan Penetiban Manusia Silver Oleh Satuan Polisi Pamong

Praja (SATPOL PP) di jalanan Kota Palembang ?


12

BAB II
PEMABAHASAN

A. Peran Satpol PP dalam menertibkan Manusia Silver sebagai PGOT

(Pengemis,Gelandangan, dan Orang Terlantar) di Kota Palembang

Satpol PP mempunyai tugas menjaga ketentraman dan ketertiban dan juga

menegakkan peraturan daerah yang dimana dalam laporan akhir ini penulis ingin

menjelaskan lebih lanjut peran Satpol PP Provinsi Sumatera Selatan yang terkandung

dalam Peraturan Daerah Sumatera Selatan Nomor 2 Tahun 2017 yang berisi tentang

tentang Ketentraman,Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat, yang dimana

dalam menjaga ketertiban ini sudah termasuk dalam program pemerintahdalam

penanggulangan penyakit masyarakat yang disebabkan oleh factor ekonomi, ada

beberapa penyakit masyarakat seperti, Pekerja Seks Komersil (PSK), Minuman keras

(Miras), Perjudian, dan Pengemis, Gelandangan, dan Orang Terlantar (PGOT). Dalam

hal ini penulis menspesifikasikan dari beberapa penyakit masyarakat yang ada dengan

mengambil salah satu dari penyakit masyarakat tersebut yaitu Pengemis, Gelandangan,

dan Orang Terlantar (PGOT).


13

Dalam Hal Pengemis, Penulis ingin merincikan bahwasannya yang penulis

bawa disini adalah Pengemis yang menjadi manusia silver sebagai sarana baru untuk

mengemis, Untuk melaksanakan kebijakan bidang ketentraman dan ketertiban

mengenai PGOT di Provinsi Sumatera Selatan terkhususnya di Kota Palemban, Satpol

PP mempunyai wewenang penuh dalam menertibkan PGOT di Kota Palembang yang

tersusun dalam hasil wawancara dari informan yang bersangkutan.

Pelaksanaan penertiban PGOT yang dilakukan oleh Satpol PP Sumatera

Selatan ada beberapa cara dan proses yang harus dilakukan oleh Satpol PP Sumatera

Selatan. Pernyataan ini disampaikan oleh Bapak Ade Jaya Martin selaku kepala bidang

Produk Hukum dan Daerah pada tanggal 9 Juli 2022.

“dalam kegiatan penertiban PGOT kami melakukan secara diam-diam,

mengguanakan mobil tertutup dari Satpol PP, hal ini dilakukan agar para PGOT tidak

mengetahui dengan kedatangan Satpol PP pada saat penertiban, karena apabila saat

Satpol PP melakukan penertiban menggunakan mobil patroli maka timbul adanya

kebocoran informasi, yang sehingga para PGOT akan kabur terlebih dahulu sebelum

Satpol PP datang ketempat para PGOT berada untuk melakukkan penertiban.”

Dan untuk proses penertiban juga disampaikan oleh Bapak Ade Jaya Marti

bahwa : dalam penertiban PGOT yang kami lakukan yaitu ada beberapa proses yaitu

pengawasan dan penertiban. Pengawasan yang kami lakukan yaitu dengan patroli

wilayah oleh Satpol PP, dan pada saat patroli wilayah ini Satpol PP dapat langsung
14

melakukan penangkapan PGOT. kemudian untuk penertiban sebelum itu kami

melakukan brifing yang dimana dalam brifing tersebut ada beberapa pembagian tugas,

salah satunya yaitu pembagian tempat untuk penertiban yang sudah di tentukan oleh

pemimpin brifing seperti misal di alun-alun Taman Kambang Iwak, Masjid Agung

Palembang, dan di beberapa titik Lampu Merah seperti Lampu Merah JKB-Kertapati-

Plaju serta Lampu Merah Jend.Sudirman. Setelah brifing dilakukan kami terjun ke

lapangan untuk melakukan penangkapan atau penertiban, setelah kegiatan

penangkapan dan pendataan yang dilakukan dari Satpol PP kepada PGOT, kemudian

Satpol PP berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk melakukan pembinaan yang

dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Palembang. ”

Dalam penertiban PGOT di kota Palembang yang dilakukan oleh Satpol

PP Sumatera Selatan ini memiliki bebarapa proses yaitu yang pertama, melakukan

pengawasan, pengawasan disini yaitu dilakukannya kegiatan patroli wilayah disetiap

titik-titik yang biasanya dimana para PGOT berada, seperti di Kawasan Masjid Agung

Palembang, dan biasanya tersebar secara Merata di beberapa Lampu Merah di Kota

Palembang yang biasanya terdapat pada Jalanan Jend. Sudirman, dan pada saat patroli

wilayah ini Satpol PP langsung dapat melakukan kegiatan penangkapan PGOT

(Pengemis, Gelandangan, dan Orang Terlantar) Setelah pengawasan proses penertiban

selanjutnya yaitu brifing untuk melakukan beberapa sosialisasi kepada para anggota

Satpol PP yang akan mengikuti kegiatan penertiban PGOT tersebut, dalam brifing ini

para anggota Satpol PP di berikan tugas untuk penempatan tempat yang sudah

ditentukan oleh pemimpin brifing, brifing ini dipimpin langsung oleh kepala bidang
15

Produk Hukum dan Daerah yaitu Bapak Ade Jaya Martin, S.E.

Setelah kegiatan brifing, Satpol PP melakukan kegiatan penangkapan atau

penertiban sesuai arahan pada saat brifing. Dalam proses penertiban ini tidak hanya

diawali dari pengawasan saat patroli wilayah saja, melainkan adanya laporan dari

masyarakat atau Dinas Sosial yang dimana nantinya akan dilanjutkan penertiban oleh

Satpol PP Sumatera Selatan. Kemudian setelah penangkapan dan pendataan PGOT,

Satpol PP selanjutnya menyerahkan para PGOT yang sudah ditangkap ke Dinas Sosial

untuk direhabilitasi.

Pengawasan ini juga tidak hanya dilakukan oleh Satpol PP melainkan ada

kerjasama dari Dinas Sosial dan masyarakat Kota Palembang yang nantinya akan

memeberikan laporan ke Satpol PP untuk setelahnya akan dilakukan penangkapan atau

penertiban ke PGOT oleh Satpol PP Sumatera Selatan, dalam penangkapan atau

penertiban PGOT ini, Satpol PP terlebih dahulu melakukan brifing, yang dimana

dalam brifing ini pemimpin brifing membagikan tugas untuk para anggota Satpol PP

yang ikut serta dalam menertibkan PGOT, seperti pembagian tempat penangkapan

PGOT, setelah brifing dilakukan, Satpol PP langsung melaksanakan kegiatan

penangkapan PGOT di tempat-tempat yang sudah ditentukan oleh pemimpin brifing.

Penangkapan PGOT dilakukan secara diam-diam oleh para anggota Satpol, dan dalam

kegiatan penangkapan ini Satpol PP menggunakan mobil yang tertutup hal ini

dimaksudkan agar para PGOT tidak mengetahui akan kedatangan anggota Satpol PP,

jika Satpol PP melakukan kegiatan penangkapan ini tidak dengan cara diam-diam atau
16

langsung menggunakan mobil patroli, maka akan terjadi kebocoran informasi yang

nantinya para PGOT akan kabur terlebih dahulu sebelum para anggota Satpol PP

datang.

Pada saat penangkapannya pun Satpol PP mengedepankan sikap yang

humanisme, yang artinya memanusiakan manusia atau memperlakukan para PGOT

dengan baik, setelah penangkapan PGOT dilaksanakan para PGOT dibawa ke kantor

Satpol PP lalu dilakukan pendataan dan setelah itu par PGOT diserahkan ke Dinas

Sosial untuk pembinaan lebih lanjut. Adapula anak jalanan yang Satpol PP tangkap

tidak langsung dibawa ke Dinas Sosial, melainkan diberi sanksi sosial dan menyita

semua aksesoris yang dipakai oleh para anak jalanan yang tertangkap tersebut. Peran

Satpol PP dalam penertiban PGOT ini sangat berpengaruh dalam kebijakan bidang

ketertiban dan ketentraman di Kota Palembang.


17

Berikut ini adalah TahapanProses Perencanaan Program dari Pihak SATPOL PP Kota Palembang dalam
menertibkan PGOT (Pengemis, Gelandang, Orang Terlantar)

Melakukan sosialisasi terhadap PGOT


Sosialisasi Mengenai Penertiban yang dilakukan
Oleh aparat untuk menciptakan ketertiban
Dan Ketentraman

Tahapan Meningkatkan kesadaran terhadap PGOT


Preemtif Pembinaan bahwa Lokasi tempat mereka berjualan
Bukan peruntukannya

Dengan melibatkan instruktur untuk mem


Penyuluhan berikan pemahaman dan pengarahan
Kepada PGOT agar lebih memahami aturan
yang diberikan

Para Aparat memberikan teguran kepada


Peringatan Lisan PGOT dengan pendekatan yang bersifat
persuasif
Tahapan
Preventif

Menempelkan atau menyebarkan


Peringatan Surat Peringatan yang berasal dari
Tulisan Pihak Satpol PP atau instansi terkait
Ke sejumlah tempat
18

Tahapan Melakukan Penangkapan secara


Represif Paksa

B. Hambatan Pelaksanaaan Penertiban oleh Satuan Polisi Pamong Praja

terhadap Manusia Silver Sebagai PGOT (Pengemis, Gelandangan, dan Orang

Terlantar) di Provinsi Sumatera Selatan

Faktor eksternal yaitu pesoalan kebudayaan dan kesadaran yang cenderung

menyikapinya dengan atak acuh pada peraturan yang telah dikeluarkan oleh

pemerintah akan pentingnya suatu ketertiban dan ketentraman sehingga mereka tidak

pernah melaksanakan perintah aparat Satpol PP dan masih tetap berkeliaran di lokasi

yang telah dilarang, sebagian dari mereka juga masih ada yang tidak mengetahui

aturan didalam Perda bahwa lokasi tempat mereka biasa berkumpul ini dilarang, Ini

menjadi perhatian khusus kepada Satpol PP kota Palembang untuk terus melakukan

sosialisasi tentang perda kepada Para PGOT tersebut

Sementara faktor internalnya yaitu sarana dan prasarana yang dimiliki Satpol

PP kota Palembang kurang lengkap seperti kendaraan mobil dan motor patroli, truk

besar, kecil dan sedang serta perangkat hukum lainnya seperti borgol, tameng, ransel,

jaket, masker dan lain-lain yang mengakibatkan dalam melaksanakan penertiban

Satpol PP kurang maksimal, dan juga Dalam pelaksanakan kegiatan penertiban yang

dilakukan oleh Satpol PP Provinsi Sumatera Selatan terhadap PGOT, tidak begitu
19

saja selesai dengan mudah, dalam penertiban ini ditemui kendala-kendala yang

dihadapi, kendala tersebut yaitu kurangnya Kurangnya armada.

Berdasarkan hasil penelitian tentang kurangnya armada ini memang merupakan

kendala yang harus dihadapi oleh Satpol PP Sumatera Selatan, yang dimana dengan

kurangnya alat transportasi atau armada ini menghambat dalam penertiban PGOT,

karena dalam penertiban PGOT yang dilakukan oleh Satpol PP ini dilakukan dengan

cara diam- diam mengguanakan armada yang tertutup seperti minibus atau mobil

yang tidak bertuliskan Satpol PP di bagian mobil tersebut, hal ini bertujuan agar para

PGOT yang akan ditertibkan tidak mengetahui kedatangan dari Satpol PP, dan untuk

mengurangi adanya kebocoran informasi. Sedangkan Satpol PP Sumatera Selatam

sendiri hanya memiliki 2 (dua) mobil patroli, 1 (satu) truk angkut barang, 1 (satu)

truk dalmas dan 1 (satu) mobil avanza. Jumlah armada yang ada tersebut masih dirasa

kurang dalam menunjang kegiatan penertiban PGOT yang dilakukan oleh Satpol PP

Sumatera Selata.

Selain hambatan-hambatan di atas tentunya ada gangguan gangguan yang

lumrah terjadi yaitu gangguan dimana banyak PGOT menggunakan fasilitas umum,

berjualan diatas trotoar, dan menjadikan tempat berdagang diri mereka ini menjadi

tempat tinggal. Hal ini tentunya mengganggu pengguna jalan, juga mengganggu

fasilitas umum yang sudah tertata dengan baik sesuai dengan tata ruang kota.

Dalam melaksanakan kewenangannya guna menegakkan peraturan daerah,

sebagai salah satu tugas utama dari Satpol PP, tentunya tidak semudah membalikkan

telapak tangan, terlebih dalam melaksanakan kewenangannya ini Satpol PP dibatasi


20

oleh kewenangan represif yang sifatnya non yustisial. Karenanya, aparat Satpol PP

seringkali harus menghadapi berbagai kendala Ketika harus berhadapan dengan

masyarakat yang memiliki kepentingan tertentu dalam memperjuangkan

kehidupannya, yang akhirnya bermuara pada munculnya konflik (Bentrokan).


21
121

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan uraian penulis pada tulisan ini, maka penulis dapat

menyimpulkan sebagai berikut :

1. Satpol PP memiliki peran penting dalam menjaga ketentraman dan ketertiban

umum khususnya mengenai penertiban PGOT di Kota Palembang, dalam

menjalankan perannya, Satpol PP menertiban PGOT dengan cara atau proses yang

pertama yaitu Satpol PP melakukan pengawasan yang akan dilanjutkan kegiatan

penangkapan atau penertiban, sebelum melakukan kegiatan penertiban Satpol PP

melakukan Brifing yang dipimpin oleh Kasubag Produk Hukum dan Daerah

(Prohuda) atau Ketentraman dan Ketertiban Umum (Trantibum), yang setelahnya

Satpol melakukan kegiatan penertiban ke tempat-tempat yang sudah ditentukan pada

saat brifing, setelah kegiatan penertiban atau penangkapan kemudian para PGOT

dibawa ke kantor Satpol pp kemudian para PGOT didata dan diserahkan ke Dinas

Sosial Kota Palembang untuk direhabilitasi, dalam melakukan penertiban PGOT,

Satpol PP melakukan kerjasama dengan beberapa pihak yaitu masyarakat dan Dinas

Sosial Kota Palembang. Satpol PP telah melaksanakan tugasnya dengan

melakukan perannya dengan baik, dan melakukan penertiban yang sudah sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).


22

2. Pelaksanaan penertiban yang dilakukan Satpol PP Kota Palembang di hadang

berbagai hambatan, hambatan tersebut yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eskternalnya yaitu kebudayaan dan kesadaran masyarakat yang masih kurang

sehingga tidak mengindahkan perintah aparat dan tetap melakukan kegiatan yang

menganggu masyarakat di lokasi” yang telah dilarang, sedangkan faktor internalnya

adalah sarana dan prasarana yang masih kurang dan minim sehingga tidak Satpol PP

Provinsi Sumatera Selatan kurang maksimal dalam menjalankan tugasnya di

lapangan.

B. Saran

1. Untuk selalu konsisten dalam menerapkan metode preemtif yaitu

melakukan sosialisasi, penyuluhan serta pembinaan terhadap PGOT kemudian

melakukan metode preemtif yaitu aparat Satpol PP harus selalu melakukan

penjagaan, pengawasan, teguran baik lisan dan tulisan dengan pendekatan yang

persuasif sehingga dapat membuat para PGOT sadar dan tidak lagi mengulangi

kebiasaan mereka dilokasi yang telah dilarang. Dan juga diharapkan Pemerintah

memberikan Fasilitas atau tunjangan yang layak bagi para PGOT ini untuk mereka

mempertahankan hidup mereka di kala perekonomian yang sedang tidak stabil seperti

sekarang ini

2. Mengupayakan melengkapi sarana dan prasarana terutama sarana yang

berkaitan dengan penertiban kepada PGOT seperti gudang tempat penyimpanan

barang, truk, serta kendaraan mobil dan motor patroli dengan meminta penambahan

anggaran sehingga dapat memaksimalkan kinerja aparat Satpol PP.


23

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pk. Rakti


Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Dalam Negeri. Polisi Pamong Praja. Direktorat Jenderal


Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah.

Dubowits, Howard. 2000.Handbook For Child Protection Practice, : USA. SAGE


Publication.

Friedlaner, Walter A. 1982. Introduction To Social Welfare 3rd Edition. New


Jersey: Prentice-Hall.

Hami, Handoko. 1999. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Jakarta: PT Rafika Aditam.

Maleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2004 tentang Pedoman Polisi Pamong Praja

Scott, John 2011. Sosiologi : The Key Concept. Rajawali Pers, Jakarta Suparlan.

(1993). politik dalam golongan kemiskinan di perkotaan. jakarta:


yayasan obor indonesia.

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali. Jakarta Soekanto,

Soejono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Garfindo


Persada.

Suparlan. (1993). politik dalam golongan kemiskinan di perkotaan. jakarta:


yayasan obor Indonesia.

Thoha, Miftah. 1997. Kepemimpinan dalam Organisasi. Rajawali Press. Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2004 Tentanag Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2004 Tentanag Peraturan Daerah.


24
Jurnal dan Website

Aida Vitayala S. Hubeis, 2010. Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa.


IPB Press, Bogor

Damayanti, Welda. 2017. Jurnal “Implementasi Kebijakan Penanggulangan


Gelandangan dan Pengemis di Kabupaten Demak Berdasarkan Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2015”.

Erwan Agus Purwanto. 2007. Mengkaji Usaha Kecil Menengah (UKM) Untuk
Membuat Kebijakan Anti Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Vol. 10. No. 3. Maret 2007.

Harefa, Brian. 2012 . Makalah Gepeng.


http://www.academia.edu/6492300/MAKALAH_GEPENG (di unduh pada 09 Juli 2022.
Pukul 20.30 )

Mubyarto. (2003). Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ekonmi


Rakyat. Th. II No. 2. April 2003.

Pradipto, Rommel, Syarifudin. Jurnal Urbanisasi di Indonesia Antara Motif


Ekonomi dan Stigma Kesejahteraan.

Puranti. 2004. Isu dan Masalah Mobilitas Penduduk Urbanisasi di Indonesia.


Majalah Ilmiah Dinamika. Vol. 20, No. 2.

Rustopo, dkk. 2009. Kebijakan Penataan Sektor Ekonomi Informal Di Kota


Semarang. Dalam Laporan Penelitian.

wal'Iqram, S. (2017). Peran Satuan Polisi Pamong Praja Kota Samarinda dalam
Penertiban Pengemis di Pasar Pagi Kecamatan Samarinda Ilir. eJournal Administrasi
Negara

https://satuanpolisipamongprajasumateraselatan.blogspot.com/p/software.html

(diakses 10 Juli 2022. 20.00).

Umam, Saiful. 2010. Istilah “Ngemis” Ternyata Bermula dari Santri dalam dalam
http://www.lareosing.org/archive/index.php/t-1691.html (diunduh pada: 10 Juli 2022,
22:59 )

Ramsen, Kurniawan. 2012. Lansia Terlantar Dalam http://kurniawan-


ramsen.blogspot.com/2012/11/lansia-terlantar.html (diunduh pada: 11 Juli 2022,
19:30 )

https://kbbi.web.id/peran (diakses pada: 13 Juli 2022)


25
26

LAMPIRAN

DOKUMENTASI
27
28
29

SURAT PENGANTAR DARI KAMPUS


30
31

LAPORAN HARIAN KULIA KERJA LAPANGAN DI SATUAN


POLISI PAMONG PRAJA SUMATERA SELATAN

NAMA : Panca Rega Yuliady


NIM : 02011381823380
No. Hari tanggal Tropoksi perkejaaan
1 Senin, 6 Juni 2022 Pada hari pertama, saya melaksanakan apel pagi
di lingkungan satuan polisi pamong praja provinsi
sumatra selatan yang dipimpin langsung oleh
bapak Dedi harapan selaku sekretaris Polpp Prov
sumatra selatan. Selanjutnya pembekalan langsung
oleh bapak kepala bidang Penegakan Peraturan
Daerah dan Peraturan Gubernur yaitu Bapak Ade
Jaya Martin, SE Pengenalan Kelompok jabatan
fungsional serta tugas tugasnya oleh Bapak
Muhammas Yanuar, S.H M,Si. Pada hari ini
membahas kegiatan yang ada di polpp terutama
di bagian bidang penegakan
perda.
2 Selasa, 7 Juni 2022 Pada hari kedua, Bu henny selaku dospem
berkujung ke kantor satpol PP untuk menemui pak
dedi dan pak yanuar selaku sekretris dan kasi
penegak perda. Selanjutnya di ruangan penegak
perda kami di kasi contoh dan dijelaskan
bagaimana peraturan daerah dan surat perintah
untuk melakuan peraturan daerah tersebut.
Di surat perintah tersebut Ada pula berisi tujuan
tujuan perintah tersebut, kemudian tanggal, hari
dan tempat pelaksanaan perintah. di akhir terdapat
nama nama siapa saja yang akan melaksanakan
perintah tersebut dalam bentuk tabel
3. Rabu, 8 Juni 2022 Pada hari ketiga, Kami mengikuti patroli protokol
kesehatan di 2 acara pemerintah provinsi. Pertama
dalam rapat optimilisasi peran SIKP dalam
mendukung kur dalam wilayah sumatera selatan,
dan kedua patroli di aula asrama haji untuk
memantau pelatihan pencegahan dan migrasi
BPBD di wilyah prov SUMSEL 2022.
4. Kamis, 9 Juni 2022 Hari ini kami menjalankan apel pagi yang di
pimpin oleh Pak Zamhar. kami juga mempelajari
pembuatan nota dinas yang berisikan beberapa
struktur struktur. pada struktur pertama berisi
pendahuluan yanh berisikan latar belakang, dasar
hukum, maksud dan tujuan. Kemudian ada bagian
kegiatan yang dilaksanakan. kemudian ada bagian
tabel yang berisikan hasil yang di capai dalam
kegiatan tersebut. dilanjutkan dengan kesimpulan
dan penutup di bagian akhir.
5. Jumat, 10 Juni 2022 Pada hari ke 5 kami membahas tentang aset
pemprov yang berada di Jakabaring tepatnya di
jalan Bastari Kelurahan 8 Ulu Kecamatan
Jakabaring, kota Palembang.
6. Senin, 13 Juni 2022 Pada Hari ini kami melaksanakan apel pagi yang
di pimpin langsung oleh bapak KASAT bapak H
aris saputra dan di lanjutkan dengan pengkajian
pembahasan draff perda lubuk linggau
7. Selasa, 14 Juni 2022 Pada Hari selasa melakukan penulisan surat
pernyataan tentang pelanggaran yang ada pada
tahun 2022. Banyaknya masyarkag yang di
32

melanggar peraturan dan di razia di tangkap di


kosan kosan yang berada di sekitar kota
palembang.
8. Rabu, 15 Juni 2022 Membahas tentang penelitian skripsi saya tentang
UU No. 7 Tahun 2019 tentang pengawasan
pengendalian penertiban peredaran minuman
beralkohol dan UU No. 4 Tahun 2012
9. Kamis, 16 Juni 2022 Pada hari ke 9 kami melaksakan apel pagi yang
dimpinpi oleh bapak ade selaku kabid gakda dan
siangnya memabhasa tentang perda nomor7 tahun
2015
10 Jumat, 17 Juni 2022 Pada hari ke 10 kami datang seperti biasa tapi
tidak mengikuti senam pagi di pemda, langsung di
lanjutkan pembahasan tentang pembuatan nota
dinas yang di jelaskan ole PPNS Satpol PP
(laporan hasil kegiatan penanganan atau
pelanggaran peraturan daerah provinsi) nota dinas
11 Senin, 20 Juni 2022 Pada hari ke 11 kami mengukuti apel pagi seperti
biasa yang dimpin langsung oleh bapak KASAT
PolPP H. Aris Saputra dan dilanjutkan
pembelajaran tentang somasi dari peradi untuk
satpolpp serta membahas bagaimana pembuatan
surat balasan dari surat yang bersangkutan.
12. Selasa, 21 Juni 2022 Pada Hari ke 12, di lokasi pertama kami mengikuti
peninjauan di daerah kramasan karena ada 4
bangunan di pinggir jalan yang dibangun di atas
tanah tanah pemprov. ( Perda No. 2 Tahun 2018).
Peninjauan dan pendataan tersebut dilakukan
untuk memberikan surat teguran kepada pihak
yang bersangkutan dibantu oleh RT setempat.
Lokasi kedua, kami menuju di daerah sebrang
yaitu ada sekitar 4 rumah dan 7 depot kayu yang
berdiri di tanah pemprov, di sebrang Tanah Hibah
Pemprov untuk POLSRI. Bangunan tsb dilakukan
pendataan kepemilikan.
13 Rabu, 22 Juni 2022 Pada Hari ke 13, kami mendata rokok rokok non
cukai yang beredar di Indonesia. Ada kurang lebih
90 nama rokok non cukai yang berada di indo dan
akan di selidiki rokok mana saja yang di
perjualbelikan di sumsel karena melanggar PP No.
10 Tahun 2012 TENTANG PERLAKUAN
KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI
DI KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS
Kamis, 23 Juni 2022 Pada Hari ke 14, kami melaksanakan apel pagi
14. yang di bina ole pak dedi harapan dan dilanjutkan
di ruang bidang membantu merekap tentang tugas
polpp bagian ketertiban umum dalam
melaksanakan tertin sosial, tertib kesehatan, tertin
tata ruang dan lainnya yang dimana sesuai depan
PERDA No. 2 Tahun 2017
15. Jumat, 24 Juni 2022 Pada Hari ke 15, datang seperti biasa dan
menyimak pembuatan nota dinas yang di beri oleh
kakak satpol pp untuk di pelajari bersama
16. Senin, 27 Juni 2022 Pada Hari ke 16, mengikuti apel pagi dibina
langsung Bapak Kasat dan dilanjutkan di ruangan
gakda untuk mempelajari menganalisa perda yang
telah di tegakkan oleh SATPOL PP sumatera
selatan yaitu Perda Provinsi Sumatera Selatan
Nomor 4 Tahun 2012 tentang perubahan
Ritribusi Jasa Usaha.
17. Selasa, 28 Juni 2022 Pada Hari ke 17, Kami melaksanakan pengantaran
surat tembusan ke gubernur surat tersebut
berisikan surat teguran ke tiga tentang
aset pemda untuk 3 warga di daerah keramasan
18. Rabu, 29 Juni 2022 Pada Hari ke 18, kunjungan ke 2 dari Bu Henny
selaku dosen Pembimbing dan setelah itu kami
langsung membantu perispan pornas 1-7 Juli
19. Kamis, 30 Juni 2022 Pada hari ke 19, kami mengikuti koordinasi ke
dimas PMPTSP provinsi sumatra selatan dan
dilanjutkan koordinasi ke SATPOL PP Kota
Palembang serta meninjau langsung lokasi yang
sudah di koordinasi antar lembaga yaitu holywings
terkait surat izin ya g berlaku. Selanjutnya
melakukan pengawasan terkait bangunan yang
sudah diberikan surat teguran karena sudah berdiri
di Tanah Pemprov Sumsel di
daerah Kramasan.
20 Jumat, 1 Juli 2022 Kami melakukan persiapan fornas 2022 dan
mengikuti pembukaan fornas di Jakabaring Sport
City
21 Senin, 4 Juli 2022 Mengantar surat teguran ke tiga ke daerah
kramasan, dan mengecek bangunan tersebut
apakah sudah di bongkar oleh warga yangelanggar
pembangunan di aset daerah
22. Selasa, 5 Juli 2022 Membantu dan ikut mempelajari bahan untuk
sidang Aset Di PTUN besok tgl 6 Juli.
23. Rabu, 6 Juli 2022 Padah hari ini kami datang di hsri terkahir ke
Jakabaring Sport City untuk melihat pameran
sriwijaya expo tahun 2022 bersama Kepala seksi
Antar lembaga ( Bpk. Tito)
24. Kamis, 7 Juli 2022 Pada hari ke 24, kami mengikuti apel pagi yang di
bina langsung ole pak dedi harapan selaku
sekretaris satpol pp sumsel. Dan dilanjutkan
dengan membantu membuay surat peringatan
untuk warga masyrakat kramasan yang melanggar
perda Aset
25. Jumat, 8 Juli 2022 Pada hari ke 25, kami datang seperti biasa
membantu perkejaan administrasi bidang P3 dan
dilanjutkan bimbingan KKL dengan bu heni di
kampus bukit
26. Senin, 11 Juli 2022 Pada hari ke 26, kami mengikuti apel pagi yang di
bina oleh bapak ferdinan selaku kabid tibum dan
dilanjutkan dengan membantu administrasi
bidang P3
27 Selasa, 12 Juli 2022 Pada hari ke 27 kami mengikuti pemantauan
bangunan liar di daerah danau opi untuk
melakukan pengiriman surat teguran
28. Rabu, 13 Juli 2022 Pada hari ke 28 kami membantu persiapaan dan
berkas berkas untuk pendataan hari kamis karena
banyaknya warga yang membangun rumah di
linggiran danau opi yang merupakan tanah
tersebut milik pemerintah pemprov
29. Kamis,14 Juli 2022 Pada hari ke 29, kami ikut dalam pendataan di Opi
untuk mendata semua warga yang melanggat
pemda aset. Data yang di perole ada 54 pelanggar

Anda mungkin juga menyukai