Anda di halaman 1dari 16

KLIPPING

SEJARAH INDONESIA
KONFLIK DI INDONESIA YANG TERJADI PADA
TAHUN 2016 – 2021

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK I

AULIA FATMA DILLA


DARNI
NADIYA VEGA

SMA NEGERI 23 BONE


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KLIPPING
SEJARAH INDONESIA
KONFLIK DI INDONESIA YANG TERJADI PADA
TAHUN 2016 – 2021

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK II

RISMA
RISMI
NENNI

SMA NEGERI 23 BONE


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KLIPPING
SEJARAH INDONESIA
KONFLIK DI INDONESIA YANG TERJADI PADA TAHUN
2016 – 2021

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK III

KHAERUNNISA
NURWAHIDA
SUWAEDAH
YUNITA RAHMAN

SMA NEGERI 23 BONE


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KLIPPING
SEJARAH INDONESIA
KONFLIK DI INDONESIA YANG TERJADI
PADA TAHUN 2016 – 2021

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

ASLIRA SRI RAMADHANI

SMA NEGERI 23 BONE


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
PERANG ADAT DI TOLIKARA PAPUA (2016)

Perang adat yang berlangsung lebih dari sepekan yang mengakibatkan sedikitnya dua
orang tewas, 17 luka berat, dan 15 lainnya luka ringan sementara tak kurang dari 95 rumah
hangus dibakar, sejumlah lahan pertanian rusak, dan hewan ternak dijarah.
Banyak hal masih simpang siur, namun kerusuhan dilaporkan terkait sengketa pembagian dana
desa antara warga distrik Gika dan distrik Panaga, yang masing-masing terdiri dari 10 desa.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tolikara menggambarkan kerusuhan
itu sebagai 'perang adat'.
Pengamat Papua dari LIPI, Adriana Elisabeth menyebut, persoalan kecil seperti ini di Papua
sering bisa meledak dan berlarut-larut, karena akar masalahnya sering tidak dituntaskan, dan
malah sering ada rekayasa.
Kepala BPBD Tolikara Feri Kogowa, menyebut, kerusuhan berlangsung begitu lama karena
lokasinya sulit dijangkau aparat. Sekarang, katanya, aparat Pemda Tolikara dan kepolisian sudah
berada di lokasi untuk menengahi, namun suasana masih panas.
"Warga kedua distrik, bersenjatakan tombak, parang, dan terutama anak panah, saling
menyerang. Kedua belah pihak siaga 24 jam. Masing-masing mungkin berkekuatan setidaknya
500 orang."
"Banyak warga biasa juga mengungsi ke distrik-distrik tetangga. Mungkin lebih dari 3000
orang," kata Feri Kogowa.
KONFLIK PAPUA (2017)

Kasus penyanderaan di Mimika pertama kali merebak pada Oktober-November 2017.


Saat itu, TNI/Polri menyatakan terdapat kelompok bersenjata yang mengisolasi 1.300 warga dan
sudah memutus lalu lintas dari dan menuju desa Banti dan Kimbely di Kabupaten Timika.
Wartawan sulit memverifikasi apa yang sebenarnya terjadi di sana karena akses ke lokasi
kejadian ditutup, seperti disampaikan oleh Viktor Mambor dari Aliansi Jurnalis Independen di
Papua.
"Itu sulit sekarang. Dulu sebelum ada kejadian, beberapa kali wartawan bisa naik ke Kimbely,"
kata Viktor.
"Tetapi setiap ada kejadian begini pasti jdi sulit. Kita sebenarnya bisa datang sembunyi-
sembunyi, tapi dengan situasi seperti ini kan bisa kena tembak," katanya pula.
Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi mengatakan
tentara gabungan telah berhasil menguasai enam kampung di distrik tersebut, antara lain
Longsoran, Kimbeli, Banti 1, Banti 2, Utikini, dan Opitawak.
"Tapi ada satu kampung, namanya Kampung Arwanop. Ini merupakan salah satu kampung yang
belum dikuasai TNI/Polri. Jaraknya dari kampung terdekat, Kampung Opitawak, perjalanan satu
sampai dua hari berjalan kaki," kata Aidi.
KERUSUHAN DI PONTIANAK (2019)

Sejumlah orang membakar Pos Polisi Lalu Lintas di Perempatan Jalan Tanjung Raya I,
Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (22/5/2019) sekitar pukul
07.00 WIB.
Sebelum terjadi kebakaran pos polisi tersebut, awalnya sejumlah orang berkumpul
dengan membawa petasan serta membakar ban di perempatan tersebut sekitar pukul 04.30 WIB.
Saat matahari terbit, terbakarlah pos polisi lalu lintas yang berada 100 meter dari lokasi massa.
Akibat kerusuhan itu, tiga anggota polisi dilaporkan terkena tembakan sanjata api jenis lantak
saat mengamankan aksi massa, Kamis (23/5/2019) dini hari. Selain luka tembak, sejumlah
anggota kepolisian juga ada yang dirawat karena lemparan batu dari peserta aksi. Gubernur
Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji menilai, kericuhan yang terjadi di Kota Pontianak, Kalbar,
Rabu pagi, akibat adanya provokasi dari kejadian di Jakarta. "Orang demo menyampaikan hal itu
wajar. Namun, saya berharap kita harus menjaga keadaan Kota Pontianak dan Kalbar agar tetap
kondusif," katanya, Rabu sore. Sementara itu, Kapolda Kalimantan Barat Irjen Pol Didi Haryono
mengungkapkan, sebanyak 203 orang ditangkap dalam kerusuhan tersebut. Dari 203 orang
tersebut, berdasarkan pemeriksaan urine, 98 orang diantaranya positif menggunakan narkoba
jenis sabu dan tiga orang membawa barang bukti narkoba. "Mereka rata-rata sebagai pengguna
(narkoba). Itu berdasarkan hasil tes urine," kata Didi, di Mapolda Kalbar, Kamis (23/5/2019).
Baca juga: 3 Polisi Tertembak Senjata Api Rakitan Saat Amankan Kerusuhan di Pontianak
VIDEO HOAKS JADI PEMICU DIBAKARNYA KANTOR POLSEK (2019)

Rabu (22/5/2019) sekitar pukul 22.00 WIB, kantor Polsek Tambelangan di Sampang, Jawa
Timur, ludes dibakar massa. Aksi anarkis tersebut dipicu beredarnya video hoaks di media sosial.
Ada salah satu ulama dikabarkan ditahan polisi saat mengikuti aksi 22 Mei di Jakarta. Dalam
penyelidikan, polisi menemukan satu kardus bom molotov yang belum digunakan. Bom molotov
yang berupa botol bekas minuman suplemen berisi minyak tanah dan bersumbu itu ditemukan di
samping selatan kantor Polsek Tambelangan. "Awalnya dari info hoaks. Warga kemudian
terprovokasi dan melakukan tindakan di luar kendali hingga berujung pembakaran," terang
Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Luki Hermawan, Kamis (23/5/2019) saat meninjau lokasi kantor
Polsek Tambelangan. Kapolda Jawa Timur menegaskan, peristiwa pembakaran kantor Polsek
Tambelangan, tidak ada kaitannya dengan masalah Pilpres secara langsung. Pasca-kejadian itu
polisi berhasil mengamankan enam orang pelaku pembakar Polsek Tambelangan, keenamnya
ditangkap saat tengah bersembunyi di pesantren-pesantren di Sampang. "Enam orang sudah kami
amankan dan sudah berstatus tersangka, mereka diperiksa maraton di Mapolda Jatim," kata Luki,
Minggu (26/5/2019) malam.
KASUS KERUSUHAN DI BUTON (2019)

Sebanyak 87 rumah hangus dibakar setelah terjadi bentrok antar warga Desa gunung Jaya
dengan Desa Sampuabalu. Tak hanya itu, dua orang warga Desa Gunung Jaya tewas dan delapan
orang lainnya mengalami luka-luka dalam insiden tersebut, Rabu (5/6/2019) lalu. Kapolda
Sulawesi Tenggara (Sultra) Brigjend Pol Irianto mengatakan, pemicu terjadinya pertikaian antara
warga Desa Gunung Jaya dengan Desa Sampuabalo karena salah paham. “Yang diawali dari
pemuda Sampuabalo yang melintas di Desa Gunung Jaya, karena memainkan gas motor.
Masyarakat Gunung Jaya terganggu dan tidak terima sehingga masyarakat mengeluarkan
pernyataan yang tidak mengenakan," kata Irianto, di Desa Gunung Jaya, Kecamatan Siotapina,
Kabupaten Buton, Kamis (6/6/2019) siang. Melihat kelakuan tidak sopan para pemuda dari
Sampuabalo, warga Desa Gunung Jaya pun terpancing emosinya. Warga desa pun mengeluarkan
kata-kata kotor yang menyinggung para pemuda Sampuabalo. "Kejadian tersebut berlanjut, tak
lama kemudian, masyarakat Sampuabalo tiba-tiba datang ke Gunung Jaya terjadi lemparan batu.
Masyatakat Desa Gunung Jaya sangat sedikit penghuninya, sehingga ada pembakaran,”
sambungnya. Sementara itu, menurut Bupati Buton, La Bakri, ada sekitar 700 warga Desa
Gunung Jaya mengungsi di rumah-rumah warga Desa Laburunci. “Warga yang mengungsi masih
terus berdatangan dan mengungsi di rumah-rumah warga untuk memudahkan penanganan
bantuan,” katanya. Pasca-kerusuhan itu, polisi menetapkan 38 orang warga Desa Sampuabalo
lainnya, sebagai tersangka. “Kemarin yang dibawa ke polda untuk dilakukan pemeriksaan secara
keseluruhan ada 83 orang. Dari 83 orang tersebut, kami kembalikan 45 orang, karena hasil
pemeriksaan tidak terlibat,” kata Kapolres Buton AKBP Andi Herman, Selasa (11/6/2019).
KERUSUHAN DI FAKFAK DAN TIMIKA (2019)

Rabu (21/8/2019) pagi, kerusuhan pecah di Kabupaten Fakfak, Papua Barat, dalam kerusuhan
itu, terjadi pembakaran kantor Dewan Adat dan Pasar Thumburuni di Fakfak. "Beberapa jam lalu
terjadi pembakaran kantor Dewan Adat dan Pasar Tumburuni," kata Wakil Gubernur Lakotani,
seperti dikutip dari Tribun Palu, Rabu siang. Lakotani mengatakan, penyebab kerusuhan di
Fakfak masih merupakan lanjutan dari aksi protes atas rasisme terhadap mahasiswa Papua di
Surabaya dan Malang, Jawa Timur. Hal senada diungkapkan Kepala Biro Penerangan
Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo. Menurutnya, kericuhan di Fakfak,
Papua Barat disebabkan karena provokasi sekelompok orang. "Hanya segelintir orang yang
memang mencoba memprovokasi masyarakat. Itu sedang diidentifikasi. Dan beberapa simbol-
simbol juga sudah diamankan oleh aparat kepolisian," ujar Dedi saat ditemui di kawasan
Kemang, Jakarta Selatan, Rabu. Selain di Fakfak, kerusuhan juga terjadi di Mimika, Papua Barat
pada (21/8/2019). Ribuan demonstran yang berunjuk rasa di halaman gedung DPRD Mimika
merusak berbagai fasilitas umum seperti gedung DPRD Mimika, bangunan di sekitar gedung
DPRD hingga mobil yang berada di jalan. "Selain itu, massa juga memblokade jalan
Cendrawasih," kata Jurnalis Kompas.com Irsul via sambungan telepon. Dalam aksi unjuk rasa
tersebut, dua aparat terluka saat menghalau massa dalam peristiwa kerusuhan di Timika. Pasca-
kerusuhan itu, polisi menetapkan 34 orang sebagai tersangka terkait kerusuhan yang terjadi di
Timika, Papua, Rabu. Awalnya, polisi mengamankan 45 orang pengunjuk rasa, namun setelah
dilakukan pemeriksaan, hanya 34 orang yang diproses hukum lebih lanjut.
KERUSUHAN DI WAMENA (2019)

Aksi unjuk rasa siswa di Kota Wamena, Papua, Senin (23/9/2019) berujung rusuh, demonstran
bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN dan beberapa kios
masyarakat. Kapolda Papua Irjen Rudolf A Rodja mengatakan, aksi anarkistis di Wamena dipicu
kabar hoaks tentang seorang guru yang mengeluarkan kata-kara rasis di sekolah. "Guru tersebut
sudah kita tanyakan dan tidak ada kalimat rasis, itu sudah kita pastikan. Jadi kami berharap
masyarakat di Wamena dan di seluruh Papua tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang
belum tentu kebenarannya," tuturnya.
KERUSUHAN DI JAYAPURA

kerusuhan terjadi di Jayapura, bentrok terjadi antara massa Aliansi Mahasiswa Papua (AMP)
dengan aparat gabungan di Expo Waena, Kota Jayapura, Papua, Senin (23/9/2019). Akibat
kejadian tersebut, jatuh korban jiwa dan luka-luka, baik dari sisi aparat maupun AMP. "Dari
peristiwa itu, 1 anggota TNI tewas dan 6 anggota Brimob luka berat," ujar Kabid Humas Polda
Papua Kombes AM Kamal, di Jayapura, Senin (23/9/2019). Enam anggota Brimob yang
mengalami luka berat, kini sedang menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Bhayangkara
Jayapura. Sementara, Prajurit TNI yang gugur dalam kejadian tersebut adalah Praka Zulkifli
yang bertugas di Yonif 751/Raider. Sementara itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi
Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo menceritakan kerusuhan yang terjadi di Expo Waena,
Kota Jayapura, Papua, Senin (23/9/2019) lalu. Berawal, mahasiswa Papua yang pulang kampung
ke Papua menduduki Universitas Cendrawasih ( Uncen), sebagian besar mahasiswa itu
disebutkan datang dari Sulawesi. Dedi mengatakan, mahasiswa tersebut diduga ingin mendirikan
posko di areal Uncen. Menurut polisi, posko tersebut diduga untuk melakukan propaganda dan
rencana aksi lainnya. "Mahasiswa langsung mendatangi Uncen, kemudian melakukan
pemblokiran, pemasangan spanduk dan rencana akan mendirikan posko, dengan mengambil
areal Uncen," kata Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin malam. "Posko
tersebut diduga digunakan untuk melakukan provokasi, propoganda dan melakukan rencana aksi
lainnya," sambungnya.
BOM THAMRIN/SARINAH

aksi bom Jalan MH Thamrin, Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016). Kejadian itu membuat
banyak orang kaget karena tak hanya ledakan bom, namun juga aksi baku tembak yang
dilakukan para pelaku.Akibat kejadian ini dilaporkan 7 orang tewas, termasuk 4 orang pelaku.
Selain korban tewas, rupiah terpantau melemah pascakejadian tersebut. Tagar #PrayForJakarta
pun sempat menghiasi trending topic dunia di Twitter.Jenderal (Pol) Badrodin Haiti yang saat itu
masih menjabat sebagai Kapolri mengatakan bahwa Polri telah menindak 33 orang pasca-aksi
bom Thamrin pada tanggal 14 Januari 2016."Pasca aksi teror di kawasan Thamrin tanggal 14
Januari 2016, Polri telah melakukan penindakan terhadap jaringan terorisme sebanyak 33 orang,"
kata Badrodin.Ia menjelaskan sebanyak 17 orang terkait langsung peristiwa aksi di kawasan
Thamrin. Pelaku atau operator sejumlah 4 orang. Pelaku terkait langsung yang ditangkap
sejumlah 13 orang.
KERUSUHAN MAKO BRIMOB KELAPA DUA (2018)

Kerusuhan terjadi di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, pada bulan Mei, tepatnya
pada Selasa (8/5/2018) malam hingga Rabu (9/5/2018) dini hari.
Peristiwa yang bermula dari cekcok antara tahanan dan petugas dari personel Brimob Polri ini
kian membesar hingga polisi harus mensterilkan lingkungan di sekitar Mako Brimob.
Pada Selasa (8/5/2018), Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol M. Iqbal,
mendapatkan informasi bahwa terjadi kerusuhan di dalam Mako Brimob yang melibatkan
tahanan dan petugas.
Saat itu, polisi masih berusaha menangani kekacauan di dalam Mako Brimob. Aparat kepolisian
mulai melakukan pengamanan ketat di sekitar Mako Brimob pada Rabu (9/5/2018) dini hari.
Karo Penmas, Brigjen (Pol) M Iqbal akhirnya memberikan pernyataan kepada pers.Dia
membenarkan adanya kerusuhan di dalam rutan di Mako Brimob.
Peristiwa itu bermula dari cekcok tahanan dengan petugas. Sejumlah petugas terluka.
Iqbal mengungkapkan, kerusuhan terjadi karena masalah pemberian makanan dari pihak
keluarga yang harus lewat pemeriksaan petugas.
Ada napi yang tidak terima dan memicu keributan.
Pada siang hari nya, Menko Polhukam, Wiranto, mengungkapkan ada korban tewas dalam
insiden di Mako Brimob.
Ada 5 anggota Densus 88 dan satu orang napi teroris tewas dalam kerusuhan di Mako Brimob.
BOM SURABAYA DAN SIDOARJO (2018)

Pada bulan Mei, tepatnya taggal 13-14 Mei 2018 terjadi pengeboman di Surabaya dan Sidoarjo,
Jawa Timur.
Tiga tempat di bom, di antaranya tempat ibadah di Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI
Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jemaat Sawahan.
Selain itu, di hari yang sama, Kompleks Rumah Susun Wonocolo di Taman, Sidoarjo juga terjadi
pengeboman.
Kejadian tersebut terjadi pada malam pukul 20:00 WIB.
Terjadi ledakan di sebuah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Wonocolo, kawasan
Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur.
Ledakan tersebut terjadi pada Blok B di lantai 5 dan terdengar hingga lima kali dan dikonfirmasi
merupakan sebuah ledakan bom rakitan yang dibuat oleh penghuni rusunawa.
Di hari berikutnya Polrestabes Surabaya menjadi sasaran pengeboman berikutnya.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur, Kombes Frans Barung, menyatakan bahwa pada
Senin, 14 Mei 2018 pukul 08:50 WIB, sebuah ledakan terdengar di depan Polrestabes Surabaya.
Berdasarkan rekaman CCTV, ledakan terjadi di pintu gerbang Polrestabes Surabaya ketika
sebuah mobil mini-bus dan dua buah sepeda motor akan diperiksa petugas.
Ledakan berasal dari sebuah sepeda motor yang berada di belakang mini-bus tersebut.
PENEMBAKAN 6 LASKAR FPI (2020)

Pada Senin (7/12/2020) pukul 00.30 WIB, terjadi penembakan terhadap 6 laskar Front Pembela
Islam (FPI).
Aksi bentrokan terjadi antara laskar FPI dan pihak kepolisian di Tol Jakarta-Cikampek.
Terdapat dua versi kronologi yang berbeda antara polisi dan FPI.
Polisi menyebut, pihaknya mendapat penyerangan di KM 50.
Penyerangan diklaim dilakukan terhadap polisi yang hendak melaksanakan tugas terkait rencana
pemeriksaan Rizieq Shihab.
Menurut Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Mohammad Fadil Imran, pihaknya mendapat informasi
akan terjadi pengarahan massa pada saat MRS menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya dari
berbagai sumber.
Saat melakukan penyelidikan, mobil anggota dipepet oleh pengikut Habib Rizieq.
"Dan ketika anggota mengikuti kendaraan yang diduga adalah pengikut MRS, kendaraan petugas
dipepet. Lalu kemudian diserang dengan menggunakan senjata api dan senjata tajam."
"Anggota yang terancam keselamatan jiwanya karena diserang, kemudian melakukan tindakan
tegas dan terukur," katanya, dikutip dari kanal YouTube KompasTV, Senin (7/12/2020).

Anda mungkin juga menyukai