Anda di halaman 1dari 179

DINAMIKA KESENIAN TRADISIONAL TARI GLIPANG

RODHAT NUR BANI KHASANAH DI DESA JARIT


KECAMATAN CANDIPURO KABUPATEN LUMAJANG 1991-
2021

SKRIPSI

Oleh:
As’ad Syamsul Arifin
NIM 180210302080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
DINAMIKA KESENIAN TRADISIONAL TARI GLIPANG
RODHAT NUR BANI KHASANAH DI DESA JARIT
KECAMATAN CANDIPURO KABUPATEN LUMAJANG 1991-
2021

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan


studi pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (S1) dan mencapai gelar Sarjana
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

As’ad Syamsul Arifin


NIM 180210302080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023

i
PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, skripsi ini saya
persembahkan untuk:
1. Ayahanda Ali Surachmad dan Ibunda Siti Rofi’atul Ainiyah.
2. Saudaraku Faizatul Istiqomah dani Ghibran Naufal Rizal beserta keluarga besar
yang
berada di Desa Bades Kecamatan Pasirian Kabupaten Lumajang.
3. Dosen Pembimbing Bapak Dr. Mohamad Naim, M.Pd dan Drs. Kayan Swastika,
M.Si.
4. Bapak Ibu Guru TK Dharma Wanita Bades, Bapak Ibu Guru MI Nurul Islam
Pasirian, SMPN 1 Pasirian, SMAN Tempeh dan Dosen Program Studi Pendidikan
Sejarah, Pendidikan IPS FKIP Universitas Jember.
5. Almamater Tercinta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.

ii
MOTTO

Barang siapa pernah merasakan lezatnya ilmu dan nikmatnya mengamalkan ilmu,
maka jiwa itu tidak akan begitu tertarik dengan harta benda milik orang lain1

1
Aljufri, K. 2009. Terjemah Ta’lim Muta’alim. Surabaya: Mutiara Ilmu

iii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : As’ad Syamsul Arifin

NIM : 180210302080

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Ilmiah dengan Judul


“Dinamika Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di
Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang Tahun 1991-2021” ini
merupakan karya ilmiah karya sendiri, terkecuali jika dalam kutipan substansi telah
disebutkan sumber asalnya, dan tidak pernah di ajukan pada institusi manapun, dan
bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya
sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya susun dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun dan bersedia mendapat sanksi akademik apabila di
kemudian hari bahwasannya pernyataan ini tidak benar.

Jember, 17 Februari 2023

Yang Menyatakan,

As’ad Syamsul Arifin


NIM : 180210302080

iv
SKRIPSI

DINAMIKA KESENIAN TRADISIONAL TARI GLIPANG


RODHAT NUR BANI KHASANAH DI DESA JARIT
KECAMATAN CANDIPURO KABUPATEN LUMAJANG 1991-
2021

Oleh
As’ad Syamsul Arifin
NIM 180210302080

Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama Dr. Mohamad Naim, M.Pd
Dosen Pembimbing Anggota Drs. Kayan Swastika, M.Sh

v
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Dinamika Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang Tahun 1991-
2021” telah diuji dan disahkan pada :
Hari, tanggal : , 2023
Tempat : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.

Tim Penguji:

Ketua, Sekretaris,

Dr. Mohamad Naim, M.Pd Drs. Kayan Swastika, M.Si


NIP. 1966032820001121001 NIP. 196702102002121002

Anggota I, Anggota II,

Drs. Sumarjono, M.Si Akhmad Ryan Pratama, S.Hum., M.A


NIP. 195808231987021001 NIP. 198908202019031014

Mengesahkan

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Jember

Prof.Dr. Bambang Soepeno, M. Pd.


NIP. 19600612987021001

RINGKASAN

vi
Dinamika Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang Tahun
1991-2021; As’ad Syamsul Arifin; 180210302080; 2023: 186 halaman; Program
Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
Kesenian Tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa Jarit
Kecamatan Candipuro mengalami perkembangan, perubahan dan kesinambungan
dalam segi seniman, masyarakat (penonoton), tata ruang (panggung), suara (alat
musik), gerak tari, busana (kostum) dan fungsi. Masyarakat dalam menonton seiring
berkembangnya zaman lebih memilih kesenian modern daripaa tradisional, melihat
permasalahan ini maka pemilik paguyuban Glipang Rodhat Nur Bni Khasanah
beserta para senimannya menambah jumlah alat musik, variasi busana (kostum) ,
gerakan tari serta menganggap fungsi fungsi tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
sebagai sarana hiburan dari Desa Jarit Kecamatan Candipuro dengan dibantu dalam
mengenalkan masyarakat lumajang oleh pemerintah Kabupaten Lumajang melalui
Dinas Seni Budaya dan Pendidikan Lumajang. Pokok permasalahan yang di ambil
dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana latar belakang munculnya kesenian
tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani khasanah di Desa Jarit Kecamatan
Candipuro Kabupaten Lumajang ?; (2) Bagaimana Perkembangan, perubahan dan
kesinambungan seniman, masyarakat (penonton), tata ruang (panggung), suara (alat
musik), gerak tari, busana (kostum) dan fungsi dari kesenian tradisional tari Glipang
Rodhat Nur Bani khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang
tahun 1991-2021 ?; Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui
Latar belakang munculnya kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani
khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang; (2) Untuk
mengetahui perkembangan, perubahan dan kesinambungan seniman, masyarakat
(penonton), tata ruang (panggung), suara (alat musik), gerak tari, busana (kostum)
dan fungsi dari kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani khasanah di Desa
Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang tahun 1991-2021;.

vii
Dalam menyelesaikan penelitian metode metode yang digunakan adalah
metode penelitian Sejarah. Adapun tahap-tahapnya adalah: heuristik, kritik,
interpretasi dan historiografi. Peneliti dalam menulis menerapkan pendekatan
antropologi budaya yang konsepnya berupa kesenian hasil difusi akibat tersebarnya
unsur-unsur kebudayaan karena adanya migrasi penduduk dari tempat sat uke tempat
lainnya lalu mengalami difusi kesenian tradisional.
Kesimpulan penelitian ini penyebab munculnnya kesenian tradisional Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah adalah terbentuk dari asal mulanya selain Terbang
Kalipang telah dilakukan pengamatan kembali terhadap tari Kiprah Glipang
Probolinggo dan Terbang Bandung, dan hasilnya ketiga tarian tersebut telah memiliki
persamaan dari bentuk penyajian dan gerak tari. Seperti iringan vocal tari Terbang
Bandung itu sama dengan Glipang Rodhat. Dari pengamatan tersebut dapat
disimpulkan bahwa tari Glipang Rodhat yang berada di Desa Jarit Merupakan hasil
Perpaduan atau difusi antara Tari Terbang Kalipang yang dibawa oleh Bapak Kandar
yang asalnya dari Pasuruan dengan tari Rodhat Seni Rebana yang dibawah oleh Kyai
Buyah. Sehingga Namanya menjadi Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yang
diciptakan oleh Bapak Sardi tahun 1991.

Terutama hasil penelitian ini dapat menggalakkan masyarakat dalam


melestarikan kesenian tradisional khususnya termasuk Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah dan bagi pemerintah Kabupaten Lumajang supaya dijadikan inspirasi ikon
dalam mengembangkan kesenian Glipang Rodhat. Dengan menampilkan Glipang
Rodhat pada acara penting seperti salah satunya dalam event acara HARJALU untuk
dikenalkan ke masyarakat.

viii
PRAKATA

Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat, rahmat,
hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat menuntaskan skripsi dengan judul
“Dinamika Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa
Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang Tahun 1991-2021”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan strata
satu (S1) dari Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jember.
Pada susunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan pihak lain, oleh karena itu,
pada perihal ini penulis akan mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Iwan Taruna, M. Eng. selaku Rektor Universitas Jember;


2. Prof. Dr. Bambang Soepeno, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Jember;
3. Dr. Sumardi, M.Hum., selaku kepala Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember;
4. Drs. Marjono, M.Hum, selaku kepala Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Jember;
5. Dr. Mohamad Naim, M.Pd, dan Drs. Kayan Swastika, M.Si sebagai Dosen
Pembimbing I dan Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dalam
membimbing skripsi selama kuliah;
6. Drs. Sumarjono, M.Si, dan Akhmad Ryan Pratama, S.Hum. M.A sebagai Dosen
penguji I dan Dosen penguji II yang telah memberikan arahan petunjuk dalam
penulisan skripsi ini;
7. Drs. Kayan Swastika, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing penulis selama menjadi mahasiswa;
8. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Jember, yang telah memberi ilmu dan pengalamannya

ix
selama masa perkuliahan;
9. Seluruh pihak yang membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu;
Penulis juga dapat menerima segala kritik dan saran dari berbagai pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, penulisan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jember, 17 Februari 2023

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………….............................................i
HALAMAN JUDUL……………………………………………..........................…..ii
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................iii
HALAMAN MOTTO.................................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN.....................................................................................v
HALAMAN PEMBIMBING....................................................................................VI.
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................vii
RINGKASAN.............................................................................................................vii
PRAKATA..................................................................................................................ix
DAFTAR ISI..............................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.....................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xvi
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Pemilihan Masalah.......................................................1
1.2 Penegasan Judul...................................................................................114
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................17
1.4 Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................17
1.5 Tujuan Penelitian.................................................................................108
1.6 Manfaat Penelitian...............................................................................119
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................20
2.1 Sejarah Penelitian dan Penulisan........................................................20
2.2 Kerangka Pemikiran.............................................................................26
BAB 3. METODE PENELITIAN............................................................................31
3.1 Prosedur dan Teknik Penelitian..........................................................31

xi
3.2 Kerangka Penelitian...............................................................................34
BAB 4. LATAR BELAKANG MUNCULNYA KESENIAN TRADISIONAL
TARI GLIPANG RODHAT NUR BANI KHASANAH DI DESA JARIT
KECAMATAN CANDIPURO...................................................................36
4.1 Letak Geografis Kecamatan Candipuro..............................................36
4.2 Gambaran Umum Desa Jarit................................................................37
4.3 Sejarah Singkat Munculnya Kesenian Tradisional Glipang di Desa
Jarit Kecamatan Candipuro…………………………………………..40
4.4 Munculnya Kesenian Tradisional Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro................................41
BAB 5. PERKEMBANGAN, PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DARI
SENIMAN, MASYARAKAT (PENONOTON), TATA RUANG
(PANGGUNG), SUARA (ALAT MUSIK), GERAK TARI, SERTA
BUSANA (KOSTUM) DARI KESENIAN TRADISIONAL TARI
GLIPANG RODHAT NUR BANI KHASANAH DI DESA JARIT
KECAMATAN CANDIPURO KABUPATEN LUMAJANG TAHUN
1991-2021.......................................................................................................43
5.1 Sajian Pementasan Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah.......................................................................................43
5.2 Isi Yang Terkandung Dalam Kesenian Tradisional Tari Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah.................................................................45
5.3 Perkembangan, perubahan dan kesinambungan Seniman dari
Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah....46
5.4 Perkembangan, perubahan dan kesinambungan Masyarakat
(Penonton) dari Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah....................................................................................289
5.5 Perkembangan, perubahan dan kesinambungan Frekuensi
Panggung (Tata Ruang) dari Kesenian Tradisional Tari Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah.................................................................51

xii
5.6 Perkembangan, perubahan dan kesinambungan Suara (Alat Musik)
dari Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasan.
..................................................................................................................................56
5.7 Perkembangan, Perubahan dan Kesinambungan Gerak Tari dari
Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah.....59
5.8 Perkembangan, Perubahan dan Kesinambungan Kostum (Busana)
dari Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
..................................................................................................................................62
5.9 Perkembangan, Perubahan dan Kesinambungan Fungsi dari
Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah....64
BAB. 6 PENUTUP.....................................................................................................67
6.1 Kesimpulan.............................................................................................67
6.2 Saran........................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................71
LAMPIRAN...............................................................................................................74

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data jumlah seni tari di Kabupaten Daerah Tingkat II


Lumajang.......................................................................................................5
Tabel 4.1 Letak Geografis Kecamatan Candipuro Tahun 2021……………..............36
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kewarganegaraan Tahun 2021………............38
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama Tahun 2021……………….................39
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Umur Tahun 2021…………...........................39
Tabel 5.1 Data Frekuensi Pemanggungan Paguyuban Glipang Rodhat di
Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang dari Tahun 1991-2000….…53
Tabel 5.2 Data Frekuensi Pemanggungan Paguyuban Glipang Rodhat di
Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang dari Tahun 2009-2021….....55

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Jumlah Seni Tari di Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten
Lumajang tahun 2017.............................................................................7

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Matrik Rencana Penelitian……………..................................................72


Lampiran 2. Pedoman Umum Pengumpulan Sumber…………….............................74
Lampiran 3. Pedoman Survei Lapang….....................................................................75
Lampiran 4. Pedoman Dokumenter….........................................................................76
Lampiran 5. Pedoman Wawancara……………….................................................….77
Lampiran 6. Instrumen Wawancara…………….............................................………81
Lampiran 7. Daftar Informan…...................................................................................83
Lampiran 8. Hasil Wawancara....................................................................................85
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian……………..........................................................108
Lampiran 10. Data Jumlah Seni Tari di Kabupaten Derah Tingkat II Lumajang….111
Lampiran 11. Peta Lokasi Penelitian………………….............................................117
Lampiran 12. Dokuimentasi Pengambilan Data……………….......................…….118
Lampiran 13. Seniman…………...............................................................................121
Lampiran 14. Masyarakat (Penonoton)….................................................................125
Lampiran 15. Tata Ruang (Panggung)…......................................................……….127
Lampiran 16. Suara (Alat Musik)………………......................................................129
Lampiran 17. Gerak Tari….......................................................................................132
Lampiran 18. Busana (Kostum)….............................................................................135

xvi
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemilihan Masalah


Keberagaman budaya merupakan suatu pemaparan bahwa negara Indonesia
memiliki banyak pulau. Ini maksudnya keberagaman budaya tidak bisa dipungkiri
keberadaannya. Dalam kelas pemahaman masyarakat multikultural bahwa suatu
budaya selain tergolong kategori kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga
tercantum beberapa kebudayaan daerah yang isinya berupa kewilayahan yang artinya
kelompok ini berasal dari beberapa kebudayaan kelompok suku yang ada di daerah
itu. Hari ini ada hubungannya dengan tingkat kemajuan berbagai kelompok suku dan
masyarakat yang ada di Indonesia. Adanya pertemuan antara kebudayaan luar ini
akan berpengaruh terjadinya asimilasi kebudayaan, ini menyebabkan budaya akan
menambah ragamnya jenis budaya di Indonesia (Koentjaraningrat, 2003:70).
Sebagaimana Koentjaraningrat (2003:71) mengatakan Kebudayaan ialah
gagasan maupun ide yang selalu dapat digunakan oleh setiap manusia untuk
menerapkan dalam segala hal sisi hidupnya untuk menyesuaikan maupun
mempertahankan hal-hal yang dikerjakan dalam lingkungannya. Kebudayaan itu ada
wujudnya seperti artefak maupun benda fisik yang lainnya, bisa berupa tindakan
maupun tingkah laku masyarakat. Kebudayaan bisa digolongkan menjadi beberapa
macam contohnya seperti benda kebudayaan, kegiatan sosial masyarakat, adat istiadat
masyarakat, Masyarakat itu bisa dibedakan melalui adanya nilai dan norma yang ada
di setiap bagian masyarakat tersebut. menandakan masyarakat mempunyai ciri
khasnya tersendiri berfungsi untuk menjaga keaslian ciri khas masyarakat kepada
generasi selanjutnya. budaya dibentuk diajarkan dari generasi pertama sampai
generasi selanjutnya dengan harapan generasi selanjutnya dituntut untuk melestarikan
dan menjaga budaya tersebut dengan cara melestarikan dan merawat kebudayaan
dengan baik.
Indonesia mempunyai salah satu tempat yang mempunyai banyak ragam
budaya dan memiliki ciri khas masing-masing. Tetapi hampir tidak ada masyarakat
1
2

yang mengenal seperti di daerah Kabupaten Lumajang ini merupakan salah satu
kabupaten yang ada di provinsi Jawa Timur. Kabupaten yang memiliki gunung
Semeru, wisata dan budaya yang menarik. Sutarto & Yuwana (2008:54) mengatakan
bahwa Kabupaten Lumajang adalah daerah yang terdapat budaya campuran atau
pandhalungan artinya masyarakat terdiri dari masyarakat Jawa dan Madura yang pada
umumnya kebudayaan pandhalungan itu tinggalnya di wilayah kota meskipun ada
juga masyarakat pandhalungan tinggal di desa tapi tidak banyak. Dan beberapa
wilayah kabupaten di Jawa Timur yang merupakan budaya pandhalungan terdiri dari
kabupaten Jember, Lumajang, Situbondo, Pasuruan, Bondowoso, Probolinggo.
Hariyati (dalam Wuryansari & Purwaningsih, 2017:34) mengatakan bahwa
Tari Rodhat berdiri sekitar tahun 1918 waktu itu bernama Rodhat Seni Rebana yang
didirikan oleh Kyai Buya, Sejarah awalnya yaitu Kyai Buya sedang melakukan
ibadah haji di tanah suci, ketika disana dalam memenuhi kebutuhan hidupnya Kyai
Buya kehabisan uang, demi bisa kembali pulang ke Indonesia Kyai Buya berencana
untuk bekerja, dan akhirnya dapat pekerjaan pada salah satu pedagang disana, dan
ditugaskan melakukan distribusi dagang ke Turki, disana Kyai Buya melihat acara
pertunjukan dalam hal perayaan maulid nabi dengan menampilkan atraksi Gerakan
pencak silat dan diiringi dengan music islami yaitu hadroh, Tari Rodhat yang di
pelajari Kyai Buya ditujukan sebagai alat syiar di kapal Turki, karena selama ini tidak
ada lagi kesenian-kesenian yang menyanjung asma Allah. Tarian ini dikerjakan
sebelum sholawatan dimulai karena Kyai Buya tertarik dengan tarian islami tersebut
saat pulang Indonesia mengembangkan tarian tersebut di daerahnya dengan nama
Glipang Rodhat Seni Rebana. Tari Rodat dulu hanya disajikan oleh kaum pria, para
penerus Bu Nyai Buya adalah Hasyim, Mbah Buamin sebagai penabuh ketipung, dan
Mbah Paham sebagai penabuh gede. Dikarenakan berjalannya waktu tari Glipang
Rodhat kurang menarik lagi dan mulai redup dari masyarakat, lalu sekitar tahun 1991
tari Glipang Rodhat di lanjutkan oleh cucu angkatnya yang bernama pak Sardi
(Wawancara dengan Mariyam, 5 Mei 2022).
3

Tari Rodhat dulu hanya diikuti oleh lima orang yang gerakannya mengikuti
mascot, Gerakan ini tidak ditentukan karena menghafal, untuk formasi disesuaikan
dengan jumlah orangnya, Tari Rohdat merupakan tari dengan gerakan yang
mengandung makna simbolis tentang ajakan zikir kepada Allah SWT.Makna simbolis
tersebut diungkapkan lewat gerakan hormat (Wawancara dengan Mariyam, 2 Maret
2022).
Sebagaimana Hariyati (2016:4) dalam jurnalnya mengatakan tari Glipang
Rodhat adalah salah satu budaya seni yang lahir dan tumbuh di wilayah kabupaten
Lumajang yang lokasinya bertepatan pada daerah Dusun Cabean, Desa Jarit
Kecamatan Candipuro. Tidak hanya ada di Lumajang saja tarian Glipang Rodhat juga
ada di wilayah lain yaitu kabupaten Probolinggo dan Pasuruan. Tetapi kedua
kabupaten tersebut mengalami kelestarian untuk kesenian tari Glipang, sementara di
kabupaten Lumajang hampir tidak ada generasi penerus yang melestarikan sehingga
di kabupaten Lumajang kesenian Glipang ini hampir mengalami kepunahan secara
merata. Itu bisa dilihat dengan tidak adanya pementasan tarian Glipang pada saat hari
jadi Lumajang, tarian Glipang sangat jarang dipentaskan di berbagai wilayah
Lumajang hanya wilayah-wilayah tertentu saja.
Peneliti mengatakan tertarik dikarenakan tari Glipang di daerah Lumajang
hampir mengalami kepunahan sehingga mengambil penelitian ini. Pengertian Glipang
di dalam bahasa lain seperti bahasa Arab artinya “Gholiban” berarti kebiasaan.
Kebiasaan ini bisa berarti adanya suatu pekerjaan di dalam pondok pesantren yang
biasanya dilakukan oleh para santri maupun santriwati yang dilakukan dalam
kesehariannya (Wuryansari & Purwaningsih, 2017:33).
Sebagaimana Hariyati (2016:3) mengatakan bahwa Rodhat adalah tarian yang
diciptakan oleh kalangan umat islam yang tentunya mengandung unsur islam. Rodhat
asal mulanya dari kata Irodat yang bermakna berkehendak yang mempunyai tujuan
supaya para manusia itu selalu berkeinginan untuk mensucikan diri dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT.
4

Tari Glipang Rodhat ini tentunya berbeda dengan tarian Glipang yang lain
yaitu terletak pada gerakan tari.ciri khasnya yaitu adanya gerakan yang biasa
dipraktekkan dalam beladiri pencak silat. Sama seperti orang terdahulu mereka selalu
memamerkan kesaktian dan keahlian kanuragan yang dipertunjukkan dalam atraksi
beladiri maupun pencak silat yang dilakukan oleh laki-laki. Bela diri tentunya
mempunyai spiritualitas di dalam lahir maupun batin (Hariyati, 2016:3).
Tari Glipang Rodhat di Desa Jarit awalnya dilakukan oleh laki-laki, lalu ada
perubahan penarinya dilakukan oleh perempuan untuk menarik masyarakat tentunya
gerakan tari Glipang Rodhat mempunyai gerakan seperti gerakan silat yang dilakukan
dalam pertunjukan. Juga mempunyai beberapa gerakan dasar yaitu dua gerakan dasar
tangan seperti tangan berada di depan itu tangan harus menggenggam dan pada saat
tangannya kebelakang tangan harus membuka (Anggraeni, 2017:17).
Sebagaimana Hariyati (2016:3) Mengatakan bahwa tarian Glipang Rodhat
pola penarinya hanya dilakukan oleh lima orang, karena ini merupakan jumlah yang
diambil dari jumlah salat lima waktu, tarian tersebut juga mempunyai ciri khas
tersendiri jika dilihat dari alat musik yang dimainkan, yaitu alat musik yang
dimainkan biasanya juga sering digunakan pada kegiatan orang islam seperti terbang,
jidor, kecrek, ketipung (wedhok, lanang) yang bisa mengatur iringan selaras dengan
gerakan tari.
5

DATA JUMLAH SENI TARI DI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LUMAJANG

Tabel 1.1 Data Jumlah Seni Tari di Kabupaten Daerah Tingkat II Lumajang Tahun 2017-2021
Jenis Tari
No Kecamatan Tari
Jaran
Kreasi Jaipong Jaranan Reog Janger Lengger Sandur Glipang
Kencak
Baru
1. Lumajang 3 1 1 2 - - - - -
2 Senduro - - 1 2 3 - - - -
3 Gucialit - - - 1 1 - - - -
4 Sukodono - - - 1 3 - - - 1
5 Klakah - - - 2 1 - - - -
6 Ranuyoso - - - 1 - - - - -
7 Kedungjajang - - 3 2 - - - - -
8 Randuagung - - - - - - - - -
9 Jatiroto 1 - - - - - - - -
10 Rowo - - 1 2 - 1 - - -
Kangkung
11 Yosowilangun - - 5 3 3 - - - -
12 Kunir - - - 2 3 - 1 - -
13 Tekung - - - 1 - - - 1 -
14 Tempeh - - - 2 2 - - 1 -
15 Pasirian 2 - - 2 - - - - -
16 Candipuro 1 - - 1 - - - - 1
17 Pronojiwo - - 1 - - - - 1 -
18 Tempursari - - 18 4 - - - - -
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang.
6

Berdasarkan tabel 1.1 diatas bisa disimpulkan jumlah paguyuban kesenian


Glipang yang ada di Lumajang terdaftar tahun 2017-2021 hanya ada dua yaitu di
Kecamatan Sukodono dan Candipuro, paguyuban yang ada di Lumajang mengenai
tari Glipang memang banyak, tapi itu dulu dan sekarang sudah banyak paguyuban
yang tidak muncul kembali karena tidak ada generasi yang melestarikan, ini
menyebabkan tari Glipang di Lumajang mengalami krisis generasi dan hampir punah.
7

Gambar 1.1 Data Jumlah Seni Tari di Kabupaten Daerah Tingkat II Lumajang Tahun 2017
8
9

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang


10

Berdasarkan Gambar 1.1 diatas dapat disimpulkan bahwa paguyuban seni tari
Glipang yang terdaftar di data Niok tahun 2017 ada dua yaitu pada halaman lima
belas ada tari Glipang Setia Bangsa oleh Bapak Moh Sirri dan pada halaman tujuh
puluh satu ada Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah oleh Bapak Atok Nur Wahid. Hal
ini yang sudah terdaftar di tahun 2017 menggantikan ayahnya yaitu pak Sardi
(Wawancara dengan Aries Purwantiny Pengolah data Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan, 6 Maret 2022).
Paguyuban yang masih bertahan adalah paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah yang sekarang dipegang pak Atok Nur Wahid (anak Ibu Mariyam), yang
setelah kami melakukan penelitian lebih lanjut ternyata pak Atok Nur Wahid adalah
anak dari Pak Sardi di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang.
Peneliti mengambil judul paguyuban ini karena belum pernah diteliti sementara
paguyuban Setia Bangsa oleh Bapak Sirri sudah pernah diteliti. Paguyuban Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah awalnya didirikan oleh bapak Sardi, beliau merupakan
cucu angkat dari Kyai Buyah yang merupakan pendiri tari Glipang Rodhat Seni
Rebana di Desa Jarit. Sebenarnya menurut penelitian Hariyati (2016:6) menjelaskan
bahwa Pak Sardi mengatakan Glipang sebenarnya bukan nama asli kesenian itu,
nama yang asli ialah tari Rodhat Seni Rebana dan Glipang Rodhat tidak mengandung
unsur Madura tetapi hanya mengandung unsur islam yang di prakarsai oleh Kyai
Buyah. Hal ini berbeda dengan pendapat Ibu Heny Kisworini (Sanggar Sekar Arum)
dan Emi Yuliastutik bahwa Glipang Rodhat itu mengandung unsur Jawa dan Madura
karena daerah Kabupaten Lumajang merupakan daerah pandhalungan percampuran
antara Jawa dan Madura. Dengan demikian kesenian yang diciptakan pasti
mengandung unsur Madura.
Menurut Yuliastutik (dalam Hariyati, 2016:6) mengatakan dalam
penelitiannya yang berjudul “Tari Glipang Karakan di Desa Nguter Kecamatan
Candipuro Kabupaten Lumajang” pada tahun 1912 di sekitar pesisir pulau Jawa
sebelah timur yang berada di selat Madura, banyak orang dari Madura yang Pindah
tempat tinggal ke Lumajang, Probolinggo, Bondowoso, Jember dan Pasuruan.
11

Mereka pindah tempat tinggal dengan alasan mencari lapangan pekerjaan di tempat
lain. ini secara otomatis orang-orang Madura menikah dan punya keturunan dengan
orang Jawa. Seperti Bapak Kandar merupakan warga Kabupaten Pasuruan tepatnya di
Desa Kalipang yang hidup berbaur dengan warga Madura. Dan Bapak Kandar yang
memprakarsai berdirinya Terbang Kalipang di Lumajang. Sekitar tahun 1935 Bapak
Kandar Menikah dengan wanita dari Desa Dawuhan Lor Kecamatan Sukodono
Kabupaten Lumajang. Lalu sekitar tahun 1937 beliau menetap disitu. Glipang itu
asalnya dari kata Terbang Kalipang, nama Terbang berasal dari salah satu alat
musiknya disisi lain kata Kalipang berasal dari nama Desa Bapak Kandar Lahir.
Karena nama Terbang Kalipang terpengaruh dengan logat bahasa orang Jawa
termasuk warga lumajang maka nama tersebut berubah menjadi Glipang.
Menurut Hariyati (2016:6) tidak hanya dari sejarah terbang kalipang ada
pengamatan lain seperti Gerakan tari kiprah Glipang Probolinggo dan Terbang
Bandung. Juga terdapat gerakan yang sama dalam pementasannya. Seperti tampilan
vokal tari Terbang Bandung sama dengan tari Glipang Rodhat. Hal ini bisa di
simpulkan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yang saat ini di pimpin pak Atok Nur
Wahid (anak Pak Sardi) yang berasal dari Desa Jarit merupakan hasil difusi maupun
Perpaduan antara tari Rodhat Seni Rebana oleh Kyai Buyah dan tari Terbang
Kalipang/Glipang yang di prakarsai oleh Bapak Kandar, difusi itu berubah menjadi
Tari glipang Rodhat dengan dengan nama paguyuban Nur Bani Khasanah yang di
bentuk oleh Pak Sardi.
Tari Glipang Rodhat seiring berjalannya waktu kurang menarik lagi dan mulai
redup dari masyarakat, lalu sekitar tahun 1991 tari Glipang Rodhat di lanjutkan oleh
cucu angkat Kyai Buya yang bernama pak Sardi, karena sebelumnya lambat laun
dengan penari laki-laki kurang diminati masyarakat, pak Sardi mengganti penari yang
awalnya laki-laki menjadi perempuan tetapi tidak merubah isi tarian sebelumnya dan
nama paguyubannya yang semula rodhat seni rebana menjadi paguyuban Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah yang di bentuk atas komando Pak Sardi dan anggotanya.
12

Seiring berjalannya waktu tari Glipang Rodhat mulai diminati kembali (Wawancara
dengan Mariyam, 2 Maret 2022).
Tari Glipang daerah pandhalungan seperti daerah Pasuruan, probolinggo yang
bertolak belakang dari Lumajang, daerah tersebut malah semakin maju tari glipang
karena generasinya melestarikan tarian tersebut (Hariyati, 2016:3). Tarian Glipang di
daerah Pasuruan dan Probolinggo bahkan menjadi destinasi utama dalam hal kesenian
ini bisa dibuktikan pada saat hari jadi kota Pasuruan maupun hari jadi kota
Probolinggo ini selalu ditampilkan dan masih banyaknya paguyuban paguyuban yang
aktif dalam pertunjukan tari glipang (Hariyati, 2016:4). oleh karena sebagai peneliti
sejarah tarian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan
Candipuro Kabupaten Lumajang, perlu adanya pelestarian seperti adanya vlog video
pada saat pertunjukan, lalu diabadikan bisa melalui YouTube, DVD dan lainnya. Juga
perlu adanya catatan di dokumen supaya ada bukti tertulis terhadap tari Glipang
Rodhat di kabupaten Lumajang. Ini tujuan peneliti supaya bisa dijadikan pengetahuan
oleh generasi berikutnya bisa dijadikan referensi atau pijakan untuk merekonstruksi
sejarah tarian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan
Candipuro Kabupaten Lumajang.
Glipang Rodhat atas Komando Pak Sardi dengan nama paguyuban Nurbani
Khasanah digunakan untuk sarana hiburan saja, dengan Gerakan silat dari tahun ke
tahun mengalami kemajuan yang pesat seperti sering tampil pada acara karnaval, dan
hari jadi kota Lumajang lalu seiring bertambahnya waktu bisa terlihat tahun 2016 tari
Glipang Rodhat sudah tidak tampil lagi pada acara hari jadi Kota Lumajang karena
tersisih dengan kesenian lain (Hariyati, 2016:3).
Kesenian Tradisional Glipang Rodhat memang sudah tersebar ke beberapa
sanggar salah satunya Sanggar Sekar Arum lokasinya di Pasirian, yang mempelajari
banyak seni tari bukan hanya Glipang Rodhat saja, tetapi ada Remo, Godril, Jaipong.
Disitu setelah di lihat responden anak-anak peminat tari glipang rodhat sudah tidak
familiar lagi atau sudah mulai dilupakan (Wawancara Heny Kisworini, 3 Maret
2022).
13

Kesenian tradisional yang diungkapkan oleh Agus (2006:6) adalah suatu


komponen yang terdiri dari komponen tambahan dan khusus. Komponen khusus ialah
komponen yang wajib ada di dalam seni tradisional seperti seniman, dan Masyarakat
(penonton). Sementara komponen tambahan adalah komponen yang berfungsi
sebagai pendukung dalam kesenian contohnya adalah tata ruang (panggung), suara
(Alat Musik), gerak tari, dan busana (kostum). Oleh karena itu bisa diambil contoh
pada kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yang mengalami
perkembangan, perubahan, dan kesinambungan dalam hal seniman, penonoton
(masyarakat), tata ruang (panggung), suara (alat musik), gerak tari, dan busana
(kostum), bahwa kebudayaan daerah ini tidak selamanya berkembang pesat pada
waktu tertentu bisa saja mengalami kemunduran. Contohnya yang pada saat ini
kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di desa Jarit Kecamatan
Candipuro yang masih bertahan sampai sekarang (Wawancara dengan Mariyam, 2
Maret 2022).
Kesenian Tari Glipang Rodhat di Desa Jarit kabupaten Lumajang yaitu
paguyuban Nur bani Khasanah, meskipun sekarang tidak semeriah dulu, memang
kesenian pasti mengalami pasang surut, sekarang tarian ini hanya digunakan untuk
acara hajatan saja, lingkup antar desa di lumajang, dan untuk hari jadi lumajang sudah
jarang, karena tarian ini hampir dilupakan di Lumajang. Paguyuban Nur Bani
Khasanah yang dengan resmi terdaftar di dinas pendidikan dan budaya dengan nomor
induk keseniannya ialah: 431.03/71/427.47/2017. Dikarenakan saat ini tarian Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang
mengalami kemunduran, peneliti mengangkat menjadi tema skripsi supaya tari
Glipang Rodhat kembali diminati masyarakat, termasuk tari Glipang Nur Bani
Khasanah bisa terkenal lagi kemudian hari, melalui Generasi akan datang. Karena
dengan cara ini sejarah tari Glipang Rodhat bisa tertulis dalam dokumen skripsi,
kesenian ini diambil alih oleh anaknya yaitu bapak Atok Nur Wahid Mulai tahun
2017 karena pak Sardi meninggal tahun 2016 (Wawancara dengan Mariyam, 2 Maret
2022). Sampai saat ini kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa Jarit
14

masih diakui di Kabupaten Lumajang dengan ciri khas nya yaitu gerakan pencak silat
yang teratur dengan penari wanita.
Penelitian tersebut difungsikan untuk mendalami latar belakang, dinamika
Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yang bertujuan untuk
menjelaskan: 1) latar belakang munculnya kesenian tradisional tari glipang Rodhat
Nur Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang 2)
perkembangan, perubahan, maupun kesinambungan kesenian tari glipang rodhat Nur
Bani khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang tahun 1991-
2021.

1.2 Penegasan Judul


Bahwa dalam pemilihan judul yang peneliti lakukan supaya terhindar dari
kesalahan maka peneliti akan menjelaskan istilah-istilah yang terkandung di dalam
judul yang peneliti tuliskan judul tersebut yaitu “Dinamika Kesenian Tradisional Tari
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten
Lumajang tahun 1991-2021”. Peneliti sebagai penulis ingin jelaskan suatu judul
dengan uraian di bawah ini:
Istilah dinamika menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1991:206)
merupakan pergerakan ataupun dorongan yang dimiliki oleh sekelompok orang yang
bersangkutan dalam masyarakat. Dinamika juga memiliki arti kekuatan/tenaga,
bergerak terus, berkembang dan bisa beradaptasi secara memadai dalam keadaan
apapun. Sedangkan pendapat dari Kuntowijoyo (2003:133) dinamika adalah suatu
kekuatan yang berasal dari kelompok manusia maupun masyarakat yang bisa
mengakibatkan suatu perkembangan, perubahan maupun kesinambungan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kuntowijoyo (2003:133) mengatakan perkembangan bisa saja terjadi apabila
di dalam kehidupan bermasyarakat terjadi pergerakan secara runtut mulai dari bagian
13

satu ke bagian yang lain. Hal ini juga terjadi pada kesenian Tari Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang.
15

Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah bisa saja mengalami kemajuan dari
tahun ke tahun. Hal ini bisa dilihat dan bisa diakibatkan adanya pengaruh dari unsur
internal maupun eksternal. Perkembangan itu bisa dilihat dari segi seniman,
masyarakat (penonton), tata ruang (panggung), suara (alat music) dan busana
(kostum).
Kuntowijoyo (2003:133) mengatakan perubahan bisa saja tercipta pada saat
masyarakat mengalami penurunan maupun perkembangan. Tetapi inti dari
permasalahan ini adanya suatu perkembangan maupun penurunan yang terjadi di
dalam waktu yang terlalu cepat, ini umumnya dipengaruhi dari faktor eksternal.
Seperti di dalam kelompok kesenian tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa
Jarit Kecamatan candipuro Kabupaten Lumajang telah terjadi suatu perubahan. Salah
satunya yaitu mengenai jumlah penari pada awal pertunjukan tari Glipang Rodhat
yaitu lima orang karena seiring bertambahnya zaman dan peminat masyarakat
semakin banyak hal ini jumlah pemain ditambah sesuai kebutuhan dengan variasinya
masing-masing (Hariyati: 2016:3).
Kuntowijoyo (2003:133) mengatakan Kesinambungan terjadi jika suatu
masyarakat baru hanya memakai lembaga-lembaga terdahulu. Di dalam kesenian
tradisional adanya kesinambungan itu biasanya pasti terjadi. Hal ini juga terjadi pada
kesenian tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro
Kabupaten Lumajang. Walaupun kesenian ini sebelumnya pernah mengalami
perubahan maupun perkembangan tetapi pada akhirnya kesenian ini namanya tidak
berubah, yaitu tetap dengan nama kesenian tari glipang Rodhat Nur Bani Khasanah.
Ini sudah dipastikan menurut Kuntowijoyo (2003:133) bahwa pengertian
dinamika ialah suatu proses di dalam kehidupan bermasyarakat yang bisa
mengarahkan ataupun menunjukkan adanya suatu perubahan, Perkembangan, tetapi
tetap berkesinambungan. Demikian juga terjadi kepada kesenian tari Glipang Rodhat
Nur Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Yang
telah mengalami suatu perubahan, perkembangan maupun berkesinambungan.
16

Kesenian tradisional merupakan elemen penting kehidupan dan keutuhan,


berkembang dari generasi ke generasi, dan kreativitas budaya, termasuk elemen
kepercayaan dan interpretasi masyarakat, pada umumnya merupakan ciri khas seni
tradisional. Jika seni itu di tingkat daerah, itu milik daerah itu. Diungkapkan oleh
Koentjaraningrat (1990: 58) bahwa seni sebagai salah satu unsur kebudayaan yang
universal, merupakan unsur yang menonjolkan ciri, ciri, dan orisinalitasnya. Oleh
karena itu, seni merupakan unsur terpenting dalam kebudayaan nasional Indonesia.
Tari Glipang Rodhat adalah tarian khas yang berasal dari Lumajang, tentunya
mempunyai keunikan seperti tariannya menggunakan gerakan khas yaitu pencak silat.
Tidak ada gerakan seperti tarian lainnya seperti goyangan pinggul karena tarian ini
diikuti oleh musik Islami dan tarian ini awalnya dilakukan laki-laki dan untuk
menarik minat masyarakat akhirnya diganti perempuan sampai sekarang (Anggraeni:
2017:29).
Nur Bani Khasanah adalah nama paguyuban tari Glipang Rodhat di Lumajang
yang masih bertahan, yaitu tepatnya di desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten
Lumajang nama tersebut diambil dari orang yang mengasuh Bapak Sardi sejak kecil
beliau bernama Khasanah. Khasanah merupakan menantu Kyai Buya sedangkan anak
Kyai Buyah bernama Kasan, Ibu Khasanah dan Pak Kasan adalah suami Istri
(Wawancara, Mariyam 2 Maret 2022).
Dengan demikian peneliti memberi judul “Dinamika Kesenian Tradisional
Tari Glipang Rodhat Nur Bani khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro
Kabupaten Lumajang Tahun 1991-2021” Yang telah mengalami suatu perubahan,
perkembangan, dan kesinambungan dalam hal seniman, masyarakat (penonton), tata
ruang (pangggung), Suara (alat music), gerak tari, busana (kostum), sajian
pementasan, isi yang terkandung, dan fungsinya. Yang di dalam prosesnya menerima
hal-hal yang masuk kedalamnya, sehingga semua aspek saling bersinambung.
Sementara itu saya sebagai peneliti merasa tertarik ingin meneliti suatu peristiwa
yang saya jadikan judul karena beberapa alasan yaitu:
17

1. Tari Glipang Rodhat di Lumajang sudah tidak dilestarikan oleh generasi mudanya
sehingga keberadaannya tidak diapresiasi dan hampir punah. Oleh karena itu
diperlukan suatu rencana untuk melestarikan tarian ini supaya tidak mengalami
kepunahan. Dan bisa di praktekkan oleh generasi yang akan datang.
2. Tari Glipang Rodhat Nurbani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro
Kabupaten Lumajang merupakan paguyuban yang masih bertahan sampai
sekarang.
3. Tari Glipang Rodhat Nur Bani khasanah di jarit ini merupakan penelitian yang
bisa di jangkau oleh peneliti, karena lokasi yang dekat dengan peneliti.

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimana latar belakang munculnya kesenian tradisional tari Glipang Rodhat
Nur Bani khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang?
2. Bagaimana Perkembangan, perubahan dan kesinambungan seniman, masyarakat
(penonton), tata ruang (panggung), suara (alat musik), gerak tari, busana
(kostum) dan fungsi dari kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani
khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang tahun 1991-
2021?

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini meliputi batasan tempat (scope spatial), batasan
waktu (scope temporal), dan Batasan materi penelitian. Batasan tempat (scope
spatial) yakni di jalan Leter S, dusun Cabean, desa Jarit, Kecamatan Candipuro
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur 67372. Merupakan kawasan dekat jalan raya Leter
S yang merupakan tempat lahirnya kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah dan
masih bertahan sampai saat ini.
18

Batasan waktu (scope temporal) 1991-2021. Mengacu pada tahun 1991


karena tahun tersebut muncul kesenian tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah yang didirikan oleh pak Sardi, tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
merupakan hasil difusi dari tari Rodhat Seni Rebana (tidak mengandung unsur
Madura) oleh Kyai Buyah dan tari Terbang Kalipang/Glipang (mengandung unsur
Madura) yang diprakarsai oleh Bapak Kandar asal Pasuruan yang menikah dengan
orang Lumajang. Tahun 1991 tarian tersebut ditarikan oleh wanita, dan sebelumya
Kakek pak Sardi (Kyai Buyah) dengan pemain laki-laki tidak menarik lagi. Difusi itu
berubah menjadi Tari Glipang Rodhat dengan nama paguyuban Nur Bani Khasanah
yang di bentuk oleh pak Sardi dan batasan 2021 karena peneliti melakukan penelitian
pada tahun tersebut.
Batasan materi ialah membahas Dinamika Kesenian Tradisional Tari Glipang
Rodhat Nur Bani khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang
tahun 1991-2021. Batasan maeri dalam penelitian ini ialah: (1) latar belakang
terbentuknya kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani khasanah di Desa
Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang; (2) sajian pementasan, isi yang
terkandung dan perkembangan, perubahan dan kesinambungan seniman, masyarakat
(penonton), tata ruang (panggung), suara (alat musik), gerak tari, busana (kostum)
dan fungsi dari kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani khasanah di Desa
Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang tahun 1991-2021.

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan umum penelitian tersebut adalah untuk memperkenalkan salah satu tarian di
Kabupaten Lumajang, sedangkan tujuan secara spesifik adalah:
1. Untuk mengetahui Latar belakang munculnya kesenian Tradisional Tari Glipang
Rodhat Nur Bani khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten
Lumajang.
19

2. Untuk mengetahui perkembangan, perubahan dan kesinambungan seniman,


masyarakat (penonton), tata ruang (panggung), suara (alat musik), gerak tari,
busana (kostum) dan fungsi dari kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur
Bani khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang tahun
1991-2021.
1.6 Manfaat Penelitian
Dengan terlaksanannya penelitian tersebut diharapkan memiliki manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk mengidentifikasi permasalahan yang sedang
terjadi dan untuk menambah ilmu pengetahuan.
2. Bagi mahasiswa dan calon guru sejarah, dapat menambah penguasaan materi
Sejarah Kebudayaan Lokal.
3. Untuk ilmu pengetahuan, dapat menambah pembendaharan ilmu, dinamika
kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa Jarit
Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang tahun 1991-2021 serta
pengembangan ilmu sejarah lokal khususnya di Lumajang.
4. Untuk Almamater, melaksanakan salah satu bentuk Tri Dharma dalam perguruan
tinggi.
5. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan mengenai Kesenian Tradisional
Glipang Rodhat di Lumajang.
6. Sebagai syarat terakhir untuk menyelesaikan tugas akhir S1, di FKIP Pendidikan
Sejarah Universitas Jember.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Penelitian dan Penulisan


Penelitian ini memiliki subjek kajian yang mengacu pada beberapa karya
ilmiah terdahulu dan pendapat para ahli yang berhubungan judul skripsi mengenai
dinamika kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani khasanah di Desa Jarit
Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Adanya karya ilmiah terdahulu dan
pendapat para ahli dapat digunakan oleh peneliti sebagai bahan rujukan dalam
melakukan penelitian, tinjauan yang dilakukan berupa skripsi, jurnal, buku, dan
penelitian lainnya. Berikut penelitiannya:
1. Sujarno (2003:1) mengatakan bahwa kesenian yang sudah ada dan telah diketahui
oleh masyarakat sejak dahulu sering disebut sebagai kesenian tradisional.
Maksudnya adalah kesenian yang ada sejak dulu dan diwariskan kepada generasi
berikutnya terus berlanjut sampai sekarang. Dan kesenian tradisional yang ada di
daerah Jawa timur contohnya adalah Tari Glipang, Wayang Topeng, Singa Ulung,
Reog Ponorogo, Jaran Jencak dan lain-lain. Ismaun (dalam Sujarno, 2003:49)
mengatakan penjelasan bahwa suatu pertunjukan dalam seni tradisional umumnya
ada empat fungsi pokok yaitu fungsi pendidikan untuk alat instruksi, fungsi
ritualitas, fungsi hiburan, dan fungsi sosial dalam masyarakat. Pendapat yang
menyerupai ini ada juga yaitu dari Soedarsono (1987:57) bahwa secara arti luas
kesenian memiliki fungsi primer di dalam pertunjukannya yaitu (1) tontonan
pribadi (2) media ritualitas (3) pemaparan estetika. Ini membuktikan bahwa
kesenian tradisional itu banyak ragam fungsi dan tentunya memiliki keunikan
tersendiri masing-masing fungsi tersebut, oleh karena itu harus dilestarikan sampai
sekarang Dengan cara diwariskan kepada generasi berikutnya dengan utuh dan
tidak mengurangi isinya. Sujarno (2003:55) berpendapat bahwa pertunjukan seni
dilaksanakan untuk mengenang suatu peristiwa atau alat tontonan dalam upaya
menghibur masyarakat. Kesenian itu dilaksanakan untuk menghormati maupun

20
21

menghargai pemimpin maupun raja sebagai alat hiburan. Oleh karena itu adanya
suatu kesenangan terhadap seni pertunjukan tersebut maka secara tidak langsung
masyarakat akan minat dan mengerti dengan sendirinya mengenai isi dari sejarah
seni pertunjukan tersebut.
2. Sutarto (2004:2) mengemukakan bahwa suatu kesenian tradisional yang
mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap berkembangnya kebudayaan
bangsa ialah seni tradisional yang bisa jadi primadona daerah dalam aspek pemilik
kesenian maupun pendukungnya, yang menggambarkan identitas daerah asal.
3. Agus Hidayat (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Seni tari Glipang
Probolinggo sebuah Analisis Bentuk, Fungsi, Dan Makna Dengan Pendekatan
folklore”. di dalam penelitian ini hanya ditujukan untuk menjelaskan suatu bentuk
di dalam pertunjukan kesenian tari glipang di Probolinggo di dalam pentas,untuk
menjelaskan kegunaan tari glipang Probolinggo untuk warga Probolinggo, untuk
menjelaskan arti yang ada di dalam kesenian tari Glipang Probolinggo sebagai
icon seni warga Probolinggo, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif yaitu dengan menjelaskan hasil wawancara dan
observasi lapangan narasumber dan mencatatkan hasil interview, penelitian
terdahulu ini lebih mengarah kepada bentuk penyajian tari dan arti tari tersebut
sebagai ikon utama daerah Probolinggo,sementara perbedaannya dengan penelitian
ini yaitu lebih membahas ke sejarah dan dinamikanya dan juga membahas
penelitian di tempat yang berbeda.
4. Mei Hariyati (2016) di dalam jurnal penelitian yang berjudul “Tari Glipang
Rodhat di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang”. Tujuan
penelitian ini yaitu mengetahui asal usul tari glipang, untuk mengetahui bentuk
yang disajikan dalam tari glipang rodhat, untuk mengetahui bagaimana usaha
masyarakat untuk melestarikan Tari glipang rodhat.
Hasil dari penelitian Mei Hariyati (2016) adalah menjelaskan asal-usul
secara singkat tari glipang di Desa Jarit dan lebih berfokus untuk menjelaskan isi
tari Glipang Rodhat, lebih berfokus kepada struktur sajian di dalam tari Glipang
22

Rodhat, lebih berfokus kepada bentuk sajian tari Glipang Rodhat, lebih berfokus
kepada tata rias maupun busana tari Glipang Rodhat, berfokus kepada upaya dan
pelestarian masyarakat dalam melestarikan Tari glipang Rodhat. Persamaannya
dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas penelitian di tempat yang
sama, namun dengan pembahasan yang berbeda sementara penelitian terdahulu ini
berfokus kepada bentuk dan penyajian tari Glipang dengan penelitian deskriptif
kualitatif. Sementara penelitian ini lebih membahas sejarah tari Glipang Rodhat
dan juga dinamika mulai dari perkembangan, perubahan, maupun kesinambungan
Tari glipang rodhat dan penelitian ini menggunakan metode penelitian historis
kualitatif.
5. Singgih Panji aparinata (2016) dalam Penelitiannya yang berjudul “Syair Tembang
Tari Kiprah Glipang Masyarakat Madura Kabupaten Probolinggo”. Skripsi ini
lebih fokus meneliti tentang Syair Tembang nya, nilai-nilai yang terkandung dalam
tembang Kiprah. Perbedaannya di penelitian ini tidak menjelaskan Tokoh,
Perkembangan, Sejarah.
6. Wuryansari & Purwaningsih (2017:34) mengatakan bahwa Glipang datang ke
Lumajang itu ada beberapa versi versi yang pertama yaitu munculnya kesenian
Glipang seperti hasil penelitian Hariyati (2016) bahwa tari Glipang Rodhat muncul
pertama kali itu ada di Desa Jarit sekitar tahun 1918 yang diciptakan oleh Kyai
Buyah yang menurut ceritanya bahwa dulu ketika kyai Buya sedang melakukan
ibadah haji ke Mekah bahwa beliau itu kehabisan uang di dalam memenuhi
kebutuhannya di tanah suci Mekah. Oleh karena itu beliau melakukan perjalanan
untuk mendapatkan uang yaitu bekerja menjadi pedagang di Turki supaya
mendapatkan uang untuk biaya perjalanan pulang ke tanah air Indonesia.
Semenjak di Turki beliau melihat sebuah perayaan hari maulud nabi
Muhammad. Kyai buya tertarik karena tarian tersebut dirayakan dengan aksi bela
diri dan juga musik islami yaitu Hadroh. Kemudian setelah beberapa waktu, kyai
21

buya ada cukup uang untuk pulang ke tanah air dan mengembangkan kesenian
tersebut dengan nama Rodhat Seni Rebana di Desa Jarit, kemudian dari versi yang
23

kedua bahwa menurut catatan Sutomo bahwa pertama kali glipang itu muncul
sekitar tahun 1923 yang dirintis oleh bapak Kandar. Yang sebelumnya bernama
terbang kalipang, perubahan nama menjadi glipang karena masyarakat kesulitan
mengucapkan kata terbang kalipang.
7. Amaliya Ulfa (2017) Didalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Life
Skill Seni Tari Glipang Untuk Anak Tunagrahita di Mi Darussalam”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan mengetahui tipe pembelajaran life
skill dalam seni tari Glipang bagi anak Tunagrahita, untuk menjelaskan fungsi
yang didapat anak Tunagrahita sesudah penerapan tipe belajar life skill tari
Glipang, dan Menjelaskan dan mengetahui faktor pendukung dan penghambat
terlaksananya belajar tipe life skill tari Glipang.
Hasil dari penelitian Amaliya Ulfa (2017) adalah menjelaskan bahwa
Belajar adalah perbuatan yang sifatnya permanen sebagai upah bagi pengalaman
(Morgan Dalam Suprijono). Pengertian Life Skill ketangkasan yang tiap orang
mempunyai kemauan dan berani melawan masalah hidup dan kehidupan secara
umumnya, tanpa merasa tertekan (Depdiknas, 2002). Perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian ini adalah beda pembahasan dan tempat penelitian,
penelitian terdahulu membahas proses belajar life Skill, manfaat belajar life skill,
faktor pendukung belajar life skill dan penghambat, sementara penelitian ini
membahas sejarah dan dinamika tari Glipang ditempat yang berbeda.
8. Lely Nova Pratiwi (2018) di dalam penelitiannya dengan judul “Perkembangan
Kesenian Glipang di Desa Tegalrandu Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang
Tahun 1944-1992”.tujuan penelitian ini yaitu diharapkan pembaca bisa
mengetahui sejarah berdirinya tari Glipang di Desa Tegalrandu Kecamatan Klakah
Kabupaten Lumajang, dan juga dinamika yang terjadi mulai dari perkembangan
perubahan maupun kesinambungan dari masa sebelum kemerdekaan, masa
kemerdekaan, masa G30S PKI, dan masah sekitar tahun 1992 yaitu masa
kemunduran tari Glipang di Desa Tegalrandu Kecamatan Klakah Kabupaten
24

Lumajang karena pendiri dan masyarakatnya mulai bosan dan meninggalkan tari
tersebut beralih ke bidang pariwisata.
Hasil dari penelitian Lely Nova Pratiwi (2018) adalah menjelaskan tentang
latar belakang berdirinya tari Glipang tegalrandu yaitu sekitar tahun 1920-an, lalu
menjelaskan secara runtut mulai dari perkembangan kesenian Glipang sebelum
tahun 1944, menjelaskan kesenian Glipang tahun 1944-1959, jelaskan kesenian
Glipang tahun 1960-1975, dan juga menjelaskan Glipang tahun 1977-1992.
Penelitian terdahulu ini lebih menjelaskan kepada latar belakang dan dinamika tari
Glipang di daerah Desa Tegalrandu Kecamatan Klakah Kabupaten Lumajang,
perbedaannya dengan penelitian ini yaitu membahas penelitian di tempat yang
berbeda.
9. Arina Restian & Dian Fitri Nur Aini (2019) dalam penelitiannya yang berjudul
“Tari Glipang Sebagai Sarana Peningkatan Konsentrasi Kinestetik Tunagrahita”.
Tujuan dari tari klipang ini yaitu untuk mengetahui tiga belas tahapan yang
diterapkan dalam pembelajaran seni yang dapat digunakan sebagai terapi untuk
anak tunagrahita, untuk mengetahui pengaturan pernafasan yang baik akan
melancarkan peredaran darah yang secara langsung.
Hasil penelitian dari Arina Restian & Dian Fitri Nur Aini (2019) adalah
membahas pengertian mungkin estetik yang merupakan kecerdasan yang
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk beraktivitas dengan
menggerakkan anggota tubuh, membahas ragam gerak tari klipang sebagai terapi
tenaga hit adalah dalam penerapannya tari glipang juga mempunyai tiga belas
gerakan yang dapat meningkatkan daya konsentrasi tunagrahita. Penelitian
terdahulu berbeda dengan penelitian ini karena penelitian terdahulu menjelaskan
tentang bagaimana bernafas dengan baik dan sebagaimana ragam gerak tari
glipangsebagai terapi tunagrahita.
10. Dinar Kurnia Kumara Dewi (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Koreografi Tari Kiprah Glipang di Desa Pendhil Kecamatan Banyuanyar
Kabupaten Probolinggo”. Sementara penelitian terdahulu ini tujuannya yaitu
25

untuk mengetahui tarian sebagai produk yang di analisis dari segi koreografinya,
untuk mengetahui teknik kepenarian baik dari segi sikap dan gerak pada tari
Kiprah Glipang, mengetahui aspek kebentukan tari ini akan dikupas mengenai
keutuhan, variasi, transisi, rangkaian, dan klimaks pada tari Kiprah Glipang.
Hasil dari penelitian Dinar Kurnia Kumara Dewi (2019) lebih berfokus
dalam penjelasan bentuk penyajian tari glipang dilihat dari gerak, penari, iringan
tari, tata rias, busana, tempat pertunjukan, maupun urutan penyajian tari Glipang
Probolinggo. Dan juga lebih berfokus pada analisis koreografi tari Kiprah
Glipang di Desa Pendil Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo.
Penelitian terdahulu ini tidak membahas tentang sejarah latar belakang berdirinya
dan dinamika Tari Glipang. Sementara penelitian ini membahas tentang sejarah
latar belakang berdirinya dan dinamika tari Glipang di tempat yang berbeda.
11. Nurul maghfiroh (2019) di dalam penelitiannya dengan judul “Sejarah Kesenian
Tari Glipang di Probolinggo Tahun 1964-2019”. di dalam penelitian ini tujuannya
yaitu sebagai wadah untuk mengetahui sejarah berdirinya tari Glipang di daerah
Probolinggo, dan untuk mengetahui suatu nilai yang ada di dalam tari Glipang
daerah Probolinggo.
Hasil penelitian Nurul Maghfroh (2019) lebih memfokuskan kepada ada
perkembangan tari kiprah glipang mengenai awal tercetusnya dan terwujudnya
Tari Glipang, tari baris Glipang, dan juga tari papakan Glipang. Dan juga lebih
mengarah kepada nilai-nilai islam dan juga arti yang terkandung di dalam tarian
tersebut seperti nilai agama, nilai yang terkandung di dalam syair tembang
Glipang, dan juga nilai-nilai dan makna filosofis yang ada di digerak tari glipang
Probolinggo. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah membahas penelitian di
tempat yang berbeda dan penelitian terdahulu tersebut membahas sejarah dan
nilai atau makna yang terkandung di dalam tari Glipang di daerah Probolinggo
sementara penelitian ini membahas sejarah dan dinamika tari Glipang di tempat
yang berbeda.
26

12. Rizqiyah (2022) dalam penelitiannya dengan judul “Kesenian Glipang di


Kabupaten Lumajang Pada Tahun 1992-2020” didalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui eksistensi seni Glipang yang berada di kabupaten Lumajang
sekitar tahun 1992-2020 dan unutk mengetahui isi yang terkandung pada seni
Glipang di Lumajang.
Hasil Penelitian Rizqiyah (2022) bahwa untuk eksistensi seni Glipang di
Lumajang periode tahun 1992-2010 sedang berada masa kevakuman lalu tahun
2011 terdapat pengamat budaya berani maju jadi pelopor untuk mengembangkan
kembali hingga tercipta acara festival Glipang tahun 2012 dan unutk festival
Glipang Rodhat pada tahun 2014. Memang masyarakat tidak terlalu antusias
tetapi tari Glipang masih mampu bertahan sampai sekarang dan masih ikut serta
dalam acara formal, maupun hajatan masyarakat. Lalu untuk isi yang terkandung
dalam tari Glipang Lumajang ialah unutk media belajar yang mendorong
masyarakat unutk lebih religius dalam keagamaan serta sebagai gambaran
perjuangan rakyat dalam melawan penjajah di masa lalu.
Berdasarkan penelitian di atas, semuanya sama-sama terkait dengan penelitian
ini. Sehingga, peneltian ini masuk ke dalam developmental research untuk
mengembangkan penelitian-penelitian terdahulu dengan melakukan pengembangan
materi dinamika kesenian Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yang dikaji
berdasarkan scope temporal sesuai kajian penelitian sejarah.

2.2 Kerangka Pemikiran


Dengan berkembangnya ilmu Sejarah dari waktu ke waktu sebagai disiplin
ilmu pengetahuan yang memiliki fungsi hampir sama pentingnya dengan ilmu lain.
Sehingga sejarah itu harus dilestarikan. Hal ini diungkapkan oleh Koentjaraningrat
(1987:152) Bahwa dalam penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi budaya
maksudnya ialah penyebaran suatu kebudayaan unsurnya berdasarkan pertemuan
antara individu dengan individu yang berbeda maupun kelompok dengan kelompok
27

yang berbeda. Menurut kata lain bahwa suatu kebudayaan itu bisa menyebar karena
diakibatkan migrasinya masyarakat ke tempat satu ke tempat lain. Perpindahan itu di
dalam prosesnya juga membawa konsep kebudayaan yang ada. Dengan demikian
sudah menjadi gejala yang lumrah bagi masyarakat yang melakukan migrasi dengan
menyebarkan suatu budaya maupun mengembangkan suatu budaya daerah tempat
migrasi mereka.
Kesenian tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah proses terbentuknya
melalui sejarah yang sebagaimana Hariyati (dalam Wuryansari & Purwaningsih,
2019:34) mengungkapkan bahwa ada orang yang melakukan migrasi ke Mekah
melakukan ibadah haji, karena tidak bisa kembali ke Indonesia, karena tidak ada uang
yang mencukupi untuk perjalanan ke Indonesia, maka orang tersebut yang bernama
kyai Buya melakukan perjalanan ke Turki untuk bekerja, di sana bekerja dan juga
mengenal budaya negara Turki salah satunya yaitu budaya melakukan kesenian yang
gerakannya menyerupai pencak silat dan juga musik yang mengiringi dengan musik
islami atau Hadrah. Lalu selepas selesai bekerja dari Turki kyai Buya kembali ke
Indonesia, karena kyai Buya tertarik dengan kesenian tersebut seiring berjalannya
waktu kyai Buya memperkenalkan kesenian tersebut dan mengembangkannya di
Indonesia yaitu desa jarit Kecamatan candipuro Kabupaten Lumajang. Lalu seiring
berjalannya waktu kesenian tersebut diaggap menarik dan mulai berkembang di Desa
Jarit, seni itu dinamakan Rodhat Seni Rebana seiring berjalannya waktu mulai
berkembang dan mengalami penurunan. Lalu seiring berjalannya waktu memasuki
tahun 1991 cucu angkat Kyai Buyah benama Pak Sardi membentuk Glipang Rodhat
Nur Bani Khasanah yang sebelumnya Pak Sardi mengikuti sebagai Seniman penari
Rodhat Seni Rebana (Wawancara dengan Mariyam, 2 Maret 2022).
Sejarah terbentuknya Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
sebagaimana Yuliastutik (dalam Hariyati, 2016:6) mengatakan dalam
penelitiannya yang berjudul “Tari Glipang Karakan di Desa Nguter
Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang” pada tahun 1912 di sekitar
pesisir pulau Jawa sebelah timur yang berada di selat Madura, banyak orang
28

dari Madura yang Pindah tempat tinggal ke Lumajang, Probolinggo,


Bondowoso, Jember dan Pasuruan. Mereka pindah tempat tinggal dengan
alasan mencari lapangan pekerjaan di tempat lain. ini secara otomatis orang-
orang Madura menikah dan punya keturunan dengan orang Jawa. Seperti
Bapak Kandar merupakan warga Kabupaten Pasuruan tepatnya di Desa
Kalipang yang hidup berbaur dengan warga Madura. Dan Bapak Kandar yang
memprakarsai berdirinya Terbang Kalipang di Lumajang. Sekitar tahun 1935
Bapak Kandar Menikah dengan wanita dari Desa Dawuhan Lor Kecamatan
Sukodono Kabupaten Lumajang. Lalu sekitar tahun 1937 beliau menetap
disitu. Glipang itu asalnya dari kata Terbang Kalipang, nama Terbang berasal
dari salah satu alat musiknya disisi lain kata Kalipang berasal dari nama Desa
Bapak Kandar Lahir. Karena nama Terbang Kalipang terpengaruh dengan
logat bahasa orang Jawa termasuk warga lumajang maka nama tersebut
berubah menjadi Glipang.
Menurut Hariyati (2016:6) tidak hanya dari sejarah terbang kalipang
ada pengamatan lain seperti Gerakan tari kiprah Glipang Probolinggo dan
Terbang Bandung. Juga terdapat gerakan yang sama dalam pementasannya.
Seperti tampilan vokal tari Terbang Bandung sama dengan tari Glipang
Rodhat. Hal ini bisa di simpulkan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yang
saat ini di pimpin pak Atok Nur Wahid (anak Pak Sardi) yang berasal dari
Desa Jarit merupakan hasil difusi maupun Perpaduan antara tari Rodhat Seni
Rebana oleh Kyai Buyah dan tari Terbang Kalipang/Glipang yang di prakarsai
oleh Bapak Kandar, difusi itu berubah menjadi Tari glipang Rodhat dengan
nama paguyuban Nur Bani Khasanah yang di bentuk oleh Pak Sardi.
Penelitian ini untuk menyelesaikan analisisnya menggunakan teori
difusionisme yang diprakarsai oleh F. Ratzer (1844-1904); beliau mengatakan bahwa
suatu kebudayaan yang ada di dalam masyarakat itu dasarnya berpangkal satu, yang
27

umumnya ada di suatu tempat tertentu. Lalu kebudayaan induk akan mengalami
perkembangan, perubahan, penyebaran dan pecah ke suatu budaya Lain atau budaya
29

baru, tetapi tidak meninggalkan keaslian budaya tersebut walaupun sudah menambahi
variasinya (Koentjaraningrat, 1987:157). Fungsi dari teori difusionisme dalam
penelitian ini yaitu untuk menganalisis suatu budaya mengenai perkembangan,
perubahan, dan kesinambungan pada Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah di Desa Jarit kecamatan candipuro kabupaten Lumajang. Unsur yang
dijelaskan yaitu mengenai unsur Tari Tradisional yang terdiri dari komponen utama
dan komponen tambahan pertunjukan. Seperti halnya di dalam pertunjukan fokusnya
dari segi tata panggung, kostum, pemain, alat musik, gerak tari, penonton dari
masyarakat.
Soekanto (2003:303) mengatakan bahwa suatu perubahan yang telah terjadi
bisa dipersiapkan.revolusi adalah ukuran kecepatan daripada perubahan yang bisa
diartikan bahwa perubahan sosial maupun kebudayaan yang terjadi secara cepat akan
menyangkut dasar atau sendi utama dalam hidup bermasyarakat. Suatu revolusi bisa
dapat terjadi jika memenuhi syarat, syaratnya ialah 1) harus ada suatu keinginan baik
secara umum maupun khusus untuk melaksanakan adanya perubahan maksudnya
ialah harus ada perasaan ingin mengubah atau merasa tidak puas dengan suatu
keadaan dalam mencapai perbaikan menjadi yang lebih baik. 2) adanya seorang
kepala suku atau pemimpin yang dianggap mampu melaksanakan tugas tersebut. 3)
seorang kepala suku atau pemimpin yang bisa mengumpulkan ide-ide masyarakat
yang kemudian bisa merumuskannya untuk menjadi dorongan suatu gerakan. 4)
kepala suku atau pemimpin harus punya tujuan yang jelas di dalam memimpin
masyarakat lalu menunjukkan tujuan tersebut.
Apabila keempat syarat tersebut bisa terlaksana maka kesenian yang telah
menyebar akan mengalami suatu perubahan. Bisa kita lihat dari kesenian Tari glipang
Rodhat ini, perubahan telah terjadi bisa dilihat dari segi pemain dalam melakukan
kreasi gerakan bisa diciptakan oleh seniman tari glipang yang kemudian bisa diterima
masyarakat dengan baik.seorang juragan atau pemimpin Tari glipang rodat itu harus
mengerti apa arti kesenian tari glipang dan bisa mengetahui keinginan masyarakat di
30

dalam menampung aspirasi masyarakat dalam kesenian tari Glipang Rodhat supaya
menjadi kesenian yang diminati masyarakat baik sekarang maupun mendatang.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Prosedur dan Teknik Penelitian


Penelitian adalah suatu langkah yang dilaksanakan untuk menemukan maupun
mencari kebenaran suatu ilmu pengetahuan dengan cara berpikir secara ilmiah. Oleh
karena itu sebagai seorang peneliti harus mempunyai metode yang selaras dengan
kajian ilmu yang ditekuni. Metode adalah suatu proses maupun tata cara yang
dilaksanakan secara sistematis untuk menyelidiki ilmu pengetahuan tertentu guna
mendapatkan bahan atau objek yang akan diteliti (Syamsudin, 1996:2).
Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan Antropologi
budaya, Karena penulis di sini menekuni bidang ilmu pendidikan sejarah maka di
dalam kajian ini menggunakan metode penelitian historis/sejarah. Metode sejarah
merupakan proses menyidik, analisis dan menguji secara mendalam baik peninggalan
benda maupun rekaman yang ada di masa lampau, untuk menganalisis kejadian
peristiwa yang tentunya yang benar-benar valid dan bisa dipertanggungjawabkan
(Gottschalk, 1975:32).
Metode penelitian sejarah merupakan tata cara yang harus dilaksanakan oleh
sejarawan guna menulis kronologi masa lalu berpacu pada kajian-kajian yang tertulis
maupun tercantum dalam sumber sejarah yang valid (Notosusanto, 1971:17).
Berdasarkan uraian di atas maka ada empat langkah di dalam metode sejarah meliputi
(1) heuristik (2) kritik sumber (3) interpretasi (4) historiografi. berdasarkan langkah-
langkah tersebut maka kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh penulis adalah
heuristik atau mengumpulkan sumber. Sumber ini harus benar-benar valid dan
relevan.
Heusistik adalah langkah pertama dalam penelitian heuristik merupakan usaha
di dalam mengumpulkan maupun mencari sumber sejarah yang berhubungan dengan
inti permasalahan objek yang diteliti dan sumber-sumber secara ada tiga macam
seperti (1) sumber benda (2) sumber tulisan/dokumen (3) sumber lisan/wawancara

31
32

(Notosusanto, 1971:17). Peneliti penelitian ini menggunakan sumber primer dan


sekunder. Sumber primer merupakan sumber yang informasi yang didapat dari orang
yang menyaksikan secara langsung sejarah tersebut atau orang yang sezaman dengan
sejarah tersebut. Sedangkan sumber sekunder adalah informasi yang didapat
sumbernya tidak secara langsung dengan waktu kejadian atau peristiwa tersebut.
Sumber primer tertulis yang diambil dalam penelitian ini adalah dokumen
yang diperoleh dari lembaga pemerintah seperti buku, majalah, surat kabar dan niok
kesenian kabupaten Lumajang. Sedangkan sumber sekunder tertulis penelitian judul
kesenian Glipang Rodhat berupa jurnal, buku, buku metodelogi, artikel. Sumber lisan
merupakan sumber yang primer yang dilakukan dengan proses wawancara tentunya
sumber ini dengan mewawancarai orang yang terlibat secara langsung atau sezaman
dengan objek penelitian tersebut. Wawancara adalah salah satu proses yang diperoleh
untuk mendapatkan informasi akan kejadian atau peristiwa karena ahli antropologi
tidak bisa mengamati langsung kejadiannya. Baik terjadi di masa lalu maupun karena
tidak bolehnya hadir di tempat peristiwa tersebut (ihromi, 1981:51).
Melakukan wawancara dengan orang yang terlibat secara langsung seperti ibu
Maryam, bapak Jombadi yang bisa menjelaskan mulai dari sejarah berdirinya
kesenian glipang rodhat nur bani khasanah di desa Jarit Kecamatan Candipuro.
Memberikan informasi mengenai perkembangan, perubahan maupun kesinambungan
dalam kesenian glipang roda mulai tahun 1991 sampai 2022 tentunya penjelasan ini
ada kemajuan dan juga ada kemunduran.
Peneliti juga mencari informasi di luar pemilik glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah yaitu masyarakat maupun pihak-pihak perangkat desa setempat. Tentunya
meskipun mereka tidak terlibat secara langsung peneliti mencari informasi dengan
orang yang tahu tentang kesenian Glipang Rodhat Nur bani Khasanah di Desa Jarit
Kecamatan Candipuro dalam hal perkembangan, perubahan, maupun kesinambungan.
Di sisi lain peneliti juga melakukan observasi secara langsung di rumah Ibu
Maryam yaitu tempat awal mula tari glipang rodat perempuan muncul. Dengan cara
33

melakukan pengamatan langsung pertunjukan glipang Rodhat Nur Bani Khasanah


yaitu acara hajatan khitanan mereka melakukan latihan habis isya'.
Setelah sumber-sumber itu dikumpulkan maka langkah selanjutnya ialah
kritik sumber tentunya sumber yang ada tidak cuma-cuma diterima tanpa diseleksi,
maka diperlukan prosedur pengecekan maupun pengujian guna melihat apakah
sumber tersebut palsu atau asli karena bisa saja informasi yang didapat tidak bisa
dipertanggungjawabkan (Hariyono, 1995:5). Kritik sumber (verifikasi). Tahapan
menguji data-data sejarah yang ditemukan dilakukan melalui dua tahapan, yakni
kritik ektern dan kritik intern. Kritik ekstern dilakukan untuk menguji keaslian
sumber, baik dokumen tertulis, artefak, sumber lisan, dan sumber kuantitaif harus
dibuktikan keasliannya. Perlu adanya verifikasi kapan dan di mana sumber tersebut
dibuat, disini sumber yang akan dihasilkan berupa sumber lisan wawancara dari
Juragan Glipang Rodhat Ibu Mariyam. Kemudian kritik intern digunakan untuk
menguji kredibilitas (tingkat kebenaran) sumber untuk membuktikan apakah
keterangan yang diberikan oleh sumber tersebut dapat dipercaya atau tidak. Disini
kritik intern dilakukan dengan membandingkan keterangan dari sumber satu dan
lainnya. Proses membandingkan antara sumber satu dengan sumber yang lain
diperlukan agar tidak terjadi ketidaksesuaian mengenai urutan waktu, sehingga
diperlukan kehati-hatian dalam usaha mencari fakta sejarah.
Interpretasi (penafsiran). Tahapan ini sering disebut sebagai biang
subjektifitas (Kuntowijoyo, 2005: 101), sehingga hal ini perlu untuk dihindari.
Langkah interpretasi ini terdiri dari langkah analisis dan langkah sintesis.
Langkah analisis berarti menguraikan, kadang-kadang sebuah sumber
mengandung beberapa kemungkinan kemudian langkah selanjutnya yakni
sintesis yaitu menyatukan fakta-fakta sejarah agar menjadi terstruktur.
Penulisan (Historiografi). Tahap ini merupakan langkah akhir dalam
melakukan penelitian menggunakan metode sejarah. Hasilnya adalah karya
tulis yang menjelaskan mengenai hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan,
dengan memperhatikan aspek kronologi yang penting dalam penulisan
32

sejarah.
34

3.2 Kerangka Penelitian


Bab I. Pendahuluan, terdiri atas latar belakang pemilihan masalah, penegasan
pengertian judul, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian dan
manfaat penelitian. Latar belakang pemilihan masalah berisi alasan peneliti memilih
topik penelitian. Alasan dimaksud mencakup alasan obyektif serta alasan subyektif.
Penegasan pengertian judul berisi definisi dari istilah atau konsep kunci (key term/key
concept) pada judul skripsi. Definisi yang dimaksud harus mencakup definisi
konseptual dan definisi operasional. Rumusan masalah berisi pertanyaan penelitian.
Ruang lingkup penelitian berisi batasan penelitian, baik batasan waktu (scope
temporal), batasan tempat (scope spasial) maupun batasan materi. Tujuan penelitian
berisi tujuan dilaksanakannya penelitian. Manfaat penelitian berisi pernyataan tentang
kontribusi yang dapat diberikan oleh hasil penelitian terhadap pengetahuan sejarah
dan/atau terhadap pihak-pihak terkait.
Bab 2. Tinjauan Pustaka, terdiri atas sejarah penelitian dan penulisan, dan
kerangka pemikiran. Pada sub bab sejarah penelitian dan penulisan berisi review
hasil-hasil penelitian dalam topik yang sama dengan topik yang akan diteliti serta
posisi peneliti dalam penelitian. Pada kerangka pemikiran berisi kerangka berpikir
atau kerangka konseptual sesuai pilihan pendekatan dan teori yang digunakan.
Bab 3. Metode Penelitian, terdiri atas prosedur dan teknik penelitian, dan
kerangka penelitian. Prosedur dan teknik penelitian berisi pilihan metode penelitian,
pendekatan, dan tahap-tahap penelitian. Kerangka penelitian berisi kerangka
penelitian sementara.
Ban 4. Pembahasan, terdiria atas letak geografis Kecamatan Candipuro,
gambaran umum Desa Jarit, dan munculnya kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro. Pada sub bab letak geografis
Kecamatan Candipuro terdiri dari letak gografis dan jumlah penduduk Kecamatan
Candipuro. Pada sub bab gambaran umum Desa Jarit berisi Jumlah penduduk
menurut kewarganegaraan, agama dan umur Desa Jarit tahun 2021.
35

Bab 5. Pembahasan terdiri atas sajian pementasan, isi yang terkandung,


perkembangan perubahan dan kesinambungan seniman, masyarakat (penonton), tata
ruang (panggung), suara (alat musik), gerak tari, busana (kostum) dan fungsi kesenian
tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah. Pada sub bab sajian pementasan
di jelaskan alurnya mulai dari persiapan sajian, struktur sajian, dan setelah
pertunjukan. Pada sub bab isi yang terkandung di jelaskan makna tari Glipang Rodhat
Nur Bani Khasanah. Pada sub bab perkembangan perubahan dan kesinambungan
dijelaskan seniman, masyarakat (penonton), tata ruang (panggung), suara (alat
musik), gerak tari, busana (kostum) dan fungsi mulai tahu 1991 -2021 dijelaskan
secara runtut lima tahun sekali dan melihat jangka waktu perkembangannya.
Bab 6. Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. Pada sub bab kesimpulan di
jelaskan bahwa kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah hasil difusi dari tari
Rodhat seni Rebana (Kayai Buya) dan Terbang Kalipang (glipang) milik bapak
Kandar Pasuruan. Padan sub bab saran berisi anjuran rekomendasi kepada penulis,
mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, masyarakat Lumajang, dan untuk
Pemerintah Ka bupaten Lumajang yan intinya untuk bahan referensi maupun kerja
tindakan dalam melestariakan kesenian tradisional Glipang Rodhat khususnya
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah.
BAB 4. LATAR BELAKANG MUNCULNYA KESENIAN TRADISIONAL
TARI GLIPANG RODHAT NUR BANI KHASANAH DI DESA
JARIT KECAMATAN CANDIPURO

4.1 Letak Geografis Kecamatan Candipuro


Candipuro adalah nama Kecamatan yang berada dikabupaten Lumajang, yang
menjadi pimpinan di Kecamatan tersebut adalah Bapak camat Erik Kurniawan Satrio
Andy Putro, S.STP. Kecamatan Candipuro memiliki sejumlah 10 Desa, berikut ini
adalah letak gegrafis Kecamatan Candipuro dan 10 Desa beserta jumlah penduduk
yang ada berikut ini:
Uraian Penjelasan
(1) (2)
1. Luas wilayah kecamatan 144,93 Km2
2. Jumlah penduduk 67.716
3. Jumlah Kepala Keluarga 19.756 KK
4. Kepadatan penduduk 467 jiwa/Km2
5. Ketinggian 322 M dpl
6. Terdiri dari
a. Desa 10 Desa
b. RT/RW 410 RT/83 RW
c. Dusun 61 Dusun
7. Curah Hujan 1 tahun (mm) 5078 mm
8. Jumlah Hari Hujan 1 tahun 206 hari
9. Batas-batas :
a. Sebelah Utara Kecamatan Pasrujambe
b. Sebelah Timur Kecamatan Pasirian
c. Sebelah Selatan Kecamatan Tempursari
d. Sebelah Barat Kecamatan Pronojiwo
Sumber data: Kantor Kecamatan Candipuro

36
37

Tabel 4.1 : Letak Geografis Kecamatan Candipuro tahun 2021


No Jumlah Penduduk Jumlah Keluarga
Desa
-1 -2 -3
1. Jugosari 3.463 1.273
2. Jarit 11.637 3.704
3. Candipuro 8.296 2.444
4. Sumberrejo 6.304 1.599
5. Sumberwuluh 11.762 2.931
6. Sumbermujur 6.801 2.010
7. Penanggal 7.935 2.389
8. Tambahrejo 3.881 1.313
9. Kloposawit 4.358 1.510
10. Tumpeng 5.658 1.913
Sumber Data: Registrasi Penduduk Kecamatan
Berdasarkan data di atas ada jumlah penduduk yang berasal dari berbagai
penjuru Desa di Kecamatan Candipuro. Kelurahannya terletak di desa Sumberejo
Kecamatan Candipuro. Desa Sumberejo adalah desa yang memiliki jumlah penduduk
nomer 6 terbanyak diantara berbagai desa di Kecamatan Candipuro. Desa Sumberejo
perbatasannya sebelah selatan desa Sumberwuluh, sebelah utara desa penanggal,
sebelah timur desa Kloposawit, dan sebelah barat desa Candipuro.

4.2 Gambaran Umum Desa Jarit


Desa Jarit jika dilihat dari letak geografisnya berada di ketinggian 1.300
MPDL, dan memiliki curah hujan 1829 mm/tahun. Secar umum batas wilayah Desa
Jarit sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Desa Nguter,
2. Sebelah Selatan : Desa Jugosari,
3. Sebelah Barat : Desa Candipuro,
4. Sebelah Timur : Desa Pasirian-Desa Kalibendo
38

Desa Jarit mempunyai Luas wilayah 1600 Ha. Jika dilihat dari segi topografi,
Desa Jarit berada di bagian barat wilayah Kabupaten Lumajng jelasnya di Kecamatan
Candipuro yang merupakan wilayah yang mayoritas tanahnya untuk pertanian sawah
dan ladang. Dan Kawasan tersebut terbagi antara lain jalan 1 ha, sawah dan ladang
875 ha, empang 0,5 ha, kuburan/makam 3.5 ha, pasar 0,25 ha, tanah wakaf 2 ha,
pekarangan 220 ha dan permukiman 300 ha, tegalan 145 ha dan lain-lain 52,75 ha.
Desa Jarit merupakan desa yang wilayahnya didominasi lahan sawah dan ladang
(Wawancara dengan Novita Supristiwanti, 28 Februari 2022).
Penduduk adalah salah satu faktor terpenting dalam terlaksananya
pembangunan, bahwa dalam terlaksananya pembangunan dibutuhkan Partisipasi
masyarakat, dengan demikian fungsi penduduk sangat dibutuhkan. Didalam jumlah
penduduk dari desa Jarit berjumlah dapat digolongkan berdasarkan
kewarganegaraannya telah di lampirkan dalam tabel berikut ini:
Kewarganegaraan Jenis Kelamin Jumlah
WNI Laki-laki 5.738
WNI Perempuan 5.899
WNA Laki- laki -
WNA Perempuan -
Jumlah 11.637
Sumber : Monografi Desa Jarit 2021
Tabel 4.2: Jumlah Penduduk Menurut Kewarganegaraan
Menurut data tabel diatas telah tercantum bahwa warga negara Indonesia lebih
banyak jika dibandingkan warga asing. Ini bisa disimpulkan bahwa di desa Jarit
kewarganegaraan yang terbanyak adalah warga negara Indonesia. Dan tentunya umur
penduduknya berbeda beda, dan berikut ini merupakan penggolongan jumlah
penduduk Desa Jarit berdasarkan umur..
39

Berdasrkan jumlah penduduk dengan jumlah 11.637 jiwa, maka akan terdiri
dari penduduk golongan, tua, muda dan anak-anak. Tabel penduduk berdasarkan usia
dapat disajikan tabel dibawah ini:

Menurut Umur Jumlah


0-5 1.051
6- 15 3102
16-60 4.496
60 tahun keatas 2988
Jumlah 11.637
Sumber : Monografi Desa Jarit 2021
Tabel 4.4: Jumlah Penduduk menurut Umur

Berdasarkan data tabel diatas menggambarkan jumlah penduduk berdasarkan


usia, dapat disimpulkan kisaran usia produktif di Desa Jarit adalah 18-59 tahun lebih
banyak penduduknya hal ini tentunya dengan masyarakat sebanyak itu tentunya
dalam hal keyakinan beragama pasti cukup beragam. Warga Desa Jarit dalam
menganut agama tentunya punya keyakinan masing-masing. Oleh karena itu manusia
dalam setiap individu memiliki agama. Berikut ini jumlah penduduk berdasarkan
nama agama.

Agama dan Jumlah


Kepercayaan
Islam 11.701
Kristen 32
Khatolik 7
Hindu -
Budha -
Tabel 4.3: Jumlah Penduduk Menurut Agama
Berdasarkan data tabel diatas, menggambarkan tentang jumlah penduduk
Desa Jarit, jika dilihat dari sisi jumlah penduduk berdasarkan agama maka
kesimpulannya ialah agama terbanyak yang dianut ialah Islam. Karena agama
penduduk mayoritasnya Islam maka dapat diketahui jumlah tempat ibadah orang
Islam yaitu masjid berjumlah 13 dan mushollah berjumlah 58. Hal ini mengakibatkan
40

karena mayoritas agama di Desa jarit Adalah Islam maka mereka mayoritas jika
memiliki harta sebagian besar mereka bercita-cita melaksanakan ibadah haji. Dan
dalam memperingati selamatan tradisi orang islam mereka sangat suka dengan
tanggapan islami, mulai dari alat musik, tarian, pakaian yang berbau islami. Di
karenakan mayoritas mereka Islam mereka berkeinginan untuk memeriahkan tradisi
islam dan menyukai kesenian berbau islam. Akibatnya kesenian mereka gunakan
untuk hiburan acara selamatan tradisi islam (Wawancara dengan Mariyam, 2 Maret
2022).

4.3 Sejarah Singkat Munculnya Kesenian Tradisional Glipang di Desa Jarit


Kecamatan Candipuro

Tahun 1918 mulai muncul kesenian tradisional Glipang di Desa Jarit yang
bernuansa islami dan awal mula munculnya memiliki sejarah yang cukup panjang
yaitu sangat berhubungan dengan gambaran umum desa jarit yang mulai dari dulu
agama mayoritas desa Jarit adalah islam oleh karena itu mereka sangat mengenal
islam dan bercita-cita haji jika mempunyai bekal harta yang cukup pada saat itu tahun
1918 ada rombongan haji mulai dari desa Jarit mereka berangkat melaksanakan
ibadah haji ada salah satu warga yang menjadi pelopor membawa kesenian Glipang
bernuansa islami yaitu Kyai buyah ceritanya Kyai buyah pada saat di Mekah
kehabisan uang dan untuk mendapatkan uang Kyai buyah ikut seseorang berdagang
ke turki dan kebetulan beliau mempelajari kesenian Glipang nuansa islami yang
kemudian pada saat pulang ke negara Indonesia tepatnya di Desa Jarit beliau
menyebarkan tarian tersebut sesuai dengan kemampuanya dan tarian tersebut
bernama tari Rodhat Seni Rebana (Wawancara dengan Mariyam, 2 Maret 2022).
41

4.4 Munculnya Kesenian Tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah Di


Desa Jarit Kecamatan Candipuro
Yoeti (1985:1) mengatakan bahwa baru-baru ini banyak kelompok yang
merasa khawatir akan kelestarian kesenian tradisional karena berkembangnya wisata
dalam hal industri. Seperti kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yang
termasuk salah satu kesenian tradisional yang hampir mengalami kepunahan di
kabupaten Lumajang. Misalkan para seniman tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah tidak tekun dalam melestarikan tarian ini, maka kesenian Glipang Rodhat
tersebut akan punah.
Seniman tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan
Candipuro Kabupaten Lumajang seperti, contoh usaha para seniman dengan membuat
kesenian ini lebih muncul kembali seperti rutin dalam hal hajatan di masyarakat
seperti khitanan. Selain itu dalam hal latihan para seniman juga rutin melaksanakan 2
minggu sekali dengan berkeliling komplek paguyuban (Wawancara dengan Jombadi,
4 Maret 2022).

Pendiri Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah adalah Bapak Sardi yang
didirikan pada tahun 1991, beliau adalah cucu angkat dari kyai Buyah. Kyai buyah
adalah pendiri Tari Glipang Rodhat Seni Rebana (wawancara dengan Mariyam, 2
Juni 2022). Sebagaimana Hariyati (2016: 5) mengemukakan bahwa pak Sardi berkata
bahwa tari Glipang muncul di Desa Jarit sekitar tahun 1918 an, yang diciptakan oleh
Kyai Buyah. Tari Glipang tersebut bernama Glipang Rodhat seni rebana yang hanya
mengandung unsur islam. Kyai buyah memiliki Pesantren yng tinggal di desa Jarit.

Hariyati (2016:6) mengatakan bahwa Glipang Menurut Pak Sardi bukanlah


Nama asli dari kesenian itu, bahwa nama sebenarnya ialah tari Rodhat Seni Rebana,
bahwa tari tersebut tidak mengandung unsur madura dan hanya mengandung unsur
islam yang di ciptakan oleh Kyai Buyah. Namun ada pendapat lain yang berbeda dari
Ibu Emi Yuliastutik dan Heny Kisworini yang berpendapat berpendapat bahwa tari
Glipang Rodhat ini memang pada dasarnya terdapat unsur Madura karena Lumajang
40

merupakan daerah pandalungan percampuran antara Jawa dan Madura. Hal ini
mengakibatkan sudah pasti masyarakatnya tidak lepas dari unsur madura, dan
perbedaan tersebut diluruskan oleh peneliti dengan membandingkan sumber lainnya.

Menurut Yuliastutik (2005:71) mengatakan bahwa pada tahun 1912 di pesisir


pulau jawa ke timur yang berada di selat Madura telah berbondong-bondong
masyarakat madura untuk melakukan migrasi ke Lumajang, Probolinggo,
Bondowoso, Jember, situbondo dan Pasuruan. Tujuan mereka migrasi adalah untuk
mencari pekerjaan karena di madura minim pekerjaan, hal ini secara tidak sadar
bahwa orang jawa dan madura berbaur dan bercampur dalam interaksi maupun dalam
perkawinan. Seperti Bapak Kandar asalnya dari Pasuruan yang mendirikan pertama
kali Terbang Kalipang di Lumajang. Sekitar tahun 1935 beliau menukah dan kawin
dengan gadis jawa dari desa Dawuhan Lor, Kecamatan sukodono, Kabupaten
Lumajang. Lalu sekitar tahun 1937 beliau menetap di desa dawuhan Lor Lumajang.
Glipang Berasal dari nama Terbang Kalipang, dan nama Terbang asalnya dari alat
musik dan Kalipang berasal dari nama Desa Bapak Kandar Lahir. Karena terpengaruh
dari logat Bahasa masyarakat Jawa dari penduduk asli Lumajang maka nama Terbang
Kalipang menjadi Glipang.

Hariyati (2016:6) mengatakan dalam penelitiannya bahwa selain Terbang


Kalipang telah dilakukan pengamatan kembali terhadap tari Kiprah Glipang
Probolinggo dan Terbang Bandung, dan hasilnya ketiga tarian tersebut malah
memiliki persamaan dari bentuk penyajian dan gerak tari. Seperti iringan vocal tari
Terbang Bandung itu sama dengan Glipang Rodhat. Dari pengamatan tersebut dapat
disimpulkan bahwa tari Galipang Rodhat yang berada di Desa Jarit Merupakan hasil
Perpaduan antara Tari Terbang Kalipang yang dibawa oleh Bapak Kandar yang
asalnya dari Pasuruan dengan tari Rodhat Seni Rebana yang dibawah oleh Kyai
Buyah. Sehingga Namanya menjadi Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yang
diciptakan oleh Bapak Sardi tahun 1991.
41

Bapak Sardi mengambil nama Paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani


Khasanah sebagai Wadah untuk mengangkat kembali tari Glipang yang dibawah oleh
kakeknya yang kian meredup. Beliau mengganti nama, jumlah pemain, dan unsur nya
ada unsur
42

Madura. Awalnya Bapak Sardi sebagai penari tari Rodhat Seni rebana, dan sering
latihan di rumah pak Kasan sebagai ayah angkat dari pak Sardi. Dan dengan nama
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah atas karya perpaduan Pak Sardi dengan unsur
islam dan Unsur maduranya, dengan komando Pak Sardi tahun 1991 sangat terkenal
dan sangat digemari masyarakat, tarian tersebut dgunakan untuk pertunjukan sebagai
hiburan dari acara hajatan sehingga waktu itu banyak job untuk mempertontonkan
tarian tersebut. Dan kalau ada waktu luang Pak Sardi juga sering latihan dirumahnya
karena waktu itu lagi puncak kepopuleran untuk latihan saja sudah banyak yang
menonton (wawancara dengan Mariyam, 2 Maret 2022).
BAB 5. PERKEMBANGAN, PERUBAHAN DAN KESINAMBUNGAN DARI
SENIMAN, MASYARAKAT (PENONOTON), TATA RUANG
(PANGGUNG), SUARA (ALAT MUSIK), GERAK TARI, SERTA
BUSANA (KOSTUM) DARI KESENIAN TRADISIONAL TARI
GLIPANG RODHAT NUR BANI KHASANAH DI DESA JARIT
KECAMATAN CANDIPURO KABUPATEN LUMAJANG TAHUN
1991-2021

5.1 Sajian Pementasan Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah
Menurut Murgiyanto (1996:156) mengatakan bahwa tahap-tahap dalam
menyajikan pementasan antara lain 1). Persiapan, b). Pertunjukan, c) Setelah
pertunjukan. Dan pementasan kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah didalam tahap-tahap pementasannya juga demikian seperti:
1. Persiapan Sajian
2. Struktur Sajian
3. Setelah Pertunjukan
1. Persiapan Sajian
Persiapan sebelum pementasan kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah di kerjakan sebelum pementasan mulai, persiapan tersebut dilakukan secara
bersama oleh seluruh seniman baik penari maupun penabuh dari paguyuban Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah. Dibawah ini kegiatan yang dilaksanakan sebelum acara
di mulai ialah:
a. Sekitar tahun 1991-2001 Sebelum jadwal pentas telah tiba seluruh seniman
melaksanakan latihan setiap hari karena mereka sangat menyukai baik para
seniman sendiri maupun yang menontonnya jadi mereka tidak mengenal capek
karena mereka sangat menyukai kesenian tersebut pada saat itu juga jarang para
seniman yang bersekolah tingkat smp mereka rata-rata hanya lulusan SD. Jadi
mereka sebagian besar seniman yang sudah lulus SD punya banyak waktu luang
43
44

menari tanpa bersekolah. Sekitar tahun 2002-2012 seluruh seniman Glipang


Rodhat Nur Bani Khasanah melaksanakan latihan terlebih dahulu, biasanya satu
hari sebelum pementasan untuk gladi bersih sebelum tampil. Dan mereka tidak
melaksanakan latihan setiap hari contohnya jadwal pentas pada hari Sabtu maka
kegiatan latihan dilaksanakan pada Jum’at malam, latihan diadakan pada malam
hari karena kebanyakan para seniman kalau siang ada yang sibuk kerja dan
sekolah. Dan untuk latihan rutin diadakan pada malam Minggu latihan ini
bertujuan untuk mengasah kekompakan para seniman diadakan 2 minggu sekali.
Sekitar tahun 2013-2021 mereka juga tidak melaksanakan latihan setiap hari dan
mereka baru focus latihan kalau ada job tanggapan itu pun di jadwal dan tidak
seintens dulu dan kebanyakan mereka dari senimannya banyak dari anak
sekolahan termasuk para penarinya jadi mereka juga disibukkan tugas dari
sekolahannya.
b. Sekitar tahun 1991-2001 para seniman Menyiapkan kebutuhan dari masing-masing
penabuh dan penari mulai dari kostum (busana), alat musik yang akan di pakai
pada saat pementasan. Dan para seniman untuk mendatangi lokasi pementasan
biasanya mereka diantar oleh orang tua masing-masing menggunakan sepeda
motor. Dan sebelum para seniman Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah tiba di
lokasi untuk penabuh dan penari sudah menggunakan kostum (busana) dari rumah
maupun tempat paguyuban. Sekitar tahun 2002-2012 mereka para seniman dalam
menyiapakan peralatan alat musik sudah disiapkan oleh petugas tersendiri mereka
sudah biasa menyewa petugas dan kendaraan mobil seperti pick up untuk
pemberangkatan menuju pementasan. Sehingga mereka cukup fokus pada busana
mereka tanpa pusing menyiapkan alat musik yang ada. Sekitar tahun 2013-2021
masih tetap sama yaitu mereka biasa menyewa kendaraan mobil untuk
pemberangkatan pementasan dan petugas untuk menyiapkan peralatan Cuma
dalam hal kendaraan sudah berganti yang awalnya pick up mereka mulai menyewa
45

elf karena mereka terkadang tampil di luar kecamatan dan tentunya harus
kendaraan yang tertutup.
c. Tahun 1991-2001 Sesampainya di tempat pementasan semua seniman Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah mulai menyiapkan dan berkumpul untuk alat musik,
property dan alat penunjang lainnya. Mereka para seniman menyiapkan sendiri
tanpa bantuan petugas sewaan. Setelah kebutuhan pentas sudah dipersiapkan
semua seniman Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah melaksanakan doa Bersama
bertujuan acara pementasan lancar tanpa halangan. Berkumpul membentuk
lingkaran kemudian salah satu berada di tengah untuk memimpin doa, setelah
pertunjukan tarian selesai baru mereka dipersilahkan makan-makan oleh yang
punya hajat. Sekitar tahun 2002-2012 mereka sesampainya dipementasan sudah
ada petugas tersendiri untuk menurunkan peralatan dari kendaraan dan mereka
biasanya tidak langsung tampil, tetapi yang punya hajat biasanya menyuruh para
seniman untuk bersantai dan makan terlebih dahulu, lalu mereka bersiap untuk
tampil. Sekitar tahun 2013-2021 mereka juga sama masih ada petugas tersendiri
untuk menurunkan peralatan dan masih tetap sama mereka juga biasa terlebih
dahulu disuruh makan oleh yang punya hajat sebelum tampil (Wawancara dengan
Mariyam, 2 Maret 2022).

2. Struktur Sajian
Hariyati (2016:7) mengatakan bahwa Struktur memiliki arti bahwa suatu
karya seni itu terdapat pengaturan, pengorganisasian yang keduanya secara
keseluruhan saling terhubung. Di lihat dari segi struktural, seni tari merupakan tradisi
dari penggabungan pola-pola gerak ragam tari. Dengan demikian struktur penyajian
tari Glipang Rodhat yaitu tiga bagian seperti pembuka (awal), inti (tengah), dan
penutup (akhir).
Tahun 1991-2021 tiga bagian tersebut masih tetap sama, tetap terdiri
dari tiga bagian. Tetapi adapun penggbungan pola-pola gerak tari ada yang berbeda
seperti tahun 1991-2001 pola gerakan juga sama dengan Glipang Rodhat pada
44

umumnya seperti Jalan Hormat, Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan,


Pusing, Goyang Tarikan, dan ada satu yang beda penutupnya tanpa mengucapkan
salam. Dan tahun 2002-2012 pola gerakan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah juga
sama yaitu Jalan Hormat, Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing,
Goyang Tarikan dan ada tambahan sekitar tahun 2005 yaitu salam atau penutup dan
juga ditambahi gerak variasi yaitu jengkeng. Dan tahun 2013-2021 pola gerakan
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yaitu Jalan Hormat, Penghormatan, Angkatan,
Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan, dan penutup ucap salam tetapi ada yang
dihilangkan yaitu gerakan variasi jengkeng (Wawancara dengan Rupikat, 9 April
2022).
Adapun tiga bagian struktur penyajian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
penjelasannya berikut ini:
a. Bagian Pembuka (Awal)
Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah diawai dengan gerak jalan di tempat
lalu pementasan selanjutnya melakukan Gerakan hormat. Hal ini bertujuan untuk
menyambut penonton dan yang punya hajat ucapan selamat datang dan selamat
menikmati pertunjukan.
b. Bagian Inti (tengah)
Pada bagian ini, Gerakan yang dilakukan adalah Gerakan pusing yang
mempunyai gerak dari pada gerak Angkatan. Gerak pusing ialah gerak berputar balik
arah ke belakang maupun ke depan yang dilakukan secaran bergantian diiringi
dengan gerak Angkatan. Di bagian inti pertunjukan Gerakan ini dilakukan berulang-
ulang.
c. Bagian Penutup (Akhir)
Gerak penutup ialah Gerakan akhir yang disebut gerak salam maksudnya penari
melakukan Gerakan untuk mohon undur diri kepada penonton dan yang punya hajat,
sambal mengucap salam dengan tujuan bisa diundang lagi, untuk bertemu lagi. Gerak
salam dilakukan dengan melakukan gerak hormat secara berulang ke 4 arah dengan
45

posisi menyerong. Gerakan ini juga diiringi dengan syair yang dilantunkan oleh
vokalis dalam iringan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah dengan diakhiri kata
assalamualaikum.
3. Setelah Pertunjukan
Tahun 1991-2001 selesainya pertunjukan yang dilakukan seluruh seniman
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah ialah berkumpul kembali dengan mengucapkan
rasa syukur karena acara pertunjukan dapat selesai tanpa halangan lalu sekaligus
makan Bersama-sama. Sesudah makan Bersama dilakukan para seniman meringkas
properti maupun alat musik, sesudah meringkas tersebut para senima pulang menuju
paguyuban dan pulang menuju rumah masing-masing. Tahun 2002-2012 para
seniman tidak perlu makan karena sebelum pertunjukan sudah dipersilahkan makan
terlebih dahulu, jadi cukup membawa berkat dan dimakan di rumah masing-masing.
Tahun 2013-2021 masih sama yaitu setelah pertunjukan tidak perlu makan terlebih
dahulu karena sebelum pertunjukan sudah makan dan membawa berkat lalu di makan
dirumah masing-masing. Untuk evaluasi pertunjukan dari tahun ke tahun masih sama
yaitu diadakan hari berikutnya pada latihan rutin Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
(Wawancara dengan Mariyam, 2 Maret 2022).

5.2 Isi Yang Terkandung Dalam Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah
Hariyati (2016:7) mengemukakan bentuk yang tidak bisa dilihat, bentuk
batiniah, gagasan/ide yang merupakan wujud unsur pikiran atau hal yang bersifat
batin yang ada didalam isi tari. Isi dari tarian tersebut ialah gagasan dalam
penghayatan yang
46

tidak terlihat panca indra. Tanpa gagasan karya seni akan tidak bernilai bobotnya,
disisi lain bentuk merupakan wujud jalinan antar unsur ekspresi dalam keadaan yang
nyata.
Tahun awal 1991 Glipang rodhat Nur Bani khasanah hanya di tarikan oleh
lima orang laki-laki mengacu lima orang karena memaknai dengan jumlah sholat lima
waktu dan seiring berjalannya waktu akhir tahun 1991 ada perubahan yaitu penari
tidak harus lima tetapi menyesuaikan dengan jumlah penari yang ada sesuai
kebutuhan dan jenis kelamin penari mulai di rubah awalnya laki-laki dirubah menjadi
perempuan karena penari laki-laki dianggap kurang teratur dan penari perempuan
lebih teratur dan lebih menarik itupun di tari Glipng Rodhat Nur Bani Khasanah
dengan penari perempuan berlaku sampai sekarang 2021 dan bersepakat tidak akan
menggunakan penari laki-laki (Wawancara dengan Mariyam, 2 Maret 2022). Adapun
isi yang terkandung dalam sebuah tari dapat terbaca oleh panca indra manusia dan
secara tidak langsung sesudah meresapi dari awal sampai akhir pementasan, isi tari
bisa ditangkap panca indra melalui pergerakan atau symbol dalam tari. Isi tari
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah bermakna religius. Yang menjelaskan seorang
santri di pesantren yang sedang mempertunjukkan ilmu kanuragan dengan pergerakan
pencak silat.
Dalam mencari tahu isi gerak tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah dapat
dilihat pada Gerakan yang ada. Seperti Gerakan hormat ditujukan ke penonton
bertujuan untuk memberi hormat melalui cara sembah. Jika di simpulkan Bersama
gerakan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah tampak seperti seseorang yang
mempraktekkan gerakan wudhu. Ini mengartikan gerakan tarian ini memiliki arti
petunjuk di masa lampau selain sebagai hiburan juga ada sarana ilmu gerakan
berwudhu. Sementara vokal yang mengiringi tarian adalah lantunan sholawat Nabi
Muhammad SAW, ini bisa disimpulkan bahwa tarian ini mengandung tema religi
(Wawancara Ibu Mariyam, 2 Maret 2022).
Kesenian Glipang Rodat Nur Bani Khasanah ialah tari yang didasari oleh
motivasi utama masyarakat pendukungnya yang merasa wajib untuk mengingatkan
47

orang-orang dalam hal iman dan taqwa selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Di dalam Rodat tersirat suatu seruan, anjuran dan ajakan terhadap umat islam untuk
selalu membaca sholawat kepada nabi Muhammad SAW dan membaca ayat-ayat
Allah SWT sebagai pencerahan, kekuatan, penerangan dan meningkatkan kualitas
keimanan dan taqwa di masyarakat khususnya tempat kesenian itu berkembang
(Wawancara dengan Aries Purwantiny, 6 Maret 2022).

5.3 Perkembangan, perubahan dan kesinambungan Seniman dari Kesenian


Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
Terbentuknya perkumpulan seniman kesenian tradisional tari Glipang Rodhat
di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang Terbentuk oleh pimpinan
Bapak Sardi pada tahun 1991 yang bernama Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah.
Perkumpulan seniman Glipang Rodhat seiring jalannya waktu semakin tersebar di
seluruh desa Jarit Kecamatan Candipuro. Para seniman Glipang Rodhat berniat untuk
membentuk wadah dengan membentuk paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah dengan tujuan menjalin silaturahmi antar seniman lain dan juga dijadikan
tempat untuk latihan generasi muda agar ikut berperan dan nantinya dapat
melanjutkan peran dalam melestariakan kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
(Wawancara dengan Mariyam, 2 Maret 2022).
Tahun 1991 terbentuk kumpulan kesenian tradisional tari glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah (lihat gambar 13.2) dengan Pemimpin Bapak Sardi di Desa Jarit
Kecamatan Candipuro. Dengan hadirnya kesenial tradisional ini bermula dari bapak
Sardi yang awalnya seniman jadi penari dalam tari Rodhat seni Rebana, yang
merupakan tari pimpinan kakeknya yang bernama Kyai buyah, waktu itu Bapak Sardi
sebagai penari pada tahun 1991 kondisi tari Rodhat seni rebana tidak menarik lagi,
seiring berjalannya waktu Bapak Sardi membentuk perkumpulan kesenian Glipang
Rodhat dengan nama paguyuban Nur Bani Khasanah juga pada tahun 1991, dengan
penari perempuan semua, untuk jumlah penari tidak harus lima tapi menyesuaikan
48

kebutuhan dan jumlah penari yang ada, dan berakibat dapat respon baik dari
masyarakat. Tahun 1991-1996 Pembentukannya dilakukan dengan cara kekeluargaan
maksudnya ialah para penabuh maupun para penari kesenian tradisionl Glipang
Rodhat di rekrut dari lingkup keluarga pak sardi dan juga tetangga terdekatnya. Dari
segi pertunjukan masih memakai dari keluarga dan tetangga terdekat pak Sardi
sebagai pemain kesenia tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah, saat itu
tarian ini masih digunakan untuk hiburan saja (Wawancara dengan Mariyam, 2 Maret
2022).
Tahun 1997-2002, Bapk Sardi beserta keluarga yang menjadi Seniman
kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah mulai mengajak dan
mengenalkan kepada masyarakat Desa Jarit untuk ikut dan masuk dalam kumpulan
seniman kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah. Kesenian
tradisional Glipang Rodhat disini lebih diperuntukkan untuk umum secara terbuka
supaya kesenian tradisional ini bisa lebih cepat dikenal dan tersebar secara meluas di
Desa Jarit Kecamatan Candipuro. Pelaksanaan latihan tari Glipang Rodhat ini
dilaksanakan setiap malam Minggu sekaligus diperkenalkan kepada masyarakat serta
generasi muda masyarakat desa Jarit, sekaligus bertujuan untuk menjalin Slilaturahmi
dan juga untuk menambah rasa cinta masyarakat dalam menjaga dan melestarikan
kesenial tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah dan pada saat itu banyak
acaa khitanan yang punya hajat selalu undang seniman kesenian tradisional.
Tahun 2003-2008 seniman Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah sudah dikenal
sebagai job sarana pekerjaan selain daripada hiburan oleh masyarkakat, sudah
tersebar ke seluruh desa Jarit sekaligus masyarakat Candipuro sudah mengetahui
semuanya. Disini ada perkembangan dan perubahan yang cukup besar dari jumlah
peminat dan pemain tari glipang rodhat sudah banyak sehingga terdiri dari beberapa
pleton barisan dalam latihan, sehingga pada saat latihan pertunjukannya dilakukan di
jalan-jalan dengan berkeliling desa. Pada saat inilah pemerintah Kabupaten Lumajang
mulai melirik tari Glipang ini sebagai ajang event di Alun-alun Kota Lumajang
47

berupa festival perlombaan tari Glipang Rodhat. Dan yng menjadi Pemenang event
tersebut akan mendapatkan penghargaan dari pemerintah kabupaten Lumajang.
Tahun 2009-2014 kesenian tradisional Bapak sardi mengalami perubahan
dalam hal peminat dan pemain hal ini bisa terlihat pada mulai berhentinya para
pemain senior karena mereka sudah sibuk dengan dunianya dan mereka sudah
beranjak dewasa dan ingin menikah jadi mereka memilih berhenti. Meskipun pemain
senior banyak yang berhenti masih cukup banyak generasi muda yang
menggantikannya tetapi pada saat ini generasi yang aktif bukan dari masyarakat
melainkan dari anak sekolah yang ikut latihan Bersama Bapak Sardi. Mereka sering
diajak untuk menghadiri job dalam acara khitanan oleh Bapak Sardi dan uangnya
dibagi secara merata.
Tahun 2015-2021 seni tari tradisional tersebut masih didominasi oleh seniman
penari anak sekolahan, tetapi jumlah nya sudah mulai menurun karena sudah
berkurang minat dari masyarakat tetapi kesenian tradisional ini para seniman yang
masih aktif tetap bersemangat latihan hal ini mengakibatkan masih banyak lowongan
job acara khitanan.dikarenakan pada tahun 2016 Bapak Sardi mulai sakit-sakitan
kepemimpinan kesenian tradisional ini di ambil alih semnetara oleh Bapak Jombadi
selaku murud pertama Bapak sardi sebagai penabuh jidor. Seiring berjalannya waktu
peminat tari glipang mulai berkurang. Tahun 2017 Kepemimpinan tari Glipang
diambil alih oleh
49

Bapak Atok Nur Wahid selaku anak Bapak Sardi, karena kesenian tradisional harus
diwariskan secara turun Temurun, setiap ada job pak Atok Nur wahid yang
mengurusi surat izin ke Dinas Pariwisata dan Budaya Lumajang, sementara yang
memegang dan menyimpak alatnya adalah Bapak Jombadi. Dan untuk penabuhnya
masih tetap seperti dahulu yaitu Bapak Jombadi Ketipung Lanang, bapak Sunaryadi
Ketipung Wedok, Bapak Rupikat, Bapak Kabul, Bapak Jum, Bapak Jakram dan
Bapak Mujiono Penerbang, Bapak Twi Jidor, mereka semua adalah masa-masa
seperjuangan dengan Bapak Sardi. Sementara penarinya adalah dari anak sekolahan
berusia sekitar 14-16 tahun duduk dibangku SMP (Wawancara dengan Mariyam, 2
Maret 2022).

5.4 Perkembangan, perubahan dan kesinambungan Masyarakat (Penonton)


dari Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
Berkembangnya pertama kali kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah tahun 1991 adalah momen Bapak Sardi mengenalkan kesenian ini, waktu
itu Bapak Sardi mengenalkan kepada masyarakat melalui kegiatan Karnaval HUT RI,
Waktu itu tahun 1991-1996 masyarakat sangat antusias melihatnya, karena kesenian
ini menarik, waktu itu glipang Rodhat Nur bani Khasanah sebagai salah satu peserta
dan masyarakat desa Jarit melihatnya di jalan raya mereka sangat tertarik. Dan tarian
tersebut selalu hadir tiap tahun atas permintaan masyarakat untuk memeriahkan HUT
RI (Wawancara dengan Jombadi, 4 Maret 2022).
Tahun 1997-2002 partisipasi masyarakat kian membludak hal ini terlihat dari
banyaknya masyarakat yang tergabung dalam penari dan penabuh Glipang Rodhat
Nur Bani Khasanah, bahkan ada masyarakat yang latihan dirumahnya sendiri sambil
menyewa pelatih dari seniman murid Bapak Sardi, dengan demikian semakin banyak
yang ingin melestariakn glipang rodhat Nur Bani Khasanah tarian ini semakin
berkembang. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya peserta tari Glipang
Rodhat pada saat acara Karnaval HUT RI.
50

Tahun 2003-2008 atas populernya tarian ini atas berita yang tersebar
masyarakat yang hadir melihat pertunjukan ini bukan hanya dari desa jarit melainkan
dari sebagian besar desa Kecamatan Candipuro, pada saar latihan saja masyarakat
yang melihat sangat banyak sehingga banyak masyarakat yang mulai meraup untung
dengan berjualan di pinggir jalan, masyarakat yang hadir selain melihat pertunjukan
mereka bisa membeli makanan di pinggir jalan.
Tahun 2009-2014 kesenian ini masih diminati masyarakat bahkan yang hadir
dan menyewa alat musik Bapak Sardi di luar Kecamatan Candipuro seperti sanggar
tari sekar arum yang berasal dari Pasirian mulai menyewa seniamn bapak sardi untuk
mengajari anak-anak yang belajar tari di sanggar tersebut. Ini mengakibatkan
masyarakat kecamatan pasirian yaitu desa kebonan turut serta antusisas dan melihat
tari tersebut. Dan tarain tersebut setelah anak-anak sanggar tari sekar arum sudah bisa
dan mahir semua, yang saat itu diadakan event mereka tampil di lumajang sekitar
2008 sehingga masyarakat lumajang kota sudah melihat dan merasakan kesenian ini.
Tahun 2015-2021 kesenian tersebut atas nama Glipang Rodhat Nur Khasanah
sudah terkenal ke seluruh masyarakat Lumajang karena tarian ini sudah tampil di
event HARJALU kota Lumajang dan Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah bapak
Sardi menempati juara 2 tahun 2012 sehingga sebagian besar seluruh paguyuban
Glipang di Lumajang mengetahui Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah. Semenjak itu
masyarakat karena sudah terlalu lama cinta sama kesenian ini, akibatnya banyak
kesenian lain yang muncul sehingga job dari kesenian Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah ini berkurang. Waktu itu juga karena Bapak Sardi sering sakit-sakitan
membuat pamor tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah menurun. Pak Sardi
meninggal tahun 2016 sehingga menurun jobnya, hal ini membuktikan karena ada
pak sardi lah yang membuat kesenian ini bisa populer ke sebagian besar kabupaten
Lumajang. Latihan sudah jarang dan masyarakat yang melihat hanya dilingkungan
tetangga bapak sardi, lalu alat-alatnya dipindah kerumah Bapak Jombadi sehingga
latihan di laksanakan di komplek bapak Jombadi. Dan yang melihat hanya tetangga
51

bapak Jombadi. Dan juga ada job yang di teriam hanya antar desa di kecamatan
candipuro saja tidak ada di kecamatan Lain, ini membuktikan partisipasi masyarakat
mulai menurun semenjak meninggalnya Bapak Sardi. Atas komando anaknya yaitu
Bapak Atok Nur Wahid kesenian ini masih tetap lestari ata kerjasama para seniman
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah (Wawancara dengan Jombadi, 4 Maret 2022).

5.5 Perkembangan, Perubahan dan Kesinambungan Frekuensi Panggung (Tata


Ruang) dari Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
Menurut Rizqiyah (2022:87) dalam pnelitiannya bahwa pemanggungan dalam
kesenian tradisional Glipang Rodhat terdapat perangkat pendukung seperti dekorasi,
panggung, lighting, dan peralatan sound system dan mic. Tempat yang dilakukan
untuk pemanggungan terletak di tempat terbuka seperti lapangan, jalan umum, dan
pekarangan.
Perangkat pendukung dalam Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah juga sama
seperti kebanyakan paguyuban Glipang Rodhat lainnya, juga dalam hal pencahayaan
sesuai dengan kesenian lainnya, kalau saat pagi dan siang maka pecahayaan hanya
menggunakan secara alami yaitu sinar matahari dan jika pemanggungan terjadi pada
malam hari maka pencahayaannya adalah lampu (Wawancara Jombadi, 4 Maret
2022).
Tahun 1991 paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah merupakan
kesenian tradisional yang masih tampil di wilayah Desa Jarit Kecamatan Candipuro
saja. Dan hanya bersifat pertunjukan dan perkumpulan saja, karena mendapat
apresiasi masyarakat yang begitu banyak maka sekaligus pada tahun tersebut pak
Sardi mendaftarkan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah mendaftarkan paguyubannya
ke Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Lumajang. Paguyuban ini mendapat respon
baik dari Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Lumajang, karena dengan
demikian secara langsung berperan dan ikut melestarikan kesenian tradisional
Glipang Rodhat (Wawancara dengan Jombadi, 4 Maret 2022).
50

Tahun 1991-1996 seni pementasan kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur


Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro untuk pertunjukannya pertahun
52

hanya dalam acara Hiburan dan dan HUT kemerdekaan R1. Acara Hiburan itu
cenderung diadakan di rumah Bapak Sardi dan terkadang di lapangan desa Jarit.
Disitu para pengunjung dimintai uang dengan sukarela. Tahun 1997-2002 kesenian
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah dalam pemangungan atau pementasannya
Mengalami peningkatan setiap pemanggungan selalu banyak penonton sampai
berdesak-desakan, umur mereka dari berbagai kategori usia. Ditahun ini pertahunnya
mulai tampil pada acara pernikahan, khitanan, sedekah desa dan HUT kemerdekaan
RI.
Tahun 2003-2008 kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
mulai dikenal oleh masyarakat luar kecamatan Candipuro sehingga kesenian ini
berada di puncak kepopuleran sehingga pemerintah kabupaten Lumajang
mengadakan even kota Lumajang, yang lokasinya berada di alun-alun Lumajang. Ada
banyak medali yang di persiapkan oleh pemerintah kabupaten Lumajang untuk
menarik hati peserta seluruh paguyuban Glipang Rodhat yang ada di Kota Lumajang
supaya ikut andil dalam memeriahkan festival di Kota Lumajang dan bertujuan
sebagai apresiasi karena ikut serta dalam melestariakn kesenian tradisional khas
Lumajang termasuk yaitu kesenian tradisional Glipang Rodhat kabupaten Lumajang.
Berikut ini merupakan beberapa piagam yang disiapkan pemerintah kabupaten
Lumajang seperti : (a) peringkat 1,2 dan 3 festival Glipang Rodhat yang dilombakan
pada HARJALU ke 735, (b) peringkat 1,2 dan 3 pada HUT Lumajang yang diadakan
oleh Perseroan Terbatas Gudang Garam, (3) untuk peringkat 1,2 dan 3 dalam acara
HARJALU ke 736 (Wawancara dengan Jombadi, 4 Maret 2022).
53

Tabel 5.1 Data Frekuensi Pemanggungan Paguyuban Glipang Rodhat di Kecamatan


Candipuro Kabupaten Lumajang dari Tahun 1991-2008.

Tahun Nama Grup/Pimpinan Grup Alamat Kegiatan/Kali


1991-1992 Nur Bani Khasanah Dusun Cabean 8
1993-1994 Nur Bani Khasanah ,Desa Jarit 9
1995-1996 Nur Bani Khasanah Kecamatan, 10
1997-1998 Nur Bani Khasanah Candipuro 11
1999-2000 Nur Bani Khasanah 9
2001-2002 Nur Bani Khasanah 11
2003-2004 Nur Bani Khasanah 10
2005-2006 Nur Bani Khasanah 6
2007-2008 Nur Bani Khasanah 7

Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang

Tahun 2009-2014 pemanggungan kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur


Bani Khasanah masih mengalami perkembangan yang konstan karena terdapat
seniman yang menarik didalamnya, pemanggungan pertahunnya juga serupa seperti
di acara hajatan khitanan dan sedekah desa. Tetapi jarang mengikuti karnaval HUT
kemerdekaan RI. Masyarakat sangan tetarik karena glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah memiliki gerak tari dan musik yang bersifat islami yaitu silat dan hadrah.
Adapun acara yang diprogramkan untuk melestariakn Glipang Rodhat di tahun ini
ialah pada tahun 2009 Tari glipng Rodhat Nur Bani khasanah pak Sardi dan
penabuhnya di sewa oleh sanggar tari Sekar untuk kolaborasi dengan penari Glipang
Rodhat murid ibu Heny Kisworini untuk perwakilan pemanggungan di TMII Jakarta.
(Wawancara dengan Heny kisworini, 3 Maret 2022).
Tahun 2010 ada festival Glipang Rodhat, dan Glipang Rodhar Nur Bani
Khasanah menjadi salah satu pesertanya, yang diadakan di alun-alun kota lumajang
yang diikuti seluruh paguyuban glipang rodhat di lumajang bertujuan untuk
melakukan pembaruan terhadap tari Glipang Rodhat Kabupaten Lumajang, acara ini
dipelopori oleh ibu Dwi Sunarsih. Dan pada tahun 2011 pemerintah dan seniman
Glipang rodhat mengadakan acara FKKS (Festival Kesenian Kawasan Selatan)
54

dikabupaten Probolinggo dan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah menjadi salah satu
pesertanya. Dan tahun 2014 diadakan festival Glipang Rodhat lagi yang dikuti
Glipang Rodhat se Kabupaten Lumajang dan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
turut serta juga (lihat gambar 15.2).
Tahun 2015-2021 pemanggungan terjadi penurunan tetapi kesenian Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah masih tetap lestari, mereka tampil di hajatan khitanan.
Bagi seniman Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah, Atas minat masyarakat tarian ini
masih tetap lestari meskipun mengalami kemajuan dan kemunduran. Pemannggungan
terjadi pada tahun 2016 untuk HARJALU ini dihadiri oleh penabuh Bapak sardi dan
seniman lain karena waktu itu bapak Sardi sedang sakit maka komando sementara
diambil oleh Bapak Jombadi. Tahun 2017 sampai 2018 pemanggungan kesenian
tradisional ini sudah jarang mengikuti acara harjalu tetapi rutin menghadiri pada acara
hajatan, ini karena pak Sardi meninggal tahun 2017 kesenian ini aktif manggung jika
ada job saja. Untuk tahun 2019 kesenian ini juga masih sering menghadiri acara
hajatan khitanan sudah jarang dengan hajatan pernikahan tetapi semenjak adanya
virus corona April 2019 kesenian ini sudah tidak boleh tampil lagi oleh pemerintah
setempat, sehingga mengali vakum sampai dengan tahun 2020. Lalu selanjutnya pada
akhir 2020 corona dianggap mereda mulai berdatangan lagi job untuk acara khitanan
sehingga bapak Atok Nur Wahid beserta seniman lainnya mulai rutin melaksanakan
latihan sebelum hari H job berlangsung, pada tahun 2021 juga demikian masih rutin
berlangsung panggilan job unutk acara Khitanan dan biasanya Pak Atok Nur Wahid
rutin latihan di komplek rumah bapak Jombadi, karena semua alat music berada
dirumah Bapak Jombadi.
55

Tabel 5.2 Data Frekuensi Pemanggungan Paguyuban Glipang Rodhat di Kecamatan


Candipuro Kabupaten Lumajang dari Tahun 2009-2021.

Tahun Nama Grup/Pimpinan Grup Alamat Kegiatan/Kali


2009-2010 Nur Bani Khasanah Dusun Cabean 12
2010-2011 Nur Bani Khasanah ,Desa Jarit 9
2012-2013 Nur Bani Khasanah Kecamatan, 10
2014-2015 Nur Bani Khasanah Candipuro 7
2016-2017 Nur Bani Khasanah 5
2018 Nur Bani Khasanah 6
2019-2020 Nur Bani Khasanah 0
2021 Nur Bani Khasanah 5

Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang


56

5.6 Perkembangan, perubahan dan kesinambungan Suara (Alat Musik) dari


Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
Menurut Hariyati (2016:9) mengatakan dalam penelitiannya Alat musik
umumnya yang di praktekkan saat tari Glipang Rodhat Berlangsung cukup sederhana:
1 Jidor, 2 buah ketipung (wedhok, lanang) 5 buah terbang (3 wedhok, 2 lanang) dan 1
kecrek. Sementara kriteria alat musik tersebut ialah jidor (lihat gambar 16.2)
merupakan alat music yang mempunyai diameter 50 cm dan Panjang 60 cm.
Bentuknya bulat dan besar sisi kanan kiri penutupnya terbuat dari kulit binatang baik
kulit sapi maupun kambing yang didesain sedemikian rupa, hal ini sama seperti jidor
yang ada di masjid yang menghasilkan suara yang keras dan lantang. Fungsi alat
musik jidor yaitu untuk memberi tegaan pada irama ketipung. Mengartikan kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa, karena mempunyai arti tersebut dalam meletakkan jidor harus
dengan hati-hati dan pelan-pelan. Dan posisi peletakan jidor harus selalu di atas
daripada alat music lainnya.
Ketipung (lihat gambar 16.3 dan 16.4) memiki postur hampir menyerupai
kendang, tapi alat ini mempunyai tali yang terikat yang membalut seluruh sisi
ketipung. Alat ini memiliki spesifikasi Panjang 60 cm, diameter 30 cm, sementara
jenis ketipungnya ada 2 yaitu ketipung wedhok dan ketipung lanang. Untuk
spesifikasi dua jenis ketipung ini sama, hanya saja suara yang dihasilkan berbeda.
Alat ini mempunyai lambing baha manusia sebagai hamba harus senantiasa
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk ketipung wedhok
menggambarkan wanita dan ketipung lanang menggambarkan pria.
Tata cara dalam meletakkan ketipung ada adabnya yaitu ketipung wedhok
harus berada dibawah ketipung lanang, jika tidak dibawah maka harus disamping kiri
ketipung lanang. Dalam perannya ketipung Lanang yang menjadi pengatur utama
sebaliknya ketipung wedohok hanya sebagai pengisi bunyi suara di sela-sela ketipung
lanang. Hal ini menggambarkan kepemimpinan seorang pria maka seorang wanita
harus menghormati dan didalam sholat harus pria yang menjadi imam, dan bukan
wanita imamnya (Wawancara dengan Jombadi, 4 Maret 2022).
57

Terbang (lihat gambar 16.1) yang diaplikasikan dari tari Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah yaitu berjumlah 5 dengan nama (3 wedhok dan 2 lanang). Sesuai
kebutuhan saja. Spesifikasinya yaitu berupa lingkaran kecil dan berdiameter 30 cm.
cara membunyikan terbang yaitu dipukul dengan tangan dan alat ini menjadi satu
dengan kecrek (lihat gambar 16.5). Maksudnya ialah terbang dipukul saling mengisi
suara dengan penerbang lain, sementara kecrek unutuk mengiringi terbang supaya
suara yang dihasilkan lebih semarak, sekaligus sebagai tanda adanya pergantian
Gerakan dan vokal. 5 buah terbang menggambarkan jumlah rukun islam yaitu
syahadat, sholat, zakat, puasa, dan haji. Semua alat musik dipukul untuk saling
mengisi suara terutama peran ketipung lanang untuk mengatur suara dan Jidor untuk
menegaskan suara. Dan teknik yang digunakan dalam membunyikan alat musik
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah adalah teknik pukulan dan mempunyai teknik
khas tersendiri dari masing-masing alat musiknya.
Selama 1991-2001 sekitar 10 tahun alat music Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah ialah 1 Jidor, 2 buah ketipung (wedhok, lanang) 5 buah terbang (3 wedhok,
2 lanang) dan 1 kecrek. Alat musik masih sama seperti itu mengenai jumlah alat
music dan belum ada penambahan alat music. Mengenai ricikan suara yang terbentuk
dari alat music tersebut mirip dengan suara hadrah. Ini membuktikan bahwa music
tari Glipang Rodhat ini mengandung unsur islami. Para seniman memainkan alat
music tesebut dengan berdiri. Waktu itu karena belum ada biaya selama 10 tahun
jumlah alat musik tersebut belum ada penambahan walaupun masyarakat yang
tergabung sudah banyak dan terjadi pada beberapa pleton latihan.
Tahun 2001-2011 alat musik yang di gunakan juga masih belum ada
penambahan jenis alat music lainnya, tetapi pada tahun 2002 terjadi penambahan
jumlah alat musik, berubah menjadi 3 Jidor, 6 buah Ketipung (wedhok dan lanang)
15 buah terbang (7 wedhok dan 8 lanang) 3 kecrek. Hal ini bertujuan untuk para
seniman dari masyarakat yang sudah tergabung bisa merasakan suara music dan
mendengarkan music semua. Waktu itu jumlah seniman yang tergabung terbagi
58

menjadi 3 pleton mereka berlatih dengan menggunakan alat music sendiri-sendiri per
pletonnya. Jadi mereka selain berlatih memainkan peran sebagai penabuh alat musik
Glipang Rodhat mereka juga yang sebagai penari berlatih sebagai penari. Hal ini terus
berlangsung, sementara kalau terkadang banyak yang tidak hadir karena ada halangan
maka ada alat music yang tidak terpakai.
Tahun 2012 sampai 2022 jenis alat musik yang digunakan juga masih belum
ada penambahan, tetapi jumlah alat music mulai dikurangi pada tahun 2013 karena
pada tahun tersebut mulai banyak seniman yang berhenti karena sudah mulai sibuk
dengan dunia kerja sementara generasi penerus sudah jarang yang mengikuti. Oleh
karena itu alat music yang di jual yaitu 1 jidor dan 1 ketipung lanang, 1 ketipung
wedhok. Dijual kepada paguyuban Sari Murni yaitu paguyuban yang baru beroperasi
di dusun sebelah yaitu dusun buka klakah. Pemainnya merupakan mantan seniman
murid bapak Sardi mereka membuat sendiri paguyuban dengan nama yang berbeda
tetapi hanya lingkup tanggapan saja paguyuban Glipang Rodhat Sari Murni tidak
sampai terdaftar ke Dinas Pariwisata dan Budaya. Lalu pernjualan alat musik juga
terjadi pada tahun 2015 karena waktu itu pemimpin Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah sedang sakit-sakitan maka banyak seniman yang berhenti dan generasi baru
mulai jarang, alat musik terbang dijual sebanyak 5 buah.
Pada tahun 2016 Pak Sardi meninggal karena penyakit diabetes dan alatnya
mulai di jual lagi ke sanggar tari Sekar Arum yang ada di Pasirian yaitu 2 ketipung
(lanang, wedhok), 1 Jidor, dan 5 terbang. Sehingga pada tahun 2017 paguyuban
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah hanya memiliki alat musi yang tersisa yaitu 1
Jidor, 2 Ketipung (1 wedhok, 1 lanang), dan 5 terbang. Jumlah alat musik ini tetap
sampai tahun 2022. Ini dikarenakan berkurangnya seniman dari tahun ke tahun, lalu
pada tahun 2017 kepemimpinan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah diambil alih
oleh anaknya yaitu Bapak Atok Nur wahid yang beranggotakan seniman 25 orang
(Wawancara dengan Jombadi, 4 Maret 2022).
59

5.7 Perkembangan, Perubahan dan Kesinambungan Gerak Tari dari Kesenian


Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
Puspito (dalam Hariyati, 2016:8) mengatakan gerak ialah suatu unsur
pendukung yang paling besar perannnya dalam suatu seni tari. Dan pada intinya
berfungsi sebagai pengalihan maupun perpindahan dari satu step ke beberapa step
lainnya. Hal ini juga mengartikan gerak ialah perpindahan dari suatu tempat ke
tempat sampingnya. Di dalam konsepnya seorang penari di dalam seni tari
membutuhkan tenaga yang ada di dalam tubuh penari, hal ini difungsikan untuk
merangsang sensasi takjub dan ketegangan para penonton. Unsur gerak tari untuk
kesenian Glipang Rodhat pada dasarnya yaitu menggunakan gerak pencak silat pada
bagian anggota tubuh tangan dan kaki, sementara para penari kesenian tari Glipang
Rodhat mengiringi Gerakan sesuai arahan musik. Gerakan yang di praktekkan oleh
penari ini cenderung halus dan berulang-ulang.

Hariyati (2016:8) berkata Gerak tari Glipang Rodhat mempunyai ragam antara
lain: Jalan Hormat, Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang
Tarikan, dan penutup ucap salam. Pengertian gerak Jalan Hormat (lihat gambar 17.1)
ialah gerak awal tari glipang yang di pertunjukkan saat awal-awal di mulai, para
penari jalan dengan lurus dan tegap. Penghormatan (lihat gambar 17.2) ialah Gerakan
yang dilakukan dengan menghormati seluruh penonton dan yang ada hajat tujuannya
untuk mengucapkan selamat datang untuk para penonton pertunjukan. Angkatan
(lihat gambar 17.3) ialah Gerakan yang dilakukan dengan mengangkat kaki dan
pergerakan bagian tangan, hal ini ialah Gerakan yang paling dominan dalam kesenial
tradisonal tari Glipang Rodhat. Gerak selanjutnya yaitu Gonjor (lihat gambar 17.4)
gerak yang dilakukan dengan menggerakkan kepala mengarah ke samping kanan dan
kiri. Bapangan (lihat gambar 17.5) ialah gerakan yang dilakukan di tengah-tengah
pertunjukan dan yang digerakkan ialah kaki jalan ditempat sambil melakukan
Gerakan hormat yang ditujukan ke penonton. Gerak selanjutnya ada pusing (lihat
gambar 17.6) ialah gerak yang dilakukan dengan memadukan pergerakan tangan dan
60

kaki secara bergantian hal ini butuh kejelian dan konsentrasi dalam
mempraktekkannya. Goyang tarikan (lihat gambar 17.7) ialah gerak menekuk lutut
sementara sikunya di tarik Gerakan ini menghadap samping kanan dan kiri dilakukan
dengan bergantian. Gerak terakhir ada salam atau penutup (lihat gambar 17.8) ialah
gerak yang diperuntukkan dengan tanda sebagai berakhirnya pertunjukan sebuah
tarian dengan megucapkan salam.
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah untuk tahun 1991-2001 gerakannya juga
sama dengan glipang rodhat pada umumnya seperti Jalan Hormat, Penghormatan,
Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan, dan ada satu yang beda
penutupnya tanpa mengucapkan salam. Ini merupakan karya bapak Sardi beserta
seniman lain dalam mengkolaborasinya memang tahun 1991 awal penarinya adalah
laki-laki lalu pak sardi merubah penarinya menjadi perempuan karena dianggap tidak
menarik lagi untuk penari laki-laki. Dan hasilnya cukup bagus dapat menarik minat
masyarakat dikarenakan penarinya diganti perempuan maka pergerakan pencak silat
yang tidak mungkin dilakukan oleh perempuan maka tidak di terapkan di
pertunjukan. Gerakan tersebut yang mengalami perubahan ialah gerak Angkatan yang
sebelumnya kakinya diangkat penuh ke atas dan diluruskan karena itu tidak mungkin
dilakukan oleh perempuan maka Gerakan cukup dilakukan dengan mengangkat kaki,
seperti kaki kanan diangkat sedikit saja dan kaki kiri tidak diangkat (Wawancara
dengan Rupikat, 9 April 2022).
Tahun 2002-2012 gerakan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah juga sama
yaitu Jalan Hormat, Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang
Tarikan. Hal ini terjadi penambahan dari tahun 2005 dalam Gerakan penutup atau
salam karena sebelumnya, hal ini terjadi karena pada saat pertunjukan telah diprotes
masyarakat karena masyarakat masih bingung pertunjukan ini sudah selesai apa
belum pada waktu itu masyarakat masih menuggu untuk tampil sesi berikutnya,
ternyata pertunjukan sudah selesai, masyarakat kecewa terlanjur menunggu tidak tahu
58

kalau pertunjukan selesai. Lalu disetujui oleh pak Sardi beserta seniman lainnya
untuk di tandai salam
61

sebagai tanda kalau pertunjukan selesai. Tidak ada Gerakan ini juga terdapat Gerakan
yang divariasi lagi yaitu tahun 2005 akhir adanya penambahan Gerakan jengkeng
yaitu Gerakan yang dilakukan dengan kaki kanan ke depan dengan ditekuk sementara
untuk kaki kiri bagian tungkak dijinjit dengan kondisi kaki ditekuk. Pergerakan
tersebut dibarengi dengan lengan kiri ditekuk seperti malangkerik, sementara lengan
tangan kanan dengan posisi lurus selaras kaki bagian kanan kemudian disambung
motif gerak sebelumnya. Penari untuk baris depan menghadap posisi ke belakang
disertai berjalan di tengah-tengah barisan penari untuk kearah belakang yang di ikuti
gerakannya oleh barisan penari selanjutnya, Gerakan ini di praktekkan secara
berulang-ulang hingga posisi kembali membentuk barisan dua berjajar dan sampai
musik tarian sudah di lantunkan. Jadi untuk Gerakan menjadi Jalan Hormat,
Penghormatan, Jengkeng, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan,
dan penutup ucap salam.
62

Tahun 2013-2021 gerakan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah kembali


seperti pada gerakan glipang rodhat pada umumnya yaitu Jalan Hormat,
Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan, dan penutup
ucap salam seperti hal ini merupakan gerakan Glipang Rodhat dalam variasi normal
seperti yang di ungkapkan pada penelitian hariyati. Gerakan yang di hilangkan adalah
gerakan variasi yang di tambah sendiri oleh Pak Sardi beserta seniman lainnya yaitu
gerakan jengkeng. Variasi jengkeng dhilangkan pada tahun 2013 pertengahan karena
gerakan ini dianggap rumit dan mempersulit oleh para penari Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah karena pada tahun 2013 keatas generasi penarinya adalah anak
sekolahan, dan kebanyakan tingkat SMP. Mereka menganggap gerakan sulit dihafal
dan lama untuk bisa dalam menerapkan, sehingga di setujui oleh Pak Sardi beserta
seluruh seniman Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah. Ragam gerakan tersebut dalam
menggunakan variasi yang normal tetap berlaku sampai sekarang (Wawancara
dengan Rupikat, 9 April 2022).

5.8 Perkembangan, Perubahan dan Kesinambungan Kostum (Busana) dari


Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
Tata busana/kostum Glipang Rodhat menurut Hariyati (2016:9) adalah Topi
Polisi, Kaca Mata Hitam, Pangkat, Baju/Hem Lengan Panjang, Selempang, Sabuk,
Jarik Jawa Liris, Celana Hitam dan Sepatu. Hal ini Juga hampir sama seperti yang
diungkapkan oleh Rizkiyah (2022:85) bahwa Tata busana tari Glipang Rodhat
menggunakan kemeja Panjang atau hem, sarung, peci, selempang, dan kacamata
hitam. Rizqiyah (2022:92) mengatakan kostum (busana) tari Glipang Rodhat dalam
penelitiannya 1) Kemeja Panjang yang digunakan sebaiknya berwana putih untuk
lambang kebersihan dan kesucian. 2) Selempang dengan menggunakan warna merah
polos cara memakainya yaitu di taruh di bahu bagian kanan lalu di silang ke pinggang
bagian kiri, tetapi ini tidak memiliki makna symbol dan hanya berfungsi sebagai
hiasan. 3) Sarung ialah bawahan yang sama dengan kebanyakan dipakai pria untuk
sholat dan warnanya sebaiknya hitam. 4) Peci Nasional yang berwarna hitam polos
63

tanpa tambahan warna lain di modif dengan benang wol yang di kelilingi menyeluruh
njuntai ke bawah. 5) Kacamata berwarna hitam ini merupakan tambahan busa untuk
meniru orang belanda tetapi dalam Glipang Rodhat memiliki makna khusus.
Sementara Tatanan Busana Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah pada awal
tahun 1991 adalah hem berwarna putih celana berwarna hitam, jarik yang digunakan
adalah sarung dan memakai kopyah berwarna Hitam untuk penari laki-laki lalu
merubah pemain menjadi perempuan dan tentunya untuk kostum (busana) banyak
perubahan dan di tambah kreasinya ini berkisar dari tahun 1991-2001 yaitu seperti
baju atau hem lengan panjang, Jarik Jawa varian Batik, celana hitam, sabuk, sepatu,
selempang, pangkat dan kopyah. Kostum (busana) tersebut cukup menarik dan dapat
menarik masyarakat. Hem lengan panjang yang digunakan berwarna putih ini
menggambarkan sebagai santri yang biasanya memakai baju putih dan secara symbol
menggambarkan kesucian dan kebersihan, Jarik Jawa dipakai wanita tidak di
wajibkan serupa asalkan motif garisnya sama, untuk celana hitam yang digunakan
terbuat dari kain, sepatu yang digunakan tidak harus kembar asalkan berwarna hitam,
sementara selempang difungsikan untuk hiasan saja, pangkat ini terletak di leher
penari wanita, dan unutk kopyah di gunakan dikepala harus berwarna hitam polos.
Seiring berjalannya waktu telah tampil banyak diketahui masyarakat, akhirnya penari
perempuan lebih di minati oleh penonton dari pada penari laki-laki untuk seniman
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah (Wawancara dengan Rupikat, 9 April 2022).

Tahun 2002-2012 Busana tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah mendapat
perubahan dan tambahan yaitu pada bagian kopyah itu diganti dengan topi polisi
perubahan ini merupakan kesepakatan dari para seniman Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah Karena waktu itu ada pertemuan untuk tambahan kreasi seluruh paguyuban
Glipang Rodhat di Kabupaten Lumajang tahun 2002. Ada juga tambahannya yaitu
Kaca Mata Hitam hal ini sebagaimana kacamata hitam yang digunakan tarian lain,
untuk makna masih belum jelas mengenai alasan mengenai kostum (busana)
kacamata harus berwarna hitam. Oleh karena itu mulai tahun 2002 hingga 2012
66

busana(kostum) kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah


memakai hem lengan

65
64

panjang, Jarik Jawa varian Batik, celana Hitam,Sabuk, Sepatu, Selempang, pangkat,
topi polisi dan kaca mata hitam.

Tahun 2013-2021 busana (kostum) yang digunakan untuk tari Glipang Rodhat
Nur Bani Khasanah ialah masih tetap sama dengan periode antara 2002-2012. Yaitu
memakai hem lengan panjang (lihat gambar 18.5), Jarik Jawa varian Batik (lihat
gambar 18.8), celana Hitam (lihat gambar 18.9), Sabuk (lihat gambar 18.7), Sepatu
(lihat gambar 18.10), Selempang (lihat gambar 18.6), pangkat (lihat gambar 18.4),
topi polisi (lihat gambar 18.2) dan kaca mata hitam (lihat gambar 18.3). Pada periode
ini tidak ada penambahan busana (kostum) tetapi ada perubahan pada hem lengan
panjangnya tidak harus berwarna putih. Tetapi bisa berwarna lain seperti biru, orange
sesuai selera senimannya. Dan untuk Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah mempunyai
hem berwarna biru mulai tahun 2013 sebagai koleksi warna tambahan. Dan
mempunyai hem warna orange pada tahun 2017 sebagai tambahan koleksi. Meskipun
warna me berubah itu tetap mendapat respon positif dari masyarakat, bahkan
mendapat pujian karena merganti warna biar penonton tidak bosan (Wawancara
dengan Rupikat, 9 April 2022).

5.9 Perkembangan, Perubahan dan Kesinambungan Fungsi dari Kesenian


Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
Fungsi kesenian tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah pada tahun 1991-
2001 hanya sebagai tradisi hiburan dan hajatan, biasanya ada job untuk memeriahkan
acara khitanan, walimatul urusy, maupun acara syukuran desa dan kadang ada juga
masyarakat yang bernadzar apabila keinginannya terwujud maka akan memanggil job
acara kesenian tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah karena sangking Sukanya
sama kesenian ini. Di dalam tahap-tahap sebelum pementasan biasanya terdapat
sembahan do’a secara spesifik pemilik/pemimpin Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah dengan yang punya hajat. Do’a di peruntukkan untuk keluarga yang punya
hajat dengan memohon barokah kepada Allah SWT. Bertujuan pada saat acara
65

dimulai untuk hiburan tidak ada gangguan, dan khusus orang yang punya hajat
supaya diberikan barokah umur dan barokah rezeki, sehat wal afiat, dan cita-cita yang
punya hajat bisa terwujud (Wawancara dengan Rupikat, 9 April 2022).
Pada sekitar tahun 2001-2006 dan selanjutnya kesenian tradisional tari Gipang
Rodhat Nur Bani Khasanah telah berkembang secar fungsi yaitu mulai diadakan
event atau perlombaan. Yang sebelumnya hanya di laksanakan dalam fungsi hiburan
dan hajatan dimasyarakat saja. Hal ini seperti dalam sitiap acara HARJALU yang
salah satu fungsi diadakan event atau perlombaan ialah unutuk mengenalkan dan
melestarikan budaya seni local dengan menyelenggarakan event atau perlombaan
kesenian Glipang Rodhat yang ada di wilayah Kabupaten Lumajang, yang termasuk
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah selalui berturut serta. Ada beberapa medali dan
piagam penghargaan yang di siapkan pemerintah Kabupaten Lumajang untuk siapa
saja yang menjadi pemenang dalam acara event tersebut. Event ini diadakan supaya
masyarakat (penonton) dan pemimpin paguyuban Glipang Rodhat tetap melestarikan
dan mengenalkan potensi kesenian tersebut. Beberapa yang diikuti paguyuban
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah telah mendapatkan medali dalam turut serta
event yang di selenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Lumajang.
Tahun 2007-2014 fungsi dari kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat karena besarnya
keinginan masyarakat unutk seni lokal seperti Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah.
Dan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah masih rutin mengikuti event dari pemerintah
Kabupaten Lumajang. Dukungan yang besar juga di berikan dari pihak pemerintah
kabupaten lumajang dengan mengadakan event HARJALU di Kota Lumajang
termasuk event tari Glipang Rodhat. Pemerintah bertujuan kesenian ini supaya lebih
dikenal unutk menghindari merosotnya minat masyarakat. Melalui Dinas Budaya dan
pariwisata, pemerintah kabupaten Lumajang menjaga dan berperan mengenai
perkembangan kesenian local supaya tetap dikenal dan dilestarikan (Wawancara
dengan Rupikat, 9 April 2022).
66

Tahun 2015-2021 fungsi Kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah mulai
berubah dan kembali seperti awal lagi yaitu hanya sebagai hiburan dan acara hajatan
saja. Karena pada tahun 2015-an minat masyarakat (penonton) tari Glipang Rodhat
mulai tergerus dan beralihnya mina masyarakat ke kesenian lain oleh karena itu
pemerintah kabupaten Lumajang dalam mengadakan event Glipang Rodhat dikota
lumajang mulai jarang dilakukan. Karena waktu itu kesenian yang lagi viral ialah
kesenian Jaran kencak. seperti yang diungkapkan oleh Rahardi (2014:51) bahwa
bupati Lumajang yang bernama Syahrazad masdar pada bulan desember tahun 2013
telah menetapkan dan meresmikan kesenian Jaran Kencak sebagi ikon kota Lumajang
dan ini selaras dengan tingginya minat masyarakat beralih ke kesenian ini untuk
tahun-tahun selanjutnya. Tetapi dalam fungsi acara hiburan dan hajatan tari Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah tetap bertahan sampai saat ini, meskipun sudah tidak lagi
dalam fungsi event atau perlombaan (Wawancara dengan Rupikat, 9 April 2022).
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari analisis pembahasan hasil penelitian ini maka dapat
disimpulkan bahwa kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
merupakan salah satu kesenian tradisional Lumajang yang awalnya dari Desa Jarit,
Kecamatan Candipuro yang lambat laun menyebar dan di kenal masyarakat
Lumajang. Munculnya Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah karena pada saat itu
bertepatan tahun 1991 karena ada penyebab. Ceritanya waktu itu juga bertepatan
pada tahun 1991, dan waktu itu Bapak Sardi sang pendiri Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah menjadi penari dari tari Rodhat Seni Rebana(hanya mengandung unsur
islam) milik kakeknya yang bernama Kyai Buyah. Waktu itu popularitas tari Rodhat
seni rebana sedang menurun dan mulai bubar. Waktu itu juga ada tari Glipang atau
terbang kalipang yang dibawa oleh bapak Kandar asal pasuruan. Lalu semangat pak
Sardi timbul untuk membentuk perpaduan antara tari Rodhat Seni Rebana (hanya
mengandung unsur islam) dan tari Terbang Kalipang (mengandung unsur Madura)
lalu terbentuknlah tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yang diciptakan oleh
Bapak Sardi kan rekan anggota lainnya. Paguyuban Nur Bani Khasanah di kenalkan
sebagai nama dan tempat perkumpulan dalam pelaksanaan latihan rutin, yang
berfungsi untuk tempat berkumpulnya latihan, pengenalan serta perekrutan anggota
agar kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah lekas dikenal luas
Masyarakat. Untuk penari yang di perankan awalnya laki-laki lalu karena dianggap
kurang menarik maka diganti dengan Wanita menggunakan gerakan pencak silat
yang memungkinkan bisa di perankan oleh Wanita.
Dinamika kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah tahun
1991-2021 mencakup perkembangan, perubahan, kesinambungan: (1) seniman, (2)
masyarakat (penonton), (3) tata ruang (panggung), (4) suara (music), (5) gerak tari,
(6) busana (kostum) dan fungsi kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani

67
65

Khasanah. Perkembangan, perubahan dan kesinambungan tahun 1991-1996 seniman


masih dari
68

anggota keluarga pemimpin Glipang Rodhat Nur Bani khasanah yaitu Bapak Sardi,
tahun 1997-2002 seniman berasal dari keluarga dan tetangga terdekat dan tahun
2003-2014 seniman berasal dari berbagai desa kecamatan candipuro bahkan di
pasirian dan untuk 2015-2021 seniman kebanyakan dari desa setempat yaitu desa
Jarit. Masyarakat (penonton) awalnya berasal dari desa setempat lalu berkembang
antar desa, antar kecamatan hingga kembali ke antar warga desa setempat karena
kesenian ini mengalami perkembangan naik dan turun dan akhirnya masih bertahan
dan rutin hajatan. Frekuensi panggung (tata ruang) memang kesenian ini mengalami
peningkatan perkembangan pada awal dan semakin maju setiap tahunnya dan juga
dibantu pemerintah dengan mengadakan event tari Glipang Rodhat untuk rutin
melaksanakan pementasan dan sebagai wadah untuk otomatis bisa dikenal
masyarakat. Suara (alat musik) pertama kali alat musiknya berupa 1 Jidor, 2 buah
ketipung (wedhok, lanang) 5 buah terbang (3 Wedhok, 2 lanang) dan 1 kecrek,
memang alat musiknya sama sampai saat ini hanya mengalami penambahan jumlah
untuk kebutuhan seniman.
Gerak tari pada awal tahun 1991 yaitu jalan hormat, penghormatan, Angkatan,
Gonjor, Bapangan, Pusing, dan Goyang Tarikan lalu ada penambahan gerakan mulai
tahun 2005 sampai sekarang yaitu pada akhir ditambahi gerakan penutup atau salam
sebagai tanda kalau acara akan selesai. Kostum (busana) awal tahun 1991 hem
berwarna putih, celana warna hitam, jarik dengan sarung, kopyah hitam lalu diganti
bertepatan tahun 1991 juga menjadi baju atau hem lengan panjang, Jarik Jawa varian
Batik, celana Hitam,Sabuk, Sepatu, Selempang, pangkat dan kopyah lalu untuk tahun
2002 busana (kostum) mendapat perubahan maupun tambahan pada bagian kopyah
diganti dengan topi polisi yang merupakan hasil pertemuan seluruh pguyuban di
lumajang dan paguyuban Glipang Rodhat Nurm Bani Khasanah menurutinya, adapun
tambahannya yaitu kacamata hitam dan itu berlangsung sampai sekarang adapun
busana (kostum) ialah memakai hem lengan panjang, Jarik Jawa varian Batik, celana
Hitam, Sabuk, Sepatu, Selempang, pangkat dan topi polisi. Dan perkembangan,
perubahan dan kesinambungan pada kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
69

terjadi pada fungsi pementasan kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah, sekitar tahun 1991 fungsi kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
sebagai acara hajatan seperti syukuran, khitanan, walimatul urusy paada warga Desa
Jarit Kecamatan Candipuro, untuk tahun 2001 mulai diadakan event yang
diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Lumajang u nutk memeriahkan acara
HARJALU yang bertujuan unutk mengenalkan dan mecoba melestariakan kesenian
Glipang Rodhat dengan cara dikenalkan ke masyarakat pada event acara HARJALU,
lalu seiring berjalannya waktu hingga tahun 2015 terjadi perubahan fungsi lagi dan
kembali ke awal yaitu hanya sebagai acara hajatan seperti khitanan, syukuran,
walimatul urusy karena kesenian Glipang Rodhat mulai jarang bahkan tidak
ditampilkan pada acara HARJALU karena masyarakat mulai tertarik kesian lain,
tetapi kesenian Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah masih eksis untuk acara Hajatan.

6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maupun kesimpulan diatas maka bisa
menyarankan suatu hal berikut ini:
1) Untuk penulis, peneliti didalam penelitian ini sebagai bahan referensi bagi yang
akan melaksanakan penelitian lanjutan sekaligus untuk mendalami sejarah
kebudayaan lokal termasuk kesenian tradisional Glipang Rodhat.
2) Untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah, juga disarankan lebih
memperhatikan sejarah budaya mengarah ke kebudayaan lokal untuk menambah
ilmu mengenai wawasan sejarah lokal sebagai bekal mengajar sejarah khususnya
dalam pengajaran budaya lokal untuk generasi penerus bangsa.
3) Untuk masyarakat Luamajang, di sarankan bisa memelihara dan menjaga dalam
tercapainya kelestarian kesenian tradisional termasuk Glipang Rodhat sebagai
warisan budaya lokal yang secara turun-temurun.
4) Untuk pemerintahan Kabupaten Lumajang, adanya upaya melestarikan dan
menjaga untuk pengembangan budaya terdahulu agar bisa bertahan dan bisa
68

dikenal generasi bangsa selanjutnya. Oleh karena itu di perlukan perubahan


maupun pembinaan
70

dalam kesenian tradisional yang ada dan juga dengan adanya dana dari pemerintah
sebagai wadah dalam pengembangan kebudayaan lokal seni tradisional.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, A. 2006. ”Seni Pertunjukan Arak-arak dalam Upacara Tradisional


Dugdheran di Kota Semarang”. Jurnal Seni, Drama, Tari dan Musik. Vol.
VII (3): 3-4

Anggraeni, N.T. 2018. “Struktur Gerak Tari Glipang Rodat di Desa Jarit Kecamatan
Candipuro Kabupaten Lumajang”. Skripsi. Malang: Universitas Malang

Sutarto, A & Yuwana, S. 2008. Pemetaan Kebudayaan di Provinsi Jawa Timur.


Jember: Pemprov Jatim dan Kompyawisda Jatim

Dewi, L. 2012. Pesona Tari Glipang Di Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama

Gottschalk, L.1985. Mengerti Sejarah. Jakarta: UIP

Hariyono.1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: PT.Dunia Pustaka Jaya

Haryanto. 2011. Mari Mengintip Otak Seniman. Bandung: CV Media Sarana Cerdas

Ihromi, T.O. 1981. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Yayasan Obor Indonesia dan
Fakultas Ilmu-ilmu Sosial Universitas Indonesia. Jakarta: PT Gramedia

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UIP

Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi 1. Jakarta: PT Rineka Cipta

Kuntowijoyo. 2003. Metodelogi Sejarah Edisi Kedua. Yogyakarta: Tiara Wacana


Yogyakarta

Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka

Hariyati, M. 2016. “Tari Glipang Rodhat Di Desa Jarit Kecamatan Candipuro


Kabupaten Lumajang”. Jurnal Pendidikan Seni, Drama, Tari dan Musik.
Vol.1 (9): 3-7

Notosusanto, N. 1971. Norma-norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sedjarah.


Djakarta: Yayasan Kanisius

71
72

Pemkab Lumajang. 1990. Hasil-hasil Pelaksanaan Pembangunan di Kabupaten


Lumajang. Lumajang: Pemerintahan Kabupaten TK II Lumajang

Putri, V.W.E.2017. “Dinamika Kesenian Tradisional Reog Ponorogo di


Yosowilangun Kabupaten Lumajang tahun 1990-2015”. Skripsi. Jember:
Universitas Jember

Rahardi, D.S. 2015. “Perkembangan Kesenian Tradisional Jaran Kencak (Kuda


Kencak) di Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang tahun 1972
2014”. Skripsi. Jember: Universitas Jember

Rizqiyah. 2022. “Kesenian Glipang di Kabupaten Lumajang Pada Tahun 1992-2020”.


Skripsi. Jember: Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Sujarno, dkk. 2003. Seni Pertunjukan Tradisional: Nilai, Fungsi, dan Tantangan nya.
Yogyakarta: Wahyu Indah Offset

Soekanto, S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada


Sutarto A, dkk. 2004. Pendekatan Kebudayaan dalam Pembangunan Provinsi Jawa
Timur. Jember: Kompyawisda

Soedarsono.2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press

Soekanto, S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Syamsudin, H. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Wuryansari, TE & Purwaningsih, E. 2017. Kesenian Glipang Lumajang Bentuk


Pertunjukan dan Eksistensi Grub Bintang Budaya. Yogyakarta: Balai
Pelestarian Nilai Budaya (BPNB)

Sumber Lisan

Ibu Novita Supristiwanti, selaku Kepala Desa Jarit Kecamatan Candipuro. Tanggal
28 Februari 2022
Ibu Mariyam, selaku istri pemilik paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di
Desa Jarit Kecamatan Candipuro. Tanggal 2 Maret 2022
73

Ibu Heny Kisworini, selaku ketua sanggar tari Sekar Arum di Desa Kebonan
Kecamatan Pasirian. Tanggal 3 Maret 2022
Bapak Jombadi, selaku penabuh ketipung paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah. Tanggal 4 Maret 2022
Ibu Aries Purwantiny, selaku tenaga pengolah data cagar budaya dan permuseuman
di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang. 6 Maret 2022
Bapak Rupikat, selaku penabuh terbang dan vokal paguyuban Glipang Rodaht Nur
Bani Khasanah. 9 April 2022
LAMPIRAN

Lampiran 1. Matrik Rencana Penelitian


TEMA DAN JUDUL MASALAH PENELITIAN PENDEKATAN METODE PENELITIAN
PENELITIAN DAN TEORI
 TEMA : Sejarah 1. Bagaimana Latar belakang
 PENDEKATAN:  METODE DAN
Kebudayaan munculnya kesenian Tradisional Antropologi PENDEKATAN
 JUDUL : Dinamika Tari Glipang Rodhat Nur Bani Budaya 1. Metode : Sejarah
kesenian tradisional tari Khasanah di Desa Jarit 2. Pendekatan : Antropologi
Glipang Rodhat Nur  TEORI: Teori
Kecamatan Candipuro Kabupaten Budaya
Bani Khasanah di Desa Lumajang ? Difusionisme oleh PROSEDUR
Jarit Kecamatan 2. Bagaimana Perkembangan, F. Ratzer (1844- PENELITIAN
Candipuro Kabupaten perubahan, dan kesinambungan 1904) Heuristik, Kritik,
Lumajang Kesenian Tradisional Tari Interpretasi, dan
tahun 1991-2021 Glipang rodhat Nur Bani Historiografi
Khasanah di desa Jarit  SUMBER PENELITIAN
Kecamatan Candipuro Kabupaten 1. Sumber Primer : sumber
Lumajang tahun 1991-2021 ? lisan, sumber tertulis,

74
75

sumber benda
2. Sumber sekunder : sumber
tertulis
 TEKNIK
PENGUMPULAN
SUMBER:
1. Survei Lapang
2. Dokumentasi
3. Wawancara.
76

Lampiran 2. Pedoman Umum Pengumpulan Sumber

MASALAH PENELITIAN TEKNIK PENGUMPULAN SUMBER

SL D W

Nomor 1 √ √

Nomor 2 √ √ √

Keterangan :
SL = Survei Lapang D = Dokumenter W = Wawancara
77

Lampiran 3. Pedoman Survei Lapang


MASALAH PENELITIAN DATA/INFORMASI YANG SUMBER BENDA YANG AKAN
DIBUTUHKAN DIOBSERVASI
1. Latar Belakang munculnya kesenian Foto Glipang Rodhat tahun 1948 dari
tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani dinas pendidikan dan budaya,
Nomor 2 Khasanah tahun 1991-2021 dokumentasi foto Glipang pemain
perempuan tahun 1991, daftar Glipang
di lumajang
2. perkembangan, perubahan, dan Seniman, Masyarakat (penonton),
kesinambungan dari seniman, masyarakat panggung (tata ruang), suara (music),
(penonton), tata ruang (panggung), suara gerak tari dan busana (kostum)
(musik), gerak tari, busana (kostum) dan
fungsi dari kesenian tradisional tari Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah tahun 1991-
2021
78

Lampiran 4. Pedoman Dokumenter


MASALAH PENELITIAN DATA/INFORMASI YANG SUMBER TERTULIS YANG AKAN
DIBUTUHKAN DIKUMPULKAN
Nomor 1 1. Latar belakang munculnya Sumber Primer : dokumen foto Kesenian
kesenian tradisional Tari Glipang Glipang Rodhat tahun 1948 dari dinas pendidikan
Rodhat Nur Bani Khasanah tahun dan budaya.
1991-2021 dokumentasi foto Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah tahun 1991.
daftar Glipang di Lumajang.
Sumber Sekunder : Buku dan jurnal-jurnal lain
yang relevan
Nomor 2 2. perkembangan, perubahan, dan Sumber Primer: foto seniman, masyarakat
kesinambungan dari seniman, (penonton), panggung (tata ruang), alat musik,
masyarakat (penonton), tata ruang gerak tari, dan busana (kostum).
(panggung), suara (musik), gerak Sumber Sekunder : Buku dan Jurnal lain yang
tari, busana (kostum) dan fungsi relevan
dari kesenian tradisional tari
Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah tahun 1991-2021
79

Lampiran 5. Pedoman Wawancara


MASALAH PENELITIAN DATA/INFORMASI YANG INFORMAN YANG AKAN
DIBUTUHKAN DIWAWANCARAI
Nomor 1 1. Latar belakang munculnya kesenian  Novita Supristiwanti, Kepala Desa
tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Jarit
Khasanah di Desa Jarit Kecamatan  Aries Purwantiny, Pengolah data
Cndipuro; meliputi (i) letak geografis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
kecamatan candipuro, (ii) gambaran Kabupaten Lumajang
umum Desa Jarit, (iii)
munculnya  Heny Kisworini, Ketua sanggar
Kesenian Tradisional Glipang Rodhat Nur Tari Sekar Arum
Bani Khasanah Di Desa Jarit Kecamatan  Mariyam, Istri pendiri Glipang
Candipuro. Rodhat Nur bani Khasanah
 Jombadi, penabuh ketipung
Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah
80

Nomor 2 1. perkembangan, perubahan, dan  Mariyam, Istri pendiri Glipang


kesinambungan dari seniman, masyarakat Rodhat Nur bani Khasanah
(penonton), tata ruang (panggung), suara  Jombadi, penabuh ketipung
(musik), gerak tari, busana (kostum) dan Glipang Rodhat Nur Bani
fungsi dari kesenian tradisional tari Khasanah
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah tahun  Jakram, penerbang Glipang
1991-2021 : meliputi : Rodhat Nur bani Khasnah
(i) Sajian Pementasan Kesenian
Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah
(ii) Isi Yang Terkandung Dalam Kesenian
Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah
(iii) Perkembangan, perubahan dan
kesinambungan Seniman dari Kesenian
Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah
(iv) Perkembangan, perubahan dan
kesinambungan Masyarakat (Penonton)
dari Kesenian Tradisional Tari Glipang
81

Rodhat Nur Bani Khasanah


(v) Perkembangan, perubahan dan
kesinambungan Frekuensi Panggung
(Tata Ruang) dari Kesenian Tradisional
Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
(vi) Perkembangan, perubahan dan
kesinambungan Suara (Alat Musik) dari
Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat
Nur Bani Khasanah.
(vii) Perkembangan, perubahan dan
kesinambungan Gerak Tari dari Kesenian
Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah.
(viii) Perkembangan, perubahan dan
kesinambungan Kostum (Busana) dari
Kesenian Tradisional Tari Glipang Rodhat
Nur Bani Khasanah
(ix) Perkembangan, perubahan dan
kesinambungan Fungsi dari Kesenian
Tradisional Tari Glipang Rodhat Nur Bani
82

Khasanah
83

Lampiran 6. Instrumen Wawancara

Nama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Umur :
Alamat :
Waktu :
Wawancara
No PERTANYAAN
1. Bagaimana letak geografis Kecamatan Candipuro ?
2. Bagaimana Gambaran umum Desa Jarit ?
3. Apa latar belakang munculnya kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro ?
4. Bagaimana sajian pementasan kesenian tradisional Tari Glipang Rodhat
5. Nur Bani Khasanah ?
6. Apa isi yang terkandung dalam kesenian tradisional tari Glipang Rodhat
Nur Bani Khasanah ?
7.
Bagaimana perkembangan, perubahan dan kesinambungan seniman dari
kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah Tahun 1991-
2021 ?
8.
Bagaimana perkembangan, perubahan dan kesinambungan masyarakat
(penonton) dari kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani
9. Khasanah tahun 1991-2021 ?
Bagaimana perkembangan, perubahan dan kesinambungan frekuensi
panggung (tata ruang) dari kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur
10.
Bani Khasanah tahun 1991-2021 ?
Bagaimana perkembangan, perubahan dan kesinambungan suara (alat
musik) dari kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

11. tahun 1991-2021 ?


Bagaimana perkembangan, perubahan dan kesinambungan gerak tadari
84

kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah tahun 1991-
2021 ?
12.
Bagaimana perkembangan, perubahan dan kesinambungan kostum (busana)
dari kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah tahun
1991-2021 ?
13.
Bagaimana perkembangan, perubahan dan kesinambungan fungsi dari
kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah tahun 1991-
2021 ?
85

Lampiran 7. Daftar Informan


Nama : Novita Supristiwanti
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Kepala Desa Jarit
Umur : 52
Alamat : Dusun Krajan, Desa Jarit, Kecamatan Candipuro

Nama : Aries Purwantiny, S.S


Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pengolah data cagar budaya dan permuseuman Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Lumajang
Umur : 51
Alamat : Perumahan Pesona Alam Blok D15, Kecamatan Sukodono,
Kabupaten Lumajang

Nama : Heny Kisworini, S.Pd


Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru (ketua sanggar tari Sekar Arum)
Umur : 52
Alamat : Dusun Kebonan, Desa Pasirian, Kecamatan Pasirian

Nama : Mariyam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani (Istri Pendiri tari Glipang Rodhat Nur Bani Kahsanah)
Umur : 51
Alamat : Dusun Cabean, Desa Jarit, Kecamatan Candipuro
86

Nama : Jombadi
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani dan peternak (panabuh ketipung tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah)
Umur : 64
Alamat : Dusun Cabean, Desa Jarit, Kecamatan Candipuro

Nama : Rupikat
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani (penabuh terbang tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah)
Umur : 66
Alamat : Dusun Cabean, Desa Jarit, Kecamatan Candipuro
87

Lampiran 8. Hasil Wawancara


Nama : Novita Supristiwanti
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Kepala Desa Jarit
Umur : 51 th
Alamat : Dusun Cabean, Desa Jarit. Kecamatna Candipuro
Candipuro adalah nama Kecamatan yang berada dikabupaten Lumajang, yang
menjadi pimpinan di Kecamatan tersebut adalah Bapak camat Erik Kurniawan Satrio
Andy Putro, S.STP. Kecamatan Candipuro memiliki sejumlah 10 Desa.
Kelurahannya terletak di desa Sumberejo Kecamatan Candipuro. Desa Sumberejo
adalah desa yang memiliki jumlah penduduk nomer 6 terbanyak diantara berbagai
desa di Kecamatan Candipuro. Desa Sumberejo perbatasannya sebelah selatan desa
Sumberwuluh, sebelah utara desa penanggal, sebelah timur desa Kloposawit, dan
sebelah barat desa Candipuro.
Desa Jarit jika dilihat dari letak geografisnya berada di ketinggian 1.300
MPDL, dan memiliki curah hujan 1829 mm/tahun. Secar umum batas wilayah Desa
Jarit sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Desa Nguter,
2. Sebelah Selatan : Desa Jugosari,
3. Sebelah Barat : Desa Candipuro,
4. Sebelah Timur : Desa Pasirian-Desa Kalibendo
Desa Jarit mempunyai Luas wilayah 1600 Ha. Jika dilihat dari segi topografi,
Desa Jarit berada di bagian barat wilayah Kabupaten Lumajng jelasnya di Kecamatan
Candipuro yang merupakan wilayah yang mayoritas tanahnya untuk pertanian sawah
dan ladang. Dan Kawasan tersebut terbagi antara lain jalan 1 ha, sawah dan ladang
875 ha, empang 0,5 ha, kuburan/makam 3.5 ha, pasar 0,25 ha, tanah wakaf 2 ha,
pekarangan
88

220 dan permukiman 300 ha, tegalan 145 ha dan lain-lain 52,75 ha. Desa Jarit
merupakan desa yang wilayahnya didominasi lahan sawah dan ladang. Penduduk
adalah salah satu faktor terpenting dalam terlaksananya pembangunan, bahwa dalam
terlaksananya pembangunan dibutuhkan Partisipasi masyarakat, dengan demikian
fungsi penduduk sangat dibutuhkan dan usia produktif di Desa Jarit adalah 18-59
tahun lebih banyak penduduknya.

Lumajang, 28 Februari 2022

Mahasiswa, Narasumber,

As’ad Syamsul Arifin Novita Supristiwanti


89

Nama : Aries Purwantiny, S.S


Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pengolah data cagar budaya dan permuseuman Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Lumajang
Umur : 51
Alamat : Perumahan Pesona Alam Blok D15, Kecamatan Sukodono,
Kabupaten Lumajang
Kesenian Rodat ialah tari yang didasari oleh motivasi utama masyarakat
pendukungnya yang merasa wajib untuk mengingatkan orang-orang dalam hal iman
dan taqwa selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT). Di dalam Rodat
tersirat suatu seruan, anjuran dan ajakan terhadap umat islam untuk selalu
bersholawat membaca ayat-ayat Allah SWT sebagai pencerahan dan penerangan,
kekuatan dan meningkatkan kualitas iman dan taqwa di masyarakat Lumajang.

Tari Rodat berdiri sekitar tahun 1918 yang didirikan oleh Bu Kiai Buya. Kyai
Buya pernah menemukan tari Islami pertama kali di Turki ketika ada pameran pawai
kekuatan, maksudnya pameran kekuatan lahir batin. Tari Rodat diciptakan Kyai Buya
ditujukan sebagai alat syiar di kapal turki, karena selama ini tidak ada lagi kesenian-
kesenian yang menyanjung asma Allah. Tarian ini dikerjakan sebelum sholawatan
dimulai.Tari Rodat dulu hanya disajikan oleh kaum pria kemudian di dirikan lagi oleh
kaum wanita.Para penerus Bu Nyai Buya adalah Hasyim, Mbah Buamin sebagai
penabuh ketipung, dan Mbah Paham sebagai penabuh gede.Tari Rodat telah banyak
didirikan di berbagai Negara, karena merupakan salah satu tari islami. Pada
perkembangan zaman tahun 1991 di dirikan Tari Rodat wanita, karena pergerakan
pada kaum pria zaman dahulu tidak teratur sehingga didirikan Tari Rodat wanita,
karena pergerakan pada kaum pria zaman dahulu tidak teratur sehingga di dirikanlah
Tari Rodat wanita yang gerakannya diganti menjadi lebih teratur. Dulu Tari Rodat
digunakan sebagai alat syiar, setelah kepemimpinan Kyai Buya diganti oleh Kyai
90

Kasan, Tari Rodat dapat berperan sebagai hiburan seperti khitanan, kemanten dan
arak-arakan.
Tari Rodat dulu hanya diikuti oleh lima orang yang gerakannya mengikuti mascot.
Gerakan ini tidak ditentukan karena menghafal, untuk formasi disesuaikandengan
jumlah orangnya.Tari Rodat merupakan tari dengan gerakan yang mengandung
makna simbolis tentang ajakan zikir kepada Allah SWT.Makna simbolis tersebut
diungkapkan lewat gerakan hormat.
bahwa paguyuban seni tari Glipang yang terdaftar di data Niok tahun 2017
ada dua yaitu pada halaman lima belas ada tari Glipang Setia Bangsa oleh Bapak
Moh Sirri dan pada halaman tujuh puluh satu ada Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
oleh Bapak Atok Nur Wahid. Hal ini yang sudah terdaftar di tahun 2017
menggantikan ayahnya yaitu pak Sardi.

Lumajang, 6 Maret 2022

Mahasiswa, Narasumber,

As’ad Syamsul Arifin Aries Purwantiny S.S


91

Nama : Heny Kisworini S.Pd


Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru (ketua sanggar tari Sekar Arum)
Umur : 52
Alamat : Dusun Kebonan, Desa Pasirian, Kecamatan Pasirian
Glipang Rodhat itu mengandung unsur Jawa dan Madura karena daerah
Kabupaten Lumajang merupakan daerah pandhalungan percampuran antara Jawa dan
Madura. Dengan demikian kesenian yang diciptakan pasti mengandung unsur
Madura. tahun 1912 di sekitar pesisir pulau Jawa sebelah timur yang berada di selat
Madura, banyak orang dari Madura yang Pindah tempat tinggal ke Lumajang,
Probolinggo, Bondowoso, Jember dan Pasuruan. Mereka pindah tempat tinggal
dengan alasan mencari lapangan pekerjaan di tempat lain. Ini secara otomatis orang-
orang Madura menikah dan punya keturunan dengan orang Jawa. Seperti Bapak
Kandar merupakan warga Kabupaten Pasuruan tepatnya di Desa Kalipang yang hidup
berbaur dengan warga Madura. Dan Bapak Kandar yang memprakarsai berdirinya
Terbang Kalipang di Lumajang. Sekitar tahun 1935 Bapak Kandar Menikah dengan
wanita dari Desa Dawuhan Lor Kecamatan Sukodono Kabupaten Lumajang. Lalu
sekitar tahun 1937 beliau menetap disitu. Glipang itu asalnya dari kata Terbang
Kalipang, nama Terbang berasal dari salah satu alat musiknya disisi lain kata
Kalipang berasal dari nama Desa Bapak Kandar Lahir. Karena nama Terbang
Kalipang terpengaruh dengan logat bahasa orang Jawa termasuk warga lumajang
maka nama tersebut berubah menjadi Glipang.
Kesenian Tradisional Glipang Rodhat memang sudah tersebar ke beberapa
sanggar salah satunya Sanggar Sekar Arum lokasinya di Pasirian, yang mempelajari
banyak seni tari bukan hanya Glipang Rodhat saja, tetapi ada Remo, Godril, Jaipong.
Disitu setelah di lihat responden anak-anak peminat tari glipang rodhat sudah tidak
familiar lagi atau sudah mulai dilupakan.
92

Tahun 2009-2014 pemanggungan kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur


Bani Khasanah masih mengalami perkembangan yang konstan karena terdapat
seniman yang menarik didalamnya, pemanggungan pertahunnya juga serupa seperti
di acara hajatan khitanan dan sedekah desa. Tetapi jarang mengikuti karnaval HUT
kemerdekaan RI. Masyarakat sangan tetarik karena glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah memiliki gerak tari dan music yang bersifat islami yaitu silat dan hadrah.
Adapun acara yang diprogramkan untuk melestariakn Glipang Rodhat di tahun ini
ialah pada tahun 2009 Tari glipng Rodhat Nur Bani khasanah pak Sardi dan
penabuhnya di sewa oleh sanggar tari Sekar untuk kolaborasi dengan penari Glipang
Rodhat murid ibu Heny Kisworini untuk perwakilan pemanggungan di TMII Jakarta.
Tahun 2010 ada festival Glipang Rodhat, dan Glipang Rodhar Nur Bani
Khasanah menjadi salah satu pesertanya, yang diadakan di alun-alun kota lumajang
yang diikuti seluruh paguyuban glipang rodhat di lumajang bertujuan untuk
melakukan pembaruan terhadap tari Glipang Rodhat Kabupaten Lumajang, acara ini
dipelopori oleh ibu Dwi Sunarsih. Dan pada tahun 2011 pemerintah dan seniman
Glipang rodhat mengadakan acara FKKS (Festival Kesenian Kawasan Selatan)
dikabupaten Probolinggo dan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah menjadi salah satu
pesertanya.
Tahun 2015-2021 pemanggungan terjadi penurunan tetapi kesenian Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah masih tetap lestari, mereka tampil di hajatan khitanan.
Bagi seniman Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah, Atas minat masyarakat tarian ini
masih tetap lestari meskipun mengalami kemajuan dan kemunduran. Pemannggungan
terjadi pada tahun 2016 untuk HARJALU ini dihadiri oleh penabuh Bapak sardi dan
seniman lain karena waktu itu bapak Sardi sedang sakit maka komando sementara
diambil oleh Bapak Jombadi. Tahun 2017 sampai 2018 pemanggungan kesenian
tradisional ini sudah jarang mengikuti acara harjalu tetapi rutin menghadiri pada acara
hajatan, ini karena pak Sardi meninggal tahun 2017 kesenian ini aktif manggung jika
ada job saja. Untuk tahun 2019 kesenian ini juga masih sering menghadiri acara
93

hajatan khitanan sudah jarang dengan hajatan pernikahan tetapi semenjak adanya
virus corona April 2019 kesenian ini sudah tidak boleh tampil lagi oleh pemerintah
setempat, sehingga mengali vakum sampai dengan tahun 2020. Lalu selanjutnya pada
akhir 2020 corona dianggap mereda mulai berdatangan lagi job untuk acara khitanan
sehingga bapak Atok Nur Wahid beserta seniman lainnya mulai rutin melaksanakan
latihan sebelum hari H job berlangsung, pada tahun 2021-2022 juga demikian masih
rutin berlangsung panggilan job unutk acara Khitanan dan biasanya Pak Atok Nur
Wahid rutin latihan di komplek rumah bapak Jombadi, karena semua alat music
berada dirumah Bapak Jombadi.
Lumajang, 4 Maret 2022

Mahasiswa , Narasumber,

As’ad Syamsul Arifin Heny Kisworini


92
94

Nama : Mariyam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani (Istri Pendiri tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah)
Umur : 51
Alamat : Dusun Cabean, Desa Jarit, Kecamatan Candipuro
Tari Rodat merupakan tari dengan gerakan yang mengandung makna simbolis
tentang ajakan zikir kepada Allah SWT.Makna simbolis tersebut diungkapkan lewat
gerakan hormat. Tari Glipang Rodhat seiring berjalannya waktu kurang menarik lagi
dan mulai redup dari masyarakat, lalu sekitar tahun 1991 tari Glipang Rodhat di
lanjutkan oleh cucu Kyai Buya yang bernama pak Sardi, karena sebelumnya lambat
laun dengan penari laki-laki kurang diminati masyarakat, pak Sardi mengganti penari
yang awalnya laki-laki menjadi perempuan tetapi tidak merubah isi tarian
sebelumnya dan nama paguyubannya yang semula rodhat seni rebana menjadi
paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yang di bentuk atas komando Pak
Sardi dan anggotanya. Seiring berjalannya waktu tari Glipang Rodhat mulai diminati
kembali.
Kesenian tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah yang mengalami
perkembangan, perubahan, dan kesinambungan dalam hal seniman, penonoton
(masyarakat) panggung/tata ruang, alat musik, gerak tari dan kostum, bahwa
kebudayaan daerah ini tidak selamanya berkembang pesat pada waktu tertentu bisa
saja mengalami kemunduran. Contohnya yang pada saat ini kesenian tradisional tari
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di desa Jarit Kecamatan Candipuro yang masih
bertahan sampai sekarang.
Paguyuban Nur Bani Khasanah yang dengan resmi terdaftar di Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan dengan nomor induk keseniannya ialah:
431.03/71/427.47/2017. Dikarenakan saat ini tarian Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang mengalami
kemunduran, peneliti mengangkat menjadi tema skripsi supaya tari Glipang Rodhat
96

kembali diminati masyarakat, termasuk tari Glipang Nur Bani Khasanah bisa terkenal
lagi kemudian hari, melalui Generasi akan datang. Karena dengan cara ini sejarah
tari Glipang Rodhat bisa tertulis dalam dokumen skripsi, kesenian ini diambil alih
oleh anaknya yaitu bapak Atok Nur Wahid Mulai tahun 2017 karena pak Sardi
meninggal tahun 2016.
Seniman tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan
Candipuro Kabupaten Lumajang seperti, contoh usaha para seniman dengan membuat
kesenian ini lebih muncul kembali seperti rutin dalam hal hajatan di masyarakat
seperti khitanan. Selain itu dalam hal latihan para seniman juga rutin melaksanakan 2
minggu sekali dengan berkeliling komplek paguyuban.
Bapak Sardi mengambil nama Paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah sebagai Wadah untuk mengangkat kembali tari Glipang yang dibawah oleh
kakeknya yang kian meredup. Beliau mengganti nama, jumlah pemain, dan unsur nya
ada unsur Madura. Awalnya Bapak Sardi sebagai penari tari Rodhat Seni rebana, dan
sering latihan di rumah pak Kasan sebagai ayah dari pak Sardi. Dan dengan nama
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah atas karya perpaduan Pak Sardi dengan unsur
islam dan Unsur maduranya, dengan komando Pak Sardi tahun 1991 sangat terkenal
dan sangat digemari masyarakat, tarian tersebut dgunakan untuk pertunjukan sebagai
hiburan dari acara hajatan sehingga waktu itu banyak job untuk mempertontonkan
tarian tersebut. Dan kalau ada waktu luang Pak Sardi juga sering latihan dirumahnya
karena waktu itu lagi puncak kepopuleran untuk latihan saja sudah banyak yang
menonton.
Dalam mencari tahu isi gerak tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah dapat
dilihat pada Gerakan yang ada. Seperti Gerakan hormat ditujukan ke penonton
bertujuan untuk memberi hormat melalui cara sembah. Jika di simpulkan Bersama
gerakan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah tampak seperti seseorang yang
mempraktekkan gerakan wudhu. Ini mengartikan gerakan tarian ini memiliki arti
petunjuk di masa lampau selain sebagai hiburan juga ada sarana ilmu gerakan
95

berwudhu. Sementara vokal yang mengiringi tarian adalah lantunan sholawat Nabi
Muhammad SAW, ini bisa disimpulkan bahwa tarian ini mengandung tema religi.
Tahun 1991 terbentuk kumpulan kesenian tradisional tari glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah dengan Pemimpin Bapak Sardi di Desa Jarit Kecamatan Candipuro.
Dengan hadirnya kesenial tradisional ini bermula dari bapak Sardi yang awalnya
seniman jadi penari dalam tari Rodhat seni Rebana, yang merupakan tari pimpinan
kakeknya yang bernama Kyai buyah, waktu itu Bapak Sardi sebagai penari pada
tahun 1991 kondisi tari Rodhat seni rebana tidak menarik lagi, seiring berjalannya
waktu Bapak Sardi membentuk perkumpulan kesenian Glipang Rodhat dengan nama
paguyuban Nur Bani Khasanah juga pada tahun 1991, dengan penari perempuan
semua, untuk jumlah penari tidak harus lima tapi menyesuaikan kebutuhan dan
jumlah penari yang ada, dan berakibat dapat respon baik dari masyarakat. Tahun
1991-1996 Pembentukannya dilakukan dengan cara kekeluargaan maksudnya ialah
para penabuh maupun para penari kesenian tradisionl Glipang Rodhat di rekrut dari
lingkup keluarga pak sardi dan juga tetangga terdekatnya. Dari segi pertunjukan
masih memakai dari keluarga dan tetangga terdekat pak Sardi sebagai pemain kesenia
tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah, saat itu tarian ini masih digunakan
untuk hiburan saja Tahun 1997-2002, Bapk Sardi beserta keluarga yang menjadi
Seniman kesenial tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah mulai
mengajak dan mengenalkan kepada masyarakat Desa Jarit untuk ikut dan masuk
dalam kumpulan seniman kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah.
Kesenian tradisional Glipang Rodhat disini lebih diperuntukkan untuk umum secara
terbuka supaya kesenian tradisional ini bisa lebih cepat dikenal dan tersebar secara
meluas di Desa Jarit Kecamatan Candipuro. Pelaksanaan latihan tari Glipang Rodhat
ini dilaksanakan setiap malam Minggu sekaligus diperkenalkan kepada masyarakat
serta generasi muda masyarakat desa Jarit, sekaligus bertujuan untuk menjalin
Slilaturahmi dan juga untuk menambah rasa cinta masyarakat dalam menjaga dan
melestarikan kesenial tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah dan pada
96

saat itu banyak acaa khitanan yang punya hajat selalu undang seniman kesenian
tradisional.
97

Tahun 2003-2008 seniman Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah sudah dikenal
sebagai job sarana pekerjaan selain daripada hiburan oleh masyarkakat, sudah
tersebar ke seluruh desa Jarit sekaligus masyarakat Candipuro sudah mengetahui
semuanya. Disini ada perkembangan dan perubahan yang cukup besar dari jumlah
peminat dan pemain tari glipang rodhat sudah banyak sehingga terdiri dari beberapa
pleton barisan dalam latihan, sehingga pada saat latihan pertunjukannya dilakukan di
jalan-jalan dengan berkeliling desa. Pada saat inilah pemerintah Kabupaten Lumajang
mulai melirik tari Glipang ini sebagai ajang event di Alun-alun Kota Lumajang
berupa festival perlombaan tari Glipang Rodhat. Dan yng menjadi Pemenang event
tersebut akan mendapatkan penghargaan dari pemerintah kabupaten Lumajang.
Tahun 2009-2014 kesenian tradisional Bapak sardi mengalami perubahan
dalam hal peminat dan pemain hal ini bisa terlihat pada mulai berhentinya para
pemain senior karena mereka sudah sibuk dengan dunianya dan mereka sudah
beranjak dewasa dan ingin menikah jadi mereka memilih berhenti. Meskipun pemain
senior banyak yang berhenti masih cukup banyak generasi muda yang
menggantikannya tetapi pada saat ini generasi yang aktif bukan dari masyarakat
melainkan dari anak sekolah yang ikut latihan Bersama Bapak Sardi. Mereka sering
diajak untuk menghadiri job dalam acara khitanan oleh Bapak Sardi dan uangnya
dibagi secara merata.
Tahun 2015-2021 seni tari tradisional tersebut masih didominasi oleh seniman
penari anak sekolahan, tetapi jumlah nya sudah mulai menurun karena sudah
berkurang minat dari masyarakat tetapi kesenian tradisional ini para seniman yang
masih aktif tetap bersemangat latihan hal ini mengakibatkan masih banyak lowongan
job acara khitanan.dikarenakan pada tahun 2016 Bapak Sardi mulai sakit-sakitan
kepemimpinan kesenian tradisional ini di ambil alih semnetara oleh Bapak Jombadi
selaku murud pertama Bapak sardi sebagai penabuh jidor. Seiring berjalannya waktu
peminat tari glipang mulai berkurang. Tahun 2017 Kepemimpinan tari Glipang
diambil alih oleh Bapak Atok Nur Wahid selaku anak Bapak Sardi, karena kesenian
tradisional harus diwariskan secara turun Temurun, setiap ada job pak Atok Nur
98

wahid yang mengurusi surat izin ke Dinas Pariwisata dan Budaya Lumajang,
sementara yang memegang dan menyimpak alatnya adalah Bapak Jombadi. Dan
untuk penabuhnya masih tetap seperti dahulu yaitu Bapak Jombadi Ketipung Lanang,
bapak Sunaryadi Ketipung Wedok, Bapak Rupikat, Bapak Kabul, Bapak Jum, Bapak
Jakram dan Bapak Mujiono Penerbang, Bapak Twi Jidor, mereka semua adalah masa-
masa seperjuangan dengan Bapak Sardi. Sementara penarinya adalah dari anak
sekolahan berusia sekitar 14-16 tahun duduk dibangku SMP.

Lumajang, 2 Maret 2022

Mahasiswa , Narasumber,

As’ad Syamsul Arifin Mariyam


99

Nama : Jombadi
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani dan peternak (panabuh ketipung tari Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah)
Umur : 64
Alamat : Dusun Cabean, Desa Jarit, Kecamatan Candipuro
Berkembangnya pertama kali kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah tahun 1991 adalah momen Bapak Sardi mengenalkan kesenian ini, waktu
itu Bapak Sardi mengenalkan kepada masyarakat melalui kegiatan Karnaval HUT RI,
Waktu itu tahun 1991-1996 masyarakat sangat antusias melihatnya, karena kesenian
ini menarik, waktu itu glipang Rodhat Nur bani Khasanah sebagai salah satu peserta
dan masyarakat desa Jarit melihatnya di jalan raya mereka sangat tertarik. Dan tarian
tersebut selalu hadir tiap tahun atas permintaan masyarakat untuk memeriahkan HUT
RI.
Tahun 1997-2002 partisipasi masyarakat kian membludak hal ini terlihat dari
banyaknya masyarakat yang tergabung dalam penari dan penabuh Glipang Rodhat
Nur Bani Khasanah, bahkan ada masyarakat yang latihan dirumahnya sendiri sambil
menyewa pelatih dari seniman murid Bapak Sardi, dengan demikian semakin banyak
yang ingin melestariakn glipang rodhat Nur Bani Khasanah tarian ini semakin
berkembang. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya peserta tari Glipang
Rodhat pada saat acara Karnaval HUT RI.
Tahun 2003-2008 atas populernya tarian ini atas berita yang tersebar
masyarakat yang hadir melihat pertunjukan ini bukan hanya dari desa jarit melainkan
dari sebagian besar desa Kecamatan Candipuro, pada saar latihan saja masyarakat
yang melihat sangat banyak sehingga banyak masyarakat yang mulai meraup untung
dengan berjualan di pinggir jalan, masyarakat yang hadir selain melihat pertunjukan
mereka bisa membeli makanan di pinggir jalan.
98
100

Tahun 2009-2014 kesenian ini masih diminati masyarakat bahkan yang hadir dan
menyewa alat musik Bapak Sardi di luar Kecamatan Candipuro seperti sanggar tari
sekar arum yang berasal dari Pasirian mulai menyewa seniamn bapak sardi untuk
mengajari anak-anak yang belajar tari di sanggar tersebut. Ini mengakibatkan
masyarakat kecamatan pasirian yaitu desa kebonan turut serta antusisas dan melihat
tari tersebut. Dan tarain tersebut setelah anak-anak sanggar tari sekar arum sudah bisa
dan mahir semua, yang saat itu diadakan event mereka tampil di lumajang sekitar
2008 sehingga masyarakat lumajang kota sudah melihat dan merasakan kesenian ini.

Tahun 2015-2021 kesenian tersebut atas nama Glipang Rodhat Nur Khasanah
sudah terkenal ke seluruh masyarakat Lumajang karena tarian ini sudah tampil di
event HARJALU kota Lumajang dan Tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah bapak
Sardi menempati juara 2 tahun 2012 sehingga sebagian besar seluruh paguyuban
Glipang di Lumajang mengetahui Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah. Semenjak itu
masyarakat karena sudah terlalu lama cinta sama kesenian ini, akibatnya banyak
kesenian lain yang muncul sehingga job dari kesenian Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah ini berkurang. Waktu itu juga karena Bapak Sardi sering sakit-sakitan
membuat pamor tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah menurun. Pak Sardi
meninggal tahun 2016 sehingga menurun jobnya, hal ini membuktikan karena ada
pak sardi lah yang membuat kesenian ini bisa populer ke sebagian besar kabupaten
Lumajang. Latihan sudah jarang dan masyarakat yang melihat hanya dilingkungan
tetangga bapak sardi, lalu alat-alatnya dipindah kerumah Bapak Jombadi sehingga
latihan di laksanakan di komplek bapak Jombadi. Dan yang melihat hanya tetangga
bapak Jombadi. Dan juga ada job yang di teriam hanya antar desa di kecamatan
candipuro saja tidak ada di kecamatan Lain, ini membuktikan partisipasi masyarakat
mulai menurun semenjak meninggalnya Bapak Sardi. Atas komando anaknya yaitu
Bapak Atok Nur Wahid kesenian ini masih tetap lestari ata kerjasama para seniman
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah.
102

Perangkat pendukung dalam Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah juga sama
seperti kebanyakan paguyuban Glipang Rodhat lainnya, juga dalam hal pencahayaan
sesuai dengan kesenian lainnya, kalau saat pagi dan siang maka pecahayaan hanya
menggunakan secara alami yaitu sinar matahari dan jika pemanggungan terjadi pada
malam hari maka pencahayaannya adalah lampu.
Tahun 1991 paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah merupakan
kesenian tradisional yang masih tampil di wilayah Desa Jarit Kecamatan Candipuro
saja. Dan hanya bersifat pertunjukan dan perkumpulan saja, karena mendapat
apresiasi masyarakat yang begitu banyak maka sekaligus pada tahun tersebut pak
Sardi mendaftarkan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah mendaftarkan paguyubannya
ke Dinas Pariwisata dan Budaya kota Lumajang. Paguyuban ini mendapat respon
baik dari dinas pariwisata dan budaya kabupaten lumajang, karena dengan demikian
secara langsung berperan dan ikut melestarikan kesenian tradisional Glipang Rodhat.
Tahun 1991-1996 seni pementasan kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah di Desa Jarit Kecamatan Candipuro untuk pertunjukannya pertahun
hanya dalam acara Hiburan dan dan HUT kemerdekaan R1. Acara Hiburan itu
cenderung diadakan di rumah Bapak Sardi dan terkadang di lapangan desa Jarit.
Disitu para pengunjung dimintai uang dengan sukarela. Tahun 1997-2002 kesenian
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah dalam pemangungan atau pementasannya
Mengalami peningkatan setiap pemanggungan selalu banyak penonton sampai
berdesak-desakan, umur mereka dari berbagai kategori usia. Ditahun ini pertahunnya
mulai tampil pada acara pernikahan, khitanan, sedekah desa dan HUT kemerdekaan
RI.
Tahun 2003-2008 kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
mulai dikenal oleh masyarakat luar kecamatan Candipuro sehingga kesenian ini
berada di puncak kepopuleran sehingga pemerintah kabupaten Lumajang
mengadakan even kota Lumajang, yang lokasinya berada di alun-alun Lumajang. Ada
banyak medali yang di persiapkan oleh pemerintah kabupaten Lumajang untuk
101

menarik hati peserta seluruh paguyuban Glipang Rodhat yang ada di Kota Lumajang
supaya ikut andil dalam memeriahkan festival di kota Lumajang dan bertujuan
sebagai apresiasi karena ikut serta dalam melestariakn kesenian tradisional khas
Lumajang termasuk yaitu kesenian tradisional Glipang Rodhat kabupaten Lumajang.
Berikut ini merupakan beberapa piagam yang disiapkan pemerintah kabupaten
Lumajang seperti : (a) peringkat 1,2 dan 3 festival Glipang Rodhat yang dilombakan
pada HARJALU ke 735, (b) peringkat 1,2 dan 3 pada HUT Lumajang yang diadakan
oleh Perseroan Terbatas Gudang Garam, (3) untuk peringkat 1,2 dan 3 dalam acara
HARJALU ke 736.
Ketipung memiki postur hampir menyerupai kendang, tapi alat ini mempunyai
tali yang terikat yang membalut seluruh sisi ketipung. Alat ini memiliki spesifikasi
Panjang 60 cm, diameter 30 cm, sementara jenis ketipungnya ada 2 yaitu ketipung
wedhok dan ketipung lanang. Untuk spesifikasi dua jenis ketipung ini sama, hanya
saja suara yang dihasilkan berbeda. Alat ini mempunyai lambing baha manusia
sebagai hamba harus senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk ketipung wedhok menggambarkan wanita dan ketipung lanang
menggambarkan pria.
Tata cara dalam meletakkan ketipung ada adabnya yaitu ketipung wedhok
harus berada dibawah ketipung lanang, jika tidak dibawah maka harus disamping kiri
ketipung lanang. Dalam perannya ketipung Lanang yang menjadi pengatur utama
sebaliknya ketipung wedohok hanya sebagai pengisi bunyi suara di sela-sela ketipung
lanang. Hal ini menggambarkan kepemimpinan seorang pria maka seorang wanita
harus menghormati dan didalam sholat harus pria yang menjadi imam, dan bukan
wanita imamnya.
Terbang yang diaplikasikan dari tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
yaitu berjumlah 5 dengan nama (3 wedhok dan 2 lanang). Sesuai kebutuhan saja.
Spesifikasinya yaitu berupa lingkaran kecil dan berdiameter 30 cm. cara
membunyikan terbang yaitu dipukul dengan tangan dan alat ini menjadi satu dengan
kecrek. Maksudnya ialah terbang dipukul saling mengisi suara dengan penerbang
102

lain, sementara kecrek unutuk mengiringi terbang supaya suara yang dihasilkan lebih
semarak, sekaligus sebagai tanda adanya pergantian Gerakan dan vokal. 5 buah
terbang menggambarkan jumlah rukun islam yaitu syahadat, sholat, zakat, puasa, dan
haji. Semua alat musik dipukul untuk saling mengisi suara terutama peran ketipung
lanang
103

untuk mengatur suara dan Jidor untuk menegaskan suara. Dan teknik yang digunakan
dalam membunyikan alat musik Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah adalah teknik
pukulan dan mempunyai teknik khas tersendiri dari masing-masing alat musiknya.
Selama 1991-2001 sekitar 10 tahun alat music Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah ialah 1 Jidor, 2 buah ketipung (wedhok, lanang) 5 buah terbang (3 wedhok,
2 lanang) dan 1 kecrek. Alat musik masih sama seperti itu mengenai jumlah alat
music dan belum ada penambahan alat music. Mengenai ricikan suara yang terbentuk
dari alat music tersebut mirip dengan suara hadrah. Ini membuktikan bahwa music
tari Glipang Rodhat ini mengandung unsur islami. Para seniman memainkan alat
music tesebut dengan berdiri. Waktu itu karena belum ada biaya selama 10 tahun
jumlah alat musik tersebut belum ada penambahan walaupun masyarakat yang
tergabung sudah banyak dan terjadi pada beberapa pleton latihan.
Tahun 2001-2011 alat musik yang di gunakan juga masih belum ada
penambahan jenis alat music lainnya, tetapi pada tahun 2002 terjadi penambahan
jumlah alat musik, berubah menjadi 3 Jidor, 6 buah Ketipung (wedhok dan lanang)
15 buah terbang (7 wedhok dan 8 lanang) 3 kecrek. hal ini bertujuan untuk para
seniman dari masyarakat yang sudah tergabung bisa merasakan suara music dan
mendengarkan music semua. Waktu itu jumlah seniman yang tergabung terbagi
menjadi 3 pleton mereka berlatih dengan menggunakan alat music sendiri-sendiri per
pletonnya. Jadi mereka selain berlatih memainkan peran sebagai penabuh alat musik
Glipang Rodhat mereka juga yang sebagai penari berlatih sebagai penari. Hal ini terus
berlangsung, sementara kalau terkadang banyak yang tidak hadir karena ada halangan
maka ada alat music yang tidak terpakai.
Tahun 2012 sampai 2022 jenis alat music yang digunakan juga masih belum
ada penambahan, tetapi jumlah alat music mulai dikurangi pada tahun 2013 karena
pada tahun tersebut mulai banyak seniman yang berhenti karena sudah mulai sibuk
dengan dunia kerja sementara generasi penerus sudah jarang yang mengikuti. Oleh
karena itu alat music yang di jual yaitu 1 Jidor dan 1 Ketipung lanang, 1 ketipung
wedhok. Dijual kepada paguyuban Sari Murni yaitu paguyuban yang baru beroperasi
104

didusun sebelah yaitu dusun buka klakah. Pemainnya merupakan mantan seniman
murid bapak Sardi mereka membuat sendiri paguyuban dengan nama yang berbeda
tetapi hanya lingkup tanggapan saja paguyuban Glipang Rodhat Sari Murni tidak
sampai terdaftar ke Dinas Pariwisata dan Budaya. Lalu pernjualan alat music juga
terjadi pada tahun 2015 karena waktu itu pemimpin Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah sedang sakit-sakitan maka banyak seniman yang berhenti dan generasi baru
mulai jarang, alat musik terbang dijual sebanyak 5 buah.
Pada tahun 2016 Pak Sardi meninggal karena penyakit diabetes dan alatnya
mulai di jual lagi ke sanggar tari Sekar Arum yang ada di Pasirian yaitu 2 ketipung
(lanang, wedhok), 1 Jidor, dan 5 terbang. Sehingga pada tahun 2017 paguyuban
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah hanya memiliki alat musi yang tersisa yaitu 1
Jidor, 2 Ketipung (1 wedhok, 1 lanang), dan 5 terbang. Jumlah alat musik ini tetap
sampai tahun 2022. Ini dikarenakan berkurangnya seniman dari tahun ke tahun, lalu
pada tahun 2017 kepemimpinan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah diambil alih
oleh anaknya yaitu Bapak Atok Nur wahid yang beranggotakan seniman 25 orang.

Lumajang, 7 Mei 2022

Mahasiswa , Narasumber,

As’ad Syamsul Arifin Jombadi

Nama : Rupikat
105

Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani (penabuh terbang tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah)
Umur : 66
Alamat : Dusun Cabean, Desa Jarit, Kecamatan Candipuro
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah untuk tahun 1991-2001 gerakannya juga
sama dengan glipang rodhat pada umumnya seperti Jalan Hormat, Penghormatan,
Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan, dan ada satu yang beda
penutupnya tanpa mengucapkan salam. Ini merupakan karya bapak Sardi beserta seniman
lain dalam mengkolaborasinya memang tahun 1991 awal penarinya adalah laki-laki lalu
pak sardi merubah penarinya menjadi perempuan karena dianggap tidak menarik lagi
untuk penari laki-laki. Dan hasilnya cukup bagus dapat menarik minat masyarakat
dikarenakan penarinya diganti perempuan maka pergerakan pencak silat yang tidak
mungkin dilakukan oleh perempuan maka tidak di terapkan di pertunjukan. Gerakan
tersebut yang mengalami perubahan ialah gerak Angkatan yang sebelumnya kakinya
diangkat penuh ke atas dan diluruskan karena itu tidak mungkin dilakukan oleh
perempuan maka Gerakan cukup dilakukan dengan mengangkat kaki, seperti kaki kanan
diangkat sedikit saja dan kaki kiri tidak diangkat.
Tahun 2002-2012 gerakan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah juga sama yaitu Jalan
Hormat, Penghormatan, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan. Hal ini
terjadi penambahan dari tahun 2005 dalam Gerakan penutup atau salam karena
sebelumnya, hal ini terjadi karena pada saat pertunjukan telah diprotes masyarakat karena
masyarakat masih bingung pertunjukan ini sudah selesai apa belum pada waktu itu
masyarakat masih menuggu untuk tampil sesi berikutnya, ternyata pertunjukan sudah
selesai, masyarakat kecewa terlanjur menunggu tidak tahu kalau pertunjukan selesai.
Lalu disetujui oleh pak Sardi beserta seniman lainnya untuk di tandai salam sebagai tanda
kalau pertunjukan selesai. Tidak ada Gerakan ini juga terdapat Gerakan yang divariasi
lagi yaitu tahun 2005 akhir adanya penambahan Gerakan jengkeng yaitu Gerakan yang
dilakukan
106

dengan kaki kanan ke depan dengan ditekuk sementara untuk kaki kiri bagian tungkak
dijinjit dengan kondisi kaki ditekuk. Pergerakan tersebut dibarengi dengan lengan kiri
ditekuk seperti malangkerik, sementara lengan tangan kanan dengan posisi lurus selaras
kaki bagian kanan kemudian disambung motif gerak sebelumnya. Penari untuk baris
depan menghadap posisi ke belakang disertai berjalan di tengah-tengah barisan penari
untuk kearah belakang yang di ikuti gerakannya oleh barisan penari selanjutnya, Gerakan
ini di praktekkan secara berulang-ulang hingga posisi kembali membentuk barisan dua
berjajar dan sampai musik tarian sudah di lantunkan. Jadi untuk Gerakan menjadi Jalan
Hormat, Penghormatan, Jengkeng, Angkatan, Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang
Tarikan, dan penutup ucap salam.
Tahun 2013-2021 gerakan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah kembali seperti pada
gerakan glipang rodhat pada umumnya yaitu Jalan Hormat, Penghormatan, Angkatan,
Gonjor, Bapangan, Pusing, Goyang Tarikan, dan penutup ucap salam seperti hal ini
merupakan gerakan Glipang Rodhat dalam variasi normal seperti yang di ungkapkan
pada penelitian hariyati. Gerakan yang di hilangkan adalah gerakan variasi yang di
tambah sendiri oleh Pak Sardi beserta seniman lainnya yaitu gerakan jengkeng. Variasi
jengkeng dhilangkan pada tahun 2013 pertengahan karena gerakan ini dianggap rumit
dan mempersulit oelh para penari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah karena pada tahun
2013 keatas generasi penarinya adalah anak sekolahan, dan kebanyakan tingkat SMP.
Mereka menganggap gerakan sulit dihafal dan lama untuk bisa dalam menerapkan,
sehingga di setujui oleh Pak Sardi beserta seluruh seniman Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah. Ragam gerakan tersebut dalam menggunakan variasi yang normal tetap
berlaku sampai sekarang.
Sementara Tatanan Busana Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah pada awal tahun
1991 adalah hem berwarna putih celana berwarna hitam, jarik yang digunakan adalah
sarung dan memakai kopyah berwarna Hitam untuk penari laki-laki lalu merubah pemain
menjadi perempuan dan tentunya untuk kostum (busana) banyak perubahan dan di
tambah kreasinya ini berkisar dari tahun 1991-2001 yaitu seperti baju atau hem lengan
panjang, Jarik Jawa varian Batik, celana Hitam,Sabuk, Sepatu, Selempang, pangkat dan
107

kopyah. Kostum (busana) tersebut cukup menarik dan dapat menarik masyarakat. Hem
lengan panjang yang digunakan berwarna putih ini menggambarkan sebagai santri yang
biasanya memakai baju putih dan secara symbol menggambarkan kesucian dan
kebersihan, Jarik Jawa dipakai wanita tidak di wajibkan serupa asalkan motif garisnya
sama, untuk celana hitam yang digunakan terbuat dari kain, sepatu yang digunakan tidak
harus kembar asalkan berwarna hitam, sementara selempang difungsikan untuk hiasan
saja, pangkat ini terletak di leher penari wanita, dan unutk kopyah di gunakan dikepala
harus berwarna hitam polos. Seiring berjalannya waktu telah tampil banyak diketahui
masyarakat, akhirnya penari perempuan lebih di minati oleh penonton dari pada penari
laki-laki untuk seniman Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah.
Tahun 2002-2012 Busana tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah mendapat
perubahan dan tambahan yaitu pada bagian kopyah itu diganti dengan topi polisi
perubahan ini merupakan kesepakatan dari para seniman Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah Karena waktu itu ada pertemuan untuk tambahan kreasi seluruh paguyuban
Glipang Rodhat di Kabupaten Lumajang tahun 2002. Ada juga tambahannya yaitu Kaca
Mata Hitam hal ini sebagaimana kacamata hitam yang digunakan tarian lain, untuk
makna masih belum jelas mengenai alasan mengenai kostum (busana) kacamata harus
berwarna hitam. Oleh karena itu mulai tahun 2002 hingga 2012 busana(kostum) kesenian
tradisional tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah memakai hem lengan panjang, Jarik
Jawa varian Batik, celana Hitam,Sabuk, Sepatu, Selempang, pangkat dan topi polisi.
Tahun 2013-2021 busana (kostum) yang digunakan untuk tari Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah ialah masih tetap sama dengan periode antara 2002-2012. Yaitu memakai
hem lengan panjang, Jarik Jawa varian Batik, celana Hitam, Sabuk, Sepatu, Selempang,
pangkat dan topi polisi. Pada periode ini tidak ada penambahan busana(kostum) tetapi
ada perubahan pada hem lengan panjangnya tidak harus berwarna putih. Tetapi bisa
berwarna lain seperti biru, orange sesuai selera senimannya. Dan untuk Glipang Rodhat
Nur Bani Khasanah mempunyai hem berwarna biru mulai tahun 2013 sebagai koleksi
warna tambahan. Dan mempunyai hem warna orange pada tahun 2017 sebagai tambahan
108

koleksi. Meskipun warna me berubah itu tetap mendapat respon positif dari masyarakat,
bahkan mendapat pujian karena merganti warna biar penonton tidak bosan.
Fungsi kesenian tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah pada tahun 1991-2001
hanya sebagai tradisi hiburan dan hajatan, biasanya ada job untuk memeriahkan acara
khitanan, walimatul urusy, maupun acara syukuran desa dan kadang ada juga masyarakat
yang bernadzar apabila keinginannya terwujud maka akan memanggil job acara kesenian
tari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah karena sangking Sukanya sama kesenian ini. Di
dalam tahap-tahap sebelum pementasan biasanya terdapat sembahan do’a secara spesifik
pemilik/pemimpin Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah dengan yang punya hajat. Do’a di
peruntukkan untuk keluarga yang punya hajat dengan memohon barokah kepada Allah
SWT. Bertujuan pada saat acara dimulai untuk hiburan tidak ada gangguan, dan khusus
orang yang punya hajat supaya diberikan barokah umur dan barokah rezeki, sehat wal
afiat, dan cita-cita yang punya hajat bisa terwujud.
Pada sekitar tahun 2001-2006 dan selanjutnya kesenian tradisional tari Gipang
Rodhat Nur Bani Khasanah telah berkembang secar fungsi yaitu mulai diadakan event
atau perlombaan. Yang sebelumnya hanya di laksanakan dalam fungsi hiburan dan
hajatan dimasyarakat saja. Hal ini seperti dalam sitiap acara HARJALU yang salah satu
fungsi diadakan event atau perlombaan ialah unutuk mengenalkan dan melestarikan
budaya seni local dengan menyelenggarakan event atau perlombaan kesenian Glipang
Rodhat yang ada di wilayah Kabupaten Lumajang, yang termasuk Glipang Rodhat Nur
Bani Khasanah selalui berturut serta. Ada beberapa medali dan piagam penghargaan yang
di siapkan pemerintah Kabupaten Lumajang untuk siapa saja yang menjadi pemenang
dalam acara event tersebut. Event ini diadakan supaya masyarakat (penonton) dan
pemimpin paguyuban Glipang Rodhat tetap melestarikan dan mengenalkan potensi
kesenian tersebut. Beberapa yang diikuti paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
telah mendapatkan medali dalam turut serta event yang di selenggarakan oleh pemerintah
Kabupaten Lumajang.
109

Tahun 2007-2014 fungsi dari kesenian tradisional Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat karena besarnya keinginan
masyarakat unutk seni lokal seperti Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah. Dan Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah masih rutin mengikuti event dari pemerintah Kabupaten
Lumajang. Dukungan yang besar juga di berikan dari pihak pemerintah kabupaten
lumajang dengan mengadakan event HARJALU di Kota Lumajang termasuk event tari
Glipang Rodhat. Pemerintah bertujuan kesenian ini supaya lebih dikenal unutk
menghindari merosotnya minat masyarakat. Melalui Dinas Budaya dan pariwisata,
pemerintah kabupaten Lumajang menjaga dan berperan mengenai perkembangan
kesenian local supaya tetap dikenal dan dilestarikan.

Lumajang, 7 Mei 2022

Mahasiswa , Narasumber,

As’ad Syamsul Arifin Rupikat


110

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian

9.1 Surat Izin Dinas Pendidikan dan Kebudayaan


111

9.2 Surat Izin Penelitian ke Kepala Desa Jarit


112

9.3 Surat Izin Penelitian ke Juragan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
113

Lampiran 10. Data Jumlah Seni Tari di Kabupaten Daerah Tingkat II Lumajang
Tabel 10.1 Data Jumlah Seni Tari di Kabupaten Daerah Tingkat II Lumajang Tahun 1990-1995
Jenis Tari

No Kecamatan Tari
Jaran
Kreasi Jaipong Jaranan Reog Janger Lengger Sandur Glipang
Kencak
Baru
1. Lumajang 3 1 1 2 - - - - -
2 Senduro - - 1 2 3 - - - 2
3 Gucialit - - - 1 1 - - - 1
4 Sukodono - - - 1 3 - - - 6
5 Klakah - - - 2 1 - - - -
6 Ranuyoso - - - 1 - - - - -
7 Kedungjajang - - 3 2 - - - - -
8 Randuagung - - - - - - - - -
9 Jatiroto 1 - - - - - - - -
10 Rowo - - 1 2 - 1 - - -
Kangkung
11 Yosowilangun - - 5 3 3 - - - -
12 Kunir - - - 2 3 - 1 - -
13 Tekung - - - 1 - - - 1 -
14 Tempeh - - - 2 2 - - 1 -
15 Pasirian 2 - - 2 - - - - -
16 Candipuro 1 - - 1 - - - - 1
17 Pronojiwo - - 1 - - - - 1 -
18 Tempursari - - 18 4 - - - - -
Sumber : Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang.
114

Tabel 10.2 Data Jumlah Seni Tari di Kabupaten Daerah Tingkat II Lumajang Tahun 1995-2000
Jenis Tari

No Kecamatan Tari
Jaran
Kreasi Jaipong Jaranan Reog Janger Lengger Sandur Glipang
Kencak
Baru
1. Lumajang 3 1 1 2 - - - - -
2 Senduro - - 1 2 3 - - - 2
3 Gucialit - - - 1 1 - - - 1
4 Sukodono - - - 1 3 - - - 6
5 Klakah - - - 2 1 - - - -
6 Ranuyoso - - - 1 - - - - -
7 Kedungjajang - - 3 2 - - - - -
8 Randuagung - - - - - - - - -
9 Jatiroto 1 - - - - - - - -
10 Rowo - - 1 2 - 1 - - -
Kangkung
11 Yosowilangun - - 5 3 3 - - - -
12 Kunir - - - 2 3 - 1 - -
13 Tekung - - - 1 - - - 1 -
14 Tempeh - - - 2 2 - - 1 -
15 Pasirian 2 - - 2 - - - - -
16 Candipuro 1 - - 1 - - - - 1
17 Pronojiwo - - 1 - - - - 1 -
18 Tempursari - - 18 4 - - - - -
Sumber : Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang.
115

Tabel 10.3 Data Jumlah Seni Tari di Kabupaten Daerah Tingkat II Lumajang Tahun 2000-2005
Jenis Tari

No Kecamatan Tari
Jaran
Kreasi Jaipong Jaranan Reog Janger Lengger Sandur Glipang
Kencak
Baru
1. Lumajang 3 1 1 2 - - - - -
2 Senduro - - 1 2 3 - - - 2
3 Gucialit - - - 1 1 - - - 1
4 Sukodono - - - 1 3 - - - 6
5 Klakah - - - 2 1 - - - -
6 Ranuyoso - - - 1 - - - - -
7 Kedungjajang - - 3 2 - - - - -
8 Randuagung - - - - - - - - -
9 Jatiroto 1 - - - - - - - -
10 Rowo - - 1 2 - 1 - - -
Kangkung
11 Yosowilangun - - 5 3 3 - - - -
12 Kunir - - - 2 3 - 1 - -
13 Tekung - - - 1 - - - 1 -
14 Tempeh - - - 2 2 - - 1 -
15 Pasirian 2 - - 2 - - - - -
16 Candipuro 1 - - 1 - - - - 1
17 Pronojiwo - - 1 - - - - 1 -
18 Tempursari - - 18 4 - - - - -
Sumber : Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang.
116

Tabel 10.4 Data Jumlah Seni Tari di Kabupaten Daerah Tingkat II Lumajang Tahun 2005-2010
Jenis Tari

No Kecamatan Tari
Jaran
Kreasi Jaipong Jaranan Reog Janger Lengger Sandur Glipang
Kencak
Baru
1. Lumajang 3 1 1 2 - - - - -
2 Senduro - - 1 2 3 - - - 2
3 Gucialit - - - 1 1 - - - 1
4 Sukodono - - - 1 3 - - - 6
5 Klakah - - - 2 1 - - - -
6 Ranuyoso - - - 1 - - - - -
7 Kedungjajang - - 3 2 - - - - -
8 Randuagung - - - - - - - - -
9 Jatiroto 1 - - - - - - - -
10 Rowo - - 1 2 - 1 - - -
Kangkung
11 Yosowilangun - - 5 3 3 - - - -
12 Kunir - - - 2 3 - 1 - -
13 Tekung - - - 1 - - - 1 -
14 Tempeh - - - 2 2 - - 1 -
15 Pasirian 2 - - 2 - - - - -
16 Candipuro 1 - - 1 - - - - 1
17 Pronojiwo - - 1 - - - - 1 -
18 Tempursari - - 18 4 - - - - -
Sumber : Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang.
117

Tabel 10.5 Data Jumlah Seni Tari di Kabupaten Daerah Tingkat II Lumajang Tahun 2010-2015
Jenis Tari

No Kecamatan Tari
Jaran
Kreasi Jaipong Jaranan Reog Janger Lengger Sandur Glipang
Kencak
Baru
1. Lumajang 3 1 1 2 - - - - -
2 Senduro - - 1 2 3 - - - 2
3 Gucialit - - - 1 1 - - - 1
4 Sukodono - - - 1 3 - - - 6
5 Klakah - - - 2 1 - - - -
6 Ranuyoso - - - 1 - - - - -
7 Kedungjajang - - 3 2 - - - - -
8 Randuagung - - - - - - - - -
9 Jatiroto 1 - - - - - - - -
10 Rowo - - 1 2 - 1 - - -
Kangkung
11 Yosowilangun - - 5 3 3 - - - -
12 Kunir - - - 2 3 - 1 - -
13 Tekung - - - 1 - - - 1 -
14 Tempeh - - - 2 2 - - 1 -
15 Pasirian 2 - - 2 - - - - -
16 Candipuro 1 - - 1 - - - - 1
17 Pronojiwo - - 1 - - - - 1 -
18 Tempursari - - 18 4 - - - - -
Sumber : Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang.
118

Tabel 10.6 Data Jumlah Seni Tari di Kabupaten Daerah Tingkat II Lumajang Tahun 2015-2020
Jenis Tari

No Kecamatan Tari
Jaran
Kreasi Jaipong Jaranan Reog Janger Lengger Sandur Glipang
Kencak
Baru
1. Lumajang 3 1 1 2 - - - - -
2 Senduro - - 1 2 3 - - - -
3 Gucialit - - - 1 1 - - - -
4 Sukodono - - - 1 3 - - - 1
5 Klakah - - - 2 1 - - - -
6 Ranuyoso - - - 1 - - - - -
7 Kedungjajang - - 3 2 - - - - -
8 Randuagung - - - - - - - - -
9 Jatiroto 1 - - - - - - - -
10 Rowo - - 1 2 - 1 - - -
Kangkung
11 Yosowilangun - - 5 3 3 - - - -
12 Kunir - - - 2 3 - 1 - -
13 Tekung - - - 1 - - - 1 -
14 Tempeh - - - 2 2 - - 1 -
15 Pasirian 2 - - 2 - - - - -
16 Candipuro 1 - - 1 - - - - 1
17 Pronojiwo - - 1 - - - - 1 -
18 Tempursari - - 18 4 - - - - -
Sumber : Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang.
119

Lampiran 11. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 11.1 Peta Kabupaten Lumajang\

Sumber: https://lumajangkab.go.id/main/kecamatan

Gambar 11.2 Peta Kecamatan Candipuro

Sumber: Kecamatan Candipuro


120

Lampiran 12. Dokumentasi Pengambilan data

Gambar 12.1 Foto Perizinan dan Pengambilan data dengan Kepala Desa Jarit

Gambar 12.2 Foto Wawancara dengan Juragan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah Ibu
Mariyam
121

Gambar 12.3 Foto Wawancara dengan Ibu Heny Kisworini selaku ketua Sanggar Tari Sekar
Arum

Gambar 12.4 Foto Wawancara dengan Bapak Jombadi Selaku Penabuh Ketipung Glipang
Rodhat Nur Bani Khasanah
122

Gambar 12.5 Foto Wawancara dengan Bapak Rupikat Selaku Penabuh Terbang dan Vokal
Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
123

Lampiran 13. Seniman

Gambar 13.1 Foto Glipang Rodhat Untuk Peringatan Ulang Tahun 50 Tahun Damstan
Tanggal 31 Agustus 1948

Sumber: dok. INDIEGANGERS

Gambar 13.2 Penari Glipang Rodhat Nu Bani Khasanah tahun 1991

Sumber: Dokumentasi Paguyuban Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah


124

Gambar 13.3 Penari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 13.4 Penari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah


125

Gambar 13.5 Penari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Gambar 13.6 Foto Penari Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani khasanah


126

Gambar 13.7 Penabuh Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Sumber : Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Gambar 13.8 Penabuh Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Sumber: Dokumentasi Pribadi


127

Lampiran 14. Masyarakat (Penonoton)

Gambar 14.1 Antusias Masyarakat untuk menonton Pertunjukan Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Gambar 14.2 Antusias Masyarakat untuk menonton Pertunjukan Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah


128

Gambar 14.2 Antusias Masyarakat untuk menonton Pertunjukan Glipang Rodhat Nur Bani
Khasanah

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah


129

Lampiran 15. Tata Ruang (Panggung)

Gambar 15.1 Pertunjukan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Jalan Saat acara HARJALU

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Gambar 15.2 Pertunjukan Festival Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah di Pentas

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah


130

Gambar 15.3 Pertunjukan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah Acara Khitanan di Jalan

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Gambar 15.3 Pertunjukan Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah Acara Karnaval di Jalan

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah


131

Lampiran 16. Suara (Alat Musik)

Gambar 16.1 Foto Terbang

Sumber: Dokumnetsi Pribadi

Gambar 16.2 Foto Jidor

Sumber: Dokumentasi Pribadi


132

Gambar 16.3 Foto Ketipung Wedhok

Sumber: Dokumnetasi Pribadi

Gambar 16.4 Foto Ketipung Lanang

Sumber: Dokumnetasi Pribadi


133

Gambar 16.5 Foto Kecrek

Sumber: Dokumnetasi Pribadi


134

Lampiran 17. Gerak Tari

Gambar 17.1 Gerak Jalan Hormat

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Gambar 17.2 Gerak Penghormatan

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah


135

Gambar 17.3 Gerak Angkatan

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bai Khasanah

Gambar 17.4 Gerak Gonjor

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah


136

Gambar 17.5 Gerak Bapangan

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Gambar 17.6 Gerak Pusing

Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah


137

Gambar 17.7 Gerak Goyang Tarikan

Sumber:

Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah

Gambar 17.8 Gerak Salam


Sumber: Dokumentasi Glipang Rodhat Nur Bani Khasanah
138

Lampiran 18. Busana (Kotum)

Gambar 18.1 Udeng atau Peci Glipang Rodhat


Sumber: Dokumnetasi Pribadi

Gambar 18.2 Topi Polisi


139

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 18.3 Kacamata Hitam

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 18.4 Pangkat


Sumber: Dokumentasi Pribadi
138
140

Gambar 18.5 Baju Hem Lengan Panjang


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 18.6 Selempang


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 18.7 Sabuk


142

Sumber: Dokumnetasi Pribadi

Gambar 18.8 Jarik Jawa


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 18.9 Celana Hitam


Sumber: Dokumentasi Pribadi
141

Gambar 18.10 Sepatu Hitam


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Anda mungkin juga menyukai