Nama Kelompok :
1. Ahmad Wahyu Pamuji (02)
2. Atika Badriatul A. (05)
3. Hidayati Suprihatin (15)
4. Mita Putri Hariyati (21)
5. Novita Nurdiana (25)
6. Wijiana Nur Rahayu (33)
Pendidikan Kewarganegaraan
XII IPS 2
SMAN 1 SRENGAT
Artikel 1
KPK Ungkap Peran Hasan Aminuddin, Suami Bupati Probolinggo Terkait Suap Jual Beli
Jabatan
Suara.com - Sejumlah orang diamankan polisi diduga hendak ikut aksi demo tolak PPKM
yang rencananya berlangsung di kawasan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, hari ini.
Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya Kombes Marsudianto.
"Iya (diamankan) beberapa orang," kata Marsudianto kepada wartawan, Sabtu (24/7/2021).
Hanya saja, Marsudianto tidak merinci jumlah orang yang diamankan pagi tadi.
Soal alasan diamankannya beberapa orang tersebut, dia mengatakan jika saat ini masih didalami
oleh pihak reserse guna diketahui peran-perannya.
"Masih didalami reserse itu perannya apa mereka. Tapi yang jelas ini kan masih PPKM Level 4,"
sambungnya. Marsudianto juga belum dapat memastikan apakah beberapa orang itu merupakan
provokator atau membawa senjata tajam. Dia menyebut, jika kedapatan membawa senjata tajam
bisa langsung ditetapkan tersangka."Kalau memang ada barang buktinya mungkin akan menjadi
tersangka," beber dia.
Siagakan Ribuan Personel
Sementara itu, kepolisian telah menyiapkan pengamanan guna mengantisipasi adanya kabar
soal aksi demonstrasi tolak PPKM di kawasan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Sabtu (24/7/2021).
Ribuan personel disiagakan guna mengantisipasi aksi unjuk rasa.
Marsudianto mengatakan, sebanyak 3.385 personel telah disiagakan. Jumlah tersebut
merupakan gabungan dari TNI, Polri, dan jajaran terkait.
"Ada 3.385 orang siap mengamankan demo," kata Marsudianto.Marsudianto mengatakan,
ribuan personel tersebut telah bersiaga sejak pukul 07.00 WIB tadi. Nantinya, mereka akan berjaga
di kawasan Monas, Jakarta Pusat. "Personel dikerahkan di sekitar Monas dan DPR," sambungnya.
Tak hanya itu, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya akan melakukan pengamanan di sejumlah
ruas jalan di kawasan Istana Merdeka. Total ada 350 personel lalu lintas yang akan disiagakan.
Nantinya, mereka akan berjaga sejak pagi dan akan ditempatkan di jalan-jalan yang ditutup guna
mengantisipasi penerobosan dari peserta aksi unjuk rasa.
"Ada 350 personel (anggota Ditlantas)," kata Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya
Kombes Sambodo Purnomo Yogo kepada wartawan. Kemarin, kepolisian mulai memasang
barikade kawat berduri di sekitar Istana Negara. Sambodo belum dapat memastikan mengenai jam
buka tutup di jalan tersebut dan akan bertindak sesuai situasi di lapangan.
"Penutupan situasional, melihat perkembangan eskalasi di lapangan," sambungnya.
Lebih lanjut, Sambodo menyebut tidak ada pengalihan arus imbas unjuk rasa itu. Pasalnya, hingga
kini di Ibu Kota masih berlangsung aturan PPKM.
"Tidak ada pengalihan arus lainnya. Saat ini penyekatan PPKM level 4 masih berlangsung di
Sudirman-Thamrin (Jakarta Pusat)," imbuh Sambodo.
"Tidak ada pengalihan arus lainnya. Saat ini penyekatan PPKM level 4 masih berlangsung di
Sudirman-Thamrin (Jakarta Pusat)," imbuh Sambodo.
Pantauan Suara.com pukul 10.00 WIB, suasana di kawasan Patung Kuda masih terpantau sepi.
Namun, aparat kepolisian telah bersiaga sejak pagi.
Terlihat pula sejumlah kendaraan taktis milik kepolisian telah disiagakan. Arus lalu lintas saat ini
juga terpantau masih lengang.
Jokowi End Game
Ajakan aksi unjuk rasa di seluruh wilayah untuk menolak PPKM sebelumnya beredar di
media sosial. Salah satunya aksi bertajuk 'Seruan Aksi Nasional Jokowi End Game' yang
dijadwalkan berlangsung di Istana Negara, Jakarta Pusat, pada Sabtu (25/7/2021) hari ini.
Sejumlah massa dari komunitas ojek online alias ojol, mahasiswa, pedagang kaki lima, dan aliansi
masyarakat lainnya berencana melakukan long march dari Glodok, Jakarta Barat. Polri telah
mengimbau masyarakat tak terhasut dengan adanya ajakan aksi tersebut. Sebab, kekinian masih
dalam situasi pandemi. Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Argo Yuwono mengatakan pihaknya
akan menindak tegas pihak-pihak yang tetap melaksanakan aksi unjuk rasa. Khususnya jika aksi
tersebut telah dianggap menganggu ketertiban umum.
"Kalau memang dilakukan, mengganggu ketertiban umum ya kami amankan," kata Argo
kepada wartawan, Jumat (23/7/2021). Sementara itu, Argo meminta para peserta aksi baiknya
menyampaikan pendapat dan aspirasinya secara daring. Misalnya, melalui forum group discussion
(FGD). "Bisa dilakukan dengan audiensi atau dilakukan dalam bentuk FGD online," katanya.
Artikel 4
Kasus Djoko Tjandra, Pengawasan Polisi, Jaksa, Advokat Kini Disorot
Kamis, 6 Agustus 2020 | 11:46 WIB
Penulis: Devina Halim | Editor: Bayu Galih
KESIMPULAN
Pada kasus yang dilakukan oleh Hasan Aminuddin sebenarnya sudah sering terjadi di
masyarakat mulai dari pejabat bawahan seperti kepala desa hingga pejabat tinggi lainnya. Maka
sudah seharusnya kasus korupsi seperti ini dilaporkan ke penegak hukum karena ini menyangkut
korupsi jual beli jabatan. Sehingga jika kasus seperti ini terus terjadi membuat pejabat
penyelenggara pemerintahan itu bukaan ditempati oleh orang-orang yang bertanggung jawab justru
ditempati oleh orang yang hanya mengandalkan orang dalam. Dengan demikian sudah dipastikan
pemimpin bangsa yang kurang berkualitas tidak membawa dampak baik bagi kemajuan bangsa dan
negara.
Artikel (4)
Judul : Kasus Djoko Tjandra, Pengawasan Polisi, Jaksa, Advokat Kini Disorot
Penulis: Devina Halim | Editor: Bayu Galih
Di Kejaksaan :
Jaksa Pinangki Sirna Malasari diduga pernah bertemu di luar negeri dengan Djoko Tjandra
ketika masih berstatus buronan.
KESIMPULAN :
Dalam kasus Djoko Tjandra menunjukkan kurangnya pengawasan dan terjadi penyelewengan
penegak hukum. Sehingga buronan seperti Djoko bisa bebas keluar-masuk Indonesia dengan
penyiasatan administrasi dan lainnya. Semua tersangka yang terlibat pada akhirnya dijatuhi
hukuman yang membuat mereka kehilangan jabatan selama ini. Pada akhirnya polri bisa tegas
menangani kasus kurangnya pengawasan penegak hukum tersebut dan memberikan hukuman
yang adil. Maka bisa disimpulkan jika membela dan menutupi kesalahan tersangka (buronan)
suatu kejahatan yang menutupi kejahatan yang sudah seharusnya cepat diatasi agar tidak terus
menimbulkan kesalahpahaman dan meningkatkan kejahatan lainnya.